kompetensi pedagogic conten knowladge (pck) guru...
Post on 08-Jan-2020
27 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
KOMPETENSI PEDAGOGIC CONTEN KNOWLADGE (PCK) GURU
DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI MI PEMBANGUNAN UIN
JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai salah satu syarat
mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Nur Fitriani
11150183000004
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
-
ABSTRAK
Nur Fitriani (11150183000004) Analisis Kompetensi Pedagogic Content
Knowladge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Tematik di MI Pembangunan
UIN Jakarta.
Penelitian yang dilakukan di MI Pembangunan UIN jakarta ini memiliki tujuan
untuk mengetahui dan mendiskripsikan kompetensi Pedagogic Content
Cnowladge guru dalam pembelajaran tematik baik guru tingkat rendah dan guru
tingkat atas yaitu kelas I-A, II-B, II-F, II-G, dan IV-C tahun ajaran 2018/2019.
Penelitian ini sudah dilakukan pada bulan Mei-Juni 2019 di MI Pembangunan
UIN Jakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam pnelitian ini adalah metode
Kalitatif Deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa
dokumentasi, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa guru tematik mampu memenuhi kompetensi PCK
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sulman dengan komponen pengetahuan
peserta didik, pengetahuan orientasi pada materi, pengetahuan pengembangan
kurikulum, pengetahuan strategi, dan pengetahuan tentang penilaian dan evaluasi.
Hanya saja ada beberapa guru yang masih merasa kesulitan dalam memahami
konsep materi diluar kemampuan bidang guru tersebut. Penggunaan strategi dan
pemahaman mengenai kurikulum 2013 sudah sangat baik, guru mampu membuat
instrumen penilaian yang sesuai dengan kurikulum 2013. Dengan demikian
kompetensi Pedagogic Content Cnowladge dala pembeajaran tematik di MI
Pembangnan dari hasil observasi mencapai nilai rata-rata 87,5 dengan kriteria
kriteria baik.
Kata kunci: Kompetensi PCK, Guru, Pembelajaran Tematik.
-
ii
ABSTRACT
Nur Fitriani (11150183000004) Teacher's Pedagogic Content Knowladge
(PCK) Competency Analysis in Thematic Learning at MI Pembangunan UIN
Jakarta.
The research carried out at MI Pembangunan UIN Jakarta has the objective to find
out and describe the Pedagogical competence of Content Cnowladge teachers in
thematic learning both low-level teachers and top-level teachers namely IA, II-B,
II-F, II-G, and IV-C years 2018/2019 teachings. This research was conducted in
May-June 2019 at MI Pembangunan UIN Jakarta. The research method used in
this research is descriptive qualitative method using data collection techniques
such as documentation, observation, and interviews. The results obtained can be
concluded that the thematic teachers are able to fulfill PCK competencies as stated
by Sulman with the components of student knowledge, orientation knowledge on
the material, curriculum development knowledge, strategic knowledge, and
knowledge about assessment and evaluation. It's just that there are some teachers
who still find it difficult to understand the concept of material beyond the ability
of the teacher's field. The use of strategies and understanding of the 2013
curriculum is already very good, teachers are able to make assessment instruments
that are in accordance with the 2013 curriculum. Thus the Pedagogical
competence of Content Management in thematic learning in MI Pembangunan
UIN Jakarta from observations reaches an average value of 87.5 with good
criteria.
Keywords: Competensy (PCK), Theacer, Learning Thematic.
-
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhanmmad SAW yang telah membawa cahaya bagi kehidupan, penerang
kegelapan, dan penyegar kegersangan. Semoga kita termasuk umat yang
mendapatkan syafa‟at di yaumil akhir nanti, Amin.
Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kompetensi PCK
(Pedagogic Conten Knowlage) Guru dalam Pembelajaran Tematik di MI
Pembangunan UIN Jakarta ” tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, semangat, saran dan arahan, untuk itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Dr. Sururin, M. Ag.
2. Dr. Khalimi, MA. Ketua Jurusan Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, periode 2016-2019.
3. Ketua Jurusan Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
periode 2019-sekarang, Bapak Asep Ediana Latip, M.Pd.
4. Sekretaris Jurusan Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sekaligus dosen pembimbing tunggal peneliti, Bapak Rahmat Widiyant,
M.Pd. sekaligus dosen pembimbing skripsi.
5. Dosen penasehat akademik yang selalu memberikan arahan dan nasihat,
serta mempermudah peneliti secara administrasi akademik, sehingga
skripsi ini dapat diajukan dan diujikan, Dr. Khalimi, M.Ag.
6. Seluruh jajaran dosen PGMI dan staff yang telah memberikan banyak
pengalaman dan ilmu yang bermanfaat serta kontribusi yang tinggi demi
-
iv
kemajuan jurusan PGMI dan terlahirnya lulusan-lulusan PGMI yang
berkualitas.
7. Kepala Sekolah & LP3JM MI Pembangunan UIN Jakarta , Bpk Wahyudi,
S. Pd. & Bpk H. Yon Sugiono, yang telah memberikan izin penelitian dan
membantu selama proses penelitian berlangsung dan terimakasih telah
memberikan kepercayaan, dukungan, dan motivasi kepada peneliti.
8. Seluruh guru, karyawan, staf Tata Usaha (TU), dan peserta didik-siswi MI
Pembangunan UIN Jakarta yang telah memberikan kontribusi, motivasi,
dan inspirasi bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
9. Orang tua yang telah memberikan dukungan doa, ridho, semangat dan
kasih sayang yang tak pernah henti di berikan sehingga peneliti mampu
menyelesaikan kuliah dengan baik yaitu, Bapak Sajad dan Ibu Nafsiyah.
Adik dan kakak yang selalu memberikan semangat dan juga doanya.
10. Ayah Agus Purwanto dan Ummi Lilik Istiqoriyah beserta keluarga
besarnya yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam
menyelesaikan penelitian.
11. Teman-teman seperjuangan PGMI 2015 yang telah bersilatuhrahim selama
menjadi mahapeserta didik di UIN Jakarta.
12. Semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, semoga Allah memberikan balasan kebaikan.
Tiada kata yang terucap selain Alhamdulillah hirobbil „alamiin dan terima
kasih, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Jakarta, 02 Juni 2019
Peneliti
Nur Fitriani
-
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7
F. Kegunaan Penelitian. ............................................................................ 7
BAB II .................................................................................................................... 9
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS .......................................... 9
A. Kajian Teori.......................................................................................... 9
1. Guru .......................................................................................................... 9
2. Kompetensi Pedagogic Content Knowlage (PCK) ................................ 16
3. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ....................................................... 23
B. Hasil Penelitian Relevan .................................................................... 34
C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 42
BAB III ................................................................................................................. 44
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 44
-
vi
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 44
B. Metode Penelitian ............................................................................... 44
C. Unit Analisis ....................................................................................... 45
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 46
E. Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................ 49
F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 51
BAB IV ................................................................................................................. 52
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 52
A. Deskripsi Data .................................................................................... 52
B. Pembahasan ........................................................................................ 82
BAB V ................................................................................................................... 90
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................................. 90
A. Kesimpulan......................................................................................... 90
B. Implikasi ............................................................................................. 90
C. Saran ................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93
LAMPIRAN ......................................................... Error! Bookmark not defined.
BIODATA PENULIS ....................................................................................... 135
-
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian observasi............................................. 50
Tabel 3.2 Format CoRe.................................................................... 23
Tabel 3.3 Klasifikasi Skor observasi Kopetensi PCK...................... 25
-
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram PCK............................................................................... 32
-
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi instrumen penelitian tentang Pedagogical Content
Knowladge (PCK) guru........................................................................................ 96
Lampiran 2 Hasil Observasi ............................................................................... 101
Lampiran 3 Dokumentasi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ..................... 103
Lampiran 4 Surat Bimbingan Skripsi ................................................................. 128
Lampiran 5 Surat Izin Permohonan Penelitian .................................................. 129
Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .............................. 130
Lampira 7 Lembar Uji Referensi ....................................................................... 131
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk Tuhan yang sempurna dimana didalam diri
manusia terdapat akal pikiran yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya.
Akal pikiran manusia digunakan untuk memilah antara yang hak dan yang
batil, untuk mengetahui mana perkara hak dan mana perkara yang batil,
manusia harus menggunakan akal untuk mencari ilmu pengetahuan. ilmu
pengetahuan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, seseorang
yang memiliki ilmu pengetahuan akan memiliki derajat yang tinggi dari
orang lain. Firman Alloh SWT:
...... ُ ُ بَِما تَْعَملُوَن يَْزفَعِ َّللاه الهِذيَه آَمنُوا ِمنُكْم َوالهِذيَه أُوتُوا اْلِعْلَم َدَرَجاٍت ۚ َوَّللاه
ٌ َخبِيز
Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat.”.(QS. Al Mujadalah: 11).1
Ilmu pengetahuan wajib dimiliki oleh setiap manusia yang hidup di
bumi ini, salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah
dengan belajar. Tidak dapat dipungkiri perkembangan dan pengalaman
belajar sangat mempengaruhi kehidupan manusia di masa depan,
kesuksesan dan kegagalan seseorang dapat dilihat dari seberapa besar
pengalaman belajar seseorang tersebut.
Ilmu pengetahuan banyak di pelajari di dunia pendidikan. Dalam
dunia pendidikan kita dapat membentuk manusia/individu yang kreatif
inovatif dan memiliki moral, seperti yang telah dirumuskan dalam
Undang-Undang No 20 tahun 2013 pasal 1 mengenai sistem sistem
pendidikan Nasional:
1 Kementerian Agama Republik Indonesia, alquran dan Terjemahnya, (Jakarta: Lembaga
Percetakan Alquran Raja Fahd, 2006), h. 910-911.
-
2
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara demokratis dan bertanggung jawab.2
Perkembangan peserta didik meningkat dari aspek kreatifitas dan
inovasinya yang didukung dengan berbagai teknologi yang sekmakin
canggih. Terlepas dari kecanggihan alat tekonologi pendidikan hal yang
paling berpengaruh dalam proses pembeajaran adalah seorang guru,
dimana seorang guru yang dapat membimbing, memberi arahan, dan
mengawasi peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Memiliki profesi apapuun itu baik dokter, nelayan, petani, pilot, atau
apapun itu hal yang paling penting dimiliki dan di kuasai adalah sifat Kuat
fisik dan terpercaya. Guru yang pada hakikatnya adalah pendidik bagi
generasi muda penerus Negara dan agama haruslah memiliki kedua sifat
tersebut. Kedua sifat tersebut sesuai dengan firma Alloh pada surah al-
Qoshos ayat 26.3
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: wahai
ayahku, pekerjakanlah ia karena sesungguhnya yang paling baik yang
engkau pekerjakan adalah yang kuat lagi terpercaya”.
Kekuatan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kekuatan yang
dimiliki seseorang dalam bidangnya masing-masing. Sedangkan
terpercaya adalah integritas yang dimiliki dalam diri seseorang yang
menuntut adanya sifat amanah, sehingga seseorang tersebut tidak merasa
bahwa apa yang ada dalam dirinya merupakan milik pribadi, tetapi milik
pemberi amanat yang harus dipelihara dan, apabila diminta kembali harus
dengan rela mengembalikannya. Dalam dunia pendidikan kedua sifat
tersebut sama halnya dengan kompetensi Pedagogic dan professional.
2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II, Pasal II h. 6 3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,
(Ciputat: Lentera Hati, 2010), cet ke-III, hal. 580
-
3
Seorang guru juga dituntut sebagai pengelola pembelajaran, sebagai
fasilitator yang memberikan kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif
dan efisien, mampu memberikan motivasi pada peserta didik, memiliki
pengetahuan tentang cara menyampaikan konten materi yang akan
diajarkan. Seorang guru harus mampu menangani permasalahan pada diri
peserta didik yang mana dalam setiap kelasnya setiap peserta didik
memiliki jenjang usia dan karakteristik yang berbeda. Melihat hal tersebut
seorang guru profesional sangat dibuthkan dalam dunia pendidikan.
Menjadi guru yang profesional dapat dilihat dari kualifikasi
akademik dan kompetensi seperti yang tercantum dalam permendiknas
Nomor 16 tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Dimana
seorang guru sebagai agen pembelajaran harus memiliki jasmani dan
rohani yang sehat serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Standar kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dikembangkan dari
empat kompetensi utama yaitu kompetensi Pedagogic, kepribadian,
profesional dan sosial.
Undang-undang republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.4
Dapat dipastikan posisi guru dalam dunia pendidikan menempati
posisi central yang mana menjadi acuan, contoh, dan tauladan bagi anak
didiknya. Oleh karenanya profesi guru adalah profesi yang sangat penting
yang tidak dapat dilakukan oleh orang sembarang yang tidak menguasai
bidang pendidikan.5 Dari beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam belajar seperti guru, jumlah peserta didik dalam kelas,
peralatan laboratorium, lingkungan, karakteristik peserta didik dan staf
4 Nur Irwanto, dkk., Kompetensi Pedagogic, (Surabaya: Genta Group Production: 2016),
cet ke-1, h. 1 5 Anwar, Y. (2014b). Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru
Biologi Pada Peserta Pendekatan Konsekutif Dan Pada Peserta Pendekatan Konkuren. (Disertasi
tidak diterbitkan). SPs Universitas Pendidikan Indonesia.
-
4
administrasi, guru adalah faktor utama dalam keberhasilan pembelajaran.
Seorang guru harus memiliki satu perangkat tugas yang akan menunjang
tugasnya sebagai guru salah satu tugasnya adalah memberi peluang pada
peserta didik untuk belajar dengan sebaik-baiknya.6
Bruner manyatakan bahwa dalam pembelajaran terdapat beberapa
proses yang menjadikan keberhasilan suatu proses pembelajaran yaitu
memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, menguji relevansi
dan ketetapan pengetahuan. Dengan demikian seorang guru harus mampu
mengetahui bagaimana cara menyampaikan materi pada peserta didik.
Rowland, Huckstep, dan, Thwaites (2005) menunjukkan bahwa sementara
penamaan transformasi, mereka dipengaruhi oleh kebutuhan kompetensi
guru untuk mengubah pengetahuan isi yang dimiliki ke dalam bentuk yang
secara pedagogis yang kuat (Shulman, 1987) dan untuk membedakan
antara mengetahui matematika untuk diri sendiri dan mengajarkannya agar
dapat membantu orang lain mempelajarinya (Ball, 1988).7
Kebijakan pemerintah terkait pentingnya kompetensi seorang guru di
indonesia yaitu dengan mengadakan adanya Ujian Kompetensi Guru
(UKG). Kegiatan UKG tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
kompetensi yang dimiliki seorang guru di Indonesia. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan Ujian Kompetensi Guru yang
dilakukan pada tahun 2012 diikuti seluruh wilayah indonesia sebanyak
373.415 guru tersertifikasi dari tingkat TK-SMA/SMK pada hari ketiga.
Nilai rata-rata yang dihasilkan pada hari pertama dan kedua terhadap
243.619 peserta UKG tergolong rendah yaiutu hanya mencapai 44,5.
Dalam Ujian Kompetensi Pedagogic Guru tidak hanya menilai dari
kompetensi Pedagogicnya saja melainkan pemahaman guru pada bidang
keilmuan dan kapasitas pengetahuannya. Nilai standar nasional UKG yang
6 Rustaman, Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R.,
Rochintaniawati, D., & Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM
Press. 7 Semiha Kula Ünver. The Knowledge Quartet In The Light Of The Literature On Subject
Matter And Pedagogical Content Knowledge. Acta Didactica Napocensia. 11, 2018.
-
5
ditentukan oleh Kemendikbud adalah 70, namun dari 373.415 peserta
dihari ketiga ujian kurang lebih 10% peseeta yang memperoleh nilai diatas
70. Hanya 92 kabupaten yang mampu melewati nilai 70 sedangkan 316
kabupaten yang masih dibawah nilai rata-rata nasional.8
Melihat dari hasil UKG 2012 diatas dapat diketahui bahwa
kompetensi guru Indonesia masih memprihatikan dan memerlukan
bimbingan. Salah satu kompetensi didalamnya adalah kompetensi
Pedagogic Content Knowlage. Kompetensi guru yang mampu memahami
konten materi dengan kondisi peserta didik serta kurikulumnya disebut
dengan kemampuan. Guru yang memiliki kompetensi PCK tersebut
diharapkan dapat memberikan pemahaman pada peserta didik tidak hanya
sekedar materi yang menancap diakal namun dapat diimplementasikan
dalam kehidupan masyarakat sesungguhnya. Kompetensi PCK setiap guru
bisa saja berbeda dan sama karena kompetensi PCK adalah kemampuan
personal dalam diri seseorang, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu keyakinan dalam penguasaan materi, banyaknya
pengalaman mengajar, memahami kondisi peserta didik dan kurikulum
yang digunakan dalam sekolah tempat mengajar guru tersebut.
Pada kenyataanya pengalaman dibangku kuliah belum cukup untuk
menjadikan seseorang menjadi guru yang profesional dan memiliki
kompetensi pembelajaran yang salah satunya adalah kompetensi PCK.
Perlu keseimbangan antara pengalaman mengajar dengan mendalami
materi tentang pengajaran. Penelitian ini dilakukan dengan sebelumnya
peneliti telah melakukan kegiatan Pengenalan Lapangan Persekolahan
(PLP) dimana salah satu kegiatanya adalah menganalisis kegeiatan belajar
mengajar, dari situ peneliti berkeinginan mengetahui kompetesi yang
dimiliki guru-guru terutama kompeteni PCK. Untuk mendukung penelitian
ini penulis melakukan observasi awal pada sekolah di tangerang selatan,
yaitu di MI Pembangnan UIN Syarif Hidayatulloh jakarta penulis
melakukan kunjungan pada hari Jumat, 22 Februari 2019. Hasil
8 http://edukasi.kompas.com/ Diakses pada tanggal 21 Januari 2019
http://edukasi.kompas.com/
-
6
wawancara yang dilakukan bersama ketua LP3JM Madrasah
Pembangunan yaitu bapak H. Yon Sugiono memberikan penjelasan bahwa
kompetensi pokok yang harus dimiliki seorang guru itu ada 4 yaitu
kompetensi Pedagogic, profesional, kepribadian dan sosial. Untuk
mengembangkan keempat kompetensi tersebut pihak sekolah memberikan
pelatihan kepada setiap guru. Soal dilaksanakan atau tidaknya pelatihan
tersebut dalam pembelajaran itu tergantung pada individu guru tersebut.
Alangkah bagusnya ketika seorang guru mendapat pelatihan, dia akan
langsung mengaplikasikannya dalam pembelajaran untuk mengetahui
kompetensi yang mana yang harus diperbaiki dalam memberikan
pembelajaran pada peserta didik. berdasarkan latar belakang masalah
tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji laporan yang berjudul “ Analisis
Kompetensi Pedagogic Content Knowlage (PCK) Guru dalam
Pembelajaran Tematik di MI Pembangunan UIN Jakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Melihat dari latar belakang diatas, maka masalah yang dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang digunakan guru masih monoton
2. Peserta didik kurang semangat dalam kegiatan pembelajaran.
3. Kemampuan guru dalam mengenal materi yang sesuai dengan
karakteristinya masih
4. Kreativitas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran masih
rendah
5. Keterbatasan guru dalam melakukan analisis Kompetensi Dasar (KD)
pada pembelajaran tematik
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang dihadapi, serta keterbatasan
waktu dan kemampuan yang dimiliki, maka perlu dibuat batasan masalah.
Oleh karena itu, peneliti membatasi pada masalah: Kurangnya Penguasaan
-
7
konten materi dengan karakteristik peserta didik/kompetensi PCK yang
belum sepenuhnya diberikan dalam pembelajaran .
D. Rumusan Masalah
Melihat pembatasan masalah tersebut dapat diambil fokus
penelitian dengan merumuskan masalah dengan pertanyaan penelitian
yaitu: Bagaimana kompetensi Pedagogic Content Knowlage (PCK) Guru
dalam Pembelajaran Tematik di MI pembangunan UIN Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian dan perumusan masalah diatas, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis kompetensi Pedagogic Content
Knowlage (PCK) Guru dalam pembelajaran tematik di MI Pembangunan
UIN Jakarta.
F. Kegunaan Penelitian.
Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dan kontribusi bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi guru
Sebagai tolak ukur dan bahan koreksi untuk meningkatkan kompetensi
Pedagogic Content Knowlage (PCK) guru, agar menjadi lebih baik
lagi dari sebelumnya
2. Bagi sekolah
Diharapkan akan memberikan sumbangan saran yang baik pada
sekolah tempat penelitian khususnya dan sekolah lain pada umumnya,
dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran matematika
3. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribiusi bagi semua
kalangan yang peduli terhadap dunia pendidikan. Sebagai referensi dan
menambah pengetahuan bagi peneliti yang lain
-
8
4. Bagi dinas pendidikan
Sebagai bahan renungan dalam menata serta mengelola kegiatan
belajar mengajar dalam sistem yang sesuai dengan situasi dan kondisi
disekolah.
5. Bagi peneliti
Sebagai calon guru, penelitian ini memberikan informasi mengenai
pentingkanya kemampuan Pedagogic Content Knowlage (PCK) guru
guna meningkatkan kegiatan pembelajaran yang kreatif dan efektif.
-
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Guru
a. Pengertian Guru
Dalam arti yang sederhana makna guru adalah seseorang
mentransfer/memberikan ilmu kepada orang lain. Dalam
pandangan lain guru dapat diartikan sebagai seseorang yang
melakukan tugas pendidikan dalam tempat-tempat tertentu yang
dilakukan tidak hanya dilingkungan pendidikan melainkan
dilingkungan sekitar seperti masjid, mushola, psantren, di rumah
dan di tempat-tempat lainnya.
Masyarakat memberikan kepercayaan anak-anaknya kepada
seorang guru, oleh karena itu seorang guru telah memiliki tanggung
jawab dan tugas yang harus diemban dalam lingkungan sekolah
maupun luar sekolah. Tugas dan tanggung jawab guru tidak hanya
secara kelompok (klasikal) namun secara individual diri guru
tersebut. Dimana seorang guru dituntut untuk memperhatikan
setiap tingkah laku-sopan santun dalam bertindak, memiliki
kerapihan dalam berpenampilan dalam lingkungan sekolah maupun
luar sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh Drs. NA. Ametembun,
bahwa guru adalah seseorang yang berwenang dan bertanggung
jawab dalam pendidikan peserta didiknya baik secara klasikal
maupun individual tidak hanya dilingkungan sekolah maupun luar
sekolah.1
Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol tempat suci
yang memiliki ilmu (Vidya) dan juga pembagi ilmu. Guru adalah
pemandu spiritual/kejiwaan murid-muridnya. Sementara itu dalam
1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif. (Jakarta: Adi
mahasatya, 2014), h. 26
-
10
agama Budha guru adalah orang yang memandu muridnya dalam
jalan menuju kebenaran. Dalam agama Sikh guru memiliki arti
yang sama dengan agama Hindu dan Budha namun guru dalam
agama Sikh memiliki posisi yang lebih penting karena inti dari
ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran sepuluh
Guru Sikh.2
Guru dalam proses pembelajaran adalah orang memberikan
pembelajaran, dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) guru
merupakan orag yang bekerja sebagai pengajar, guru adalah salah
satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang
ikut serta dalam pembentukan sumber daya manusia yang memiliki
potensial dalam bidang pembangunan.3
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun
2005 guru dan dosen “Guru merupakan pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, danpendidikan menengah jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah”.4
Menjadi guru yang Ikhlas berdasarkan tuntutan dari hati
nurani tidak semua orang dapat melakukannya, karena orang harus
merelakan sebagaian waktu dan kehidupannya untuk mengabdi
kepada negara dengan mendidik anak-anak bangsa untuk
membangun kejayaan dan kemakmuran negara dan menjadi
manusia yang memiliki akhlak karimah, cakap, bertanggung jawab,
dan demokratis. Beberapa persyaratan sebagai guru yang uswatun
hasanah adalah:5
2 Hamzah B Uno dan Nina Lamatenggo, , Tugas Guru dalam Pembelajaran: Aspek yang
Memengaruhi. (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2016), h. 1 3 Ibid,. h. 2
4 Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h.8
5 Opcit,. h, 27
-
11
1. Takwa kepada Alloh swt, sesuai dengan tujuan pendidikan
islam, pendidik/guru membantu peserta didik untuk menjadikan
dirinya sebagi manusia yang bertaqa kepada Alloh swt. Jika
peserta didik dituntut untuk bertaqwa kepada Alloh maka lebih
utama lagi gurunya yang akan mendidik haruslah bertqa kepada
Alloh swt. Keberhasilah seorang guru dapat dilihat dari sejauh
mana ia berhasil mendidik peserta didiknya menjadi generasi
yang baik dan mulia dan berakhlak karimah.
2. Berilmu, Ijazah bukan semata-mata secarik kertas tetapi suatu
bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan
dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu
jabatan. Lain halnya berilmu dalam kitab Ta‟lim Muta‟alim
berilmu dimaksudkan dengan seseorang yang memiliki cakupan
ilmu dan mampu menjaga dan mengamalkanya, mampu
menyampaikan ilmu pada peserta didik dengan lemah lembut.6
3. Sehat jasmani, kesehatan jasmani seringkali dijadikan syarat
bagi seseorang yang ingin melamar menjadi guru. Jika guru
memiliki penyakit yang menular, hal tersebut dapat
membahayakan kesehatan bagi peserta didiknya. Jika guru
dalam keadaan tidak sehat kemungkinan besar tidak mmiliki
gairah atau semangat untuk mengajar seperti kalimat yang kita
kenal “mens sana corpore sano” yang memiliki arti di dalam
tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
4. Berkelakuan baik, budi pakerti guru sangat penting bagi
pendidikan peserta didiknya. Gurua dalah tauladan bagi anak
didiknya seperti pepatah jawa mengatakan Guru “di Gugu lan
di tiRu” maksudnya seorang guru adalah panutan, orang yang
dihormati sekaligus contoh bagi anak-anak, dimana seorang
anak memiliki sifat peniru dalam dirinya.
6 Az-Zarnuji. Terjemah Ta’lim Muta’alim. Surabaya: Mutiara Ilmu
-
12
Menjadi seorang guru haruslah memahami pentingnya menjadi
guru yang benar-benar menjadi pendidik dan pengajar bagi setiap
peserta didiknya. Guru harus memiliki sifat-sifat yang mampu
membuat dirinya paham dan secara ikhlas menjadi guru yang
professional. Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru sebagai
berikut:7
1. Memiliki sifat zuhud, dan mengajar karena mencari ridho
alloh. Seorang guru yang mulia dan dimuliakan sayogyanya
melakukan tugas pengajaran karena mencari ridho alloh
tanpa menunggu balasan uang atau pangkat. Para guru
hendaknya mengusahakan biaya hidup dari membuat buku
dan menjualnya kepada siapa saja. Namun pada dasarnya
seorang guru adalah manusia biasa yang membutuhkan
biaya hidup bagi diri sendiri dan keluarganya. Sebab orang
alim sebagaimana zuhudnya, ia membutuhkan ekonomi dan
biaya hidup dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan
pendidikan anak-anaknya.
2. Guru harus suci dan bersih. Seorang guru hendaknya suci
badan dan anggota tubuhnya, menjaga diri dari perbuatan
dosa, suci jiwanya dengan membebaskan diri dari sifat
sombong, riya, permusuhan, dengki dan sifat-sifat tercela
lainnya.
3. Iklas dalam melaksanakan tugas. Iklas merupakan dasar
yang paling utama dalam menentukan kesuksesan guru
dalam mengajar peserta didik. Salah satu sikap ikhlas adalah
melaksanakan tugas sesuai dengan apa yang ia katakana dan
sesuaia antara perilaku dengan perkatannya yang diucapkan,
ia tidak merasa malu untuk mengatakan “aku tidak tahu”
apabila ia memang tidak mengetahuinya.
7 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi. Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam. (Tegalsari:
Titian Ilahi Press, 1964), h. 66-72
-
13
4. Bersikap murah hati. Seorang guru hendaknya bersikap Hilm
atau penyantun dan murah hati kepada murid-muridnya.
Mengendalikan dirinya dari amarah, bersikap lapang dada,
banyak bersabar.
5. Memiliki sikap tegas dan terhormat. Seorang guru dapat
lebih sempurna ia harus memiliki sikap tegas dan terhormat,
ia harus memilki sikap-sikap istimewa yang menjadikan
dirinya jauh dari tindak kejahatan, menghindar dari hal-hal
yang jelek.
6. Memiliki sikap kebapakkan sebelum menjadi guru.
Hendaknya seorang guru memberikan kasih sayang kepada
peserta didik layanya memberikan kasih sayang kepada
anak-anaknya. Dalam prinsip islam inilah pendidikan
modern sekarang ditegakkan, sehingga dapat dikatakan
bahwa seorang guru sayogyanya menyayangi dan mencintai
peserta didik lebih dari menyayangi dan mencintai anaknya
sendiri.
7. Memahami karakteristik peserta didik. Seorang guru di
tuntut untuk mengetahui kebiasaan dan karakteristik peserta
didiknya, mengetahui perasaan dan pikirannya untuk
membantu guru lebih mudah dalam menyampaikan materi.
Guru hendaknya tidak memberikan materi yang kongkret ke
yang abstrak sekaligus, atau yang dari sifat fisik ke metafisik
pada tingkat awal, jangan memberikan materi dari yang
mudah ke yang sulit dalam satu kali kesempatan namun
harus melalui tahap demi tahap dimulai dari tingkat awal
atau dasar.
8. Guru harus menguasai materi pelajaran. Hal yang paling
penting harus dimiliki guru adalah materi, dimana apabila
seorang guru tidak memahami dan menguasai materi maka
akan sulit dalam melakukan kegiatan pembelajaan. Maka
-
14
dari itu seorang guru dituntut untuk terus belajar agar
mampu menyamapaikan materi dengan aktif dan tidak
monoton.
b. Peran Guru dalam Pembelajaran
Peran guru dalam proses pembelajaran sanagat
mempengaruhi keberhasilan dan pemahaman peserta didik. Dalam
UU No. 20 Tahun 2003 dan UU No. 14 Tahun 2005 peran Guru
adalah sebagi pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih,
penilai, dan pengevaluasi pesrta didik.8
1) Guru sebagi pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan dan di
identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh
karena itu, guru harus memiliki standar kualifikasi pribadi
tertentu yang mencakup tanggung jawab, kewibawaan,
kemandirian, dan kedisiplinan.
2) Guru sebagai pengajar
Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang
untuk mendapatkan pelajaran yang belum pernah diketahuinya,
membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang
dipelajari. Guru sebagai pengajar harus mengikuti
perkembangan teknologi, sehingga materi dan pesan yang
disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal yang terus
diperbarui.
3) Guru sebagai pembimbing
Sebagi pembimbing guru harus merumuskan tujuan secara
jelas, menetapkan waktu pembelajaran, menentukan strategi
dan metode yang digunakan dalam pembelajaran, serta menilai
karakteristik peserta didik. semua hal yang dilakukan guru
harus dilakukan dengan kerja sama yang baik bersama peserta
didik. selain itu pemberian motivasi sangat berpengaruh dalam
8 Opcit,. h. 3
-
15
meningkatkan kualitas pembelajaran. karena peserta didik akan
belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi
yang tinggi, oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi
belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran.9
4) Guru sebagai pengarah
Sebagi pengarah guru harus mampu membantu peserta
didik dalam memecahkan masalah dalam mengambil keputusan
dan membantu peserta didik dalam menemukan jati diri
mereka. Selain itu guru juga dituntut untuk mengarahkan
peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki,
sehingga peserta didik memiliki karakter yang baik dan mampu
menjalankan kehidupan di masyarakat dengan mandiri.
5) Guru sebagi pelatih
Kompetensi intelektual dan motorik peserta didik dapat
dikembangkan dengan bantuan pelatihan dari guru mereka.
Kompetensi yang dikembangkan tidak hanya komptensi dasar
dan materi standar, pelatihan juga harus memerhatikan
perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya.
6) Guru sebagi penilai
Penilaian memiliki proses yang kompleks dimana guru
dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang memadai. Guru harus memahami teknik evaluasi, baik tes
maupun nontes, serta cara menentukan baik atau tidaknya
ditinjau dari berbagai segi, validitas, reabilitas, daya beda dan
tingkat kesukaran nol.
9 E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung Rosdakarya,
2012),h.53
-
16
2. Kompetensi Pedagogic Content Knowlage (PCK)
a. Pengertian kompetensi Guru
Kompetensi merupakan kemampuan seseorang dalam
masalah berfikir, persepsi dan belajar. Hal tersebut berkaitan
dengan teori medan yang dirintis oleh Kurt Lewn, yang
berlandaskan pada teori Psikologi gestalt yang dipelopori oleh Max
Wertaimer, Kohler dan Kofka yang merupakan pakar Psikologi
dari Jerman. Teori Kurt Lewin mengindikasikan bahwa kompetensi
seseorang turut dibentuk oleh faktor pengetahuan yang
diperolehnya melalui informasi. Dari informasi tersebut maka akan
menambah pengetahuannya yang pada akhirnya akan membentuk
kopetensi.10
Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang
hakikat perilaku guru yang penuh arti, perilaku rasional untuk
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.11
Kompetensi guru diperlukan dalam rangka
mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidikan,
bukan sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan mengajar
tertentu, tetapi merupakan gabungan dan aplikasi suatau
keterampilan dan pengetahuan yang saling beririsan dalam bentuk
perilaku nyata.
Dengan kata lain seorang guru harus memiliki kemampuan
yang menjadikanya guru profesional yang melipiti kemampuan
pemahaman, pengetahuan, penialaian dan administrasi, sikap dan
minat.
Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa: “kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
10
Hamzah B Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran: Aspek yang
Memengaruhi. (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2016), h. 10-11 11
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung Rosdakarya, 2012), h.
25
-
17
harus dimiliki dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.” Dari hal tersebut dapat
diketahui bahwa perbedaan guru dan profesi lain pada intinya
terletak pada tugas dan tanggung jawab. Tugas dan tanggung jawab
erat kaitanya dengan apa yang disyaratkan dalam profesi tersebut.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan,dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru atau dosen yang merupakan perpaduan
pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur terkait
dengan eksplorasi, investigasi, menganalisis, memikirkan, serta
memberikan perhatian dan memberikan persepsi yang
mengarahkan seseorang.
b. Macam-macam Kompetensi guru
Permendiknas No 16 Tahun 2016 tentang Standar Kualifikasi
dan Kompetensi Guru meliputi kompetensi Pedagogic, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
Keempat kompetensi tersebut kemudian dijabarkan dalam pasal 28
ayat 23.
1) Kompetensi Pedagogic
Dalam Standar nasional Pendidikan pasal 28 ayat 23 butir a
menjelaskan bahwa kompetensi Pedagogic adalah kemampuan
mengelola peseta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. 12
Ketika peran orang tua digantikan oleh peran guru di
sekolah maka tuntutan kemampuan pedagogis juga beralih
kepada guru, dimana guru tidak hanya sebagai pengajar yang
mentrasfer ilmu, pengetahuan dan keterampilan bagi peserta
didik melainkan sebagai pendidik dan pembimbing untuk
12
Ibid,. h. 75
-
18
mengembangkan segala potensi akademis dan non
akademisnya yang menjadikan peserta didik dapat hidup
dengan kreatiif dan mandiri.13
2) Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasinal Pendidikan, penjelasan pasal 28
ayat 3 butir b, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik dan berakhlak mulia.14
Standar kompetensi ini mencakup 5 kompetensi utama
yaitu: bertindak sesuai dengan norma agama, sosial, hukum dan
kebudayaan Indonesia; menampilkan diri sebagai pribadi yang
jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan
masyarakat; menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,
stabil, arif dan dewasa; menunjukan etos kerja, tanggung
jawab, rasa bangga jadi guru, dan rasa percaya diri; menjunjung
kode etik profesi guru.15
3) Kompetensi Profesional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28
ayat 3 butir c, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.16
4) Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28
ayat 3 butir d, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial
adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
13
Marselus R.Payong, Sertifikasi Profesi Guru, (Jakarta: PT Indeks, 2011) h. 29 14
E Mulyasa., Op cit., h. 177 15
Marselus R Payong., Op cit., h 51 16
E Mulyasa., Op cit., h. 135
-
19
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.17
Darimasing-masing kompetensi memiliki subkompetensi
dan indikator esensial sebagaimana dalam tabel berikut:18
No Kompetensi Subkompetensi Indikator
1. Kompetensi
kepribadian
1. Kepribadian yang
mantap dan stabil
1.1 bertindak sesuai
dengan norma
hukum dan
norma sosial
1.2 bangga sebagai
guru
1.3 memiliki
konsistensi dalam
bertindak sesuai
norma
2. kepribadian yang
dewasa
2.1 menampilka
kemandirian
dalam bertindak
sebagai pendidik
2.2 memiliki etos
kerja sebagai
guru
3. kepribadian yang
arif
3.1 menampilakn
tindakan yang
didasarkan pada
kemanfaatan
peserta didik,
17
Ibid., h. 173 18
Sholeh Hidayat, Pengembangan Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017), h., 14-17
-
20
sekolah dan
masyarakat
3.2 menunjukan
keterbukaan
dalam berpikir
dan bertindak
4. Kepribadian yang
berwibawa
4.1 memiliki perilaku
yang
berpengaruh
positif dan di
segani
5. Akhlak mulia dan
menajadi teladan
5.1 bertindak sesuai
norma religius
(iman dan taqwa,
jujur, ikhlas, suka
menolong)
5.2 memiliki perilaku
yang diteladani
peserta didik
2. Kompetensi
pedagoic
1. Memahami peserta
didik secara
mendalam
1.1 memahami peserta
didik dengan
memahami prinsip
kepribadian
1.2 mengidentifikasi
bekal awal ajar
peserta didik
2. Merancang
pembelajara dan
memahai landasan
pendidikan untuk
2.1 memahami
landasan
kependidikan
2.2 menerapkan teori
-
21
kepentingan
pembelajaran
belajar dan
pembelajran
2.3 menentukan
strategi
pemelajaran
berdasarkan
karakteristik
peserta didik,
kompetensi yang
akan dicapai dan
materi ajar.
2.4 Menyusun
racangan
pembelajaran
berdasarkan
strategi yang
dipilih
3. Melaksanakan
pemelajaran
3.1 menata latar
pembelajaran
3.2 melaksanakan
pembelajaran yang
kondusif
4. merancag dan
melaksanakan
evaluasi
pembelajaran
4.1 merencanakan dan
melaksanakan
evaluasi proses
dan hasil belajar
untuk menentukan
ketuntasan belajar.
4.2 Memanfaatan hasil
penilaian
-
22
pembelajara utuk
perbaikan kualitas
progra secara
umum
5. Mengembangkan
peserta didik untuk
mengaktualisasikan
berbagai
potensinya
5.1 mefasilitasi peserta
didik untuk
mengemangkan
berbagai potensi
akademik dan non
akademik
3. Kompetensi
profesional
1. Menguasai
subtansi keilmuan
yang terkait dengan
mata pelajaran
1.1 memahami materi
ajar ayang ada di
kurikulum sekolah
1.2 memahami struktr,
komsep dan
metode keilmuan
yang menaungi
atau koheren
dengan materi ajar
1.3 memahami
hbungan konsep
antar mata
pelajaran terkait
1.4 menerapkan
konsep keilmuan
dalam kehidupan
sehari-hari
2. menguasai struktur
dan metode
keilmuan
2.1 menguasai
langkah-langkah
penelitian
-
23
2.2 menguasia
langkah-langkah
kajian kritis untuk
memperdalam ilmu
pengetahuan/materi
mata pelajaran
4. Kompetensi
sosial
1. Mampu
berkomunikasi dan
bergaul secara
efektif dengan
peserta didik,
pendidik, tenaga
pendidik.
1.1 Berkomukasi
secara efektif
dengan peserta
didik
1.2 berkomunikasi dan
bergaul dengan
sesama pendidik,
tenaga pendidik.
1.3 Berkomunikasi dan
bergaul dengan
orang tua/wali
peserta didik dan
masyarakat sekitar.
c. Kompetensi PCK
Kompetensi PCK (Pedagogic Content Knowlage) pertama kali
dicetuskan oleh Lee Shulman menyatakan bahwa PCK merupakan
gabungan/irisan khusus antara isi materi dengan Pedagogic. Irisan khusus
disini dimaksudkan pada aspek inti materi yang mana berhubungan erat
dengan bagaiman cara mengajarkan isi materi tertentu tersebut agar mudah
diajarkan dan mudah dipahami oleh peserta didik.19
Menurut Shulman Pedagogical Knowledge (PK) berkaitan dengan cara
dan proses mengajar yang meliputi pengetahuan tentang manajemen kelas,
19
Endang Purwaningsih, Potret Representasi Pedagogical Content Knowledge (PCK)
Guru dalam Mengajarkan Materi Getaran dan Gelombang pada Peserta didik Smp, Indonesian
Journal of Applied PhysicsI, Vol.5 No.1, 2015, h. 11
-
24
tugas, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. PK disebut juga sebagai
kompetensi pedagogis yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
yang terdiri dari pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan,
implementasi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.20
Setelah mengetahui
Pedagogical Knowledge (PK) dapat kita pahami mengenai Content
Knowledge (CK) yaitu pengetahuan tentang konsep, teori, kerangka kerja,
gagasan, pengetahuan tentang pembuktian serta praktik-praktik dan
pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan tersebut.21
PCK adalah pengetahuan tentang apa, kapan, mengapa dan bagaimana
mengajar dengan menggunakan pengetahuan yang baik tentang praktik dan
pengalaman mengajar. Kejelasan mengenai PCK dapat dilihat dalam gambar.
Gambar 2.1
Pedagogical knowledge (PK), is the knowledge about teaching and learning process and its application such as students‟ learning
process, classroom management, developing lesson plan, applying
and evaluating.
Technological knowledge (TK), is the knowledge of using information technology, hardware, software and tools.
Pedagogical content knowledge (PCK), is the Pedagogical knowledge applied to teach specific content as similar to Shulman‟s study.
20
Putri Agustina, Pengembangan Pck (Pedagogical Content Knowledge) Mahapeserta
didik Calon Guru Biologi Fkip Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui Simulasi
Pembelajaran, Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA, Vol. 1, No. 1, 2015, h. 7 21
Ibid.
-
25
Technological Pedagogical knowledge (TPK), is the knowledge of using Pedagogical design and strategies appropriate to technological
devices used in other words when a specific technology is used
knowing of how teaching and learning will change.
Technological content knowledge (TCK), is the knowledge of how technology is used in developing course content, visualising the
content or conducting related studies and knowledge of what the
specific technologies are related to the field.22
Oleh karena itu seorang guru belum cukup dengan hanya menguasai
konten materinya saja, namun seorang guru harus tahu bagaimana cara
mengajarkanya kepada peserta didik agar ilmunya dapat diserap dan
diamalkan sebagai bekal manusia yang hidup dengan mandiri, cakap dan
kreatif. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasioanal yang
tertera dalam UU No.20 Tahun 2003:
Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Oleh karena itu diperlukanya kemampuan seorang guru yang
mempunyai pengetahuan peserta didiknya, kurikulum, strategi
intruksional, dan penilaian sehingga dapat melakukan transformasi ilmu
pengetahuan yang dimiliki kepada peserta didik yaitu dengan kompetensi
(PCK) Pedagogic Content Knowledge. PCK mengacu pada kemampuan
guru untuk mengubah isi materi ke dalam bentuk yang secara Pedagogic
sangat ampuh dan adaptif untuk berbagai kemampuan dan latar belakang
peserta didik. PCK adalah gagasan akademik untuk menyajikan ide yang
membangkitkan minat, yang berkembang terus menerus dan melalui
pengalaman bagaimana mengajarkan isi materi tertentu dengan cara
khusus agar pemahaman peserta didik tercapai.23
22
Bilge Can, Secil Erokten dan Asiye Bahtiyar, An Investigation of Pre-Service Science
Teachers‟ Technological Pedagogical Content Knowledge, European Journal of Educational
Research, vol 6., h. 52 23
Endang Purwaningsih, op. cit.
-
26
PCK merupakan ide yang berakar dari keyakinan bahwa mengajar
memerlukan lebih dari sekedar pemberian pengetahuan muatan subjek
kepada peserta didik dan peserta didik belajar tidak sekedar hanya
menyerap informasi tapi lebih dari penerapannya.24
Walaupun demikian,
PCK bukan bentuk tunggal yang sama untuk semua guru yang mengajar
area subjek yang sama, melainkan keahlian khusus dengan keistimewaan
individu yang berlainan dan dipengaruhi oleh konteks/suasana mengajar,
isi dan pengalaman. PCK bisa sama untuk beberapa guru dan berbeda
untuk guru lainnya, tetapi paling tidak merupakan titik temu pengetahuan
professional guru dan keahlian guru.
Dari beberapa uraian diatas kompetensi PCK guru dapat berarti
sintesis dari semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengajar dan
belajar topik tertentu yang dinyatakan oleh Grossman dan Nilsson. Duschl,
Schweingruber, dan Shouse menghubungkan PCK guru dengan
pembelajaran peserta didik dalam sains, oleh karena itu, PCK merupakan
bagian penting dari basis pengetahuan seorang guru. Gess-Newsome
menyatakan komponen-komponen yang terdapat dalam PCK: strategi
pengajaran dan kolaborasi; pengetahuan tentang minat peserta didik,
motivasi, dan pembelajaran. pengetahuan dan keterampilan konseptual dan
prosedural; pengetahuan tentang pemikiran peserta didik, kesalah
pahaman, dan tuntutan kognitif dan afektif dari tugas dan kegiatan;
pengetahuan tentang sumber daya yang tersedia untuk mendukung
pengajaran dan pembelajaran; kurikulum pengetahuan dan tujuan untuk
belajar peserta didik.25
a. Komponen-komponen PCK
Sebagai pencetus PCK, Shulman menjabarkan PCK dalam tujuh
komponen yaitu: pengetahuan tentang sains, pengetahuan tentang tujuan,
24
Maryati dan Eko Widodo, Analisis Pedagogic Content Knowledge (Pck) Terhadap
Buku Pegangan Guru Ipa Smp/Mts Kelas Vii Pada Implementasi Kurikulum 2013, Artikel Ilmiah,
h. 3-4 25
Pavinee Sothayapetch at, al. Primary school teachers‟ interviews regarding Pedagogical
Content Knowledge (PCK) and General Pedagogical Knowledge (GPK). European Journal of
Science and Mathematics Education. 1, 2013.
-
27
pengetahuan tentang peserta didik, pengetahuan tentang organisasi
kurikulum, pengetahuan tentang pembelajaran, pengetahuan tentang
penilaian dan pengetahuan tentang sumber belajar. Melihat model yang
dikeluarkan oleh Shulman, Magnusson Krajik dan Barco menetapkan lima
komponen PCK yaitu: orientasi pada pengajaran sains (bertindak sebagai
peta konseptual, keyakinan guru tentang tujuan mengajarkan konsep
tersebut pada peserta didik), pengetahuan kurikulum (pengetahuan guru
tentang kurikulum yang digunakan), pengetahuan pemahaman peserta didik
(pemahaman guru terhadap kondisi peserta didiknya: kesulitan, gaya
belajar), pengetahuan strategi instruksional (strategi, pendekatan) dan
pengetahuan tentang penilaian.26
Penjelasan mengenai komponen–
komponen PCK menurut Magnusson dkk sebagai berikut:27
a) Orientasi pada pengajaran
Dimana seorang guru harus memiliki keyakinan tentang maksud
dan tujuan suatu pembelajaran pada level kelas tertentu. Orientasi
seorang guru dimana dia sebagai peta konsep dalam menentukan
tujuan pembelajaran, implementasi metari yang berkaiatan dengan
kurikulum, dan evaluasi belajar peserta didik. Orientasi pengajaran
di Indonesia saat ini yaitu berpusat pada pencapaian kompetensi
peserta didik baik kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam
kurikulum yang sedang berlaku yaitu kurikulum 2013. Dalam
menentukan materi pembelajaran dapat diperhatikan beberapa hal
berikut ini:
i. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam
pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan
kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan
merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan
memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
26
Endang Purwaningsih, Op cit., 27
Maryati, Op cit,.
-
28
ii. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan
peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting
untuk dipelajari.
iii. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat
akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu
memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang
akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih
lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan
kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari.
iv. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik
dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan
materi dan kondisi setempat.
v. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat
dan dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih
lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan
dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
b) Pengetahuan tentang pengembangan kurikulum
Pengetahuan ini dimaksudkan bagi setiap guru untuk
mengetahui dan memahami tentang tujuan dan sasaran belajar
peserta didik, ruang lingkup serta urutan konsep-konsep ilmiah
yang akan diajarkan. Kurikulum yang harus dipahami oleh guru
memiliki dua kategori yaitu tujuan dari kurikulum itu sendiri dan
tujuan dari setiap topik/materi pembelajaran serta program-
program kurikuler tertentu, sumber dan materi pembelajaran.
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas
mata pelajaran atau tema pelajaran SK,KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
-
29
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.28
Terkait dengan
pengembangan kurikulum guru harus mampu menyusun silabus
sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP
sesuai dengan tujuan dan lingkungan pelajaran. Guru mampu
memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Pengembangan kurikulum
tersebut dilakukan untuk menjadikan peserta didik lebih aktif KBM
dan untuk mengembangkan bakat dan kuantitas yang dimiliki
peserta didik. dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa
komponen-komponen sebagai berikut:29
i. Tujuan dimana dalam suatu kurikulum memiliki tujuan
pendidikan yang akan dicapai seperti tujuan pendidikan yang
dapat dilihat dalam permendiknas no 22 tahun 2007
dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan
penidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu pada
tujuan umum pendidikan yaitu, tujuan pendidikan dasar adalah
meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
ii. Materi pembelajaran, dalam menentukan materi pembelajaran
atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan
yang dikembangkan. Seperrti yangtelah dikemukakan bahwa
kurikulum yang didasari filsafat klasik (prenialisme,
esensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi
pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini materi
disusun secara logis dan sistematis dalam bentuk teori, konsep,
generalisasi, prinsip, prosedur,fakta, istilah, contoh, definisi dan
preposisi.
28
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) h. 38
29 Omar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) h. 53
-
30
iii. Strategi pembelajaran, banyak hal yang digunakan untuk
membeuat strategi pembelajaran dan dalam setiap strategi
pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kelebihannya.
Terkait dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam hal
ini mulai muncul konsep pembelajaran dengan istilah PAKEM
yang merupakan dari akronim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan.
iv. Evaluasi kurikulum, evalusi kurikulum dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat ketercapaian tujua-tujuan pendidikan yang
diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Evaluasi
kuirikulum memegang peranan penting, baik dalam
menentukan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun
untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri.
Hasil-hasil kurikulum dapat digunakan untuk mengembangkan
model-model dan sistem kurikulum yang digunakan.
c) Pengetahuan mengenai pemahaman peserta didik
Seorang guru yang bijak dimana dia yang mengetahui dan
memahami setiap karakteristik yang dimiliki oleh peserta didiknya.
Seorang harus mengetahui mengenai kebutuhan yang diperlukan
oleh peserta didik terhadap materi-materi yang akan diajarkan dan
potensi kesulitan belajar yang mungkin dialami peserta didik serta
memahami kesalahpahaman dalam penyampaian dan penerimaan
konsep-konsep materi tertentu.
Tedapat empat komponen yang sedikitnya guru harus pahami
yaitu; tingkat kecerdasan, tingkat kreatifitas, kondisi fisik, dan
perkembangan kognitif.30
i. Tingkat kecerdasan
Till mengklasifikasikan tingkat kecerdasan dalam beberapa
golongan. Golongan terendah adalah golongan yang memiliki
IQ 0 – 50. Golongan 0 – 20 adalah golongan dimana tidak
30
E Mulyasa, Op.Cit.
-
31
dapat dididik atau dilatih. Mereka yang memiliki IQ 25 -50
adalah golongan yang dapat dididik dalam hal kegiatan rutin
yang sederhana yang berbentuk jasmani. Kedua golongan ini
oleh para psikolog sering disebut dengan idiot atau imbicile.
Golongan IQ 50 – 70 adalah golongan yang dikenal dengan
nama moron, yaitu keterbatasan atau keterlambatan mental.
Sedang golongan IQ 70 – 90 disebut sebagai anak lambat atau
sebutan sedikit kasarnya adalah “bodoh”. Golongan IQ 90 –
110 adalah golongan menengah yang mana mereka dapat
belajar dengan normal. Golongan IQ antara 110-130 adalah
golongan yang sering disebut superior yaitu diatas rata-rata.
Dan golongan yang tinggi adalah IQ 140 keatas yang sering
disebut dengan genius, yang mampu belajar lebih cepat dari
yang lainnya.
ii. Kreativita
Kreativitas merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari
dan berlangsung sepanjang hayat untuk meningkatkan
kapasitas pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati dan
hubungan sosial.
iii. Kondisi fisik
Kondisi fisik yang dimaksud adalah yang berhubungan
dengan penglihatan, kemampuan bicara, pendengaran,
cacat/lumpuh, kerusakan otak. Pada saat ini kondisi tersebut
dinamakan dengan sebutan disabilitas.
iv. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif
Pemikiran mengenai pertumbuhan dan perkembangan
kognitif di jelaskan secara menyeluruh oleh Jean Piaget berupa
teori terinci perkembangan intelectual dari lahir hingga dewasa.
Perkebangan mental yang dikembangkan oleh Piaget yaitu;
periode sensormotorik ( usia 0 – 2 tahun) yaitu dimana bayi
lahir dengan berbagai macam refleks bawaan yang mendorong
-
32
mengeksplorasi dunianya. Tahapan praoprasipnal (2 – 7 tahun)
yaitu usia dimana pemikiran masih bersifat egosentris dan sulit
untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Tahapan
oprasional konkret (7 – 11 tahun) usia dimana mampu
mengenal simbol-simbol dan mampu membuat keputusan
timbal balik sertalebih mudah memahami dengan barang nyata
(tida dinalar). Tahap oprasional formal (11 tahun – dewasa)
dimana usia yang mampu berfikir secara abstrak, menalar
secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang ada.
d) Pengetahuan tentang strategi intruksional
Strategi pembelajaran yang secara umum adalah metode yang
digunakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Banyak strategi yang dapat digunakan
dalam pembelajaran melaluli siklus-siklus pembelajaran. Strategi
tersebut dapat memuat konsep mengenai materi yang akan
disampaikan dengan melibatkan peserta didik untuk melakukan
insvestigasi, eksperimen, demonstrasi, simulasi, pemecahan
masalah atau contoh.
e) Pengetahuan tentang penilaian
Pengetahuan penilaian dapat meliputi pengetahuan tentang
dimensi pembelajaran dalam suatu materi yang akan dinilai,
pengetahuan mengenai strategi penilaian dan metode belajar
peserta didik yang dapat dinilai, metode penilaia yang efektif
termasuk penilaian informal, fomatif, dan suatif yang dilaksanakan
untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap konsep-
konsep dan cara memecahkan masalah pada materi suatu mata
pelajaran. Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui
perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik
yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan
-
33
dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi serta
penilaian program.31
a) Penilaian kelas
nilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan
umum, dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai
proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi
tertentu. Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester.
Ujian akhir dilakukan pada akhir program pemdidikan.
b) Tes kemampuan dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang di perlukan
dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program
remedi).
c) Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran di
selenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran
secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar
peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan
sertifikasi kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan dalam
surat tanda tamat belajar tidak semata-mata didasarkan atas
hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah.
d) Penilaian program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional dan Dinas Pendidikan secara berkesinambungan.
Penilaian dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum
dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta keseuaian
tuntutan perkembangan masyarakat dan kemajuan zaman.
31 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosdakarya, 2012),
h. 108-111
-
34
5. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
a. Pengertian pembelajaran
Pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu proses antara peserta
didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan sumber belajar, dan
antara peserta didik dengan pendidik. Pembelajaran merupakan suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi untuk
mencapai tujuan pembelajaran.32
Pembelajaran dapat pula didefinisikan sebagai suatu sistem atau
proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau
didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek
didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien.33
Pembelajaran juga memiliki makna sebagai upaya untuk
membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbaga upaya dan
berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang
telah direncanakan. Pembelajaran dapat juga dipandang sebagai kegiatan
guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat peserta
didik belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar.34
b. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sering dipahamai sebagai pembelajaran yang
berbasis tema dengan beberapa subtema dan pembelajaran dimana dalam
suatu tema berisi pembelajaran-pembelajaran yang memuat beberapa mata
pelajaran yang integratif.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang
menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
32
Abdul Majid, Pebellajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2017), h., 15 33
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2010) h. 3 34
Abdul Majid, Op cit., h. 140
-
35
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran terpadu dimana suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individu
maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-
prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.35
Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang ada di
pendidikan sekolah dasar yang mana memiliki beberapa karakteristik
menurut TIM pengembang PGSD sebagai berikut:
1) Holistik, dimana suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang berkotak-kotak.
2) Bermakna, pengkajian dari fenomena berbagai aspek, memungkinkan
terbentuknya semacam jalinan antara skemata yang dimiliki oleh
peserta didik, yang pada gilirannya nanti akan memberikan dampak
kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
3) Outentik, dimaksudkan bahwa pembelajaran tematik memungkinkan
peserta didik memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin
dipelajari.
4) Aktif, pembelajaran tematik didasarkan pada pendekatan Inquiry
Discovery dimana peserta didik teribat secara aktif dalam proses
pembelajaran, melalui perencanaan, pelaksanaan, hingga proses
evaluasi.
c. Pelaksanaan Pembelajaran tematik
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik dapat dikatakan sebuah
proses sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor
yang terjadi dalam diri peserta didik. Perubahan tersebut bersifat positif
dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan
sebelumnya. Tahap-tahap dalam Proses Belajar menurut Jarome S. Bruner
karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di
dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-
35
Ibid., h. 80
-
36
perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan
yang lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Bruner,
salah seorang penentang teori S R Bond yang terbilang vokal, dalam proses
belajar peserta didik menempuh tiga tahap, yaitu:36
1) Tahap informasi (tahap penerima materi)
2) Tahap transformasi (tahap pengubah materi)
3) Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)
Secara prosedural langkah-langkah kegiatan yang ditempuh
diterapkan kedalam tiga langkah sebagai berikut:37
1) Kegiatan awal/pembukaan
Kegiatan dari tujuan pembukaan ini yaitu yang pertama untuk
menarik perhatian peserta didik yang dapat dilakukan dengan
meyakinkan peserta didik bahwa materi atau pengalaman yang akan
dipelajari akan berguna bagi peserta didik sekaligus melakukan
interaksi yang menyenangkan. Kedua menumbuhkan motivasi belajar
peserta didik yang dapat dilakukan dengan cara mengajak peserta didik
untuk mempelajari suatu kasus yang sedang hangat dibicarakan.
Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran
yang akan dilakukan yang dapat dilakukan dengan cara seperti
mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus
dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan.
2) Kegiatan inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi
pencar informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagiprakarsa,
kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologi pesera didik. hal ini sama halnya dengan strategi
pembelajaran tematik yaitu strategi saintifik dimana didalamnya dapat
36
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013) h. 109 37
Abdul majid , Op cit., h. 129-130
-
37
menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Dalam strategi saintifik meliputi langkah-langkah kemampuan sebagai
berikut:38
a) Mengamati
Mengamati yaitu menyajikan media objek secara nyata, peserta
didik senang dan tertantang, memunculkan rasa ingin tahu. Dalam
kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui
kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru
memfasilitasi peserta didik untuk memperhatikan (melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau
objek.
b) Menanya
Guru yang kretif dapat menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan
pengetahua. Setelah kegiatan pengamatan guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa
yang sudah dilihat, disimak, dibaca, atau dilihat. Guru perlu
membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai
kepada abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun
hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual
sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotek.
Fungsi dari bertanya adalah membangkitkan rasa ingin tahu,
minat dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik
pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk
aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk
dirinya sendiri.
38
Yanti Herlianti, Pembellajaran Tematik, (Jakarta: UIN PESS, 2013), h. 95-118.
-
38
c) Menalar
Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas
fakta-fakta kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. aktifitas menalar
dalam pembelajaran kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah
banyak merujuk pada teori pembelajaran asosiatif, yaitu
pembelajaran yang merujuk pada kemampuan mengelompokan ide
dan mengasosiasikannya beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori.
d) Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta
didik harus mencoba atau melakukan percobaan terutama untuk
materi atau substansi yang sesuai. Pada materi IPA yang terkait
dengan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau
mencoba dilakukan melalui tiga tahap yaitu persiapan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut.
e) Mengkomunikasikan
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa
yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan
di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik
atau kelompok peserta didik tersebut.
3) Kegiatan penutup
Kegiatan penutup dapat diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pembelajaran dengan meksud
untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah
dipelajari peserta didik serta keterkaitannya dengan pengalaman
sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik serta
keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.
-
39
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling, dan atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik,
dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
B. Hasil Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan
penulis, diantaranya sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Endang Purwaningsih jurusan
Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Malang 2015 dalam artikelnya
yang berjudul Potret Representasi Pedagogical Content Knowledge
(PCK) Guru dalam Mengajarkan Materi Getaran dan Gelombang
pada Peserta didik SMP.39
Penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif yang mana hasil dari penelitian ini menunjukkan:1)
ide/konsep dasar yang diinginkan guru untuk dipelajari peserta didik
belum mewakili konsep dasar yang dibutuhkan untuk memahami
konsep tersebut, 2) pengetahuan guru tentang materi tersebut kurang
komprehensif, 3) pengalaman belajar dan metode yang diberikan pada
peserta didik kurang bervariasi. Persamaan penelitian Endang
Purwaningsih dengan peneliti terletak pada pembahasan kompetensi
PCK guru, sedangkan perbedaanya terletak pada proses pembelajaran
yang mana pada penelitian Endang Purwaningsih menekankan pada
pembelajaran materi getara dan gelombang peserta didik SMP
sedangkan penelitian yang saya lakukan mengacu pada pembelajaan
tematik di MI.
39 Endang Purwaningsih, “Pengembangan Pck (Pedagogical Content Knowledge)
Mahapeserta didik Calon Guru Biologi Fkip Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui
Simulasi Pembelajaran”, Skripsi Pada Universitas Negri Malang, Malang, 2015.
-
40
2. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Agustina jurusan pendidikan
Biologi Universitas mhamadiyyah Surakarta 2015 dalam artikelnya
yang berjudul Pengembangan Pck (Pedagogical Content Knowledge)
Mahapeserta didik Calon Guru Biologi Fkip Universitas
Muhammadiyah Surakarta Melalui Simulasi Pembelajaran.40
Metode penelitian yang digunakan adalaha penelitian tindakan, hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa skor PCK mahapeserta didik
mengalami peningkatan sebelum dan sesudah simulasi pembelajaran.
Hasil analisis gain score menunjukkan nilai gain ternormalisasi rata-
rata sebesar 0.38 (medium) sehingga dapat dikatakan bahwa simulasi
pembelajaran cukup efektif untuk mengembangkan PCK mahapeserta
didik. Persamaan penelitian Putri Agstina dengan peneliti adalah
mengenai kompetensi Pedagogic Content Knowladgei (PCK).
Sedangka perbedaannya terletak pada objek yang diteliti, dimana
penelitian Putri Agustina meneliti mahapeserta didik calon guru
biologi sedangkan penelitian saya lebih kepada guru yang memiliki
pengalaman maupun baru memulai pengajaran
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nabilah Ilmidini Jurusan PGMI UIN
Syarif Hidayatulloh Jakarta dalam skripsinya yang berjdul Analisis
Kompetensi Pedagogic Guru Kelas dalam Pembelajaran Temarik di
MIN 1 Kota Tangerang Selatan.41
Metode penelitian yang digunakan
adalah kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
kesimpulan bahwa berdasarkan observasi dan wawancara hasil
perhitungan total nilai kompetensi Pedagogic guru kelas dalam
pembelajaran tematik sebesar 69,789. Pada pelaksanaaan pembelajaran
terdapat beberapa hambatan yang membuat kompetensi Pedagogic
guru kelas dalam kegiatan pembelajaran menjadi tidak maksimal,
40 Putri Agustina, “Pengembangan Pck (Pedagogical Content Knowledge) Mahapeserta
didik Calon Guru Biologi Fkip Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui Simulasi
Pembelajaran”, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. 2015,.
41
Nabila Ilmidini,” Analisis Kompetensi Pedagogic Guru Kelas Dalam Pembelajaran
Tematik Di Min 1 Kota Tangerang Selatan”, Skripsi pada UIN Syarif hidayatulloh Jakarta, Jakarta,
2017, tidak dipublikasikan.
-
41
antara lain kurangnya inovasi guru dalam menggunakan strategi
pembelajaran, kurang maksimalnya penggunaan media pembelajaran
pada proses pelaksanaan pembelajaran, dalam melaksanakan proses
penilaian kurikulum 2013, guru kurang mempersiapkan dan
menggunakan instrumen penilaian sebelum kegiatan pembelajaran,
ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, dan sesudah kegiatan
pembelajaran dan sebagainya. Dengan demikian, kompetensi
Pedagogic guru kelas dalam pembelajaran tematik di MIN 1 Kota
Tangerang Selatan masuk ke dalam kategori kurang. Persamaan
penelitian Nabilah Ilmidini dengan penelitian saya terletak pada
analisis kompetensi guru dalam Pembelajaran tematik, sedangkan
perbedaanya pada kompetensi yang diteliti. Penelitian Nabilah Ilmidini
pada kompetensi Pedagogic sedangkan peelitian saya pada kompetensi
Pedagogic Content Knowladge (PCK).
Dari keempat hasil penelitian diatas, menunjukan bahwa adanya
keterkaitan yang relevan dengan penelitian peneliti yang berjudul Analisi
Kompetensi PCK (Pedagogic Conten Knowlage) Guru Dalam
Pembelajaran Tematik Di Mi Pembangunan Uin Syarif Hidayatulloh
Jakarta. Penelitian saya penting untuk diteliti karena untuk melihat
pengaplikasian kompetensi PCK yang dimiliki guru yang dipelajari pada
saat di bangku kuliah dan pelatihan pada pembelajaran tematik yang
sebagian besar di sekolah-sekolah tangerang selatan sudah menerapkan
pembelajaran tematik.
-
42
C. Kerangka
top related