kelompok 5
Post on 08-Jul-2016
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara reguler, berulang dan
reversibel dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap rangsangan dari luar lebih
tinggi jika dibandingkan dengan keadaan jaga.
Gangguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada
penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan
masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda,
serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.
Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama
semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah kesehatan. Di dalam praktek sehari-
hari, kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu
penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru
akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan
tidur merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan
datang.
Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut dapat dibagi menjadi: kesulitan masuk
tidur (sleep onset problems), kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance
problem), dan bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA). Gejala dan tanda
yang sering muncul sering kombinasi ketiganya, munculnya ada yang sementara atau
kronik.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Gangguan Tidur
Tidur merupakan alah satu cara untuk melepas kelelahan baik jasmani maupun
mental. Menurut (Peter, 1985: 10) berpendapat bahwa tidur merupakan suatu keadaan
yang sederhana. Dalam keadaan tidur, sedikit sekali yang dapat diingat secara normal
dapat dikatakan bahwa dalam tidur semua system dalam tubuh kita berkurang
kegiatannya. Pengurangan ini sampai batas paling dasar dan akan tetap dalam batas ini
sapai kita bangun kembali keesokan harinya.
Menurut (Rafknowledge, 2004: 57) Kesulitan tidur / insomnia ringan merupakan
keadaan yang kerap dikeluhkan dengan kendala-kendala seperti kesulitan tidur, tidur
tidak tetang, kesulitan menahan tidur, sering terbangun dipertengahan malam, dan
seringnya terbangun diawal.Insomnia yang kita alami bisa berlangsung beberapa hari
saja sampai dua atau tiga mingggu.tetapi pada kasus yang kronis insomnia bisa bertahan
lebih lama lagi. Menurut (Rafknowladge, 2004), kesulitan tudur/ insomnia ringan
biasanya dipicu oleh stress, suasana ramai atau berisik, perbedaan suhu udara, perubahan
lingkungan sekitar, masalah jadwal tidur dan bangun yang tidak teratur, efek samping
pengobatan.
2.2 Macam-macam Gangguan Tidur
Klasifikasi Umum Gangguan Tidur
Gangguan Tidur Primer
Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan disebabkan oleh gangguan
mental lain, kondisi medik umum, atau zat. Gangguan tidur ini dibagi dua yaitu disomnia
dan parasomnia. Disomnia ditandai dengan gangguan pada jumlah,kualitas, dan waktu
tidur. Parasomnia dikaitkan dengan perilaku tidur atau peristiwa fisiologis yang dikaitkan
dengan tidur, stadium tidur tertentu atau perpindahan tidur bangun. Disomnia terdiri dari
insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi,gangguan tidur yang berhubungan
dengan pernafasan, gangguan ritmik sirkadiantidur, dan disomnia yang tidak dapat
diklasifikasikan. Parasomnia terdiri dari gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur,
berjalan saat tidur, dan parasomnia yang tidak dapat diklasifikasikan.
Gangguan tidur terkait gangguan mental lain
Gangguan tidur terkait gangguan mental lain yaitu terdapatnya keluhan
gangguan tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan mental lain (sering
karena gangguan mood) tetapi tidak memenuhi syarat untuk ditegakkan sebagai
gangguan tidur tersendiri. Ada dugaan bahwa mekanisme patofisiologik yang
mendasari gangguan mental juga mempengaruhi terjadinya gangguan tidur-bangun.
Gangguan tidur ini terdiri dari: Insomnia terkait aksis I atau II dan Hipersomnia
terkait aksis I atau II.
Gangguan tidur akibat kondisi medik umum
Gangguan akibat kondisi medik umum yaitu adanya keluhan gangguan tidur
yang menonjol yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik
umum terhadap siklus tidur-bangun.
Gangguan tidur akibat zat
Yaitu adanya keluhan tidur yang menonjol akibat sedang menggunakan atau
menghentikan penggunaan zat (termasuk medikasi). Penilaian sistematik terhadap
seseorang yang mengalami keluhan tidur seperti evaluasi bentuk gangguan tidur yang
spesifik, gangguan mental saat ini, kondisi medik umum, dan zat atau medikasiyang
digunakan, perlu dilakukan.
Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur banyak
terjadi di kalangan lansia.
1. Insomnia
Insomnia adalah ketakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk
melakukannya. Lansia rentan terhadap insomnia karena adanya perubahan pola tidur,
biasanya menyerang tahap 4 (tidur dalam). Keluhan insomnia mencakup ketidak
mampuan untuk kembali tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk kembali
tidur dan terbangun pada dini hari. Karena insomnia merupakan gejala, maka
perhatian harus diberikan pada faktor-faktor biologis, emosional, dan medis yang
berperan, juga pada kebiasaan tidur yang buruk. Insomnia terdiri dari tiga jenis:
Jangka pendek: Berakhir beberapa minggu dan muncul akibat pengalaman stress
yang bersifat sementara seperti kehilangan orang yang dicintai, tekanan di tempat
kerja, atau takut kehilangan pekerjaan. Biasanya kondisi ini dapat hilang tanpa
intervensi medis setelah orang tersebut beradaptasi terhadap stressor.
Sementara: Episode malam gelisah yang tidak sering terjadi yang disebabkan
oleh perubahan-perubahan lingkungan seperti jet Lag, kontruksi bangunan yang
bising, atau pengalaman yang menimbulkan ansietas.
Kronis: Berlangsung selama 3 minggu atau seumur hidup. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh kebiasaan tidur yang buruk, masalah psikologis, penggunaan
obat tidur berlebihan, penggunaan alkohol berlebihan, gangguan jadwal tidur
bangun, dan masalah kesehatan lainnya. Empat puluh persen insomnia kronis
disebabkan oleh masalah fisik seperti apnea tidur, sindrom kaki gelisah, atau
nyeri kronis karena artritis. Insomnia kronis biasanya memerlukan intervensia
psikiatrik atau medis.
2. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau 9 jam periode 24 jam,
dengan keluhan tidur berlebihan. Penyebab hiperinsomnia masih bersifat sspekulatif
tetapi dapat berhubungan dengan ketidakefektifan, gaya hiduo yang membosankan,
atau depresi. Orang tersebut dapat menunjukkan mengantuk di siang hari yang
persisten, mengalami “serangan tidur”, tampak mabuk atau komatose, atau
mengalami mengantuk pascaensefalitik. Keluhan keletihan, kelemahan, dan kesulitan
mengingat atau belajar merupakan hal yang sering terjadi.
3. Apne Tidur
Apnea Tidur adalah berhentinya pernapasan selama tidur. Gangguan ini di
identifikasi dengan gejala “mendengkur, berhentinya pernapasan minimal 10 detik,
dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa. Selama tidur, pernapasan dapat berhenti
paling banyak 300 kali, dan episode apnea dapat berakhir dari 10 sampai 90 detik.
Pria dewasa dengan riwayat mendengkur yang keras dan intermiten, yang juga
obesitas dengan leher yang pendek dan besar biasanya beresiko mengalami apnea
tidur. Gejala apnea tidur antara lain adalah:
Dengkuran yang keras dan periodik.
Aktivitas malam hari yang tidak biasa, seperti duduk tegak, berjalan dalam
tidur, terjatuh dari tempat tidur.
Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari (noctural waking).
Perubahan memori.
Depresi.
Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari.
Nokturia.
Sakit kepala di pagi hari.
Ortopnea akibat apnea tidur.
Pengobatan yang spesifik untuk apnea tidur melibatkan penurunan berat badan,
dengan penatalaksanaan medis atau pembedahan untuk membuang penumpukan
jaringan di area faring. Pasien dapat dianjurkan untuk menghindari alkohol dan obat-
obatan yang dapat memengaruhi respons terbangun dan untuk menggunakan bantal
tambahan atau tidur di kursi.
Semua tindakan tersebut dapat membantu mengurangi kemungkinan komplikasi yang
disebabkan oleh apnea.
2.3 Tanda-tanda Gangguan Tidur
Sebagaian besar lansia beresiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai
faktor. Proses patologis terkait usia dapat menyebabkan perubahan pola tidur. Gangguan
tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal di rumah dan
66% orang yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang. Gangguan tidur
memengaruhi kualitas hidup dan berhubungan dengan angka mortalitas yang lebih tinggi.
Di antara lansia yang sehat, beberapa diantaranya mengalami gejala-gejala yang
terkait dengan perubahan tidur dan distribusi tidur serta perilaku terjaga. Namun, banyak
juga lansia yang mengalami berbagai masalah medis dan psikososial yang mengalami
gangguan tidur. Kondisi-kondisi tersebut antara lain:
1. Penyakit psikiatrik, terutama depresi.
2. Penyakit Alzheimer dan penyakit degeneratif neuro lainnya.
3. Penyakit Kardiovaskuler dan perawatan pasca operasi bedah jantung.
4. Inkompetensi jalan napas atas.
5. Penyakit paru.
6. Sindrom nyeri.
7. Penyakit Prostatik.
8. Endokrinopati.
2.4 Dampak Gangguan Tidur
Orang lansia yang tidak bisa tidur dengan baik dan mendapatkan masalah susah tidur
biasanya akan lebih mudah beresiko mengalami depresi, masalah pada perhatian dan juga
ingatan, serta mengantuk lebih sering disiang hari dengan berlebihan. Mereka juga akan
cenderung jatuh dan merasa sensitif pada rasa sakit yang berlebihan. Selain itu masalah
gangguan tidur juga akan berdampak pada resiko mengalami penyakit jantung, penyakit
diabetes, kenaikan berat badan, dan penyakit kanker payudara.
2.5 Cara Mengatasi
1. Pencegahan Primer
Sebelas peraturan untuk mendapatkan higiene tidur yang baik telah berhasil di
identifikasi untuk pencegahan primer gangguan tidur.
Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di hari
berikutnya. Pembatasan waktu tidur dapat memperkuat tidur, berlebihnya waktu
yang dihabiskan di tempat tidur tampaknya berkaitan dengan tidur yang terputus-
putus dan dangkal.
Waktu bangun yang teratur di pagi hari memperkuat siklus sirkadian dan
menyebabkan awitan tidur yang teratur.
Jumlah latihan yang stabil setiap harinya dapat memperdalam tidur, namun,
latihan yang hanya dilakukan kadang-kadang tidak dapat memperbaiki tidur pada
malam berikutnya.
Bunyi bising yang bersifat kadang-kadang (mis, bunyi pesawat melintas) dapat
mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak terbangun oleh bunyinya dan
tidak dapat mengingatnya di pagi hari. Kamar tidur kedap suara dapat membantu
bagi orang-orang yanh harus tidur di dekat kebisingan.
Meskipun ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur, namun tida ada
bukti yang menunjukkn bahwa kamar yang terlalu dingin dapat membantu tidur.
Rasa lapar menggau tidur, kudapan ringan dapat membantu tidur.
Pil tidur yang hanya kadang-kadang saja digunakan dapat bersifat
menguntungkan, namun penggunaannya yang kronis tidak efektif pada
kebanyakan penderita insomnia.
Kafein di malam hari dapat menggau tidur, meskipun pada prang-orang yang
tidak berfikir demikia.
Alkohol membantu orang-orang yang tegang untuk tertidur lebih mudah, tetapi
tidur tersebut kemudian akan terputus-putus.
Orang-orang yang merasa marah dan frustasi karena tidak dapat tidur tidak boleh
berusaha terlalu keras untuk tertidur tetapi harus menyalakan lampu dan
melakukan hal lain yang berbeda.
Penggunaan tembakau secara kronis dapat mengganggu tidur.
2. Pencegahan sekunder
Seperti biasa, memvalidasi riwayat pengkajian dengan anggota keluarga atau
pemberian perawatan merupakan hal yang penting untuk memastikan ke akuratan dan
pengkajian jika pasien dianggap tidak kompeten untuk memberi laporan sendiri.
Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus bagi lansia
di rumahnya sendiri. Informasi ini memberikan catatan yang akurat tentang masalah
tidur. Untuk mendapatkan gambaran sejati tentang gangguan tidur yang dialami lansia
di rumah atau di fasilitas kesehatan, catatan harian tersebut harus dibuat selama 3
sampai 4 minggu. Catatan tersebut harus mencakup faktor-faktor berikut ini:
Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak dapat
tidur, atau menggunakan kamar mandi.
Kapan orang tersebut turun dari tempat tidur.
Berapa kali orang tersebut terbangun atau memberi perawatan.
Terjadinya konfusi atau disorientasi.
Penggunaan obat tidur.
Perkiraan orang tersebut bangun di pagi hari.
3. Pencegahan Tersier
Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam kehidupan,
kondisi pasien memerlukan rehabilitasi melalui tindakan-tindakan seperti
pengangkatan jaringan yang menyumbat di mulut dan memengaruhi jalan napas. Saat
ini sudah banyak pusat-pusat gangguan tidur yang tersedia di seluruh negara untuk
membantu mengevaluasi gangguan tidur. Tempat-tempat tersebut, yang biasanya
berkaitan dengan lembaga penelitian dan kedokteran klinis atau universitas,
dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih untuk mendeteksi rekaman listrik di
otak dan obstruksi pernapasan. Data-data tersebut membantu menentukan pengobatan
yang terbaik untuk mengatasi kesulitan dan merehabilitasi lansia sehingga ia dapat
menikmati tidur yang berkualitas baik sampai akhir hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Stockslager, Jaime L. 2007 . Buku Saku Gerontik edisi: 2 . Jakarta : EGC.
Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.
Cynthia M, Taylor . 2011 . Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan . Jakarta : EGC.
Insomnia,Penyebab. Penyakit insomnia pada lansia . http://penyakitinsomnia.com/penyakit-
insomnia-pada-lansia/
Insomnia,Penyebab. Penyebab insomnia, http://penyebabinsomnia.com/
Anggadipa, muhammad. (2012) gangguan-tidur-pada-lansia
https://muhammadananggadipa.wordpress.com/2012/01/12/gangguan-tidur-pada-lansia/
top related