jurr.docx
Post on 13-Feb-2018
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 1/19
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keratitis mikroba adalah kondisi yang dapat mengakibatkan luka pada
kornea, perforasi kornea, dan bahkan kebutaan. Mikroba keratitis biasanya
muncul dengan adanya faktor predisposisi, seperti trauma okular, penyakit
permukaan mata, dan memakai lensa kontak. Demografi dan profil mikrobiologi
dari keratitis mikroba bervariasi di seluruh negara dan studi yang berbeda telah
diterbitkan di seluruh dunia [1. !enelitian besar telah dilakukan di "yderabad,
#ndia [$, Miami, %merika &erikat [', dan ()ford, #nggris [*. !ergeseran tren di
profil biologis mikro keratitis telah dilaporkan dalam studi di beberapa bagian
dunia [+, . (leh karena itu, penting untuk melakukan penelitian secara berkala
untuk menin-au organisme lokal dan sensitivitasnya. Misalnya, peningkatan
ketahanan terhadap florokuinolon telah dilaporkan dalam studi di lorida [' dan
sebuah studi terbaru di /oronto menemukan kecenderungan penurunan persentase
bakteri 0rampositif dalam 11 tahun terakhir [. !enelitian berbasis di "ong Kong
yang terakhir pada ke-adian dan faktor risiko keratitis mikroba dilaporkan pada
tahun $22$ [3.
1.$ /u-uan !enelitian
/u-uan dari penelitian ini adalah untuk mengu-i demografi, faktor risiko,
hasil mikrobiologi, dan pengobatan yang diberikan untuk pasien keratitis mikroba
de4asa membutuhkan masuk ke rumah sakit universitas di "ong Kong dari
5anuari $212 hingga 5uni $21$.
1
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 2/19
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan
menurut lapisan kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal
lapisan epitel atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis 6atau disebut
-uga keratitis parenkimatosa7 yang mengenai lapisan stroma.
2.2 Etiologi dan faktor penetus
!enyebab keratitis bermacammacam yaitu bakteri, virus dan -amur. &elain
itu penyebab lain yang merupakan faktor predisposes adalah kekeringan padamata, pa-anan terhadap cahaya yang sangat terang, benda asing yang masuk ke
mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata, debu,
polusi atau bahan iritatif lain, trauma dan penggunaan lensa kontak yang kurang
baik .
2.! Tanda dan "ejala U#u#
/anda patognomik dari keratitis ialah terdapatnya infiltrat di kornea.
#nfiltrat dapat ada di seluruh lapisan kornea, dan menetapkan diagnosis dan
pengobatan keratitis. !ada peradangan yang dalam, penyembuhan berakhir
dengan pembentukan -aringan parut 6sikatrik7, yang dapat berupa nebula, makula,
dan leukoma. %dapun ge-ala umum adalah
• Keluar air mata yang berlebihan
• 8yeri
2
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 3/19
• !enurunan ta-am penglihatan
• 9adang pada kelopak mata 6bengkak, merah7
• Mata merah
• &ensitif terhadap cahaya
2.$ %lasifikasi
Keratitis biasanya diklasifikasikan berdasarkan lapisan kornea yang
terkena : yaitu keratitis superfisialis apabila mengenai lapisan epitel dan bo4man
dan keratitis profunda apabila mengenai lapisan stroma.
Bentukbentuk klinik keratitis superfisialis antara lain adalah
1. Keratitis punctata superfisialis
Berupa bintikbintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh
sindrom dry eye, blefaritis, keratopati logaftalmus, keracunan obat topical,
sinar ultraviolet, trauma kimia ringan dan pemakaian lensa kontak.
$. Keratitis flikten
Ben-olan putih yang yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan
untuk menyerang kornea.
'. Keratitis sika
&uatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelen-ar
lakrimale atau sel goblet yang berada di kon-ungtiva.
*. Keratitis lepra
&uatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut
-uga keratitis neuroparalitik.
3
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 4/19
+. Keratitis nummularis
Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multiple
dan banyak didapatkan pada petani.
Bentukbentuk klinik keratitis profunda antara lain adalah :
1. Keratitis interstisialis luetik atau keratitis sifilis congenital
$. Keratitis sklerotikans.
2.& Patofisiologi "ejala
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada 4aktu peradangan tidak
segera datang, seperti pada -aringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi.
Maka badan kornea, wandering cell dan selsel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera beker-a sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai in-eksi perikornea.
&esudahnya baru ter-adi infiltrasi dari selsel mononuclear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear 6!M87, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak ber4arna kelabu, keruh dengan batasbatas tak -elas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat ter-adi kerusakan epitel dan timbulah
ulkus kornea.
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada
kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan
fotofobia. 9asa sakit -uga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra 6terutama
palbebra superior7 pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat
progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan
iritasi yang ter-adi pada u-ung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang
berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. otofobia, yang berat
4
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 5/19
pada kebanyakan penyakit kornea, minimal pada keratitis herpes karena hipestesi
ter-adi pada penyakit ini, yang -uga merupakan tanda diagnostik berharga.
Meskipun berair mata dan fotofobia umumnya menyertai penyakit kornea,
umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada ulkus bakteri purulen.
Karena kornea berfungsi sebagai -endela bagi mata dan membiaskan
berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak mengaburkan penglihatan, terutama
kalau letaknya di pusat.
2.' Diagnosa
%namnesis pasien penting pada penyakit kornea. &ering dapat diungkapkan
adanya ri4ayat traumakenyataannya, benda asing dan abrasi merupakan dua
lesi yang umum pada kornea. %danya ri4ayat penyakit kornea -uga bermanfaat.
Keratitis akibat infeksi herpes simpleks sering kambuh, namun karena erosi
kambuh sangat sakit dan keratitis herpetik tidak, penyakitpenyakit ini dapat
dibedakan dari ge-alanya. "endaknya pula ditanyakan pemakaian obat lokal oleh
pasien, karena mungkin telah memakai kortikosteroid, yang dapat merupakan
predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, atau oleh virus, terutama keratitis herpes
simpleks. 5uga mungkin ter-adi imunosupresi akibat penyakitpenyakit sistemik,
seperti diabetes, %#D&, dan penyakit ganas, selain oleh terapi imunosupresi
khusus
Dokter memeriksa di ba4ah cahaya yang memadai. !emeriksaan sering lebih
mudah dengan meneteskan anestesi lokal. !emulusan fluorescein dapat
memper-elas lesi epitel superfisialis yang tidak mungkin tidak telihat bila tidak
dipulas. !emakaian biomikroskop 6 slitlamp7 penting untuk pemeriksaan kornea
dengan benar; -ika tidak tersedia, dapat dipakai kaca pembesar dan pencahayaan
terang. "arus diperhatikan per-alanan pantulan cahaya saat menggerakkan cahaya
di atas kornea. Daerah kasar yang menandakan defek pada epitel terlihat dengan
5
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 6/19
cara ini.
Mayoritas kasus keratitis bakteri pada komunitas diselesaikan dengan terapi
empiris dan dikelola tanpa hapusan atau kultur."apusan dan kultur sering
membantu dalam kasus dengan ri4ayat penyakit yang tidak -elas. "ipopion yang
ter-adi di mata dengan keratitis bakteri biasanya steril, dan pungsi akuos atau
vitreous tidak perlu dilakukan kecuali ada kecurigaan yang tinggi oleh mikroba
endophthalmitis.
Kultur adalah cara untuk mengidentifikasi organisme kausatif dan satu
satunya cara untuk menentukan kepekaan terhadap antibiotik. Kultur sangat
membantu sebagai panduan modifikasi terapi pada pasien dengan respon klinis
yang tidak bagus dan untuk mengurangi toksisitas dengan mengelakkan obat
obatan yang tidak perlu. Dalam pera4atan mata secara empiris tanpa kultur
dimana respon klinisnya tidak bagus, kultur dapat membantu meskipun
keterlambatan dalam pemulihan patogen dapat ter-adi.
&el kornea diperoleh dengan memakai agen anestesi topikal dan
menggunakan instrumen steril untuk mendapatkan atau mengorek sampel dari
daerah yang terinfeksi pada kornea. Kapas steril -uga dapat digunakan untuk
mendapatkan sampel. #ni paling mudah dilakukan dengan perbesaran Slit Lamp.
Biopsi kornea dapat diindikasikan -ika ter-adi respon yang minimal
terhadap pengobatan atau -ika kultur telah negatif lebih dari satu kali dengan
gambaran klinis
yang sangat mendukung suatu proses infeksi. "al ini -uga dapat diindikasikan -ika
infiltrat terletak di pertengahan atau dalam stroma dengan -aringan atasnya tidak
terlibat.
!ada pasien kooperatif, biopsi kornea dapat dilakukan dengan bantuan Slit
Lamp atau mikroskop operasi. &etelah anestesi topikal, gunakan sebuah pisau
6
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 7/19
untuk mengambil sepotong kecil -aringan stroma, yang cukup besar untuk
memungkinkan pembelahan sehingga satu porsi dapat dikirim untuk kultur dan
yang lainnya untuk histopatologi. &pesimen biopsi harus disampaikanke
laboratorium secara tepat 4aktu.
%E(ATITI) BA%TE(IALI)
2.* Definisi
Keratitis bakteri adalah gangguan penglihatan yang mengancam. <iriciri
khusus keratitis bakteri adalah per-alanannya yang cepat. Destruksi corneal
lengkap bisa ter-adi dalam $* = *> -am oleh beberapa agen bakteri yang virulen.
?lkus kornea, pembentukan abses stroma, edema kornea dan inflamasi segmen
anterior adalah karakteristik dari penyakit ini.
2.+ Etiologi
0rup bakteri yang paling banyak menyebabkan keratitis bakteri adalah
&treptococcus, !seudomonas, @nterobacteriaceae 6meliputi Klebsiella,
@nterobacter, &erratia, and !roteus7 dan golongan &taphylococcus. Lebih dari $2
kasus keratitis -amur 6terutama candidiasis7 ter-adi komplikasi koinfeksi bakteri.
Banyak -enis ulkus kornea bakteri mirip satu sama lain dan hanya
bervariasi dalam beratnya penyakit. #ni terutama berlaku untuk ulkus yang
disebabkan bakteri oportunistik 6mis., Streptococcus alfa-hemolyticus,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Nocardia, dan M fortuitum-
chelonei), yang menimbulkan ulkus kornea indolen yang cenderung menyebar
perlahan dan superficial.
2., Patofisiologi
%4al dari keratitis bakteri adalah adanya gangguan dari epitel kornea yang
intak dan atau masuknya mikroorganisme abnormal ke stroma kornea, dimana
7
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 8/19
akan ter-adi proliferasi dan menyebabkan ulkus. aktor virulensi dapat
menyebabkan invasi mikroba atau molekul efektor sekunder yang membantu
proses infeksi.
Beberapa bakteri memperlihatkan sifat adhesi pada struktur fimbriasi dan
struktur non fimbriasi yang membantu penempelan ke sel kornea. &elama stadium
inisiasi, epitel dan stroma pada area yang terluka dan infeksi dapat ter-adi
nekrosis. &el inflamasi akut 6terutama neutrofil7 mengelilingi ulkus a4al dan
menyebabkan nekrosis lamella stroma.
Difusi produkproduk inflamasi 6meliputi cytokines7 di bilik posterior,
menyalurkan selsel inflamasi ke bilik anterior dan menyebabkan adanya
hypopyon. /oksin bakteri yang lain dan enAim 6meliputi elastase dan alkalin
protease7 dapat diproduksi selama infeksi kornea yang nantinya dapat
menyebabkan destruksi substansi kornea.
2.1- anifestasi %linis
0e-ala klinik dari keratitis bacterial yaitu*:
• 8yeri sedang
berat
• otofobia
• Blefarospasme
• ?lkus kornea
infiltrat
• !englihatan
terganggu
• Lakrimasi
• &ekret purulen
8
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 9/19
0ambar $. Keratitis bacterial
A. %eratitis Pneu#okokus
?lkus kornea pneumokokus biasanya muncul $**> -am setelah inokulasi
pada kornea yang lecet. #nfeksi ini secara khas menimbulkan sebuah ulkus
berbatas tegas 4arna kelabu yang cenderung menyebar secara tak teratur dari
tempat infeksi ke sentral kornea. Batas yang ma-u menampakkan ulserasi aktif
dan infiltrasi sementara batas yang ditinggalkan mulai sembuh. 6@fek merambat
ini menimbulkan istilah ulkus serpiginosa akut.7 Lapis superfisial kornea adalah
yang pertama terlibat, kemudian parenkim bagian dalam. Kornea sekitar ulkus
sering bening. Biasanya ada hipopion. Kerokan dari tepian depan ulkus kornea
pneumokokus mengandung diplokokus berbentuklancet grampositif.
B. %eratitis Pseudomonas
?lkus kornea pseudomonas bera4al sebagai infiltrat kelabu atau kuning di
tempat epitel kornea yang retak. 8yeri yang sangat biasanya menyertainya. Lesi
ini cenderung cepat menyebar ke segala arah karena pengaruh enAim protcolitik
yang dihasilkan organisme ini. Meskipun pada a4alnya superfisial, ulkus ini
dapat mengenai seluruh kornea. ?mumnya terdapat hipopion besar yang
cenderung membesar dengan berkembangnya ulkus. #nfiltrat dan eksudat
mungkin ber4arna hi-au kebiruan. #ni akibat pigmen yang dihasilkan organisme
dan patognomonik untuk infeksi P aeruginosa.
Pseudomonas adalah penyebab umum ulkus kornea bakteri. Kasus ulkus
9
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 10/19
kornea Pseudomonas dapat ter-adi pada abrasi kornea minor atau penggunaan
lensa kontak lunak, terutama yang dipakai agak lama. ?lkus kornea yang
disebabkan organisme ini bervariasi dari yang sangat -inak sampai yang
menghancurkan. (rganisme itu ditemukan melekat pada permukaan lensa kontak
lunak. Beberapa kasus dilaporkan setelah penggunaan larutan florescein atau obat
tetes mata yang terkontaminasi.
C. %eratitis Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang men-alar dari tepi ke arah tengah kornea
6serpinginous7. ?lkus be4arna kuning keabuabuan berbentuk cakram dengan
tepi ulkus yang menggaung. ?lkus cepat men-alar ke dalam dan menyebabkan
perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
2.11 Terapi
!engobatan antibiotik dapat diberikan pada keratitis bacterial dini.
Biasanya pengobatan dengan dasar berikut:
1. ?ntuk bakteri gram negatif: tobramisin, gentamicin dan polimiksin
$. ?ntuk bakteri gram positif : cefaAoin, vancomycin dan basitrasin
'. %ntibiotic spectrum luas seperti : oflo)acin, norflo)acin, dan pulymy)in
2.12. %o#plikasi
Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis bakteri ini adalah penipisan
kornea, dan akhirnya perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophthalmitis
dan hilangnya penglihatan.
2.1!. Prognosis
10
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 11/19
!rognosis visual tergantung pada beberapa faktor, seperti diuraikan di
ba4ah ini, dan dapat mengakibatkan penurunan visus dera-at ringan sampai berat.
Cirulensi organisme yang bertanggung -a4ab atas keratitis
Luas dan lokasi ulkus kornea
"asil vaskularisasi dan atau deposisi kolagen
BAB III
Ba/an dan etode
11
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 12/19
!.1 etode Penelitian
!enelitian ini adalah bersifat retrospektif dilakukan sebagai pusat untuk
mengisolasi kasus dengan dugaan keratitis mikroba infektif. !asien diidentifikasi
dengan menggunakan sistem catatan elektronik dan pasien yang dira4at antara
5anuari $212 dan 5uni $21$ dengan different diagnosis ulkus kornea 6#<DE kode:
'32.227 atau gangguan kornea akibat kontak lensa 6#<DE kode: '31,>$7
diidentifikasi. !asien ra4at -alan tidak termasuk dari penelitian ini.
Lima puluh satu catatan medis dilacak dan data diambil. Keratitis mikroba
didefinisikan oleh kehadiran kornea iltrate infiltratfF 1 mm$dalam ukuran dengan
atau tanpa cacat epitel atasnya [3. Menggores kornea dilakukan dengan anestesi
topikal mengikuti protokol standar. &pesimen kornea dikumpulkan dengan
menggunakan spatula Kimura.
/abel 1: Data demografis pasien dengan keratitis mikroba dira4at di sebuah
rumah sakit universitas di "ong Kong antara tahun $21$ dan $21*.
5umlah pasien G
?mur 6tahun7
H$2 '
$1'E $+ *E
*2* 1* $3
F + E 1>
5enis Kelamin
Lakilaki $E +3
!erempuan $$ *'
aktor risiko
Memakai Lensa kontak $' *+
Benda asing 1$
@rosi kornea berulang + 12
Kornea cangkok * >
Kondisi kulit $ *
Keratopati eksposur $ *
Keratopati bulosa 1 $
12
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 13/19
"erpes keratitis 1 $
?lkus neurotropik 1 $
/rauma pada mata 1 $/richiasis 1 $
/idak ada faktor risiko * >
&pesimen ditempatkan di piring kaca untuk !engecatan 0ram dan -uga
pada agar darah6media darah7, agar coklat6media coklat7, agar &abouraud, dan
kaldu thioglycollate. Dalam kasus yang tidak responsif terhadap pengobatan dan
secara klinis mencurigai %canthamoeba, kulture kemudian akan diba4a untuk
Escherichia coli piring untuk %canthamoeba.
5enis kelamin, usia, faktor risiko, 0oresan dari kornea dan profil
sensitivitas, dan antibiotik yang diresepkan dicatat dan dianalisis. !ersetu-uan
#nstitutional 9evie4 Board Komite @tika tidak diperlukan untuk penelitian ini.
&tudi berpegang pada prinsipprinsip Deklarasi "elsinki.
'.$ Te#pat Penelitian
!enelitian dilakukan di sebuah rumah sakit universitas di "ong Kongantara tahun $21$ dan $21*.
BAB I0
Hasil dan Pe#a/asan
*.1 Hasil Penelitian
Di antara +1 pasien, $E 6+3G7 adalah lakilaki dan $$ 6*'G7 adalah
perempuan. Iang termasuk usia adalah *1. J $2.' tahun 6kisaran $2> tahun7.
Mengenai faktor risiko, $' pasien 6*+G7 adalah pemakai lensa kontak, 61$G7
memiliki benda asing kornea, + 612G7 memiliki erosi kornea berulang, dan * 6>G7
13
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 14/19
memiliki cangkok kornea 6/abel 17. Kasuskasus dengan erosi kornea dan
keratopati bulosa tidak terkait dengan menghubungi penggunaan lensa.
Di antara $' pemakai lensa kontak, 3 6'2G7 digunakan lensa bulanan
pakai kontak, 12 6*'G7 digunakan $ minggu lensa sekali pakai, satu 6*G7
digunakan lensa sekali pakai seharihari, dan dua 63G7 digunakan lensa kontak
ber4arna . /iga pasien berlatih memakai semalam, satu pasien kembali lensa
kontak harian sekali pakai, dan satu pasien dibersihkan lensa kontak setiap $'
hari. Maksudnya usia ratarata untuk pemakai lensa kontak adalah $3,3 J .3
tahun, yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan ratarata usia
pemakai lensa nonkontak 6H2,2+7. Menariknya, tidak ada satupun kasus dalam
penelitian kami yang terkait dengan %canthamoeba.
/iga !uluh 6+EG7 dari +1 pasien memiliki hasil goresan kornea yang
positif. (rganisme 0rampositif dikultur pada 13 mata dan organisme 0ram
negatif dikultur dalam 11 mata. Dua pasien memiliki pertumbuhan polymicrobial.
!seudomonas aeruginosa adalah patogen yang paling umum 6+2G7. Dari 1+
pasien yang terdapat !seudomonas, 1' adalah pemakai lensa kontak. !atogen lain
koagulasenegatif &taphylococcus 6* pasien, 1'G7 dan &taphylococcus aureus 6$
pasien, 3G7. Dari !seudomonasulcers dengan profil sensitivitas dilakukan, semua
yang sensitif terhadap gentamisin dan ciproflo)acin. &atu sampel menun-ukkan
sensitivitas menengah untuk tikarsilin dan clavunalat tapi tidak ada resistensi
antibiotik yanhg didapat. Dari lensa terkait uilcer $' kontak, !seudomonas
aeruginosa adalah patogen pada 1' kasus 6+3G7. /abel $ menun-ukkan hubungan
antara faktor risiko dan profil mikrobiologi
"anya satu pasien diberi monoterapi pada pengobatan, sedangkan sisanya
diberi terapi kombinasi. /iga puluh tiga pasien diberi resep ceftaAidime
tobramycin, 11 pasien diberi resep vankomisin tobramycin, dan dua pasien
diberi resep vankomisin ceftaAidime, sementara tiga pasien memiliki salep
acyclovir selain menambah antibiotik. Dua pasien hail kultur negatif diberi nata
mycin dan amfoterisin, masingmasing, seperti dicurigai ada keratitis -amur.
14
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 15/19
9atarata diagram logM%9 Keta-aman !englihatan pada presentasi adalah
2,EE. Keta-aman !englihatan gerak tangan dan diminta menghitung -ari
Keta-aman !englihatan desimal 2,22+ dan 2.21* sesuai dengan tes keta-aman
Cisual tes reiburg [>. Keta-aman !englihatan persepsi cahaya atau tidak ada
persepsi cahaya tidak bisa diukur dan dikeluarkan dari perhitungan Keta-aman
!englihatan. !ada satu bulan dan tiga bulan setelah presentasi, ratarata diagram
logM%9 Keta-aman !englihatan meningkat men-adi 2,'* dan 2,$, masing
masing. Karena pasien tetap difollo4 up atau tidak termasuk dari dari klinis,
Keta-aman !englihatan hanya '3 dan 1E pasien didokumentasikan pada satu bulan
dan tiga bulan, masingmasing. Di antara 1E pasien, peningkatan ratarata diagram
logM%9 Keta-aman !englihatan adalah 2,33 pada tiga bulan.
$.2 Pe#a/asan
4.2.1. Predisposisi Faktor.
Dalam penelitian kami, memakai lensa kontak merupakan faktor risiko
yang paling penting, perhitungan untuk *+G dari semua kasus dengan keratitis
mikroba. Memakai lensa kontak merupakan faktor risiko utama untuk keratitis
mikroba di negaranegara ma-u. Misalnya, memakai lensa kontak menyumbang
'*G dan +2G dari keratitis mikroba dalam studi di %ustralia [E dan !erancis
[12, masingmasing. &ebaliknya, trauma adalah faktor risiko utama untuk
keratitis mikroba di negaranegara berkembang. /rauma menyumbang *>G, +'G,
dan >'G dari kasus keratitis mikroba masingmasing di !araguay [11, #ndia
&elatan [1$, dan /imur #ndia [1',. !asien penelitianng memiliki cedera selama
bercocok tanam dan tingkat yang lebih tinggi dari cedera dilaporkan selama
musim panen [1$.
Dalam penelitian kami, ' 61'G7 dari lensa kontak $' para pemakai dengan
keratitis mikroba dilaporkan sepan-ang malam memakai lensa. Dalam sebuah
studi oleh Lam et al. [3 pada tahun $22$, memakai sepan-ang malam
diidentifikasi sebagai faktor risiko yang signifikan untuk keratitis mikroba
6H2,22217. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh IildiA et al. [1*, +*G
15
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 16/19
dari pemakai lensa kontak dengan keratitis mikroba melaporkan ri4ayat
pemakaian sepan-ang malam.
<atatan #lmiah #nternasional
/abel $: (rganisme terisolasi dan faktor predisposisi pada pasien dengan kasus keratitis
mikroba dira4at di sebuah rumah sakit universitas di "ong Kong antara tahun $21$ dan
$21*.
"asil mikrobiologi faktor
risiko <L
Benda
asing 9ces
Kornea
cangkok Kondisi kulit
Keratopati
eksposur Lainnya
Bakteri gram positif Koagulasenegatif
&taphylococcus $ 1 1
Staphylococcus aureus 1 1
&treptococcus lainnya 1
Streptococcus pneumoniae 1 1
Diphtheroid 1 1
Bakteri gram negatif
Pseudomonas aeruginosa 1' 1 1
itrobacter 1
#solat campuran 1 1
"asil kultur negatif E $ ' 1 $ +/otal Keseluruhan $' + * $ $ E
<L: lensa kontak; 9ces: sindrom erosi kornea berulang.
Berbeda dengan penelitian kami sebelumnya, tidak ada pasien yang
digunakan orthokeratology lensa untuk saat periode saat ini [1+, 1. #ni mungkin
akibat dari kesadaran masyarakat yang ditingkatkan dan pendidikan tentang risiko
menyusul laporan media sebelumnya dan publikasi. 8amun, dalam serangkaian
barubaru ini di "ong Kong infeksi permukaan anak ocular 6pediatric ocular7, E
63G7 dari 1'> pasien menggunakan lensa orthokeratology [13.
4.2.2 Mikrobiologi.
Dalam penelitian kami, +EG dari goresan kornea menghasilkan kultur
positif. %ngka ini mungkin berkaitan dengan fakta bah4a pasien penelitianng
diberikan antibiotik topikal oleh dokter umum atau di Departemen 0a4at dan
Darurat sebelum presentasi di klinik kami. 8amun, angka ini sebanding dengan
penelitian besar lainnya. &tudi di 5erman [1>, %ustralia [E, /e)as [1E, dan
16
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 17/19
()ford [* menghasilkan angka positif dari kulture masingmasing *'G, *EG,
+'G, dan +*G,.
!rofil mikrobiologi dari keratitis mikroba bervariasi di setiap negara.
Dalam penelitian kami, !seudomonas aeruginosa merupakan patogen yang paling
umum, mirip dengan penelitian yang dilakukan di "ong Kong 11 tahun yang lalu
[3. #ni mirip dengan studistudi lain yang dilakukan di %sia /imur, di sebagian
besar populasi urban. Menurut dua studi di /aipei [$2, $1, dua studi di
&ingapore [$$, $', dan satu penelitian di Bangkok [$*, !seudomonas aeruginosa
merupakan patogen yang paling umum, perhitungan untuk $EG *$G dari kasus
mikroba keratitis. #ni berbeda dengan penelitian yang dilakukan di %ustralasia [E,
%merika ?tara [', Kanada [$+, dan @ropa [$, di mana staphylococci adalah
bakteri yang paling umum. &ecara khusus, selama tiga studi yang dilakukan di
!erancis [12, &4iss [$, dan /urki [$3, prevalensi staphylococci setinggi +$
2G.
/idak ada dokumentasi kasus infeksi -amur pada penelitian kami. #ni
sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan di daerah pedesaan, di mana
banyak orang berlatih pertanian dan oleh karena itu infeksi -amur -auh lebih
umum. Di #ndia /imur, infeksi -amur menyumbang 3G dari kasus keratitis
mikroba [1' .%spergillus menyumbang 2G dari kultur -amur di /imur #ndia
[1' dan usarium menyumbang 3'G dari kultur -amur dalam studi di "yderabad,
#ndia [$. /idak adanya keratitis -amur di penelitian kami mungkin dikaitkan
dengan fakta bah4a sebagian besar pasien berasal dari latar belakang perkotaan
dan tidak memiliki ri4ayat trauma dengan bahan vegetatif seperti yang klasikterlihat pada kasus dengan keratitis -amur. &elain itu, %canthamoeba keratitis
dianggap terlalu penting dalam rencana pengaturan penelitian kami mungkin
karena tingkat peningkatan pengetahuan tentang pera4atan lensa kontak di antara
populasi umum di "ong Kong. 5uga, sebagian besar kasus keratitis %canthamoeba
sedang dira4at pada pasien ra4at -alan dalam pengaturan penelitian kami.
9esistensi terhadap eritromisin, klindamisin, kloksasilin, dan
kotrimoksaAol dilaporkan dalam empat sampel. %ntibiotik ini -arang digunakan
17
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 18/19
dalam pengobatan keratitis mikroba di tengah kita. /idak ada resistensi terhadap
fluorouinolones ditun-ukkan dalam penelitian kami, berbeda dengan laporan dari
!enelitian %merika [' dan #ndia [$>, $E, yang menun-ukkan perla4anan gigih
untuk fluorouinolones.
%da beberapa keterbatasan penelitian ini. Karena ini adalah sebuah
penelitian retrospektif, data klinis seperti persentase yang tepat dari pasien yang
menerima pengobatan antibiotik sebelum presentasi yang tidak tertera. #ni akan
berkontribusi pada persentase yang lebih rendah dari hasil gesekan yang positif.
Beberapa kasus yang diduga keratitis mikroba mungkin lensa kontak infiltrat
inflamasi steril terkait. &elain itu, ukuran infiltrat tidak didokumentasikan dalam
semua kasus dan dengan demikian tidak mungkin untuk analisis yang lebih rinci.
&elain itu, pasien dengan keratitis mikroba kurang parah dikelola di klinik mata
ra4at -alan tidak dimasukkan dalam penelitian ini, sehingga membatasi ukuran
sampel penelitian kami.
BAB 0
PENUTUP
+.1 Kesimpulan
&ingkatnya, penelitian kami menun-ukkan bah4a memakai lensa kontak
tetap faktor risiko utama untuk keratitis mikroba di "ong Kong dan !seudomonas
aeruginosa adalah bakteri yang paling umum terisolasi. "al ini sebanding dengan
sebuah studi yang dilakukan di "ong Kong 11 tahun yang lalu dan penelitian lain
yang dilakukan di %sia /imur.
+.$ Kelebihan dan Kekurangan
+.$.1 Kelebihan
18
7/23/2019 JURR.docx
http://slidepdf.com/reader/full/jurrdocx 19/19
%bstrak -elas, sehimgga dengan membaca abstraknya sa-a pembaca dapat
mengetahui hasil dari penelitian ersebut kesimpulan yang dibuat sudah terperinci
dan dipaparkan secara -elas prosedur penelitian disusun dengan teratur, sehingga
mudah untuk dipahami. !enelitian ini mencangkupi dalam demografi, faktor
risiko, dan profil mikrobiologi dari keratitis mikroba. Data dianalisis dan
dibandingkan dengan data historis sampel dari penelitian yang sudah dilakukan.
Bermanfaat bagi pembaca bisa menambah pengetahuan terkait faktorfaktor yang
menyebabkan keratitis dan kumankuman yang menyebabkan keratitis sehingga
bisa terhindar dari keratitis .
+.$.$ Kekurangan
%da beberapa keterbatasan penelitian ini. Karena ini adalah sebuah
penelitian retrospektif, data klinis seperti persentase yang tepat dari pasien yang
menerima pengobatan antibiotik sebelum presentasi yang tidak tertera. Beberapa
kasus yang diduga keratitis mikroba mungkin lensa kontak infiltrat inflamasi steril
terkait. &elain itu, ukuran infiltrat tidak didokumentasikan dalam semua kasus dan
dengan demikian tidak mungkin untuk analisis yang lebih rinci. &elain itu, pasien
dengan keratitis mikroba kurang parah dikelola di klinik mata ra4at -alan tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
19
top related