kajian lamanya proses sterilisasi media jamur … · dan rekan-rekan di ipb yang senantiasa...
Post on 13-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH
TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN
DESNA
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ABSTRAK
Desna. KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH
TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN. Dibimbing oleh Hanedi Darmasetiawan
dan Irzaman
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (L.) Fries) merupakan jamur kayu famili
Agaricaceae dan dibudidayakan oleh masyarakat. Jamur ini banyak dikonsumsi masyarakat karena
kandungan gizi yang tinggi dan memberi manfaat bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari waktu sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih yang dapat menghasilkan bibit
jamur tiram putih yang terbaik. Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan tambahan
pengetahuan kepada petani tentang efisiensi waktu sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih
yang berproduksi paling tinggi. Telah dilakukan penelitian sterilisasi media yang dikemas dalam
bentuk baglog dengan cara pengukusan menggunakan drum dengan variasi lama pengukusan
6 jam (2 jam pemanasan dan 4 jam sterilisasi), 8 jam (2 jam pemanasan, 6 jam sterilisasi), 10 jam
(2 jam pemanasan dan 8 jam sterilisasi) Bahan bakar yang digunakan adalah LPG. Hasil efisiensi
yang diperoleh dari perlakuan seperti yang dinyatakan diatas berturut-turut adalah 40,74%,
59,57% dan 53,14%. Massa jamur yang diperoleh pada proses pengukusan media 6 jam sebesar
7,003kg, sedangkan pada proses pengukusan media selama 8 jam dan10 jam menghasilkan
masing-masing 14,035 kg dan 2,503 kg. Hasil penelitian secara fisik dan ekonomi ternyata proses
pengukusan media jamur tiram selama 8 jam (2 jam pemanasan dan 6 jam sterilisasi)
menghasilkan efisiensi dan massa yang tertinggi.
Kata kunci: Media, jamur tiram putih, LPG, sterilisasi.
KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH
TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sajana Sains
pada Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
DESNA
G74061117
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul : Kajian Lamanya Proses Sterilisai Media Jamur Tiram Putih terhadap Mutu Bibit yang
Dihasilkan
Nama : Desna
NRP : G74061117
Menyetujui
Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS Dr. Ir. Irzaman, M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Dr. Ir. Irzaman, M.Si
Ketua Departemen
Fisika FMIPA IPB
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Desember 1988 dari
pasangan Bapak A. Sianipar dan Ibu R. Purba. Penulis adalah putri
pertama dari 4 bersaudara. Penulis menyelesaikan masa studi di SD
Negeri Sindang Sari selama enam tahun, kemudian melanjutkan ke
SLTPN 5 Bogor, selama tiga tahun dan melanjutkan ke jenjang
menengah atas di SMAN 6 Bogor sampai tahun 2006. Pada tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan sarjana strata satu di
Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Fisika Dasar
(2009-2010). Penulis juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan sebagai Staff Departemen
Informasi dan Komunikasi (INFOKOM) HIMAFI 2007-2008 dan Sekretaris Komisi Pelayanan
Siswa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) PMK IPB 2008-2009. Selama perkuliahan penulis aktif
dalam berbagai kegiatan organisasi mahasiswa FMIPA IPB dan seminar-seminar baik di dalam
kampus maupun di luar kampus. Penulis juga pernah mengikuti Simposium Nasional Bioenergi
pada tahun 2009 dan Seminar Nasional Himpunan Fisika Indonesia di Universitas Diponegoro
Semarang pada tahun 2010 sebagai pemakalah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Kajian Lamanya Proses
Sterilisasi Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang Dihasilkan”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada program sarjana di
Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua yang banyak berkorban demi keberhasilan penulis serta adik yang
selalu memberikan doa, semangat kepada penulis.
2. Bapak Ir.Hanedi Darmasetiawan,MS selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan waktu, bimbingan, motivasi, serta arahan kepada penulis.
3. Bapak Dr.Ir.Irzaman,M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
waktu, bimbingan, motivasi, serta arahan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Akhiruddin Maddu, Msi dan Bapak Dr. Agus Kartono,M,Si selaku dosen
penguji atas masukan dan sarannya.
5. Teman-teman di Departemen fisika FMIPA IPB (Sastri, Nady, Dina, Uliz, Afni,
Mufti, Ninin, Acca, Cheqi, Ridwan, Santi, Rudi, Wandi, Pandu, Ocid, Chamot, dll)
dan rekan-rekan di IPB yang senantiasa mendukung dan membantu penulis untuk
menyelesaikan usulan penelitian ini.
6. Program Hibah Kompetitif Penelitian Unggulan Strategis Nasional 2009, DP2M
Dikti, Republik Indonesia dengan nomor kontrak 413/SP2H/PP/DP2M/VI/2009 dan
program penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan/Penelitian Strategis Nasional 2010,
DIPA IPB, Republik Indonesia dengan nomor kontrak 2/I3.24.4/SPK/PSN/2010
yang telah mendanai penelitian ini.
7. Seluruh Dosen Pengajar, staf dan karyawan di Departemen Fisika FMIPA IPB.
8. Rekan penelitian Tungku Sekam (ratih, galih, k’ Sukma, k’ B L, k’ acoy, dll.)
9. Teman-teman di Komisi Pelayanan Siswa UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen
IPB.
10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu,
terimakasih banyak atas dukungannya.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Penulis juga
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
untuk kita semua. Amin.
Bogor, Juni 2010
Desna
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................... ix
PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
Hipotesis .................................................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................................................... 1
Perumusan Masalah ................................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................... 2
Jamur ......................................................................................................................................... 2
Jamur Tiram ............................................................................................................................... 2
Budidaya Jamur Tiram Putih ..................................................................................................... 3
Syarat Tumbuh ........................................................................................................................... 4
Rumah jamur (kubung) ................................................................................................. 4
Penumbuhan miselium .................................................................................................. 5
Penyiraman .................................................................................................................... 5
Pengendalian hama ........................................................................................................ 5
Pemanenan .................................................................................................................... 5
Sterilisasi Jamur Tiram .............................................................................................................. 5
Sterilisasi basah ............................................................................................................. 6
Disinfectants .................................................................................................................. 6
Sterilisasi dengan drum ................................................................................................. 6
Bahan Baku Pembuatan Media Tumbuh Jamur Tiram .............................................................. 6
Serbuk gergaji ............................................................................................................... 6
Kapur ............................................................................................................................. 7
Tepung tapioka .............................................................................................................. 7
Dedak padi..................................................................................................................... 7
Bibit Jamur ........................................................................................................................ 7
BAHAN DAN METODE ................................................................................................................. 7
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................................................... 7
Bahan dan Alat ........................................................................................................................... 7
Metode Penelitian ...................................................................................................................... 8
Tahapan Budidaya Jamur Tiram ........................................................................................ 8
Pembuatan media jamur tiram putih dan proses sterilisasi media.............................. 8
Inkubasi ..................................................................................................................... 8
Pemanenan ................................................................................................................. 8
Pengukuran Lama Pendidihan Air dengan Menggunakan Kompor Gas ........................... 8
Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar ................................................................................. 10
Membandingkan Hasil Pengukusan Media Selama 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam. ............... 10
Analisis Data Menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap ..................................... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................................... 11
Perbandingan Hasil Pengukusan Media Selama 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam ........................... 11
Faktor Tumbuh ........................................................................................................................ 14
Analisis Statistik Menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap....................................... 16
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................... 16
Kesimpulan ............................................................................................................................ 16
Saran ........................................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 17
LAMPIRAN .................................................................................................................................... 19
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kandungan gizi jamur tiram ................................................................................................ 3
Tabel 2. Efisiensi bahan bakar setiap perlakuan sterilisasi media tumbuh ...................................... 12
Tabel 3. Pertumbuhan jamur tiram .................................................................................................. 15
Tabel 4. Sidik ragam lamanya proses pengukusan terhadap energi yang dibutuhkan ..................... 15
Tabel 5. Sidik ragam lamanya proses pengukusan terhadap efisiensi bahan bakar ......................... 15
Tabel 6. Sidik ragam lamanya proses pengukusan terhadap pertumbuhan jamur tiram ................. 15
viivii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Jamur tiram (pleurotus ostreatus (l.) Fries.) ................................................................. 2
Gambar 2 Rumah jamur ................................................................................................................ 4
Gambar 3 Rumah jamur ................................................................................................................ 4
Gambar 4 Rak untuk penataan baglog ........................................................................................... 5
Gambar 5 Sterilisasi media dengan menggunakan drum ............................................................... 6
Gambar 6 Serbuk gergaji................................................................................................................ 6
Gambar 7 Bibit jamur tiram putih (pleurotus ostreatus (l.) Fries) ................................................. 7
Gambar 8 Diagram alir proses sterilisasi media ............................................................................. 9
Gambar 9 Diagram alir penelitian ................................................................................................ 10
Gambar 10 Qn tiap ulangan lamanya sterilisasi media .................................................................. 13
Gambar 11 Qn rata-rata tiap ulangan lamanya sterilisasi media .................................................... 13
Gambar 12 Efisiensi tiap ulangan lamanya sterilisasi media ......................................................... 13
Gambar 13 Efisiensi rata-rata tiap ulangan lamanya sterilisasi media ........................................... 13
Gambar 14 Massa jamur tiap ulangan lamanya sterilisasi media ................................................... 13
Gambar 15 Massa jamur rata-rata tiap ulangan sterilisasi media ................................................... 14
viiviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media .................................................................................... 19
a. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 1 .......................... 19
b. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 2 .......................... 20
c. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 1 .......................... 21
d. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 2 .......................... 22
e. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 1 ........................ 23
f. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 2 ........................ 24
Lampiran 2 Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar ........................................................................... 25
a. Perhitungan pengukusan bahan bakar 6 jam ulangan 1 .................................................... 25
b. Perhitungan pengukusan bahan bakar 6 jam ulangan 2 .................................................... 26
c. Perhitungan pengukusan bahan bakar 8 jam ulangan 1 .................................................... 27
d. Perhitungan pengukusan bahan bakar 8 jam ulangan 2 .................................................... 28
e. Perhitungan pengukusan bahan bakar 10 jam ulangan 1 .................................................. 29
f. Perhitungan pengukusan bahan bakar 10 jam ulangan 2 .................................................. 30
Lampiran 3 Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap ..................................... 31
a. Analisis efisiensi bahan bakar menggunakan rancangan acak lengkap ............................ 31
b. Analisis Qn (energi yang dibutuhkan) menggunakan rancangan acak lengkap ................ 33
c. Analisis massa jamur tiram putih menggunakan rancangan acak lengkap ....................... 35
viiix
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (L.)
Fries) merupakan jamur kayu famili
Agaricaceae yang dibudidayakan oleh
masyarakat. Jamur ini banyak dikonsumsi
masyarakat karena kandungan gizi yang
tinggi dan memberi manfaat bagi kesehatan.
Pembudidayaan jamur tiram relatif mudah,
karena mempunyai daya adaptasi yang baik
terhadap lingkungan.
Secara umum pertumbuhan jamur dibagi
menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan
generatif. Fase vegetetatif ditandai dengan
pertumbuhan dan penyebaran miselia jamur
di dalam media. Miselia ini akan
mengeluarkan enzim yang dapat
menguraikan senyawa yang lebih sederhana
yang diperlukan untuk pertumbuhan. Setelah
beberapa waktu, miselium ini akan saling
bertemu dan membentuk titik simpul.
Simpul-simpul inilah yang selanjutnya
berkembang menjadi tubuh buah yang
disebut fase generatif.
Media jamur merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
selain faktor lingkungan. Oleh karena itu
media tanam jamur harus dibuat menyerupai
kondisi tempat tumbuh jamur tiram di alam.
Produksi yang baik pada budidaya jamur
dapat dicapai apabila keadaan medium serta
kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya
sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan jamur. Selain itu macam
isolat dan faktor lingkungan seperti suhu,
PH, kelembaban, cahaya, aerasi juga turut
berperan. Bahan dasar yang digunakan
dalam media jamur tiram adalah serbuk
gergaji, disamping itu terdapat bahan
tambahan lain, misalnya bekatul, gips,
kapur, dan lain-lain (Imtiaj 2008).
Sterilisasi media merupakan salah satu
proses yang sangat penting dalam
pembudidayaan jamur tiram. Media yang
sudah dibuat biasanya masih mengandung
banyak mikroba, khususnya jamur-jamur
liar. Kegagalan panen banyak disebabkan
oleh proses sterilisasi media yang kurang
sempurna. Jamur-jamur liar yang masih ada
dalam baglog akan tumbuh subur dan
menghambat pertumbuhan jamur utama jika
proses sterilisasi tidak sempurna. Beberapa
teknik dapat dilakukan untuk sterilisasi
media jamur tiram. Salah satu teknik
tersebut dengan cara mengukus media jamur
tiram tersebut dengan menggunakan drum.
Sterilisasi media jamur tiram dengan teknik
pengukusan, biasanya memakai kayu bakar,
minyak tanah, atau LPG sebagai bahan
bakarnya. Teknik pengukusan yang akan
dilakukan pada penelitian ini menggunakan
kompor gas.
Penelitian ini mencoba membandingkan
sterilisasi media jamur tiram dengan
menggunakan lama pengukusan 6 jam
(2 jam pemanasan dan 4 jam sterilisasi),
8 jam (2 jam pemanasan, 6 jam sterilisasi),
10 jam (2 jam pemanasan dan 8 jam
sterilisasi) dengan menggunakan bahan
bakar LPG. Pemanasan dilakukan pada suhu
27oC - 80
oC, dan sterilisasi dilakukan pada
suhu 80oC - 95
oC. Hasil penelitian ini di
harapkan dapat memberikan informasi
kepada petani tentang efisiensi waktu
sterilisasi media tumbuh jamur tiram yang
berproduksi paling tinggi.
Perumusan Masalah
1. Berapa lama proses sterilisasi media
tumbuh jamur tiram putih supaya dapat
menghasilkan mutu jamur tiram putih
yang baik?
2. Apakah bibit jamur tiram yang
dihasilkan dipengaruhi oleh lamanya
proses sterilisasi media yang
dicobakan?
Hipotesis
Lamanya proses sterilisasi mempengaruhi
mutu bibit jamur tiram putih yang
dihasilkan.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah
mempelajari waktu sterilisasi media tumbuh
jamur tiram yang dapat menghasilkan bibit
jamur tiram putih yang terbaik.
Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sumber informasi untuk
memperoleh efisiensi waktu sterilisasi media
tumbuh jamur tiram putih yang secara
ekonomis menjadi lebih menguntungkan.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur
Jamur merupakan organisme yang tidak
berklorofil, sehingga jamur tidak dapat
menyediakan makanan sendiri dengan cara
fotosintesis seperti pada tanaman berklorofil.
Oleh karena itu jamur mengambil zat-zat
makanan yang sudah jadi, yang dibuat dan
dihasilkan oleh organisme lain untuk
kebutuhan hidupnya, karena
ketergantungannya terhadap organisme lain
inilah maka jamur digolongkan sebagai
tanaman heterotrof (Nasim 2001).
Pertumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase,
yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase
vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan
penyebaran miselia jamur didalam media.
Miselia ini akan mengeluarkan enzim yang
dapat menguraikan senyawa kompleks
seperti lignin menjadi senyawa yang lebih
sederhana yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Setelah beberapa waktu,
miselium ini akan saling bertemu dan
membentuk titik simpul. Simpul-simpul
inilah yang selanjutnya akan berkembang
menjadi tubuh buah atau fruiting body yang
selanjutnya disebut fase generatif
(Ibekwe 2008).
Secara umum jamur dikelompokkan menjadi
4 kategori, yaitu (1) jamur pangan (edible
mushroom), jamur yang berdaging dan enak
dimakan (2) jamur obat, yaitu jamur yang
memiliki khasiat obat dan digunakan untuk
pengobatan (3) jamur beracun (4) jamur
yang tidak tergolong kategori sebelumnya
dan umumnya beragam jenisnya.
Jamur Tiram
Terdapat tiga jenis jamur tiram yang sering
dibudidayakan pekebun, antara lain;
1. Jamur tiram putih (Pleurouts
ostreotus), warna tubuh buah putih.
2. Jamur tiram coklat (P. Abalonus),
warna tubuh buah kecoklatan.
3. Jamur tiram kuning (Pleurotus sp),
warna tubuh buah kuning.
Ketiga jamur tiram tersebut mempunyai sifat
pertumbuhan yang hampir sama, tetapi
masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan, yaitu:
1. Jamur tiram putih tumbuh membentuk
rumpun dalam satu media. Setiap
rumpun mempunyai percabangan yang
cukup banyak. Daya simpannya lebih
lama, meskipun tudungnya lebih tipis
dibandingkan jamur tiram coklat
maupun kuning.
2. Jamur tiram coklat mempunyai
rumpun yang sangat sedikit tetapi
tudungnya lebih tebal dan daya
simpannya lebih lama.
3. Jamur tiram kuning mempunyai
rumpun paling banyak dibandingkan
dengan jamur tiram putih maupun
coklat, tetapi jumlah cabangnya sedikit
dan lebih tipis dibandingkan dengan
jamur tiram coklat dan daya
simpannya paling pendek.
Dari tiga jenis jamur tiram tersebut, jamur
tiram putih dan coklat paling banyak
dibudidayakan, karena mempunyai sifat
adaptasi dengan lingkungan yang baik dan
tingkat produktifitasnya cukup tinggi
(Achmad 2009).
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (L.)
Fries) merupakan jamur kayu famili
Agaricaceae dan dibudidayakan oleh
masyarakat. Kandungan gizi jamur tiram ini
tinggi dan memberi manfaat bagi kesehatan
(Hadar & Cohen 1986).
Sistematika jamur tiram putih(Pleurotus
ostreatus (L.) Fries) digolongkan ke dalam:
Kingdom : Fungi
Kelas : Basidiomycota
Sub kelas : HomoBasidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : P. osteatus
(Alexopoulos 1996).
Gambar 1. Jamur tiram putih (Pleurotus
ostreatus (L.) Fries)
3
Disebut jamur tiram atau oyster mushroom
karena bentuk tudung agak membulat,
lonjong, dan melengkung seperti cangkang
tiram. Batang atau tangkai tanaman ini tidak
tepat berada pada tengah tudung, tetapi agak
kesamping, seperti ditunjukkan pada
Gambar 1.
Jamur tiram termasuk golongan jamur kayu
yang hidup sebagai saprofit dan tumbuh
secara luas pada limbah hasil hutan dan
pertanian, seperti hampir semua kayu keras,
produk samping kayu (gergajian, kertas),
tongkol jagung, ampas batang tebu, limbah
kopi, pelepah pisang, limbah biji kapas, dan
semua jerami serealia (Achmad 2009).
Jamur tiram memiliki kandungan nutrisi
lebih tinggi dibandingkan dengan jenis
jamur kayu lainnya. Jamur tiram
mengandung protein, lemak, posfor, zat besi,
thiamin dan riboflavin lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur
tiram mengandung 18 macam asam amino
yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan
tidak mengandung kolesterol.
Tabel 1 menunjukkan bahwa jamur tiram
merupakan salah satu jenis jamur kayu yang
enak dimakan serta mempunyai kandungan
gizi yang cukup tinggi dibanding dengan
jamur kayu lainnya. (Sumarmi 2006)
Tabel 1. Kandungan gizi jamur per
100 gram
Zat Gizi Kandungan
Energi (cal)
Protein (%)
Karbohidrat (%)
Lemak (%)
Tianin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Kalsium (mg)
Kalium (mg)
Phosfor (mg)
Natrium (mg)
Zat besi (mg)
Serat (%)
367,0
10,5-30,4
56,6
1,7-2,2
0,2
4,7-4,9
77,2
314,0
3,8
717,0
837,0
3,4-18,2
7,5-8,7
Jamur tiram juga mengandung vitamin
penting, terutama vitamin B, C, dan D.
Vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin
dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur
tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi
adalah Zn, Fe, Mn, Mo, Co,Pb. Konsentrasi
K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56%-70%
dari total abu dengan kadar K mencapai
45%. Mineral mikroelemen yang bersifat
logam dalam jamur tiram kandungannya
rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi
setiap hari (Widyastuti 2002).
Budidaya Jamur Tiram Putih
Ditinjau dari aspek biologinya, jamur tiram
relatif lebih mudah dibudidayakan.
Pengembangan jamur tiram tidak
memerlukan lahan yang luas. Masa produksi
jamur tiram relatif lebih cepat sehingga
periode dan waktu panen lebih singkat.
Secara umum pertumbuhan jamur dibagi
menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan
fase generatif. Fase vegetatif ditandai
dengan pertumbuhan dan penyebaran
miselia jamur di dalam media. Miselia
mengeluarkan enzim yang dapat
menguraikan senyawa komplek seperti
lignin menjadi senyawa yang lebih
sederhana yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Setelah beberapa waktu,
misellium ini akan saling bertemu yang
selanjutnya akan berkembang menjadi tubuh
buah yang disebut fase generatif
(Moore & Landdecker 1996).
Siklus hidup kelas basidiomycetes akan
membentuk tubuh buah atau basidium.
Basidiospora membentuk miselium
monokariotik yang haploid. Pada awalnya
monokarion tersebut tidak bersepta, namun
terbagi-bagi dalam sejumlah sel berinti
tunggal dalam waktu yang cukup singkat.
Selanjutnya terjadi plasmogami dengan cara
fusi dua hifa monokariotik yang terjadi
secara timbal balik yaitu inti hifa yang satu
mengalir ke hifa lainnya, kemudian hifa
tersebut akan mempunyai dua tipe genetik
(dikariotik), dimana masing-masing sel
dikarion mempunyai dua inti haploid.
Dikarion dibentuk selama plasmogami terus
berlangsung, sementara kondisi binukleat
terus dipertahankan. Pada umumnya usaha
untuk mempertahankan kondisi binukleat
tersebut dilakukan dengan membentuk
clamp conection, yang menjadi ciri bagi
Basidiomycetes.
4
Miselium dikariotik melakukan asimilasi
tersembunyi jauh di dalam substrat. Saat
kondisi sesuai untuk melakukan reproduksi,
beberapa miselium dikariotik melakukan
morfogenesis yang kompleks untuk
membentuk basidiokarp, yang sudah dapat
terlihat dengan mata telanjang. Beberapa sel
basidiokarp, yang sudah dapat terlihat
dengan mata telanjang. Beberapa
basidiokarp ditransformasi menjadi tubuh
buah.
Syarat Tumbuh
Budidaya jamur tiram dapat dilakukan
secara optimal sepanjang tahun, jamur tiram
seperti halnya tanaman lain yang
dibudidayakan, memerlukan kondisi
lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh
optimal. Kondisi lingkungan tersebut antara
lain: suhu yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan miselium 200C-3O
0C dengan
kelembaban 80%-85%., cahaya, derajat
keasaman, serta konsentrasi karbondioksida
(CO2) dan oksigen (O2) (Imtiaj et al 2008).
Faktor nutrisi juga diperlukan untuk
pertumbuhan jamur tiram, beberapa nutrisi
tersebut antara lain: sumber karbon, sumber
nitrogen, vitamin, dan mineral.
Rumah jamur (kubung)
Bangunan jamur sederhana dapat dibuat dari
kerangka kayu (bambu) beratap daun
rumbia, anyaman bambu atau anyaman
jerami padi, seperti pada Gambar 2 dan
Gambar 3. Kubung dianjurkan dibangun
pada tempat yang teduh dan tidak terkena
pancaran sinar matahari secara langsung. Ini
dimaksudkan untuk menjaga suhu dan
kelembaban ruang kubung. Ukuran
kumbung yang ideal adalah 84 m2 (panjang
12 m dan lebar 7 m) dan tinggi 3,5 m.
Bentuk kumbung bisa bervariasi, bisa mirip
gembong kereta api atau seperti rumah. Pada
umumnya kumbung atau bangunan jamur
terdiri dari beberapa ruangan, diantaranya:
Ruang persiapan
Ruang persiapan adalah ruangan yang
berfungsi untuk melakukan kegiatan
pengayakan, pencampuran, pewadahan, dan
sterilisasi.
Ruang Inokulasi
Ruang Inokulasi adalah ruangan yang
berfungsi untuk menanam bibit pada media
tanam, ruang ini harus mudah dibersihkan,
tidak banyak ventilasi untuk menghindari
kontaminasi (adanya mikroba lain).
Ruang inkubasi
Ruangan ini memiliki fungsi untuk
menumbuhkan miselium jamur pada media
tanam yang sudah di inokulasi (Spawning).
Kondisi ruangan diatur pada suhu 220C –
280C dengan kelembaban 60% – 80%.
Ruangan ini dilengkapi dengan rak-rak
bambu untuk menempatkan media tanam
dalam kantong plastik (baglog) yang sudah
di inokulasi.
Ruang penanaman :
Ruang penanaman (growing) digunakan
untuk menumbuhkan tubuh buah jamur.
Ruangan ini dilengkapi juga dengan rak-rak
penanaman dan alat penyemprot atau
pengabutan. Pengabutan berfungsi untuk
menyiram dan mengatur suhu udara pada
kondisi optimal 160C – 22
0C dengan
kelembaban 80% – 90%.
Gambar 2. Rumah jamur
Gambar 3. Rumah jamur
5
Gambar 4. Rak untuk penataan baglog
Penumbuhan miselium
Media tanam yang baru diinokulasikan
dengan posisi baglog berdiri. Tumbuhnya
miselium sekitar 40 hari, pada media taman
ditandai adanya benang-benang putih
diseluruh permukaan media tanam.
(Parlindungan 2003).
Kelembaban yang dibutuhkan adalah
60% – 80%. Bila pertumbuhan miselium
telah mencapai 90%-95%, baglog disusun
mendatar pada rak-rak kubung seperti
terlihat pada Gambar 4.
Penyiraman
Pengaturan suhu dan RH dalam ruangan
dapat dilakukan dengan menyemprotkan air
bersih ke dalam ruangan. Penyiraman
dilakukan ke seluruh ruangan kubung dan
dilakukan dua kali sehari. Suhu rumah
jamur 16°C-22°C dan RH: 80%-90%.
Apabila suhu terlalu tinggi, sedang RH
terlalu rendah, maka primordia (bakal jamur)
akan kering dan mati.
Pengendalian hama
Faktor penting yang harus diperhatikan
dalam budidaya jamur tiram ini adalah
masalah higienis. Menurut Suriawiria (2000)
hama yang sering merusak media tanam
jamur diantaranya adalah rayap, lalat,
serangga tanah lainnya, cacing, tikus. Cara
pengendalian yang biasa dilakukan dalam
budidaya jamur tiram adalah menggunakan
insektisisda Pengendalian penyakit yang
disebabkan jenis jamur lain atau bakteri
pengendaliaanya dengan membuang sedikit
demi sedikit jamur penyakit agar
pertumbuhan jamur penyakit terhambat.
Pemanenan
Kegiatan pemanenan menentukan kualitas
jamur tiram. Menurut Cahyana et al (1999)
pemanenan jamur tiram harus
memperhatikan:
a. Penentuan saat panen
Panen dilakukan setelah
pertumbuhan jamur mencapai
tingkat yang optimal yaitu cukup
besar, tetapi belum mekar penuh.
Biasanya dilakukan 5 hari setelah
tumbuh bakal jamur. (Astuti &
Nurbana 2006). Pemanenan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari
untuk mempertahankan
kesegarannya.
b. Teknik pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan cara
mencabut seluruh rumpun jamur
yang ada, jangan memotong cabang
jamur yang ukurannya besar saja,
sebab dalam satu rumpun jamur
mempunyai pertumbuhan yang
sama. Apabila pemanenan hanya
dilakukan pada jamur yang
ukurannya besar saja maka jamur
yang berukuran kecil tidak akan
bertambah besar, bahkan
kemungkinan mati.
c. Penanganan pascapanen
Jamur yang sudah dipanen tidak
perlu dipotong hingga menjadi
bagian perbagian tudung, tetapi
hanya perlu dibersihkan kotoran
yang menempel di bagian akarnya
saja, dengan cara tersebut,
disamping kebersihannya lebih
terjaga, daya tahan simpan jamur
lebih lama.
Sterilisasi Jamur Tiram
Sterilisasi adalah proses mematikan semua
mikroorganisme termasuk bakteri, spora
bakteri, kapang dan virus. Sterilisasi yang
tidak sempurna dapat menghasilkan
penyebaran infeksi bakteri dan virus.
Perebusan bukanlah metode sterilisasi.
Sterilisasi umumnya dilakukan
menggunakan autoklaf untuk yang
menggunakan panas bertekanan tinggi. Cara
lain yang kini dikembangkan adalah
sterilisasi basah untuk produk-produk yang
tidak tahan panas.
6
Sterilisasi basah
Teknologi pengemasan aseptik untuk
minuman yang sensitif terhadap asam kini
telah dikembangkan. Konsep aseptis ini
menggunakan larutan PAA (peracetic acid)
sebagai medium sterilisasi, isolator
mikrobial untuk pengendali lingkungan,
Sistem aseptik ini digunakan dalam
sterilisasi botol pet yang saat ini banyak
digunakan dalam industri minuman. Dasar
sterilisasi basah dengan dengan
menggunakan PAA. Penggunaan PAA lebih
baik daripada hidrogen peroksida (H2O2)
karena lebih efektif terhadap kontaminan.
Suhu yang umum digunakan sekitar 650C
atau kurang jika produknya asam. Larutan
PAA tidak bermigrasi ke dalam molekul pet
selama sterilisasi sehingga digunakan
sebagai alternatif pengganti hidrogen
peroksida (H2O2) yang dapat bermigrasi ke
dalam matrik pet.
Disinfectants
Disinfectants atau disebut juga larutan
sterilisasi dingin dapat merusak banyak
mikroorganisme (bakteri, virus, kapang)
tetapi tidak dapat mematikan spora bakteri.
Cara ini tidak dapat menggantikan sterilisasi
autoklaf.
Sterilisasi dengan drum
Sterilisasi media yang telah dikemas dalam
bentuk baglog pada budidaya jamur tiram,
salah satunya dapat dilakukan dengan teknik
mengukus menggunakan drum yang
divisualisasikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Sterilisasi media dengan
menggunakan drum
Bahan Baku Pembuatan Media Tumbuh
Jamur Tiram
Serbuk gergaji
Bahan utama media tanam jamur dapat
mencapai diatas 70% dari total bobot media
tanam (baglog). Bahan baku dipilih yang
ramah lingkungan dan aman dikonsumsi
manusia. Bahan tersebut adalah serbuk
gergaji yang ditunjukkan pada Gambar 6
mengandung selulosa, karbohidrat, serat,
dan lignin. Jamur mampu mengubah
selulosa dan lignin menjadi karbohidrat,
yang selanjutnya dirombak menjadi protein.
Agar jamur tumbuh sempurna, sebaiknya
menggunakan serbuk gergaji yang kering
dan bersih, tidak mengandung minyak atau
getah. Bila mengandung keduanya maka
jamur akan terhambat pertumbuhannya.
Kadar air serbuk gergaji sekitar 15%-20%
agar tahan lama disimpan. Jamur tiram
sebaiknya menggunakan jenis kayu yang
berdaya tahan rendah, seperti albasia. Jenis
kayu terlarang untuk media jamur ialah
pinus (Pinus mercusii), karena mengandung
zat terpenoid atau belerang. Senyawa
tersebut akan menghalangi pertumbuhan
jamur. Selain serbuk gergaji kayu, beberapa
bahan dasar lain yang dapat digunakan untuk
media tanam jamur tiram, yaitu ampas tebu,
tongkol jagung, rumput kering, limbah kapas
dan daun teh.
.
Gambar 6. Serbuk gergaji
7
Kapur
Merupakan sumber kalsium (Ca). untuk
mengatur tingkat keasaman (pH) media
tumbuh jamur. Gunakan kapur pertanian
atau kalsium karbonat (CaCO3). Unsur
kalsium dan karbon memperkaya kandungan
mineral media tanam, keduanya sangat
diperlukan untuk pertumbuhan jamur
(Chang & Miles 1989).
Tepung tapioka
Merupakan sumber kalsium atau karbohidrat
tambahan, diperlukan untuk memperkuat
dan memperkokoh media, agar media
tanaman tidak mudah hancur atau rusak.
Dedak padi
Bekatul atau dedak ditambahkan untuk
meningkatkan nutrisi media tanam, terutama
sebagai sumber karbohidrat, karbon (C),
serta nitrogen (N). Sebaiknya dipilih bekatul
yang masih baru, belum berbau tengik dan
tidak rusak. Selain bekatul juga ditambahkan
tepung jagung. Jumlah bahan nutrisi ini yang
ditambahkan tidak lebih dari 20%. Sebelum
bekatul digunakan, perlu dilakukan
pengujian dengan cara:
Dedak asli beraroma khas, yaitu kulit
padi yang tidak berbau apek. Jika
dicampur bahan lain, bau khas itu tidak
akan tercium.
Bila dikepal dan diremas agak
menggumpal, tidak pecah.
Jika digenggam dan diletakkan di atas
air, tidak seluruhnya tenggelam,
sebagian ada yang mengapung di
permukaan. (Sunarti 1998).
Bibit Jamur
Bibit yang ditanam berasal dari miselium
jamur yang divisualisasikan pada Gambar 7.
Agar miselium jamur dapat tumbuh dengan
baik hingga berkembang menjadi tubuh
buah jamur ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
Gambar 7. Bibit jamur tiram putih
(Pleurotus ostreatus (L.) Fries)
a. Sanitasi, semua alat yang dipakai harus
disterilisasi dan dicelup ke dalam
alkohol, kemudian dipanaskan
beberapa saat di api spirtus. Demikian
juga dengan tangan harus dibasuh dan
dicuci dengan alkohol.
b. Bibit jamur, kualitas bibit merupakan
kunci keberhasilan dari budidaya
jamur. Bila bibit yang digunakan telah
kadaluwarsa, maka dapat dipastikan
hasilnya tidak akan maksimal. Oleh
karena itu pilih bibit yang baik, yaitu:
Bibit berasal dari strain atau
varietas unggul.
Umur bibit optimal 45-60 hari.
Warna bibit merata, tidak ada
bercak-bercak warna lain. Belum
terdapat tubuh buah jamur yang
tumbuh pada bibit tersebut.
Tidak terkontaminasi.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Serua Lama, Ciputat
– Tanggerang Selatan dan Bengkel Kayu,
Departemen Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Penelitian dilaksanakan selama pada bulan
September 2009 – Mei 2010.
8
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bibit jamur, media yang terdiri atas
serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, kapur,
air dan LPG sebagai bahan bakar.
Alat yang digunakan terdiri dari alat utama
dan alat bantu. Alat utama dalam penelitian
ini adalah seperangkat alat sterilisasi dengan
metode mengukus dengan menggunakan
drum. Alat bantu terdiri dari timbangan,
penggaris, plastik, stopwatch, botol
berwarna bening, kapas, gunting, pipa, karet,
thermometer.
Metode Penelitian
Tahapan penelitian ini meliputi tahap
pembuatan media jamur tiram putih dan
proses sterilisasi media, pengukuran lama
pendidihan air, penghitungan efisiensi bahan
bakar, membandingkan hasil media yang
telah di sterilisasi dengan metode
pengukusan dengan menggunakan drum
selama 6 jam, 8 jam, dan 10 jam. Penjabaran
tahapan penelitian dibahas dalam sub bab
selanjutnya:
Tahapan Budidaya Jamur Tiram
Pembuatan media jamur tiram putih dan
proses sterilisasi media
Serbuk kayu yang diperoleh dari
penggergajian mempunyai tingkat
keseragaman yang kurang baik, hal ini
berakibat tingkat pertumbuhan miselia
kurang merata dan kurang baik. Mengatasi
hal tersebut maka serbuk gergaji perlu di
ayak. Ukuran ayakan sama dengan untuk
mengayak pasir, pengayakan harus
mempergunakan masker karena dalam
serbuk gergaji banyak tercampur debu dan
pasir.
Media jamur tiram putih dibuat dengan
komposisi 100 kg serbuk gergaji, 16 kg
dedak, 1 kg tepung jagung, 1 kg kapur, 60 %
air dari bobot total campuran. Bahan-bahan
yang telah ditimbang sesuai dengan
kebutuhan dicampur dengan serbuk gergaji
selanjutnya disiram dengan air sekitar
50% – 60% atau bila kita kepal serbuk
tersebut menggumpal tapi tidak keluar air.
Hal ini menandakan kadar air sudah cukup.
Pembungkusan menggunakan plastik
polipropilen (PP) dengan ukuran yang
dibutuhkan. Cara membungkus yaitu dengan
memasukkan media ke dalam plastik
kemudian dipukul atau ditumbuk sampai
padat dengan botol atau menggunakan filler
(alat pemadat) kemudian disimpan
Teknik sterilisasi yang digunakan yaitu
dengan mengukus media dengan
menggunakan drum yang bertujuan
menginaktifkan mikroba, bakteri, kapang,
maupun khamir yang dapat mengganggu
pertumbuhan jamur yang ditanam. Media
baglog yang sudah dibuat kemudian disusun
di dalam drum dengan kapasitas 84 baglog.
Baglog tersebut dikukus hingga 6 jam (2 jam
pemanasan dan 4 jam sterilisasi), 8 jam
(2 jam pemanasan dan 6 jam sterilisasi), dan
10 jam (2 jam pemanasan dan 8 jam
sterilisasi) dengan menggunakan kompor
gas. Pemanasan dilakukan pada suhu
270C - 80
0C, dan sterilisasi dilakukan pada
suhu 800C -95
0C.
Inokulasi
Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit
jamur ke dalam media jamur yang telah
disterilisasi. baglog didinginkan selama satu
malam setelah sterilisasi, kemudian media
ditanami bibit diatasnya dengan
menggunakan sendok makan atau sendok
bibit kemudian diikat dengan karet dan
ditutup dengan kapas.
Inkubasi
Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan
di ruang inkubasi dengan kondisi tertentu.
Inkubasi dilakukan hingga seluruh media
berwarna putih merata, biasanya media akan
tampak putih merata antara 40 – 60 hari.
Pemanenan
Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur
mencapai tingkat yang optimal, pemanenan
ini biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh
bakal jamur. Pemanenan sebaiknya
dilakukan pada pagi hari untuk
mempertahankan kesegarannya dan
mempermudah pemasaran.
9
disaring, diaduk dan dimasukkan
Serbuk gergaji Dedak Kapur Tepung jagung Air
Mulai
Plastik ukuran 2 kg
Plastik ditutup dengan
ring
Disumbat kapas
Dilapisi plastik
kembali
Media siap
disterilisasi
Pengukuran Lama Pendidihan Air
dengan Menggunakan Kompor Gas
Air yang digunakan untuk proses penguapan
ini sebanyak 28,26 liter air (10 cm dari dasar
drum). Pengukuran yang dilakukan yaitu
menghitung massa LPG yang dipakai selama
proses penguapan sehingga dapat diketahui
laju bahan bakar yang digunakan pada
masing-masing bahan bakar. Pada tahap ini
juga dilakukan pengukuran suhu bagian-
bagian kompor gas dan drum yang
digunakan untuk proses penguapan tersebut.
Diagram alir penelitian seperti pada Gambar
8 dan Gambar 9.
Gambar 8. Diagram alir pembuatan media jamur tiram
10
Gambar 9. Diagram alir penelitian
Penghitungan Efisiensi Bahan Bakar
Dalam penghitungan efisiensi kompor gas
perlu mengetahui jumlah energi yang
dibutuhkan untuk memasak dengan
menggunakan persamaan (Desna 2010):
(1)
Keterangan :
Qn = laju energi yang
dibutuhkan (kcal/jam)
Ma = massa air awal (kg)
Mu = massa air yang menguap (kg)
c = kalor jenis air (kcal/kg0C)
ΔT = perubahan suhu (0C)
t1,2 = waktu pemasakan (jam)
KU = kalor uap (kcal/kg)
Pemasukan energi mengacu pada jumlah
energi yang diperlukan, dalam istilah bahan
bakar, energi yang harus dimasukan ke
dalam kompor. Hal ini dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut,
(Belonio 1985, Irzaman 2008, Rifki 2008):
(2)
Keterangan:
FCR = (Fuel Consumption Rate) laju
bahan bakar yang dibutuhkan
(kg/jam)
Qn = laju energi yang dibutuhkan
(kcal/jam)
HVF = (Heat Value Fuel) energi yang
terkandung dalam bahan bakar
(kcal/kg)
ξg = efisiensi kompor (%)
Membandingkan Hasil Pengukusan
Media Selama 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam
dengan Menggunakan Kompor Gas.
Setelah media disterilisasi dan suhu baglog
turun hingga suhu kamar, inokulasikan bibit
pada baglog tersebut. Setelah ± 40 hari,
maka didapatkan data banyaknya media
jamur yang masih terkontaminasi bakteri
dan yang sudah benar-benar steril. Pada
tahap ini pula, dapat dibandingkan
Selesai
Penyusunan laporan
Karakterisasi
Membandingkan hasil dan analisis RAL
Media siap
disterilisasi
Drum
berisi air ± 28 liter
6 jam 10 jam 8 jam
dikukus
Pembibitan (inokulasi)
(± 1 hari)
Inkubasi (± 40 hari)
Panen
Pengolahan data
Pembuatan media
Mulai
11
banyaknya jamur yang dihasilkan pada
proses sterilisasi 6 jam, 8 jam dan 10 jam
dengan menggunakan kompor gas.
Analisis Data Menggunakan Metode
Rancangan Acak Lengkap
Perlakuan merupakan suatu prosedur atau
metode yang diterapkan pada unit
percobaan. Unit percobaan adalah unit
terkecil dalam suatu percobaan yang diberi
suatu perlakuan.
Suatu percobaan yang dirancang dengan
hanya melibatkan beberapa taraf sebagai
perlakuan disebut dengan percobaan suatu
faktor. Penerapan percobaan satu faktor
dalam rancangan acak lengkap biasanya
digunakan jika kondisi unit percobaan yang
digunakan relatif homogen.
Rumus untuk menghitung jumlah kuadrat
dibedakan menjadi dua yaitu untuk
percobaan dengan ulangan setiap perlakuan
sama dan ulangan setiap perlakuan tidak
sama. Untuk perlakuan sama dapat
dirumuskan sebagai berikut (Mattjik 2006):
FK = faktor koreksi
(3)
JKT = jumlah kuadrat total
(4)
JKP = jumlah kuadrat perlakuan
(5)
JKG = Jumlah kuadrat galat
(6)
(7)
KTP = Kuadrat tengah perlakuan
(8)
KTG = Kuadrat tengah galat
(9)
(10)
Keterangan:
t = perlakuan
r = ulangan
y = rata-rata umum
DbP = derajat bebas perlakuan
DbG = derajat bebas galat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penanaman jamur dilakukan di rumah jamur
yang terletak di daerah Serua Lama,
Tangerang Selatan. Sejak inokulasi
dilakukan sampai terbentuknya tubuh buah,
kondisi lingkungan terus diperhatikan. untuk
menjaga kestabilan kelembaban dan suhu
lingkungan di dalan rumah tanam dilakukan
secara manual, yaitu dengan menyiram
lantai dan menyemprotkan ke udara
sebanyak dua kali dalam sehari, sekitar
Pukul 09.00 dan 16.00. Selain penyiraman
lantai juga dilakukan penyiraman media
dengan menggunakan spray agar media
tidak kekeringan atau penyiraman hanya
dilakukan pada plastik baglognya saja, yaitu
pada saat primordia (bakal tubuh buah)
sudah muncul untuk mencegah pembusukan
primordia dan penghambatan pertumbuhan
tubuh buah. Selama penelitian ini dilakukan,
kondisi kelembaban dan suhu pada pagi,
sore dan malam hari dirumah tanam sesuai
dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tubuh
buah jamur (kelembaban 60%-90% dan suhu
23oC -30
oC)
Perbandingan Hasil Pengukusan Media
Selama 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam
Pembakaran merupakan suatu proses fisika
dan kimia yang terjadi karena kombinasi
yang sangat cepat antara oksigen dan elemen
atau campuran kimia yang mengasilkan
panas. (Rifki 2008).
Di dalam pembakaran bahan bakar atau
limbah komponen utama terdiri dari karbon
dan hidrogen menimbulkan kalor seperti
ditunjukkan pada reaksi berikut:
C + 02 CO2 + energi
2H2 + O2 2H2O + energi
12
Nilai efisiensi bahan bakar mencapai
40,74% pada proses pengukusan 6 jam,
59,57% pada proses pengukusan 8 jam, dan
53,14% untuk proses pengukusan 10 jam.
Laju konsumsi bahan bakar (FCR) pada
sterilisasi media dan energi kalor yang
dibutuhkan (Qn) pada proses sterilisasi dapat
dilihat pada Tabel 2.
Pada Tabel 2 dapat dilihat laju konsumsi
bahan bakar (FCR) rata-rata pada proses
pengukusan media dengan menggunakan
kompor berbahan bakar LPG ini sebesar 10
kg/hari pada proses pengukusan selama 6
jam, 9 kg/hari pada proses pengkusan 8 jam,
dan 10,8 kg/hari untuk proses pengukusan
10 jam. Berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan persamaan 1 dan persamaan 2
yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Energi
kalor rata-rata yang dibutuhkan (Qn) untuk
proses pengukusan media selama 6 jam,
8 jam, 10 jam secara berturut-turut adalah
47945,88 kcal/hari, 63086,29 kcal/hari, dan
67267,38 kcal/hari.
Tabel 2. Perbandingan efisiensi bahan bakar setiap perlakuan lamanya proses pengukusan media
tumbuh jamur tiram putih.
Lamanya
Pengukusan
(jam)
Ulangan
FCR
(kg/hari)
Waktu (hari)
Qn
(kcal/hari)
Efisiensi
(%)
Rata-rata
efisiensi
(%) Mendidih Menguap
6
1 10 0,1250 0,125 46120,32 39,19
40,74
2 10 0,0694 0,180 49771,43 42,29
8
1 9,0 0,0833 0,250 66595,76 62, 88
59,57
2 9,0 0,0833 0,250 59576,83 56,26
10
1 9,6 0,0694 0,420 62162,51 55,03
53,14
2 12,0 0,0625 0,420 72373,24 51,25
Berdasarkan Gambar 10 dan Gambar 11
dapat dilihat pengaruh lamanya proses
pengukusan terhadap energi yang
dibutuhkan. Semakin lama proses
pengukusan maka energi yang dibutuhkan
semakin besar, yang artinya laju energi
meningkat sebagai akibat semakin lama
proses pengukusan. Hasil akhir yang
diperoleh ternyata pengukusan media selama
10 jam memerlukan energi yang lebih besar
dibanding proses pengukusan pada 6 jam
dan 8 jam.
Berdasarkan Gambar 12 dan Gambar 13
dapat dilihat pengaruh lamanya proses
pengukusan terhadap efisiensi. Lamanya
proses pengukusan tidak berbanding lurus
dengan efisiensi. Hasil akhir yang diperoleh
ternyata pengukusan media selama 8 jam
memiliki nilai efisiensi yang tertinggi,
dibanding proses pengukusan pada 6 jam
dan 10 jam.
Berdasarkan Gambar 14 dan Gambar 15
dapat dilihat pengaruh lamanya sterilisasi
terhadap pertumbuhan jamur tiram putih.
Massa jamur yang dihasilkan berbanding
lurus dengan efisiensi bahan bakar. Pada
proses pengukusan 8 jam menghasilkan
efisiensi bahan bakar dan massa jamur yang
tertinggi secara berturut-turut nilainya yaitu
59,57% dan 14035 g.
13
Gambar 10. Qn tiap ulangan lamanya
proses pengukusan media
Gambar 11. Qn rata-rata tiap ulangan
lamanya pengukusan media
Gambar 12. Efisiensi tiap ulangan
lamanya proses pengukusan
media
Gambar 13. Efisiensi rata-rata tiap ulangan
lamanya proses pengukusan
media
Gambar 14. Massa jamur tiap ulangan
lamanya pengukusan media.
Gambar 15. Massa jamur rata-rata tiap
ulangan lamanya proses
pengukusan media
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
6 8 10
Qn
(en
enrg
i y
an
g d
ibu
tuh
kan
)
kca
l/h
ari
lamanya proses pengukusan (jam)
ulangan
1
ulangan
2
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
6 8 10en e
rgi
rata
-rata
yan
g d
ibu
tuh
ka
n
(kca
l/h
r)
lamanya proses pengukusan (jam)
0
10
20
30
40
50
60
70
6 8 10
efis
ien
si (
%)
lamanya proses pengukusan (jam)
ulangan
1 ulangan
2
0
10
20
30
40
50
60
70
6 8 10
efis
ien
si (
%)
lamanya proses pengukusan (jam)
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
20000
6 8 10
ma
ssa
ja
mu
r t
ira
m (
gra
m)
lamanya proses pengukusan (jam)
ulangan 1
ulangan 2
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
6 8 10
mass
a j
am
ur
tira
m
lamanya proses pengukusan (jam)
rata-rata
14
Faktor Tumbuh
Agar jamur tiram dapat tumbuh dengan
optimal, diperlukan kondisi lingkungan yang
sesuai, yaitu:
a. Suhu
Pertumbuhan jamur sangat dipengaruhi
oleh kondisi suhu didalam rumah tanam
jamur, oleh karena itu kondisi suhu
tersebut harus selalu terkontrol. Pada
umumnya jamur akan tumbuh baik pada
kisaran suhu antara 23oC – 28
oC. Suhu
pertumbuhan jamur tiram pada saat
inkubasi lebih tinggi dibandingkan suhu
pada saat pertumbuhan (pembentukan
tubuh buah). Suhu inkubasi jamur tiram
berkisar antara 23oC–28
oC, sedang suhu
untuk pertumbuhan jamur tiram berkisar
antara 16oC–23
oC
b. Kelembaban (Relative humidity, RH),
Seperti halnya suhu, kelembaban nisbi
pertumbuhan jamur tiram pada saat
inkubasi dan pembentukan tubuh buah
juga berbeda. Pada saat inkubasi
kelembaban yang dibutuhkan adalah
60%–80%, sedang untuk pembentukan
tubuh buah 80%–90%. Pengaturan suhu
dan RH dalam ruangan dapat dilakukan
dengan menyemprotkan air bersih ke
dalam ruangan. Apabila suhu terlalu
tinggi, sedang RH terlalu rendah, maka
primordia (bakal jamur) akan kering dan
mati, demikian pula sebaliknya.
c. Cahaya
Pertumbuhan dan perkembangan jamur
tiram sangat peka terhadap cahaya,
misal cahaya matahari secara langsung.
Intensitas cahaya yang diperlukan pada
saat pertumbuhan sekitar 10 % atau
sebanding dengan kuat penerangan
kurang dari 40 lux. Cahaya merupakan
faktor yang sangat penting untuk
pertumbuhan miselium, proses
pembentukan dan pertumbuhan tubuh
buah jamur. Cahaya yang terlalu kuat
dapat menghambat pertumbuhan bahkan
dapat menghentikan pertumbuhan. Efek
cahaya juga dapat merusak vitamin
yang dibentuk oleh jamur. Pada fase
pertumbuhan generatif, cahaya
diperlukan untuk merangsang
pembentukan bakal tubuh buah,
pembentukan tudung dan
perkembangannya. Kekurangan cahaya
mengakibatkan pertumbuhan tangkai
lebih panjang dari pada ukuran
normalnya dan pertumbuhan tudung
kurang berkembang sehingga ukurannya
lebih kecil dari normalnya.
d. Faktor nutrisi
Faktor nutrisi sangat diperlukan untuk
pertumbuhan jamur tiram, beberapa
nutrisi tersebut antara lain: sumber
nitrogen, vitamin, mineral dan sumber
karbon. Pembentukan tubuh buah akan
terhambat pada konsentrasi karbon
dioksida yang tinggi. Oksigen
dibutuhkan untuk proses pembentukan
dan pertumbuhan tubuh buah jamur.
Jika kekurangan O2 atau terlalu banyak
kadar karbon dioksida di udara, maka
tangkai tubuh buah jamur akan tumbuh
memanjang dan tudungnya menjadi
kurang berkembang.
Kondisi lain yang juga mempengaruhi
pertumbuhan jamur pada penelitian ini
adalah bentuk, ukuran, luasan baglog
dan bentuk, ukuran, warna, jenis
ketebalan plastik.
Pada penelitian ini digunakan baglog
berukuran 2 kg, yang tingginya lebih
besar dibanding diameter baglognya.
Pada penelitian ini dihasilkan massa
jamur yang kurang maksimal, hal ini
dapat dipengaruhi karena ukuran baglog
yang seperti itu sehingga membuat
jamur sulit tumbuh, selain itu warna dan
ketebalan plastik juga mempengaruhi
karena jamur memerlukan cahaya yang
cukup untuk pertumbuhannya.
15
Tabel 3. Pertumbuhan jamur tiram
Lamanya
pengukusan
(jam) Ulangan
Baglog
hasil
sterilisasi Kontaminasi
Baglog
yang
berbuah
Massa
jamur (g) Rata-rata
(g/baglog)
6 1 84 30 54 8.820 163,30
2 84 51 33 5.190 157,27
8
1 84 35 49 9.650 196,93
2 84 4 80 18.420 230,25
10
1 84 66 18 3.640 202,20
2 84 74 10 1.370 137,00
Tabel 4. Sidik ragam pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap efisiensi bahan bakar
Sumber
keragaman
Derajat
bebas Jumlah kuadrat
Kuadrat
tengah F.hitung F.tabel F.tabel
Perlakuan (t-1) 2 367,630 183,815 15,890* 9,552
Galat t(r-1) 3 34,720 11,570 15,890** 5,462
Total 5 402,350
Tabel 5. Sidik ragam pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap energi yang dibutuhkan
Sumber
keragaman
Derajat
bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F.hitung F.tabel F.tabel
Perlakuan (t-1) 2 9,552
Galat t(r-1) 3 5,462
Total 5
Tabel 6. Sidik ragam pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap pertumbuhan jamur tiram
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F.hitung F.tabel F.tabel
Perlakuan (t-1) 2 9,552
Galat t(r-1) 3 5,462
Total 5
16
Analisis Statistik Menggunakan Metode
Rancangan Acak Lengkap
Berdasarkan data yang ditunjukkan
pada Tabel 4 dan perhitungan pada
Lampiran 3 bagian (a) dapat disimpulkan
bahwa perlakuan lamanya proses
pengukusan berpengaruh nyata terhadap
efisiensi bahan bakar, karena Fhit .> Ftabel.
Secara fisis artinya perubahan lamanya
proses pengukusan mengakibatkan
perubahan efisiensi bahan bakar yang pada
batas tertentu menghasilkan nilai efisiensi
tertinggi yaitu pada proses pengukusan 8
jam.
Berdasarkan data yang ditunjukkan
pada Tabel 5 dan perhitungan pada
Lampiran 3 bagian (b) dapat disimpulkan
bahwa perlakuan lamanya proses
pengukusan tidak berpengaruh nyata
terhadap energi yang dibutuhkan, karena Fhit
< Ftabel. Secara fisis artinya perubahan
lamanya proses pengukusan tidak
mengakibatkan perubahan energi yang
dibutuhkan. Penggunaan bahan bakar yang
berbeda jumlahnya, menghasilkan energi
yang dibutuhkan relatif sama sampai awal
menuju proses sterilisasi. Pada proses
sterilisasi semakin lama proses sterilisasi,
mengakibatkan energi yang dibutuhkan
semakin besar.
Berdasarkan data yang ditunjukkan
pada Tabel 6 dan perhitungan pada
Lampiran 3 bagian (c) dapat disimpulkan
bahwa perlakuan lamanya proses
pengukusan berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan jamur, karena Fhit > Ftabel.
Secara fisis artinya perubahan lamanya
proses pengukusan mengakibatkan
perubahan massa jamur yang dihasilkan
dimana pada batas tertentu menghasilkan
nilai efisiensi tertinggi yaitu pada proses
pengukusan 8 jam.
KESIMPULAN
Budidaya jamur tiram putih bisa dilakukan
di dalam rumah jamur atau kubung dengan
media tanam terdiri atas bahan dasar yaitu
serbuk kayu gergaji dan bahan tambahan
antara lain: bekatul, gips, dan kapur. Syarat
rumah jamur memiliki suhu ruangan 280C
dengan kelembaban 80 %-90 %. Pada saat
inkubasi kelembaban yang dibutuhkan
adalah 60 %-80 %, sedang untuk
pembentukan tubuh buah memerlukan
kelembaman 80 %-90 % dan kadar air media
yang cocok sekitar 60 %. Suhu yang
diperlukan untuk proses inkubasi antara
23oC -28
oC.
Efisiensi yang dihasilkan pada proses
pengukusan 8 jam menghasilkan nilai
efisiensi lebih besar dan menghasilkan
massa yang lebih besar dibandingkan
dengan lamanya pengukusan 6 jam dan
10 jam. Berdasarkan analisis statistik
menggunakan metode rancangan acak
lengkap dapat disimpulkan bahwa perlakuan
lamanya proses pengukusan tidak
berpengaruh nyata terhadap terhadap energi
yang dibutuhkan, karena Fhit < Ftabel. Secara
fisis artinya ialah perubahan lamanya proses
pengukusan mengakibatkan perubahan
energi yang dibutuhkan. Penggunaan bahan
bakar yang berbeda jumlahnya,
menghasilkan energi yang dibutuhkan relatif
sama mengakibatkan energi yang
dibutuhkan semakin besar. Perlakuan
lamanya proses pengukusan berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan jamur dan
efisiensi karena Fhit > Ftabel. Secara fisis
artinya perubahan lamanya proses
pengukusan mengakibatkan perubahan
massa jamur dan nilai efisiensi. Pada batas
tertentu menghasilkan nilai efisiensi dan
massa tertinggi yaitu pada proses
pengukusan 8 jam.
SARAN
Pada penelitian selanjutnya diharapkan
sterilisasi jamur tiram putih menggunakan
ukuran baglog yang disesuaikan yakni
ukuran diameter lebih besar dibanding
tingginya. Perhatikan warna, ketebalan, jenis
kantong plastik yang digunakan. Mencari
lamanya waktu sterilisasi media jamur tiram
putih yang lain dari yang pernah dicobakan,
dengan harapan dapat dihasilkan mutu jamur
tiram yang lebih baik serta pengaturan suhu
dan kelembaban ruangan seakurat mungkin
antara 220C-30
0C agar pertumbuhan jamur
tiram maksimal. Sebaiknya saat penelitian,
dilakukan pemeriksaan kuat penerangan
ruangan, dan penelitian selanjutnya
diharapkan menggunakan alat ukur
khususnya timbangan yang ketelitiannya
tinggi. Setiap kali pengulangan diadakan uji
mikrobilologi dari sample (media dan bibit)
17
yang diambil secara acak untuk mengetahui
keberadaan mikroorganisme lain yang
mengganggu pertumbuhan jamur yang
terdapat pada media maupun bibit.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad SA, Kadam JA, Mane VP, Patil SS,
Baig MMV. 2009. Biological Efficienci And
Nutritional Contents Of Pleurotus florida
(Mont) Singer Cultivation on Different
Agro-Wastes. Nature and Science: 7(1);
1545-0740.
Alexopoulos CJ, Mims CW. 1996.
Introductory Mycology. Jhon Wiley and
sons, New York.
Anonim. 2008. Jamur Tiram Putih.
http://id.wikipedia.org/wiki/jamur.
Astuti W, Nurbana S. 2006. Budidaya Jamur
Tiram. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian, Jawa Timur.
Belonio AT. 2005. Rice Husk Gas Stove
Handbook. Appropriate Techonology
Center. Department of Agricultural
Engineering and Environmental
Management. College of Agriculture Central
Philippine University Iloilo City,
Philippines.
Cahyana YA, Muchrodji, Bakrun, M. 1999.
Jamur Tiram. Penebar Swadaya, Jakarta.
Chang ST, Miles PG. 1989. Edible
Mushrooms and their Cultivation. CRC.
Boca Raton, FL, USA. 345 pp.
Giancoli DC. 2001. Physics: Principles With
Application, Fifth Edition. Diterjemahkan
oleh Yuhilza Hanum dengan judul Fisika
Edisi Kelima 1. Jakarta : Erlangga.
Desna, RD Puspita, H Darmasetiawan,
Irzaman, Siswadi. 2010. Kajian Proses
sterilisasi Media Jamur Tiram Putih
Terhadap Mutu Bibit Yang dihasilkan.
Kumpulan Abstrak Seminar Nasional
Pendidikan dan Penelitian Fisika Dalam
Mengantisipasi Perubahan Fenomena Alam.
Universitas Diponegoro Semarang, halaman
4.
Hadar Y, Cohen E. 1986. Chemical
Composition of the Edible Mushroom
Pleurotus Ostreatus Produced by
Fermentation. Applied and Environmental
Microbiology, American Society for
Microbiology, 51 (6); 1352-1354.
Ibekwe VI, Azubuike PI, Ezeji EU,
Chinakwe EC. 2008. Effect of Nutrient
Sources and Environmental Factors on the
Cultivation and Yield of Oyster Mushroom
(Pleurotus ostreotus). Pakistan Journal of
Nutrition: 7(2); 349-351.
Imtiaj A, Rahman SA. 2008. Short Note
(Nota Corta) Economic Viability of
Mushroom Cultivation to Poverty reduction
in Bangladesh. Tropical and Subtropical
Agroecosystems: 8; 93-99.
Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas,
Irmansyah, A.D. Husin, M.N. Indro.
Development of Cooking Stove with Rice
Husk Fuel. Workshop on Renewable Energy
Technology Applications to Support E3
Village (Energy, Economics and
Enviroment), Universitas Persada Jakarta,
halaman 82 – 85, Juli (2008).
Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas,
Irmansyah, A. D. Husin, M. N. Indro, C.
Arif. 2008. Optimization of Energy
Efficiency of Cooking Stove with Rice-Husk
Fuel. Japan – Inonesia Symposium and
Expo, Jakarta.
Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas,
Irmansyah, A.D. Husin, M.N. Indro, H.
Hardhienata, K. Abdullah, T. Mandang, S.
Tojo. 2009. Optimization of Thermal
Efficiency of Cooking Stove with Rice-Husk
Fuel in Supporting the Proliferation of
Alternative Energy in Indonesia. Proceeding
Symposium on Advanced Technological
Development of Biomass Utilization in
Southeast Asia, page 40 – 43, Tokyo
University of Agriculture and Technology
(TUAT), Japan.
Mattjik AA. 2006. Perancangan Percobaan.
IPB Press. Bogor.
Moore E, Landecker. 1996. Fundamenttals
of the Fungi. Edisi IV, Prentice hall, Inc,
New Jersey.
Nasim G, Malik SH, Bajwa R, Afzal M,
Mian SW. 2001. Effect of three Different
Culture Media on Mycellial Growth of
Oyster and Chinese Mushroom. Journal of
Biologi Science: 1(12);1130-1133.
Parlindungan AK 2003. Karakteristik
Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreotus) dan Jamur Tiram
kelabu (Pleurotus Sajor Caju) pada Baglog
18
Alang-alang. Jurnal Natur Indonesia: 5 (2);
152-156.
Rifki M, Irzaman, H. Alatas. 2008. Optimasi
Efisiensi Tungku Sekam dengan Ventilasi
Lubang Utama pada Badan Kompor.
Prosiding Seminar Nasional Sains, FMIPA
IPB, halaman 155 – 161.
Sunarti A. 1998. Serbuk Kayu untuk Jamur.
Trubus, Juli, No.344, Jakarta.
Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi
Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi
Pertanian: vol. ; 2.
Suriawiria H, Unus. 2000. Sukses
Beragrobisnis Jamur Kayu: Shitake –
Kuping – Tiram. Penebar Swadaya. Jakarta
Widyastuti M. 2002. Kandungan Gizi dan
Kegunaan Jamur Tiram. Pusat Pengkajian
dan Penerapan Teknologi Bio Industri.
Jakarta.
19
LAMPIRAN
20
Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media
a. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 1
Suhu ruang : 31ºC
T0 bahan : 31ºC
Tingggi Air : 10 cm = 0.1 m
Sisa air : 7,5 cm = 0,075 m
Air yang terpakai : 2,5 cm = 0,025 m
Volum air : 0,02826 m3
Diameter drum : 60 cm = 0,6 m
Suhu awal drum : 34º C
Gas yang digunakan : 2 kg
HVF : 11767 kcal
Waktu
(menit)
Air +
drum (ºC)
Penampang
(ºC)
Suhu bahan tiap tingkatan (ºC) Penyangga
(ºC) 1 2 3 4
0’ 34 34 35 35 35 35 36
30’ 59 41 47 45 45 38 111
60’ 78 48 52 48 47 39 95
90’ 88 56 72 55 51 40 117
120’ 91 66 59 57 49 57 124
150’ 98 72 65 61 51 61 143
180’ 98 79 75 69 55 70 139
210’ 103 82 81 78 74 75 149
240’ 103 84 82 80 61 80 139
270’ 104 89 92 86 95 94 158
300’ 104 101 97 95 80 98 139
330’ 101 99 97 97 95 98 150
360’ 101 99 98 98 98 100 157
21
Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media
b. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 2
Suhu ruang : 33º C
T0 bahan : Lapisan 1 = 36º C; Lapisan 2 = 37ºC; Lapisan 3 = 37ºC
Dinding :1= 33º C; 2º C = 34º C; 3 = 35º C; 4 = 35º C
Dinding+air : 30ºC
Tingggi Air : 10,5 cm = 0.105 m
Sisa air : 8 cm
Air yang terpakai : 3.5 cm
Volume air : 0,02826 m3
Diameter drum : 60 cm = 0,6 m
Suhu awal drum : 34º C
Gas yang digunakan : 2,5 kg
HVF : 11767 kcal
Mendidih (100º C) : 100 menit
Waktu
(Menit)
Air +
drum (ºC)
Suhu bahan tiap tingkatan (ºC) Penyangga
(0C)
Penampang
(ºC) 1 2 3 4
0’ 30 35 36 37 39 33 31
30’ 70 47 45 43 41 145 306
60’ 89 60 58 57 51 208 337
90’ 94 72 67 66 54 201 364
120’ 101 77 74 75 61 195 345
150’ 102 81 84 85 78 215 296
180’ 100 87 91 85 77 221 406
210’ 103 90 96 95 88 200 445
240’ 102 94 95 98 98 215 453
270’ 103 98 95 97 98 190 411
300’ 104 99 99 99 99 188 389
330’ 102 100 100 100 100 188 394
360’ 102 99 100 99 100 169 372
22
Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media
c. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 1
Suhu ruang : 33ºC
T0 bahan : Lapisan 1 = 36º C; Lapisan 2 = 37ºC; Lapisan 3 = 37ºC
Dinding :1=28 º C; 2 =29 º C; 3 = 29º C; 4 =30 º C
Dinding+air : 27 ºC
Tingggi Air : 10,5 cm = 0.105 m
Sisa air : 3,5 cm
Air yang terpakai : 8 cm
Volume air : 0,02826 m3
Diameter drum : 60 cm = 0,6 m
Suhu awal drum : 27º C
Gas yang digunakan : 3 kg
HVF : 11767 kcal
Mendidih (100º C) : 120 menit
Waktu
(menit)
Air +
drum
(0C)
Suhu bahan tiap tingkatan (0C) Penyangga
(0C)
Penampang
(0C) 1 2 3 4
0’ 27 28 29 29 30 30 27
30’ 73 47 41 40 35 94 191
60’ 95 64 64 58 56 114 201
90’ 98 62 55 56 60 114 203
120’ 100 66 67 66 65 133 278
150’ 100 80 83 83 87 112 386
180’ 100 89 88 87 94 130 454
210’ 100 95 95 91 97 124 429
240’ 100 93 95 92 97 137 420
270’ 100 94 97 95 98 134 446
300’ 101 94 96 95 97 120 442
330’ 100 95 96 94 98 122 443
360’ 100 95 96 96 99 123 453
390’ 104 95 95 96 98 130 401
420’ 103 97 98 97 100 123 422
450’ 101 97 96 95 100 134 432
480’ 101 96 96 95 101 142 443
23
Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media
d. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 2
Suhu ruang : 27ºC
T0 bahan :1= 30ºC; 2 = 31ºC; 3 = 31ºC; 4 = 32ºC
Dinding+air : 28 ºC
Tingggi Air : 10,5 cm = 0.105 m
Sisa air : 5,5 cm
Air yang terpakai : 5.5 cm
Volume air : 0,02826 m3
Diameter drum : 60 cm = 0,6 m
Suhu awal drum : 27º C
Gas yang digunakan : 3 kg
HVF : 11767 kcal
Mendidih (100º C) : 120 menit
Waktu
(menit)
Air +
drum
(ºC)
Suhu bahan tiap tingkatan (ºC) Penyangga
(ºC)
Penampang
(ºC)
Ruang
(ºC) 1 2 3 4
0’ 27 30 31 31 32 32 27 27
30’ 76 50 44 42 36 113 340 35
60’ 87 60 58 56 53 113 329 36
90’ 92 67 62 59 61 113 338 36
120’ 100 73 68 65 65 123 357 37
150’ 100 78 78 80 77 131 364 36
180’ 102 87 80 81 80 132 376 37
210’ 101 88 82 81 82 116 420 37
240’ 104 89 85 90 98 128 OL 37
270’ 100 90 90 93 98 118 466 36
300’ 103 91 92 93 97 123 473 36
330’ 102 95 97 97 100 135 452 36
360’ 103 98 99 98 101 159 454 37
390’ 103 100 99 100 100 160 466 37
420’ 103 100 100 100 100 160 441 37
450’ 102 100 100 100 100 149 441 36
480’ 102 100 100 100 100 154 473 36
Keterangan:
OL = over load
24
Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media
e. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 1
Suhu ruang : 31.7º C
T0 bahan :1= 30ºC; 2 =31 ºC; 3 =32 ºC; 4 =33 ºC
Dinding+air : 27 ºC
Tingggi Air : 10,5 cm = 0.105 m
Sisa air : 1,5 cm
Air yang terpakai : 9 cm
Volum air : 0,02826 m3
Diameter drum : 60 cm = 0,6 m
Suhu awal drum : 26º C
Gas yang digunakan : 4 kg
Mendidih (100º C) : 100 menit
Waktu
(menit)
Air +
drum (ºC)
Suhu bahan tiap tingkatan (ºC) Penyangga
(ºC)
Penampang
(ºC)
Ruang
(ºC)
RH
(%)
Uap
(ºC) 1 2 3 4
0’ 27 30 31 31 31 27 26 31.3 67 31
30’ 80 52 40 40 34 140 363 32.2 67 34
60’ 95 58 50 50 41 143 224 33.5 65 65
90’ 99 62 59 59 74 168 310 33.9 62 84
120’ 101 77 81 81 93 162 258 33.8 59 94
150’ 102 83 84 84 93 126 310 36.4 57 96
180’ 100 87 88 87 94 135 233 33.3 51 97
210’ 100 93 92 94 96 129 249 31.3 58 99
240’ 101 99 96 99 98 139 180 31.2 61 101
270’ 103 101 97 97 100 135 191 31.5 61 101
300’ 100 99 95 97 99 127 183 32.8 59 101
330’ 100 99 95 99 100 124 165 33.1 57 101
360’ 103 100 97 99 100 137 171 32.9 55 101
390’ 101 99 97 99 100 128 229 33.6 55 101
420’ 100 99 98 99 100 129 217 33.9 55 101
450’ 101 100 99 99 100 132 210 33.7 54 100
480’ 100 100 99 99 100 134 253 31.7 61 100
510’ 100 100 99 100 100 148 231 30.8 65 100
540’ 100 100 99 100 101 151 215 31.6 64 101
570’ 101 100 99 101 100 151 219 31.3 64 100
600’ 101 101 99 100 101 160 242 31.5 64 101
Keterangan: OL = over load
25
Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media
f. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 2
Suhu ruang : 27º C
T0 bahan :1= 30ºC; 2 = 31ºC; 3 = 31ºC; 4 = 3 ºC
Dinding+air : 28 ºC
Tingggi Air : 10,5 cm = 0.105 m
Sisa air : 5,5 cm
Air yang terpakai : 5.5 cm
Volume air : 0,02826 m3
Diameter drum : 60 cm = 0,6 m
Suhu awal drum : 27º C
Gas yang digunakan : 5 kg
HVF : 11767 kcal
Mendidih (100º C) : 120 menit
Waktu
(menit)
Air +
drum (ºC)
Suhu bahan tiap tingkatan (ºC) Penyangga
(ºC)
Penampang
(ºC)
Ruang
(ºC)
RH
(%)
Uap
(0C) 1 2 3 4
0’ 27 30 31 32 33 28 26 31.7 62 33
30’ 71 47 43 41 35 127 191 33.6 60 35
60’ 90 66 60 56 45 138 201 34.3 56 48
90’ 100 69 74 70 61 142 203 34.4 55 65
120’ 101 67 63 63 72 149 278 35.2 53 65
150’ 101 74 74 75 80 150 427 34.1 54 85
180’ 101 83 85 84 87 150 386 35.3 53 90
210’ 101 91 91 92 94 159 454 33.9 55 97
240’ 102 95 95 95 95 153 440 34.1 56 97
270’ 101 98 98 98 97 153 429 32.3 59 97
300’ 104 98 98 98 97 156 457 31.2 64 98
330’ 101 98 98 98 98 156 446 33.3 66 98
360’ 101 99 99 99 99 155 442 33.5 63 99
390’ 101 99 99 99 99 158 443 33.8 63 99
420’ 101 99 99 99 99 159 453 34.1 59 99
450’ 101 98 98 98 99 153 401 32.1 59 99
480’ 101 97 97 97 97 151 OL 29.1 64 99
510’ 101 98 98 98 98 150 OL 30 68 99
540’ 105 99 99 99 99 151 OL 30.4 70 100
570’ 103 99 99 100 100 156 OL 30.6 71 100
600’ 101 99 99 99 99 156 OL 30.7 70 100
Keterangan: OL = over load
26
Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar
a. Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 1
Efisiensi bahan bakar
27
Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar
b. Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 2
Efisiensi bahan bakar
28
Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar
c. Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan 1
Efisiensi bahan bakar
29
Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar
d. Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan 2
Efisiensi bahan bakar
30
Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar
e. Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan 1
Efisiensi bahan bakar
31
Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar
f. Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan 2
Efisiensi bahan bakar
32
Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap
a. Analisis efisiensi bahan bakar menggunakan rancangan acak lengkap.
Lamanya pengukusan Ulangan
Rata-Rata I II
6 39,19 42,29 40,74
8 62,88 56,26 59,57
10 55,03 51,03 53,03
Rataan Umum 51,11
FK: Faktor Koreksi
JKT: Jumlah Kuadarat Total
JKP: Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKG: Jumlah Kuadrat Galat
KTP: Kuadrat Tengah Perlakuan
KTG: Kuadrat Tengah Galat
33
Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Tabel sidik ragam lamanya sterilisasi terhadap efisiensi bahan bakar
Sumber
keragaman
Derajat
bebas Jumlah kuadrat
Kuadrat
tengah F.hitung F.tabel F.tabel
Perlakuan (t-1) 2 367,630 183,815 15,890* 9,552
Galat t(r-1) 3 34,720 11,570 15,890** 5,462
Total 5 402,350
Koefisien keragaman diperoleh sebesar:
Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya sterilisasi berpengaruh
nyata terhadap efisiensi bahan bakar, karena Fhit .>Ftabel.
34
Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap
b. Analisis Qn (energi yang dibutuhkan) menggunakan rancangan acak lengkap.
Lamanya pengukusan
(jam)
Ulangan Rata-Rata
I II
6 46120,32 49771,43 47945,88
8 66595,76 59576,83 63086,29
10 62162,51 72377,24 67269,88
Rataan Umum 59434,02
FK: Faktor Koreksi
JKT: Jumlah Kuadarat Total
JKP: Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKG: Jumlah Kuadrat Galat
KTP: Kuadrat Tengah Perlakuan
KTG: Kuadrat Tengah Galat
35
Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Tabel sidik ragam pengaruh lamanya proses sterilisasi terhadap energi yang dibutuhkan
Sumber
keragaman
Derajat
bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F.hitung F.tabel F.tabel
Perlakuan (t-1) 2 9,552
Galat t(r-1) 3 5,462
Total 5
Koefisien keragaman diperoleh sebesar:
Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya sterilisasi tidak
berpengaruh nyata terhadap energi yang dibutuhkan, karena Fhit <Ftabel.
36
Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap
c. Analisis massa jamur tiram putih menggunakan rancangan acak lengkap
Perlakuan (jam) Ulangan
Rata-Rata I II
6 8,820 5,190 7,005
8 9,650 18,420 14,035
10 3,640 13,700 2,505
Rataan Umum 7,848
FK: Faktor Koreksi
JKT: Jumlah Kuadarat Total
JKP: Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKG: Jumlah Kuadrat Galat
KTP: Kuadrat Tengah Perlakuan
KTG: Kuadrat Tengah Galat
37
Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Tabel sidik pengaruh lamanya proses pengkusan terhadap pertumbuhan amur tiram
Sumber
keragaman
Derajat
bebas
Jumlah
kuadrat
Kuadrat
tengah F.hitung F.tabel F.tabel
Perlakuan (t-1) 2 9,552
Galat t(r-1) 3 5,462
Total 5
Koefisien keragaman diperoleh sebesar:
Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya sterilisasi berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan jamur, karena Fhit >Ftabel.
top related