laporan profil tanah.docx
Post on 15-Dec-2014
113 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
PROFIL TANAH
DISUSUN OLEH :
NAMA : PUTRYANI RANTE LEMBANG
NIM : G11112318
KELOMPOK : V
ASISTEN : REZKY AYU LESTARI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media
tumbuhnya tanaman darat. Tanah dapat memberikan kehidupan di atasnya, namun
tidak semua jenis-jenis tanah memenuhi kriteria untuk jenis kehidupan di atasnya
karena setiap jenis-jenis tanah memiliki bahan induk pembentuk tanah yang
berbeda-beda.
Tanah berasal dan hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa bahan
organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau
didalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air. Oleh karena itu
dalam definisi ilmiahnya tanah (soil) adalah kumpulan dari benda alam di
permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran
bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk
tumbuhnya tanaman. Apabila kita menggali tanah sedalam-dalamnya, maka akan
terlihat lapisan-lapisan tanah yang terbentuk. Lapisan-lapisan inilah yang disebut
dengan horizon-horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik tanah dan
susunan horizon-horizon tersebut biasa disebut dengan profil tanah. Dengan kata
lain, profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang
menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai
lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain
dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga
terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan praktikum pengambilan
profil untuk mengetahui lapisan-lapisan tanah dengan sifat yang
berbeda-beda yang dilihat dari lapisan, kedalaman lapisan, batasan, topografi,
warna, tesktur, struktur, konsistensi, dan karatan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakannya praktikum profil tanah yaitu untuk mengenal dan
mengetahui sifat-sifat fisik pada tanah oxisol dan vertisol yang meliputi tekstur
tanah, struktur, kepadatan, konsistensi tanah, dan kedalaman lapisan serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui dan
membedakan tiap-tiap horizon tanah dengan melihatnya secara langsung di
lapangan serta mengamati karakteristik masing-masing horizon pada profil tanah
tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Profil Tanah
Profil tanah merupakan irisan vertical tanah dari lapisan paling atas
sehingga ke bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri horizon-horizon
O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut
Solum Tanah, horizon O-A disebut lapisan tanah atas dan horizon E-B disebut
lapisan tanah bawah (Hanafiah, 2009).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat
dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman
tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan
tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam
(natural forces) terhadap proses pembentukan mineral dan pelapukan bahan-bahan
koloid (Abdul Madjid, 2008).
Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan
klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan
tanah uang lebih tepat waktu. Adanya beberapa tingkatan atau variasi faktor-
faktor pembentuk tanah maka potensi untuk membentuk berbagai jenis tanah yang
berbeda adalah amat besar (Foth.H.D, 1999).
Definisi lain dari profil tanah yaitu urutan-urutan horizon tanah, yakni
lapisan-lapisan tanah yang dianggap sejajar dengan permukaan buli. Profil tanah
dipelajari dengan mengenali tanah dengan lubang vertikal ke lapisan paling
bawah. Warna, tekstur, ketebalan horizon dan kedalaman solum, sifat perakaran
atau konkresi merupakan sifat-sifat penting tanah yang selanjutnya menjadi
parameter pengukuran profil tanah (Tim Asisten dan Dosen UNHAS, 2010).
Karakteristik Horizon Tanah
Menurut Abdul Madjid (2007), ada tiga istilah yang sering diutarakan
dalam ilmu tanah, yaitu:
1) Solum tanah yaitu lapisan tanah yang meliputi horison: O - A - E - B.
2) Lapisan tanah atas (top soil) yaitu lapisan tanah yang meliputi horison:
O - A.
3) Lapisan tanah bawah yaitu lapisan tanah yang meliputi horison: E - B.
Menurut Dimas Prasetyo (2008), horizon dan lapisan terbagi atas :
1. Horizon Organik (horizon O)
Horizon Organik atau horizon O ialah lapisan yang terdiri dari
bahan-bahan organik, baik yang masih segar ataupun yang sudah
membusuk. Horizon O dapat dibagi sebagai berikut :
Horizon O1 : Terdapat bahan-bahan organik yang ciri-
cirinya tampak jelas.
Horizon O2 : Bahan-bahan organik yang sudah
mengalami pelapukan sehingga ciri-cirinya sudah tidak jelas
karena telah terjadi proses humifikasi.
2. Horizon Mineral (horizon A, B, dan C)
Horizon mineral terdiri atas :
Horizon A : Horizon A disebut daerah eluviasi atau
proses perpindahan bahan-bahan tanah dari horizon A ke
horizon B.
Horizon A1 : Horizon ini kaya bahan-bahan organik
yang bercampur dengan mineral sehingga berwarna kelam.
Horizon A2 : Horizon ini memiliki struktur longgar,
tekstur kasar, dan berwarna terang karena mengalami
pencucian.
Horizon A3 : Horizon ini merupakan peralihan dari
horizon A ke horizon B dengan ciri warna lebih dekat ke
horizon A2 atau Horizon E.
Horizon B : Horizon B disebut daerah Iluviasi atau
akumulasi bahan-bahan tanah di horizon B yang berasal dari
horizon A.
Horizon B1 : Horizon ini merupakan peralihan dari
horizon A ke horizon B dengan ciri dan warna lebih dekat
ke horizon B.
Horizon B2 : Horizon ini merupakan horizon yang
paling memperlihatkan ciri-ciri horizon B yaitu struktur
padat, tekstur halus, dan berwarna gelap.
Horizon B3 : Horizon ini merpakan peralihan dari
horizon B ke C dengan ciri dan warna lebih dekat ke
horizon B.
Horizon C : Horizon ini merupakan batuan yang telah
mengalami perubahan atau tidak utuh lagi dan belum
mengalami perkembangan tanah baik eluviasi atau iluviasi.
Tentang hal ini dikemukakan oleh Kartasapoetra dan Mulyani (1987)
sebagai berikut :
1) Lapisan tanah atas (top soil) yang ketebalan solumnya sekitar 20 – 30 cm
merupakan tanah yang relatif lebih subur jika dibandingkan dengan sub
soil, banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan
olah tanah bagi pertanian yang banyak memungkinkan keberhasilan usaha
penanaman di atasnya.
2) Lapisan tanah atas merupakan media utama bagi perkembangan akar
tanaman yang kita budidayakan dengan kandungan unsur-unsur haranya
yang tinggi serta tingkat kelembaban tanahnya menguntungkan bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengelolaan tanah yang baik
(pengolahan dan pemberian bahan organik) akan lebih memperbaiki sifat
fisik tanah itu, sedangkan kesuburan dan produktivitasnya akan dapat lebih
ditingkatkan dengan beberapa perlakuan, seperti pemberian pupuk,
pemulsaan, pengapuran, pengeringan atau pembasahan dan lain
sebagainya.
3) Akan tetapi dalam ketahanannya, tanah lapisan atas biasanya lebih rapuh,
lebih mudah terangkut dan hanyut dibanding dengan sub soil, terutama
pada permukaan tanah yang mempunyai kemiringan (slope), hanya dengan
beberapa perlakuan pula (penanaman rumput-rumputan dan lain-lain)
maka keadaan top soil akan dapat lebih dipertahankan. Terdapat unsur
hara yang diperlukan dalam tanah yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman. Unsur hara terdiri atas unsur hara dasar (unsur hara makro) dan
unsur-unsur kelumit (unsur hara mikro). Unsur hara makroyaitu Carbon,
Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Belerang, Fosfor, Kalium, Kalsium dan
Magnesium. Sedangkan unsur hara mikro meliputi besi, tembaga, boron,
seng, dan mangan.
Ciri-ciri utamanya yaitu :
a. Pemekatan illuvial lempung silikat, besi, Al/humus baik sendiri-
sendiri maupun kombinasi.
b. Pemekatan residuil seskudesido atau lempung silikat dengan
pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam mudah
larut.
c. Terjadi pelarutan seskuidesida sehingga berwarna lebih tua,
cemerlang atau lebih merah tapi tak ada iluviasi besi.
d. Perobahan bahan dari keadaan aslinya yang mengaburkan struktur
batuan asli, yang membentuk lempung-lempung silikat,
membebaskan desida-desida atau keduanya dan membentuk
struktur granuler, gumpal atau prismatik.
Warna pada tanah disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
(Kartasapoetra dkk, 1985) :
1. Bahan organik pada tanah organosol menyebabkan tanah berwarna hitam,
atau gelap coklat
2. Mangan, ditandai dengan tanah berwarna gelap
3. Ferum pada tanah latosol menyebabkan tanah berwarna merah jingga atau
kuning coklat
4. Garam-garam, pasir kwarsa, kaolin, dan garam-garam karbonat akan
memperlihatkan warna putih pucat.
Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan pembentukannya, bebatuan
dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu :
a) Batuan Beku (Igneous Rock)
Batuan beku (igneous rock) merupakan bebatuan yang terbentuk
dari proses solidifikasi (pembekuan) magma cair. Apabila proses
pembentukannya terjadi jauh dibawah tanah, maka bebatuan yang
terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang)
jika pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju permukaan tanah,
dan disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau lelehan) jika pembekuannya
terjadi dipermukaan tanah.
b) Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)
Batuan sedimen (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang
terbentuk dari proses konsolidasi (pemadatan) endapan-endapan partikel
yang terbawa oleh angin atau air dibawah permukaan bumi.
c) Batuan peralihan (Metamorf)
Batuan peralihan (metamorf) merupakan batuan beku atau batuan
sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat
adanya pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif.
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu :
1. Bahan Induk
Keadaan alami bahan induk akan mempunyai pengaruh terputus pada
sifat-sifat tanah muda, mereka dapat memakai satu pengaruh pada tanah-tanah tua
yang ada. Sifat bahan induk yang memakai satu pengaruh yang mendalam pada
perkembangan tanah, termasuk tekstur, komposisi mineral, dan tingkat stratifikasi.
Pembentukan tanah dapat dimulai segera setelah penimbunan abu vulkanik tetapi
harus menunggu penghancuran batuan keras secara fisik dimana granit dibuka.
Selama stadia awal pembentukan tanah, penghancuran dapat membatasi laju dan
kedalaman perkembangan tanah, dimana laju dan penghancuran batuan melebihi
laju perpindahan bahan oleh erosi tanah-tanah produktif dengan solum tebal dapat
berkembang dari batuan dasar (Foth. H.D, 1988).
2. Iklim
Pengaruh iklim yang penting yang mempengaruhi pembentukan tanah
adalah presipitasi dan temperature. Iklim juga mempengaruhi pembentukan tanah
secara tidak langsung yang menentukan vegetasi alami. Tidaklah terlalu
mengejutkan bahwa terdapat beberapa penyebaran iklim, vegetasi dan tanah yang
paralel di permukaan bumi. Setiap kenaikan 10°C akan menaikkan laju reaksi
kimia dua sampai tiga kali. Meningkatnya pelapukan dan kandungan liat terjadi
dengan meningkatnya rata-rata temperatur tanah. Rupanya hanya tanah-tanah
yang sangat muda yang mempunyai pengaruh iklim yang konstan selama genesa
tanah (Foth. H.D, 1988).
3. Organisme
Tanaman mengabsorbsi unsur hara dari tanah dan mengangkut nutrien
ketajuk tanaman, bila tajuk mati dan jatuh ke permukaan tanah perombakan bahan
organik akan melepaskan unsur hara untuk kesuburan dirinya sendiri (Foth, 1988).
Profil tanah rumput mengandung lebih banyak bahan organik terdistribusi
lebih uniform di dalam tanah daripada tanah hutan. Tanah dengan vegetasi hutan
mempunyai kira-kira separuh dari kandungan bahan organik dan terdistribusi
tidak merata dengan tingkat perkembangan profil tanah lebih sempurna. Horizon-
horizon pada solum lebih asam dan % jenuh basa yang rendah dan lebih banyak
liat yang dipindahkan dari horizon A ke horizon B (Buckman & Brady, 1982).
4. Topografi
Topografi mengubah perkembangan profil tanah dalam tiga cara, yaitu :
1) Dengan mempengaruhi jumlah presipitasi yang diabsorbsi dan
ditahan dalam tanah,oleh karenanya mempengaruhi kelembaban ;
2) dengan mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi ;
3) dengan mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau
larutan dari daerah yang satu ke daerah yang lain (Foth. H.D,
1988).
Pada skope yang lebih besar terjadi penghanyutan (erosi) tanah secara
kontinue sehingga akan muncul soil-soil kepermukaan tanah dan peristiwa ini
akan memodifikasi profil. Konsekuensinya tanah-tanah pada kemiringan besar
memiliki solum yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah
dibandingkan dengan tanah pada bergelombang dan datar. Drainase yang baik dan
warna bahan tanah pada daerah-daerah rendah akan berubah dari kuning merah
dan cokelat, menunjukkan aerasi tanah yang baik dengan kondisi oksidasi.
Drainase buruk, berwarna kelabu dan ditemukannya sejumlah karatan-karatan
berwarna kuning sebagai akibat reduksi besi ferri menjadi besi ferro (Buckman &
Brady, 1982).
5. Waktu
Tanah sebagai hasil evolusi berubah secara tetap seperti perubahan bentuk
bui. Mereka mempunyai siklus hidup dengan keadaan yang sama dimana bentuk
muka bumi lambat laun menembus suatu siklus. Siklus hidup tanah teristimewa
termasuk stadia bahan induk, tanah muda, tanah matang dan tanah tua. Pada
tanah-tanah muda kandungan bahan organik meningkat dengan cepat sebab laju
pertambahan melebihi laju dekomposisi. Kematangan dicirikan oleh kandungan
bahan organik yang konstan sebagai penambah diimbangi oleh yang hilang. Unsur
yang tua dicirikan oleh kandungan bahan organik yang rendah dan menurun yang
menunjukkan bahwa laju pertambahan susut dari tanah menjadi lebih mudah
dilapukkan (Foth. H.D, 1988).
2.3 Sifat-sifat Tanah
Tanah terdiri atas 2 sifat, yaitu sifat fisika dan sifat kimia. Ada beberapa
pendapat yang dikemukakan mengenai sifat-sifat fisika dan sifat-sifat kimia tanah
sebagai berikut :
Sifat-sifat Fisika Tanah
Dalam menilai kesuburan suatu tanah maka sifat fisika tanah mempunyai
peranan yang penting disamping sifat kimia. Sifat-sifat fisika itu yaitu tekstur
tanah, struktur tanah, konsistensi tanah, warna tanah, temperatur tanah, tata air
dan udara tanah. Sifat-sifat fisika ini bisa berubah dengan adanya pengolahan
tanah. Dengan pengolahan tanah ini strukturnya menjadi baik sehingga akan
membantu berfungsinya faktor pertumbuhan tanaman secara optimal (Sarief,
1979).
Salah satu sifat fisika tanah yang secara langsung dapat dilihat dengan
mata telanjang yaitu warna tanah. Warna tanah merupakan campuran dari warna
abu-abu, coklat dan komponen warna lainnya yang terjadi oleh adanya pengaruh
berbagai faktor atau senyawa tunggal atau bersama memberikan jenis warna
tertentu. Warna tanah yang dominan bukan warna-warna tanah yang murni tetapi
sudah merupakan campuran dari warna abu-abu, coklat dan warna seperti karat.
Warna hijau atau biru yang murni tidak dijumpai pada tanah, sedang dua warna
atau lebih yang terjadi pada suatu bidang permukaan atau tempat tertentu disebut
becak-becak ( nottling ). Warna tanah dipengaruhi oleh kondisi atau sifat tanah
lainnya melalui pengaruhnya atas radiasi dari energi sinar matahari. Warna yang
semakin hitam atau semakin gelap akan lebih banyak menyerap panas dari sinar
matahari dari pada warna tanah yang terang. Sejumlah energi panas yang terdapat
dalam tanah mengakibatkan tingkat evaporasi yang tinggi, sehingga tanah yang
semakin gelap akan lebih cepat mengering dibanding warna yang lebih muda.
Temperatur tanag dipengaruhi oleh warna tanah dan akan berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman dan aktifitas jasad renik serta struktur tanah. Jadi dengan
adanya warna tanah secara tidak langsung berpengruh pada pertumbuhan tanaman
dan jasad renik. Selain itu warna tanah secara langsung dapat dipakai untuk
menentukan tingkat pelapukan, menilai kandungan bahan organik, menilai
keadaan pembuangan air, melihat adanya horison pencucian dan horison
pengendapan serta untuk dapat menaksir kandungan mineral. warna tanah yang
semakin merah menunjukkan tingkat pelapukan semakin lanjut. Tanah yang
semakin gelap warnanya akan semakin banyak kandungan bahan organiknya.
Warna kuning, coklat, atau merah menunjukkan drainase baik, sedang warna
kelabu kebiruan atau bercak-bercak menunjukkan drainase jelek. Warna putih
atau pucat menunjukkan horison pengendapan ( akumulasi ) bahan dari horison
diatasnya. Warna pucat atau kekuningan ini menunjukkan berasal dari mineral
kuarsa, sedang warna merah menunjukkan berasal dari mineral mengandung besi
(Soepardi, 1983).
Struktur tanah merupakan susunan ikat an partikel tanah satu sama lain.
Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah
terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan
ikatan yang merupakan gumpalan tanah yang sudah terbentuk akibat
penggarapan tanah disebut clod. Untuk mendapatkan struktur tanah yang baik
dan valid harus dengan melakukan kegiatan dilapangan, sedang laboratorium
elatif sukar terutama dalam mempertahankan keasliannya dari bentuk
agregatnya. Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas type struktur,
klas struktur dan derajat struktur. Ada macam-macam tipe tanah dan pembagian
menjadi bermacam-macam klas pula. Di sini akan dibagi menjadi 7 type tanah
yaitu : type lempeng (platy), type tiang, type gumpal (blocky), type remah
(crumb), type granulair, type butir tunggal dan type pejal (masif). Dengan
pembagian klas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan sangat
kasar. Untuk semua type tanah dengan ukuran klas berbeda-beda untuk masing-
masing type. Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah dibedakan atas : tanah
tidak beragregat dengan struktur pejal atau berbutir tunggal, tanah lemah (weak)
yaitu tanah yang jika tersinggung mudah pecah menjadi pecahan-pecahan yang
masih dapat terbagi lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah tanah
sedang/cukup yaitu tanah berbentuk agregat yang jelas yang masih dapat
dipecahkan, tanah kuat (strong) yaitu tanah yang telah membentuk agregat yang
tahan lama dan jika dipecah terasa ada tahanan serta dibedakan lagi atas sangat
kuat dan cukupan (Baver, 1961).
Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tekstur tanah, tanah
pasir biasanya tak lekat, tak liat serta tak lepas. Akan tetapi tanah lempung berat
berkonsistensi sangat lekat, sangat liat, sangat teguh dan keras. Analisis
konsistensi dapat dilakukan dengan meletakkan tanah diatas ibu jari dan telunjuk
dalam genggaman tangan tergantung dari kelengasan tanah. Khusus tanah yang
dalam keadaan basah ini dapat diamati dengan kelekatan dan kekenyalan berbeda
dengan tanah kering (Darmawijaya, 1990).
Dinamika bahan organik ditentukan oleh pemasukan sisa – sisa nabati dan
hewani secara sinambung dan pngalihragamannya secara sinambung pula oleh
faktor biologi sebagai penindak utama dan sampai batas tertentu juga oleh faktor-
faktor kimia dan fisik (Kononova, 1966).
Umumnya bahan organik memberikan warna kelam, semakin stabil bahan
organik maka warnanya kan semakin tua. Humus yang paling stabil mempunyai
warna hitam, warna merah dapat menunjukkan tanah yang telah lanjut mengalami
perkembangan yang intensif, misalnya tanah latosol. Warna kuning sebagian besar
disebabkan oleh adanya oksida besi. Tanah warna coklat berarti banyak dalam
mengandung oksida besi yang tercampur bahan organik. Warna kelabu
disebabkan oleh kuarsa, kaolin, dan mineral lempung, karbonat Ca dan Mg, gibs
serta macam garam serta senyawa ferro. Tanah yang kelabu menandakan gejala
gleisasi dimana Fe terbentuk ferro. Tanah yang drainasenya buruk hampir selalu
terdapat bercak-bercak kelabu, coklat, merah dan kuning, warna putih terjadi
karena pengaruh bahan induk. Hampir setiap horison menunjukkan warna yang
berbeda, warna reduksi dan bercak menunjukkan adanya bahwa drainase yang
terjadi buruk (Darmawijaya, 1990).
Beberapa sifat-sifat fisik menurut Hardjowigeno (1987), antara lain :
1) Batas-batas Horizon
Batas suatu horizon dengan horizon lainnya dalam suatu profil tanah dapat
terlihat jelas atau baur. Dalam pengamatan tanah di lapang ketajaman peralihan
horizon-horizon ini dibedakan ke dalam beberapa tingkatan yaitu nyata (lebar
peralihan kurang dari 2,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm), berangsur
(lebar peralihan 6,5 – 12,5 cm) dan baur (lebar peralihan lebih dari 12,5 cm). Di
samping itu bentuk topografi dari batas horizon tersebut dapat rata, berombak,
tidak teratur atau terputus.
2) Warna tanah
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya disebabkan oleh
perbedaaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan organik, warna
tanah semakin gelap. Di lapisan bawah, dimana kandungan bahan organik
umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya
senyawa Fe yang didapat.
3) Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah
halusnya tanah (< 2 mm). Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir
pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas
tekstur.
4) Struktur tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan
struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain
oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain.
Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan
(ketahanan) yang berbeda-beda.
5) Kemantapan dan tingkat perkembangan struktur
Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah
(butir-butir struktur tanah mudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butir-
butir struktur tanah agak sukar hancur), dan tingkat perkembangan kuat (butir-
butir struktur tanah sukar hancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan
kelembaban tanah. Tanah-tanah permukaan yang banyak mengandung humus
biasanya mempunyai tingkat perkembangan yang kuat. Tanah yang kering
umumnya mempunyai kemantapan yang lebih tinggi daripada tanah basah. Jika
dalam menentukan kemantapan struktur tidak disebutkan kelembabannya,
biasanya dianggap tanah dalam keadaan mendekati kering atau sedikit lembab
karena dalam keadaan tersebut struktur tanah dalam keadaaan tersebut struktur
tanah dalam keadaan yang paling baik.
6) Konsistensi
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah
atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh
daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Dalam keadaan
lembab atau kering konsisteni tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah.
Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi
gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur
dengan remasan tersebut tanah dikatakan berkonsistensi teguh (lembab) atau keras
(kering).
Sifat-sifat Kimia Tanah
Sejumlah proses tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah laju dekomposisi
mineral tanah dan bahan organik dipengaruhi oleh reaksi tanah. Pembentukan
tanaman juga dipengaruhi oleh reaksi asam basa dalam tanah, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak langsung terhadap tanaman
adalah pengaruh terhadap kelarutan dan ketersediaan hara tanaman. Pengaruh
secara langsung ion H+ dilaporkan mempunyai pengaruh beracun terhadap
tanaman jika terdapat dalam konsentrasi yang tinggi (Tan, 1991).
Pengujian PH tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan
menggunakan kertas lakmus, dengan menggunakan kertas indikator universal dan
dengan alat PH dilaboratorium dapat menggunakan PH meter Beckman H5
(Kuswandi, 1993).
Penentuan PH tanah dapat ditentukan secara kalorimetrik dan
elektrometrik baik dilaboratorium ataupun dilapangan. Elektrik reaksi tanah
ditentukan antara lain dengan PH meter Backman, sedangkan kalorimetrik dapat
ditentukan dengan suatu alat atau menggunakan kertas PH, pasta PH dan larutan
universal. Penentuan car terakhir umumnya lebih murah tetapi peka terhadap
pengaruh dari luar. Pada prinsipnya dikerjakan dengan membandingkan warna
larutan tanah dengan warna larutan standart dari kertas, pasta dan larutan indikator
universal (Darmawijaya, 1990).
Ion H+ dalam tanah dapat berada dalam keadaan terjerap. Ion H+ yang
terjerap menentukan kemasaman aktif atau aktual kemasaman potensial dan aktual
secara bersama menentukan kemasaman total. pH yang diukur pada suspensi
tanah dalam larutan garam netral (misal KCl) menunjukan kemasaman total oleh
karena K+ dapat melepaskan H+ yang terjerap dengan mekanisme pertukaran
(Notohadiprawiro, 1998)
Binatang biasanya dianggap sebagai penyumbang sekunder setelah
tumbuhan. Mereka akan menggunakan bahan ini atau bahan organik sebagai
sumber energi. Bentuk kehidupan tertentu terutama cacing tanah, sentripoda atau
semut memainkan peranan penting dalam pemindahan sisa tanaman dari
permukaan ke dalam tanah (Soepardi, 1983).
Bahan kapur pertanian ada tiga macam, yaitu CaCO3 atau CaMg(CO3)2,
CaO atau MgO dan Ca(OH)2. Kapur yang disarankan adalah CaCO3 atau
CaMg(CO3)2 yang digiling dengan kehalusan 100 % melewati saringan 20 mesh
dan 50 % melewati saringan80 – 100 mesh. Pemberian kapur dapat menaikkan
kadar Ca dan beberapa hara lainnya, serta menurunkan Al dan kejenuhan Al, juga
memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Pemberian kapur yang menyebabkan
sifat dan ciri tanah membaik, meningkatkan produksi tanaman padi, jagung,
kedelai (Bailey, 1986).
Perilaku kimia tanah dapat ditafsirkan sebagai keseluruhan reaksi
fotokimia dan kimia yang berlangsung antar penyusun tanah dan bahan yang
ditambahkan kepada tanah insitu. Faktor kelajuan semua reaksi kimia yang
berlangsung dalam tanah berentangan sangat lebar, antara yang sangat singkat
berhitungan menit ( reaksi serapan tertentu ) dan yang luar biasa berhitung abad
( reaksi yang berkaitan dengan pembentukan tanah ). Reaksi-reaksi tanah diimbas
oleh tindakan faktor lingkungan tertentu. (Notohadiprawiro,1998)
III. METODOLOGI
3.1 Letak Geografis dan Administratif
Secara geografis lokasi pengamatan di Desa Saue, Kecamatan Parangloe,
Kabupaten Gowa terletak antara 119°33’7,60” LU dan 95°11’9,14” LS.
Letak lokasi Desa Saue, Kecamatan Parangloe sebagai berikut :
Sebelah Utara : Pallauna
Sebelah Selatan : Balang Palalang
Sebelah Timur : Balang Puza
Sebelah Barat : Buntu Lebang
3.2. Waktu dan Tempat
Praktikum Profil tanah dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 Oktober
2012 pukul 09.00 – 14.00 WITA dan bertempat di Kecamatan Parangloe,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
3.3 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: sekop, linggis,
cangkul, palu, cutter, meteran, dan ring sampel.
Bahan yang digunakan yaitu kantong plastik gula, kertas label, alat tulis
menulis, karet gelang, dan Daftar Isian Profil (DIP).
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Penggalian Profil Tanah
Adapun cara kerja praktikum penggalian profil tanah sebagai berikut :
Membuat lubang penampang harus cukup besar agar orang dapat
dengan mudah duduk dan berdiri di dalamnya dan pemeriksaannya
berjalan dengan sempurna.
Mengukur penampang 1,5 m x 1m sampai bahan induk dan
pemeriksaan dipilih di sisi lubang penampang pada bagian teratas.
Tidak menumpuk tanah bekas galian di atas sisi penampang
pemeriksaan.
Melakukan pengamatan pada sinar matahari yang cukup.
3.4.2 Pengambilan Sampel Tanah
a. Sampel Tanah Terganggu
Prosedur kerja pengambilan sampel tanah terganggu yaitu :
Mengambil tanah dengan sendok tanah atau cutter sesuai
dengan lapisan yang akan diambil.
Masukkan dalam kantong plastik gula yang telah diberi
label.
b. Sampel Tanah Utuh
Prosedur pengambilan sampel tanah utuh sebagai berikut :
Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil,
kemudian letakkan ring sampel tegak lurus (jangan sampai
tanah dalam ring sampel rusak).
Menekan ring sampel sampai bagian ring sampel masuk ke
dalam tanah (+ 10 cm).
Ambil ring sampel beserta tanahnya dengan hati-hati, gali
dengan skop atau linggis.
Potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan
bawah ring sampel sampai permukaan tanah rata dengan
permukaan ring sampel.
Tutup ring sampel dengan plastik lalu simpan dalam kotak
yang telah disediakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel Pengamatan Profi Tanah
Lapisan I II
Kedalaman Lapisan (cm)
27 cm 36 cm
Batasan Lapisan Nyata Berbaur
Topografi Batas Lapisan
Rata Tidak teratur
Warna (Munsell) Cokelat kehitaman Cokelat muda / cokelat
kekuninganTekstur Pasir berlempung Lempung berliat
Struktur Granular Sedang
Konsistensi Lembab BasahKaratan Tidak ada Ada (Fe)
Sumber: Data primer setelah diolah 2012
4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel pengamatan diatas, dapat kita ketahui beberapa sifat
fisik tanah sebagai berikut :
a) Kedalaman Tanah
Berdasarkan tabel diatas, tanah yang diamati terdiri atas 2 lapisan, yaitu
lapisan pertama 0-27 cm dan lapisan kedua 27-36 cm. Pada lapisan kedua
belum menunjukkan adanya batuan induk. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pairunan (1985), bahwa semakin ke bawah, kandungan bahan organik
setiap tanah semakin berkurang.
b) Batasan Lapisan
Batasan lapisannya dapat terlihat dengan jelas, dalam artian dapat diamati
secara visual perbedaan warna lapisan satu dengan lapisan berikutnya.
Hasil pengamatan dengan kasat mata menunjukkan bahwa batasan lapisan
pada lapisan I terlihat nyata dan lapisan II terlihat berbaur. Lapisan I dan
lapisan II, batasan lapisan keduanya sama karena disebabkan adanya
pencucian pada lapisan sebelumnya dan hasil pencucian tersebut diikat
oleh lapisan berikutnya. Pencucian terjadi disebabkan karena adanya air
hujan. Hal ini didukung oleh Hardjowigeno (1992) yang menyatakan
bahwa persamaan batasan lapisan disebabkan kandungan tanah lapisan
itu hampir sama.
c) Topografi Batas Lapisan
Topografi batas lapisan yang diamati di lapangan, lapisan I terlihat rata
dan lapisan II tidak teratur. Topografi dikatakan tidak teratur karena
horison A dan Horison B terlihat tidak teratur dan topografi dikatakan rata
karena horison A dan B mempunyai lapisan yang terlihat rata. Banyak
faktor yang mempengaruhi hal tersebut, hal ini sesuai apa yang dikatakan
oleh Hakim, dkk (1986) bahwa tanah tersebut dipengaruh oleh air (erosi
tanah), bahan induk atau pun pengaruh vegetasi.
d) Warna (Munsell)
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, kita dapat melihat perbedaan
warna antara lapisan I dengan lapisan II. Lapisan I memiliki warna yang
lebih gelap dibanding dengan warna pada lapisan II. Lapisan I berwarna
cokelat tua atau cokelat kehitaman. Hal ini disebabkan karena lapisan I
kaya akan bahan organik yang tinggi dan aktivitas biologis tumbuhan
ataupun hewan. Humus dan horizon bercampur dengan mineral lapuk
untuk membentuk lapisan I. Hal ini sesuai dengan yang dituturkan oleh
Hakim (2007) yang menyatakan bahwa horizon teratas hamper seluruhnya
mengandung bahan organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan
termasuk
e) Tekstur
Tekstur tanah dapat ditentukan di lapangan dengan memijit tanah dengan
jari dalam keadaan basah maupun dalam keadaan kering. Seperti tanah
pada lapisan I pasir berlempung dan lapisan II bertekstur lempung berliat.
Teksturnya berbeda disebabkan karena faktor feeling (perasaan) seperti
pasir berlempung yang terasa sedikit kasar, melekat dan tetapi mudah
patah, sedangkan lempung ber liat terasa halus, lembab, agak licin, sangat
lekat, dan dapat dibentuk serta tidak mudah patah.. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hakim, dkk (1986) yang menyatakan bahwa tanah berliat akan
menyimpan lebih banyak air dan mineral karena tanah liat sukar ditembus
oleh air dan suka mengikat mineral.
f) Struktur
Gumpalan struktur tanah dapat terjadi karena butir-butir pasir, debu dan
liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat tertentu dan memiliki bentuk,
ukuran serta kemantapan yang berbeda-beda. Dalam pengamatan profil
yang dilakukan lapisan I berstruktur granular sedangkan lapisan II
berstruktur sedang. Oleh karena bentuk struktur tersebut dapat kita jumpai
pada daerah beriklim basah. Hal ini didukung oleh pendapat
Hardjowigeno (2003) bahwa lokasi tanah yang berada pada daerah iklim
basah memiliki struktur yang berbeda.
g) Konsistensi
Dalam pengamatan di lapangan, dapat pula ditentukan konsistensi tanah
dengan meremas tanah, seperti tanah pada lapisan I konsistensinya lembab
dan pada lapisan II konsistensinya basah. Dikatakan konsistensi basah
(pada kadar air sekitar kapasitas-lapangan (field-cappacity) dapat di nilai
dengan cara :
a. Derajat kelekatan tanah terhadap benda-benda yang menempelinya,
yang di deskripsikan menjadi: tak lekat, agak lekat, lekat dan sangat
lekat serta
b. Derajat kelenturan tanah terhadap perubahan bentuknya, yaitu:
nonplastis (kaku), agak plastis, plastis, dan sangat plastis.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim (1986) yang menyatakan bahwa
konsistensi dan ketahanan suatu lapisan ditentukan oleh bahan
pembentuknya, lapisan tanah organik mempunyai potensi ketahanan yang
rendah dan umumnya dibuang dan diganti dengan bahan yang lebih stabil
seperti krikil dan pasir.
h) Karatan
Karatan tanah merupakan sifat dari kandungan yang dimiliki oleh tanah
tersebut. Pada lapisan I kami tidak menemukan adanya karatan, sedangkan
pada lapisan II warnanya banyak menyerupai karat, ini menandakan
bahwa lapisan tersebut mengandung besi (Fe), mangan (Mn) dan
Aluminium (Al). Hal ini terutama dipicu oleh terjadinya reduksi besi dan
mangan kebentuk larutan, dan oksidasi yang menyebabkan terjadinya
presipitasi sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2009) yang menyatakan
warna karatan yang terdapat pada tanah merupakan kandungan yang
banyak terdapat pada lapisan tanah tersebut dan mempengaruhi warna tiap
lapisan tanah.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kedalaman lapisan pada lapisan I 27 cm dan kedalaman lapisan II 36 cm.
2. Batasan lapisan pada lapisan I terlihat nyata dan pada lapisan II terlihat
berbaur.
3. Topografi batas lapisan pada lapisan I rata dan pada lapisan II tidak
teratur.
4. Warna (munsell) belum ada karena pada saat praktikum lapangan kami
tidak membawa munsel tetapi jika diamati tanpa menggunakan buku
munsell, warna lapisan I terlihat cokelat kehitaman sedangkan pada
lapisan II terlihat cokelat kekuningan.
5. Tekstur pada lapisan I pasir berlempung dan pada lapisan II lempung
berliat.
6. Untuk struktur profil tanah yang diamati yaitu pada lapisan I strukturnya
granular atau berlempung sedangkan lapisan II agak sedang.
7. Konsistensi pada lapisan I lembab sedangkan pada lapisan II basah.
8. Karatan pada profil tanah yang diamati hanya terdapat pada lapisan II
dibanding dengan lapisan I yang tidak memiliki karatan. Adapun karatan
yang terdapat pada lapisan II adalah besi (Fe).
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah bahan
induk, iklim, organism,topografi, dan waktu.
10. Sifat-sifat tanah terbagi 2 yaitu sifat fisika dan sifat kimia tanah. Sifat
fisika tanah dapat diketahui dengan melihat tekstur, struktur, warna,
topografi, batasan lapisan, serta konsistensi tanah.
5.2 Saran
Komunikasi antar Asisten dan Praktikan sebaiknya diperlancar agar
praktikan dapat mengetahui apa saja yang diperlukan sehubungan dengan
praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.27 Oktober 2012
Baver, L.D. 1961. Soil Physics. John Wiley & Sons Inc. New york. 27 Oktober 2012
Buckman. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 27 Oktober 2012
Darmawijaya, M. Isa. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 27 Oktober 2012
Foth, H.D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 23 Oktober 2012
Hakim, 2007. Ciri-ciri utama Profil Tanah. 23 Oktober 2012
Hanafiah, Kemas Ali. 2009. Dasar-dasarIlmu Tanah. Jakarta :Rajawali pers. 27 Oktober 2012
Hanafia, 2007. Ciri-ciri utama Profil Tanah. 23 Oktober 2012
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah Dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta. 27 Oktober 2012
Hardjowigeno, 1985. Tanah Vertisol. Kejenuhan Basa. KTK. 23 Oktober 2012
Henry. 1988. Fundamentalis of Soil Science. John Wiley & Sons. Inc. New york. 27 Oktober 2012
Kartasapoetra. 1987. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung. 27 Oktober 2012
Kononova.M.M. 1996. Soil organic matter. Diterjemahkan dari bahasa Rusia oleh T.Z. Nowokowski & A.C.D. Newman 2nd English Edition. Pergamon Press Ltd. Oxford. London. 27 Oktober 2012
Kuswandi. 1993. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. 27 Oktober 2012
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 27 Oktober 2012
Pairunan, 1985. Ciri-ciri utama Tanah. Horizon E. 27 Oktober 2012
Sarief. 1979. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung. 27 Oktober 2012
Sugiman. 1982. Ilmu Tanah Terjemahan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 27 Oktober 2012
Soepardi. 1979. Sifat Dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 27 Oktober 2012
Tan, Kim. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Balai Penelitian Teh & Kina. Bandung. 27 Oktober 2012
Tim Asisten dan Dosen UNHAS, 2010. 27 Oktober 2012
top related