kode etik himpsi : sarjana psikologi dan psikolog …

Post on 23-Oct-2021

26 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

KODE ETIK HIMPSI : SARJANA PSIKOLOGI DAN PSIKOLOG YANG ETIS & KOMPARASI

KODE ETIK APA DAN HIMPSI

Kode Etik HIMPSI

Kode Etik Psikologi adalah seperangkat nilai-nilai untuk ditaati dan

dijalankan dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatan sebagai

psikolog dan ilmuwan psikologi di Indonesia. (Pasal 1 ayat 1 kode etik

himpsi)

Sarjana Psikologi

Seseorang yang telah mengikuti

pendidikan tingi psikologi strata 1 (S1)

dengan kurikulum nasional di perguruan

tinggi yang meliputi pendidikan program

akademik.

Psikolog Yang Etis

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Etisberhubungan (sesuai) dengan Etika dan sesuaidengan asas perilaku yang disepakati secaraumum.

Untuk menjadi sarjana psikologi dan psikologyang etis, berikut merupakan pasal-pasalyang mengatur kode etik psikolog dalam kodeetik himpsi :

Pasal 2 (Prinsip Umum Bab 1)

Prinsip A: Penghormatan pada Harkat Martabat Manusia

(1) Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologiharus menekankan

pada hak asasi manusiadalam melaksanakan

layanan psikologi.

(2) Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologi

menghormati martabatsetiap orang serta hak-

hak individu akankeleluasaan pribadi,

kerahasiaan dan pilihanpribadi seseorang.

(3) Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologimenyadari bahwadiperlukan kehati-

hatian khusus untukmelindungi hak dan

kesejahteraan individuatau komunitas yang karena keterbatasan

yang ada dapatmempengaruhiotonomi dalampengambilankeputusan.

(4) Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologi

menyadari danmenghormati

perbedaan budaya, individu dan peran,

termasuk usia, gender, identitas gender, ras, suku bangsa, budaya,

asal ke-bangsaan, orientasi seksual, ketidakmampuan

(berkebutuhan khusus), bahasa dan status

sosialekonomi, sertamempertimbangkan

faktor-faktor tersebutpada saat bekerja

dengan orang-orang dari kelompok tersebut.

(5) Psikolog dan/atauIlmuwan Psikologi

berusaha untukmenghilangkanpengaruh bias

faktorfaktor tersebutpada butir (3) dan

menghindariketerlibatan baik yang disadari maupun tidak

disadari dalam aktifitas-aktifitas yang didasari

oleh prasangka.

Prinsip B: Integritas dan Sikap Ilmiah

(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus mendasarkan pada dasar dan etika ilmiah terutama padapengetahuan yang sudah diyakini kebenarannya oleh komunitas psikologi.

(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi senantiasa menjaga ketepatan, kejujuran, kebenaran dalam keilmuan, pengajaran, pengamalan dan praktik psikologi.

(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak mencuri, berbohong, terlibat pemalsuan (fraud), tipuan atau distorsifakta yang direncanakan dengan sengaja memberikan fakta-fakta yang tidak benar.

(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berupaya untuk menepati janji tetapi dapat mengambil keputusan tidakmengungkap fakta secara utuh atau lengkap HANYA dalam situasi dimana tidak diungkapkannya fakta secara etis

dapat dipertanggungjawabkan untuk meminimalkan dampak buruk bagi pengguna layanan psikologi.

(5) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan kebutuhan, konsekuensidan bertanggung jawab untuk memperbaiki ketidakpercayaan atau akibat buruk yang muncul dari penggunaan

teknik psikologi yang digunakan.

Prinsip C : Profesional

•(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harusmemiliki kompetensi dalam melaksanakan segalabentuk layanan psikologi, penelitian, pengajaran, pelatihan, layanan psikologi dengan menekankanpada tanggung jawab, kejujuran, batasankompetensi, obyektif dan integritas.

•(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologimembangun hubungan yang didasarkan padaadanya saling percaya, menyadari tanggungjawabprofesional dan ilmiah terhadap pengguna layananpsikologi serta komunitas khusus lainnya.

•(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menjunjungtinggi kode etik, peran dan kewajiban profesional, mengambil tanggung jawab secara tepat atastindakan mereka, berupaya untuk mengelolaberbagai konflik kepentingan yang dapatmengarah pada eksploitasi dan dampak buruk.

(6) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam situasi tertentu bersedia untuk menyumbangkan sebagian waktuprofesionalnya tanpa atau dengan sedikit kompensasi keuntungan pribadi.

(5) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlu mempertimbangkan dan memperhatikan kepatuhan etis dan profesionalkolega-kolega dan/atau profesi lain.

(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dapat berkonsultasi, bekerjasama dan/atau merujuk pada teman sejawat, profesional lain dan/atau institusi-institusi lain untuk memberikan layanan terbaik kepada pengguna layanan psikologi.

Prinsip D : Keadilan

(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memahami bahwakejujuran dan ketidakberpihakan adalah hak setiap orang. Olehkarena itu, pengguna layanan psikologi tanpa dibedakan olehlatarbelakang dan karakteristik khususnya, harus mendapatkan

layanan dan memperoleh keuntungan dalam kualitas yang setaradalam hal proses, prosedur dan layanan yang dilakukan.

(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menggunakan penilaianyang dapat dipertanggungjawabkan secara profesional, waspada

dalam memastikan kemungkinan bias-bias yang muncul, mempertimbangkan batas dari kompetensi, dan keterbatasankeahlian sehingga tidak mengabaikan atau mengarah kepada

praktik-praktik yang menjamin ketidakberpihakan.

Prinsip E : Manfaat

• (1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha maksimal memberikanmanfaat pada kesejahteraan umat manusia, perlindungan hak danmeminimalkan resiko dampak buruk pengguna layanan psikologi sertapihak-pihak lain yang terkait.

• (2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi apabila terjadi konflik perlumenghindari serta meminimalkan akibat dampak buruk; karenakeputusan dan tindakan-tindakan ilmiah dari Psikolog dan/ atau IlmuwanPsikologi dapat mempengaruhi kehidupan pihak-pihak lain.

• (3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi perlu waspada terhadapkemungkinan adanya faktor-faktor pribadi, keuangan, sosial, organisasimaupun politik yang mengarah pada penyalahgunaan atas pengaruhmereka.

Pasal 13 Sikap Profesional

Selain pasal-pasal tersebut, untuk menjadi psikolog yang etis harus memiliki

sikap professional dalam memberikan pelayanan psikologinya. Berikut

salah satu pasal di kode etik himpsi yang mengatur tentang sikap

professional tersebut :

a) Mengutamakan dasar-dasar profesional.

b) Memberikan layanankepada semua pihak yang

membutuhkannya.

c) Melindungi pemakailayanan psikologi dariakibat yang merugikan

sebagai dampak layananpsikologi yang diterimanya.

d) Mengutamakan ketidakberpihakan dalam

kepentingan pemakailayanan psikologi serta

pihak-pihak yang terkaitdalam pemberian

pelayanan tersebut.

e) Dalam hal pemakailayanan psikologi

menghadapi kemungkinanakan terkena dampak

negatif yang tidak dapatdihindariakibat pemberian

layanan psikologi yang dilakukan oleh Psikolog

dan/atau IlmuwanPsikologi maka pemakai

layanan psikologi tersebutharus diberitahu.

KOMPARASI KODE ETIK APA DAN HIMPSI

• APA (American Psychological Association)

Merupakan organisasi ilmiah dan profesional terbesar Psikolog di Amerika Serikat dan merupakanasosiasi terbesar di dunia psikolog dengan sekitar 152,000 anggota, termasuk para ilmuwan, pendidik, dokter, konsultan dan mahasiswa. Didirikan pada bulan Juli 1892 di Clark University oleh suatukelompok yang terdiri dari 26 orang. Pemimpin pertamanya, yang disebut sebagai presiden, adalah G. Stanley Hall.

• HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia)

merupakan satu-satunya organisasi profesi psikologi di Indonesia, didirikan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1959 dengan nama IkatanSarjana Psikologi, disingkat ISPsi. Sejalan dengan perubahan sistimpendidikan tinggi di Indonesia, melalui Kongres Luar Biasa padatahun 1998 di Jakarta, organisasi ini mengubah nama menjadiHimpunan Psikologi Indonesia, disingkat Himpsi.

Sebagai organisasi profesi, Himpsi merupakan wadah berhimpunnya

profesional Psikologi (Sarjana Psikologi, Magister Psikologi, Doktor Psikologi

dan Psikolog).Sejak tahun 2003, lulusan program pendidikan profesi psikologi

sudah setara dengan jenjang Magister.Misi utama Himpsi adalah

pengembangan keilmuan dan profesi psikologi di Indonesia.

Persamaan Kode Etik APA Dan HIMPSI

PERBEDAAN KODE ETIK APA DAN HIMPSI

Kode Etik HIMPSI menjelaskan tentang batasan Kompetensi, sedangkan APA tidak

Dalam pasal Konflik Kepentingan ; HIMPSI lebih rinci dan jelas

dari APA

Dalam Kode Etik HIMPSI, terdapat pasal manipulasi penelitian,

sedangkan dalam Kode Etik APA tidak. Mungkin karena di Indonesia banyak

Plagiat

Penghormatan harkat dan martabat dalam Kode Etik Himpsi lebih

rinci dari APA. Mungkin karena disini adalah budaya Timur dan

banyaknya Kebudayaan di

Negara ini

Informed Konsen dalam Kode Etik Himpsi lebih rinci

Isu Etika Kode Etik HIMPSI lebih rinci, mungkin alasannya sama dengan poin 4

Bentuk-bentuk, jenis-jenis, dan segala macam tentang pelanggaran lebih detail dalam Kode Etik Himpsi

Dan ini yang paling membedakan mungkin, dalam Kode Etik HIMPSI terdapat pasal Psikologi Forensik. Pasal ini muncul akibat dari kecerobohan dalam profesionalisme yang terjadi pasa kasus RYAN (pria homoseksual yang memutilasi pasangan-pasangannya)

top related