laporan akhir fha 25
Post on 29-Nov-2015
26 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
Pengaruh Perubahan Suhu Panas dan Dingin Media Air Terhadap Membuka
dan Menutup Operculum Ikan Mas
Disusun oleh:
Rizqi Koesoema A 230210120051
Ayip Choerul Rizal 230210120066
Ega Putra Pamungkas 230210120013
Kelompok 19
Laboratorium MSP
UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTANJATINANGOR
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
nikmat cipta, rasa, dan karsa yang telah diberikan sehingga laporan akhir praktikum
Fisiologi Hewan Air ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan laporan akhir
prktikum ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum
Fisiologi Hewan Air dan juga sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu perikanan
dan ilmu kelautan bagi mahasiswa maupun bagi masyarakat luas.
Penyusun menguucapkan terima kasih kepada dosen pengajar dan assisten
laboratorium mata kuliah Fisiologi Hewan Air yang telah membimbing penyusun,
serta kepada seluruh pendukung yang membantu tersusunnya laporan akhir praktikum
ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan akhir praktikum ini
masih banyak kekurangan, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca sebagai perbaikan pada penyusunan selanjutnya.
Jatinangor, Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB Halaman
I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum ..................................................................................... 2
1.3 Manfaat Praktikum ................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas ................................................................................................... 3
2.2 Suhu ........................................................................................................... 6
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum ............................................. 10
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 10
3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................... 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .......................................................................................................... 13
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 15
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .................................................................................................... 21
5.2 Saran .......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 23
LAMPIRAN ................................................................................................... 24
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan hewan yang bersifat poikilotermik, yaitu suhu tubuhnya
mengikuti suhu lingkungan. Bagi hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor
pembatas. Oleh karena itu, perubahan suhu media air akan mempengauhi kandungan
oksigen terlarut, yang akan berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme
hewan akuatik tersebut.
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan
jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong
kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan;
biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk
lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies
termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas
Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak, jukut.
Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem
respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem
saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999).
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran
tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare insang
berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-
kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen
mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah
yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan OZ berdifusi masuk dan CO2
1
2
berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang
disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh
operkulum.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan suhu dingin
dan suhu panas media air terhadap membuka dan menutup operculum benih ikan mas
yang secara tidak langsung ingin mengetahui laju pernafasan ikan tersebut.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini kita dapat mengetahui laju pernapasan dan cara benih ikan mas beradaptasi dengan lingkungannya ketika terjadi perubahan suhu, dengan cara menghitung buka tutup operculum benih ikan mas tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio)
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio.
2.1.2 Ciri Morfologi Ikan Mas
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan
ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed) dan
mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat di sembulkan, di bagian mulut
di hiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang di antaranya kurang
sempurna dan warna badan sangat beragam. (Susanto,2007).
Tubuh ikan mas digolongkan menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan
ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung
yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup
insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar (Cahyono, 2000).
Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang
berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak yang
bebas.
3
Gambar 1. Cyprinus carpio(http://jelajahiptek.blogspot.com/2012/06/perikanan-tentang-budidaya-ikan-mas.html)
Bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (comprossed).
Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan
(protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam
4
5
mulut terdapat gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) yang terbentuk atas tiga baris
gigi geraham. Secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik kecuali
pada beberapa varietas yang hanya memiliki sedikit sisik. sisik ikan mas berukuran
besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe sikloid (lingkaran).
Sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras
dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi. Letak sirip punggung
berseberangan dengan permukaan sisip perut (ventral). Sirip duburnya (anal)
mempunyai ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya
bergerigi. Garis rusuknya (linea lateralis atau gurat sisi) tergolong lengkap, berada di
pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung
belakang pangkal ekor.
Insang berjumlah tiga pasang dengan penutupnya (operculum). Hampir
seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya
tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas ini berukuran relatif besar dan merupakan tipe
sisik sikloid. Ikan mas mempunyai 5 jenis sirip yaitu sepasang sirip dada (pectoral
fin), sepasang sirip perut (abdominal fin), sirip dubur (analfin), sirip punggung
(dorsal fin) dan sirip ekor (caudal fin) yang tunggal. Selain itu ikan mas mempunyai
gurat sisi atau linea lateralis yang memanjang dari belakang tutup insang sampai ekor
yang berfungsi untuk mengetahui besarnya arus dalam air. Ekor pada ikan mas
bertipe homocerk, yaitu simetris dorso-ventral dan luar sedangkan dilihat sebelah
dalam dibangun oleh tulang-tulang yang asimetris di bagian dalam.
Gambar 2. Morfologi Ikan mas. (Sumber : blog.uad.ac.id)
6
2.1.3 Sistem Respirasi Ikan Mas
Insang dimiliki oleh jenis ikan mas. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis
berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan
dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah.
Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung
banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki
banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi
keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut
operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh
operkulum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi
sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan
osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labrinyang merupakan perluasan ke
atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga
tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada
kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus
dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai
gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan
ekspirasi. Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2 diikat
oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya
pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke
insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh.Selain dimiliki oleh ikan, insang
juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar. Hewan yang memiliki
insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander.
2.1.4 Habitat Ikan Mas
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak
terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau.
7
Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas
permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar,
ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang
bersalinitas (kadar garam) 25-30%.Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan
yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan
maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang
yang terdapat di dasar dan tepi perairan.
Ikan mas berasal dari daratan Asia dan telah lama dibudidayakan sebagai ikan
konsumsi oleh bangsa Cina sejak 400 tahun SM. Penyebarannya merata di daratan
Asia juga Eropa sebagian Amerika Utara dan Australia. Pembudidayaan ikan mas
di Indonesia banyak ditemui di Jawa dan Sumatra dalam bentuk empang, balong
maupun keramba terapung yang di letakan di danau atau waduk besar. Budidaya
modern di Jawa Barat menggunakan sistem air deras untuk mempercepat
pertumbuhannnya.
Habitat aslinya yang di alam meliputi sungai berarus tenang sampai sedang
dan di area dangkal danau. Perairan yang disukai tentunya yang banyak menyediakan
pakan alaminya. Ceruk atau area kecil yang terdalam pada suatu dasar perairan adalah
tempat yang sangat ideal untuknya. Bagian-bagian sungai yang terlindungi
rindangmya pepohonan dan tepi sungai dimana terdapat runtuhan pohon yang
tumbang dapat menjadi tempat favoritnya. Di Indonesia sendiri untuk mencari tempat
memancing ikan mas bukanlah hal yang sulit. Karena selain telah dibudidayakan
banyak empang yang sengaja dibuat demi memanjakan para penggemar mancing ikan
mas.
2.2 SUHU
2.2.1 Pengertian
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses
kehidupan dan penyerapan organisme khususnya pada ikan yang bernapas dengan
insang.. Proses kehidupan vital yang seringdisebut proses metabolisme. Hanya
8
berfungsi dalam kisaran suhu yang relative sempit. Biasanya 00C-40C (Nybakken
1992 dalam sembiring, 2008). Apabila ikan berada pada suhu yang bukan habitatnya
makaikan akan menyesuaikan diri dengan cara membuka atau menutup operculum
ikan. Semakin tinggi suhu lingkungannya maka semakin cepat pula proses buka tutup
operculum ikan tersebut
MenurutHandjojodanDjokoSetianto (2005) dalam Irawan (2009), suhu air
normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan
metabolisme dan berkembangbiak. Suhu merupakan factor fisik yang sangat penting
di air.
2.2.2 Faktor-Faktor yang MempengaruhiSuhu
Pola temperature ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai factor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupolehvegetari) dari
pepohonan yang tumbuh seltepi (Brehm danMelfering, 1990, dalam Barus, 2010).
Disamping itu pola temperature perairan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
anthrcopogen (faktor yang diakibatkan oleh aktifitas manusia) seperti limbah panas
yang berasal dari pendinginan pabrik. Pengunduran BAS yang menyebabkan
hilangnya perlindungan sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung.
Hal in iterutama akan menyebabkan peningkatan temperature suatu system perairan
(Barus, 2001)
Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini
adalah penyerapan panas (heat flux) curah hujan (prespiration) aliransungai (Flux)
danpolasirkulasi air (Hadikusumah, 2008).
Air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak
mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis
air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1 C, setiap satuan volume air
memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Pada perairan
dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada perairan
9
yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi suhu
yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya
penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain:
1. Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
2. Angin, sebagai penggerak permindahan massa air.
3. Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau) terdapat
lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan
air yang bersuhu tinggi naik kepermukaan perairan.
Selain itu suhu air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut
didalam air. Jika suhu tinggi, air akan lebih lekas jenuh dengan oksigen dibanding
dengan suhunya rendah. Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim,
lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari,
penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta penurunan
kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4 dan sebagainya.
Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan pada perairan
tropis dapat berlangsung berkisar antara 25oC – 32oC. Kisaran suhu tersebut biasanya
berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat menguntungkan
untuk melakukan kegiatan budidaya ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap
proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu
pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses didalam perairan.
Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan 10oC suhu perairan mengakibatkan
meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2 – 3 kali lipat,
sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme akuatik itu berkurang.
Keadaan suhu alami memberikan kesempatan bagi ekosistem untuk berfungsi
secara optimum. Banyak kegiatan hewan air dikontrol oleh suhu, misalnya: migrasi,
pemangsaan, kecepatan berenang, perkembangan embrio dan kecepatan proses
10
metabolisme. Oleh sebab itu, perubahan suhu yang besar pada ekosistem perairan
dianggap merugikan (Clark, 1974).
BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengaruh Perubahan Suhu Panas Media Air Terhadap Membuka
dan Menutup Operculum Ikan Mas dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 03 Oktober
2013 pada pukul 13:15 s.d. selesai. Tempat praktikum dilaksanakan di
Laboratoriumlaboratorium MSP, Laboratorium Akuakultur danLaboratorium
Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
3.2 Alat Dan Bahan
Dalam pelaksanaan praktikum digunakan alat-alat dan bahan sebagai berikut:
1. Alat
Beaker glass sebagai tempat untuk ikan yang diamati.
Wadah plastik sebagai tempat ikan sebelum dan setelah diamati.
Water bath sebagai penangas air.
Termometer Hg/alkohol untuk mengukur suhu air.
Hand counter untuk menghitung bukaan operculum ikan.
Timer/stopwatch untuk mengamati waktu.
2. Bahan
Benih ikan mas sebanyak 3 ekor.
Stok es balok untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan.
Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan.
3.3 Prosedur
Dalam percobaan, langkah-langkah yang diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan satu beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua
wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati.
11
12
2. Mengambil sebanyak 3 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu
memasukkan ke dalam salah satu wadah plastik yang telah diberi media air.
3. Mengisi beaker glass dengan air secukupnya (± ½ volumenya), lalu mengukur
suhunya dengan termometer dan mencatat hasilnya.
4. Pengamatan dilakukan dengan lima perlakuan, yaitu:
a. T1 = untuk suhu kamar (.... ± 0,5oC)
b. T2 = untuk suhu 3oC di bawah suhu kamar.
c. T3 = untuk suhu 6oC di bawah suhu kamar.
d. T4 = untuk suhu 3oC di atas suhu kamar.
e. T5 = untuk suhu 6oC di atas suhu kamar.
5. Memasukan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sedah diketahui
suhunya (perlakuan a) kemudian menghitung banyaknya membuka dan
menutupnya operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan
hand counter dan stopwatch sebagai penunjuk waktu dan mengulangnya
sebanyak tiga kali untuk masing-masing ikan. Data yang diperoleh dicatat
pada kertas lembar kerja yang telah tersedia.
6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama melanjutkan dengan ikan uji berikutya
sampai ketiga ikan teramati. Ikan yang telah diamati dimasukkan ke dalam
wadah plastik lain yang telah disediakan.
7. Setelah selesai dengan perlakuan a, melanjutkan dengan perlakuan b dengan
mengatur suhu air pada beaker glass supaya sesuai dengan suhu yang
diinginkan dengan cara menambahkan es balok yang telah dipecahkan dengan
palu sedikit demi sedikit. Mengusahakan saat pengamatan berlangsung suhu
air naik pada kisaran toleransi ±0,5oC. Pengamatan selanjutnya sama seperti
pada point 5.
8. Setelah selesai dengan perlakuan b, melanjutkan dengan perlakuan c dengan
mengatur suhu pada beaker glasssupaya sesuai dengan suhu yang diinginkan
13
dengan cara menambahkan es balok yang telah dipecahkan dengan palu
sedikit demi sedikit. Mengusahakan saat pengamatan berlangsung suhu air
naik pada kisaran toleransi ±0,5oC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada
point 5.
9. Setelah selesai dengan perlakuan c, melanjutkan dengan perlakuan d dengan
mengatur suhu pada beaker glass supaya sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambahkan air panas dari water bath sedikit demi sedikit.
Mengusahakan saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran
toleransi ±0,5oC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
10. Setelah selesai dengan perlakuan d, melanjutkan dengan perlakuan e dengan
mengatur suhu pada beaker glass supaya sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambahkan air panas dari water bath sedikit demi sedikit.
Mengusahakan saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran
toleransi ±0,5oC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Data hasil dari pengamatan pada saat praktikum yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar (T1 = 27oC)
Ikan ke :Ulangan
Rata-rataI II III
1 122 137 123 127,3
2 164 136 146 148,7
3 137 148 153 146
Tabel 2. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 3oC di bawah suhu
kamar (T2 = 24oC)
Ikan ke :Ulangan
Rata-rataI II III
1 122 120 105 115,72 123 128 115 122
3 124 126 121 123,7Tabel 3. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 6oC di bawah suhu
kamar (T3 = 21oC)
Ikan ke :Ulangan
Rata-rataI II III
1 132 112 123 122,3
2 108 110 99 105,7
3 100 86 90 92
14
15
Tabel 4. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 3oC di atas suhu
kamar (T4 = 30oC)
Ikan ke :Ulangan
Rata-rataI II III
1 137 151 161 149,7
2 145 144 151 146,7
3 149 150 147 148,7
Tabel 5. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 6oC di atas suhu
kamar (T5 = 33oC)
Ikan ke : Ulangan
Rata-rataI II III
1 131 150 161 147,3
2 136 147 160 147,7
3 190 190 169 183
16
4.2 Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan dengan menempatkan ikan pada suhu
yang berbeda-bedapada media air sesuai dengan yang diinginkan hal tersebut
berpengaruh terhadap pernapasan dan metabolisme ikan tersebut.Ikan merupakan
hewan yang bersifat poikilotermik, suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan. Bagi
hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas , oleh karena itu
perubahan suhu media air akan mempengaruhi kandungan Oksigen terlarut, yang
akan berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme hewan akuatik tersebut
(Fahriya, 2012).Hewan air akan memberikan respon fisiologis terhadap perubahan
lingkungannya sebagai tempat hidupnya. Dalam keadaan suhu normal metabolisme
maupun tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi
perubahan suhu, respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian
metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan hidupnya.
Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila suhu
meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen sebagai bahan pernafasan
dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan
hidup ikan ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari
lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut sudah tentu akan berpengaruh
terhadap fisiologi respirasi ikan.Kebutuhan oksigen pada ikan sangat dipengaruhi
oleh umur, aktivitas, serta kondisi perairan. Semakin tua suatu organisme, maka laju
metabolismenya semakin rendah. Selain itu umur mempengaruhi ukuran ikan,
sedangkan ukuran ikan yang berbeda, membutuhkan oksigen yang berbeda pula. Ikan
akan mengalami stres ketika berbeda media air saat dipindahkan dari wadahnya. Ikan
kadang mengalami perbedaan lingkungan yang drastis sehingga menjadi stres. Oleh
sebab itu biasanya dilakukan aklimatisasi sehingga ikan dapat beradaptasi perlahan-
lahan terhadap kodisi lingkungan barunya.
Ketika kadar oksigen berkurang dalam suatu perairan maka ikan akan
berusaha mengambil atau memanfaatkan oksigen dalam jumlah volume yang banyak.
17
Hal ini dilakukan ikan dengan meningkatkan aktifitas pernafasannya sehingga
oksigen yang dipompa lebih banyak daripada keadaan normal. Ketika ada
peningkatan suhu maka ada penurunan oksigen terlarut, maka akan terjadi
peningkatan metabolisme dalam tubuh ikan. Metabolime yang meningkat
dikarenakan oleh meningkatnya aktivitas respirasi. Respirasi ikan akan turut
mengatur pH tubuhnya.
a. Membuka dan menutup operculum benih ikan mas pada suhu 27oC
Pada percobaan atau perlakuan pertama yaitu pada suhu 27oC membuka dan
menutupnya operculum benih ikan mas antara ikan satu dengan yang lainnya
sangat bervariasi.Sesuai yang telah dijelaskan sebelumnya bahawa ukuran
ikan berpengaruh terhadapkebutuhan oksigen terlarut ikan. Selain itu, proses
aklimatisasi ikan terhadap lingkungannnya atau juga mengalami stres
menyebabkan membuka dan menutup operculumnya belum stabil.
b. Membuka dan menutup operculum benih ikan mas pada suhu 24oC
Pada perlakuan kedua dengan perubahan suhu dari 27oC menurun menjadi
24oC, membuka dan menutupnya operculum ketiga ikan mengalami
penurunan dari suhu sebelumnya. Pada temperature dibawah suhu kamar
maka tingkat buka-tutup operculum akan semakin lambat dari suhu kamar.
Penurunan suhu berpengaruh terhadap membuka dan menutupnya operculum
ikan yang disebabkan suhu yang dingin membuat metabolisme ikan menurun
dan kebutuhan ikan akan oksigen terlarut semakin rendah..
c. Membuka dan menutup operculum benih ikan mas pada suhu 21oC
Pada perlakuan ketiga suhu air diturunkan 3 derajat dari sebelumnya sehingga
suhunya lebih dingin dari suhu sebelumnya, ketika satu persatu ikan
dimasukan kedalam media air tersebut, jelas terlihat bahwa membuka dan
menutupnya operculum ketiga ikan pada waktu satu menit mengalami
penurunan. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin rendah suhu air maka
semakin rendah pula laju pernapasan dari benih ikan mas tersebut.
18
d. Membuka dan menutup operculum benih ikan mas pada suhu 30oC
Pada perlakuan yang keempat yaitu menaikan suhu air menjadi 30oC. Namun,
benih ikan mas tidak langsung di masukan pada media air yang suhunya lebih
tinggi, terlebih dahulu ikan diaklimatisasi selama 3 menit untuk
pengkondisian ikan dari suhu air yang dingin. Hal tersebut dilakukan agar
ikan dapat mengkondisikan suhu tubuhnya dari media air yang dingin ke
media yang sebelumnya. Setalah 3 menit satu persatu ikan di masukan pada
media air dengan suhu 30oC setelah diamati ternyata membuka dan
menutupnya operculum ikan kembali mengalami peningkatan dari yang
tadinya suhu rendah ke suhu yang tinggi khusunya ikan kesatu yang notabene
memiliki ukuran lebih kecil, sedangkan untuk kedua ikan lainnya
perbandingannya tidak begitu jauh dari suhu kamar awal (T1), hal
tersebutdisebabkan oleh metabolisme ikan yang semakin cepat pada suhu
yang lebih tinggi dari suhu kamarsehingga membutuhkan oksigen yang lebih
pula.
e. Membuka dan menutup operculum benih ikan mas pada suhu 31oC
Pada perlakuan yang terakhir suhu dinaikan kembali menjadi 6 kali lebih
tinggi dari suhu kamar awal (T1). Setelah dihitung membuka dan menutup
operculumnya selama satu menit, ketiga benih ikan mas mengalami
peningkatan dalam membuka dan menutupnya operculum. Ketika suhu air
meningkat maka oksigen terlarut dalam air akan berkurang, sehingga ikan
akan berusaha mengambil atau memanfaatkan oksigen dalam jumlah volume
yang banyak. Hal ini dilakukan ikan dengan meningkatkan aktifitas
bernapasannya sehingga oksigen yang dipompa lebih banyak daripada
keadaan normal. Ketika ada peningkatan suhu maka ada penurunan oksigen
terlarut, maka akan terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh ikan.
Metabolime yang meningkat dikarenakan oleh meningkatnya aktivitas
respirasi pada ikan tersebut.
19
Perbandingan dengan data hasil pengamatan dari kelompok 2
Tabel 6. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar 25 C⁰
Ikan ke : Ulangan
Rata-rataI II III
1 130 115 103 116
2 124 90 126 113
3 143 151 161 152
Tabel 7. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 22 C⁰
Ikan ke : Ulangan
Rata-rataI II III
1 127 133 153 138
2 160 135 141 145
3 154 137 136 142
Tabel 8.Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu19 C⁰
Ikan ke :Ulangan
Rata-rataI II III
1 151 152 163 155
2 129 117 136 127
3 160 124 121 135
Tabel 9. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 28oC
Ikan ke : Ulangan
Rata-rataI II III
1 145 139 149 144
20
2 161 162 174 165
3 162 167 166 165
Tabel 10. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 31 C⁰
Ikan ke :Ulangan
Rata-rataI II III
1 179 190 173 180
2 165 178 175 172
3 189 186 184 186
Dari data tabel di atas terdapat perbedaan hasil dengan hasil data dari
kelompok kami. Dari data kelompok 2di atas menunjukan adanya peningkatan
membuka dan menutup operculum ketika suhu air diturunkan dan dinaikkan,
sedangkan pada hasil pengamatan kami bukaan operculum ikan terus menurun seiring
dengan diturunkannya suhu dan mengalami peningkatan bukaan operculum pada saat
suhu air dinaikkan, begitu pula dengan beberapa data kelompok yang lain, seperti
pada data kelompok 4, kelompok9, dan kelompok 12 (terlampir). Data dari kel 2pada
tabel 7 dan tabel 8 menunjukan perbedaan aktivitas operculum ikan, ketika suhunya
diturunkan dari 22oC menjadi 19oC aktivitas operculum ikan malah meningkat
sehinga tidak membuktikan bahwa dalam suhu yang lebih rendah ikan tidak akan
terlalu banyak membutuhkan oksigen. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
perbedaan ukuran ikan, dan keadaan ikan pada saat dipindahkan ke media air yang
berbeda dari sebelumnya sehingga ikan yang sulit mengkondisikan diri dengan
lingkungan yang baru. Ikan yang lebih kecil dan muda akan mengalami stress ketika
dipindahkan pada media air yang baru karena ikan seperti ini sangat rentan terhadap
perubahan suhu. Kemudian ketelitian dalam perhitungan bukaan operculum dalam
waktu tertentu juga dapat mempengaruhi perbedaan hasil pengamatan antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Suhu merupakan salah satu faktor pembatas lingkungan perairan yang paling
jelas. Suhu tersebut mempunyai peranan yang peting dalam mengatur aktivitas
biologis hewan air di perairan. Dalam keadaan suhu normal metabolisme maupun
tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi perubahan
suhu, respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian metabolisme
tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan hidupnya. Perubahan suhu
yang terjadi akan sangat berpengaruh terhadap pernafasan ikan, karena ketika ada
peningkatan suhu maka ada penurunan oksigen terlarut, maka akan terjadi
peningkatan metabolisme dalam tubuh ikan. Metabolime yang meningkat
dikarenakan oleh meningkatnya aktivitas respirasi. Apabila suhu meningkat maka
kelarutan oksigen berkurang. Ketika kadar oksigen berkurang dalam suatu perairan
maka ikan akan berusaha mengambil atau memanfaatkan oksigen dalam jumlah
volume yang banyak. Hal ini dilakukan ikan dengan meningkatkan aktivitas
pernapasannya sehingga oksigen yang dipompa lebih banyak daripada keadaan
normal.
5.2 Saran
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, kami dapat mengetahui
bahwa perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap membuka dan
menutupnya operculum benih ikan mas. Ketika suhu menurun, bukaan
operculum ikan pun menurun pula, begitu juga seebaliknya ketika suhu naik
maka bukaan operculum ikan meningkat. Namun, ketelitian dalam
perhitungan bukaan operculum pada setiap setiap menitnya harus diperhatikan
oleh semua praktikan. Karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap
pembahasan dan kevalidan dari data hasil pengamatan. Praktikan juga
22
23
seharusnya memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan ikan menjadi stres pada
saat diamati. Kmudian praktikan seharusnya memperhatikan dengan baik setiap
arahan dari laboran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2012.Suhu dan Kekeruhan Air. http://www.kajianpustaka.com/
Anonim,2011.Pengaruh Suhu Air Pada Makhluk Hidup. http://www.sentra-
edukasi.com/
Anonim,2012.Ikan Mas dan Ikan Lele. http://percobaandanpraktikum.blogspot.com/
Diakses tanggal 02 Oktober 2013
Fahriya, 2012. Pengaruh Suhu terhadap Membuka dan Menutupnya Operculum Ikan.
Biofahriya.blogspot.com
24
LAMPIRAN
Kelompok 1
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
27OC1 136 118 110 121,32 133 127 126 128,73 130 148 142 140
24OC1 108 113 114 111,72 122 122 112 118,63 130 125 125 126,7
21OC1 103 95 98 98,72 94 96 86 923 89 76 78 81
30OC1 115 117 122 1182 150 157 172 159,73 162 165 170 165,6
33OC1 153 160 163 158,72 160 166 171 165,7
Kelompok 2
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 130 115 103 1162 124 90 126 1133 143 151 161 152
23OC1 127 133 153 1382 160 135 141 1453 154 137 136 142
20OC1 145 139 149 1442 161 162 174 1653 162 167 166 165
29OC1 151 152 163 1552 129 117 136 1273 160 124 121 135
31OC1 179 190 173 1802 165 178 175 1723 189 186 184 186
25
Kelompok 3
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 111 90 90 972 99 106 108 104,333 121 131 131 124,67
23OC1 90 87 81 862 84 92 87 87,673 106 102 96 101,33
20OC1 80 85 81 822 77 79 81 793 96 89 89 91,33
29OC1 132 127 126 128,332 120 128 127 1253 143 151 153 149
31OC1 135 137 142 1382 130 133 134 132,333 180 174 168 174
Kelompok 4
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 131 133 128 127,332 158 161 153 157,333 157 159 160 158,67
23OC1 130 129 131 1302 151 144 138 144,333 147 139 138 141,33
20OC1 120 122 117 119,672 130 132 134 1323 139 137 136 137,33
29OC1 160 163 162 161,672 167 165 170 167,333 166 171 169 166,60
31OC1 195 198 196 196,332 201 199 204 201,333 207 210 213 210
Kelompok 5
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 136 135 137 1362 137 133 145 138,43 115 132 127 124,6
23OC1 123 114 114 1172 125 137 123 128,33 129 134 116 126,3
20OC1 101 112 112 108,32 117 120 120 1193 95 106 107 102,6
29OC1 139 148 160 1492 159 167 147 157,63 155 160 160 158,3
31OC1 151 178 155 161,32 154 160 164 159,33 164 163 151 159,3
Kelompok 6
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 85 143 185 1382 66 93 100 863 92 87 93 91
23OC1 146 145 133 1442 128 126 113 1223 155 96 116 122
20OC1 149 141 142 1442 160 149 139 1493 127 121 57 102
29OC1 76 97 100 1002 95 86 90 903 79 70 84 84
31OC1 130 135 132 1322 143 115 112 1123 159 105 89 89
Kelompok 7
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 132 121 124 125,62 125 110 117 117,33 122 136 130 129,3
23OC1 108 115 106 109,62 101 102 100 100,33 118 117 115 116,6
20OC1 92 102 108 100,62 91 91 80 87,33 117 110 91 106
29OC1 177 178 180 178,32 164 170 175 169,63 155 162 167 161,3
31OC1 131 149 152 1442 142 149 173 154,63 173 165 180 172,6
Kelompok 8
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 150 148 141 1462 137 135 135 1363 136 138 143 139
23OC1 125 115 106 1152 112 111 111 1113 114 116 113 114
20OC1 104 87 91 942 96 91 96 943 110 102 90 101
29OC1 147 150 146 1472 148 143 145 1453 147 145 142 143
31OC1 159 152 151 1542 149 157 153 1533 158 148 144 150
Kelompok 9
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
6OC1 127 127 127 1272 116 116 114 1153 110 113 116 113
23OC1 107 116 116 1132 114 102 104 106,73 111 106 105 107,3
20OC1 100 108 90 99,32 103 105 106 104,73 92 98 95 95
29OC1 106 118 112 1122 120 120 114 1163 124 126 121 123,7
31OC1 138 138 146 140,72 134 133 146 137,73 142 144 149 145
Kelompok 10
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 160 160 149 1562 152 132 125 1363 103 156 124 128
23OC1 157 166 151 1582 149 131 126 1353 111 116 118 115
20OC1 90 76 74 802 94 94 97 913 85 82 92 86
29OC1 166 165 157 1622 183 186 170 1793 182 169 180 77
31OC1 230 235 234 2332 249 241 244 2443 249 240 263 250
Kelompok 11
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 105 127 107 1132 105 117 117 1133 124 112 103 113
23OC1 84 77 99 86,62 97 87 87 90,33 96 95 95 95
20OC1 90 80 88 862 85 80 73 793 113 106 97 105
29OC1 148 140 127 1382 155 140 142 1463 148 138 179 155
31OC1 150 135 135 153,62 173 193 193 176,33 142 162 157 153,6
Kelompok 12
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 125 148 138 144,32 159 162 152 157,33 157 152 146 151,7
23OC1 139 136 135 136,32 168 165 165 166,73 166 153 158 159,3
20OC1 143 140 93 125,32 146 139 154 146,33 135 133 129 132,3
29OC1 157 160 162 159,72 172 178 172 1743 170 168 176 171,3
31OC1 181 184 186 183,72 191 193 190 191,33 186 189 191 188,7
Kelompok 13
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 103 102 107 110,42 137 132 129 132,73 136 134 120 134
23OC1 134 140 142 138,62 142 146 147 1453 99 105 110 105
20OC1 104 101 107 1032 110 109 105 1083 124 129 125 126
29OC1 138 135 122 1312 140 134 158 1443 156 135 145 154
31OC1 138 156 120 1382 170 197 183 183,33 176 170 140 162
Kelompok 14
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 95 81 89 88,332 138 135 154 142,333 136 155 150 147
23OC1 131 144 134 1362 167 127 134 1433 150 145 147 147
20OC1 86 86 78 832 74 81 76 773 85 93 94 91
29OC1 138 158 137 1442 135 137 136 1363 150 147 140 146
31OC1 197 190 190 1922 187 182 183 1843 199 183 191 191
Kelompok 15
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 126 128 137 130,32 128 148 158 144,673 137 128 130 131,67
23OC1 102 111 104 1052 117 111 110 1133 102 95 118 105
20OC1 75 58 67 66,72 68 97 68 873 129 132 133 131,3
29OC1 159 130 148 145,72 165 145 141 150,33 177 188 188 184,4
31OC1 145 157 159 1532 216 - - 2163 254 - - 254
Kelompok 16
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC123
23OC123
20OC123
29OC123
31OC123
Kelompok 17
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 122 137 123 127,32 164 136 146 148,73 137 148 153 146
23OC1 122 120 105 115,72 123 128 115 1223 124 126 - 123,7
20OC1 132 112 123 122,32 108 110 99 105,73 100 86 90 92
29OC1 137 151 161 149,72 145 144 151 146,73 149 150 147 148,7
31OC1 131 150 161 147,32 136 147 160 147,73 190 190 169 183
Kelompok 18
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 102 125 129 118,62 113 150 133 1323 97 106 117 106,6
23OC1 103 100 112 1052 103 121 130 1183 142 174 139 151,6
20OC1 135 168 119 140,62 110 147 168 141,63 162 124 132 139,3
29OC1 102 102 125 109,62 120 125 127 1243 117 121 117 118,3
31OC1 115 116 127 119,32 115 166 160 1473 125 126 130 127
Kelompok 19
Suhu Ikan ke Ulangan Rata - rataI II III
26OC1 121 116 78 1052 70 104 98 90,673 130 116 130 125,33
23OC1 98 85 77 86,672 102 78 54 783 109 68 68 80,67
20OC1 57 52 35 482 68 80 43 63,673 62 43 49 58
29OC1 121 115 122 119,32 131 124 107 120,63 123 116 111 116,6
31OC1 142 152 132 1422 153 144 128 141,63 146 116 114 126
Kelompok 20
Suhu Ikan ke Ulangan Rata – rataI II III
26OC1 265 173 181 206,32 149 154 114 1393 228 153 160 180,3
23OC1 148 144 151 148,32 110 102 110 107,33 112 117 117 115,3
20OC1 74 114 101 96,32 72 76 73 73,63 93 95 98 95,3
29OC1 210 200 271 2272 213 195 210 2063 260 256 253 256,3
31OC1 203 229 240 2242 229 225 215 2233 231 197 223 217
Kelompok 21
Suhu Ikan ke Ulangan Rata - rataI II III
26OC1 160 145 140 148,32 105 109 114 109,33 146 155 162 154,3
23OC1 123 121 131 1662 124 112 90 108,63 118 116 123 119
20OC1 122 107 116 1152 107 81 91 933 123 119 122 121,3
29OC1 155 180 162 165,62 176 158 147 167,33 167 172 169 169,3
31OC1 181 167 171 1732 190 170 187 182,33 199 199 190 196
Kelompok 22
Suhu Ikan ke Ulangan Rata - rataI II III
26OC123
23OC123
20OC123
29OC123
31OC123
Objek yang akan diamati yaitu 3 ekor ikan mas dengan warna yang berbeda.
Alat pemanas air dan es batu untuk menaikan suhu air dan menurunkan suhu air.
Penghitungan buka tutup operculum.
Pengukuran suhu untuk menentukan suhu yang diinginkan.
top related