jurusan pendidikan agama islam fakultas ilmu...
Post on 07-Aug-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA
DI SMP PGRI 1 CIPUTAT
Oleh : TARJONO
NIM : 205011000317
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : TARJONO NIM : 205011000317 Jurusan/Semester : Pendidikan Agama Islam Angkatan Tahun : 2005 Alamat : Jl. Karang Anyar 1 Patrol Baru Rt.01/02
Patrol – Indramayu 45257 Judul Skripsi : “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat”. Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Desember 2009 Yang Menyatakan
TARJONO
PENGARUH KREATIVITAS GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA
DI SMP PGRI 1 CIPUTAT
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Mencapai Gelar Strata Satu (S.Pd.I)
Oleh
TARJONO
205011000317
Pembimbing
Bahrissalim, M.Ag
NIP : 19680307199803 1 002
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi Berjudul “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat”. yang disusun oleh Tarjono
Nomor Induk Mahasiswa 205011000317, jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan. Telah selesai melewati bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang Munaqasyah sesuai ketentuan yang ditetapkan
fakultas.
Jakarta, Januari 2010
Yang mengesahkan, Pembimbing skripsi
Bahrissalim, M. Ag NIP. 19680307199803 1 002
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul: “Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam
Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat”. Diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasyah pada 15 Februari 2010 dihadapan dewan
penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang
Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 15 Februari 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan) Dr. H. Abdul Fattah Wibisono, M.A. ………………….. ………………….. NIP. 19580112.198803.1.002 Sekrtaris Panitia (sekretaris Jurusan) Drs. Sapiuddin Shidiq, M.A. ………………….. ………………….. NIP. 19670328.200003.1.001
Penguji I Dr. Zaimuddin, M.A ………………….. ………………….. NIP. 19590705. 199103.1.002 Penguji II Drs. H. M. Alisuf Shobri ………………….. ………………….. NIP. 150 033 454
Mengetahui : Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. NIP: 19571005.198703.1.001
ABSTRAK
TARJONO, Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat. Universitas Islam Negeri Jakarta, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Desember 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa, Sekolah yang dipilih adalah SMP PGRI 1 Ciputat.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan angket. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam dengan tanya jawab langsung, sedangkan angket diberikan kepada siswa. Dari populasi sebanyak 100 orang telah terpilih sampel sebanyak 33 orang, dengan tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cara acak (Random Sampling) artinya setiap populasi mempunyai kesempatan untuk dijadikan sampel.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode kuantitatif dan uji hipotesis. Sedangkan untuk mendapatkan data-data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan penulis menyebarkan angket yang ditujukan kepada siswa kelas 8-1, 8-2, 8-3 SMP, angket tersebut terdiri dari 30 item pertanyaan.
Dalam menganalisa, penelitian ini memperoleh angka 0,06 dari perhitungan rumus “r” Product Moment, kemudian rxy tersebut dibandingkan dengan “r” tabel dari derajat bebas (degree of freedom) 31 maka diperoleh angka 0,348 pada taraf signifikansi 5%, dan 0,449 pada taraf sigifikansi 1%. Pada taraf signifikasi 5% dan pada taraf signifikasi 1% hasil yang di peroleh dari perbandingan tersebut ternyata rxy lebih kecil dari “r” tabel baik pada taraf signifikasi 5% maupun 1% atau dengan kata lain 0,06<0,348 dan untuk mengetahui seberapa besar kedua variabel mempengaruhi maka penulis menghitung koefisien penentuan (Coeficient of Determination) mendapat angka prosentasi 0,36%, jadi diantara variabel tersebut 36% saling mempengaruhi
Dengan demikian penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang lemah antara Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di SMP PGRI 1Ciputat.
Saran yang penulis sampaikan dari hasil penelitian ini bagi kepala sekolah selaku pimpinan di lembaga pendidikan hendaknya selalu melakukan pengawasan terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas, terutama kreativitas guru dalam mengajar. Dan bagi para guru hendaknya selalu meningkatkan kreativitas dalam mengajar. Supaya pelajaran yang di sampaikan mudah di mengerti oleh siswa dan siswa tidak merasa jenuh dalam belajar, sebab guru adalah motivator bagi siswanya.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
inayahnya kepada kita semua sehingga pada kesempatan ini penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Dalam menyelesaiakan penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari
kekurangan dan kelemahan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
skripsi ini dapat diselesaikan meskipun belum sempurna.
Oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali rasa
terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dosen pembimbing skripsi Bahrissalim M.A. yang telah meluangkan
waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan,
petunjuk, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.
4. Semua Dosen UIN Syarif Hidayatullah, yang telah mengajarkan mata
kuliah kepada penulis, khususnya Pendidikan Agama Islam.
5. Pimpinan perpustakaan Jurusan/Prodi Pendidikan Agama Islam,
perpustakaan Utama beserta staffnya yang telah memberikan fasilitas
untuk mengadakan studi pustaka.
6. Bapak Cartam, S.Pd., M.Pd. kepala sekolah SMP PGRI 1 Ciputat beserta
staf dan seluruh dewan guru semua yang telah banyak membantu penulis
selama melaksanakan penelitian.
7. Bapak M. Syarifuddin S.Pd.I yang telah meluangkan waktu, selalu
mendoakan dan memberikan nasihat serta bimbingan kepada penulis.
ii
8. Bapak Drs. Amin Mukhtar kepala sekolah MI Nurun Najjah II Rengas
Ciputat Timur beserta staf dewan guru semua yang telah banyak
membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
9. Ayahanda Muari dan ibunda tercinta Karniti, yang selalu mendoakan dan
memberikan support, baik moril maupun materil dan memberikan nasihat
serta bimbingan kepada penulis untuk selalu semangat meneruskan
perjuangan, harapan dan cita-cita.
10. Adik-adikku tercinta (Taryana, Siti Fitriyah), yang selalu mendoakan
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di kampus tercinta
ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Kepada Mardhiya Adnin terima kasih atas supportnya, dan yang tak henti-
hentinya memberikan motivasi kepada penulis.
12. Semua sahabat-sahabat seperjuanganku PAI A & B angkatan tahun 2005,
Andi, Dahlan, Deni, Fitri, Mely, Lia, Lina, Shaufi, yang telah memberikan
dorongan, spirit, dan saling membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Teman-teman Persatuan Mahasiswa Indramayu PERMAI-AYU DKI
Jakarta, (Amar, Yogi, Zaenal, Hasyim, Wildan, Anton, Opick dll) yang
senantiasa membantu kepada penulis memberikan semangat, masukan, ide
dan pikiran bahkan tenaga selama penulisan skripsi ini.
Saran dan kritik sangat penulis butuhkan demi kebaikan penulisan skripsi,
karena penulis yakin dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Kurang
lebihnya kami mohon maaf. Wallahu ‘alam bishowab.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Ciputat, 07 Januari 2010
Penulis
Tarjono
NIM : 205011000317
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah Penelitian ................................................... 5
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kreativitas Guru
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ................................ 7
2. Kedudukan Guru ........................................................................ 10
3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Pendidikan Agama Islam ........................................................... 11
4. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam .............................. 12
5. Pengertian Kreativitas Guru
Pendidikan Agama Islam ........................................................... 13
6. Faktor-faktor yang Membentuk Kreativitas ............................... 16
7. Ciri-ciri Guru yang Kreatif......................................................... 20
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Prestasi Belajar ......................................................... 23
2. Pengertian Belajar ...................................................................... 24
3. Indikator Prestasi Belajar ........................................................... 25
4. Ciri-ciri Kriteria Kegiatan Belajar ............................................. 28
5. Teori-teori Belajar ...................................................................... 30
iv
6. Macam-macam Teori belajar ..................................................... 30
7. Aplikasi Teori Belajar dalam Pendidikan .................................. 33
C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 34
D. Hipotesis ....................................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 36
B. Variabel Penelitian ....................................................................... 36
C. Metode Penelitian ......................................................................... 36
D. Populasi dan Sampel .................................................................... 37
1. Populasi .................................................................................... 37
2. Sampel ...................................................................................... 37
E. Instrumen ...................................................................................... 37
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 40
1. Observasi .................................................................................. 40
2. Wawancara ............................................................................... 40
3. Angket ...................................................................................... 40
G. Teknik Analisa Data ..................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian ............................... 44
B. Deskripsi Data .............................................................................. 52
C. Prestasi Belajar Siswa .................................................................. 70
D. Analisa Data ................................................................................. 71
E. Interprestasi Data .......................................................................... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 78
B. Saran ............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
1. Tabel Indikator Prestasi Belajar….. .............................................................. 25
2. Tabel Kisi-Kisi Instrumen Penelitian…. ....................................................... 38
3. Tabel Frekuensi…. ........................................................................................ 41
4. Tabel Skala Prosentase….. ............................................................................ 42
5. Tabel Indeks Korelasi “r”…. ........................................................................ 43
6. Tabel Data Siswa dalam 4 (empat) Tahun Terakhir…. ................................ 45
7. Tabel Keadaan Ruang Kelas….. ................................................................... 45
8. Tabel Data Ruangan Lain…. ........................................................................ 45
9. Tabel Data Guru….. ...................................................................................... 46
10. Tabel siswa memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru agama
Islam… ......................................................................................................... 53
11. Tabel guru agama Islam meminta pendapat anda dalam belajar pada suatu
pembahasan.. ................................................................................................. 53
12. Tabel Guru agama Islam memberikan tugas rumah dari materi yang
disampaikan .................................................................................................. 54
13. Tabel Sebelum memulai materi baru guru agama Islam mengingatkan
kembali materi sebelumnya........................................................................... 54
14. Tabel Guru agama Islam mengarahkan bakat yang anda miliki... ................ 55
15. Tabel Media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan keperluan
pengajaran... .................................................................................................. 55
16. Tabel Nilai pendidikan agama Islam anda selalu bagus... ............................ 56
17. Tabel Anda merasa nyaman belajar di sekolah anda... ................................. 56
18. Tabel Guru agama Islam selalu memberikan semangat dalam belajar... ...... 57
19. Tabel Guru agama Islam selalu membimbing anda dalam belajar... ............ 57
20. Tabel Guru agama Islam menyuruh anda mengulang pelajaran di rumah... . 58
21. Tabel Anda mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru agama
Islam.... .......................................................................................................... 58
22. Tabel Anda selalu bertanya kepada guru agama Islam tentang apa yang
anda belum mengerti... .................................................................................. 59
vi
vii
23. Tabel Terbayang oleh anda, ketika guru agama Islam menceritakan sesuatu
pada anda... .................................................................................................... 59
24. Tabel Anda bisa menyimpulkan pelajaran yang disampaikan oleh guru
agama Islam... ............................................................................................... 60
25. Tabel Guru agama Islam dalam mengajar menggunakan alat peraga.. ......... 60
26. Tabel Saya memperoleh pengetahuan yang belum saya ketahui setelah
proses pembelajaran.... .. ............................................................................... 61
27. Tabel Guru agama Islam anda memahami apa yang anda inginkan dalam
belajar... ......................................................................................................... 61
28. Tabel Siswa bersemangat dalam belajar karena metode yang digunakan guru
agama Islam berbeda-beda dan sesuai sehingga mudah dipahami... ............ 62
29. Tabel Siswa selalu mendapatkan nilai yang bagus.. ..................................... 62
30. Tabel Guru agama Islam mendemonstrasikan di depan kelas cara shalat
yang baik.. ..................................................................................................... 63
31. Tabel Guru anda selalu menegur dan mengingatkan anda ketika berbuat
kesalahan.. ..................................................................................................... 63
32. Tabel Guru agama Islam memberikan tugas kelompok... ............................. 64
33. Tabel Guru agama Islam membiasakan murid-murid untuk membaca Al-
Quran sebelum belajar... ............................................................................... 64
34. Tabel Guru agama Islam membantu siswa yang bermasalah dalam
belajar... ......................................................................................................... 65
35. Tabel Guru agama Islam selalu menggunakan metode yang sesuai dengan
materi pembelajaran... ................................................................................... 65
36. Tabel Dalam berdiskusi guru agama Islam mengarahkan kami cara
berdiskusi yang baik.. .................................................................................... 66
37. Tabel Guru agama Islam dalam menyampaikan materi wudhu
menggunakan media gambar......................................................................... 66
38. Tabel Guru agama Islam meminta anda menyelesaikan sebuah soal
di papan tulis.. ............................................................................................... 67
39. Tabel Apakah guru agama Islam menggunakan OHP/Laptop dalam
mengajar... ..................................................................................................... 67
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di zaman sekarang ini banyak siswa yang malas belajar, hal ini
dikarenakan bukan hanya pengaruh lingkungan, tetapi hal ini juga disebabkan
kurangnya kreativitas guru dalam mengajar, sehingga siswa jenuh dengan cara
yang digunakan guru dalam pembelajaran. Masa depan suatu bangsa sangat erat
kaitannya dengan komitmen politik dan upaya nyata bangsa dalam membangun
pendidikan untuk mencerdaskan generasi mudanya. Sedangkan keberhasilan suatu
bangsa dalam membangun mutu pendidikannya sangat ditentukan oleh mutu
gurunya.
Rendahnya mutu pendidikan telah memberikan akibat lansung pada
rendahnya mutu sumber daya manusia bangsa kita. Karena proses untuk
melahirkan sumber daya manusia yang bermutu hanya bisa melalui alur
pendidikan dan proses pembelajaran yang bermutu pula. Dalam proses
pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan (transfer
of knowledge), tetapi juga berfungsi menanamkan nilai (values) serta membangun
karakter (character buiding) peserta didik secara berkelanjutan.1
Dalam situasi pendidikan atau pengajaran terjalin interaksi antara siswa
dengan guru atau antara peserta didik dengan pendidik. Interaksi ini sesungguhnya
merupakan interaksi antara dua kepribadian, yaitu kepribadian guru sebagai orang
dewasa dan kepribadian siswa sebagai anak yang belum dewasa dan sedang
berkembang mencari bentuk kedewasaan.
Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu,
kepribadian guru terdiri atas aspek jasmaniah, intelaktual, sosial, emosional dan
moral. Seluruh aspek kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan
yang utuh, yang memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri
1 Asrorun Ni’am, H.M. Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta, Elsas, 2006) cet.ke-1
h 3-6. 1
2
individu terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya, yang merupakan hasil
perpaduan dari ciri-ciri dan kemampuan bawaan dengan perolehan dari
lingkungan dan pengalaman hidupnya.
Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan
intelaktual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan,
pemecahan masalah, latihan-latihan Afektif dan keterampilan. Guru sebagai
pengajar dipandang sebagai ekspert, sebagai ahli dalam bidang ilmu yang
diajarkannya.2
Guru pendidikan agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, guru pendidikan agama Islam harus
kreatif dalam memilih metode dan dalam melaksanakan pengajaran. Kreativitas
guru pendidikan agama Islam harus disesuaikan dengan kondisi siswanya, agar ia
mengetahui gagasan dan metode apa yang harus ia pergunakan dalam pengajaran.
Tanpa adanya kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam mengajar, siswanya
tidak akan termotivasi untuk belajar dan untuk berprestasi. Guru yang baik ialah
guru yang mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang melalui
kegiatan mengajarnya mampu mengilhami murid-muridnya. Melalui kegiatan
mengajar yang memberikan ilham, guru yang baik memberikan gagasan-gagasan
yang besar, keinginan yang besar pada murid-muridnya.3
Kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan
baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi ciri-ciri
kognitif (aptitude) seperti kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan keaslian
(orisinalitas) dalam pemikiran. Biasanya orang menganggap bahwa keberbakatan
hanya ditentukan oleh kecerdasan yang tinggi. Akan tetapi, kenyataan
menunjukkan tidaklah demikian halnya. Misalnya seorang mempunyai bakat
teknik, tetapi tanpa ada kreativitas pada dirinya untuk mencoba-coba,
bereksperimen untuk menciptakan sesuatu yang baru, serta dorongan dan
semangat yang kuat dalam mengerjakan dan menyelesaikan apa yang telah ia
2 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007) cet. ke-4 h.251-253. 3 Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan Dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, (Jogja:
PT Tiara Wacana, 1994) cet. ke-1 h.36.
3
mulai, meskipun mengalami banyak rintangan atau kegagalan, maka ia tidak akan
menghasilkan karya-karya yang bermakna. 4
Untuk meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam belajar, guru
harus kreatif dalam menyampaikan pelajaran, serta menggunakan metode yang
menarik, yang membuat siswa semangat dalam belajar, sehingga pelajaran yang
disampaikan cepat dimengerti oleh siswa. Dengan adanya kreativitas guru dalam
mengajar, akan mendorong siswa untuk lebih bersungguh-sungguh dalam belajar,
sehigga apa yang mereka cita-citakan dapat tercapai, dan siswa sebagai penerus
bangsa dapat terwujud.
Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi modern dalam upaya
mengembangkan pendidikan pada saat sekarang ini sangat diperlukan, terutama
bagi seorang guru, ia harus kreatif dalam proses belajar mengajar guna untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan menciptakan peserta didik yang dari
lahirnya memiliki potensi yang harus dikembangkan. Pengembangan potensi
peserta didik tersebut harus dilaksanakan oleh guru yang kreatif.
Pendidikan berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan
aktual telah dimiliki peserta didik, sebab peserta didik bukanlah gelas kosong
yang harus diisi dari luar. Mereka telah memiliki sesuatu, sedikit atau banyak,
telah berkembang (teraktualisasi) atau sama sekali masih kuncup (potensial).
Peran pendidiklah yang mengaktualkan yang masih kuncup, dan mengembangkan
lebih lanjut apa yang baru sedikit atau baru sebagian teraktualisasi, semaksimal
mungkin sesuai dengan kondisi yang ada dan sesuai dengan kualitas dan
kreativitas yang dimilki guru5
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut aktifitas,
kreativitas, dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan
peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan, secara efektif dan
menyenangkan. Saylor (1998 : 227) dalam E. Mulyasa buku yang berjudul
"kurikulum yang disempurnakan" menyatakan bahwa "Instructional is thus the
4 Utami Munandar, Memupuk Bakat Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, (Jakarta: PT
Gramedia, 1984) cet. ke-1 h.7. 5 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya,), cet. k- 4 2007, h.4.
4
implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving
teachcingin the sense of student, teacher interaction in an aducational setting".6
Guru secara fungsional memegang peranan yang sangat menentukan
dalam keberhasilan pembelajaran siswa. Tugas guru mencakup banyak aspek,
merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, membimbing siswa,
mengevaluasi proses dan hasil belajar. Tak kalah penting, meningkatkan kualitas
proses dan hasil pembelajaran tersebut.
Dengan demikian guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar
penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi
dasar. Apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau
mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip
pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan
penggunaan metode mengajar, keterampilan menilai hasil belajar, serta memilih
dan menggunakan strategi dan pendekatan pembelajaran. Kompetensi-kompetensi
tersebut merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai tenaga professional,
yang hanya dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktek secara
intensif.
Model pembelajaran merupakan salah satu unsur yang ikut membangun
iklim kelas, termasuk kreativitas siswa dalam pencapaian hasil belajar. Oleh sebab
itu, guru harus dapat menerapkan berbagai model belajar mengajar secara tepat.
Meskipun disadari bahwa menentukan model pembelajaran yang dianggap paling
tepat adalah suatu yang sulit, namun banyak model pembelajaran yang dapat
digunakan, masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan, tergantung
tujuan pembelajaran itu sendiri.
6 E. Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2006), cet. Ke-1 h. 189-190.
5
B. Identifikasi Masalah
Mengingat pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah
yang berhubungan dengan pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, diantaranya yaitu:
1. Pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam membangkitkan
semangat belajar siswa.
2. Pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam mengembangkan
potensi siswa.
3. Pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah Penelitian
Karena keterbatasan penelitian dalam hal waktu, tenaga, dan biaya serta
untuk menjaga agar penelitian lebih terarah dan fokus, maka diperlukan adanya
pembatasan masalah. Dengan demikian, maka penelitian ini dibatasi pada masalah
“Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan di atas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah Kreativitas Guru
Pendidikan Agama Islam berpengaruh positif Terhadap Peningkatan Prestasi
Belajar Siswa di SMP PGRI 1 Ciputat.
6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui apakah guru Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI
1Ciputat kreatif dalam mengajar.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mendukung dan
menghambat kreativitas guru dalam mengajar.
3. Apakah kreativitas guru dalam mengajar membuat siswa semangat
dalam belajar.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kreativitas guru
Pendidikan Agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di
SMP PGRI 1 Ciputat.
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan
akademik pada umumnya. Terutama peningkatan pembelajaran.
2. Bagi para guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam proses pembelajaran agar dapat berlangsung dengan
baik dan tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai.
3. Sedangkan bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini bermanfaat untuk
menambah wawasan tentang metode pembelajaran atau cara yang tepat
digunakan dalam menunjang proses pembelajaran.
BAB II
Landasan Teori
A. Kreativitas Guru
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti "Orang yang kerjanya
mengajar".1 Dalam bahasa Inggris dijumpai kata teacher yang berarti
"pengajar".2 Selain itu terdapat kata tutor yang berarti guru pribadi yang mengajar
di rumah, mengajar ekstrakurikuler, memberi les tambahan pelajaran, educator,
pendidik, ahli didik, lecturer, pemberi kuliah, penceramah.
Dalam bahasa Arab istilah yang mengacu kepada kepentingan guru lebih
banyak lagi seperti al-alim (jamaknya ulama) atau al-mua’lim yang berarti orang
yang mengetahui dan banyak yang digunakan para ulama/ahli pendidikan untuk
menunjuk pada arti orang yang mengajar atau orang yang memberi pelajaran.3
Kata berikutnya yang dekat dengan istilah guru atau pendidik adalah istilah
murabbi yang dapat dipahami dari do’a seorang anak kepada kedua orang tuanya
yang telah mendidiknya sewaktu kecil. Kata murabbi secara eksplisit tidak
dijumpai dalam al-Quran. Yang ada dalam al-Quran adalah kata rabbaya.4
Terdapat dalam firman Allah:
☺
☺
☺ ⌧ ☺⌧
1 Amier Dain Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h.333. 2 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1982), h.581. 3 Abuddin Nata, Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. ke-1 h. 41-42. 4 Abuddin Nata,…..h.46-47.
7
8
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa’24)5
Pendidikan agama Islam menurut Ahmad Marimba yaitu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum- hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran- ukuran Islam.6
Menurut Alisuf Sabri, pendidikan agama Islam (PAI) adalah “sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional.”7
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dalam Bab I pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan Guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.8
Dari definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam adalah seseorang yang melakukan bimbingan jasmani dan rohani secara sadar berdasarkan hukum- hukum Islam untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami dan menghayati serta mengamalkan ajaran agama Islam.
Tugas Guru Pendidikan Agama Islam adalah:
a. Guru sebagai pribadi
Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu.
Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri atas
aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Seluruh aspek
kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu kesatuan yang utuh, yang
memiliki ciri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri individu terbentuk
sepanjang perkembangan hidupnya, yang merupakan hasil perpaduan dari ciri-ciri
5 Depag RI, Al-Quran dan Terjemah…..h.387. 6 Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al- Ma’arif,
1989), Cet. Ke- 8, h. 23. 7 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: UIN Pers, 2005), Cet. Ke- 1, h. 111. 8 Direktoat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI tahun 2006, Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: 2006) h.83.
9
dan kemampuan bawaan dengan perolehan dari lingkungan dan pengalaman
hidupnya.
b. Guru sebagai pendidik dan pengajar
Guru mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua
peran tersebut bisa dilihat perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas
utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara
psikologis, sosial dan moral. Dewasa secara psikologis berarti individu telah bisa
berdiri sendiri, tidak tergantung kepada orang lain, juga telah mampu bertanggung
jawab atas segala perbuatannya, mampu bersikap objektif. Dewasa secara sosial
berarti telah mampu menjalin hubungan sosial dan kerja sama dengan orang
dewasa lainnya, telah mampu melaksanakan peran-peran sosial. Dewasa secara
moral, yaitu telah memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya, ia
pegang teguh dan mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi
pegangannya.9
Guru (pendidik) adalah: individu yang mampu melaksanakan tindakan
mendidik dalam satu situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.10
Menurut Langeveld Guru (pendidik) adalah: orang yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan dan kedewasaan seorang anak.11
Ny. Roestiyah mendefinisikan bahwa guru (pendidik) adalah: bukan hanya
sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya didepan kelas tetapi
merupakan seorang tenaga professional yang dapat menjadikan siswa mampu
merencanakan, menganalisa, menyimpulkan masalah-masalah yang dihadapi.12
Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan
intelektual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan
pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan.
9 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007) cet. ke-4 h.251-252. 10 Jalaluddin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Prana, 1997), h. 122. 11 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press,2005), h.10. 12 Roestiyah N.K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.177
10
c. Guru sebagai pembimbing
Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama
tentang para siswanya, memahami segala potensi dan kelemahamannya, masalah
dan kesulitan-kesulitannya, dengan segala latar belakangnya. Agar tercapai
kondisi seperti itu, guru perlu banyak mendekati siswa, membina hubungan yang
lebih dekat dan akrab, melakukan pengamatan dari dekat serta mengadakan
dialog-dialog secara langsung.13
2. Kedudukan Guru
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dalam Bab II pasal 2 ayat (1) Guru mempunyai kedudukan
sebagai tenaga professional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Ayat (2) pengakuan kedudukan guru
sebagai tenaga professional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan
dengan sertifikat pendidik. Pasal 4 kedudukan guru sebagai tenaga professional
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.14
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar masih tetap memegang
peranan yang penting. Peranan penting guru dalam proses belajar mengajar belum
dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder, ataupun oleh komputer yang
paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap,
sistem nilai, perasaan, motivasi kebebasan dan lain-lain yang diharapkan
merupakan hasil dari proses pengajaran yang tidak dapat dicapai melalui alat-alat
tersebut. Disinilah manusia dalam hal ini guru lebih unggul dalam mencetak
generasi penerus yang berwawasan luas serta berbudi pekerti mulia dari pada alat-
13 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, h.253-254. 14 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depaertemen Agama RI tahun 2006, Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: 2006), h.86.
11
alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah
kehidupan.15
3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun diluar
dinas, dalam bentuk pengabdian. Uzer Usman dalam bukunya menjadi guru
professional mengelompokan tiga jenis tugas guru, yaitu tugas dalam bidang
profesi, tugas kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.
Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, melatih,
mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan melatih adalah mengembangkan keterampilan-keterampilan pada
siswa. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua. Dia harus mampu menarik simpati para
muridnya sehingga dia menjadi idola para siswanya. Tugas guru dalam bidang
masyarakat karena masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih
terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat
dapat memperoleh ilmu pengetahuan.16
Tanggung jawab guru tidak hanya sebatas di lingkungan sekolah tetapi
juga di luar sekolah. Dalam hal ini mau tidak mau guru harus memperhatikan
sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik. Karena dalam kenyataannya tugas
seorang guru dapat dikatakan sempurna disamping mengajar ilmu, ia pun turut
menanamkan pada batin siswanya segala sesuatu aturan yang baik serta nilai-nilai
kehidupan yang pantas menurut pandangan umum, yang didalamnya tentu saja
menyangkut tata krama, sopan santun, wibawa, martabat dan faktor-faktor
kepribadian primer lainnya, yang tentu saja masih ada hubungan dengan
pelajaran.
15 Abudin Nata, Filsafat pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana), h. 68. 16 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1998), h.5.
12
Jabatan guru mempunyai tanggung jawab seperti dokter, tugas seorang
dokter menolong orang sakit agar sembuh kalau tidak ditolong akan mati. Guru
pun pekerjaannya menolong anak bodoh menjadi pandai, anak yang nakal menjadi
tidak nakal, dan anak yang malas menjadi tidak malas.17
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas dan tanggung jawab
guru tidak hanya sebagai pendidik, mengajar dan melatih tapi guru juga
mempunyai tanggung jawab seperti dokter, tugas dokter menolong orang sakit
menjadi sembuh sedangkan guru membantu anak dari yang tidak bisa membaca
dan menulis sampai bisa membaca dan menulis, membimbing siswa yang nakal
menjadi tidak nakal, memotivasi siswa yang malas menjadi rajin belajar.
4. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam
Yang dimaksud kompetensi guru adalah kemampuan melaksanakan
sesuatu yang diperoleh dari pendidikan dan latihan. Adapun kompetensi guru
merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban
secara bertanggung jawab dan layak.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dalam Bab IV pasal 10 ayat (1) kompetensi guru sebagaimana
dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.18
Agar tujuan pendidikan dapat tercapai, maka guru harus meningkatkan
kompetensinya. Diantara kriteria-kriteria kompetensi yang harus dimiliki guru
meliputi kompetensi kognitif (bidang intelektual), kompetensi afektif (bidang
sikap), dan kompetensi psikomotorik (perilaku/performance).
Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual seperti
penjelasan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan
tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas,
17 Roestiyah N.K, Didatik Metodik, (Jakarta: Bina Aksara 1986), h.31. 18 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depaertemen Agama RI tahun 2006, Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: 2006), h.88.
13
pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa serta pengetahuan umum
lainnya. Kompetensi bidang afektif, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap
berbagai hal yang berkaitan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap
menghargai pekerjaan, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata
pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap teman seprofesi, memiliki
kemampuan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.
Kompetensi perilaku atau performance, artinya kemampuan guru dalam
berbagai keterampilan atau perilaku, seperti keterampilan mengajar, membimbing,
menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, dan lain-lain.19 Dari uraian di atas
maka seorang guru dalam mengajar harus memiliki ketiga kompetensi tersebut,
dengan memiliki ketiga kompetensi maka seorang guru akan memiliki kreativitas
yang tinggi dalam mengajar.
5. Pengertian Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam
Akhir-akhir ini baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam tulisan populer
selalu ditekankan perlunya perangsang kreativitas sejak kecil sampai dewasa
melalui pendidikan formal maupun non formal, baik di sekolah, dalam keluarga,
maupun di dalam masyarakat.
Apa sebetulnya kreativitas? kata kreativitas dapat diartikan melalui dua
segi, yaitu secara etimologi dan terminologi. Dalam tinjauan etimologi, kreativitas
berasal dari bahasa Inggris yaitu “to create” yang artinya “mencipta” turunan kata
sifatnya adalah “creative”. Dalam kamus bahasa Indonesia adalah memiliki daya
cipta: memiliki kemampuan untuk mencipta.20 Di dalam al-Quran ada disebut
empat sifat Allah sebagai maha pencipta yaitu al-Khaliq, al-Khallaq, al-Badi’, dan
al-Musawwir. Seperti berturut-turut digambarkan dalam ayat-ayat berikut:
⌧ ⌧
19 Moh Uzer Usman, Op, cit, h. 14. 20 WJS. Purwanirata, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1979), h.46
14
“Itulah Tuhanmu, tiada Tuhan kecuali Dia, pencipta segala sesuatu. Dialah pengurus segala sesuatu”. (Q.S. Al-An’am; 102). Selanjutnya ayat:
☺
“Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? benar, dia berkuasa. dan dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Yaasiin 81).
Demikian juga ayat:
☺
⌧
⌧
“Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana dia mempunyai anak padahal dia tidak mempunyai isteri. dia menciptakan segala sesuatu; dan dia mengetahui segala sesuatu”. (Q.S. Al-an’am: 101).
Begitu juga ayat:
⌧
“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Ali-Imran:6).
Itulah empat gelar Tuhan sebagai pencipta, barang kali manusia berlaku
pada penciptaan bentuk ketiga, yaitu dalam hal penciptaan yang terus-menerus,
15
yakni merubah suatu bentuk ke bentuk lain, seperti halnya, mencipta rumah dari
kayu atau batu dan lain-lain.21
Sedangkan secara terminologi, kata kreativitas banyak diartikan oleh
beberapa ahli: Menurut George J. Seidel dalam The Crisis Of Creativity,
kreativitas adalah “kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-
kadang dengan cara yang ganjil, namun mengesankan, dan ini merupakan dasar
pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan
manapun”.22
Sedangkan David Campbell mengartikan kreativitas adalah kegiatan yang
mendatangkan hasil yang sifatnya:
a. Baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan.
b. Berguan (asefull): lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik/banyak.
c. Dapat dimengerti (understanble): hasil yang sama dapat dimengerti dan dibuat lain waktu.23
Mengupas arti kreativitas menurut Utami Munandar, “harus diakui bahwa
memang sukar untuk menentukan satu definisi yang operasional dari kreativitas,
karena kreativitas merupakan konsep majemuk dan multidimensional24 akan
tetapi, Utami yang berpendapat bahwa kreativitas sebagai salah satu ciri anak
berbakat mengemukan bahwa:
a. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data, infromasi, atau unsur-unsur yang ada.
b. Kreativitas (berpikir kreatif atau divergen) adalah kemampuan
berdasarkan data atau infromasi yang tersedia menemukan banyak
21 Hasan Langgulung, Kreativitas dan pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1991), cet ke-1, h. 45-47.
22 Julius Candra, Kreativitas Bagaimana Menanam, Membangun, dan Mengembangkan,
(Yogyakarta: Kanisius, 1994) cet ke-1, h.15. 23 David Campbell, disadur oleh A. M Mangunharjo, Mengembangkan Kreativitas,
(Yogyakarta: Kanisius, 1986) h. 11-12. 24 Utami Munandar, Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Gramedia,
1997), h.7.
16
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekananya pada
kuantitas, ketepatgunaan, dan keseragaman jawaban.
c. Secara personal kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan, (fleksibelitas), dan orisinalitas
dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,
memperkaya, memperinci) suatu gaagsan.25
Dari beberapa pengertian yang diberikan oleh para ahli, seperti yang telah
dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan
seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru, namun apa yang diciptakannya
itu tidak perlu sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan
dari suatu yang sudah ada sebelumnya atau dapat berupa gabungan (kombinasi)
berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, akan
tetapi hasilnya merupakan hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat
dibuat lain waktu.
6. Faktor-Faktor yang membentuk Kreativitas
Kreativitas seseorang dapat terwujud dimana saja dan oleh siapa saja, tidak
tergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi atau tingkat
pendidikan tertentu. Sesungguhnya bakat kreatif dimiliki oleh semua orang tanpa
pandang bulu dan yang lebih penting lagi ditinjau dari segi pendidikan bahwa
bakat kreatif itu dapat ditingkatkan, oleh karena itu perlu dipupuk sejak dini. Hal
ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
☺
☯
☺
⌧
25 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta:
Gramedia, 1999), cet. Ke-3, h. 47-50
17
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka".(Q.S. Al-Imran: 190-191)
Dalam ayat di atas diterangkan bahwa kebesaran Allah yang telah
diciptakan berupa langit dan bumi tidak untuk dinikmati saja tetapi juga
dipikirkan. Allah memberikan akal kepada manusia untuk dipergunakan
memikirkan tentang keindahan ciptaan-Nya. Dengan kata lain bahwa dalam diri
manusia sesungguhnya terdapat suatu potensi yang berupa akal. Bagaimana
potensi itu dapat dikembangkan maka tergantung pada manusia itu sendiri,
lingkugan, pendidikan yang diperolehnya. Memang harus diakui bahwa setiap
orang mempunyai bakat yang berbeda walaupun kreativitas merupakan potensi
positif yang dimiliki oleh banyak individu, namun kalau tidak dipupuk bakat
tersebut tidak akan berkembang bahkan bisa menjadi bakat yang terpendam yang
tidak dapat diwujudkan.
Tentu kita mengingingkan yang demikian, karena kita tahu kreativitas itu
penting bagi kelangsungan peradaban manusia kearah masa depan yang
prospektif. Sebab itu tidak banyak faktor yang perlu kita ketahui, yang dapat
berpengaruh dan membentuk kreativitas.
Menurut Utami Munandar yang dikutip oleh Fuad Nashori, faktor-faktor
yang mempengaruhi kreativitas terdiri atas aspek kognitif, dan aspek kepribadian.
Faktor kognitif (kemampuan berpikir) terdiri dari kecerdasan (intelegensi) dan
memperkaya bahan berpikir berupa pengalaman dan keterampilan. Faktor
kepribadian terdiri dari rasa ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat
mandiri, berani mengambil resiko dan asertif, tipe kepribadian.26
26 H. Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharan, Mengembangkan Kreativitas Dalam
Perspektif Psikologi Islami, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), cet. Ke-1, h 53-54.
18
Dalam pengembangan kreativitas, seseorang akan sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik faktor pendukung atau pun faktor penghambat. Faktor
tersebut bisa berasal dari dalam guru dan dapat pula berasal dari luar guru,
sebagaimana diungkapkan oleh Robert W. Olson.27
Faktor Penghambat:
Intern:
1) Adanya transfer kebiasaan 2) Takut gagal 3) Ketidak mampuaan mengenal masalah 4) Pendirian yang tidak tetap 5) Terlalu cepat berpuas diri Ekstern: 1) Waktu yang terbatas 2) Lingkungan 3) Kritik yang dilancarkan orang lain
Faktor Pendukung:
Intern:
1) Adanya motivasi untuk mengenal suatu masalah 2) Berani dan percaya diri 3) Adanya motivasi untuk selalu terbuka terhadap gagasan sendiri dan
orang lain Ekstern: 1) Adanya dukungan dari lingkungan 2) Materi yang cukup 3) Waktu luang 4) Adanya kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan.
Pada dasarnya faktor-faktor penghambat tersebut dapat dihindari dan
faktor-faktor pendukung dapat ditingkatkan dengan menciptakakn lingkungan
serta suasana yang dapat membantu meningkatkan kreativitas guru. Pertimbangan
27 Robert Olson, Seni Berfikir Kreatif, Sebuah Pedoman Praktis, alih Bahasa oleh
Alfonsus Samosir, (Jakarta: Erlangga, 1992), h.25-41.
19
ini didasarkan pada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa suasana kerja yang
mati hanya akan membunuh daya inovatif dan kreativitas guru. Kreativitas itu
penting dalam pendidikan, karena mengemukakan empat alasan.
1) Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan
perwujudan dirinya, dan perwujudan diri termasuk salah satu
kebutuhan pokok dalam hidup manusia.
2) Kreativitas merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah.
3) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi juga
memberikan kepuasaan kepada individu.
4) Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas
hidupnya.28
Kreativitas merupakan suatu potensi yang dimiliki setiap orang tidak
bergantung pada usia, jenis kelamin, dan kedudukan hidup seseorang. Namun
yang terpenting adalah bakat kreatif itu dipupuk dan dikembangkan sejak dini.
Dalam upaya pengembangan kreativitas, dan menjaga usaha agar
pengembangan itu berjalan lancar. Maka perlu diperhatikan komponen-
komponen untuk membangun kretivitas dan cara untuk mengembangkan
kretivitas.
1) Komponen-komponen membangun kreativitas
a) Kraetivitas memerlukan kesehatan jasmani dan rohani.
b) Kreativitas memerlukan pertumbuhan pribadi yang seimbang
antara jasmani dan rohani.
c) Kreativitas memerlukan kemerdekaan berpikir dan bekerja.
d) Keadaan atau trauma batin akan tercermin dari penampilan dan
tutur kata yang diucapkan seseorang.
2) Cara-cara mengembangkan kreativitas
a) Kreativitas memerlukan informasi pengetahuan sebagai bahan
untuk berpikir, maksudnya segala macam informasi khusus atau
28 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi
Orang Tua, (Jakarta: PT. Gramedia, 1999), Cet ke-3, h. 45-46.
20
umum, informasi yang khusus tentang sesuatu akan memberikan
informasi peluang yang bervariasi.
b) Produktifitas yang diperoleh dengan menggarap kreativitas tidak
langsung membawa atau menghasilkan produk akhir, justru dapat
menghasilkan atau mencetuskan ide dan resep untuk bekerja.
c) Kreasi yang memberi peluang yang bervariasi juga menawarkan
pilihan yang bervariasi, sehingga kelak terdapat banyak pilihan.29
Dari pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa apabila seseorang ingin
membangun kreativitas harus memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani. Jika
jasmani seseorang itu sehat ia dapat mewujudkan ide dan gagasan yang
dihasilkan. Kesehatan rohani merupakan kesehatan yang menghasilkan ide atau
gagasan yang dihasilkan. Kesehatan rohani merupakan kesehatan yang
menghasilkan ide atau gagasan-gagasan tersebut.
7. Ciri-ciri Guru yang Kreatif
Halman (1967), berpendapat bahwa pendekatan pengajaran guru kreatif
dapat dilakukan dengan memperhatikan saran-saran sebagai berikut:
1). Guru yang kreatif memperlakukan proses belajar mengajar dengan
memprakarsai belajar sendiri (self-initialed learning) pada sebagian
siswa. Prinsip yang dipandang baik dalam proses belajar mengajar
dilaksanakan, tetapi semua itu dilakukan dalam rangka menginduksi
respon yang kreatif dari siswa, seperti melakukan aktifitas untuk
mendorong siswa untuk menyelidiki sendiri, melaksanakan
eksperimen dan mengambil kesimpulan sementara terhadap
eksperimen yang dilakukan tersebut.
2). Guru yang kreatif menciptakan lingkungan belajar yang tidak otoriter,
kondisi yang bebas memberikan fasilitas kepada siswa untuk
berkreatif, jenis kebebasan yang diperlakukan agar siswa menjadi
29 Samuel MP, Mari Mempertinggi Kreativitas, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1987), h.
161-162.
21
kreatif adalah kebebasan yang berkenaan dengan psikologi, simbolik,
dan kebebasan untuk mengungkapkan pengalaman secara spontan.
3). Guru yang kreatif mendorong siswa belajar lebih banyak (Over Learn)
untuk memperkaya mereka dengan informasi, mengimajinasikan, dan
memberi makna dari informasi itu. Siswa harus dapat menerima
kenyataan bahwa dalam proses belajar mengajar seperti ini mereka
harus memiliki disiplin keras kepada diri mereka sendiri.
4). Guru yang kreatif mendorong proses berfikir kreatif siswa. Dia
memberikan rangsangan kepada siswa untuk mencari hubungan-
hubungan yang baru antar data, mengimajinasikannya, mencari
pemecahan-pemecahan masalah yang sedang dihadapi, membuat
perkiraan secara cepat. Menemukan ide-ide sampingan untuk
membentuk ide-ide baru. Dia mendorong siswa untuk
mengungkapkan hubungan-hubungan yang tidak mungkin antara
elemen-elemen, dalam rangka menemukan suatu teori yang tidak
masuk akal atau meyimpang dari yang biasa.
5). Guru yang kreatif dapat menunda keputusan. Dia tidak menutup
kemungkinan diadakannya penyelidikan dan mengumumkan hasil
penyelidikan tersebut. Dia menunda untuk mengakhiri penyelesaian
pokok persoalan. Dia memelihara fleksibilitas kesimpulan dari sebuah
hasil penyelidikan.
6). Guru yang kreatif mempromosikan fleksibilitas intelektual (promote
intellectual flexibility) diantara siswa. Dia mendorong siswa untuk
mengangkat posisi observasi yang mereka lakukan untuk
memvariasikan pendekatan menuju masalah-masalah yang akan
dipecahkan.
7). Guru yang kreatif mendorong individu untuk mengevaluasi sendiri
kemajuan hasil belajarnya (encourages self-evaluation).
8). Guru yang kreatif menolong siswa untuk menjadi orang yang lebih
sensitif terhadap suasana hati dan perasaan orang lain, terhadap semua
stimulus (rangsangan) yang datangnya dari luar, terhadap masalah
22
yang bersifat sosial dan yang bersifat pribadi, masalah umum, bahkan
terhadap masalah sehari-hari.
9). Guru yang kreatif mengetahui bagaimana mengungkapkan pertanyaan,
tetapi pertanyaan tersebut harus bersifat operasional dan terbuka
(Open-Ended), bermakna bagi siswa, serta jawabannya bukan bersifat
fakta. Pertanyaan operasional bertitik pangkal kepada usaha yang
kreatif dari siwa untuk memecahkan jawaban dari pertanyaan tersebut.
10). Guru yang kreatif membantu siswa dalam menanggulangi frustasi dan
kegagalan. Perhatian orang yang kreatif berbeda dengan perhatian
orang yang kurang kreatif terhadap kesanggupan mereka untuk
menerima dan menyesuaikan diri mereka pada sesuatu ketidak
pastian.
11). Guru yang kreatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memanipulasi materi, ide-ide, konsep-konsep, alat-alat, dan struktur-
struktur, keahlian adalah suatu unsur yang diperlukan dalam
kreativitas yang bersifat pribadi, bila hal itu berhubungan dengan
keahlian menggunakan kata-kata seperti bersajak atau mengarang,
menggunakan warna seperti menggambar, menggunakan nada seperti
dalam bernyanyi, dan menggunakan kayu seperti pertukangan.
12). Guru yang kreatif mendorong siswa untuk melihat masalah secara
keseluruhan. Melihat suatu masalah secara keseluruhan lebih baik dari
pada melihat suatu masalah sepotong-sepotong.
Parnes (1972) mengungkapkan bahwa kemampuan kreativitas didapatkan
dengan masalah yang mengacu kepada lima macam perilaku kreatif yaitu:
1). Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide-ide yang
serupa untuk memecahkan suatu maalah.
2). Fleksibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk memproduksi
sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang
bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang
berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda,
23
mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu
menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara berfikir.
3). Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon atau
tanggapan yang unik atau luar biasa.
4). Elaboratio (keterperincian), yaitu kemampuan dalam mengembangkan
gagasan dan menambahkan, memperinci detil-detil dari suatu objek,
gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
5). Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan
masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.30
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa, disamping mampu
mengajar, semua guru tentu saja diharapkan untuk mampu membangkitkan
kreativitas siswa sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang kreatif,
menstimulus siswa memotivasi, mendorong siswa untuk dapat mengevaluasi
sendiri kemajuannya, dan yang lebih utama tersebut memiliki perilaku kreatif
seperti kelancaran, keluwesan, keaslian, keterperincian dan kepekaan terhadap
suatu masalah.
B. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “Prestasi: hasil yang telah
dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya.”31 Bila diartikan secara bahasa,
“kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa
Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.”32 Sedangkan menurut Nana
Sudjana, “prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau
30 Fuad Nashori dan Rachma Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam
Perspektif Psikologi Islam, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002), h. 44. 31 Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Abditama, 2001)
cet ke.1, h. 330. 32 Zaenal Arifin, Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur , (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 1990) h.2.
24
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan
dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru”.33
Prestasi siswa tidak bisa diukur hanya dengan melihat hasil dari ujian
semester. Karena prestasi juga ditentukan oleh faktor lain, menurut Neni Zikri
Iska “prestasi adalah tolok ukur belajar yang problematik”34 maksudnya ialah
bahwa prestasi bergantung pada banyak faktor disamping faktor belajar, perasaan,
kelelahan dan motivasi.
Prestasi belajar bukanlah sesuatu yang hanya dinilai pada ranah kognitif,
afektif dan psikomotor, keseluruhan pencapaian hasil belajar merupakan cerminan
proses seseorang, tidak hanya pada aspek penggetahuan terhadap materi tertentu
tetapi juga perilaku dan sikap yang ditunjukan lewat pergaulan dan interaksi
seseorang baik secara formal di sekolah maupun secara informal di luar sekolah.
Di sekolah, siswa dibebankan sejumlah materi pelajaran yang harus
dipelajari dalam waktu tertentu, diakhir waktu yang telah ditentukan akan
dilaksanakan evaluasi belajar yang diselenggarakan oleh sekolah dalam bentuk
ulangan semester dan ujian nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Ulangan semester merupakan gambaran dari hasil belajar dan hasil mengajar guru
dalam satu semester, biasanya hasil belajar itu ditunjukan dalam bentuk nilai
angka maupun huruf dan dibukukan yang disebut raport.
Raport merupakan hasil evaliuasi belajar siswa yang disajikan untuk
melihat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan,
meskipun raport tidak mewakili secara keseluruhan prestasi sesungguhnya yang
telah dicapai oleh siswa, karena biasanya guru tidak bisa memperhatikan siswa
secara individual dari sisi perkembangan kognitif, afektif dan psikomotornya,
penilaian guru sering bersifat subjektif dan tidak memenuhi keseluruhan indikator
prestasi yang telah ditetapkan. Karena perubahan belajar sering kali tidak bisa
33 Nana sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1992) cet ke-4, h.22. 34 Neni Zikri Iska, Psikologi Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brothers,
2006) cet ke-1, h. 85.
25
diraba, yang bisa dilakukan hanyalah melihat pencapaian indikator secara umum
atau pada ranah yang ingin dinilai.
2. Pengertian Belajar
Menurut kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ”Belajar: berusaha, berlatih,
untuk mendapat pengetahuan”.35 Sedangkan menurut kamus psikologi, “Belajar:
1. Perolehan dari sebarang perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku,
sebagai hasil dari praktek atau hasil pengalaman. 2. Proses mendapatkan reaksi-
reaksi sebagai hasil dari praktek dan latihan khusus”.36 Beberapa definisi belajar
adalah ”Belajar atau yang disebut juga dengan learning adalah perubahan tingkah
laku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman”.37 Sedangkan menurut James
O. Whittaker, “Learning may be defined as a process by which behavior
originates or is altered through training or experience.”(belajar dapat di
definisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan dan pengalaman).38 Senada dengan definisi di atas adalah yang
dikemukakan oleh Arthur T Jersid bahwa “belajar adalah perubahan tingkah laku
karena pengalaman dan latihan.”39 Sedangkan menurut Muhibbin Syah, ”secara
umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
inidividu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.40
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang
didapatkan oleh seseorang.
3. Indikator Prestasi Belajar
35Dessy Anwar,….,,h..85. 36 J.P Chaplin, kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Utama, 2002), h. 37 Neni Zikri Iska…,,h.76. 38 M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya 1996), cet.2. h. 55. 39 Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara, 1993), h.98. 40 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-
3, h.68.
26
Tabel 1
Indikator Prestasi
Ranah/Jenis prestasi Indikator Cara evaluasi
a. Ranah Cipta
(Kognitif).
1. Pengamatan.
2. Ingatan.
3. Pemahaman.
4. Penerapan.
5. Analisis
1. Dapat menunjukan
2. Dapat
membandingkan.
3. Dapat
menghubungkan.
1. Dapat
menyebutkan.
2. Dapat menunjukan
kembali.
1. Dapat menjelaskan
2. Dapat
mendefinisikan
dengan lisan
sendiri
Dapat
memberikan
contoh.
1. Dapat
menggunakan
secara tepat.
1. Dapat
1. Tes Lisan.
2. Tes Tertulis.
3. Observbasi.
1. Tes Lisan.
2. Tes Tertulis.
3. Observasi.
1. Tes Lisan.
2. Tes Tertulis.
1. Tes Tertulis.
2. Pemberian
Tugas.
3. Observasi.
1. Tes Tertulis.
27
(Pemeriksaan dan pemilihan secara teliti).
6. Sintesis (Membuat
paduan baru dan
utuh).
b. Ranah Rasa
(Afektif).
1. Penerimaan.
2. Sambutan.
3. Apresiasi (sikap
menghargai).
menguraikan.
2. Dapat
mengklasifikasika
n.
1. Dapat
menghubungkan.
2. Dapat
menyimpulkan.
3. Dapat
menggeneralisasik
an (membuat
prinsip umum).
1. Menunjukan sikap
menerima.
2. Menunjukan sikap
menolak.
1. Kesediaan
berpartisipasi/terli
bat.
2. Kesediaan
memanfaatkan.
1. Menanggap
penting dan
bermanfaat.
2. Pemberian
Tugas.
1. Tes Tertulis.
2. Pemberian
Tugas.
1. Tes Tertulis.
2. Tes Skala Sikap
3. Observasi.
1. Tes Skala Sikap
2. Pemberian
Tugas.
3. Observasi.
1. Tes Skala
Penilaian sikap
/sikap.
28
4. Internalisasi
(pendalaman).
5. Karakteristik
(penghayatan).
c. Ranah Karsa
(Psikomotor)
1. Keterampilan
bergerak dan
bertindak.
2. Kecakapan
ekspresi verbal
2. Menganggap
indah dan
harmonis
3. Mengagumi.
1. mengakui dan
menyakini.
2. Mengingkari.
1. melembagakan
atau meniadakan.
2. menjelmakan
dalam pribadi dan
perilaku
sehari-hari.
1. mengkoordinasika
n gerak mata,
tangan, kaki dan
anggota tubuh
lainnya.
1. Mengucapkan.
2. membuat mimik
2. Pemberian
Tugas.
3. Observasi.
1. Tes Skala Sikap
2. Pemberian
Tugas ekspresif
(yang
menyatakan
sikap) dan
proyektif (yang
menyatakan
pikiran/ramala).
1. Pemberian
Tugas ekspresip
dan proyektif.
2. Observasi.
1. Observasi.
2. Tes Tindakan.
1. Tes Lisan.
2. Observasi.
29
dan non verbal. dan gerak jasmani 3. Tes Tindakan.
4. Ciri-ciri dan kriteria kegiatan Belajar
Berdasarkan pengertian atau definisi-definisi belajar yang telah diuraikan
di atas, maka belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri
kegiatannya sebagai berikut:
a. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri
individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual
maupun potensial.
b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).
Dengan demikian ciri-ciri yang menunjukan bahwa seseorang melakukan
kegitan belajar dapat ditandai dengan adanya:
a. Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial. Aktual berarti
perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata
dapat dilihat seperti: hasil belajar keterampilan motorik (psikomotor),
dan juga hasil belajar kognitif seperti pengetahuan fakta/ingatan,
pemahaman dan aplikasi.
b. Sedangkan perubahan yang potensial berarti perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar tidak dapat dilihat perubahannya secara nyata,
perubahan hanya dapat dirasakan oleh yang belajar saja, seperti hasil
belajar: afektif (penghargaan, keyakinan, dan sebagainya) juga hasil
belajar kognitif tinggi pengetahuan/kemampuan analisis, sintesis dan
evaluasi.
c. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar di atas bagi individu
merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif, afektif, atau
psikomotor, yaitu sebagai kemampuan yang betul-betul baru diperoleh
30
atau sebagai kemampuan hasil perbaikan/peningkatan dari
kemampuan sebelumnya.
d. Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang
belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan,
merasakan, menghayati dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih,
menirukan).
Dalam kegiatan yang disebut belajar harus ada 4 kondisi yang fundamental
pada diri orang yang belajar, yaitu adanya:
1. Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari sesuatu.
2. Suatu perangsang atau isyarat tertentu sebagai signal/tanda atau bahan
atau materi yang akan dipelajari.
3. Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa
tindakan motorik, pengamatan, pemikiran, penghayatan atau
perubahan fisiologis.
4. Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai.41
Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa ciri- ciri dari kegiatan belajar
merupakan perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial bagi setiap individu
baik dalam bidang kognitif, afektif atau psikomotorik.
5. Teori –Teori Belajar
Teori ialah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli. Pendapat ahli
yang bersifat teoritis itu biasanya berisi “konsep” (pengertian/definisi) dan
“prinsip” (aplikasi konsep/cara-cara pelaksanaan konsep tersebut).
Teori-teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi itu dapat
dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu: teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya;
Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Assosiasi; Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa
Gestalt.
6. Macam-Macam Teori Belajar
41 M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.2.h…56-58.
31
a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Menurut teori ini jiwa manusia itu terdiri dari berbagai daya dimana
masing-masing daya itu mempunyai fungsinya sendiri. Daya jiwa tersebut adalah:
daya ingatan, daya berpikir, daya fantasi dan lain-lain sebagainya.
Belajar menurut teori ini ialah dengan mengasah/melatih daya-daya itu agar
berfungsi secara tajam. Sebab menurut pendapat teori ini, apabila fungsi daya itu
sudah tajam, maka daya jiwa itu dapat digunakan untuk apa saja dalam hidup ini.
Dengan demikian tujuan belajar menurut teori Ilmu Jiwa daya ini bukan
untuk menguasai materi pengetahuan yang diajarkan tetapi untuk membentuk
kemampuan daya jiwa agar dapat berfungsi secara tajam, atau disebut dengan
tujuan pembentukan formil.
b. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Assosiasi
Ilmu jiwa assosiasi berpendirian bahwa keseluruhan itu merupakan
perjumlahan dari bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Teori-teori belajar
berdasarkan ilmu jiwa ini tampaknya lebih menekankan kepada segi hubungan
yang erat antara stimulus dan respon
Menurut teori Ilmu Jiwa Assosiasi, belajar itu diartikan dengan
memperkuat hubungan stimulus dengan respon; atau teori ini digambarkan dengan
rumus: S – R = Bond.
Dalam aliran ini dikenal dua macam teori yaitu: Teori Connectionisme (Thordike)
dan teori Conditioning. Dan teori conditioning ada tiga macam, yakni: Teori
Classical Conditioning dari Pavlov; Teori Operant Conditioning dari Skinner dan
Teori Conditioning dari Guthrie.
1). Teori Connectionisme
Menurut teori ini, belajar adalah penguatan hubungan stimulus (S) dengan
respon (R).
Untuk memperkuat hubungan stimulus-respon, Throndike mengemukakan
beberapa hokum atau ketentuan; yaitu:
32
a). Law of Effect
Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila disertai dengan
perasaan senang atau puas.
b). Law Exercise atau Law of Use and Dissue
Hubungan stimulus-respon bertambah kuat apabila sering digunakan dan
akan berkurang erat atau lenyap jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh
karena itu untuk memperkuat hubungan stimulus-respon harus dilakukan banyak
latihan ulangan, dan pembiasaan.
c). Law of Multiple Respon
Dalam menghadapi sesuatu yang problematis dimana belum jelas
diketahui respon yang tepat maka individu akan mengadakan “Trial and Error”,
yaitu mengadakan bermacam-macam percobaan yang tidak berhasil tetapi lama
kelamaan akhirnya mungkin dapat memberikan hasil baik.
d). Law of Assimilation atau Law of Analogy
Seseorang dapat menyesuaikan diri atau memberikan respon terhadap
situasi yang baru dengan menyesuaikan menganalogikannya dengan apa yang
sudah dialami/diketahui.
e). Law of Readines
Hubungan stimulus dengan respon akan bertambah kuat apabila didukung
oleh adanya kesiapan untuk betindak atau bereaksi sehingga respon atau reaksinya
semakin mantap.42
2). Teori Conditioning
a). Teori Conditioning Pavlop dan Watson (Classical Conditioning)
Pavlop menegaskan bahwa belajar pada manusia secara umum ditafsirkan
sebagai perolehan ide, persepsi, relasi logika, dan seterusnya, yang kesemuanya
sangat mentalistik dan tidak ilmiah. Pavlop mengembangkan konsep refleks agar
tidak hanya mencakup respon yang tidak dipelajari dan ditentukan secara genetik
42 M.Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, ( Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.2.h…62-65.
33
tetapi juga reaksi yang dipelajari. Dengan demikian, belajar menurut Pavlop dan
Watson adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan-hubungan
antara stimulus dan respon.
b). Teori Conditioning dari Skinner (Operant Conditioning)
Teori pengkondisian peran ini digagas dan dikembangkan oleh B.F.
Skinner (1904-1906). Dalam bukunya yang berjudul About Behaviorism, yang
diterbitkan pada tahun 1974, ia mengemukakan bahwa tingkah laku dibentuk oleh
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.
Teori B.F. Skinner mirip dengan teori trial and error learning dari
Thorndike. Menurut B.F. Skinner tingakah laku belajar selalu melibatkan
penguatan, sedangakan menurut Thorndike selalu melibatkan kepuasan. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa teori S-R Bond maupun dalam teori Operant
Conditioniong langsung atau tidak, mengakui law of effect.43
c). Teori conditioning dari Guthrie
Menurut Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan
rangkaian unit-unit tingkah laku. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respon-
respon dari stimulus sebelumnya dan setiap unit itu merupakan stimulus yang
kemudian menimbulkan respon bagi unit tingkah laku yang berikutnya.
Demikianlah seterusnya sehingga terjadi rangkaian/rentetan unit tingkah laku
yang terus menerus.
Jadi proses terbentuknya rentetan/rangkaian tingkah laku tersebut menurut
Guthrie terjadi dengan conditioning melalui proses assosiasi, dank arena sering
diulang-ulang berkali-kali maka assosiasi antara unit tingkah laku yang satu
dengan unit tingkah laku lainnya menjadi semakin kuat. Prinsip belajar untuk
pembentukan tingkah laku seperti ini oleh Guthrie disebut “law of association”.
c. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Teori ini sering disebut Organism Psychology atau Field Psychology atau
Insight Full Learning.
43 Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2005), cet.1.h..67-69.
34
Teori ini berpendirian bahwa keseluruhan itu lebih penting dari bagian-
bagian/unsur-unsur. Dan bahwa manusia itu adalah organisme yang aktif berusaha
mencapai tujuan, bahwa individu itu bertindak atas berbagai pengaruh baik dari
dalam maupun dari luar diri individu.
Oleh karena itu menurut teori Ilmu Jiwa Gestalt belajar itu bukan hanya
sekedar proses assosiasi antara stimulus dengan respon yang diperkuat dengan
koneksi-koneksi atau conditioning dengan melalui latihan-latihan atau ulangan-
ulangan, akan tetapi menurut teori ini belajar itu terjadi jika ada pemahaman
(insight).
7. Aplikasi Teori Belajar Dalam Pendidikan
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang sengaja didirikan oleh
pemerintah atau masyarakat untuk mempersiapkan anggota masyarakat atau
warga Negara yang sesuai dengan tujuan masyarakat atau negara. Jadi sekolah
bertanggung jawab untuk mendidik dan mengajar anak didik sebagai calon
anggota masyarakat/warga Negara yang berkualitas yang memiliki bekal
kemampuan, pengetahuan dan sikap yang memadai yang diperlukan oleh
masyarakat dan Negara.
Oleh karena itu maka sebaiknya ketiga jenis teori belajar tersebut
dimanfaatkan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa agar tujuan
pendidikan sekolah tercapai dengan baik. Yaitu, teori belajar Ilmu Jiwa Daya
digunakan untuk membentuk kemampuan berpikir, mengingat dan sebagainya,
teori belajar Ilmu Jiwa Asossiasi dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan,
menanamkan sikap dan keterampilan, sedangakan teori Ilmu JIwa Gestalt
digunakan untuk pengembangan pengetahuan agar siswa memiliki pemahaman
dan penalaran serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.44
Dari teori belajar yang disebutkan diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa teori belajar adalah cara atau teknik yang digunakan dalam proses belajar
mengajar. Teori belajar menurut jiwa daya meliputi daya ingat, daya berfikir, dan
44 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional,( Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet.2.h…69-75.
35
daya fantasi. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi lebih menekankan kepada
segi hubungan yang erat antara stimulus dan respon. Sedangkan aplikasi teori
belajar dalam pendidikan adalah tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik
serta pengembangan pengetahuan agar siswa memiliki pemahaman dan penalaran
serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.
C. KERANGKA BERPIKIR
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas guru
pendidikan agama Islam adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan
sesuatu yang baru, namun apa yang diciptakannya itu tidak perlu sesuatu yang
baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan dari suatu yang sudah ada
sebelumnya atau dapat berupa gabungan (kombinasi) berdasarkan data, informasi
atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi hasilnya merupakan
hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat dibuat lain waktu.
Prestasi belajar adalah merupakan tingkat kemanusian siswa dalam
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses
belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan
sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai
atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Dengan demikian, jika kreativitas guru pendidikan agama Islam
berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, maka prestasi belajar siswa
akan meningkat.
D. HIPOTESIS
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, untuk menguji
penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru pendidikan
agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru
pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A . Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 1 Ciputat, adapun waktu
penelitiannya mulai pada bulan Agustus sampai bulan November 2009
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.1 adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
a. Independent variabel, yaitu variabel pengaruh kreativitas guru
pendidikan agama Islam di SMP PGRI 1 Ciputat, yang disimbolkan
dengan huruf (X).
b. Dependent variabel, yaitu variabel prestasi belajar siswa SMP PGRI 1
Ciputat, yang disimbolkan dengan huruf (Y).
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasi, yakni “melihat hubungan antara variabel- variabel yang diteliti. Metode
korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu variabel dengan
variabel yang lain” dan “bertujuan pula melihat hubungan antara dua gejala atau
lebih”. Metode ini diharapkan dapat menemukan pengaruh kreativitas guru
pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
Disamping itu, metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena, untuk
memperoleh data yang obyektif maka digunakan beberapa penelitian:
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rimeka
Cipta, 1996), Cet. Ke- 10, h.99
36
37
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku
yang relevansinya dengan masalah yang dibahas di dalam skripsi ini.
2. Penelitian Lapangan (Fiel Research) yaitu penelitian untuk memperoleh
data- data lapangan.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah batasan penelitian yang mesti ada dan ditemui dalam
setiap penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP
PGRI 1 Ciputat yang berjumlah 100 orang. Penelitan ini tidak meneliti
seluruh siswa, tapi hanya sebagian saja karena keterbatasan penelitian.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber
data. Sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampeling. Jadi
setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel, maka penelitian mengambil sampel sebanyak 33 orang.
E. Instumen
1. Instrument penelitian
Instrument penelitian yang penulis gunakan untuk memperoleh data yang
valid mengenai pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa adalah berbentuk angket.
Angket yang digunakan terdiri dari 15 butir soal (variable X) dan 15 butir
soal (variable Y) yang disebarkan kepada 33 siswa.
38
Tabel 2
Kisi-kisi Instrument Penelitian
No Variabel Dimensi Dimensi Variabel Indikator Jumlah
Item
No Item
1 Kreativitas
guru
pendidikan
agama
Islam
(variabel
X).
1a. kreativitas
memerlukan
kesehatan jasmani
dan rohani.
1b. kreativitas
memerlukan
pertumbuhan pribadi
yang seimbang
antara jasmani dan
rohani.
1c. kreativitas
memerlukan
kemerdekaan
berfikir dan bekerja.
1. Guru yang kreatif
memperlakukan
proses belajar
mengajar dengan
memprakarsai belajar
sendiri pada sebagian
siswa.
2. Guru yang kreatif
menciptakan
lingkungan belajar
yang tidak otoriter.
3. guru yang kreatif
mendorong siswa
belajar lebih banyak
(over learn).
1. guru dapat
menjalankan
tugasnya sebagai
pengajar dan
pendidik, dengan
mengajar secara
up to date sesuai
dengan
kebutuhan siswa.
2. guru yang
dalam mengajar
selalu
menggunakan
metode yang
dapat
memotivasi
siswa dalam
belajar.
3. guru bisa
meningkatkan
kualitas
mengajarnya.
5
5
4
9, 10,
17, 18,
24
6, 21, 23, 26, 28
4, 16, 25, 30
39
1d. keadaan atau
trauma batin akan
tercermin dari
penampilan dan tutur
kata yang diucapkan
seseorang.
4. guru yang kreatif
mendorong individu
untuk mengevaluasi
sendiri kemajuan
hasil belajarnya.
4. guru
memotivasi
siswa untuk
mempertahankan
prestasi
belajarnya.
5
2, 3, 5, 11, 22
2 Prestasi belajar siswa (Y).
2a. ranah kognitif
meliputi:
pengamatan,
ingatan,
pemahaman,
penerapan, analisis
dan sintesis.
2b. ranah afektif
meliputi:penerimaan
, sambutan, apresiasi
(sikap menghargai),
internalisasi
(pendalaman),
karakteristik
(penghayatan).
2c. ranah psiko
motorik meliputi:
keterampilan
bergerak dan
bertindak, kecakapan
ekpresi verbal dan
non verbal.
1. Perubahan
tingkah laku yang
aktual atau
potensial.
2. Perubahan
tingkah laku
sebagai hasil
belajar di atas
bagi individu
merupakan
kemampuan baru
3. Adanya usaha
atau aktifitas yang
sengaja dilakukan
oleh orang yang
belajar dengan
pengalaman.
1. siswa
memiliki
pengetahuan dan
pemahaman
yang baik.
2. siswa
memperoleh
nilai yang baik
atau bagus
(afektif)
3. siswa dapat
mempertahankan
prestasi
belajarnya.
5
3
3
1, 8, 13,
19, 27
7, 12, 20
14, 29,
15
40
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi sebagaimana lazimnya
yang dilakukan oleh para mahasiswa tarbiyah dalam membuat karya ilmiah, yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara lansung ke objek
penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena yang di selidiki. Teknik
ini dilakukan dengan cara mengamati lansung objek penelitian di lapangan
dan kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan prestasi
belajar siwa di SMP PGRI Ciputat.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dengan dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan
secara langsung informasi atau keterangan-keterangan untuk memperoleh
informasi yang objektif, penulis mengadakan wawancara dengan kepala
sekolah dan guru pendidikan agama Islam SMP PGRI 1 Ciputat untuk
melengkapi data-data yang di perlukan dan sebagai bahan analisa.
3. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis, yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Dalam hal ini adalah siswa-
siswi kelas VIII yang berjumlah 40 responden mengenai masalah yang
akan diteliti.
Adapun angket yang akan disebarkan untuk variabel kreativitas guru
pendidikan agama Islam dan prestasi hasil belajar siswa terdiri dari 30
item, yang tertera pada tebel berikut ini.
41
G. Teknik Analisis Data
Dalam pegelolaan data, penulis menggunakan cara sebagai berikut:
1. Editing yaitu meneliti kembali kelengkapan data yang telah diisi dan
dikembalikan oleh responden satu persatu dari nomor satu sampai terakhir.
2. Coding yaitu setelah data tersebut diedit, lalu penulis mengkode dan
mengkelompokkan data-data tersebut berdasarkan kategori pembahasan
sebagai berikut.
Tabel 3
Frekuensi
Alternatif Jawaban Skor
Positif Negatif
Selalu 4 1
Sering 3 2
Kadang- kadang 2 3
Tidak pernah 1 4
3. Tabulating yaitu memindahkan jawaban responden ke dalam blanko yang
telah tersusun secara rapih dan dirinci dalam bentuk tabel. Hal ini
dilakukan untuk memudahan penulis dalam mengelola data yang telah
diedit.
4. Prosentase
Untuk menganalisis setiap variabel digunakan teknik analisis secara
deskriptif dengan rumus prosentase, yaitu:
P = F/N X 100
Keterangan:
P = Prosentase yang dicari.
F = Frekuensi jawaban responden.
N= Jumlah responden (number of case).
42
Tabel 4
Skala Prosentase
No Prosentase Penafsiran
1 100% Seluruhnya
2 90%-99% Hampir seluruhnya
3 60%-89% Sebagian besar
4 51%-59% Lebih dari setengahnya
5 50% Setengahnya
6 40%-49% Hampir setengahnya
7 10%-39% Sebagian kecil
8 1%-9% Sedikit sekali
9 0% Tidak ada sama sekali
5. Korelasi
Untuk menganalisis hubungan antara variabel X (pengaruh kreativitas guru
pendidikan agama Islam) dengan variabel Y (prestasi belajar siswa)
digunakan tekhnik analisis korelasional dengan mencari angka indeks
korelasi “r” Product Moment antara variabel X dan Variabel Y (rxy)
dengan rumus:
rxy = ( )( )
( ) ( ) ]][[ 2222 YYNXXN
YXYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑
keterangan :
Rxy = angka indeks korelasi "r" produk moment
N = Number of cases (jumlah sampel keseluruhan)
∑xy = jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
∑x = jumlah seluruh skor x
∑y = jumlah seluruh skor y
43
Setelah diketahui hubungan dari dua variabel, langkah selanjutnya adalah
diadakan interpretasi data dengan dua cara yaitu:
a. Interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokkan hasil
perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment seperti
dibawah ini:
Tabel 5
Angka Indeks Korelasi “r”
Besarnya “r”
Product Moment
Interpretasi
0,00-0,20
0,20-0,40
0,40-0,70
0,70-0,90
0,90-1,00
Variabel X dan Y terdapat korelasi sangat lemah
Variabel X dan Y terdapat korelasi yang rendah
Variabel X dan Y terdapat korelasi yang sedang/ cukup
Variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat/ tinggi
Variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat/ sangat tinggi
b. Interpretasi nilai “r” Product Moment dengan rumus:
df=N-nr
keterangan: df = derajat bebas
N = banyak responden yang diteliti
nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan.
Setelah hasil dicocokkan dengan tabel koefisien korelasi “r” Product
Moment untek berbagai df, baik pada taraf signifikansi 1% ataupun pada taraf
siknifikansi5%.
Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar konstribusi
varibel X terhadap variabel Y dipergunakan rumus sebagai berikut:
KD = r kuadrat X 100%
Keterangan:
KD = koefisien determination (konstribusi variabel X terhadap variabel )
r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y.2
2 Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada 2005), hal
180-193.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang Objek Penelitian
Sejarah Berdiri
1. 1975 – 1979 Terdaftar
Pada tahun 1979 pendiri SMP PGRI 1 Ciputat mendapat izin dari Kantor
Wilayah DEPDIKBUD Jakarta Raya dengan nomor izin: 329/I/01-4/R-
4/79 tertanggal 29 maret 1979 (Terdaftar).
2. 1979 – 1986 Diakui
Pada tanggal 25 Februari 1986, SMP PGRI 1 Ciputat telah berstatus
“Diakui” dengan surat keputusan Dirjen Dikdasmen dengan nomor: B.02.
0075 tanggal 25 Februari 1986, dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS):
204020417055 dan Data sekolah nomor: B.040.52.002.
3. 1986 – 2004 Disamakan
Pada tahun 1992 status SMP PGRI 1 Ciputat berubah dari diakui menjadi
“DISAMAKAN” dengan Nomor: 876/I/ 1982 tertanggal 27 November
1992 dan diakreditasi ulang dengan status tetap disamakan pada tahun
1999 dengan Nomor: 16581a/I.02/Kep/1999.
4. 2004 – 2005 terakreditasi A
Pada November 2004 kembali diakreditasi ulang, dengan keputusan Badan
Akreditasi Sekolah (BAS) Daerah Kabupaten Tangerang Nomor:
008/BASDA/KAB-TNG/2004 tertanggal 29 Desember 2004, status sekolah
menjadi Terakreditasi A.
44
45
Tabel 6
Data Siswa dalam 4 (empat) tahun terakhir
Kelas I Kelas II Kelas III Jml Total Siswa
(Kelas I + II + II) Jml
Siswa Jml
RombelJml
SiswaJml
RombelJml
SiswaJml
Rombel Siswa Rombel
Tahun 2003 / 2004 356 8 538 11 492 11 1386 30
Tahun 2004 / 2005 503 11 358 8 518 11 1379 30
Tahun 2005 / 2006 438 10 480 11 360 8 1278 29
Tahun 2006/ 2007 389 10 413 10 457 11 1259 31
Tahun 2007/ 2008 347 9 369 10 394 10 1110 29
Tahun 2008/2009 334 8 330 8 357 9 1023 25
Tahun 2009/2010 455 10 335 8 319 8 1.109 26
Tabel 7
Keadaan Ruang Kelas
Jumlah ruang kelas asli (d) Jumlah Ruang lainnya yang digunakan
Untuk r. kelas (e)
Jumlah ruang yang digunakan u. R. Kelas (f)=(d+e)
Ukuran 7x9 m2
(a)
Ukuran >63 m2
(b)
Ukuran< 63m2
(c)
Jumlah =(a+b+c)
(d)
Ruang Kelas - 24 - 24 24
Tabel 8
Data Ruang Lain
Jenis Ruangan
Jumlah (buah) Ukuran (m) Jenis Ruangan Jumlah
(buah) Ukuran (m)
1. Perpustakaan
1 6 X 9 4. Lab. Bahasa - -
2. Lab. IPA 1 8 X 9 5. Asrama Guru - - 3. Keterampilan
1 6 X 9 6. Lab. Audio Visual
1 7 X 8
46
Tabel 9 Data Guru :
Jumlah Guru/Staf SMP
Negeri Jumlah Guru/Staf SMP
Swasta Keterangan
Guru Tetap (PNS) - Guru PNS (DPK) 9 Guru Kontrak - Guru Tetap Yayasan (GTY) 3 Guru Honorer Sekolah
- Guru Bantu Sekolah (GBS) 2
- Guru Tidak Tetap (Honorer) 15 Guru PNS 14 Staf Tata Usaha - Staf Tata Usaha 9 Tata Laksana 5
Visi:
• Menjadi sekolah unggulan yang didasari oleh IMTAQ dan IPTEK, serta
berwawasan lingkungan budaya.
Misi:
• Menyiapkan generasi muda yang menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan landasan IMTAQ.
• Meningkatkan pengetahuan peserta didik yang cerdas, terampil dan
berbudi luhur.
• Menjadikan lulusan sebagai calon pemimpin masa depan yang menguasai
IPTEK.
Model kreativitas guru pendidikan agama Islam di SMP PGRI 1
Ciputat:
a. Menggunakan metode yang sesuai dengan materi pelajaran
Dalam pembahasan tentang materi wudhu pertama-tama guru pendidikan
agama Islam sebelum memulai pelajaran diawali dengan membaca basmallah dan
mengucapkan salam (assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu), kemudian
guru memeriksa kebersihan ruangan kelas dan kerapihan siswa, setelah itu siswa
membaca do’a dan membaca ayat al-Quran yang berhubungan dengan materi
47
pelajaran secara bersama-sama, setelah itu guru mengabsen siswa untuk
mengetahui siapa saja siswa yang tidak hadir pada pelajaran pendidikan agama
Islam pada pertemuan kali itu, setelah itu guru pendidikan agama Islam
menanyakan kembali pelajaran minggu yang lalu agar siswa tidak lupa begitu
saja, kemudian guru pendidikan agama Islam melanjutkan materi selanjutnya
yaitu materi tentang wudhu, setelah itu guru pendidikan agam Islam memberikan
apersepsi kepada siswa dan memberikan pertanyaan-pertanyaan sekitar materi
wudhu, seperti kenapa kita sebelum shalat diwajibkan untuk berwudhu? kenapa
kita juga harus suci dari hadast besar dan hadast kecil sebelum melaksanakan
shalat? Maka beragam jawaban dari siswa yang hadir ketika itu ada yang
menjawab karena Allah itu suci jadi kalau kita akan melaksanakan shalat harus
suci dari hadast besar dan hadast kecil, diantaranya untuk menghilangkan hadats
kecil yaitu dengan berwudhu, ada juga yang menjawab karena Allah itu bersih
maka sebelum kita melaksanakan shalat kita harus bersih-bersih dulu dengan
berwudhu dll.
Setelah guru pendidikan agama Islam mendengar berbagai jawaban dari
siswa, maka guru pendidikan agama Islam mulai menerangkan materi wudhu
dengan menggunakan metode ceramah, guru pendidikan agama Islam
menjelaskan pengertian wudhu menurut bahasa dan istilah, menyebutkan syarat-
syarat dari wudhu, menyebutkan juga rukun-rukun dari wudhu, sunnat-sunnat
wudhu dan hal-hal yang membatalkan wudhu. Kemudian guru juga menjelaskan
tentang tata cara berwudhu dengan menggunakan media visual yaitu gambar
orang yang sedang melakukan wudhu disertai guru langsung
mendemonstrasikannya (mempraktekannya) di depan kelas dan seluruh siswa
memperhatikannya, ditengah pelajaran ada salah seorang siswa yang membuat
kegaduhan dengan mengajak salah seorang temannya untuk bercanda maka guru
pendidikan agama Islam menghentikan sejenak proses belajar mengajar kemudian
guru pendidikan agama Islam menenangkan seluruh siswa dan menegur siswa
yang membuat kegaduhan tadi, kemudian guru pendidikan agama Islam
melanjutkan kembali pelajaran, setelah selesai menerangkan dan menjelaskan
materi tentang wudhu guru pendidikan agama Islam menanyakan kepada seluruh
48
siswa yang berada di dalam ruangan kelas apakah kalian semua sudah paham
mengenai pengertian dari wudhu menurut bahasa dan istilah, kalian bisa
menyebutkan syarat-syarat dari wudhu, menyebutkan juga rukun-rukun dari
wudhu, sunnat-sunnat wudhu dan hal-hal yang membatalkan wudhu.
Setelah itu guru mengajak siswa keluar kelas dan menuju ketempat
wudhu, sebelum sampai ketempat wudhu ada beberapa siswa yang bercanda-
canda, dan guru agama Islam menegurnya dan menertibkannya, ada siswa yang
minta ijin untuk pergi ke kamar kecil. Setelah itu guru pendidikan agama Islam
menyuruh beberapa siswa untuk mempraktekkan tata cara wudhu yang baik dan
benar dan siswa yang lain diminta untuk memperhatikannya dengan seksama,
setelah dirasa seluruh siswa cukup memahami tentang materi wudhu maka guru
pendidikan agama Islam mengakhiri pelajaran pada hari itu dengan mengucapkan
hamdalah dan siswa diminta untuk kembali ke kelas dengan tertib dan guru
pendidikan agama Islam mengikutinya dari belakang agar tidak mengganggu
kelas lain.1
b. Menjadikan suasana belajar yang kondusif sehingga siswa selalu
semangat dalam belajar dan tidak merasa jenuh.
Sebelum memulai proses belajar mengajar guru pendidikan agama Islam
memeriksa kebersihan kelas dan memeriksa kerapihan siswa, setelah itu guru
pendidikan agama Islam menyuruh siswa untuk berdoa bersama, kemudian guru
pendidikan agama Islam memulai pelajaran dengan menanyakan pelajaran yang
sebelumnya, hal ini dilakukan agar pelajaran yang sebelumnya tidak dilupakan
siswa begitu saja, kemudian guru melanjutkan materi pelajaran berikutnya.
Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru pendidikan agama Islam
tidak hanya menggunakan metode ceramah saja tetapi juga menggunakan metode
yang lain hal ini dilakukan agar siswa mudah memahami pelajaran dan siswa
semangat dalam belajar dan juga siswa tidak jenuh dalam belajar.
1 Pengamatan penulis pada hari Rabu, tanggal 02 September 2009, jam 10.00 WIB di SMP
PGRI 1 Ciputat
49
Guru pendidikan agama Islam ketika mengajar pertama-tama
menggunakan metode ceramah, untuk lebih mudah dipahami siswa, kemudian
guru pendidikan agama Islam menggunakan metode demonstrasi, untuk lebih
meningkatkan ingatan atau pemahaman siswa guru pendidikan agama Islam juga
Memberikan tugas rumah.
Dalam proses pembelajaran kadang-kadang guru pendidikan agama Islam
menyelinginya dengan humor-humor kecil yang tujuannya adalah agar proses
belajar mengajar tidak terlalu tegang, dan menghilangkan kejenuhan bisa juga
untuk menghilangkan rasa kantuk dari beberapa siswa sehingga memotivasi siswa
lebih semangat lagi dalam belajar dan proses belajar mengajar tidak
menjenuhkan.2
c. Siswa diberikan kebebasan berpikir dan berpendapat dalam
proses pembelajaran sehingga suasana belajar lebih hidup
Pertama-tama sebelum melakukan diskusi, guru pendidikan agama Islam
membagi siswa kedalam beberapa kelompok, kemudian guru pendidikan agama
Islam memberikan arahan kepada siswa tentang tata cara berdiskusi yang baik.
Setelah itu guru pendidikan agama Islam memberikan materi pelajaran
kepada masing-masing kelompok untuk didiskusikan, sebelum kelompoknya maju
kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, setelah didiskusikan
materinya oleh kelompok masing-masing, guru pendidikan agama Islam meminta
perwakilan dari masing-masing kelompok untuk maju kedepan untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan yang tidak maju diminta untuk
membantu perwakilan kelompoknya untuk menjawab dari pertanyaan kelompok
lain yang diberikan kepadanya.
Dalam berdiskusi guru pendidikan agama Islam bertindak sebagai
fasilitator, sementara yang lebih aktif adalah siswa, dalam berdiskusi siswa
diharapkan mampu mengeluarkan pendapatnya, dengan berdiskusi dapat melatih
ketajaman berpikir siswa dan dapat mengembangkan pengetahuan siswa.
2 Pengamatan penulis pada hari Senin, tanggal 14 September 2009, jam 07.00 WIB di
SMP PGRI 1 Ciputat
50
Selanjutnya guru pendidikan agama Islam juga menggunakan metode
Problem solving dalam pembelajarannya agar siswa mampu menyelesaikan
masalah yang ada disekitarnya dan untuk lebih meningkatkan kedewasaan
berpikir siswa.
Metode problem solving merupakan pemberian suatu masalah kepada
siswa dan diharapkan siswa mampu memecahkan masalah itu dan menemukan
jalan untuk penyelesaian. Pertama-tama guru membagi siswa kedalam beberapa
kelompok, kemudian guru memberikan suatu masalah kepada siswa dan
menyuruh siswa untuk mendiskusikannya bersama teman kelompoknya, dan
menuliskan kesimpulan dari hasil diskusi mereka, setelah itu guru meminta agar
salah seorang dari perwakilan kelompok untuk maju kedepan membacakan hasil
dari diskusinya
Metode problem solving ini bertujuan untuk menyiapkan diri siswa agar
mampu hidup ditengah-tengah masyarakat serta mampu menyikapi dengan
dewasa segala permasalahan yang akan mereka temui di lingkungan masyarakat,
selanjutnya penggunaan metode problem solving ini juga dapat menumbuhkan
rasa tanggung jawab siswa dalam kehidupan bermasyarakat.3
d. Proses belajar mengajar tidak hanya dilakukan di dalam kelas
bisa juga di luar kelas.
Guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan proses belajar
mengajar bukan hanya dilakukan di dalam kelas tetapi juga membawa siswa
keluar kelas seperti ke lapangan sekolah untuk mempraktekkan tentang materi
ibadah haji.
Pertama-tama guru pendidikan agama Islam masuk ke dalam kelas,
memeriksa kebersihan kelas, dan kerapihan siswa-siswanya, setelah itu guru
pendidikan agama Islam mengabsen untuk mengetahui siswa-siswa yang tidak
masuk, setelah itu guru pendidikan agama Islam menanyakan kembali materi
sebelumnya, sebelum dilanjutkan ke materi berikutnya, setelah itu guru
3 Pengamatan penulis pada hari Selasa, tanggal 02 November 2009, jam 08.30 WIB di
SMP PGRI 1 Ciputat
51
pendidikan agama Islam menjelaskan tentang materi ibadah haji, dengan
menggunakan metode ceramah dan visual gambar orang yang sedang
melaksanakan ibadah haji, setelah siswa memahami materi ibadah haji, kemudian
guru pendidikan agama Islam memberitahukan kepada siswa bahwa belajar pada
pertemuan kali ini dilakukan di luar kelas untuk mempraktekkan ibadah haji.
a). Guru ketika di luar kelas
Ketika berhadapan dengan kelompok siswa, guru pendidikan agama Islam
ketika seorang siswa bertanya tentang sesuatu yang belum dimengerti siswa, guru
pendidikan agama Islam menjawabnya dengan senang hati, serta menjelaskan
dengan lemah lembut, serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti siswa
guru pendidikan agama Islam menjelaskan sampai siswa memahami.
b). Guru ketika diminta pendapat
Ketika guru guru pendidikan agama Islam dimintai pendapat oleh
muridnya, maka guru pendidikan agama Islam memberikan pendapatnya dengan
baik, serta menjeaskannya dengan sepenuh hati dan penuh semangat serta tulus
ikhlas.
c). Guru Ketika jam istirahat
Ketika jam istirahat guru pendidikan agama Islam duduk di tempat piket,
dan tempat lalu lalangnya siswa, dan guru menyapa siswa serta bercanda-canda
serta bercengkrama bersama-sama hal ini bermanfaat untuk menambah keakraban
guru dengan siswa sehingga terjalin hubungan yang harmonis. Dengan keakraban
yang terjalin, membuat siswa tidak malu dan sungkan- sungkan untuk
menceritakan permasalahan yang mereka hadapi dan mempertanyakan suatu hal
kepada guru tentang suatu hal yang tidak dimengerti siswa.
d). Guru Ketika melihat siswa yang merokok dan berpakaian tidak rapih
Guru pendidikan agama Islam ketika melihat muridnya merokok, guru
pendidikan agama Islam langsung menegur siswa tersebut dan menasehatinya.
52
Apabila siswa tidak mau diberi nasehat sampai tiga kali, maka guru pendidikan
agama Islam memberikan hukuman agar siswa jera dan tidak mengulanginya lagi.
Ketika guru pendidikan agama Islam melihat seorang siswa yang tidak
rapi ketika berada disekolah, guru pendidikan agama Islam langsung menegurnya
agar selalu rapi saat berada dilingkungan sekolah, dan apabila siswa tidak
mematuhinya maka siswa dikenakan hukuman.4
B. Deskripsi Data
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu pengaruh
kreativitas guru pendidikan agama Islam (X) sebagai variabel bebas, dan prestasi
belajar siswa (Y) sebagai variabel terikat. Setiap variabel penelitian akan
dijelaskan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Data statistik yang
akan dianalisis adalah skor- skor dari penyebaran angket siswa yang ditemukan di
lapangan. Data yang diperoleh kemudin dianalisa dengan menggunakan tabel
didtribusi frekuensi dan menghitung prosentase setiap alternatif jawaban. Untuk
menghitung prosentase setiap alternatif jawaban, peneliti menggunakan rumus:
P = F/N X 100
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel- tabel berikut ini:
4 Pengamatan penulis pada hari Kamis, tanggal 03 Desember 2009, jam 11.20 WIB di
SMP PGRI 1 Ciputat
53
a. Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam
Tabel 10
Siswa memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru agama Islam
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
31
2
-
-
93,93%
6,06%
-
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa selalu memahami pelajaran
yang disampaikan oleh guru agama Islam. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang
menjawab selalu sebesar 93,93%, yang menjawab sering sebesar 6,06%.
Tabel 11
Guru agama Islam meminta pendapat anda dalam belajar pada suatu
pembahasan
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
6
7
18
2
18,18%
21,21%
54,54%
6,06%
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam kadang-kadang
meminta pendapat siswa dalam belajar pada suatu pembahasan. Hal ini terlihat
dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 18,18%, yang menjawab sering
sebesar 21,21%, yang menjawab kadang-kadang sebesar 54,54%, yang menjawab
tidak pernah 6,06%.
54
Tabel 12
Guru agama Islam memberikan tugas rumah dari materi yang disampaikan
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
19
11
3
-
57,57%
33,33%
9,09%
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu
memberikan tugas rumah dari materi yang disampaikan. Hal ini terlihat dari
jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 57,57%, yang menjawab sering
sebesar 33,33%, yang menjawab kadang-kadang sebesar 9,09%.
Tabel 13
Sebelum memulai materi baru guru agama Islam mengingatkan kembali
materi sebelumnya
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
19
9
5
-
57,57%
27,27%
15,15%
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu
mengingatkan kembali materi sebelumnya, sebelum memulai materi baru. Hal ini
terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 57,57%, yang
menjawab sering sebesar 27,27%, yang menjawab kadang-kadang sebesar
15,15%.
55
Tabel 14
Guru agama Islam mengarahkan bakat yang saya miliki
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
10
4
14
5
30,30%
12,12%
42,42%
15,15%
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam kadang-kadang
mengarahkan bakat yang dimiliki siswa. Hal terlihat dari jawaban siswa yang
menjawab selalu sebesar 30,30%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang
menjawab kadang-kadang sebesar 42,42%, yang menjawab tidak pernah 15,15%.
Tabel 15
Media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan keperluan pengajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
20
7
6
-
60,60%
21,21%
18,18%
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa media pembelajaran yang digunakan
selalu sesuai dengan keperluan pengajaran. Hal ini terlihat dari jawaban siswa
yang menjawab selalu sebesar 60,60%, yang menjawab sering sebesar 21,21%,
yang menjawab kadang-kadang 18,18%.
56
Tabel 16
Nilai pendidikan agama Islam anda selalu bagus
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
10
9
14
-
30,30%
27,27%
42,42%
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kadang-kadang nilai pendidikan
agama Islam siswa bagus. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab
selalu sebesar 30,30%, yang menjawab sering 27,27%, yang menjawab kadang-
kadang 42,42%.
Tabel 17
Anda merasa nyaman belajar di sekolah anda
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
27
4
2
-
81,81%
12,12%
6,06%
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas terlihat bahwa siswa selalu merasa nyaman belajar di
sekolah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar
81,81%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab kadang- kadang
sebesar 6,06%.
57
Tabel 18
Guru agama Islam selalu memberikan semangat dalam belajar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
26
5
2
-
78,78%
15,15%
6,06%
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas terlihat bahwa guru agama Islam selalu memberikan
semangat dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu
sebesar 78,78%, yang menjawab sering sebasar 15.15%, yang menjawab kadang-
kadang sebesar 6,06%.
Tabel 19
Guru agama Islam selalu membimbing anda dalam belajar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
28
5
-
-
48,48%
15,15%
-
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu
membimbing siswa dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang
menjawab selalu sebesar 48,48%, yang menjawab seringsebesar 15,15%.
58
Tabel 20
Guru agama Islam menyuruh anda mengulang pelajaran di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
12
11
10
-
36,36%
33,33%
30,30%
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu menyuruh
siswa mengulang pelajaran di rumah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang
menjawab selalu sebesar 36,36%, yang menjawab sering sebesar 33,33%, yang
menjawab kadang- kadang sebesar 30,30%.
Tabel 21
Anda mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru agama Islam
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
19
6
8
-
57,57%
18,18%
24,24%
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas terlihat bahwa siswa selalu mengerjakan tugas rumah
yang diberikan guru agama Islam. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang
menjawab selalu sebesar 57,57%, yang menjawab sering sebesar 18,18%, yang
menjawab kadang-kadang sebesar 24,24%.
59
Tabel 22
Anda selalu bertanya kepada guru agama Islam tentang apa yang anda
belum mengerti
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
3
5
21
4
9,09%
15,15%
63,63%
12,12%
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas terlihat bahwa siswa kadang- kadang bertanya kepada
guru agama Islam tentang pa yang belum dimengerti. Hal ini terlihat dari jawaban
siswa yang menjawab selalu sebesar 9,09%, yang menjawab sering sebesar
15,15%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 63,63%, yang menjawab tidak
pernah sebesar 12,12%.
Tabel 23
Terbayang oleh anda, ketika guru agama Islam menceritakan sesuatu pada
anda
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
12
12
8
1
36,36%
36,36%
24,24%
3,03%
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas terlihat bahwa selalu terbayang oleh siswa ketika guru
agama Islam menceritakan sesuatu kepada siswa. Hal ini terlihat bahwa jawaban
siswa yang menjawab selalu sebesar 36,36%, yang menjawab sering sebesar
36,36%. Yang menjawab kadang- kadang sebesar 24,24%, yang menjawab tidak
pernah sebesar 3,03%.
60
Tabel 24
Siswa bisa menyimpulkan pelajaran yang disampaikan oleh guru agama
Islam
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
11
4
16
2
33,33%
12,12%
48,48%
6,06%
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa kadang- kadang bisa
menyimpulkan pelajaran yang di sampaikan oleh guru agama Islam. Hal ini
terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 33,33%, yang
menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab kadang- kadang sebesar
48,48%, yang menjawab tidak pernah sebesar 6,06%.
b. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Tabel 25
Guru agama Islam dalam mengajar menggunakan alat peraga
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
3
-
6
24
9,09%
-
18,18%
72,72%
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa guru agama Islam dalam mengajar
tidak pernah mengunakan alat peraga, hal ini terlihat dari jawaban siswa yang
menjawab selalu 9,09%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 18,18%, yang
menjawab tidak pernah sebesar 72,72%.
61
Tabel 26
Saya memperoleh pengetahuan yang belum saya ketahui setelah proses
pembelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
15
8
8
2
45,45%
24,24%
24,24%
6,06%
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa selalu memperoleh
pengetahuan yang belum di ketahui setelah proses pembelajaran. Hal ini terlihat
dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 45,45%, yang menjawab sering
sebesar 24,24%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 24,24%, yang menjawab
tidak pernah sebesar 6,06%.
Tabel 27
Guru agama Islam anda memahami apa yang anda inginkan dalam belajar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
15
4
14
-
45,45%
12,12%
42,42%
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu memahami
keinginan siswa dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab
selalu sebesar 45,45%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab
kadang-kadang sebesar 42,42%.
62
Tabel 28
Siswa bersemangat dalam belajar karena metode yang digunakan guru
agama Islam berbeda-beda dan sesuai sehingga mudah dipahami
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
25
4
2
2
75,75%
12,12%
6,06%
6,06%
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa selalu bersemangat dalam
belajar karena metode yang digunakan guru agama Islam berbeda-beda dan sesuai
sehingga mudah dipahami. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab
selalu sebesar 75,75%, yang menjawab sering sebesar 12,12%, yang menjawab
kadang- kadang sebesar 6,06%, yang menjwab tidak pernah sebesar 6,06%.
Tabel 29
Siswa selalu mendapatkan nilai yang bagus
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
9
9
15
-
27,27%
27,27%
45,45%
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa siswa kadang- kadang mendapatkan
nilai yang bagus. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar
27,27%, yang menjawab sering sebesar 27,27%. Yang menjawab kadang- kadang
sebesar 45,45%.
63
Tabel 30
Guru agama Islam mendemonstrasikan di depan kelas cara shalat yang baik
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
11
5
4
13
33,33%
15,15%
12,12%
39,39%
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam tidak pernah
mendemontrasikan di depan kelas cara shalat yang baik. Hal ini terlihat dari
jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 33,33%, yang menjawab sering
sebesar 15,15%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 12,12%, yang menjawab
tidak pernah sebesar 39,39%.
Tabel 31
Guru anda selalu menegur dan mengingatkan anda ketika berbuat
kesalahan
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
17
11
3
2
51,51%
33,33%
9,09%
6,06%
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama islam selalu menegur
dan mengingatkan siswa ketika berbuat kesalahan. Hal ini terlihat dari jawaban
siswa yang menjawab selalu sebesar 51,51%, yang menjawab sering sebesar
33,33%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 9,09%, yang menjawab tidak
pernah sebesar 6,06%.
64
Tabel 32
Guru agama Islam memberikan tugas kelompok
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
1
1
9
22
3,03%
3,03%
27,27%
66,66%
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam tidak pernah
memberikan tugas kelompok kepada siswa. Hal ini terlihat dari jawaban siswa
yang menjawab selalu sebesar 3,03%, yang menjawab sering sebesar 3,03%, yang
menjawab kadang- kadang sebesar 27,27%, yang menjawab tidak pernah sebesar
66,66%.
Tabel 33
Guru agama Islam membiasakan murid-murid untuk membaca al-quran
sebelum belajar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
9
6
9
9
27,27%
18,18%
27,27%
27,27%
Jumlah 33 100%
Dari jawaban diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam ada yang selalu
membiasakan murid-muridnya untuk membaca al-Qur’an, ada yang sering, ada
yang kadang - kadang, ada yang tidak pernah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa
yang menjawab selalu sebesar 27,27%, yang menjawab sering sebesar 18,18%,
yang menjawab kadang- kadang sebesar 27,27%, yang menjawab tidak pernah
sebesar 27,27%.
65
Tabel 34
Guru agama Islam membantu siswa yang bermasalah dalam belajar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
22
5
6
-
66,66%
15,15%
18,18%
-
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu membantu
siswa yang bermasalah dalam belajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang
menjawab selalu sebesar 66,66%, yang menjawab sering sebesar 15,15%, yang
menjawab kadang- kadang sebesar 18,18%.
Tabel 35
Guru agama Islam selalu menggunakan metode yang sesuai dengan materi
pembelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
19
7
6
1
57,57%
21,21%
18,18%
3,03%
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa guru agama Islam selalu menggunakan
metode yang sesuai dengan materi pembelajaran. Hal ini terlihat dari jawaban
siswa yang menjawab selalu sebesar 57,57%, yang menjawab sering sebesar
21,21%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 18,18%, yang menjawab tidak
pernah sebesar 3,03%.
66
Tabel 36
Dalam berdiskusi guru agama Islam mengarahkan kami cara berdiskusi
yang baik
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
17
6
9
1
51,51%
18,18%
27,27%
3,03%
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam berdiskusi guru agama islam
selalu mengarahkan siswa cara berdiskusi yang baik. Hal ini terlihat dari jawaban
siswa yang menjawab selalu sebesar 51,51%, yang menjawab sering sebesar
18,18%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 27,27%, yang menjawab tidak
pernah sebesar 3,03%.
Tabel 37
Guru agama Islam dalam menyampaikan materi wudhu menggunakan
media gambar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
1
2
8
22
3,03%
6,06%
24,24%
66,66%
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam tidak pernah
menggunakan media gambar dalam menyampaikan materi wudhu. Hal ini terlihat
dari jawaban siswa yang menjawab selalu sebesar 3,03%, yang menjawab sering
sebesar 6,06%, yang menjawab kadang- kadang sebesar 24,24%, yang menjawab
tidak pernah sebesar 66,66% .
67
Tabel 38
Guru agama Islam meminta anda menyelesaikan sebuah soal di papan tulis
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
11
11
10
1
33,33%
33,33%
30,30%
3,03%
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada siswa yang menjawab guru
agama Islam selalu meminta siswa menyelesaikan soal di papan tulis, ada yang
menjawab sering dan ada yang menjawab kadang- kadang dan sedikit sekali yang
menjawab tidak pernah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menjawab selalu
sebesar 33,33%, yang menjawab sering 33,33%. Yang menjawab kadang- kadang
sebesar 30,30 %, yang menjawab tidak pernah 3,03%.
Tabel 39
Apakah guru agama Islam menggunakan OHP/Laptop dalam mengajar
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
-
-
-
33
-
-
-
100%
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru agama Islam tidak pernah
menggunakan OHP/Laptop dalam mengajar. Hal ini terlihat dari jawaban siswa
yang menjawab tidak pernah sebesar 100%.
68
Responden
X No soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 92 Ade S 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 3 3 1 2 3 3 4 3 4 1 2 4 4 2 3 3 1 89 Anggi A 4 2 4 4 1 2 4 4 4 4 3 3 2 2 4 1 4 2 4 2 4 4 1 4 4 3 3 2 3 1 88 Andika SP 4 3 3 3 4 2 4 4 3 4 3 4 2 3 2 1 3 3 4 4 3 4 1 3 3 3 2 1 4 1 76 Bella AW 4 2 3 2 2 3 3 4 4 4 3 3 2 2 2 1 3 3 4 3 1 2 2 3 2 3 2 1 2 1 89 Cahyo EP 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 2 1 4 4 4 3 1 1 1 1 3 4 4 1 4 1 77 Dicky P 4 2 2 2 4 2 2 4 3 3 3 2 2 1 3 1 3 2 4 3 1 4 3 3 4 3 2 1 3 1 80 Dimas AN 4 2 3 2 1 4 2 3 4 4 2 2 1 3 1 4 3 2 4 2 1 4 1 2 4 4 3 3 4 1 90 Dewi KN 4 2 4 4 2 4 2 4 3 4 3 4 4 2 2 2 4 4 4 2 3 3 2 2 4 4 4 1 2 1 88 Dewi M 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 1 4 3 4 4 1 4 1 2 4 2 2 1 2 1 92 Dhea 4 4 2 4 3 4 2 3 4 4 4 2 3 4 2 1 4 4 4 2 3 4 1 4 4 4 4 1 2 1 98 Dewi A 4 2 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3 2 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 4 2 1 4 1 94 Eria 4 2 2 3 4 4 2 4 4 4 4 4 2 2 2 1 1 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 93 Firman MR 4 3 4 2 2 4 2 4 4 4 2 4 2 4 2 1 4 4 4 2 4 4 2 2 4 4 4 2 4 1 91 Gilang RP 4 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 1 2 2 4 4 1 3 1 4 4 4 4 1 3 1 95 Gladis C 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 2 1 4 4 4 2 4 4 2 2 2 4 4 1 1 1 91 Igusti ABA 4 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2 1 4 2 4 2 2 3 1 4 4 4 4 1 4 1 76 Irfan D 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 2 2 3 3 4 2 2 4 1 3 2 2 1 2 2 4 2 1 3 1 79 Jiman NA 4 2 3 3 1 4 3 4 4 4 2 4 2 4 2 1 2 2 3 3 2 4 2 1 4 4 1 1 2 1 92 Luthfiani ZP 4 3 3 4 2 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 2 1 4 4 4 4 3 1 2 1 4 4 2 3 1 85 Meri Juniarti 4 2 4 3 2 4 4 4 3 4 2 3 1 4 2 2 3 2 4 2 2 4 1 4 4 2 3 2 3 1
M. Abbi AlAzzis 3 2 4 3 2 3 2 3 4 4 2 2 3 4 4 2 2 4 1 3 2 2 1 1 4 4 4 1 2 1 79
89 M Rakkha 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 2 2 4 3 2 1 3 2 3 3 3 4 1 3 1
69
Novia I 4 2 4 4 2 4 2 4 4 3 2 4 2 4 1 1 4 2 4 2 4 4 1 4 4 3 3 2 3 1 88
Putri M 4 1 4 4 1 2 4 2 4 3 2 4 1 4 4 1 3 2 2 4 1 3 1 1 2 2 2 1 3 1 73
R Atika SW 4 2 4 4 1 2 4 4 4 4 3 4 2 3 2 1 4 2 4 4 4 4 1 3 2 4 3 2 4 1 90
Shena Y DK 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 1 4 4 1 2 4 4 4 4 1 1 1 2 4 4 1 4 1 91
Sunny S 4 3 3 4 4 4 2 4 4 3 3 4 2 2 4 1 4 2 4 2 4 3 4 4 4 2 4 2 2 1 93
Teguh S 4 2 3 2 4 4 3 4 4 4 3 4 2 3 2 1 4 4 4 3 1 4 1 1 4 4 4 1 2 1 87
Trisna K 4 2 4 4 2 4 2 4 2 3 3 2 2 2 4 1 4 2 3 2 4 4 1 2 4 3 4 2 4 1 85
Rizki A 4 4 2 4 4 4 3 4 2 4 4 2 2 2 2 1 3 4 2 3 1 3 1 1 4 4 3 1 2 1 81
Windi PS 4 1 4 4 1 2 4 2 4 4 4 3 2 2 3 1 2 2 4 3 1 3 1 1 2 2 2 1 3 1 73
Yuni K 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 1 2 4 4 4 4 4 2 3 3 1 1 3 4 2 1 4 1 93
Zulfikar 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 1 3 2 4 2 1 3 2 3 4 1 4 1 2 1 83
2860
70
C. Prestasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa
Prestasi belajar siswa merupakan tingkat keberhasilan siswa untuk mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk scor yang diperoleh dari hasil test mengenai
sejumlah materi pelajaran. Jadi seorang guru harus dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
sehingga memperoleh nilai yang lebih tinggi.
Maka dari itu penulis menganalisa data yang telah diperoleh dari nilai raport sebagaimana
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 40
Prestasi hasil belajar pendidikan agama Islam siswa
No Responden Kelas Skor/ nilai No Responden Kelas Skor/ nilai
1 Ade VIII-1 89 18 Jiman VIII-2 66 2 Anggi VIII-1 85 19 Luthfiani VIII-2 79 3 Andika VIII-1 82 20 Mery VIII-2 70 4 Bella VIII-1 77 21 M abbi VIII-2 74 5 Cahyo VIII-1 84 22 Rakha VIII-2 77 6 Dicky VIII-1 70 23 Novia VIII-3 73 7 Dimas VIII-1 70 24 putri VIII-3 93 8 Dewi VIII-1 81 25 Atika VIII-3 84 9 Dewi VIII-1 76 26 Shena VIII-3 70 10 Dhea VIII-1 77 27 Suny VIII-3 80 11 Dewi VIII-1 77 28 Teguh VIII-3 93 12 Erina VIII-2 70 29 Trisna VIII-3 81 13 Firman VIII-2 81 30 Rizki VIII-3 70 14 Gilang VIII-2 83 31 Widi VIII-3 81 15 Gladis VIII-2 70 32 Yuni VIII-3 70 16 Igusti VIII-2 73 33 Zulfikar VIII-3 77 17 Irfan VIII-2 70
71
D. Analisa Data
Seperti yang penulis ungkapkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
antara variabel X (kreativitas guru pendidikan agama Islam), dan variabel Y (prestasi belajar)
terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Untuk itu menggunakan rumus korelasi product
moment untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif yang signifikan atau tidak diantara
kedua variabel tersebut.
Adapun untuk mencari angka indeks korelasi “r” product moment tersebut, maka langkah yang
ditempuh adalah:
a. Menghitung berdasarkan skor aslinya untuk variabel (X) kreativitas guru pendidikan
agama Islam
b. Menghitung berdasarkan skor aslinya untuk variabel (Y) prestasi belajar siswa
c. Scoring, diteliti jumlahnya kemudian dimasukan kedalam tabel kerja atau tabel
perhitungan yang terdiri dari enam kolom:
Responden X X2 Y Y2 XY
1 92 8464 89 7921 8188 2 89 7921 85 7225 7565 3 88 7744 82 6724 7216 4 76 5776 77 5929 5852 5 89 7921 84 7056 7476 6 77 5929 70 4900 5390 7 80 6400 70 4900 5600 8 90 8100 81 6561 7290 9 88 7744 76 5776 6688 10 92 8464 77 5929 7084 11 98 9604 77 5929 7546 12 94 8836 70 4900 6580 13 93 8649 81 6561 7533 14 91 8281 83 6889 7553 15 95 9025 70 4900 6650
72
16 91 8281 73 5329 6643 17 76 5776 70 4900 5320 18 79 6241 66 4356 5214 19 92 8464 79 6241 7268 20 85 7225 70 4900 5950 21 79 6241 74 5476 5846 22 89 7921 77 5929 6853 23 88 7744 73 5329 6424 24 73 5329 93 8649 6789 25 90 8100 84 7056 7560 26 91 8281 70 4900 6370 27 93 8649 80 6400 7440 28 87 7569 93 8649 8091 29 85 7225 81 6561 6885 30 81 6561 70 4900 5670 31 73 5329 81 6561 5913 32 93 8649 70 4900 6510 33 83 6889 77 5929 6391
∑N=33 2860 249332 2553 199065 221348
d. setelah diketahui N = 33 sikma X dan seterusnya Xy, maka dapatlah dicari indeks
korelasinya, dengan menggunakan rumus:
rxy = ( )( )
( ) ( ) ]][[ 2222 YYNXXN
YXYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑
Keterangan:
Rxy = angka indeks korelasi "r" produk moment
N = Number of cases (jumlah sampel keseluruhan)
∑xy = jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
∑x = jumlah seluruh skor x
∑y = jumlah seluruh skor y
73
Diketahui:
N = 33
X = 2860
Y = 2553
XY = 221348
X2 = 249332
Y2 = 199065
( ) ( )( ) ( )( ) ( )
= 651780919906533817960027933233
2553286022134833−−
−XX
XX
)
= ( ) ( )
( )( 651780965691458179600822795673015807304484
−−−
= ( )( )5233648356
2904
=2482403616
2904
= 7254,49823
2904
= 0,05828549
= 0,06
Dari perhitungan diatas ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y bertanda
positif dengan memperhatikan besarnya rxy yang diperoleh sebesar 0,06. Apabila hasil tersebut
diinterpretasikan secara kasar atau sederhana dengan mencocokan hasil perhitungan dengan
angka indeks korelasi “r” Product Moment
ternyata besarnya rxy (yaitu 0,06) yang besrnya sekitar antara 0,00 – 0,20 berarti korelasi positif
antara variabel X dan variabel Y itu adalah termasuk korelasi positif yang lemah atau rendah.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah hubungan itu signifikan atau tidak, maka “r” hasil
perhitungan dibandingkan dengan “r” tabel dan sebelum dibandingkan terlebih dahulu dicari
derajat kebebasannya atau df (degree of freedom) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
df = N – nr
= 33 – 2
= 31
74
Dengan memeriksa tabel nilai “r” Product Moment ternyata bahwa dengan df sebesar 31,
pada taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,349 sedangkan pada tarif signifikansi 1%
diperoleh r tabel sebesar 0,449.
Jika dilihat dari harga r tabel, rxy lebih kecil dari pada harga r tabel baik pada taraf
signifikansi 5% (0,06 ≤ dari 0,349), maupun pada taraf signifikansi 1% (0,06 ≤ 0,449). Dengan
demikian. Hipotesa alternatif (Ha) diterima. Artinya, terdapat pengaruh positif yang signifikan
antara pengaruh kreaativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar
siswa, meskipun hubungan positif itu hanya pada taraf lemah atau rendah saja.
Setelah uji hipotesis di lakukan, maka untuk mengetahui berapa besar pengaruh variabel
X dan variabel Y yang dinyatakan dalam persen, digunakan rumus koefisien tertentu
(determinasi) dengan r = 0,06
KD = r2 x 100%
= 0,062 x 100%
= 0,0036 x 100%
= 0,36
Dari hasil penelitian koefisien determinasi diatas, nampaklah bahwa r2 diperoleh sebesar
0,36. Ini berarti X memberikan konstribusi yang lemah atau rendah.
E. Interpretasi Data
Setelah penulis mengolah data, didapatkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara
pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi hasil belajar
siswa. Sehingga menjawab rumusan masalah yang terdapat dalam bab satu bahwa kreativitas
guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa mempunyai pengaruh
yang (tidak bertanda negatif). Hal ini diperkuat dengan kreativitas guru pendidikan agama Islam
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, serta diperolehnya prestasi belajar siswa yang baik
pada diri siswa. Dengan kreativitas yang positif, menjadikan siswa termotivasi lagi untuk lebih
meningkatkan prestasi belajarnya dalam pelajaran pendidikan agama Islam, sehingga tujuan dari
kreativitas guru pendidikan agama Islam untuk mengingkatkan prestasi belajar siswa dapat
terwujud. Setelah melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi Product
Moment, didapatkan r hitung sebesar 0,06 sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh kreativitas
guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa memiliki tingkat
korelasi yang lemah karena rentang nilai 0,00- 0,200 adalah tingkat korelasi lemah.
75
Hal ini menunjukan bahwa Pengaruh Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam
Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa sebesar 0,06% sedangkan 99,94% Dipengaruhi
oleh faktor lain. Kemungkinan ini bisa terjadi karena faktor psikologis siswa yang terkadang
suka malas membaca buku. Sehingga kurang meningkatnya prestasi belajar siswa, keterbatasan
kreativitas guru dalam mengajar, kreativitas guru hanya dilakukan kadang-kadang saja, keadaan
lingkungan keluarga hanya menyerahkan anaknya untuk didik di sekolah saja tanpa mendidik
dan melatih anaknya belajar di rumah disebabkan oleh kesibukan orang tua, lingkungan
masyarakat yang kurang mendukung dalam proses belajar mengajar dan proses peningkatan
prestasi belajar siswa serta pengaruh globalisasi yang begitu cepat.
Sesuai dengan r hitung yang didapatkan yaitu 0,06 maka uji hipotesis yang menyatakan:
Ha : Terdapat korelasi pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam peningkatan
prestasi belajar siswa.
Ho : Tidak terdapat korelasi pengaruh kreativitas guru pendidikan agama Islam dalam
peningkatan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan data di atas, dinyatakan bahwa terdapat korelasi pengaruh kreativitas guru
pendidikan agama Islam dalam peningkatan prestasi belajar siswa, sehingga guru mempunyai
konstribusi dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam dan keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar.
Sesuai dengan permasalahan yang terdapat dalam bab satu, yaitu “apakah kreativitas guru
pendidikan agama Islam berpengaruh positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa?” dapat
dijawab bahwa kreativitas guru pendidikan agama Islam berpengaruh terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa. Hal ini berkaitan erat dengan pembahasan yang terdapat dalam bab dua
sekaligus dengan kerangka berpikir yang menyatakan bahwa kreativitas guru pendidikan agama
Islam adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa khususnya pada pelajaran pendidikana agama Islam. Dengan kreativitas guru
pendidikan agama Islam dalam mengajar, motivasi yang diberikan guru pendidikan agama Islam
dalam mengajar terhadap siswa, sangat efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teori- teori terbukti dengan fakta yang penulis
dapatkan dari hasil penelitian di SMP PGRI 1 Ciputat, khususnya mata pelajaran pendidikan
agama Islam berupa kreativitas guru dalam mengajar sehingga teori- teori yang ada bisa
dikatakan diterima dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari data diatas, dapat terlihat
76
perkembangan siswa, sehingga kreativitas guru pendidikan agama Islam dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan r hitung sebesar 0,06 yang menyatakan
terdapat tingkat korelasi yang lemah/ rendah antara pengaruh kreativitas guru pendidikan
agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan jawaban
responden yang menyatakan respon yang positif terhadap semua pertanyaan yang buat penulis.
Pemantauan juga dilakukan guru bidang studi pada saat proses belajar mengajar berlansung
karena kedisiplinan dan kesungguhan siswa dalam belajar juga merupakan penilaian dari
kreativitas guru. Dengan kreativitas guru pendidikan agama Islam, adanya peningkatan prestasi
belajar siswa sehingga siswa lebih berprestasi dengan baik.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Utami Munandar:
”Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru, namun apa yang diciptakannya itu tidak perlu sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan pengembangan dari suatu yang sudah ada sebelumnya atau dapat berupa gabungan (kombinasi) berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi hasilnya merupakan hasil yang sama dan dapat dimengerti serta dapat dibuat lain waktu”.5 Dengan landasan teori diatas, dapat disimpulakan bahwa kreativitas guru pendidikan
agama Islam membuat siswa lebih bersungguh- sungguh dalam belajar, hal ini memberikan
motivasi kepada siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajar sendiri karena guru pendidikan
agama Islam hanya memberikan arahan dan siswa yang melaksanakannya. Kesadaran siswa
dalam mengarahkan dirinya untuk meningkatkan prestasi dalam belajar, membuat ia menjadi
lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, sehingga teori yang dikatakan Utami
Munandar dapat diterima kebenarannya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam pelaksanaannya, kreativitas guru terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
mempunyai faktor pendukung dan faktor penghambat. Adapun faktor pendukung dalam
kreativitas guru yaitu sarana dan prasarana sekolah yang memadai seperti (buku pelajaran yang
cukup dan berstandar nasional, ruangan belajar yang cukup memadai, tersedianya alat-alat
pembelajaran dan tersedianya komputer), perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang
mengharuskan guru untuk kreatif dalam mengajar seperti (adanya laptop, LCD), sumber daya
guru yang memadai untuk melakukan kreativitas seperti (latar belakang pendidikan yang
memadai, keterampilan dalam menggunakan fasilitas yang ada), antusias belajar murid yang
5 Utami Munandar, Menegmbangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi Orang Tua, (Jakarta: PT. Gramedia, 1999) Cet ke – 3, h.
77
tinggi seperti (rasa keingintahuan siswa, dan semangat siswa dalam menerima pelajaran), materi
pelajaran yang akan disampaikan seperti (materi pelajaran yang membantu siswa dalam
mencapai cita-citanya, kecintaan guru terhadap profesinya yang sangat tinggi seperti (keinginan
untuk mengembangkan profesionalitas guru, dan melakukan terobosan baru dalm pendidikan
kearah yang lebih baik). Sedangkan faktor penghambat kreativitas guru yaitu keterbatasan sarana
dan prasarana sekolah seperti (tidak tersedianya buku yang cukup, keterbatasan alat elektronik
sebagai penunjang proses pembelajaran seperti komputer dll), kurangnya kesiapan guru dalam
mengajar seperti (guru kurang mempersiapkan diri untuk melakukan pembelajaran, kurangnya
penguasaan diri terhadap materi yang akan disampaikan), lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat yang kurang mendukung dalam proses belajar untuk meningkatkatkan prestasi
belajar siswa seperti (keadaan keluarga yang kurang baik, kurangnya perhatian orang tua
disebabkan kesibukan, dan lingkungan masyarakat yang kurang berpartisipasi dalam kelancaran
dalam proses belajar mengajar), kurangnya semangat siswa dalam belajar dan membaca buku
seperti (kurang membaca buku karena malas, tidak menggunakan waktu dengan sebaik baiknya,
kurangnya motivasi dalam belajar), kurangnya kemampuan siswa dalam menerima pelajaran
seperti (ada masalah sehingga siswa tidak fokus belajar, kurangnya ketekunan dalam belajar,
kurangnya motivasi dari diri sendiri untuk belajar)6. Tidak ada sesuatu yang sempurna dalam
teknisnya, Faktor penghambat yang ada, tidak menyurutkan langkah, tetapi sebagai bahan
evaluasi untuk mencapai ketuntasan dalam belajar yang lebih baik lagi dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, guru sebagai pendidik diharapkan dapat
memberikan motivasi yang positif sehingga terwujudnya prestasi belajar yang baik.
6 Wawancara dengan guru pendidikan agama Islam, hari Senin tanggal 26 Oktober 2009, jam 09.30 di SMP
PGRI 1 Ciputat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap pengaruh kreativitas
guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, penulis
memberikan kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat pada bab satu, yaitu “Apakah
Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Berpengaruh Positif Terhadap
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa”, jawabannya adalah berpengaruh positif
karena terlihat dari hasil instrumen yang di buat penulis. Dari hasil pengolahan
data, menunjukkan skor lemah terhadap pengaruh kreativitas guru pendidikan
agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP PGRI I Ciputat.
Setelah penulis melakukan pengolahan data, didapatkan bahwa hipotesis
nihil yang berbunyi “tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kreativitas
guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa”,
ditolak. Sehingga hipotesis alternatif yang berbunyi “terdapat pengaruh yang
signifikan antara kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan
prestasi belajar siswa” diterima.
Jadi terdapat korelasi yang tidak bertanda negatif antara pengaruh
kreativitas guru pendidikan agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar
siswa karena r hitung < dari r tabel, r hitung = 0,06, termasuk ke rentang nilai 0,00
sampai dengan 0,20 yang mengatakan tingkat korelasi tidak bertanda negatif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kreativitas guru pendidikan
agama Islam terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di SMP PGRI I Ciputat
memiliki korelasi yang lemah.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kumpulan data, maka penulis dapat
mengemukakan saran- saran sebagai berikut:
78
79
1. Hendaknya kreativitas guru pendidikan agama Islam dapat berpengaruh
positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Guru hendaknya sebelum melaksankan pengajaran, membuat skenario
kreativitas agar waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga
dapat meminimalisir kelebihan waktu yang digunakan.
3. Hendaknya kreativitas dapat dijadikan bahan referensi bagi guru untuk
mengetahui prestasi belajar peserta didik sehingga dapat ditingkatkan lagi
prestasi belajar peserta didik kearah yang lebih baik, agar kreativitas yang
dilakukan dalam pembelajaran dapat ditingkatkan pula.
4. Hendaknya pelaksanaan kreativitas guru pendidikan agama Islam
dilaksanakan dengan fasilitas yang memadai, supaya memudahkan
tercapainya tujuan pembelajaran.
5. Hendaknya pelaksanaan kreatifitas guru pendidikan agama Islam terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa dapat membantu guru dalam memantau
prestasi belajar setap peserta didik.
6. Hendaknya kreatifitas guru pendidikan agama Islam dapat menjadi pegangan
buat para pendidik agar bisa mengatasi kesulitan belajar siswa dalam
mencapai prestasi belajar yang baik.
7. Hendaknya kreatifitas guru pendidikan agama Islam dalam proses belajar
mengajar harus dilakukan setiap pembelajaran dan bervariasi, sehingga peserta
didik tidak jenuh dalam mengikuti pelajaran.
8. Hendaknya peserta didik tidak hanya mendengarkan saja dalam belajar tetapi
ikut kreatif dalam menyumbangkan pendapatnya dalam proses belajar
mengajar.
9. Hendaknya dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya kreatif dalam
mengajar tetapi juga harus kreatif dalam menentukan metode atau cara dalam
melaksanakan pembelajaran, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat
tercapai.
10. Hendaknya pendidik menggunakan sarana dan prasarana yang ada, ketika
melakukan kreativitas dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Dessy. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Abditama, Cet ke- 1. 2001. Arifin, Zaenal. Evaluasi Hasil Instruksional, Prinsip, Teknik, Prosedur , Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 1990. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rimeka Cipta,
Cet. Ke- 10. 1996. Buchori, Mochtar. Ilmu Pendidikan Dan Praktek Pendidikan Dalam Renungan, Jogja: PT Tiara
Wacana, Cet. Ke- 1, 1994. Campbell, David. disadur oleh A. M Mangunharjo, Mengembangkan Kreativitas, Yogyakarta:
Kanisius, 1986. Candra, Julius. Kreativitas Bagaimana Menanam, Membangun, dan Mengembangkan,
Yogyakarta: Kanisius, Cet. Ke- 1. 1994. Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: PT Raja Grafindo Utama, 2002. Depag RI, Al-Quran dan Terjemah. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depaertemen Agama RI tahun 2006, Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: 2006. Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam Jakarta: UIN Jakarta
Press, Cet. Ke- 1. 2005. Indrakusuma, Amier Dain. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973. Iska, Neni Zikri. Psikologi Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi Brothers, Cet ke- 1.
2006. Jalaluddin dan Abdullah, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Prana, 1997. John M. Echols, dan Hasan Shadily. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1982. Langgulung, Hasan. Kreativitas dan Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, Cet. Ke- 1.
1991. Marimba, Ahmad. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Ma’arif, Cet. Ke-8,
1989. MP, Samuel. Mari Mempertinggi Kreativitas, Jakarta: PT. Gunung Agung, 1987.
80
81
Mulyasa, E. Kurikulum Yang Disempurnakan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. Ke- 1. 2006.
Munandar, Utami. Memupuk Bakat Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Jakarta: PT Gramedia,
Cet. ke- 1, 1984. ____________. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Petunjuk bagi Orang
Tua, Jakarta: PT. Gramedia, Cet ke- 3. 1999. ____________. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: Gramedia, Cet.
Ke- 3. 1999.
____________. Mengembangkan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Gramedia, 1997. N.K, Roestiyah. Didatik Metodik, Jakarta: Bina Aksara 1986. ____________. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1989. Nashori, Fuad dan Rachmy Diana Mucharan. Mengembangkan Kreativitas Dalam Perspektif
Psikologi Islami, Yogyakarta: Menara Kudus, Cet. Ke- 1. 2002. Nata, Abuddin. Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, Cet. Ke- 1. 2001. ____________. Filsafat pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana. Ni’am, Asrorun. Membangun Profesionalitas Guru, Jakarta: Elsas, Cet. Ke- 1. 2006. Oslon, Robert. Seni Berfikir Kreatif, Sebuah Pedoman Praktis, alih Bahasa oleh Alfonsus
Samosir, Jakarta: Erlangga, 1992. Sabri, M. Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. _____________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, Cet. Ke- 2. 1996. _____________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, Cet ke- 2. 1996. ______________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, Cet.ke- 2. 1996. ______________. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, Cet. Ke- 2. 1996. ______________. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: UIN Pers, Cet. ke-1, 2005.
82
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1998. ___________. Penilaian Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet ke- 4.
1992. Sujiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Grafindo Persada 2005. Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, Cet. Ke- 4. 2007. ______________________. Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, Cet. Ke- 4. 2007. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. Ke- 3. 2004. Thontowi, Ahmad. Psikologi Pendidikan, Bandung: Aksara, 1993. WJS. Purwanirata, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1979.
HASIL WAWANCARA
Nama Interviwee : Cartam, S.Pd. M.Pd.
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari/ Tanggal : Senin, 26 Oktober 2009
Pukul : 09.00 – 10.00 WIB
Tempat : SMP PGRI 1 Ciputat.
1. Apakah guru mengajar siswa dengan latar belakang pendidikannya? Jawab: Ia karena sesuai dengan bidangnya masing-masing akan lebih fokus dan lebih terarah sesuai dengan pendidikan yang dimilikinya. Apabila tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya maka proses pembelajarannya tidak akan berhasil dengan semaksimal mungkin.
2. Apakah kepala sekolah mendistribusikan guru dalam mengikuti penataran/pelatihan pembelajaran kreatif? Jawab: Disini sekolah mengadakan pelatihan baik secara intern di sekolah sendiri, kerja sama dengan Diknas, ada yang mengikuti penataran berskala gugus yaitu di kecamatan, kabupaten, bahkan tingkat Provinsi dan Nasional guna menambah wawasan dan mengikuti pembaruan dalam dunia pendidikan.
3. Langkah-langkah apa saja yang telah dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kreativitas guru? Jawab: Disini ada langkah-langkah: MGMP (Musyawarh Guru Mata Pelajara) yaitu, untuk membentuk kelompok guru, dan guru diberikan tanggung jawab dalam rangka meraih keunggulan prestasi seperti bina prestasi, bina prestasi ini ada Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Bahasa Inggris, dan sebagainya ini adalah langkah-langkah untuk meningkatkan kretivitas yang dilakukan oleh pihak sekolah dan disini juga banyak kretivitas guru mulai dari KKM, RPP, Bedah LKS, Bedah buku paket dan lain-lain.
4. Bagaimana tentang penyediaan dana untuk kegiatan kreativitas guru? Jawab: Kami merencanakan melalui dana RAPBS, kas intern sekolah yang tersedia dari pemerintah dan alhamdulillah sekolah kita hampir setiap tahun baik dari APBD maupun dari APBN mendapatkan tunjangan untuk meningkatkan mutu.
5. Sarana dan prasarana apa saja yang tersedia untuk meningkatkan kreativitas guru? Jawab: Sarana disini ada Lab Bahasa, Lab Komputer, Perpustakaan, Ruang Audio Visual, dan disini juga kalau ada kegiatan yang tidak bisa dilakukan di dalam sekolah, kita mengadakan kerja sama dengan dunia luar seperti dengan gelanggang olah raga, ada renang, atletik, seperti di ragunan, senayan, dan kolam renang yang ada di sekitar Ciputat ini.
6. Program apa saja yang Bapak persiapkan untuk memajukan kreativitas guru di sekolah ini? Jawab: Programnya yaitu ada peningkatan SSN dari sekolah rintisan menjadi sekolah SSN dan untuk jangka panjangnya menjadi SBI ini adalah kreativitas guru untuk ditingkatkan karena menunjang untuk keberhasilan sekolah.
7. Desain lingkungan belajar seperti apa yang dipersiapkan oleh Bapak untuk pengembangan kreativitas siswa? Jawab: Ada yang kurikulum, ada yang ekstrakurikuler, ada yang disini juga pengembangan bakat dan minat bahkan ekstrakurikuler ada yang sifatnya wajib dan tidak wajib, atau berupa pilihan PMR, PRAMUKA, merupakan kewajiban ekstrakurikuler wajib, sedangkan olah raga, ada Foot Ball, Basket Ball, Futsal, Volley Ball, merupakan pilihan, kenapa demikian dalam rangka membentuk siswa yang mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat dan bakatnya.
8. Bagaimana tanggapan para guru disini terhadap kebijaksanaan Bapak dalam program pengembangan kreativitas yang telah Bapak laksanakan? Jawab: Alhamdulillah baik secara pribadi maupun kelompok tanggapannya cukup antusias dalam rangka menegakan kedisiplinan dan meningkatkan mutu pendidikan misalnya dalam rangka kebersihan atau dalam rangka Rohis yang dibina setiap hari jum’at para guru senantiasa sigap untuk melaksanakannya dan alhamdulillah pada tahun 2009 ini setelah adanya studi banding ke Kunignan dan Cibinong alhamdulillah
sekolah kita bisa meningkatkan terutama adalah di bidang kedisiplinan Rohis bahkan diberbagai bidang prestasi lainnya.
9. Bagaimana Bapak mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kreativitas guru? Jawab: Apa bila ada maslah yang sifatnya perlu dimusyawarahkan dengan jalan musyawarah dan mencari solusi baik secara internal berupa konsultasi dengan pihak-pihak lembaga yang berkaitan misalnya masalah kesehatan kita bekerja sama dengan Puskesmas, masalah ketertiban dengan Kodim, dan masalah keamanan dengan Kepolisian dan dengan para alumni yang menjabat Lurah atau yang menjabat lembaga-lembaga yang lainnya. Alhamdulillah permasalahan ini seperti pengadaan tanah kita juga bisa benar-benar diakui dan untuk secara kelembagaan kerja sama dengan Dinas yang ada di kabupaten kota, Propinsi, maupun secara Nasional, dan untuk kretivitas guru hasilnya dari sertifikasi hampir 40% guru disini sudah disertifikasi karena kreativitas yang dimilki guru tersebut sudah memenuhi syarat, tanpa ditunjang kreativitas.
10. Berapa kali dalam sebulan Bapak melakukan pengawasan kesetiap kelas untuk melihat perkembangan kreativitas guru? Jawab: Untuk pengawasan ini berjenjang ada yang dilakukan oleh Wakil Kepala Sekolah, ada yang dilakukan wakil kepala urusan, ada yang langsung dilakukan oleh Kepala Sekolah, kepala sekolah kita adalah minimal sebulan sekali mendapat laporan dari para urusan, dan seminggu sekali menapat laporan dari para wakil dan untuk supervisi itu adalah sebulan sekali bahkan kami mengadakan breefing pada tahun ajaran ini selama 15 menit sebelum masuk senantiasa breefing untuk menyatukan visi dan misi dan mengatasi permasalahan-permasalahan itu yang ada lebih cepat, lebih baik teratasi dan solusinya untuk bisa dicarikan dan penyelesaiannya dengan baik Insya Allah dengan kreativitas kebersamaan semua instrumen yang ada di sekolah dapat menciptakan situasi sekolah yang kondusif, bermutu, dan berkuallitas.
HASIL WAWANCARA
Nama Interviwee : M. Syarifuddin, S.Pd.I
Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
Hari/ Tanggal : Senin, 26 Oktober 2009
Pukul : 10.00 – 11.00 WIB
Tempat : SMP PGRI 1 Ciputat
1. Sejak kapan Bapak mengajar sebagai guru?
Jawab: Saya sebenarnya sudah mengajar sejak masih kuliah sekitar tahun 1993 mengajar di lembaga-lembaga privat dan majelis-majelis taklim, Sejak tahun 1998 baru saya mengajar jadi guru di SMP PGRI 1 Ciputat.
2. Kenapa Bapak mau menjadi guru?
Jawab: Saya mau menjadi guru karena ada beberapa alasan. a. Karena panggilan jiwa. b. Ingin mengamalkan ilmu. c. Karena saya suka sama anak-anak. d. Karena ingin menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. e. Karena menjadi guru memiliki ibadah.
3. Menurut Bapak apa yang dimaksud dengan kreativitas?
Jawab: Kretivitas adalah usaha seseorang untuk dapat menampilkan sesuatu yang berbeda guna memberikan suatu kreasi dalam memberikan suatu materi agar suasana belajar lebih kondusif.
4. Apakah Bapak kreatif dalam mengajar?
Jawab: Tidak terlalu kreatif tapi saya berpenampilan menarik, simpatik, enerjik, dan humoris dan selalu memberikan kenyamanan dan anak-anak merasa merugi jika tidak mengikuti pelajaran saya, dan saya selalu berkata I love You Full.
5. Apa yang mendukung kreativitas Bapak dalam mengajar?
Jawab: Materi pelajaran yang akan saya sampaikan Karena kecintaan saya terhadap profesi saya menjadi guru.
6. Kendala apa saja yang menghalangi kreativitas Bapak?
Jawab: Semangat murid dalam belajar dan membaca buku. Kemampuan siswa dalam belajar.
7. Apakah dalam mengajar Bapak menggunakan metode yang sesuai dengan
materi pelajaran?
Jawab: Ya, itu penting agar materi yang akan saya sampaikan dapat diterima dengan baik oleh para siswa dan siswi.
8. Hal apa saja yang Bapak lakukan untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa?
Jawab: Memberikan motivasi kepada para siswa/siwi dalam menuntut ilmu. Memberikan pengarahan akan pentingya belajar. Menanamkan rasa tanggung jawab terhadap kewajibannya sebgai murid. Mengajarkankan rasa hormat dan bakti kepada kedua orang tua.
9. Menurut Bapak apakah kreativitas Bapak berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa?
Jawab: Sedikit atau banyak pasti berpengaruh terhadap prestasi siswa dan jika disertai dengan pendekatan yang intensif didalam memberikan motivasi dalam meningkatkan prestasi siswa.
10. Apakah kepala sekolah guru lain serta karyawan turut membantu bapak
dalam kreativitas belajar kreatif?
Jawab: Ya, khususnya kepala sekolah banyak mengadakan Raker, Seminar dan lain-lain.
BIOGRAAFI PENUULIS
dari tahuPondok Pdan men2002. Sepengalamsebuah tmelanjutkJakarta, F
SelamBerawal ke organiTarbiyahgempa Jo
SelainNURUNmelaksandiakhir kPendidikCiputat.menyampbelajar ag
TARAnyJawPenmemsamseormen
un 1996 samPesantren T
neruskannya etelah lulus man hidup hitoko onderdkan pendidiFakultas Ilm
RJONO, diyar I, Desa
wa Barat, pandidikan Agmasuki pend
mpai tahun 1rang ayah yaneruskan penmpai1999. K
Takhsinul Akdi SMK M
ia berkelanaingga sampadil motor sikannya di P
mu Tarbiyah d
ilahirkan di Patrol Baru
da hari Rabgama Islam didikan das1996. Kemuang bernamandidikannyaKemudian skhlak, Wino
Muhammadiya berbekal dai di kota yaselama bebePerguruan Tdan Kegurua
sebuah desau, Kecamatabu tanggal 2
angkatan tasarnya di Sudian setelaha Muarih dana di MTS Al-setelah ia l
ong, Cirebonyah Kandandoa restu da
ang sejuk yaierapa tahun
Tinggi Univean, Jurusan P
a yang daman Patrol, K22 Juli 1983ahun 2005.
SDN Patrol h ia lulus, an ibunya yan-Hidayah Paulus, ia me
n, tidak samng haur, Indan ijazah SMitu kota kem
n sampai taersitas IslamPendidikan A
ai tepatnya Kabupaten In3, adalah ma
Pada tahunLor III Su
anak pertamng bernama
atrol Baru, Selanjutkan p
mpai 1 tahundramayu tahMK ia men
mbang Banduahun 2004,
m Negeri SyaAgama Islam
di Blok Kandramayu 4ahasiswa Jurn 1990 ia mukra, Indramma dari pasa
Karniti, meukra, Indram
pendidikannyn kembali puhun 1999 sacari jati diriung, ia beker
yang kemuarif Hidayat
m.
arang 45257 rusan mulai mayu, angan milih
mayu, ya di ulang ampai i dan rja di udian tullah
ma menjadi mdari ketika iisasi Persatu
h Xtensi (FOogja, ia ikut
mahasiswa iia pertama kuan Mahasisw
ORMAT X), ypula pada pe
ia cukup aktikali menjadi wa Indramayyang mengirerkaderan H
if diberbagaiseorang mahyu (PERMArimkan anggimpunan Ma
i organisasi hasiswa baru
AI-AYU) DKgotanya ke Joahasiswa Isl
ekstra maupu, pada tahun
KI Jakarta, Fogja untuk mam (HMI).
pun intra kamn 2005, ia morum Mahas
membantu ko
mpus. masuk siswa orban
n aktivitasnNAJJAH II Pnakan kegiatkuliahnya, ikan Agama Hal ini ia mpaikan mategama sehing
nya sebagai Pondok Ranjtan Praktek Pia tertarik
a Islam Terhmengharapkaeri pelajarangga cita-cita
mahasiswaji, Rengas, CProfesi Kegumenulis skrhadap Penian semoga gn sehingga dan tujuan p
, ia juga pCiputat Timuuruan Terparipsi denganingkatan Prguru Pendidi
lebih menapendidikan n
ernah ikut ur Tangerandu (PPKT) dn judul: Perestasi Belakan Agama
arik dan lebnasional dapa
membantu ng Selatan. Kdi SMP PGRengaruh Krajar Siswa d
Islam semakbih memotivat tercapai.
mengajar dKemudian iaRI 1 Ciputatreativitas Gdi SMP PGkin kreatif dvasi siswa u
di MI a pun . Dan Guru
GRI 1 dalam untuk
top related