kajian antioksidan ekstrak daun lima spesies · pdf filepenyusunan laporan penelitian ini...
Post on 06-Feb-2018
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KAJIAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN LIMA SPESIES
DARI FAMILI CUCURBITACEAE
DENGAN METODE FRAP DAN DPPH
TESIS
Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari
Institut Teknologi Bandung
oleh
AGUNG DARMAWATI
NIM : 20712033
(Program Studi Farmasi)
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014
ii
KAJIAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN LIMA SPESIES
DARI FAMILI CUCURBITACEAE
DENGAN METODE FRAP DAN DPPH
oleh
Agung Darmawati
NIM : 20712033
(Program Studi Farmasi)
Institut Teknologi Bandung
Menyetujui
Tim Pembimbing
Maret 2014
Pembimbing Utama
(Dr. Irda Fidrianny, Apt)
Pembimbing Serta
(Prof. Dr. Sukrasno, Apt)
iii
ABSTRAK
KAJIAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN LIMA SPESIES
DARI FAMILI CUCURBITACEAE DENGAN METODE FRAP DAN DPPH
oleh
Agung Darmawati
NIM : 20712033
(Program Studi Farmasi)
Latar belakang dan tujuan: Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah terjadinya oksidasi. Cucurbitaceae merupakan sumber antioksidan alami yang banyak tumbuh di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kapasitas antioksidan ekstrak daun mentimun (CS), labu siam (SE), oyong (LA), labu kuning (CM), paria (MC) menggunakan metode pengujian antioksidan FRAP dan DPPH serta korelasi antara fenol total, flavonoid total dan karotenoid total terhadap kapasitas FRAP dan peredaman DPPH. Metode: Ekstraksi secara sinambung dengan tiga pelarut berbeda kepolaran (n-heksana, etil asetat dan etanol, sehingga diperoleh ekstrak n-heksana CS1, SE1, LA1, CM1, MC1; ekstrak etil asetat CS2, SE2, LA2, CM2, MC2 dan ekstrak etanol CS3, SE3, LA3, CM3, MC3. Setiap ekstrak dipantau secara kromatografi lapis tipis (KLT), dilakukan uji kapasitas antioksidan dengan metode FRAP, DPPH, EC50 kapasitas FRAP, IC50 peredaman radikal DPPH, penetapan fenol total, flavonoid total, karotenoid total serta korelasinya dengan kapasitas FRAP dan peredaman DPPH. Hasil: SE2 (ekstrak etil asetat daun labu siam) memiliki EC50
kapasitas FRAP terendah yaitu 759 ppm. LA3 (ekstrak etanol daun oyong) memiliki IC50 peredaman DPPH terendah yaitu 73 ppm. SE2 memiliki fenol total tertinggi (4,01g GAE/100g), MC1 memiliki flavonoid total tertinggi (14,37 g QE/100g) dan karotenoid total tertinggi (19,53g BET/100g). Fenol total sampel SE mempuyai korelasi positif, tinggi dan bermakna terhadap kapasitas FRAP dan peredaman DPPH. Kesimpulan: Metode uji FRAP dan DPPH memberikan hasil yang linier untuk pengukuran aktivitas antioksidan pada ekstrak daun labu siam. Kapasitas FRAP dan aktivitas peredaman DPPH dalam ekstrak daun labu siam dapat diperkirakan secara tidak langsung dengan penentuan fenol total. Senyawa golongan fenol pada daun labu siam merupakan kontributor utama dalam kapasitas FRAP dan peredaman DPPH
Kata kunci: Antioksidan, Cucurbitaceae, FRAP, DPPH
iv
ABSTRACT
Background and objectives: Antioxidants are substances that can prevent oxidation. Cucurbitaceae is a source of natural antioxidants that abundant in Indonesia. The purpose of this study was to test the antioxidant capacities of leaves extracts of cucumber (CS), chayote (SE), sponge gourd (LA), pumpkin (CM), bitter melon (MC) using FRAP and DPPH methods and their correlation with total phenol, total flavonoids and carotenoids. Methods: Extraction by Soxhlet using three different polarities solvents (n-hexane, ethyl acetate, ethanol), so there are CS1, SE1, LA1, CM1, MC1 n-hexane extracts; CS2, SE2, LA2, CM2, MC2 ethyl acetate extracts and CS3, SE3, LA3, CM3, MC3 ethanolic extracts. Each extracts was observed by thin-layer chromatography (TLC), antioxidant capacity by FRAP, DPPH methods, EC50 of FRAP capacity and IC50 DPPH scavenging activity, determination of total phenol, total flavonoids, total carotenoids and their correlation with FRAP and DPPH capacity. Results: SE2 (ethyl acetat extract of chayote leaves) had lowest EC50 FRAP capacity (759 ppm). LA3 (ethanolic extract of sponge gourd leaves) had lowest IC50 DPPH scavenging activity (73 ppm). SE2 contained the highest total phenolic (4.01 g GAE/100 g), MC1 (n-hexane extract of bitter melon leaves) had highest flavonoid content (14.37 g QE/100 g) and highest carotenoid (19.53 g BET/100 g). Total phenol of SE had positively high correlation with FRAP and DPPH. Conclusion: FRAP capacity of SE leaves extract linier with DPPH scavenging activity. FRAP capacity and DPPH scavenging activity of SE leaves extract can be estimated indirectly by total phenol. Phenolic compounds in chayote leaves were the major contributor in FRAP capacity and DPPH scavenging activity Keyword: Antioxidants, Cucurbitaceae, FRAP, DPPH
v
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS
Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut
Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada
pada pengarang dengan mengikuti aturan HAKI yang berlaku di Institut Teknologi
Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau
peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan
kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Dekan
Sekolah Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.
vi
Dipersembahkan kepada
Akhmed G. Sjahadat,
Abrisam Al Agha Sjahadat,
Hadwan Arkan Tsani Sjahadat
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrohim,
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas rahmat dan petunjukNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Kajian Antioksidan
Ekstrak Daun Lima Spesies Cucurbitaceae dengan Metode FRAP dan DPPH”. Tujuan
penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister pada
Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung.
Penyusunan laporan penelitian ini dapat diselesaikan bukan semata-mata karena
kemampuan penulis secara pribadi tetapi tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan
dukungan dari semua pihak yang terlibat, oleh karena itu penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Orang tua yang selalu memberikan doa dan motivasi;
2. Suami terkasih yang memberikan cinta, dukungan dan pengertian tidak terbatas;
3. Dr. Irda Fidrianny, Apt dan Prof. Dr. Sukrasno, Apt sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktu memberikan arahan, pengetahuan selama proses penelitian dan
penyusunan laporan penelitian;
4. Prof. Dr. Asep Gana Suganda, Apt sebagai dosen wali yang telah memberikan
bimbingan akademik;
5. Prof. Dr. Komar Ruslan Wirasutisna, Apt sebagai penanggungjawab laboratorium
kimia bahan alam yang telah memberikan fasilitas demi kelancaran penelitian;
6. Kepala Badan POM RI yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan dan menyediakan alokasi dana pendidikan;
7. Kepala Balai POM di Palu yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan;
8. Para pendidik dan staf Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung yang telah
membantu dan mendukung demi kelancaran penyelenggaraan pendidikan;
viii
9. Rekan-rekan program studi Magister opsi Biologi Farmasi yang telah berbagi ilmu
serta pengalaman.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini belum sempurna, untuk itu secara
terbuka penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak. Semoga Allah membalas
setiap kebaikan dengan RahmatNya.
Bandung, Maret 2014
Penulis
ABSTRAK
KAJIAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN LIMA SPESIES
DARI FAMILI CUCURBITACEAE DENGAN METODE FRAP DAN DPPH
oleh
Agung Darmawati
NIM : 20712033
(Program Studi Farmasi)
Latar belakang dan tujuan: Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah terjadinya oksidasi. Cucurbitaceae merupakan sumber antioksidan alami yang banyak tumbuh di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kapasitas antioksidan ekstrak daun mentimun (CS), labu siam (SE), oyong (LA), labu kuning (CM), paria (MC) menggunakan metode pengujian antioksidan FRAP dan DPPH serta korelasi antara fenol total, flavonoid total dan karotenoid total terhadap kapasitas FRAP dan peredaman DPPH. Metode: Ekstraksi secara sinambung dengan tiga pelarut berbeda kepolaran (n-heksana, etil asetat dan etanol, sehingga diperoleh ekstrak n-heksana CS1, SE1, LA1, CM1, MC1; ekstrak etil asetat CS2, SE2, LA2, CM2, MC2 dan ekstrak etanol CS3, SE3, LA3, CM3, MC3. Setiap ekstrak dipantau secara kromatografi lapis tipis (KLT), dilakukan uji kapasitas antioksidan dengan metode FRAP, DPPH, EC50 kapasitas FRAP, IC50 peredaman radikal DPPH, penetapan fenol total, flavonoid total, karotenoid total serta korelasinya dengan kapasitas FRAP dan peredaman DPPH. Hasil: SE2 (ekstrak etil asetat daun labu siam) memiliki EC50
kapasitas FRAP terendah yaitu 759 ppm. LA3 (ekstrak etanol daun oyong) memiliki IC50 peredaman DPPH terendah yaitu 73 ppm. SE2 memiliki fenol total tertinggi (4,01g GAE/100g), MC1 memiliki flavonoid total tertinggi (14,37 g QE/100g) dan karotenoid total tertinggi (19,53g BET/100g). Fenol total sampel SE mempuyai korelasi positif, tinggi dan bermakna terhadap kapasitas FRAP dan peredaman DPPH. Kesimpulan: Metode uji FRAP dan DPPH memberikan hasil yang linier untuk pengukuran aktivitas antioksidan pada ekstrak daun labu siam. Kapasitas FRAP dan aktivitas peredaman DPPH dalam ekstrak daun labu siam dapat diperkirakan secara tidak langsung dengan penentuan fenol total. Senyawa golongan fenol pada daun labu siam merupakan kontributor utama dalam kapasitas FRAP dan peredaman DPPH
Kata kunci: Antioksidan, Cucurbitaceae, FRAP, DPPH
ABSTRACT
Background and objectives: Antioxidants are substances that can prevent oxidation. Cucurbitaceae is a source of natural antioxidants that abundant in Indonesia. The purpose of this study was to test the antioxidant capacities of leaves extracts of cucumber (CS), chayote (SE), sponge gourd (LA), pumpkin (CM), bitter melon (MC) using FRAP and DPPH methods and their correlation with total phenol, total flavonoids and carotenoids. Methods: Extraction by Soxhlet using three different polarities solvents (n-hexane, ethyl acetate, ethanol), so there are CS1, SE1, LA1, CM1, MC1 n-hexane extracts; CS2, SE2, LA2, CM2, MC2 ethyl acetate extracts and CS3, SE3, LA3, CM3, MC3 ethanolic extracts. Each extracts was observed by thin-layer chromatography (TLC), antioxidant capacity by FRAP, DPPH methods, EC50 of FRAP capacity and IC50 DPPH scavenging activity, determination of total phenol, total flavonoids, total carotenoids and their correlation with FRAP and DPPH capacity. Results: SE2 (ethyl acetat extract of chayote leaves) had lowest EC50 FRAP capacity (759 ppm). LA3 (ethanolic extract of sponge gourd leaves) had lowest IC50 DPPH scavenging activity (73 ppm). SE2 contained the highest total phenolic (4.01 g GAE/100 g), MC1 (n-hexane extract of bitter melon leaves) had highest flavonoid content (14.37 g QE/100 g) and highest carotenoid (19.53 g BET/100 g). Total phenol of SE had positively high correlation with FRAP and DPPH. Conclusion: FRAP capacity of SE leaves extract linier with DPPH scavenging activity. FRAP capacity and DPPH scavenging activity of SE leaves extract can be estimated indirectly by total phenol. Phenolic compounds in chayote leaves were the major contributor in FRAP capacity and DPPH scavenging activity Keyword: Antioxidants, Cucurbitaceae, FRAP, DPPH
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................................. iii
ABSTRACT ................................................................................................................ iv
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS .......................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ............................................................ xiv
BAB I Pendahuluan ............................................................................................... 1
BAB II Tinjauan Pustaka
II.1 Tinjauan Botani ......................................................................................... 3
II.2 Tinjauan Kimia ......................................................................................... 3
II.3 Tinjauan Farmakologi ............................................................................... 4
II.4 Radikal Bebas ........................................................................................... 4
II.5 Antioksidan ............................................................................................... 5
II.6 Ekstraksi ................................................................................................... 9
II.7 Kromatografi........................................................................................... 10
II.8 Spektrofotometri UV-sinar tampak ........................................................ 11
BAB III Metodologi Penelitian .............................................................................. 13
BAB IV Percobaan
IV.1 Bahan ....................................................................................................... 15
IV.2 Alat .......................................................................................................... 15
IV.3 Pengumpulan dan Penyiapan Simplisia ................................................... 15
x
IV.4 Karakterisasi Simplisia ............................................................................ 16
IV.5 Ekstraksi .................................................................................................. 17
IV.6 Penapisan Fitokimia Ekstrak ................................................................... 17
IV.7 Penetapan Bobot Jenis Ekstrak ................................................................ 17
IV.8 Pemantauan Ekstrak................................................................................. 17
IV.9 Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan dengan Metode FRAP ................... 17
IV.10 Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman
Radikal Bebas DPPH ............................................................................... 18
IV.11 Uji Kuantitatif Antioksidan dengan Metode FRAP ................................ 18
IV.12 Penetapan EC50 Kapasitas FRAP............................................................. 19
IV.13 Uji Kuantitatif Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman
Radikal bebas DPPH................................................................................ 19
IV.14 Penetapan IC50 Peredaman Radikal Bebas DPPH ................................... 20
IV.15 Penetapan Fenol Total ............................................................................. 20
IV.16 Penetapan Flavonoid Total ...................................................................... 21
IV.17 Penetapan Karotenoid Total ................................................................... 21
IV.18 Analisis Statistik ...................................................................................... 22
BAB V Hasil dan Pembahasan
V.1 Hasil Determinasi Dan Penyiapan Bahan Uji .......................................... 23
V.2 Karakterisasi Simplisia ............................................................................ 23
V.3 Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan ........................................................ 27
V.4 Uji Kuantitatif Aktivitas Antioksidan ...................................................... 29
V.5 Penetapan Fenol Total, Flavonoid Total, dan Karotenoid Total ............. 33
V.6 Korelasi Fenol Total, Flavonoid Total, dan Karotenoid Total ................ 36
BAB VI Kesimpulan dan Saran
VI.1 Kesimpulan .............................................................................................. 40
VI.2 Saran ........................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. HASIL DETERMINASI TANAMAN ............................................ 47
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar V.1 Pemeriksaan makroskopik simplisia .............................................. 23
Gambar V.2 Kromatogram lapis tipis pemantauan ekstrak ............................... 26
Gambar V.3 Kromatogram lapis tipis pemantauan ekstrak dan aktivitas antioksidan ................................................................ 28
Gambar V.4 EC50 kapasitas FRAP ..................................................................... 32
Gambar V.5 IC50 peredaman DPPH ................................................................... 32
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel V.1 Perbandingan Makroskopik Simplisia .................................................. 23
Tabel V.2 Kadar Air, Kadar Abu Total, Kadar Sari Simplisia .............................. 24
Tabel V.3 Penapisan Fitokimia Simplisia .............................................................. 24
Tabel V.4 Rendemen dan Bobot Jenis Ekstrak ...................................................... 25
Tabel V.5 Penapisan Fitokimia Ekstrak ................................................................. 25
Tabel V.6 Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-Heksana ............................................ 30
Tabel V.7 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil Asetat ............................................ 30
Tabel V.8 Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol ................................................... 31
Tabel V.9 Fenol Total, Flavonoid Total, Karotenoid Total Ekstrak n-Heksana .... 34
Tabel V.10 Fenol Total, Flavonoid Total, Karotenoid Total Ekstrak Etil Asetat .... 35
Tabel V.11 Fenol Total, Flavonoid Total, Karotenoid Total ekstrak Etanol ........... 35
Tabel V.12 Koefisien Korelasi Pearson Fenol, Flavonoid dan Karotenoid Ekstrak ........................................................................ 36
xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Singkatan Nama Penggunaan pertama kali pada
halaman
CS : Cucumis sativus 3
SE : Sechium edule 3
LA : Luffa acutangula 3
CM : Cucurbita moschata 3
MC : Momordica charantia 3
KLT : Kromatografi Lapis Tipis 10
FRAP : Ferric Reducing Antioxidant Power 2
DPPH : 2.2-difenil-1-pikrilhidrazil 2
TPTZ : 2,4,6-tri (2-piridil)-1,3,5-triazina 9
EC50 : Exhibition Concentration 19
IC50 : Inhibition Concentration 20
GAE : Gallic Acid Equivalent 21
QE : Quercetin Equivalent 21
BET : Beta caroten Equivalent 22
UV : Ultraviolet 11
nm : nanometer 6
SET : Single electron transfer 8
HAT : Hydrogen atom transfer 8
SPSS : Statistical Package for Social Science 22
ANOVA: Analysis of varian 22
LSD : Least Significant Difference 22
λ : Panjang gelombang 6
µL : Mikroliter 11
1
Bab I Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam melimpah, salah satunya
adalah keanekaragaman hayati. Ribuan spesies tanaman yang tumbuh di Indonesia telah
banyak terbukti sebagai sumber bahan obat potensial. Berbagai tanaman tersebut secara
empiris banyak digunakan untuk mengobati penyakit.
Perkembangan IPTEK yang semakin maju, meningkatkan kesadaran masyarakat akan
arti penting kesehatan. Bahan alam tidak hanya dimanfaatkan menjadi produk obat
untuk terapi pada kondisi penyakit tetapi juga digunakan dalam upaya preventif. Produk
yang digunakan oleh masyarakat dalam upaya preventif paling banyak adalah
antioksidan. Antioksidan banyak diformulasi menjadi suplemen maupun fungsional
food yang dapat digunakan sebagai alternatif makanan sehat. Antioksidan juga banyak
digunakan sebagai bahan tambahan dalam produk untuk mencegah terjadinya oksidasi
zat aktif sehingga kualitas produk tetap terjaga dengan baik. Antioksidan yang sudah
dikenal antara lain vitamin E, vitamin C, BHT, beta karoten (Smith, 2011).
Penapisan terhadap potensi antioksidan dari berbagai spesies tanaman telah banyak
dilakukan. Widowati, dkk (2005) serta Souri, dkk (2007) melakukan penapisan terhadap
berbagai jenis spesies tanaman termasuk Cucurbitaceae meliputi buah paria, buah
oyong, buah labu air, buah dan biji mentimun, serta daun labu siam. Penelitian lain
yang dilakukan oleh Arianingrum dan Handayani (2007) menyimpulkan bahwa ekstrak
etanol dari biji, serabut buah serta daging buah paria menunjukkan aktivitas antioksidan,
dan Abraham (2009) telah berhasil mengisolasi senyawa flavonol dari daun paria.
Spesies lain dari Cucurbitaceae yang telah diteliti yaitu labu siam. Sayuran ini
merupakan makanan sehat untuk jantung dan dapat mencegah stroke, diabetes melitus,
hipertensi, hiperkolesterol, arteriosklerosis, karena mengandung sedikit lemak tetapi
mempunyai kalori dan antioksidan serta tinggi serat (Rosmalena, 2008). Telaah
fitokimia menunjukkan bahwa labu siam mengandung alkaloid, saponin,
2
kardenolin/bufadienol, dan flavonoid (Marliana, dkk., 2005). Ekstrak etanol dan ekstrak
etil asetat daun labu siam menunjukkan aktivitas antioksidan (Riyenni, 2008).
Selain labu siam dan paria, Cucurbitaceae yang banyak tumbuh di Indonesia yaitu labu
kuning, oyong, semangka, mentimun dan melon. Biji labu kuning banyak mengandung
senyawa steroid/triterpenoid (Novellina, 2007), biji oyong dan daging buah mentimun
mengandung senyawa alkaloid, steroid/triterpenoid (Mardianti, 2005; Ikrimah, 2006)
dan bagian putih buah semangka mengandung senyawa golongan flavonoid,
steroid/triterpenoid (Listiane, 2008).
Cucurbitaceae umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat terutama bagian daging buah,
digunakan sebagai sayur, sementara daunnya jarang digunakan, padahal tidak menutup
kemungkinan pada bagian inipun berkhasiat antioksidan sehingga berpotensi untuk
dikembangkan menjadi fungsional food yang bernilai ekonomis tinggi.
Berdasarkan beberapa hasil telaah kimia dapat diambil garis besar bahwa bagian
tanaman berupa daun, daging buah dan biji dari Cucurbitaceae mengandung senyawa
golongan flavonoid, alkaloid, dan steroid/triterpenoid, dimana senyawa tersebut diduga
bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Merujuk pada hal
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap daun Cucurbitaceae dengan
melakukan ekstraksi menggunakan pelarut dengan polaritas berbeda serta dilakukan
pengujian menggunakan metode pengukuran yang berbeda sehingga dapat diketahui
korelasi aktivitas antioksidan daun Cucurbitaceae dengan metode yang digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antioksidan ekstrak daun lima spesies
Cucurbitaceae dengan menggunakan dua metode pengujian antioksidan yaitu metode
Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) dan DPPH (2.2-difenil-1-pikrilhidrazil)
serta korelasi antara fenol total, flavonoid total dan karotenoid total terhadap kapasitas
FRAP dan peredaman DPPH
3
Bab II Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka meliputi tinjauan botani, tinjauan kimia, tinjauan farmakologi dari
tanaman, pengertian radikal bebas, antioksidan, metode ekstraksi, kromatografi dan
prinsip spektofotometri UV-sinar tampak.
II.1 Tinjauan Botani
Berdasarkan klasifikasi menurut Cronquist (1981) sampel termasuk dalam divisi
Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, anak kelas Dillenidae, bangsa Violales, suku
Cucurbitaceae, jenis (CS) Cucumis sativus L. Mentimun, (SE) Sechium edule (jacq)
swartz. Labu siam, (LA) Luffa acutangula (L) Roxburgh. Oyong, (CM) Cucurbita
moschata (Duchesne ex Lamk) Duchesne ex Poiret. Labu kuning, (MC) Momordica
charantia L. Paria.
II.2 Tinjauan Kimia
Biji mentimun mengandung minyak lemak, karoten. Daun mengandung kukurbitasin C,
stigmasterol. Buah mengandung saponin, glutation, protein, lemak, karbohidrat, vitamin
B dan C (Flora, 2010). Buah dan daun labu siam mengandung saponin, alkaloid, tanin,
flavonoid dan polifenol (Riyenni, 2008). Buah oyong mengandung steroid, triterpenoid,
flavonoid, tanin, karbohidrat, protein, asam amino (Mohan, et al., 2010), luffein (zat
pahit), sitrulin, dan kukurbitasin, 3-hidroksi-1-metilen-2,3,4,4 tetrahidroksinaftalen-2-
karbaldehid, 22,23-hidroksi spinasterol (Ismail, et al, 2010). Biji labu kuning
mengandung asam amino m-karboksifenilalanin, pirazoalanin, asam aminobutirat,
etilasparagin, sitrulin alanin, glisin, dan asam glutamat, mineral Zn dan Mg. Kandungan
lainnya berupa asam linoleat, asam oleat, asam linolenat, vitamin E (tokoferol),
karotenoid lutein dan beta-karoten, hormon beta-sitosterol. Daun dan buah paria
mengandung vitamin A, vitamin C, pigmen karotenoid, alkaloid, saponin, asam fenolat,
flavonoid, steroid/triterpenoid, mineral kalsium, kalium, magnesium, besi, karbohidrat,
(19R28E)-5b, 19-Epoksi-19-metoksikukurbita-6,23,25-trien-3b-ol, (22E)-3b, hidroksi-
4
7b-metoksikukurbita-5,23,25-trien-19-ol (Juliana, dkk, 2010). Biji mengandung asam
lemak butirat, asam palmitat, asam linoleat, asam stearat (Abraham, 2009).
II.3 Tinjauan Farmakologi
Batang mentimun mempunyai aktivitas antibakteri dan anti jamur yang patogen
terhadap tanaman (Jing, et al, 2010). Buah labu siam dapat memperbaiki morfologi sel
darah merah (Dire, et al, 2009), mempunyai aktivitas antiepilepsi dan antidepresan
dengan mekanisme mengurangi durasi fase konvulsi, memperlambat onset konvulsi,
mengurangi aktivitas lokomotor dan koordinasi muskular, mengurangi koordinasi
motorik (Firdous, et al, 2012), daun labu siam dapat memperbaiki kerusakan ginjal
(Mumtaz, et al., 2013). Buah oyong berkhasiat memperbaiki kerusakan hati (Jadnav, et
al, 2010), antimikroba (Ismail, et al, 2010), antioksidan (Sharma, et al, 2012). Buah labu
kuning segar dapat mengurangi kelelahan fisik dengan cara meningkatkan glukosa
plasma dan glikogen hepatik, menurunkan level plasma laktat dan amonia (Wang, et al,
2012), memperbaiki kerusakan jaringan kulit dengan membentuk kolagen (Noubarani,
et al, 2012), antidiabetes (Lai, et al, 2011), biji berkhasiat sebagai antimikroba (Aziz, et
al, 2011), daun berkhasiat sebagai antikanker, antidiabetes, dan hepatoprotektor (Saha,et
al, 2011). Daun paria berkhasiat sebagai antibakteri (Costa, et al, 2010), antioksidan
(Olayede, et al, 2012), antidiabetes (Singh, et al, 2011), biji sebagai antispermatogenik
(Patil, et al, 2011), buah sebagai antioksidan (Patel, et al, 2011 dan Lu, et al, 2012),
antihiperlipidemia (Nerurkar, et al, 2010), antidiabetes (Jyothsna, et al, 2012), akar
sebagai antidiabetes (Sarandan, et al, 2010), hepatoprotektor (Kumar, et al, 2008).
II.4 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu atom, atau molekul yang memiliki elektron tidak
berpasangan. Umumnya radikal bebas oksigen berasal dari radikal anion superoksida
(O2), hidroksil (OH-), hidroperoksil (OOH), peroksil (ROO), alkoksil (RO), dan non
radikal bebas hidrogen peroksida (H2O2), asam hipoklorat (HOCl), ozon (O3), dan
oksigen singlet (1O2). Bentuk reaktif tersebut digolongkan sebagai reaktif oksigen
spesies (ROS). Sedangkan reaktif nitrogen spesies (RNS) terdiri dari oksida nitrat (NO),
peroksinitrit (ONOO), dan nitrogen dioksida (NO2). Radikal bebas dapat menyebabkan
5
oksidasi membran sehingga menyebabkan akumulasi lipid peroksida, menghambat
mitokondria, berikatan dengan molekul DNA, enzim dan protein sehingga
menyebabkan kematian sel (Umamaheswari, et al, 2008).
Pada keadaan normal, radikal bebas dihasilkan oleh sel melalui proses oksidasi. Radikal
bebas membantu tubuh kita untuk melawan zat asing yang membahayakan tubuh.
Tubuh sebenarnya memproduksi antioksidan tetapi ketidakseimbangan radikal bebas
dengan antioksidan yang diproduksi tubuh menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang
memicu kerusakan jaringan. Dibutuhkan keseimbangan oksidan-antioksidan untuk
mengatur fungsi sistem imun dalam menjaga integritas dan fungsi membran lipid,
protein seluler, asam nukleat, serta mengatur ekspresi gen (Rohmatussolihat, 1999).
Interaksi radikal dengan komponen jaringan dapat menghasilkan radikal lain. Proses
kerusakan yang ditimbulkan radikal bebas terdiri dari tahap inisiasi (proses
terbentuknya radikal bebas), propagasi (radikal bebas yang terbentuk menyebabkan
terbentuknya radikal bebas lain), terminasi (tahapan dimana terjadi reaksi antara radikal
bebas dengan radikal bebas yang lain atau dengan peredam radikal) (Rohmatussolihat,
1999).
II.5 Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat meredam radikal bebas dan mencegah
terjadinya kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Antioksidan dapat
mengurangi kerusakan akibat oksidasi dengan cara netralisasi radikal bebas sebelum
menyerang sel sehingga dapat mencegah kerusakan lipid, protein, enzim, karbohidrat
dan DNA. Antioksidan diklasifikasikan menjadi 2 golongan utama, yaitu antioksidan
enzimatik dan non enzimatik. Antioksidan enzimatik diproduksi oleh senyawa endogen,
termasuk superoksida dismutase, katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan non
enzimatik antara lain tokoferol, karotenoid, asam askorbat, flavonoid dan tanin yang
berasal dari bahan alam. Antioksidan, baik alami maupun sintetik banyak digunakan
dalam terapi penyakit pada manusia. Beberapa antioksidan sintetik diantaranya BHA,
BHT banyak digunakan pada makanan. (Umamaheswari, et al, 2008). Antioksidan
6
dapat menghentikan atau memutus reaksi berantai dari radikal bebas. Antioksidan
berperan dalam menetralkan radikal bebas dengan cara memberikan satu elektron pada
radikal bebas sehingga menjadi non radikal (Rohmatussolihat, 1999).
Senyawa fenolik, flavonoid, tanin merupakan sumber antioksidan yang banyak diteliti.
Senyawa fenol merupakan senyawa yang memiliki cincin aromatik dan mengandung
gugus hidroksil. Kandungan senyawa fenolik total dapat ditetapkan secara
spektrofotometri dengan menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu yang berisi natrium
tungstat (Na2WO4.2H2O) dan natrium molibdat (Na2MoO4.2H2O) yang berwarna
kuning intens dalam air. Adanya senyawa-senyawa pereduksi berperan pada
pembentukan warna hijau dan penambahan senyawa pengoksidasi seperti bromin dapat
mengembalikan warna kuning seperti semula (Prior, et al, 2005).
Metode penetapan kandungan fenolik total dengan pereaksi Folin-Ciocalteu berdasarkan
adanya gugus fenol yang akan dioksidasi oleh reagen asam fosfomolibdat-tungstat
menghasilkan produk “molybdenum blue” yang berwarna biru dan dapat diukur
absorbansinya pada panjang gelombang (λ) 750 nm. Adapun reaksinya adalah sebagai
berikut:
Na2WO4/Na2MoO4 → (fenol-MoW11O40)-4
Mo(IV) (kuning) + e- → Mo(V) (biru)
Metode ini cepat, sederhana, dan sensitif. Metode ini terjadi dalam suasana basa
sehingga dalam penentuan kadar fenolik dengan pereaksi Folin-Ciocalteu digunakan
natrium karbonat yang bertujuan untuk membentuk suasana basa (Prior, et al, 2005).
Flavonoid merupakan senyawa antioksidan alami yang ditemukan dalam berbagai
makanan yang berasal dari tumbuhan yang memiliki berbagai fungsi termasuk
memproduksi zat warna merah, kuning, dan ungu. Flavonoid adalah suatu metabolit
sekunder pada tanaman yang terdapat pada semua bagian tanaman. Flavonoid
mempunyai kerangka dasar yang terdiri dari 15 atom karbon, yang mana dua cincin
benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga membentuk suatu susunan
7
C6C3C6. Penamaan subgrup dan klasifikasi berdasarkan pada subsitusi pada bagian
cincin C dan posisi pada cincin B. Sebagian besar subgrup adalah flavonol, flavon,
isoflavon, katekin, proantosianidin, dan antosianin.
Penetapan kadar flavonoid menggunakan metode spektrofotometri adalah berdasar pada
kemampuan flavonoid untuk membentuk kompleks dengan logam Al menghasilkan
warna kuning yang selanjutnya bereaksi dengan basa menjadi merah muda yang dapat
diukur absorbansinya pada λ 510 nm (Zou, et al,2004).
Antioksidan dalam tubuh dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Antioksidan Primer
Merupakan antioksidan yang diproduksi tubuh berupa enzim. Antioksidan
primer bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa radikal bebas yang baru
dan mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak
negatifnya, sebelum radikal ini sempat bereaksi. Contoh antioksidan primer
adalah superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase, peroksidase, dan
katalase. Enzim SOD berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel-sel dalam
tubuh dan pencegah peradangan karena radikal bebas.
b. Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa radikal serta
memperlambat laju oksidasi. Contoh antioksidan sekunder adalah vitamin E,
vitamin C, betakaroten, asam urat, bilirubin, dan albumin. Antioksidan sekunder
yang diperoleh dari luar (sumber makanan), meliputi vitamin (A, C, dan E),
mineral (selenium, seng, tembaga dan mangan) dan zat lain termasuk polifenol.
Antioksidan sekunder, seperti asam sitrat, asam askorbat, dan esternya, sering
ditambahkan pada lemak dan minyak sebagai kombinasi dengan antioksidan
primer. Kombinasi tersebut dapat memberi efek sinergis sehingga menambah
keefektifan kerja antioksidan primer. Antioksidan sekunder ini bekerja dengan
mekanisme berikut: (a) memberikan suasana asam pada medium (b)
8
meregenerasi antioksidan utama, (c) mengkelat atau mendeaktifkan logam
prooksidan, (d) menangkap oksigen, dan (e) mengikat singlet oksigen dan
mengubahnya ke bentuk yang stabil.
c. Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier ini bekerja dengan memperbaiki kerusakan sel-sel dan
jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh dari antioksidan tersier adalah
enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel, yakni metionin sulfoksidase dan
reduktase. Adanya enzim-enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah
penyakit kanker.
Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi
utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen dan atau elektron.
Antioksidan dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal mengubahnya ke
bentuk lebih stabil. Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yakni
memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme di luar mekanisme
pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal ke bentuk yang lebih stabil.
Penambahan antioksidan dengan konsentrasi rendah pada lipid dapat menghambat atau
mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat
menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi. Banyak mekanisme
reaksi yang terlibat dalam antioksidan sehingga tidak ada pengukuran tunggal yang
akurat apabila diaplikasikan terhadap sampel campuran kompleks. Antioksidan bekerja
melalui mekanisme utama, HAT (hydrogen atom transfer) dan SET (single electron
transfer). Metode HAT bekerja berdasarkan kemampuan antioksidan untuk meredam
radikal bebas dengan cara donor hidrogen. Metode SET bekerja berdasarkan
kemampuan antioksidan untuk mentransfer satu elektron pada senyawa. Reaksi SET
biasanya lambat dan memerlukan waktu yang lama untuk mencapai titik akhir, sehingga
perhitungan kapasitas antioksidan berdasarkan penurunan persen dalam produk (Prior,
et al, 2005).
9
Metode pengukuran aktivitas antioksidan secara invitro pada antara lain:
1) Metode peredaman DPPH
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil dan digunakan secara luas dalam
pengukuran peredaman radikal. Difenil pikrilhidrazil yang bersifat radikal bebas
bereaksi dengan antioksidan yang menyumbangkan satu elektronnya sehingga
membentuk difenil pikrilhidrazil non radikal yang lebih stabil sehingga warna
DPPH akan menjadi lebih terang. Perubahan warna ini yang akan diukur sebagai
absorbansi oleh spektrofotometer λ 519 nm ( Blois, 1958).
2) Metode FRAP
FRAP dapat mendeteksi senyawa dengan potensial redoks kurang dari 0,7 V.
Kemampuan reduksi berhubungan dengan derajat hidroksilasi dan perpanjangan
konjugasi dari polifenol. FRAP tidak dapat mendeteksi senyawa yang memiliki
mekanisme aksi melalui peredaman radikal (H transfer). Seringkali nilai FRAP
tidak memiliki korelasi yang baik dengan antioksidan lainnya. Kemampuan untuk
mereduksi zat besi memiliki sedikit hubungan dengan proses peredaman radikal
yang dimiliki oleh sebagian besar antioksidan. Mekanisme FRAP hanya
berdasarkan pada transfer elektron bukan merupakan gabungan antara SET dan
HAT, sehingga kombinasi dengan metode lain sangat berguna dalam membedakan
mekanisme utama dari berbagai antioksidan yang berbeda (Prior, et al, 2005). Pada
pH rendah, terjadi reduksi besi (III) tripiridil triazina (Fe III TPTZ) menjadi (Fe II
TPTZ), yang dapat diamati berupa perubahan warna menjadi biru intens.
Perubahan ini kemudian diukur pada λ 593 nm. Perubahan absorbansi sebanding
dengan aktivitas antioksidan ( Benzie, et al, 1996).
II.6 Ekstraksi
Ekstraksi yaitu proses pemisahan zat aktif dari jaringan tanaman maupun hewan
menggunakan pelarut selektif dan prosedur baku. Penggunaan prosedur baku bertujuan
untuk memperoleh zat aktif secara maksimum dan mengurangi material inert dari suatu
campuran. Standardisasi prosedur ekstraksi berperan penting dalam memperoleh
10
kualitas akhir dari ekstrak. (Handa, 2008). Metode ekstraksi pada penelitian ini yaitu
ekstraksi sinambung menggunakan Soxhlet. Simplisia dibungkus menggunakan kertas
saring kemudian ditempatkan pada alat Soxhlet. Pelarut ditempatkan pada labu
kemudian dipanaskan dan uap akan mengalami kondensasi pada tabung pendingin.
Pelarut yang telah mengalami kondensasi akan menetes pada kantung berisi simplisia
dan terjadi proses kontak. Ekstrak kemudian akan mengalir pada labu berisi pelarut.
II.7 Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu metode yang digunakan untuk memisahkan campuran
komponen berdasarkan distribusi komponen tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam
dan fase gerak. Fase diam berguna untuk mengikat komponen zat, sedangkan fase gerak
berguna untuk mengangkut komponen zat lain yang tidak terikat. Oleh karena adanya
sistem pengangkutan dan sistem pengikatan ini, maka suatu komponen zat dapat
dipisahkan dari komponen lainnya. Pemisahan secara kromatografi melibatkan sifat
fisika dari suatu molekul antara lain (1) kecenderungan molekul untuk melarut dalam
cairan (kelarutan), (2) kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan adsorben
(adsorbsi, penjerapan), (3) kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke
keadaan uap. Berdasarkan jenis fase gerak, kromatografi dibedakan menjadi
kromatografi gas dan kromatografi cair. Fase diam yang digunakan antara lain cair,
padat dan fase cair yang terikat. Mekanisme yang dikenal saat ini antara lain partisi,
adsorbsi, modifikasi partisi, pertukaran ion, dan eksklusi. Teknik yang digunakan dapat
berupa kolom maupun bidang datar. Pemisahan dan pemurnian kandungan kimia
tumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut
maupun gabungannya. Pemilihan metode tergantung pada sifat-sifat senyawa dari bahan
yang akan dianalisis ( Gritter,et al, 1991).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode kromatografi cair yang paling
sederhana. KLT digunakan untuk tujuan analisis kualitatif, kuantitatif maupun
preparatif. KLT juga dapat digunakan untuk orientasi sistem pelarut dan sistem
penyangga yang akan digunakan dalam kromatografi kolom. Adsorben yang digunakan
11
pada KLT antara lain silika gel, alumina, kiselgur, selulosa dan air. Larutan sampel
ditotolkan pada lempeng sekitar 5-20 µL kemudian dilakukan pengembangan
menggunakan pelarut yang cocok. Pada saat pengembangan terjadi proses adsorbsi atau
partisi, tergantung jenis KLT yang digunakan. (Gritter, et al, 1991)
II.8 Spektrofotometri UV-sinar tampak
Spektrofotometri UV-sinar tampak adalah teknik analisis spektroskopik dengan sumber
radiasi elektromagnetik (REM) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-
780 nm) dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-sinar
tampak melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometri UV-sinar tampak lebih banyak dipakai untuk analisis
kuantitatif dibandingkan kualitatif. Absorbsi cahaya UV-sinar tampak mengakibatkan
transisi elektronik, yaitu perpindahan elektron-elektron dari orbital keadaan dasar
berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Ketika elektron
kembali pada keadaan dasar akan melepaskan foton yang akan ditangkap oleh detektor
dan terbaca sebagai absorbansi. Inilah yang menjadi dasar dari spektrofotometri UV-
sinar tampak. Molekul yang menyerap radiasi dalam daerah UV-sinar tampak akan
mengalami transisi elektron, berupa eksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang
gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorban maksimum
disebut sebagai panjang gelombang maksimum (λ max). Penentuan panjang
gelombang maksimum dapat digunakan untuk identifikasi molekul yang bersifat
karakteristik sebagai data sekunder. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak
energi untuk promosi elektron akan menyerap cahaya pada panjang gelombang yang
lebih pendek. Molekul yang menyerap energi lebih sedikit akan menyerap cahaya pada
panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah
tampak memiliki elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang
menyerap cahaya pada panjang gelombang UV yang lebih pendek. Analisis kualitatif
dengan metode spektrofotometri UV-sinar tampak hanya dipakai untuk data sekunder
atau data pendukung (Mulja dan Suharman, 1995).
12
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa daging buah dan biji Cucurbitaceae
mengandung senyawa golongan flavonoid, alkaloid, dan steroid/triterpenoid, dimana
senyawa tersebut diduga bertanggung jawab terhadap aktivitas antioksidan. Antioksidan
menyebabkan terjadinya reduksi besi (III) tripiridil triazina (Fe III TPTZ) menjadi (Fe II
TPTZ), yang dapat diamati berupa perubahan warna menjadi biru intens. Antioksidan
akan mendonorkan elektron atau hidrogen pada DPPH sehingga warna DPPH akan
menjadi lebih terang. Perubahan warna ini yang akan diukur sebagai absorbansi oleh
spektrofotometer. Dengan demikian ekstrak daun Cucurbitaceae diduga mempunyai
aktivitas antioksidan. Penggunaan metode pengukuran yang berbeda dapat memberikan
aktivitas antioksidan yang berbeda dari setiap ekstrak daun Cucurbitaceae.
13
Bab III Metodologi Penelitian
Tahapan penelitian meliputi penyiapan bahan, karakterisasi simplisia, penapisan
fitokimia simplisia, ekstraksi, pemekatan ekstrak, penapisan fitokimia ekstrak,
penetapan bobot jenis ekstrak, pemantauan ekstrak, penentuan aktivitas antioksidan
dengan metode FRAP dan DPPH, penetapan fenol total, flavonoid total dan karotenoid
total dalam ekstrak serta pengolahan data secara statistik.
Penyiapan bahan meliputi pengumpulan bahan, determinasi tanaman, dan pengolahan
bahan. Pengolahan bahan meliputi sortasi basah, pencucian, pengeringan dan
penggilingan menjadi serbuk simplisia. Pengeringan dilakukan dalam lemari pengering
dengan suhu sekitar 45°C. Bahan dikumpulkan dari daerah Soreang Kabupaten
Bandung Jawa Barat (CS, LA, MC) dan Garut Jawa Barat (SE, CM) pada Desember
2012 sampai Februari 2013. Determinasi dilakukan di Herbarium Bandungense,
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB dengan tujuan untuk memastikan kebenaran
identitas bahan.
Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, penapisan fitokimia,
penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar sari larut air, dan
penetapan kadar sari larut etanol. Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui
golongan senyawa yang terkandung dalam simplisia, yaitu meliputi golongan alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, kuinon dan steroid/triterpenoid.
Simplisia diekstraksi dengan metode sinambung menggunakan Soxhlet dan
menggunakan pelarut dengan kepolaran meningkat, berturut-turut yaitu n-heksana, etil
asetat, dan etanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan
rotavapor kemudian dipantau secara KLT menggunakan penampak bercak sinar UV λ
254 nm, sinar UV λ 366 nm, H2SO4 10% dalam metanol, FRAP 0,8% dalam metanol
dan DPPH 0,2 % dalam metanol.
14
Selanjutnya dilakukan penetapan bobot jenis ekstrak, penapisan fitokimia ekstrak,
penetapan aktivitas antioksidan ekstrak menggunakan metode FRAP dan DPPH,
penetapan fenol total, flavonoid total, karotenoid total serta pengolahan data secaara
statistik.
13
Bab III Metodologi Penelitian
Tahapan penelitian meliputi penyiapan bahan, karakterisasi simplisia, penapisan
fitokimia simplisia, ekstraksi, pemekatan ekstrak, penapisan fitokimia ekstrak,
penetapan bobot jenis ekstrak, pemantauan ekstrak, penentuan aktivitas antioksidan
dengan metode FRAP dan DPPH, penetapan fenol total, flavonoid total dan karotenoid
total dalam ekstrak serta pengolahan data secara statistik.
Penyiapan bahan meliputi pengumpulan bahan, determinasi tanaman, dan pengolahan
bahan. Pengolahan bahan meliputi sortasi basah, pencucian, pengeringan dan
penggilingan menjadi serbuk simplisia. Pengeringan dilakukan dalam lemari pengering
dengan suhu sekitar 45°C. Bahan dikumpulkan dari daerah Soreang Kabupaten
Bandung Jawa Barat (CS, LA, MC) dan Garut Jawa Barat (SE, CM) pada Desember
2012 sampai Februari 2013. Determinasi dilakukan di Herbarium Bandungense,
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB dengan tujuan untuk memastikan kebenaran
identitas bahan.
Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, penapisan fitokimia,
penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar sari larut air, dan
penetapan kadar sari larut etanol. Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui
golongan senyawa yang terkandung dalam simplisia, yaitu meliputi golongan alkaloid,
flavonoid, saponin, tanin, kuinon dan steroid/triterpenoid.
Simplisia diekstraksi dengan metode sinambung menggunakan Soxhlet dan
menggunakan pelarut dengan kepolaran meningkat, berturut-turut yaitu n-heksana, etil
asetat, dan etanol. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan
rotavapor kemudian dipantau secara KLT menggunakan penampak bercak sinar UV λ
14
254 nm, sinar UV λ 366 nm, H2SO4 10% dalam metanol, FRAP 0,8% dalam metanol
dan DPPH 0,2 % dalam metanol.
Selanjutnya dilakukan penetapan bobot jenis ekstrak, penapisan fitokimia ekstrak,
penetapan aktivitas antioksidan ekstrak menggunakan metode FRAP dan DPPH,
penetapan fenol total, flavonoid total, karotenoid total serta pengolahan data secaara
statistik.
15
Bab IV Percobaan
IV.1 Bahan
Simplisia daun mentimun, labu siam, oyong, labu kuning, paria, n-heksana, etil asetat,
etanol, metanol, DPPH, 2,4,6-tri (2-piridil)-1,3,5-triazina, asam sulfat, lempeng KLT
silika gel 60 GF254, asam klorida, serbuk magnesium, amil alkohol, anhidrida asetat,
asam nitrat pekat, kloroform, toluena, kertas saring, pereaksi Dragendorff, pereaksi
Mayer, aluminium (III) klorida, besi (III) klorida, natrium hidroksida, pereaksi
Liebermann-Burchard, natrium asetat, natrium karbonat, asam sitrat, asam borat, asam
format, pereaksi Folin-Ciocalteu, asam galat, kuersetin, beta karoten, kalium persulfat,
kertas perkamen.
IV.2 Alat
Lemari pengering simplisia, mesin penggiling simplisia, neraca analitik, seperangkat
alat Soxhlet, alat gelas, rotavapor, seperangkat alat distilasi, oven, kompor listrik,
spatula, cawan penguap, krus, kuvet, lampu UV (Camag), spektrofotometer UV-sinar
tampak (Hewlett Packard 8435), tanur.
IV.3 Pengumpulan dan Penyiapan Simplisia
Daun Cucurbitaceae yaitu mentimun (disebut CS), oyong (LA), paria (MC) dikoleksi
dari daerah Banjaran Soreang Bandung, sedangkan labu siam (SE) dan labu kuning
(CM) dikoleksi dari Garut, Provinsi Jawa Barat. Sampel diambil pada bulan Desember
2012 sampai Februari 2013.
Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bandungense, Program Studi Biologi,
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB, dengan tujuan untuk memastikan kebenaran
identitas bahan.
16
Daun yang telah dikumpulkan disortir, dicuci menggunakan air mengalir, ditiriskan
kemudian dikeringkan. Simplisia yang telah kering diperkecil ukurannya menggunakan
mesin penggiling kemudian disimpan pada wadah tertutup baik.
IV.4 Karakterisasi Simplisia
Karakterisasi simplisia yang dilakukan meliputi karakterisasi makroskopik, penetapan
kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar sari dan penapisan fitokimia
simplisia.
Pemeriksaan makroskopik meliputi karakterisasi bentuk, warna, dan tekstur daun.
Pemeriksaan juga dilakukan dengan membuat foto bagian tanaman yang digunakan
dalam penelitian yang dilengkapi dengan skala.
Penetapan kadar air memiliki tujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang
besarnya kandungan air dalam bahan.
Kadar abu memiliki hubungan dengan kandungan mineral dalam suatu bahan. Mineral
yang terdapat dalam suatu bahan dapat berupa garam organik dan anorganik. Kadar abu
total menyatakan jumlah abu fisiologis dan nonfisiologis bila simplisia dipijar pada
suhu tinggi sampai senyawa organik hilang sehingga abu merupakan residu anorganik
hasil pengabuan.
Kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari
simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji bahan baku obat
tradisional karena jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia akan berkaitan
erat dengan reprodusibilitasnya dalam aktivitas farmakologi simplisia tersebut.
Penapisan fitokimia bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dalam
simplisia daun Cucurbitaceae yang meliputi golongan alkaloid, flavonoid, fenol, tanin,
steroid/triterpenoid, saponin dan kuinon.
17
IV.5 Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan secara sinambung menggunakan Soxhlet. Pelarut yang digunakan
secara berturut-turut yaitu n-heksana, etil asetat, dan etanol, sehingga diperoleh 5
ekstrak n-heksana (disebut CS1, SE1, LA1, CM1, MC1), 5 ekstrak etil asetat (CS2,
SE2, LA2, CM2, MC2) dan 5 ekstrak etanol (CS3, SE3, LA3, CM3, MC3). Ekstrak
yang diperoleh diuapkan menggunakan rotavapor sampai diperoleh ekstrak kental.
IV.6 Penapisan Fitokimia Ekstrak
Penapisan fitokimia ekstrak bertujuan untuk mendeteksi kandungan metabolit sekunder
golongan alkaloid, flavonoid, fenol, tanin, karotenoid, steroid/triterpenoid, kuinon dan
saponin yang terkandung dalam masing-masing ekstrak daun Cucurbitaceae.
IV.7 Penetapan Bobot Jenis Ekstrak
Penetapan bobot jenis ekstrak dilakukan dengan menggunakan vial. Vial kosong
ditimbang bobotnya (wo). Kemudian ke dalam vial tersebut dimasukkan air 10 mL,
diberi tanda batas tara. Ke dalam vial tersebut dimasukkan ekstrak 1% sampai tanda
batas tara dan ditimbang bobotnya (wE).
IV.8 Pemantauan Ekstrak
Masing-masing ekstrak dipantau secara kromatografi lapis tipis dengan variasi fase
gerak. Ekstrak n-heksana dan ekstrak etil asetat menggunakan fase gerak n-heksana-etil
asetat (7:3), ekstrak etanol dengan fase gerak etil asetat-metanol-air (19:1:1). Penampak
bercak yang digunakan adalah asam sulfat 10% dalam metanol, sinar UV λ 254 nm, λ
366 nm.
IV.9 Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan dengan Metode FRAP
Uji kualitatif aktivitas antioksidan dilakukan secara KLT dengan fase gerak yang sesuai
untuk setiap ekstrak dan penampak bercak FRAP 0,8%. Hal ini bertujuan untuk
18
mendeteksi adanya komponen antioksidan yang bereaksi positif terhadap penampak
bercak FRAP pada masing-masing ekstrak.
Sebanyak 10 たL ekstrak dengan konsentrasi 1% ditotolkan pada pelat KLT silika gel 60
GF254 kemudian dikembangkan dengan fase gerak yang sesuai. Pelat disemprot
penampak bercak FRAP 0,8%. Komponen ekstrak yang memiliki aktivitas antioksidan
berwarna biru dengan latar belakang putih.
IV.10 Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman Radikal
Bebas DPPH
Uji kualitatif aktivitas antioksidan dilakukan secara KLT dengan fase gerak yang sesuai
untuk setiap ekstrak dan penampak bercak DPPH 0,2% dalam metanol. Hal ini
bertujuan untuk mendeteksi adanya komponen antioksidan yang bereaksi positif
terhadap penampak bercak DPPH pada masing-masing ekstrak.
Sebanyak 10 たL ekstrak dengan konsentrasi 1% ditotolkan pada pelat KLT silika gel 60
GF254 kemudian dikembangkan dengan fase gerak yang sesuai. Pelat disemprot
penampak bercak DPPH 0,2% dalam metanol. Komponen ekstrak yang memiliki
aktivitas antioksidan berwarna kuning dengan latar belakang ungu.
IV.11 Uji Kuantitatif Aktivitas Antioksidan dengan Metode FRAP
Pada pH rendah, terjadi reduksi besi (III) tripiridil triazina (Fe III TPTZ) menjadi besi
(II) tripiridil triazina (Fe II TPTZ), yang dapat diamati berupa perubahan warna menjadi
biru intens. Perubahan ini kemudian diukur pada λ 593 nm. Perubahan absorbansi
sebanding dengan aktivitas antioksidan (Benzi, et al, 1996).
Sampel dilarutkan dalam metanol dengan konsentrasi 50 たg/mL kemudian ditambah
dengan larutan FRAP dengan konsentrasi 50 たg/mL (perbandingan volume 1:1).
Campuran tersebut diinkubasi selama 30 menit dan absorbansi diukur pada λ 593 nm.
19
Aktivitas antioksidan diukur sebagai persen kapasitas sampel uji dihitung dengan
menggunakan rumus:
% Kapasitas = (1 - TS ) x 100
Keterangan : % kapasitas = % kapasitas FRAP
AS = Absorbansi larutan FRAP setelah penambahan sampel uji
As = - log Ts
IV.12 Penetapan EC50 Kapasitas FRAP
Dibuat lima variasi konsentrasi sampel uji/pembanding, kemudian diambil 2 mL
dicampurkan dengan 2 mL FRAP (perbandingan volume 1:1). Campuran tersebut
diinkubasi selama 30 menit dan absorbansi diukur pada λ 593 nm. Untuk menentukan
EC50 diperlukan persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi, dengan persentase
kapasitas sebagai sumbu y dan konsentrasi sampel uji/pembanding sebagai sumbu x.
EC50 dihitung dengan cara memasukkan nilai 50% ke dalam persamaan regresi linier
sebagai y, kemudian dihitung nilai x sebagai konsentrasi EC50. Asam askorbat
digunakan sebagai pembanding.
IV.13 Uji Kuantitatif Aktivitas Antioksidan dengan Metode Peredaman Radikal
Bebas DPPH
Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode peredaman radikal bebas DPPH
bertujuan untuk mengukur kapasitas antioksidan total pada masing-masing ekstrak yaitu
ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol secara spektrofotometri UV- sinar tampak
(Blois, 1958).
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil dan digunakan secara luas dalam
pengukuran peredaman radikal. Antioksidan akan mendonorkan hidrogen sehingga
warna DPPH akan menjadi lebih terang. Perubahan warna ini yang akan diukur sebagai
absorbansi oleh spektrofotometer pada λ 517 nm (Nishaa, et al, 2012).
20
Sampel dilarutkan dalam metanol dengan konsentrasi 50 たg/mL kemudian ditambah
dengan larutan DPPH dengan konsentrasi 50 たg/mL (perbandingan volume 1:1).
Campuran tersebut diinkubasi selama 30 menit dan absorbansi diukur pada λ 517 nm.
Aktivitas antioksidan diukur sebagai persen penurunan absorbansi DPPH pada sampel
uji dihitung menggunakan rumus:
Keterangan : Q = Persentase penurunan absorbansi DPPH (%)
Ao = Absorbansi larutan DPPH
As = Absorbansi larutan DPPH setelah penambahan sampel uji
IV.14 Penetapan IC50 Peredaman Radikal Bebas DPPH
Dibuat lima variasi konsentrasi sampel uji/pembanding, kemudian diambil 2 mL
dicampurkan dengan 2 mL DPPH (perbandingan volume 1:1). Campuran tersebut
diinkubasi selama 30 menit dan absorbansi diukur pada λ 517 nm. Untuk menentukan
IC50 diperlukan persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi, dengan persentase
peredaman sebagai sumbu y dan konsentrasi sampel uji/pembanding sebagai sumbu x.
IC50 dihitung dengan cara memasukkan nilai 50% ke dalam persamaan regresi linier
sebagai y, kemudian dihitung nilai x sebagai konsentrasi IC50. Asam askorbat digunakan
sebagai pembanding.
IV.15 Penetapan Fenol Total dalam Ekstrak
Penetapan fenol total dilakukan dengan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu dan
pembanding asam galat. Larutan asam galat dibuat dengan konsentrasi 60-150 たg/mL.
Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat ditambah dengan 5 mL pereaksi Folin- Ciocalteu
(yang telah diencerkan dengan aquadest 1:10) dan 4 mL natrium karbonat 1M,
diinkubasi selama 15 menit, kemudian absorbansi diukur menggunakan spektofotometer
UV- sinar tampak pada λ 765 nm, dibuat kurva kalibrasi sehingga diperoleh persamaan
regresi linier (Pourmorad, et al , 2006).
21
Larutan uji dibuat terdiri dari ekstrak n-heksana konsentrasi 5000 たg/mL, ekstrak etil
asetat 1000-5000 たg/mL dan ekstrak etanol 3000-8000 たg/mL, dilarutkan dalam
metanol. Sebanyak 0,5 mL larutan uji ditambahkan dengan 5 mL pereaksi Folin-
Ciocalteu (yang telah diencerkan dengan aquadest 1:10) dan 4 mL natrium karbonat
1M, diinkubasi selama 15 menit, kemudian absorbansi diukur pada λ 765 nm. Fenol
total dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi asam
galat dan dihitung sebagai asam galat ekuivalen per 100 gram ekstrak (g GAE/100 g).
IV.16 Penetapan Flavonoid Total dalam Ekstrak
Sebanyak 10 mg kuersetin ditimbang dan dilarutkan dalam 100 mL metanol sebagai
larutan stok. Kemudian dibuat pengenceran kuersetin dengan konsentrasi 40-160 g/mL
sebagai larutan pembanding. Sebanyak 0,5 mL larutan pembanding ditambah dengan
1,5 mL metanol, 0,1 mL aluminium (III) klorida 10%, 0,1 mL natrium asetat 1M dan
2,8 mL aquadest kemudian diinkubasi selama 30 menit. Absorbansi larutan pembanding
diukur dengan spektrofotometer UV- sinar tampak pada λ 415 nm, dibuat kurva
kalibrasi sehingga diperoleh persamaan regresi linear (Chang, et al, 2002).
Larutan uji terdiri dari ekstrak n-heksana konsentrasi 1000 たg/mL, ekstrak etil asetat
1000 たg/mL dan ekstrak etanol 1000-8000 たg/mL, dilarutkan dalam metanol. Sebanyak
0,5 mL larutan uji ditambahkan dengan 1,5 mL metanol, 0,1 mL aluminium (III) klorida
10%, 0,1 mL natrium asetat 1 M, dan 2,8 mL aquadest kemudian diinkubasi selama 30
menit. Absorbansi larutan uji diukur dengan spektrometer UV- sinar tampak pada λ 415
nm. Flavonoid total dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linier dari kurva
kalibrasi kuersetin dan dihitung sebagai kuersetin ekuivalen per 100 gram ekstrak (g
QE/100 g).
IV.17 Penetapan Karotenoid Total dalam Ekstrak
Penetapan karotenoid total dilakukan dengan melarutkan sampel uji dan pembanding
beta karoten dalam n-heksana. Larutan beta karoten dibuat dengan konsentrasi 10-40
たg/mL. Absorbansi larutan diukur menggunakan spektofotometer UV- sinar tampak
pada λ 470 nm, dibuat kurva kalibrasi sehingga diperoleh persamaan regresi linier.
22
Larutan uji dibuat terdiri dari ekstrak n-heksana konsentrasi 100-500 たg/mL, ekstrak etil
asetat 1000-5000 たg/mL dan ekstrak etanol 5000-35000 たg/mL, dilarutkan dalam n-
heksana.
Sebanyak 2 mL sampel uji diukur absorbansi pada λ 470 nm. Karotenoid total dihitung
dengan menggunakan persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi beta karoten dan
dihitung sebagai beta karoten ekuivalen per 100 gram ekstrak (g BET/100 g).
IV.18 Analisis Statistik
Setiap pengukuran dilakukan secara triplo dan hasilnya dinyatakan sebagai standar
deviasi menggunakan analisis varians (ANOVA) satu arah dengan metode LSD (nilai
p<0.05) dan analisis Pearson untuk menyatakan adanya korelasi antar perlakuan. Untuk
pengolahan statistik digunakan perangkat lunak (SPSS) versi 16.0
23
Bab V Hasil dan Pembahasan
V.1 Hasil Determinasi dan Penyiapan Bahan Uji
Hasil determinasi dari Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati,
ITB menunjukkan bahwa jenis tumbuhan adalah Cucumis sativus L.(CS), Sechium
edule (Jacq) Swartz (SE), Luffa acutangula (L) Roxburgh (LA), Cucurbita moschata
(Duchesne ex Lamk) Duchesne ex Poiret (CM), Momordica charantia L (MC). Bahan
uji disortasi, dikeringkan dilemari pengering, kemudian digiling menjadi serbuk.
V.2 Karakterisasi Simplisia
Karakterisasi simplisia yang dilakukan meliputi karakterisasi makroskopik, penetapan
kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar sari dan penapisan fitokimia
simplisia. Hasil karakterisasi dapat dilihat pada Gambar V.1, Tabel V.1, Tabel V.2,
Tabel V.3
Gambar V.1. Pemeriksaan makroskopik simplisia CS (mentimun), SE (labu siam), LA
(oyong), CM (labu kuning), MC (paria)
Tabel V.1. Perbandingan Makroskopik Simplisia Daun Cucurbitaceae
Sampel Bentuk Warna Ujung Permukaan Tekstur
CS Menyirip Hijau terang Meruncing Rata Kasar
SE Menyirip Hijau terang Meruncing Rata Halus
LA Menyirip Hijau terang Lebar Bergelombang Kasar
CM Menyirip Hijau gelap Lebar Bergelombang Kasar
MC Menjari Hijau terang Meruncing Bergelombang Halus
Keterangan: CS (mentimun), SE (labusiam), LA (oyong), CM (labu kuning), MC (paria)
(CS) (SE) (CM) (LA) (MC) 5 cm
24
Tabel V.2. Kadar Air, Kadar Abu Total, Kadar Sari Simplisia Daun Cucurbitaceae Simplisia Kadar air
(%v/b) Kadar abu
total (%b/b) Kadar sari (%)
Larut air Larut etanol
CS 5,64 14,12 31,85 32,06
SE 9,58 17,50 21,60 15,28
LA 5,99 15,73 27,24 20,62
CM 8,65 17,11 31,56 21,91
MC 4,66 18,77 23,91 26,59
Keterangan: CS (mentimun), SE (labu siam), LA (oyong), CM (labu kuning), MC (paria)
Tabel V.3. Penapisan Fitokimia Simplisia Daun Cucurbitaceae Golongan Simplisia
CS SE LA CM MC Alkaloid - - - - - Saponin - - - - - Kuinon - - - - - Steroid/triterpenoid - - - - - Tanin - - - - - Fenol + + + + + Flavonoid - - - - -
Keterangan: CS (mentimun), SE (labu siam), LA (oyong), CM (labu kuning), MC (paria)
Ekstraksi simplisia dilakukan secara sinambung dengan panas menggunakan Soxhlet.
Simplisia dibungkus dengan kertas saring kemudian ditempatkan pada alat Soxhlet.
Pelarut ditempatkan pada labu kemudian dipanaskan dan uap akan mengalami
kondensasi pada tabung pendingin. Pelarut yang telah mengalami kondensasi akan
menetes pada kertas saring berisi simplisia dan terjadi proses kontak. Ekstrak kemudian
akan mengalir pada labu berisi pelarut (Handa, 2008).
Pelarut yang digunakan secara berturut-turut yaitu n-heksana, etil asetat, dan etanol.
Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotavapor. Ekstrak yang diperoleh kemudian
dihitung rendemen dan bobot jenis, dilakukan penapisan fitokimia serta pemantauan
pola kromatografi. Data dapat dilihat pada Tabel V.4, Tabel V.5, Gambar V.2.
25
Tabel V.4. Rendemen dan Bobot Jenis Ekstrak Daun Cucurbitaceae
Sampel Rendemen (% v/b) Bobot jenis ekstrak 1% (g/mL)
n-Heksana Etil asetat Etanol n-Heksana Etil asetat Etanol
CS 4,02 2,63 8,17 0,664 0,864 0,754
SE 2,75 0,92 5,64 0,644 0,849 0,753
LA 4,09 1,93 12,23 0,658 0,861 0,750
CM 3,43 1,53 5,64 0,642 0,862 0,789
MC 1,35 4,24 11,16 0,644 0,864 0,771
Keterangan: CS (mentimun), SE (labu siam), LA (oyong), CM (labu kuning), MC (paria)
Tabel V.5. Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun Cucurbitaceae
Ekstrak Sampel
Golongan Steroid/
triterpenoid
Flavonoid Fenol Kuinon Tanin
n-Heksana CS - + + - - SE - + + - - LA - + + - - CM - + + - -
MC - + + - - Etil asetat CS - + + - -
SE - + + - - LA - + + - - CM - + + - -
MC - + + - - Etanol CS - + + - -
SE - + + - - LA - + + - - CM - + + - -
MC - + + - - Keterangan: CS (mentimun), SE (labusiam), LA (oyong), CM (labu kuning), MC (paria)
Dari hasil penapisan fitokimia ekstrak dapat dilihat bahwa seluruh ekstrak mengandung
golongan fenol, dan flavonoid yang diduga memiliki aktivitas antioksidan.
26
1 2 3 4 5 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
i ii iii
A
i ii iii
A
i ii iii
B
i ii iii B
i ii iii
C
Gambar V.2. Kromatogram lapis tipis pemantauan ekstrak, fase diam silika gel 60 GF254,
(A) ekstrak n-heksana, fase gerak n-heksana – etil asetat (7:3), (B) ekstrak etil asetat, fase gerak n-heksana – etil asetat (7:3), (C) ekstrak etanol, fase gerak etil asetat-metanol-air (19 : 1:1) (i) di bawah sinar UV λ 254 nm, (ii ) di bawah sinar UV λ 366 nm, (iii ) disemprot dengan H2SO4 10%, 1(CS/mentimun), 2 (SE/labu siam), 3 (LA/oyong), 4 (CM/labu kuning), 5 (MC/paria)
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
27
V.3 Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Ekstrak dengan Penampak Bercak
DPPH, Besi (III) Klorida, Sitroborat, dan FRAP
Untuk mengetahui peran senyawa golongan flavonoid dan fenolik dalam ekstrak daun
Cucurbitaceae terhadap FRAP dan peredaman radikal DPPH, dilakukan uji kualitatif
aktivitas antioksidan ekstrak dengan membandingkan hasil KLT menggunakan
penampak bercak DPPH 0,2 % dalam metanol, FeCl3 10% dalam metanol, sitroborat,
dan FRAP 0,8%. Komponen antioksidan di dalam ekstrak yang bereaksi positif dengan
DPPH berupa bercak berwarna kuning dengan latar belakang ungu. Komponen
antioksidan yang bereaksi positif terhadap FeCl3 10% berupa bercak berwarna dengan
latar belakang kuning. Komponen antioksidan yang bereaksi positif terhadap sitroborat
berupa florosensi kebiruan atau kehijauan di bawah sinar UV 366 nm, dan komponen
antioksidan yang bereaksi positif terhadap FRAP 0,8% berupa bercak berwarna biru
dengan latar belakang putih. Hasil uji kualitatif aktivitas antioksidan ekstrak dengan
penampak bercak DPPH 0,2%, FeCl3 10%, sitroborat dan FRAP 0,8% dapat dilihat
pada Gambar V.3.
Komponen ekstrak n-heksana, etil asetat dan etanol yang berperan pada FRAP belum
tentu sama dengan komponen yang berperan peredaman radikal DPPH. Pada ekstrak n-
heksana terdeteksi senyawa golongan fenol dan flavonoid. Fenol sampel CS tidak
berperan pada FRAP maupun DPPH. Fenol sampel SE, LA, CM, MC tidak berperan
pada FRAP tetapi berperan pada DPPH. Flavonoid sampel CS berperan pada FRAP
dan pada DPPH. Flavonoid sampel SE, LA, CM, MC tidak berperan pada FRAP tetapi
berperan pada DPPH. Dengan demikian pada sampel CS, yang berperan pada FRAP
maupun DPPH merupakan senyawa golongan flavonoid. Untuk sampel SE, LA, CM,
MC yang berperan pada FRAP bukan golongan fenol maupun flavonoid, sedangkan
yang berperan pada DPPH merupakan golongan fenol dan flavonoid.
28
1 2 3 4 5
(i)
1 2 3 4 5
(ii )
1 2 3 4 5
(iii)
(A)
1 2 3 4 5
(iv)
Gambar V.3 Kromatogram lapis tipis pemantauan ekstrak dan aktivitas antioksidan, fase diam silika gel 60 GF254, (A) ekstrak n-heksana, fase gerak n-heksana – etil asetat (7:3), (B) ekstrak etil asetat, fase gerak n-heksana – etil asetat (7:3), (C) ekstrak etanol, fase gerak etil asetat-metanol-air (19 : 1 : 1), (i) disemprot dengan DPPH 0,2% dalam metanol, (ii ) disemprot dengan FeCl3 10% dalam metanol, (iii) disemprot sitroborat, (iv) disemprot FRAP 0,8%. 1 (CS/mentimun), 2 (SE/labu siam), 3 (LA/oyong), 4 (CM/labu kuning), 5 (MC/paria)
1 2 3 4 5
(i)
1 2 3 4 5
(ii )
1 2 3 4 5
(iii)
(B)
1 2 3 4 5
(iv)
1 2 3 4 5
(i)
1 2 3 4 5
(ii )
1 2 3 4 5
(iii)
(C)
1 2 3 4 5
(iv)
29
Pada ekstrak etil asetat terdeteksi senyawa golongan fenol dan flavonoid. Kedua
senyawa tersebut tidak berperan pada FRAP tetapi berperan dalam peredaman DPPH.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Patel, et al (2011) yang
menyatakan bahwa aktivitas peredaman diduga karena adanya gugus hidroksi yang
merupakan komponen utama dalam peredaman radikal.
Pada ekstrak etanol terdeteksi senyawa golongan fenol dalam semua sampel sedangkan
flavonoid terdeteksi dalam sampel SE, LA dan CM. Fenol sampel CS, CM dan MC
tidak berperan pada FRAP maupun DPPH. Fenol sampel SE tidak berperan pada FRAP
tetapi berperan pada DPPH. Fenol sampel LA berperan pada FRAP dan DPPH.
Flavonoid sampel SE tidak berperan pada FRAP tetapi berperan pada DPPH. Flavonoid
LA berperan pada FRAP dan DPPH. Flavonoid CM dan MC tidak berperan pada FRAP
maupun DPPH.
V.4 Uji Kuantitatif Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-Heksana, Etil Asetat dan
Etanol Daun Cucurbitaceae
FRAP dapat mendeteksi senyawa dengan potensial redoks kurang dari 0,7 V.
Kemampuan reduksi berhubungan dengan derajat hidroksilasi dan perpanjangan
konjugasi dari polifenol. FRAP tidak dapat mendeteksi senyawa yang memiliki
mekanisme aksi melalui peredaman radikal (H transfer). Reaksi pada pH rendah
mengurangi potensi ionisasi yang mendorong transfer elektron dan meningkatkan
potensi redoks. Mekanisme FRAP hanya berdasarkan pada transfer elektron bukan
merupakan gabungan antara single electron transfer (SET) dan hydrogen atom transfer
(HAT) (Prior, et al, 2005).
DPPH merupakan radikal yang stabil, berwarna ungu pekat. Pengukuran berdasarkan
kemampuan antioksidan dalam transfer elektron dan transfer atom hidrogen terhadap
DPPH yang dapat diukur berupa penurunan absorbansi (Prior, et al, 2005).
30
Aktivitas antioksidan, EC50, IC50 ekstrak daun Cucurbitaceae menggunakan pereaksi
FRAP dan DPPH dapat dilihat pada Tabel V.6, Tabel V.7, Tabel V.8, Gambar V.4,
Gambar V.5.
Tabel V.6 Aktivitas Antioksidan Ekstrak n-Heksana Daun Cucurbitaceae dengan Metode FRAP dan DPPH Sampel Aktivitas Antioksidan
FRAP DPPH CS1 0,27±0,02a 14,73±1,14a SE1 1,26±0,02b 9,64±1,13b LA1 2,13±0,04c 4,84±0,01c CM1 0,28±0,35a 11,98±0,3d MC1 4,15±0,20d 3,01±0,97e
Keterangan: a-e = huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0.05)
Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak n-heksana dapat dilihat bahwa aktivitas
antioksidan tertinggi dengan metode FRAP ditunjukkan oleh sampel MC1 (4,15%) dan
DPPH tertinggi ditunjukkan oleh sampel CS1 (14,73%). Data aktivitas peredaman
DPPH dan FRAP dianalisis secara statistik ANOVA satu arah dengan metode LSD
(Least Significant Difference) untuk mengetahui perbedaan bermakna antar ekstrak pada
p<0,05. Hasil pengolahan data secara statistik menunjukkan bahwa pada aktivitas FRAP
tidak terdapat perbedaan bermakna antara CS1 dan CM1 tetapi keduanya menunjukkan
perbedaan bermakna dengan SE1, LA1, MC, sedangkan pada aktivitas peredaman
DPPH terdapat perbedaan bermakna pada sampel CS1, SE1, LA1, CM1, dan MC1
(p<0,05).
Tabel V.7. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etil Asetat Daun Cucurbitaceae dengan Metode FRAP dan DPPH
sampel Aktivitas Antioksidan FRAP DPPH
CS2 0,82±0,07a 19,19±1,29a SE2 4,54±0,35b 36,74±0,44b LA2 3,54±0,46c 39,11±1,43c CM2 0,89±0,02a 3,96±0,01d MC2 1,67±0,06d 6,57±0,09e
Keterangan: a-e = huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0,05)
31
Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat dapat dilihat bahwa aktivitas
antioksidan tertinggi dengan metode FRAP ditunjukkan oleh sampel SE2 (4,54%)
sedangkan DPPH tertinggi ditunjukkan oleh sampel LA2 (39,11%). Data aktivitas
FRAP dan peredaman DPPH dianalisis secara statistik ANOVA satu arah dengan
metode LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui perbedaan bermakna
antar ekstrak pada p<0,05. Hasil pengolahan data secara statistik menunjukkan bahwa
pada aktivitas FRAP tidak terdapat perbedaan bermakna antara CS2 dan CM2 tetapi
keduanya menunjukkan perbedaan bermakna dengan SE2, LA2, MC2 sedangkan pada
peredaman DPPH terdapat perbedaan bermakna pada sampel CS2, SE2, LA2, CM2, dan
MC2 (p<0,05).
Tabel V.8. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Cucurbitaceae dengan Metode FRAP dan DPPH
Sampel Aktivitas Antioksidan FRAP DPPH
CS3 1,63±0,18a 8,10±0,70a SE3 1,69±0,07a 21,97±0,34b LA3 0,43±0,02b 41,46±0,69c CM3 1,37±0,15a 1,64±0,49d MC3 1,27±0,27c 11,66±1,16e
Keterangan: a-e = huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0,05)
Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol dapat dilihat bahwa aktivitas antioksidan
tertinggi dengan metode FRAP ditunjukkan oleh sampel SE3 (1,69%) sedangkan DPPH
tertinggi ditunjukkan oleh sampel LA3 (41,46%). Data aktivitas peredaman FRAP dan
DPPH dianalisis secara statistik ANOVA satu arah dengan metode LSD (Least
Significant Difference) untuk mengetahui perbedaan bermakna antar ekstrak pada
p<0,05. Hasil pengolahan data secara statistik menunjukkan bahwa pada aktivitas FRAP
tidak terdapat perbedaan bermakna antara CS3, SE3 dan CM3 tetapi ketiganya
menunjukkan perbedaan bermakna dengan LA3 dan MC3 sedangkan pada aktivitas
peredaman DPPH terdapat perbedaan bermakna pada sampel CS2, SE2, LA2, CM2, dan
MC2 (p<0,05).
32
Kekuatan antioksidan ekstrak dapat dilihat dari EC50 maupun IC50. EC50 kapasitas
FRAP dan IC50 peredaman DPPH setiap ekstrak dibandingkan dengan EC50 dan IC50
senyawa pembanding. Pada penelitian ini pembanding yang digunakan adalah vitamin
C. EC50 dan IC50 berbanding terbalik dengan kemampuan ekstrak sebagai antioksidan.
Ekstrak yang memiliki nilai EC50 maupun IC50 rendah berarti mempunyai kapasitas
antioksidan tinggi.
Gambar V.4. EC50 kapasitas FRAP ekstrak daun Cucurbitaceae
EC50 kapasitas FRAP merupakan konsentrasi sampel atau pembanding yang dapat
meningkatkan 50% kapasitas FRAP. SE2 memiliki EC50 kapasitas FRAP paling rendah
yaitu 795 ppm, sedangkan vitamin C memiliki EC50 kapasitas FRAP 418 ppm. Dengan
demikian dapat dilihat bahwa kapasitas antioksidan SE2 dengan metode FRAP adalah
setengah dari kapasitas antioksidan vitamin C.
Gambar V.5. IC50 peredaman DPPH ekstrak daun Cucurbitaceae
33
IC50 peredaman DPPH merupakan konsentrasi sampel atau pembanding yang dapat
meredam 50% DPPH. IC50 paling kecil adalah sampel LA3 yaitu 73 ppm, merupakan
antioksidan kuat sedangkan IC50 vitamin C 6 ppm. Kekuatan antioksidan LA3 adalah
seperduabelas dari vitamin C sedangkan IC50 paling besar adalah sampel MC3 yaitu
4895 ppm. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lu, et al (2012)
terhadap beberapa varietas buah paria dimana ekstrak metanol buah paria yang masih
hijau (kultivar N) memiliki IC50 181 ppm. Sampel yang memiliki EC50 atau IC50 < 50
ppm, merupakan antioksidan yang sangat kuat, 50-100 ppm antioksidan kuat, 101-150
ppm antioksidan sedang, sementara EC50 atau IC50 > 150 ppm antioksidan lemah (Blois,
1958).
V.5 Penetapan Fenol Total, Flavonoid Total dan Karotenoid Total
Penetapan fenol total dilakukan dengan metode Pourmorad. Dalam metode ini, larutan
sampel dan pembanding asam galat dilarutkan dalam metanol, kemudian ditambahkan
larutan Folin Ciocalteu sebagai pembentuk kompleks dengan senyawa fenolik dan
selanjutnya ditambahkan larutan natrium karbonat yang membentuk suasana basa
sehingga terjadi reaksi reduksi Folin- Ciocalteu dengan gugus hidroksi dari senyawa
yang terdapat dalam sampel uji dan pembanding, kemudian diinkubasi selama 15 menit.
Waktu inkubasi selama 15 menit adalah waktu efektif di mana reaksi reduksi berjalan
sempurna (Pourmorad, et al, 2006).
Penetapan fenol total dengan menggunakan pereaksi Folin- Ciocalteu berdasarkan pada
kemampuan gugus fenolik untuk mereduksi kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat
dalam pereaksi Folin- Ciocalteu yang terjadi dalam kondisi basa (penambahan natrium
karbonat). Proses reduksi ini akan mengakibatkan terjadinya kompleks warna biru yang
diukur dengan spektrofotometri UV-sinar tampak (Arbianti, 2007).
Penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode Chang. Pada metode ini,
larutan sampel dan pembanding kuersetin dilarutkan dalam metanol, kemudian
34
ditambahkan larutan aluminium klorida sebagai pembentuk kompleks dengan senyawa
flavonoid (Chang, et al, 2002).
Pereaksi aluminium klorida digunakan untuk mendeteksi gugus hidroksi dan keton yang
bertetangga dan gugus ortho-hidroksi, karena akan terjadi pembentukan kompleks
antara aluminium klorida dan kedua gugus tersebut. Perbedaannya adalah kompleks
yang terjadi antara aluminium klorida dan gugus hidroksi-keto bersifat tahan asam,
sedangkan kompleks antara aluminium klorida dan ortho-hidroksi tidak tahan terhadap
asam (Markham, 1981).
Data kandungan fenol total, flavonoid total dan karotenoid total dianalisis secara
statistik ANOVA satu arah dengan metode LSD (Least Significant Difference) untuk
mengetahui perbedaan bermakna antar ekstrak pada p<0,05.
Tabel V.9. Fenol Total, Flavonoid Total, Karotenoid Total Ekstrak n-Heksana Daun Cucurbitaceae
sampel Fenol Total (g GAE/100 g)
Flavonoid Total (g QE/100 g)
Karotenoid Total (g BET/100 g)
CS1 0,76±0,05a 4,50±0,01a 4,56±0,02a SE1 1,88±0,55b 13,96±0,26b 15,16±0,52b LA1 2,42±0,01c 13,44±0,08c 13,18±0,08c CM1 1,83±0,01b 13,04±0,21d 14,59±0,21d MC1 3,06±0,02d 14,37±0,13e 19,53±0,11e
Keterangan: a-e = huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0,05)
Hasil penentuan fenol, flavonoid dan karotenoid total pada ekstrak n-heksana daun
Cucurbitaceae menunjukkan bahwa fenol total tertinggi ditunjukkan oleh sampel MC1
(3,06%), flavonoid total tertinggi ditunjukkan oleh sampel MC1 (14,34%) dan
karotenoid total tertinggi ditunjukkan oleh sampel MC1 (19,53%). Berdasarkan data
fenol, flavonoid dan karotenoid total secara statistik ANOVA satu arah dengan metode
LSD (Least Significant Difference), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna
pada flavonoid dan karotenoid total antar sampel CS1, SE1, LA1, CM1, MC1(p<0,05).
35
Sedangkan fenol total, terdapat perbedaan tidak bermakna antara SE1 dan CM1, tetapi
keduanya berbeda bermakna terhadap CS1, LA1, MC1(p<0,05).
Tabel V.10. Fenol Total, Flavonoid Total, Karotenoid Total Ekstrak Etil Asetat Daun Cucurbitaceae
sampel Fenol Total (g GAE/100 g)
Flavonoid Total (g QE/100 g)
Karotenoid Total (g BET/100 g)
CS2 3,66±0,05a 11,84±0,21a 0,41±0,00a SE2 4,01±0,06b 12,91±0,08b 1,30±0,11b LA2 3,16±0,02c 10,61±0,23c 2,68±0,01c CM2 2,18±0,01d 9,55±0,17d 2,56±0,03d MC2 2,26±0,01e 8,24±0,22e 3,32±0,01e
Keterangan: a-e = huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0,05)
Hasil penentuan fenol, flavonoid dan karotenoid total pada ekstrak etil asetat daun
Cucurbitaceae menunjukkan bahwa fenol total tertinggi ditunjukkan oleh sampel SE2
(4,01%), flavonoid total tertinggi ditunjukkan oleh sampel SE2 (12,91%) dan
karotenoid total tertinggi ditunjukkan oleh sampel MC2 (3,32%). Berdasarkan data
fenol, flavonoid dan karotenoid total secara statistik ANOVA satu arah dengan metode
LSD (Least Significant Difference), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna
pada fenol, flavonoid dan karotenoid total antar sampel CS2, SE2, LA2, CM2, MC2
(p<0,05).
Tabel V.11. Fenol Total, Flavonoid Total, Karotenoid Total ekstrak Etanol Daun
Cucurbitaceae Sampel Fenol Total
(g GAE/100 g) Flavonoid Total
(g QE/100 g) Karotenoid Total (g BET/100 g)
CS3 2,47±0,03a 1,70±0,02a 0,04±0,00a SE3 1,79±0,01b 5,42±0,11b 0,60±0,00b LA3 2,88±0,09c 2,30±0,02c 0,09±0,00c CM3 1,43±0,01d 1,59±0,01d 0,07±0,00d MC3 0,36±0,00e 0,76±0,02e 0,11±0,00e
Keterangan: a-e = huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p<0,05)
Hasil penentuan fenol, flavonoid dan karotenoid total pada ekstrak etanol daun
Cucurbitaceae menunjukkan bahwa fenol total tertinggi ditunjukkan oleh sampel LA3
36
(2,88%), flavonoid total tertinggi ditunjukkan oleh sampel SE3 (5,42%) dan karotenoid
total tertinggi ditunjukkan oleh sampel SE3 (0,60%). Berdasarkan data kadar fenol,
flavonoid dan karotenoid total secara statistik ANOVA satu arah dengan metode LSD
(Least Significant Difference), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada
fenol, flavonoid dan karotenoid total antar sampel CS3, SE3, LA3, CM3, MC3
(p<0,05).
V.6 Korelasi Fenol Total, Flavonoid Total dan Karotenoid Total Terhadap
Aktivitas Peredaman DPPH dan FRAP
Untuk mengetahui korelasi antara flavonoid total, fenol total dan karotenoid total dalam
ekstrak daun Cucurbitaceae terhadap kapasitas FRAP dan peredaman radikal DPPH,
maka dilakukan uji statistik menggunakan metode Pearson. Hasil uji statistik dapat
dilihat pada Tabel V.12.
Tabel V.12. Koefisien Korelasi Pearson Fenol, Flavonoid dan Karotenoid pada Ekstrak Daun Cucurbitaceae terhadap kapasitas FRAP dan aktivitas peredaman DPPH.
Fenol Total Flavonoid Total
Karotenoid Total
DPPH CS DPPH SE DPPH LA DPPH CM DPPH MC
FRAP CS 0,490ns -0,362ns -0,838** -0,683*
FRAP SE 0,982** 0,286ns -0,561ns 0,931**
FRAP LA 0,320ns 0,764* 0,236ns -0,104ns
FRAP CM -0,475ns -0,946** -0,943** -0,954**
FRAP MC 0,806** 0,895** 0,994** -0,868**
DPPH CS 0,283ns 0,910** 0,196ns
DPPH SE 0,875** -0,062ns -0,815**
DPPH LA 0,888** -0,734* -0,991**
DPPH CM 0,255ns 0,860** 0,996**
DPPH MC -0,972** -0,977** -0,873**
Keterangan: ns = tidak signifikan * = signifikan pada p<0,05
** = signifikan pada p<0,01
37
Pada Tabel V.12 dapat dilihat bahwa pada ekstrak daun mentimun tidak terdapat
korelasi antara kapasitas FRAP dengan fenol total dan flavonoid total, tetapi memiliki
korelasi negatif bermakna dengan karotenoid total (r = -0,838, p<0,01) dan peredaman
DPPH (r = -0,683, p<0,01). Semakin tinggi karotenoid total, semakin rendah kapasitas
FRAP maupun aktivitas peredaman DPPH. Diduga bahwa senyawa yang berperan
dalam aktivitas FRAP pada ekstrak daun mentimun merupakan karotenoid dengan
jumlah ikatan rangkap terkonjugasi kurang dari 10. Hal ini sejalan dengan penelitian
Muller, et al (2011) bahwa aktivitas karotenoid asiklik dalam mereduksi besi signifikan
apabila karotenoid memiliki minimal 10 ikatan rangkap terkonjugasi. Peredaman DPPH
ekstrak daun mentimun memiliki korelasi positif bermakna dengan flavonoid total (r =
0,910, p<0,01). Semakin tinggi flavonoid total dalam ekstrak daun mentimun maka
akan semakin tinggi peredaman DPPH. Dengan demikian senyawa yang berperan dalam
peredaman DPPH pada ekstrak daun mentimun merupakan senyawa golongan
flavonoid. Diduga senyawa flavonoid tersebut merupakan flavonoid yang tidak
memiliki gugus hidroksi pada cincin A maupun cincin B karena tidak memiliki korelasi
dengan fenol total. Hal ini sejalan dengan penelitian Souri, et al (2008) bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara aktivitas antioksidan dengan fenol total pada ekstrak
biji mentimun.
Pada ekstrak daun labu siam memiliki korelasi tinggi, positif, bermakna antara kapasitas
FRAP dengan fenol total (r = 0,982, p<0,01) dan aktivitas peredaman DPPH (r = 0,875,
p<0,01) tetapi tidak memiliki korelasi dengan flavonoid total dan karotenoid total.
Aktivitas peredaman DPPH ekstrak daun labu siam memiliki korelasi tinggi, positif,
bermakna dengan fenol total (r = 0,875, p<0,01) dan mempunyai korelasi tinggi,
negatif, bermakna dengan karotenoid total (r = -0,815, p<0,01) tetapi tidak memiliki
korelasi dengan flavonoid total. Dengan demikian semakin tinggi karotenoid total dalam
ekstrak daun labu siam, semakin rendah peredaman DPPH. Berdasarkan data tersebut,
diduga bahwa senyawa yang berperan dalam aktivitas peredaman FRAP dan DPPH
ekstrak daun labu siam merupakan senyawa golongan fenol.
38
Pada ekstrak daun oyong kapasitas FRAP memiliki korelasi positif, tinggi, bermakna
dengan flavonoid total (r = 0,764, p<0,05) tetapi tidak memiliki korelasi dengan fenol
total, karotenoid total dan aktivitas peredaman DPPH. Aktivitas peredaman DPPH
memiliki korelasi tinggi, positif, bermakna dengan fenol total (r = 0,888, p<0,01) tetapi
memiliki korelasi negatif, bermakna dengan flavonoid total (r = -0,734, p<0,05) dan
karotenoid total (r = -0,991, p<0,01). Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa yang
berperan dalam kapasitas FRAP ekstrak daun oyong merupakan senyawa golongan
flavonoid, sedangkan yang berperan dalam peredaman DPPH merupakan senyawa
golongan fenol. Hal ini sejalan dengan penelitian Neraraj, et al (2012) bahwa aktivitas
peredaman DPPH pada ekstrak Luffa diduga karena ekstrak mengandung senyawa yang
mampu mendonorkan hidrogen pada radikal bebas, dimana pendonor hidrogen ini
merupakan senyawa fenol.
Sampel labu siam dan oyong, FRAP tidak mempunyai korelasi dengan karotenoid total.
Efektivitas karotenoid dalam mereduksi besi dipengaruhi oleh jumlah ikatan rangkap
terkonjugasi dan substituen yang terikat.
Pada ekstrak daun labu kuning kapasitas FRAP tidak memiliki korelasi dengan fenol
total tetapi memiliki korelasi negatif, tinggi, bermakna dengan flavonoid total (r = -
0,946, p<0,01), karotenoid total (r = -0,943, p<0,01), dan peredaman DPPH (r = -0,954,
p<0,01). Peredaman DPPH memiliki korelasi positif, tinggi, bermakna dengan
flavonoid total (r = 0,860, p<0.01) dan karotenoid total (r = 0,996, p<0,01). Diduga
senyawa yang berperan dalam peredaman DPPH ekstrak daun labu kuning merupakan
senyawa golongan flavonoid dan senyawa golongan karotenoid.
Pada ekstrak daun paria kapasitas FRAP memiliki korelasi positif, tinggi, bermakna
dengan fenol total (r = 0,806, p<0.01), flavonoid total (r = 0,895, p<0.01), dan
karotenoid total (r = 0,994 p<0.01), tetapi memiliki korelasi negatif dengan peredaman
DPPH (r = -0,868 p<0.01). Korelasi positif antara kapasitas FRAP dengan fenol total
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amira, et al (2013) bahwa ekstrak air
daun paria memiliki aktivitas antioksidan FRAP (38,92±2,05)%, total fenol
39
(23,30±0,10)% dan berdasarkan uji statistik memiliki korelasi (r = 0,999). Berdasarkan
data tersebut diduga yang berperan dalam aktivitas FRAP ekstrak daun paria adalah
senyawa golongan fenol, golongan flavonoid dan golongan karotenoid. Peredaman
DPPH mempunyai korelasi negatif, tinggi, bermakna dengan fenol total (r = -0,973
p<0,01), flavonoid total (r = -0,977 p<0,01), dan karotenoid total (r = -0,873 p<0,01).
Fenol total sampel ekstrak daun labu siam dan paria mempunyai korelasi positif, tinggi,
bermakna dengan kapasitas FRAP sedangkan sampel ekstrak daun mentimun dan oyong
mempunyai korelasi positif, tinggi, bermakna dengan aktivitas peredaman DPPH.
Flavonoid total sampel ekstrak daun oyong dan paria mempunyai korelasi positif,
tinggi, bermakna dengan kapasitas FRAP sedangkan sampel ekstrak daun mentimun
dan labu kuning mempunyai korelasi positif, tinggi, bermakna dengan aktivitas
peredaman DPPH.
Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan dipengaruhi oleh struktur katekol pada
cincin B, dan memiliki ikatan rangkap antara C2 dan C3 yang terkonjugasi dengan
karbonil pada cincin C, sehingga memungkinkan terjadinya delokalisasi elektron dari
radikal fenoksil ke inti flavonoid. Adanya 3-hidroksi dan ikatan rangkap antara C2 dan
C3 meningkatkan stabilisasi resonansi untuk delokalisasi elektron, sehingga aktivitas
antioksidan meningkat (Adekunle et al, 2012).
Karotenoid total sampel ekstrak daun paria mempunyai korelasi positif, tinggi,
bermakna dengan kapasitas FRAP sedangkan sampel ekstrak daun labu kuning
mempunyai korelasi positif, tinggi, bermakna dengan aktivitas peredaman DPPH.
Untuk karotenoid asiklik aktivitas dalam mereduksi besi akan signifikan apabila
karotenoid minimal memiliki 10 ikatan rangkap terkonjugasi serta memiliki substituen
berupa gugus hidroksil disekitar ikatan rangkap terkonjugasi (Muller, et al, 2011).
40
Bab VI Kesimpulan dan Saran
VI.1 Kesimpulan
Hasil uji aktivitas antioksidan beberapa ekstrak daun Cucurbitaceae menunjukkan
bahwa daun mentimun (CS), labu siam (SE), oyong (LA), labu kuning (CM), dan
paria (MC) mempunyai aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan tertinggi dengan
metode FRAP (4.54 %) adalah ekstrak etil asetat daun labu siam (SE2) dengan
EC50 795 ppm, metode DPPH (41.46 %) adalah ekstrak etanol daun oyong (LA3)
dengan IC50 73 ppm. Metode uji FRAP dan DPPH memberikan hasil yang linier
untuk pengukuran aktivitas antioksidan pada ekstrak daun labu siam (SE). Kapasitas
FRAP dan aktivitas peredaman DPPH ekstrak daun labu siam (SE) dapat
diperkirakan secara tidak langsung dengan penentuan fenol total. Senyawa fenol
sampel labu siam (SE) merupakan kontributor utama dalam kapasitas FRAP dan
peredaman DPPH
VI.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian menggunakan metode pengujian antioksidan yang lain
karena metode pengujian yang berbeda memberikan hasil berbeda pula. Kapasitas
antioksidan sampel daun labu siam mempunyai korelasi linier antara metode FRAP
dengan DPPH sehingga perlu dilakukan fraksinasi dan uji kuantitatif aktivitas
antioksidan terhadap fraksi.
41
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, R.M. (2009) : Isolasi Flavonol dari Daun Paria, Tesis, Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung.
Adekunle, A.S., Aline, A.B., Afolabi, O.K., dan Rocha, J.B.T. (2012) :
Determination of Free Phenolic Acid, Flavonoid Content and Antioxidant Capacity of Ethanolic Extracts Obtained From Leaves of Mistleoe (Tapinanthus globiferus), Asian J Pharm Clin Res, 5(3), 36-41.
Amira, K., Aminah, A., dan Zuhair, A. (2013) : Evaluation of Bitter Melon
(Momordica charantia) Extract Administration in the Antioxidant and Free Radical Scavenging Activities in Plasma and Lliver in Male Rats, Int Food Res J, 20, 319 -323.
Anonima (2012) : .http://sentanigemilang.wordpress.com/2012/06/21/budidaya-
pare-momordica charantia-l/akses 12-2-2013. Anonimb (2011) : Quality Control Methods for Herbal Materials, World Health
Organization, 11, 29, 31, 33. Arbianti, R., Utami, T.S., Kurmana, A., Sinaga, A. (2007) : Comparison of
Antioxidant Activity and total Phenolic Contents of Dillenia Indica Leaves Extract Obtained using Various Techniques, Proceeding of 14th Regional Symposium on Chemical Engineering, Jakarta, 1-5.
Aziz, A.B.A., dan Kalek, H.H.A. (2011) : Antimicrobial Proteins and Oil Seeds
From Pumpkin (Cucurbita Moschata), Nature and Science, 9(3), 105-119.
Backer, C.A., Brink, R.C. (1963) : Flora of Java, vol 1, N.V.P- Noordoff,
Groningen, 299, 300, 301, 305, 306. Blois, M.S. (1958) : Antioxidant Determination by the use of Stable Free radicals,
Nature; 181, 1199-2000. Benzi, I.F.F., dan Strain, J.J. (1996) : The Ferric Reducing Ability of Plasma
(FRAP) as a Measure of “Antioxidant Power”: the FRAP Assay, Anal Biochem, 239, 70-76.
Chang, C.C., Yang, M.H., Wen, H.M., dan Chern, J.C. (2002) : Estimation of
Total Flavonoid Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric Methods, J Food Drug Anal, 10, 178-182.
42
Costa, J.G., Nascimento, E.M.M., Campos, A.R., Rodrigues, F.F.G. (2010) :
Antibacterial Activity of Momordica Charantia (Cucurbitaceae) Extract and Fractions, J of Basic and Clin Pharm, 002(001), 45-51.
Cronquist, A. (1981) : An Integrated System of Classification of Flowering Plants, Columbia Press, New York, xiii-xviii
DepKes RI. (1989) : Materia Medika Indonesia jilid V, Jakarta, 165.
DepKes RI. (1995) : Materia Medika Indonesia jilid VI, 86.
Dire, G.F., Fernandes, J.F.O., Gomes, M.L., Albuquerque, A.C. (2009) : Analysis
of the Biological Effect of Sechium Edule Fruits Extract, a Morphological and Radiobiological Study, Life Sci J, 6(3).
Engel, J.M.M., Jeffrey, C. (1994) : Sechium edule (Jacq) Swart. In Siemonsma,
J.S and Piluek (Eds) Plant Resources of South East Asia No.8, Vegetables, Prosea Foundation, Bogor, Indonesia, 246-248.
Firdous, S.M., Ahmed, S., Dey, S. (2012) : Antiepileptic and Central Nervous
System Depressant Activity of Sechium edule Fruit Extract, Bangladesh J Pharm, 7, 199-202.
Flora. (2010) : Herb Medicine, Herbal Tanaman Obat Indonesia
(http://indonesian-herbal.com/2010/06/mentimun-atau-ketimun-cucumis-sativus-l.html), diakses (3/3/2013)
Gritter, R.J., Bobbitt, J.M., Schwarting, A.E. (1991) : Pengantar Kromatografi,
Terjemahan Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, 1-18, 107-159.
Handa (2008) : Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants, ICS
UNINDO, 22-27. Handayani, S., Arianingrum, R. (2007) : Ekstrak Metanol Tanaman Pare
(Momordica charantia L) Sebagai Pencegah Degradasi 2- Deoksiribosa Secara Invitro, Fakultas MIFA UNY.
Hien, N.H., Widodo, S.H.(2003) : Momordica L In de Padua, L.S.,
Bunyaprapatsara, N., Lemmens, R.H.M.J, Plant Resources of South East Asia, 12(1), Leiden, 353-359
43
Ikrimah, L. (2006) ; Telaah Kandungan Kimia Ekstrak n-heksan Buah Mentimun (Cucumis Sativus L), Tesis, Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung.
Ismail, et al. (2010) : Phytochemical and Antimicrobial Investigation of Luffa
Cylindrica; Boletin Latinoamericano y del Caribe de Plantas Medicinales y Aromaticas, 9(4), 327-332.
Jadnav, et al. (2010) : Hepatoprotective Activity of Luffa Acutangula Against
CCl4 and Rifampicin Induced Liver Toxicity in Rats, A biochemical and Hispatological Evaluation, Indian J. of Exp. Bio, 48, 822-829.
Jansen, G.J., Gildemacher, B.H., Phupathhanaphong, L. (1994) : Luffa. In
Siemonsma, J.S and Piluek (Eds) Plant Resources of South East Asia No.8, Vegetables, Prosea Foundation, Bogor, Indonesia, 194-197.
Jansen, G.J., Gildemacher, B.H., (1994) : Cucumis sativus L. In Siemonsma, J.S
and Piluek (Eds) Plant Resources of South East Asia No.8, Vegetables, Prosea Foundation, Bogor, Indonesia, 144-148
Jing, et al. (2010) : Antimicrobial Activity of Spingolopids Isolation from the
Stems of Cucumber ( Cucumis Sativus L), Molecules, 15, 9288-9297. Jyothsna, et al. (2012) : Antidiabetic Activity of Combined Extract of Various
Momordica Species, PharmtECH, 4(2), 568-571. Juliana, V., Aisyah, S., Mustapha, I. (2010) : Isolasi dan Karakterisasi Senyawa
Turunan Terpenoid dari Fraksi n-heksan Momordica Charantia L, Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, 1(1), 88-93.
Kumar, P., Rao, D., Lakshmayya., Setty, R. (2008) : Antioxidant and
Hepatoprotective Activity of Tubers of Momordica tuberosa Cogn. Against CCl4 Induced Liver Injury in Rats, Indian J of Exp Bio, 46, 510-513.
Lai, V.K., Gupta, p.p., Pandey, A., Tripathi, P. (2011) : Effect of Hydro-Alcoholic
Extract of Cucurbita Maxima Fruit Juice and Glibenclamide on Blood Glucose in Diabetic Rats, American J of Pharm and Toxicology, 6(3), 84-87.
Listiane, S. (2008): Telaah Kandungan Kimia Bagian Putih Buah Semangka
(Citrullus vulgaris Linn), Skripsi, Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung.
Lu, Y.L., Liu, Y.H., Chyuan, J.H., Cheng, K.T., Liang, W.L., dan Hou, W.C.
(2012) : Antioxidant Activities of Different Wild Bitter Gourd
44
(Momordica charantia L var Abbreviata syringe) Cultivars, J Bot Stud, 53, 207 -214
Mardianti, Y. (2005) : Telaah Kandungan Kimia Biji Oyong (Luffa acutangula
(L) Roxb), Skripsi, Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung. Markham, K.R. (1981) : Cara Mengidentifikasi Flavonoid, Terjemahan Kosasih
Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, 47-50. Marliana, S.D., Suryanti, V., dan Suyono (2005) : Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz) dalam Ekstrak Etanol, Biofarmasi, 3, 26-31.
Mohan, K., Sanjay, S. (2010) : Pharmacognostic and Phytochemical Investigation
of Luffa Acutangula var. Amara Fruits, Int J of PharmTech Res, 2(2), 1609-1614.
Mulja, M., dan Suharman (1995) : Analisis Instrumental, Airlangga University
Press, Surabaya, 26-48. Mumtaz, S.M.F., Paul, S., Bag, A.Kl. (2013) : Effect of Sechium Edule on
Chemical Induced Kidney Damage in Experimental Animals, Bangladesh J Pharmcol, 8, 28-35
Müller, L., Fröhlich, K., dan Böhm, V. (2011) : Comparative Antioxidant
Activities of Carotenoids Measured by Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP), ABTS Bleaching Assay (aTEAC), DPPH Assay and Peroxyl Radical Scavenging Assay, Food Chem, 129, 139-148.
Neeraj, K.S., Partap, S., Priyanka., Keshari, J.K., Herman, K.S., dan Anil, K.S.
(2012) : Free Radical Scavenging Activity of Methanolic Extract of Luffa cylindrica leaves, Int J Green Pharm, 6(3), 231-236.
Nerurkar, P., Lee, Y.K., Nerurkar, V.R. (2010) : Momordica charantia (Bitter
Melon) Inhibits Primary Human Adipocyte Differentiation by Modulating Adipogenic Genes, BioMed.
Nishaa, A.S., Vishnupriya, M., Sasikumar, J.M., Hephzibah, P., Christabel., dan
Gopalkrishnan, V.K. (2012) : Antioxidant Activity of Ethanolic Extract of Maranta arundinacea L Tuberous Rhizomes, Asian J Pharm and Cli Res, 5(4), 85-88.
Noubarani, M., Hoseini, S., Darvishi, S., Mostafavi, E. (2010) : Evaluation of
Cucurbita Moschata Effect on Experimental Full-Thickness Wound Healing in Rat, Res PharmSci, 7(5).
45
Novellina, Y. (2007): Isolasi Lignan dari Biji Cucurbita pepo L, Skripsi, Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung.
Ochse, J.J. (1931) : Vegetables of The Dutch East Indies (English Edition of
Indische Groenten), Printed and Edited by Archipel Drukkerij Buitenzorg-Java, 194-199.
Ogata, Y. (1995) : Medicinal Herb Index in Indonesia (second edition), Eisai,
Jakarta, 49-51 Olayede (2012) : Determination of Antioxidant Potential of Momordica Foetida
Leaf Extract on Tissue Homogenates, Sci J of Med and Clin Trial, 225 Patel, S., Patel, T., Parmer, K., Patel, B., dan Patel, P. (2011) : Evaluation of
Antioxidant Activity, Phenolic and Flavonoid Contents of Momordica charantia Linn Fruit, J Adv Res in Pharm and Biol, 1(2), 120 -129.
Patil, et al. (2011) : Toxicological Studies of Momordica Charantia Linn Seed
Extract in Male Mice, Int.j.Morphol, 29(4), 1212-1218. Pourmorad, F., Hosseinimehr, S.J., Shahabimajd, N. (2006) : Antioxidant
Activity, Phenol and Flavanoid Content of Some Selected Iranian Medicinal Plants, Afr J Bio, 5(11), 1142-1145.
Prior, RL., Wu, XL., dan Schaich, K. (2005) : Standardized Methods for the
Determination of Antioxidant Capacity and Phenolics in Foods and Dietary Supplements, J. Agric. Food Chem, 53, 4290-4302.
Reyes, M.E.C., Gildemacher, B.H., Jansen, G.J (1994) : Momordica L. In
Siemonsma, J.S and Piluek (Eds) Plant Resources of South East Asia No.8, Vegetables, Prosea Foundation, Bogor, Indonesia, 206-210
Riyenni (2008) : Isolasi Suatu Senyawa Antioksidan dari Daun Labu Siam
(Sechium edule Jacq. Swartz), Skripsi, Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung.
Rosmalena; Idris, R. (2008) : Peran Buah Labu Siam ( Sechium edule swartz
chayote) Sebagai Sayuran, dapat Mencegah Penyakit Jantung Koroner, Stroke, Diabetes Melitus, Hipertensi, Hiperkolesterol, Arteriosklerosis dan Kanker, Temu Ilmiah Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ke IX, Jakarta.
Saha, P., Mazumder, U.K., Haldar, P.K., Bala, A., Kar, B., Naskar, S. (2011) :
Evaluation Of Hepatoprotective Activity of Cucurbita Maxima Aerial Parts, J of Herb Med and Toxc, 5(1), 17-22.
46
Saha, P., Mazumder, U.K., Haldar, P.K., Bala, A., Kar, B., Naskar, S. (2011) : Antidiabetic Activity of Cucurbita Maxima Aerial Parts, Res J of Medi Plant, 5(5), 577-586.
Saha, P., Mazumder, U.K., Haldar, P.K., Bala, A., Kar, B., Naskar, S. (2011) :
Anticancer Activity of Methanolic Extract of Cucurbita Maxima against Ehrlich as cite Carcinoma, Int.J.Res.Pharm.Sci, 2(1), 52-59
Sarandan (2010) : The Hipoglicemic Effect of Momordica Charantia Linn in
Normal and Alloxan Induced Diabetic Rabbits, An Sci and Biotech, 43(1).
Sharma, N.K., Sangh, P., Priyanka., Jha, K.K., Shrivastava, A.K. (2012) : Free
Radical Scavenging Activity of Methanolic Extract of Luffa Cylindrica Leaves, Int J of Green Pharm, 6(3), 231-236.
Singh, J., Bhaskar, N., Pandey, R. (2011) : Medicinal Chemistry of the Anti
Diabetic Effect of Momordica charantia : Active Constiturnt and Modes of Action, Medicinal Chemistry Journal, 5, 70-77.
Smith, J.G. (2011) : Organic Chemistry Third Edition, McGraw Hill, 557.
Souri, E., Amin, G., Farsan, H., dan Barazandeh, T.M. (2008) : Screening Antioxidant Activity and Phenolic Content of 24 Medicinal Plants Extracts, DARU J Pharm Sci, 16(2), 83 -87.
Umamaheswara et al. (2008) : In vitro Antioxidant Activities of The Fractions of
Coccinia Grandis L Leaf Extract, Afr.J.Trad.CAM, (000)5(1), 61-73. Wang, X., Li, X., Li, H. (2001) : Reassesment of Antioxidant Activity Of
Baicalein in vitro, Asian J Pharm Biol Res, 1(2). Wang, et al. (2012) : Pumpkin (Cucurbita moschata) Fruit Extract Improve
Physical Fatigue and Exercise Performance in Mice, Molecules,17, 11864-11876.
Widjaja, E.A., Suprakarn, S. (1994) : Cucurbita L. In Siemonsma, J.S and Piluek
(Eds) Plant Resources of South East Asia No.8, Vegetables, Prosea Foundation, Bogor, Indonesia, 160-165.
Widowati, W., Safitri, R., Rumumpuk, R., Siahaan, M. (2005) : Penapisan
Aktivitas Superoksida Dismutase Pada Berbagai Tanaman, JKM, 5(1), 33-47.
Zou, Y., Lu, Y., Wei, D. (2004) : Antioxidant activity of flavonoid-rich extract of
Hypericum perforatum L in vitro, J. Agric. Food Chem, 52, 5032-5039
47
. .
48
top related