kasus insider trading pt gas negara
Post on 02-Aug-2015
92 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Kasus Insider Trading PT Gas Negara
Dalam kasus yang berjalan selama hampir setahun ini, ada 3 hal yang dihadapi oleh PT. PGN
mulai dari pelanggaran prinsip keterbukaan hingga insider trading. Beberapa di antaranya
adalah sebagai berikut :
1. Pelanggaran prinsip disclosure terhadap keterlambatan penyampaian laporan
kepada Bapepam dan masyarakat tentang peristiwa material.
Dalam Pasal 86 ayat (2) UU No. 5 tahun 1995 tentang Pasar Modal disebutkan bahwa
perusahaan publik menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada
masyarakat tentang peristiwa material yang dapat mempengaruhi harga efek selambat-
lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut.
Pada kenyataannya PT. Gas Negara terlambat melaporkan fakta atas penundaan proyek
pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN. Dalam hal ini keterlambatan pelaporan keterbukaan
informasi sebanyak 35 hari. Mengenai informasi penurunan volume gas dan informasi
tertundanya gas in Dikategorikan sebagai fakta material dalam Peraturan Nomor X.K.1.
Sehingga telah jelas, bahwa PT. Gas Negara melanggar pasal 86 ayat (2) UU No. 5/1995 jo.
Peraturan Nomor X.K.1. dengan pelanggaran ini PT. PGN dikenai sanksi administratif
berupa denda sebesar Rp. 35 juta .
2. Pelanggaran prinsip disclosure terhadap pemberian keterangan yang secara
material tidak benar.
Ada beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal keterbukaan informasi, di antaranya
sebagai berikut :
a. Memberikan informasi yang salah sama sekali.
b. Memberikan informasi yang setengah benar.
c. Memberikan informasi yang tidak lengkap.
d. Sama sekali diam terhadap fakta/informasi material.
Keempat hal ini dilarang karena oleh hukum dianggap dapat menimbulkan ”misleading” bagi
investor dalam memberikan judgement nya untuk membeli atau tidak suatu efek .
Ketentuan ini juga diadopsi dalam pasal 93 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal, yang
menyebutkan bahwa tiap pihak dilarang, dengan cara apa pun, memberikan keterangan yang
secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa
Efek .
Dalam kasus ini PT. PGN yakni memberikan keterangan material tidak benar tentang rencana
volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South Sumatera-West Java) . Fakta
itu sudah diketahui atau sewajarnya diketahui oleh direksi, yang kemudian seharusnya
keterangan itu disampaikan kepada publik, namun tidak disampaikan. Sehingga jelas terjadi
bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap pasal 93 UU No. 8/1995 dan diancam dengan
pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp. 15 milyar . Oleh karena
itu, sudah sepatutnya dan sewajarnya Bapepam-LK menjatuhkan sanksi administratif berupa
denda sebesar Rp. 5 miliar kepada Direksi PT PGN yang menjabat pada periode bulan Juli
2006 s.d. Maret 2007 yaitu Sutikno, Adil Abas, Djoko Pramono, WMP Simanjuntak dan
Nursubagjo Prijono.
3. Keterlibatan fiduciary position dalam kasus insider trading transaksi efek PGAS
Dalam pasal 95 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal menerangkan bahwa orang dalam dari
perusahaan publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan transaksi atas
Efek Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud.
Penjelasan pasal 95 memberi arti kepada orang dalam sebagai pihak-pihak yang tergolong
dalam:
1. Komisaris, Direktur, atau pengawas perusahaan terbuka
2. Pemegang saham utama perusahan terbuka
3. Orang yang karena kedudukannya, profesinya atau karena hubungan usahanya dengan
perusahaan terbuka memungkinkan memperoleh informasi orang dalam. Dengan
kedudukan disini dimaksudkan sebagai lembaga, institusi atau badan pemerintahan.
Sementara yang merupakan “hubungan usaha” adalah hubungan kerja atau kemitraan
dalam kegiatan usahanya, seperti, nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan, kreditur,
dan lain-lain.
4. Pihak yang tidak lagi menjadi pihak sebagaimana tersebut dalam point 1,2,3 tersebut
sebelum lewat jangka waktu 6 bulan
Bahwa pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, 9 orang dalam
PGAS melakukan transaksi saham PGAS, baik direksi maupun mantan direksi. Sehingga
unsur-unsur di atas terpenuhi. Sanksi tersebut ditetapkan antara lain dengan
mempertimbangkan pola transaksi dan akses yang bersangkutan terhadap informasi orang
dalam.
Kesimpulan
Dari paparan tulisan di atas dapat disimpulkan Peristiwa Hukum dan Implikasi Hukumnya
sebagai berikut :
1. PT. Gas Negara melanggar pasal 86 ayat (2) UU No. 5/1995 jo. Peraturan Nomor
X.K.1. karena terlambat melaporkan fakta atas penundaan proyek pipanisasi yang
dilakukan oleh PT PGN. Dalam hal ini keterlambatan pelaporan keterbukaan
informasi sebanyak 35 hari. Mengenai informasi penurunan volume gas dan informasi
tertundanya gas in dikategorikan sebagai fakta material dalam Peraturan Nomor
X.K.1. ( implikasi Hukumnya : Implikasi hukum Perdata karena pihak
perusaahaan PT. PGN hanya karena kelalaian pihak PT PGN dalam
melaporkan keterbukaan informasi selama 35 hari )
2. Mengenai pemberian keterangan yang secara material tidak benar tentang rencana
volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ (South Sumatera-West Java)
jelas bahwa PT PGN melakukan pelanggaran terhadap pasal 93 UU No. 8/1995 . Oleh
karena itu, sudah sepatutnya dan sewajarnya Bapepam-LK menjatuhkan sanksi
administratif berupa denda sebesar Rp. 5 miliar kepada Direksi PT PGN yang
menjabat pada periode bulan Juli 2006 s.d. Maret 2007. (Implikasi Hukumnya :
impilikasi Hukum Perdata karena kasus ini masih menyangkut Hukum yang
mengatur tentang kepentingan perorangan)
3. Terkait dengan keterlibatan orang dalam PT. PGN dalam kasus ini maka telah jelas
bahwa orang dalam PT. PGN ini melanggar pasal 95 UU No. 8/1995 tentang Pasar
Modal yang menerangkan bahwa orang dalam dari perusahaan publik yang
mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan transaksi atas Efek Emiten
atau Perusahaan Publik dimaksud hal ini diperjelas dalam penjelasan pasal 95. (kasus
ke-3 juga termasuk kedalam implikasi kasus Perdata karena subjek hukumnya
terdiri dari pihak karyawan (orang dalam) perusahaan dengan PT. PGN).
Masyarakat Hukum : Ruang Lingkup sekitar Lingkungan di perusahaan PT PGN, Jakarta, Indonesia. Menggunakan hukum Negara Indonesia.
Subyek hukum : PT. PGN, BAPEPAM, Sutikno, Adil Abas, Djoko Pramono, WMP Simanjuntak dan Nursubagyo Prijono(Direksi PT PGN yang menjabat Periode Juli 2006 s/ d maret 2007).
Objek Hukum : Efek yang di perdagangkan di Bursa efek, laporan fakta atas penundaan proyek SSWJ, informasi (Rahasia Perusahaan).
Rekomendasi
Sedikit saja dari saya mengenai rekomendasi yang ingin disampaikan tentang tulisan ini.
Yakni sebagai berikut :
1. Bahwa setiap emitan harus menjalankan prinsip disclosure ini dengan sungguh-
sungguh, sehingga kesalahan akibat ketidakterbukaannya terhadap suatu fakta atau
material dapat menimbulkan kerugian yang amat besar, tidak hanya kepada investor
sendiri, namun dapat berakibat kepada emiten itu sendiri, akibat kerugian yang
diderita akibat kasus itu.
2. Mengenai penerapan sanksi administratif berupa denda, maka terkait dengan adanya
kasus ini belum adanya mekanisme yang jelas mengenai penerapan denda terhadap
pihak sebagaimana dimaksud dalam pasal 93 dan pasal 95. Dalam pasal 104 hanya
dikemukakan mengenai batasan atas yakni pidana penjara 10 tahun dan denda paling
banyak Rp. 15 milyar. Oleh karena itu harus adanya batasan yang jelas mengenai
denda ini. Terutama mengenai batas bawah dalam penerapan denda.
Referensi :
Abdurrahman, A, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan
Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum
M. Irsan Nasarudin & Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia
Prof. C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil. Modul Hukum Dagang.
Sumantoro, Aspek-aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal Di Indonesia
Disertasi Elfira Taufani, S.H., M.Hum, Penegakkan Hukum Di bidang Pasar Modal, januari
2005
Bismar Nasution, NAPAS PELAKSANAAN PRINSIP KETERBUKAAN, Majalah
Ombudsman, Edisi 31 Maret, Jakarta, 2002
Hukumonline.com
Detik.comhttp://bocahpinggiran.wordpress.com/2008/12/20/pelanggaran-prinsip-disclosure-dalam-insider-trading-kasus-pt-gas-negara/
top related