laporan produksi tanaman kedelai
Post on 19-Jan-2015
4.765 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS JEMBERFAKULTAS PERTANIANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIANLABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : BAYU GUSTI SAPUTRA
NIM : 111510501152
GOLONGAN/KEL : SENIN / 6
ANGGOTA : 1. FRANSISKA ADE (091510601069)
2. TEGUH BAGUS (091510601074)
3. KHARISMA AGRI (091510601081)
4. PUTRI SEPTIANI (111510501016)
5. DAWUD LUTAMA (111510501065)
6. NISA ATIN (111510501071)
JUDUL ACARA : TEKNIK PRODUKSI TANAMAN KEDELAI
(Glice max)
TANGGAL PRAKTIKUM : 8 OKTOBER 2012
TANGGAL PENYERAHAN : 27 NOVEMBER 2012
ASISTEN : 1. DEDI EKO S.
2. MEIDA WULANDARI
3. NOVITA FIRDA S.
4. IFTITAH FIKA F
5. HAIKAL WAHONO
6. AHMAD NUR H.G.A
7. ULIL ABROR P.Y
8. ADI RACHMAT
9. ANSAUL AZIZAH S
10. SHOLIFA
11. LUSIANA
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak.
Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan
kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max). Kedelai termasuk dalam tanaman
musim, yang bisa dipanen beberapa kali dalam satu tahun. Taksonomi tanaman
kedelai adalah sebagai berikut Familia: Leguminosae, Subfamili: Papilionoidae,
Genus: Glycine, Species: Glycine max L. Tanaman kedelai sangat cocok untuk
hidup di daerah sub tropis, namun masih mamu beradaptasi dengan baik didaerah
tropis. Tanaman kedelai mampu tumbuh secara optimal dengan curah hujan diatas
500 mm setahun, suhu optimal 25º-30º C dengan penyinaran penuh minimal 10
jam perhari, kelembaban rata-rata 65%. Penanaman dengan ketinggian lebih dari
750 m dpl (meter dari pemukaan laut pertumbuhan akan terhambat dan masih
dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian 110 m dpl. Sehingga akan lebih
baik dan lebih tepat jika tanaman kedelai sebaiknya dibudidayakan pada
ketinggian 110-750 m di atas permukaan laut.
Ada beberapa varietas kedelai yang biasa digunakan, antara lain Dasar-
dasar penentuan varietas kedelai adalah menurut: umur, warna biji dan tipe
batang. Varietas kedelai yang dianjurkan yaitu: Otan, No. 27, No.29, Ringgit 317,
Sumbing 452, Merapi 520, Shakti 945, Davros, Economic Garden, Taichung
1290. Penggunaan varietas yang unggul akan sengat berpengaruh terhadap
produksi tanaman kedelai, selain juga pengaruh lingkungan yang akan digunakan
sebagai wilayah budidaya tanaman kedelai. Dengan lingkungan yang sesuai dan
varietas yang unggul akan mampu mengembangkan produktivitas tanaman
kedelai, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas hasil produksinya
Tanaman kedelai juga cukup banyak dibutuhkan selain padoi dan jagung.
Kedelai bisasanya digunakan sebagai bahan makanan olahan, namun bisa juga
sebagai bahan konsumsi langsung. Selain sebagai bahan makanan, kedelai juga
digunakan sebagai bahan baku industri, seperti: kertas, cat cair, tinta cetak dan
tekstil. Produktivitas kedelai di Indonseia sendiri juga msih kurang baik,
permintaan pasar yang besar tidak berimbang dengan besarnya produksi tanaman
kedelai sehingga sangat diperlukan pengembangan produksi tanaman kedelai.
Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena
seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Ini karena produktivitas rendah
dan semakin meningkatnya kebutuhan kedelai. Kedelai merupakan tanaman
penting karena peranannya sebagai sumber protein nabati dan dapat juga
digunakan sebaga bahan baku industri. Kedelai sebagai sumber protein nabati, di
Indonesia hasinya masih rendah sehingga perlu impor setiap tahun. Untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi nasional, Indonesia harus impor kedelai sehingga
menyebabkan biaya untuk impor kedelai jumlahnya besar. Kedelai yang ditanam
saat musim kemarau dengan diberi pengairan yang tinggi memebrikan hasil yang
lebih tinggi daripada kedelai yang ditanam pada musim hujan meskipun pada
lokasi yang sama. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan unsur iklim, terutama
radiasi matahari. Hal tersebut dikarenakan kedelai menghendaki kondisi tanah
yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih
ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam
keadaan kering. Pada praktikum ini akan dilakukan penanaman kedelai dengan
menggunakan beberapa perlakuan pemupukan, kemudian setelah dilakukan
pengematan selama beberapa waktu maka diharapkan diketahui perlakuan terbaik
yang dapat meningkatkan produksi kedelai.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman kedelai.
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kedelai yang baik dan sesuai
dengan kondisi tanah.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) adalah tanaman penting sumber
pangan berkualitas tinggi yang murah dengan mengandung protein dan minyak.
Kacang kedelai berisi protein sekitar 41% dan 21% minyak. Sekitar 95% dari
Minyak kedelai digunakan sebagai minyak goreng dalam salad atau memasak,
margarin juga dibuat dari Minyak kedelai yang kaya akan asam lemak esensial
dan tidak mengandung kolesterol. Tempe, merupakan produk kedelai, selain itu
manfat kedelai digunakan sebagai pakan ternak tinggi protein.
Seperti kacang dan biji-bijian lainnya, kedelai memainkan peranan penting dalam
fiksasi nitrogen biologis dan termasuk dalam sistem tanam memperbaiki
kesuburan tanah. Beberapa ahli mencatat bahwa bakteri pengikat nitrogen tidak
berfungsi secara efektif di bawah kondisi pH tanah rendah dari 4,2 dan dibawah
dan direkomendasikan pH 6 - 6,5 untuk pertumbuhan kedelai secara optimal
(Okpara et al., 2007).
Tanaman kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat penting
untuk meningkatkan gizi masyarakat, dengan demikian tanaman ini per1u
diusahakan. Produksi kedelai di Indonrsia masih tergolong rendah, hal ini
diperkirakan karena pengolahan tanah kurang cepat, pemupukan yang kurang
sempurna, kekeringan, serangan hama penyakit dan gulma serta tumbth benih
yang kurang baik (Syawal,2007).
Kebutuhan akan kedelai setiap tahunnya meningkat terus dan sebagian
besar masih diimpor dari luar negeri. Ketergantungan terhadap kedelai impor
sangat memprihatinkan karena seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Ini
karena produktifitas rendah dan teknik budidaya yang masih belum memadai
sehingga usaha tani kedelai seringkali tidak menguntungkan. Penggunaan
teknologi merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan pendapatan usahatani
kedelai.Biasanya tanaman kedelai mulai tumbuh pada umur 5-7 hari, benih yang
tidak tumbuh diganti atau disulam dengan benih baru yang akan lebih baik jika
dicampur legin dan penyulaman sebaiknya dilakukan saat sore hari. Untuk
melakukan penyiangan pertama umur 2-3 minggu, ke-2 pada saat tanaman selesai
berbunga (sekitar 6 minggu setelah tanam) kemudian penyiangan ke-2 ini
sebaiknya dilakukan brsamaan dengan pemupukan ke-2 (Tombe dan Hendra,
2010).
Kedelai merupakan bahan baku makanan yang bergizi seperti tahu dan
tempe. Hampir semua lapisan masyarakat menyukai makanan yang terbuat dari
kedelai. Bagi petani, tanaman ini penting untuk menambah pendapatan karena
dapat segera dijual dan harganya tinggi. Tanaman ini dapat diusahakan di lahan
pasang surut. Hasilnya cukup memadai, namun cara mengusahakannya berbeda
daripada di lahan sawah irigasi dan lahan kering. Tanaman ini tidak tahan
genangan. Oleh sebab itu, tidak dianjurkan menanam kedelai di lahan pasang
surut yang bertipe luapan air A yang selalu terluapi baik saat pasang besar
maupun pasang kecil (Harahap, 1999)..
Ledgard (2001), mencatat bahwa tumpangsari menjanjikan produksi
tanaman yang berkelanjutan. Beberapa ahli menyarankan agar memilih dan
mengintegrasikan kacang-kacangan seperti kedelai kedalam sistem polatanam
tumpangsari. Berbagai cara seharusnya dilakukan untuk mempertahankan mineral
dan harai bagi tanaman yang sebelumnya hilang melalui siklus tanaman yang
telah dilepas selama sebelumnya tanam. Tujuan dari usaha tersebut adalah untuk
memilih varietas kedelai yang paling menguntungkan untuk ditumpangsarikan
dengan singkong dan menentukan gabungan efek dari pupuk terapan (NdanK) dan
kedelai fiksasi nitrogen pada NdanK dari sistem tumpangsari tersebut (Umeh,S.I
and Mbah,B.N,2010).
Kondisi tanah yang baik untuk tanaman kedelai adalah tanah yang lembab.
Oleh karena itu, diperlukan pengairan yang teratur untuk menjaga kelembaban
tanah tersebut. Kekeringan pada masa pertumbuhan vegetatif (masa belum
berbunga) mengakibatkan tanaman kerdil. Bila kekeringan terjadi pada saat
bebunga atau pengisian polong, maka hasil dapat menurun. Jadi, secara umum
tanaman kedelai harus diberi pengairan/disiram sebanyak 3-4 kali selama priode
pertumbuhannya,yaitu sebelum berbunga, saat berbunga, dan saat pengisian
polong. Pengairan hendaknya diberikan sampai ke daerah perakaran tanaman.
Lamanya penggenangan cukup 10-13 menit. Setelah itu, air dikeluarkan kembalu
dari petakan (istiyastuti dan triyono, 1996).
Kedelai dipupuk dengan cara sebagai berikut : 100Kg TSP diberikan
bersamaan dengan waktu tanam. Lantas menyusul Urea 75 Kg yang diberikn dua
kali, yakni pertama 35 Kg diberikan bersamaan dengan waktu tanam. Sisanya
diberikan setelah masa penyiangan kedua (sebelum berbunga) atau setelah 25 hari.
Dan bisa pula setelah tanaman berbunga yakni ketika berusia 40 hari (Lingga,
1992).
Kedelai adalah sumber terkaya unsur protein nabati yang dikonumsi
manusia. Kedelai juga produk sumber protein termurah dan paling siap tersedia,
terutama di negara-negara berkembang. Oleh karena itu sangat penting
dalam memenuhi kebutuhan protein yang sangat umum terutama di daerah
pedesaan. Beberapa ahli mencatat kedelai memiliki kapasitas untuk meningkatkan
kesuburan tanah dengan memperbaiki nitrogen dalam tanah melalui nitrifikasi
yang dilakukan oleh bakteri pengikat nitrogen yang berada dalam bintil akar
kedelai. Kedelai juga memiliki kemampuan untuk meningkatkan status gizi rumah
tangga, meningkatkan pendapatan, meningkatkan produktivitas tanaman lainnya
(Idrisa et al.,2010).
Menurut Kastono (2008), salah satu usaha untuk meningkatkan produksi
kedelai adalah dengan pemupukan dan pengendalian hama kedelai. Sebagai
tanaman semusim, kedelai menyerap N, P, dan K dalam jumlah relatif besar.
Untuk mendapatkan tingkat hasil kedelai yang tinggi diperlukan hara mineral
dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Untuk mencukupi kebutuhan hara
tanaman, selain pemberian pupuk anorganik juga diperlukan tambahan pupuk
organik. Salah satu alternatif sebagai sumber bahan organik yang potensial adalah
gulma siam (Chromolaena odorata). Kegagalan pengendalian sering terjadi yang
umumnya petani mengartikan pengendalian hama sama dengan penggunaan
pestisida. Bila tanaman kedelai diserang hama, petani akan langsung
menggunakan pestisida untuk mengendalikannya. Sering terjadi pula bila di
lahannya terdapat banyak serangga, langsung disemprot tanpa diketahui apakah
serangga tersebut merugikan atau menguntungkan. Hal ini banyak dilakukan
karena khawatir akan timbul serangan hama yang lebih besar yang dapat
menggagalkan panen. Bila hal ini terjadi terus menerus akan mengakibatkan
ketahanan hama terhadap penyakit, timbulnya resurjensi hama, dan letusan hama
kedua(Kastono,2008).
Kebutuhan kedelai terus meningkat maningkatkan karena pertambahan
penduduk, juga meningkatkan konsumsi perkapita terutama dalam bentuk olahan
dan tumbhnya industri pakan ternak. Permintaan kedelai perkapita seja periode
1970 sampai 1990 telah meningkat 160%. Sedangka pada periode 1990-an sampai
tahun 2010 diperkirakan tumbuh 2,92% pertahun. Penigkatan konsumsi kedelai
begitu pesat dan tidak diimbangi oleh peningkatan produksi kedelai dalam negeri.
Kesenjangan itu ditutup dengan kedelai impor yang banyak menyita devisa. Pada
bulan agustus 2004 telah dicanangkan gebrakan baru dengan PROGRAM
BANGKIT KEDELAI yang diharapkan akan mampu mewujudkan kecukupan
pemenuhan kedelai dalam negeri dengan menaikkan produksi dari l.l juta
sekarangm menjadi 2 .5 juta ton pada tahun 2007 (Darsono,2009).
Melanogromyza (Agromyza) sojae dan Ophiomyia (Agromyza) phaseoli
dikenal dengan nama lalat bibit kedelai merupakan hama kedelai yang penting di
Indonesia, Asia, Australia, dan Daratan Pasifik. Selain menyerang kedelai, hama
ini juga menyerang kacang hijau, kacang tungak, kacang panjang, Crotalaria, dan
Buncis. Lalat bibit/lalat kacang betina meletakkan telur di daun pertama atau
kedua, kemudian larvanya menggorok daun dan mengerek batang. Tanaman
menjadi kerdil, merana, layu dan mati. Pada pangkal batang tanaman bila dikupas
akan ditemukan pupa (Tjahjadi, 1989).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Produksi Tanaman dengan judul acara “Teknik Produksi
Tanaman Kedelai” ini dilakukan pada hari Senin, 08 Oktober 2012 pada pukul
13.45-selesai, bertempat di lahan Agroklimatologi, Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Benih kedelai
2. Tanah
3. Pupuk (urea, SP-36, KCl)
4. Tanah kering angin diayak.
3.2.2 Alat
1. Cangkul
2. Tugal
3. Roll meter
4. Tali rafia
5. Papan nama
6. Ayakan
7. Timba
8. Polibag ukuran 40x60
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menyiapkan media tanam dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai
kerig angin.
3. Mengambil sampel tanah kemudian dianalisis sidik cepat untuk mengetahui
kondisi tanah melalui pH, C-Organik, dan sifat fisik tanah.
4. Memasukkan tanah sebanyak 10 kg ke dalam polibag, untukperlakuan dengan
penambahan BO berat tanah disesuaikan, kemudian menyiram dengan air.
5. Menanam benih kedelai pada masing-masing perlakuan.
6. Pemupukan SP-36 dan KCl serta penambahan bahan organik seeseui dengan
dosis anjuran sidik cepat sedangkan untuk pupuk urea sesuai dengan perlakuan
7. Melakukan pengamatan secara rutin.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum dan pengamatan maka dapat diperoleh hasil berupa
tabel sebagai berikut :
Perlakuan(Kel.)
MingguKe-
RerataTinggiTan.(cm)
RerataΣ
Daun
RerataJarakAntarRuas(cm)
RerataPanjang
Akar(cm)
RerataΣ
Akar
RerataΣ
Bintil Akar
1
(1 dan 4)
1 3,6 2 1,1
27,6 6,6 4,5
2 8,4 5,3 5
3 11,7 4,9 6,8
4 10,7 4,1 8,6
5 12,8 8,6 10,1
2
(2 dan 5)
1 3,3 2 1,4
20,3 10,8 16,6
2 7,64 4,5 4
3 9,05 8,8 4,8
4 10,9 11,35 8,5
5 12,36 13,3 8,7
3
(3 dan 6)
1 3 1,5 0.85
13,5 11 5
2 7,21 6 4,4
3 7,45 7,8 7,65
4 10,35 13 2,37
5 12,26 15 2,2
Tabel 1. Tabel data golongan hasil pengamatan tanaman kedelai berbagai
perlakuan.
Perlakuan
(Kel.)
Formulasi Pupuk Tiap Perlakuan
Urea
(Kg/Ha)
SP-36
(Kg/Ha)
KCl
(Kg/Ha)
Bahan Organik
(%)
1
(1 dan 4)10 75 50 1.5
2
(2 dan 5)50 75 50 -
3
(3 dan 6)100 75 50 -
Tabel 2. Perlakuan Formulasi Pupuk Tiap Kelompok
4.2 Pembahasan
Indonesia merupakan negara agraris, yang berarti mayoritas penduduknya
adalah berprofesi sebagai seorang petani. Berbagai produk pertanianpun dapat
dihasilkan tanpa harus mendatangkan dari negara lain. Namun apa yang terjadi
saat ini, justru berbagai kebutuhan pokok masyarakat indonesia harus didatangkan
dari luar negeri. Salah satu contohnya adalah pemenuhan kebutuhan kedelai.
Menteri Pertanian (Mentan) Suswono mengakui kebutuhan kedelai di Indonesia
masih mengandalkan dari impor sebesar 60%. Pasalnya produksi dalam negeri
yang hanya memasok 800.000 ton dari kebutuhan hingga 3 juta ton per tahun.
Alasan mendasar kenapa Indonesia mengimpor beras adalah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan kedelai.
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring
dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh
karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena
produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan
budidaya kedelai pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan. Untuk
pencapaian usaha tersebut, diperlukan pengenalan mengenai tanaman kedelai
yang lebih mendalam. Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk
semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai
didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan
biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
Taksonomi tanaman kedelai adalah sebagai berikut Familia: Leguminosae,
Subfamili: Papilionoidae, Genus: Glycine, Species: Glycine max L. Tanaman
kedelai sangat cocok untuk hidup di daerah sub tropis, namun masih mamu
beradaptasi dengan baik didaerah tropis. Berikut adalah morfologi tanaman
kedelai, diantaranya :
1. Akar
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di
sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke
dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan
terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil.
Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan
akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai
juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah
hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu,
misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.
Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan
kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta
ketersediaan air di dalam tanah. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai
panjang sekitar 2 m atau lebih pada kondisi yang optimal, namun demikian,
umumnya akar tunggang hanya tumbuh pada kedalaman lapisan tanah olahan
yang tidak terlalu dalam, sekitar 30-50 cm. Sementara akar serabut dapat
tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30 cm. Akar serabut ini mula-mula
tumbuh di dekat ujung akar tunggang, sekitar 3-4 hari setelah berkecambah
dan akan semakin bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda yang
lain.
2. Batang dan cabang
Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut
dinamakan epikotil. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe,
yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang
ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan
batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi
pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe
indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun,
walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil
persilangan yang mempunyai tipe batang mirip keduanya sehingga
dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi-indeterminate. Jumlah buku
pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode
panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku
berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih
banyak dibandingkan batang determinate.
3. Daun
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu
stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah
dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves)
yang tumbuh selepas masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada
dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai
korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Umumnya, daerah
yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas
kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata,
berjumlah antara 190-320 buah/m Umumnya, daun mempunyai bulu dengan
warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm
dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi
biasanya antara 3-20 buah/mm. Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat
mencapai 3-4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal. Contoh varietas
yang berbulu lebat yaitu IAC 100, sedangkan varietas yang berbulu jarang
yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru. Lebat-tipisnya bulu pada daun
kedelai berkait dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan
jenis hama tertentu. Hama penggerek polong ternyata sangat jarang
menyerang varietas kedelai yang berbulu lebat. Oleh karena itu, para
peneliti pemulia tanaman kedelai cenderung menekankan pada pembentukan
varietas yang tahan hama harus mempunyai bulu di daun, polong, maupun
batang tanaman kedelai.
4. Bunga
Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai, mempunyai dua
stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif
mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia
reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tanaman
kedelai di Indonesia yang mempunyai panjang hari rata-rata sekitar 12 jam
dan suhu udara yang tinggi (>30° C), sebagian besar mulai berbunga pada
umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk peka terhadap
perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga kedelai
menyerupai kupu-kupu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai
daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun
sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh
dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku
kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi.
5. Polong dan biji
Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah
munculnya bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah
polong yang terbentuk pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam,
antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Pada setiap tanaman, jumlah
polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan
pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses
pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal
pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh
erubahan warna polong, dari hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat
masak. Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan
janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum)
yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil,
berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji.
Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau
kombinasi campuran dari warna-warna tersebut. Biji kedelai tidak mengalami
masa dormansi sehingga setelah proses pembijian selesai, biji kedelai dapat
langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus mempunyai kadar air
berkisar 12-13%.
6. Bintil akar dan Fiksasi Nitrogen
Tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui
aktivitas bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini
terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar.
Keberadaan Rhizobium japonicum di dalam tanah memang sudah ada karena
tanah tersebut ditanami kedelai atau memang sengaja ditambahkan ke dalam
tanah. Nodul atau bintil akar tanaman kedelai umumnya dapat mengikat
nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah tanam, tergantung kondisi
lingkungan tanah dan suhu. Kelembaban tanah yang cukup dan suhu tanah
sekitar 25° C sangat mendukung pertumbuhan bintil akar tersebut. Perbedaan
warna hijau daun pada awal pertumbuhan (10 – 15 hst) merupakan indikasi
efektivitas Rhizobium japonicum. Pada saat itu, terjadi infeksi pada akar
rambut yang merupakan titik awal dari proses pembentukan bintil akar. Oleh
karena itu, semakin banyak volume akar yang terbentuk, semakin besar pula
kemungkinan jumlah bintil akar atau nodul yang terjadi.
Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem dengan
jenis tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yang berbeda sehingga
kendala satu agroekosistem akan berbeda dengan agroekosistem yang lain.
Hal ini akan mengindikasikan adanya spesifikasi cara bertanam kedelai. Oleh
karena itu, langkah-langkah utama yang harus diperhatikan dalam bertanam
kedelai yaitu pemilihan benih, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan.
1) Pemilihan Benih
Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani kedelai.
Pada penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung, sehingga
apabila kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi persatuan luas akan
berkurang. Di samping itu, kedelai tidak dapat membentuk anakan sehingga
apabila benih tidak tumbuh, tidak dapatditutup oleh tanaman yang ada. Oleh
karena itu, agar dapat memberikan hasil yang memuaskan, harus dipilih
varietas kedelai yang sesuai dengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan
kondisi lapang, dan memenuhi standar mutu benih yang baik.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan varietas yaitu
umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat adaptasi terhadap
lingkungan tumbuh yang tinggi. Umur panen, varietas yang akan ditanam harus
mempunyai umur panen yang cocok dalam pola tanam pada agroekosistem
yang ada. Hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya pergeseran
waktu tanam setelah kedelai dipanen. Ukuran dan warna biji, varietas yang
ditanam harus sesuai dengan permintaan pasar di daerah sekitar sehingga
setelah panen tidak sulit dalam menjual hasilnya. Bersifat aditif, untuk daerah
sentra pertanaman tertentu, misalnya di tanah masam, hendaknya memilih
varietas kedelai unggul yang mempunyai tingkat adaptasi tinggi terhadap tanah
masam sehingga akan diperoleh hasil optimal, contohnya varietas Tanggamus.
2) Persiapan Lahan
Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering (tegalan) atau
tanah persawahan. Pengolahan tanah bagi pertanaman kedelai di lahan kering
sebaiknya dilakukan pada akhir musim kemarau, sedangkan pada lahan
sawah, umumnya dilakukan pada musim kemarau. Persiapan lahan penanaman
kedelai di areal persawahan dapat dilakukan secara sederhana. Mula-mula
jerami padi yang tersisa dibersihkan, kemudian dikumpulkan, dan dibiarkan
mengering. Selanjutnya, dibuat petak-petak penanaman dengan lebar 3 m- 10
m, yang panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Diantara petak
penanaman dibuat saluran drainase selebar 25 cm - 30 cm, dengan
kedalaman 30 cm. Setelah didiamkan selama 7-10 hari, tanah siap ditanami.
Jika areal penanaman kedelai yang digunakan berupa lahan kering atau
tegalan, sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanah
dicangkul atau dibajak sedalam 15 cm – 20 cm. Di sekeliling lahan dibuat
parit selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm. Selanjutnya, dibuat petakan-
petakan dengan panjang antara 10 cm – 15 cm, lebar antara 3 cm – 10
cm, dan tinggi 20 cm – 30 cm. Antara petakan yang satu dengan yang lain
(kanan dan kiri) dibuat parit selebar dan sedalam 25 cm. Antara petakan
satu dengan petakan di belakangnya dibuat parit selebar 30 cm dengan
kedalaman 25 cm. Selanjutnya, lahan siap ditanami benih.
3) Penanaman
Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu
dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5–
2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4 biji dan diupayakan 2 biji
yang bisa tumbuh. Observasi di lapangan dijumpai bahwa setiap lubang
tanam diisi 5 biji, bahkan ada yang sampai 7 – 9 biji sehingga terjadi
pemborosan benih yang cukup banyak. Di sisi lain, pertumbuhan tanaman
mengalami etiolisasisehingga dapat mengakibatkan tanaman menjadi mudah
roboh. Kebutuhan benih yang optimal dengan daya tumbuh lebih dari 90%
yaitu 50 – 60 kg/ha. Penanaman ini dilakukan dengan jarak tanam 40 cm x
10 – 15 cm. Pada lahan subur, jarak dalam barisan dapat diperjarang
menjadi 15 – 20 cm. Populasi tanaman yang optimal berkisar 400.000 –
500.000 tanaman per hektar. Penempatan arah tanam di daerah tropik tidak
menunjukkan perbedaan antara ditanam arah timur-barat dengan utara-selatan.
Hal yang terpenting yaitu arah tanam harus sejajar dengan arah saluran irigasi
atau pematusan sehingga air tidak menggenang dalam petakan.
4) Pemeliharaan
Untuk mengurangi penguapan tanah pada lahan, dapat digunakan
mulsa berupa jerami kering. Mulsa ditebarkan di antara barisan tempat
penanaman benih dengan ketebalan antara 3 cm – 5 cm. Satu minggu setelah
penanaman, dilakukan kegiatan penyulaman. Penyulaman bertujuan untuk
mengganti benih kedelai yang mati atau tidak tumbuh. Keterlambatan
penyulaman akan mengakibatkan tingkat pertumbuhan tanaman yang jauh
berbeda. Tanaman kedelai sangat memerlukan air saat perkecambahan (0 – 5
hari setelah tanam), stadium awal vegetatif (15 – 20 hari), masa
pembungaan dan pembentukan biji (35 – 65 hari). Pengairan sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan
menggenangi saluran drainase selama 15 – 30 menit. Kelebihan air dibuang
melalui saluran pembuangan. Jangan sampai terjadi tanah terlalu becek atau
bahkan kekeringan. Pada saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam,
dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan bersamaan
dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah
tanaman kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan mencabut
gulma yang tumbuh menggunakan tangan atau kored.
Selain itu, dilakukan pula penggemburan tanah. Penggemburan dilakukan
secara hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman. Pemberian pupuk susulan
dilakukan saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam. Pemberian
pupuk susulan hanya dilakukan pada tanah yang kurang subur saja. Pupuk
yang digunakan berupa Urea sebanyak 50 kg/ha. Pupuk diberikan dalam
larikan di antara barisan tanamn kedelai, selanjutnya ditutup dengan tanah.
Bagi kedelai Jepang, pupuk susulan yang digunakan adalah Urea, TSP, dan
KCl masing-masing sebanyak 200 kg/ha.
5) Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah
menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah
mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau
polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.
Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua
dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas
berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering
dan lepas dari cabangnya. Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen
Perlu diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi
dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada
umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata.
Untuk tahap pemupukan pada tanaman kedelai, para ahli dan peneliti
sendiri masih berbeda pendapat tentang pemberian pupuk nitrogen terhadap
tanaman kedelai. Ada yang berpendapat perlu diberikan ada juga yang
sebaliknya tidak perlu. Namun demikian pemupukan nitrogen tergantung kepada
ketersediaan nitrogen itu sendiri. Apabila tanaman memperlihatkan gejala
kekurangan, maka perlu diberikan. Rhizobium adalah bakteri penambat N
simbiotik yang dapat mencukupi hampir seluruh kebutuhan N tanaman kedelai
(Shutsrirung et al. 2002). Akan tetapi perlu diketahui untuk terbentuknya bintil
akar diperlukan nitrogen secukupnya sebagai stater. Menurut Tim Balai
Penelitian Tanah Bogor, pupuk N untuk tanaman kedelai pada tegalan, diperlukan
25 kg urea/ha sebagai starter pertumbuhan. Kebutuhan N tanaman bisa dipenuhi
dari hasil fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium. Untuk meyakinkan proses
tersebut terjadi dengan baik, diperlukan inokulasi Rhizobium dengan dosis 200 g
untuk 40 kg benih. Produk inokulum yang baik adalah inokulum yang juga
mengandung bakteri pelarut fosfat, kalium dan hormon pertumbuhan, selain
bakteri pengikat N udara. Pemakaian inokulum yang baik dapat menekan 100%
kebutuhan N dan 50% kebutuhan pupuk P dan K.
Setelah dilakukan pengamatan selama 5 minggu maka dapat diperoleh data
respon pertumbuhan tanaman kedelai berbagai perlakuan pemupukan Urea, SP-
36, KCl dan Bahan Organik. Ternyata dari hasil pengamatan tersebut diketahui
bahwa banyak kedelai yang tidak tumbuh atau telah tumbuh kemudian mati dalam
perkembangannya. Hanya terdapat beberapa kedelai yang dapat tumbuh dengan
normal. Faktor utama yang menjadikan banyak benih tidak tumbuh dan kematian
adalah cuaca ekstrim pada masa awal perkecambahan. Air merupakan senyawa
yang sangat penting bagi tumbuhan. Fungsi air antara lain sebagai media reaksi
enzimatis, berperan dalam foto sintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembapan.
Namun apabila, volume air terlalu besar justru menyebabkan cekaman genangan.
Cekaman atau stress yang disebabkan genangan air akan menurunkan pertukaran
gas antara tanah dan udara yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi
akar, menghambat pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme (mendorong udara
keluar dari pori tanah maupun menghambat laju difusi).
Pada dasarnya genangan mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Struktur tanah akan rusak, daya rekat agregat lemah, penurunan potensial
redoks, peningkatan pH tanah masam, penurunan pH tanah basa, perubahan daya
hantar dan kekuatan ion, perubahan keseimbangan hara. Kemudian cekaman akan
terjadi pada tanaman kedelai, terbukti banyak benih tiak tumbuh dan tanaman
yang tergenang menunjukkan gejala klorosis pada daun kedelai gejala kahat N.
Kekahatan N terjadi karena penurunan ketersediaan N maupun penurunan
penyerapannya. Selain menurunkan unsur hara, genangan air menyebabkan
banyak virus dan patogen yang menyerang tanaman kedelai. Akibatnya pangkal-
pangkal kedelai banyak ditemukan membusuk dan rebah akibat serangan patogen.
Oleh karena itu banyak tanaman-tanaman kedelai yang tidak dapat tumbuh
maksimal bahkan mati dalam perkembangannnya. Solusi dan harapan agar
praktikum kedepannya lebih mendapatkan data yang valid adalah, menanam
tanaman kedelai pada kondisi yang stabil dan aman yaitu bertempat di green
house. Berikut adalah berbagai perlakuan formulasi pemupukan Urea, SP-36, KCl
dan Bahan Organik
Perlakuan 1 = Urea 10 Kg/Ha, SP-36 75 Kg/Ha, KCl 50 Kg/Ha, Bahan Organik
1,5 (%) ...........(Kelompok 1 dan 4)
Perlakuan 2 = Urea 50 Kg/Ha, SP-36 75 Kg/Ha, KCl50 Kg/Ha (Kelompok 2 & 5)
Perlakuan 3 = Urea 100 Kg/Ha, SP-36 75 Kg/Ha, KCl 50 Kg/Ha (Kelompok 3
dan 6).
Selama kurun waktu 5 minggu maka dapat diperoleh grafik rata-rata
tinggi tanaman, grafik rerata jumlah daun dan grafik rerata jarak antar ruas.
Berikut akan diterangkan satu-persatu dan pembahasaan dari masing-masing
grafik.
Grafik 1. Grafik rata-rata tinggi tanaman kedelai
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa tinggi tanaman antar
perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang jauh. Ketiga perlakuan hanya
menunjukkan sedikit perbedaan, sehingga garis-garis grafik terlihat sama dan
saling berdekatan. Pada minggu pertama perlakuan 1 tinggi tanaman hanya 3,6
cm, bibit tersebut kemudian tumbuh hingga 8,4 cm pada minggu ke-2, 11,7 cm
pada minggu ke-3, 10,7 cm pada minggu ke-4 dan 12,8 cm pada akhir perlakuan
yaitu minggu ke-5. Pada garis grafik kelompok 1 dapat terlihat adanya fluktuasi
tinggi tanaman. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh faktor lingkungan
(serangan hama, cekaman genangan air dll ) pada minggu ke-4 yang
menyebabkan tinggi tanaman turun. Diantara tanaman yang telah hidup ternyata
pada minggu ke-2 dan ke-3 banyak yang mati oleh cekaman lingkungan. Cuaca
ekstrim dan suhu yang tidak stabil menyebabkan kedelai tidak dapat tumbuh
dengan optimal.
Grafik 2. Grafik rata-rata jumlah daun
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman
kedelai tiap perlakuan mengalami peningkatan. Namun antar perlakuan tidak
menunjukkan perbedaan yang jauh. Ketiga perlakuan hanya menunjukkan sedikit
perbedaan, sehingga garis-garis grafik perlakuan 2 dan 3 saling berdekatan.
Perlakuan terbaik diperoleh oleh perlakuan 3 (kelompok 3 dan 6) yaitu
perkembangan jumlah daunnya adalah sebagai berikut, minggu pertama ada 1
daun, minggu ke-2 terdapat 6 daun, minggu ke 3 tumbuh 8 daun, minggu ke-4
tumbuh 13 daun dan minggu terakhir tumbuh 15 daun. Perlakuan 3 menunjukkan
data terbaik, dengan 15 daun pada akhir pengamatan. Jika dihubungkan dengan
perlakuan konsentrasi pupuk, maka dapat diketahui bahwa dosis yanag tepat
untuk meningkatkan jumlah daun pada tanaman kedelai adalah perlakuan 3 atau
Urea 100 Kg/Ha, SP-3675 Kg/Ha, KCl 50 Kg/Ha. Sedangkan pemupukan dengan
dosis yang kurang tidak bisa meningkatkan pertumbuhan jumlah daun seperti
yang ditunjukkan oleh perlakuan 1 yaitu Urea 10 Kg/Ha, SP-36 75 Kg/Ha, KCl 50
Kg/Ha, Bahan Organik 1,5 (%).
Grafik 3. Grafik rerata jarak antar ruas tanaman kedelai
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa rerata jarak antar ruas
selalu mengalami perubahan baik meningkat ataupun justrun turun. Pada garis
grafik perlakuan 1 dapa diketahui jarak antar ruas selalu mangalami peningkatan
meskipun sedikit dan secara bertahap. Sedangkan garis perlakuan 2 menunjukkan
adanya peningkatan jarak antar ruas yang cukup signifikan, yaitu pada minggu ke-
3 menuju ke-4 dari 4,8 cm menjadi 8,5 cm. Untuk perlakuan ke-3 menunjukkan
garis grafik yang fluktuatis. Terjadi peningkatan yang signifikan pada minggu ke-
2 menuju ke-3 dari 4,4 cm menjadi 7,65 cm. Namun setelah meningkat minggu
berikutnya justru turun hingga 2,37 cm dan 2,2 cm. Hal tersebut menunjukkan
terjadinya cekaman yang cukup tinggi hingga membuat tanaman kedelai sulit
tumbuh.
Selain parameter tiap minggunya, pada akhir pengamatan juga terdapat
parameter pengamatan tanaman kedelai. Parameter tersebut diperoleh setelah
akhir pengamatan dengan mencabut kedelai dan mengamati akar tanaman kedelai.
Parameter tersebut meliputi rerata panjang akar, rerata jumlah akar dan rerata
jumlah bintil akar. Pada rerata panjang akar diketahui perlakuan 1 adalah 27,6 m ,
perlakuan ke-2 adalah 20,3 cm , perlakuan ke-3 adalah 13,5 cm. Data tersebut
menunjukkan komposisi media pada perlakuan 1 berpengaruh terhada jumlah akar
tanaman kedelai. Pada perlakuan kelompok 1 ditambahkan bahan organik 1,5 % ,
ternyata dari penambahan tersebut langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman kedelai.
Selain rerata panjang akar, parameter yang diamati pada akhir pengamatan
adalah rerata jumlah akar. Pada parameter rerata jumlah akar dapat diketahui
rerata jumlah akar perlakuan 1 adalah 6,6 akar, rerata jumlah akar perlakuan 2
adalah 10,8 akar dan rerata jumlah akar perlakuan 3 adalah 11 akar. Perlakuan
yang terbaik ditinjukkan oleh perlakuan ke-3 yaitu perlakuan dengan dosis Urea
100 Kg/Ha, SP-3675 Kg/Ha, KCl 50 Kg/Ha (Kelompok 3 dan 6). Perlakuan ini
memberi dosis yang tepat untuk pertumbuhan jumlah akar sehingga dibandingkan
data lain, perlakuan 3 menunjukkan data jumlah akar terbanyak.
Parameter yang terakhir diamati adalah rerata jumlah bintil akar dari
kedelai setiap perlakuan. Setelah dilakukan pengamatan, maka dapat diketahui
rerata jumlah bintil pada perlakuan 1 adalah 9,5 bintil, rerata jumlah bintil pada
perlakuan 2 adalah 16,6 bintil dan rerata jumlah bintil pada perlakuan 3 hanya 5
bintil. Berdasarkan data tersebut perlakuan ke-2 (Urea 50 Kg/Ha, SP-36 75
Kg/Ha, KCl50 Kg/Ha (Kelompok 2 dan 5)) adalah perlakuan terbaik dengan
jumlah bintil akar terbanyak yaitu 16 bintil akar. Bintil akar merupakan tonjolan
kecil di akar (kebanyakan adalah anggota Fabaceae) yang terbentuk akibat infeksi
bakteri pengikat nitrogen yang bersimbiosis secara mutualistik dengan tumbuhan.
Kerja sama ini memungkinkan tersedianya nitrogen bagi tumbuhan simbion,
khususnya pada keadaan kurangnya ketersediaan nitrogen larut di tanah. Jadi
semakin banyak jumlah akar dalam akar tanaman, maka kebutuhan N tanaman
akan semakin mudah tercukupi, berdasarkan dosis pemupukan yang paling baik
untuk meningkatkan jumlah bintil akar adalah Urea 50 Kg/Ha, SP-36 75 Kg/Ha,
KCl50 Kg/Ha.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil praktikum dan pengamatan tersebut, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Perlakuan berbagai komposisi dan konsentrasi pupuk sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
2. Tanaman kedelai tidak membutuhkan pemupukan N dosis tinggi.
3. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
kedelai.
5.2 Saran
Saran yang diberikan untuk perbaikan kedepannya adalah meningkatkan
koordinasi dan komunikasi antar praktikan dan asisten, karena kebrhasilan
praktikum ini membutuhkan komunikasi yang lancar antar sesama praktikan dan
dengan para asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Darsono. 2009. Analisis Dampak Pengenalan Tarif Impor Kedelai Bagi Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal llmu-ilmu Pertanian. Vol. 5(1):1-8.
Harahap, Idham S. 1999. Seri PHT Hama Palawija. Jakarta : Penebar Swadaya.
Idrisa, dkk. 2010. Influence Of Farmers’ Socio-Economic And Technological Characteristics On Soybean Seeds Technology Adoption In Southern Borno State, Nigeria. Journal of Agro-Science.Vol.9(3):209-214.
Istiyastuti dan Triyono Yanuarso. 1996. Berbudi Daya Aneka Tanaman Pangan. Bandung Trigenda Karya.
Kastono, Dody. 2008. Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Hitam Terhaap Penggunaan Pupuk Organik dan Biopestisida Gulma Siam (Chromolaena odorata). Jurnal Ilmu Pertanian. Vol.12(2):103-106.
Linga, P. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya.
Okpara, dkk. 2007. Influence Of Liming On The Performance Of High-Yielding Soybean Varieties In Southeastern Nigeria. Jurnal Agro-Science. Vol.6(2):115-123.
Syawal,Yernelis. 2007. Efek Mulsa Alang-Alang, Pupuk dan Pengolahan Tanah pada Tanaman Kedelai dan Gulma. Jurnal Agrivigor. Vol.6(2): 16l-168.
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta : Kanisius.
Tombe, Mesak. dan Hendra S. 2010. Bertani Orgnik dengan Teknologi BioFOB. Yogyakarta : Lily Publisher.
Umeh, dkk. 2010. Soybean Contribution To Nutrient Balance In A Cassava (Manihot Esculenta Crantz) Based Cropping System. Journal of Agro-Science. Vol.9(3):147-153.
top related