kecepatan terbang burung merpati balap lokal … · sayap berpengaruh terhadap kecepatan terbang,...
Post on 25-Mar-2019
308 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL (TIPE TINGGIAN)
SKRIPSI
RIDWANSYAH
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
ABSTRACT
The Flight Speed Of Local Racing Pigeon (Heigth Type)
Ridwansyah, S. Darwati, M. Ulfah
Local racing pigeon is one of Indonesia’s livestock which must be conserved. There are two types of racing pigeon, namely the high racing and the sprint racing type. The purpose of this research was to know the flight speed and the flight pattern of racing pigeon. The research was conducted in south Rawamangun Street, Gg. Kana Tanah Merah Lama, East Jakarta. Fourty six local pigeons (23 males and females respectively) were used in this study. The distance to release the pigeons was 4km from the cage. The data were presented descriptively. The standard deviation, coefficient of variability, and the mean was calculated using the formula “coefficient of variation”(Walpole, 1992). Research results show that the characteristic of racing pigeon which produced the highest flight speed (29,18 m/second) were the “megan” feather colour, staightly fly pattern, 330 g of body weight, 22 cm shest circumfence, 5,4 cm of depth chest, 8 cm length back, 18 cm wing feather, 4,4 cm tail and 3,5 cm length tail.
Keywords: high racing pigeon, flight pattern, flight speed, quantitative characterstics
RINGKASAN
RIDWANSYAH. D14086022. Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Lokal (Tipe Tinggian). Program Alih Jenis Teknologi Produksi Ternak. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Ir. Sri Darwati MSi. Pembimbing Anggota : Maria Ulfah, S.Pt., MSc.Agr.
Karakteristik dari burung merpati balap tinggian sangat menentukan kecepatan terbangnya. Bentuk badan mempengaruhi hambatan angin, warna iris mata berpengaruh terhadap daya pengelihatan burung merpati balap tinggian, tipe bulu sayap berpengaruh terhadap kecepatan terbang, tipe bulu ekor berpengaruh terhadap kelincahan ketika terbang, bentuk kepala berpengaruh terhadap kecerdasan. Burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki kecepatan terbang yang paling cepat memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Sampai saat ini di Indonesia belum tersedia data lengkap tentang karakteristik merpati balap tipe tinggian sehingga perlu dilakukan penelitian tentang kecepatan terbang dan pola terbang burung merpati balap tinggi.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Jakarta, tepatnya Rawamangun Selatan, Gg. Kana Tanah Merah Lama, Jakarta Timur. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 46 ekor burung merpati lokal terdiri dari 23 pasang burung merpati jantan dan betina yang berumur 9 bulan samapi 12 bulan. Jarak melepaskan burung merpati pada penelitian ini sekitar 4 km. Waktu terbang diukur dengan cara sewaktu burung merpati dilepas dari tempat diterbangkan, joki yang melepas memberi aba-aba melalui handphone kepada joki yang berada di kandang bahwa burung merpati siap dilepas.
Peubah yang diamati adalah karakteristik kualitatif, kecepatan terbang, pola terbang dan ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian. Data disajikan secara deskriptif tentang karakteristik kualitatif, kecepatan terbang, pola terbang dan ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian. Rataan, simpangan baku dan koefisien keragamannya dihitung untuk mengetahui keragaman dan keseragaman pada ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian dengan menggunakan rumus koefisien keragaman (Walpole, 1992). Kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian dilakukan selama tiga kali giring. Kecepatan antar periode giring diuji dengan uji t dengan menggunakan rumus (Walpole, 1992).
Nilai koefisien keragaman (KK) dari yang paling besar sampai paling kecil adalah lebar pangkal ekor (12,37%), panjang bulu ekor (10,27%), panjang punggung (9,43%), lebar bulu ekor (9,27%), bobot badan (8,15%), dalam dada (7,41%), panjang bulu sayap (7,17%), lingkar dada (3,62%) dan lebar dada (3,48%). Berdasarkan urutan tersebut, maka ukuran tubuh yang paling beragam adalah lebar pangkal ekordan yang paling seragam adalah lebar dada. Lebar pangkal ekor dapat dijadikan penentu seleksi burung merpati balap tipe tinggian karena berpengaruh nyata negatif (P<0,05) terhadap kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian.
Kecepatan terbang merpati tidak berbeda nyata antara periode giring satu dengan periode giring yang lain, hal ini menunjukan bahwa setelah burung merpati dilatih maka kemampuan terbangnya cenderung stabil. Hasil analisis korelasi untuk
lingkar dada, lebar dada, panjang punggung, panjang bulu sayap dan panjang bulu ekor tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang. Bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor menunjukkan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang.
Pada pengamatan di lapang diperoleh beberapa pola terbang burung merpati balap tinggian yaitu 1). Pola berputar lalu terbang lurus (burung merpati warna kelabu dan tritis) dengan kecepatan rata-rata masing-masing 18,69 dan 18,65 m/detik, 2). Pola langsung terbang lurus (burung merpati warna megan, hitam, gambir dan megan 2). Dengan kecepatan rata-rata masing-masing 23,62; 25,39; 28,88 dan 29,18 m/detik, 3). Terbang lalu ditengah perjalanan dahulu setelah itu terbang lurus (burung merpati warna blorok, tritis megan, blantong dan kelabu selap) dengan kecepatan rata-rata masing-masing 20,18; 20,21; 21,94 dan 21,94 m/detik. Burung merpati balap tinggian yang memiliki kecepatan terbang tertinggi (29,18 m/detik) mempunyai pola terbang langsung terbang lurus, bobot badan (330 g), lingkar dada (22 cm), dalam dada (5,4 cm), lebar dada (8 cm), panjang punggung (12 cm), panjang bulu sayap (18 cm), lebar bulu ekor (4,4 cm), lebar pangkal ekor (3,5 cm) dan panjang bulu ekor (11 cm).
Kata kunci : Burug Merpati, Karakteristik, Kecepatan Terbang, Pola terbang,
Ukuran Tubuh.
KECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL (TIPE TINGGIAN)
RIDWANSYAH D14086022
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul : Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Lokal (Tipe Tinggian)
Nama : Ridwansyah
NIM : D14086022
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
(Ir. Sri Darwati, MSi.) (Maria Ulfah, S.Pt., MSc.Agr.) NIP :19631003 198903 2 001 NIP : 19761101 199903 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen
Ilmu Produksi danTeknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. CeceSumantri, M.Agr.Sc) NIP : 19591212 198603 1 004
TanggalUjian : 12 September 2011 Tanggal Lulus :
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1985 di Jakarta. Penulis adalah
anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Syahril Hamzah dan Ibu
Hj. Syofinar.
Pada tahun 1993 Penulis masuk sekolah dasar di SD YWKA II di Jakarta dan
lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SLTP Insan
Kamil Bogor dan lulus pada tahun 2002, kemudian pada tahun yang sama Penulis
melanjutkan sekolah di SMA Insan Kamil Bogor lulus pada tahun 2005.
Pada tahun 2005 Penulis melanjutkan studi ke Program Diploma, pada
Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak (TMT) Direktorat Program
Diploma dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai
mahasiswa Program S1 Alih Jenis Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana peternakan, Penulis
menyusun skripsi yang berjudul ”Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Lokal
Tipe Tinggian”.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Penulis tertarik pada penelitian burung merpati mengingat burung merpati
merupakan salah satu ternak di Indonesia yang harus dijaga kelestariannya.
Perlombaan burung merpati merupakan salah satu acara yang mampu memperkaya
kebudayaan bangsa. Untuk itu diperlukan perhatian khusus untuk
mengembangkannya. Selain itu informasi kecepatan terbang burung merpati balap
tipe tinggian belum lengkap, oleh karenanya penelitian ini mengukur kecepatan
terbang burung merpati tinggian yang dilepas pada jarak 4 km dari kandang, dengan
mengacu atau merujuk pada Google Map.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan para penggemar burung merpati balap tipe tinggian pada khususnya, serta untuk
kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan peternakan Indonesia.
Akhir kata, penulis menyadari kesempurnaan hanya milik Allah SWT, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
perbaikan skripsi ini.
Bogor, September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ……………………………………………………………. i
ABSTRACT ……………………………………………………………..... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………..... v
KATA PENGANTAR …………………………………………………..... vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………….... vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….... viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….... x
PENDAHULUAN ………………………………………………………... 1
Latar Belakang …………………………………………………….. 1 Tujuan …………………………………………………………….. 1
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….……….. 2
Burung Merpati ……………………………………………….….... 2 Manfaat Burung Merpati ………………………………………....... 3 Merpati Balap Tipe Tinggian …………………………………........ 4 Karakteristik Merpati Balap Tipe Tinggian ……………………….. 4 Kecepatan Burung Merpati Tipe Tinggian……………….….......... 5 Pola Terbang………………………................................................. 6 Manajemen Pemeliharaan Merpati Balap Tipe Tinggian …………. 6
Kandang dan Pengenalan Kandang Merpati Balap …………. 6 Pemberian Pakan dan Minum pada Merpati Balap Tipe Tinggian …………………………........................................... 6 Cara Melatih Burung Merpati Balap Tipe Tinggian …............ 7 Cara Menjodohkan Merpati Balap ........................................... 7
METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………….…. 9
Lokasi dan Waktu …………………………………………………. 9 Materi ……………………………………………………………… 9
Ternak ………………………………………………………. 9 Pakan ...................................................................................... 9 Kandang ……………………………………………………. 9 Peralatan ................................................................................ 10
Manajemen Pemeliharaan Merpati Balap Tipe Tinggian ................. 11
Cara Pemeliharaan …………………………………............... 11 Cara Menjodohkan ………………………….......................... 11 Cara Melatih Terbang…………………………....................... 11 Pemberian Pakan dan Minum ………………………….......... 12
Prosedur …………………………………………………………… 12 Pencatatan Jarak dan Waktu ................................................. 12
Peubah yang Diamati ……………………….................................... 14 Analisis Data ………………………………………………... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………….... 18
Karakteristik Burung Merpati Balap Tinggian……………….......... 18 Sifat Kualitatif ………………………….................................. 18
Bentuk Badan ................................................................ 18 Warna Iris Mata .............................................................. 18 Tipe Bulu Sayap ............................................................. 19 Tipe Bulu Ekor ............................................................... 19 Bantuk Kepala ............................................................... 20
Ukuran Tubuh Merpati Terbang Tinggi …………........................... 20 Kecepatan Terbang………………………....................................... 21 Pengaruh Ukuran Tubuh Merpati Balap Terhadap Kecepatan Terbang ……..................................................................................... 23 Pola Terbang …………………………………………………….... 25
KESIMPULAN DAN SARAN ....………………………………………… 27
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………....... 30
LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 32
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Nilai Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keraragaman dari Ukuran Tubuh 10 ekor Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Jantan 21
2. Rataan dan Uji t Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian ............................................................................................ 22
3. Nilai Korelasi antara Rataan Kecepatan Burung Merpati Balap Tipe Tinggian pada Periode Giring I, II dan III .................................... 22
4. Nilai Korelasi Kecepatan Terbang dengan Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian ............................................................. 23
5. Persamaan Regresi antara Kecepatan Terbang dengan Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian ..................................... 25
6. Pola Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian ………............. 26
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Burung Merpati ……………….………………................................. 2
2. Kandang Pemeliharaan Burung Merpati Balap Tipe Tinggian........... 9
3. Kurungan Lepas untuk Burung Merpati Balap Tipe Tinggian ........... 10
4. Kurungan Betina..................…………………..…………………..... 10
5. Burung Merpati Balap Tinggian yang Dijadikan Bahan Penelitian ... 13
6. Bagian-bagian Tubuh Merpati yang Diamati ……………….……... 17
7. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Berbadan Gagah dan Tegap ... 18
8. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan (a) Warna Mata Kuning dan (b) Mata Merah Saga ……...………………………....... 19
9. Tipe Bulu Sayap Burung Merpati Tipe Tinggian ............................... 19
10. Tipe Bulu Ekor Burung Merpati Balap Tipe Tinggian ...................... 20
11. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Bentuk Kepala (a) Jenong dan (b) Kepala Perkutut ………………………..…............... 20
12. Burung Merpati yang Masuk Kriteria ………………………..…...... 24
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Persamaan Linier Antara Bobot Badan Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan ……...................................................... 33
2. Persamaan Linier Antara Dalam DadaMerpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan…………............................................................. 33
3. Persamaan Linier Antara Lebar Bulu EkorMerpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan……....................................................... 33
4. Persamaan Linier Antara Lebar Pangkal Ekor Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan.............................................................. 33
5. Nilai Kecepatan Terbang Merpati Balap Tipe Tinggian pada Periode Giring ke 1, 2 dan 3 …….................................................................. 34
6. Data Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian .............. 35
7. Hasil Nilai Korelasi Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan Terbang …………………................... 36
8. Peta Pengukuran Jarak dengan Google Map.................................... 37
9. Istilah – istilah pada Burung Merpati................................................ 38
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Burung merpati balap di masyarakat dipelihara untuk kesenangan atau hobi,
akan tetapi tidak semua masyarakat memelihara burung merpati balap tipe tinggian.
Penggemar atau penghobi burung merpati balap tipe tinggian memelihara burung
merpati untuk dilombakan kecepatan terbangnya. Burung merpati balap tipe tinggian
yang memiliki kecepatan terbang yang paling cepat memiliki nilai jual yang sangat
tinggi.
Fenotipe burung merpati balap tipe tinggian masih beragam di lapang,
demikian halnya dengan kecepatan terbangnya. Adapun informasi ukuran tubuh
untuk menentukan burung merpati balap tipe tinggian yang cepat terbangnya belum
banyak informasinya, juga kriteria untuk memilih burung merpati balap tipe tinggian
yang memiliki kemampuan terbang cepat tersebut diantara penggemar burung
merpati balap tipe tinggian masih beragam.
Informasi kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian belum
banyak, karena pada saat burung merpati balap tipe tinggian dilombakan jarang
dicatat kecepatan terbangnya. Oleh karenanya penelitian ini mengukur kecepatan
terbang burung merpati balap tipe tinggian yang dilepas pada jarak 4 km dari
kandang serta beberapa ukuran tubuh yang diduga berpengaruh terhadap kecepatan
terbang burung merpati balap tipe tinggian.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik kualitatif,
kecepatan terbang, pola terbang dan ukuran tubuh burung merpati balap tipe
tinggian.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Burung Merpati
Burung merpati termasuk kedalam kelas unggas yang telah lama dikenal di
Indonesia dengan sebutan burung dara (Gambar1). Burung merpati merupakan
spesies paling terkenal dalam keluarga Columbidae. Menurut Levi (1945),
Taksonomi burung merpati adalah sebagai berikut :
Kelas : Aves
Sub Kelas : Neornithes
Super Ordo : Columbiformes
Sub Ordo : Columbae
Famili : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba livia
Gambar 1. Burung Merpati
Burung merpati termasuk hewan bertulang belakang dan berdarah panas.
Suhu tubuhnya sekitar 41oC, bentuk tubuhnya sesuai untuk kehidupan udara maupun
darat karena memiliki sayap yang panjang untuk terbang dan kaki yang sesuai untuk
berjalan dan bertengger tanpa kesulitan. Lehernya panjang dan fleksibel, kepala
besar sehingga memberikan kapasitas bagi otak yang besar, tubuhnya kompak, kaku
dan bagian vitalnya terlindung dengan baik dari serangan musuh (Levi, 1945).
Levi (1945) menyatakan, salah satu ciri yang membedakan burung merpati
dengan unggas lainnya karena burung merpati dapat menghasilkan crop milk atau
3
susu tembolok yaitu suatu cairan yang berwarna krem menyerupai air susu yang
dikeluarkan dari tembolok induk jantan maupun betina.
Menurut Sumadi (1991), crop milk yang diproduksi oleh tembolok induk
burung merpati memiliki bentuk fisik menyerupai keju dan diproduksi sebelum telur
menetas. Cairan inilah yang diberikan induk burung merpati kepada piyik dengan
cara meloloh dan memompa ke dalam mulut piyik. Levi (1945) menyatakan, bahwa
burung merpati jantan merupakan satu-satunya vertebrata jantan yang menghasilkan
makanan dan melolohkan pada anaknya.
Manfaat Burung Merpati
Burung merpati atau burung dara sejak dahulu telah dimanfaatkan untuk
menghasilkan daging, hias, balap dan bahkan untuk keperluan komunikasi (burung
merpati pos). Burung merpati yang tergolong tumbler (akrobat merpati di udara
diseleksi berdasarkan ketegaran dan penampilan yang terkontrol diudara (Blakely
dan Bade, 1998). Burung merpati balap yang memiliki kualitas yang baik digemari
oleh anak-anak maupun orang tua. Jenis ini jarang dikonsumsi kecuali burung
merpati sortiran yang kualitas terbangnya kurang baik. Jenis burung merpati balap
antara lain Racing Homer dan persilangan dengan burung merpati lokal (Hatmono,
2001).
Djanah dan Sulistyani (1986) menyatakan, bahwa apabila pemeliharaan
burung merpati dilakukan secara intensif, maka pemeliharaan yang awalnya hanya
bersifat hobi dapat diubah dan ditingkatkan menjadi hobi menguntungkan yang dapat
menambah penghasilan keluarga.
Menurut Tanubrata dan Syamkhard (2004), bagi peternak burung merpati
balap yang telah mempunyai nama, beternak burung merpati merupakan ladang
usaha yang menguntungkan. Harga seekor atau sepasang burung merpati balap
sangat bervariasi, burung merpati jantan dewasa yang mempunyai kualitas terbang
dan keturunan baik dapat mencapai harga 5 juta rupiah bahkan lebih, sedangkan
burung merpati jantan bakalan berharga sekitar 500 ribu rupiah.
Darwati (2003) menyatakan, bahwa burung merpati dapat digunakan sebagai
game atau performing breed.Performing breed ada dua macam, yaitu terbang datar
dan terbang tinggi. Burung merpati terbang datar dinikmati penggemar dari atraksi
adu kecepatan pejantan dengan jarak tertentu menuju joki yang memegang pasangan
4
betinanya. Burung merpati terbang tinggi diterbangkan dari suatu tempat yang jauh
(minimal 2 km), dengan demikian dapat terbang tinggi dan akrobat di udara,
sehingga atraksi tersebut dapat dinikmati oleh para penggemar.
Merpati Balap Tipe Tinggian
Menurut Yonathan (2003), burung merpati tipe tinggian sering juga disebut
burung merpati kentongan karena ketika dilombakan, kentongan akan dipukul
sebagai isyarat bahwa adaburung merpati yang masuk pagupon (kandangnya). Ciri
burung merpati balap tipe tinggian yang baik adalah ketika terbang sering
menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan untuk mencari tanda yang terdapat di
pagupon.
Karakteristik Merpati Balap Tinggian
Yonathan (2003) menyatakan, bahwa bentuk mata burung merpati balap
biasanya bulat jernih dan pandangannya terlihat garang. Kornea mata berwarna hitam
dengan lingkaran yang mengelilingi kornea berwarna kuning tua.
Warna burung merpati masih bervariasi (Maylinda, 2003). Warna bulu
burung merpati terdiri atas tiga warna dasar yaitu hitam, coklat dan merah (Mosca,
2000). Ketiga warna ini akan membentuk variasi warna lain, yaitu warna megan,
gambir, blantong, tritis dan blorok (Salis, 2002).
Pada burung merpati juga terdapat bulu halus yang tampak mengkilap seperti
sutra, bila dipegang akan terasa licin dan halus seperti kapas. Apabila dilihat sepintas
seolah-olah bulu ini berminyak dan apabila disiram air sulit menempel (Sutejo,
1998).
Menurut Yonathan (2003), bulu ekor berfungsi sebagai pengendali ketika
terbang untuk berbelok, turun dan berhenti. Levi (1945) menyatakan, bulu ekor
terdiri atas bulu ekor penutup bagian atas, bulu ekor utama dan bulu ekor bagian
bawah. Bulu ekor bagian utama mempunyai peran yang penting ketika burung
merpati terbang.
Sutejo (1998) menyatakan, bahwa bulu sayap yang digunakan untuk terbang
terbagi dua bagian, yaitu bulu primer dan bulu sekunder.Burung merpati balap
sebaiknya memiliki bulu primer berjumlah 10 helai. Burung merpati dapat terbang
dengan kecepatan maksimal apabila bulu sayap sudah lengkap. Tyne dan Berger
(1976) juga menyatakan, sayap pada burung berfungsi memberikan dorongan pada
5
tubuh sehingga menambah kecepatan terbang. Bulu sayap primer merupakan bagian
terpenting pada saat burung terbang karena berfungsi seperti baling-baling ketika
burung terbang.
Burung merpati balap yang baik, memiliki jarak antara bulu sayap rapat
karena kerapatan tersebut akan mengakibatkan ayunan kuat jika dikepakkan. Tulang
bulu sayap harus lurus, tebal dan kuat. Selain itu bulu sayap harus kering, tebal dan
apabila direntangkan, reflek menutupnya sangat cepat. Burung merpati balap yang
baik memiliki tubuh sehat, kekar dan berpenampilan gagah. Jika sedang berdiri
dadanya membusung. Tubuh merpati yang sehat dan kekar tidak sama dengan
merpati yang gemuk karena bila diangkat, bobot badannya tidak terlalu berat tetapi
padat (Yonathan, 2003).
Burung merpati balap yang unggul memiliki daging yang gembur atau empuk
dengan dibungkus kulit ari yang tipis dan bersih. Apabila dipegang, merpati balap
terasa ringan meskipun tubuhnya kelihatan besar. Burung merpati balap yang baik
memiliki bentuk kepala lonjong tidak terlalu besar atau kecil. Kepala yang terlalu
besar menyebabkan merpati tidak dapat terbang cepat dan saat tembak (jatuh ke
tangan joki) menjadi lamban (Sutejo, 1998).
Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap
Tyne dan Berger (1976) menyatakan, faktor-faktor yang mempengaruhi
kecepatan terbang burung merpati adalah (1) kecepatan angin, (2) suhu, (3) motivasi
terbang. Menurut Tritunggal Pigeon Farm (2010), faktor lain yang mempengaruhi
kemampuan seekor burung merpati untuk terbang tinggi, terbang cepat, dapat dilihat
dari beberapa faktor yaitu : bobot badan harus seringan mungkin, kerangka tulang
yang kuat dan ringan, bulu yang baik, bulu sayap dan ekor yang kuat, tebal dan rapat
dan burung merpati harus memiliki mata yang baik sehingga dapat melihat jarak
jauh.
Pola Terbang
Burung terbang dalam berbagai cara, mulai dari meluncur melonjak untuk
penerbangan mengepak untuk melayang. Dari jumlah tersebut, jenis paling sederhana
penerbangan meluncur. Seekor burung meluncur menggunakan berat (massa) untuk
mengatasi hambatan udaradengan gerakan majunya. Untuk melakukan ini secara
6
efektif, tentu saja memerlukan massa tertentu dan sebagai akibatnya, hanya burung
besar, seperti burung pemakan bangkai, meluncur secara teratur (Ritchison, 2008).
Manajemen Pemeliharaan Merpati Balap Tipe Tinggian
Kandang dan Pengenalan Kandang Merpati Balap
Menurut Yonathan (2003), kandang burung merpati balap tipe tinggian
sebaiknya ditempatkan 3-5 m di atas permukaan tanah. Menurut Sutejo (1998),
kandang burung merpati balap sebaiknya tidak menempel pada tanah. Kebersihan
kandang harus selalu diperhatikan, karena kandang yang kotor dapat menjadi sumber
bibit penyakit. Burung merpati balap hendaknya dimandikan minimal satu minggu
sekali untuk menjaga kebersihan bulu agar tampak bersih, mengkilap, rapih serta
bebas dari serangan penyakit atau kutu.
Pengenalan kandang dilakukan sedini mungkin, dimulai sejak merpati belajar
terbang. Kegagalan dalam pengenalan kandang sangat merugikan, karena resikonya
adalah kehilangan burung merpati. Pengenalan kandang untuk burungmerpati yang
baru dilatih dapat menggunakan burung merpati pembantu (untulan) yang sudah
hafal kandang dan lingkungan sekitarnya. Latihan terbang dilakukan dengan jarak
yang meningkat secara bertahap dan dilakukan secara berulang-ulang agar burung
mengenal lingkungan sekitar (Soeseno, 2003).
Pemberian Pakan dan Minum pada Merpati Balap Tipe Tinggian
Pakan merupakan komponen penting yang harus diperhatikan pada
pemeliharaan burung merpati balap. Pemberian pakan harus efisien. Jenis pakan
untuk burung merpati balap tinggian tidak berbeda dengan burung merpati lainnya,
akan tetapi perlu diperhatikan volume (jumlah pakan) yang diberikan. Jika volume
pakan yang diberikan berlebih atau jenis pakannya tidak tepat, perkembangan burung
merpati akan terganggu. Pemberian pakan yang efisien berpengaruh positif terhadap
perkembangan merpati (Yonathan, 2003).
Burung merpati lebih menyukai pakan dalam bentuk butiran atau pelet.
Bahan pakan burung merpati terdiri atas padi atau gabah, jagung, beras merah,
menir, kacang hijau, kacang kedelai dan juga grit. Contoh bahan yang dapat
digunakan sebagai grit adalah pecahan kulit kerang, remis, keong atau bekicot
(Djanah dan Sulistyanti, 1986).
7
Kandungan gizi dalam pakan yang diberikan kepada burung merpati balap
harus diperhatikan (Sutejo, 1998). Bahan pakan yang disimpan terlalu lama dapat
mempengaruhi kualitas pakan bahkan menurunkan kandungan gizinya (Yonathan,
2003).
Merpati akan lebih cepat mati akibat kekurangan air dari pada kekurangan
pakan. Di dalam tubuh, air berfungsi untuk memperlancar pencernaan, menstabilkan
suhu tubuh, sebagai penyusun utama darah dan plasma sel. Air minum yang
disediakan harus dalam keadaan bersih, karena air dapat menjadi pembawa bibit
penyakit. Sebaiknya air diberikan ad libitum (Tanubrata dan Syammkhard, 2004).
Cara Melatih Burung Merpati Balap Tipe Tinggian
Sutejo (1998) berpendapat, bahwa burung merpati balap harus dilatih secara
bertahap dan rutin. Bentuk-bentuk latihan ditujukan untuk menghasilkan merpati
balap yang memiliki stamina yang prima, pola terbang yang baik serta dapat
mencapai garis finish dengan cepat. Pelatihan yang diberikan dapat berupa latihan
jarak tempuh, latihan mental, latihan mengenal joki dan mengenal medan latihan.
Menurut Yonathan (2003), burung merpati balap yang dilatih harus
dikelompokkan berdasarkan umur dan kondisi merpati. Tujuan merpati balap dilatih
untuk persiapan sebelum lomba, menjaga berat badan burung merpati agar tetap
ideal, membentuk otot sayap lebih kuat dan melatih burung merpati jantan agar
pengelihatannya lebih tajam mengenali merpati betina pasangannya.
Cara Menjodohkan Merpati Balap
Umumnya burung merpati jantan yang sudah berumur 3,5 bulan sudah bekur
(suara yang dikeluarkan saat melihat merpati betina). Jika burung merpati jantan
sudah bekur sebaiknya segera dicarikan pasangan (merpati betina). Menurut
Yonathan (2003), setelah berpasangan, kedua merpati tersebut dimandikan dan
dimasukkan ke dalam satu sangkar, kemudian pada pagi hari dijemur di bawah sinar
matahari selama 2-3 jam. Setelah dijemur, kedua merpati diletakkan dalam kandang
tertutup dan tunggu selama 5-6 hari. Ciri burung merpati yang sudah giring (pejantan
akan bekur apabila didekatkan dengan betina serta langsung mematuk kepala merpati
betina, pejantan mengikuti betina pasangannya).
Djannah dan Sulistyani (1986) menyatakan, bahwa burung merpati hidup
berpasang-pasangan dan memilih pasangannya sendiri. Burung merpati adalah jenis
8
unggas yang setia pada pasangannya. Tingkat kesetiaan jantan terhadap betina
menjadi faktor utama yang dapat memacu kemampuan dan kecepatan terbang hingga
mencapai garis finish. Tingkat kesetiaan yang tinggi hanya dapat diperoleh jika
jantan benar-benar cocok dengan pasangannya. Bulu pejantan akan tampak mekar,
mengkilap dan terlihat indah ketika merayu dan betina yang menerima rayuan itu
akan mengangguk-anggukkan kepalanya. Setelah berjodoh, pasangan baru itu diberi
kesempatan melakukan perkawinan. Ada kalanya jantan tidak mau dijodohkan.
Masalah ini dapat diatasi dengan memasukkan betina yang memiliki warna tubuh
seperti induk betinanya atau pengasuhnya dimasa kecil. Memorinya akan kembali ke
masa lalu, sehingga dia mau mendekati betina calon pasangannya.
9
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Rawamangun Selatan, Gg. Kana Tanah Merah
Lama, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan empat bulan, yaitu mulai bulan Agustus
sampai akhir bulan November 2010.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 46 ekor (23 pasang)
burung merpati balap lokal tipe tinggian dewasa yang berumur 9 sampai 12 bulan.
Burung-burung tersebut diperoleh dari pedagang dan penggemar burung merpati
balap tipe tinggian yang sudah terlatih dan siap menjadi burung merpati balap tipe
tinggian. Burung merpati selanjutnya dipelihara selama dua minggu dan dilatih untuk
digunakan sebagai materi penelitian.
Pakan
Pakan yang diberikan pada burung merpati selama penelitian adalah jagung
kuning yang berukuran kecil atau biasa disebut oleh pedagang dan peternak dengan
istilah jagung super. Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum.
Kandang
Kandang yang digunakan pada penelitian sebanyak 23 buahkandang individu
yang berukuran 60 x 45 x 40 cm (Gambar 3), kurungan lepas (Gambar 4) dan
kurungan untuk betina (Gambar 5). Kandang terbuat dari kayu, tiap kandang
dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Kandang individu ini hanya diisi
sepasang burung merpati balap tipe tinggian.
Gambar 2. Kandang Pemeliharaan Burung Merpati Balap Tipe Tinggian
10
Kurungan lepas (Gambar 4) berfungsi untuk membawa burung merpati
kelokasi burung merpati dilepas. Kurungan lepas ini memiliki kapasitas 12 ekor
burung merpati jantan.
Gambar 3.Kurungan Lepas untuk Burung Merpati Balap Tipe Tinggian
Kurungan betina (Gambar 5) berfungsi untuk menyimpan merpati betina saat
merpati jantan diterbangkan. Burung betina dimasukkan ke dalam kurungan pada
saat pagi dan sore hari.
Gambar 4. Kurungan Betina
Peralatan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah jangka sorong, pita ukur,
timbangan meja berkapasitas 5 kg, stop watch dan handphone. Peralatan pendukung
lainnya yang digunakan adalah lembar isian yang berisikan data-data yang akan
diamati, alat tulis dan kamera digital.
11
Manajemen Pemeliharaan Merpati Balap Tipe Tinggian
Cara Pemeliharaan
Pada pagi hari pukul 07.00 WIB burung merpati dikeluarkan dari kandang,
sedangkan betina pasangannya dimasukkan ke dalam kurungan. Untuk melatih
burung merpati jantan, dilakukan penerbangan bertahap dari jarak dekat sampai
terjauh dengan dua kali ulangan.
Pada siang haripukul 10.00 WIB hari burung merpati dimandikan setelah itu
dijemur di kurungan. Setelah kering langsung dimasukkan ke kandang. Pada sore
hari pukul 15.00 WIB, burung merpati dikeluarkan dari kandang seperti halnya
aktivitas pada pagi hari. Setelah itu dimasukkan ke kandang untuk diberi makan dan
minum. Pakan dan minum diberikan secara ad libitum.
Cara Menjodohkan
Burung merpati jantan dan betina dikandangkan secara terpisah saat proses
penjodohan, kemudian disatukan di dalam kandang dan dibiarkan beberapa saat.
Apabila jantan bekur dan betina memberi tanda dengan menganggukkan kepalanya
berarti burung merpati jantan dan betina sudah berjodoh, lalu keduanya dimandikan
dan dijemur.
Waktu yang diperlukan untuk menjodohkan merpati adalah 3-7 hari. Apabila
setelah 7 hari merpati tidak berjodoh, maka burung merpati betina diganti dengan
yang lain. Ciri burung merpati yang sudah giring, pejantan akan bekur apabila
didekatkan dengan betina lalu langsung mematuk kepala burung merpati betina dan
burung merpati betina diam saja, apabila dibiarkan ada kalanya bulu yang ada di
kepala burung merpati betina habis, jika jantan giringnya terlalu keras (agresif
sekali).
Cara Melatih Terbang
Latihan terbangdilakukan secara bertahap dimulai dari jarak 5 m. Pada jarak
yang sama diulang selama tiga kali terbang, kemudian jaraknya ditingkatkan sampai
4 km. Pada proses latihan terbang burung merpati dimulai dari kandang sampai jarak
4 km melalui 28 titik atau pos pelepasan burung merpati.
Latihan terbang biasanya dilakukan pagihari pukul 08.00 WIB dan sore hari
pukul 15.30 WIB. Pagi hari digunakan untuk melatih burung merpati baru (belum
12
mengenal medan), sehingga apabila burung merpati yang dilatih tersesat, masih
banyak waktu untuk pulang. Burung merpati yang sudah lama (sudah mengenal
medan) dilatih pada sore hari.
Pemberian Pakan dan Minum
Pakan yang diberikan adalah jagung super yang berukuran kecil. Pakan
diberikanad libitum hanya satu kali per hari yaitu pada sore hari. Pakan diberikan
didalam kandang. Burung merpati yang sedang mengeram diberi pakan tambahan
berupa pakan komersil broiler starter secara ad libitum, sedangkan untuk air minum
selalu tersedia dikandang dan diluar kandang.
Prosedur
Pencatatan Jarak dan Kecepatan Terbang
Penelitian ini mencatat kecepatan terbang setiap burung merpati jantan yang
digunakan dalam penelitian. Setiap individu diberi identitas dengan memberi nama
berdasarkan warna bulu hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam membedakan
burung merpati tersebut. Gambar burung merpati yang dijadikan bahan penelitian
dapat ditunjukan pada Gambar 6.
Pengukuran kecepatan terbang, dilakukan dengan tiga kali periode giring.
Setiap periode giring dilakukan 10 kali penerbangan, pencatatan kecepatan terbang
(m/detik) dilakukan per periode giring padasetiap individu burung merpati
jantan.Jarak satu periode giring dengan periode giring berikutnya membutuhkan
waktu sekitar dua minggu. Pada penelitian ini telur burung merpati tidak ditetaskan,
telur burung merpati ditetaskan oleh burung merpati yang lainnya (babuan). Apabila
telur burung merpati ditetaskan oleh induknya, maka pada periode giring berikutnya
membutuhkan waktu sekitar tiga bulan.
Pencatatan jarak dan waktu burung merpati yang dilepas harus dalam
keadaan giring (pejantan akan bekur apabila didekatkan dengan betina serta langsung
mematuk kepala merpati betina), apabila tidak dalam kondisi giring maka burung
merpati jantan tidak akan menghampiri betinanya. Jarak melepaskan burung merpati
pada penelitian ini sekitar 4 km (berdasarkan Google Map, 2011). Burung merpati
setelah mengalami masa pemeliharaan selama dua minggu, burung merpati mulai
dilepas. Pada jarak awal melepas burung merpati dari kandang sampai jarak 4 km
membutuhkan waktu sekitar 4 bulan.
13
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g) (h) (i)
(j)
Gambar 5. Burung Merpati Balap Tinggian yang Dijadikan Bahan Penelitian : (a) Jantan Kelabu; (b) Jantan Tritis; (c) Jantan Megan; (d) Jantan Hitam; (e) Jantan Gambir; (f) Jantan Megan; (g) Jantan Blorok; (h) Jantan Tritis Megan; (i) Jantan Blorok; (j) Jantan Kelabu Selap.
Alat yang digunakan dalam pencatatan waktu terbang ialah stopwatch. Waktu
terbang diukur dengan cara sewaktu burung merpati dilepas dari tempat
diterbangkan, joki yang melepasmemberi aba-aba melalui handphone kepada joki
yang berada dikandang bahwa burung merpati siap dilepas, sehingga kedua joki
dapat mencatat waktu saat burung diterbangkan.
14
Pada saat burung merpati dilepas maka pencatatan waktu terbang mulai
dicatat, ketika burung merpati sudah sampai dikandang maka joki segera melaporkan
kepada joki yang melepas burung merpati bahwa burung sudah sampai dikandang.
Selisih waktu antara waktu saat burung sampai di kandang dikurangi waktu saat
merpati dilepas dicatat sebagai lama terbang dalam satuan menit.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati adalah kecepatan terbang, pola dan ukuran tubuh
burung merpati balap tipe tinggian.
1). Karakteristik kualitatif burung merpati balap tipe tinggian dengan mengamati
bentuk badan, warna iris mata, tipe bulu sayap, tipe bulu ekor dan bentuk kepala.
2). Kecepatan terbang merpati dihitung dengan cara, kecepatan (v) adalah jarak
terbang (s) dibagi lama terbang (t), maka v = s / t.
3). Pola terbang burung merpati dikatagorikan (1) berputar lalu terbang lurus (2)
langsung terbang lurus (3) terbang lalu ditengah perjalanan berputar dahulu
setelah itu terbang lurus.
4). Ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian, sebagai berikut :
a). bobot badan, diperoleh melalui penimbangandalam satuan gram;
b). lingkar dada, diperoleh dengan melingkarkan pita ukur dari pangkal sayap
kanan melalui tulang sternum hingga pangkal sayap kiri dengan
menggunakan pita ukur dengan satuan cm (Gambar 7);
c). dalam dada, diukur tegak lurus dari tulang punggung hingga tulang sternum
dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan cm (Gambar 7);
d). lebar dada, diukur dari jarak tulang humerus kanan dan kiri dengan
menggunakan jangka sorong dengan satuan cm (Gambar 7);
e). panjang punggung, diukur dari tulang last cervical vertebra hingga pangkal
tulang ekor (vertebra caudales) dengan menggunakan pita ukur dengan
satuan cm (Gambar 7);
f). panjang bulu sayap ke–10, diukur dari ujung tulang phalanx hingga ujung
bulu sayap ke–10 dengan menggunakan pita ukur dengan satuan cm;
g). lebar bulu ekor, diukur dari sisi sebelah kiri hingga sisi kanan bulu ekor
dengan menggunakan jangka sorong dengan satuan cm;
15
h). lebar pangkal ekor, diukur dari sisi kiri hingga sisi kanan pangkal ekor dengan
menggunakan jangka sorong dengan satuan cm (Gmabr 7) dan
i). panjang bulu ekor, diukur dari pangkal ekor (tunggir) sampai ujung bulu ekor
yang terpanjang (bulu ekor ke–6) dengan menggunakan pita ukur dengan
satuan cm.
Analisis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif yaitu
karakteristik kualitatif burung merpati balap tipe tinggian, kecepatan terbang burung
merpati, pola terbang burung merpati dan ukuran tubuh burung merpati. Rataan,
simpangan baku dan koefisien keragaman dihitung untuk mengetahui keragaman dan
keseragaman pada ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian dengan
menggunakan rumus Walpole (1992), yaitu
∑1
100 %
keterangan :
Σ = jumlah KK = koefisien keragaman SBx = simpangan baku Xi = kecepatan terbang X = rata-rata kecepatan terbang dan N = jumlah pengamatan
Kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian dilakukan selama tiga
kali giring. Kecepatan antar periode giring diuji dengan uji t dengan menggunakan
rumus Walpole (1992).
1 1
16
Keterangan :
= uji banding kecepatan terbang merpati balap antara periode giring satu dengan periode giring dua
= rataan kecepatan terbang merpati balap periode giring satu = rataan kecepatan terbang merpati balap periode giring dua
= simpangan baku = jumlah pengamatan
Data ukuran tubuh dan kecepatan terbang selanjutnya dihitung korelasinya
(r). Apabila ada korelasi antara ukuran tubuh dan kecepatan terbang, maka
dilanjutkan dengan melakukan perhitungan persamaan linier dengan rumus
(Y=a+bX) Walpole (1992).
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
r = korelasi X = ukuran tubuh Y = kecepatan terbang n = jumlah yang diamati
∑ ∑ ∑
∑ ∑
Keterangan :
a = konstanta b = koefisien regresi X = ukuran tubuh Y = kecepatan terbang n = jumlah yang diamati
17
Keterangan : A = lingkar dada; B = dalam dada; C = lebar dada; D = panjang punggung; E = lebar pangkal ekor
Gambar 6. Bagian-bagian Tubuh Burung Merpati yang Diamati (CNRE, 2011)
C
A
B D
E
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Burung Merpati Balap Tinggian
Karakteristik dari burung merpati balap tinggian sangat menentukan
kecepatan terbangnya. Bentuk badan mempengaruhi hambatan angin, warna iris mata
berpengaruh terhadap daya pengelihatan burung merpati balap tinggian, tipe bulu
sayap berpengaruh terhadap kecepatan terbang, tipe bulu ekor berpengaruh terhadap
kelincahan ketika terbang, bentuk kepala berpengaruh terhadap kecerdasan.
Karakteristik Kualitatif
Bentuk badan
Bentuk badan burung merpati balap tipe tinggian yang baik memiliki bentuk
badan yang gagah dan tegap. Berdasarkan pengamatan 100% burung merpati
memiliki bentuk badan yang gagah dan tegap. Burung merpati yang terlalu besar
akan mempengaruhi kecepatan terbangnya. Bentuk badan burung merpati balap tipe
tinggian dapat ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Berbadan Gagah dan Tegap
Warna iris mata
Pada pengamatan terdapat dua macam warna iris mata pada burung merpati
balap tinggian yaitu kuning 19 ekor (82,4%) (Gambar 8a) dan mata merah saga 4
ekor (17,4%) (Gambar 8b). Burung merpati balap tinggian yang baik memiliki warna
iris mata kuning. Hal ini mungkin disebabkan warna iris mata kuning tahan terhadap
sinar matahari apabila dilepas pada siang dan sore hari serta pada umumnya burung
merpati balap tinggian juara memiliki warna iris mata kuning. Burung merpati balap
tinggian yang mempunyai warna iris mata merah saga diduga kurang baik panca
inderanya apabila dilepas pada sore hari.
19
(a) (b)
Gambar 8. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan (a) Warna Mata Kuning dan (b) Mata Merah Saga
Tipe Bulu Sayap
Tipe bulu sayap yang rapat memudahkan burung merpati balap tinggian
untuk terbang karena dapat mencapai jarak yang jauh dalam sekali kepakan.
Berdasarkan pengamatan kerapatan bulu sayap memiliki nilai 100%. Kerapatan bulu
sayap mengakibatkan ayunan kuat ketika bulu sayap disibakkan. Tulang sayap harus
lurus, tebal dan kuat. Selain itu bulu sayap harus kering, tebal dan apabila
direntangkan, reflek bulu sayap menempel atau merapat ketubuh sangat cepat. Tipe
bulu sayap burung merpati balap tipe tinggian dapat ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Tipe Bulu Sayap Burung Merpati Tipe Tinggian
Tipe Bulu Ekor
Tipe bulu ekor burung merpati yang baik memiliki bulu ekor utama menyatu
dengan susunan yang rapih. Hasil pengamatan burung merpati balap tinggian yang
memiliki bulu ekor menyatu sebanyak 100%. Bulu ekor adalah kemudi pada saat
burung merpati balap tinggian terbang. Bulu ekor yang menyatu dengan susunan
yang rapih memudahkan bergerak saat terbang, selain itu memudahkan ketika
mendarat dan mengurangi hambatan angin. Tipe bulu ekor burung merpati balap tipe
tinggian ditunjukkan pada Gambar 10.
20
Gambar 10. Tipe Bulu Ekor Burung Merpati Balap Tipe Tinggian
Bentuk Kelapa
Bentuk kepala burung merpati balap tinggian pada pengamatan ada dua
macam bentuk kepala yaitu jenong sebanyak 20 ekor (86,9%) (Gambar 11a) dan
kepala perkutut 3 ekor (13,1%) (Gmabar 11b). Bentuk kepala jenong memiliki
ukuran yang cukup besar dibandingkan dengan bentuk kepala perkutut. Burung
merpati balap tipe tinggian yang memiliki bentuk kepala jenong biasanya memiliki
karakter jatuh diatas kepala joki.
(a) (b)
Gambar 11. Burung Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Bentuk Kepala (a) Jenong dan (b) Kepala Perkutut
Ukuran Tubuh Merpati Balap Tipe Tinggian
Pengukuran sifat kuantitatif meliputi bobot badan, lingkar dada, dalam dada,
lebar dada, panjang punggung, panjang bulu sayap. Lebar bulu ekor, lebar pangkal
ekor dan panjang bulu ekor. Keragaman sifat kuantitatif burung merpati balap tipe
tinggian dapat dilihat pada Tabel 1.
21
Tabel 1. Nilai Rataan, Simpangan baku dan Koefisien Keragaman dari Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian Jantan.
Ukuran Tubuh Rata-rata ± Sb (n=10) Kisaran KK (%) Bobot Badan (g) 381 ± 31,07 330-420 8,15 Lingkar Dada (cm) 21,8±0,79 21-23 3,62 Dalam Dada (cm) 6,07±0,45 5,4-6,7 7,41 Lebar Dada (cm) 8,05±0,28 7,5-8,5 3,48 Panjang Punggung (cm) 12,3±1,16 11-14 9,43 Panjang Bulu Sayap (cm) 18,7±1,34 17-21 7,17 Lebar Bulu Ekor (cm) 4,96±0,46 4,3-5,7 9,27 Lebar Pangkal Ekor(cm) 3,96±0,49 3,3-4,7 12,37 Panjang Bulu Ekor (cm) 11,3±1,16 10-13 10,27
Berdasarkan Tabel 1, urutan nilai koefisien keragaman (KK) dari yang paling
besar sampai paling kecil adalah lebar pangkal ekor (12,37%), panjang bulu ekor
(10,27%), panjang punggung (9,43%), lebar bulu ekor (9,27%), bobot badan
(8,15%), dalam dada (7,41%), panjang bulu sayap (7,17%), lingkar dada (3,62%) dan
lebar dada (3,48%). Berdasarkan urutan tersebut, maka ukuran tubuh yang paling
beragam adalah lebar pangkal ekor dan yang paling seragam adalah lebar dada.
Lebar pangkal ekor dapat dijadikan penentu seleksi burung merpati balap tipe
tinggian karena berpengaruh nyata negatif (P<0,05) terhadap kecepatan terbang
burung merpati balap tipe tinggian.
Lain halnya dengan penelitian Sucahyo (2005), ukuran tubuh yang paling
beragam adalah lebar pangkal ekor (12,5%) dan yang paling seragam adalah lingkar
dada (1,99%). Penyebab terjadinya perbedaan hasil penelitian adalah genetik dari
burung merpati dan lingkungan sekitar.
Kecepatan Terbang
Pengukuran kecepatan terbang, dilakukan tiga kali periode giring pada tiap-
tiap individu sehingga dihasilkan rataan (m/detik). Hasil rataan dan uji t kecepatan
terbang burung merpati selama penelitian disajikan pada Tabel 2.
Kisaran kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian pada penelitian
ini adalah 18,65-29,18 m/detik dengan keragaman 16,02%. Pada Tabel 2, kecepatan
terbang merpati tidak berbeda nyata antara periode giring satu dengan periode giring
yang lain. Hal ini menunjukan bahwa setelah burung merpati dilatih maka
kemampuan terbangnya cenderung stabil, dan dapat dilihat dari rataan kecepatan
22
terbang antara periode I, II dan III tidak berbeda. Burung merpati pada penelitian ini
dipilih yang sama dalam keadaan giring, sehingga saat memasuki masa bertelur dari
10 pasang burung merpati tidak berbeda jauh, sehingga burung merpati tidak
diterbangkan. Berdasarkan pengamatan dilapangan, angin adalah faktor lingkungan
yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan terbang burung merpati. Angin yang
bergerak sangat kencang cenderung memperlambat terbang burung merpati yang
bergerak berlawanan dengan arah angin. Angin yang kencang menyebabkan terbang
burung merpati tidak terbang lurus dan cenderung berputar-putar.
Tabel 2. Rataan dan Uji t Kecepataan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian
Periode Rataan±Sb (m/detik) t hit P-Value Uji t
I dan II 22,26± 3,29 -0,18 0,859 tn 22,53±3,57
I dan III 22,26±3,29 -0,01 0,996 tn 22,27±3,33
II dan III 22,53±3,57 0,17 0,864 tn 22,27±3,33
Keterangan : Sb = simpangan baku, tn = tidak nyata
Hubungan kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian antara giring
yang satu dengan giring yang lain pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3. Nilai
korelasi antara rataan periode I dan II, I dan III, II dan III dari hasil ini terlihat nilai
korelasinya, sangat nyata (P<0,01) dikarenakan kecepatan tiap-tiap individu yang
tidak berbeda seperti disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan pengamatan dilapangan
kecepatan merpati terbang tinggi diduga dipengaruhi kondisi giring yang tinggi (rasa
ingin menghampiri betina) sehingga kecepatan terbang yang dihasilkan maksimal.
Tabel 3. Nilai Korelasi antara Rataan Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian pada Periode Giring I, II dan III.
Periode R P-Value I dan II 0,97 0,000
I dan III 0,952 0,000 II dan III 0,996 0,000
Pola terbang dan ketahanan tubuh merpati juga mempengaruhi kecepatan
terbang yang dihasilkan. Merpati yang memiliki ketahanan tubuh yang baik
umumnya akan memiliki kecepatan yang stabil karena pada umumnya merpati akan
diterbangkan berulang-ulang. Selain itu pada dua hari terakhir dilatih (menjelang
23
bertelur) umumnya merpati dalam kondisi giring yang tinggi sehingga kecepatan
terbang yang dihasilkan maksimal. Menurut Tyne dan Berger (1976) faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan terbang burung adalah kecepatan angin, suhu dan
motivasi terbang.
Pengaruh Ukuran Tubuh Merpati Balap Terhadap Kecepatan Terbang
Ukuran tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan
burung merpati balap tipe tinggian. Tyne dan Berger (1976) menyatakan ukuran
tubuh seperti lingkar dada, bobot badan, dalam dada, lebar dada, panjang punggung,
panjang sayap, lebar pangkal ekor, lebar bulu ekor dan panjang bulu ekor sangat
mempengaruhi bentuk badan burung.
Kecepatan terbang pada burung merpati salah satunya dapat dilihat dari
faktor ukuran tubuh. Nilai korelasi kecepatan terbang dengan ukuran tubuh dapat
dilihat pada Tabel 4.
Analisis korelasi pada Tabel 4 untuk lingkar dada, lebar dada, panjang
punggung, panjang bulu sayap dan panjang bulu ekor tidak menunjukan hubungan
yang nyata dengan kecepatan terbang. Bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan
lebar pangkal ekor menunjukan hubungan yang nyata dengan kecepatan terbang.
Tabel 4. Nilai Korelasi Kecepatan Terbang dengan Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian.
Bagian Tubuh Korelasi Bobot Badan -0,865A Lingkar Dada -0,308 Dalam Dada -0,771A Lebar Dada -0,564 Panjang Punggung -0,574 Panjang Bulu Sayap -0,616 Lebar Bulu Ekor -0,636a Lebar Pangkal Ekor -0,722a Panjang Bulu Ekor -0,574
Ket :Superskrip dengan huruf besar menunjukan perbedaan sangat nyata (P<0,01) Superskrip dengan huruf kecil menunjukan perbedaan nyata (P<0,05)
Bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor pada
burung merpati balap tinggian berkorelasi negatif dengan kecepatan terbangnya.
Bertambahnya bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekorakan
mengurangi kecepatan terbang burung merpati balap tipe tinggian.
24
Berdasarkan hasil analisis korelasi ukuran tubuh dengan kecepatan terbang
maka burung merpati yang memiliki kecepatan terbang tinggi pada penelitian ini
memiliki bobot badan (330 g), dalam dada (5,4 cm), lebar bulu ekor (4,4 cm) dan
lebar pangkal ekor (3,5 cm). Adapun burung yang masuk kriteria cepat terbang pada
penelitian ini adalah berwarna megan. Burung jantan berwarna megan tersebut
ditunjukkan pada Gambar 12.
Gambar 12. Burung Merpati yang Masuk Kriteria : a). Jantan dengan Warna Bulu Megan, dan b). Betina dengan Warna Bulu Coklat.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, para penggemar merpati balap tipe
tinggian ketika menyeleksi atau memilih bahan burung yang akan dilatih untuk balap
tinggi adalah bobot badan, panjang dan lebar bulu sayap, lebar bulu ekor. Alasan
para penggemar ini berdasarkan pengalaman selama memelihara burung merpati.
Para penggemar ketika akan memilih burung merpati yaitu meraba atau
memperhatikan bobot badannya. Mereka memilih burung merpati yang memiliki
bobot badan yang tidak terlalu ringan, karena pada saat terbang burung merpati akan
mengahadapi terpaan angin. Apabila tubuhnya terlalu kecil maka burung merpati
akan terhempas oleh angin.
Para penggemar juga memperhatikan panjang dan lebar bulu sayap. Mereka
memilih merpati yang memiliki bulu sayap panjang dan lebar. Bulu sayap panjang
dan lebar akan memudahkan merpati ketika terbang, karena merpati dapat
menempuh jarak yang jauh dalam sekali kepakan.
Para penggemar burung merpati tipe tinggian ketika memilih burung yang
akan dilatih akan memperhatikan lebar bulu ekor. Mereka memilih merpati yang
A
B
25
memliki bulu ekor yang tidak terlalulebar, karena bulu ekor yang tidak terlelu lebar
akan mempermudah merpati ketika mendarat.
Dari hasil penelitian ini ukuran tubuh yang dapat digunakan untuk seleksi
burung merpati balap tipe tinggian adalah dalam dada (r= -0,7771), lebar bulu ekor
(r= -0,636) dan lebar pangkal ekor (r= -0,722). Urutan seleksi berdasarkan
keragaman adalah lebar pangkal ekor, lebar bulu ekor, dalam dada dan bobot badan.
Persamaan regresi kecepatan terbang burung merpati tipe tinggian dengan
bobot badan, dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar pangkal ekor dapat dilihat pada
Tabel 5. Kecepatan terbang dengan bobot badan mempunyai nilai koefisien
determinasi paling tinggi dibandingkan dengan dalam dada, lebar bulu ekor dan lebar
pangkal ekor yaitu sebesar 71,7%. Persamaan regresi untuk kecepatan terbang
dengan bobot badan adalah Y (kecepatan terbang) = 63,8 - 0,107 BB (bobot badan).
Tabel 5. Persamaan Regresi antara Kecepatan Terbang dengan Ukuran Tubuh Burung Merpati Balap Tipe Tinggian
Persamaan Regresi P-Value R-Sq(adj) ---%---
Y = 63,8 - 0,107 BB 0,001 71,7 Y = 63,2 - 6,65 DD 0,009 54,3
Y = 49,2 - 5,31 LBE 0,048 33,0 Y = 45,6 - 5,74 LPE 0,018 46,2
Keterangan: Y = kecepatan terbang; BB = bobot badan; DD = dalam dada; LBE = lebar bulu ekor; LPE = lebar pangkal ekor
Persamaan regresi dari kecepatan terbang dengan bobot badan memiliki nilai
yang paling besar yaitu 71,7% daripada yang lainnya, akan tetapi volume bobot
badan dapat berubah, sehingga bobot badan sulit dijadikan penduga burung merpati
yang memiliki kecepatan terbang tinggi. Dalam dada memiliki nilai terbesar ke-2
dari bobot badan dengan nilai 54,3%, oleh karena itu dalam dada bisa dijadikan
penduga burung merpati yang memiliki kecepatan terbang tinggi.
Pola Terbang
Pola terbang merupakan suatu pergerakan yang terbentuk dari udara sehingga
menghasilkan bentuk atau pola terbang tertentu. Dalam penelitian ini ditemukan
beberapa pola terbang merpati terbang tinggi seperti disajikan pada Tabel 6.
26
Tabel 6. Pola Terbang dan Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Tipe Tinggian.
No Pola terbang Ekor Persentase Kecepatan terbang
(n=10) ---%--- (m/detik)
1 Berputar lalu terbang lurus 2 20 18,65-18,69
2 Langsung terbang lurus 4 40 23,62-29,18
3 Terbang lalu ditengah perjalanan berputar dahulu setelah itu terbang lurus
4 40 20,18-21,94
Pola terbang burung merpati balap tipe tinggian, berputar lalu terbang lurus,
langsung terbang lurus danterbang ditengah berputar lalu terbang lurus. Masing-
masing pola terbang memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya :
1) Polaberputar lalu terbang lurus, yaitu burung merpati waktu awal terbang naik ke
atas setelah itu berputar-putar sampai puncak ketinggian dan setelah itu burung
langsung terbang lurus. Terdapat 2 ekor burung merpati (20%) (warna kelabu dan
tritis dengan kecepatan rata-rata masing-masing 18,69 dan 18,65 m/detik), yang
mempunyai pola terbang berputar lalu terbang lurus. Pola terbang ini mempunyai
kekurangan, yaitu waktu terbang menjadi lebih lama.
2) Pola langsung terbang lurus, yaitu burung merpati pada awal terbang burung
merpati naik ke atas setelah itu terbang langsung lurus sampai puncak ketinggian.
Terdapat 4 ekor burung merpati (40%) (warna megan, hitam, gambir dan megan
2 dengan kecepatan rata-rata masing-masing 23,62; 25,39; 28,88 dan 29,18
m/detik), yang mempunyai pola terbang langsung terbang lurus. Kelebihan pola
langsung terbang lurus yaitu burung merpati cepat sampai ke tujuan.
3) Terbang lalu ditengah perjalanan berputar dahulu setelah itu terbang lurus, yaitu
pada awal terbang burung merpati naik ke atas terbang lurus tapi di tengah-
tengah perjalanan burung berputar-putar sampai puncak ketinggian lalu terbang
lurus lagi. Terdapat 4 ekor burung merpati (40%) (warna blorok, tritis megan,
blantong dan kelabu selap dengan kecepatan rata-rata masing-masing 20,18;
20,21; 21,94 dan 21,94 m/detik), yang mempunyai pola terbang disertai berputar
ditengah perjalanan. Pola terbang ini dilakukan agar burung merpati untuk
mencapai titik tinggi tertentu sehingga waktu turun memiliki kecepatan
maksimal.
27
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa burung merpati balap tipe tinggian
yang memiliki kecepatan terbang tertinggi (29,18 m/detik) mempunyai pola terbang
langsung terbang lurus, bobot badan (330 g), lingkar dada (22 cm), dalam dada (5,4
cm), lebar dada (8 cm), panjang punggung (12 cm), panjang bulu sayap (18 cm),
lebar bulu ekor (4,4 cm), lebar pangkal ekor (3,5 cm) dan panjang bulu ekor (11 cm).
Ukuran tubuh burung merpati balap tipe tinggian yang memiliki korelasi
dengan kecepatan terbang adalah bobot badan (-0,865), dalam dada (-0,771), lebar
bulu ekor (-0,636) dan lebar pangkal ekor (-0,722).
Ukuran tubuh merpati terbang tinggian yang paling beragam adalah lebar
pangkal ekor (KK=12,37%) dan yang paling seragam adalah lebar dada
(KK=3,48%). Lebar pangkal ekor paling efektif untuk diseleksi.
Saran
Perlu penelitian lebih lanjut tentang;
1. Morfologi burung merpati balap tipe tinggian, sehingga para pembeli mengerti
ciri-ciri burungmerpati tinggian yang baik.
2. Pengukuran ketinggian terbang dari burung merpati tinggian.
28
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
dengan judul “Kecepatan Terbang Burung Merpati Balap Lokal (Tipe Tinggian)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Sri
Darwati, M,Si sebagai dosen pembimbing utama dan Ibu Maria Ulfah, S.Pt.,
MSc.Agr.sebagai dosen pembimbing kedua yang telah banyak membantu dengan
tulus, baik dan sabar dalam pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian di lapangan
hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga ucapkan terimakasih kepada Dr. Ir.
Rukmiasih, M,Si dan Ir. Dwi Margi Suci, M,Si sebagai dosen penguji ujian siding
dan dosen penguji seminar Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc terimakasih atas
ilmu dan sarannya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ayah dan ibu tercinta yang
telah banyak memberikan dukungan baik moral, spiritual, material, nasihat, dan
kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban belajar selama ini.
Kakakku Ardiansyah Paramita, Chirstina Yulia dan Rosaria Upami Syahril dan
Adikku Ferdiansyah yang penulis sayangi, terima kasih buat doa dan dukungannya
selama Penulis menjalankan perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Nida
Handayani terimakasih atas cinta, dukungan, doa dan kasih sayangnya yang sangat
berharga bagi Penulis. Mudah-mudahan kita bisa meraih semua harapan dan cita-cita
kita.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di kandang
burung merpati Tanah Merah Lama yang telah memberikan dukungan untuk
melakukan penelitian, Penulis ucapkan terima kasih pula atas bantuannya selama
penelitian hingga penulisan skripsi ini.
Penulis ucapkan terima kasih juga kepada Kang Cudel dan teman-teman
kuliah (TMT 42 dan alih jenis peternakan), terima kasih telah menjadi teman yang
selalu memberi dukungan, bantuan, kerjasama dan semangat sehingga Penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Kelompok usaha kambing perah
“Karya Mandiri” (Yudhi, Agus, Tantan, Rusman, Fitri dan Fetty) terimakasih atas
doa, dukungan serta kekompakannya selama merintis usaha. Teman-teman di
Kelompok Pemerhati Lingkungan (KPL) Angsana Diploma IPB terimakasih atas
29
semua doa dan dukungannya. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terakhir Penulis ucapkan terima kasih kepada semua dosen dan pegawai di
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Bogor, September 2011
Penulis
30
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. & D. A. Bade.1998. Ilmu Peternakan (Terjemahan B. Srigandono dan Soedarsono) Edisi Ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
CNRE. 2011. Pigeon Skeleton. http://cnre.vt.edu/fisheries/ornithology/birdskeleton. [21 Juli 2011]
Darwati, S. 2003. Seleksi merpati lokal sebagai performing breed berdasarkan ketangkasan Tumbler. http://rudyct.tripod.com/sem2_023/sri_darwati. htm [23September 2010]
Djanah, D & Sulistyani. 1986. Beternak Merpati. CV Simplex. Jakarta.
Google Map. 2011. Google Data Peta. http://maps.google.com. [22 September 2011]
Hatmono, H.2001. Beternak Burung Merpati Potong Sistim Tower. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Maylinda, S. 2003. Breeding burung merpati. http://hmpt.brawijaya.ac.id /breedingmerpati.htm. (8 oktober 2010)
Mosca, F. 2000. Basic pigeon genetic. http://www.Angelfire .com. [8 Oktober 2010]
Levi, M. W. 1945. The Pigeon. 2nded. The R. L. Bryan Company, Columbia. California.
Ritchison, G. 2008. Brid Flight II. http://people.eku.edu/ritchisong/554notes3.html. [21 Juli 2011]
Salis, R. 2002. Studi fenotipe burung merpati lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Peternaian Bogor. Bogor.
Sucahyo. 2005. Karakteristik burung merpati balap tinggi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Peternaian Bogor. Bogor.
Soeseno, A.2003. Memelihara dan Beternak Burung Dara. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumadi, I. K. 1991. Pengaruh pengganti susu tembolok dengan susu atau telur sebagai pakan awal terhadap performans piyik. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sutejo. 1998. Merpati Balap. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tanubrata, H & U. S. R. Syammkhard. 2004. Menghasilkan Merpati Balap Sprint Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tritunggalpigeonfarm. 2010. Kemampuan Merpati untuk Terbang Tinggi. http://tritunggalpigeonfarm.com [19 Mei 2011]
31
Tyne, J. V. & A. J. Berger. 1976. Fundamentals of Ornithology. 2nded. A Willey Interscience Publication.John Willey and Sons. NewYork-London-Sidney-Torontalo.
Walpole, A. E. 1992. Pengantar Statistik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yonathan, E. 2003. Merawat dan Melatih Merpati Balap. Agromedia Pustaka. Jakarta.
32
LAMPIRAN
33
Lampiran 1. Persamaan Linier Antara Bobot Badan Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan
Sumber Keragaman db JK KT F P Regresi 1 100,40 100,40 23,79 0,001 Galat 8 33,77 4,22 Total 9 134,171
Lampiran 2. Persamaan Linier Antara Dalam Dada Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan Terbangnya.
Sumber Keragaman db JK KT F P Regresi 1 79,697 79,697 11,70 0,009 Galat 8 54,474 5,809 Total 9 134,171
Lampiran 3. Persamaan Linier Antara Lebar Bulu Ekor Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan Terbangnya
Sumber Keragaman db JK KT F P Regresi 1 54,242 54,242 5,43 0,048 Galat 8 79,929 9,991 Total 9 134,171
Lampiran 4. Persamaan Linier Antara Lebar Pangkal Ekor Merpati Balap Tipe Tinggian dengan Kecepatan Terbangnya
Sumber Keragaman db JK KT F P Regresi 1 69,958 69,958 8,72 0,018 Galat 8 64,213 8,027 Total 9 134,171
34
Lampiran 5. Nilai Kecepatan Terbang Merpati Balap Tipe Tinggian pada Periode Giring ke 1, 2 dan 3
Individu Periode Rata-rata I II III
Kelabu 18,26 18,87 18,96 18,69 Tritis 18,02 18,87 19,05 18,65 Megan 23,39 22,99 22,22 23,62 Hitam 24,09 22,86 22,1 25,39 Gambir 26,67 28,78 28,17 28,88 Megan 2 27,78 28,57 28,17 29,18 Blorok 20,2 20,1 20,2 20,18 Tristis megan 20,2 20,1 20,3 20,21 Blantong 21,98 22,1 21,74 21,94 Kelabu selap 21,98 22,1 21,74 21,94 Rataan per periode 22,26 22,53 22,27 Simpangan baku 3,29 3,57 3,33
Lampiran 6. Data Ukuran Tubuh Burung Merpati
Warna Burung Merpati
Bobot Badan
Lingkar dada
Dalam Dada
Lebar Dada
Pjg. Punggung
Pjg.bulu sayap
Lbr. Bulu Ekor
Lbr Pangkal Ekor
Pjg. Bulu Ekor
KELABU 420 23 6.7 8.5 14 20 5.5 4.3 13 TRITIS 380 21 5.8 8 12 18 5.3 3.9 11 MEGAN 360 21 5.7 8 11 18 4.9 3.6 10 PUTIH 360 22 5.9 8 11 17 4.3 3.3 10 GAMBIR 350 21 5.6 7.5 11 17 4.8 3.4 10 MEGAN 2 330 22 5.4 8 12 18 4.4 3.5 11 BLOROK 410 22 6.5 8 13 20 5.2 4.2 12 TRISTIS MEGAN 420 23 6.5 8 12 19 4.6 4.4 11 BLANTONG 380 21 6.2 8 13 19 4.9 4.3 12 KELABU SELAP 400 22 6.4 8.5 14 21 5.7 4.7 13 rata-rata 381 21.8 6.07 8.05 12.3 18.7 4.96 3.96 11.3 Simpanganbaku 31.07 0.79 0.45 0.28 1.16 1.34 0.46 0.49 1.16 Koefisien Keragaman 8.15 3.62 7.41 3.48 9.43 7.17 9.27 12.37 10.27
Lampiran 7. Hasil Nilai Korelasi Ukuran Tubuh Burung Meparti dengan Kecepatan Terbang
Bobot Badan
Lingkar dada
Dalam Dada
Lebar Dada
Pjg. Punggung
Pjg.bulu sayap
Lbr. Bulu Ekor
Lbr Pangkal Ekor
Pjg. Bulu Ekor
Lingkar dada 0,598 0,068
Dalam Dada 0,962 0,642 0,000 0,045
Lebar Dada 0,561 0,546 0,626 0,092 0,103 0,053
Pjg. Punggun 0,669 0,437 0,748 0,793 0,034 0,206 0,013 0,006
Pjg.bulu sayap 0,757 0,463 0,800 0,776 0,924 0,011 0,177 0,005 0,008 0,000
Lbr. Bulu Ekor 0,591 0,037 0,547 0,610 0,750 0,751 0,072 0,920 0,102 0,061 0,012 0,012
Lbr Pangkal Ekor 0,835 0,412 0,832 0,661 0,852 0,920 0,690 0,003 0,237 0,003 0,038 0,002 0,000 0,027
Pjg. Bulu Ekor 0,669 0,437 0,748 0,793 1,000 0,924 0,750 0,852 0,034 0,206 0,013 0,006 * 0,000 0,012 0,002
Kecepatan -0,865 -0,308 -0,771 -0,564 -0,574 -0,616 -0,636 -0,722 -0,574 0,001 0,386 0,009 0,090 0,083 0,058 0,048 0,018 0,083
37
Lampiran 8.Peta Pengukuran Jarak dengan Google Map
38
Lampiran 9. Istilah – istilah pada Burung Merpati
Giring pejantan akan bekur apabila didekatkan dengan betina serta langsung mematuk kepala merpati betina, pejantan mengikuti betina pasangannya
Klepek memanggil burung merpati pejantan dengan cara menggunakan burung merpati betina dengan cara mengayun-ayunkan burung merpati betina
Bekur suara yang dikeluarkan pejantan saat melihat burung merpati betina
Babuan induk pengganti
Meloloh induk memberi makan atau menyuapi anaknya
Untulan burung merpati yang sudah hafal kandang dan lingkungan sekitar
Joki perawat atau pelatih burung merpati
Tembak mendarat
Pagupon kandang
Piyik anak burung merpati umur 0 hari sampai satu bulan
Jenong kepala (dahi) berbentuk bulat pada burung merpati
top related