laporan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan …
Post on 26-Nov-2021
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Kata Pengantar i
KATA PENGANTAR
Kemiskinan merupakan tantangan pembangunan yang terdapat di negara berkembang
termasuk Indonesia. Tantangan ini membuat pemerintah berkepentingan untuk lebih serius
memformulasikan kebijakan yang utuh dalam penanggulangan kemiskinan. Pada dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Sukoharjo tahun 2016 -2021
telah dirumuskan pondasi kebijakan yang secara eksplisit bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat miskin dan sekaligus memberikan kontribusi dalam mengurangi
jumlah penduduk miskin nasional. Untuk mewujudkan target-target yang tercantum dalam
RPJMD, maka diperlukan pendekatan baru yang mampu mengakselerasi proses peningkatan
capaian. Strategi mewujudkan percepatan tersebut ditempuh melalui dua cara yaitu
Peningkatan Efektifitas Program dan Pelembagaan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) adalah implikasi dari usaha sistematis
untuk mengembangkan koordinasi yang lebih efektif tersebut.
Sebagai wujud pertanggungjawaban TKPK terhadap tugas koordinasi dan
pengendalian penanggulangan kemiskinan, setiap tahunnya disusun Laporan Pelaksanaan
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD). Dokumen ini memberikan data dan fakta
bagaimana strategi yang dibangun berdasarkan empat pilar yaitu (1) Bantuan sosial terpadu
berbasis rumah tangga; (2) Pemberdayaan masyarakat; (3) Pemberdayaan usaha mikro dan
kecil dan (4) Pembangunan inklusif. Dari data yang disampaikan, diharapkan tergambar
kekurangan sekaligus capaian positif berbagai program yang telah dilakukan terhadap
perkembangan beberapa indikator utama kemiskinan.
Sebagai sebuah kerja sistem, kita tentu memahami bahwa penanggulangan kemiskinan
membutuhkan kebersamaan, sinergi lintas sektor, dan lintas pemangku kepentingan. Kita
menanti peran sinergis swasta dalam mengkontribusikan program sosialnya agar lebih fokus
dan terarah. Pada saat yang sama, kita harapkan agar masyarakat semakin mampu
menggalang modal sosialnya seperti solidaritas, kepercayaan dan gotong royong untuk
mendorong lebih banyak masyarakat menikmati kesejahteraan.
Akhir kata dengan di susunnya laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh
pemangku kepentingan dan menjadi acuan dalam penentuan kebijakan dalam rangka
percepatan penaggulangan kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo.
Sukoharjo, Desember 2020 Plt. KEPALA BAPPELBANGDA
KABUPATEN SUKOHARJO Kepala Bidang Penelitian, Pengembangan,
Penyusunan dan Pengendalian Perencanaan
Sriyono, S.Sos Pembina Utama
NIP 19630715 198903 1 012
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Daftar Isi ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………..……………... 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
1.2. Maksud dan Tujuan ………………………………………………………..... 3
1.3. Landasan Hukum ………………………………………………………….. 3
1.4. Sistematika Penulisan ……………………………………………………… 3
BAB 2 KONDISI KEMISKINAN ……………………………………………… 6
2.1. Presentase Penduduk Miskin ………………………………………… 6
2.2. Jumlah Penduduk Miskin ……………………………………….. 7
2.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan ……………………………………….. 7
2.4. Indeks Keparahan Kemiskinan ……………………………………….. 8
BAB 3 PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN …………………. 10
3.1. Bidang Ketenagakerjaan ……………………………………….. 10
3.2. Bidang Kesehatan ……………………………………….. 11
3.3. Bidang Pendidikan ……………………………………….. 15
3.4. Bidang Infrastruktur Dasar ……………………………………….. 26
BAB 4 ANGGARAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN …………………. 27
4.1. Komposisi Anggaran Belanja Daerah …………………………………………… 27
4.2. Anggaran Belanja Sektor Perumahan ………………………………………… 30
4.3. Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan …………………………………………… 30
4.4. Anggaran Belanja Sektor Kesehatan ………………………………………… 30
4.5. Anggaran Belanja Sektor Pendidikan ……………………………………… 32
4.6. Anggaran Belanja Sektor Infrastruktur Dasar ....................................................... 32
BAB 5 KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH
……………………………………………………………………….. 33
5.1. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan …………………………………… 33
5.2. Strategi Penanggulangan Kemiskinan ……………………………………… 33
5.3. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan ………………………. 36
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Daftar Isi iii
BAB 6 KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
………………………………………………………………….. 41
6.1. Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ………………………………….. 41
6.2. Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan …………….. 41
6.3. Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan ……….. 42
BAB 7 KESIMPULAN DAN RINGKASAN REKOMENDASI ………………………. 46
6.1. Kesimpulan …………………………………………………………………………….. 46
6.2. Rekomendasi ………………………………………………………………………….. 47
Bab 1
Pendahuluan
Latar Belakang □
Maksud dan Tujuan □ Landasan Hukum □
Sistematika Penulisan □
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 1 : Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang
emiskinan masih menjadi salah satu masalah bangsa yang genting dan harus segera diselesaikan disamping
permasalahan strategis lainnya dalam lima tahun ke depan. Isu kemiskinan ini sangat erat kaitannya dengan masalah pangan (food security), tingkat pengangguran (employment), pembangunan sosial (social development), dan peningkatan kualitas hidup. Oleh karena itu, pemerintah sudah dan masih akan terus memberikan prioritas terhadap upaya penanggulangan kemiskinan. Angka kemiskinan memang sudah mengalami penurunan dari tahun ke tahun, meskipun sejak sepuluh tahun terakhir penurunan masih dalam kisaran satu digit per tahun. Hal tersebut tidak terlepas dari kenyataan bahwa kemiskinan memang bersifat multidimensi, multisektor dan multi periode yang membutuhkan keterlibatan dan koordinasi secara aktif dari berbagai pihak, secara konsisten dan kontinyu.
Pemerintah telah menetapkan pengurangan kemiskinan sebagai prioritas utama pembangunan dalam RPJMN 2014‐2019. Oleh karena itu strategi penanggulangan kemiskinan yang diupayakan, dilakukan secara berlapis dan bersinergi, dan dapat dibagi menjadi 3 klaster, yaitu: (i) klaster 1, bantuan dan perlindungan sosial, melalui program ini pemerintah memberikan pemenuhan hak‐hak dasar, pengurangan biaya hidup, dan perbaikan kualitas hidup pada rumah tangga sasaran dan kelompok rentan lainnya; (ii) klaster 2, pemberdayaan masyarakat, melalui program ini pemerintah mendorong keberdayaan masyarakat terutama masyarakat miskin untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitasnya dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan; dan (iii) Klaster 3, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, melalui program ini pemerintah memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha mikro dan kecil.
Prioritas penanggulangan kemiskinan dilakukan di setiap wilayah diarahkan untuk mendukung penurunan tingkat kemiskinan absolut secara nasional dari 10 persen pada 2014 menjadi 5-6 persen pada 2019 dan perbaikan distribusi perawatan dengan pelindungan sosial yang berbasis keluarga,
pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah. Beberapa implementasi di wilayah dari substansi inti program aksi bidang penanggulangan kemiskinan lebih menekankan pada pelaksanaan Bantuan Sosial Terpadu.
Pemecahan masalah kemiskinan, pengangguran, ketahanan pangan, infrastruktur di daerah, serta percepatan pertumbuhan ekonomi memerlukan suatu manajemen pembangunan yang mengatur koordinasi dan kerjasama yang solid antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Hambatan yang sering muncul dalam penataan manajemen pembangunan menyangkut sinergi kebijakan pusat dan daerah, ketidakselarasan antara perencanaan dan penganggaran, rendahnya transparansi dalam perumusan kebijakan dan program, rendahnya akuntabilitas pemanfaatan sumberdaya keuangan publik, dan belum optimalnya penilaian kinerja.
Perumusan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di tingkat pusat perlu mempertimbangkan keragaman kondisi dan dinamika kehidupan sosial, budaya, ekonomi dan politik daerah. Perumusan kebijakan perlu didasarkan pada pemahaman yang akurat, utuh, lengkap, dan komprehensif tentang wilayah, serta komunikasi, koordinasi and konsultasi secara terus menerus dengan para pengambil keputusan dan pelaksana kebijakan di setiap daerah. Hal ini berarti bahwa setiap kementerian/lembaga perlu memperhatikan karakteristik dan permasalahan yang dihadapi oleh rakyat di daerah, mempercepat pembangunan ekonomi daerah secara efektif dan berkelanjutan, memberdayakan pelaku dan potensi aerah, serta memperhatikan penataan ruang, baik fisik maupun sosial sehingga terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi antar daerah.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah mempunyaikewenangan untuk merumuskan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan permasalahan yang terjadi di daerah. Di sisi lain, perumusan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di daerah perlu mempertimbangkan tujuan dan sasaran
K
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 1 : Pendahuluan 2
pembangunan nasional. Dengan kata lain, setiap Perangkat Daerah perlu mempertimbangkan berbagai prioritas program dan kegiatan kementerian/ lembaga dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan nasional.
Dalam rangka mendorong pemerataan pembangunan dan sekaligus mengurangi kesenjangan antar wilayah diperlukan strategi dan kebijakan nasional yang komprehensif dan pendekatan pembangunan yang berbasis kewilayahan. Bersamaan dengan kondisi tersebut, di lingkungan eksternal terdapat peluang tren pemulihan perekonomian global serta berlakunya perjanjian perdagangan bebas ASEAN‐China. Sementara itu secara internal, besarnya pasar domestik dan keragaman potensi antar wilayah merupakan potensi yang besar untuk membangun perekonomian yang tangguh. Mengingat keterbatasan sumberdaya nasional, maka harus diperkuat hubungan antara pusat dan daerah melalui sinergi antara pusat dan daerah dan antar daerah sebagai bagian daristrategi dan kebijakan nasional yang komprehensif. Hubungan pusat‐daerah merupakan wujud aktualisasi komitmen bersama seluruh elemen bangsa ketika negara Republik Indonesia didirikan, yaitu suatu bangsa yang melekat dan menyatu dalam tanah tumpah darah, yakni Indonesia.
Dalam tataran yang lebih luas, perlu adanya sinergi kementerian/ lembaga dan Perangkat Daerah dari sisi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, serta evaluasi berbagai kebijakan, programdan kegiatan pembangunan baik yang dibiayai melalui APBN maupun APBD. Selain itu, sinergi kebijakan pemerintah pusat dan daerah menjadi bagian penting dari pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014‐2019.
Dari segi perencanaan, berbagai kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang tertuang dalam RPJMN menjadi acuan bagi kementerian/lembaga dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja (Renja) Kementerian/ Lembaga yang bersifat tahunan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Kerja Perangkat Daerah yang bersifat tahunan. Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten/Kota, Musrenbang Provinsi dan Musrenbang Nasional menjadi forum untuk melakukan sinergi program dan kegiatan pemerintah dan pemerintah daerah. Selain itu, sinergi antara pusat dan daerah perlu mempertimbangkan penataan ruang dan pertanahan secara tertib dan tepat dengan memperhatikan kaidah teknis, ekonomis, kepentingan umum, kualitas dan daya dukung lingkungan serta kepentingan antargenerasi.
Dari segi penganggaran, sinergi antara pusat dan daerah terutama menyangkut keterpaduan pengalokasian dana dekonsentrasi, dana tugas perbantuan dan dana perimbangan dalam mendukung pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan kementerian/ lembaga yang dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA‐KL , serta progam dan kegiatan Perangkat Daerah dalam RKA‐PD.
Dari segi pelaksanaan, sinergi antara pusat dan daerah bertujuan untuk mengoptimalkan pengelolaan anggaran kementerian/lembaga dan Perangkat Daerah dalam mendukung peningkatan pelayanan publik, perbaikan produktivitas, peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi wilayah, dan percepatan pembangunan wilayah dengan memperhatikan berbagai tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Dari segipengendalian dan evaluasi, sinergi antara pusat dan daerah perlu dilakukan untuk menjamin pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan kementerian/ lembaga dan Perangkat Daerah dalam mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam RPJMN 2014‐2019.
Hal‐hal yang disinergikan adalah urusan atau tugas pemerintah yang kewenangannya berada di tingkat pusat maupun daerah. Sejak berlakunya UU No. 23 tahun 2014, sebagian urusan dan kewenangan telah didelegasikan ke pemerintah daerah. Sinergi antara pusat dan daerah diperlukan ketika pencapaian sasaran nasional memerlukan dukungan dari kegiatan‐kegiatan yang dilaksanakan di
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 1 : Pendahuluan 3
berbagai bidang dan tingkatan. Sinergi antara pusat dan daerah dan antar daerah merupakan penentu utama kelancaran pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang tercantum dalam RPJMN 2014‐2019. Sinergi antara pusat dan daerah dan antar daerah dilakukan dalam seluruh proses mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah.
Dalam rangka mengetahui kualitas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan maka perkembangan kondisi kemiskinan dan kesejahteraan rakyat, penyusunan anggaran yang efektif, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan program menjadi sangat penting. Oleh karena itu Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kabupaten Sukoharjo menyusun Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Tahun 2019.
1.2. Maksud dan Tujuan
Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Tahun 2019 secara umum dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang pencapaian berbagai program penanggulangan kemiskinan baik pusat maupun daerah yang dilaksanakan di Kabupaten Sukoharjo pada Tahun 2019, adapun tujuannya antara lain :
a. Menjelaskan perkembangan pelaksanaan dan capaian penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo.
b. Menjelaskan kinerja TKPK dalam menyelenggarakan tugas koordinasi penaggulangan kemiskinan di daerah;
c. Menjelaskan pelaksanaan kebijakan (program, anggaran dan regulasi) penanggulangan kemiskinan di daerah.
1.3. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah; 4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025;
5. Permendagri No. 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota;
6. Perda Kabupaten Sukoharjo No 1 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Kemiskinan;
7. Peraturan Presiden No., 96 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;
8. Peraturan Bupati Sukoharjo No 29 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Sukoharjo No. 35 Tahun 2014 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sukoharjo;
9. Keputusan Bupati Sukoharjo No. 410/143 Tahun 2017 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Sekretariat Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Tim Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sukoharjo.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Landasan Hukum 1.4. Sistematika Penulisan
BAB 2 - KONDISI KEMISKINAN 2.1. Kondisi Umum Kemiskinan
2.1.1. Persentase Penduduk Miskin 2.1.2. Jumlah Penduduk Miskin 2.1.3. Kedalaman Kemiskinan (P1) 2.1.4. Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) BAB 3 PRIORITAS TARGET BIDANG &
INTERVENSI PENANGGULANGAN KEMISKINAN 3.1. Prioritas Target Bidang &
Intervensi Bidang Ketenagakerjaan 3.1.1. Prioritas Target Bidang 3.1.2. Prioritas Intervensi 3.1.3. Prioritas Wilayah
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 1 : Pendahuluan 4
3.2. Prioritas Target Bidang & Intervensi Bidang Kesehatan 3.2.1. Prioritas Target 3.2.2. Prioritas Intervensi 3.2.3. Prioritas Wilayah Intervensi
3.3. Prioritas Target Bidang & Intervensi Bidang Pendidikan 3.3.1. Prioritas Target 3.3.2. Prioritas Intervensi 3.3.3. Prioritas Wilayah Intervensi
3.4. Prioritas Target Bidang &
Intervensi Bidang PrasaranaDasar 3.4.1. Prioritas Target 3.4.2. Prioritas Intervensi 3.4.3. Prioritas Wilayah Intervensi
3.5. Prioritas Target Bidang & Intervensi Bidang Ketahanan Pangan 3.5.1. Prioritas Target 3.5.2. Prioritas Intervensi 3.5.3. Prioritas Wilayah Intervensi
BAB 4 TINJAUAN ANGGARAN PENANG-GULANGAN KEMISKINAN 4.1. Komposisi Anggaran Daerah
4.1.1. Komposisi Penerimaan Daerah
4.1.2. Komposisi Pengeluaran Daerah Menurut Urusan dan Bidang Urusan
4.2. Relevansi Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan 4.2.1. Jenis Program 4.2.2. Sumber Pembiayaan 4.2.3. Mata Anggaran 4.2.4. Penyelengggara Layanan
4.3. Relevansi Anggaran Belanja Sektor Kesehatan 4.3.1. Jenis Program 4.3.2. Sumber Pembiayaan 4.3.3. Mata Anggaran 4.3.4. Penyelenggara Layanan
4.4. Relevansi Anggaran Belanja Sektor Pendidikan 4.4.1. Jenis Program 4.4.2. Sumber Pembiayaan 4.4.3. Mata Anggaran 4.4.4. Penyelenggara Layanan
4.5. Relevansi Anggaran Belanja SektorPrasarana Dasar 4.5.1. Jenis Program 4.5.2. Sumber Pembiayaan 4.5.3. Mata Anggaran
4.5.4. Penyelenggara Layanan 4.6. Relevansi Anggaran Belanja Sektor
Ketahanan Pangan 4.6.1. Jenis Program 4.6.2. Sumber Pembiayaan 4.6.3. Mata Anggaran 4.6.4. Penyelenggara Layanan
4.7. Efektivitas Anggaran Belanja 4.7.1. Melihat Efektivitas Anggaran
Belanja dalam perbaikan capaian Indikator Sektor Ketenagakerjaan
4.7.2. Melihat Efektivitas Anggaran Belanja dalam perbaikan capaian Indikator Sektor Kesehatan
4.7.3. Melihat Efektivitas Anggaran Belanja dalam perbaikan capaian Indikator Sektor Pendidikan
4.7.4. Melihat Efektivitas Anggaran Belanja dalam perbaikan capaian Indikator Sektor Prasarana Dasar
4.7.5. Melihat Efektivitas Anggaran Belanja dalam perbaikan capaian Indikator Sektor Ketahanan Pangan
BAB 5 KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH 5.1. Kebijakan Penanggulangan
Kemiskinan 5.2. Program dan Kegiatan
Penanggulangan Kemiskinan BAB 6 KOORDINASI DAN PENGENDALIAN
PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 6.1. Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan 6.1.1. Koordinasi di Tingkat
Daerah 6.1.2. Koordinasi dengan
Kelembagaan di Tingkat Pusat
6.2. Permasalahan Pelaksanaan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
6.3. Pengendalian Program Penanggulangan Kemiskinan 6.3.1. Program Penanggulangan
Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 1 : Pendahuluan 5
6.3.2. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Komunitas
6.3.3. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil
6.3.4. Program Penanggulangan Kemiskinan Untuk Meningkatkan Akses Palayanan Dasar (Perluasan Program Pro Rakyat)
6.3.5. Program Penanggulangan Kemiskinan Inisiatif Daerah
6.4. Penanganan Pengaduan Masyarakat
6.5. Rekomendasi Koordinasi dan Pengendalian Program Penanggulangan Kemiskinan
BAB 7 KESIMPULAN DAN RINGKASAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan 7.2. Ringkasan Rekomendasi
Bab 2
Kondisi Umum Kemiskinan
Persentase Penduduk Miskin □
Jumlah Penduduk Miskin □ Indeks Kedalaman Kemiskinan □ Indeks Keparahan Kemiskinan □
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 2 : Kondisi Umum Kemiskinan 6
2.1. Persentase Penduduk Miskin
Untuk mengetahui posisi atau capaian suatu wilayah dengan wilayah lainnya, kecamatan, kabupaten, provinsi atau nasional dapat dilihat dari perbandingan persentase penduduk miskin antar wilayah. Analisis ini sebagai pedoman untuk menilai apakah posisi daerahnya relatif terhadap daerah lain, terhadap rata-rata provinsi, dan terhadap rata-rata nasional.
Berdasarkan data BPS tahun 2019 prosentase penduduk miskin Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2019 sebesar 7.14 persen, terjadi Penurunan dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2017 sebesar 8.75 persen, tahun 2018 sebesar 7.41. Jika dibandingkan terhadap angka kemiskinan Nasional dan Provinsi, persentase penduduk miskin Kabupaten Sukoharjo berada dibawah angka Nasional sebesar 9.41 persen dan Provinsi sebesar 10.80 persen. Bahkan Kabupaten Sukoharjo menduduki peringkat ke 7 Kabupaten/Kota dengan kemiskinan terendah dari 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah.
Gambar 2. 1 Perkembangan Persentase Penduduk
Miskin Nasional, Provinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten di seluruh Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
Sumber :BPS Kabupaten Sukoharjo
Gambar 2. 2 Perbandingan Persentase Penduduk
Miskin SUBOSUKAWONOSRATEN Terhadap Nasional dan Provinsi Tahun 2020
Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo
Apabila dilihat dari perbandingan terhadap wilayah Subosukawonosraten prosentase penduduk miskin di Kabupaten Sukoharjo menunjukkan yang cukup menggembirakan, karena berada pada angka terendah (7.14%), Hanya Kabupaten Sukoharjo dan Kota Surakarta yang berada dibawah angka kemiskinan baik nasional maupun provinsi. Hal ini dapat ditunjukkan pada (
Gambar 2. 2).
Gambar 2. 3 Perkembangan Persentase Penduduk Miskin Nasional, Provinsi Jawa Tengah, dan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2020
Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo
Pada Gambar 2. 3 menunjukkan bahwa tingkat Kemiskinan Kabupaten Sukoharjo tahun 2019 mengalami penurunan dan hal tersebut menjadi salah satu penyebab penurunan tingkat kemiskinan nasional. Selama tahun 2015-2019 tingkat kemiskinan
17,59
17,36
17,03
16,02
15,9
15,64
15,6
13,38
13,26
12,89
12,54
12,46
11,96
11,78
11,46
11,27
10,86
10,28
10,19
10,18
10,08
9,99
9,96
9,13
9,03
8,14
7,8
7,68
7,58
7,51
7,31
7,17
7,17
4,94
4,34
10.80
9.41
02468
101214161820
Keb
um
en
Wo
no
sob
o
Breb
es
Pem
alang
Purb
alingga
Ban
jarnegara
Rem
bang
Sragen
Ban
yum
as
Klaten
Dem
ak
Gro
bo
gan
Blo
ra
Purw
orejo
Cilacap
Magelan
g
Wo
no
giri
Karan
ganyar
Pekalo
ngan
Bo
yolali
Pati
Ken
dal
Teman
ggun
g
Batang
Ko
ta Surakarta
Tegal
Ko
ta Tegal
Suko
harjo
Ko
ta Magelan
g
Semaran
g
Ku
dus
Jepara
Ko
ta Pekalo
ngan
Ko
ta Salatiga
Ko
ta Semarang
Kab/Kota Provinsi (10,80 %) Nasional (9,41 %)
13,38 12,8910,86 10,28 10,18 9,03
7,68
11,41
9,78
0
4
8
12
16
Kab/Kota Provinsi Nasional
11,66 10,70
10,12 9,82 9,41 9,78
13,58 13,19 13,01
11,32 10,80
11,41
9,26 9,07 8,75
7,41 7,14 7,68
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
11,00
12,00
13,00
14,00
15,00
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Nasional Jawa Tengah Sukoharjo
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 2 : Kondisi Umum Kemiskinan 7
Kabupaten sukoharjo mengalami trend yang menurun namun pada tahun 2020 terjadi kenaikan mulai dari kemiskinan nasional, provinsi dan kabupaten.
2.2. Jumlah Penduduk Miskin
Dibandingkan dengan wilayah sekitarnya yaitu wilayah Subosukawonosraten, jumlah penduduk miskin Kabupaten Sukoharjo tahun 2020 relatif paling rendah sebanyak 68.900 jiwa setelah Kota Surakarta sebesar 47.000 jiwa, seperti terlihat pada Gambar 2. 4.
Gambar 2. 4 Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Wilayah Subosukawonosraten Tahun 2020
Sumber : BPSKabupatenSukoharjo
Perkembangan jumlah penduduk
miskin Kabupaten Sukoharjo untuk periode tahun 2015-2019 mengalami penurunan dari 79.900 jiwa pada tahun 2015 menjadi 63.600 jiwa pada tahun 2019. Namun pada tahun 2020 terjadi kenaikan sehubungan dengan adanya pandemi (Gambar 2. 5)
Gambar 2. 5 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019
Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo
2.3. Indek Kedalaman Kemiskinan (P1)
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, akan tetapi dimensi lainnya yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman kemiskinan. Selain harus memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman kemiskinan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari Garis Kemiskinan.
Besarnya indek kedalaman kemiskinan (P1) di Kabupaten Sukoharjo menunjukkan perkembangan yang kurang baik, yaitu tahun 2015 sebesar 1.09 naik hingga 1,36 pada tahun 2016 atau meningkat sebesar 0,60 sedangkan tahun 2017 turun menjadi 0.93 dan pada tahun 2018 mengalami kenaikan kembali menjadi 0.97 kemudian turun pada tahun 2019 menjadi 0.87 (Gambar 2. 6). Gambar 2. 6 Perkembangan Kedalaman
Kemiskinan (P1) Tahun 2015-2020
Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo
Jika dibandingkan dengan Jawa Tengah
dan 6 kabupaten/kota dan sekitarnya pada tahun 2019 diketahui kondisi di masyarakat miskin di Sukoharjo paling baik setelah Kabupaten Boyolali, hal ini diketahui dari besarnya indek kedalaman kemiskinan berada pada indek 0.97 (
Gambar 2. 7).
100,600
151,800
68,900
104,40091,700
119,400
47,000
79.900 78.90076.690
65.40063.600
68.900
50.000
55.000
60.000
65.000
70.000
75.000
80.000
85.000
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1,09
1,36
0,93 0,970,87
0,97
0
0,4
0,8
1,2
1,6
2015 2016 2017 2018 2019 2019
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 2 : Kondisi Umum Kemiskinan 8
Gambar 2. 7 Perbandingan Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) Terhadap Wilayah Subosukawonosraten Tahun 2020
Sumber : BPSKabupatenSukoharjo
Besarnya indek kedalaman kemiskinan (P1) di Kabupaten Sukoharjo menunjukkan perkembangan yang fluktuatif, yaitu tahun 2015 sebesar 1.09 naik menjadi 1,34 pada tahun 2016 atau naik sebesar 0,22 kemudian turung menjadi 0,93 tahun 2017 dan kembali naik menjadi 1,97 pada tahun 2019. Perkembangan indek kedalaman kemiskinan (P1) di Kabupaten Sukoharjo yang fluktuatif tidak sejalan dengan tujuan Nasional dan Provinsi. (Gambar 2. 8) Gambar 2. 8 Perkembangan Indek Kedalaman
Kemiskinan (P1) Kabupaten Sukoharjo Terhadap Nasional dan Provinsi Tahun 2015-2020
Sumber : BPS Kabupaten Sukoharjo
2.4. Indek Keparahan Kemiskinan (P2)
Indeks Keparahan Kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin
tinggi pula ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Jika dibandingkan dengan Jawa Tengah dan 6 kabupaten/kota (2019) dan sekitarnya diketahui kondisi di masyarakat miskin di Sukoharjo paling baik, hal ini diketahui dari besarnya indek kedalaman kemiskinan berada pada indek 0.14 dapat dilihat dalam Gambar 2. 9 sebagai berikut : Gambar 2. 9 Perbandingan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) Terhadap Wilayah Subosukawonosraten Tahun 2020
Sumber data : BPS Kabupaten Sukoharjo
Gambar 2. 10 Perkembangan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) Terhadap Nasional dan Provinsi Tahun 2015-2020
Sumber data : BPS Kabupaten Sukoharjo
2,171,66 1,56 1,5 1,3 1,08 0,97
1,72
1,98
0
0,5
1
1,5
2
2,5
P1 Jawa Tengah (1,53) Nasional (1,55)
1,091,34
0,93 0,970,87 0,97
2,44 2,372,21
1,85
1,53
1,72
1,84 1,74 1,791,63
1,55
1,98
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kabupaten Provinsi Nasional
0,310,23 0,18
0,33
0,530,38
0,2
0,34
0,55
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
(P2) Jawa Tengah (0,34) Nasional (0.55)
0,51
0,44 0,46
0,41 0,39
0,55 0,65
0,63
0,57
0,45
0,30 0,34
0,250,29
0,17 0,17 0,14
0,20
-
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Nasional Provinsi Kabupaten
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 2 : Kondisi Umum Kemiskinan 9
Besarnya indek keparahan
kemiskinan (P2) Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2015 – 2019 menunjukan mengalami trend fluktuatif dari 0,25 pada tahun 2015 naik menjadi 0,29 pada tahun 2016 dan mengalami penurunan menjadi 0,17 pada tahun 2017 kemudian mengalami penurunan lagi pada tahun 2019 nilainya yaitu 0,14. Jika dibandingkan dengan Indeks Keparahan Provinsi maupun Nasional, Kabupaten Sukoharjo berada dibawah angka Nasional maupun Provinsi.
Bab 3
Prioritas Target Bidang Dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan
Bidang Ketenagakerjaan □ Bidang Kesehatan □
Bidang Pendidikan □ Bidang infrstruktur Dasar □
3.1. Bidang Ketenagakerjaan
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 10
4,53 5,67 3,67 3,41 2,86 2,08 4,59 2,06 3,05 4,24 3,72 3,20
3,40
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
Kecamatan Kabupaten
3.1. Bidang Ketenagakerjaan
Gambar 3. 1 Posisi Relatif Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2019
Sumber :Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Masih terjadi kesenjangan yang cukup tajam dalam TPT antar Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. 3 (dua) kecamatan yaitu Kecamatan Tawangsari dan Gatak TPT masih lebihi tinggi dari TPT Provinsi Jawa Tengah sedangkan 5 (lima) kecamatan seperti Baki, Grogol, Mojolaban, Kartasura, Bendosari dan sudah berada di bawan TPT provinsi. 5 (lima) kecamatan lainnya yaitu Nguter, Polokarto, Bulu, Weru dan Sukoharjo sudah dibawah angka Kabupaten,
Gambar 3. 2 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Jumlah Angkatan Kerja Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Perkembangan posisi relatif TPT selama tiga tahun terakhir mengalami kenaikan dan Tingkat Partisipasi Kerja terjadi kenaikan hingga tahun 2016 yaitu 536.621, mengalami penurunan pada tahun 2017 dengan jumlah angkatan kerja 495.308
kembali mengalami kenaikan hingga 477.197 jiwa pada tahun 2019
Gambar 3. 3 Efektifitas Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Pada periode tahun 2015-2019 TPT Kabupaten Sukoharjo memiliki tren fluktuatif terjadi kenaikan pada tahun 2017(2,21) hingga 2019 (3,40). Program dalam menangani pengangguran perlu ditingkatkan.
Gambar 3. 4 Relevansi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Terhadap Angka Nasional dan Angka Provinsi Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Tingkat pengangguran terbuka di kabupaten Sukoharjo pada Tahun 2019 sebesar 3.40% berada dibawah tingkat pengangguran Provinsi (4.49%) dan tingkat penggangguran Nasional (7.05%).
457.744
536.621
460.717471.973 477.197
4,9 4,22,21 2,78 3,4
0
5
10
15
20
25
2015 2016 2017 2018 2019
Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran
4,9 4,2 2,21 2,78 3,40
1
2
3
4
5
6
2015 2016 2017 2018 2019
Tingkat Pengangguran Terbuka
4,9
4,2
2,212,78
3,4
4,99
4,63
4,57
4,51
4,49
6,18 5,615,50
5,34
7,05
2
3
4
5
6
7
8
2015 2016 2017 2018 2019
Kabupaten Provinsi Nasional
3.2. Bidang Kesehatan
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 11
3.2. Bidang Kesehatan
3.2.1. Prioritas Target
Gambar 3. 5 Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2019 (per 1000 Kelahiran Hidup)
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Perbandingan wilayah antar Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo tahun 2019, terdapat 5 Kecamatan yang angka Kematian bayinya berada diatas rata-rata angka Kabupaten (1.67), yakni Kecamatan Weru (2 Kasus), Tawangsari (3 Kasus),, Sukoharjo (3 Kasus), Polokarto (3 Kasus), dan Gatak(2 Kasus).
Gambar 3. 6 Angka Kematian Balita (AKBA) Menurut Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2019 (per 1000 Kelahiran Hidup)
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Sebaran Angka kematian balita (AKBA) yang masih cukup tinggi diatas rata-rata tingkat Kabupaten berada di 7 Lokasi Kecamatan, yakni Kecamatan Weru, Bulu, Tawangsari, Nguter, Polokarto, Baki, dan Gatak.
Gambar 3. 7 Angka Kematian Ibu Melahirkan
Menurut Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2019
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Berdasarkan sebaran angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Sukoharjo, terdapat beberapa kecamatan yang terjadi kematian ibu melahirkan yakni Kecamatan Weru (1 kasus), Bulu (1 kasus), Polokarto (1 kasus), dan Mojolaban (1 kasus).
Gambar 3. 8 Prevalensi Balita Kekurangan Gizi
Menurut Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2019
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Sementara itu sebaran angka prevalensi balita kekurangan gizi , 5 Kecamatan berada diatas rata-rata Kabupaten. Dari tabel diatas bahwa Kecamatan Mojolaban masih menduduki tingkat prevalensi Balita kekurangan gizi di KecamatanWeru yang tertinggi (7.72%) dan yang paling rendah berada di Kecamatan Nguter (1.44%).
2,79 0,00 4,29 2,20 1,48 1,22 2,54 1,41 0,56 1,07 2,87 1,05
1,67
0
1
2
3
4
5
AKB per 1000 Kelahiran Hidup - Kecamatan
AKB per 1000 Kelahiran Hidup - Kabupaten (9)
11
,17
9,6
4
11
,44
7,3
5
7,4
2
7,2
9
9,3
1
6,3
3
5,5
9
7,5
0
12
,91
3,1
4
7.41
0
2
4
6
8
10
12
14
AKBA per 1000 Kelahiran Hidup - Kecamatan
AKBA per 1000 Kelahiran Hidup - Kabupaten (10)
13
9,8
6 2
44
0
0
0
0
85
71
0
0
0
0
31,87
0
50
100
150
200
AKI per 100.000 Kelahiran Hidup - KecamatanAKI per 100.000 Kelahiran Hidup - Kabupaten
6,5
9
3,7
0
5,3
9
3,8
8
1,4
4
6,5
7
3,9
6
7,7
2
3,4
4
4,4
5
5,3
7
2,8
4
4,49
- 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kecamatan Kabupaten
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 12
9,94 9,00
6,38
1,67
5,50
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
2015 2016 2017 2018 2019
AKB Kabupaten Linear (AKB Kabupaten)
Gambar 3. 9 Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBA), dan Angka Kematian Ibu (AKI) Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Sukoharjo (per 100.000 kelahiran) dari tahun ke tahun mengalami trend fluktuatif dari tahun 2015 hingga tahun 2019, Angka kematian bayi turun terus dari tahun 2015-2019. Sedangkan Angka Kematian Balita juga mengalami penurunan dari tahun 2015 hingga tahun 2019.
Gambar 3. 10 Perkembangan Prevalensi Balita
Kekurangan Gizi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Prevalensi Balita Kekurangan Gizi di Kabupaten Sukoharjo mengalami fluktuatif dari yang sebelumnya Prevelensi Balita Gizi Buruk angkanya selalu naik dari tahun 2015 hingga 2017 dan mengalami penurunan sampai angka 4,07 pada tahun 2019.
Gambar 3. 11 Efekifitas Capaian Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Pada periode tahun 2015-2019 AKB Kabupaten Sukoharjo terjadi penurunan, dari 9,94 pada tahun 2015 turun menjadi 1,67 pada tahun 2019 dan terjadi kenaikan pada tahun 2019 sebesar 5,50. Tren yang menurun dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukan bahwa intervensi kebijkan/program-program yang mendukung dalam penurunan AKB Tahun 2018 sudah efektif. Namun perlu perhatian lagi di tahun 2019.
Gambar 3. 12 Efektifitas Angka Kematian Balita (AKBA) Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Demikian juga terjadi pada AKBA Kabupaten Sukoharjo pada periode tahun 2015-2019 mengalami penurunan dari 11,92 pada tahun 2015 turun menjadi 7,25 pada tahun 2019 hal ini menunjukan bahwa intervensi kebijkan/program-program yang mendukung dalam penurunan AKB efektif namun perlu ditingkatkan lagi.
159,05
94,80
31,94 31,87 31,87
9,94 9,00
6,38
1,67 5,50
11,92 10,82
8,54 7,41
7,25
-
50
100
150
200
2015 2016 2017 2018 2019
AKI AKB AKBA
4,21 4,96 5,21
4,49 4,07
-
2,00
4,00
6,00
8,00
2015 2016 2017
Prevalensi Balita Gizi Buruk
11,92 10,82
8,54 7,41 7,25
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
2015 2016 2017 2018 2019
AKBA Linear (AKBA)
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 13
102,48
159,05
94,80
31,94 31,87
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2014 2015 2016 2017 2018
Angka Kematian Ibu Linear (Angka Kematian Ibu )
Gambar 3. 13 Efektifitas Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Pada periode tahun 2015-2019 AKI Kabupaten Sukoharjo sempat mengalami fluktuatif, kenaikan tertinggi pada tahun 2015 dan kembali turun pada tahun 2016. Dari tahun ke tahun AKI Kabupaten Sukoharjo Mengalami trend turun, maka dari itu program yang mendampingi sudah efektif.
Gambar 3. 14 Efektifitas Prevalensi Balita Gizi
Buruk Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Pada periode tahun 2015-2019 Pravelansi Gizi Buruk mengalami fluktuatif dari 4.21 pada tahun 2015 menjadi 4,07 pada tahun 2019, namun trennya merupakan tren naik. Maka perlu adanya intervensi program untuk mengatasi Gizi Buruk Balita.
Gambar 3. 15 Relevansi Angka Kematian Bayi (AKB) Terhadap Angka Nasional dan Provinsi Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Pada tahun 2015-2019 kecenderungan AKB Kabupaten Sukoharjo cenderung turun.menjadi salah satu pendukung penurunan AKB Provinsi dan Nasional karena AKB Kab. Sukoharjo masih berada dibawah angka Nasional dan Provinsi.
Gambar 3. 16 Relevansi Angka Kematian Balita
(AKBA) Terhadap Angka Nasional dan Provinsi Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Pada tahun 2015-2019 kecenderungan AKBA Kabupaten Sukoharjo ada lah turun. AKBA pada tahun 2015 berada diatas Provinsi namun setelah tahun 2016 sudah berada di bawah angka provinsi.
4,21
4,965,21
4,494,07
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
2015 2016 2017 2018 2019
Prevalensi Balita Gizi buruk Linear (Prevalensi Balita Gizi buruk)
24,00
10,10 10,10 8,90 8,40
9,94 9,00 6,38
1,67
5,50 -
5
10
15
20
25
30
2015 2016 2017 2018 2019
Nasional Provinsi Kabupaten
32,00
11,60 11,80 10,50 9,50
11,92 10,82 8,54 7,41 7,25
-
5
10
15
20
25
30
35
2015 2016 2017 2018 2019
Nasional Provinsi Kabupaten
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 14
Gambar 3. 17 Relevansi Angka Kematian Ibu Terhadap Angka Nasional dan Provinsi Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Pada tahun 2015-2019 kecenderungan AKB Kabupaten Sukoharjo cenderung fluktuatif. Angka Kabupaten tertinggi pada tahun 2015. Terendah pada tahun 2019. Hanya pada tahun 2015 saja AKB Kabupaten Sukoharjo berada di atas provinsi.
3.2.2. Prioritas Intervensi
Gambar 3. 18 Analisis Prioritas Bidang Kesehatan dengan Kemiskinan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019
Berdasarkan data tabel di atas, analisis prioritas bidang kesehatan dibandingkan dengan kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo, bahwa angka kematian ibu menunjukkan tren yang positif (naik) yang menjadi salah satu penyebab turunnya kemiskinan kabupaten sukoharjo. Terlihat dari data di atas bahwa tahun 2017 terjadi penurunan (baik) bahwa interfensi bidang kesehatan berpengaruh terhadap penurunan angka kemiskinan.
305
126,55
111,16
109,6588,05 78,6
102,47
159,05
94,80 31,94
31,87 31,87
1
51
101
151
201
251
301
351
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Nasional Provinsi Kabupaten
9,26 9,07 8,75
7,41 7,14
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
2015 2016 2017 2018 2019
Tingkat Kemiskinan (%)
9,94 9,00
6,38
1,67
5,50
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
2015 2016 2017 2018 2019
Angka Kematian Bayi
159,05
94,80
31,94
31,87
31,87
0
-
50
100
150
200
2015 2016 2017 2018 2019
Angka Kematian Ibu
11,92 10,82
8,54
7,41
7,25
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
2015 2016 2017 2018 2019
Angka Kematian Balita
3.3. Bidang Pendidikan
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 15
17
9,1
5
17
0,5
6
16
2,0
0
11
2,7
8
98
,20
95
,92
86
,65
82
,25
77
,37
58
,24
56
,90
40
,21
105,73
0
50
100
150
200
APK SMP/MTs - Kecamatan APK SMP/MTs - Kabupaten
3.3. Bidang Pendidikan
3.3.1. Prioritas Target
Gambar 3. 19 Perbandingan Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) Menurut Kecamatan Tahun 2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Gambar 3. 20 Perbandingan Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs) Menurut Kecamatan Tahun 2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Gambar 3. 21 Perbandingan Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan Menengah Atas setingkat SMA/MA Menurut Kecamatan Tahun 2019.
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Posisi relatif Angka Partisipasi Kasar (APK) pada Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) menurut Kecamatan Tahun 2019 menunjukan masih terdapat kesenjangan antar wilayah di Kabupaten Sukoharjo. Beberapa wilayah seperti Kecamatan Weru, Bulu, Tawangsari, Nguter, Bendosari, Grogol dan Gatak perlu mendapatkan perhatian khusus dalam intervensi kebijakan, karena APK-nya berada dibawah rata-rata Kabupaten.
Pada Jenjang Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs) menurut Kecamatan posisi relatif Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2019 di Kabupaten Sukoharjo menunjukan kesenjangan masih relatif tinggi yaitu terdapat 8 Kecamatan yang berada dibawah APK rata-rata Kabupaten sehingga perlu ada intervensi kebijakan untuk kecamatan-kecamatan tersebut.
Pada Jenjang Pendidikan Menengah Atas setingkat SMA/MA Tahun 2019 menunjukan kesenjangan antar wilayah sangat tinggi, hal ini ditunjukan bahwa hanya terdapat 2 kecamatan yang berada diatas rata-rata APK Kabupaten yaitu Kecamatan dan Sukoharjo, sedangkan 10 Kecamatan lainnya masih berada dibawah rata-rata APK Kabupaten.
22
9,5
8
12
8,0
3
12
3,7
5
12
3,5
0
12
0,2
5
10
9,0
4
10
4,3
4
91
,29
81
,64
81
,15
80
,50
73
,72
112,52
0
50
100
150
200
250
APK SD/MI - Kecamatan APK SD/MI - Kabupaten
31
3,2
7
14
6,2
3
87
,10
79
,95
69
,74
68
,65
63
,52
50
,42
48
,29
40
,36
33
,53
33
,36
88,16
0
50
100
150
APK SMA/MA - Kecamatan APK SMA/MA Kabupaten (81,85)
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 16
Gambar 3. 22 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Semua Jenjang Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Angka Partisipasi Kasar (APK) pada Jenjang Pendidikan (SD/MI) mengalami penurunan, pada Jenjang Pendidikan (SMP/MTs) di Kabupaten Sukoharjo mengalami kecenderungan yang membaik pada periode 2015-2019. Sedangkan APK pada Jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMA/MA) pada tahun 2015-2019 mengalami Kecenderungan yang membaik juga. Pada tahun 2016 APK SD/MI, SMP/MTs maupun SMA/MA mengalami penurunan dari tahun 2015.
Gambar 3. 23 Relevansi APK pada Jenjang Pendidikan Dasar setingkat SD/MI terhadap Nasional dan Provinsi Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Relevansi APK pada Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2015-2019 mengalami kenaikan, dan selalu berada di atas APK Provinsi dan Nasional. Dan memiliki kecenderungan sejalan dengan APK Provinsi dan Nasional
Gambar 3. 24 Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) Jenjang Pendidikan SMP/MTs Terhadap Nasional dan Provinsi Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Jenjang Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs), APK SMP/MTs Kabupaten Sukoharjo menunjukan bahwa selama periode tahun 2015-2019 ada kecenderungan sejalan dengan APK SMP/MTs Nasional dan Provinsi.
Gambar 3. 25 Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA Terhadap Nasional dan Provinsi Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Seperti halnya APK Kabupaten Sukoharjo pada Jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMA/MA) selama periode tahun 2015-2019 ada kecenderungan sejalan dengan Nasional dan Provinsi.
113,18 112,18 113,37 113,32 113,41
105,58101,71
104,84102,24
105,73
84,99 81,8588,60 88,1 88,16
2015 2016 2017 2018 2019
APK SD/MI APK SMP/MTs APK SMA/MA
107,98 106,44 105,89 103,54 103,50
104,25 104,27 104,64 101,28 99,61
113,18 112,18 113,37 113,32 113,32
50
100
150
200
250
300
350
2015 2016 2017 2018 2019
APK SD/MI - Nasional APK SD/MI - Provinsi
APK SD/MI - Kabupaten
101,05 100,72 101,05 100,86 101,32
99,22 99,30 99,84 99,09 99,25
105,58 101,71 104,84 102,24 105,73
-
50
100
150
200
250
300
350
2015 2016 2017 2018 2019
APK SMP/MTs - Kabupaten APK SMP/MTs - Provinsi
APK SMP/MTs - Nasional
76,45 87,95 86,94 88,55 92,92
74,07 76,54 78,55 84,08 88,14
84,99 81,85 88,60 88,10 88,16
50
100
150
200
250
300
2015 2016 2017 2018 2019
APK SMA/MA - Nasional
APKSMA/MA - Provinsi
APKSMA/MA - Kabupaten
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 17
Gambar 3. 26 Efektifitas Angka Partisipasi Kasar Semua Jenjang Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019.
Sumber :Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Pada periode 2015-2019, APK jenjang SD/MI dan SMA/MA mengalami tren naik sedangakan untuk SMP, meskipun terjadi kenaikan APK pada tahun 2019 yang sedikit, trendline nya adalah menurun, jadi program peningkatan APK SD/MI dan SMA/MA sudah efektif, namun untuk program peningkatan APK SMP/MTs masih perlu ditingkatkan lagi.
0
50
100
150
2015 2016 2017 2018 2019
APK SD/MI APK SMP/MTsAPK SMA/MA Linear (APK SD/MI)Linear (APK SMP/MTs) Linear (APK SMA/MA)
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 18
Gambar 3. 27 Perbandingan Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan Dasar setingkat SD/MI Menurut Kecamatan Tahun 2019
Sumber :Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Gambar 3. 28 Perbandingan Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pndidikan Menengah Pertama (SMP/MTs) Menurut Kecamatan Tahun 2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Gambar 3. 29 Perbandingan angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMA/MA) Menurut Kecamatan Tahun 2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Posisi relatif APM SD/MI Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2019 terjadi kesenjangan yang tajam dalam APM SD/MI antara Kecamatan Kartasura dengan Kecamatan Lainnya. APM SD/MI yang berada di atas APM SD/MI Kabupaten terdapat 5 (lima) Kecamatan, yaitu Kecamatan Kartasura, Mojolaban, Sukoharjo, Polokarto, dan Baki. Sedangkan yang perlu mendapatkan intervensi kebijakan adalah 7 (Tujuh) Kecamatan lainnya yang berada di bawah rata-rata Kabupaten.
Posisi relatif pada APM Jenjang Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs) yang perlu mendapatkan perhatian dalam intervensi kebijakan adalah 9 (sembilan) Kecamatan yaitu Weru, Bulu, Nguter, Bendosari, Grogol, Gatak, Sukoharjo, Mojolaban dan Tawangsari.
Posisi reltiaf pada APM Jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMA/MA) kesenjangan terjadi sangat tajam dalam pencapaian APM SMA/MA antar wilayah karena pencapaian APM SMA/MI hanya ditopang oleh 2 (tiga) Kecamatan yaitu Sukoharjo dan Kartasura. Untuk 10 (sembilan) Kecamatan lainnya perlu mendapatkan perhatian dalam intervensi kebijakan.
199,
39
111,
90
110,
42
110,
03
103,
56
95,1
8
90,8
3
79,2
6
73,8
3
72,7
7
72,5
0
63,8
8
99,78
0
20
40
60
80
100
120
140
APM SD/MI - Kecamatan APM SD/MI- Kabupaten
12
6,6
2
12
6,4
7
11
9,5
6
76
,17
73
,31
73
,18
67
,69
62
,76
60
,03
48
,29
42
,08
30
,63
78,61
0
20
40
60
80
100
120
140
APM SMP/MTs - Kecamatan
APM SMP/MTs - Kabupaten
22
4,0
9
96
,82
56
,90
56
,11
49
,67
46
,02
45
,34
38
,92
38
,91
29
,83
26
,36
23
,49
62,85
0
20
40
60
80
100
120
140
APM SMA/MA - Kecamatan APM SMA/MA - Kabupaten
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 19
Gambar 3. 30 Perkembangan Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) Semua Jenjang Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Relevansi dan Efektifitas Capaian Angka Partisipasi Murni (APM) apabila dilihat dari pola pergerakan dari waktu ke waktu dan penilaian terhadap pencapaian target dan sasaran pembangunan pada masing-masing indikator, APM pada Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) Kabupaten Sukoharjo lebih tinggi dibandingkan dengan APM pada Jenjang SMP/MTS maupun APM pada Jenjang SMA/MA.
Gambar 3. 31 Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan (SD/MI) Terhadap Nasional dan Provinsi Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Relevansi APM pada Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2015-2019 sejalan dan masih berada di atas Nasional dan Provinsi.
Gambar 3. 32 Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan (SMP/MTs) Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Apabila dilihat Relevansi APM pada Jenjang Pendidikan SMP/MTs di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2015-2019 mengalami fluktuatif . Di tahun 2016 APM pada Jenjang Pendidikan SMP/MTs lebih kecil bila dibandingkan dengan Nasional dan Provinsi sedanngkan di tahun 2017 berada di atas Nasional dan Provinsi.
Gambar 3. 33 Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) Jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMA/MA) Terhadap Nasional dan Provinsi Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Relevansi APM Pada Jenjang Pendidikan Menengah (SMA/MA). Pada Tahun 2016 APM pada jenjang Pendidikan Menengah (SMA-MA) berada di bawah angka Nasional dan pada tahun 2017 dan 2019 masih dibawah Nasional dan Provinsi.
98,75 97,73 98,83 99,86 99,78
77,32 74,49 77,61 76,13 78,61
56,54 53,6258,92 62,06 62,85
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
2015 2016 2017 2018 2019APM SD/MI APM SMP/MTs APM SMA/MA
93,38 93,73 93,02 91,94 92,88
94,33 92,16 91,68 90,38 90,91
98,75 97,73 98,83 99,86 99,78
50
100
150
200
250
300
2015 2016 2017 2018 2019
APM SD/MI Nasional APM SD/MI Provinsi
APM SD/MI Kabupaten
81,01 76,29 76,99 75,57 77,41
81,95 75,20 75,50 74,47 78,42
77,82 74,49 77,61 76,13 78,61
50
100
150
200
250
300
2015 2016 2017 2018 2019
APM SMP/MTs Kabupaten APM SMP/MTs Provinsi
APM SMP/MTs Nasional
59,10 61,20 63,70 67,14 70,99
57,89 58,83 61,79 63,90 69,15
56,54 53,62 58,92
62,06 62,85
50
100
150
200
250
2015 2016 2017 2018 2019
APM SMA/MA Nasional APM SMA/MA Provinsi
APM SMA/MA Kabupaten
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 20
Gambar 3. 34 Perbandingan Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI )Menurut Kecamatan Tahun 2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Posisi Relatif Angka Putus Sekolah (APS) pada Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2017, masih terjadi kesenjangan yang sangat tajam antar wilayah kecamatan kecuali 3 kecamatan yaitu Grogol, Kartasura dan Sukoharjo perlu mendapatkan perhatian khususnya intervensi kebijakan karena APS-nya sama dengan diatas rata-rata APS SD/MI Kabupaten.
Gambar 3. 35 Perbandingan Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs) Menurut Kecamatan Tahun 2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Selanjutnya pada Jenjang Pendidikan Menengah Pertama (SMP/MTs), sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo sudah berada di bawah rata-rata Kabupaten, hanya ada 4 Kecamatan yang APS SMP/MTs berada di atas rata-rata Kabupaten yaitu Kecamatan Weru, Bendosari, Tawangasari dan Gatak perlu mendapatkan perhatian.
Gambar 3. 36 Perbandingan Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Menengah Atas setingkat SMA/MA Menurut Kecamatan Tahun 2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Posisi Relatif Angka Putus Sekolah (APS) pada Jenjang Pendidikan Menegah Atas (SMA/MA) Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2017, masih terjadi kesenjangan yang sangat tajam antar wilayah kecamatan terutama di Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, Grogol dan Kartasura perlu mendapatkan perhatian khususnya intervensi kebijakan karena APS-nya berada diatas rata-rata APS SMA/MA Kabupaten.
Gambar 3. 37 Perkembangan Angka Putus Sekolah (APS) di Semua Jenjang Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Perkembangan antar waktu capaian APS di semua Jenjang Pendidikan pada periode tahun 2015-2019 mengalami trend yang menurun.
0,06
0,05
0,02
0,01 0,01 0,01 0,01
0,00 0,00 0,00 0,00 0,000,01
0,00
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
APS SD MI - Kecamatan APS SD/MI - Kabupaten
0,18 0,17
0,110,09
0,050,02 0,02
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,04
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
APS SMP/MTs - Kecamatan APS SMP/MTs - Kabupaten
1,21
0,910,80
0,550,49
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,46
0,00
0,50
1,00
1,50
APS SMA/MA - Kecamatan APS SMA/MA - Kabupaten (0.58 %)
0,03
0,04
0,020,03
0,01
0,04
0,05
0,03
0,040,04
0,63
0,370,41
0,30
0,46
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,00
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
2015 2016 2017 2018 2019
APS SD/MI APS SMP/MTs APS SMA/MA
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 21
Gambar 3. 38 Relevansi Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) Kabupaten Sukoharjo Terhadap Nasional dan Provinsi Periode Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Pada Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) capaian APS SMP/MTs di Kabupaten Sukoharjo periode tahun 2015-2019 terjadi trend penurunan
Gambar 3. 39 Relevansi Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Menengah Pertama setingkat SMP/MTs Terhadap Nasional dan Provinsi Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Relevansi dan Efektifitas Capaian Angka Putus Sekolah (APS), periode Tahun 2015-2019 Angka Putus Sekolah (APS) pada Jenjang Pendidikan Menegah Pertama (SMP/MTs) Kabupaten Sukoharjo mengalami tren penurunan
Gambar 3. 40 Relevansi Angka Putus Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Menengah Atas (SMA/MA) Terhadap Nasional dan Provinsi Tahun 2015-2019
Sumber :Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Relevansi dan Efektifitas Capaian Angka Putus Sekolah (APS), periode Tahun 2015-2019 Angka Putus Sekolah (APS) pada Jenjang Pendidikan Menegah Atas (SMP/MTs) Kabupaten Sukoharjo mengalami tren penurunan.
Gambar 3. 41 Efektifitas Angka Putus Sekolah (APS) Semua Jenjang Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo Periode Tahun 2015-2019
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Pada periode tahun 2015-2019 APS di semua Jenjang Pendidikan mengalami kecenderungan menurun. Hal ini menunjukan bahwa program yang mendukung dalam penurunan APS di Kabupaten Sukoharjo efektif.
0,25
0,08
0,03 0,04 0,02 0,030,01
-
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
2015 2016 2017 2018 2019
Nasional Provinsi Kabupaten
0,39
0,30
0,04
0,05
0,03
0,04 0,04
-
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
0,40
0,45
2015 2016 2017 2018 2019
Nasional Provinsi Kabupaten
0,84 0,71
0,63
0,37 0,41
0,30
0,46
-
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
0,90
2015 2016 2017 2018 2019
Nasional Provinsi Kabupaten
0,00
0,25
0,50
0,75
2015 2016 2017 2018 2019
APS SD/MI APS SMP/MTsAPS SMA/MA Linear (APS SD/MI)Linear (APS SMP/MTs) Linear (APS SMA/MA)
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 22
3.3.2. Prioritas Intervensi
Gambar 3. 42 Analisis Prioritas Bidang Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dengan Kemiskinan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019
Kabupaten Sukoharjo selama periode
2015-2019 penurunan tingkat kemiskinan bersamaan dengan peningkatan APM SD/MI dan penurunan APS SD/MI. Gambar diatas menunjukan bahwa kedua Indikator Utama tersebut mempunyai keterkaitan dengan penurunan kemiskinan. Namun selama periode 2015-2019 APK SD/MI mengalami penurunan yang tidak sejalan dengan penurunan kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini menunjukan bahwa APK SD/MI merupakan salah satu determinan yang perlu di intervensi untuk perubahan dalam Angka kemiskinan. Berbeda dengan Penurunan APM SD/MI dan APS SD/MI yang sejalan dengan penurunan tingkat kemiskinan. Pada dasarnya APK, APM dan APS SDMI tetap perlu intervensi program agar tetap sejalan dengan penurunan tingkat kemiskinan.
9,26 9,07 8,75
7,41 7,14
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
2015 2016 2017 2018 2019
Tingkat Kemiskinan (%)
113,18
112,18
113,37 113,32 113,42
111,5
112
112,5
113
113,5
114
2015 2016 2017 2018 2019
APK SD/MI
98,75
97,73
98,83
99,86 99,78
96,50
97,00
97,50
98,00
98,50
99,00
99,50
100,00
100,50
2015 2016 2017 2018 2019
APM SD/MI
0,03
0,04
0,02
0,03
0,01
0,00
0,01
0,01
0,02
0,02
0,03
0,03
0,04
0,04
0,05
2015 2016 2017 2018 2019
APS SD/MI
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 23
Gambar 3. 43 Analisis Prioritas Bidang Pendidikan Jenjang Pendidikan Menengah Atas Dengan Kemiskinan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019
Pada jenjang pendidikan menengah pertama (SMP/MTs) selama periode 2015-2019 pada APK, APM dan APS menunjukkan Peningkatan yang bagus. Pada jenjang SMP/MTs mendukung penurunan tingkat kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo.
9,18 9,26 9,07 8,75
7,41 7,14
0
2
4
6
8
10
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tingkat Kemiskinan (%)
105,58
101,71
104,84
102,24
105,73
100
102
104
106
108
2015 2016 2017 2018 2019
APK SMP/MTs
77,32
74,49
77,61
76,13
78,61
72,00
74,00
76,00
78,00
80,00
2015 2016 2017 2018 2019
APM SMP/MTs
0,04
0,05
0,03
0,04 0,04
0,00
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
2015 2016 2017 2018 2019
APS SMP/MTs
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 24
Gambar 3. 44 Analisis Prioritas Bidang Pendidikan Dengan Kemiskinan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2015-2019
Sedangkan di Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA/ MA) juga terjadi
peningkatan yang bagus (kenaikan APK dan APM, Penurunan APS). Hal tersebut sejalan dengan penurunan Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo yang dari tahun ke tahun menurun.
9,26 9,07 8,75
7,41 7,14
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
2015 2016 2017 2018 2019
Tingkat Kemiskinan (%)
84,99
81,85
88,60 88,10 88,16
78
80
82
84
86
88
90
2015 2016 2017 2018 2019
APK SMA/MA
56,54
53,62
58,92
62,0662,85
48,00
50,00
52,00
54,00
56,00
58,00
60,00
62,00
64,00
2015 2016 2017 2018 2019
APM SMA/MA
0,63
0,370,41
0,30
0,46
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
2015 2016 2017 2018 2019
APS SMA/MA
3.4. Bidang Infrastruktur Dasar
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 26
3.4. Bidang Infrastruktur Dasar
3.4.1. Prioritas Target
Gambar 3. 45 Data Basis Data Terpadu (BDT) 2019 yang belum memiliki Fasilitas BAB.
Sumber : Basis Data Terpadu 2019, Diolah
Dalam Basis Data Terpadu 2019 masih terdapat 6.296 rumah tangga yang belum memiliki fasilitas BAB.
Gambar 3. 46. Data Basis Data Terpadu (BDT) 2019
yang belum Meteran Listrik.
Sumber : Basis Data Terpadu 2019, Diolah
Dalam Basis Data Terpadu 2019 masih terdapat 10.423 rumah tangga yang belum memiliki Meteran Listrik.
Gambar 3. 47 Perkembangan Rumah Tangga dengan akses Sanitasi Layak Tahun 2015-2019 Kabupaten Sukoharjo
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Apabila dilihat perkembangan antar waktu Rumah Tangga dengan Akses sanitasi Layak, menunjukkan perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019 di Kabupaten Sukoharjo 100 persen sudah memiliki sanitasi layak.
Gambar 3. 48 Perkembangan Rumah Tangga
dengan akses Air Mimun Tahun 2015-2019 Kabupaten Sukoharjo
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Apabila dilihat perkembangan antar waktu Rumah Tangga dengan Akses Sumber Air Minum yang fluktuatif hingga tahun 2015, namun pada tahun 2019 mengalami kenaikan yang signifikan.
762
293
195
934
602
245
828
248
603
391
270
157
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
705
272
871
274
1179
864
1199
609
1033
1009
1229
1179
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
73,9776,43
82,68
87,59
90,13
70
75
80
85
90
95
2015 2016 2017 2018 2019
Akses Sanitasi Layak
74,79
79,5182,41
87,64 89,26
45,00
55,00
65,00
75,00
85,00
95,00
2015 2016 2017 2018 2019
Akses Air Minum
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 27
Gambar 3. 49 Perkembangan Rumah Tangga dengan akses Listrik Tahun 2015-2019 Kabupaten Sukoharjo
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Apabila dilihat perkembangan antar waktu Rumah Tangga dengan akses Listrik menunjukan perkembangan yang meningkat. Mulai tahun 2019 kabupaten sukoharjo sudah berakses listrik.
Gambar 3. 50 Relevansi Rumah Tangga dengan akses Sanitasi Layak Tahun 2015-2019 Kabupaten Sukoharjo terhadap Provinsi dan Nasional.
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Relevansi Rumah Tangga dengan akses
Sanitasi Layak Tahun 2015-2019 cenderung meningkat dan pada tahun 2019 sudah mencapai 100%. Hal tersebut mendukung peingkatan yang terjadi di provinsi dan nasional.
Gambar 3. 51 Relevansi Rumah Tangga dengan akses Air Minum Tahun 2015-2019 Kabupaten Sukoharjo terhadap Nasional dan Provinsi.
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Relevansi Rumah Tangga dengan akses Sumber Air Minum Tahun 2015-2019 cenderung naik, dan selalu berada diatas angka nasional dan provinsi.
Gambar 3. 52 Relevansi Rumah Tangga dengan
akses Listrik Tahun 2015-2019 Kabupaten Sukoharjo terhadap Nasional dan Provinsi.
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Relevansi Rumah Tangga dengan akses Listrik Tahun 2015-2019 sudah mencapai 100% rumah tangga dengan akses listrik.
100,00
100,00
100,00 100,00 100,00
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
2015 2016 2017 2018 2019
Rumah Tangga Akses Listrik (%)
73,9776,43
82,68
87,5990,13
62,14
67,80 67,8969,27
77,39
67,2
70,6671,84
74,0475,68
60,00
65,00
70,00
75,00
80,00
85,00
90,00
95,00
2015 2016 2017 2018 2019
Kabupaten Nasional Provinsi
70,97 71,14 72,04
73,68
84,91
73,6376,3 76,09
78,16
53,83
74,79
79,5182,41
87,6489,26
50
60
70
80
90
100
2015 2016 2017 2018 2019
Nasional Provinsi Kabupaten
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
94,9395,99
96,52 96,73 96,95
93,39
99,9 99,91 99,76 99,85
93,00
94,00
95,00
96,00
97,00
98,00
99,00
100,00
101,00
2015 2016 2017 2018 2019
Kabupaten Nasional Provinsi
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 28
Gambar 3. 53 Efektifitas Rumah Tangga dengan dengan Sanitasi Layak Tahun 2015-2019 Kabupaten Sukoharjo .
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Pada periode 2015-2019 Rumah Tangga dengan akses sanitasi layak Mengalami trend naik. Hal ini menunjukkan progam yang mendukung dalam peningkatan rumah tangga dengan akses sanitasi layak efektif
Gambar 3. 54 Efektifitas Rumah Tangga dengan
Sumber Air Minum Tahun 2015-2019 Kabupaten Sukoharjo .
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Pada periode 2015-2019 Rumah Tangga dengan sumber air minum Mengalami trend naik. Hal ini menunjukkan progam yang mendukung dalam peningkatan rumah tangga dengan akses listrik masih sudah efektif.
Gambar 3. 55 Efektifitas Rumah Tangga dengan akses Listrik Tahun 2015-2019 Kabupaten Sukoharjo .
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Pada periode 2015-2019 Rumah Tangga dengan akses Listrik sudah ada pada tingkat maksimal dan harus dipertahankan. Hal ini menunjukkan progam yang mendukung dalam peningkatan Rumah Tangga dengan Akses Listrik sudah efektif
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2015 2016 2017 2018 2019
Efektifitas Akses Sanitasi Layak
Linear (Efektifitas Akses Sanitasi Layak)
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
2014 2015 2016 2017 2018
Efektifitas Akses Air Minum
Linear (Efektifitas Akses Air Minum)
-
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
2015 2016 2017 2018 2019
Rumah Tangga Pengguna Listrik (%)
Linear (Rumah Tangga Pengguna Listrik (%))
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 3 : Prioritas Target dan Intervensi Penanggulangan Kemiskinan 26
3.4.2. Prioritas Intervensi
Gambar 3. 56 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Infrastruktur Dasar Tahun 2015-2019 Kabupaten Sukoharjo
2015-2019 penurunan tingkat kemiskinan bersamaan dengan Peningkatan Rumah tangga dengan sanitasi layak, rumah tangga dengan akses listrik, dan Rumah tangga dengan air minum, ketiga indikator tersebut menunjukkan bahwa mempunyai keterikatan terhadap penurunan angka kemiskinan.
9,26 9,07 8,75
7,41 7,14
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
2015 2016 2017 2018 2019
Tingkat Kemiskinan (%)
73,97 76,4382,68
87,59 90,13
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
2015 2016 2017 2018 2019
Rumah Tangga dengan akses Sanitasi Layak Tahun 2015-2019
74,79
79,5182,41
87,6489,26
65
70
75
80
85
90
95
2015 2016 2017 2018 2019
Rumah Tangga dengan Air MinumTahun 2015-2019
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
2015 2016 2017 2018 2019
Rumah Tangga dengan akses Jaringan listrik Tahun 2015-2019
Bab 4
Tinjauan Anggaran Penanggulangan Kemiskinan
Komposisi Anggaran Belanja Daerah □
Anggaran Belanja Sektor Ketenagakerjaan □
Anggaran Belanja Sektor Kesehatan □
Anggaran Belanja Sektor Pendidikan □
Anggaran Belanja Sektor Infrastruktur Dasar □
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 4 : Tinjauan Anggaran Penanggulangan Kemiskinan 27
4.1. Komposisi Anggaran Belanja Daerah
Pendapatan Asli Daerah yang
selanjutnya disebut PAD, yaitu
penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri
yang dipungut berdasarkan Peraturan
Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal
1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004).
Dengan demikian Pendapatan Asli
Daerah merupakan sumber pendapatan
yang asli berasal dari potensi daerah.
Pemerintah daerah dapat menggali
sumber Pendapatan Asli Daerah tersebut
secara optimal. Sedangkan sumber-
sumber dari Pendapatan Asli Daerah
terdiri dari:
a. Hasil Pajak Daerah;
Pajak Daerah, yang selanjutnya
disebut pajak, adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan daerah bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat (Pasal 1
Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).
b. Hasil Retribusi Daerah;
Retribusi Daerah, yang selanjutnya
disebut retribusi, adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakandan/ atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk kepentingan orang pribadi
atau badan (Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Bagi daerah yang memiliki BUMD
seperti Perusahan Daerah Air Minum
(PDAM), Bank Pembangunan Daerah
(BPD), badan kredit kecamatan, pasar,
tempat hiburan/rekreasi, villa,
pesanggrahan, dan lain-lain
keuntungannya merupakan
penghasilan bagi daerah yang
bersangkutan (Hanif Nurcholis, 2007 :
184). Menurut Ahmad Yani (2004 : 40)
hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan antara lain bagian
laba, deviden, dan penjualan saham
milik daerah.
d. Lain-lain PAD yang Sah
Menurut Pasal 6 Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, lain-lain
PAD yang sah meliputi:
1. Hasil penjualan kekayaan daerah
yang tidak dipisahkan
2. Jasa Giro
3. Pendapatan bunga
4. Keuntungan selisih nilai tukar
rupiah terhadap mata uang asing,
dan
5. Komisi, potongan, ataupun bentuk
lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang
dan/atau jasa oleh daerah.
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 4 : Tinjauan Anggaran Penanggulangan Kemiskinan 28
1. Komposisi Penerimaan Daerah
Tabel 4.1. Komposisi Penerimaan Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012-2016
NO URAIAN PENDAPATAN
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
1 2 4 5 5
1.1 Pendapatan Asli Daerah 391.127.036.000 348.388.344.000 315.261.722.000
1.1.1 Pajak Daerah 157.100.000.000 169.300.000.000 144.556.309.000
1.1.2 Retribusi Daerah 20.478.384.000 20.299.283.000 17.276.081.000
1.1.3 Hasli Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan 14.905.382.000 20.905.995.000 20.366.543.000
1.1.4 Lain-Lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah 198.643.270.000 137.953.405.000 133.062.789.000
1.2 Dana Perimbangan 1.261.654.355.000 1.244.950.442.000 1.269.171.343.000
1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi
Hasil Bukan Pajak 26.525.639.000
1.2.2 Dana Alokasi Umum 949.941.878.000 941.984.410.000 938.959.821.000
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 311.712.477.000 302.966.092.000 303.685.883.000
1.3 Lain-Lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah 365.507.226.000 393.232.446.000 358.218.781.000
1.3.1 Hibah 8.407.896.000 72.163.200.000 72.163.200.000
1.3.2 Dana Darurat
1.3.3
Bagi hasil pajak dari provinsi
dan dari pemerintah daerah
lainnya
140.636.497.000 107.275.738.000 123.053.171.000
1.3.4 Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus 123.576.433.000 127.001.352.000 190.002.410.000
1.3.5
Bantuan Keuangan dari
Provinsi Pemerintah Daerah
Lainnya
37.541.550.000 35.750.000.000 35.750.000.000
Jumlah Pendapatan 1.800.944.422.000 2.013.266.111.000 2.063.683.200.000
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 4 : Tinjauan Anggaran Penanggulangan Kemiskinan 29
Pendapatan asli daerah Dana perimbanganLain-lain pendapatan
daerah yang sah
2017 391.127.036.000 1.261.654.355.000 365.507.226.000
2018 348.388.344.000 1.244.950.442.000 393.232.446.000
2019 315.261.722.000 1.269.171.343.000 358.218.781.000
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
Bill
ion
s R
up
iah
Gambar 4.1 Komposisi Penerimaan Daerah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2017 -2019
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 4 : Tinjauan Anggaran Penanggulangan Kemiskinan 30
4.2. Anggaran Belanja Sektor Perumahan
1. Program Pengembangan Perumahan, program ini dilaksanakan melalui kegiatanya itu: a. Koordinasi Penyelenggaraan
Pengembangan Perumahan dengan alokasi dana kegiatan sebesar Rp493.189.000,00.
b. Koordinasi Pembangunan Perumahan dengan Lembaga/Badan Usaha dengan alokasi dana sebesar Rp903.885.000,00.
2. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan melalui kegiatan : Fasilitas Pembangunan Prasarana dan sarana Dasar Pemukiman Berbasis Masyarakat dengan alokasi dana sebesar Rp275.000.000,00.
4.3. Anggaran Belanja Sektor
Ketenagakerjaan
1. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja dengan kegiatan Pendidikandan Pelatihan Ketrampilan bagi Pencari Kerja dengan alokasi dana sebesar Rp305.000.000,00.
2. Program Peningkatan Kesempatan Kerja, Program ini dilaksanakan melalui kegiatan : a. Penyusunan Informasi Bursa
Tenaga Kerja dengan alokasi dana sebesar Rp44.000.000,00
b. Penyebarluasan Informasi Bursa Tenaga Kerja dengan alokasi dana sebesar Rp175.000.000,00.
c. Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan dengan alokasi dana sebesar Rp40.000.000,00,
d. Pengembangan Kelembagaan, Produktivitas dan Pelatihan Kewirausahaan dengan alokasi dana sebesar Rp45.000.000,00
3. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan, Program ini dilaksanakan melalui kegiatan, yaitu : a. Fasilitasi Penyelesaian Prosedur
Pemberian Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Alokasi dana sebesar Rp30.000.000,00.
b. Fasilitasi Penyelesaian Prosedur Pemberian Perlindungan dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Alokasi dana sebesar Rp30.000.000,00.
c. Pembinaan Persyaratan Kerja dan Kesejahteraan Tenaga Kerja, Alokasi dana sebesar Rp80.000.000,00.
4. Program Transmigrasi Regional melalui kegiatan Penyuluhan Transmigrasi Regional dengan Alokasi dana kegiatan sebesar Rp.25.000.000,00
5. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi melalui kegiatan Pengarahan dan Fasilitasi Perpindahan serta Penempatan transmigrasi untuk memenuhi kebutuhab sumber daya manusia dengan alokasi dana kegiatan sebesar Rp.50.000.000,00
4.4. Anggaran Belanja Sektor Kesehatan
1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan, Alokasi dana sebesar Rp6.283.204.000,00
2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat, dengan kegiatan : a. Pelayanan Kesehatan Penduduk
Miskin di Puskesmas dan Jaringannya , Alokasi dana sebesar Rp4.700.000.000,00 terselenggaranya pelayanan pasien rawat jalan, rawat inap dan pertolongan persalinan di Puskesmas dan jaringannnya serta pelayanan kesehatan di PPK III bagi penduduk miskin dan atau tidak mampu pada 12 kecamatan.
b. Pemeliharaan dan Pemulihan Kesehatan, Alokasi dana sebesar Rp32.887.000,00, kegiatan berupa: a). Terlaksananya Pengadaan Biskuit MP ASI bagi Balita. b). Tersosialisasinya PMT
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 4 : Tinjauan Anggaran Penanggulangan Kemiskinan 31
Penyuluhan pada 12 kecamatan. c. Peningkatan Kesehatan
Masyarakat, Alokasi dana sebesar Rp.1.008.592.000,00
d. Peningkatan pelayanan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan, Alokasi dana Sebesar Rp.240.000.000,00
3. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan asyarakat a. Pengembangan Media Promosi
dan Informasi sadar Hidup Sehat dengan Alokasi Dana Rp.211.200.000,00
b. Penyuluhan Masyarakat Pola Hidup Sehat dengan Alokasi Dana Rp 638,935,000,00
c. Peningkatan Pendidikan Tenaga Penyuluh Masyarakat dengan Alokasi Dana Rp 184,751,000,00
4. Program Perbaikan Gizi Masyarakat a. Pemberian Tambahan Makanan
dan Vitamin dengan Alokasi Dana Rp2,955,472,000 ,00
b. Penanggulangan Kurang Energi (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium(GAKY), Kurang Vitamin A, dan Kekurangan Gizi Mikro Lainnya dengan Alokasi Dana Rp135,000,000,00
c. Pemberdayaan Masyarakat untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi dengan Alokasi Dana Rp4,475,270,000,00
5. Program Pengembangan Lingkungan Sehat melalui kegiatan : a. Pengkajian Pengembangan
Ligkungan Sehat Alokasi Dana Rp 198,590,000,00,00
b. Penyuluhan Menciptakan Lingkungan Sehat Alokasi Dana Rp431,600,000,00
c. Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Sehat dengan Alokasi Dana Rp127,550,000,00
6. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular melalui kegiatan : a. Penyemprotan/ Fogging Sarang
Nyamuk dengan Alokasi Dana
Rp400,000,000,00 b. Pengadaan alat Fogging dan
Bahan-bahan Fogging dengan Alokasi Dana Rp250,000,000,00
c. Pelayanan Vaksinasi Bagi Balita dan Anak Sekolah dengan Alokasi Dana Rp60,000,000,00
d. Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dengan Alokasi Dana Rp811,360,000,00
e. Peningkatan Imunisasi dengan Alokasi Dana Rp617,880,000,00
f. Peningkatan Surveilance Epidemologi dan Penanggulangan Wabah dengan Alokasi Dana Rp150,000,000,00
g. Peningkatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Pencegahan dan Pembberantasan Penyakit dengan Alokasi Dana Rp315,690,000,00
7. Program Pengadaan, Peningkatan/ Perbaikan Sarana & Prasarana Puskesmas/ Pustu dan Jaringannya Melalui Kegiatan : a. Pengembangan Puskesmas
dengan Alokasi Dana Rp4,911,925,000,00
b. Sarana dan Prasarana Puskesmas dengan Alokasi Dana Rp479,800,000,00
8. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan anak Balita melalui kegiatan : a. Penyuluhan Kesehatan Anak
Balita dengan Alokasi Dana Rp364,170,000,00
b. Palatihan Pendidikan Perawatan Anak Balita dengan Alokasi Dana Rp89,800,000,00
9. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia melalui kegiatan : a. Pelayanan Pemeliharaan
Kesehatan dengan Alokasi Dana Rp167,950,000,00
b. Pendidikan dan Pelatihan Perawatan Kesehatan dengan Alokasi Dana Rp35,000,000,00
10. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan Anak melalui
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 4 : Tinjauan Anggaran Penanggulangan Kemiskinan 32
kegiatan : a. Penyuluhan Kesehatan bagi Ibu
dan KB dengan Alokasi Dana Rp996,922,000,00
b. Pelatihan dan Penididikan Kesehatan Ibu dan KB dengan Alokasi Dana Rp856,250,000,00
11. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin melalui Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin dan Jaringannya dengan Alokasi Dana Rp5.000.000.000,00
4.5. Anggaran Belanja Sektor Pendidikan
1. Program Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun
a. Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Jenjang SD/MI/SDLB dan SMP/MTs, Alokasi dana kegiatan sebesar Rp7.262.381.000,00, berupa tersedianya dana operasional untuk Sekolah
b. Penyelenggaraan DAK Bidang Pendidikan Dasar Sekolah Dasar, Alokasi dana sebesar Rp.6.865.880.000,00
c. Fasilitasi Program Makanan Tambahan Anak Sekolah Rp.10.000.000,00
2. Program Pendidikan Non Formal
melalui :
a. Pembinaan Pendidikan Kursus dan Kelembagaan Alokasi dana Rp. 20.000.000,00
b. Pengembangan Pendidikan Keaksaraan Alokasi dana Rp.17.000.000,00
c. Pengembangan Pendidikan
Kecakapan Hidup Alokasi Dana Rp.17.000.000,00
d. Penyelenggaran Kegiatan SKB Alokasi Dana Rp.60.000.000,00
e. Pembinaan PKBM alokasi dana Rp.17.000.000,00
4.6. Anggaran Belanja Sektor
Infrastruktur Dasar
1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah melalui kegiatan Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Pedesaan Alokasi dana sebesar Rp.150.000.000,00.
2. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan, Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Bersih Perdesaan, Pembangunan sarana dan prasarana air bersih perdesaan dan pelaksanaan kegiatan PAMSIMAS dan SLBM
3. Program Lingkungan Sehat Perumahan, Program ini dilaksanakan melalui kegiatan Pengendalian Dampak Resiko Pencemaran Lingkungan dengan alokasi dana kegiatan sebesar Rp.15.000.000,00
Bab 5
Kebijakan Dan Program Penanggulangan Kemiskinan
Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan □ Strategi Penanggulangan Kemiskinan □
Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan □
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 5 : Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 33
5.1. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
ebijakan penanggulangan kemiskinan secara umum berkaitan dengan upaya untuk menjaga kinerja perekonomian nasional
secara makro, yang secara tidak langsung diharapkan dapat mendukung upaya pencapaian target penanggulangan kemiskinan sesuai dengan RPJMN 2019-2024.
Dalam melaksanakan berbagai kebijakan dilaksanakan secara terpadu, terukur, sinergis dan terencana yang dilandasi oleh kemitraan dan keterlibatan berbagai pihak, dan dikelola sebagai suatu gerakan bersama penanggulangan kemiskinan.
Berdasarkan pada RPJMD Kabupaten Sukoharjo tahun 2016-2021 maka arah kebijakan pembangunan daerah, adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pembangunan daerah dalam era otonomi daerah memprioritaskan pada pengembangan sumberdaya manusia, terutama peningkatan pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan di wilayah perdesaan dilaksanakan dengan mengedepankan pemahaman terhadap kewenangan dan tanggungjawab serta peningkatan kapasitas pengelolaan pembangunan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan formal, pendidikan kejuruan, pendidikan non formal dan informal termasuk pendidikan kecakapan hidup (lifeskills), pendisiskan kesetaraan gender yang diperkaya dengan pengenalan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkan kewirausahaan dalam masyarakat.
2. Penguatan Landasan Inovatif Beberapa hal yang dipandang dapat memperkuat landasan inovatif seperti infrastruktur teknologi informatikan yang mulai dibangun, dipercepat pemanfaatannya untuk semua bidang kegiatan baik itu pelayanan kepada masyarakat, peningkatan pendidikan dan Iptek, maupun perdagangan dan investasi. Setiap alokasi pengeluaran pemerintah Kabupaten Sukoharjo diarahkan untuk mengembangkan pemahaman dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan perekonomian daerah.
3. Peningkatan Daya Saing Daerah Daya saing daerah antara lain sangat dipengaruhi oleh produk unggulan daerah, peningkatan pelayanana perijinan dan pelayanan publik, pengembangan ekonomi
perdesaan. Fokus pengembangan ekonomi perdesaan dengan pendekatan satu daerah satu produk (One Village One Product/OVOP) atau pembentukan sentra-sentra pengembangan industri kecil, kerajinan dan perdagangan skal kecil dan pemberdayaan sektor informal dengan memasukkan Pedagang Kaki Lima (PKL) sebagai pelaku penting kegiatan ekonomi. Implikasi dari hal tersebut perlu dilakukan pendataan, fasilitasi perijinan usaha, jaminan keberlanjutan usaha dan perlindungan sosial. Kelompok usaha mikro, kecil dan sektor informal rentan perubahan kebijakan pembangunan, penggusuran dan tekanan pihak lain (premanisme). Keberhasilan peningkatan kapasitas dan daya saing usaha mikro, kecil termasuk sektor informal memerlukan dukungan segenap pemangku kepentingan pembangunan ekonomi di Kabupaten Sukoharjo.
4. Pemulihan dan Perlindungan Prinsip pembangunan berkelanjutan perlu menjiwai setiap kebijakan daerah. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi diarahkan ramah lingkungan. Penerapan hal tersebut, antara lain dalam menyikapi isu kelangkaan energi dunia diantisipasi dengan menginisiasi peanekaragaman sumber-sumber energi alternatif, energi terbarukan dan mengembangkan pertanian organik semakin diperluas di masyarakat. Dalam upaye mengembangkan peran serta masyarakat dan kalangan dunia usaha, BUMN/BUMD termasuk perbankan dan perusahaan jasa-jasa lainnya.
5.2. Strategi Penanggulangan Kemiskinan
5.2.1. Strategi Makro
Strategi makro pembangunan ekonomi berdasarkan pada perkembangan kondisi positif perekonomian nasional, terutama semakin mantapnya stabilitas politik nasional, pertumbuhan ekonomi nasional cukup tinggi, stabilnya nilai tukar mata uang Rupiah terhadap valuta asing dan pelaksanaan Kesepakatan Pasar Bebas ASEAN (Asean Free Trade Area) sejak tahun 2010. Berdasarkan kondisi positif tersebut maka dirumuskan strategi sebagai berikut :
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sama dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sebesar 5,5% – 7,00%. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi terkait dengan meningkatnya peluang kerja dan pasar kerja.
2. Meningkatkan perluasan kesempatan kerja, meningkatkan peluang berusaha melalui pelayanan perijinan bagi usaha sektor informal, usaha mikro dan kecil serta koperasi.
K
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 5 : Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 34
3. Meningkatkan ketersediaan stok bahan pangan pokok untuk menjamin kecukupan pangan bagi kelompok masyarakan miskin, terutama di wilayah konsentrasi penduduk miskin terbesar. Karena beban pengeluaran terbesar rumah tangga miskin untuk pemenuhan kebutuhan pangan (> 52% per bulan). Perlunya secara intensif untuk melakukan penganekaragaman pangan pokok (selain besar dan terigu) dan mengurangi tingkat konsumsi beras per kapita bagi kelompok menengah atas (rata-rata tingkat konsumsi beras 120 – 130 Kg per kapita/ per tahun).
4. Penguatan kelembagaan pengelola program pemberdayaan masyarakat di tingkat desa/kelurahan dan koordinasi wilayah di tingkat kecamatan, sejalan dengan peningkatan peran koordinasi di tingkat kecamatan.
5. Meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam rangka perwujudan kesetaraan dan keadilan gender. Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan terkait erat dengan peningkatan pendidikan dan keterampilan, kecakapan hidup (life skills), desa vokasi, perintisan usaha baru dan partisipasi kaum perempuan dalam pembangunan pada umumnya.
5.2.2. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Berdasarkan Klaster
1. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga, adalah sebagai berikut :
1) Menyempurnakan proses penentuan sasaran (targeting) berdasarkan data BPS melalui PPLS 2011 dengan berdasarkan nama dan alamat kelompok sasaran.
2) Meningkatkan sosialisasi bagi aparat desa/kelurahan dan meningkatkan koordinasi ditingkat kecamatan untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan kegiatan.
3) Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan Keluarga Berencana melalui pemanfaatan Jamkesmas, jamkesda, jampersal.
4) Meningkatkan pelayanan pendidikan dasar melalui Program Wajib Belajar 9 Tahun, melalui beasiswa bagi penduduk miskin .
5) Meningkatkan koordinasi antar pengelola kegiatan di tingkat desa/kelurahan guna meningkatkan ketepatan sasaran program.
6) Meningkatkan koordinasi dengan pengelola program bantuan sosial alinnya.
7) Meningkatkan mekanisme dan pengelolaan pengaduan masyarakat dalam pelaksanaan bantuan sosial.
2. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat, adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan integrasi perencanaan dalam PNPM Mandiri dengan tahap-tahap perencanaan tahunan (reguler) sesuai dengan perencanaan dan penganggaran yang berpihak kepada masyarakat miskin.
2) Meningkatkan bimbingan teknis bagi aparat desa/kelurahan dan meningkatkan koordinasi di tingkat kecamatan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan pelestarian pasca program.
3) Meningkatkan peran kelembagaan pasca program di tingkat desa/kelurahan untuk keberjanjutan pengembangan program/kegiatan.
4) Meningkatkan partispasi masyarakat dan lembaga di tingkat desa/kelurahan dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan.
3. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro, Kecil dan Koperasi , adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan akses usaha mikro dan kecil, melalui peningkatan skema pembiayaan, bantuan permodalan usaha dan pelayanan pendampingan keuangan yang dilakukan oleh Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).
2) Meningkatkan pelayanan perijinan usaha bagi usaha mikro dan kecil agar memiliki legalitas usaha.
3) Meningkatkan pelatihan keterampilan tenaga kerja, manajamen usaha dan keterampilan wira usaha baru bagi kelompok usia produktif.
4) Meningkatkan jalinan kerjasama usaha antara penyedia bahan baku, pengrajin dan pemasaran.
5) Meningkatkan penggunaan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas produk dan kemasan.
6) Meningkatkan promosi dan perluasan pasar hasil produk dari usaha mikro, kecil dan koperasi.
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 5 : Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 35
7) Revitalisasi pasar tradisional dan fasilitas pameran (outlet) bagi hasil usaha mikro dan kecil/koperasi serta kerajinan.
8) Meningkatkan legalitas kelembagaan dan kuantitas keanggotaan koperasi.
9) Meningkatkan fasilitasi kemitraan usaha bagi usaha mikro, kecil dan koperasi dengan usaha besar.
4. Strategi Pembangunan Inklusif, dalam rangka perluasan program-program pro-rakyat, sebagai berikut :
1) Meningkatkan pemugaran rumah kurang layak huni di perdesaan dan pemukiman
kumuh di perkotaan.
2) Meningkatan pelayanan listrik perdesaan dan rumah tangga kurang mampu.
3) Meningkatkan program penghematan energi dan listrik.
4) Meningkatkan keterampilan usaha bagi keluarga nelayan.
5) Meningkatkan pelayanan air bersih dan sanitasi perdesaan dan pemukiman padat di wilayah perkotaan.
6) Meningkatkan kualitas lingkungan di wilayah pemukiman kumuh di wilayah perkotaan.
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 5 : Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 36
5.3. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan
Tabel 5.1. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sukoharjo
OPD Program Kegiatan Anggaran
1. Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukinan
Program Pengembangan Perumahan
804.130.000
Koordinasi Penyelenggaraan Pengembangan Perumahan
-
Koordinasi Pembangunan Perumahan dengan Lemnbaga/ Badan Usaha
100.000.000
fasilitasi dan Stimulasi Pembangunan Perumahan Masyarakat kurang Mampu
704.130.000
Program Lingkungan Sehat Perumahan
15.000.000
Pengendalian Dampak Resiko Pencemaran Lingkungan
15.000.000
Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan
416.567.000
2. Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja
1.048.560.000
Pengadaan Peralatan Pendidikan dan ketrampilan bagi pencari kerja
0
Pengadaan Bahan dan Materi Pendidikan dan Ketrampilan Kerja
220.000.000
Pendidikan dan Pelatihan Bagi Pencari Kerja
828.560.000
Rehabilitasi Sedang berat Sarana dan Prasarana BLK
0
Peningkatan Kesempatan Kerja
422.720.000
Penyusunan Informasi Bursa Tenaga Kerja
112.720.000
Penyebarluasan Informasi Bursa Tenaga Kerja
115.000.000
Kerjasama pendidikan dan pelatihan 110.000.000
Penyiapan Tenaga Kerja Siap Pakai 20.000.000
Pengembangan Kelembagaan produktifitas dan pelatihan Kewirausahaan
0
Pelatihan Peni gkatan pemahaman penggunaan TKA pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
0
Pelatihan peningkatan kualitas pendamping TKA
15.000.000
pengendalian Penggunaan TKA 40.000.000
Peningkatan kulitas SDM di LPK 10.000.000
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 5 : Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 37
OPD Program Kegiatan Anggaran
Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi
55.000.000
Pengembangan Kapasitas Pengukuran, Standarisasi, Pengujian dan Kualitas
15.000.000
Pengembangan Sistem Inovasi Teknologi Industri
40.000.000
Penguatan Kemampuan Industri Berbasis Teknologi
0
Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
185.000.000
Fasilitasi bagi Industri Kecil dan Menengah Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya
0
Pembinaan Industri kecil dan Menengah dalam Memperkuat Jaringan Klaster Industri
34.000.000
Pemberian Fasilitas Kemudahan Akses perbankan bagi Industri Kecil dan Menengah
22.500.000
Fasilitasi Kerjasama Kemitraan Industri Mikrokecil dan menegah dengan Swasta
0
Peningkatan Manajemen bagi IKM 51.000.000
Penumbuhan wirausaha baru 55.000.000
kemitraan antara industri kecil dengan industri menengah dan besar
22.500.000
Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
30.000.000
Pembinaan Kemampuan Teknologi Industri
100.000.000
Pengembangan dan Pelayanan Teknologi Industri
30.000.000
Perluasan Penerapan SNI untuk Mendorong Daya Saing Industri Manufaktur
100.000.000
Pengawasan terhadap keamanan dan keselamatan alat produksi serta proses produksi
20.000.000
Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial
50.000.000
Penyediaan Sarana Informasi yang Dapat Diakses Masyarakat
10.000.000
Melaksanakan Pendampingan bagi Kelompok Usaha Industri Kecil di Sentra Industri Kecil
20.000.000
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 5 : Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 38
OPD Program Kegiatan Anggaran
Melaksanakan Pendataan Industri Kecil/menengah dan Sentra Industri
360.000.000
Pelatihan Bisnis dan Manajemen terhadaop Pelaku Industri Kreatif
50.000.000
Fasilitasi Permodalan Terhadap Pelaku Industri Kreatif
22.500.000
Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Menengah
40.000.000
Fasilitasi pameran dan promosi produk bagi IKM dilingkungan IHT
10.000.000
3. Dinas Kesehatan
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
26.247.607.000
Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin di Puskesmas dan Jaringannya
26.247.607.000
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
240.000.000
Pengkajian Pengembangan Ligkungan Sehat
35.500.000
Penyuluhan Menciptakan Lingkungan Sehat
12.500.000
Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Sehat
192.000.000
KESELAMATAN IBU MELAHIRKAN DAN ANAK
120.000.000
Penyuluhan Kesehatan Ibu dan KB 20.000.000
Pelatihan dan Pendidikan Kesehatan Ibu dan KB
100.000.000
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
102.940.000
Peningkatan Imunisasi 52.940.000
Peningkatan KIE Penanggulangan Penyakit Menular
50.000.000
4. DPU Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah
580.376.000
Penyediaan prasarana dan Sarana Air Minum Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
427.330.000
Rehabilitasi / Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Air Limbah
228.000.000
-
5. Dinas Pendidikan & Kebudayaan
Program Wajib Belajar Sembilan Tahun
85.798.630.000
Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Jenjang SD/MI/SDLB dan SMP/ MTs
425.000.000
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 5 : Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 39
OPD Program Kegiatan Anggaran
Penyelenggaraan DAK Bidang Pendidikan Dasar Sekolah Dasar
85.373.630.000
Fasilitasi Program Makanan Tabahan Anak Sekolah
-
Program Pendidikan Non Formal
132.000.000
Pembinaan Pendidikan Kursus dan Kelembagaan
22.000.000
Pengembangan Pendidikan Keaksaraan
20.000.000
Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup
Penyelenggaran Kegiatan SKB 70.000.000
Pembinaan PKBM 20.000.000
6. Dinas Sosial Program Perberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT), dan PMKS lainya
44.000.000
Peningkatan kemampuan (capacity building) Petugas dan Pendamping Sosial Pemberdayaan Fakir Miskin, KAT dan PMKS Lainnya
13.000.000
Pelatihan Ketrampilan Berusaha bagi Keluarga Miskin
13.000.000
Fasilitas Manajemen Usaha bagi Keluarga Miskin
Fasilitas Manajemen Usaha bagi Wanita Rawan Sosial Ekonomi, Lanjut Usia Terlantar Potensial dan Keluarga Veteran Kurang Mampu
18.000.000
Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Daerah
635.780.000
Pengembangan Kebijakan tentang Akses Sarana dan Prasarana Publik bagi Penyandang Cacat dan Lansia
18.000.000
Pelaksanaan KIE Konseling dan Kampanye Sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
13.000.000
Pembentukan Pusat Informasi Penyandang Cacat dan Trauma Centre
16.000.000
Melaksanakan Rujukan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial se Pulau Jawa
20.880.000
Melaksanakan Pemutakhiran Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial
40.500.000
Fasilitasi Orang Terlantar yang Kehabisan Bekal dan Rupa-rupa Hal
527.400.000
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 5 : Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 40
OPD Program Kegiatan Anggaran
Program Pembinaan Anak Terlantar
25.000.000
Pengembangan Bakat dan Ketrampilan Anak Terlantar
25.000.000
Program Pembinaan Para Penyandang Cacat dan Trauma
714.000.000
Pendidikan dan Pelatihan bagi Penyandang Cacat dan Eks Trauma
18.000.000
Pendayagunaan para Penyandang Cacat
38.000.000
Fasilitas Manajemen Usaha bagi Penyandang Cacat
13.000.000
Fasilitas Prasarana Kehidupan bagi Penyandang Cacat
645.000.000
7. DPPKBP3A Program Keluarga Berencana
49.070.000
Penyediaan Pelayanan KB dan alat Kontrasepsi bagi Keluarga Miskin
11.570.000
Peningkatan Perlindungan Hak Produksi Individu
37.500.000
Program Pelayanan Kontrasepsi
57.290.000
Pelayanan Pemasangan Kontrasepsi KB
11.100.000
Pelayanan KB Medis Operasi 46.190.000
8. DPMD Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan
15,000,000
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Pedesaan
15,000,000
9. Dinas Pangan Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)
Desa Mandiri Pangan 33.000.000
PengembanganLumbung Pangan Desa
25.000.000
Pengembangan Cadangan Pangan Daerah
21.791.000
Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan
28.000.000
Bab 6
Koordinasi Dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan
Kemiskinan
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan □
Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan □
Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan □
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 6 : Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan 41
6.1. Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
6.1.1. Koordinasi di Tingkat Daerah
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kab. Sukoharjo telah dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Sukoharjo Nomor 29 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Sukoharjo No. 35 Tahun 2014 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sukoharjo.
TKPK Kabupaten Sukoharjo sebagaimana diamanatkan Perbub No. 29 Tahun 2015 melaksanakan fungsi pertama : pengorganisasian penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) sebagai dasar penyusunan RPJMD di bidang penanggulangan kemiskinan, dalam hal ini TKPK Kabupaten Sukoharjo telah menyusun SPKD sebagai pedoman umum pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di seluruh SKPD. kedua : pengorganisasian SKPD atau gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam hal penyusunan rencana strategis SKPD, ketiga : pengorganisasian SKPD atau gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam hal penyusunan rancangan RKPD, keempat : pengorganisasian SKPD atau gabungan SKPD bidang penanggulangan kemiskinan dalam hal penyusunan rencana kerja SKPD, kelima : pengorganisasian evaluasi pelaksanaan perumusan dokumen rencana pembangunan daerah bidang penanggulangan kemiskinan, dalam hal ini pengendalian dilakukan baik terhadap program yang ada di masing-masing SKPD maupun lembaga keuangan dan masyarakat luas.
Pada saat ini fungsi TKPK lebih ditekankan pada untuk upaya koordinasidan sinkronisasi seluruh program penanggulangan kemiskinan dalam rangkamempercepat penurunan jumlah penduduk miskin. Tentunya apabila diperlukanmaka TKPK dapat merumuskan program baru yang bersifat penyempurnaan dariprogram yang telah ada. Pengalaman dari program penanggulangankemiskinan selama ini, titik keberhasilannya terletak pada pendekatan community base development yang
memberikan bantuan langsung kepadamasyarakat. Hal ini untuk lebih menjamin kesinambungan program.
Untuk menjabarkan dan melaksanakan tugas dari TKPK juga dibentuk Kelompok Kerja yang terdiri dari Kelompok Kerja Pendataan dan Sistem Informasi yang dikoordinasikan oleh Bappeda dan BPS, Kelompok Kerja Pengembangan Kemitraan, dan Kelompok Kerja Pengaduan Masyarakat yang dikoordinasikan oleh BPMD.
6.1.2. Koordinasi di Tingkat Pusat
Berdasarkan Perpres No. 96 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan di tingkat pusat telah dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang merupakan tim Lintas Pelaku yang berada di Tingkat Pusat danDaerah. Forum tersebut bertanggungjawab dan berkoordinasi di bawahPresiden. TNP2K bertugas melakukan koordinasi serta penajaman kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
6.2. Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Aktifitas yang menyangkut peran dan fungsi TKPKD selama ini belum optimal. Beberapa factor yang menyebabkan belum optimalnya peran dan fungsi TKPKD dalam mengkoordinasikan penanggulangan kemiskinan antara lain:
a. Masih kurangnya pemahaman tentang TKPKD.
b. Belum adanya program kerja TKPKD
c. Rendahnya daya dukung operasional TKPKD.
d. Sarana dan Prasarana pendukung (Sekretariat) TKPKD kurang.
Sejalan dengan arah dari Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah yang akan dirumuskan diharapkan kedepan TKPKD dapat :
1. Memantau situasi dan kondisi kemiskinan di daerah
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 6 : Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan 42
2. Menganalisis besaran pengeluaran pemerintah daerah sehingga efektif untuk penanggulangan kemiskinan (APBN dan APBD)
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan di daerah.
4. Membuat program unggulan Penanggulangan Kemiskinan secara terpadu.
5. Koordinasi rutin dan kajian terkait dengan Penanggulangan kemiskinan.
6. Mengawal atau mendorong Sinkronisasi Program Penanggulangan Kemiskinan dalam Perencanaan Pembangunan Daerah (Sinkronisasi PNPM dengan Musrenbang)
7. Mendorong Stakeholder melalui CSR dalam menanggulangi kemiskinan.
6.3. Pengendalian Pelaksanaan Program
Penanggulangan Kemiskinan
6.3.1. Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Berbasis Rumah Tangga
1. Program Subsidi Beras untuk Masyarakat Miskin (Raskin)
Raskin merupakan program pemerintah untuk menjaga keamanan pangan dalam masyarakat. Program ini berupaya memenuhi ketersediaan pangan rakyat sehingga tidak ada lagi rakyat yang kelaparan akibat kurangnya akses pangan. Program raskin ini diharapkan dapat membantu rumah tangga miskin untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.
Gambar 6. 1 : Data Penerima Beras Miskin Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011-2018.
2. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, Jaminan Kesehatan Daerah dan Penerima Bantuan Iur Daerah
Untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan dasar maka sejak tahun 2008 Pemerintah Pusat telah mengalokasikan dana untuk pembiayaan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin melalui Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Jamkesmas diberikan kepada masyarakat miskin yang masuk dalam daftar kuota yang telah diusulkan oleh Bupati dan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Sedangkan masyarakat miskin yang belum termasuk dalam kuota tersebut, menjadi tanggungan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, untuk membiayai pelayanan kesehatan masyarakat miskin non kuota menyediakan anggaran melalui Penerima Bantuan Iur (PBI) Daerah dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Di Kabupaten Sukoharjo, jumlah penerima PBI-JKN mulai tahun 2018 sebanyak 324.164 jiwa, masyarakat miskin dengan jaminan kesehatan sebesar Rp 35.000 per orang/bulan dari pendanaan Pemerintah Pusat melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Selain itu, terdapat sekitar 77.218 jiwa telah diintegrasikan ke program Penerima Bantuan Iur (PBI) Daerah APBD Kabupaten yang alokasinya melalui Dinas Kesehatan dan 6.017 jiwa diintegrasikan ke program Bantuan Iur Daerah melalui APBD Provinsi. Sedangkan alokasi anggaran kesehatan untuk Jamkesda dan PBI sejumlah Rp. 3,9 Milyar.
3. Bantuan Uang Duka
Bantuan uang duka merupakan upaya pemerintah kabupaten sukoharjo dalam membantu warga miskin. Bantuan uang duka diberikan kepada Keluarga miskin yang meninggal dan masuk ke dalam Data warga tidak mampu. Bantuan uang duka yang diterima sebesar Rp. 3 Juta per orang. Bantun uang duka ini diharapkan dapat meringankan beban dari keluarga yang ditinggalkan.
Besaran bantuan dapat dilihat pada gambar dibawah.
61
.89
9
61
.42
3
51
.16
8
51
.16
8
51
.16
8
51
.16
8
47
.84
9
36
.14
4
-
20.000
40.000
60.000
80.000
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 6 : Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan 43
Gambar 6. 2 : Penerima Bantuan uang duka.
4. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)
Bantuan siswa miskin (BSM) ini mempunyai sasaran anak-anak dari keluarga miskin agar mereka tidak putus sekolah karena kekurangan biaya. Bantuan ini diberikan kepada siswa miskin mulai dari jenjang pendidikan SD/MI sampai dengan jenjang pendidikan SMA/SMK/MA. Besarnya bantuan bagi siswa miskin tersebut pada tahun 2018 adalah Rp 800.000 untuk tingkat SD, untuk SMP Rp 1.000.000.
Data yang ada menunjukan bahwa pada tahun 2019, jumlah penerima BSM di Kabupaten Sukoharjo 38.672 siswa SD dan 12.871 siswa SMP.
5. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.
Gambar 6. 3 : Grafik Besaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Secara khusus program BOS bertujuan untuk:
a. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SMPT (Terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan tidak boleh berlebih;
b. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
c. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk SMP (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini. Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah, dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan untuk siswa
3.00
0
1.02
6
3.37
1
3.32
6
4.03
0
3.04
5
2.07
5
2.55
4
3.33
5
9.000
3.078
10.113 9.978
12.090
9.135
6.225
7.662
10.005
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Jiwa Realisasi Anggaran (jt)
64.662 77.275 74.438
1.000
21.000
41.000
61.000
81.000
101.000
2017 2018 2019
Mill
ion
s
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 6 : Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan 44
SD/SDLB besarnya bantuan adalah Rp. 800.000,- per siswa per tahun. Sedangkan untuk siswa SMP/SMPLB/SMPT besarnya bantuan adalah Rp. 1.000.000,- per siswa per tahun. 6. Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program bantuan tunai bersyarat (Conditional Cash Transfer/CCT) kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang bertujuan membantu keluarga sangat miskin untuk memastikan generasi berikutnya sehat dan menyelesaikan pendidikan dasar. PKH diarahkan untuk membantu keluarga sangat miskin dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, selain memberikan kemampuan kepada keluarga untuk meningkatkan konsumsi. PKH diharapkan dapat mengubah perilaku Rumah Tangga Sangat Miskin untuk memeriksakan ibu hamil /Nifas/Balita ke fasilitas kesehatan, dan mengirimkan anak ke sekolah dan fasilitas pendidikan. Dalam jangka panjang, PKH diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar-generasi.
Gambar 6.4 : Peserta PKH Kabupaten Sukoharjo
Gambar 6. 5: Penyaluran Bantuan Progam
Keluarga Harapan Kabupaten Sukoharjo
6.3.2. Program Penanggulangan
Kemiskinan Berbasis Usaha Mikro dan Kecil
Dalam rangka meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, Menengah termasuk Koperasi, dalam upaya penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan yang bertujuan meningkatkan Sektor Riil dan memberdayakan UKMK. Upaya peningkatan akses pada sumber pembiayaan antara lain dilakukan dengan memberikan kredit bantuan modal bagi UMKMK melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan peningkatan akses UMKM dalam banruan permodalan usaha.
KUR merupakan fasilitas pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM dan Koperasi terutama yang memiliki usaha yang layak namun belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain : pertanian, perikanan, dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana. Untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada usaha mikro, maka penyaluran KUR dapat juga dilakukan secara tidak langsung, maksudnya usaha mikro dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSPIUSP Koperasi, atau melalui kegiatan linkage program lainnya yang bekerjasama dengan Bank pelaksana.
9.357 8.878 8.690 8.571
16.610
28.387 26.606
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
5,9
8
14
,49
10
,26
21
,22
31
,32
43
,98
75
,76
1,00
10,00
100,00
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Mil
ya
r
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 6 : Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan 45
6.3.3. Program Penanggulangan Kemiskinan untuk Meningkatkan Akses Pelayanan Dasar (Perluasan Program Pro Rakyat)
Program WSLIC-3/PAMSIMAS merupakan salah satu program dan aksi nyata pemerintah (pusat dan daerah) dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan.
Ruang lingkup kegiatan Program WSLIC-III/PAMSIMAS mencakup 5 (lima) komponen proyek yaitu :
1. Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal;
2. Peningkatan Kesehatan dan Perilaku Higienis dan Pelayanan Sanitasi;
3. Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum;
4. Insentif untuk Desa / Kelurahan dan Kabupaten / Kota; dan
5. Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek.
Tujuan program Pamsimas adalah untuk meningkatkan akses layanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan khususnya masyarakat di desa tertinggal dan masyarakat di pinggiran kota (peri-urban). Secara lebih rinci program Pamsimas bertujuan untuk:
1. Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat;
2. Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sani-tasi yang berkelanjutan;
3. Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal (pemerintah daerah maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat;
4. Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat;
Sasaran program ini adalah kelompok miskin di perdesaan dan pinggiran kota (peri-urban) yang memiliki prevalensi penyakit terkait air yang tinggi dan belum mendapatkan akses layanan air minum dan sanitasi.
Tabel 6.1 : Kegiatan Pamsimas Kabupaten Sukoharjo Tahun 2011-2018
No Tahun Jumlah
Desa Dana Pamsimas
1 2011 14 3.775.000.000
2 2012 18 4.575.000.000
3 2013 24 6.200.000.000
4 2014 11 2.670.000.000
5 2015 10 1.520.000.000
6 2016 14 2.397.150.000
7 2017 - -
8 2018 6 1.500.000.000
9 2019 - -
Bab 7
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan □
Rekomendasi □
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 7 : Kesimpulan dan Rekomendasi 46
7.1. Kesimpulan
7.1.1. Rencana Koordinasi dan Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan
Pengendalian adalah sangat penting dan harus dilakukan untuk melihat hasil dari sutau strategi yang kita lakukan dan apakah ada jaminan suatu strategi penanggulangan kemiskinan yang di laksanakan dapat berjalan secara efisien dan terukur. Untuk melaksanakan sistem pengendalian sangat diperlukan ketersediaan data yang akurat dan dipergunakan dalam membandingkan kondisi awal dengan kondisi pada kurun waktu tertentu yang dijadikan sebagai ukuran tingkat keberhasilan pelaksanaan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengkaji relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak suatu kebijakan penanggulangan kemiskinan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
1. Mekanisme dan Prosedur
Mekanisme Pengendalian di tingkat daerah terdiiri atas empat lankah yaitu : (1) Pengumpulan dan analisis data, (3) Pelapaoran, (3) Desiminasi, (4) Pemanfaatan dan tindak lanjut.
a. Pengumpulan Data
Data dan informasi yang diperlukan dalam rangka Pengendalian penanggulangan kemiskinan bersumber dari :
1) Hasil laporan rutin kementerian/ lembaga pelaksana kebijakan dan program;
2) Hasil pendataan oleh Kantor Badan Pusat Statistik, Kantor Badan Koordinasi Keluarga Berencana dan lembaga pengumpul data lainnya;
3) Hasil penelitian dan kajian kemiskinan partisipatif yang dilakukan oleh perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga penelitian;
4) Hasil pemberitaan media; dan
5) Hasil laporan dari kelompok masyarakat.
b. Pelaporan
Pelaporan hasil Pengendalian dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi kemiskinan dan kinerja kebijakan/ program secara obyektif dan sistematik. Pelaporan hasil Pengendalian dilakukan secara teratur dan berkala serta disusun dalam bentuk laporan lengkap dan laporan populer yang sederhana, menarik, dan mudah dipahami serta mudah diakses oleh publik. Pelaporan hasil-hasil pengendalian disesuaikan dengan proses perencanaan pembangunan daerah, baik Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maupun Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahunan (RKPD) . Dalam siklus tahunan, laporan pengendalian disampaikan secara reguler dalam laporan tiga bulanan.
c. Diseminasi
Hasil Pengendalian penanggulangan kemiskinan menjadi hak publik yang dapat diakses secara terbuka, cepat dan mudah. Oleh sebab itu, hasil laporan Pengendalian penanggulangan kemiskinan perlu didesiminasikan kepada para pengambil keputusan, media massa dan masyarakat luas melalui berbagai saluran informasi seperti media cetak, media elektronik, dan media komunikasi lain yang mudah diakses oleh publik.
2. Pemanfaatan dan Tindak Lanjut
Hasil temuan dari kegiatan Pengendalian dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan:
a. Sebagai umpan balik (feed back) bagi perbaikan kebijakan dan program dan implementasi penanggulangan kemiskinan,
b. Melakukan pengarusutamaan dan sinkronisasi berbagai kebijakan dan program,
c. Meningkatkan keterbukaan pengelolaan,
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 7 : Kesimpulan dan Rekomendasi 47
d. Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban publik terhadap pelaksanaan kebijakan dan program.
3. Kelembagaan Pengendalian di Tingkat Lokal/Komunitas
Kegiatan pengendalian di tingkat lokal atau komunitas sepenuhnya merupakan prakarsa dan kegiatan masyarakat sendiri, untuk itu dapat diberikan pendampingan atau advokasi oleh Pokja Pengendalian Daerah maupun oleh lembaga swadaya masyarakat yang memiliki kompetensi dalam penanggulangan kemiskinan.
4. Integrasi ke dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Sistem Pengendalian penanggulangan kemiskinan merupakan bagian dari sistem perencanaan dan penganggaran nasional, oleh sebab itu hasil Pengendalian kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan menjadi masukan penting bagi penyusunan rencana dan anggaran. Integrasi ke dalam sistem perencanaan dan penganggaran pembangunan diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan kesinambungan kebijakan/program penanggulangan kemiskinan. Oleh sebab itu, siklus Pengendalian penanggulangan kemiskinan harus diselaraskan dengan siklus perencanaan dan penganggaran pembangunan, sehingga sistem pengendalian penanggulangan kemiskinan menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pengendalian RPJM, dan RKPD. Hasil sistem Pengendalian penanggulangan kemiskinan harus tersedia sebelum proses perencanaan dan penganggaran dimulai. Hal ini dimaksudkan agar hasil-hasil Pengendalian penanggulangan kemiskinan menjadi umpan balik dan pertimbangan penting dalam proses perencanaan dan penganggaran, dengan itu diharapkan akan terwujud perencanaan dan penganggaran yang memiliki keberpihakan kepada masyarakat miskin secara berkelanjutan.
7.2. Ringkasan Rekomendasi
Menimbang beberapa kegiatan dari masing-masing Pokja, maka untukke depan, beberapa langkah yang perlu dilakukan adalah :
1. Peran usaha nasional –baik BUMN maupun non BUMN- harus lebih ditingkatkan. Peningkatan ini diwujudkan dalam program kemitraan danbantuan teknis serta permodalan.
2. Peran pendamping perlu ditingkatkan untuk memberdayakan masyarakat miskin sebagai pemanfaat program. Bagi penduduk miskin yang sudah tersiapkan maka peran pengembangan dapat diambilalih oleh lembaga keuangan. Begitu juga dengan peran perguruan tinggi yang diperlukan untuk evaluasi dan penyempurnaan program.
3. Mengenai agenda ke depan untuk mengoptimalkan program penanggulangan kemiskinan, langkah-langkahnya adalah : a. Penajaman program.
Disadari bahwa program-program penanggulangan kemiskinan yang ada di Departemen/LPND belum sepenuhnya mengarah langsung kepenanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu program-program yangdidanai dari APBN harus dipertajam dan memasukkan alokasi anggaran untuk disalurkan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
b. Penajaman DAU. Sesuai dengan prinsip Otonomi
Daerah dimana Daerah merupakan pelaksana dari program pembangunan maka keberhasilan penanggulangan sangat tergantung pada Daerah. Daerah mempunyai peran yang strategis dalam PK karena dinilai lebih tahu tentang potensi dan kemampuan daerah. Selain melalui DAK, untuk penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan penajaman pemanfaatan DAU untuk penanggulangan kemiskinan.
LP2KD [LAPORAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH] Tahun 2020
Bab 7 : Kesimpulan dan Rekomendasi 48
c. Peningkatan dan kemampuan usaha. Sesuai dengan prinsip partisipatif
maka yang dapat menanggulangi kemiskinan adalah masyarakat sendiri, oleh karena itu penekanan program adalah pada pemberdayaan manusianya. Pemahaman yang harus ditekankan adalah bahwa Inti dari penanggulangan kemiskinan yaitu pelibatan semua unsur (lintassektor) yang lebih menitikberatkan pada peran masyarakat sendiri.
d. Peningkatan peran usaha nasional. Usaha Nasional berfungsi
memberikan dukungan perencanaan kebijakan dan program PK yang diselenggarakan oleh UsahaNasional terutama dari kalangan swasta (Non-BUMN). Oleh karenaitu Peran Usana Nasional (baik BUMN maupun Non-BUMN) harus ditingkatkan. Peningkatan ini diwujudkan dalam program kemitraandan bantuan teknis serta permodalan.
e. Pengembangan dan sinkronisasi data.
Agar program PK tepat sasaran baik program, pendanaan, maupun pendampingan maka pengembangan database sangat diperlukan.Untuk itu data makro dan mikro tentang peta penduduk miskin harussinkron.
f. Pendampingan mandiri. Harus diusahakan untuk
menyatukan kesepahaman bahwa kemiskinan hanya bisa ditanggulangi melalui kerjasama dan bekerja bersama-sama kepada semua unsur masyarakat. Peran masyarakat terutama yang sudah kaya dan maju dalam penanggulangan kemiskinan harus terus ditingkatkan.
g. Evaluasi program. Upaya penanggulangan kemiskinan
akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu peran PerguruanTinggi sangat diperlukan untuk evaluasi dan penyempurnaan program-program penanggulangan kemiskinan.
top related