kelmpok 1 cestoda, hirudinea, dan protozoaaaaaa
Post on 22-Dec-2015
73 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A.CESTODA
1. Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan
endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita
2. Cacing dewasa hidup dalam usus Vertebrata dan larvanya hidup di jaringan
vertebrata dan invetebrata
3. Semua anggota Cacing kelompok Cestoda memiliki struktur pipih dan tertutup
oleh kutikula ( zat lilin)
4. Cestoda disebut sebagai Cacing pita karena anggotanya berupa cacing yang
bentuknya pipih panjang seperti pita.
5. CESTODA (Cacing Pita) terlihat secara morfologi :
-Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid.
-Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin.
6. Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi.
7. Tubuhnya Cestoda memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan
terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila).
8. Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan
setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan.
Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid)
merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
9. Cestoda biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan.
10. Contoh : Taenia solium Cacing pita manusia Menyebabkan Taeniasis solium.
Pada skoleknya terdapat kait-kait sebagai alat pengisap yang matang menjadi
alat reproduksinya. Memiliki hospes perantara Babi
11. Skoleks pada jenis Cestoda tertentu (Taenia solium ) selain memiliki alat
pengisap, juga memiliki kait (rostelum)
i
12. Rostellum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
13. Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
14. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin
betina (ovarium).
15. Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.dan mempunyai rumah tangga
sendiri ( metameri)
Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid)
merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling
bawah tubuh cacing.
Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama
bersama dengan tinja.
Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan.
Sistem eksresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api.
Sistem saraf sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makanan melalui permukaan
tubuhnya secara osmosis
Penyerapan sari makanan terjadi dari usus halus inangnya melalui seluruh
permukaan proglotid
ii
Jadi sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena
cacing ini tidak memiliki mulut dan system pencernaan , skolex hanya untuk
menempelkan dirinya ke usus
Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak
tidak sempurna, belum matang
Daging hewan hospes ( inang perantara ) yang mengandung Cysticercus
Inang pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi yang tubuhnya
terdapat Cisticercus jenis Taenia saginata yang ada pada ototnya dan Babi
yang tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia solium yang ada pada
ototnya.
di Kedua ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus ditubuhnya
hingga membentuk Cysticercus
Jadi di sapi dan babi tidak dijumpai dala bentuk Dewasa ( yang dewasa di
tubuh manusia) hanya bentuk larva
di Ternak berurutan cyclusnya : Telur - Oncosfer - Hexacant - Cysticercus ( T-
O-H-C),
T-O-H-ada di Ususnya dan C(cysticercus) meninggalkan usus ke otot( daging)
Agar kita tidak kena Taeniasis ini dimasak yang matang dagingnya, dan
manusia yang kena Taeniasis janganbuang air besar ke lingkungan , karena
Faecesnya yang ada telurnya sangat kuat di lingkungan yang mungkin di
rumput
Siklus hidup cestoda, Proglottid Masak (terdapat dalam feses) bila tertelan
oleh babi Þ Embrio Heksakan, menembus usus dan melepaskan kait-kaitnya
Larva Sistiserkus (dalam otot lurik babi) tertelan manusia Cacing dewasa.
Taenia saginata Cacing pita manusia. Menyebabkan Taeniasis saginata. Pada
skoleknya tidak terdapat kait-kait. Memiliki hospes perantara Sapi. Daur
hidup Taenia saginata sama dengan Taenia solium.
Diphyllobothrium latum, Menyebabkan Diphyllobothriasis. Parasit pada
manusia dengan hospes perantara berupa katak sawah (Rana cancrivora), ikan
dan Cyclops. Echinococcus granulosus Cacing pita pada anjing
Himenolepis nana :Cacing pita yang hidup dalam usus manusia dan tikus.
Tidak memiliki hospes perantara.
iii
pemberian obat anti cacing sangat dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum
golongan obat anticacing albendazole dosis sehari 500 mg lebih baik ,
biasanya dosis 250 cacing mati dalam bentuk utuh
Cacing dalam kelas cestoidea disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya
yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran
pencernaan ataupun pembuluh darah. Tubuhnya memanjang terbagi atas
segmen-segmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa
berisi alat reproduksi jantan dan betina.
Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari :
- Badan terdiri dari scolex (kepala), alatv untuk melekat dan memiliki batil isap
-Leher, yaitu tempat untuk pertumbuhan badan
-Strobila, adalah merupakan badan yang terdiri dari segmen proglotida.
Yang penting dari klas cestoida ini ada dua ordo yang dilaporkan menginfeksi
manusia ialah :
Pseudophylidea
Cyclophylidea
Sedangkan yang menginfeksi manusia ada dua bentuk fase cacing yaitu, bentuk
cacing dewasa, bentuk larva ataupun keduanya.
1. Cacing dewasa (manusia sebagai hospes definitif)
- Diphylobotrium latum
- Taeniarinchus saginatus
- Taenia solium
- Dsb.
2. Larva (manusia sebagai hospes intermedier)
- T. solium
- Echinococcus granulosus
- E. moltulocularis
- Dsb.
iv
Morfologi cacing dewasa dan larva Cestoda
Phylum : Plathyhelminthes
Ke
las
Ordo Famili Genus Spesies
C
E
S
T
O
D
A
Pseudophylidea Diphylobothriidae Diphylobothrium D. latum
D. mansoni/
Spirometra mansoni
(Diphylobothrium
binatang
Cyclophyli idea Taeniidae Taenia T. saginata
T. solium
Echinococcus E. granulosus
E. multilocularis
Multiceps M. multiceps
Hymenolepididae Hymenolepis H. nana
v
H. diminuta
Dilepididae Diphylidium D. caninum
Ordo: Pseudophylidea
Morfologi:
Scolex mempunyai 2 lekuk isap (bothrium = suctorial groove). Lubang
genital biasanya ditengah proglotid, ada lubang uterus yang letaknya ditengah.
Telur mempunyai operculum, berisi sel telur dikeluarkan bersama tinja. Dalam air
sel telur tumbuh jadi Onchospher. Telur menetas dan coracidium yaitu embrio
yang bersilia. Coracidium dimakan oleh hospes perantara I yang termasuk
golongan copepoda (cyclops ), terbentuk Procercoid dimakan oleh hospes
perantara II (ikan, kodok). Hospes terakhir ini larva tumbuh menjadi plerocercoid
(sparganum) yang merupakan bentuk infektif
Diphyllobotrium latum ( tania lata , dobothriosephalus latus, broad
tapeworm , fish tapeworm)
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Order :pseudopillidae
Family : diphyllobothridae
Genus : diphyllobothrium
Spesies : D. latum
vi
Cacing pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora
pemakan ikan, terutama di Eropa Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing,
beruang dan pada orang. D. latum sering dilaporkan menginfeksi orang di daerah
tertentu, bahkan hampir 100% di suatu lokasi orang terinfeksi oleh parasit ini.
Orang yang terinfeksi banyak dijumpai didaerah Scandinavia, Baltic dan Rusia.
Juga dilaporkan di Amerika Selatan, Irlandia dan Israil. Panjang cacing dapat
mencapai 9 m dan mengeluarkan jutaan telur/hari. Tubuhnya panjang yang terdiri
dari segmen-segmen disebut proglotida yang berisi testes dan folicel.
Daur hidup
Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan
berkembang dalam air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari
sampai beberapa minggu bergantung suhu lingkungan. Coraciudium keluar
melalui operkulum telur dan coracidium yang berisilia berenang mncari hospes
vii
intermedier ke 1 dari jenis Copepoda krustacea termasuk genus Diaptomus.
Segera setelah masuk kedalam usus krustasea tersebut, coracidium melepaskan
silianya dan penetrasi melalui dinding usus dan masuk ke haemocel (sistem darah)
krustasea menjadi parasit dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea
tersebut. Selama sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah
panjang sampai sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang lagi
dalam tubuh krustasea tersebut. Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai
hospes intermedier ke 2, procercoid ada dalam usus ikan dan menembus melalui
dinding intestinum masuk kedalam istem muskularis dan berparasit dengan
memakan unsur nutrisi dari ikan tersebut dan procercoid berkembang menjadi
plerocercoid. Plerocercoid berkembang dari beberapa mm menjadi beberapa cm.
Plerocercoid akan terlihat pada daging ikan mentah yang berwarna putih dalam
bentuk cyste. Bila daging ikan tersebut dimakan orang, cacing berkembang
dengan cepat dan menjadi dewasa serta mulai memproduksi telur pada 7-14 hari
kemudian.
Patologi
Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka
mengkonsumsi ikan mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan
gejala yang nyata. Gejala umum yang sering ditemukan adalah gangguan sakit
perut, diaree, nausea dan kelemahan. Pada kasus infeksi yang berat dapat
menyebabkan anemia megaloblastic. Gejala ini sering dilaporkan pada penduduk
di Finlandia. Di negara ini hampir seperempat dari populasi penduduk terinfeksi
oleh D. latum dan sekitar 1000 orang menderita anemia perniciosa. Pada mulanya
dikira bahwa cacing ini menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi setelah
diteliti ternyata vitamin B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing,
sehingga pasien menderita defisiensi vitamin B12. Seorang peneliti melaporkan
bahwa pasien yang diberi singel dosis vit. B12 40% yang dilabel dengan cobalt,
ternyata disbsorbsi oleh D. latum sekitar 80-100% dari vit B12 yang diberikan.
Gejala yang jelas terlihat adalah terjadinya anemia perniciosa (anemia yang
disebabkan oleh gangguan absorpsi vitamin B12 dalam usus).
viii
Diagnosis dan pengobatan
Dengan menemukan telur cacing atau progotida didalam feses, diagnosis
dinyatakan positif. Obat yang diberikan ialah:
- aspidium oleoresin
- mepacrim
- diclorophen
- extract biji labu (Cucurbita spp)
- Niclosamide (Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini,
makanismenya adalah: menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik –
ATP, rekasi ini berhubungan dengan transport elektron secara anaerobik yang
dilakukan oleh cacing.
ix
x
Telur Diphyllobothrium latum, the fish tapeworm
scolex Diphyllobothrium latum. the fish tapeworm
Ordo: cyclophylidea
Taenia saginata
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Ordo : cyclophylidea
Family : Taeniidae
xi
Proglottid Diphyllobothrium latum
Dipylidium caninum
Genus : Taenia
Spesies : T. saginata
Cacing pita ini adalah cacing pita yang paling sering ditemukan pada
manusia dan ditemukan di semua negara yang orangnya mengkonsumsi daging
sapi. Cacing ini panjangnya sekitar 3-5 m dan terdiri dari 2000 proglotida.
Scolexnya mempunyai 4 batil isap yang dapat menghisap sangat kuat.
xii
Taenia saginata
Telur Taenia saginata The beef tapeworm,
Daur hidup
Proglotida yang berisi penuh telur melepaskan diri dari tubuh cacing dan
keluar melalui feses atau dapat keluar sendiri dari anus. Setiap segmen terlihat
seperti cacing tersendiri dan dapat merayap secara aktif. Setiap segmrn /proglotida
dapat dikelirukan sebagai cacing trematoda atau bahkan nematoda.
Bilamana segmen mulai mengering maka bagian dinding ventral robek
dan telur keluar dari lubang robekan tersebut. Pada saat itu telur berembrio dan
infektif dapat menginfeksi hospes intermedier dan bila tidak telur dapat bertahan
berminggu-minggu. Hospes intermedier palimng utama adalah sapi, tetapi dapat
pula pada kambing dan domba.
Bila telur termakan oleh sapi kemudian menetas dalam duodenum, yang
dipengaruhi oleh asam lambung dan sekresi intestinum. Hexacant yang keluar dari
telur langsung berpenetrasi kedalam mukosa dan masuk kedalam venula
intestinum, terbawa oleh aliran darah keseluruh tubuh. Cacing muda tersebut
biasanya meninggalkan kapiler masuk diantara sel muyskulus dan masuk dalam
serabut otot (muscle fiber) dan berparasit di lokasi tersebut, kemudian menjadi
cysticercus dalam waktu 2 bulan. Metacercaria ini berwarna putih seperti mutiara
dengan ukuran diameter 10 mm yang berisi satu skolek invaginatif. Penyakit yang
disebabkan oleh cacing ini pada sapi disebut Cysticercisis bovis.
Orang memakan daging sapi yang terinfeksi oleh cacing ini akan tertular
bilamana daging sapi tersebut dimasak kurang matang/masih mentah. Cysticercus
terdigesti oleh cairan empedu dan cacing mulai tumbuh dalam waktu 2012
minggu dan menjadi dewasa membentuk proglotida yang berisi telur.
Patologi
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi T. saginata hampir sama dengan
penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing pita lainnya, kecuali gejala yang
disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 seperti yang disebabkan oleh infeksi D.
latum tidak ditemukan. Intoksikasi yang disebabkan oleh absorpsi dari ekskreta
cacing sering terjadi, dengan gejala sakit perut, nausea dan hipersensitif. Diare
xiii
dan obstruksi intestinal jarang dijumpai, tetapi gejala anoreksioa sering
ditemukan.
Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis tepat ditentukan bila dijumpai proglotid yang penuh telur atau
skolek. Proglotid terciri dengan adanya cabang lateral disetiap masing-masing sisi
yang m,empunyai cabang sekitar 15-20. Tetapi cabang tersebut biasanya sulit
terlihat pada proglotid yang lama, sehingga diagnosis lebih akurat bila ditemukan
proglotid yang masih baru.
Sejumlah obat telah digunakan untuk pengobatan cacing ini, tetapi obat
yang sekarang banyak dipakai adalah Niklosamide.
Taenia solium
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Ordo : cyclophylidea
Family : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : T. Solium
Taenia adalah cacing pita babi yang paling berbahaya , karena
kemungkinan terjadinya infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi. Cacing
dewas panjangnya 1,8-3 m.
xiv
Daur hidup dan patologi
xv
Taenia solium
Telur Taenia solium human/swine tapeworm
Daur hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi hospes intermedier
berbeda dimana T. saginatus. Pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid yang
penuh telur keluar melalui feses, kemudian telur infektif keluar dimakan oleh
babi. Telur menetas dalam tubuh babi dan telur dan membentuk Cysticercus
celluloses, didalam daging (otot) atau organ lainnya. Orang akan mudah terinfeksi
bila memakan daging babi yang kurang masak. Cysticercus berkembang menjadi
cacing cacing muda yang langsung menempel pada dinding intestinum dan
tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 5-12 minggu. Dimana cacing ini dapat
bertahan hidup sampai 25 tahun.
Cysticercosis:
Tidak seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium dapat berkembang
dalam bentuk cysticercus pada orang. Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan
masuk kedalam lambung dan usus, kemudian cacing berkembang menjadi
cysticercus di dalam otot. Cysticerci sering ditemukan dalam jaringan
subcutaneus, mata, otak, otot, jantung, hati dan paru. Kapsul fibrosa mengelilingi
metacestoda ini, kecuali bila cacing berkembang dalam kantong mata. Pengaruh
cysticercus terhadap tubuh bergantung pada lokasi cysticercus tinggal. Bila
xvi
berlokasi di jaringan otot, kulit atau hati, gejala tidak begitu terlihat, kecuali pada
infeksi yang berat. Bila berlokasi di mata dapat menyebabkan kerusakan retina,
iris, uvea atau choroid. Perkembangan cysticercus dalam retina dapat dikelirukan
dengan tumor, sehingga kadang terjadi kesalahan pengobatan dengan mengambil
bola mata. Pengambilan cysticercus dengan operasi biasanya berhasil dilakukan.
Cysticerci jarang ditemukan pada syaraf tulang belakang (spinal cord),
tetapi sering ditemukan pada otak. Terjadinya nekrosis karena tekanan dapat
menyebabkan gangguan sistem saraf yaitu tidak berfungsinya saraf tersebut.
Gangguan tersebut ialah: terjadi kebutaan, paralysis, gangguan keseimbangan,
hydrocephalus karena obstruksi atau terjadi disorientasi. Kemungkinan terjadinya
epilepsi dapat terjadi. Penyakit dapat dicurigai sebagai epilepsi peyebab
cysticercosis bila penderita bukan keturunan penderita epilepsi.
Bilamana cysticercus mati dalam jaringan, akan menimbulkan reaksi
radang, hal tersebut dapat mengakibatkan fatal pada hospes, terutama bila cacing
berada dalam otak. Reaksi seluler lain dapat dpat terjadi yaitu dengan adanya
kalsifikasi. Bila ini terjadi pada mata pengobatan dengan operasi akan sulit
dilakukan.
Pengobatan dan pencegahan
Pencegahan infeksi cacing ini lebih utama yaitu mencegah kontaminasi air
minum dan makanan dari feses yang tercemar. Sayuran yang biasanya dimakan
mentah harus dicuci berish dan hindarkan terkontaminasi terhadap telur cacing ini.
Pengobatan susah dilakukan, kecuali operasi dengan pengambilan cyste.
Echinococcus granulosus
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
xvii
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Ordo : cyclophylidea
Family : Taeniidae
Genus : Echinococcus
Spesies : E. granulosus
Cacing ini termasuk cacing yang kecil dari famili Taeniidae. Cacing muda
dapat menginfeksi manusia yang menyebabkan hydatidosis, yang merupakan
penyakit yang serius pada orang. E. granulosus menggunakan hewan karnivora
sebagai hospes definitif, sedangkan mamalia lain sebagai hospes intermedier.
Jenis herbivora dapat terinfeksi karena memakan rumput yang tercemar telur
cacing.
Daur hidup
Cacing dewasa hidup dalam usus halus hospes definitif, panjangnya
sekitar 3-6 mm yang terdiri dari skolex, leher yang pendek dan 3 segmen
xviii
Echinococcus granulosus
proglotida. Segmen yang telah masak melepaskan diri dan mengeluarkan telur
yang infektif. Bila telur tertelan hospes intermedier akan berkembang menjadi
“uniceluler hydatid”. Dalam waktu 5 bulan hydatid berkembang dan lapisan
bagian dalamnya memproduksi protoscolic yang infektif terhadap hospes definitif.
Cysta yang kecil disebut “brood capsules” berisi 10-30 protoscolic, yang biasanya
menempel pada lapisan germinal. Bila hydatid termakan oleh carnivora, dinding
cysta terdigesti dalam saluran pencernaan dan protoscolic akan terbebaskan dan
menempel pada vili intestinum, kemudian protoscolic berkembang dan menjadi
dewasa dalam waktu 56 hari dan cacing dewasa tersebut dapat tahan hidup sampai
5-6 bulan.
Patologi
Patologi yang terjadi bergantung pada lokasi cyste berparasit. Bilamana
ukuran hydatid membesar akan mendesak jaringan yang ditempatu sehingga
fungsi jaringan terganggu. Bila hydatid tumbuh dalam sumsum tulang maka
parasit tersebut tidak dapat membesar karena terbatasi oleh tulang. Tetapi bila
terjadi infeksi kronis, maka akan menyebabkan nekrosis tulang, sehingga tulang
menjadi tipis dan mudah patah.
Bila hydatid tumbuh pada lokasi yang tidak terbatas, maka cyste akan
bertambah besar dan berisi cairan dan mengandung jutaan protoscolic dan dapat
menimbulkan kematian mendadak bila cyste tersebut pecah. Cairan hydatid
berupa protein yang akan dapat merangsang terjadinya shock anapylaktic.
Diagnosis dan pengobatan
Dengan sinar rontgen akan terlihat cysta hydatid. Tes intradermal dapat
dilakukan bila ada kasus yang dicurigai. Tes lain seperti CFT, haem aglutinasi,
latex aglutination tes dan sebagainya dapat dilakukan walaupun tidak 100%
akurat.
Pengobatan satu-satunya ialah dengan operasi pengambilan cysta hydatid
pada lokasi yang mudah dicapai. Tetapi pemakain mebendazol cukup baik karena
dapat meregresi E. granulosus dan E. multilocularis pada orang.
xix
Echinococcus multilocularis
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Ordo : cyclophylidea
Family : Taeniidae
Genus : Echinococcus
Spesies : E. multilocularis
Penyakit ini banyak dilaporkan di Eropa, Asia dan Amerika Utara. Kasus
infeksi pada orang dilaporkan di beberapa negara bagian Amerika Serikat,
Amerika Selatan dan New Zealand. Cacing dewasa sangat mirip dengan E.
granulosus, tetapi ukurannya lebih kecil, panjangnya hanya 1,2-3,7 mm.
Daur hidup dan patologi
xx
Kista Echinococcus multilocularis
Daur hidup hampir sama dengan E. granulosus, tetapi kantong cyste hanya
sedikit memproduksi protoscolic. Cystanya lebih teratur dan bila pecah dapat
menyebar menyebabkan metastasis ke bagian lain dari tubuh. Konstruksi
cystenya yang berbeda dengan E. granulosus sehingga disebut alveoler atau
multilocular hydatid.
Orang bukanlah merupakan hospes definitif yang cocok, orang dapat
tertular karena kebiasaan mereka berhubungan dengan anjing liar yang memakan
tikus liar.
Diagnosis dan pencegahan
Diagnosis sangat sulit dilakukan. Terutama karena protoscolic sering tidak
ditemukan.
Pencegahan terutama adalah menghindarkan berhubungan dengan anjing
di daerah endemik.
Hymenolepis nana
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Ordo : cyclophylidea
Family : Hymenolepididae
Genus : Hymenolepis
Spesies : H. nana
xxi
Parasit ini merupakan cacing pita yang cosmopolitan dan sering dijumpai
pada manusia, terutama anak-anak dengan rata-rata infeksi sekitar 1-9% di
Amerika Serikat dan Argentina. Cacing berukuran 40 mm, lebat 1 mm.
Proglotid H. nana
xxii
Daur hidup
Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian
mengeluarkan telur infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat
menu;ar ke orang maupun tikus. Telur yang termakan akan menetas dalam
duodenum dan mengeluarkan onchosfer yang penetrasi masuk kedalam mukosa
dan tinggal di saluran limfe didaerah vili. Di lokasi tersebut cacing berkembang
xxiii
menjadi cysticercoid. Dalam waktu 5-6 hari cuysticercoid masuk kedalam lumen
usus halus dan melekat di lokasi tersebut dan berkembang menjadi dewasa.
Patologi dan pengobatan
Perubahan patologi jarang ditemukan oleh infeksi cacing ini, kecuali pada
infeksi berat yang jarang dijumpai. Infeksi berat dapat terjadi pada kasus
autoinfeksi dengan gejala mirip dengan intoksikasi T. saginatus.
Pengobatan dengan Niclosamid terlihat lebih efisien, tetapi harus diulang 1
bulan kemudian untuk membunuh cacing yang berkembang di dalam vili pada
saat obet pertama diberikan. Obat seperti praziquantel juga dapat membunuh
cacing V. nana dan H. diminuta dengan cepat.
Hymenolepis diminuta
xxiv
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Ordo : cyclophylidea
Family : Hymenolepididae
Genus : Hymenolepis
Spesies : H. diminuta
Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit
pada tikus rumah, tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada orang.
Ukuran lebih besar daripada V. nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes
intermedier adalah beberapa spesies arthropoda, misalnya jenis kumbang
(Tribolium spp) adalah hospes intermedier yang sangat berperan terhadap infeksi
pada tikus dan manusia.
xxv
xxvi
cysticercoid Hymenolepis diminuta
Daur hidup, pengobatan dan patologi mirip dengan V. nana.
Perbedaan Hymenolepis nana dan H. diminuta
xxvii
Hymenolepis nana
H. Nana H. diminuta
Panjang 25 – 40 mm 20 – 60 cm
Skoleks Rostelum + kait Rostelum tanpa kait
Telur Lonjong, 30-47µ
Mempunyai 4-8 filamen pada kedua kutub
Agak bulat,
60-79 µ
Tanpa filamen.
Hospes
perantara
- Pinjal tikus, kumbang
tepung,
Perbandingan morfologi H. nana & H. diminuta
B.HIRUDINEA Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang
termasuk dalam filum Annelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai
rambut, parapodia, dan seta. Lintah (Hirudinaria javanica) atau pacet
(Haemadippza zeylania) itu merupakan contoh dari Hirudinae.
xxviii
¨ HABITAT
Biasa disebut lintah. Meliputi jenis laut, air tawar dan darat
¨ MORFOLOGI
Terdapat sekitar 500 species. Panjang antara 1-5 cm, kecuali Hirudo
medicinalis sampai 20 cm, warna hitam, coklat, hijau tua dan umumnya
merah. Adakalanya berhiaskan garis-garis atau bintik-bintik. Tubuh pipih
dorso-ventral. Ruas-ruas pada ujungnya mengalami modifikasi menjadi
alat penghisap.
Penghisap anterior lebih kecil daripada penghisap posterior.
xxix
Jumlah annuli masing-masing ruas berbeda untuk species yang berlainan, oleh
sebab itu digunakan sebagai pengenal dalam identifikasi species
Tubuh lintah dapat dibagi menjadi 5 bagian:
1. Sebuah prostomium kecil dengan 4 ruas berikutnya
membentuk kepala
2. Precitellum terdiri dari 4 buah ruas dan clitellum 3 ruas.Pada bagian
midventral terdapat sebuahgonopore jantan dan sebuah gonopore
betina.
3. Clitellum biasanya tidak jelas kecuali pada masa reproduktif
4. Badan yang terdiri dari 12-26 ruas, dan merupakan bagian tubuh yang
paling besar
5. 6 buah ruas yang terakhir bersatu dan bermodifikasi menjadi alat penghisap
posterior
Zat aktif yang terdapat dalam air liur lintah diantaranya Hirudin,
Hyaluronidase, Pseudohirudin, Destabilase, Apyrase, Bdellines, Eglines,
xxx
Kininases, Histamine, Collagenase, Prostanoids, lintah, Proteases, Lipolytic
enzymes.
Ciri-Ciri Hirudinea :
Hidup parasit (ektoparasit) dan bahkan ada yang predator
Ditemukan dalam air tawar atau di darat
Pencernaan sudah lengkap (mulut, farink, esophagus, tembolok, lambung,
usus, anus)
Tidak memiliki kelenjer pencernaan
Kelamin terpisah dan melakukan fertilisasi
Punya alat pengisap posterior dan anterior
Bersifat hermafrodit
Coelomata
Usus memliki cabang 2
Larvanya disebut trocophore
Hewan ini tidak memiliki parapodium maupun seta pada segmen
tubuhnya. Sekalipun dikenal dengan nama umum lintah pengisap darah, bagian
terbesar di antaranya tidak hidup sebagai ektoparasit. Tubuhnya pipih. Ukuran
panjangnya dari 1-2cm atau 5cm, walau ada yang mencapai 12cm, bahkan 30cm
(Haemanteria ghiliani dari daerah Amazon). Metamerisme sudah sangat
tereduksi: segmen-segmen ujung anterior (biasanya kecil) dan posterior (lebih
besar) termodifikasi manjadi alat penghisap yang digunakan untuk menempel dan
bergerak. Jumlah segmen tetap, yaitu 34, walau lapisan cincin sekunder di luarnya
(annuli) menyamarkan segmentasi primer tersebut. Clitteum dibentuk segmen-
segmen IX,X atau XI.
1. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, tembolok, lambung, rektum,
anus. Anus terletak pada bagian dorsal. Proses pencernaan penghisap anterior,
mulut, faring, tembolok, usus, usus buntu, anus, penghisap, posterior.
xxxi
faring otot yang dilengkapi rahang bergigi /probosis berotot
Di kerongkongan tempat isapannya terdapat tiga rahang yang berbentuk
seperti setengah gergaji yang dihiasi sampai 100 gigi kecil. Dalam waktu 30 menit
lintah bisa menyedot darah sebanyak 15 ml – kuota yang cukup untuk hidupnya
selama setengah tahun. Air ludahnya pun mengandung zat aktif yang sekurang-
kurangnya berisi 15 unsur. Contohnya, zat putih telur hirudin yang bermanfaat
untuk mengencerkan darah, dan mengandung penisilin.
2. Makanan & Pencernaan
Lintah hidup sebagai pemakan bangkai/predator, parasit. Predator makan
larva, keong, serangga, cacing.
75% penghisap darah, melekat/nempel pada permukaan tubuh vertebrata
(ikan-manusia).
Darah dihisap oleh faring otot & menampung dalam tembolok. Enzim
saliva (hirudin) mencegah koagulasi darah. Dalam 1 x makan, lintah
mengisap darah 10x berat tubuhnya.
3. Sistem Reproduksi
Monoceous
xxxii
Jantan: 4-12 pasang testis. 1 pasang ductus spermaticus.
Betina: 2 ovarium & Oviduct yang berhubungan dengan kelenjar albumin
& vagina di median yang bermuara di belakang porus genitalia jantan
Tidak ada tingkat larva
Lintah membentuk kokon yang mengandung telur yang telah dibuahi &
kokon akan diletakkan dalam air/tanah.
4. Sistem Pernapasan
Lintah menyedut oksigen melalui kulitnya yang lembap. Jika keadaan air
kurang oksigen, lintah akan muncul ke permukaan.
5. Saraf dan Indera
Ruas 5 & 6 terdapat lingkar saraf ganglia: “otak”
Alat indera: mata & papilla
Mata: fotoreseptor
Papilla & sensila: tonjolan kecil pada epidermis. Fungsi: alat peraba &
perasa
6. Habitat dan Ekologi
Hewan ini berhabitat air tawar, hidup di rawa-rawa, kolam, ataupun
sungai. Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.
Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup
dengan mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan
memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit adalah
Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah).
7. Kegunaan Lintah
Ekstraknya dijadikan medium utama sebatian kimia dalam perobatan
terutamanya pembedahan. Ekstrak lintah ini juga dijadikan campuran di dalam
bahan-bahan kosmetik. Protein lintah ini juga boleh dijadikan minyak dan
xxxiii
alternatif lain dalam penggunaan obat gosok. Lintah itu sendiri dijadikan obat
(berbekam, dijadikan alternatif kedua untuk membersihkan darah kotor, nanah dan
mencantikkan kulit yang keriput). Lintah juga menjadikan luka cepat sembuh.
Selain itu, perkembangan teknologi telah meluncurkan inovasi pengobatan bagi
pasangan suami istri yang memiliki masalah dalam keharmonisan hubungan
seksual dengan menggunakan minyak lintah. Minyak lintah telah lama diakui
keberadaannya karena telah dipercaya mempunyai khasiat yang luar biasa dalam
mengatasi masalah seksual pria. Selain di Indonesia, di Malaysia minyak lintah
begitu populer. Karena manfaatnya yang begitu besar serta telah TERBUKTI
AMAN.
Ektrak lintah adalah satu bahan yang penting di dalam bidang perobatan.
Ini disebabkan oleh kandungan enzim yang terdapat di dalam ekstrak tersebut.
Bahah-bahan enzim yang diketahui yang terdapat di dalam lintah ialah hirudin,
histamine, pheromone dan nitrat oksida yang masing-masing mempunyai fungsi
perubatan yang tertentu. Hirudin adalah bahan pembekuan darah atau anti-
collagen yang boleh digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang
berhubungan dengan pembekuan darah. Histamine, pheromone dan nitrat oksida ,
walaupun mempunyai fungsi tertentu dari segi perobatan, namun penggunaannya
lebih ditujukan dengan aktivitas seksual. Histamine sebagai contoh, adalah bahan
apabila digunakan mampu mengembangkan pembuluh darah dan memungkinkan
lebih banyak darah mengalir ke bagian-bagiantertentu.thus allows more flow of
blood. Apabila lintah menghisap darah dari binatang mamalia, hirudin telah
dimasukkan ke dalam saluran darah mamalia tersebut untuk pencairan. Setengah
spesis lintah mempunyai hirudin di dalam air liur dan sebagian pula mengandung
hirudin di dalan sel-sel badan mereka. Terdapat beberapa cara bagaimana ekstrak
lintah dikeluarkan. Di Negara China misalnya, hirudin di keluarakan dari lintah
hidup tanpa membunuhnya. Lintah ini kemudian dilepaskan semula ke kolam. Di
Eropa hirudin yang dikeluarkan dari lintah jenis hirudo medicinalis, lintah-lintah
ini dimatikan kemudian diproses melalui beberapa metode termasuk proses
leeches are ketuahr, maesarasi, perkolasi, reflux dan sohxlet.
8. Klasifikasi
xxxiv
a) Hirudo medicinalis
- Panjangnya mencapai 5-8 cm
- Pipih dorsoventral
- Mulut punya 3 buah rahang dari kitin yang tersusun dalam segitiga
b) Macrobdella decora
xxxv
c) Haemadipsa
xxxvi
C.PROTOZOA
1. Definisi
Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama
dan zoon yang berarti hewan sehingga disebut sebagai hewan
pertama. Ukurannya antara 3 – 1000 mikron dan merupakan
organisme mikroskopis bersifat heterotrof. Protozoa adalah
mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu
filum dari Kingdom Protista . Seluruh kegiatan hidupnya
dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organel-
organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan
mitokondria. Protozoa merupakan Protista yang ciri-cirinya
menyerupai hewan. Nama protozoa itu sendiri berasal dari
bahasa Latin, yaitu protos yang artinya pertama dan zoon/zoion
yang artinya hewan. Sampai sekarang, sekitar 50.000 spesies
protozoa telah dideskripsikan.
xxxvii
Haemadipsa picta
2. Karakteristik Protozoa
a. Ciri-ciri umum :
1. Organisme uniseluler (bersel tunggal).
2. Eukariotik (memiliki membran nukleus).
3. Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok).
4. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri
(heterotrof).
5. Hidup bebas, saprofit atau parasit.
6. Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup.
7. Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagella.
b. Tempat Hidup
Tempat hidupnya adalah tempat yang basah yang kaya
zat organik, air tawar atau air laut sebagai zooplakton,
beberapa jenis bersifat parasit dan menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan ternak.
Bentuk tubuh protozoa berbeda-beda pada fase yang
berbeda dalam siklus hidupnya. Protozoa memiliki alat gerak
yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar (cillia) atau bulu
cambak (flagel). Beberapa protozoa memiliki fase vegetatif
yang bersifat aktif yang disebut tropozoit dan fase dorman
dalam bentuk sista. Tropozoit akan aktif mencari makan dan
berproduksi selama kondisi lingkungan memungkinkan. Jika
kondisi tidak memungkinkan kehidupan tropozoit maka
protozoa akan membentuk sista. Sista merupakan bentuk sel
protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan
endospora yang terjadi pada bakteri. Pada saat sista protozoa
mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun
basah. Pada umumnya berkembangbiak dengan membelah
diri .
Protozoa memiliki ciri khas sebagai berikut :
xxxviii
1. Heterotrof
Protozoa merupakan organisme heterotrof. Protozoa
makan dengan cara menelan bakteri, jenis protozoa lain, atau
detritus (materi organik dari organisme mati).
2. Di perairan, protozoa adalah penyusun zooplankton.
3. Makanan protozoa seperti bakteri, jenis protista lain, atau
detritus (materi organik dari organisme mati).
4. Tidak memiliki dinding sel
Protozoa umumnya tidak tidak memiliki dinding sel.
Tubuhnya dipisahkan dari lingkungan luar oleh membran sel.
Membran ini memiliki komposisi yang bervariasi, biasanya
mengandung silika atau kalsium karbonat.
5. Berukuran mikroskopis
Sebagian besar Protozoa merupakan organisme mikroskopik,
namun beberapa memiliki ukuran tubuh yang cukup besar,
sehingga dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop.
Ukuran protozoa bervariasi, yaitu mulai kurang dari 10 mikron
dan ada yang mencapai 6mm, meskipun jarang.
6. Memiliki alat gerak
Umumnya, anggota protozoa dapat bergerak dengan
bebas. Alat geraknya yang berupa bulu getar (silia), bulu
cambuk (flagel), dan kaki semu (pseudopodia).
7. Hidup bebas atau sebagai parasit
Protozoa ada yang hidup bebas, ada pula yang hidup
sebagai parasit. Protozoa yang hidup bebas dapat ditemukan
di habitat air laut, perairan tawar dan tanah yang lembab.
Protozoa yang melayang-layang di air biasa disebut plankton
atau zooplankton. Beberapa protozoa parasit menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan.
8. Memiliki fase aktif dan dorman.
xxxix
Beberapa protozoa memiliki fase vegetatif bersifat aktif
yang disebut tropozoit dan fase dorman dalam bentuk
sista/kista.
Bentuk tropozoit terbentuk selama kondisi lingkungan
memungkinkan untuk mencari makan dan bereproduksi. Jika
kondisi tidak memungkinkan bagi kehidupan tropozoit,
protozoa akan membentuk sista. Pada saat dalam bentuk
sista, protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan
kering maupun basah .
3. Pengelompokkan Protozoa
Protozoa memiliki 4 kelas yang dibedakan berdasarkan alat
geraknya :
a. Cilliata
Cilliata berasal dari kata cillia yang berarti bulu getar
(silia). Jadi cilliata merupakan organisme yang
tubuhnyaditumbuhi bulu getar atau sillia. Fungsi bulu getar
atau silia yaitu untuk bergerak dan mencari makan.
Siliata banyak terdapat di laut yang mengandung zat
organik tinggi dan peraairan tawar seperti sawah, rawa dan
tanah berair.
Karakteristik utama dari siliata adalah alat getar berupa bulu
getar (silia) pada seluruh permukaan tubuhnya. Silia ini pada
sejumlah spesies diubah menjadi gelang, bulu kejut, dan
jambul. Selain untuk alat gerak, silia juga berfungsi untuk
menangkap makanan.
xl
Karakteristik unik yang dimiliki siliata adalah adanya
dua jenis inti pada setiap individu. Nukleus besar disebut
makronukleus, dan nukleus kecil dinamakan mikronukleus.
Biasanya dalam satu individu, mikronukleus berjumlah lebih
banyak daripada makronukleus. Makronukleus berperan
dalam pengaturan sel, pertumbuhan, dan perkembangbiakan.
xli
Adapun mikronukleus berperan dalam reproduksi
seksual. Bahan inti mikronukleus dipertukarkan ketika terjadi
konjugasi
Silia merupakan kelompok terbesar di Fillum Protozoa
dengan jumlah anggota mencapai 8000 spesies.
Beberapa contoh siliata :
a. Paramecium caudatum
Bentuk tubuhnya seperti sendal dengan permukaan
tubuh dipenuhi silia sebagai alat gerak. Bagian posterior
meruncing dan bagian anterior tumpul
Perkembangbiakan Paramecium adalah dengan cara:
Aseksual atau dengan cara membelah diri yaitu dengan pembelahan biner
dimana sel membelah menjadi 2 kemudian menjadi 4, 8 dan 16 dst.
Pembelahan diawali dengan pembelahan mikronukleus dan diikuti dengan
pembelahan makronucleus.
Seksual atau perkembangbiakan secara kawin. Caranya adalah dua sel saling
mendekat, menempel pada bagian mulut sel untuk kawin. Artinya kedua
hewan ini sedang mengalami konjugasi. Selanjutnya terbentuk saluran
konjugasi diantara kedua sel ini. Dan melalui saluran ini terjadi tukar-menukar
xlii
mikronukleus. Mikronukleus dari sel yang satu pindah ke sel yang lain,
demikianlah sebaliknya .
b. Stylonichia sp
Bentuk tubuhnya mirip dengan Paramecium sp namun
silianya berkelompok dinamakan sirus dengan bentuk seperti
duri-duri. Hidup di perairan yang banyak mengandung
sampah organik.
c. Vorticella sp
Bentuknya seperti lonceng, bertangkai panjang dengan
sillia di sekitar mulutnya. Hidupnya berkoloni.
d. Balantidium coli
Bentuknya bulat telur. Hidup di usus babi, bisa juga
pada manusia. Dapat juga menyebabkan diare, disebut
balantidias.
e. Stentor sp
Bentuknya seperti terompet dengan tangkai yang
panjang dan silia di sekitar mulutnya. Stentor hidup menetap
di dasar perairan
b. Rhizopoda atau Sarkodina
Rhizopoda berasal dari kata rhizao yang berarti akar
dan podos yang berarti kaki. Jadi rhizopoda artinya kaki yang
berbentuk seperti akar. Fillum rhizopoda disebut juga
sarcodina yang berasal dari kata Sarcodes yang berarti
daging, karena bentuknya yang seperti gumpalan daging.
Rhizopoda/sarcodina bergerak dengan menggunakan kaki
semu atau pseudopodia yang merupakan bentuk penonjolan
atau penjuluran dari protoplasmanya.
xliii
Pseudopodia pada rhizopoda ada beberapa tipe :
a. Tipe Lobadia
Ujung penjulurannya tumpul seperti tabung dan
protoplasmanya terdiri atas ektoplasma dan endoplasma.
b. Tipe Filopodia
xliv
Ujung penjulurannya runcing dan biasanya bercabang.
Protoplasmanya tersusun dari ektoplasma dan plasma saja.
Selain digunakan untuk bergerak, pseudopodia memang
digunakan untuk menangkap mangsa. Makanan rhizopoda
berupa organisme kecil-kecil seperti bakteri, alga, bahkan
protozoa lain.
Contoh rhizopoda yang paling terkenal adalah Amoeba
sp. Secara struktural Amoeba dilimdungi oleh membran sel
dan di dalam sitoplasmanya terdapat organel seperti nukleus,
vakuola kontraktil, dan vakuola makanan. Ukuran tubuh
Amoeba berkisar antara 200-300 mikron. Amoeba ada yang
hidup di luar tubuh organisme (ektoamoeba) misalnya
Amoeba proteus. Namun ada juga yang hidup di dalam tubuh
organisme (entamoeba) misalnya Entamoeba histolytica yang
sifatnya parasit dalam tubuh manusia.
xlv
xlvi
Respirasi Amoeba dilakukan secara difusi melalui
seluruh permukaan tubuhnya. Proses pencernaannya
dilakukan secara fagositosis dan makanannya berupa alga,
bakteri, protozoa lain, dan tumbuhan yang sudah mati.
Reproduksinya dilakukan secara vegetatif dengan membelah
diri.
Adapun jenis rhizopoda lain adalah :
a. Arcella sp
Terdapat di air tawar, bentuknya seperti arloji, dan
mempunyai rangka luar dari zat kitin.
b. Diflugia sp
Terdapat di air tawar, bentuknya lebih panjang dari Arcella
dan tubuhnya dapat mengeluarkan lendir untuk melekatkan
pasir
c. Entamoeba coli
Hidup dalam usus besar manusia, membantu pembusukan
sisa-sisa makanan dan pembentukkan vitamin K. Namun
kadang-kadang dapat menyebabkan diare.
xlvii
d. Entamoeba gingivalis
Hidup dalam rongga mulut, di sela-sela gigi dan gusi, dan
dapat menyebabkan penyakit pada gusi (ginggivitis)
e. Foraminifera
xlviii
Hidup di laut, rangka luar tubuhnya tersusun dari zat kapur
atau silika. Foraminifera yang telah mati akan membentuk
endapan yang disebut tanah globigerina dan dijadikan
petunjuk adanya minyak bumi.
f. Radiolaria (Heliospera)
Terdapat di laut, rangka luar tubuhnya tersusun dari zat kersik.
Endapan rangka tubuhnya membentuk tanah radiolaria dan
digunakan sebagai bahan alat penggosok serta bahan
peledak.
Sebagian kecil rhizopoda yang hidup sebagai parasit adalah
Entamoeba histolytica dan Entamoeba Coli yang
menyebabkan diare pada manusia.
Di dalam bagian sel amoeba terdapat vakuola makanan dan
vakuola kontraktil. Vakuola makan berfungsi sebagai alat
pencernaannya. Adapun vakuola kontraktil berguna sebagai
organ ekskresi untuk mengeluarkan zat sisa makanan dan
juga untuk menjaga tekanan osmosis sel.
c. Flagellata atau mastigofora
Flagellata berasal dari kata flagellum yang berarti bulu
cambuk. Jaadi, organisme yang termasuk fillum Flagellata
semuanya memiliki bulu cambuk . fillum flagellata disebut
juga mastigophora (mastix : bulu cambuk dan phoros :
membawa). Flagel atau bulu cambuk selain sebagai alat gerak
juga berfungsi untuk alat peraba dan alat penangkap
makanan .
Flagel juga berfungsi sebagai alat indera. Kelompok
flagellata merupakan kelompok protozoa yang unik. Beberapa
anggotanya memiliki klorofil sehingga ada yang
mengelompokkannya ke dalam alga.
xlix
Berdasarkan ada tidaknya klorofil, flagellata dibagi
menjadi fitoflagellata dan zooflagellata :
Fitoflagellata
Merupakan anggota flagellata yang dapat melakukan
fotosintesis. Contoh fitoflagellata adalah Euglena viridis,
Dinoflagellata dan Volvox.
Euglena
Ciri utama Euglena adalah adanya satu atau dua flagel
berukuran panjang di bagian ujung anterior. Euglena memiliki
keunikan dengan adanya alat penerima cahaya (fotoreseptor)
berwarna merah yang disebut dengan stigma. Fotoreseptor ini
berfungsi sebagai alat indra yang membedakan gelap dan
terang.
Dinoflagellata
Dinoflagellata umumnya merupakan organisme uniseluler
dengan dua flagel yang akan lepas ketika dia membentuk
kista. Ada pula Dinoflagellata yang kehilangan flagelnya dan
menjadi nonmotil. Beberapa spesies Dinoflagellata
mengeluarkan pendar cahaya dari tubuhnya.
l
Volvox
Merupakan fitoflagellata berbentuk tubuh bulat dengan dua
atau empat flagel pada setiap selnya. Flagel-flagel ini
dihubungkan oleh rantai protoplasma.
Zooflagellata
Zooflagellata merpakan flagellata yang tidak memiliki
klorofil. Contoh yang terkenal dari zooflagellata adalah
Trypanosoma dan Leishmania yang bersifat parasit pada
manusia dan hewan.
Trypanosoma
Trypanosoma memiliki tubuh berbentuk pipih panjang seperti
daun. Infeksi karena Trypanosoma disebut tripanosomiasis.
Trypanosoma memiliki hospes perantara hewan-hewan
pengisap darah.
Leishmania
Leishmania menyebabkan penyakit pada sel endotelium
pembuluh darah. Infeksi karena Leishmania disebut
leishmaniasis.
li
d. Sporozoa atau apikompleksa
Yaitu protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Sporozoa
atau apikpompleksa merupakan golongan protista yang tidak
memiliki alat gerak khusus. Gerakannya dilakukan dengan
mengubah-ubah kedudukan tubuhnya.
Sporozoa hidup sebagai parasit pada hewan maupun manusia
dengan menyerap makanan dari dalam tubuh inangnya.
Salahsatu jenis sporozoa yang hidup sebagai parasit adalah
Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria.
Penyebaran penyakit malaria terjadi dengan bantuan nyamuk
Anopheles betina yang banyak hidup di daerah rawa
Siklus hidup plasmodium
Plasmodium masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina. Di dalam tubuh manusia,
Plasmodium menyerang sel darah merah dan sel hati.
lii
Dikenal ada 4 jenis Plasmodium yang menyebabkan
penyakit malaria, yaitu :
1. Plasmodium vivax
2. Plasmodium ovale yang menyebabkan penyakit malaria
tertiana,
liii
3. Plasmodium falciparum menyebabkan penyakit malaria
tropikana, dan
liv
4. Plasmodium malariae menyebabkan penyakit malaria
kuartana.
Siklus hidup Plasmodium terbagi menjadi dua, yaitu di
dalam tubuh manusia dan di dalam tubuh nyamuk Anopheles
betina.
Tahap-tahap siklus hidup Plasmodium :
1. Fase dalam tubuh manusia (fase aseksual)
Ketika nyamuk Anopheles betina menggigit manusia,
melalui air liur, sporozoid Plasmodium (berbentuk pipih,
bergerak) masuk ke dalam tubuh, mengikuti aliran darah
hingga akhirnya mencapai sel-sel hati atau sistem limfa.
Dalam sel-sel hati, sporozoid membelah membentuk sel-sel
baru yang disebut merozoid. Merozoid dapat menginfeksi sel-
sel hati yang lain dan menyerang eritrosit. Eritrosit yang
diserang merozoid akan pecah. Merozoid akan membelah
lv
dengan sangat cepat, sehingga banyak sekali eritrosit yang
pecah. Oleh karena itu, penderita akan menunjukkan gejala
anemia. Pada saat eritrosit pecah, suhu tubuh penderita akan
naik. Siklus pembentukan merozoid akan berulang setiap 48
atau 72 jam, atau dalam waktu tidak tentu bergantung pada
jenis Plasmodium.
2. Fase dalam tubuh nyamuk (fase seksual)
Fase seksual Plasmodium mulai terjadi ketika merozoid
tumbuh menjadi sel penghasil gamet (gametosit). Terdapat
dua macam gametosit, yaitu makrogametosit (penghasil
gamet betina) dan penghasil mikrogametosit (penghasil
gamet jantan). Gametosit ini hanya dapat dihasilkan dalam
tubuh nyamuk Anopheles betina. Jadi, sekarang kalian
mengetahui mengapa penyakit malaria ditularkan melalui
vektor nyamuk Anopheles betina.
BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan Keperawatan sebagai suatu profesi bertanggung jawab dan bertanggung
gugat atas pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan. Oleh sebab itu pemberian pelayanan/asuhan keperawatan harus berdasarkan pada landasan hukum dan etika keperawatan. Standar asuhan perawatan di Indonesia sangat diperlukan untuk melaksanakan praktek keperawatan, sedangkan etika keperawatan telah diatur oleh organisasi profesi, hanya saja kode etik yang dibuat masih sulit dilaksanakan dilapangan karena bentuk kode etik yang ada masih belum dijabarkan secara terinci dan lengkap dalam bentuk petunjuk tehnisnya.
Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap prilaku yang dapat dipertanggung jawabkan, etik bicara tentang hal yang benar dan hal yang salah
lvi
dan didalam etik terdapat nilai-nilai moral yang merupakan dasar dari prilaku manusia (niat). Prinsip-prinsip moral telah banyak diuraikan dalam teori termasuk didalamnya bagaimana nilai-nilai moral di dalam profesi keperawatan. Penerapan nilai moral professional sangat penting dan sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi dan harus dilaksanakan dalam praktek keperawatan. 3.2 Saran
Dalam setiap memberikan asuhan keperawatan hendaknya selalu menerapkan prinsip dan nilai etika keperawatan dalam setiap tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, Ns. S. Kep. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : ECG.
Basford, Lynn dan Slevin, Oliver. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan.Jakarta: ECG
Gaffar Jumadi Laode (1997). Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika.
Priharjo Robert (1995). Pengantar Etika Keperawatan. Cetakan: 6. Yogyakarta:
lvii
Kanisius.
.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktu nya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada nabi besar
kita yakni nya nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umat nya dari
zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan
pada saat sekarang ini.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Mikrobiologi dan
Parasitologi mengenai “ Cestoda, Hirudinea dan Protozoa”
lviii
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.
Padang, April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
lix
A. CESTODA.................................................................................... 3
B. HIRUDINEA..................................................................... .. 4
C. PROTOZOA........................................................................... 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 16
A. Kesimpulan ................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17
lx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy=pipih, helminthes-cacing)
atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedang lebih
maju di bandingkan porifera dan colenterata. Tubuh platyhelminthZes memiliki
tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesodedrm dan endoderm.
Cacing pita, taenia solium kebanyakan merupakan parasit yang mana pada tingkat
dewasanya hidup dalam saluran pencernaan manusia. Spesies lain yang hampir
mirip adalah taeniarinychus (taenia) saginata yang juga merupakan parasit pada
manusia. Setiap cacing pita dewasa merupakan flatform yang terdiri dari sebuah
kepala sebagai holdfast organ. Scolex dan sebagian besar tubuhnya disusun oleh
segmen-segmen dalam garis lurus yang berentet .
Anatomi dari cacing pita ini disesuaikan dengan kebiasaannya sebagai
parasit, dimana dia tidak punya saluran pencernaan sehingga makanannya akan
langsung diserap oleh dinding tubuhnya. Sistem syarafnya mirip dengan planaria
dan faciola hepatica tetapi tidak berkembang dengan baik Saluran pengeluarannya
membujur, bercabang dan berakhir didalam sel api. Ujung posteriornya terbuka
sehingga zat-zat sisa langsung di eksresikan keluar tubuh.
Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas Cestoidea.
Cacing pita termasuk subkelas Cestoda, kelas
Cestoidea, f i Platyhelminthes
. C a c i n g d e w a s a n y a m e n e m p a t i s a l u r a n u s u s v e r t e b r a t a
d a n larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invertebrata.Bentuk badan cacing
dewasa memanjang menyerupai pita, biasanya pipihdorsovent ra l , t idak
mempunyai a la t ce rna a tau sa luran vaskula r dan b iasanya terbagi
dalam segmen-segmen yang disebut proglotid yang bila dewasa berisi
alatreproduksi jantan dan betina.Ujung bag ian an te r io r berubah menjad i
sebuah a la t pe leka t , d i sebut skoleks yang dilengkapi dengan alat isap dan
kait-kait. Spesies penting yang dapatmenimbulkan kelainan pada manusia
umumnya adalah :
1
Taenia saginata
dan
Taenia solium
,
Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus,
Echinococcus multilocularis
.Manusia merupakan hospes Cestoda ini dalam bentuk :a . C a c i n g
d e w a s a , u n t u k s p e s i e s
Diphyllobothrium latum, Taenia saginata,Taenia solium, H.nana, H.diminuta,
Dipylidium caninum.
b.Larva, untuk spesies
Diphyllobothrium sp, T.solium, H.nana, E.granulosus, Multiceps.
1.2Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
klasifikasi,morfo log i dan daur h idup , hospes dan nama penyaki t ,
d i s t r ibus i geograf ik , patologi dan gejala klinis, diagnosis, pengobatan serta
epidemiologi dari cestoda
Diphyllobothrium latum.
B. Rumusan Masalah1. Apa defenisi etika dan nilai ?2. Apa saja prinsip – prinsip moral etika keperawatan ?3. Apa saja nilai-nilai essensial perawat profesional ?4. Bagaimana penerapan prinsip moral etika keperawatan dan nilai-nilai
essensial perawat profesional dalam pemberian obat secara intramuskular pada anak toddler ?
C. Tujuan Tujuan Umum
Mengetahui, memahami dan menerapkan prinsip dan nilai etika dalam tindakan pemberian obat intramuskular
Tujuan Khusus- Mengetahui prinsip-prinsip dalam etika keperawatan- Mengetahui nilai-nilai essensial keperawatan profesional
2
- Menghubungkan prinsip moral atau pelajaran yg baik dan dapat dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga , masyarakat & kepada Tuhan sesuai dengan kepercayaan
- Memberi kesempatan menerapkan ilmu & prinsip etik keperawatan dan nilai-nilai essensial keperawatan profesional dalam praktik & dalam situasi nyata.
BAB II
PEMBAHASAN
D.CESTODA
16. Cestoda adalah cacing yang berbentuk pipih seperti pita yang merupakan
endoparasit dan dikenal sebagai cacing pita
17. Cacing dewasa hidup dalam usus Vertebrata dan larvanya hidup di jaringan
vertebrata dan invetebrata
3
18. Semua anggota Cacing kelompok Cestoda memiliki struktur pipih dan tertutup
oleh kutikula ( zat lilin)
19. Cestoda disebut sebagai Cacing pita karena anggotanya berupa cacing yang
bentuknya pipih panjang seperti pita.
20. CESTODA (Cacing Pita) terlihat secara morfologi :
-Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid.
-Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin.
21. Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi.
22. Tubuhnya Cestoda memiliki tubuh bentuk pipih, panjang antara 2 - 3m dan
terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila).
23. Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan
setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan.
Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid)
merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
24. Cestoda biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan.
25. Contoh : Taenia solium Cacing pita manusia Menyebabkan Taeniasis solium.
Pada skoleknya terdapat kait-kait sebagai alat pengisap yang matang menjadi
alat reproduksinya. Memiliki hospes perantara Babi
26. Skoleks pada jenis Cestoda tertentu (Taenia solium ) selain memiliki alat
pengisap, juga memiliki kait (rostelum)
27. Rostellum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
28. Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
29. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin
betina (ovarium).
30. Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri.dan mempunyai rumah tangga
sendiri ( metameri)
4
Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid)
merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit.
Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling
bawah tubuh cacing.
Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama
bersama dengan tinja.
Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan.
Sistem eksresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api.
Sistem saraf sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makanan melalui permukaan
tubuhnya secara osmosis
Penyerapan sari makanan terjadi dari usus halus inangnya melalui seluruh
permukaan proglotid
Jadi sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena
cacing ini tidak memiliki mulut dan system pencernaan , skolex hanya untuk
menempelkan dirinya ke usus
Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak
tidak sempurna, belum matang
Daging hewan hospes ( inang perantara ) yang mengandung Cysticercus
5
Inang pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi yang tubuhnya
terdapat Cisticercus jenis Taenia saginata yang ada pada ototnya dan Babi
yang tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia solium yang ada pada
ototnya.
di Kedua ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus ditubuhnya
hingga membentuk Cysticercus
Jadi di sapi dan babi tidak dijumpai dala bentuk Dewasa ( yang dewasa di
tubuh manusia) hanya bentuk larva
di Ternak berurutan cyclusnya : Telur - Oncosfer - Hexacant - Cysticercus ( T-
O-H-C),
T-O-H-ada di Ususnya dan C(cysticercus) meninggalkan usus ke otot( daging)
Agar kita tidak kena Taeniasis ini dimasak yang matang dagingnya, dan
manusia yang kena Taeniasis janganbuang air besar ke lingkungan , karena
Faecesnya yang ada telurnya sangat kuat di lingkungan yang mungkin di
rumput
Siklus hidup cestoda, Proglottid Masak (terdapat dalam feses) bila tertelan
oleh babi Þ Embrio Heksakan, menembus usus dan melepaskan kait-kaitnya
Larva Sistiserkus (dalam otot lurik babi) tertelan manusia Cacing dewasa.
Taenia saginata Cacing pita manusia. Menyebabkan Taeniasis saginata. Pada
skoleknya tidak terdapat kait-kait. Memiliki hospes perantara Sapi. Daur
hidup Taenia saginata sama dengan Taenia solium.
Diphyllobothrium latum, Menyebabkan Diphyllobothriasis. Parasit pada
manusia dengan hospes perantara berupa katak sawah (Rana cancrivora), ikan
dan Cyclops. Echinococcus granulosus Cacing pita pada anjing
Himenolepis nana :Cacing pita yang hidup dalam usus manusia dan tikus.
Tidak memiliki hospes perantara.
pemberian obat anti cacing sangat dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum
golongan obat anticacing albendazole dosis sehari 500 mg lebih baik ,
biasanya dosis 250 cacing mati dalam bentuk utuh
Cacing dalam kelas cestoidea disebut juga cacing pita karena bentuk tubuhnya
yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai saluran
pencernaan ataupun pembuluh darah. Tubuhnya memanjang terbagi atas
6
segmen-segmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa
berisi alat reproduksi jantan dan betina.
Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri dari :
- Badan terdiri dari scolex (kepala), alatv untuk melekat dan memiliki batil isap
-Leher, yaitu tempat untuk pertumbuhan badan
-Strobila, adalah merupakan badan yang terdiri dari segmen proglotida.
Yang penting dari klas cestoida ini ada dua ordo yang dilaporkan menginfeksi
manusia ialah :
Pseudophylidea
Cyclophylidea
Sedangkan yang menginfeksi manusia ada dua bentuk fase cacing yaitu, bentuk
cacing dewasa, bentuk larva ataupun keduanya.
3. Cacing dewasa (manusia sebagai hospes definitif)
- Diphylobotrium latum
- Taeniarinchus saginatus
- Taenia solium
- Dsb.
4. Larva (manusia sebagai hospes intermedier)
- T. solium
- Echinococcus granulosus
- E. moltulocularis
- Dsb.
Morfologi cacing dewasa dan larva Cestoda
7
Phylum : Plathyhelminthes
Ke
las
Ordo Famili Genus Spesies
C
E
S
T
O
D
A
Pseudophylidea Diphylobothriidae Diphylobothrium D. latum
D. mansoni/
Spirometra mansoni
(Diphylobothrium
binatang
Cyclophyli idea Taeniidae Taenia T. saginata
T. solium
Echinococcus E. granulosus
E. multilocularis
Multiceps M. multiceps
Hymenolepididae Hymenolepis H. nana
H. diminuta
8
Dilepididae Diphylidium D. caninum
Ordo: Pseudophylidea
Morfologi:
Scolex mempunyai 2 lekuk isap (bothrium = suctorial groove). Lubang
genital biasanya ditengah proglotid, ada lubang uterus yang letaknya ditengah.
Telur mempunyai operculum, berisi sel telur dikeluarkan bersama tinja. Dalam air
sel telur tumbuh jadi Onchospher. Telur menetas dan coracidium yaitu embrio
yang bersilia. Coracidium dimakan oleh hospes perantara I yang termasuk
golongan copepoda (cyclops ), terbentuk Procercoid dimakan oleh hospes
perantara II (ikan, kodok). Hospes terakhir ini larva tumbuh menjadi plerocercoid
(sparganum) yang merupakan bentuk infektif
Diphyllobotrium latum ( tania lata , dobothriosephalus latus, broad
tapeworm , fish tapeworm)
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Order :pseudopillidae
Family : diphyllobothridae
Genus : diphyllobothrium
Spesies : D. latum
Cacing pita ini sering ditemukan berparasit pada hewan carnivora
pemakan ikan, terutama di Eropa Utara. Sering menginfeksi anjing, kucing,
9
beruang dan pada orang. D. latum sering dilaporkan menginfeksi orang di daerah
tertentu, bahkan hampir 100% di suatu lokasi orang terinfeksi oleh parasit ini.
Orang yang terinfeksi banyak dijumpai didaerah Scandinavia, Baltic dan Rusia.
Juga dilaporkan di Amerika Selatan, Irlandia dan Israil. Panjang cacing dapat
mencapai 9 m dan mengeluarkan jutaan telur/hari. Tubuhnya panjang yang terdiri
dari segmen-segmen disebut proglotida yang berisi testes dan folicel.
Daur hidup
Telur keluar melalui feses dan berkembang membentuk embrio yang akan
berkembang dalam air. Telur berkembang menjadi coracidium dalam waktu 8 hari
sampai beberapa minggu bergantung suhu lingkungan. Coraciudium keluar
melalui operkulum telur dan coracidium yang berisilia berenang mncari hospes
intermedier ke 1 dari jenis Copepoda krustacea termasuk genus Diaptomus.
Segera setelah masuk kedalam usus krustasea tersebut, coracidium melepaskan
10
silianya dan penetrasi melalui dinding usus dan masuk ke haemocel (sistem darah)
krustasea menjadi parasit dengan memakan sari makana dalam tubuh krustasea
tersebut. Selama sekitar 3 minggu coracidium berkembang dan bertambah
panjang sampai sekitar 500 um dan disebut procercoid dan tidak berkembang lagi
dalam tubuh krustasea tersebut. Bila krustasea dimakan ikan air tawar sebagai
hospes intermedier ke 2, procercoid ada dalam usus ikan dan menembus melalui
dinding intestinum masuk kedalam istem muskularis dan berparasit dengan
memakan unsur nutrisi dari ikan tersebut dan procercoid berkembang menjadi
plerocercoid. Plerocercoid berkembang dari beberapa mm menjadi beberapa cm.
Plerocercoid akan terlihat pada daging ikan mentah yang berwarna putih dalam
bentuk cyste. Bila daging ikan tersebut dimakan orang, cacing berkembang
dengan cepat dan menjadi dewasa serta mulai memproduksi telur pada 7-14 hari
kemudian.
Patologi
Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka
mengkonsumsi ikan mentah. Kebanyakan kasus penyakit tidak memperlihatkan
gejala yang nyata. Gejala umum yang sering ditemukan adalah gangguan sakit
perut, diaree, nausea dan kelemahan. Pada kasus infeksi yang berat dapat
menyebabkan anemia megaloblastic. Gejala ini sering dilaporkan pada penduduk
di Finlandia. Di negara ini hampir seperempat dari populasi penduduk terinfeksi
oleh D. latum dan sekitar 1000 orang menderita anemia perniciosa. Pada mulanya
dikira bahwa cacing ini menyebarkan toksin penyebab anemia, tetapi setelah
diteliti ternyata vitamin B12 yang masuk dalam usus diabsorbsi oleh cacing,
sehingga pasien menderita defisiensi vitamin B12. Seorang peneliti melaporkan
bahwa pasien yang diberi singel dosis vit. B12 40% yang dilabel dengan cobalt,
ternyata disbsorbsi oleh D. latum sekitar 80-100% dari vit B12 yang diberikan.
Gejala yang jelas terlihat adalah terjadinya anemia perniciosa (anemia yang
disebabkan oleh gangguan absorpsi vitamin B12 dalam usus).
Diagnosis dan pengobatan
11
Dengan menemukan telur cacing atau progotida didalam feses, diagnosis
dinyatakan positif. Obat yang diberikan ialah:
- aspidium oleoresin
- mepacrim
- diclorophen
- extract biji labu (Cucurbita spp)
- Niclosamide (Yomesan): pilihan obat yang diberikan dewasa ini,
makanismenya adalah: menghambat reaksi pertuklaran fosfat inorganik –
ATP, rekasi ini berhubungan dengan transport elektron secara anaerobik yang
dilakukan oleh cacing.
12
13
Telur Diphyllobothrium latum, the fish tapeworm
scolex Diphyllobothrium latum. the fish tapeworm
Ordo: cyclophylidea
Taenia saginata
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Ordo : cyclophylidea
Family : Taeniidae
14
Proglottid Diphyllobothrium latum
Dipylidium caninum
Genus : Taenia
Spesies : T. saginata
Cacing pita ini adalah cacing pita yang paling sering ditemukan pada
manusia dan ditemukan di semua negara yang orangnya mengkonsumsi daging
sapi. Cacing ini panjangnya sekitar 3-5 m dan terdiri dari 2000 proglotida.
Scolexnya mempunyai 4 batil isap yang dapat menghisap sangat kuat.
15
Taenia saginata
Telur Taenia saginata The beef tapeworm,
Daur hidup
Proglotida yang berisi penuh telur melepaskan diri dari tubuh cacing dan
keluar melalui feses atau dapat keluar sendiri dari anus. Setiap segmen terlihat
seperti cacing tersendiri dan dapat merayap secara aktif. Setiap segmrn /proglotida
dapat dikelirukan sebagai cacing trematoda atau bahkan nematoda.
Bilamana segmen mulai mengering maka bagian dinding ventral robek
dan telur keluar dari lubang robekan tersebut. Pada saat itu telur berembrio dan
infektif dapat menginfeksi hospes intermedier dan bila tidak telur dapat bertahan
berminggu-minggu. Hospes intermedier palimng utama adalah sapi, tetapi dapat
pula pada kambing dan domba.
Bila telur termakan oleh sapi kemudian menetas dalam duodenum, yang
dipengaruhi oleh asam lambung dan sekresi intestinum. Hexacant yang keluar dari
telur langsung berpenetrasi kedalam mukosa dan masuk kedalam venula
intestinum, terbawa oleh aliran darah keseluruh tubuh. Cacing muda tersebut
biasanya meninggalkan kapiler masuk diantara sel muyskulus dan masuk dalam
serabut otot (muscle fiber) dan berparasit di lokasi tersebut, kemudian menjadi
cysticercus dalam waktu 2 bulan. Metacercaria ini berwarna putih seperti mutiara
dengan ukuran diameter 10 mm yang berisi satu skolek invaginatif. Penyakit yang
disebabkan oleh cacing ini pada sapi disebut Cysticercisis bovis.
Orang memakan daging sapi yang terinfeksi oleh cacing ini akan tertular
bilamana daging sapi tersebut dimasak kurang matang/masih mentah. Cysticercus
terdigesti oleh cairan empedu dan cacing mulai tumbuh dalam waktu 2012
minggu dan menjadi dewasa membentuk proglotida yang berisi telur.
Patologi
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi T. saginata hampir sama dengan
penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing pita lainnya, kecuali gejala yang
disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 seperti yang disebabkan oleh infeksi D.
latum tidak ditemukan. Intoksikasi yang disebabkan oleh absorpsi dari ekskreta
cacing sering terjadi, dengan gejala sakit perut, nausea dan hipersensitif. Diare
16
dan obstruksi intestinal jarang dijumpai, tetapi gejala anoreksioa sering
ditemukan.
Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis tepat ditentukan bila dijumpai proglotid yang penuh telur atau
skolek. Proglotid terciri dengan adanya cabang lateral disetiap masing-masing sisi
yang m,empunyai cabang sekitar 15-20. Tetapi cabang tersebut biasanya sulit
terlihat pada proglotid yang lama, sehingga diagnosis lebih akurat bila ditemukan
proglotid yang masih baru.
Sejumlah obat telah digunakan untuk pengobatan cacing ini, tetapi obat
yang sekarang banyak dipakai adalah Niklosamide.
Taenia solium
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Ordo : cyclophylidea
Family : Taeniidae
Genus : Taenia
Spesies : T. Solium
Taenia adalah cacing pita babi yang paling berbahaya , karena
kemungkinan terjadinya infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi. Cacing
dewas panjangnya 1,8-3 m.
17
Daur hidup dan patologi
18
Taenia solium
Telur Taenia solium human/swine tapeworm
Daur hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi hospes intermedier
berbeda dimana T. saginatus. Pada sapi dan T. solium pada babi. Proglotid yang
penuh telur keluar melalui feses, kemudian telur infektif keluar dimakan oleh
babi. Telur menetas dalam tubuh babi dan telur dan membentuk Cysticercus
celluloses, didalam daging (otot) atau organ lainnya. Orang akan mudah terinfeksi
bila memakan daging babi yang kurang masak. Cysticercus berkembang menjadi
cacing cacing muda yang langsung menempel pada dinding intestinum dan
tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 5-12 minggu. Dimana cacing ini dapat
bertahan hidup sampai 25 tahun.
Cysticercosis:
Tidak seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium dapat berkembang
dalam bentuk cysticercus pada orang. Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan
masuk kedalam lambung dan usus, kemudian cacing berkembang menjadi
cysticercus di dalam otot. Cysticerci sering ditemukan dalam jaringan
subcutaneus, mata, otak, otot, jantung, hati dan paru. Kapsul fibrosa mengelilingi
metacestoda ini, kecuali bila cacing berkembang dalam kantong mata. Pengaruh
cysticercus terhadap tubuh bergantung pada lokasi cysticercus tinggal. Bila
19
berlokasi di jaringan otot, kulit atau hati, gejala tidak begitu terlihat, kecuali pada
infeksi yang berat. Bila berlokasi di mata dapat menyebabkan kerusakan retina,
iris, uvea atau choroid. Perkembangan cysticercus dalam retina dapat dikelirukan
dengan tumor, sehingga kadang terjadi kesalahan pengobatan dengan mengambil
bola mata. Pengambilan cysticercus dengan operasi biasanya berhasil dilakukan.
Cysticerci jarang ditemukan pada syaraf tulang belakang (spinal cord),
tetapi sering ditemukan pada otak. Terjadinya nekrosis karena tekanan dapat
menyebabkan gangguan sistem saraf yaitu tidak berfungsinya saraf tersebut.
Gangguan tersebut ialah: terjadi kebutaan, paralysis, gangguan keseimbangan,
hydrocephalus karena obstruksi atau terjadi disorientasi. Kemungkinan terjadinya
epilepsi dapat terjadi. Penyakit dapat dicurigai sebagai epilepsi peyebab
cysticercosis bila penderita bukan keturunan penderita epilepsi.
Bilamana cysticercus mati dalam jaringan, akan menimbulkan reaksi
radang, hal tersebut dapat mengakibatkan fatal pada hospes, terutama bila cacing
berada dalam otak. Reaksi seluler lain dapat dpat terjadi yaitu dengan adanya
kalsifikasi. Bila ini terjadi pada mata pengobatan dengan operasi akan sulit
dilakukan.
Pengobatan dan pencegahan
Pencegahan infeksi cacing ini lebih utama yaitu mencegah kontaminasi air
minum dan makanan dari feses yang tercemar. Sayuran yang biasanya dimakan
mentah harus dicuci berish dan hindarkan terkontaminasi terhadap telur cacing ini.
Pengobatan susah dilakukan, kecuali operasi dengan pengambilan cyste.
Echinococcus granulosus
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
20
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Ordo : cyclophylidea
Family : Taeniidae
Genus : Echinococcus
Spesies : E. granulosus
Cacing ini termasuk cacing yang kecil dari famili Taeniidae. Cacing muda
dapat menginfeksi manusia yang menyebabkan hydatidosis, yang merupakan
penyakit yang serius pada orang. E. granulosus menggunakan hewan karnivora
sebagai hospes definitif, sedangkan mamalia lain sebagai hospes intermedier.
Jenis herbivora dapat terinfeksi karena memakan rumput yang tercemar telur
cacing.
Daur hidup
Cacing dewasa hidup dalam usus halus hospes definitif, panjangnya
sekitar 3-6 mm yang terdiri dari skolex, leher yang pendek dan 3 segmen
21
Echinococcus granulosus
proglotida. Segmen yang telah masak melepaskan diri dan mengeluarkan telur
yang infektif. Bila telur tertelan hospes intermedier akan berkembang menjadi
“uniceluler hydatid”. Dalam waktu 5 bulan hydatid berkembang dan lapisan
bagian dalamnya memproduksi protoscolic yang infektif terhadap hospes definitif.
Cysta yang kecil disebut “brood capsules” berisi 10-30 protoscolic, yang biasanya
menempel pada lapisan germinal. Bila hydatid termakan oleh carnivora, dinding
cysta terdigesti dalam saluran pencernaan dan protoscolic akan terbebaskan dan
menempel pada vili intestinum, kemudian protoscolic berkembang dan menjadi
dewasa dalam waktu 56 hari dan cacing dewasa tersebut dapat tahan hidup sampai
5-6 bulan.
Patologi
Patologi yang terjadi bergantung pada lokasi cyste berparasit. Bilamana
ukuran hydatid membesar akan mendesak jaringan yang ditempatu sehingga
fungsi jaringan terganggu. Bila hydatid tumbuh dalam sumsum tulang maka
parasit tersebut tidak dapat membesar karena terbatasi oleh tulang. Tetapi bila
terjadi infeksi kronis, maka akan menyebabkan nekrosis tulang, sehingga tulang
menjadi tipis dan mudah patah.
Bila hydatid tumbuh pada lokasi yang tidak terbatas, maka cyste akan
bertambah besar dan berisi cairan dan mengandung jutaan protoscolic dan dapat
menimbulkan kematian mendadak bila cyste tersebut pecah. Cairan hydatid
berupa protein yang akan dapat merangsang terjadinya shock anapylaktic.
Diagnosis dan pengobatan
Dengan sinar rontgen akan terlihat cysta hydatid. Tes intradermal dapat
dilakukan bila ada kasus yang dicurigai. Tes lain seperti CFT, haem aglutinasi,
latex aglutination tes dan sebagainya dapat dilakukan walaupun tidak 100%
akurat.
Pengobatan satu-satunya ialah dengan operasi pengambilan cysta hydatid
pada lokasi yang mudah dicapai. Tetapi pemakain mebendazol cukup baik karena
dapat meregresi E. granulosus dan E. multilocularis pada orang.
22
Echinococcus multilocularis
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Ordo : cyclophylidea
Family : Taeniidae
Genus : Echinococcus
Spesies : E. multilocularis
Penyakit ini banyak dilaporkan di Eropa, Asia dan Amerika Utara. Kasus
infeksi pada orang dilaporkan di beberapa negara bagian Amerika Serikat,
Amerika Selatan dan New Zealand. Cacing dewasa sangat mirip dengan E.
granulosus, tetapi ukurannya lebih kecil, panjangnya hanya 1,2-3,7 mm.
Daur hidup dan patologi
23
Kista Echinococcus multilocularis
Daur hidup hampir sama dengan E. granulosus, tetapi kantong cyste hanya
sedikit memproduksi protoscolic. Cystanya lebih teratur dan bila pecah dapat
menyebar menyebabkan metastasis ke bagian lain dari tubuh. Konstruksi
cystenya yang berbeda dengan E. granulosus sehingga disebut alveoler atau
multilocular hydatid.
Orang bukanlah merupakan hospes definitif yang cocok, orang dapat
tertular karena kebiasaan mereka berhubungan dengan anjing liar yang memakan
tikus liar.
Diagnosis dan pencegahan
Diagnosis sangat sulit dilakukan. Terutama karena protoscolic sering tidak
ditemukan.
Pencegahan terutama adalah menghindarkan berhubungan dengan anjing
di daerah endemik.
Hymenolepis nana
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Ordo : cyclophylidea
Family : Hymenolepididae
Genus : Hymenolepis
Spesies : H. nana
24
Parasit ini merupakan cacing pita yang cosmopolitan dan sering dijumpai
pada manusia, terutama anak-anak dengan rata-rata infeksi sekitar 1-9% di
Amerika Serikat dan Argentina. Cacing berukuran 40 mm, lebat 1 mm.
Proglotid H. nana
25
Daur hidup
Proglotida yang telah matang dan berisi telur melepaskan diri kemudian
mengeluarkan telur infektif. Hospes intermediernya tidak tertentu, karena dapat
menu;ar ke orang maupun tikus. Telur yang termakan akan menetas dalam
duodenum dan mengeluarkan onchosfer yang penetrasi masuk kedalam mukosa
dan tinggal di saluran limfe didaerah vili. Di lokasi tersebut cacing berkembang
26
menjadi cysticercoid. Dalam waktu 5-6 hari cuysticercoid masuk kedalam lumen
usus halus dan melekat di lokasi tersebut dan berkembang menjadi dewasa.
Patologi dan pengobatan
Perubahan patologi jarang ditemukan oleh infeksi cacing ini, kecuali pada
infeksi berat yang jarang dijumpai. Infeksi berat dapat terjadi pada kasus
autoinfeksi dengan gejala mirip dengan intoksikasi T. saginatus.
Pengobatan dengan Niclosamid terlihat lebih efisien, tetapi harus diulang 1
bulan kemudian untuk membunuh cacing yang berkembang di dalam vili pada
saat obet pertama diberikan. Obat seperti praziquantel juga dapat membunuh
cacing V. nana dan H. diminuta dengan cepat.
Hymenolepis diminuta
27
Kingdom : animalia
Phylum : plathyhelmintes
Class : cestoda
Subclass : eucastoda
Ordo : cyclophylidea
Family : Hymenolepididae
Genus : Hymenolepis
Spesies : H. diminuta
Cacing ini juga merupakan cacing cosmoploitan yang terutama berparasit
pada tikus rumah, tetapi banyak kasus dilaporkan menginfeksi pada orang.
Ukuran lebih besar daripada V. nana, yaitu sampai 90 cm. Sebagai hospes
intermedier adalah beberapa spesies arthropoda, misalnya jenis kumbang
(Tribolium spp) adalah hospes intermedier yang sangat berperan terhadap infeksi
pada tikus dan manusia.
28
29
cysticercoid Hymenolepis diminuta
Daur hidup, pengobatan dan patologi mirip dengan V. nana.
Perbedaan Hymenolepis nana dan H. diminuta
30
Hymenolepis nana
H. Nana H. diminuta
Panjang 25 – 40 mm 20 – 60 cm
Skoleks Rostelum + kait Rostelum tanpa kait
Telur Lonjong, 30-47µ
Mempunyai 4-8 filamen pada kedua kutub
Agak bulat,
60-79 µ
Tanpa filamen.
Hospes
perantara
- Pinjal tikus, kumbang
tepung,
Perbandingan morfologi H. nana & H. diminuta
E. HIRUDINEA Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang
termasuk dalam filum Annelida. Anggota jenis cacing ini tidak mempunyai
rambut, parapodia, dan seta. Lintah (Hirudinaria javanica) atau pacet
(Haemadippza zeylania) itu merupakan contoh dari Hirudinae.
31
¨ HABITAT
Biasa disebut lintah. Meliputi jenis laut, air tawar dan darat
¨ MORFOLOGI
Terdapat sekitar 500 species. Panjang antara 1-5 cm, kecuali Hirudo
medicinalis sampai 20 cm, warna hitam, coklat, hijau tua dan umumnya
merah. Adakalanya berhiaskan garis-garis atau bintik-bintik. Tubuh pipih
dorso-ventral. Ruas-ruas pada ujungnya mengalami modifikasi menjadi
alat penghisap.
Penghisap anterior lebih kecil daripada penghisap posterior.
32
Jumlah annuli masing-masing ruas berbeda untuk species yang berlainan, oleh
sebab itu digunakan sebagai pengenal dalam identifikasi species
Tubuh lintah dapat dibagi menjadi 5 bagian:
1. Sebuah prostomium kecil dengan 4 ruas berikutnya
membentuk kepala
2. Precitellum terdiri dari 4 buah ruas dan clitellum 3 ruas.Pada bagian
midventral terdapat sebuahgonopore jantan dan sebuah gonopore
betina.
3. Clitellum biasanya tidak jelas kecuali pada masa reproduktif
4. Badan yang terdiri dari 12-26 ruas, dan merupakan bagian tubuh yang
paling besar
5. 6 buah ruas yang terakhir bersatu dan bermodifikasi menjadi alat penghisap
posterior
Zat aktif yang terdapat dalam air liur lintah diantaranya Hirudin,
Hyaluronidase, Pseudohirudin, Destabilase, Apyrase, Bdellines, Eglines,
33
Kininases, Histamine, Collagenase, Prostanoids, lintah, Proteases, Lipolytic
enzymes.
Ciri-Ciri Hirudinea :
Hidup parasit (ektoparasit) dan bahkan ada yang predator
Ditemukan dalam air tawar atau di darat
Pencernaan sudah lengkap (mulut, farink, esophagus, tembolok, lambung,
usus, anus)
Tidak memiliki kelenjer pencernaan
Kelamin terpisah dan melakukan fertilisasi
Punya alat pengisap posterior dan anterior
Bersifat hermafrodit
Coelomata
Usus memliki cabang 2
Larvanya disebut trocophore
Hewan ini tidak memiliki parapodium maupun seta pada segmen
tubuhnya. Sekalipun dikenal dengan nama umum lintah pengisap darah, bagian
terbesar di antaranya tidak hidup sebagai ektoparasit. Tubuhnya pipih. Ukuran
panjangnya dari 1-2cm atau 5cm, walau ada yang mencapai 12cm, bahkan 30cm
(Haemanteria ghiliani dari daerah Amazon). Metamerisme sudah sangat
tereduksi: segmen-segmen ujung anterior (biasanya kecil) dan posterior (lebih
besar) termodifikasi manjadi alat penghisap yang digunakan untuk menempel dan
bergerak. Jumlah segmen tetap, yaitu 34, walau lapisan cincin sekunder di luarnya
(annuli) menyamarkan segmentasi primer tersebut. Clitteum dibentuk segmen-
segmen IX,X atau XI.
9. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, tembolok, lambung, rektum,
anus. Anus terletak pada bagian dorsal. Proses pencernaan penghisap anterior,
mulut, faring, tembolok, usus, usus buntu, anus, penghisap, posterior.
34
faring otot yang dilengkapi rahang bergigi /probosis berotot
Di kerongkongan tempat isapannya terdapat tiga rahang yang berbentuk
seperti setengah gergaji yang dihiasi sampai 100 gigi kecil. Dalam waktu 30 menit
lintah bisa menyedot darah sebanyak 15 ml – kuota yang cukup untuk hidupnya
selama setengah tahun. Air ludahnya pun mengandung zat aktif yang sekurang-
kurangnya berisi 15 unsur. Contohnya, zat putih telur hirudin yang bermanfaat
untuk mengencerkan darah, dan mengandung penisilin.
10. Makanan & Pencernaan
Lintah hidup sebagai pemakan bangkai/predator, parasit. Predator makan
larva, keong, serangga, cacing.
75% penghisap darah, melekat/nempel pada permukaan tubuh vertebrata
(ikan-manusia).
Darah dihisap oleh faring otot & menampung dalam tembolok. Enzim
saliva (hirudin) mencegah koagulasi darah. Dalam 1 x makan, lintah
mengisap darah 10x berat tubuhnya.
11. Sistem Reproduksi
Monoceous
35
Jantan: 4-12 pasang testis. 1 pasang ductus spermaticus.
Betina: 2 ovarium & Oviduct yang berhubungan dengan kelenjar albumin
& vagina di median yang bermuara di belakang porus genitalia jantan
Tidak ada tingkat larva
Lintah membentuk kokon yang mengandung telur yang telah dibuahi &
kokon akan diletakkan dalam air/tanah.
12. Sistem Pernapasan
Lintah menyedut oksigen melalui kulitnya yang lembap. Jika keadaan air
kurang oksigen, lintah akan muncul ke permukaan.
13. Saraf dan Indera
Ruas 5 & 6 terdapat lingkar saraf ganglia: “otak”
Alat indera: mata & papilla
Mata: fotoreseptor
Papilla & sensila: tonjolan kecil pada epidermis. Fungsi: alat peraba &
perasa
14. Habitat dan Ekologi
Hewan ini berhabitat air tawar, hidup di rawa-rawa, kolam, ataupun
sungai. Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.
Inangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia. Hirudinea parasit hidup
dengan mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan
memangsa invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit adalah
Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah).
15. Kegunaan Lintah
Ekstraknya dijadikan medium utama sebatian kimia dalam perobatan
terutamanya pembedahan. Ekstrak lintah ini juga dijadikan campuran di dalam
bahan-bahan kosmetik. Protein lintah ini juga boleh dijadikan minyak dan
36
alternatif lain dalam penggunaan obat gosok. Lintah itu sendiri dijadikan obat
(berbekam, dijadikan alternatif kedua untuk membersihkan darah kotor, nanah dan
mencantikkan kulit yang keriput). Lintah juga menjadikan luka cepat sembuh.
Selain itu, perkembangan teknologi telah meluncurkan inovasi pengobatan bagi
pasangan suami istri yang memiliki masalah dalam keharmonisan hubungan
seksual dengan menggunakan minyak lintah. Minyak lintah telah lama diakui
keberadaannya karena telah dipercaya mempunyai khasiat yang luar biasa dalam
mengatasi masalah seksual pria. Selain di Indonesia, di Malaysia minyak lintah
begitu populer. Karena manfaatnya yang begitu besar serta telah TERBUKTI
AMAN.
Ektrak lintah adalah satu bahan yang penting di dalam bidang perobatan.
Ini disebabkan oleh kandungan enzim yang terdapat di dalam ekstrak tersebut.
Bahah-bahan enzim yang diketahui yang terdapat di dalam lintah ialah hirudin,
histamine, pheromone dan nitrat oksida yang masing-masing mempunyai fungsi
perubatan yang tertentu. Hirudin adalah bahan pembekuan darah atau anti-
collagen yang boleh digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang
berhubungan dengan pembekuan darah. Histamine, pheromone dan nitrat oksida ,
walaupun mempunyai fungsi tertentu dari segi perobatan, namun penggunaannya
lebih ditujukan dengan aktivitas seksual. Histamine sebagai contoh, adalah bahan
apabila digunakan mampu mengembangkan pembuluh darah dan memungkinkan
lebih banyak darah mengalir ke bagian-bagiantertentu.thus allows more flow of
blood. Apabila lintah menghisap darah dari binatang mamalia, hirudin telah
dimasukkan ke dalam saluran darah mamalia tersebut untuk pencairan. Setengah
spesis lintah mempunyai hirudin di dalam air liur dan sebagian pula mengandung
hirudin di dalan sel-sel badan mereka. Terdapat beberapa cara bagaimana ekstrak
lintah dikeluarkan. Di Negara China misalnya, hirudin di keluarakan dari lintah
hidup tanpa membunuhnya. Lintah ini kemudian dilepaskan semula ke kolam. Di
Eropa hirudin yang dikeluarkan dari lintah jenis hirudo medicinalis, lintah-lintah
ini dimatikan kemudian diproses melalui beberapa metode termasuk proses
leeches are ketuahr, maesarasi, perkolasi, reflux dan sohxlet.
16. Klasifikasi
37
d) Hirudo medicinalis
- Panjangnya mencapai 5-8 cm
- Pipih dorsoventral
- Mulut punya 3 buah rahang dari kitin yang tersusun dalam segitiga
e) Macrobdella decora
38
f) Haemadipsa
39
F. PROTOZOA
1. Definisi
Protozoa berasal dari kata protos yang berarti pertama
dan zoon yang berarti hewan sehingga disebut sebagai hewan
pertama. Ukurannya antara 3 – 1000 mikron dan merupakan
organisme mikroskopis bersifat heterotrof. Protozoa adalah
mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan salah satu
filum dari Kingdom Protista . Seluruh kegiatan hidupnya
dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organel-
organel antara lain membran plasma, sitoplasma, dan
mitokondria. Protozoa merupakan Protista yang ciri-cirinya
menyerupai hewan. Nama protozoa itu sendiri berasal dari
bahasa Latin, yaitu protos yang artinya pertama dan zoon/zoion
yang artinya hewan. Sampai sekarang, sekitar 50.000 spesies
protozoa telah dideskripsikan.
40
Haemadipsa picta
2. Karakteristik Protozoa
a. Ciri-ciri umum :
1. Organisme uniseluler (bersel tunggal).
2. Eukariotik (memiliki membran nukleus).
3. Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok).
4. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri
(heterotrof).
5. Hidup bebas, saprofit atau parasit.
6. Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup.
7. Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagella.
b. Tempat Hidup
Tempat hidupnya adalah tempat yang basah yang kaya
zat organik, air tawar atau air laut sebagai zooplakton,
beberapa jenis bersifat parasit dan menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan ternak.
Bentuk tubuh protozoa berbeda-beda pada fase yang
berbeda dalam siklus hidupnya. Protozoa memiliki alat gerak
yaitu ada yang berupa kaki semu, bulu getar (cillia) atau bulu
cambak (flagel). Beberapa protozoa memiliki fase vegetatif
yang bersifat aktif yang disebut tropozoit dan fase dorman
dalam bentuk sista. Tropozoit akan aktif mencari makan dan
berproduksi selama kondisi lingkungan memungkinkan. Jika
kondisi tidak memungkinkan kehidupan tropozoit maka
protozoa akan membentuk sista. Sista merupakan bentuk sel
protozoa yang terdehidrasi dan berdinding tebal mirip dengan
endospora yang terjadi pada bakteri. Pada saat sista protozoa
mampu bertahan hidup dalam lingkungan kering maupun
basah. Pada umumnya berkembangbiak dengan membelah
diri .
Protozoa memiliki ciri khas sebagai berikut :
41
1. Heterotrof
Protozoa merupakan organisme heterotrof. Protozoa
makan dengan cara menelan bakteri, jenis protozoa lain, atau
detritus (materi organik dari organisme mati).
2. Di perairan, protozoa adalah penyusun zooplankton.
3. Makanan protozoa seperti bakteri, jenis protista lain, atau
detritus (materi organik dari organisme mati).
4. Tidak memiliki dinding sel
Protozoa umumnya tidak tidak memiliki dinding sel.
Tubuhnya dipisahkan dari lingkungan luar oleh membran sel.
Membran ini memiliki komposisi yang bervariasi, biasanya
mengandung silika atau kalsium karbonat.
5. Berukuran mikroskopis
Sebagian besar Protozoa merupakan organisme mikroskopik,
namun beberapa memiliki ukuran tubuh yang cukup besar,
sehingga dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop.
Ukuran protozoa bervariasi, yaitu mulai kurang dari 10 mikron
dan ada yang mencapai 6mm, meskipun jarang.
6. Memiliki alat gerak
Umumnya, anggota protozoa dapat bergerak dengan
bebas. Alat geraknya yang berupa bulu getar (silia), bulu
cambuk (flagel), dan kaki semu (pseudopodia).
7. Hidup bebas atau sebagai parasit
Protozoa ada yang hidup bebas, ada pula yang hidup
sebagai parasit. Protozoa yang hidup bebas dapat ditemukan
di habitat air laut, perairan tawar dan tanah yang lembab.
Protozoa yang melayang-layang di air biasa disebut plankton
atau zooplankton. Beberapa protozoa parasit menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan.
8. Memiliki fase aktif dan dorman.
42
Beberapa protozoa memiliki fase vegetatif bersifat aktif
yang disebut tropozoit dan fase dorman dalam bentuk
sista/kista.
Bentuk tropozoit terbentuk selama kondisi lingkungan
memungkinkan untuk mencari makan dan bereproduksi. Jika
kondisi tidak memungkinkan bagi kehidupan tropozoit,
protozoa akan membentuk sista. Pada saat dalam bentuk
sista, protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan
kering maupun basah .
3. Pengelompokkan Protozoa
Protozoa memiliki 4 kelas yang dibedakan berdasarkan alat
geraknya :
a. Cilliata
Cilliata berasal dari kata cillia yang berarti bulu getar
(silia). Jadi cilliata merupakan organisme yang
tubuhnyaditumbuhi bulu getar atau sillia. Fungsi bulu getar
atau silia yaitu untuk bergerak dan mencari makan.
Siliata banyak terdapat di laut yang mengandung zat
organik tinggi dan peraairan tawar seperti sawah, rawa dan
tanah berair.
Karakteristik utama dari siliata adalah alat getar berupa bulu
getar (silia) pada seluruh permukaan tubuhnya. Silia ini pada
sejumlah spesies diubah menjadi gelang, bulu kejut, dan
jambul. Selain untuk alat gerak, silia juga berfungsi untuk
menangkap makanan.
43
Karakteristik unik yang dimiliki siliata adalah adanya
dua jenis inti pada setiap individu. Nukleus besar disebut
makronukleus, dan nukleus kecil dinamakan mikronukleus.
Biasanya dalam satu individu, mikronukleus berjumlah lebih
banyak daripada makronukleus. Makronukleus berperan
dalam pengaturan sel, pertumbuhan, dan perkembangbiakan.
44
Adapun mikronukleus berperan dalam reproduksi
seksual. Bahan inti mikronukleus dipertukarkan ketika terjadi
konjugasi
Silia merupakan kelompok terbesar di Fillum Protozoa
dengan jumlah anggota mencapai 8000 spesies.
Beberapa contoh siliata :
a. Paramecium caudatum
Bentuk tubuhnya seperti sendal dengan permukaan
tubuh dipenuhi silia sebagai alat gerak. Bagian posterior
meruncing dan bagian anterior tumpul
Perkembangbiakan Paramecium adalah dengan cara:
Aseksual atau dengan cara membelah diri yaitu dengan pembelahan biner
dimana sel membelah menjadi 2 kemudian menjadi 4, 8 dan 16 dst.
Pembelahan diawali dengan pembelahan mikronukleus dan diikuti dengan
pembelahan makronucleus.
Seksual atau perkembangbiakan secara kawin. Caranya adalah dua sel saling
mendekat, menempel pada bagian mulut sel untuk kawin. Artinya kedua
hewan ini sedang mengalami konjugasi. Selanjutnya terbentuk saluran
konjugasi diantara kedua sel ini. Dan melalui saluran ini terjadi tukar-menukar
45
mikronukleus. Mikronukleus dari sel yang satu pindah ke sel yang lain,
demikianlah sebaliknya .
b. Stylonichia sp
Bentuk tubuhnya mirip dengan Paramecium sp namun
silianya berkelompok dinamakan sirus dengan bentuk seperti
duri-duri. Hidup di perairan yang banyak mengandung
sampah organik.
c. Vorticella sp
Bentuknya seperti lonceng, bertangkai panjang dengan
sillia di sekitar mulutnya. Hidupnya berkoloni.
d. Balantidium coli
Bentuknya bulat telur. Hidup di usus babi, bisa juga
pada manusia. Dapat juga menyebabkan diare, disebut
balantidias.
e. Stentor sp
Bentuknya seperti terompet dengan tangkai yang
panjang dan silia di sekitar mulutnya. Stentor hidup menetap
di dasar perairan
b. Rhizopoda atau Sarkodina
Rhizopoda berasal dari kata rhizao yang berarti akar
dan podos yang berarti kaki. Jadi rhizopoda artinya kaki yang
berbentuk seperti akar. Fillum rhizopoda disebut juga
sarcodina yang berasal dari kata Sarcodes yang berarti
daging, karena bentuknya yang seperti gumpalan daging.
Rhizopoda/sarcodina bergerak dengan menggunakan kaki
semu atau pseudopodia yang merupakan bentuk penonjolan
atau penjuluran dari protoplasmanya.
46
Pseudopodia pada rhizopoda ada beberapa tipe :
a. Tipe Lobadia
Ujung penjulurannya tumpul seperti tabung dan
protoplasmanya terdiri atas ektoplasma dan endoplasma.
b. Tipe Filopodia
47
Ujung penjulurannya runcing dan biasanya bercabang.
Protoplasmanya tersusun dari ektoplasma dan plasma saja.
Selain digunakan untuk bergerak, pseudopodia memang
digunakan untuk menangkap mangsa. Makanan rhizopoda
berupa organisme kecil-kecil seperti bakteri, alga, bahkan
protozoa lain.
Contoh rhizopoda yang paling terkenal adalah Amoeba
sp. Secara struktural Amoeba dilimdungi oleh membran sel
dan di dalam sitoplasmanya terdapat organel seperti nukleus,
vakuola kontraktil, dan vakuola makanan. Ukuran tubuh
Amoeba berkisar antara 200-300 mikron. Amoeba ada yang
hidup di luar tubuh organisme (ektoamoeba) misalnya
Amoeba proteus. Namun ada juga yang hidup di dalam tubuh
organisme (entamoeba) misalnya Entamoeba histolytica yang
sifatnya parasit dalam tubuh manusia.
48
49
Respirasi Amoeba dilakukan secara difusi melalui
seluruh permukaan tubuhnya. Proses pencernaannya
dilakukan secara fagositosis dan makanannya berupa alga,
bakteri, protozoa lain, dan tumbuhan yang sudah mati.
Reproduksinya dilakukan secara vegetatif dengan membelah
diri.
Adapun jenis rhizopoda lain adalah :
a. Arcella sp
Terdapat di air tawar, bentuknya seperti arloji, dan
mempunyai rangka luar dari zat kitin.
b. Diflugia sp
Terdapat di air tawar, bentuknya lebih panjang dari Arcella
dan tubuhnya dapat mengeluarkan lendir untuk melekatkan
pasir
c. Entamoeba coli
Hidup dalam usus besar manusia, membantu pembusukan
sisa-sisa makanan dan pembentukkan vitamin K. Namun
kadang-kadang dapat menyebabkan diare.
50
d. Entamoeba gingivalis
Hidup dalam rongga mulut, di sela-sela gigi dan gusi, dan
dapat menyebabkan penyakit pada gusi (ginggivitis)
e. Foraminifera
51
Hidup di laut, rangka luar tubuhnya tersusun dari zat kapur
atau silika. Foraminifera yang telah mati akan membentuk
endapan yang disebut tanah globigerina dan dijadikan
petunjuk adanya minyak bumi.
f. Radiolaria (Heliospera)
Terdapat di laut, rangka luar tubuhnya tersusun dari zat kersik.
Endapan rangka tubuhnya membentuk tanah radiolaria dan
digunakan sebagai bahan alat penggosok serta bahan
peledak.
Sebagian kecil rhizopoda yang hidup sebagai parasit adalah
Entamoeba histolytica dan Entamoeba Coli yang
menyebabkan diare pada manusia.
Di dalam bagian sel amoeba terdapat vakuola makanan dan
vakuola kontraktil. Vakuola makan berfungsi sebagai alat
pencernaannya. Adapun vakuola kontraktil berguna sebagai
organ ekskresi untuk mengeluarkan zat sisa makanan dan
juga untuk menjaga tekanan osmosis sel.
c. Flagellata atau mastigofora
Flagellata berasal dari kata flagellum yang berarti bulu
cambuk. Jaadi, organisme yang termasuk fillum Flagellata
semuanya memiliki bulu cambuk . fillum flagellata disebut
juga mastigophora (mastix : bulu cambuk dan phoros :
membawa). Flagel atau bulu cambuk selain sebagai alat gerak
juga berfungsi untuk alat peraba dan alat penangkap
makanan .
Flagel juga berfungsi sebagai alat indera. Kelompok
flagellata merupakan kelompok protozoa yang unik. Beberapa
anggotanya memiliki klorofil sehingga ada yang
mengelompokkannya ke dalam alga.
52
Berdasarkan ada tidaknya klorofil, flagellata dibagi
menjadi fitoflagellata dan zooflagellata :
Fitoflagellata
Merupakan anggota flagellata yang dapat melakukan
fotosintesis. Contoh fitoflagellata adalah Euglena viridis,
Dinoflagellata dan Volvox.
Euglena
Ciri utama Euglena adalah adanya satu atau dua flagel
berukuran panjang di bagian ujung anterior. Euglena memiliki
keunikan dengan adanya alat penerima cahaya (fotoreseptor)
berwarna merah yang disebut dengan stigma. Fotoreseptor ini
berfungsi sebagai alat indra yang membedakan gelap dan
terang.
Dinoflagellata
Dinoflagellata umumnya merupakan organisme uniseluler
dengan dua flagel yang akan lepas ketika dia membentuk
kista. Ada pula Dinoflagellata yang kehilangan flagelnya dan
menjadi nonmotil. Beberapa spesies Dinoflagellata
mengeluarkan pendar cahaya dari tubuhnya.
53
Volvox
Merupakan fitoflagellata berbentuk tubuh bulat dengan dua
atau empat flagel pada setiap selnya. Flagel-flagel ini
dihubungkan oleh rantai protoplasma.
Zooflagellata
Zooflagellata merpakan flagellata yang tidak memiliki
klorofil. Contoh yang terkenal dari zooflagellata adalah
Trypanosoma dan Leishmania yang bersifat parasit pada
manusia dan hewan.
Trypanosoma
Trypanosoma memiliki tubuh berbentuk pipih panjang seperti
daun. Infeksi karena Trypanosoma disebut tripanosomiasis.
Trypanosoma memiliki hospes perantara hewan-hewan
pengisap darah.
Leishmania
Leishmania menyebabkan penyakit pada sel endotelium
pembuluh darah. Infeksi karena Leishmania disebut
leishmaniasis.
54
d. Sporozoa atau apikompleksa
Yaitu protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Sporozoa
atau apikpompleksa merupakan golongan protista yang tidak
memiliki alat gerak khusus. Gerakannya dilakukan dengan
mengubah-ubah kedudukan tubuhnya.
Sporozoa hidup sebagai parasit pada hewan maupun manusia
dengan menyerap makanan dari dalam tubuh inangnya.
Salahsatu jenis sporozoa yang hidup sebagai parasit adalah
Plasmodium yang menyebabkan penyakit malaria.
Penyebaran penyakit malaria terjadi dengan bantuan nyamuk
Anopheles betina yang banyak hidup di daerah rawa
Siklus hidup plasmodium
Plasmodium masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina. Di dalam tubuh manusia,
Plasmodium menyerang sel darah merah dan sel hati.
55
Dikenal ada 4 jenis Plasmodium yang menyebabkan
penyakit malaria, yaitu :
1. Plasmodium vivax
2. Plasmodium ovale yang menyebabkan penyakit malaria
tertiana,
56
3. Plasmodium falciparum menyebabkan penyakit malaria
tropikana, dan
57
4. Plasmodium malariae menyebabkan penyakit malaria
kuartana.
Siklus hidup Plasmodium terbagi menjadi dua, yaitu di
dalam tubuh manusia dan di dalam tubuh nyamuk Anopheles
betina.
Tahap-tahap siklus hidup Plasmodium :
1. Fase dalam tubuh manusia (fase aseksual)
Ketika nyamuk Anopheles betina menggigit manusia,
melalui air liur, sporozoid Plasmodium (berbentuk pipih,
bergerak) masuk ke dalam tubuh, mengikuti aliran darah
hingga akhirnya mencapai sel-sel hati atau sistem limfa.
Dalam sel-sel hati, sporozoid membelah membentuk sel-sel
baru yang disebut merozoid. Merozoid dapat menginfeksi sel-
sel hati yang lain dan menyerang eritrosit. Eritrosit yang
diserang merozoid akan pecah. Merozoid akan membelah
58
dengan sangat cepat, sehingga banyak sekali eritrosit yang
pecah. Oleh karena itu, penderita akan menunjukkan gejala
anemia. Pada saat eritrosit pecah, suhu tubuh penderita akan
naik. Siklus pembentukan merozoid akan berulang setiap 48
atau 72 jam, atau dalam waktu tidak tentu bergantung pada
jenis Plasmodium.
2. Fase dalam tubuh nyamuk (fase seksual)
Fase seksual Plasmodium mulai terjadi ketika merozoid
tumbuh menjadi sel penghasil gamet (gametosit). Terdapat
dua macam gametosit, yaitu makrogametosit (penghasil
gamet betina) dan penghasil mikrogametosit (penghasil
gamet jantan). Gametosit ini hanya dapat dihasilkan dalam
tubuh nyamuk Anopheles betina. Jadi, sekarang kalian
mengetahui mengapa penyakit malaria ditularkan melalui
vektor nyamuk Anopheles betina.
Kelompok 1 :
1. Achmad Damyati 1331101912. Afrilita Putri Yuza 1331101923. Angelia Yolanda 1331101934. Ayu Andira 1331101945. Dayu Desriani 1331101956. Desi Ratna Sari 1331101967. Dian Agusti Tanjung 1331101978. Dzariyat Irwan 1331101989. Enggli Aswadeya 133110199
10. Fatimah Purnama Sari 13311020011. Fitri Yanti 13311020112. Gita Rahmadani 13311020213. Hidayatul Maula 133110203
59
60
top related