kelompok 5

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara reguler, berulang dan reversibel dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap rangsangan dari luar lebih tinggi jika dibandingkan dengan keadaan jaga. Gangguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari, kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan datang. Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut dapat dibagi menjadi: kesulitan masuk tidur (sleep onset problems), kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance problem), dan bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA). Gejala dan tanda yang sering muncul sering

Upload: rizkhaandriyani

Post on 08-Jul-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KELOMPOK 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara reguler, berulang dan

reversibel dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap rangsangan dari luar lebih

tinggi jika dibandingkan dengan keadaan jaga.

Gangguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada

penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan

masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda,

serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut.

Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama

semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah kesehatan. Di dalam praktek sehari-

hari, kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu

penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru

akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan

tidur merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan

datang.

Secara luas gangguan tidur pada usia lanjut dapat dibagi menjadi: kesulitan masuk

tidur (sleep onset problems), kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep maintenance

problem), dan bangun terlalu pagi (early morning awakening/EMA). Gejala dan tanda

yang sering muncul sering kombinasi ketiganya, munculnya ada yang sementara atau

kronik.

Page 2: KELOMPOK 5

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Gangguan Tidur

Tidur merupakan alah satu cara untuk melepas kelelahan baik jasmani maupun

mental. Menurut (Peter, 1985: 10) berpendapat bahwa tidur merupakan suatu keadaan

yang sederhana. Dalam keadaan tidur, sedikit sekali yang dapat diingat secara normal

dapat dikatakan bahwa dalam tidur semua system dalam tubuh kita berkurang

kegiatannya. Pengurangan ini sampai batas paling dasar dan akan tetap dalam batas ini

sapai kita bangun kembali keesokan harinya.

Menurut (Rafknowledge, 2004: 57) Kesulitan tidur / insomnia ringan merupakan

keadaan yang kerap dikeluhkan dengan kendala-kendala seperti kesulitan tidur, tidur

tidak tetang, kesulitan menahan tidur, sering terbangun dipertengahan malam, dan

seringnya terbangun diawal.Insomnia yang kita alami bisa berlangsung beberapa hari

saja sampai dua atau tiga mingggu.tetapi pada kasus yang kronis insomnia bisa bertahan

lebih lama lagi. Menurut (Rafknowladge, 2004), kesulitan tudur/ insomnia ringan

biasanya dipicu oleh stress, suasana ramai atau berisik, perbedaan suhu udara, perubahan

lingkungan sekitar, masalah jadwal tidur dan bangun yang tidak teratur, efek samping

pengobatan.

2.2 Macam-macam Gangguan Tidur

Klasifikasi Umum Gangguan Tidur

Gangguan Tidur Primer

Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan disebabkan oleh gangguan

mental lain, kondisi medik umum, atau zat. Gangguan tidur ini dibagi dua yaitu disomnia

dan parasomnia. Disomnia ditandai dengan gangguan pada jumlah,kualitas, dan waktu

tidur. Parasomnia dikaitkan dengan perilaku tidur atau peristiwa fisiologis yang dikaitkan

dengan tidur, stadium tidur tertentu atau perpindahan tidur bangun. Disomnia terdiri dari

insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi,gangguan tidur yang berhubungan

dengan pernafasan, gangguan ritmik sirkadiantidur, dan disomnia yang tidak dapat

diklasifikasikan. Parasomnia terdiri dari gangguan mimpi buruk, gangguan teror tidur,

berjalan saat tidur, dan parasomnia yang tidak dapat diklasifikasikan.

Page 3: KELOMPOK 5

Gangguan tidur terkait gangguan mental lain

Gangguan tidur terkait gangguan mental lain yaitu terdapatnya keluhan

gangguan tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan mental lain (sering

karena gangguan mood) tetapi tidak memenuhi syarat untuk ditegakkan sebagai

gangguan tidur tersendiri. Ada dugaan bahwa mekanisme patofisiologik yang

mendasari gangguan mental juga mempengaruhi terjadinya gangguan tidur-bangun.

Gangguan tidur ini terdiri dari: Insomnia terkait aksis I atau II dan Hipersomnia

terkait aksis I atau II.

Gangguan tidur akibat kondisi medik umum

Gangguan akibat kondisi medik umum yaitu adanya keluhan gangguan tidur

yang menonjol yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik

umum terhadap siklus tidur-bangun.

Gangguan tidur akibat zat

Yaitu adanya keluhan tidur yang menonjol akibat sedang menggunakan atau

menghentikan penggunaan zat (termasuk medikasi). Penilaian sistematik terhadap

seseorang yang mengalami keluhan tidur seperti evaluasi bentuk gangguan tidur yang

spesifik, gangguan mental saat ini, kondisi medik umum, dan zat atau medikasiyang

digunakan, perlu dilakukan.

Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur banyak

terjadi di kalangan lansia.

1. Insomnia

Insomnia adalah ketakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk

melakukannya. Lansia rentan terhadap insomnia karena adanya perubahan pola tidur,

biasanya menyerang tahap 4 (tidur dalam). Keluhan insomnia mencakup ketidak

mampuan untuk kembali tertidur, sering terbangun, ketidakmampuan untuk kembali

tidur dan terbangun pada dini hari. Karena insomnia merupakan gejala, maka

perhatian harus diberikan pada faktor-faktor biologis, emosional, dan medis yang

berperan, juga pada kebiasaan tidur yang buruk. Insomnia terdiri dari tiga jenis:

Jangka pendek: Berakhir beberapa minggu dan muncul akibat pengalaman stress

yang bersifat sementara seperti kehilangan orang yang dicintai, tekanan di tempat

Page 4: KELOMPOK 5

kerja, atau takut kehilangan pekerjaan. Biasanya kondisi ini dapat hilang tanpa

intervensi medis setelah orang tersebut beradaptasi terhadap stressor.

Sementara: Episode malam gelisah yang tidak sering terjadi yang disebabkan

oleh perubahan-perubahan lingkungan seperti jet Lag, kontruksi bangunan yang

bising, atau pengalaman yang menimbulkan ansietas.

Kronis: Berlangsung selama 3 minggu atau seumur hidup. Kondisi ini dapat

disebabkan oleh kebiasaan tidur yang buruk, masalah psikologis, penggunaan

obat tidur berlebihan, penggunaan alkohol berlebihan, gangguan jadwal tidur

bangun, dan masalah kesehatan lainnya. Empat puluh persen insomnia kronis

disebabkan oleh masalah fisik seperti apnea tidur, sindrom kaki gelisah, atau

nyeri kronis karena artritis. Insomnia kronis biasanya memerlukan intervensia

psikiatrik atau medis.

2. Hipersomnia

Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau 9 jam periode 24 jam,

dengan keluhan tidur berlebihan. Penyebab hiperinsomnia masih bersifat sspekulatif

tetapi dapat berhubungan dengan ketidakefektifan, gaya hiduo yang membosankan,

atau depresi. Orang tersebut dapat menunjukkan mengantuk di siang hari yang

persisten, mengalami “serangan tidur”, tampak mabuk atau komatose, atau

mengalami mengantuk pascaensefalitik. Keluhan keletihan, kelemahan, dan kesulitan

mengingat atau belajar merupakan hal yang sering terjadi.

3. Apne Tidur

Apnea Tidur adalah berhentinya pernapasan selama tidur. Gangguan ini di

identifikasi dengan gejala “mendengkur, berhentinya pernapasan minimal 10 detik,

dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa. Selama tidur, pernapasan dapat berhenti

paling banyak 300 kali, dan episode apnea dapat berakhir dari 10 sampai 90 detik.

Pria dewasa dengan riwayat mendengkur yang keras dan intermiten, yang juga

obesitas dengan leher yang pendek dan besar biasanya beresiko mengalami apnea

tidur. Gejala apnea tidur antara lain adalah:

Dengkuran yang keras dan periodik.

Aktivitas malam hari yang tidak biasa, seperti duduk tegak, berjalan dalam

tidur, terjatuh dari tempat tidur.

Gangguan tidur dengan seringnya terbangun di malam hari (noctural waking).

Page 5: KELOMPOK 5

Perubahan memori.

Depresi.

Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari.

Nokturia.

Sakit kepala di pagi hari.

Ortopnea akibat apnea tidur.

Pengobatan yang spesifik untuk apnea tidur melibatkan penurunan berat badan,

dengan penatalaksanaan medis atau pembedahan untuk membuang penumpukan

jaringan di area faring. Pasien dapat dianjurkan untuk menghindari alkohol dan obat-

obatan yang dapat memengaruhi respons terbangun dan untuk menggunakan bantal

tambahan atau tidur di kursi.

Semua tindakan tersebut dapat membantu mengurangi kemungkinan komplikasi yang

disebabkan oleh apnea.

2.3 Tanda-tanda Gangguan Tidur

Sebagaian besar lansia beresiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai

faktor. Proses patologis terkait usia dapat menyebabkan perubahan pola tidur. Gangguan

tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal di rumah dan

66% orang yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang. Gangguan tidur

memengaruhi kualitas hidup dan berhubungan dengan angka  mortalitas yang lebih tinggi.

Di antara lansia yang sehat, beberapa diantaranya mengalami gejala-gejala yang

terkait dengan perubahan tidur dan distribusi tidur serta perilaku terjaga. Namun, banyak

juga lansia yang mengalami berbagai masalah medis dan psikososial yang mengalami

gangguan tidur. Kondisi-kondisi tersebut antara lain:

1. Penyakit psikiatrik, terutama depresi.

2. Penyakit Alzheimer dan penyakit degeneratif neuro lainnya.

3. Penyakit Kardiovaskuler dan perawatan pasca operasi bedah jantung.

4. Inkompetensi jalan napas atas.

5. Penyakit paru.

6. Sindrom nyeri.

7. Penyakit Prostatik.

8. Endokrinopati.

2.4 Dampak Gangguan Tidur

Page 6: KELOMPOK 5

Orang lansia yang tidak bisa tidur dengan baik dan mendapatkan masalah susah tidur

biasanya akan lebih mudah beresiko mengalami depresi, masalah pada perhatian dan juga

ingatan, serta mengantuk lebih sering disiang hari dengan berlebihan. Mereka juga akan

cenderung jatuh dan merasa sensitif pada rasa sakit yang berlebihan. Selain itu masalah

gangguan tidur juga akan berdampak pada resiko mengalami penyakit jantung, penyakit

diabetes, kenaikan berat badan, dan penyakit kanker payudara.

2.5 Cara Mengatasi

1. Pencegahan Primer

Sebelas peraturan untuk mendapatkan higiene tidur yang baik telah berhasil di

identifikasi untuk pencegahan primer gangguan tidur.

Tidur seperlunya, tetapi tidak berlebihan, agar merasa segar dan sehat di hari

berikutnya. Pembatasan waktu tidur dapat memperkuat tidur, berlebihnya waktu

yang dihabiskan di tempat tidur tampaknya berkaitan dengan tidur yang terputus-

putus dan dangkal.

Waktu bangun yang teratur di pagi hari memperkuat siklus sirkadian dan

menyebabkan awitan tidur yang teratur.

Jumlah latihan yang stabil setiap harinya dapat memperdalam tidur, namun,

latihan yang hanya dilakukan kadang-kadang tidak dapat memperbaiki tidur pada

malam berikutnya.

Bunyi bising yang bersifat kadang-kadang (mis, bunyi pesawat melintas) dapat

mengganggu tidur sekalipun orang tersebut tidak terbangun oleh bunyinya dan

tidak dapat mengingatnya di pagi hari. Kamar tidur kedap suara dapat membantu

bagi orang-orang yanh harus tidur di dekat kebisingan.

 Meskipun ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur, namun tida ada

bukti yang menunjukkn bahwa kamar yang terlalu dingin dapat membantu tidur.

Rasa lapar menggau tidur, kudapan ringan dapat membantu tidur.

Pil tidur yang hanya kadang-kadang saja digunakan dapat bersifat

menguntungkan, namun penggunaannya yang kronis tidak efektif pada

kebanyakan penderita insomnia.

Kafein di malam hari dapat menggau tidur, meskipun pada prang-orang yang

tidak berfikir demikia.

Page 7: KELOMPOK 5

Alkohol membantu orang-orang yang tegang untuk tertidur lebih mudah, tetapi

tidur tersebut kemudian akan terputus-putus.

Orang-orang yang merasa marah dan frustasi karena tidak dapat tidur tidak boleh

berusaha terlalu keras untuk tertidur tetapi harus menyalakan lampu dan

melakukan hal lain yang berbeda.

Penggunaan tembakau secara kronis dapat mengganggu tidur.

2. Pencegahan sekunder

Seperti biasa, memvalidasi riwayat pengkajian dengan anggota keluarga atau

pemberian perawatan merupakan hal yang penting untuk memastikan ke akuratan dan

pengkajian jika pasien dianggap tidak kompeten untuk memberi laporan sendiri.

Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus bagi lansia

di rumahnya sendiri. Informasi ini memberikan catatan yang akurat tentang masalah

tidur. Untuk mendapatkan gambaran sejati tentang gangguan tidur yang dialami lansia

di rumah atau di fasilitas kesehatan, catatan harian tersebut harus dibuat selama 3

sampai 4 minggu. Catatan tersebut harus mencakup faktor-faktor berikut ini:

Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak dapat

tidur, atau menggunakan kamar mandi.

Kapan orang tersebut turun dari tempat tidur.

Berapa kali orang tersebut terbangun atau memberi perawatan.

Terjadinya konfusi atau disorientasi.

Penggunaan obat tidur.

Perkiraan orang tersebut bangun di pagi hari.

3. Pencegahan Tersier

Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam kehidupan,

kondisi pasien memerlukan rehabilitasi melalui tindakan-tindakan seperti

pengangkatan jaringan yang menyumbat di mulut dan memengaruhi jalan napas. Saat

ini sudah banyak pusat-pusat gangguan tidur yang tersedia di seluruh negara untuk

membantu mengevaluasi gangguan tidur. Tempat-tempat tersebut, yang biasanya

berkaitan dengan lembaga penelitian dan kedokteran klinis atau universitas,

dilengkapi dengan peralatan medis yang canggih untuk mendeteksi rekaman listrik di

otak dan obstruksi pernapasan. Data-data tersebut membantu menentukan pengobatan

yang terbaik untuk mengatasi kesulitan dan merehabilitasi lansia sehingga ia dapat

menikmati tidur yang berkualitas baik sampai akhir hidupnya.

Page 8: KELOMPOK 5

DAFTAR PUSTAKA

Stockslager, Jaime L. 2007 . Buku Saku Gerontik edisi: 2 . Jakarta : EGC.

Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.

Cynthia M, Taylor . 2011 . Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan . Jakarta : EGC.

Insomnia,Penyebab. Penyakit insomnia pada lansia . http://penyakitinsomnia.com/penyakit-

insomnia-pada-lansia/

Insomnia,Penyebab. Penyebab insomnia, http://penyebabinsomnia.com/

Anggadipa, muhammad. (2012) gangguan-tidur-pada-lansia

https://muhammadananggadipa.wordpress.com/2012/01/12/gangguan-tidur-pada-lansia/