laporan mixing tangki berpengaduk
Post on 28-Jan-2016
302 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan percobaan
1. Menentukan waktu homogen dengan variasi kecepatan putar pada pengaduk
turbin dan pengaduk propeller tanpa menggunakan baffle
2. Menentukan pola aliran dengan variasi kecepatan putar pada pengaduk turbin
dan pengaduk propeller tanpa menggunakan baffle
3. Menentukan power input pada pengaduk turbin dan pengaduk propeller tanpa
menggunakan baffle
1.2. Dasar teori
1.2.1. Pengertian Pengadukan dan pencampuran zat cair
Pengadukan adalah suatu operasi kesatuan yang mempunyai sasaran
untuk menghasilkan pergerakan tidak beraturan dalam suatu cairan,
dengan alat mekanis yang terpasang pada alat di atas. Sedangkan
pencampuran (mixing) adalah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara
acak, dimana bahan yang satu menyebar kedalam bahan yang laindan
sebaliknya, sedang bahan-bahan itu sebelumya terpisah dalam dua fase
atau lebih.
1.2.2. Tangki pengaduk
Yang dimaksud dengan tangki pengaduk (tangki reaksi) adalah bejana
pengaduk tertutup yang berbentuk silinder, bagian alas dan tutupnya
cembung. Tangki pengaduk terutama digunakan untuk reaksi-reaksi kimia
pada tekanan diatas tekanan atmosfer dan pada tekanan vakum, namun
tangki ini juga sering digunakan untuk proses yang lain misalnya untuk
pencampuran, pelarutan, penguapan ekstraksi dan kristalisasi.
1
Hal penting dari tangki pengaduk, antara lain :
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silinder dan bagain
bawahnya cekung.
2. Ukuran : diameter dan tangki tinggi.
3. Kelengkapannya, seperti :
a. Ada tidaknya buffle, yang berpengaruh pada pola aliran didalam
tangki.
b. Jacket atau coil pendingin/pemanas, yang berfungsi sebagai
pengendali suhu.
c. Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu.
d. Sumur untuk menempatkan termometer atau peranti untuk
pengukuran suhu
e. Kumparan kalor, tangki dan kelengkapan lainnya pada tangki
pengaduk.
Keuntungan pemakaian tangki berpengaduk, yaitu :
1. Pada tangki berpengaduk suhu dan komposisi campuran dalam tangki
selalu serba sama. Hal ini memungkinkan mengadakan suatu proses
isothermal dalam tangki berpengaduk untuk reaksi yang panas reaksinya
sangat besar.
2. Pada tangki berpengaduk dimana volume tangki relative besar, maka
waktu tinggal juga besar, berarti zat pereaksi dapat lebih lama beraksi
didalam tangki.
Kerugian pemakaian tangki berpengaduk yaitu:
1. Sukar membuat tangki berpengaduk yang dapat bekerja dengan efesiensi
untuk reaksi-reaksi dalam fase gas, karena adanya persoalan pengaduk.
2. Untuk reaksi yang memerlukan tekanan tinggi.
3. Kecepatan perpindahan panas per satuan massa pada tangki pengaduk
lebih rendah.
2
4. Kecepatan reaksi pada tangki berpengaduk adalah kecepatan reaksi yang
ditunjukkan oleh komposisi waktu aliran keluar dari tangki.
1.2.3. Pengaduk
Zat cair biasanya diaduk didalam suatu tangki atau bejana, biasanya
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana
itu mungkin terbuka saja ke udara, atau dapat pula tertutup. Ukuran dan
proporsi tangki itu bermacam-macam, bergantung pada masalah
pengadukan itu sediri.
a. Propeler
Plropler merupaan impeler aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat
cair berviskositas rendah. Propler kecil biasanya berputar pada
kecepatan motor penuh, yaitu 1.150 atau 1.750 put/min, sedang
propeler besar berputar pada 400 sampai 800 put/min.
b. Turbin
Pengaduk turbin biasanya efektif untuk menjangkau viscositas yang
cukup luas. Pengaduk turbin sangat cocok untuk mencampur larutan
dengan viscositas dinamik sampai 50 Ns/m2. Kebanyakan turbin itu
menyerupai agiator-dayung berdaun banyak dengan daun-daunnya
yang pendek, dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros
yang dipasang di pusat bejana. Daun-daunya boleh lurus dan boleh
pula lengkung., boleh bersudut dan boleh pula vertikal.
c. Paddles
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki
minimum 2 sudu, horizontal atau vertikal, dengan nilai D/T yang
tinggi. Paddle digunakan pada aliran fluida lamines, transisi atau
turbulen tanpa baffle.Pengaduk ini memberikan aliran arah radial dan
3
tangensial dan hampir tanpa gerak vertikal sama sekali. Arus yang
begerak ke arah gorizontal setelah mencapai dinding akan dibelokan
ke arah atas atau bawah. Bila digunakan pada kecepatan tinggi akan
terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi.
1.2.4. Pola aliran dalam bejana aduk
Jenis aliran di dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis
impeler, karakteristik fluida, dan ukuran serta perbanding (proporsi)
tangki, sekat, dan agiator. Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki
mempunyai tiga kompenen, dan pola aliran keseluruhan di dalam tangki
itu bergantung pada variasi dari ketiga komponen itu dari satu lokasi ke
lokasi lain.
a. Pola aliran radial
Aliran radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap dinding
tabung.
b. Pola aliran tangensial
Aliran tangensial atau disebut juga rotasional yaitu yang bekerja pada
arah singgung terhadap lintasan lingkar di sekeliling poros.
c. Pola aliran aksial, yang bekerja pada arah paralel
(sejajar) dengan poros.
1.2.5. Waktu homogen
waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan
sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau
produk dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju
pencampuran (rate of mixing) adalah laju di mana proses pencampuran
berlangsung hingga mencapai kondisi akhir. Pada operasi pencampuran
4
dengan tangki pengaduk, waktu pencampuran ini dipengaruhi oleh
beberapa hal:
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti:
a) ada tidaknya baffle atau cruciform baffle
b) bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeler, padel)
c) ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d) laju putaran pengaduk
e) kedudukan pengaduk pada tangki, seperti
jarak terhadap dasar tangki
pola pemasangannya:
- center, vertikal
- off center, vertikal
- miring (inciclined) dari atas
- horisontal
1.2.6. Vortex
Vortex adalah putaran air yang membentuk aliran yang bergerak
secara tangensial. Vortex pada permukaan zat cair ini yang terjadi karena
adanya sirkulasi aliran laminer cenderung membentuk stratifikasi pada
berbagai lapisan tanpa adanya aliran longitudinal antara lapisan-lapisan
itu.
Vortex merupakan hal yang dihindari dalam proses
pencampuran (mixing), karena dapat menyebabkan
penggumpulan fluida. Maka, dapat menyebabkan waktu
untuk mencapai homogenitas lebih lama. Untuk
menghindari vortex saat pencampuran, dapat
menggunakan baffle.
5
Vorteks
Gambar 1. Terbentuknya vortex1.2.7.Kebutuhan daya dalam tangki berpengaduk
Dalam merancang sebuah tangki berpengaduk,
kebutuhan daya untuk memutar pengaduk, merupakan
hal penting yang harus dipertimbangkan. Untuk
memperkirakan daya yang diperlukan ketika pengaduk
berputar pada kecepatan tertentu maka diperlukan suatu
korelasi empirik mengenai angka daya.
Angka daya tersebut diperoleh dari grafik hubungan Np vs
Nre, Bilangan Reynold atau Reynold Number (Nre)
menjelaskan pengaruh dari viskositas laruta, Rumus dari
Reynold Number yaitu :
Nre = ρf . N . D a
μf(Persamaan 1-
1)
Keterangan :
D = Diameter pengaduk (m)
N = Kecepatan putaran pengaduk (rps)
ρ f = Densitas fluida (kg/m3)
μf = Viskositas fluida (Kg/ms)
Sedangkan Power Number (Np) atau angka daya
dirumuskan sebagai berikut :
P=N p .N 3 . D5 . ρ f
gc
(persamaan1−2¿
Keterangan :
6
Np = Power Number (kg m2 / s2)
P = Power (watt)
gc = Konstanta grafitasi ( 1 kg m / N s2)
N = Kecepatan pengadukan (rps)
ρ f = Densitas fluida (kg / m3)
D = Diameter pengaduk (m)
Sehingga dari rumus angka daya tersebut dapat
diperoleh nilai power yang dibutuhkan untuk mendorong
pengaduk. Persamaan – persamaan diatas berlaku bagi
tangki bersekat maupun tidak bersekat. Namununtuk
tangki tidak bersekat, nilai angka daya yang diperoleh
harus dikoreksi lagi dengan angka Frounde atau Frounde
Number (Nfr).
Angka Frounde merupakan ukuran rasio tegangan inersia
terhadap gaya gravitasi per satuan luas yang bekerja pada
fluida dalam tangki. Hal ini terdapat dalam situasi dimana
terdapat gerakan gelombang yang tidak dapat diabaikan
pada permukaan zat cair. Persamaan angka ini yaitu :
N fr=N 2 . D
g(persamaan 1-3)
Keterangan :
D = diameter pengaduk (m)
N = kecepatan putar pengaduk (rps)
G = gravitasi bumi (m/s2)
Sehingga nilai Np koreksi dapat diperoleh dari persamaan
berikut :
Np (koreksi) = Np x Nfrm (persamaan 1-4)
7
Eksponensial m diperoleh dari persamaan :
m=a−log Nℜ
b(persamaan 1-5)
Dimana a dan b merupakan tetapan. Nilai a dan b dapat
diperoleh dari tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 konstanta a dan b
Gamb
ar
Kurv
a
A B
9 – 13 D 1,0 40,0
9 – 14 B 1,7 18,0
9 – 14 C 0 18,0
9 – 14 D 2,3 18,0
Sehingga jika nilai eksponensial diperoleh dari Number
Froude (Nfr) juga diperoleh maka Power Number (Np) yang
diperoleh dari grafik dapat dikoreksi dan hasil yang
diperoleh digunakan untuk menghitung daya yang
dibutuhkan dengan menggunakan persamaan daya.
8
Gambar 2. NRe vs Np untuk pengaduk jenis turbin
Gambar 3. NRe vs Np untuk pengaduk jenis propeller
Keterangan :
S1=Da
Dt
S2=EDa
S3=L
Da
S4=WDa
S5=JDt
9
S6=HDt
Dimana: DT= diameter tangki E = tinggi pengaduk dari dasar tangki Da = diameter pengaduk H = tinggi cairan dalam tangki J = lebar baffleN = jumlah putaran pengaduk permenit P = daya (power) S = pitch dari pengaduk W = lebar blade pengaduk
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan bahan
2.1.1.Alat yang digunakan :
1. Tangki pengaduk yang berbentuk silinder
2. Batang pengaduk
3. Pengaduk turbin berdaun 4
10
4. Pengaduk propeller berdaun 3
5. Motor pengaduk
6. Termometer
7. Stopwatch
8. Pipet tetes
2.1.2. Bahan yang digunakan :
1. Air keran
2. Kacang hijau
3. Indikator EBT
2.2. Prosedur kerja
2.2.1. Merangkai alat
1. Memasang pengaduk jenis turbin pada batang pengaduk.
2. Memasang batang pengaduk yang telah terpasang pengaduk dengan
motor pengaduk.
3. Memasang rangkaian tadi dengan statif yang akan memasukkan batang
pengaduk kedalam tangki pengaduk yang berbentuk silinder.
2.2.2. Melakukan percobaan dengan pengaduk turbin dan tanpa baffle :
1. Memasang pengaduk turbin dan mengisi tangki pengaduk dengan
menggunakan air keran sebanyak 2/3 dari tangki pengaduk.
2. Memasukkan segenggam kacang hijau ke dalam tangki pengaduk.
3. Mengatur kecepatan putar pengaduk yaitu 50 rpm
4. Menambahkan 5 tetes EBT ke dalam tabung, pada tetesan EBT
pertama memulai menyalakan stopwatch.
5. Menghentikan stopwatch pada saat air keran telah berwarna homogen.
6. Mencatat waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan air keran.
7. Mencatat pola aliran yang terjadi pada percobaan ini dengan melihat
arah gerak kacang hijau.
8. Mencatat suhu air keran pada saat warna dari air keran homogen.
11
9. Memvariasikan kecepatan putar batang pengaduk yaitu 75 rpm, 100
rpm, 125 rpm dan 150 rpm.
2.2.3. Melakukan percobaan dengan pengaduk propeller dan tanpa baffle :
1. Memasang pengaduk propeller dan mengisi tangki pengaduk dengan
menggunakan air keran sebanyak 2/3 dari tangki pengaduk.
2. Memasukkan segenggam kacang hijau ke dalam tangki pengaduk
3. Mengatur kecepatan putar pengaduk yaitu 50 rpm.
4. Menambahkan 5 tetes EBT ke dalam tabung, pada tetesan EBT
pertama memulai menyalakan stopwatch.
5. Menghentikan stopwatch pada saat air keran telah berwarna homogen
6. Mencatat waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan air keran
7. Mencatat pola aliran yang terjadi pada percobaan ini dengan melihat
arah gerak kacang hijau.
8. Mencatat suhu air keran pada saat warna dari air keran homogen.
9. Memvariasikan kecepatan putar batang pengaduk yaitu 75 rpm, 100
rpm, 125 rpm dan 150 rpm.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Data pengamatan
Tabel 3.1.1 Tangki Berpengaduk Menggunakan Turbin Berdaun 4
12
Variasi putaran Suhu
(oC)
Waktu
homogen
(s)
Pola aliran Viskositas
(kg/ms)
Densitas
(kg/m3) (rpm) (rps)
0,8334 30 55
Kacang bergerak
horizontal merupakan
pola aliran radial
7,9768 x 10-4
30 35
Kacang bergerak
menyentuh dinding dan
ada terbentuk vortex
yang kecil merupakan
pola aliran tangensial
7,9768 x 10-4 995,647
30 13
Kacang bergerak
menyentuh dinding dan
ada terbentuk vortex
yang kecil merupakan
pola aliran tangensial
7,9768 x 10-4
995,647
125 2,083430 10
Terbentuk vortex yang
mulai besar merupakan
pola aliran tangensial
7,9768 x 10-4 995,647
30 8
Terbentuk vortex yang
agak ebih besar dari
sebelumnya merupakan
pola aliran tangensial
7,9768 x 10-4995,647
Tabel 3.1.2 Tangki Berpengaduk Menggunakan Propeller Berdaun 3
13
50
100
150 2,5
1,6667
1,2575
995,647
Variasi putaran Suhu
(oC)
Waktu
homogen
(s)
Pola aliran Viskositas
(Ns/m2)
Densitas
(kg/m3)
(rpm) (rps)
30 56
Kacang bergerak
horizontal merupakan
pola aliran radial
30 40
Kacang bergerak
horizontal merupakan
pola aliran radial
30 16
Kacang bergerak
menyentuh dinding dan
ada terbentuk vortex
yang kecil merupakan
pola aliran tangensial
125
30 13
Terbentuk vortex yang
mulai besar merupakan
pola aliran tangensial
30 9
Terbentuk vortex yang
agak ebih besar dari
sebelumnya merupakan
pola aliran tangensial
Keterangan :
Diketahui :
Dt = 25 cm = 0,25 m W = 4 cm= 0,04 m
Da = 15,5 cm = 0,155 m L = 6,5 cm = 0,065
T = 30 oC W = 6,9 cm= 0,069 m
14
50
100
150
0,8334
1,2575
2,0483
1,6667
2,5
7,9768 x 10-4
7,9768 x 10-4
7,9768 x 10-4
7,9768 x 10-4
995,647
995,647
995,647
995,647
995,647
Pengaduk Propeller
Pengaduk Turbin
7,9768 x 10-4
H = 33 cm = 0,33 m L = 5,9 cm = 0,059 m
ρ= 996.233 kg/m3
μ= 7,9768 x 10-4 kg/m s
E = 4,5 cm = 0,045 m
3.2 Hasil Perhitungan
Tabel 3.2.1 Hasil Perhitungan dengan menggunakan Turbin berdaun 4
N (rpm) N (rps) NRe Np P (watt)
50 0,8334 24991,57 1,2 0,1016
75 1,25 37484,36 1,1 0,292
100 1,6667 49980,15 1 0,5943
125 2,0483 62475,93 1 1,1106
150 2,5 74968,72 1 1,8451
Tabel 3.2.2 Hasil Perhitungan dengan menggunakan Propeller berdaun 3
N (rpm) N (rps) NRe Np P (watt)
50 0,8334 24991,57 0,21 0,136
75 1,25 37484,36 0,20 0,3009
100 1,6667 49980,15 0,20 0,5388
125 2,0483 62475,93 0,20 1,0331
150 2,5 74968,72 0,20 1,177
15
16
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini memiliki tujuan yaitu menentukan waktu yang
diperlukan untuk menghomogenkan warna dari air keran yang ditetesi 5 tetes EBT.
Dalam percobaan ini hal yang divariasikan adalah kecepatan putaran pengaduk dan
jenis pengaduk. Dari percobaan dengan menggunakan pengaduk turbin diperoleh data
bahwa semakin cepat putaran pengaduk maka waktu yang diperlukan untuk
menghomogenkan air keran yaang sudah ditetesi EBT semakin cepat pula. Hal ini
dikarenakan semakin cepat perputaran pengaduk akan semakin cepat juga arus yang
ditimbulkan. Semakin cepat arus yang ditimbulkan maka semakin cepat juga
tumbukan antar partikel terjadi. Semakin cepatnya tumbukan ini akan semakin cepat
pula waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan warna dari air keran. Dalam
percobaan selanjutnya kita juga ingin mengetahui waktu yang diperlukan untuk
menghomogenkan warna air keran dengan menggunakan pengaduk Propeller. Dari
percobaan didapatkan waktu untuk menghomogenkan warna air keran yang ditetesi
indikator EBT hampir sama dengan menggunakan pengaduk propeler. Namun, sedikit
lebih cepat saat menggunakan pengaduk turbin . Hal ini disebabkan karena ukuran
pengaduk turbin lebih besar dibanding propeler karena bentuk turbin menyerupai
agitator berdaun banyak dengan daun-daun yang agak pendek dan dpat berputar pada
kecepatan tinggi.
Dalam percobaan ini juga ingin dilihat pola aliran yang terjadi dengan
mengamati gerak dari kacang hijau yang telah dimasukkan kedalam tangki pengaduk.
Pada percobaan dengan menggunakan pengaduk turbin, pola aliran yang terbentuk
pada variasi putaran pertama dan kedua adalah radial. karena arah gerak kacang yang
horizontal tegak lurus terhadap batang pengaduk. Namun setalah bertambahnya
kecepatan perputaran pengaduk, pada variasi putaran ketiga sampai variasi kelima
aliran air berubah menjadi tangensial ditandai dengan terbentuknya vortex dan
melihat dari pergerakan kacang hijau yang mendekati dinding tangki pengaduk. Hal
17
ini disebabkan oleh kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama. Kedua, udara dapat
masuk dengan mudahnya ke dalam fluida karena tinggi fluida di pusat tangki jatuh
hingga mencapai bagian atas pengaduk. Ketiga, adanya vortex akan mengakibatkan
naiknya permukaan fluida pada tepi tangki secara signifikan sehingga fluida tumpah.
Dalam percobaan selanjutnya dilihat pola aliran jika di dalam tangki digunakan
pengaduk propeler. Dan ternyata pola alirannya sama dengan pengaduk Turbin, yaitu
variasi putaran pertama dan kedua pola alirannya radial dan variasi ketiga sampai
kelima pola alirannya tangensial.
Dalam percobaan ini ingin menentukan power input dari setiap kecepatan
putar pengaduk. Diperoleh power input yang semakin besar sebanding dengan
semakin cepatnya putaran pengaduk dan dipengaruhi oleh semakin besar ukuran
pengaduk. Hal ini disebabkan kecepatan putaran dipengaruhi oleh power inputnya.
Semakin besar ukuran pengaduk maka daya yang dibutuhkan untuk memutar
pengaduk semakin besar.
18
BAB IV
PENUTUP
5.1. KesimpulanKecepatan perputaran mempengaruhi waktu homegen. Dari percobaan
di atas didapat :1. Semakin tinggi kecepatan putar maka semakin cepat waktu homogen yang
terjadi.2. Waktu homogen pengaduk jenis turbin lebih cepat dibandingkan dengan jenis
pengaduk propeler.3. Pola aliran tangensial sama-sama terbentuk pada kecepatan diatas 100 rpm.4. Semakin cepat putaran maka semakin besar power input yang dibutuhkan.
5.2. Saran 1. Lebih cermat pada saat melihat kondisi waktu homogen.
19
DAFTAR PUSTAKA
McCabe,Warren L.Dkk.1985.Operasi Teknik Kimia Jilid 1.Jakarta:Erlangga
Robert H. Perry, 1997, “Perry’s Chemical Engineers Handbook”, 7th edition, Mc Graw Hill International Edition, New York
Septiani, Mimin. 2013 “Tangki Berpengaduk”.
http://mhimns.blogspot.com/2013/04/tangki-berpengaduk.html.diakses pada 01 oktober 2014
Tim penyusun.2013.Penuntun Praktikum Laboratorium Satuan Operasi.Samarinda:
POLNES.
Toker, Riza. 2011. “Mixing”. http://rizatoker.blogspot.com/2011/06/mixing.html. Diakses pada 03 Oktober 2014
20
LAMPIRAN
21
Perhitungan
Turbin tanpa baffel
Diketahui :
Dt = 25 cm = 0.25 m H =33 cm = 0,33 m
Da = 15,5 cm = 0,155 m T = 30 oC = 86 oF
E = 4,5 cm = 0,045 m ρ= 995,647 kg/m3
W = 4 cm= 0,04 m μ= 7,9768 x 10-4 kg/m s
L = 5,9 cm = 0,059 m
1. Untuk kecepatan putaran 0,8333 rps
NRe = ρ . N . D2
μ=
995,647kg
m3.0,8333 rps .(0,155 m)2
7,9768 x 10−4 kg /m s= 24988,5735
Np = 1,2 ( dari grafik hubungan NRe Vs Np kurva D gambar 2
Diketahui, : a = 1,0 b = 40
m = a−log N ℜ
b
=1,0− log24988,5735
40 = -0,1099
NFr = n2 . Dag
= ¿¿= 0,0109
Np koreksi = Np x Nfrm
22
= 1.2 x 0.0109−0,1099
= 1,9718
P =Np .n3 . Da5 . ρgc
=1.9718 .(0,8333 rps)3 .(0,155 m)5 . 995,647 kg/m3
1kgmN s2
= 0.1016 kg . m2/ s3
Propeler tanpa baffle
Diketahui :
Dt = 25 cm = 0.25 m H =33 cm = 0,33 m
Da = 15,5 cm = 0,155 m T = 30 oC = 86 oF
E = 4,5 cm = 0,045 m ρ= 995,647 kg/m3
W = 6,9 cm= 0,069 m μ= 7,9768 x 10-4 kg/m s
L = 5,9 cm = 0,059 m
Mencari S1, S2, S6
S1 = Da
Dt =
0.1550.25
= 0.62
S2 = EDa
=0.0450.155
=0.29
S6 = HDt
=0.330.25
=1.32
23
1. Untuk kecepatan putaran 0,8333 rps
NRe = ρ . N . D2
μ=
995,647kg
m3.0,8333 rps .(0,155 m)2
7,9768 x 10−4 kg /m s= 24988,5735
Np = 0,21 ( dari grafik hubungan NRe Vs Np kurva D gambar 3)
Diketahui, : a = 2,3 b = 18,0
m = a−log N ℜ
b
=2,3− log24988,5735
18 = -0,5619
NFr = n2 . Dag
= ¿¿= 0,0109
Np koreksi = Np x Nfrm
= 0,21 x 0.0109−0,5619
= 2,6607
P =Np .n3 . Da5 . ρgc
=2,6607 .(0,8333 rps )3 .(0,155 m)5 . 995,647 kg /m3
1kg mN s2
24
= 0.1371 kg . m2/s3
Grafik
Grafik NRe vs Np untuk pengaduk jenis turbin
25
Grafik NRe vs Np untuk pengaduk jenis propeller
26
top related