kemitraan antara bidan desa atau polindes dengan puskesmas dan pemanfaatan data yang dimiliki serta...
Post on 25-Dec-2015
42 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
“Kemitraan Antara Bidan Desa atau Polindes Dengan Puskesmas dan
Pemanfaatan Data yang Dimiliki Serta Sinergisme Penggunaan Data
Tersebut”
Makalah
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Rumah Sakit dan Puskesmas
Oleh:
Muhibatul Karimah 112110101006
Madinatul Munawarah 112110101094
Arindha Novia. D 112110101127
BAGIAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas untuk menyusun makalah kami yang berjudul
“Kemitraan Antara Bidan Desa atau Polindes Dengan Puskesmas dan
Pemanfaatan Data yang Dimiliki Serta Sinergisme Penggunaan Data
Tersebut”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Rumah Sakit dan Puskesmas pada semester 6 yang disusun
secara singkat dan sederhana agar mudah dipahami, sehingga dapat
digunakan sebagai alat penunjang kegiatan belajar mahasiswa, khususnya di
lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, serta lingkungan Universitas
Jember pada umumnya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung terlaksananya serta terwujudnya makalah ini,
yaitu:
1. Ery Witcahyo, S.KM, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah
Manajemen Rumah Sakit dan Puskesmas;
2. Pihak-pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah
ini.
Akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan. Semoga makalah ini
dapat membantu dosen dalam rangka penilaian dan dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami selaku penulis mohon maaf bila terdapat kesalahan.
Jember, Mei 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bidan Desa.............................................................................................3
2.2 Pondok Bersalin Desa “POLINDES”...................................................3
2.3 Puskesmas..............................................................................................4
2.4 Bidan Koordinator..................................................................................6
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Sinergisme Data Bidan Desa dan Puskesmas.......................................12
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................................20
4.2 Saran.......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan secara langsung, Dinas
Kesehatan memiliki unit-unit pelayanan kesehatan di bawahnya yaitu
puskesmas, pustu, dan polindes sebagai unit terdepan. Dari ketiga unit
pelayanan tersebut, polindes merupakan unit terdepan dan memiliki
jangakauan hingga ke tengah masyarakat. Keberlangsungan pelayanan pada
polindes tidak terlepas dari peran bidan desa setempat, tenaga bidan di desa
ini merupakan tenaga kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat, serta
diharapkan paling mengetahui keadaan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin
dan bayi di desa. Melihat besarnya tanggung jawab yang harus diemban,
setiap bidan di desa perlu memiliki kesadaran yang tinggi akan pelaksanaan
tugas. Artinya setiap tenaga bidan di desa sebelum turun ke desa untuk
berbaur dan hidup bersama dengan masyarakat, perlu diberikan bimbingan
dan orientasi secara baik tentang kondisi yang mungkin dihadapi di desa
tempat mereka bekerja (Depkes RI, 2001).
Salah satu masalah kesehatan di Indonesia adalah tingginya angka
kematian ibu dan angka kematian bayi, hal ini perlu mendapat perhatian
dengan melaksanakan kegiatan perbaikan dan peningkatan kesehatan ibu.
Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan.
Tanpa ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang
dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan
pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi yang berharga dan bernilai
bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan informasi
merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data
dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan
organisasi tersebut.
Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan
khususnya bagi dinas kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadi Puskesmas juga merupakan fondasi dari data kesehatan. Sehingga
diharapakan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif dan
reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan
1
kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan
perlu dicatat, dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah
informasi tentang pelaksanaan progam dan perkembangan masalah
kesehatan masyarakat. Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan,
diintegrasikan agar menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana kemitraan antara bidan desa atau polindes dengan
puskesmas dan pemanfaatan data yang dimiliki serta sinergisme
penggunaan data tersebut?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui kemitraan antara bidan desa atau polindes dengan
puskesmas dan pemanfaatan data yang dimiliki serta sinergisme
penggunaan data.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bidan Desa
Penempatan bidan di desa bertujuan agar tenaga kesehatan tersebut
dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan di wilayah kerjanya
demi tercapainya target derajat kesehatan masyarakat dengan indikator
menurunnya angka kematian ibu, bayi, anak balita dan menurunkan angka
kelahiran serta meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat.
a. Pengertian bidan di desa
Bidan di Desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal
serta bertugas melayani masyarakatdalam pencapaian target derajat
kesehatan diwilayah kerjanya yang meliputi satu sampai dua desa,
dalam melaksanakan tugasnya bidan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Puskesmas setempat dan bekerja sama dengan perangkat
desa.
Kebijakan penempatan tersebut diharapkan para bidan di desa dapat
mengarahkan kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan bekerja
secara efektif dan efesien para bidan di desa diharapkan mampu
memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya penurunan angka
kematian ibu dan kematian bayi.
b. Peran, Fungsi dan tugas bidan desa.
Bidan desa sebagai staf puskesmas yang bertugas di desa yang
berfungsi sebagai pelaksana KIA-KB di desa. Adapun tugas bidan desa
adalah :
1) Mendata ibu hamil
2) Menganalisa masalah kesehatan ibu hamil dan merencanakan
tindak lanjut
3) Menggerakkan peran serta masyarakat khususnya ibu
hamil/kelompok peminat KIA
4) Melatih dan membina kader serta dukun bayi
5) Memberikan pertolongan persalinan di rumah penduduk dan
pondok persalinan
6) Memberikan pengobatan dini pada pada ibu hamil dengan resiko
3
7) Melakukan kunjungan rumah dan melakukan tindak lanjut
8) Melakukan pencatatan dan pelaporan
9) Konsultasi kepada dokter puskesmas
10) Kerjasama dengan sector-sektor terkait
11) Membina posyandu.
2.3 Pondok Bersalin Desa “POLINDES”
POLINDES atau Pondok bersalin desa adalah Suatu tempat atau
lembaga Unit Kegiatan Bersam Masyarakat (UKBM) yang didirikan oleh
masyarakat atas dasar musyawarah sebagai sebagai kelengkapan
kelengkapan dari pembangunan pembangunan kesmas untuk memberikan
memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga
Berencana (KB) dikelola oleh bidan desa (bides) bekerjasama dengan dukun
bayi dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat
a. Tujuan Pondok Bersalin Desa
1) Tujuan Umum
Memperluas jangkauan, meningkatkan mutu dan mendekatkan
layanan
KIA termasuk KB kpd masyarakat.
2) Khusus
a) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan KIA dan
Kesehatan Keluarga.
b) Meningkatkan pembinaan dukun bayi melalui bidan di
desa.
c) Meningkatkan kesempatan konsultasi dan penyuluhan
kesehatan bidan desa bagi ibu dan keluarganya,
khususnya dlm program KIA, Kb, gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare dan ISPA.
d) Meningkatkan Mutu pelayanan kesehatan bayi dan anak
serta pelayanan kesehatan lainnya oleh bidan dengan
kewenangannya.
4
b. Fungsi POLINDES
1) Sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu dan anak (termasuk
KB).
2) Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan
persalinan
3) Sebagai tempat konsultasi, konsultasi, penyuluhan penyuluhan
dan pendidikan. Kesehatan bagi masyarakat,dukun bayi, dan
kader
c. Kegiatan Polindes
1) Pemeriksaan kehamilan, termasuk pemberian imunisasi pada ibu
hamil, deteksi dini pada kehamilan.
2) Menolong persalinan normal dan resiko sedang.
3) Memberikan pelayanan kesehatan pada ibu nifas dan menyusui.
4) Memberikan pelayanan kesehatan pada neonatal, bayi, balita,
anak pra sekolah, imunisasi dasar pada bayi.
5) Memberikan pelayanan KB
6) Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada
kehamilan dan persalinan yang resti baik bagi ibu maupun
bayinya.
7) Menampung rujukan bagi dukun bayi dan kader kesehatan.
8) Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
9) Melatih dan membina dukun bayi maupun kader.
10) Mencatat dan melaporkan kegiatan yang dilaksanakan pada
11) puskesmas.
d. Syarat Polindes
1) Tersedianya bidan di desa yang siap siaga didesa.
2) Tersedia sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sesuai
standar pelayanan minimal untuk bidan praktek.
3) Memenuhi persyaratan rumah sehat: air
bersih,Ventilasi,Penerangan Penerangan cukup , Pembuangan
Pembuangan air limbah,Pekarangan limbah,Pekarangan yg
bersih, Ukuran min 3x4 m2.
5
4) Lokasi di tengah penduduk yg dpt dicapai dg mudah oleh
penduduk sekitarnya dan dapat dijangkau dg kendaraan roda
empat .
5) Tersedia tempat u/ mlkkn pertolongan persalinan dan perawatan
post partum, min 1 tempat tidur.
e. Pembiayaan dan Oprasional
1) Biaya yang dipungut ditetapkan secara swadana dengan.
2) musyawarah bersama masyarakat dan disesuaikan dengan
3) kemampuan masyarakat setempat.
4) Dapat di koordinasikan dengan daerah melalui dana
5) Kesehatan APBD untuk pembentukan desa siaga
6) Operasional polindes tidak diperlukan surat izin, cukup
ndilaporkan dan dicatat pada puskesmas setempat, kalaupun
perlu cukup dibuat tingkat desa atau kecamatan.
2.4 Puskesmas
a. Pengertian
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
1) Unit Pelaksana Teknis Sebagai unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di
Indonesia.
2) Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah
penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
3) Penanggungjawab Penyelenggaraan Penanggungjawab utama
penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di
6
wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya
sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4) Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas
adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat
lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah
kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing
puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab
langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia
Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masayarakat kecamatan masa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai
mencakup 4 indikator utama yakni:
1) Lingkungan sehat
2) Perilaku sehat
3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4) Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada
visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan situasi dan kondisi
masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.
c. Misi
7
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah:
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan
sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar
memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-
tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu
berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju
kemandirian untuk hidup sehat.
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan
masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan
serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat
dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga
dan masyarakat berserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan
ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan yang dilakukan puskesmas mencakup
pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.
8
d. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
e. Fungsi
1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping
itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan
dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan.
2) Pusat pemberdayaan masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha
memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri
dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,
serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan,
keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
9
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi:
a) Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang
bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,
tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan
untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang
bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan
masyarakat lainnya.
f. Azas penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas
secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas tersebut
dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya
adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik
upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah:
1) Azas pertanggungjawaban wilayah
Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah
pertanggungjawaban wilayah. Dalam arti puskesmas
10
bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini
puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain
sebagai berikut:
a) Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat
kecamatan, sehingga berwawasan kesehatan
b) Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
c) Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya
d) Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)
secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh
puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan di desa serta
berbagai upaya kesehatan di luar gedung puskesmas lainnya
(outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari
pelaksanaan azas pertanggungjawaban wilayah.
2) Azas pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan puskesmas yang kedua adalah
pemberdayaan masyarakat. Dalam arti puskesmas wajib
memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas.
Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui
pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka
pemberdayaan masyarakat antara lain:
a) Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina
Keluarga Balita (BKB)
b) Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c) Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi,
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
11
d) Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan
orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren)
e) Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air
(Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan
(DPKL)
f) Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda
g) Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos
UKK)
h) Upaya kesehatan jiwa: posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan
Jiwa Masyarakat (TPKJM)
i) Upaya pembinaan pengobatan tradisional: Taman Obat
Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Battra)
j) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif): dana
sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), mobilisasi dana
keagamaan
3) Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah
keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta
diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya
puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin
sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang
perlu diperhatikan, yakni:
a) Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas
program antara lain:
(1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan
KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan
(2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan,
12
kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan
kesehatan jiwa
(3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi
(4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M,
kesehatan jiwa, promosi kesehatan
b) Keterpaduan lintas sektor Keterpaduan lintas sektor adalah
upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas
(wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk
organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh
keterpaduan lintas sektor antara lain:
1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama
2) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama,
pertanian
3) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB
4) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan,
agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB
5) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan
sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga
kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan
6) Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia
usaha.
4) Azas rujukan
Azas penyelenggaraan puskesmas yang keempat adalah rujukan.
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama,
13
kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal
puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan
berbagai permasalahan kesehatannya. Untuk membantu
puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut
dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan
setiap upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi)
harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas
kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan
secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti satu strata
sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan
lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya
kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas ada dua macam
rujukan yang dikenal, yakni:
a) Rujukan upaya kesehatan perorangan Cakupan rujukan
pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu
kasus penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib
merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih
mampu (baik horisontal maupun vertikal).
Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya memerlukan
rawat jalan sederhana, dirujuk ke puskesmas. Rujukan upaya
kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam:
(1) Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan medik (biasanya operasi) dan lain-lain.
(2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
(3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan
tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan
bimbingan kepada tenaga puskesmas dan ataupun
menyelenggarakan pelayanan medik di puskesmas.
14
b) Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan
apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan,
padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi
kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak
mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, maka
puskesmas tersebut wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
dibedakan atas tiga macam:
(1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman
peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium
kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan
obat, vaksin, bahan-bahan habis pakai dan bahan
makanan.
(2) Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli
untuk penyelidikan kejadian luar biasa, bantuan
penyelesaian masalah hukum kesehatan,
penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana
alam.
(3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya
masalah kesehatan masyarakat dan tanggungjawab
penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara
lain Upaya Kesehatan Sekolah, Upaya Kesehatan
Kerja, Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air
bersih) kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Rujukan operasional diselenggarakan apabila
puskesmas tidak mampu.
15
Secara skematis pelaksanaan azas rujukan dapat
digambarkan sebagai berikut:
2.5 Bidan koordinator (Bikor)
1) Pengertian
Bidan koordinator (Bikor) adalah bidan di puskesmas atau di
dinas kesehatan kabupaten/kota yang karena kemampuannya
mendapat tanggung jawab membina bidan di wilayah kerjanya
baik secara perorangan maupun berkelompok.
2) Tugas pokok bikor adalah :
a) Melaksanakan penyeliaan, pemantauan, dan evaluasi kinerja
bidan di wilayah kerjanya terhadap aspek klinis profesi dan
manajemen program KIA
b) Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor baik
secara horizontal dan vertical ke dinas kesehatan
kabupaten/kota maupun pihak lain yang terkait.
c) Membina hubungan kerja bidan dalam tatanan organisasi
puskesmas maupun hubungannya dengan organisasi dinas
kesehatan kabupaten/kota, serta organisasi profesi yang
berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi bidan.
16
3) Fungsi Bikor
Untuk menjalankan tugas pokok diatas, maka Bikor diharapkan
menjalankan fungsi:
a. Membimbing pengetahuan, keterampilan klinis profesi dan
sikap bidan.
b. Membina bidan dalam pengelolaan program KIA.
c. Melakukan pemantauan, penyeliaan dan evaluasi program
KIA termasuk penilaian terhadap prasarana dan logistik
( fasilitas pendukung ) , kinerja klinis dan kinerja manajerial
bidan di wilayah kerjanya.
d. Membantu mengidentifikasi masalah, mencari dan
menetapkan solusi serta melaksanakan tindakan koreksi yang
mengarah pada peningkatan mutu pelayanan KIA.
e. Memberi dorongan motivasi dan membangun kerjasama tim
serta memberikan bimbingan teknis di tempat kerja kepada
bidan di wilayah kerjanya.
f. Melakukan kerjasama tim lintas program dan lintas sektor
baik secara horizontal (pada tingkat puskesmas) dan vertikal
(pada tingkat kabupaten).
g. Bersama dengan pimpinan puskesmas mengusulkan
pemberian penghargaan terhadap bidan berprestasi,
kesempatan untuk peningkatan pendidikan dan
pengembangan karir bidan.
4) Kedudukan Bikor
Kedudukan seorang Bikor sebagai berikut:
a) Bikor Puskesmas berkedudukan di Puskesmas
b) Bikor Kabupaten berkedudukan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
c) Bikor puskesmas bertanggung jawab terhadap pengelola
program KIA puskesmas dan Kepala Puskesmas. Bikor
Kabupaten bertanggung jawab terhadap pengeloladan
17
penanggung jawab program KIA di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
5) Tata Hubungan Kerja
Bikor yang tenaganya sangat dibutuhkan, tidak hanya bekerja
untuk meningkatkan kinerja bidan di wilayah kerjanya, namun
diharapkan juga menjalin kerjasama lintas sektor dan lintas
program serta mendorong terjadinya perubahan sistem
penyeliaan hingga ke tingkat dinas kesehatan kabupaten/ kota
dan propinsi. Tata Hubungan Kerja bikor sebagai tenaga
fungsional bidan mengikuti skema dibawah ini (Skema 3.1.).
Pada Skema 3.1. tampak hubungan kerja bikor puskesmas dan
kaitannya dengan pengelola program KIA di kabupaten/kota.
Pertemuan dengan bidan di desa dilakukan setiap bulan,
sementara pertemuan dengan BPS dan RB di wilayah kerja
18
BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Sinergisme Data Bidan Desa dan Puskesmas
Data Yang Dimiliki Bidan Desa. Jenis data yang dihasilkan dari Bidan
Desa/Polindes antara lain :
a. Data PWS KIA
b. Data LB3 KIA
c. Data PWS KB
d. Data LB3 Kusub
e. Data Laporan Gizi (Laporan BGM, BGT, LB3 dan SKDN)
f. Data Imunisasi
Data sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan
dukun bayi yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru
lahir, bayi dan anak balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA dan
bagi ibu hamil dipasang stiker P4K di depan rumahnya. Selain itu data
sasaran juga dapat diperoleh dengan mengumpulkan data sasaran yang
berasal dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah
kerjanya.
Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA di
dalam kartu ibu, kohort Ibu, formulir MTBM, formulir MTBS, kartu bayi,
kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan harus
dilakukan segera setelah bidan melakukan pelayanan. Pencatatan tersebut
diperlukan untuk memantau secara intensif dan terus menerus kondisi dan
permasalahan yang ditemukan pada para ibu, bayi dan anak di
desa/kelurahan tersebut, antara lain nama dan alamat ibu yang tidak datang
memeriksakan dirinya pada jadwal yang seharusnya, imunisasi yang belum
diterima para ibu, penimbangan anak dan lain lain. Selain hal tersebut bidan
di desa juga mengumpulkan data pelayanan yang berasal dari lintas program
dan fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerjanya.
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam
buku kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan
Koordinator di Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua
BdD dan mengolahnya menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan
19
KIA bulanan yang disebut PWS KIA. Informasi per desa/kelurahan dan per
kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk grafik PWS KIA yang harus
dibuat oleh tiap Bidan Koordinator.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan Bikor sebagai bagian dari
tim Puskesmas atau dinas kesehatan kabupaten/kota. Bikor bersama tim
diharapkan dapat melakukan pemantauan dan evaluasi baik untuk kinerja
klinis profesi bidan maupun kinerja manajerial program KIA. Dari aspek
waktu, kegiatan pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara berkala.
Kegiatan pemantauan dapat dilakukan setiap 3-4 bulanan, sedangkan
evaluasi internal dapat dilakukan 2 kali dalam setahun.
Tujuan utama pemantauan dan evaluasi adalah untuk menilai tingkat
pencapaian program. Kegiatan pemantauan (monitoring) lebih terfokus pada
hasil antara pencapaian pelayanan (cakupan pelayanan ibu hamil; ibu
bersalin; neonatal; nifas; bayi, anak balita, penanganan komplikasi obstetri
dan neonatal termasuk imunisasi lengkap; pemberian tablet Fe; vit A bufas,
vit K1; pemberian ASI segera dan ASI eksklusif; KB, pemberian kapsul
Yodium didaerah endemis,dll ), sedangkan kegiatan evaluasi lebih terfokus
pada indikator keberhasilan program KIA (sesuai Standar Pelayanan
Minimal).
Hasil pencatatan (seperti Partograf, kohort ibu, kohort bayi, kartu
kunjungan bayi, status bayi, KMS, buku KIA, register persalinan, status KB,
status gizi balita, otopsi verbal kematian ibu dan bayi, surat keterangan
kelahiran, surat keterangan kematian ibu dan bayi, formulir rujukan) dan
pelaporan juga digunakan untuk memantau pencapaian program KIA.
Untuk pemantauan sistem penyeliaan dapat digunakan beberapa
indikator keberhasilan, antara lain :
1) Persentase Puskesmas dengan Bikor yang dilatih penyeliaan
fasilitatif
2) Persentase Bidan desa dan puskesmas yang mendapat kunjungan
penyeliaan
20
3) Persentase Bidan Praktek Swasta dan bidan yang bekerja di RB yang
mendapat kunjungan penyeliaan
4) Peningkatan tingkat kepatuhan polindes dan puskesmas terhadap
standar pelayanan KIA.
5) Persentase Puskesmas yang melakukan pertemuan konsultatif secara
teratur.
Untuk evaluasi program KIA, Bikor bersama tim dapat
menggunakan seluruh data kegiatan penyeliaan, data kegiatan pemantauan
ditambah informasi dari para pemberi pelayanan (petugas kesehatan) dan
penerima pelayanan (masyarakat). Penguatan sistem penyeliaan dan peran
Bikor diharapkan dapat memberi dampak pada percepatan penurunan angka
kematian bayi dan ibu.
Hasil penyeliaan, pemantauan dan evaluasi pada akhirnya sangat
berguna untuk dasar perencanaan tahunan berbasis data sehingga intervensi
yang akan dilakukan lebih mengena sasaran / menyelesaikan permasalahan
yang ada karena benar-benar berdasarkan bukti sebagai langkah perbaikan
mutu secara berkelanjutan.
21
Hubungan Kerja Bikor Puskesmas Dan Kaitannya Dengan Pengelola Program Kia Di Kabupaten/Kota
22
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
b. Di dalam puskesmas terdapat Bidan koordinator (Bikor) yang
merupakan bidan di puskesmas atau di dinas kesehatan
kabupaten/kota yang karena kemampuannya mendapat tanggung
jawab membina bidan di wilayah kerjanya baik secara perorangan
maupun berkelompok.
c. Bidan Koordinator bertugas untuk mengkoordinasikan Bidan Desa
dalam melakukan pencatatan laporan bulanan mengenai, Data PWS
KIA ,Data LB3 KIA, Data PWS KB, Data LB3 Kusub Data
Laporan Gizi (Laporan BGM, BGT, LB3 dan SKDN), Data
Imunisasi di satu desa/kelurahan.
d. Bidan Koordinator di Puskesmas menerima laporan bulanan
tersebut dari semua BdD dan mengolahnya menjadi laporan dan
informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS
KIA.
4.2 Saran
Perlu adanya hubungan baik selain dalam ruang lingkup kerja
antara bidan koordiantor dan bidan desa. Bidan coordinator yang
mewakili puskesmas dan bidan desa yang mewakili polindes dapat
melakukan beberapa hal antara lain :
1. Perlu mengadakan kegiatan rutin seperti sharing, untuk mempererat
hubungan antara keduanya.
2. Perlu dipantau alur informasi antara kedua pihak.
23
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Wawan. 2007. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kinerja bidan di Desa Dalam Pertolongan Persalinan di Kabupaten
Tasikmalaya. Semarang; Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Universitas Diponegoro Semarang [PROPOSAL TESIS]
[http://eprints.undip.ac.id/17678/1/wawan_setiawan.pdf] [Serial On
Line : Mei 2014]
Kementerian Kesehatan RepubliK Indonesia. 2010. Pedoman Bidan
Koordinator. Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
[http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2013
/08/Buku-Pedoman-Bidan-Koordinator.pdf] [Serial On Line : Mei
2014]
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat
[http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2013/08/
Buku-Pedoman-Bidan-Koordinator.pdf]
top related