kompetensi pedagogic conten knowladge (pck) guru...

112
KOMPETENSI PEDAGOGIC CONTEN KNOWLADGE (PCK) GURU DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI MI PEMBANGUNAN UIN JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Nur Fitriani 11150183000004 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 08-Jan-2020

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KOMPETENSI PEDAGOGIC CONTEN KNOWLADGE (PCK) GURU

    DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI MI PEMBANGUNAN UIN

    JAKARTA

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai salah satu syarat

    mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh:

    Nur Fitriani

    11150183000004

    JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2019

  • ABSTRAK

    Nur Fitriani (11150183000004) Analisis Kompetensi Pedagogic Content

    Knowladge (PCK) Guru dalam Pembelajaran Tematik di MI Pembangunan

    UIN Jakarta.

    Penelitian yang dilakukan di MI Pembangunan UIN jakarta ini memiliki tujuan

    untuk mengetahui dan mendiskripsikan kompetensi Pedagogic Content

    Cnowladge guru dalam pembelajaran tematik baik guru tingkat rendah dan guru

    tingkat atas yaitu kelas I-A, II-B, II-F, II-G, dan IV-C tahun ajaran 2018/2019.

    Penelitian ini sudah dilakukan pada bulan Mei-Juni 2019 di MI Pembangunan

    UIN Jakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam pnelitian ini adalah metode

    Kalitatif Deskriptif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa

    dokumentasi, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian yang diperoleh dapat

    disimpulkan bahwa guru tematik mampu memenuhi kompetensi PCK

    sebagaimana yang dikemukakan oleh Sulman dengan komponen pengetahuan

    peserta didik, pengetahuan orientasi pada materi, pengetahuan pengembangan

    kurikulum, pengetahuan strategi, dan pengetahuan tentang penilaian dan evaluasi.

    Hanya saja ada beberapa guru yang masih merasa kesulitan dalam memahami

    konsep materi diluar kemampuan bidang guru tersebut. Penggunaan strategi dan

    pemahaman mengenai kurikulum 2013 sudah sangat baik, guru mampu membuat

    instrumen penilaian yang sesuai dengan kurikulum 2013. Dengan demikian

    kompetensi Pedagogic Content Cnowladge dala pembeajaran tematik di MI

    Pembangnan dari hasil observasi mencapai nilai rata-rata 87,5 dengan kriteria

    kriteria baik.

    Kata kunci: Kompetensi PCK, Guru, Pembelajaran Tematik.

  • ii

    ABSTRACT

    Nur Fitriani (11150183000004) Teacher's Pedagogic Content Knowladge

    (PCK) Competency Analysis in Thematic Learning at MI Pembangunan UIN

    Jakarta.

    The research carried out at MI Pembangunan UIN Jakarta has the objective to find

    out and describe the Pedagogical competence of Content Cnowladge teachers in

    thematic learning both low-level teachers and top-level teachers namely IA, II-B,

    II-F, II-G, and IV-C years 2018/2019 teachings. This research was conducted in

    May-June 2019 at MI Pembangunan UIN Jakarta. The research method used in

    this research is descriptive qualitative method using data collection techniques

    such as documentation, observation, and interviews. The results obtained can be

    concluded that the thematic teachers are able to fulfill PCK competencies as stated

    by Sulman with the components of student knowledge, orientation knowledge on

    the material, curriculum development knowledge, strategic knowledge, and

    knowledge about assessment and evaluation. It's just that there are some teachers

    who still find it difficult to understand the concept of material beyond the ability

    of the teacher's field. The use of strategies and understanding of the 2013

    curriculum is already very good, teachers are able to make assessment instruments

    that are in accordance with the 2013 curriculum. Thus the Pedagogical

    competence of Content Management in thematic learning in MI Pembangunan

    UIN Jakarta from observations reaches an average value of 87.5 with good

    criteria.

    Keywords: Competensy (PCK), Theacer, Learning Thematic.

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Wr. Wb

    Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

    telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada

    Nabi Muhanmmad SAW yang telah membawa cahaya bagi kehidupan, penerang

    kegelapan, dan penyegar kegersangan. Semoga kita termasuk umat yang

    mendapatkan syafa‟at di yaumil akhir nanti, Amin.

    Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kompetensi PCK

    (Pedagogic Conten Knowlage) Guru dalam Pembelajaran Tematik di MI

    Pembangunan UIN Jakarta ” tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah

    memberikan dukungan, bimbingan, semangat, saran dan arahan, untuk itu penulis

    ingin mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta, Dr. Sururin, M. Ag.

    2. Dr. Khalimi, MA. Ketua Jurusan Prodi Pendidikan Guru Madrasah

    Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta, periode 2016-2019.

    3. Ketua Jurusan Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

    periode 2019-sekarang, Bapak Asep Ediana Latip, M.Pd.

    4. Sekretaris Jurusan Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

    sekaligus dosen pembimbing tunggal peneliti, Bapak Rahmat Widiyant,

    M.Pd. sekaligus dosen pembimbing skripsi.

    5. Dosen penasehat akademik yang selalu memberikan arahan dan nasihat,

    serta mempermudah peneliti secara administrasi akademik, sehingga

    skripsi ini dapat diajukan dan diujikan, Dr. Khalimi, M.Ag.

    6. Seluruh jajaran dosen PGMI dan staff yang telah memberikan banyak

    pengalaman dan ilmu yang bermanfaat serta kontribusi yang tinggi demi

  • iv

    kemajuan jurusan PGMI dan terlahirnya lulusan-lulusan PGMI yang

    berkualitas.

    7. Kepala Sekolah & LP3JM MI Pembangunan UIN Jakarta , Bpk Wahyudi,

    S. Pd. & Bpk H. Yon Sugiono, yang telah memberikan izin penelitian dan

    membantu selama proses penelitian berlangsung dan terimakasih telah

    memberikan kepercayaan, dukungan, dan motivasi kepada peneliti.

    8. Seluruh guru, karyawan, staf Tata Usaha (TU), dan peserta didik-siswi MI

    Pembangunan UIN Jakarta yang telah memberikan kontribusi, motivasi,

    dan inspirasi bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

    ini.

    9. Orang tua yang telah memberikan dukungan doa, ridho, semangat dan

    kasih sayang yang tak pernah henti di berikan sehingga peneliti mampu

    menyelesaikan kuliah dengan baik yaitu, Bapak Sajad dan Ibu Nafsiyah.

    Adik dan kakak yang selalu memberikan semangat dan juga doanya.

    10. Ayah Agus Purwanto dan Ummi Lilik Istiqoriyah beserta keluarga

    besarnya yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam

    menyelesaikan penelitian.

    11. Teman-teman seperjuangan PGMI 2015 yang telah bersilatuhrahim selama

    menjadi mahapeserta didik di UIN Jakarta.

    12. Semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi yang tidak dapat

    disebutkan satu persatu, semoga Allah memberikan balasan kebaikan.

    Tiada kata yang terucap selain Alhamdulillah hirobbil „alamiin dan terima

    kasih, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

    Jakarta, 02 Juni 2019

    Peneliti

    Nur Fitriani

  • v

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

    BAB I ...................................................................................................................... 1

    PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6

    C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6

    D. Rumusan Masalah ................................................................................ 7

    E. Tujuan Penelitian.................................................................................. 7

    F. Kegunaan Penelitian. ............................................................................ 7

    BAB II .................................................................................................................... 9

    KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS .......................................... 9

    A. Kajian Teori.......................................................................................... 9

    1. Guru .......................................................................................................... 9

    2. Kompetensi Pedagogic Content Knowlage (PCK) ................................ 16

    3. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ....................................................... 23

    B. Hasil Penelitian Relevan .................................................................... 34

    C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 42

    BAB III ................................................................................................................. 44

    METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 44

  • vi

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 44

    B. Metode Penelitian ............................................................................... 44

    C. Unit Analisis ....................................................................................... 45

    D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 46

    E. Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................ 49

    F. Teknik Analisis Data .......................................................................... 51

    BAB IV ................................................................................................................. 52

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 52

    A. Deskripsi Data .................................................................................... 52

    B. Pembahasan ........................................................................................ 82

    BAB V ................................................................................................................... 90

    KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................................. 90

    A. Kesimpulan......................................................................................... 90

    B. Implikasi ............................................................................................. 90

    C. Saran ................................................................................................... 91

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93

    LAMPIRAN ......................................................... Error! Bookmark not defined.

    BIODATA PENULIS ....................................................................................... 135

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Kriteria Penilaian observasi............................................. 50

    Tabel 3.2 Format CoRe.................................................................... 23

    Tabel 3.3 Klasifikasi Skor observasi Kopetensi PCK...................... 25

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Diagram PCK............................................................................... 32

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kisi-kisi instrumen penelitian tentang Pedagogical Content

    Knowladge (PCK) guru........................................................................................ 96

    Lampiran 2 Hasil Observasi ............................................................................... 101

    Lampiran 3 Dokumentasi Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ..................... 103

    Lampiran 4 Surat Bimbingan Skripsi ................................................................. 128

    Lampiran 5 Surat Izin Permohonan Penelitian .................................................. 129

    Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .............................. 130

    Lampira 7 Lembar Uji Referensi ....................................................................... 131

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Manusia adalah mahluk Tuhan yang sempurna dimana didalam diri

    manusia terdapat akal pikiran yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya.

    Akal pikiran manusia digunakan untuk memilah antara yang hak dan yang

    batil, untuk mengetahui mana perkara hak dan mana perkara yang batil,

    manusia harus menggunakan akal untuk mencari ilmu pengetahuan. ilmu

    pengetahuan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, seseorang

    yang memiliki ilmu pengetahuan akan memiliki derajat yang tinggi dari

    orang lain. Firman Alloh SWT:

    ...... ُ ُ بَِما تَْعَملُوَن يَْزفَعِ َّللاه الهِذيَه آَمنُوا ِمنُكْم َوالهِذيَه أُوتُوا اْلِعْلَم َدَرَجاٍت ۚ َوَّللاه

    ٌ َخبِيز

    Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang

    beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

    beberapa derajat.”.(QS. Al Mujadalah: 11).1

    Ilmu pengetahuan wajib dimiliki oleh setiap manusia yang hidup di

    bumi ini, salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah

    dengan belajar. Tidak dapat dipungkiri perkembangan dan pengalaman

    belajar sangat mempengaruhi kehidupan manusia di masa depan,

    kesuksesan dan kegagalan seseorang dapat dilihat dari seberapa besar

    pengalaman belajar seseorang tersebut.

    Ilmu pengetahuan banyak di pelajari di dunia pendidikan. Dalam

    dunia pendidikan kita dapat membentuk manusia/individu yang kreatif

    inovatif dan memiliki moral, seperti yang telah dirumuskan dalam

    Undang-Undang No 20 tahun 2013 pasal 1 mengenai sistem sistem

    pendidikan Nasional:

    1 Kementerian Agama Republik Indonesia, alquran dan Terjemahnya, (Jakarta: Lembaga

    Percetakan Alquran Raja Fahd, 2006), h. 910-911.

  • 2

    Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

    dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

    dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk

    berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

    beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

    mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

    negara demokratis dan bertanggung jawab.2

    Perkembangan peserta didik meningkat dari aspek kreatifitas dan

    inovasinya yang didukung dengan berbagai teknologi yang sekmakin

    canggih. Terlepas dari kecanggihan alat tekonologi pendidikan hal yang

    paling berpengaruh dalam proses pembeajaran adalah seorang guru,

    dimana seorang guru yang dapat membimbing, memberi arahan, dan

    mengawasi peserta didik dalam proses kegiatan belajar mengajar.

    Memiliki profesi apapuun itu baik dokter, nelayan, petani, pilot, atau

    apapun itu hal yang paling penting dimiliki dan di kuasai adalah sifat Kuat

    fisik dan terpercaya. Guru yang pada hakikatnya adalah pendidik bagi

    generasi muda penerus Negara dan agama haruslah memiliki kedua sifat

    tersebut. Kedua sifat tersebut sesuai dengan firma Alloh pada surah al-

    Qoshos ayat 26.3

    Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: wahai

    ayahku, pekerjakanlah ia karena sesungguhnya yang paling baik yang

    engkau pekerjakan adalah yang kuat lagi terpercaya”.

    Kekuatan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kekuatan yang

    dimiliki seseorang dalam bidangnya masing-masing. Sedangkan

    terpercaya adalah integritas yang dimiliki dalam diri seseorang yang

    menuntut adanya sifat amanah, sehingga seseorang tersebut tidak merasa

    bahwa apa yang ada dalam dirinya merupakan milik pribadi, tetapi milik

    pemberi amanat yang harus dipelihara dan, apabila diminta kembali harus

    dengan rela mengembalikannya. Dalam dunia pendidikan kedua sifat

    tersebut sama halnya dengan kompetensi Pedagogic dan professional.

    2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan

    Nasional Bab II, Pasal II h. 6 3 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,

    (Ciputat: Lentera Hati, 2010), cet ke-III, hal. 580

  • 3

    Seorang guru juga dituntut sebagai pengelola pembelajaran, sebagai

    fasilitator yang memberikan kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif

    dan efisien, mampu memberikan motivasi pada peserta didik, memiliki

    pengetahuan tentang cara menyampaikan konten materi yang akan

    diajarkan. Seorang guru harus mampu menangani permasalahan pada diri

    peserta didik yang mana dalam setiap kelasnya setiap peserta didik

    memiliki jenjang usia dan karakteristik yang berbeda. Melihat hal tersebut

    seorang guru profesional sangat dibuthkan dalam dunia pendidikan.

    Menjadi guru yang profesional dapat dilihat dari kualifikasi

    akademik dan kompetensi seperti yang tercantum dalam permendiknas

    Nomor 16 tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Dimana

    seorang guru sebagai agen pembelajaran harus memiliki jasmani dan

    rohani yang sehat serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

    Standar kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dikembangkan dari

    empat kompetensi utama yaitu kompetensi Pedagogic, kepribadian,

    profesional dan sosial.

    Undang-undang republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

    Guru dan Dosen, pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa Guru adalah

    pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

    membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

    peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

    pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.4

    Dapat dipastikan posisi guru dalam dunia pendidikan menempati

    posisi central yang mana menjadi acuan, contoh, dan tauladan bagi anak

    didiknya. Oleh karenanya profesi guru adalah profesi yang sangat penting

    yang tidak dapat dilakukan oleh orang sembarang yang tidak menguasai

    bidang pendidikan.5 Dari beberapa faktor yang mempengaruhi

    keberhasilan dalam belajar seperti guru, jumlah peserta didik dalam kelas,

    peralatan laboratorium, lingkungan, karakteristik peserta didik dan staf

    4 Nur Irwanto, dkk., Kompetensi Pedagogic, (Surabaya: Genta Group Production: 2016),

    cet ke-1, h. 1 5 Anwar, Y. (2014b). Perkembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru

    Biologi Pada Peserta Pendekatan Konsekutif Dan Pada Peserta Pendekatan Konkuren. (Disertasi

    tidak diterbitkan). SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

  • 4

    administrasi, guru adalah faktor utama dalam keberhasilan pembelajaran.

    Seorang guru harus memiliki satu perangkat tugas yang akan menunjang

    tugasnya sebagai guru salah satu tugasnya adalah memberi peluang pada

    peserta didik untuk belajar dengan sebaik-baiknya.6

    Bruner manyatakan bahwa dalam pembelajaran terdapat beberapa

    proses yang menjadikan keberhasilan suatu proses pembelajaran yaitu

    memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, menguji relevansi

    dan ketetapan pengetahuan. Dengan demikian seorang guru harus mampu

    mengetahui bagaimana cara menyampaikan materi pada peserta didik.

    Rowland, Huckstep, dan, Thwaites (2005) menunjukkan bahwa sementara

    penamaan transformasi, mereka dipengaruhi oleh kebutuhan kompetensi

    guru untuk mengubah pengetahuan isi yang dimiliki ke dalam bentuk yang

    secara pedagogis yang kuat (Shulman, 1987) dan untuk membedakan

    antara mengetahui matematika untuk diri sendiri dan mengajarkannya agar

    dapat membantu orang lain mempelajarinya (Ball, 1988).7

    Kebijakan pemerintah terkait pentingnya kompetensi seorang guru di

    indonesia yaitu dengan mengadakan adanya Ujian Kompetensi Guru

    (UKG). Kegiatan UKG tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

    kompetensi yang dimiliki seorang guru di Indonesia. Kementrian

    Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan Ujian Kompetensi Guru yang

    dilakukan pada tahun 2012 diikuti seluruh wilayah indonesia sebanyak

    373.415 guru tersertifikasi dari tingkat TK-SMA/SMK pada hari ketiga.

    Nilai rata-rata yang dihasilkan pada hari pertama dan kedua terhadap

    243.619 peserta UKG tergolong rendah yaiutu hanya mencapai 44,5.

    Dalam Ujian Kompetensi Pedagogic Guru tidak hanya menilai dari

    kompetensi Pedagogicnya saja melainkan pemahaman guru pada bidang

    keilmuan dan kapasitas pengetahuannya. Nilai standar nasional UKG yang

    6 Rustaman, Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S. A., Achmad, Y., Subekti, R.,

    Rochintaniawati, D., & Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM

    Press. 7 Semiha Kula Ünver. The Knowledge Quartet In The Light Of The Literature On Subject

    Matter And Pedagogical Content Knowledge. Acta Didactica Napocensia. 11, 2018.

  • 5

    ditentukan oleh Kemendikbud adalah 70, namun dari 373.415 peserta

    dihari ketiga ujian kurang lebih 10% peseeta yang memperoleh nilai diatas

    70. Hanya 92 kabupaten yang mampu melewati nilai 70 sedangkan 316

    kabupaten yang masih dibawah nilai rata-rata nasional.8

    Melihat dari hasil UKG 2012 diatas dapat diketahui bahwa

    kompetensi guru Indonesia masih memprihatikan dan memerlukan

    bimbingan. Salah satu kompetensi didalamnya adalah kompetensi

    Pedagogic Content Knowlage. Kompetensi guru yang mampu memahami

    konten materi dengan kondisi peserta didik serta kurikulumnya disebut

    dengan kemampuan. Guru yang memiliki kompetensi PCK tersebut

    diharapkan dapat memberikan pemahaman pada peserta didik tidak hanya

    sekedar materi yang menancap diakal namun dapat diimplementasikan

    dalam kehidupan masyarakat sesungguhnya. Kompetensi PCK setiap guru

    bisa saja berbeda dan sama karena kompetensi PCK adalah kemampuan

    personal dalam diri seseorang, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh

    beberapa faktor yaitu keyakinan dalam penguasaan materi, banyaknya

    pengalaman mengajar, memahami kondisi peserta didik dan kurikulum

    yang digunakan dalam sekolah tempat mengajar guru tersebut.

    Pada kenyataanya pengalaman dibangku kuliah belum cukup untuk

    menjadikan seseorang menjadi guru yang profesional dan memiliki

    kompetensi pembelajaran yang salah satunya adalah kompetensi PCK.

    Perlu keseimbangan antara pengalaman mengajar dengan mendalami

    materi tentang pengajaran. Penelitian ini dilakukan dengan sebelumnya

    peneliti telah melakukan kegiatan Pengenalan Lapangan Persekolahan

    (PLP) dimana salah satu kegiatanya adalah menganalisis kegeiatan belajar

    mengajar, dari situ peneliti berkeinginan mengetahui kompetesi yang

    dimiliki guru-guru terutama kompeteni PCK. Untuk mendukung penelitian

    ini penulis melakukan observasi awal pada sekolah di tangerang selatan,

    yaitu di MI Pembangnan UIN Syarif Hidayatulloh jakarta penulis

    melakukan kunjungan pada hari Jumat, 22 Februari 2019. Hasil

    8 http://edukasi.kompas.com/ Diakses pada tanggal 21 Januari 2019

    http://edukasi.kompas.com/

  • 6

    wawancara yang dilakukan bersama ketua LP3JM Madrasah

    Pembangunan yaitu bapak H. Yon Sugiono memberikan penjelasan bahwa

    kompetensi pokok yang harus dimiliki seorang guru itu ada 4 yaitu

    kompetensi Pedagogic, profesional, kepribadian dan sosial. Untuk

    mengembangkan keempat kompetensi tersebut pihak sekolah memberikan

    pelatihan kepada setiap guru. Soal dilaksanakan atau tidaknya pelatihan

    tersebut dalam pembelajaran itu tergantung pada individu guru tersebut.

    Alangkah bagusnya ketika seorang guru mendapat pelatihan, dia akan

    langsung mengaplikasikannya dalam pembelajaran untuk mengetahui

    kompetensi yang mana yang harus diperbaiki dalam memberikan

    pembelajaran pada peserta didik. berdasarkan latar belakang masalah

    tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji laporan yang berjudul “ Analisis

    Kompetensi Pedagogic Content Knowlage (PCK) Guru dalam

    Pembelajaran Tematik di MI Pembangunan UIN Jakarta”.

    B. Identifikasi Masalah

    Melihat dari latar belakang diatas, maka masalah yang dapat

    diidentifikasikan sebagai berikut:

    1. Metode pembelajaran yang digunakan guru masih monoton

    2. Peserta didik kurang semangat dalam kegiatan pembelajaran.

    3. Kemampuan guru dalam mengenal materi yang sesuai dengan

    karakteristinya masih

    4. Kreativitas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran masih

    rendah

    5. Keterbatasan guru dalam melakukan analisis Kompetensi Dasar (KD)

    pada pembelajaran tematik

    C. Pembatasan Masalah

    Mengingat luasnya permasalahan yang dihadapi, serta keterbatasan

    waktu dan kemampuan yang dimiliki, maka perlu dibuat batasan masalah.

    Oleh karena itu, peneliti membatasi pada masalah: Kurangnya Penguasaan

  • 7

    konten materi dengan karakteristik peserta didik/kompetensi PCK yang

    belum sepenuhnya diberikan dalam pembelajaran .

    D. Rumusan Masalah

    Melihat pembatasan masalah tersebut dapat diambil fokus

    penelitian dengan merumuskan masalah dengan pertanyaan penelitian

    yaitu: Bagaimana kompetensi Pedagogic Content Knowlage (PCK) Guru

    dalam Pembelajaran Tematik di MI pembangunan UIN Jakarta?

    E. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan uraian dan perumusan masalah diatas, tujuan dari

    penelitian ini adalah untuk menganalisis kompetensi Pedagogic Content

    Knowlage (PCK) Guru dalam pembelajaran tematik di MI Pembangunan

    UIN Jakarta.

    F. Kegunaan Penelitian.

    Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    manfaat dan kontribusi bagi berbagai pihak, antara lain:

    1. Bagi guru

    Sebagai tolak ukur dan bahan koreksi untuk meningkatkan kompetensi

    Pedagogic Content Knowlage (PCK) guru, agar menjadi lebih baik

    lagi dari sebelumnya

    2. Bagi sekolah

    Diharapkan akan memberikan sumbangan saran yang baik pada

    sekolah tempat penelitian khususnya dan sekolah lain pada umumnya,

    dalam rangka meningkatkan mutu pengajaran matematika

    3. Bagi masyarakat

    Diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribiusi bagi semua

    kalangan yang peduli terhadap dunia pendidikan. Sebagai referensi dan

    menambah pengetahuan bagi peneliti yang lain

  • 8

    4. Bagi dinas pendidikan

    Sebagai bahan renungan dalam menata serta mengelola kegiatan

    belajar mengajar dalam sistem yang sesuai dengan situasi dan kondisi

    disekolah.

    5. Bagi peneliti

    Sebagai calon guru, penelitian ini memberikan informasi mengenai

    pentingkanya kemampuan Pedagogic Content Knowlage (PCK) guru

    guna meningkatkan kegiatan pembelajaran yang kreatif dan efektif.

  • 9

    BAB II

    KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Kajian Teori

    1. Guru

    a. Pengertian Guru

    Dalam arti yang sederhana makna guru adalah seseorang

    mentransfer/memberikan ilmu kepada orang lain. Dalam

    pandangan lain guru dapat diartikan sebagai seseorang yang

    melakukan tugas pendidikan dalam tempat-tempat tertentu yang

    dilakukan tidak hanya dilingkungan pendidikan melainkan

    dilingkungan sekitar seperti masjid, mushola, psantren, di rumah

    dan di tempat-tempat lainnya.

    Masyarakat memberikan kepercayaan anak-anaknya kepada

    seorang guru, oleh karena itu seorang guru telah memiliki tanggung

    jawab dan tugas yang harus diemban dalam lingkungan sekolah

    maupun luar sekolah. Tugas dan tanggung jawab guru tidak hanya

    secara kelompok (klasikal) namun secara individual diri guru

    tersebut. Dimana seorang guru dituntut untuk memperhatikan

    setiap tingkah laku-sopan santun dalam bertindak, memiliki

    kerapihan dalam berpenampilan dalam lingkungan sekolah maupun

    luar sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh Drs. NA. Ametembun,

    bahwa guru adalah seseorang yang berwenang dan bertanggung

    jawab dalam pendidikan peserta didiknya baik secara klasikal

    maupun individual tidak hanya dilingkungan sekolah maupun luar

    sekolah.1

    Dalam agama Hindu, guru merupakan simbol tempat suci

    yang memiliki ilmu (Vidya) dan juga pembagi ilmu. Guru adalah

    pemandu spiritual/kejiwaan murid-muridnya. Sementara itu dalam

    1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam interaksi Edukatif. (Jakarta: Adi

    mahasatya, 2014), h. 26

  • 10

    agama Budha guru adalah orang yang memandu muridnya dalam

    jalan menuju kebenaran. Dalam agama Sikh guru memiliki arti

    yang sama dengan agama Hindu dan Budha namun guru dalam

    agama Sikh memiliki posisi yang lebih penting karena inti dari

    ajaran agama Sikh adalah kepercayaan terhadap ajaran sepuluh

    Guru Sikh.2

    Guru dalam proses pembelajaran adalah orang memberikan

    pembelajaran, dalam Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) guru

    merupakan orag yang bekerja sebagai pengajar, guru adalah salah

    satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang

    ikut serta dalam pembentukan sumber daya manusia yang memiliki

    potensial dalam bidang pembangunan.3

    Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun

    2005 guru dan dosen “Guru merupakan pendidik

    profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

    membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

    mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini,

    pendidikan dasar, danpendidikan menengah jalur

    pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

    menengah”.4

    Menjadi guru yang Ikhlas berdasarkan tuntutan dari hati

    nurani tidak semua orang dapat melakukannya, karena orang harus

    merelakan sebagaian waktu dan kehidupannya untuk mengabdi

    kepada negara dengan mendidik anak-anak bangsa untuk

    membangun kejayaan dan kemakmuran negara dan menjadi

    manusia yang memiliki akhlak karimah, cakap, bertanggung jawab,

    dan demokratis. Beberapa persyaratan sebagai guru yang uswatun

    hasanah adalah:5

    2 Hamzah B Uno dan Nina Lamatenggo, , Tugas Guru dalam Pembelajaran: Aspek yang

    Memengaruhi. (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2016), h. 1 3 Ibid,. h. 2

    4 Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h.8

    5 Opcit,. h, 27

  • 11

    1. Takwa kepada Alloh swt, sesuai dengan tujuan pendidikan

    islam, pendidik/guru membantu peserta didik untuk menjadikan

    dirinya sebagi manusia yang bertaqa kepada Alloh swt. Jika

    peserta didik dituntut untuk bertaqwa kepada Alloh maka lebih

    utama lagi gurunya yang akan mendidik haruslah bertqa kepada

    Alloh swt. Keberhasilah seorang guru dapat dilihat dari sejauh

    mana ia berhasil mendidik peserta didiknya menjadi generasi

    yang baik dan mulia dan berakhlak karimah.

    2. Berilmu, Ijazah bukan semata-mata secarik kertas tetapi suatu

    bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan

    dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu

    jabatan. Lain halnya berilmu dalam kitab Ta‟lim Muta‟alim

    berilmu dimaksudkan dengan seseorang yang memiliki cakupan

    ilmu dan mampu menjaga dan mengamalkanya, mampu

    menyampaikan ilmu pada peserta didik dengan lemah lembut.6

    3. Sehat jasmani, kesehatan jasmani seringkali dijadikan syarat

    bagi seseorang yang ingin melamar menjadi guru. Jika guru

    memiliki penyakit yang menular, hal tersebut dapat

    membahayakan kesehatan bagi peserta didiknya. Jika guru

    dalam keadaan tidak sehat kemungkinan besar tidak mmiliki

    gairah atau semangat untuk mengajar seperti kalimat yang kita

    kenal “mens sana corpore sano” yang memiliki arti di dalam

    tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

    4. Berkelakuan baik, budi pakerti guru sangat penting bagi

    pendidikan peserta didiknya. Gurua dalah tauladan bagi anak

    didiknya seperti pepatah jawa mengatakan Guru “di Gugu lan

    di tiRu” maksudnya seorang guru adalah panutan, orang yang

    dihormati sekaligus contoh bagi anak-anak, dimana seorang

    anak memiliki sifat peniru dalam dirinya.

    6 Az-Zarnuji. Terjemah Ta’lim Muta’alim. Surabaya: Mutiara Ilmu

  • 12

    Menjadi seorang guru haruslah memahami pentingnya menjadi

    guru yang benar-benar menjadi pendidik dan pengajar bagi setiap

    peserta didiknya. Guru harus memiliki sifat-sifat yang mampu

    membuat dirinya paham dan secara ikhlas menjadi guru yang

    professional. Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru sebagai

    berikut:7

    1. Memiliki sifat zuhud, dan mengajar karena mencari ridho

    alloh. Seorang guru yang mulia dan dimuliakan sayogyanya

    melakukan tugas pengajaran karena mencari ridho alloh

    tanpa menunggu balasan uang atau pangkat. Para guru

    hendaknya mengusahakan biaya hidup dari membuat buku

    dan menjualnya kepada siapa saja. Namun pada dasarnya

    seorang guru adalah manusia biasa yang membutuhkan

    biaya hidup bagi diri sendiri dan keluarganya. Sebab orang

    alim sebagaimana zuhudnya, ia membutuhkan ekonomi dan

    biaya hidup dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan

    pendidikan anak-anaknya.

    2. Guru harus suci dan bersih. Seorang guru hendaknya suci

    badan dan anggota tubuhnya, menjaga diri dari perbuatan

    dosa, suci jiwanya dengan membebaskan diri dari sifat

    sombong, riya, permusuhan, dengki dan sifat-sifat tercela

    lainnya.

    3. Iklas dalam melaksanakan tugas. Iklas merupakan dasar

    yang paling utama dalam menentukan kesuksesan guru

    dalam mengajar peserta didik. Salah satu sikap ikhlas adalah

    melaksanakan tugas sesuai dengan apa yang ia katakana dan

    sesuaia antara perilaku dengan perkatannya yang diucapkan,

    ia tidak merasa malu untuk mengatakan “aku tidak tahu”

    apabila ia memang tidak mengetahuinya.

    7 Muhammad Athiyah Al-Abrasyi. Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam. (Tegalsari:

    Titian Ilahi Press, 1964), h. 66-72

  • 13

    4. Bersikap murah hati. Seorang guru hendaknya bersikap Hilm

    atau penyantun dan murah hati kepada murid-muridnya.

    Mengendalikan dirinya dari amarah, bersikap lapang dada,

    banyak bersabar.

    5. Memiliki sikap tegas dan terhormat. Seorang guru dapat

    lebih sempurna ia harus memiliki sikap tegas dan terhormat,

    ia harus memilki sikap-sikap istimewa yang menjadikan

    dirinya jauh dari tindak kejahatan, menghindar dari hal-hal

    yang jelek.

    6. Memiliki sikap kebapakkan sebelum menjadi guru.

    Hendaknya seorang guru memberikan kasih sayang kepada

    peserta didik layanya memberikan kasih sayang kepada

    anak-anaknya. Dalam prinsip islam inilah pendidikan

    modern sekarang ditegakkan, sehingga dapat dikatakan

    bahwa seorang guru sayogyanya menyayangi dan mencintai

    peserta didik lebih dari menyayangi dan mencintai anaknya

    sendiri.

    7. Memahami karakteristik peserta didik. Seorang guru di

    tuntut untuk mengetahui kebiasaan dan karakteristik peserta

    didiknya, mengetahui perasaan dan pikirannya untuk

    membantu guru lebih mudah dalam menyampaikan materi.

    Guru hendaknya tidak memberikan materi yang kongkret ke

    yang abstrak sekaligus, atau yang dari sifat fisik ke metafisik

    pada tingkat awal, jangan memberikan materi dari yang

    mudah ke yang sulit dalam satu kali kesempatan namun

    harus melalui tahap demi tahap dimulai dari tingkat awal

    atau dasar.

    8. Guru harus menguasai materi pelajaran. Hal yang paling

    penting harus dimiliki guru adalah materi, dimana apabila

    seorang guru tidak memahami dan menguasai materi maka

    akan sulit dalam melakukan kegiatan pembelajaan. Maka

  • 14

    dari itu seorang guru dituntut untuk terus belajar agar

    mampu menyamapaikan materi dengan aktif dan tidak

    monoton.

    b. Peran Guru dalam Pembelajaran

    Peran guru dalam proses pembelajaran sanagat

    mempengaruhi keberhasilan dan pemahaman peserta didik. Dalam

    UU No. 20 Tahun 2003 dan UU No. 14 Tahun 2005 peran Guru

    adalah sebagi pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih,

    penilai, dan pengevaluasi pesrta didik.8

    1) Guru sebagi pendidik

    Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan dan di

    identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh

    karena itu, guru harus memiliki standar kualifikasi pribadi

    tertentu yang mencakup tanggung jawab, kewibawaan,

    kemandirian, dan kedisiplinan.

    2) Guru sebagai pengajar

    Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang

    untuk mendapatkan pelajaran yang belum pernah diketahuinya,

    membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang

    dipelajari. Guru sebagai pengajar harus mengikuti

    perkembangan teknologi, sehingga materi dan pesan yang

    disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal yang terus

    diperbarui.

    3) Guru sebagai pembimbing

    Sebagi pembimbing guru harus merumuskan tujuan secara

    jelas, menetapkan waktu pembelajaran, menentukan strategi

    dan metode yang digunakan dalam pembelajaran, serta menilai

    karakteristik peserta didik. semua hal yang dilakukan guru

    harus dilakukan dengan kerja sama yang baik bersama peserta

    didik. selain itu pemberian motivasi sangat berpengaruh dalam

    8 Opcit,. h. 3

  • 15

    meningkatkan kualitas pembelajaran. karena peserta didik akan

    belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi

    yang tinggi, oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas

    pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi

    belajar peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan

    pembelajaran.9

    4) Guru sebagai pengarah

    Sebagi pengarah guru harus mampu membantu peserta

    didik dalam memecahkan masalah dalam mengambil keputusan

    dan membantu peserta didik dalam menemukan jati diri

    mereka. Selain itu guru juga dituntut untuk mengarahkan

    peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki,

    sehingga peserta didik memiliki karakter yang baik dan mampu

    menjalankan kehidupan di masyarakat dengan mandiri.

    5) Guru sebagi pelatih

    Kompetensi intelektual dan motorik peserta didik dapat

    dikembangkan dengan bantuan pelatihan dari guru mereka.

    Kompetensi yang dikembangkan tidak hanya komptensi dasar

    dan materi standar, pelatihan juga harus memerhatikan

    perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya.

    6) Guru sebagi penilai

    Penilaian memiliki proses yang kompleks dimana guru

    dituntut untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap

    yang memadai. Guru harus memahami teknik evaluasi, baik tes

    maupun nontes, serta cara menentukan baik atau tidaknya

    ditinjau dari berbagai segi, validitas, reabilitas, daya beda dan

    tingkat kesukaran nol.

    9 E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung Rosdakarya,

    2012),h.53

  • 16

    2. Kompetensi Pedagogic Content Knowlage (PCK)

    a. Pengertian kompetensi Guru

    Kompetensi merupakan kemampuan seseorang dalam

    masalah berfikir, persepsi dan belajar. Hal tersebut berkaitan

    dengan teori medan yang dirintis oleh Kurt Lewn, yang

    berlandaskan pada teori Psikologi gestalt yang dipelopori oleh Max

    Wertaimer, Kohler dan Kofka yang merupakan pakar Psikologi

    dari Jerman. Teori Kurt Lewin mengindikasikan bahwa kompetensi

    seseorang turut dibentuk oleh faktor pengetahuan yang

    diperolehnya melalui informasi. Dari informasi tersebut maka akan

    menambah pengetahuannya yang pada akhirnya akan membentuk

    kopetensi.10

    Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang

    hakikat perilaku guru yang penuh arti, perilaku rasional untuk

    mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang

    diharapkan.11

    Kompetensi guru diperlukan dalam rangka

    mengembangkan dan mendemonstrasikan perilaku pendidikan,

    bukan sekedar mempelajari keterampilan-keterampilan mengajar

    tertentu, tetapi merupakan gabungan dan aplikasi suatau

    keterampilan dan pengetahuan yang saling beririsan dalam bentuk

    perilaku nyata.

    Dengan kata lain seorang guru harus memiliki kemampuan

    yang menjadikanya guru profesional yang melipiti kemampuan

    pemahaman, pengetahuan, penialaian dan administrasi, sikap dan

    minat.

    Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang

    guru dan dosen pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa: “kompetensi

    adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang

    10

    Hamzah B Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran: Aspek yang

    Memengaruhi. (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2016), h. 10-11 11

    E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung Rosdakarya, 2012), h.

    25

  • 17

    harus dimiliki dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

    melaksanakan tugas keprofesionalan.” Dari hal tersebut dapat

    diketahui bahwa perbedaan guru dan profesi lain pada intinya

    terletak pada tugas dan tanggung jawab. Tugas dan tanggung jawab

    erat kaitanya dengan apa yang disyaratkan dalam profesi tersebut.

    Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

    kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan,

    keterampilan,dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan

    dikuasai oleh guru atau dosen yang merupakan perpaduan

    pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur terkait

    dengan eksplorasi, investigasi, menganalisis, memikirkan, serta

    memberikan perhatian dan memberikan persepsi yang

    mengarahkan seseorang.

    b. Macam-macam Kompetensi guru

    Permendiknas No 16 Tahun 2016 tentang Standar Kualifikasi

    dan Kompetensi Guru meliputi kompetensi Pedagogic, kompetensi

    kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

    Keempat kompetensi tersebut kemudian dijabarkan dalam pasal 28

    ayat 23.

    1) Kompetensi Pedagogic

    Dalam Standar nasional Pendidikan pasal 28 ayat 23 butir a

    menjelaskan bahwa kompetensi Pedagogic adalah kemampuan

    mengelola peseta didik, perancangan dan pelaksanaan

    pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta

    didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. 12

    Ketika peran orang tua digantikan oleh peran guru di

    sekolah maka tuntutan kemampuan pedagogis juga beralih

    kepada guru, dimana guru tidak hanya sebagai pengajar yang

    mentrasfer ilmu, pengetahuan dan keterampilan bagi peserta

    didik melainkan sebagai pendidik dan pembimbing untuk

    12

    Ibid,. h. 75

  • 18

    mengembangkan segala potensi akademis dan non

    akademisnya yang menjadikan peserta didik dapat hidup

    dengan kreatiif dan mandiri.13

    2) Kompetensi Kepribadian

    Dalam Standar Nasinal Pendidikan, penjelasan pasal 28

    ayat 3 butir b, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi

    kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

    stabil, dewasa, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta

    didik dan berakhlak mulia.14

    Standar kompetensi ini mencakup 5 kompetensi utama

    yaitu: bertindak sesuai dengan norma agama, sosial, hukum dan

    kebudayaan Indonesia; menampilkan diri sebagai pribadi yang

    jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan

    masyarakat; menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,

    stabil, arif dan dewasa; menunjukan etos kerja, tanggung

    jawab, rasa bangga jadi guru, dan rasa percaya diri; menjunjung

    kode etik profesi guru.15

    3) Kompetensi Profesional

    Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28

    ayat 3 butir c, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi

    profesional adalah kemampuan penguasaan materi

    pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

    membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang

    ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.16

    4) Kompetensi Sosial

    Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28

    ayat 3 butir d, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial

    adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

    13

    Marselus R.Payong, Sertifikasi Profesi Guru, (Jakarta: PT Indeks, 2011) h. 29 14

    E Mulyasa., Op cit., h. 177 15

    Marselus R Payong., Op cit., h 51 16

    E Mulyasa., Op cit., h. 135

  • 19

    berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

    sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta

    didik, dan masyarakat sekitar.17

    Darimasing-masing kompetensi memiliki subkompetensi

    dan indikator esensial sebagaimana dalam tabel berikut:18

    No Kompetensi Subkompetensi Indikator

    1. Kompetensi

    kepribadian

    1. Kepribadian yang

    mantap dan stabil

    1.1 bertindak sesuai

    dengan norma

    hukum dan

    norma sosial

    1.2 bangga sebagai

    guru

    1.3 memiliki

    konsistensi dalam

    bertindak sesuai

    norma

    2. kepribadian yang

    dewasa

    2.1 menampilka

    kemandirian

    dalam bertindak

    sebagai pendidik

    2.2 memiliki etos

    kerja sebagai

    guru

    3. kepribadian yang

    arif

    3.1 menampilakn

    tindakan yang

    didasarkan pada

    kemanfaatan

    peserta didik,

    17

    Ibid., h. 173 18

    Sholeh Hidayat, Pengembangan Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2017), h., 14-17

  • 20

    sekolah dan

    masyarakat

    3.2 menunjukan

    keterbukaan

    dalam berpikir

    dan bertindak

    4. Kepribadian yang

    berwibawa

    4.1 memiliki perilaku

    yang

    berpengaruh

    positif dan di

    segani

    5. Akhlak mulia dan

    menajadi teladan

    5.1 bertindak sesuai

    norma religius

    (iman dan taqwa,

    jujur, ikhlas, suka

    menolong)

    5.2 memiliki perilaku

    yang diteladani

    peserta didik

    2. Kompetensi

    pedagoic

    1. Memahami peserta

    didik secara

    mendalam

    1.1 memahami peserta

    didik dengan

    memahami prinsip

    kepribadian

    1.2 mengidentifikasi

    bekal awal ajar

    peserta didik

    2. Merancang

    pembelajara dan

    memahai landasan

    pendidikan untuk

    2.1 memahami

    landasan

    kependidikan

    2.2 menerapkan teori

  • 21

    kepentingan

    pembelajaran

    belajar dan

    pembelajran

    2.3 menentukan

    strategi

    pemelajaran

    berdasarkan

    karakteristik

    peserta didik,

    kompetensi yang

    akan dicapai dan

    materi ajar.

    2.4 Menyusun

    racangan

    pembelajaran

    berdasarkan

    strategi yang

    dipilih

    3. Melaksanakan

    pemelajaran

    3.1 menata latar

    pembelajaran

    3.2 melaksanakan

    pembelajaran yang

    kondusif

    4. merancag dan

    melaksanakan

    evaluasi

    pembelajaran

    4.1 merencanakan dan

    melaksanakan

    evaluasi proses

    dan hasil belajar

    untuk menentukan

    ketuntasan belajar.

    4.2 Memanfaatan hasil

    penilaian

  • 22

    pembelajara utuk

    perbaikan kualitas

    progra secara

    umum

    5. Mengembangkan

    peserta didik untuk

    mengaktualisasikan

    berbagai

    potensinya

    5.1 mefasilitasi peserta

    didik untuk

    mengemangkan

    berbagai potensi

    akademik dan non

    akademik

    3. Kompetensi

    profesional

    1. Menguasai

    subtansi keilmuan

    yang terkait dengan

    mata pelajaran

    1.1 memahami materi

    ajar ayang ada di

    kurikulum sekolah

    1.2 memahami struktr,

    komsep dan

    metode keilmuan

    yang menaungi

    atau koheren

    dengan materi ajar

    1.3 memahami

    hbungan konsep

    antar mata

    pelajaran terkait

    1.4 menerapkan

    konsep keilmuan

    dalam kehidupan

    sehari-hari

    2. menguasai struktur

    dan metode

    keilmuan

    2.1 menguasai

    langkah-langkah

    penelitian

  • 23

    2.2 menguasia

    langkah-langkah

    kajian kritis untuk

    memperdalam ilmu

    pengetahuan/materi

    mata pelajaran

    4. Kompetensi

    sosial

    1. Mampu

    berkomunikasi dan

    bergaul secara

    efektif dengan

    peserta didik,

    pendidik, tenaga

    pendidik.

    1.1 Berkomukasi

    secara efektif

    dengan peserta

    didik

    1.2 berkomunikasi dan

    bergaul dengan

    sesama pendidik,

    tenaga pendidik.

    1.3 Berkomunikasi dan

    bergaul dengan

    orang tua/wali

    peserta didik dan

    masyarakat sekitar.

    c. Kompetensi PCK

    Kompetensi PCK (Pedagogic Content Knowlage) pertama kali

    dicetuskan oleh Lee Shulman menyatakan bahwa PCK merupakan

    gabungan/irisan khusus antara isi materi dengan Pedagogic. Irisan khusus

    disini dimaksudkan pada aspek inti materi yang mana berhubungan erat

    dengan bagaiman cara mengajarkan isi materi tertentu tersebut agar mudah

    diajarkan dan mudah dipahami oleh peserta didik.19

    Menurut Shulman Pedagogical Knowledge (PK) berkaitan dengan cara

    dan proses mengajar yang meliputi pengetahuan tentang manajemen kelas,

    19

    Endang Purwaningsih, Potret Representasi Pedagogical Content Knowledge (PCK)

    Guru dalam Mengajarkan Materi Getaran dan Gelombang pada Peserta didik Smp, Indonesian

    Journal of Applied PhysicsI, Vol.5 No.1, 2015, h. 11

  • 24

    tugas, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. PK disebut juga sebagai

    kompetensi pedagogis yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

    yang terdiri dari pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan,

    implementasi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.20

    Setelah mengetahui

    Pedagogical Knowledge (PK) dapat kita pahami mengenai Content

    Knowledge (CK) yaitu pengetahuan tentang konsep, teori, kerangka kerja,

    gagasan, pengetahuan tentang pembuktian serta praktik-praktik dan

    pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan tersebut.21

    PCK adalah pengetahuan tentang apa, kapan, mengapa dan bagaimana

    mengajar dengan menggunakan pengetahuan yang baik tentang praktik dan

    pengalaman mengajar. Kejelasan mengenai PCK dapat dilihat dalam gambar.

    Gambar 2.1

    Pedagogical knowledge (PK), is the knowledge about teaching and learning process and its application such as students‟ learning

    process, classroom management, developing lesson plan, applying

    and evaluating.

    Technological knowledge (TK), is the knowledge of using information technology, hardware, software and tools.

    Pedagogical content knowledge (PCK), is the Pedagogical knowledge applied to teach specific content as similar to Shulman‟s study.

    20

    Putri Agustina, Pengembangan Pck (Pedagogical Content Knowledge) Mahapeserta

    didik Calon Guru Biologi Fkip Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui Simulasi

    Pembelajaran, Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA, Vol. 1, No. 1, 2015, h. 7 21

    Ibid.

  • 25

    Technological Pedagogical knowledge (TPK), is the knowledge of using Pedagogical design and strategies appropriate to technological

    devices used in other words when a specific technology is used

    knowing of how teaching and learning will change.

    Technological content knowledge (TCK), is the knowledge of how technology is used in developing course content, visualising the

    content or conducting related studies and knowledge of what the

    specific technologies are related to the field.22

    Oleh karena itu seorang guru belum cukup dengan hanya menguasai

    konten materinya saja, namun seorang guru harus tahu bagaimana cara

    mengajarkanya kepada peserta didik agar ilmunya dapat diserap dan

    diamalkan sebagai bekal manusia yang hidup dengan mandiri, cakap dan

    kreatif. Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasioanal yang

    tertera dalam UU No.20 Tahun 2003:

    Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

    peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

    kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

    peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

    cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

    demokratis serta bertanggung jawab.

    Oleh karena itu diperlukanya kemampuan seorang guru yang

    mempunyai pengetahuan peserta didiknya, kurikulum, strategi

    intruksional, dan penilaian sehingga dapat melakukan transformasi ilmu

    pengetahuan yang dimiliki kepada peserta didik yaitu dengan kompetensi

    (PCK) Pedagogic Content Knowledge. PCK mengacu pada kemampuan

    guru untuk mengubah isi materi ke dalam bentuk yang secara Pedagogic

    sangat ampuh dan adaptif untuk berbagai kemampuan dan latar belakang

    peserta didik. PCK adalah gagasan akademik untuk menyajikan ide yang

    membangkitkan minat, yang berkembang terus menerus dan melalui

    pengalaman bagaimana mengajarkan isi materi tertentu dengan cara

    khusus agar pemahaman peserta didik tercapai.23

    22

    Bilge Can, Secil Erokten dan Asiye Bahtiyar, An Investigation of Pre-Service Science

    Teachers‟ Technological Pedagogical Content Knowledge, European Journal of Educational

    Research, vol 6., h. 52 23

    Endang Purwaningsih, op. cit.

  • 26

    PCK merupakan ide yang berakar dari keyakinan bahwa mengajar

    memerlukan lebih dari sekedar pemberian pengetahuan muatan subjek

    kepada peserta didik dan peserta didik belajar tidak sekedar hanya

    menyerap informasi tapi lebih dari penerapannya.24

    Walaupun demikian,

    PCK bukan bentuk tunggal yang sama untuk semua guru yang mengajar

    area subjek yang sama, melainkan keahlian khusus dengan keistimewaan

    individu yang berlainan dan dipengaruhi oleh konteks/suasana mengajar,

    isi dan pengalaman. PCK bisa sama untuk beberapa guru dan berbeda

    untuk guru lainnya, tetapi paling tidak merupakan titik temu pengetahuan

    professional guru dan keahlian guru.

    Dari beberapa uraian diatas kompetensi PCK guru dapat berarti

    sintesis dari semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengajar dan

    belajar topik tertentu yang dinyatakan oleh Grossman dan Nilsson. Duschl,

    Schweingruber, dan Shouse menghubungkan PCK guru dengan

    pembelajaran peserta didik dalam sains, oleh karena itu, PCK merupakan

    bagian penting dari basis pengetahuan seorang guru. Gess-Newsome

    menyatakan komponen-komponen yang terdapat dalam PCK: strategi

    pengajaran dan kolaborasi; pengetahuan tentang minat peserta didik,

    motivasi, dan pembelajaran. pengetahuan dan keterampilan konseptual dan

    prosedural; pengetahuan tentang pemikiran peserta didik, kesalah

    pahaman, dan tuntutan kognitif dan afektif dari tugas dan kegiatan;

    pengetahuan tentang sumber daya yang tersedia untuk mendukung

    pengajaran dan pembelajaran; kurikulum pengetahuan dan tujuan untuk

    belajar peserta didik.25

    a. Komponen-komponen PCK

    Sebagai pencetus PCK, Shulman menjabarkan PCK dalam tujuh

    komponen yaitu: pengetahuan tentang sains, pengetahuan tentang tujuan,

    24

    Maryati dan Eko Widodo, Analisis Pedagogic Content Knowledge (Pck) Terhadap

    Buku Pegangan Guru Ipa Smp/Mts Kelas Vii Pada Implementasi Kurikulum 2013, Artikel Ilmiah,

    h. 3-4 25

    Pavinee Sothayapetch at, al. Primary school teachers‟ interviews regarding Pedagogical

    Content Knowledge (PCK) and General Pedagogical Knowledge (GPK). European Journal of

    Science and Mathematics Education. 1, 2013.

  • 27

    pengetahuan tentang peserta didik, pengetahuan tentang organisasi

    kurikulum, pengetahuan tentang pembelajaran, pengetahuan tentang

    penilaian dan pengetahuan tentang sumber belajar. Melihat model yang

    dikeluarkan oleh Shulman, Magnusson Krajik dan Barco menetapkan lima

    komponen PCK yaitu: orientasi pada pengajaran sains (bertindak sebagai

    peta konseptual, keyakinan guru tentang tujuan mengajarkan konsep

    tersebut pada peserta didik), pengetahuan kurikulum (pengetahuan guru

    tentang kurikulum yang digunakan), pengetahuan pemahaman peserta didik

    (pemahaman guru terhadap kondisi peserta didiknya: kesulitan, gaya

    belajar), pengetahuan strategi instruksional (strategi, pendekatan) dan

    pengetahuan tentang penilaian.26

    Penjelasan mengenai komponen–

    komponen PCK menurut Magnusson dkk sebagai berikut:27

    a) Orientasi pada pengajaran

    Dimana seorang guru harus memiliki keyakinan tentang maksud

    dan tujuan suatu pembelajaran pada level kelas tertentu. Orientasi

    seorang guru dimana dia sebagai peta konsep dalam menentukan

    tujuan pembelajaran, implementasi metari yang berkaiatan dengan

    kurikulum, dan evaluasi belajar peserta didik. Orientasi pengajaran

    di Indonesia saat ini yaitu berpusat pada pencapaian kompetensi

    peserta didik baik kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam

    kurikulum yang sedang berlaku yaitu kurikulum 2013. Dalam

    menentukan materi pembelajaran dapat diperhatikan beberapa hal

    berikut ini:

    i. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam

    pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan

    kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan

    merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan

    memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.

    26

    Endang Purwaningsih, Op cit., 27

    Maryati, Op cit,.

  • 28

    ii. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan

    peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting

    untuk dipelajari.

    iii. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat

    akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu

    memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang

    akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih

    lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan

    kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan

    sehari-hari.

    iv. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik

    dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak

    terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan

    materi dan kondisi setempat.

    v. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat

    dan dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih

    lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan

    dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

    b) Pengetahuan tentang pengembangan kurikulum

    Pengetahuan ini dimaksudkan bagi setiap guru untuk

    mengetahui dan memahami tentang tujuan dan sasaran belajar

    peserta didik, ruang lingkup serta urutan konsep-konsep ilmiah

    yang akan diajarkan. Kurikulum yang harus dipahami oleh guru

    memiliki dua kategori yaitu tujuan dari kurikulum itu sendiri dan

    tujuan dari setiap topik/materi pembelajaran serta program-

    program kurikuler tertentu, sumber dan materi pembelajaran.

    Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas

    mata pelajaran atau tema pelajaran SK,KD, materi pembelajaran,

    kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

  • 29

    penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.28

    Terkait dengan

    pengembangan kurikulum guru harus mampu menyusun silabus

    sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP

    sesuai dengan tujuan dan lingkungan pelajaran. Guru mampu

    memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai

    dengan kebutuhan peserta didik. Pengembangan kurikulum

    tersebut dilakukan untuk menjadikan peserta didik lebih aktif KBM

    dan untuk mengembangkan bakat dan kuantitas yang dimiliki

    peserta didik. dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa

    komponen-komponen sebagai berikut:29

    i. Tujuan dimana dalam suatu kurikulum memiliki tujuan

    pendidikan yang akan dicapai seperti tujuan pendidikan yang

    dapat dilihat dalam permendiknas no 22 tahun 2007

    dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan

    penidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu pada

    tujuan umum pendidikan yaitu, tujuan pendidikan dasar adalah

    meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

    mulia, serta keterampilan untk hidup mandiri dan mengikuti

    pendidikan lebih lanjut.

    ii. Materi pembelajaran, dalam menentukan materi pembelajaran

    atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan

    yang dikembangkan. Seperrti yangtelah dikemukakan bahwa

    kurikulum yang didasari filsafat klasik (prenialisme,

    esensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi

    pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini materi

    disusun secara logis dan sistematis dalam bentuk teori, konsep,

    generalisasi, prinsip, prosedur,fakta, istilah, contoh, definisi dan

    preposisi.

    28

    Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) h. 38

    29 Omar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008) h. 53

  • 30

    iii. Strategi pembelajaran, banyak hal yang digunakan untuk

    membeuat strategi pembelajaran dan dalam setiap strategi

    pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kelebihannya.

    Terkait dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam hal

    ini mulai muncul konsep pembelajaran dengan istilah PAKEM

    yang merupakan dari akronim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif,

    Efektif, dan Menyenangkan.

    iv. Evaluasi kurikulum, evalusi kurikulum dimaksudkan untuk

    mengetahui tingkat ketercapaian tujua-tujuan pendidikan yang

    diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Evaluasi

    kuirikulum memegang peranan penting, baik dalam

    menentukan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun

    untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri.

    Hasil-hasil kurikulum dapat digunakan untuk mengembangkan

    model-model dan sistem kurikulum yang digunakan.

    c) Pengetahuan mengenai pemahaman peserta didik

    Seorang guru yang bijak dimana dia yang mengetahui dan

    memahami setiap karakteristik yang dimiliki oleh peserta didiknya.

    Seorang harus mengetahui mengenai kebutuhan yang diperlukan

    oleh peserta didik terhadap materi-materi yang akan diajarkan dan

    potensi kesulitan belajar yang mungkin dialami peserta didik serta

    memahami kesalahpahaman dalam penyampaian dan penerimaan

    konsep-konsep materi tertentu.

    Tedapat empat komponen yang sedikitnya guru harus pahami

    yaitu; tingkat kecerdasan, tingkat kreatifitas, kondisi fisik, dan

    perkembangan kognitif.30

    i. Tingkat kecerdasan

    Till mengklasifikasikan tingkat kecerdasan dalam beberapa

    golongan. Golongan terendah adalah golongan yang memiliki

    IQ 0 – 50. Golongan 0 – 20 adalah golongan dimana tidak

    30

    E Mulyasa, Op.Cit.

  • 31

    dapat dididik atau dilatih. Mereka yang memiliki IQ 25 -50

    adalah golongan yang dapat dididik dalam hal kegiatan rutin

    yang sederhana yang berbentuk jasmani. Kedua golongan ini

    oleh para psikolog sering disebut dengan idiot atau imbicile.

    Golongan IQ 50 – 70 adalah golongan yang dikenal dengan

    nama moron, yaitu keterbatasan atau keterlambatan mental.

    Sedang golongan IQ 70 – 90 disebut sebagai anak lambat atau

    sebutan sedikit kasarnya adalah “bodoh”. Golongan IQ 90 –

    110 adalah golongan menengah yang mana mereka dapat

    belajar dengan normal. Golongan IQ antara 110-130 adalah

    golongan yang sering disebut superior yaitu diatas rata-rata.

    Dan golongan yang tinggi adalah IQ 140 keatas yang sering

    disebut dengan genius, yang mampu belajar lebih cepat dari

    yang lainnya.

    ii. Kreativita

    Kreativitas merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari

    dan berlangsung sepanjang hayat untuk meningkatkan

    kapasitas pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati dan

    hubungan sosial.

    iii. Kondisi fisik

    Kondisi fisik yang dimaksud adalah yang berhubungan

    dengan penglihatan, kemampuan bicara, pendengaran,

    cacat/lumpuh, kerusakan otak. Pada saat ini kondisi tersebut

    dinamakan dengan sebutan disabilitas.

    iv. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif

    Pemikiran mengenai pertumbuhan dan perkembangan

    kognitif di jelaskan secara menyeluruh oleh Jean Piaget berupa

    teori terinci perkembangan intelectual dari lahir hingga dewasa.

    Perkebangan mental yang dikembangkan oleh Piaget yaitu;

    periode sensormotorik ( usia 0 – 2 tahun) yaitu dimana bayi

    lahir dengan berbagai macam refleks bawaan yang mendorong

  • 32

    mengeksplorasi dunianya. Tahapan praoprasipnal (2 – 7 tahun)

    yaitu usia dimana pemikiran masih bersifat egosentris dan sulit

    untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Tahapan

    oprasional konkret (7 – 11 tahun) usia dimana mampu

    mengenal simbol-simbol dan mampu membuat keputusan

    timbal balik sertalebih mudah memahami dengan barang nyata

    (tida dinalar). Tahap oprasional formal (11 tahun – dewasa)

    dimana usia yang mampu berfikir secara abstrak, menalar

    secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang ada.

    d) Pengetahuan tentang strategi intruksional

    Strategi pembelajaran yang secara umum adalah metode yang

    digunakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

    pembelajaran tersebut. Banyak strategi yang dapat digunakan

    dalam pembelajaran melaluli siklus-siklus pembelajaran. Strategi

    tersebut dapat memuat konsep mengenai materi yang akan

    disampaikan dengan melibatkan peserta didik untuk melakukan

    insvestigasi, eksperimen, demonstrasi, simulasi, pemecahan

    masalah atau contoh.

    e) Pengetahuan tentang penilaian

    Pengetahuan penilaian dapat meliputi pengetahuan tentang

    dimensi pembelajaran dalam suatu materi yang akan dinilai,

    pengetahuan mengenai strategi penilaian dan metode belajar

    peserta didik yang dapat dinilai, metode penilaia yang efektif

    termasuk penilaian informal, fomatif, dan suatif yang dilaksanakan

    untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap konsep-

    konsep dan cara memecahkan masalah pada materi suatu mata

    pelajaran. Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui

    perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik

    yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan

  • 33

    dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi serta

    penilaian program.31

    a) Penilaian kelas

    nilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan

    umum, dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai

    proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi

    tertentu. Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester.

    Ujian akhir dilakukan pada akhir program pemdidikan.

    b) Tes kemampuan dasar

    Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui

    kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang di perlukan

    dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program

    remedi).

    c) Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

    Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran di

    selenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran

    secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar

    peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan

    sertifikasi kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan dalam

    surat tanda tamat belajar tidak semata-mata didasarkan atas

    hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah.

    d) Penilaian program

    Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan

    Nasional dan Dinas Pendidikan secara berkesinambungan.

    Penilaian dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum

    dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta keseuaian

    tuntutan perkembangan masyarakat dan kemajuan zaman.

    31 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Rosdakarya, 2012),

    h. 108-111

  • 34

    5. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

    a. Pengertian pembelajaran

    Pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu proses antara peserta

    didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan sumber belajar, dan

    antara peserta didik dengan pendidik. Pembelajaran merupakan suatu

    kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

    fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi untuk

    mencapai tujuan pembelajaran.32

    Pembelajaran dapat pula didefinisikan sebagai suatu sistem atau

    proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau

    didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek

    didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif

    dan efisien.33

    Pembelajaran juga memiliki makna sebagai upaya untuk

    membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbaga upaya dan

    berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang

    telah direncanakan. Pembelajaran dapat juga dipandang sebagai kegiatan

    guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat peserta

    didik belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber

    belajar.34

    b. Pengertian Pembelajaran Tematik

    Pembelajaran tematik sering dipahamai sebagai pembelajaran yang

    berbasis tema dengan beberapa subtema dan pembelajaran dimana dalam

    suatu tema berisi pembelajaran-pembelajaran yang memuat beberapa mata

    pelajaran yang integratif.

    Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang

    menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga

    32

    Abdul Majid, Pebellajaran Tematik Terpadu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2017), h., 15 33

    Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT

    Refika Aditama, 2010) h. 3 34

    Abdul Majid, Op cit., h. 140

  • 35

    dapat memberikan pengalaman bermakna kepada murid. Pembelajaran

    tematik merupakan pembelajaran terpadu dimana suatu sistem

    pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individu

    maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-

    prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.35

    Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang ada di

    pendidikan sekolah dasar yang mana memiliki beberapa karakteristik

    menurut TIM pengembang PGSD sebagai berikut:

    1) Holistik, dimana suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam

    pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi

    sekaligus, tidak dari sudut pandang yang berkotak-kotak.

    2) Bermakna, pengkajian dari fenomena berbagai aspek, memungkinkan

    terbentuknya semacam jalinan antara skemata yang dimiliki oleh

    peserta didik, yang pada gilirannya nanti akan memberikan dampak

    kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

    3) Outentik, dimaksudkan bahwa pembelajaran tematik memungkinkan

    peserta didik memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin

    dipelajari.

    4) Aktif, pembelajaran tematik didasarkan pada pendekatan Inquiry

    Discovery dimana peserta didik teribat secara aktif dalam proses

    pembelajaran, melalui perencanaan, pelaksanaan, hingga proses

    evaluasi.

    c. Pelaksanaan Pembelajaran tematik

    Pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik dapat dikatakan sebuah

    proses sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor

    yang terjadi dalam diri peserta didik. Perubahan tersebut bersifat positif

    dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan

    sebelumnya. Tahap-tahap dalam Proses Belajar menurut Jarome S. Bruner

    karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di

    dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-

    35

    Ibid., h. 80

  • 36

    perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan

    yang lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Bruner,

    salah seorang penentang teori S R Bond yang terbilang vokal, dalam proses

    belajar peserta didik menempuh tiga tahap, yaitu:36

    1) Tahap informasi (tahap penerima materi)

    2) Tahap transformasi (tahap pengubah materi)

    3) Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)

    Secara prosedural langkah-langkah kegiatan yang ditempuh

    diterapkan kedalam tiga langkah sebagai berikut:37

    1) Kegiatan awal/pembukaan

    Kegiatan dari tujuan pembukaan ini yaitu yang pertama untuk

    menarik perhatian peserta didik yang dapat dilakukan dengan

    meyakinkan peserta didik bahwa materi atau pengalaman yang akan

    dipelajari akan berguna bagi peserta didik sekaligus melakukan

    interaksi yang menyenangkan. Kedua menumbuhkan motivasi belajar

    peserta didik yang dapat dilakukan dengan cara mengajak peserta didik

    untuk mempelajari suatu kasus yang sedang hangat dibicarakan.

    Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran

    yang akan dilakukan yang dapat dilakukan dengan cara seperti

    mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus

    dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan.

    2) Kegiatan inti

    Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

    tujuan yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

    menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi

    pencar informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagiprakarsa,

    kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan

    fisik serta psikologi pesera didik. hal ini sama halnya dengan strategi

    pembelajaran tematik yaitu strategi saintifik dimana didalamnya dapat

    36

    Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013) h. 109 37

    Abdul majid , Op cit., h. 129-130

  • 37

    menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.

    Dalam strategi saintifik meliputi langkah-langkah kemampuan sebagai

    berikut:38

    a) Mengamati

    Mengamati yaitu menyajikan media objek secara nyata, peserta

    didik senang dan tertantang, memunculkan rasa ingin tahu. Dalam

    kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi

    kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui

    kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru

    memfasilitasi peserta didik untuk memperhatikan (melihat,

    membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau

    objek.

    b) Menanya

    Guru yang kretif dapat menginspirasi peserta didik untuk

    meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan

    pengetahua. Setelah kegiatan pengamatan guru memberikan

    kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa

    yang sudah dilihat, disimak, dibaca, atau dilihat. Guru perlu

    membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:

    pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai

    kepada abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun

    hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual

    sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotek.

    Fungsi dari bertanya adalah membangkitkan rasa ingin tahu,

    minat dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik

    pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk

    aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk

    dirinya sendiri.

    38

    Yanti Herlianti, Pembellajaran Tematik, (Jakarta: UIN PESS, 2013), h. 95-118.

  • 38

    c) Menalar

    Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas

    fakta-fakta kata empiris yang dapat diobservasi untuk

    memperoleh simpulan berupa pengetahuan. aktifitas menalar

    dalam pembelajaran kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah

    banyak merujuk pada teori pembelajaran asosiatif, yaitu

    pembelajaran yang merujuk pada kemampuan mengelompokan ide

    dan mengasosiasikannya beragam peristiwa untuk kemudian

    memasukannya menjadi penggalan memori.

    d) Mencoba

    Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta

    didik harus mencoba atau melakukan percobaan terutama untuk

    materi atau substansi yang sesuai. Pada materi IPA yang terkait

    dengan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-

    hari. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau

    mencoba dilakukan melalui tiga tahap yaitu persiapan,

    pelaksanaan, dan tindak lanjut.

    e) Mengkomunikasikan

    Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa

    yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

    mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan

    di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik

    atau kelompok peserta didik tersebut.

    3) Kegiatan penutup

    Kegiatan penutup dapat diartikan sebagai kegiatan yang

    dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pembelajaran dengan meksud

    untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah

    dipelajari peserta didik serta keterkaitannya dengan pengalaman

    sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik serta

    keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.

  • 39

    melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang

    sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan

    umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan

    kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program

    pengayaan, layanan konseling, dan atau memberikan tugas baik tugas

    individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik,

    dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

    B. Hasil Penelitian Relevan

    Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan

    penulis, diantaranya sebagai berikut:

    1. Penelitian yang dilakukan oleh Endang Purwaningsih jurusan

    Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Malang 2015 dalam artikelnya

    yang berjudul Potret Representasi Pedagogical Content Knowledge

    (PCK) Guru dalam Mengajarkan Materi Getaran dan Gelombang

    pada Peserta didik SMP.39

    Penelitian ini menggunakan penelitian

    deskriptif yang mana hasil dari penelitian ini menunjukkan:1)

    ide/konsep dasar yang diinginkan guru untuk dipelajari peserta didik

    belum mewakili konsep dasar yang dibutuhkan untuk memahami

    konsep tersebut, 2) pengetahuan guru tentang materi tersebut kurang

    komprehensif, 3) pengalaman belajar dan metode yang diberikan pada

    peserta didik kurang bervariasi. Persamaan penelitian Endang

    Purwaningsih dengan peneliti terletak pada pembahasan kompetensi

    PCK guru, sedangkan perbedaanya terletak pada proses pembelajaran

    yang mana pada penelitian Endang Purwaningsih menekankan pada

    pembelajaran materi getara dan gelombang peserta didik SMP

    sedangkan penelitian yang saya lakukan mengacu pada pembelajaan

    tematik di MI.

    39 Endang Purwaningsih, “Pengembangan Pck (Pedagogical Content Knowledge)

    Mahapeserta didik Calon Guru Biologi Fkip Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui

    Simulasi Pembelajaran”, Skripsi Pada Universitas Negri Malang, Malang, 2015.

  • 40

    2. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Agustina jurusan pendidikan

    Biologi Universitas mhamadiyyah Surakarta 2015 dalam artikelnya

    yang berjudul Pengembangan Pck (Pedagogical Content Knowledge)

    Mahapeserta didik Calon Guru Biologi Fkip Universitas

    Muhammadiyah Surakarta Melalui Simulasi Pembelajaran.40

    Metode penelitian yang digunakan adalaha penelitian tindakan, hasil

    dari penelitian ini menunjukkan bahwa skor PCK mahapeserta didik

    mengalami peningkatan sebelum dan sesudah simulasi pembelajaran.

    Hasil analisis gain score menunjukkan nilai gain ternormalisasi rata-

    rata sebesar 0.38 (medium) sehingga dapat dikatakan bahwa simulasi

    pembelajaran cukup efektif untuk mengembangkan PCK mahapeserta

    didik. Persamaan penelitian Putri Agstina dengan peneliti adalah

    mengenai kompetensi Pedagogic Content Knowladgei (PCK).

    Sedangka perbedaannya terletak pada objek yang diteliti, dimana

    penelitian Putri Agustina meneliti mahapeserta didik calon guru

    biologi sedangkan penelitian saya lebih kepada guru yang memiliki

    pengalaman maupun baru memulai pengajaran

    3. Penelitian yang dilakukan oleh Nabilah Ilmidini Jurusan PGMI UIN

    Syarif Hidayatulloh Jakarta dalam skripsinya yang berjdul Analisis

    Kompetensi Pedagogic Guru Kelas dalam Pembelajaran Temarik di

    MIN 1 Kota Tangerang Selatan.41

    Metode penelitian yang digunakan

    adalah kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

    kesimpulan bahwa berdasarkan observasi dan wawancara hasil

    perhitungan total nilai kompetensi Pedagogic guru kelas dalam

    pembelajaran tematik sebesar 69,789. Pada pelaksanaaan pembelajaran

    terdapat beberapa hambatan yang membuat kompetensi Pedagogic

    guru kelas dalam kegiatan pembelajaran menjadi tidak maksimal,

    40 Putri Agustina, “Pengembangan Pck (Pedagogical Content Knowledge) Mahapeserta

    didik Calon Guru Biologi Fkip Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui Simulasi

    Pembelajaran”, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. 2015,.

    41

    Nabila Ilmidini,” Analisis Kompetensi Pedagogic Guru Kelas Dalam Pembelajaran

    Tematik Di Min 1 Kota Tangerang Selatan”, Skripsi pada UIN Syarif hidayatulloh Jakarta, Jakarta,

    2017, tidak dipublikasikan.

  • 41

    antara lain kurangnya inovasi guru dalam menggunakan strategi

    pembelajaran, kurang maksimalnya penggunaan media pembelajaran

    pada proses pelaksanaan pembelajaran, dalam melaksanakan proses

    penilaian kurikulum 2013, guru kurang mempersiapkan dan

    menggunakan instrumen penilaian sebelum kegiatan pembelajaran,

    ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, dan sesudah kegiatan

    pembelajaran dan sebagainya. Dengan demikian, kompetensi

    Pedagogic guru kelas dalam pembelajaran tematik di MIN 1 Kota

    Tangerang Selatan masuk ke dalam kategori kurang. Persamaan

    penelitian Nabilah Ilmidini dengan penelitian saya terletak pada

    analisis kompetensi guru dalam Pembelajaran tematik, sedangkan

    perbedaanya pada kompetensi yang diteliti. Penelitian Nabilah Ilmidini

    pada kompetensi Pedagogic sedangkan peelitian saya pada kompetensi

    Pedagogic Content Knowladge (PCK).

    Dari keempat hasil penelitian diatas, menunjukan bahwa adanya

    keterkaitan yang relevan dengan penelitian peneliti yang berjudul Analisi

    Kompetensi PCK (Pedagogic Conten Knowlage) Guru Dalam

    Pembelajaran Tematik Di Mi Pembangunan Uin Syarif Hidayatulloh

    Jakarta. Penelitian saya penting untuk diteliti karena untuk melihat

    pengaplikasian kompetensi PCK yang dimiliki guru yang dipelajari pada

    saat di bangku kuliah dan pelatihan pada pembelajaran tematik yang

    sebagian besar di sekolah-sekolah tangerang selatan sudah menerapkan

    pembelajaran tematik.

  • 42

    C. Kerangka