pesawat terbang, runway

Upload: yenny-untari

Post on 06-Mar-2016

61 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Paper tentang Runway

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangDi era globalisasi ini segala sesuatu semakin mudah didapat, salah satunya transportasi ke tempat-tempat jauh. Transportasi seperti ini dapat dilakukan melalui darat, laut, maupun udara. Tidak hanya untuk kepentingan pekerjaan saja tetapi juga semakin tingginya minat orang-orang terhadap pariwisata menyebabkan dibutuhkannya sebuah transportasi massal dan cepat. Dalam hal ini transportasi udara menggunakan pesawat terbang merupakan pilihan yang tepat. Selain dapat membawa penumpang dalam jumlah banyak, pesawat terbang juga dapat menjangkau daerah-daerah terpencil dengan cepat.

Untuk menjalankan transportasi udara selain pesawat terbang dibutuhkan juga bandara udara dengan berbagai fasilitasnya untuk mendukung berjalannya transportasi udara, seperti landasan pacu untuk tempat mendarat dan terbangnya pesawat, tempat pesawat mengisi bahan bakar, tempat menara pengawas transportasi udara, dan lain lain.

Dengan semakin banyaknya kebutuhan transportasi udara maka akan semakin banyak juga kebutuhan akan bandara. Dalam pembuatannya terdapat berbagai macam peraturan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan pengguna layanan bandara dan warga sekitar tempat bandara. Tetapi saat ini karena keterbatasan lahan terdapat bandara-bandara dengan landasan pacu yang pendek. Hal ini dapat disebabkan oleh pertumbuhan kota yang terlalu besar sehingga hanya tersisa sedikit lahan kosong tetapi dibutuhkan bandara di kota tersebut karena merupakan ibu kota negara maupun keperluan pariwisata di daerah-daerah dengan medan sulit seperti pantai, pegunungan, ataupun tebing-tebing. Dalam karya tulis ini kelompok kami akan membahas lebih dalam mengenai landasan pacu (runway) yang pendek.

1.2. Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan pembuatan karya tulis ini adalah untuk mengetahui dan memberikan informasi mengenai ketentuan dan peraturan dalam pembuatan runway.

BAB IIDASAR TEORI

2.1. Bandar Udara Bandar Udaraadalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.Kebandarudaraanadalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, tempat perpindahan intra dan/atau antarmoda serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.Tatanan Kebandarudaraan Nasionaladalah sistem kebandarudaraan secara nasional yang menggambarkan perencanaan bandar udara berdasarkan rencana tata ruang, pertumbuhan ekonomi, keunggulan komparatif wilayah, kondisi alam dan geografi, keterpaduan intra dan antarmoda transportasi, kelestarian lingkungan, keselamatan dan keaamanan penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya.Klasifikasi bandar udara terdiri atas beberapa kelas bandar udara yang ditetapkan berdasarkan kapasitas pelayanan dan kegiatan operasional bandar udara. Kapasitas pelayanan merupakan kemampuan bandar udara untuk melayani jenis pesawat udara terbesar dan jumlah penumpang/barang yang meliputi: Kode angka (code number)yaitu perhitungan panjang landasan pacu berdasarkan referensi pesawat aeroplane reference field length (ARFL)Kode huruf (code letter)yaitu perhitungan sesuai lebar sayap dan lebar/jarak roda terluar pesawat. Tabel Kriteria Klasifikasi Bandar Udara :

Peraturan yang mengatur tentang pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup bandar udara terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 40 tahun 2012. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 40 tahun 2012 dinyatakan semua hal yang berkaitan dengan Pembangunan Bandar udara yakni dalam Bab II Pasal 2 Pasal 30, dan pelestarian Lingkungan hidup Bandar udara diatur dalam Bab III Pasal 31- Pasal 46 . Berikut adalah beberapa pasal yang berkaitan dengan Bandar udara dan pembangunannya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 40 tahun 2012 Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa pengertian Bandar udara secara menyeluruh yaitu sebagai beriikut:1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bandar Udara dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, tempat perpindahan intra dan/atau antarmoda serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah.2. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar Udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.3. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.4. Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.5. Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui keterpaduan pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas, dan prosedur.Pembangunan dan pengembangan Bandar udara diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 40 tahun 2012 Bab 2 yang berisi sebagai berikut : Pasal 21. Pembangunan Bandar Udara wajib dilaksanakan berdasarkan penetapan lokasi Bandar Udara.2. Lokasi Bandar Udara ditetapkan oleh Menteri dengan mempertimbangkan; rencana induk nasional Bandar Udara; keselamatan dan keamanan penerbangan; keserasian dan keseimbangan dengan budaya setempat dan kegiatan lain terkait di lokasi bandar udara; kelayakan ekonomis, finansial, sosial, pengembangan wilayah, teknis pembangunan, dan pengoperasian; kelayakan lingkungan.3. Penetapan lokasi Bandar Udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun.

Pasal 51. Rencana induk Bandar Udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit memuat: prakiraan permintaan kebutuhan pelayanan penumpang dan kargo; kebutuhan fasilitas; tata letak fasilitas; tahapan pelaksanaan pembangunan; kebutuhan dan pemanfaatan lahan; daerah lingkungan kerja; daerah lingkungan kepentingan; kawasan keselamatan operasi penerbangan; dan batas kawasan kebisingan.

Pasal 81. Bandar Udara sebagai bangunan gedung dengan fungsi khusus, pembangunannya wajib memperhatikan ketentuan keselamatan dan keamanan penerbangan, mutu pelayanan jasa Kebandarudaraan, kelestarian lingkungan, serta keterpaduan intermoda dan multimoda. 2. Fungsi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan fungsi bangunan yang dalam pembangunan dan penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat sekitarnya dan mempunyai risiko bahaya tinggi.

Pasal 101. Pembangunan Bandar Udara harus memenuhi standar keselamatan dan keamanan penerbangan yang meliputi: standar rancang bangun dan/atau rekayasa fasilitas Bandar Udara; standar peralatan dan utilitas Bandar Udara; dan standar kelaikan fasilitas dan peralatan Bandar Udara. 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar rancang bangun dan/atau rekayasa fasilitas Bandar Udara, standar peralatan dan utilitas Bandar Udara, serta standar kelaikan fasilitas dan peralatan Bandar Udara diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 171. Rancangan teknis terinci fasilitas pokok Bandar Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 paling sedikit memuat mengenai: kondisi tanah dasar; peta topografi; tata letak fasilitas pokok Bandar Udara, termasuk fasilitas bantu navigasi Penerbangan; gambar arsitektur; gambar konstruksi; dan gambar mekanikal, elektrikal, dan peralatan navigasi Penerbangan.2. Rancangan teknik terinci fasilitas pokok Bandar Udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan pengesahan.3. Ketentuan lebih lanjut mengenai rancangan teknik terinci fasilitas pokok Bandar Udara dan pengesahan diatur dengan Peraturan Menteri.

2.2. Landas PacuLandas pacuadalah sepetak lahan yang digunakan olehpesawat terbanguntuklepas landas ataupendaratanyang dapat berupa aspal atau rumput. Dalam bahasa Inggrisdisebut runway. Nama landas pacu diambil dari arahnya dengan pembulatan ke puluhan terdekat, contoh : 36 untuk landas pacu yang mengarah ke 360 derajat (utara). Karena sebuah landas pacu bisa dipakai dua arah, penamaan pun ada dua dengan selisih 18. Contoh: landas pacu 9/27.Apabilabandaramemiliki beberapa landas pacu dengan arah sama, akan diidentifikasi dengan penambahan huruf L, C, dan R untuk Left, Center, dan Right (kiri, tengah, kanan) yang ditambahkan di akhir. Contoh: landas pacu 2R/20L.Pada umumnyalandasanpacu memiliki lapisan aspal hotmix dengan identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis-garis yang mirip dengan zebra cross pada ujung-ujungnya yang semakin berkurang jumlah garisnya bila menuju ke tengah landasan yang menunjukkan saat saatpesawatharustouch down (roda-roda menyentuh landasan saatmendarat) sertatake off(lepas landas). Pada landasan-landasan tertentu, ujung-ujung landasan yang digunakan untuk touch down atau take off digunakan lapisan beton, bukan aspal untuk menghindari melelehnya aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan mesin penuh, khususnya pesawat tempur yang menggunakan mekanisme after burner sehingga menimbulkan semburan api padanozzle(saluran buang)mesin pesawat. Aspal yang digunakan yang terbaik adalah aspal alam, dan yang terbaik digunakan adalah aspal yang dihasilkan dari negara Trinidad dan Tobago, jadi tidak menggunakan aspal hasil olahan minyak bumi, yang mudah mencair/melunak akibat panas matahari,tekanandan panas yang ditimbulkan dari semburan gas buang mesin pesawat. Pada bagian bawah lapisan aspal digunakan lapisan batu kali bukan batu koral seperti halnya penggunaan pengaspalan jalan raya. Landasan pacu dibuat dengan perhitungan teknis tertentu sehinga permukaannya tetap kering sekalipun pada musim hujan dan mencegah tergenangnya landasan yang mengakibatkan pesawat mengalami aquaplanning terutama saat mendarat yang sangat membahayakan.

Pada tepi kanan dan kiri serta ujung ujung landas pacu diberi lampu lampu dan tiang-tiang navigasi yang digunakan untuk membantu navigasi terlebih lebih padacuacaburuk dan penerbanganmalam hari.

Landas pacubandaraperintis memiliki konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan bandara bandara komersial terlebih lebih di kawasan terpencil. Landasan pacu ini dikenal sebagai airstrip. Terkadang hanyalah lajur tanah yang diperkeras yang diberi lapisan rumput dan untuk mencegah amblasnya tanah, digunakan lonjoran-lonjoran baja atau alas marston (lapisan plat baja yang berlubang lubang). DiIndonesia, landasan seperti ini digunakan di daerah pedalaman Irian Jaya atauPapua. Konstruksi landas pacu seperti ini digunakan pada masa Perang Dunia II untuk kepentingan militer karena pembuatannya lebih praktis.

Panjang landasan pacu bergantung pada suhu, kecepatan dan arahanginserta tekananudara di sekitarnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landas pacu yang digunakan lebih panjang daripada yang umum digunakan di bandara-bandara bahkan bandara internasionalkarena tekanan udara yang lebih rendah. Sebagai contoh landas pacu di kota Doha, Qatar memiliki ukuran panjang sampai lebih dari 5.000 meter.

Landas pacu pada setiap bandara umumnya dibersihkan dari debu atau kerikil, bahkan benda benda asing lainnya yang akan membahayakan keselamatan penerbangan (dalam dunia penerbangan, benda asing tersebut dikenal sebagai FOD). Kecelakaan pesawat terbang di landasan pacu umumnya disebabkan karena adanya benda benda asing baik yang masuk ke dalam mesin pesawat maupun merusak badan pesawat atau roda pesawat saat pesawat lepas landas atau mendarat. Selebihnya karena cuaca dan bahkan gangguan burung sehingga umumnya disetiap bandara komersial bahkan perintis dilengkapi menara pengawas yang mengawasi lalu lintas penerbangan, komunikasi bahkan informasi cuaca. Pada bandara tertentu, dilengkapi sensor dan pengusir burung dan sensor cuaca serta sensor untuk mengukur tingkat kebisingan yang ditimbulkan dari mesin pesawat.

Selain itu pula, setiap landasan dilengkapi dengan kendaraan penyapu landasan dan peralatan bahan kimia pembersih landasan khususnya untuk membersihkan sisa-sisa jejak karet yang ditimbulkan oleh roda-roda pesawat yang bila tidak dibersihkan juga dapat mengganggu keselamatan penerbangan.

Pada landasan tertentu, dilengkapi kabel penahan pesawat untuk pendaratan (arrester cable) bahkan pelontar pesawat (catapult) terutama untuk landasan pendek dan landasan pada kapal induk.

2.3. Hukum yang Berkaitan dengan Landas Pacu (Runway)

Menurut Indonesian Aviation Law Nomor 1 tahun 2009, runway atau landasan pacu adalah salah satu basic dari fasilitas penerbangan selain RESA, apron, taxi way, sinyal dan marka-marka, dan sebagainya. Dijelaskan juga dalam Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 39 tahun 2015 bahwa runway adalah suatu daerah yang ditetapkan pada Bandar Udara yang dipersiapkan untuk kegiatan pendaratan dan lepas landas pesawat udara. Selain itu, RESA ( Runway End Safety Area) adalah Suatu daerah simetris di sekitar perpanjangan garis tengah landas pacu (runway centreline) dan berbatasan dengan ujung strip landas pacu, yang utamanya ditujukan untuk mengurangi risiko kerusakan pada pesawat udara akibat undershooting atau overrunning; dan juga memungkinkan pesawat udara yang mengalami overrunning dapat mengurangi kecepatan dan pesawat udara yang mengalami undershooting dapat meneruskan pendekatannya (approach) atau pendaratannya. Menurut peraturan tersebut, dijelaskan pula bahwa laporan data teknis dan survey mengenai karakteristik fisik dari landasan juga harus dipersiapkan bila akan mengajukan permohonan sertifikat bandar udara.

Salah satu unsur yang juga penting dalam runway adalah runway strip yaitu suatu daerah tertentu termasuk landas pacu dan stopway jika tersedia, yang ditujukan untuk:a. Mengurangi risiko kerusakan pada pesawat udara yang melaju keluar landas pacu.b. Melindungi pesawat udara yang terbang di atasnya pada saat melakukan lepas landas atau pendaratan.

Runway adalah salah satu unsur yang sangat penting di dalam suatu bandar udara. Maka itu di dalam informasi bandar udara, harus diberitahukan kriteria-kriteria dari runway di bandar udara itu sendiri. Termasuk di antaranya, sifat permukaan, yang meliputi bahan dari permukaan runway tersebut (apakah terbuat dari beton, aspal, rumput, dsb.), panjang runway yang dinyatakan dalam satuan meter, hingga nomor kode referensi dari runway. Pada intinya, mengingat pentingnya peran runway maka segala sesuatu tentang runway harus sangat diperhatikan, mulai dari bahan, panjang, lebar, sudut kemiringan, dan lain sebagainya serta harus dibuatkan laporannya dan diinformasikan pada pihak-pihak yang memerlukan. Tentu saja hal ini guna menunjang salah satu prinsip utama dalam penerbangan yaitu safety.

Panjang runway juga diatur dalam peraturan. Persyaratan panjang runway dapat beragam tergantung pada jenis pesawat udara dan geografis setempat. Penting juga untuk memastikan bahwa panjang runway yang tersedia memadai bagi pesawat udara kritis (tidak harus selalu beroperasi pada bobot maksimum take-off) yang dilayani bandar udara tersebut. Tentu saja semakin besar pesawat yang digunakan, maka panjang landasan pun harus dibuat semakin panjang. Biasanya hubungan antara runway dan jenis pesawat dapat bersifat timbal-balik, yang artinya, jenis pesawat digunakan untuk menentukan panjang runway, begitupun sebaliknya, karena keterbatasan geografis setempat, panjang dan jenis runway pun dapat dijadikan patokan bagi jenis pesawat yang akan digunakan untuk bandar udara di daerah tersebut.

Pada runway, hal yang juga penting untuk diperhatikan adalah marka dan penerangan. Dalam Keputusan Menteri 48 Tahun 2002 juga dijelaskan bahwa marka dan penerangan merupakan fasilitas alat bantu pendaratan visual pada runway. Dalam peraturan dibahas lebih rinci mengenai aturan-aturan marka dalam landasan dan bagaimana kriteria penerangan yang harus dipenuhi dalam suatu runway. Maka itu sangat penting untuk melihat pedoman-pedoman dan aturan yang mengatur tentang runway dan batasan-batasannya.

Dalam KM 47 tahun 2002 tentang sertifikasi Operasi Bandar Udara disebutkan item atau fasilitas-fasilitas yang ada pada Sisi Udara meliputi:

a. Fasilitas Landas Pacu (Runway) adalah faslitas yang berupa suatu perkerasan yang disiapkan untuk pesawat melakukan kegiatan pendaratan dan tinggal landas. Elemen dasar runway meliputi perkerasan yang secara struktural cukup untuk mendukung beban pesawat yang dilayaninya, bahu runway, runway strip, landas pacu buangan panas mesin (blast pad), runway end safety area (RESA) stopway, clearway. Kelengkapan data yang merupakan aspek penilaian meliputi Runway designation / number / azimuth yang merupakan nomor atau angka yang menunjukkan penomoran landas pacu dan arah kemiringan landas pacu tersebut. Data ini merupakan data yang telah ditetapkan sejak awal perencanaan dan pembangunan bandar udara. Bagian berikutnya adalah dimensi landas pacu yang meliputi panjang dan lebar landas pacu. Panjang landas pacu dipengaruhi oleh pesawat kritis yang dilayani, temperatur udara sekitar, ketinggian lokasi, kelembaban bandar udara, kemiringan landas pacu, dan karakteristik permukaan landas pacu. Fasilitas Landas Pacu ini mempunyai beberapa bagian yang masing-masingnya mempunyai persyaratan tersendiri.1) Runway Shoulder/ bahu landas pacu adalah area pembatas pada akhir tepi perkerasan runway yang dipersiapkan menahan erosi hembusan jet dan menampung peralatan untuk pemeliharaan dan keadaan darurat serta untuk penyediaan daerah peralihan antara bagian perkerasan dan runway strip.2) Overrun mempunyai bagian meliputi clearway dan stopway. Clearway adalah suatu daerah tertentu pada akhir landas pacu tinggal landas yang terdapat di permukaan tanah maupun permukaan air dibawah pengaturan operator bandar udara, yang dipilih dan diseleksi sebagai daerah yang aman bagi pesawat saat mencapai ketinggian tertentu yang merupakan daerah bebas yang disediakan terbuka diluar blast pad dan untuk melindungi pesawat saat melakukan manuver pendaratan maupun lepas landas. Stopway adalah suatu area tertentu yang berbentuk segiempat yang ada di permukaan tanah terletak di akhir landas pacu bagian tinggal landas yang dipersiapkan sebagai tempat berhenti pesawat saat terjadi pembatalan kegiatan tinggal landas. Aspek yang diperhatikan dalam penilaian kelayakan operasional meliputi dimension (panjang dan lebar), kemiringan memanjang (Longitudinal slope), kemiringan melintang (Transverse Slope), jenis perkerasan (Surface Type), dan kekuatan (Strength).3) Turning area adalah bagian dari landas pacu yang digunakan untuk lokasi pesawat melakukan gerakan memutar baik untuk membalik arah pesawat, maupun gerakan pesawat saat akan parkir di apron. Standar besaran turning area tergantung pada ukuran pesawat yang dilayaninya.4) Longitudinal slope adalah kemiringan memanjang yang didapatkan dari hasil pembagian antara ketinggian maksimum dan minimum garis tengah sepanjang landas pacu. Dengan alasan ekonomi, dimungkinkan adanya beberapa perubahan kemiringan di sepanjang landas pacu dengan jumlah dan ukuran yang dibatasi oleh ketentuan tertentu.5) Transverse Slope adalah kemiringan melintang landas pacu yang harus dapat membebaskan landas pacu tersebut dari genangan air.6) Jenis perkerasan landas pacu terdiri dari dua jenis yaitu perkerasan lentur (flexible) dan perkerasan kaku (rigid).7) Kondisi permukaan landas pacu juga merupakan bagian penting dari landas pacu yang meliputi kerataan, daya tahan terhadap gesekan (skid resistance) dan nilai PCI. Kekuatan landas pacu juga tergantung pada jenis pesawat, frekuensi penerbangan dan lalu lintas yang dilayani.8) Kekuatan perkerasan landas pacu adalah kemampuan landas pacu dalam mendukung beban pesawat saat melakukan kegiatan pendaratan, tinggal landas maupun gerakan manuver saat parkir atau menuju taxiway. Perhitungannya mempertimbangkan karakteristik pesawat terbesar yang dilayani, lalu lintas penerbangan, jenis perkerasan, dan lainnya.9) Runway strip adalah luasan bidang tanah yang menjadi daerah landas pacu yang penentuannya tergantung pada panjang landas pacu dan jenis instrumen pendaratan (precission aproach) yang dilayani. 10) Holding bay adalah area tertentu dimana pesawat dapat melakukan penantian, atau menyalip untuk mendapatkan efisiensi gerakan permukaan pesawat.11) RESA (Runway End Safety Area). RESA adalah suatu daerah simetris yang merupakan perpanjangan dari garis tengah landas pacu dan membatasi bagian ujung runway strip yang ditujukan untuk mengurangi resiko kerusakan pesawat yang sedang menjauhi atau mendekati landas pacu saat melakukan kegiatan pendaratan maupun lepas landas. Aspek yang diperhatikan dalam penilaian kelayakan operasional meliputi dimension (panjang dan lebar), kemiringan memanjang (Longitudinal slope), kemiringan melintang (Transverse Slope), jenis perkerasan (Surface Type), dan kekuatan (Strength).12) Marka landas pacu yang meliputi Runway designation marking, Threshold marking, Runway centre line markin, Runway side stripe marking, Aiming point marking, Touchdown zone marking, dan Exit guidance line marking. Tiap-tiap bagian mempunyai persyaratan teknis tertentu agar dapat memberikan kinerja operasional yang handal.

b. Fasilitas penghubung landas pacu (Taxiway). Taxiway adalah bagian dari fasilitas sisi udara bandar yang dibangun untuk jalan keluar masuk pesawat dari landas pacu maupun sebagai sarana penghubung antara beberapa fasilitas seperti aircraft parking position taxiline, apron taxiway, dan rapid exit taxiway. Exit taxiway perlu dirancang untuk meminimasi waktu penggunaan runway yang diperlukan oleh pesawat yang mendarat. Rapid end taxiway yang terletak di bagian ujung landas pacu dirancang dengan sudut kemiringan 250 hingga 450 dari sudut landas pacu untuk digunakan oleh pesawat keluar meninggalkan runway dalam kecepatan tinggi. Taxiway harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan jarak antara terminal dan bagian ujung landas pacu. Exit taxiway atau turnoff adalah jenis taxiway yang diletakkan menyudut pada beberapa bagian dari landas pacu sebagai sarana bagi pesawat untuk dengan segera meninggalkan runway sehingga runway bisa dengan cepat digunakan lagi oleh pesawat lainnya. Lebar taxiway sebesar 30 m dengan lebar bahu 10 m untuk mengamankan mesin dari pesawat yang lebih besar. Kemiringan memanjang dan melintang taxiway dirancang untuk menghindarkan taxiway dari bahaya banjir akibat hujan selain penempatan lubang in let drainase tiap 50 m panjang. Data-data yang diperhatikan dalam verifikasi Taxiway meliputi Taxiway designation, Dimension (length, width), Longitudinal slope, Transverse Slope, Surface Type, Strength dan Taxiway marking yang antara lain Taxiway centre line marking, Runway holding position marking, dan Taxiway edge marking.

c. Fasilitas Pelataran parkir pesawat udara (Apron) adalah fasilitas sisi udara yang disediakan sebagai tempat bagi pesawat saat melakukan kegiatan menaikkan dan menurunkan penumpang, muatan pos dan kargo dari pesawat, pengisian bahan bakar, parkir dan perawatan pesawat. Apron merupakan bagian bandar udara yang melayani terminal sehingga harus dirancang sesuai dengan kebutuhan dan karakteritik terminal tersebut. Beberapa pertimbangannya antara lain : 1) Menyediakan jarak paling pendek antara landas pacu dan tempat pesawat berhenti.2) Memberikan keleluasaan pergerakan pesawat untuk melakukan manuver sehingga mengurangi tundaan.3) Memberikan cukup cadangan daerah pengembangan yang dibutuhkan jika nantinya terjadi peningkatan permintaan penerbangan atau perkembangan teknologi pesawat terbang.4) Memberikan efisiensi, keamanan, dan kenyamanan pengguna secara maksimum.5) Meminimalkan dampak lingkungan.

Selain dari pada itu perancangan apron juga terkait dengan sistem terminal yang digunakan oleh bandar udara bersangkutan yang terdiri dari terminal konsep tunggal, konsep linier, konsep dermaga, konsep satelit, konsep transporter dan konsep campuran. Aspek yang diperhatikan dalam kegiatan verifikasi penilaian kelayakan operasional meliputi dimension (panjang dan lebar), kemiringan memanjang (Longitudinal slope), kemiringan melintang (Transverse Slope), jenis perkerasan (Surface Type), dan kekuatan (Strength) dan Apron marking yang antara lain Apron edge marking, Apron guidance marking, Parking stand position marking. GSE (Ground Support Equipment). Fasilitas ini adalah suatu area yang disediakan sebagai tempat lalu lintas peralatan penunjang pendaratan dan penerbangan yang terletak diantara apron dan teminal penumpang. Luasannya dipengaruhi oleh jenis pesawat yang dilayani dan jumlah serta jenis peralatan pendaratan dan penerbangan yang dipersyaratkan untuk menunjang kinerja operasional bandar udara tersebut. Aspek yang diperhatikan dalam penilaian kelayakan operasional meliputi dimension (panjang dan lebar), kemiringan memanjang (Longitudinal slope), kemiringan melintang (Transverse Slope), jenis perkerasan (Surface Type), dan kekuatan (Strength).

d. Fasilitas Obstruction Restriction. Fasilitas ini dioperasikan berdasarkan jenis runway yang ada yang dibedakan menjadi tiga klasifikasi yaitu non-instrument, nonprecision approach, dan precision approach category. Item fasilitas yang diatur standar teknis opersionalnya meliputi kemiringan dan ketinggian Conical surface and dimension, ketinggian dan radius inner horizontal, jarak dari threshold, panjang dan kemiringan (slope) inner approach, panjang dari batas dalam runway, jarak dari threshold yang dibedakan menjadi bagian pertama, bagian kedua dan bagian horisontal. Ada pula kemiringan transisi, dan balked landing surface.

e. Fasilitas Drainase merupakan salah satu bagian dari fasilitas sisi udara yang penting untuk memastikan keamanan daerah sisi udara saat terjadinya perubahan cuaca. Perhitungan drainase sisi udara mengacu pada aturan perhitungan drinase pada umumnya hanya saja dalam perencanaannya diupayakan agar saluran drainase yang dibuat dapat dirancang sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pengoperasian fasilitas yang lain.

Selain itu, terdapat persyaratan teknis pengoperasian fasilitas sisi udara terhadap runway / landas pacu:

A. Runway designation/number/azimuth.Penomoran pada landas pacu harus dilengkapi dalam membantu pergerakan pesawat yang akan melintas. Pedoman azimuth harus diperhatikan mulai dari pangkal garis tengah runway pesawat, jadi sinyal harus dapat terlihat dari cockpit pesawat oleh pilot dari arah kanan dan kiri kursinya pada saat pergerakan pesawat. Unit pedoman azimuth harus dilengkapi pedoman kedua-duanya kiri/kanan sehingga pilot dalam mendapatkan garis yang dipergunakan untuk take-off dan/atau landing tidak menimbulkan kontrol yang berlebihan. Pedoman azimuth ditandai dengan warna putih dalam bentuk 2 angka atau kombinasi 2 angka dan satu huruf tertentu yang ditulis di runway sebagai identitas runway.

B. Dimention (length, width).Panjang landas pacu harus memadai untuk memenuhi keperluan operasional pesawat sebagai mana runway yang dikehendaki. Menentukan panjang runway / ARFL adalah: panjang runway yang diperhitungkan pabrik untuk menunjang pesawat yang akan mendarat.Tergantung dari :

a. Ketinggian Altitude, ARFL bertambah 7% setiap kenaikan 300m dari permukaanlaut, Fe= 0.007 (h/300)Dimana Faktor Koreksi Elevasi (Fe) ; Aerodrome Elevasi (h).

b. Temperatur, ARFL bertambah 1% setiap kenaikan 1C, FT = 0,01(T- 0,0065 h)Dimana Faktor Temperatur (FT) ; Temperatur Aerodrome Elevasi (T).

c. Kemiringan landas pacu, ARFL bertambah 10% setiap pertambah kemiringan Fs = 0,1 x SDimana Faktor Koreksi kemiringan (Fs) ; kemiringan (S).

Rumus yang dapat digunakan untuk mendapatkan Panjang runway dibutuhkan (terkoreksi):

Panjang runway dibutuhkan (terkoreksi) = ARFL x Fe x Ft x FsLebar landas pacu (runway) haruslah tidak kurang dari ketentuan yang dipakai

Catatan : 1a.Lebar runway dapat dikurangi hingga 15 m atau 10 m tergantung dari luas yang dibatasi pada pesawat jenis kecil / small aeroplane.2. Pengoperasian yang diijinkan untuk pesawat landing atau take off dimana lebar runway harus lebih kecil atau lebih panjang daripada minimum lebar yang sesuai dengan code letter pesawat.

BAB IIISTUDI KASUS3.1. Sriwijaya Air Tergelincir di JambiPesawat yang tergelincir merupakan pesawat jenis Boeing 737-200 dapat terlihat pada gambar disamping.Jambi (ANTARA News) Pesawat Sriwijaya Air yang tergelincir ke luar landasan saat mendarat di Bandara Sultan Thaha Jambi Rabu sore sekitar pukul 16:45 WIB, karena hidrolik rem kurang berfungsi.Kepala Devisi Teknik PT Angkasapura Bandara Sultan Thaha Jambi, Dedi Setiono kepada pers, mengatakan, penyebab tergelincirnya pesawat Sriwijaya dengan No PKCJG-SJ062 itu untuk sementara diperkirakan karena rem kurang berfungsi. Pesawat Sriwijaya dengan kapten pilot Sujana yang membawa 123 penumpang dari Jakarta itu ketika mendarat sedang hujan lebat. Akibat kurang berfungsi rem pesawat terperosok ke luar landasan sekitar 200 meter atau ke lahan pertanian sayur-mayur warga setempat.Setelah diselidiki lebih lanjut, Pesawat Sriwijaya Air jurusan Jakarta-Jambi dengan nomor penerbangan FJ 602 tergelincir di Bandara Sultan Thaha, Jambi. Diduga hal ini terjadi karena hujan deras yang terjadi. Tadi ada hujan deras 1 jam, airportnya licin. Pesawat saat landing sampai keluar landasan, kata seorang petugas Sriwijaya Air di Jambi yang enggan disebutkan namanya lewat telepon, Rabu ( 27/8/2008 ). Menurutnya peristiwa itu terjadi sekitar pukul 16.40 WIB. Dia menjelaskan, pesawat tergelincir hingga sampai ke sawah yang berada di luar area bandara. Landasannya memang pendek. Dan saya dapat informasinya seorang petani terluka, kakinya patah. Tapi silakan cek lagi ke bandara, tandasnya.Meski tidak ada korban jiwa penumpang, namun tiga petani yang sedang berada di pondok menjadi korban, satu di antaranya kritis. Akibat tergelincir pesawat jenis Boeing 737 seri 200 tersebut mengalami kerusakan sayap sebelah kanan dan satu mesin jatuh. Sementara itu Kapolda Jambi Brigjen Pol Budi Gunawan SH yang hadir di lokasi pesawat tergelincir di bandara tersebut, mengatakan, pihaknya akan menyelidiki penyebab kejadian tersebut. Kami akan menyelidiki kasus tersebut bekerjasama dengan Departemen Perhubungan. Saya belum bisa menyimpulkan kejadian apakah faktor kelalaian atau masalah tekniks, ujarnya.(*)Pada Rabu, 27/08/2008 20:28 WIB Pesawat Sriwijaya Sedang Dievakuasi, Bandara Jambi Masih Ditutup hingga pukul 20.20 WIB, proses evakuasi pesawat Sriwijaya Air Boeing 737-200 (PK-CYG) yang tergelincir di Bandara Sultan Thaha Jambi masih dilakukan. Bandara masih tertutup untuk pendaratan dan penerbangan pesawat. Sekarang bandara masih dinyatakan tertutup, pesawat masih dalam proses evakuasi, kata Corporate Secretary PT Angkasa Pura (AP) II Sudaryanto kepada detikcom, Rabu ( 27/8/2008 ).Data dari AP II, pesawat Sriwijaya tujuan Jakarta-Jambi mengalami pendaratan melewati batas (overrun) sekitar pukul 16.34 WIB. Begitu ada kecelakaan pesawat tersebut, bandara langsung dinyatakan tertutup sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pesawat ini membawa 125 penumpang dan 6 awak dari Jakarta. Saat mendarat, runway dalam keadaan basah dan licin. Begitu mendarat, pesawat tergelincir dan masuk ke dalam sawah. KNKT akan melakukan investigasi terhadap kecelakaan ini.3.2. Tanggapan Pihak Berwajib mengenai Penyebab Terjadinya Kecelakaan3.2.1. Investigasi Sriwijaya Air oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tak Makan Waktu Lama

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menginvestigasi peristiwatergelincirnya pesawat Sriwijaya Air jurusan Jakarta-Jambi dengan nomor pesawatSJ O62-B 737-200 di Bandara Sultan Thaha, Jambi, Rabu (27/8/2008). Tim investigasi dan KNKT yang terdiri dari tiga orang berangkat hari ini.Hari ini berangkat ke Jambi. Ketua KNKT Tatang Kurniadi, investigator Kapten Prita beserta Sekretaris KNKT Saptandri, ujar juru bicara KNKT JA Barata pada detikcom, Kamis ( 28/8/2008 ). Kami baru mau berangkat sekarang, soalnya semalam tidak ada pesawat yang berangkat ke sana, ujarnya.JA Barata mengungkapkan bahwa investigasi ini tidak akan memakan waktu yang cukup lama seperti peristiwa jatuhnya Adam Air. Tergantung kesulitannya, tergantung semua unsur di lapangan juga, tambahnya. Data dari PT Angkasa Pura II, pesawat Sriwijaya tujuan Jakarta-Jambi mengalami pendaratan melewati batas (overrun) sekitar pukul 16.34 WIB. Begitu ada kecelakaan pesawat tersebut, bandara langsung dinyatakan tertutup sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Pesawat ini membawa 125 penumpang dan 6 awak dari Jakarta. Saat mendarat, runway dalam keadaan basah dan licin. Begitu mendarat, pesawat tergelincir dan masuk ke dalam sawah. Seorang petani, istri dan anaknya yang sedang di sawah terluka akibat kecelakaan ini.Pesawat Sriwijaya Air saat mendarat tergelincir hingga melewati batas landasan bandara hingga mencapai 250 meter. Kecelakaan itu mengakibatkan enam orang penumpang, dua pramugari, dan tiga petani cedera. Ketiga petani yang sedang berisitirahat di sekitar lokasi luka akibat terseruduk pesawat.Humas Sriwijaya Air, Charles An, menampik tudingan bahwa kondisi pesawat kurang bagus saat diterbangkan. Menurutnya pesawat yang diproduksi tahun 1986 itu masih sangat layak, begitu juga dengan kapten pilotnya, memiliki pengalaman terbang cukup. Namun Charles tidak bisa memastikan apa yang menjadi penyebab kecelakaan pesawat itu. Masih perlu dilakukan investigasi, kata Charles. Hari ini KNKT dan pihak Sriwijaya Air akan melakukan penyelidikan penyebab kecelakaan pesawat itu, tambahnya.3.2.1. Kecelakaan, Dampak Perawatan Pesawat yang Hanya Formalitas menurut Departemen Perhubungan (Dephub)Departemen Perhubungan (Dephub) harus melakukan pengecekan perawatan pesawat dengan teliti dan tidak hanya sekadar formalitas prosedural. Hal itu dikatakan pengamat penerbangan Dudi Sudibyo saat dihubungi Kompas.com, Kamis (28/8). Beberapa kecelakaan pesawat yang terjadi di Indonesia bisa dicegah bila pengecekan pesawat yang dilakukan Dephub melalui petugas yang dipilih dari masing-masing maskapai bekerja efektif, tutur Dudi.Dudi pun menilai, kecelakaan pesawat Sriwijaya Air yang tergelincir di Bandara Sultan Thaha, Jambi, akibat perawatan yang tak maksimal. Pesawat 737-200 itu kan generasi pertama dari jenis 737, ya umurnya memang sudah uzur, tapi itu kan karena enggak pernah dirawat dengan layak, tegasnya.Ia menjelaskan, ada dua faktor yang berperan, yakni setiap petugas yang seharusnya melaporkan kelayakan pesawat dapat mempertanggungjawabkan laporannya. Selain itu, petugas yang mengecek dari Dephub seharusnya tak hanya memeriksa laporan, tetapi juga harus mengecek langsung pesawat. Yang terjadi saat ini kan tidak seperti itu, pengecekan hanya formalitas tanda tangan laporan. Ini seharusnya menjadi masukan bagi Dephub untuk meningkatkan pengawasan perawatan pesawat, tuturnya.Faktor sumber daya manusia, yakni meningkatkan kesejahteraan petugas, juga perlu diperhatikan, terutama petugas dari maskapai yang ditunjuk Dephub. Integritas untuk tidak dengan mudah memperjualbelikan laporan juga penting. Kan kalau sudah diamplop kelihatan laporan itu, kayak tulisan wartawan yang dikasih amplop gitu, jelasnya.3.2.2. Tergelincir di Bandara Jambi menurut Menhub (Menteri Perhubungan): Sriwijaya Air Agak Tua

Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal mengatakan pesawat Sriwijaya Air yang tergelincir di Bandara Sultan Thaha, Jambi memang agak tua. Usia pesawat di atas 20 tahun. Itu memang agak tua. Sesuai dengan Kepmen nomor 5 tahun 2006 usia pesawat harusnya paling tinggi 20 tahun. Jadi antisipasi saja supaya perawatannya lebih baik, kata Jusman.Hal ini disampaikan Jusman sebelum menghadiri sidang kabinet di Istana Negera, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis ( 28/8/2008 ). Dikatakan dia, ketua KNKT dan DSKU bersama dengan timnya hari ini datang ke Jambi untuk melakukan pemeriksaan. KNKT bertugas memeriksa penyebab kecelakaan. Sedangkan DSKU melihat apa yang sesungguhnya terjadi di sana.Kemarin saya sudah berbincang dengan Dirut Sriwijaya Air. Kata dia penyebab utamanya over run. Jadi pilot tidak bisa berhasil menghentikan pesawat sehingga melebihi landasan pacu, ujarnya. Namun demikian, Jusman belum dapat memastikan penyebab kecelakaan tersebut akibat human error. Katanya remnya tidak berfungsi? Ada yang bilang hidrolik-nya tidak berfungsi sehingga tidak bisa ngerem, sahut dia.Jusman memastikan kecelakaan itu tidak terkait dengan pendeknya landasan. Dalam waktu dekat hasilnya akan segera kita ketahui, kata Jusman.Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor pesawat O62-B 737 lepas landas dari Jakarta sekitar pukul 15.35 WIB dan mendarat di Sultan Thaha, Jambi sekitar pukul 16.34 WIB. Saat mendarat, runway dalam keadaan basah dan licin. Pesawat dengan total 125 penumpang dan 6 awak pesawat tergelincir dan masuk ke dalam sawah. Beruntung, semuanya selamat.3.3. Tanggapan Pihak Sriwajaya Air mengenai Penyebab Terjadinya Kecelakaan3.3.1. Kecelakaan Sriwijaya Air Bukan karena Rem RusakPada Kamis, 28 Agustus 2008 | 12:33 WIB, laporan wartawan kompas Haryo Damardono menuliskan; Wakil Presiden Sriwijaya Air Harwick Lahunduitan menduga, kecelakaan yang menimpa pesawat Boeing 737-200 dengan registrasi PK-CJG, Rabu (27/8) di Jambi, bukan disebabkan rem rusak. Bila kecelakaan disebabkan rem rusak, maka jatuhnya korban lebih banyak sebab over run pesawat itu dari ujung landasan pacu lebih jauh lagi, ujar Harwick, Kamis di Jakarta.Meski demikian, Harwick belum dapat memastikan penyebab kecelakaan. Dia menegaskan masih menunggu investigasi dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi dan investigasi internal Sriwijaya Air yang sudah berangkat ke Jambi, tadi pagi. Harwick mengutip pendapat penumpang Sriwijaya SJ 062 bahwa pesawat itu tidak mendarat dengan keras atau hard landing meski saat pendaratan cuaca gerimis.Dia juga mengatakan, angin tidak bertiup dari arah belakang pesawat, melainkan dari arah depan. Jarak pandang di Bandara Sultan Thaha mencapai delapan kilometer. Menurut Harwick, pilot Sriwijaya SJ 062, Capt Moh Basuki, mempunyai jam terbang di atas 10.000 jam dan kopilot Eri Radianto memiliki terbang di atas 5.000 jam. Jadi seharusnya tidak ada masalah dengan kemampuan mereka, ujarnya.3.3.2. Sriwijaya Air Klaim Pesawat Masih Layak TerbangJuru bicara Sriwijaya Air, Charles An mengatakan bahwa kondisi pesawat Sriwijaya Air dengan nomor lambung SJ 062 Boeing 737-200 masih layak terbang. Kondisi pesawat masih sangat layak terbang, selama ini belum pernah ada masalah, pemeriksaan rutin selalu kami lakukan, katanya saat dihubungi Tempo lewat jaringan telepon, Rabu ( 27/8 ).Pesawat Sriwijaya Air itu tergelincir saat akan melakukan landing di Dermaga Sultan Thaha Jambi, akibatnya 11 orang dilarikan ke rumah sakit. Charles mengaku belum mengetahui pasti penyebab kecelakaan itu, Masih perlu dilakukan investigasi oleh KNKT untuk mengetahui pasti penyebab kecelakaan itu, ujarnya.Namun Charles memastikan bahwa kondisi pesawat yang diproduksi pada tahun 1986 itu, termasuk rem pesawat, berfungsi dengan baik. Kalau kondisi pesawat, atau remnya tidak berfungsi dengan baik tidak akan kami terbangkan, katanya.Kapten pilot, Mohammad Basuki (35), menurut Charles, juga telah memiliki pengalaman terbang yang cukup. Pilot bagus, dia sudah punya ribuan jam terbang, katanya. Saat pesawat melakukan landing, kondisi cuaca kurang mendukung. Berdasarkan laporan, saat itu sedang gerimis, habis hujan, ujar Charles.Pihak Sriwijaya akan menanggung semua pengobatan korban kecelakaan itu. Seluruh penumpang selamat, mereka juga sudah ditanggung asuransi, ujar Charles. Charles mengakui bahwa kecelakaan itu juga menyebabkan petani mengalami luka-luka. Katanya patah kaki, kami akan tanggung semua biaya pengobatan, termasuk biaya pengobatan orang itu (petani), tambahnya.Charles menyayangkan keberadaan sejumlah petani di sekitar lokasi landasan. Seharusnya 3 kilometer dari lokasi landasan adalah clear area, dan mereka hanya beberapa meter saja, katanya.3.4. Dampak3.4.1. Petani Korban Kecelakaan Sriwijaya Air KritisJambi (ANTARA News) Seno (50) seorang petani yang sedang bekerja di ladang menjadi korban kecelakaan tergelincirnya pesawat Sriwijaya Air di Bandara Sultan Thaha Jambi kondisinya hingga Rabu malam kritis dirawat di RS Asia Medika Jambi. Pantauan ANTARA News dari RS Asia Medika Jambi, menunjukkan kondisi Seno kini sedang menjalani operasi akibat luka pada bagian kepala, patah tangan dan kaki.Humas Rumah Sakit Asia Medika Jambi, Hendra Novera, Kamis (28/8) mengakui, amputasi kaki kiri dan tangan kanan korban terpaksa dilakukan tim medis untuk menyelamatkan jiwa korban. Tim medis RS Asia Medika yang menangani para korban pesawat Sriwijaya Air jenis Boeing 737-200 dengan register PKCJG dan nomor penerbangan SJ 062 itu telah melakukan tindakan amputasi itu pada Kamis (28/8) pagi setelah mendapat persetujuan dari keluarga korban.Sementara isteri korban Pasri (40) hanya mengalami luka ringan di bagian kepala, sedangkan anaknya bernama Rahmat Sadikin (4 tahun) juga mengalami luka parah masih dalam perawatan intensif di ruangan ICU rumah sakit tersebut. Saat kejadian pesawat tergelincir itu mereka sedang mencuci sayur hasil panen di lahan kebun sayur berjarak 200 meter dari landasan pacu bandara sepanjang 2.200 meter itu.Kami anak beranak terkejut dan sulit menghindari ketika pesawat tergelincir itu mengarah kepada kami, ungkap Pasri, isteri korban.Selain ketiga korban, rumah sakit tersebut masih merawat 13 penumpang atau rawat inap korban karena mengalami luka-luka. Sedangkan 13 penumpang lainnya sudah diperbolehkan pulang ke rumah atau berobat jalan. Semua korban yang mengalami luka-luka adalah warga Jambi.Kepala Bandara Sultan Thaha Jambi, Basuki Mardianto setelah membesuk para korban di rumah sakit tersebut, mengatakan sehari sebelum kejadian itu, pihaknya telah mengumpulkan ratusan warga yang memanfaatkan areal bandara sekitar landasan untuk bercocok tanam agar meninggalkan lahan itu. Sebab selain membahayakan keselamatan penerbangan, juga berbahaya bagi mereka sendiri.Akhirnya kan terbukti petani satu keluarga tersebut terkena musibah, meskin musibah itu tidak kita inginkan, ujarnya. Pengelola Bandara Sultan Thaha dengan kejadian itu terpaksa merelokasi semua warga yang bercocok tanam di lahan sekitar landasan dengan berkoordinasi dengan Pemkot Jambi.Dalam kejadian itu sekitar pukul 16:30 Wib, Seno bersama istrinya Pasri (45) dan anaknya Rahmad Sholikin (4) yang mengalami luka akibat patah tangan dan kaki dalam musibah itu, sedang berteduh di dalam podok sebelum kejadian. Pasri istri Seno kepada wartawan mengatakan, saat kejadian sedang di dalam pondok menunggu berhentinya hujan deras, namun tiba-tiba saat mendarat pesawat Sriwjaya Air meluncur ke luar landasan mereka terkejut dan tidak bisa menghindar.Kejadian itu sangat tiba-tiba dan mengejutkan sehingga kami tidak bisa menyelamatkan diri dan suasana menjadi ramai, kata Pasri yang berada di ruangan Unit Gawat Darurat RS Asia Medika Jambi didampingi keluarganya. Sampai berita ini diturunkan kondisi satu keluarga petani sayur yang berada di dekat lokasi bandara tempat kejadian kecelakaan itu sedang menjalani perawatan intensif.Jumlah korban yang mengalami cidera ringan dan berat di rawat di RS Asia Medika Jambi tercatat 18 orang terdiri dari tiga orang petani setempat, selebihnya penumpang dan pramugari pesawat Sriwijaya Air. Berikut ini nama-nama korban yang cidera dan mendapakan perawatan di rumah sakit setempat adalah Putri Mei Indrayana (21), Lady (32) keduanya pramugari. Kapten pilot Sujana juga dalam keadaan baik, Lalu Makoto (48), Didin Rasidin (53), Ambo Upak (29), Binyan A (37), Nirwan Yahya (45), Eko Feriana (45), Susilo (49), Safrizal (41), Nasrina (27), Hutagalung (27), Sukardi (52), Bambang (37) dan Sholikin (37) semuanya penumpang dari Jambi. Untuk penumpang yang tidak mengalami cidera setelah mendapatkan pemeriksaan petugas medis, sudah diperbolehkan pulang kembali ke rumahnya masing-masing.3.4. Penanggulangan Akibat Kecelakaan oleh Sriwijaya AirSriwijaya Air Tanggung Semua Biaya Korban, Manajemen Sriwijaya Air menjamin semua biaya perawatan penumpang maupun keluarga petani yang di rawat RS Asia Medika, Jambi. Mereka adalah korban musibah terperosoknya pesawat jenis Boeing 737-200 dengan nomor register PK-CJG dan nomor penerbangan SJ 062, pada Rabu (27/8), di Bandara Sultan Thaha, Jambi.Kami merasa prihatin atas kejadian itu dan semua biaya perawatan, serta biaya hidup dan pendidikan anak keluarga Seno (50), petani yang menjadi korban musibah itu ditanggung Sriwijaya, kata Direktur Utama Sriwijaya Air, Chandra Lie, usai menjenguk korban di RS Asia Medika, Kamis (28/8).Dalam insiden tersebut, pesawat yang tergelincir terperosok ke kebun sayur dan menabrak tiga orang yang tengah berkebun, masing-masing Seno serta istrinya, Pasri (40) dan anaknya Rahmat Sadikin (4). Kaki kiri dan tangan kanan Seno terpaksa harus diamputasi karena luka remuk yang cukup parah. Sementara Pasri dan Rahmat luka parah dan masih mendapatkan perawatan intensif di RS Asia Medika, Jambi. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Namun, selain tiga korban tersebut, sebanyak 26 orang penumpang dirawat di rumah sakit yang sama karena terluka.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Bandar Udaraadalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.2. Pengertian Landas pacu / Runway adalah sepetak lahan yang digunakan olehpesawat terbanguntuklepas landas ataupendaratanyang dapat berupa aspal atau rumput, dengan memperhatikan berbagai ketentuan dalam pembuatannya, antara lain:a) Runway Shoulder/ bahu landas pacub) Overrun mempunyai bagian meliputi clearway dan stopwayc) Turning aread) Longitudinal slopee) Transverse Slopef) Jenis perkerasan landas pacug) Kondisi permukaan landas pacuh) Kekuatan perkerasan landas pacui) Runway stripj) Holding bayk) RESA (Runway End Safety Area)l) Marka landas pacu3. Dari Studi kasus mengenai kecelakaan pesawat Sriwijaya Air dengan No PKCJG-SJ062, dapat disimpulkan penyebab kecelakaan diakibatkan oleh: Landasan pacu / runway yang pendek Terjadinya Overrun, terdapat daerah pemukiman disekitar daerah Bandar udara. Kondisi permukaan landas pacu yang licin, menyebabkan tergelincirnya pesawat keluar dari landasan pacu yang kebetulan pendek pada Bandar udara tersebut.

4.2. Saran Pembangunan letak Bandar udara pada suatu kota haruslah memperhatikan daerah pemukiman penduduk disekitarnya. Sehingga seandainya terjadi kecelakaan pesawat tidak menambah korban jiwa terhadap penduduk sekitar. Dalam pembuatan landasan pacu / runway haruslah mengikuti semua ketentuan yang berlaku sesuai standart nasional dan internasional, sehingga meminimalkan kecelakaan pada saat pengoperasian pesawat.

DAFTAR PUSTAKA

Indonesian Aviation Law No. 1 Year 2009.Martono, H.K. 2013. Current Air Transport Regulations in Indonesia.Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 39 Tahun 2015 tentang Standar Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual of Standard CASR-Part 139) Volume 1 Bandar Udara (Aerodromes).Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/77/VI/2005 tentang Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara.Undang Undang No. 1 Tentang Penerbangan dan PM.69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional.bandara.web.id/pengertian-landasan-pacu.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Landas_pacuhttp://www.knowmad.com/wp-content/uploads/2012/05/202-LuklaRunway.jpg

http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/44http://hubud.dephub.go.id/?id/page/detail/1956http://pkps.bappenas.go.id/attachments/article/1056/PP_NO_40_2012.PDFdetiknews.com antara.co.idkompas.com tempointeraktif.complanepictures.net.10