lapkas iufd
Post on 03-Jan-2016
77 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and
Gynecologist yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram lebih atau kematian janin dalam rahim ada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi1.
Pada tahun 2003, data dari pusat statistik kesehatan nasional di Amerika
Serikat didapatkan frekuensi IUFD sebesar 6,9 per 1000 kelahiran. Sedangkan
angka di seluruh dunia menunjukkan terdapat variasi berdasarkan tingkat kualitas
pelayanan kesehatan tiap Negara. Pada negara-negara berkembang termasuk
Indonesia masih belum didapatkan data yang valid (pasti) mengenai IUFD akibat
sistem pelaporan dan pendataan yang kurang baik2.
Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin
dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor maternal, fetal, atau
kelainan patologik plasenta. Adapun penyebabnya sebagai berikut2,3:
Faktor maternal, antara lain kehamilan postterm (>42 minggu), diabetes
mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi, hipertensi,
preeklamsia, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus,
ruptur uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, dan kematian ibu.
Faktor fetal, antara lain kehamilan kembar, pertumbuhan janin terhambat,
dan kelainan kongenital pada fetus.
Faktor placental, antara lain kelainan tali pusat (tali pusat pendek atau tali
pusat panjang), solusio plasenta, ketuban pecah dini, dan vasa previa.
Faktor-faktor lain, antara lain penyakit-penyakit saluran kencing seperti
bakteriuria, pielonefritis, glomerulonefritis dan payah ginjal serta trauma
pada ibu saat hamil.
Sedangkan faktor resiko terjadinya kematian janin intrauterine meningkat
pada usia >40 tahun, pada ibu infertil, hemokonsentrasi pada ibu, riwayat
1
bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urealitikum),
kegemukan, dan ayah berusia lanjut.
Untuk diagnosis pasti penyebab kematian pada janin sebaiknya dilakukan
otopsi janin dan pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara
komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis
kromosom, kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan
selanjutnya. Pengelolaan kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab
kematian janin. Meskipun kematian janin berulang jarang terjadi, demi
kesejahteraan keluarga, pada kehamilan berikut diperlukan pengelolaan yang
lebih ketat tentang kesejahteraan janin. Pemantauan kesejahteraan janin dapat
dilakukan dengan anamnesis, ditanyakan aktivitas gerakan janin pada ibu hamil,
bila mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan tokokardiografi2,3,5.
Cara untuk menentukan diagnosis pasti telah terjadi kematian janin dalam
kandungan, dapat melalui beberapa cara, antara lain2,3 :
1. Anamnesis
Pada anamnesis, umumnya ibu tidak merasakan gerakan janin dalam
beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak
bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya
atau belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit
seperti mau melahirkan. Dapat pula terjadi penurunan berat badan ibu serta
lingkaran perut ibu mengecil.
2. Inspeksi
Pada inspeksi tidak terlihat tanda-tanda adanya gerakan-gerakan janin,
yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, pada
perabaan tidak teraba gerakan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan
adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memakai stetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar
DJJ.
2
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam
kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen
Pada rontgen foto abdomen didapatkan adanya akumulasi gas dalam
jantung dan pembuluh darah besar janin.
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
7. Ultrasonografi
Tidak terlihat denyut jantung janin dan gerakan-gerakan janin, badan dan
tungkai janin tidak terlihat bergerak, ukuran biparietal janin setelah 30 minggu
terlihat tidak bertambah panjang pada setiap minggu, terlihat kerangka yang
bertumpuk, tidak terlihat struktur janin, terlihat penumpukan tulang tengkorak,
dan reduksi cairan yang abnormal.
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun
keluarga, apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung
lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila
kematian janin lebih dari 2 minggu2,3.
Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkan, penderita segera diberi
informasi. Diskusikan kemungkinan penyebab dan rencana penatalaksanaannya.
Rekomendasikan untuk segera diintervensi.
Bila kematian janin lebih dari 3-4 minggu kadar fibrinogen menurun
dengan kecenderungan terjadinya koagulopati. Masalah menjadi rumit bila
kematian janin terjadi pada salah satu dari bayi kembar.
Bila kematian diagnosis janin telah ditegakkan, dilakukan pemeriksaan
tanda vital ibu, dilakukan pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, dan gula
3
darah. setelah itu,berikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan
penyebab kematian janin, rencana tindakan, dukungan mental emosional pada
penderita dan keluarga, yakinkan bahwa kemungkinan lahir pervaginam.
Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2 minggu,
umumnya tanpa komplikasi. Persalinan dapat terjadi secara aktif dengan induksi
persalinan dengan oksitosin atau misoprostol. Tindakan perabdominal bila janin
letak lintang. Induksi persalinan dapat dikombinasi oksitosin misoprostol. Hati-
hati pemberian induksi dengan uterus pasca seksio sesarea ataupun miomektomi,
dapat memicu terjadinya ruptur uteri.
Pada kematian janin 24-28 minggu dapat digunakan misoprostol secara
vaginal (50 -100 µg tiap 4-6 jam) dan induksi oksitosin. Pada kehamilan di atas 28
minggu dosis misoprostol 25 µg pervaginam/6 jam2,6.
Upaya pencegahan kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati
aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan
janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya
solusio plasenta. Pada gemelli dan twin to twin transfusion pencegahan dilakukan
dengan koagulasi pembuluh anastomosis. Upaya pencegahan kematian janin jika
terjadi kehamilan selanjutnya antara lain dengan memberikan nasehat pada waktu
ANC mengenai keseimbangan diet makanan, jamgan merokok, tidak meminum
minuman beralkohol, obat-obatan dan hati-hati terhadap infeksi atau bahan-bahan
yang berbahaya, mendeteksi secara dini faktor-faktor predisposisi IUFD dan
pemberian pengobatan dan mendeteksi gejala awal IUFD atau tanda fetal
distress7.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Seorang wanita, 37 tahun, agama Kristen Protestan, pendidikan terakhir
SMP, alamat Kombos Timur, masuk rumah sakit tanggal 12-02-2011 jam 10.00
wita
ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Anamnesis diberikan oleh penderita.
Keluhan Utama
- Keluhan utama : pasien dikirim oleh dokter spesialis dengan G1, 37 tahun,
hamil 42-43 minggu, observasi inpartu, janin IUFD.
- Pergerakan janin sudah tidak dirasakan sejak 1 hari sebelum MRS (11-2-2011)
- Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan belum dirasakan teratur
- Pelepasan lendir campur darah (+)
- Pelepasan air dari jalan lahir (-)
- Riwayat penyakit dahulu : jantung (-), hati (-), paru (-), ginjal (-), hati (-),
kencing manis (-), hipertensi (-)
- Riwayat demam (-), riwayat trauma (-), riwayat diurut (+)
- Riwayat memelihara kucing (+) sejak 2 bulan lalu
- BAB/BAK biasa
ANAMNESA KEBIDANAN
- Riwayat Kehamilan Sekarang
Muntah : (-)
Bengkak : (-)
Penglihatan terganggu : (-)
Sakit kepala : (-)
5
Perdarahan : (+)
Flour albus : (-)
Riwayat merokok dan minum :
- Pemeriksaan Ante natal
Jumlah PAN selama kehamilan sebanyak 7 kali di PKM Kombos
- Riwayat Haid
Menarche 12 tahun
Siklus haid teratur
Lamanya haid 3 hari
HPHT : 18-4-2010
Taksiran tanggal partus : 2-2-2011
- Riwayat Keluarga
Perkawinan 1 kali, tidak kawin sah
Dengan suami sekarang 10 bulan
- Riwayat Kehamilan Dahulu
G1A0
Ke-1, ini
PEMERIKSAAN KEBIDANAN
- Status Praesens
Keadaan umum : cukup, kesadaran Compos Mentis
Tanda Vital : tensi 120/80 mmHg, nadi 84x/m, respirasi 20x/m, suhu
36,50 C
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 147 cm
Gizi : cukup
Kulit : sawo matang, turgor normal
Kepala : simetris
Leher : pembesaran KGB (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Telinga : terawat -/-
6
Hidung : terawat (-)
Leher : T1/T 1, hiperemis (-)
Mulut/gigi geligi : karies (-)
Jantung : SI-II normal, bising (-)
Paru : simetris, vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
- Status Obstetrik
Pemeriksaan luar : TFU : 32 cm
Letak janin : letak lintang
BJA : (-)
His : jarang-jarang
TBBA : 3100 gr (palpasi)
Pemeriksaan dalam : Portio tebal lunak, arah axial, pembukaan (-), PP
kepala H I
- Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 12,5 gr/dl
Leukosit : 15.400 /ml
Trombosit : 249/ ml
GDS : 46 mg/dl
- Diagnosa sementara:
G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, dengan observasi inpartu + primitua
Janin intra uterin tunggal, fetal death, letak kepala
- Sikap:
- Terminasi
- Laboratorium lengkap, EKG
- Cross match
- Lapor konsulen
- Advis : misoprostol ¼ tab /6 jam
RESUME MASUK
Seorang ♀, G1P0A0, MRS tanggal 12/2/2011 jam 10.00 wita dikirm oleh dokter
spesialis Obsgin dengan diagnosis G1P0A0, 37 tahun hamil 42-43 minggu
7
observasi inpartu + janin IUFD dengan keluhan utama Pasien tidak merasakan
pergerakan janin. Nyeri perut bagian bawah belum dirasakan teratur, pelepasan air
(-), pergerakan janin tidak dirasakan sejak 1 hari yang SMRS (11-2-2011).
Riwayat diurut (+), riwayat memelihara kucing (+) sejak 2 bulan yang lalu.
Riwayat obsterik: ini
St. Preasens :
Tekanan darah: 120/80 mmHg Respirasi : 20x/m
Nadi : 84x/m Suhu : 36,5o C
St. Obstetrik :
TFU: 32 cm let. Janin: let. Kepala U punggung kanan
BJA : (-) His : jarang-jarang
TBBA : 3100 gr (palpasi)
USG :
- Janin intrauterine tunggal letak kepala
- FM (-); FHM (-)
- BPD: 9,08 cm;AC: 29,96 cm HC: 31,30 cm FL: 7,74 cm
- EFW: 2800-2900 gram
- Placenta implantasi di fundus grade III
- AFL<2cm
- Kesan: hamil aterm + letak kepala + IUFD
PD : Portio tebal lunak arah axial, pembukaan (-), PP kepala H I
Diagnosa sementara:
G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 minggu, observasi inpartu + primitua
Janin intauterin tunggal, IUFD, let kepala
Sikap :
- Terminasi
- Laboratorium lengkap, EKG
8
- Cross match
- Lapor konsulen
- Advis : misoprostol ¼ tab / 6 jam
Laboratorium :
Hb: 12,5 gr/dl, leukosit: 15.400/mm3, Trombosit: 249.000/mm3, GDS: 46 mg/dl
Creatinin: 0,8 mg/dl, Ureum: 23 mg/dl, As. Urat: 5,9 mg/dl, SGOT: 37 U/L,
SGPT: 21 U/L, Masa perdarahan 1’ masa pembekuan 10’
Kadar fibrinogen: waktu beku 14” kadar 369 mg/dl
Masa Protrombin plasma: 12,2”, INR: 0,96
EKG: dalam batas normal
OBSERVASI
Tanggal 12-02-2011
Jam
10.00 KU : cukup Kes : CM
T: 120/80 mmHg N: 84x/m R: 20x/m S: 36,5o C
PD: Portio tebal lunak arah axial, pembukaan (-), PP kepala H I
Diagnosa sementara:
G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, observasi inpartu +primitua
Janin intrauterine tunggal, IUFD, letak kepala
Sikap :
- Terminasi
- Antibiotik
- Laboratorium lengkap, EKG
- Cross match
- Lapor konsulen: advis misoprostol ¼ tab / 6 jam
10.00-11.00 His : jarang-jarang BJJ (-) 10.00: Misoprostol ¼ tab
Cefadroxil 500 mg
11.00-16.00 His : jarang-jarang BJJ (-) 16.00: Misoprostol ¼ tab
16.00-18.00 His : jarang-jarang BJJ (-) 18.00: Cefadroxil 500 mg
9
18.00-22.00 His : jarang-jarang BJJ (-) 22.00: Misoprostol ¼ tab
22.00-24.00 His : jarang-jarang
Tanggal 13-02-2011
00.00-02.00 His : jarang-jarang BJJ (-) 02.00: Cefadroxil 500 mg
02.00-04.00 His : jarang-jarang BJJ (-) 04.00: Misoprostol ¼ tab
04.00-08.00 His : jarang-jarang BJJ (-)
Jam 08.00 KU : cukup Kes : CM
T : 120/80 mmHg N : 80x/m R : 18x/m S : 36,7 oC
PD : Eff 50 %, pembukaan 1-2 cm, ketuban (+), PP kepala HI
Diagnosa :
G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, inpartu kala I + primitua
Janin terawatintrauterine tunggal, IUFD, letak kepala
Sikap :
- Rencana partus pervaginam
- antibiotik
- Misoprostol ¼ tab / 6 jam
- Observasi T, N, R, S, His
08.00-09.00 His : 8’-9’ // 10”-15” BJJ (-)
09.00-11.00 His : 7’-8’ // 15”-20” BJJ (-) 10.00: Misoprostol ¼ tab
Cefadroxil 500 mg
11.00-12.00 His : 6’-7’ // 20”-25” BJJ (-)
Jam 12.00 PD : Eff 90 %, pembukaan 3-4 cm, ketuban (+), PP kepala HI-II
Diagnosa :
G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, inpartu kala I + primitua
Janin terawatintrauterine tunggal, IUFD, letak kepala
Sikap :
- Rencana partus pervaginam
- Antibiotik
- Misoprostol ¼ tab / 6 jam
10
- Observasi T, N, R, S, His
12.00-12.30 His : 6’-7’ // 20”-25” BJJ (-)
12.30-14.00 His : 5’-6’ // 25”-30” BJJ (-)
14.00-15.00 His : 4’-5’ // 30”-35” BJJ (-)
15.00-16.00 His : 3’-4’ // 35”-40” BJJ (-) 16.00: Misoprostol ¼ tab
Jam 16.00 PD : Eff 90 %, pembukaan 6-7 cm, ketuban (+), PP kepala HII-III
Diagnosa :
G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, inpartu kala I + primitua
Janin terawatintrauterine tunggal, IUFD, letak kepala
Sikap :
- Rencana partus pervaginam
- Antibiotik
- Misoprostol ¼ tab / 6 jam
- Observasi T, N, R, S, His
16.00-16.30 His : 3’-4’ // 35”-40” BJJ (-)
16.30-17.00 His : 2’-3’ // 45”-50” BJJ (-)
Jam 17.00 Ketuban pecah spontan, keluar cairan kental warna hijau
kecoklatan (mekonium kental) ± 10 cc, foeter (+)
PD : Eff 90 %, pembukaan lengkap, ketuban (-), sisa cairan hijau
kecoklatan, PP kepala HIII-IV (mekonium kental)
Diagnosa :
G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, inpartu kala I + primitua
Janin terawatintrauterine tunggal, IUFD, letak kepala
Sikap :
- Rencana partus pervaginam
- Antibiotik
- Misoprostol ¼ tab / 6 jam
- Observasi T, N, R, S, His
17.00-17.30 2’-3’ // 45”-50” BJJ (-)
17.30-18.30 2’-3’ // 50”-55” BJJ (-)
Jam 18.30 Ibu ingin mengejan
11
PD : Pembukaan lengkap, ketuban (-), sisa mekonium kental, PP
kepala HIII-IV
Diagnosa :
G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, inpartu kala II+ primitua
Janin terawatintrauterine tunggal, IUFD, letak kepala
Sikap :
- Pimpin mengejan
19.13 Lahir bayi ♀, spontan letak belakang kepala BBL : 3000 gr, PBL :
50 cm, A-S : 0 (fetal death) tanda maserasi grade I
19.18 lahir plasenta spontan, kesan lengkap dengan selaputnya, ruptur
perineum grade III, BPL : 500 g
Keadaan 2 jam post partum :
T : 120/80 mmHg N : 76x/m R : 20x/m S : 36,50C
TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik
Perdarahan kala III : ± 150 cc
Perdarahan kala IV : ± 100 cc
Total ± 250 cc
Laporan persalinan
His kencang ibu ingin mengejan, vulva dan anus mengembang, perineum
menonjol, tampak kepala janin pada jalan lahir. Di luar his kepala masuk lagi itu
tandanya kepala sedang membuka jalan lahir. Penolong memakai handscoen pada
tangan kanan, vulva dan anus didesinfeksi dengan kapas Lysol.
His kencang ibu ingin mengejan vulva dan anus mengembang, perineum
menonjol tampak kepala janin semakin besar pada jalan lahir. Di luar his kepala
tidak masuk lagi, tandanya kepala sudah membuka jalan lahir. Penolong memakai
handscoen pada tangan kiri dan di bawah bokong ibu dialas dengan doek steril.
His kencang ibu ingin mengejan vulva dan anus mengembang, tampak kepala
bayi semakin besar dan menekan perineum yang semakin tipis, kemudian
dilakukan episiotomi.
12
Saat subocciput berada di bawah simphysis, penolong menyokong perineum
dengan tangan kanan dengan doek steril untuk mencegah robekan. Tangan kiri
penolong membantu fleksi kepala bayi dan mencegah agar tidak terjadi defleksi
maksimal dan ditambah dengan kekuatan mengedan ibu berturut-turut lahirlah
dahi, hidung, muka dan akhirnya dagu dengan subocciput sebagai hipomoklion,
setelah itu ibu dilarang mengejan.
Kemudian penolong membantu putaran paksi luar sesuai punggung janin,
selanjutnya kedua telapak tangan penolong pada samping kiri dan kanan kepala
dan dilakukan traksi ringan ke perineum untuk melahirkan bahu depan bagian
axilla terlihat, kemudian dilakukan traksi ringan ke arah simphysis untuk
melahirkan bahu belakang (sampai axilla lahir) kemudian dilakukan tarikan sesuai
sumbu jalan lahir, yaitu laterofleksi untuk melahirkan badan bokong dan akhirnya
kaki.
Jam 19.13 lahir bayi ♀ spontan letak belakang kepala, BBL : 3000 gr, PBL :
50 cm, A-S : 0 (fetal death) tanda maserasi grade I.
Kemudian tali pusat dijepit dengan cunam kocher I ± 5 cm dari umbilicus,
kemudian tali pusat diurut ke arah ibu lalu dijepit dengan cunam kocher II ± 3 cm
dari cunam kocher I. sementara tangan kiri penolong melindungi badan bayi, tali
pusat digunting diantara cunam kocher tersebut. Bayi diserahkan kepada bidan
untuk perawatan selanjutnya.
Di bawah bokong ibu diletakkan stickpan, vulva dan sekitarnya didesinfeksi
dengan kapas Lysol kemudian dilakukan pengosongan kandung kemih dengan
kateter logam. Kemudian penderita diistirahatkan sementara sambil menunggu
lepasnya plasenta.
Setelah 5 menit dilakukan tes pelepasan plasenta dengan cara kustner untuk
mengetahui apakah plasenta sudah terlepas dari cavum uteri.
Jam 19.18 lahirlah plasenta lengkap dengan selaputnya. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan jalan lahir, tampak ruptur perineum, dilakukan hecting.
Stickpan diganti dengan neerback untuk menampung perdarahan kala IV, ibu
dibersihkan dan diistirahatkan.
Dalam keadaan 2 jam post partum :
13
T : 120/80 mmHg N : 76x/m R : 20x/m S : 36,50C
TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik
Perdarahan kala III : ± 150 cc
Perdarahan kala IV : ± 100 cc
Total ± 250 cc
Observasi post partum
14-02-2011
S : keluhan (-)
O : T : 120/70 mmHg N : 76x/m R : 20x/m S : 36,30C
Std. puerpuralis :
Mamae : laktasi -/-, infeksi -/-
Abdomen : kontraksi baik
TFU : 2 jari di bawah pusat
Vulva : edema -/-, infeksi -/-
Lochia : rubra
Perineum : terawat
A : P1A0, 37 tahun, post partum hari I
Bayi ♀, spontan letak belakang, BBL : 3000 gr, PBL : 50 cm, A-S : 0
(fetal death).
P : - Cefadroxil 3 x 500 mg
- SF tablet 1 x 1
- Lynoral 3 x 1 tablet
15-02-2011
S : keluhan (-)
O : T : 120/70 mmHg N : 80x/m R : 22x/m S : 36,50C
Std. puerpuralis :
Mamae : laktasi -/-, infeksi -/-
Abdomen : kontraksi baik
14
TFU : 2 jari di bawah pusat
Vulva : edema -/-, infeksi -/-
Perineum : terawat
A : P1A0, 37 tahun, post partum hari II
Bayi ♀, spontan letak belakang, BBL : 3000 gr, PBL : 50 cm, A-S : 0
(fetal death).
P : - Cefadroxil 3 x 500 mg
- SF tablet 1 x 1
- Lynoral 3 x 1 tablet
16-02-2011
S : keluhan (-)
O : T : 120/80 mmHg N : 84x/m R : 22x/m S : 36,50C
Mamae : laktasi -/-, infeksi -/-
Abdomen : kontraksi uterus baik
TFU : 2 jari di bawah pusat
Vulva : edema -/-, infeksi -/-
Perineum : terawat
A : P1A0, 37 tahun, post partum hari III
Bayi ♀, spontan letak belakang, BBL : 3000 gr, PBL : 50 cm, A-S : 0
(fetal death).
P : - Cefadroxil 3 x 500 mg
- SF tablet 1 x 1
- Lynoral 3 x 1 tablet
- Rencana pulang
15
BAB III
DISKUSI
Pasien G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 minggu + primitua, janin intrauterine
tunggal fetal death letak kepala.
Yang akan didiskusikan pada kasus ini yaitu :
1. Diagnosis dan penyebab
2. Penanganan
3. prognosis
Diagnosa
Diagnosa yang pasti pada kasus ini baru bisa ditegakkan pada saat
pemeriksaan ultrasonografi (USG) dilakukan dimana tidak tampak adanya
gerakan jantung janin dan gerakan janin. Sedangkan berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik umumnya sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosa
kematian janin. Umumnya penderita hanya mengeluh gerakan janin berkurang.
a. Anamnesa
Dari hasil anamnesa didapatkan keluhan dimana penderita tidak merasakan
adanya pergerakan janin sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit,
pembesaran rahim tidak dirasakan bahkan terasa lebih mengecil.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan hal-hal sebagai berikut: pada palpasi
tidak didapatkan adanya pergerakan janin, serta tidak didapatkan adanya bunyi
jantung janin dengan pemeriksaan menggunakan Doppler.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud disini meliputi ;
Ultrasonografi (USG)
Dari hasil USG didapatkan bahwa tidak ditemukan adanya pergerakan janin
serta denyut jantung janin.
Pemeriksaan laboratorium.
16
Dari hasil diagnosis berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa ibu merasa
tidak ada pergerakan janin, pemeriksaan fisik didapati bahwa tidak terdengar
adanya bunyi jantung janin dengan pemeriksaan Doppler, serta pemeriksaan
penunjang seperti USG untuk menegakkan diagnosis pasti didapati bahwa tidak
ditemukan adanya denyut jantung janin dan gerakan janin. Dari hasil pemeriksaan
yang ada, dapat ditegakkan diagnosis bahwa telah terjadi kematian janin dalam
kandungan.
Penyebab kematian janin secara umum dapat dibagi dalam 3 faktor yaitu
factor maternal, janin, dan faktor plasenta.
Pada kasus ini, penyebab IUFD pada penderita adalah gawat janin. Hal ini
diperkuat dengan adanya slight mekonium pada saat ketuban pecah didapati cairan
ketuban berwarna kehijauan. Pada kasus ini juga didapati adanya riwayat trauma,
dimana didapatkan dari hasil anamnesa diketahui bahwa ibu pernah diurut oleh
biang kampung. Dari hasil anamnesa juga didapati riwayat memelihara kucing
yang dicurigai ibu mengidap TORCH (toxoplasma, Other, Rubella,
Cytomegallovirus, Herpes simpleks), namun pada penderita tidak dilakukan
pemeriksaan TORCH, karena pemeriksaan ini relatif mahal mengingat pekerjaan
suami dari penderita adalah seorang tukang.
Pada kasus ini, IUFD seharusnya bisa dihindari mengingat penderita rutin
memeriksakan kandungan di puskesmas sebanyak tujuh kali. Hal ini dapat terjadi
karena kurangnya perhatian ibu untuk lebih rajin lagi memeriksakan kandungan
terutama pada trimester ketiga, dan kurang tanggapnya ibu terhadap
kehamilannya. Seharusnya ibu juga harus segera memeriksakan diri jika
mengalami keluhan seperti kurangnya atau tidak lagi merasakan pergerakan janin,
serta perut ibu yang tidak membesar sesuai umur kehamilan atau malah mengecil.
Penanganan
Penderita dengan Intra Uterin Fetal Death sebagian besar akan mengalami
persalinan spontan dalam 2 minggu, dan bila persalinan spontan dalam 3-4
minggu tidak terjadi maka resiko terjadinya DIC akan meningkat. Pilihan utama
persalinan pada penderita dengan IUFD adalah persalinan pervaginam baik secara
spontan maupun dengan induksi guna mengurangi trauma pada ibu. Pada
17
keadaan-keadaan dimana penderita dengan IUFD tidak dapat dilakukan persalinan
pervaginam, dapat diakhiri juga dengan melakukan embriotomi. Pada kasus ini,
penderita direncanakan untuk persalinan pervaginam, namun tidak dilakukan
induksi persalinan mengingat umur ibu serta ditakuti adanya faktor resiko lain
berupa penyakit penyerta disebabkan karena sistem endokrin metabolik ibu.
Pada kasus ini, IUFD terjadi kurang lebih 1 hari sebelum ibu masuk rumah
sakit, dimana pada pemeriksaan laboratorium didapatkan faal hemostatis kadar
fibrinogen penderita dalam batas normal (369 mg/dL), sedangkan APTT dan PT
juga masih dalam batas normal. Saat penderita masuk rumah sakit didapatkan
bahwa penderita belum inpartu, sehingga penderita diberi misoprostol untuk
mempercepat proses pendataran dan dilatasi serviks. Selain itu pada kasus ini
juga, penderita diberi lynoral (ethinyl estradiol) dimana obat ini sebagai analog
estrogen yang berguna untuk menghambat produksi prolaktin.
Prognosis
Prognosa penderita ini dapat dubia ad bonam, jika mendapat penanganan
yang cepat, tepat dan adekuat serta pemahaman dari penderita tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan yang baik.
Pada kasus ini seharusnya dilakukan autopsi terhadap janin yang telah
meninggal, guna menentukan penyebab pasti kematian dari janin itu sendiri.
Autopsi sangat membantu diagnostik pasti kematian janin yang berguna untuk
mencegah terjadinya kematian janin berikutnya apabila penderita hamil kembali.
18
BAB IV
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Diagnosis pasti ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang dimana didapatkan tidak adanya pergerakan
janin dan denyut jantung janin.
Pada kasus ini penyebab kematian janin dicurigai terjadi gawat janin,
dimana didapati adanya slight mekonium pada saat ketuban pecah
spontan.
Penanganan penderita dengan IUFD yang tepat pada kasus ini adalah
persalinan pervaginam. Pada pasien ini tidak dilakukan induksi
mengingat faktor resiko pada ibu akan meningkat disebabkan oleh umur
ibu.
Pada penderita ini diberikan misoprostol untuk mempercepat pendataran
dan dilatasi serviks serta pemberian lynoral (ethinyl estradiol) guna
menghambat proses pembentukan prolaktin.
Saran
Dalam menentukan suatu diagnosa hendaklah perlu dilakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang lengkap, terarah dan
jelas sehingga didapatkan diagnostik pasti penyebab kematian janin
dalam kandungan.
Pada kasus ini, ibu dengan primitua, sebaiknya kehamilan berikutnya
direncanakan sebaik mungkin dan dengan pemeriksaan yang rutin di
dokter ahli atau puskesmas, serta kepedulian ibu terhadap kehamilan
apabila didapati tanda-tanda kelainan selama kehamilan agar segera
memeriksaan diri kepada pusat kesehatan yang tersedia.
Agar pusat kesehatan yang ada, dalam hal ini puskesmas lebih
meningkatkan pelayanan serta diagnosis yang tepat dan adekuat untuk
mencegah kematian pada ibu dan janin.
19
20
Daftar Pustaka
1. American College of Obstetricians and Gynecologist; Diagnosis and
management of fetal death. ACOG Technical Bulletin Number 176-
January 1993. Int J Gynaecol Obstet 1993 Sep; 42 (3): 291-9
2. Soewarto, Soetomo. Kematian janin. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi ke 4.
Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2008, hal; 733-
735.
3. http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/07/kematian-janin-dalam-
kandungan-iufd.html
4. Catatan kuliah semester 6 Obstetrik Patologi. Bagian obstetri dan
ginekologi FK Unsrat. Manado. 2001
5. Fretts RC. Etiology and prevention of stillbirth. Am J Obstet Gynecol
2005 Dec; 193 (6):1923-35
6. Dickinson JE, Evans SF. A comparison of oral misoprostol with vaginal
misoprostol administration in second trimester pregnancy termination for
fetal abnormlity. Obstet Gynecol 2003 Jun;101 (6): 1294-9
7. Saifuddin AB (ed). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 200.
21
top related