kap sul lllll
Post on 02-Mar-2018
304 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
1/57
LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASI
FORMULASI DAN EVALUASI KAPSUL CABE JAWA
(Piper retrof ractum Vahl)
Disusun oleh :
1. Putu Argianti M 122210101003
2. Trias Alfiliatiningsih 122210101005
3. Khurmatul Walidah T.A 122210101009
4. Wahyu Wahidatur 122210101011
5. Kinanthi Putri Rizki 122210101015
6. Arjun Nurfawaidi 122210101017
7. Mahmudatus Sholihah 122210101019
8.
Gati Dwi Sulistyaningrum 122210101021
9. Nur Fauziah Matra 122210101023
10. Amelya Prastica 122210101031
11. Herlita P. Silalahi 122210101037
12. Hawwin Elina A. 122210101039
13. Tri Rizqi M. 122210101041
14. Ica Evita Maulidah 112210101043
15. Maulina Hari P 112210101046
LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
2015
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
2/57
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat membuat sediaan kapsul bahan alam yang terstandar.
1.2Latar Belakang
Cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.) merupakan salah satu jenis tanaman
budidaya yang memiliki banyak manfaat dan sering digunakan oleh
masyarakat sebagai obat tradisional. Tanaman ini memiliki manfaat sebagai
analgesik, diaforetik, karminatif, stimulan, antiinflamasi, antipiretik , anti-
oksidan dan afrodisiak (Anwar 2001).Tanaman cabe jawa juga diketahui
memiliki efek stimulan terhadap sel-sel syaraf sehingga mampu meningkatkan
stamina tubuh.
Di Indonesia biasanya cabe jawa digunakan sebagai bumbu pada beberapa
masakah seperti gulai, kare, soto, sate padang, sambal, oseng tempe serta
minuman seperti wedang secang, bir pletok, bandrek, bajigur, wedang jahe,
dan kopi jamu.
Cabe jawa merupakan tanaman tahunan yang banyak tumbuh di dataran
rendah sampai pada ketinggian 600 m dpl. Daerah sentra produksi cabe jawa
diantaranya adalah Madura, Kabupaten Lamongan, dan Lampung (Rostiana et
al. 1994; Yuliani et al. 2001).
Bagian tanaman yang sering digunakan adalah buah yang sudah tua, akar,
dan daun yang dikeringkan. Buah cabe jawa mengandung zat-zat aktif seperti
minyak atsiri, piperina, piperidina, asam palmitat, asam tetrahidropiperat,
undecylenyl 3-4 methylenedioxy benzene, N-isobutyl decatrans-2 trans-4dienamida, sesamin,eikosadienamida, eikpsatrienamida, guinensina,
oktadekadienamida, protein, karbohidrat, gliserida, tannin, dan kariofelina
(Aliadi et al. 1996; Hargono 1992; Depkes 2008).
Cabe jawa dapat digunakan sebagai afrodisiaka. Afrodisiaka berasal dari
naa Aphrodite, dewi kecantikan, cinta, dan seks dalam mitos Yunani. Secara
umum pengertian afrodisiak adala semua bahan (obat dan makanan) yang
mampu membangkitkan gairah seksual (Pallavi et al., 2011). Sedangkan
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
3/57
berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) afrodisiak merupakan zat
kimia yg digunakan untuk merangsang daya seksual atau obat perangsang
kegiatan seksual. Cabe jawa digunakan sebagai afrodisiaka karena mempunyai
efek androgenik, untuk anabolik, dan sebagai antivirus. Kandungan kimia atau
senyawa kimia yang berperan sebagai afrodisiaka adalah turunan steroid,
saponin, alkaloid, tannin dan senyawa lain yang dapat melancarkan peredaran
darah. Bagian yang dimanfaatkan sebagai afrodisiaka adalah buahnya dan
diduga senyawa aktif yang berkhasiat afrodisiaka di dalam buahnya adalah
senyawa piperine.
Obat tradisional yang bersifat afrodisiak banyak digunakan sebagai
alternatif pengobatan di Indonesia, contohnya tanaman obat pasak bumi
(Aglaia odoratissima Bl.),akar ginseng (Panax ginsengC. Meyer), buah cabe
jawa (Piper retrofractumVahl), daun tapak liman (Elephantopus scaber L.),
rimpang jahe (Zingiber officinaleRosc.), kencur ( Kaempferia galanga L.),
lempuyang (Zingiber aromaticumVal.) dan lain-lain (Didik Gunawan, 2006).
Terlebih penderita masalah hiogonad biasanya malu untuk datang ke dokter
sehingga lebih memilih menggunakan obat tradisional. Herbal juga memiliki
daya tarik tersendiri, karena sifatnya yang alamiah, lebih aman, lebih mudah
ditoleransi tubuh, lebih mudah didapat dan juga relatif lebih murah (Juckett,
2004).
Ekstrak cabe jawa ini tampaknya mempunyai prospek positif untuk dapat
dikembangkan menjadi fitofarmaka androgenik melalui berbagai aspek
penelitian secara klinik (Nukman Moeloek dkk, 2010). Istilah androgen
digunakan secara kolektif untuk senyawa-senyawa yang kerja bilogiknya sama
dengan testosteron. Fungsi utama kelompok hormon ini adalah merangsangperkembangan dan aktivitas organ-organ reproduksi dan sifat-sifat seks
sekender, sedang keja kombinasinya disebut kerja androgenik. Androgen
utama pada seorang laki-laki adalah testosteron yang dihasilkan oleh sel
leydig atau interstitiel di dalam testis.
Sediaan yang dibuat adalah kapsul piperin. Adapun alasan dipilihnya
sediaan kapsul antara lain dapat menutupi rasa pahit dan tidak enak dari bahan
obat (ekstrak). Sebagian besar ekstrak tumbuhan memiliki rasa yang pahit atau
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
4/57
getir sehingga dengan pemilihan sediaan kapsul dapat menutupi rasa yang
tidak enak dan dapat meningkatkan keberterimaan (akseptabilitas) pasien
terhadap sediaan yang telah diformulasi.
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
5/57
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi tanaman cabe jawaCabe jawa (Piper retrofractumVahl) termasuk famili Piperaceae, yang
tumbuh memanjat danmerupakan salah satu jenis tanaman obat yang banyak
digunakan di Indonesia. Di Indonesia cabe jawa banyak ditemukan terutama di
Jawa, Sumatera, Bali, Nusatenggara dan Kalimantan. Daerah sentra produksi
utamanya adalah di Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep),
Lamongan dan Lampung. Sampai saat ini belum diketahui apakah karakteristik
tanaman cabe jawa yang dibudidayakan tersebut sama atau tidak (Wawan,
2009).Taksonomi cabe jawa :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoiophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnolidae
Ordo : Peperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Species :Piper retrofractumVahl
Nama umum : Cabe jawa
Nama derah : Lada panjang (melayu), cabe jawa (melayu, jawa), cabi solah
(madura)
2.2 Deskripsi Tanaman
Tanaman ini dapat tumbuh pada dataran rendah hingga ke bukit dataran
tinggi, tanaman cabe jamu dapat tumbuh pada ketinggian 1-600 mdi atas
permukaan laut,dengan suhu udara 20-30oC, curah hujan 1.200-3.000 mm /tahun
serta kelembaban udara 40 8 0%, tanah liat berpasir,gembur,berdraenasi baik
dan memiliki pH tanah 5,5-7,0. ( Amin,2008)
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
6/57
Akar Tanaman
Tanaman cabe jamu memiliki dua macam akar, pertama: akar yang
tumbuh dari biji (akar tanah),akar ini yang selanjutnya menjadi akar yang
menunjang pertumbuhan tanaman (berfungsi menyerap air dan hara). Akar ini
menyebar kedalam tanah, membentuk percabangan baik akar cabang vertical dan
horizontal. Akar jenis ini serupa dengan akar yang berasal dari pertumbuhan setek
batang. Kedua, akar rekat yang tumbuh hanya dari buku-buku batang/sulur utama,
akar ini berfungsi untuk merekat kepermukaan tegakan atau di atas bebatuan.
Akar rekat dapat membentuk percabangan terbatas (serupa dengan sirip ikan,
dengan bentuk selendris memanjang berdiameter sekitar 0,7-1,0 mm, panjang 1-
2,5 cm, dan akar berjumlah sekitar 4-9 buah. Akar yang baru muncul dari buku
batang berwarna putih kemudian berubah coklat muda Akar tersebut akar
mengering jika tidak mendapat rekatan pada permukaan tegakan/tanah/bebatuan(
Amin,2008).
Batang Tanaman
Batang tanaman cabe jamu membentuk sulur berupa tabung dengan
berbuku-buku (beruasruas) jarak antar buku 3-9 cm., pada buku-buku muncul
akar-akar rekat dan cabang-cabang. Batang akan memanjat pada tegakan dan atau
merambat pada permukaan tanah/bebatuan.Batang dapat memanjat hingga 3-9 m.
Batang dapat berdiameter 0,1-0,5 cm, batang yang berasal dari biji pada awalnya
cenderung lebih kecil, demikian pula dengan batang yang muncul dari buku-buku
dasar (pada atau dekat permukaan tanah). Akar tersebut disebut dengan istilah
sulur cacing. Permukaan batang pada awalnya halus kemudian kasar bila batang
telah tumbuh dewasa/tua. Cabang-cabang tumbuh pada bagian ketiak daun batang
utama, cabang-cabang tersebut tidak memunculkan akarpada bukubukunya.Cabang-cabang ini diistilahkan dengan cabang produktif, karena dari buku-buku
cabang tersebut muncul bunga dan disisi lain daun. Jaditata letak buah dan daun
berhadapan atau bersebrangan. Pola jalur batang dan percabangan dalam
pertumbuhannya membentuk siksak/batang dan cabang tidak lurus namun antara
dua ruas cenderung membentuk sudut tumpul sekitar 165 derajat( Amin,2008).
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
7/57
Daun
Daun cabe jamu termasuk daun tidaksempurna, daun hanya memiliki helai
dantangkai daun. Bentuk helai daun daun ada dua macam, pertama berbentuk
serupa bentuk hati dan kedua berbentuk lebih lonjong. Bentuk daun lebih lonjong
hanya dijumpai di lokasi Bangkalan. Tangkai daun melekat pada buku batang.
Permukaan helai daun halus dan berwarna hijau gelap. Pinggiran/tepi daun lurus
melengkung atau tidak bergerigi (rata), dengan ujung daun runcing.
Duduk/pangkal daun terdapat dua macam, pada daun-daun sulur cacing dan sulur
utama pada awal tumbuh dudukan daun menekuk kedalam dengan posisi semetris.
Berbeda dengan dudukan daun pada cabang produktif yang cenderung tidak
semetris atau satu sisi lebih menonjol keluar. Tulang daun ada yang semetris
(istilah madura temo orat) dan tidak semestris. (Amin,2008)
Bunga.
Bunga cabe jamu tergolong bunga majemuk yang berbentuk bulir . Bakal
bulir muncul seiring dengan awal pemunculan daun muda pada cabang produktif.
Bakal bunga ini awalnya berwarna hijau gelap dan selanjutnya berubah warna
sesuai perkembangan bunga, munculnya/mekarnya kelopak bunga berkisar 10-20
hari. Bulir berbentuk tabung tegak ke atas di atas buku batang berhadapan dengan
dengan daun pada cabang produktif. (Amin,2008)
Buah
Perubahan warna mahkota mengindikasikan telah terjadinya penyerbukan,
walaupun tidak diketahui apakah penyerbukan tersebut berakhir dengan terjadinya
pembuahan. Bulir bunga setelah penyerbukan akan tumbuh dan berkembang
seiring dengan waktu hingga mencapai ukuran maksimum (diameter 4,5-6,1mm
bagian atas dan bagian bawah berkisar 9 mm-100mm, dengan panjang 3-5,2 cm).Sedang tangkai buah dapat mencapai ukuran 2 cm. Di dalam bulir buah terdapat
sejumlah biji ( 10-101 biji).
(Amin,2008)
2.3 Kandungan Kimia Cabe Jawa
Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, chavicine, palmetic acids,
tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3, 4-methylenedioxy benzene, piperidin,
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
8/57
minyak atsiri , N-isobutyldeka-trans-2-trans-4- dienamide, dan sesamin. Piperine
mempunyai daya antipiretik, analgesik, antiinflamasi, dan menekan susunan saraf
pusat. Bagian akar mengadung piperine, piplartine, dan piperlonguminine.Bahan
aktif minyak atsiri cabe jawa memiliki kandungan utamaterpenoid. Terpenoid
sendiri terdiri dari n-oktanol, linanool, terpinil asetat,sitronelil asetat, piperin,
alkaloid, saponin, polifenol, resin (kavisin) (Irdania, 2009)
2.4 Bioaktivitas Cabe Jawa
Senyawa sitral dan linanool dapat digunakan untuk mengobati penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Rhodopseudomonas sphaeroides,Escherichia coli,
Proteus vulgaris,Micrococeus luteus, Bacillus subtilis,Enterobacter aerogenes dan
Staphylococeusaureus. Pemberian minyak atsiri cabe jawa juga dapat
meningkatkan limfosit pada darah hewan uji (Agus, 2011)
Di Madura cabe jawa digunakan sebagai ramuan penghangat badan yang
dapat dicampur dengankopi, teh, dan susu. Cabe jawa juga dapat digunakan
sebagai obat luar, diantaranya untuk pengobatan penyakit beri-beri dan reumatik.
Cabe jawa dapat dimanfaatkan untuk mengobati tekanan darah rendah, influenza,
cholera, sakit kepala, lemah sahwat, bronchitis menahun dan sesak napas.
Penggunaan buah cabe jawa dalam bentuk seduhan menurut Saroni et al. (1992)
cukup aman karena termasuk jenis simplisia yang tidak berbahaya (relatively
harmless)(Wawan, 2009)
Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki efek
stimulan terhadap sel saraf sehingga mampu meningkatkan stamina tubuh. Efek
hormonal dari tanaman ini dikenal sebagai afrodisiaka. Berdasarkan penelitian
secara ilmiah, cabe jawa digunakan sebagai afrodisiaka karena mempunyai efekandrogenik, untuk anabolik, dan sebagai antivirus. Dari suatu tinjauan pustaka
dikatakan bahwa secara umum kandungan kimia atau senyawa kimia yang
berperan sebagai afrodisiaka adalah turunan steroid, saponin, alkaloid, tannin dan
senyawa lain yang dapat melancarkan peredaran darah. Bagian yang dimanfaatkan
sebagai afrodisiaka adalah buahnya dan diduga senyawa aktif yang berkhasiat
afrodisiaka di dalam buahnya adalah senyawa piperineBerbagai hasil penelitian
sebelumnya menunjukan bahwa ekstrak cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.),
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
9/57
mempunyai efek androgenik dan meningkatkan kadar hormon testosteron tikus
percobaan serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai simplisia maupun
ekstrak etanol 95% serta cukup aman ( Nukman, 2010).
2.5. Metode Ekstraksi Buah Cabe Jawa
Penapisan dilakukan dengan cara menghaluskan simplisia Retrofracti
Fructus hingga terbentuk serbuk kasar. Penapisan terhadap serbuk kasar tersebut
dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawanya. Proses ekstraksi suatu
tanaman dipilih sesuai dengan kandungan apa yang ingin diambil dari tanaman
tersebut. Serbuk kasar simplisia Retrofracti Fructus diekstraksi dengan etanol
dengan metode maserasi pada suhu kamar (3 kali 24 jam). Metode maserasi
digunakan dalam ekstraksi cabai jawa karena maserasi mudah dilakukan dan
peralatan relatif mudah diusahakan. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan
karena perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan diluar
sel, maka larutan yang terpekat dipaksa keluar. Peristiwa tersebut terjadi berulang
hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan didalam dan diluar sel
(Voight, 1995). Larutan penyari yang digunakan adalah etanol, karena etanol
dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel sehingga zat-zat non polar dapat
keluar (Voight, 1995).
Serbuk kering Retrofracti Fructus diekstraksi dengan etanol 96% dengan
maserasi 1 bagian simplisia dengan 5 bagian pelarut pada suhu kamar. Maserat
yang didapat kemudian dipekatkan dengan rotavapor sehingga diperoleh ekstrak
kental. Kemudian dilakukan pemeriksaan parameter ekstrak untuk mengetahuikualitas ekstrak dengan melihat sifat fisik dan kandungan kimianya. Pemeriksaan
parameter tersebut terdiri dari organoleptis ekstrak, rendemen ekstrak, bobot jenis
ekstrak, kadar air ekstrak, pola KLT dan dinamolisis.
Setelah didapatkan ekstrak, dilakukan proses fraksinasi. Fraksinasi
digunakan untuk mengelompokkan komponen campuran senyawa hasil ekstraksi
atau maserasi agar lebih sederhana. Fraksi-fraksi yang didapat dianalisis dengan
metode kromatografi lapis tipis, menggunakan penjerap silika gel GF 254 dan fase
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
10/57
gerak campuran pelarut n-heksana : etil asetat (8:2), hasil dari KLT dilihat
dibawah sinar UV 366 nm. Kemudian dilanjutkan dengan KLT dua dimensi pada
fraksi vial ke-5. Kemudian diamati hasil KLT dengan pengembang pola
kromatogram dibawah sinar UV 366 nm. Jika pada saat dilihat dibawah lampu
UV 366 nm terdapat hanya satu spot saja maka KLT dilanjutkan kembali, pelat
silika diputar 90o. Kemudian dicelupkan ke dalam chamber yang telah berisi
pengembang campuran toluene : etil asetat (3:7) yang telah jenuh. Setelah naik
sampai kebatas atas, pelat silika dikeluarkan dan kemudian dilihat lagi pada sinar
UV 366 nm. Berdasarkan fraksi polar ini dapat dilakukan perbandingan seberapa
besar cabai jawa memberikan efek terhadap indikasi tertentu.
2.6. Metode Pengeringan Ekstrak
Pengeringan adalah pemindahan sebagian air dari bahan dengan sengaja
sampai batas tertentu. Pada pengeringan biasa dibantu dengan alat alat
pengering. Dalam hal ini Nasution (1982) membedakan proses pengeringan
menjadi tiga kategori, yaitu pengeringan udara dengan kontak langsung di bawah
pengaruh tekanan atmosfir, pengeringan vakum, dan pengeringan beku.
a.
Pengeringan di bawah pengaruh tekanan atmosfir
Dalam hal ini panas dipindahkan menembus bahan pangan, baik dari udara
maupun dari permukaan yang dipanaskan. Uap air (atau pelarut lain) dipindahkan
ke udara (Nasution, 1982). Udara panas disirkulasikan menggunakan kipas. Bahan
yang dikeringkan bisa berbentuk padat atau semi padat (Geankoplis, 1983).
b.
Pengeringan vakum
Pengeringan vakum menjadi semakin penting dalam industri makanan
untuk mengurangi biaya dan energi serta mengembangkan bahan baru danproduk. Pusat pengolahan makanan telah memasang pengering vakum yang
menyediakan pengeringan terus menerus, lembut, dan aman pada produk
makanan di suhu rendah. Pengeringan Vacuum adalah metode dehidrasi yang
sangat cocok untuk produk yang mengalami fase lengket dan atau sangat kental
seperti buah dan sayuran, jus sari buah dan sayuran, protein hewan dan nabati,
bubuk bumbu dan ekstrak ragi. Di pusat pengolahan makanan, berbagai pilihan
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
11/57
dehidrasi tersedia untuk uji perbandingan proses yang berjalan, produk baru dan
evaluasi bahan.
Prinsip kerja dari pengering vakum (vacuum belt drying): Konsentrat yang
bisa dipompa secara merata digunakan pada belt dengan alat pemercik berputar
(satu untuk masing-masing sabuk) pada suhu dan konsentrasi konstan. Ruang
hampa di mana pasta ini meninggalkan alat pemercik yang memiliki efek yang
diinginkan dan menyebabkan Pasta untuk memiliki konstituensi berbusa seperti
yang diendapkan sebagai lapisan yang relatif tinggi pada sabuk. Ini memberikan
kondisi yang paling menguntungkan untuk panas dan transfer material untuk
mengeringkan produk menjadi bentuk yang mudah dilepaskan dari poros batang.
Peluncur Sabuk di atas piring pemanas, yang dibagi menjadi zona pemanasan
individu. Zona terakhir biasanya berfungsi untuk mendinginkan produk. Bahan
kering dimasukkan turun di ujung sabuk dan ditransfer ke kran pembuangan
otomatis.
Keuntungan dalam pengeringan vakum didasarkan pada kenyataan bahwa
penguapan terjadi lebih cepat pada tekanan rendah daripada tekanan tinggi. Panas
yang dipindahkan dalam pengeringan vakum pada umumnya secara konduksi,
kadangkadang secara pemancaran (Nasution, 1982).
Sesuai dengan namanya, proses ini dilakukan pada kondisi vakum. Cara
ini digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan yang peka terhadap suhu atau
bahan yang mudah teroksidasi (Geankoplis, 1983). Sedangkan kelemahan oven
vakum adalah biaya operasinya relatif mahal karena memerlukan peralatan
pendukung, seperti pompa vakum, ejektor, dan kondensor (Loesecke, 1955).
Keuntungan lain:
Waktu pengeringannya cepat Meminimalkan hilangnya bau
Produk yang hilang sedikit
Produk tidak teroksidasi
Tidak ada tekanan mekanik
Memungkinkan pelarut kembali
Temperaturnya rendah
Energi yang digunakan sedikit
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
12/57
Sistemnya tertutup
Tidak menimbulkan polusi pada lingkungan
Reaksi milard dapat dikendalikan
Produk dapat langsung kering
Pengeringan dengan vakum digunakan dalam masalah proses pengering
konvensional. Keuntungan vakum diantaranya:
1. Menurunkan titik didih dalam cairan yang diekstraksi, sehingga
memungkinkan pengeringan lebih sensitif
2. Untuk produk yang sulit mengering seperti bubuk dan granul, proses vakum
memungkinkan tingkat pengeringan yang lebih cepat karena menggunakan
tekanan yang rendah.
3. Di dalam vakum, memiliki risiko oksidasi selama proses termal
4.
Perbedaan pada konveksi, bahan dalam bentuk serbuk dikeringkan tanpa
turbulensi
5. Menyediakan basis untuk mengontrol ekstraksi dan kondensasi pada
pengeringan uap, yang memungkinkan bahan awal dapat digunakan kembali
atau dibuang
c. Pengeringan Beku
Pada pengeringan beku, uap air disublimasikan keluar dari bahan beku.
Struktur bahan tetap dipertahankan dengan baik pada kondisi ini ( Nasution,
1982). Proses ini digunakan untuk mengeringkan bahan bahan yang labil (
biasanya bahan bahan biologis ) supaya karakteristik aslinya tidak
berubah (Loesecke, 1955). Bila suatu bahan biologis dikeluarkan airnya maka
konsentrasi garamnya meningkat dan akan mengakibatkan keluarnya air di dalam
sel. Keluarnya air karena gaya osmosis ini dapat merusak dinding sel. Osmosis
dapat dicegah dengan membekukan bahan tersebut dan pengeluaran air dilakukan
secara sublimasi sehingga struktur sel tetap utuh ( Jackson, 1983). Selain
strukturnya, rasa dan aroma bahan juga dipertahankan ( sedikit sekali
perubahannya). Suhu rendah mengurangi resiko reaksi degradasi selama
pengeringan. Biaya pengeringan beku menjadi relatif mahal karena laju
pengeringannya lambat dan memerlukan kondisi vakum (Geankoplis, 1983).
Metode pengeringan yang dilakukan dapat berupa : evaporasi, vaporasi,
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
13/57
sublimasi, konveksi, kontak, radiasi, dielektrik. Sedangkan macam-macam alat
yang dapat digunakan antara lain : tabung penguap dengan daur otomatik, tabung
penguap dengan gaya daur ulang diperkuat, penguap film, penguap lapis tipis
dengan instalasi berputar, dan penguap berputar sentrifugal.
Dengan teknik pengeringan semprot (spray drying) dan dengan teknik
pengeringan beku (free drying). Pengeringan semprot dilakukan pada suhu tinggi,
yang akan mempengaruhi rasa dari produk akhir, tetapi biaya produksinya jauh
lebih rendah dibandingkan dengan pengeringan menggunakan pengeringan beku.
Pada teknik ini, ekstrak dipompa ke dalam atomizer, yang menghasilkan partikel
bahan berukuran kecil dan seragam. Didalam ruang pengering yang dialiri dengan
udara pemanas, partikel-partikel tersebut mengalami proses pemanasan secara
mendadak dan cepat sehingga air keluar secara cepat, menghasilkan produk kering
berbentuk partikel halus. Untuk meningkatkan daya larut di dalam air dan
membentuk butiran yang lebih kasar, biasanya dilakukan proses aglomerasi.
Bubuk hasil pengeringan semprot dibasahi kembali, agar saling bergabung untuk
kemudian dikeringkan kembali menggunakan fluid bed drier. Pada pengeringan
beku, tahapan proses pengeringan ekstrak kopi adalah pembekuan ekstrak,
penggilingan ekstrak beku untuk menghasilkan granula beku, sublimasi air pada
kondisi vakum dan pemanasan sedang (suhu produk umumnya tidak lebih dari 50-
70C).
c. Pengeringan dengan Microwave
Microwave adalah suatu gelombang energi elektromagnetik dengan
frekuensi antara 300 MHz dan 300 GHz, yang dihasilkan dari
kekuatan magnetron yang dikombinasikan dari elektron dan medan
magnet yang tegak lurus satu sama lain.Pada bidang microwave dibuat dari logam, yang tidak panas. Logam
digunakan sebagai medium untuk microwave, dan sebagai dinding untuk oven
microwave. Sebagai peralatan farmasi dibuat dari stainless steel, ruang vakum
berfungsi sebagai penutup pada microwave dengan memantulkan kembali ke
dalam ruangan atau wadah.
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
14/57
Pemanasan microwave adalah metode langsung dari pemanasan. Dalam
medan listrik bolak-balik cepat yang dihasilkan oleh gelombang mikro, kutub
orientasi bahan dan reorientasi diri sesuai dengan arah diajukan.
2.7. Metode Analisis Ekstrak dengan KLT-Densitometer
Penetapan kadar marker yang memenuhi kriteria spesifitas setidaknya
digunakan densitometer. Densitometer adalah instrumen kuantitatif standar untuk
penetapan kadar marker. Dengan sistem ini senyawa target akan berupa bercak
tunggal yang terpisah dari senyawa lain dari dalam ekstrak sehingga aspek
spesifitas terpenuhi. Berikut beberapa metode analisis ekstrak Piperis Retrofrakti
Fructus dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari beberapa sumber,
diantaranya:
Berdasarkan penelitian Djunaidi, analisis menggunakan KLT terhadap
ekstrak yang diperoleh menggunakan fase diam silika gel G 60 dan fase gerak
campuran benzen : etil asetat (19:1) dan penampak bercak larutan vanilin 1%
dalam asam sulfat pekat.
Berdasarkan skripsi Istiqomah, pengukuran penetapan kadar piperin
dengan metode KLT-Densitometer yaitu dengan cara :
a. Pembuatan larutan Standar Piperin dengan konsentrasi 2000 ppm, dengan
cara ditimbang 20 mg standar piperin, dilarutkan dalam etanol pa
secukupnya sampai tanda batas 10 ml.
b. Pembuatan larutan standar piperin dengan cara pengenceran larutan
induk menjadi konsentrasi 200 ppm, 400 ppm, 800 ppm dan 1000 ppm.
c. Pembuatan larutan uji
Timbang seksama lebih kurang 50 mg ekstrak etanol 95% buah cabejawa (Piperis retrofacti Fructus), larutkan dalam 25 ad etanol p.a di dalam
tabung reaksi. Saring kedalam labu terukur 50 ml, bilas kertas sarinya
dengan etanol p.a secukupnya sampai tanda sehingga didapat konsentrasi
1000 ppm. Kemudian diencerkan menjadi 800 ppm.
d. Pengukuran
Totolkan masing-masing 1l larutan deret standar dan larutan uji pada
lempeng KLT silika gel 60 F 254, kembangkan dengan fase gerak
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
15/57
diklorometan P, ukur dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Densitometer pada panjang gelombang 254 nm.
Berdasarkan skripsi Trisnawati, Hasil ekstraksi dan standar piperina
dengan beberapa macam konsentrasi ditotolkan pada lempeng Kiesel Gel 60 F
254, kemudian dielusi dengan benzena : etil asetat (7:3). Hasil analisa kuantitatif
didapatkan harga Rf = 0.75, warna noda biru ungu (dilihat pada sinar UV) dan
spektra panjang gelombang maksimum 335 nm, yang memberikan hasil sama
dengan standar piperina.
Berdasarkan penelitian Padmadisastra, hasil pengujian senyawa penanda
dengan KLT densitometri menggunakan pengembang n-heksana : etil asetat (3:2)
dengan penampak bercak dragendrof (pereaksi umum alkaloid) menunjukkan
terbentuknya dua spot berwarna merah jingga dengan Rf 0.53 dan 0.45 yang
sejajar antara ekstrak dengan kelima formula tablet yang menunjukkan bahwa zat
aktif alkaloid yang terdapat dalam ekstrak juga terdapat dalam tablet.
Berdasarkan penelitian Sri Harti dan Moh Alisyahbana. Analisis KLT
pada buah cabe jawa menggunakan silika gel GF 254 P dan fase gerak campuran
n-butanol, etanol 96% P, amonia P dan air (60:40:5:10) serta penampak bercak
campuran anhidrida asetat P dan asam sulfat P (27:3) menghasilkan 3 bercak yang
berpisah secara baik. Sedangkan metode KLT menggunakan Kiesel gel GF 254 p
dan fase gerak campuran toluen p, dietil eter P, dan dioksan P (62.5: 21: 16) serta
penampak bercak larutan pereaksi vanilin-asam sulfat menghasilkan 4 bercak
yang terpisah secara sempurna.
Berdasarkan penelitian Siti Nurhayati dan Ertina, analisis KLT pada
ekstrak buah cabe jawa menggunakan fase diam silika gel, fase gerak dengan
komposisi toluen : dietileter : dioksan (62.5 : 21.5 : 6) dengan pereaksi penampaknoda menggunakan pereaksi vanilin asam sulfat, menunjukkan adanya bercak
khas cabe jawa yaitu bercak berwarna kuning. Analisis KLT pada ekstrak buah
cabe jawa menggunakan silika gel G dan cairan eluasi campuran benzen : eter :
metanol (4:1:1). Senyawa marker yang digunakan adalah piperin (Djoko Hargono,
1992).
2.8. Kapsul
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
16/57
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul umumnya terbuat dari gelatin tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (DepKes RI, 1995).
Kapsul digunakan karena kepraktisannya untuk memberikan kenyamanan bagi
konsumen obat. Obat yang memiliki rasa tidak enak seperti pahit, anyir, manis,
dan bau dapat ditutupi jika dibuat dalam bentuk kapsul. Selain itu cangkang
kapsul juga berfungsi untuk menjaga bahan aktif dan pengaruh lingkungan
sehingga bisa menjaga stabilitasnya. Cangkang kapsul dapat mewadahi berbagai
bentuk obat mulai dari serbuk, granula, cair dan semipadat. Kerugian sediaan
kapsul adalah kalrutan tinggi umumnya tidak dapat digunakan pada kapsul gelatin
keras, kapsul tidak cocok untuk bahan obat yang dapat mengembang.
Beberapa bahan tambahan pada formulasi massa kapsul diantaranya:
Bahan pengisi
Untuk mencukupkan massa kapsul sampai pada bobot yang digunakan.
Bahan lubrikan
Untuk meningkatkan aliran serbuk atau granul sehingga memperbaiki sifat
alir dengan memperkecil gesekan antar partikel.
Adsorben
Untuk melindungi bahan berkhasiat dan pengaruh kelembaban.
Kapsul buah cabe jawa telah digunakan dalam jamu yang ada dipasaran,
salah satunya adalah kapsul herbalcabe jawa yang berisi Piperis retofracti Fructus
extractumisi. Selain kapsul, cabe jawa bisa dibuat krim contohnya pada sediaan
krim ekstrak etanol cabe jawa menggunakan basis krim tipe o/w. Ekstrak etanol
cabe jawa dibuat menggunakan basis asam stearat, cera alba, vaselin alba, TEA,
propilen glikol dengan variasi kadar asam stearat dan cera alba 75:25 ; 50:50 ;25:75. Ekstrak cabe jawa juga bisa dibuat gel dengan metode sokhletasi dengan
kombinasi karbopol dan HPMC 2:1, 1:1, 1:2. Selain itu cabe jawa juga dapat
diformulasi dalam bentuk tabel dengan formulasi seperti berikut :
Komponen Formula A
(%)
Formula B
(%)
Formula C
(%)
Formula D
(%)
Formula E
(%)
Ekstrak
cabe jawa
21.4 21.4 21.4 21.4 21.4
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
17/57
kering
Vivapur pH
102
20 30 40 50 60
Laktosa 52.1 42.1 32.1 22.1 12.1
Aerosol 200 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
Mg Stearat 1 1 1 1 1
Talk 5 5 5 5 5
(Padmadisastra, 2009)
2.8. Evaluasi Sediaan Kapsul
1. Evaluasi mutu fisik granul ekstrak
1.1. Kelembaban granul
Kelembaban granul diukur dengan moisture balance analyzer,
dengan persyaratan 3-5% (Voight, 1994)
1.2.
Uji kecepatan alir dan sudut diam granul
Uji kecepatan alir dan sudut diam granul dilakukan dengan cara
memasukkan 100 gram granul ke dalam corong yang ditutup bagian
bawahnya. Kecepatan alir ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan oleh serbuk mengalir keluar sampai habis. Sudut diam dapat
ditentukan dengan rumus :
Sudut diam (tg ) = tinggi kerucut (h) (cm)
Jari-jari (r) (cm)
Sudut granulat dikatakan baik apabila sudut diamnya = 20o-40o
1.3.
Kerapuhan granul
Kerapuhan granul ditentukan dengan cara mengayak 10 gram
sampel granul dengan pengayak 212 m (setara dengan mesh 70).
Granul hasil ayakan diletakkan pada piringan alat uji kerapuhan yang
diputar pada 25 rpm selama 5 menit. Setelah itu, sampel diayak dengan
ayakan 212 m lalu ditentukan persen serbuk sebagai indeks dari
kerapuhan granul. Syarat untuk uji kerapuhan granul adalah tidak lebih
dari 1%.
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
18/57
2. Uji mutu fisik kapsul
Uji mutu fisik kapsul dilakukan terhadap formula optimum,
meliputi uji keseragaman bobot dan waktu hancur kapsul. Uji keseragaman
bobot kapsul mengikut ketentuan Farmakope Indonesia III (Anonim,
1979). Uji waktu hancur kapsul dilakukan dengan cara yang tercantum
pada Farmakope Indonesia IV (Anonim, 1995). Waktu hancur kapsul tidak
lebih dari 15 menit (Anonim, 1979).
2.1.
Keseragaman bobot kapsul
Timbang 20 kapsul dan timbang lagi kapsul satu per satu.
Keluarkan semua isi kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul.
Hitung bagian isi kapsul terhadapa bobot rata-rata tiap kapsul.
Perbedaan dalam persen bobot tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap
isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan pada kolom A dan
untuk setiap 2 kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom B.
Bobot rat-rata kapsul Perbedaan bobot isi kapsul dalam (%)
A B
120 mg atau lebih 10 % 20 %
Lebih dari 120 mg 7.5 % 10 %
2.2.Uji variasi berat
Uji variasi berat yang ditentukan oleh USP XX merupakan uji yang
berurutan, timbang 20 kapsul dan ditentukan berat rata-ratanya.
Persyartan uji dipenuhi jika tidak satu pun dari berat masing-masing
kapsul yang kurang dari 90% atau lebih dari 110% dari berat rata-rata.Jika ke-20 kapsul tidak memenuhi kriteria tersebut, berat netto masing-
masing ditentukan, diambil rata-ratanya dan perbedaan ditentukan antara
masing-masing isi netto dengan rat-rata. Persyaratan dipenuhi jika:
a.
Tidak lebih dari dua perbedaan yang lebih dari 10% terhadap rata-
rata.
b.
Tidak satupun yang mempunyai perbedaan lebih besar dari 25%.
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
19/57
Jika lebih dari 2 tetapi kurang dari 6 berat yang ditentukan dengan
uji tersebut lebih dari 10% tetapi kurang dari 25% . Isi netto ditentukan
untuk 40 kapsul tambahan, dan rata-rata diambil dari 60 kapsul.
Terhitung ada 60 penyimpangan dari berat rata-rata yang baru.
Persyaratan dipenuhi jika:
a.
Perbedaan tidak melebihi 10 % dari rata-rata dalam lebih 6 dari 60
kapsul.
b.
Tidak ada perbedaan yang lebih dari 25%.
2.3.Uji keseragaman isi
Uji keseragaman isi dilakukan dengan menimbang 30 kapsul, 10
diantaranya diperiksa dengan prosedur khusus. Persyaratan dipenuhi jika
9 dari 10 kapsul mempunyai kisaran potensi spesifik dari 85 sampai 115
%, dan yang kesepuluh tidak diluar 75 sampai 125 %.
Jika lebih dari 1 tetapi kurang dari 3, dari 10 kapsul yang pertama
berada diluar batas 85 sampai 115 %, Ke-20 sisa diperiksa. Persyaratan
dipenuhi jika ke-30 kapsul berada dalam kisaran spesifik 75 sampai 125
% dan tidak kurang dari dari 27 dari 30 kapsul berada dalam kisaran 85
sampai 115%.
2.4.Penentuan pH
Pengujian dilakukan sama seperti penentuan pH ekstrak yaitu nilai
pH larutan ditentukan secara potensiometri dengan menggunakan
elektroda kaca, elektroda referensi dan pH meter digital. pH meter
dioperasikan sesuai petunjuk. Pertama aparat dikalibrasikan
menggunakan penyangga dari pH 4.9 dan 7. 1 gram bubuk ekstrakdiambil dan dilarutkan dalam 100 mL air demineral. Elektroda direndam
dalam larutan dan pH diukur. Untuk kapsul yang digunakan adalah
bubuk dari satu kapsul.
2.5.
Uji desintegrasi untuk kapsul
Satu kapsul dimasukkan ke masing-masing tabung dan
menambahkan disk untuk setiap tabung, dan ditambah 100 mL air. Wire
mesh pada titik tertinggi adalah minimal 25 mm dibawah permukaan air,
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
20/57
dan dititik rendah setidaknya 25 mm diatas bagian bawah gelas. Aparat
dioperasikan dan dijaga pad suhu 37o 2oC. Catat waktu yang
dibutuhkan untuk semua kapsul hancur dan melewati wire mesh.
2.6.
Uji disolusi untuk kapsul.
Uji disolusi dilakukan untuk kapsul menggunakan alat uji disolusi,
900 mL dari 5 N HCl digunakan sebagai medium. Media disolusi
dihangatkan sampai 36.5o-37.5o. untuk uji disolusi kapsul, menggunakan
disolusi tipe keranjang. Alat segera dioperasikan pada kecepatan 50 rpm
selama dua jam. Setelah dua jam, 25 ml spesimen ditarik dari daerah
pertengahan antara permukaan dari medium disolusi dan atas pisau
berputar atau keranjang. Untuk masing-masing kapsul diuji, jumlah
bahan aktif yang terlarut dihitung sebagai persentase yang terlarutkan
dalam dua jam.
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
21/57
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1
Alat:
Gelas beker
Spatula
Mortir
Stamper
Timbangan analitik
Labu ukur
Vial
Mikropipet
Lempeng KLT
Densitometri
Batang pengaduk
Rotavapor
Oven
3.1.2 Bahan:
Standart piperinb
Ekstrak cabe jawa
Aerosil
Avicel
Etanol 96%
Mg stearat
Amilum
Cangkang kapsul
Kertas saring
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Metode ekstraksi maserasi
Masukkan serbuk ke dalam maserator
Serbuk simplisia cabe jawa
Timbang 40 g
Tambahkan etanol 96% 400 ml
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
22/57
3.2.2 Pengeringan ektrak
Serbuk simplisia dimaserasi
Rendam selama 18 jam
Maserat cabe jawa
Saring maserat
Filtrat cabe jawa
Pekatkan dengan rotavapor pada suhu 50oC
Ektrak kental cabe jawa
Hitung rendemen
Ektrak kental
Timbang ektrakkental (75% dari rendemen)
Aduk rata dengan batang pengaduk selama 3-5 menit
Ektrak kental 75% dari rendemen
Timbang aerosil 1-2% dari bobot ekstrak
Tambahkan aerosil sedikit demi sedikit pada ektrak kental
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
23/57
3.2.3 Penetapan kadar senyawa aktif ektrak
Pembuatan larutan pembanding piperin
Campuran ekstrak dan aerosil
Tambah aerosil sambil digerus ad rata dan kering
Ektrak kering cabe jawa
25 mg standart piperin
dilarutkan dengan etanol 96% ad tanda
Dimasukkan dalam labu 25 mL
Larutan induk 1000 ppm
Larutan standart berbagai konsentrasi
Dipipet 0,5 ml, masukkan dalam labu 5 ml (100 ppm)
Dipipet 1 ml, masukkan dalam labu 5 ml (200 ppm)
Dipipet 2 ml, masukkan dalam labu 5 ml (400 ppm)
Dipipet 4 ml, masukkan dalam labu 5 ml (800 ppm)
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
24/57
Pembuatan larutan uji
Penetapan kadar piperin menggunakan metode KLT Densitometri
Ditimbang 250 mg ekstrak
Larutkan dalam 15 ml etanol 96%
Saring larutan ke dalam labu 25 ml menggunakan kertas saring
Bilas kertas saring dengan etanol 96% ad tanda
Siapkan lempeng KLT kering dan bersih
Totol 2 l larutan pembanding
Totol 10 l larutan uji (3x replikasi)
Eluasi lempeng dalam chamber jenuh
Keringkan lempeng dengan alat pengering
Scanning lempeng dengan densitometri camag
Hitung kadar piperin dan KV kadar piperin
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
25/57
3.2.4 Formulasi kapsul
3.2.5 Garanulasi basah
Dibuat kapsul dengan kadar piperin 4,9%
Bobot tiap kapsul 600 mg dengan mengguankan kapsul no 1
Tambah avicel 4,5 g
Tambah amilum 16,9 g
Campur rata ekstrak kering cabe jawa dengan avicel dan amilum
Campuran zat aktif dan eksipien
Campuran zat aktif dan eksipien
Tambahkan PVP 7 mL
Aduk hingga terbentuk massa yang dapat dikepal
Ayak dengan menggunakan ayakan no 80
Granulasi basah
Keringkan dengan oven pada suhu 45oC selama 30 menit
Serbuk granul basah
Ayak dengan menggunakan ayakan no 60
Tambahkan Mg stearat 0,52 mg
Granul kering
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
26/57
3.2.6 Pengisian kapsul
3.3 Evaluasi sediaan
3.3.1 Evaluasi mutu fisik granul ekstrak
Uji kecepatan alir
menimbang 100 gram campuran ekstrak kering
menutup dasar corong dan masukkan campura n ekstrak dalam corong
membuka penutup dasar corong dan jalankan pencatat waktu
menghentikan pencatat waktu pada saat semua campuran ekstrak keringmelewati corong
mengukur tinggi kerucut (h) dan jari-jari (r)
menghitung sudut diam dengan cara membagi h dan r.
Buka penutup kapsul
Badan kapsul ditekan-tekan pada serbuk
Setelah terisi penuh, tutup kapsul
Bersihkan seluruh permukaan cangkang kapsul
Masukkan kapsul ke dalam wadah
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
27/57
Sudut diam dapat ditentukan dengan rumus :
Sudut diam (tg ) = tinggi kerucut (h) (cm)
Jari-jari (r) (cm)
Sudut granulat dikatakan baik apabila sudut diamnya = 20o-40o
3.3.2 Uji Mutu Fisik Kapsul
Bobot rat-rata kapsul Perbedaan bobot isi kapsul dalam (%)
A B
120 mg atau lebih 10 % 20 %
Lebih dari 120 mg 7.5 % 10 %
Uji keseragaman bobot
Menimbang 20 kapsul
menimbang lagi satu persatu
mengeluarkan semua isi kapsul
menimbang seluruh bagian cangkang kapsul
hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap kapsul
Perbedaan dalam persen bobot tiap kapsul terhadap bobot rata-ratatiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan pada kolom A
dan untuk setiap 2 kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkankolom B
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
28/57
3.4 Uji Penetapan Kadar Sediaan
Pembuatan larutan pembanding piperin
Pembuatan larutan uji
25 mg standart piperin
dilarutkan dengan etanol 96% ad tanda
Dimasukkan dalam labu 25 mL
Larutan induk 1000 ppm
Larutan standart berbagai konsentrasi
Dipipet 0,5 ml, masukkan dalam labu 5 ml (100 ppm)
Dipipet 1 ml, masukkan dalam labu 5 ml (200 ppm)
Dipipet 2 ml, masukkan dalam labu 5 ml (400 ppm)
Dipipet 4 ml, masukkan dalam labu 5 ml (800 ppm)
Ambil kapsul secara acak, keluarkan dan timbang isinya
Larutkan dalam 15 ml etanol 96%
Saring larutan ke dalam labu 25 ml menggunakan kertas saring
Bilas kertas saring dengan etanol 96% ad tanda
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
29/57
Penetapan kadar piperin dalam kapsul
Penetapan Kadar Piperin
Penotolan : 2 l larutan pembanding dan 10l larutan uji.
Fase gerak : diklorometana : etil asetat (30 : 10)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Deteksi : pada UV 254 nm
Warna noda : gelap (meredam sinar UV)
Replikasi : 3X
Siapkan lempeng KLT kering dan bersih
Totol 2 l larutan pembanding
Totol 10 l, 8 l, dan 4 l larutan uji (3x replikasi)
Eluasi lempeng dalam chamber jenuh
Keringkan lempeng dengan alat pengering
Scanning lempeng dengan densitometri camag
Hitung kadar piperin dan KV kadar piperin
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
30/57
BAB 4. HASIL PERCOBAAN
4.1 Uji Penetapan Kadar Ekstrak Cabe Jawa
LARUTAN KONSENTRASI MASSA AREA
Standar 1 100 ppm 200 ng 1595,17
Standar 2 200 ppm 400 ng 3015,24
Standar 3 400 ppm 800 ng 5680,54
Standar 4 800 ppm 1600 ng 9765,23
Sampel replikasi 1 400 ppm 4921,15
Sampel replikasi 2 400 ppm 4525,93
r = 0,997
y = 5,7842x + 675,92
sampel replikasi 1
4921,15 = 5,7892x + 675,92
x = 733,244 ng / dalam 8 l
dalam 25 ml =>
x 733,244 ng
= 2291388 ng
= 2,3 mg
x 2,3 mg = 57,5 mg
Berat sampel = 250 mg
% b/b =
x 100 %
= 23 %
4.1 Formulasi kapsul cabe jawa
Berdasarkan jurnal
R/ Ekstrak cabe jawa 4,9 %
Lactosa 78,5%
PVP K-30 2,23%
Nipagin 0,2%
Nipasol 0,02%
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
31/57
Talk 9,15%
Mg stearat 5%
Berdasarkan buku
R/ Ekstrak cabe jawa 4,9 %
Avicel 20%
Amilum 75,1%
m.f.d.in caps No. l
s.t.d.d
Susunan formulasi yang digunakan
R/ Ekstrak cabe jawa 4,9 %
Avicel 20%
Amilum 75,1%
Mg stearat 2%
PVP
m.f.d.in caps No. l
s.t.d.d
Penimbangan bahan
- Menggunakan cangkang kapsul ukuran 1 dimana 1 kapsul berisi 600
mg
-
Membuat 50 kapsul cabe jawa
- Total serbuk pengisi kapsul:
-
50 x 600 = 30.000 mg = 30 g
Piperin
-
Terkandung dalam ekstrak kental cabe jawa, ekstrak sampel
diketahui % b/b = 23%
=
x= 21,7 mg ekstrak
-
Menimbang 1102,5 mg ekstrak + dengan aerosil 4% => 0,882 mg
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
32/57
- Mengandung piperin :
= 3,7 % (kandungan ekstrak dalam sediaan)
Avicel
x 30 g = 6 g
Amilum
x 30 g = 22,53 g
PVP
- PVP dilarutkan dalam etanol
-
PVP yang ditimbang : 1 gram
- Pelarut yang digunakan : Etanol 20 ml ( 1 gram / 20 ml)
- Yang digunakan untuk membasahi serbuk : 7 ml = 140 tetes
-
Mengalami proses granulasi ( pembasahan, pengayakan
pertama, pengeringan dengan oven, pengayakan kedua )
sehingga berat menjadi 26 gram
Mg Stearat 2%
x 26 gram = 0,52 %
Kandungan Piperin
Hasil penetapan kadar piperin 23%
=
x =
rata-rata per kapsul = 222.37 mg sediaan
=
x = 2.74 mg piperin/kapsul
% b/b =
x 100% = 0.851%
Proses formulasi
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
33/57
Total serbuk = 26. 52 gram
Rata-rata bobot perkapsul= 322,37
4.2 Hasil Evaluasi
1. Sifat alir
Massa granul : 26.52 g
Tinggi kerucut : 4.5 cm
Jari-jari : 8 cm
Waktu alir : 37 detik
Kecepatan alir : 0.717 g/s
Tangen sudut diam : tangen 0.5625
Sudut diam : 29.36o
Kesimpulan = tidak memenuhi persyaratan sifat alir, karena pergerakan
sifat alir 10 g/s.
2. Keseragaman bobot
No Kapsul + isi (gram) Cangkang (gram) Isi (gram)
1 0.4083 0.0781 0.3302
2 0.4045 0.0787 0.3258
3 0.3961 0.0815 0.3146
4 0.4396 0.0750 0.3646
5 0.4139 0.0812 0.3327
6 0.3847 0.0743 0.3104
7 0.3841 0.0797 0.3044
8 0.4167 0.0786 0.3381
9 0.3864 0.0794 0.3070
10 0.3953 0.0787 0.3166
11 0.3865 0.0765 0.3100
12 0.3945 0.0776 0.3173
13 0.4075 0.0796 0.3279
14 0.3966 0.0755 0.3211
15 0.3942 0.0755 0.3146
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
34/57
16 0.3921 0.0795 0.3126
17 0.3932 0.0772 0.3160
18 0.4142 0.0779 0.3345
19 0.4028 0.0775 0.3253
20 0.4008 0.0770 0.3238
Total 8.0106 1.559 6.44755
Rata-rata isi kapsul =
= 0.32237 gram = 322.37 mg
Perbedaan bobot antar kapsul =
x 100% = 0.22%
Kesimpulan : memenuhi keseragaman bobot
4.3 Penetapan kadar piperin dalam kapsul
Larutan Konsentrasi Massa Area Rf
Standar 1 100 ppm 200 ng 1404.31 0.56
Standar 2 200 ppm 400 ng 2791.56 0.57
Standar 3 400 ppm 800 ng 5464.14 0.57
Standar 4 800 ppm 1600 ng 9697.84 0.57Sampel replikasi
1
920.1 ng 5840.07
Sampel replikasi
2
737.43 ng 4765.24
Sampel replikasi
3
587.39 ng 3882.39
r = 0.99788y =426.2 + 5.884x
Sampel replikasi 1
Dalam 25 ml = 25x103l / 10 l x 920.1 ng = 2300250 ng = 2.3 mg
Sampel replikasi 2
Dalam 25 ml = 25x103l / 8 l x 737.43 ng = 2304468.75 ng = 2.3 mg
Sampel replikasi 3
Dalam 25 ml = 25x10
3
l / 4 l x 587.39 ng = 2447458 ng = 2.4 mg
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
35/57
% b/b sampel replikasi 1 = 2.3 mg / 325 mg x 100% = 0.71%
% b/b sampel replikasi 1 = 2.3 mg / 325 mg x 100% = 0.71%
% b/b sampel replikasi 1 = 2.4 mg / 325 mg x 100% = 0.74%
% b/b rata-rata = 0.71% + 0.71% + 0.74% / 3 = 0.72%
% recovery = 0.72% / 0.851 x 100% = 84.61 %
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
36/57
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Mekanisme zat aktif pada cabe jawa
Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki efek
stimulant terhadap sel-sel syaraf sehingga mampu meningkatkan stamina
tubuh.Efek hormonal dari tanaman ini dikenal sebagai afrodisiaka.Berdasarkan
penelitian secara ilmiah Cabe Jawa digunakan sebagai afrodisiaka karena
mempunyai efek androgenik dan anabolik. Dari suatu tinjauan pustaka dikatakan
bahwa secara umum kandungan kimia atau senyawa kimia yang berperan sebagai
afrodisiaka adalah turunan steroid, saponin, alkaloid, tannin dan senyawa lain
yang dapat melancarkan peredaran darah. Bagian yang dimanfaatkan sebagai
afrodisiaka adalah buahnya dan diduga senyawa aktif yang berkhasiat afrodisiaka
di dalam buahnya adalah senyawa piperine.
Selain piperine, senyawa lain dalam buah cabe jawa yang juga diduga
memiliki peran afrodisiak yaitu -sitosterol, yang merupakan senyawa sterol
dengan struktur mirip kolesterol dan dapat diubah menjadi pregnenolon.
Pregnenolon sendiri merupakan senyawa yang terbentuk pada proses awal sintesis
testosteron dari kolesterol. Dengan demikian, kemiripan struktur yang dimiliki -
sitosterol dengan kolesterol memungkinkannya untuk dikonversi menjadi hormon
steroid, diantaranya testosteron.
Dari beberapa hasil penelitian, diketahui bahwa ekstrak Cabe Jawa cukup
aman, mempunyai efek androgenik dan meningkatkan kadar hormone testosteron
tikus percobaan serta sudah diketahui karakterisasinya baik sebagai simplisia
maupun ekstrak etanol 95%. Suatu uji klinik dengan rancangan penelitian single
blind clinical trial telah dilakukan pada pasien hipogonad yaitu pasien infertildengan oligozoospermia dan keluhan penurunan libido atau potensi seks, volume
testis < 15 ml, serta kadar hormon testosteron di bawah kisaran normal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Cabe Jawa dapat meningkatkan kadar
testosteron darah pada 7 dari 9 pria relawan. Dilaporkan juga bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan jumlah konsentrasi spermatozoa dan frekuensi koitus
relawan setelah pemberian Cabe Jawa.Jumlah sperma meningkat setelah 30 hari
pemberian Cabe Jawa dan tetap tinggi setelah pemberiannya dihentikan.Cabe
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
37/57
Jawa dapat meningkatkan libido atausexual intercoursepara relawan.Peningkatan
tersebut merupakan nilai tambah dari Cabe Jawa jika diberikan pada pria yang
mempunyai keluhan tentang coitus.
5.2 Pemilihan Metode Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode
maserasi, dimana metode maserasi ini merupakan metode ekstraksi cara dingin.
Metode ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi total,
yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa termolabil
yang terdapat pada sampel.
Metode maserasi sendiri merupakan proses pengekstrakan simplisia
dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperature ruangan (suhu kamar). Penyarian zat aktif dilakukan dengan
cara merendam serbuk sampel ke dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama
proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Dipilih metode ekstraksi maserasi ini karena sediaan cabe jawa
mengandung minyak atsiri sehingga jika digunakan metode ekstraksi lainnya yang
menggunakan cara panas ditakutkan ada senyawa aktifnya akan rusak. Selain itu
tidak digunakan metode maserasi cara dingin lainnya karena metode maserasilebih mudah untuk dilakukan (lebih sederhana) selain itu lebih murah dan tidak
membutuhkan alat khusus.
Dari proses ekstrasi yang dilakukan dengan menggunakan metode
maserasi dapat menghasilkan rendemen yang cukup besar. Berdasarkan literature
Farmakope Herbal 2010 nilai rendemen ekstrak kental buah cabe jawa (Piperis
retrofacti fructus extractum spissum) tidak kurang dari 12%.
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
38/57
5.3 Pemilihan Pelarut
Menurut Guenther, 1987, pelarut sangat mempengaruhi proses ekstraksi,
pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain :
1.
Selektivitas
Pelarut dapat melarutkan semua zat yang akan diekstrak dengan cepat dan
sempurna.
2. Titik didih pelarut
Pelarut harus mempunyai titik didih yang cukup rendah sehingga pelarut
mudah diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi pada proses pemurnian dan
jika diuapkan tidak tertinggal dalam minyak.
3.
Pelarut tidak larut dalam air
4. Pelarut bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen lain
5. Harga pelarut semurah mungkin.
6. Pelarut tidak mudah terbakar.
Pada praktikum kali ini digunakan pelarut etanol 96%. Dipilih pelarut
etanol karena etanol dapat digunakan untuk menyari zat yang kepolaran relatif
tinggi sampai relative rendah, karena etanol merupakan pelarut universal, etanol
tidak meyebabkan pembengkakan membrane sel, dapat memperbaiki stabilitas
bahan obat yang terlarut dan juga efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif
yang optimal. Dipilih etanol konsentrasi 96% karena etanol 96% merupakan
pelarut dimana kadar alkoholnya lebih kecil atau sedikit dibandingkan dengan
kadar airnya, sehingga lebih mudah atau lebih cepat menguap.
5.4 Tahapan Kerja
Pada praktikum kali ini pertama yang dilakukan adalah menyerbuksimplisia yang sudah kering menggunakan mesin selep dengan derajat kehalusan
yang sudah ditentukan.Selanjutnya serbuk simplisia kering yang didapat
dimaserasi. Pada tahap maserasi yang dilakukan pertama kali adalah menimbang
40 gram serbuk kering simplisia cabe jawa lalu dimasukkan ke dalam maserator,
ditambahkan etanol 96% sebanyak 400 mL, diaduk, maserator ditutup dan
dibiarkan terendam selama 6 jam, diaduk, dibiarkan kembali selama 18 jam,
sehingga didapatkan maserat yang kemudian maserat disaring dan dipekatkan
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
39/57
dengan routavapor pada suhu 500C sehingga didapatkan ekstrak kental.
Selanjutnya dihitung rendemen ekstrak yang didapatkan.
Ekstrak kental yang didapatkan selanjutnya dikeringkan dengan
menambahkan aerosil sedikit demi sedikit sebanyak 1-2% dari bobot ekstrak
kemudian diaduk ad rata dan kering.Penambahan aerosil ini bertujuan untuk
mendapatkan ekstrak yang kering.Setelah didapatkan ekstrak kering cabe jawa
kemudian dilakukan formulasi kapsul cabe jawa.Dimana kapsul yang digunakan
yaitu kapsol No. 1 dengan bobot tiap kapsul 600 mg yang mengandung piperin
4.9%. pertama yang dilakukan adalah menambahkan avicel sebanyak 4.5 g,
amilum 16.9 g ke dalam ekstrak kering cabe jawa dan dicampur ad rata.
Campuran antara ekstrak cabe jawa, avicel, dan amilum tadi selanjutnya di
granulasi dengan menambahkan PVP 7 ml dan diaduk hingga didapatkan massa
yang kalis. Setelah itu diayak menggunakan ayakan No. 80 kemudian di oven
pada suhu 450C selama 30 menit.Selanjutnya granul yang telah di oven diayak
kembali menggunakan ayakan No. 60 yang kemudian ditambahkan dengan Mg
stearat sehingga didapatkan granul kering.
Setelah proses granulasi dilakukan dan didapatkan granul kering,
selanjutnya granul tersebut dimasukkan ke dalam kapsul. Pertama badan dan
penutup kapsul dipisahkan dan diletakkan pada tempat untuk pengisian kapsul
seperti Gambar 1 yang kemudian badan kapsul diisi dengan serbuk hingga terisi
penuh dan selanjutnya tutup kapsul menggunakan penutup kapsul yang tadi telah
dipisahkan dengan badannya. Setelah itu cangkang kapsul yang telah terisi
sediaan permukaannya dibersihkan.
Untuk memastikan sediaan kapsul cabe jawa yang diformulasi
merupakan sediaan yang baik dan sesuai dengan parameter yang diinginkanmaka dilakukan pengujian evaluasi pada sediaan. Evaluasi yang dilakukan
diantaranya yaitu evaluasi mutu fisik granul ekstrak yang terdiri dari uji sifat
alirnya yang dilakukan dengan menimbang 100 mg campuran ekstrak kering
sediaan kapsul cabe jawa kemudian diletakkan pada alat yang berupa corong
yang selanjutnya dihitung berapa lama serbuk tersebut dapat melewati corong
dan diukur jari-jari serta ketinggian dari gunungan serbuk yang jatuh melewati
corong. Selanjutnya dihitung sudut diamnya dengan membagi tinggi dengan jari-
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
40/57
jari yang terbentuk.
Evaluasi selanjutnya yaitu evaluasi mutu fisik kapsul yang terdiri dari uji
keseragaman bobot yaitu dengan menimbang 20 kapsul satu persatu, kemudian
mengeluarkan semua isi kapsul dan menimbang seluruh bagian cangkang kapsul
yang kemudian dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap kapsulnya.
Perbedaan dalam persen bobot tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul
tidak boleh lebih dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul
tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom B. Selanjutnya uji variasi berat
dengan menimbang 20 kapsul dan ditentukan berat rata-ratanya, dimana harus
memenuhi persyaratan uji yaitu tidak boleh satu pun dari berat masing-masing
kapsul yang kurang dari 90% atau lebih dari 110% dari berat rata-rata, Jika ke-
20 kapsul tidak memenuhi kriteria tersebut, berat netto masing-masing
ditentukan, diambil rata-ratanya dan perbedaan ditentukan antara masing-masing
isi netto dengan rata-rata.
Selain evaluasi di atas juga dilakukan uji penetapan kadar piperin dalam
sediaan. Tahap yang dilakukan pertama kali yaitu membuat larutan pembanding
piperin dengan menimbang 25 mg standar piperin dan dilarutkan dengan etanol
96% ad tanda dalam labu ukur 25 mL sehingga didapatkan larutan induk dengan
konsentrasi 1000 ppm yang kemudian larutan induk tersebut diencerkan menjadi
100 ppm, 200 ppm, 400 ppm, dan 800 ppm. Selanjutnya dibuat larutan uji
dengan mengambil kapsul secara acak dan isinya dikeluarkan kemudian
ditimbang. Isi kapsul selanjutnya dilarutkan dalam 15 ml etanol 96%, kemudian
disaring menggunakan kertas saring dan di ad kan dengan etanol 96% dalam
labu ukur 25 ml. setelah larutan standard an larutan uji siap selanjutnya
dilakukan penetapan kadar piperin dalam kapsul. Yang pertama dilakukan yaitumenyiapkan lempeng KLT (pastikan lempeng bersih) kemudian dilakukan
penotolan larutan pembanding 2 l dan larutan uji 10 l, 8 l, dan 4 l denga
replikasi sebanyak 3 kali. Setelah penotolan selesai dilakukan eluasi lempeng
dalam chamber yang sudah jenuh, tunggu sampai fase gerak berjalan sampai
batas atas, jika sudah selanjutnya lempeng dikeringkan menggunakan drier
kemudian lempeng yang sudah kering discanning menggunakan densitometer
CAMAG dan dihitung kadar piperin dan KV kadar piperin.
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
41/57
5.5 Rendemen
Nilai rendemen ekstrak etanol 96% buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) yang didapat dari hasil ekstraksi maserasi adalah sebesar . Besar kecilnya
nilai rendemen menunjukkan keefektifan proses ekstraksi. Efektifitas proses
ekstraksi dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan sebagai penyari, ukuran
partikel simplisia, metode dan lamanya ekstraksi. Menurut literature Farmakope
Herbal 2010 nilai rendemen ekstrak kental buah cabe jawa (Piperis retrofacti
fructus extractum spissum) tidak kurang dari 12%.Jadi nilai rendemen ekstrak
kental buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus extractum spissum) dengan
metode ekstraksi maserasi sesuai dengan literature.
5.6 Penetapan kadar dengan metode KLT Densitometer
Ekstrak yang terbentuk harus ditetapkan kadarnya. Penetapan kadar
dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa dalam ekstrak tersebut. Senyawa
yang ditentukan kadarnya, dapat berupa senyawa aktif maupun senyawa identitas.
Senyawa aktif merupakan senyawa yang dapat memberikan efek farmakologi
sedangkan senyawa identitas merupakan senyawa khas yang terdapat dalam suatu
tanaman. Pada ekstrak ini, kami menetapkan kadar senyawa piperin yang
merupakan senyawa aktif sebagai afrodisiak sekaligus sebagai senyawa identitas
dari tanaman cabe jawa. Penetapan kadar pada praktikum ini dilakukan dengan
metode kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri. Kromatografi lapis tipis
adalah metode pemisahan senyawa kimia secara kimia fisika bedasarkan
perbedaan kecepatan migrasi atau rasio distribusi dari komponen campuran
fase diam dan fase gerak (Kusumaningtyas et al., 2008). Pada ekstrak ini, kami
memisahkan senyawa piperin dengan senyawa-senyawa lain yang terdapat padaekstrak tersebut kemudian menentukan kadarnya menggunakan densitometer.
Densitometri merupakan metode yang dapat mengukur kadar suatu zat dengan
mengukur kerapatan dari bercak hasil pemisahan pada lempeng yang selanjutnya
didefinisikan sebagai luas area. Pengukuran kerapatan ini melalui interaksi radiasi
elektromagnetik (REM).
Kami membuat larutan standart dengan konsentrasi 100, 200, 400 dan 800
ppm sedangkan larutan uji dibuat dengan konsentrasi ekstrak 400 ppm. Kemudian
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
42/57
ditotolkan pada lempeng KLT sebanyak 2 L dan larutan uji sebanyak 8 L.
Kemudian dieluasi dan discanning menggunakan densitometer pada panjang
gelombang 254 nm (Farmakope Herbal, 2009). Kondisi analisis dalam penetapan
kadar ini sudah merupakan hasil dari optimasi. Dari scanning tadi, kita dapat
menganalisa piperin dalam ekstrak secara kualitatif dan kuantitatif. Secara
kualitatif, kita dapat melihat dari nilai Rf. Nilai Rf dari larutan uji berturut-turut
adalah 0,56; 0,56; 0,57;0,57. Nilai ini sama dengan nilai Rf dari standart yaitu
rata-rata 0,57. Ini menunjukkan bahwa dalam ekstrak cabe jawa memang
terkandung piperin. Secara kuantitatif, kita dapat menghitung kadar dari piperin
dalam ekstrak dari luas area yang dihasilkan dari scanning dengan densitometer.
Luas area tersebut diekstrapolasikan dalam kurva kalibrasi yang didapat. Kurva
kalibrasi dibuat dengan menggunakan persamaan regresi linear. Linearitas
merupakan salah satu parameter untuk menilai kesahihan metode analisis
dengan melihat nilai hubungan respon dari berbagai konsentrasi zat baku pada
suatu kurva baku yang dilihat sebagai nilai koefisien korelasi (Murrukmihadi,
2013). Koefisien korelasi dari ekstrak ini adalah 0,997 nilai ini sudah cukup
menunjukkan bahwa metode sudah linier. Dari praktikum ini didapatkan kadar
piperin dalam ekstrak cabe jawa adalah 23%. Penetapan kadar ini juga dilakukan
untuk sediaan kapsul dengan kondisi analisis yang sama di mana dari kadar yang
didapat akan dihitung persen recovery. Persen recovery merupakan prosentase
perbandingan antara kadar piperin dalam kapsul dari hasil analisis KLT
densitometri dengan kadar piperin dalam kapsul secara teoritis. Persen recovery
yang didapat adalah 84,61%
5.7 Formulasi Sediaan KapsulSetelah penetapan kadar, dilanjutkan dengan formulasi sediaan kapsul.
Sebelum ekstrak diformulasi dengan berbagai bahan tambahan, ekstrak harus
dikeringkan terlebih dahulu menggunakan suatu adsorben.Adsorben yang
digunakan adalah Cab-o-sil.Adsorben seperti silicon dioksida (Aerosil, Syloid dan
Cab-O-Sil) berbentuk serbuk yang sangat halus, ringan berwarna putih, tak berbau
dengan sedikit rasa sabun.Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
43/57
mengadsorbsi air yaitu 50% dari beratnya tanpa kehilangan daya mengalirnya.
Terdapatnya adsorben di dalam formula bertujuan untuk :
Melindungi bahan obat dari pengaruh lembab. Adsorben akan menarik dan
mengikat air yang berasal dari bahan pengikat maupun yang berasal dari udara
lembab, sehingga memperkecil kemungkinan kontak antara bahan obat dengan
kelembaban.
Bahan yang bersifat higroskopis memiliki kecenderungan untuk mengikat air,
adanya absorben dapat membatasi/menghalangi kemampuan bahan tersebut
untuk mengikat/menarik air. Kombinasi bahan obat tertentu dapat menurunkan
titik eutektik, dimana kombinasi tersebut akan menjadi basah dan masa ini
akan melengket pada permukaan pencetak tablet.
Dapat mencegah pembasahan cangkang kapsul oleh solven yang terdapat di
dalam ekstrak
Menurut American Pharmaceutical Association and The Pharmaceutical
Society of Great Britain, jumlah adsorben yang ditambahkan tidak boleh lebih
dari 3% karenabersifat voluminous dan karsinogenik. Pada praktikum ini, kami
menggunakan aerosil sebanyak 4% sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah
aerosil yang digunakan melebihi batas yang ditentukan. Hal ini dikarenakan
ekstrak yang digunakan kurang pekat atau masih mengandung pelarut sehingga
membutuhkan lebih banyak aerosil untuk dapat menghasilkan serbuk kering.
Bahan yang digunakan dalam formulasi kapsul cabe jawa diantaranya
ekstrak cabe jawa, avicel, amilum, pvp dan mg stearat. Piperin yang diinginkan
pada setiap kapsul yaitu sebanyak 5 mg sehingga ekstrak yang digunakan
sebanyak 21,7 mg ekstrak untuk 50 kapsul. Avicel digunakan sebagai adsorben,
glidant dan pengisi.Avicel dapat mengeringkan ekstrak karena avicel bersifatsebagai adsorbent.Selain itu, digunakan avicel karena avicel dapat memperbaiki
sifat alir dari serbuk. Avicel memiliki rumus molekul C6H10O5dan rumus struktur
sebagai berikut :
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
44/57
Gambar 1 Rumus Struktur Avicel
Avicel yang digunakan sebanyak 20% atau sebanyak 6 gram untuk 50
kapsul. Pemerian dari avicel yaitu putih, tidak berbau dan berwarna dari berbagai
bentuk partikel dan mudah mengalir atau sebagai pengikat.Avicel digunakan
dalam formulasi farmasetik oral dan produk makanan dan relatif tidak toksik atau
tidak mengiritasi.Avicel tidak diabsorbsi sistemik dan memiliki sedikit
toksisitas.Konsumsi avicel dalam jumlah besar dapat menyebabkan efek laksatif.
Amilum digunakan sebagai pengisi.Bahan pengisi dibutuhkan untuk
mengisi matrix kosong dalam kapsul karena bahan aktif yang digunakan tidak
dapat mengisi kapsul secara penuh maka diperlukan bahan pengisi. Amilum yang
digunakan sebesar 75,1 % atau sebanyak 22,53 gram. Bahan pengisi yang
digunakan adalah amilum karena selain sebagai pengisi, amilum dapat berfungsi
sebagai glidan dan disintegran. Rumus struktur dari amilum yaitu
Gambar 2 Rumus Struktur Amilum
PVP atau polyvinylpirolydon merupakan bahan yang berfungsi sebagai
pengikat. Dalam formulasi ekstrak cabe jawa digunakan cara granulasi sehingga
untuk dapat mengikat semua bahan aktif dan bahan tambahan diperlukan bahan
pengikat. PVP yang digunakan merupakan sebanyak 1 gram yang dilarutkan
dalam 40 ml etanol dan yang digunakan sebanyak 7 ml atau 140 tetes.
Mg stearat berfungsi sebagai pelincir sehingga serbuk dapat mengalir
dengan baik. Mg stearat yang digunakan adalah 2% atau sebesar 0,52 gram. Mg
stearat dipilih sebagai bahan pelincir karena Mg sterat bersifat inert dan umumnya
sebagai bahan pelincir dalam pembuatan kapsul.Rumus struktur dari Mg Stearat
yaitu :
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
45/57
Gambar 3 Rumus Struktur Mg Stearat
Kapsul yang digunakan adalah kapsul gelatin keras sebanyak 50
kapsul.Kapsul gelatin yang keras merupakan jenis yang digunakan oleh ahli
farmasi masyarakat dalam menggabungkan obat-obatan secara mendadak dan
dilingkungan para penbuat sediaan farmasi dalam memproduksi kapsul
umumnya.Cangkang kapsul kosong dibuat dari campuran gelatin, gula dan air,
jernih tidak berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai rasa.Gelatin dihasilkan
dari hidrolisis sebagian dari kolagen yang diperoleh oleh kulit, jaringan ikat putih
dan tulang belakang binatang-binatang.Sehingga dipilih kapsul gelatin karena
aman digunakan dan tidak mempunyai efek samping berbahaya bagi tubuh.
Evaluasi yang dilakukan dalam pembuatan kapsul ekstrak cabe jawa
adalah uji keseragaman bobot dan uji sifat alir. Tujuan dari uji keseragaman bobot
yaitu agar diketahui bobot dari setiap kapsul seragam sehingga tiap kapsul dapat
memiliki kandungan bahan aktif yang sama. Uji keseragaman bobot dilakukan
dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi satu persatu isi tiap
kapsul.Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut.Lalu
dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan bobot isi
tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi dari yang
ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang
ditetapkan pada kolom B (Depkes RI, 1979). Hasil uji didapatkan bahwa
perbedaan bobot antar kapsul sebesar 0,22% sehingga dikatakan bahwa tiap
kapsul memiliki keseragaman bobot yang sama.
Uji sifat alir dilakukan agar pada proses pencetakan serbuk dapat mengalir
dengan baik sehingga didapatkan kapsul yang memiliki bobot yang sama. Sifat
alir serbuk berpengaruh pada peningkatan reprodusibilitas pengisian ruang
pencetakan kapsul , sehingga menyebabkan keseragaman bobot sediaan lebih
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
46/57
baik, demikian pula efek farmakologinya. Caranya yaitu dengan meletakkan
massa cetak dalam corong alat uji kecepatan alir yang bagian bawahnya ditutup.
Massa cetak yang keluar dari alat tersebut dihitung kecepatan alirannya dengan
menghitung waktu yang diperlukan oleh sejumlah serbuk untuk turun melalui
corong alat penguji dengan menggunakan stopwatch dari mulai dibukanya tutup
bagian bawah hingga semua massa granul mengalir keluar dari alat uji. Timbunan
granul dapat digunakan untuk menghitung sudut istirahat.Diameter rata-rata
timbunan granul dan tinggi puncak timbunan granul diukur.Untuk 100 g granul
waktu alirnya tidak boleh lebih dari 10 detik.Waktu alir berpengaruh terhadap
keseragaman bobot tablet.Dari hasil pengujian didapatkan kecepatan alir yaitu
0,717 g/s dan sudut diam sebesar 29,36o.Berdasarkan hasil pengujian disimpulkan
bahwa serbuk memiliki sifat alir yang buruk karena persyaratan sifat alir yang
baik yaitu kecepatan alir sebesar 10g/s dan sudut diam
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
47/57
BAB 6. PENUTUP
6.1 Cabe jawa digunakan sebagai afrodisiaka karena mempunyai efek
androgenik dan anabolik, senyawa yang dimanfaatkan sebagai afrodisiaka adalah
piperine dan -sitosterol
6.2 Metode yang digunakan dalam mengekstraksi senyawa aktif dari cabe
jawa adalah maserasi, metode ini dipilih karena memperkecil kemungkinan
terjadinya kerusakan pada senyawa termolabil yang terdapat pada sampel.
6.3 Pelarut yang digunakan dalam mengekstraksi senyawa aktif dari cabe
jawa adalah etanol 96%, pelarut ini dipilih karena merupakan pelarut yang
universal, etanol tidak menyebabkan pembengkakan membrane sel, dapat
memperbaiki stabilitas bahan obat yang terlarut dan juga efektif dalam
menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal
6.4 Nilai rendemen ekstrak etanol 96% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) yang didapat dari hasil ekstraksi maserasi adalah sebesar 23%
6.5 Penetapan kadar piperine menggunakan metode KLT Densitometer
dan didapat hasil :
Nilai Rf dari larutan uji : 0,56; 0,56; 0,57; 0,57
Nilai korelasi dari ekstrak cabe jawa : 0,997
Nilai kadar piperin dalam ekstrak cabe jawa :23%
Nilai persen recovery yang didapat : 84,61%
6.6 Formula yang dirancang untuk membuat kapsul ekstrak cabe jawa
adalah absorben yang digunakan sebagai penggering ekstrak, avicel sebagai
adsorben, glidant dan pengisi, amilum sebagai pengisi, pvp sebagai pengikat dan
mg stearat sebagai pelincir.6.7 Evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi uji keseragaman bobot yang
menunujukkan bahwa tiap kapsul memiliki keseragaman bobot yang sama(0.22%)
dan uji sifat alir yang menunjukkan bahwa serbuk memiliki sifat alir yang buruk
karena persyaratan sifat alir yang baik yaitu kecepatan alir sebesar 10g/s dan sudut
diam
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
48/57
DAFTAR PUSTAKA
Agus Ruhnayat, Rosita Sri Muljati dan Wawan Haryudin. 2011. Respon Tanaman
Cabe Jawa Produktif Terhadap Pemupukan Di Sumenep Madura. Bul.
Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 136146
Aliadi, A., B. Sudibyo, D. Hargono, Farouq, Sidik, Sutaryadi dan S. Pramono.
1996. Tanaman Obat Pilihan. Yayasan Sidowayah, Jakarta. hlm.42-45.
Amin Zuchri. 2008. Habitus Dan Pencirian Tanaman Cabe Jamu (Piper
Retrofractum Vahl.)
Anonim, 1979.Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV, 255. PenerbitUniversitas Indonesia: Jakarta.
Anwar, N.S. 2001. Manfaat obat tradisional sebagai afrodisiak serta dampak
positifnya untuk menjaga stamina. Makalah pada Seminar Setengah Hari
Menguak Manfaat Herbal bagi Vitalitas Seksual, Jakarta, 13 Oktober
2001. 8 hlm.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI.
Depkes (Departemen Kesehatan) RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Ed I.Depkes RI : Jakarta.
Didik Gunawan. 2002. Tanaman obat yang digunakan. Dalam: Ramuan
tradisional untuk keharmonisan suami istri. Cetakan 3. Jakarta: Penebar
Swadaya. h.42-45.
Hargono, D. 1992. Beberapa informasi tentang Retrofracti fructus. Warta TOI
Vol. 1 : 4-7.
Irdania Putri Aulia. 2009. Efek Minyak Atsiri Cabe Jawa (Piper retrofractum,
Vahl) terhadap Jumlah Limfosit pada Tikus Wistar yang Diberi DietKuning Telur. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Juckett, G. 2004.Herbal Medicine in Modern Pharmacology with Clinical
Application(Craig,CR & Stitzel, RE : Editors). 6th edition. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins. Halaman: 785.
Moeloek, Nukman, Silvia W. Lestari, Yurnadi, Bambang Wahjoedi. Uji Klinik
Ekstrak Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl) Sebagai Fitofarmaka
Androgenik Pada Laki-Laki Hipogonad. Maj Kedokt Indon. Volume 60.
Nomor 6. Juni 2010
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
49/57
Nukman Moeloek, Silvia W. Lestari,Yurnadi, dan Bambang Wahjoedi. 2010. Uji
Klinik Ekstrak Cabe Jawa (Piper RetrofractumVahl) sebagai Fitofarmaka
Androgenik pada Laki-laki Hipogonad. Maj Kedokt Indon, Volum: 60,
Nomor: 6, Juni 2010
Pallavi KJ, Ramandeep S, Sarabjeet S, Karam S, Mamta F, Vinod S (2011).
Aphrodisiac agents from Medicinal Plants : A Review, J. Chem.
Pharm.Res.,3(2):911-921
Rostiana, O., W. Haryudin., B. Martono, dan S. Aisyah. 1994. Karakterisasi dan
evaluasi plasma nutfah cabe jawa. Laporan Teknis Penelitian Tanaman
Obat. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat:90102.
Spesifik Madura.Agrovigor Volume 1 No. 1 September 2008 Issn 1979 5777
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan olehSoendani N. S. Yogyakarta : UGM Press.
Wawan Haryudin dan Otih Rostiana. 2009.Karakteristik Morfologi Tanaman
Cabe Jawa (Piper Retrofractum. Vahl) Di Beberapa Sentra Produksi. Bul.
Littro. Vol. 20 No. 1, 2009, 110
Yuliani, S, Desmawarni dan N. Harimurti. 2007. Pengaruh laju alir umpan dan
suhu inlet spray drying pada karakteristik mikrokapsul oleoresin jahe. J.
Pascapanen4: 18-26
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
50/57
LAMPIRAN
KEMASAN
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
51/57
ETIKET
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
52/57
HASIL DENSITOMETRI
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
53/57
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
54/57
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
55/57
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
56/57
-
7/26/2019 Kap Sul Lllll
57/57
top related