ke was pad a an universal
Post on 18-Dec-2014
33 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEWASPADAAN UNIVERSAL (UNIVERSAL PRECAUTION)
A. Kewaspadaan Universal
1. Pengertian Kewaspadaan Universal
Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal
Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari
cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari
pasien ke pasien lainnya (Dr. Akhmad Wiryawan, 2007). Menurut Prof. Dr.
Sulianti Saroso (2006) Kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan
baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien,
tanpa memperdulikan status infeksi.
Kewaspadaan Universal hendaknya dipatuhi oleh tenaga kesehatan
karena ia merupakan panduan mengenai pengendalian infeksi yang
dikembangkan untuk melindungi para pekerja di bidang kesehatan dan para
pasiennya sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit yang disebarkan
melalui darah dan cairan tubuh tertentu (Depkes RI, 2003).
2. Pelaksanaan Kewaspadaan Universal
Penerapan Kewaspadaan Universal merupakan bagian dari upaya
pengendalian infeksi di sarana pelayanan kesehatan yang tidak terlepas dari
peran masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya yaitu pimpinan termasuk
staf administrasi, staf pelaksana pelayanan termasuk staf penunjangnya dan
juga pengguna yaitu pasien dan pengunjung sarana kesehatan tersebut.
Penerapan Kewaspadaan Umum didasarkan pada keyakinan bahwa darah dan
9
cairan tubuh sangat potensial menularkan penyakit baik yang berasal dari pasien
maupun petugas kesehatan.
Adapun prinsip utama prosedur Kewaspadaan Universal dalam pelayanan
kesehatan adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan
dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 kegiatan
pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
(Depkes RI, 2003)
Perawat harus memiliki buku pedoman dalam menerapkan Kewaspadaan
Universal dalam upayanya untuk mencegah terjadinya infeksi silang. Buku
pedoman penerapan Kewaspadaan Universal dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan dan untuk membantu petugas kesehatan dalam mengurangi resiko
infeksi pada diri sendiri, pasien dan masyarakat. Perawat membantu
administrator dan manajer rumah sakit untuk membuat kebijakan pengendalian
infeksi berdasarkan bukti dalam dan panduan pelayanan yang seragam.
Memperluas penggunaan praktik dan prosedur yang dianjurkan serta mampu
melaksanakan, walaupun di lingkungan dengan sumber daya yang sangat
terbatas, memberikan landasan ilmiah untuk memperkuat prasarana
pencegahan infeksi yang telah ada.
Adapun prosedur dari Kewaspadaan Universal meliputi :
a. Cuci tangan atau permukaan kulit segera secara rata untuk mencegah
kontaminasi kuman pada tangan.
b. Pemakaian sarung tangan bila akan menjamah darah atau cairan tubuh lain
(cairan amnion, cairan peritoneal, cairan pleura, sekret sinovial, cairan
pericardial, cairan ketuban, dan cairan tubuh yang mengandung darah secara
kasat mata); bila menyentuh selaput mukosa dan kulit yang luka setiap
pasien; untuk menangani benda-benda atau permukaan yang dikotori oleh
darah atau cairan tubuh; atau untuk melaksanakan tindakan yang melibatkan
pembuluh darah atau tindakan invasif. Sarung tangan diganti untuk setiap
pasien dan cuci tangan segera setelah melepas sarung tangan.
c. Perlu ada perhatian khusus untuk mencegah kecelakaan tusuk jarum,
skalpel, dan alat tajam lainnya selama melaksanakan tindakan medis, pada
saat membawa, membersihkan atau membuang, untuk membengkokkannya,
mematahkan dengan tangan melepaskan dari semprit bekas dengan tangan.
Setelah dipakai maka benda tajam seperti jarum suntik dan semprit, skalpel,
pisau dan lain-lain, harus ditempatkan pada wadah yang tahan tusukan dan
letakkan di tempat yang mudah di jangkau. Jarum dan alat tajam yang
dipakai ulang ditaruh di dalam wadah yang tahan tusukan untuk dibawa
ketempat proses selanjutnya.
d. Masker dan pelindung mata, atau pelindung wajah dipakai untuk mencegah
pajanan pada mukosa mulut, hidung dan mata pada tindakan yang dapat
menimbulkan tetesan darah atau cairan tubuh lain yang mengharuskan
Kewaspadaan Universal.
e. Jubah atau celemek dipakai pada tindakan yang dapat menimbulkan percikan
atau tumpahan darah atau cairan tubuh yang mengharuskan penerapan
Kewaspadaan Universal.
f. Mouthpiece, resusitation bags, atau alat bantu nafas tersedia dan siap
digunakan sewaktu-waktu sebagai pengganti resusitasi mulut ke mulut di
tempat dimana resusitasi sering dilakukan.
g. Petugas kesehatan yang mempunyai luka basah atau luka mengucurkan
darah atau cairan harus menjauhi tugas perawatan langsung kepada pasien
atau menangani alat perawatan pasien sampai sembuh. Hal tersebut
ditekankan kembali untuk melindungi kedua belah pihak baik pasien ataupun
petugas itu sendiri.
h. Cara membawa linen dan bahan-bahan yang dikotori darah atau cairan tubuh
harus ditempatkan dalam kantong anti bocor.
i. Pengelolaan limbah medis dari lingkungan yang sesuai standar.
(Sulianti, 2007)
3. Komponen-komponen dan Pelaksanaan Kewaspadaan Universal
Komponen-komponen dari Kewaspaaan Universal yaitu :
a. Cuci Tangan
Mencuci tangan adalah prosedur kesehatan yang paling penting yang
dapat dilakukan oleh semua orang untuk mencegah penyebaran kuman.
Mencuci tangan adalah tindakan aktif, singkat dengan menggosok
bersamaan semua permukaan tangan yang bersabun, yang kemudian diikuti
dengan membasuhnya dibawah air hangat yang mengalir (Barbara, 2002).
Tujuannya adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel
dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba pada saat itu.
Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan
sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan
atau alat pelindung lain untuk menghilangkan atau mengurangi
mikroorganisme yang ada ditangan sehingga penyebaran penyakit dapat
dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.
Aspek terpenting dari mencuci tangan adalah pergesekan yang ditimbulkan
dengan menggosok tangan bersamaan mencuci tangan dengan sabun,
dengan air mengalir dan pergesekan yang dilakukan secara rutin.
Tiga cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
yaitu :
1) Cuci tangan higienik / rutin – mengurangi kotoran dan flora yang ada di
tangan dengan menggunakan sabun atau detergen.
2) Cuci tangan aseptik – sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan
menggunakan anti septik.
3) Cuci tangan bedah (surgical handscrub) – sebelum dilakukan tindakan
bedah cara aseptik dengan antiseptik dan sikap steril.
Pencucian tangan sangat penting dalam setiap lingkungan
perawatan kesehatan karena organisme transion dapat dengan mudah
dihilangkan sebelum pindah ke pasien lain. Pencucian tangan yang
efektif adalah 10-15 detik, tetapi akan dibutuhkan lebih banyak waktu
jika tangan tersebut terlihat kotor.
Beberapa jenis larutan antiseptik yang sering digunakan
diantaranya adalah Alkohol (etil/isopropil), Chlorhexedin (HibitaneR,
HibiscrubR), Hexachlorophen (pHisoHexR), Yodium/Yod + Alkohol, dan
Yodophor (BetadineR).
Gambar. 1 Prosedur Cuci Tangan (SPPI, 2008)b. Alat pelindung
Alat pelindung tubuh digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir
petugas dari resiko pajanan darah, semua cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit
yang tidak utuh dan selaput lendir pasien. Jenis tindakan yang dianggap
beresiko dan memerlukan penggunaan alat pelindung diri mencakup tindakan
rutin, tindakan bedah tulang, otopsi atau perawatan gigi yang menggunakan
bor dengan kecepatan putar yang tinggi.
Jenis-jenis alat pelindung yaitu :
1) Sarung tangan
2) Pelindung wajah / masker / kaca mata
3) Penutup kepala
4) Gaun pelindung ( baju kerja / celemek )
5) Sepatu pelindung
Gambar 2. Alat Pelindung (Depkes, 2003)
1) Sarung tangan
CDC (Williams, 1983) menyebutkan alasan mengenakan
sarung tangan adalah :
a) Mengurangi kemungkinan pekerja kontak dengan organisme infeksi
yang menginfeksi klien.
b) Mengurangi kemungkinan pekerja memindahkan flora endogen
mereka sendiri ke klien.
c) Mengurangi kemungkinan pekerja menjadi tempat kolonisasi
sementara mikroorganisme yang dapat dipindahkan pada klien lain.
Sarung tangan harus dipakai bilamana :
a) Akan terjadi kontak tangan pemeriksa dengan darah, cairan tubuh,
selaput lendir, atau kulit yang terluka.
Penutup kepala
Kaca Mata Masker
SarungTangan
Gaun Pelindung
SepatuPelindun
g
b) Akan melakukan tindakan medik invasif (pemasangan alat-alat
vaskular seperti intravena perifer).
c) Akan membersihkan sampah terkontaminasi atau memegang
permukaan yang terkontaminasi.
(Spiritia, 2004)
Sarung tangan mencegah penularan kuman patogen melalui
cara kontak langsung maupun tidak langsung. Ada 3 jenis sarung
tangan, yaitu :
a) Sarung tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif
atau pembedahan.
b) Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas
kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
c) Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses
peralatan menangani bahan-bahan terkontaminasi dan sewaktu
membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
(Depkes, 2003)
Yang dilakukan dan jangan dilakukan dalam pemakaian sarung
tangan :
a) Pakailah ukuran yang sesuai.
b) Gantilah sarung tangan secara berkala pada tindakan yang
memerlukan waktu lama.
c) Potonglah kuku cukup pendek untuk mengurangi risiko robek atau
berlubang.
d) Tariklah sarung tangan sampai meliputi tangan baju (jika pakai baju
operasi).
e) Pakailah cairan pelembab untuk mencegah kulit dari kekeringan
atau berkerut.
f) Jangan pakai cairan atau krim berbasis minyak, karena akan
merusak sarung tangan.
g) Jangan pakai cairan pelembab yang terlalu wangi karena dapat
merangsang kulit dan menyebabkan iritasi.
h) Jangan simpan sarung tangan di tempat dengan suhu terlalu panas
atau terlalu dingin.
(Depkes, 2003)
Langkah-langkah penggunaan sarung tangan :
a) Siapkan kemasan sarung tangan steril yang sesuai.
b) Lakukan cuci tangan dengan seksama.
c) Buka pembungkus bagian paling luar dari kemasan sarung tangan.
Pisahkan dan lepaskan sisi-sisinya.
d) Pegang bagian dalam kemasan dan letakkan pada permukaan
yang bersih datar tepat di atas tinggi siku. Buka kemasan, jaga
supaya sarung tangan tetap di atas permukaan bagian dalam
pembungkus.
e) Jika sarung tangan tidak dibedak, ambil pak bedak dan pakai tipis-
tipis pada tangan diatas wastafel atau keranjang sampah.
f) Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Kenakan sarung tangan
dominan terlebih dahulu.
g) Dengan ibu jari dan telunjuk serta jari tengah dari tangan non
dominan, pegang tepi dari manset sarung tangan untuk tangan
dominan sentuh hanya permukaan bagian dalam sarung tangan.
h) Pakai sarung tangan pada tangan dominan, biarkan manset dan
pastikan manset tidak bertumpuk di pergelangan tangan. Pastikan
ibu dan jari lainnya berada pada tempat yang tepat.
i) Dengan tangan yang dominan yang bersarung tangan selipkan jari
di dalam manset sarung tangan kedua.
j) Kenakan sarung tangan kedua pada tangan nondominan. Jangan
biarkan jari tangan dan ibu jari tangan dominan yang bersarung
tangan menyentuh setiap bagian tangan non dominan yang dibuka.
Jaga supaya ibu jari tangan dominan terabduksi kebelakang.
k) Setelah sarung tangan kedua dikenakan tautkan kedua tangan.
(Potter & Perry, 1997)
Gambar. 3 Cara Memakai Sarung Tangan Steril (Depkes, 2003)
Membuang sarung tangan :
a) Pegang bagian luar dari satu manset dengan tangan yang
bersarung tangan hindari menyentuh pergelangan tangan.
b) Lepaskan sarung tangan, balikan menjadi bagian dalam keluar.
Buang ke pembuangan.
c) Dengan jari yang telah lepas tersebut ambil bagian dalam dari
sarung tangan yang masih dikenakan lepaskan sarung tangan
bagian dalam keluar. Buang di tempat pembuangan.
(Potter & Perry, 1997)
Gambar. 4 Cara Melepas Sarung Tangan (Depkes, 2003)
2) Masker
Masker harus dikenakan bila diperkirakan ada percikan atau
semprotan dari darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain itu, masker
menghindarkan perawat menghirup mikroorganisme dari saluran
pernapasan klien dan mencegah penularan kuman patogen dari
saluran pernapasan perawat ke klien.
Masker yang dipakai dengan tepat terpasang pas nyaman di
atas mulut dan hidung sehingga kuman patogen dan cairan tubuh tidak
dapat memasuki atau keluar dari sela-selanya.
Langkah-langkah penggunaan masker :
a) Ambil bagian atas masker (biasanya sepanjang tepi tersebut ada
stip motal yang tipis).
b) Pegang masker pada 2 tali atau ikatan bagian atas belakang
kepala dengan tali melewati atas telinga.
c) Ikatkan dua tali bagian bawah masker sampai ke bawah dagu.
d) Dengan lembut jepitkan pita motal bagian atas pada batang hidung.
(Potter & Perry, 1997)
3) Gaun / baju pelindung
Gaun / baju pelindung atau jubah atau celemek, merupakan
salah satu jenis pakaian kerja. Seperti diketahui bahwa pakaian kerja
dapat berupa seragam kerja, gaun bedah, jas laboratorium dan
celemek.
Tujuan pemakaian gaun pelindung adalah untuk melindungi
petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan
tubuh lain yang dapat mencemari baju atau seragam.
Adapun jenis gaun pelindung tersebut ada berbagai macam
bila dipandang dari berbagai macam aspeknya, seperti gaun pelindung
tidak kedap air dan gaun pelindung kedap air, gaun pelindung steril
dan non steril.
Gaun pelindung steril dipakai oleh ahli bedah dan para
asistennya pada saat melakukan pembedahan sedang gaun pelindung
non-steril dipakai di berbagai unit yang berisiko tinggi, misalnya
pengunjung kamar bersalin, ruang pulih di kamar bedah, ruang rawat
intensif (ICU), rawat darurat dan kamar bayi.
Gaun pelindung dapat dibuat dari bahan yang dapat dicuci
dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan
kertas kedap air yang hanya dapat dipakai sekali saja (disposable).
Gaun pelindung sekali pakai ini biasanya dipakai dalam kamar bedah,
karena lebih banyak terpajan cairan tubuh yang dapat menyebabkan
infeksi.
Gaun pelindung kedap air dapat pula dibuat dari bahan yang
dapat dicuci melalui proses dekontaminasi dan dapat dipakai ulang.
Seperti misalnya plastik. Biasanya dipakai sebagai pelapis di bagian
dalam gaun pelindung steril tidak kedap air, untuk mencegah
tembusnya cairan tubuh kepada pemakai atau untuk keperluan lain,
seperti misalnya pada saat membersihkan luka, melakukan irigasi,
melakukan tindakan drainase, menuangkan cairan terkontaminasi ke
dalam lubang pembuangan WC atau toilet, mengganti pembalut,
menangani pasien dengan pendarahan masif, melakukan tindakan
bedah termasuk otopsi, perawatan gigi, dan sebagainya.
Sebaiknya setiap kali bertugas, tenaga kesehatan selalu
memakai pakaian kerja yang bersih, termasuk gaun pelindung atau
celemek. Gaun pelindung harus segera diganti bila terkena kotoran,
darah atau cairan tubuh. (Depkes RI, 2003)
Penggunaan gaun pelindung :
a) Lepaskan jam tangan anda dan letakkan di sisi yang bersih dari
handuk kerja yang terbuka.
b) Cuci tangan anda.
c) Gaun dapat dipakai sendiri oleh pemakai atau dipakaikan oleh
orang lain.
d) Kenakan gaun pelindung dengan memasukkan kedua lengan ke
dalam lengan baju.
e) Selipkan jari-jari anda di bawah dalam tali leher baju dan tarik tali-
tali tersebut ke belakang. Ikat tali leher tersebut dengan simpul
yang sederhana.
f) Raihlah bagian belakang dan tarik sisi gaun sehingga seragam
anda tertutup seluruhnya. Ikat tali pinggang dengan simpul
sederhana.
(Barbara, 2002)
Gambar. 5 Cara Memakai Gaun (Depkes, 2003)
Gambar. 6 Memakai Gaun Steril Dengan Bantuan (Depkes, 2003)
b. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan
kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan
dilakukan sebagai langkah pertama bagi pengelolaan alat kesehatan habis
pakai.
Dekontaminasi bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi
melalui alat kesehatan atau suatu permukaan benda, misalnya HIV, hepatitis
dan kotoran lain yang tidak tampak, sehingga dapat melindungi petugas
maupun pasien.
Dekontaminasi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan,
yaitu suatu bahan atau larutan kimia yang digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada benda mati, dan tidak digunakan untuk kulit dan
jaringan mukosa.
Dapat dijumpai berbagai macam desinfektan di pasaran dengan
daya kerja masing-masing. Desinfektan yang biasa dipergunakan di negara
berkembang seperti Indonesia adalah larutan klorin 0,5% atau 0,05% sesuai
dengan intensitas cemaran dan jenis alat atau permukaan yang akan
didekontaminasi.
Kebanyakan alat kesehatan terkontaminasi oleh darah atau cairan
tubuh yang membawa berbagai organisme penyakit. Oleh karena itu petugas
kesehatan yang bekerja dengan resiko terpajan oleh darah dan cairan tubuh
harus menggunakan alat pelindung yang memadai dan melaksanakan
prosedur kerja yang meminimalkan resiko pajanan terhadap lapisan mukosa
dan kontak parenteral melalui bahan-bahan terkontaminasi.
Sedapat mungkin pemilahan dilakukan oleh sipemakai di tempat
segera setelah pemakaian selagi mereka mengenakan alat pelindung yang
memadai, seperti misalnya di ruang operasi. Apabila pemilahan harus
dilakukan diluar tempat pemakai maka harus dibatasi pada pemilahan antara
alat yang akan diproses lebih lanjut dan alat sekali pakai. Pemilahan meliputi
pelepasan alat dari engsel dan kuncinya agar mudah dibersihkan namun
harus dijaga agar alat tersebut tetap berada dalam satu bungkus untuk
memudahkan pemasangan kembali kala akan digunakan nanti.
c. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan seluruh
mikroorganisme dari alat kesehatan termasuk endospora bakteri. Sterilisasi
biasanya dilaksanakan di rumah sakit baik secara fisik maupun secara
kimiawi. Cara dan zat yang sering digunakan untuk sterilisasi di rumah sakit
adalah uap panas bertekanan, pemanasan kering, gas etilin oksida, zat kimia
cair. Istilah steril mengandung arti mutlak yang berarti semua bentuk dan
jenis mikroorganisme betul-betul musnah. Bila kontak dengan bahan kimia
tersebut lebih singkat maka hanya sebagian mikroorganisme saja yang mati
dann proses tersebut disebut proses desinfeksi. Jadi tidak ada istilah ”semi
steril”.
Sterilisasi adalah proses pengelolaan suatu alat atau bahan dengan
tujuan mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora. Sterilisasi
adalah cara yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat
kesehatan yang berhubungan langsung dengan darah atau jaringan di bawah
kulit yang secara normal bersifat steril.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara fisik dan
kimiawi. Sterilasi secara fisik yaitu dengan pemanasan, radiasi, dan filtrasi
sedangkan sterilisasi secara kimiawi adalah dengan menggunakan bahan
kimia dengan cara merendam (misalnya dalam larutan glutardehid) dan
menguapi dengan gas kimia (diantaranya dengan gas etilin oksida).
Pada sterilisasi fisik dengan pemanasan basah (uap panas)
bertekanan tinggi (otoklaf) sterilisasi terjadi melalui koagulasi dan denaturasi
protein. Perlu diingat bahwa merebus bukan cara untuk sterilisasi melainkan
cara untuk desinfeksi. Sterilisasi dengan otoklaf adalah cara yang paling
efisien karena suhu yang dicapai melebihi titik didih air, yaitu setinggi 121o C
dengan membutuhkan waktu sterilisasi selama 20-30 menit yang dihitung
setelah suhu 121o C tercapai. Untuk mengawasi kualitas sterilisasi maka
digunakan indikator spora tahan panas seperti bacillus stearothermophilus.
Sterilisasi harus dikalibrasi setiap 6 bulan.
Sterilisasi fisik dengan pemanasan kering (dryheat) dapat dilakukan
dengan menggunakan oven, membakar dan sinar ultraviolet. Sterilisasi terjadi
melalui oksidasi dan denaturasi protein. Pada pemanasan dengan oven
dibutuhkan panas setinggi 150-170o C dengan waktu yang lebih lama dari
otoklaf. Sebagai gambaran untuk mematikan spora dibutuhkan waktu 2 jam
dengan suhu 180o C.
Sterilisasi fisik radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar gamma.
Namun cara ini tidak sesuai untuk sterilisasi skala kecil seperti rumas sakit.
Cara ini hanya cocok digunakan untuk industri besar seperti jarum suntik,
semprit sekali pakai, dan alat infus.
Sterilsasi fisik filtrasi dilakukan untuk mensterilkan cairan yang tidak
tahan terhadap panas seperti serum, plsama atau vaksin. Sterilisasi ini
menggunakan saringan atau filter yang terbuat dari selulosa berpori. Ukuran
penyaring untuk sterilisasi adalah 0,22 μm, yang berarti lebih kecil dari
bakteri.
3. Tujuan Kewaspadaan Universal
Tujuan Kewaspadaan Universal ini adalah mencegah penularan dan
penyebaran infeksi dari :
a. Pasien ke petugas kesehatan
b. Petugas kesehatan ke pasien
c. Pasien ke pasien lainnya
d. Pasien ke keluarga dan pengunjung sarana kesehatan lainnya.
(Depkes, 2003)
top related