jurnal televisi
Post on 14-Apr-2018
246 Views
Preview:
TRANSCRIPT
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 1/63
ABSTRAK
Fakultas PsikologiUniversitas Gunadarma
Maret, 2010
Asih Fitri Hapsary
Perilaku Agresi Pada Anak Yang Gemar Menonton Tayangan Kekerasan Di
Televisi
Saat ini banyak acara televisi yang ada di masyarakat memang membawa
berbagai dampak bagi para pemirsa yang menontonnya, salah satu dampak negatif
televisi adalah banyaknya tonton an yang menampilkan kekerasan. Adanya
tayangan televisi yang menampilkan adegan kekerasan dapat memberikan pengaruh
khususnya kepada anak-anak yang gemar menonton acara televisi tersebut . Kekerasan
merupakan salah satu yang sering ditayangkan di layar tele visi. Adegan kekerasan
ini menyebar dalam berbagai jenis program acara. Apakah itu berita, animasi anak,
drama dewasa, drama sinetron, olah raga, reality show. Dimana perilaku kekerasan
sebagai pengaruh negatif dalam istilah psikologi disebut agresi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebab -sebab anak gemar
menonton tayangan kekerasan, gambaran perilaku agresi pada anak yang gemar
menonton tayangan kekerasan di televisi dan juga untuk mengetahui faktor
-faktor yang mempengaruhi perilaku agresi pada an ak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah satu orang dengan karakteristik anak yang gemar
menonton tayangan kekerasan di televisi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku agresi pada
anak yang gemar menonton tayangan kekerasan adalah disebabkan karena
merupakan hobi, karena dapat menghibur subjek, kegiatan rutin yang selalu dilakukan
setiap hari setelah pulang sekolah, karena seru dan menegangkan, dan orang tua
subjek tidak pernah melarang untuk menonton tayangan kekerasan di tv. Gambaran
perilaku agresi subjek terdiri dari agresi secara fisik dan verbal. Secara fisik yakni
berkelahi; memukul, menendang, mencubit, mengganggu temannya, tidak
mengerjakan PR, dan yang termasuk agresi secra verbal yaitu: menghina dengan
kata -kata kasar, berteriak, marah- marah, menolak berbicara, dan mendesak orang tua karena hal sepele. Faktor yang paling mempengaruhi subjek berperilak u agresi
adalah akibat acara-acara di tv yang beradegan kekerasan dan subjek di cap sebagai
anak yang nakal oleh orang tua, kakak, dan teman-temannya baik di rumah maupun
di sekolahnya, sehingga membuat subjek merasa menjadi anak yang nakal. Faktor
lainnya adalah meniru orang tua, memendam perasan marah, jarang berinteraksi
dengan teman sebaya dan lingkungannya, dengan kejam menghadapi kekejaman dan
orang tua membiarkan anak berperilaku salah.
Kata kunci : perilaku agresi, anak, teleisi.
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 2/63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesawat televisi adalah sebuah
benda mati yang hampir tidak punya
p e n g a r u h d a n a r t i a p a - a p a
t a n p a sentuhan tangan manusia.
Benda ini m e n j a d i b e g i t u p o
p u l e r k a r e n a kesanggupannya
menerima siaran dari pemancar yang
membawa informasi a udio da n vis
ual. Ke da t an gannya disambut
sebagai salah satu sarana h i b u r a
n , i n f o r m a s i , p e n d i d i k a n ,
pembelajaran, kebebasan, dan lain-lain. Namun tidak sedikit yang
mengecam s e b a g a i m u s u h b e r
b a h a y a y a n g memberikan
pengaruh sangat buruk akibat tayangan
yang ditampilkannya (Mahayoni & Lim,
2007).
Dapat dikatakan saat ini hampir
di setiap rumah mempunyai televisi,
bahkan di satu rumah saat ini ada
yang mempunyai lebih dari satu televisi
yang dapat ditonton secara bebas kapan
saja dan oleh siapa saja para penikmat
acara televisi. Penikmat acara televisi
bukan dari orang dewasa saja, tetapi
anak-anak pu n m e n yu k a i n y a . S
al a h s a t u ny a ditonton oleh anak-
anak sekolah dasar,
yang menurut Hurlock (1993) termasuk
dalam periode akhir masa kanak-kanak.
Usianya berlangsung dari usia 6 tahun
sampai sekitar 12 tahun bagi anak
perempuan, dan 13 tahun bagi anak laki-
laki.
Survei Yayasan Kesejahteraan
Anak Indonesia YKAI yang dilakukan
April 2002 pada 5 SD di Jakarta Timur
menunjukkan anak-anak menonton
TV s e l a m a 3 0 - 3 5 j a m p e r m
i n g g u . Menonton televisi adalah
kegiatan nomor satu bagi anak-anak
selama jam- jam antara pulang sekolah
dan makan ma l a m . B e r d a s a r k a
n s ur v e i y a n g d i l a k u k a n a t
a s 1 2 0 0 a n a k o l e h
Yankelovich Youth Monitor (dalam
Chen, 1996) disebutkan hampir 80
persen anak melaporkan bahwa selama
waktu itu kegiatan mereka terutama
menonton TV. Suatu pengumpulan
pendapat yang dilakukan Newsweek
pada tahun 1992 (dalam Chen, 1996)
mengungkapkan bahwa 49 persen dariorang-orang yang disurvei menganggap
televisi sebagai pemberi pengaruh
terbesar pada anak-anak, hanya 26
persen responden beranggapan bahwa
pemberi pengaruh terbesar adalah
orangtua, dan 49 persen mengatakan
mereka menganggap hiburan televisi
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 3/63
memberikan pengaruh negatif pada
anak-anak.
Saat ini banyak acara televisi
y a n g a d a d i m a s y a r a k a t m e
m a n g membawa berbagai dampak bagi
para pemirsa yang menontonnya.
Diantaranya dampak positif acara
televisi, yaitu yang apada umumnya
dapat mempengaruhi sikap, pandangan,
persepsi, dan perasaan pada audiens
yakni dengan menghipnotis hingga
audiens tersebut dihanyutkan dalam
pertunjukkan televisi. Dennis dan M e r
r i l ( d a l a m W i d o d o , 2 0 0 8 )
menambahkan bahwa dari televisi,
orang dapat belajar banyak tentang
informasi dan memahami tentang
dunia dan b a g a i m a n a b e r p e r i
l a k u d a l a m masyarakat, antara lain
mempelajari hubungan sosial, nilai-
nilai perilaku sosial dan anti sosial.
Sedangkan salah satu dampak negatif
televisi adalah banyaknya tontonan yang
menampilkan kekerasan. Sears (1991),
menyatakan bahwa meningkatnya
proporsi adegan kekerasan dalam film
maupun televisi m e l a h i r k a n k e k
h a w a t i r a n a k a n
t i m b u l n y a p e n gar u h n e ga t i
f b a g i penonton. Dimana perilaku
kekerasan sebagai pengaruh negatif
dalam istilah psikologi disebut agresi.
Agresi adalah setiap bentuk
perilaku yang diarahkan untuk merusak atau melukai orang lain (Baron dan
Byrne, 2004). Sears (1991) meyatakan
bahwa agresi tidak sebatas pada
perilaku namun mencakup juga maksud
tindakan seseorang untuk merusak atau
melukai orang lain. Sears (1991),
mengatakan b a h w a a d a b e b e r a
p a f a k t o r y a n g mempengaruhi
perilaku agresi, yaitu proses belajar,
peniruan (imitasi), penguatan
(reinforcement ) dan norma s o s i a l ,
y a n g s e l a n j u t n y a d a p a t
mempengaruhi pikiran anak-anak.
Imitasi atau peniruan merupakan
salah satu faktor yang dominan pada
anak-anak, karenanya timbul bahwa
anak- anak s an ga t r entan te r had
ap pengaruh adegan kekerasan di
televisi. Pada tahap ini, anak belum
sampai pada proses berfikir yang terlalu
kompleks. Kemampuan meniru yang
sangat besar m e n y e b a b k a n a n a
k m e m i l i k i kecenderungan meniru
apa saja yang anak lihat dan dijadikan
referensi. Tidak h e r a n a p a b i l a a
n a k m e n i r u g a y a Spiderman,
Power Ranges, Batman, Ultraman,
Superman, atau Sailormoon . Apabila
sekedar meniru gaya sang tokoh baik
dari model pakaian atau gaya bicara
tentu tidak menjadi masalah. Namun
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 4/63
a p a b i l a y a n g d i t i r u a d a l a h
g a y a menaklukan lawannya seperti pada t a y a n g a n S m a c k d o w n t
e n t u permasalahan besar akan terjadi.
Proses meniru ini sebenarnya yang
berbahaya, pada saat meniru anak belum
dibekali dengan kemampuan analisis
berfikir yang cukup apakah layak atau
tidak dia meniru sesuatu (Sears, 1991).
B a n y a k a c a r a T V y a n
g ditayangkan untuk anak-anak sekalipun
ternyata tidak cocok untuk anak-anak.
Salah satunya adalah film Tom dan
Jerry. Film kartun yang sering
dianggap lucu in i lebih banyak
menonjolkan a d e g a n k e k e r a s a
n d i b a n d i n g k a n
p e r s a h a b a t a n , k e s e t i a k a w
a n a n . Kemenangan dengan
menghalalkan segala cara juga salah
satu ciri khas dari kartun sang kucing
Tom dan sang tikus Jerry. Bagi anak
yang usia dini acara ini sangat tidak
mendidik dan kurang bermanfaat. Jadi
acara yang dibuat untuk anak pun belum
tentu cocok untuk anak (Mahayoni &
Lim, 2007).
Televisi d i per c aya m am
pu
mempengaruhi sikap dan perilaku
penonton. Unsur audio dan visual
merupakan kelebihan televisi dibanding
media lainnya. Kekerasan merupakan
salah satu yang sering ditayangkan di
layar televisi. Adegan kekerasan ini
menyebar dalam berbagai jenis
program acara. Apakah itu berita,
animasi anak, drama dewasa, drama
sinetron, olah raga, reality show.
Sekadar mengambil c o n t o h , a d e g
a n k e ke r a s a n d a l a m program
berita, diantaranya; Derap Hukum
(SCTV, Senin & Selasa pukul
21.30 WIB) , Buser (SCTV, Senin-Sabtu
pukul 11. 30 WIB) , Fakta (
ANTV, Kamis pukul 22.00 WIB),
Kriminalitas (ANT V, Rabu pukul
11. 00 WI B), Patroli (Indosiar,
Senin-Minggu pukul
11.30 WIB), Bidik ( MetroTV, Rabu
dan Kamis pukul 17.30 WIB), Brutal
(Lativi, Senin-Minggu pukul 18.00
WIB), TKP Siang ( TV7, Selasa dan
Kamis pukul
11.00 WIB), Sergap (RCTI, Senin-
Sabtu pukul 12.30 WIB), Sidik (TPI,
Senin- Minggu pukul 11.00 WIB), Insert
(TransTV, Senin-Minggu pukul 11.00
WIB). Sebenarnya masih banyak lagi
adegan kekerasan yang termuat dalam
b e r b a g a i p r o g r a m a c a r a t e
l e v i s i (Gumilar, 2005).
Efek kekerasan dalam media
efek peniruan atau modeling yang
menjadi karaktersistik anak-anak
sekolah dasar y a n g l a i n a d a l a h
p e n g a r u h d a r i pemaparan
terhadap kekerasan dalam l i p u t a n
m e d i a , p a d a k h u s u s n y a
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 5/63
kekerasan di televisi. Diperkirakan
bahwa anak yang rata-rata menontonTV
2 sampai 4 jam tiap harinya, dapat
melihat sekitar 8.000 pembunuhan
dan
100.000 tindak kekerasan lain melalui
T V , b e g i t u a n a k m e n y e l e s
a i k a n pendidikan dasarnya (Eron,
dalam Nevid, Rathus dan Greene,
2005). Pemaparan terhadap kekerasan
dalam media mungkin berkontribusi
pada perilaku agresif dalam berbagai
cara (Eron, “Health Groups.” Huesmann
& Miller, dalam Nevid, Rathus dan
Greene,
2 0 0 5 ) . P e m a p a r a n i t u m u n
g k i n menyebabkan munculnya
pikiran-pikiran atau impuls-impuls
agresif.
Hubungan antara pemaparan
media dengan perilaku agresif dan
tindak kekerasan pada anak bersifat
rumit dan mungkin dua arah. Anak
yang l eb i h agr e s i f mu ngk i n l e
bi h s uka menonton program-program
berisi kekerasan (DeAngelis, dalam
Nevid, Rathus dan Greene, 2005).
Meski begitu s e b a g i a n b e s ar a h
l i y a k i n b a h w a pemaparan
terhadap kekerasan media berkontribusi
pada agresi dan tindak kekerasan padaanak-anak dan remaja (“Health Groups.”
2000; Huesmann & Miller, dalam Nevid,
Rathus dan Greene,
2005). Dalam penelitian-penelitian
lain
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 6/63
yang berbasis laboratorium, baik anak
ma upu n o r a ng de w a s a di t e
muk an bertindak lebih agresif ketika
terpapar pada kekerasan di televisiatau media lain (DeAngelis, dalam
Nevid, Rathus dan Greene, 2005).
Bukti-bukti juga menunjukkan
peningkatan perilaku agresif pada
anak dan dewasa laki-laki m e n y u s u
l p e m a p a r a n t e r h a d a p
permainan video yang mengandung
kekerasan (Anderson & Drill, dalam
Nevid, Rathus dan Greene, 2005).
B e r b a g a i p e n e l i t i a n t
e l a h menunjukkan bahwa tayangan
kekerasan membawa dampak negatif
bagi remaja dan anak. Semakin
meningkatnya angka kr iminalit as,
kekeras an f isik, dan berbagai bentuk
kekerasan lainnya baik yang menimpa
perempuan, anak maupun kekerasan
dalam rumah tangga dianggap sebagai
dampak dari maraknya tayangan
televisi yang berbau kekerasan. Oleh
karena itu, stasiun televisi dan rumah
produksi harus memiliki tanggung
jawab m o r a l y a n g c u k u p b e s
a r t e h a d a p p e n g a r u h t a y a n
g a n n y a k e p a d a penontonnya
(Widodo, 2008).
Penelitian ini penting untuk
diteliti karena saat ini semakin banyak
tayangan televisi yang mengandung
unsur kekerasan bagi para penontonnya,
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 7/63
baik dari orang dewasa sampai anak-
anak usia sekolah dasar, dimana anak
usia sekolah dasar sangat rentan untuk
meniru adegan yang ditampilkan oleh
a c a r a - a c a r a t e l e v i s i y a n g
s e r i n g menonjolkan adegan
kekerasan.
B. Pertanyaan Penelitian
1. Mengapa anak gemar menonton
tayangan kekerasan di televisi?
2. Bagaimana gambaran perilaku
agresi pada anak yang gemar
menonton tayangan kekerasan di
televisi?
3. Apa faktor-faktor
yang menyebabkan perilaku agresi
pada anak yang gemar menonton
tayangan di televisi.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk
m e m b e r i k a n p e n j e l a s a n s e
c a r a mendalam tentang sebab-sebab
anak gemar menonton tayangan
kekerasan, gambaran perilaku agresi
pada anak y a n g g e m a r m e n o n
t o n t a y a n g a n kekerasan di
televisi dan juga untuk m e n g e t a h
u i f a k t o r - f a k t o r y a n g
mempengaruhi perilaku agresi pada
anak, karena pada usia anak-anak
sangat rentan untuk meniru adegan
yang berbau kekerasan di televisi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan
memiliki dua manfaat
yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan yang
bermanfaat bagi perkembangan ilmu
psikologi, khususnya psikologi
perkembangan dan psikologi sosial
sehingga dapat digunakan sebagai
pedoman untuk penelitian lebih lanjut
yang berkaitan dengan perilaku
agresi pada anak yang gemar
menonton tayangan kekerasan di
televisi.
2. Manfaat Praktis
Membantu memberikan
pandangan kepada para orangtua,
guru, serta masyarakat mengenai
gambaran tayangan kekerasan di
televisi terhadap perilaku agresi pada
anak, sehingga dapat menjadi bahan
pertimbangan agar orang tua dapat
lebih s ele ktif memil ih pr ogra
m televisi pada saat anak menonton
tayangan televisi sehingga anak
tidak menonton tayangan yang
kurang mendidik bagi
perkembangan diri anak nantinya.
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 8/63
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA A. PerilakuAgresi
1. Pengertian Perilaku Agresi
Hampir semua akan setuju
bahwa agresi adalah suatu motif dimana
kita harus tahu lebih banyak. Suatu
gagasan yang berpengaruh tentang
agresi manusia adalah bahwa agresi
adalah bagian dari “sifat dari
binatang” (Freud, Lorenz dalam
Morgan dkk.
19 8 6) . I s t i l ah a gr es i s u l i t
u nt u k d i p i k i r k a n , d a n a d a
b e b e r a p a ketidaksepakatan
mengenai apa yang seharusnya
disebut agresi dan apa yang tidak.
Berikut adalah pengertian dari beberapa
tokoh dalam menjelaskan perilaku
agresi.
Agresi adalah setiap bentuk
perilaku yang diarahkan untuk
merusak atau melukai orang lain
(Baron dan Byrne, 2004). Sears (1991)
meyatakan ba hw a agr e s i t i da k
s e ba t as p ad a perilaku namun
mencakup juga maksud tindakan
seseorang untuk merusak atau melukai
orang lain. Baron (1997) ber
pendapat bahwa agr esi adalah
tingkah laku individu yang
ditunjukkan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak
menginginkan
datan gny a tingkah l aku t er s
ebut. Definisi ini mencakup empat
faktor, yaitu : tingkah laku, tujuan
untuk melukai atau mencelakakan,
individu yang menjadi pelaku dan
individu yang menjadi korban, serta
ketidakinginan kor ban menerima
tingkah laku si pelaku.
Aronson (dalam Koeswara,
1998) mendefinisikan agresi sebagai
tingkah laku yang dijalankan oleh
individu dengan maksud melukai atau
mencelakakan individu lain dengan
ataupun tanpa tujuan tertentu. Moore
dan Fine (dalam Koeswara, 1998)
memandang agresi sebagai tingkah laku
kekerasan secara fisik ataupun secara
verbal terhadap individu lain atau
terhadap obyek-obyek.
Jadi agresi menurut peneliti
adalah perilaku yang diarahkan untuk
melukai atau mencelakakan individu
lain dengan ataupun tanpa tujuan
tertentu, baik dengan kekerasan secara
fisik ataupun secara verbal terhadap
individu lain atau terhadap obyek-
obyek.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Agresi
Menurut Nevid, Rathus &
Greene (2005) ada beberapa faktor
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 9/63
dimana seseorang melakukan agresi
dan kekerasan terhadap orang lain,
diantaranya :
a. Faktor biologis
Pandangan biologi klasik
m e n y a t a k a n b a h w a a g r
e s i merupakan produk dari
insting (instinct ). Insting adalah
pola perilaku menetap yang
dibawa s ej a k lahir dan sp esif i k bag i a n g g o t a s p e s i e
s t e r t e n t u . Pendukung awal
dari keyakinan bahwa agresi
manusia merupakan produk
insting adalah Sigmund F r e u d
. F r u e d a k h i r n y a
berkeyakinan akan adanya insting
yang mendasari agresi manusia,
yang disebutnya sebagai insting
kematian (death instinct ).
Insting kematian pada
dasarnya memiliki tujuan yang
bersifat self-destructive, karena
tujuan akhirnya mengembalikan
manusia pada kondisi bebas-ketegangan seperti saat sebelum
ia dilahirkan. Insting kematian
dapat memunculkan perilaku
self- destructive, termasuk bunuh
diri. Kadang kala insting ini
diarahkan pada orang lain dalam
bentuk agresi ke luar,
kekerasan, dan
perang.
b. Faktor Sosiobiologis
Menurut pandangan
sosiobiologis, perspektif
biologis yang baru, disebut
sosiobiologi ( sociobiology), telah
muncul. Para p e n g a n u t s o s
i o b i o l o g i t i d a k
menjelaskan agresi manusia
berdasarkan insting. Mereka
yakin b a h w a k i t a m e w a
r i s i kecenderungan-
kecenderungan atau disposisi-
disposisi perilaku, termasuk
kecenderungan agresi, yang
meningkatkan kemungkinan
pertahanan hidup nenek moyang
kita, dan diturunkan secara
genetis pada kita (Gaulin &
McBurney, Goode, Thornill &
Palmer, dalam Nevid, Rathus &
Greene, 2005).
Ahli sosiobiologi melihat
b u k t i k o n t e m p o r e r y a n
g menunjukkan anak laki-laki
dan l a k i - l a k i d e w a s a c e
n d e r u n g agresif daripada
perempuan, konsisten dengan
evolusioner ini (Knight, Fabes, &
Higgins, dalam Nevid, Rathus &
Greene, 2005). Mereka juga
melihat ketertarikan dalam media
kontemporer dan
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 10/63
video games merupakan hasil
samping dari warisan agresif kita.
c. Faktor Neurobiologis
Penelitian
neurobiologis
ko nt em p or e r t e n t a n g a
g r e s i banyak memfokuskan
pada peran t r a s m i t t e r s a r
a f , t e r t u t a m a s e r o t o n i
n d a n h o r m o n s e k stestosteron pada anak laki-laki
( V i r k k u n e n & L i n n o i l
a ,
Virkunnen dkk., dalam Nevid,
Kenrick, Segell, dalam Nevid,
Rathus & Greene, 2005).Peneliti menemukan bahwa
remaja laki- laki dengan tingkat
testosteron yang tinggi lebih
cenderung b e r e s p o n a g r e s
i f t e r h a d a p provokasi
daripada sebayanya (Olweus,
dalam Nevid, Rathus & Greene,
2005). Meski penelitian lebih
lanjut sangat diperlukan,
mengenai kaitan antara
testosteron
dan agresi pada laki-laki,mungkin
Rathus
Serotoni
n
& Greene,
berperan
2005).
sebaga
i
saja kelebihan dan kekurangan
h o r m o n i n i b e r p e r a n d
a l a m
transmitter saraf yang
menghambat di beberapa bagian
otak, terutama sistem limbik ,
bagian otak yang terlibat dalam
mengatur dorongan-dorongan
primitif seperti lapar, haus, dan
a g r e s i . S i s t e m l i m b i k
j u g a menjadi kunci dalam
belajar, ingatan, dan pengaturan
emosi. Peneliti menduga bahwa
serotonin menolong mengerem
perilaku- perilaku primitif,
ternasuk aksi- aksi agresi impulsif
(Cowley & Underwood, dalam
Nevid, Rathus
& Greene, 2005).
Testosteron juga berimplikasi
terhadap agresi, sebagian fakta
laki-laki cenderung lebih agresif
daripada perempuan (Buss &
munculnya perilaku agresif
pada laki-laki.
d. Faktor Sosial-Kognitif
Teoritikus sosial kognitif
seperti Albert Bandura (dalam
Nevid, Rathus & Greene, 2005)
mengajukan pandangan bahwa
agresi merupakan perilaku yang
dipelajari, dimunculkan melalui
cara yang sama seperti perilaku-
perilaku lain. Peran dari
modeling ( m e l i h a t d a n m e
n i r u ) d a n reinforcement
digarisbawahi pada
pembelajaran perilaku agresif.
Anak-anak dapat meniru tindak
kekerasan yang diamati di rumah,
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 11/63
di halaman sekolah, di televisi,
atau di media lain. Bila meraka
kemudian di reinforced untuk
be r ti n d a k a gr es i f , mi s
al n y a dengan memperolah
keinginannya atau memperoleh
persetujuan dan r a s a h o r m a t
d a r i s e b a y a , kecenderungan
untuk melakuakn agresi menjadi
lebih kuat sejalan dengan waktu.
e. Faktor Sosiokultural
Menurut perspektif
sosiokultural, tindak kekerasan
berakar pada penyebab-penyebab
sosial, yang banyak diantaranya
be r ja l a n be r i r i n g an , s e
p e r t i
k e m i s k i n a n , k u r a n g n y
a kesempatan, keretakan
keluarga, dan pemaparan terhadap
model- model peran yang
menyimpang. Stressor-stressor
sosial seperti pengangguran yang
berlangsung lama juga berperan.
Perspektif sosioluktural
mengenai kekerasan j u g a m e
m p e r t i m b a n g k a n
bagaimana nilai-nilai budaya dan
metode pengasuhan anak dapat
mengembangkan kekerasan.
f. Faktor Alkohol dan Agresi
Tidak semua orang yang
minum alkohol menjadi agresif.
Meski keterkaitan antara alkohol
d a n p e r i l a k u a g r e s i f p
a d a dasarnya bersifat
korelasional, s e m a k i n b a n y
a k t e m u a n
eks pe r i me nt al m e n un j u
kk a n bahwa alkohol berperan
kausal dalam agresi verbal dan
fisik (Giancola & Zeichner, Ito,
Miller,& Pollock, dalam Nevid, Rathus
& Greene, 2005). Banyak faktor
m u n g k i n t e r k a i t d a l a m
menjelaskan efek alkohol. Di satu
sisi, alkohol menimbulkan efek
kognitif tertentu, seperti
merusak k e m a m p u a n m e n
g a m b i l keputusan.
H u b u n g a n a n t a r a t i
n d a k kekerasan dan alkohol
serta obat- obat terlarang bersifat
kompleks dan mungkin
dijembatani oleh sejumlah
faktor, termasuk tingkat dosis
dan sensivitas biologis pengguna terhadap efek obat,
h u b u n g a n p e n g g u n a d e
n g a n k o r b a n , l i n g k u p p
e r t e m u a n , termasuk pula
faktor-faktor
situasional, individual, dan
sosiokultural.
g. Faktor-faktor Emosional
Faktor-faktor
Emosional, khususnya
frustasi dan
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 12/63
kemarahan, sering tampak nyata
dalam perilaku agresif. Frustasiadalah status emosional yang
berasosiasi dengan
terhambatnya k e i n g i n a n s e
s e o r a n g u n t u k memperoleh
suatu tujuan tertentu. Menurut
hipotesis klasik frustasi- a g r e s
i , f r u s t a s i s e l a l u
menghasilkan agresi, dan agresi
selalu merupakan konsekuensi
dari frustasi.
Kemarahan sering
merupakan katalis atau pemicu
kekerasan atau perilaku
agresif. Pelaku k e k e r a s a n
p a d a a n a k melemparkan
kemarahan ketika a n a k g a g
a l m e m a t u h i keinginannya
dan tuntutannya.
Ditambah oleh Berkowitz
( 1 9 9 3 ) , j e n i s k e l a m i n
j u g a dianggap sebagai salah satu
faktor yang mempengaruhi
perilaku agresivitas seseorang. Ia
juga berpendapat perilaku
agresivitas selain dipengaruhi
hormon juga dipengaruhi oleh
lingkungan yang m e m b e r i k a
n b a t a s a n j e l a s mengenai
perilaku apa yang boleh dan yang
tidak boleh dilakukan oleh pria
atau wanita. Berkowitz (1993),
menyatakan bahwa ada
hal y ang memang s udah
ada dalam tubuh yangmempengaruhi agresivitas, yaitu
hormon seks. Namun, demikian
Berkowitz (1993), juga
menambahkan, bagaimanapun
hormon seks tidak menyediakan
stimuli langsung u n t u k a g r e
s i v i t a s . P e r a n
p e m b e n t u k a n g e n d e r
y a n g dipengaruhi oleh budaya
yang berlaku dimana si anak
tinggal d a n d i b e s a r k a n ,
b a n y a k mempengaruhi
perbedaan jenis k e l a m i n d a
l a m p e r i l a k u agresivitas.
3. Bentuk-bentuk Agresi
Beberapa psikolog telah
melakukan penelitian
untuk
mengidentifikasi bentuk-bentuk
agresi, baik pada manusia maupun
h e w a n y a n g d i g o l o n g k a
n berdasarkan penyebab munculnya
perilaku agresif tersebut. Bentuk-
b e n t u k a g r e s i m e n u r u t
M o y e r (1976), yaitu :
a. Agresi Predator : agresi yang
tampil akibat adanya mangsa.
b. Agresi Antarjantan ( Intermale)
:
agresi yang tipikal hadir akibat
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 13/63
hadirnya sesama jantan dalam
satu spesies.
c. Agresi Ketakutan ( Fear
individual ) : tingkah laku
agresif ini tampil akibat suatu
usaha untuk menghindar dari
suatu ancaman.
d. Agresi Tersinggung ( Irritable) :
ditimbulkan oleh perasaan
marah (tersinggung) d a n b
i a s a n y a respon tampil
secara meluas mengenai objek
hidup maupun mati. Biasanya
tampil dalam lingkungan yang
menimbulkan frustasi deprivasi
dan rasa sakit.
e. Agresi Pertahanan (Territorial ): agresi yang muncul dalam
rangka mempertahankan
jenisnya maupun daerah
kekuasaanya dari suatu
ancaman atau biasa juga disebut
sebagai agresi ancaman.
f. Agresi Maternal : tampil hanya
pada golongan betina yang
bertindak agresif
untuk melindungi anak-
anaknya dari bahaya yang
sedang dihadapinya.
g. Agresi Instrumental : tingkah
laku agresi yang dipelajari dan
diperkuat oleh stimulus positif
yang diperolehnya biasanya
untuk memenuhi atau
mencapai suatu tujuan tertentu.
4. Sebab-sebab Agresi
Kunci utama penyebab agresi
adalah pengalaman yang tidak
menyenangkan (Berkowitz dalam
R i y a n t i & P r a b o w o , 1 9 9
8 ) . Sedangkan frustasi dari suatu
motif sejak awal diusulkan sebagaisebab dasar dari agresi. Frustasi
terjadi ketika perilaku yang
dimotivasi dihalangi, atau ditutupi,
sehingga tujuan itu tidak dapat
dicapai. Bentuk yang kuat dari
hipotesa-frustasi- agresi (Dollard,
dkk. Dalam Riyanti
& Prabowo, 1998)., seperti yang
baru saja disebutkan, menyatakan
bahwa frustasi selalu menghasilkan
agresi, dan semua perilaku agresi
selalu disebabkan oleh frustasi.
Apakah frustasi hasil dari
a g r e s i a t a u t i d a k n a m p a
k n y a tergantung pada dua faktor.
Pertama, frustasi tersebut harus kuat
(Harris dalam Riyanti & Prabowo,
1998). K e dua , f r us t as i h ar us
di t er i ma s e b a g a i h a s i l d a r
i t i n d a k a n sewenang-wenang.
Agresi lebih nampak ketika frustasi
diterima sebagai tidak dapat
dibenarkan, dan
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 14/63
B a r a n g k a l i y a n g u m u m , agresif.
sumber agresi sehar-hari adalah b. Dorongan-dorongan umum juga
penghinaan verbal atau penilaian dapat membuat
seseorang negatif dari orang lain. Penyebab bertindak agresif
seperti orang sosial lain yang penting dari agresi yang sangat
kelaparan akan manusia adalah kerelaan dengan sangat rakus
melahap makanan
suatu otorita yang menyuruh kita a t au or an g ya ng l et i h a
ka n
untuk menyerang orang lain. Kondisi mudah tersinggung dan
marah. yang tidak menyenangkan atau c. Timbulnya suatu
penyerangan kondisi aversif bisa menyebabkan f i s i k m a u p u
n v e r b a l d a p a t orang cenderung berperilaku agresif.
memotivasi seseorang untuk Temperatur yang tinggi di atas
menampilkan perilaku agresif temperatur norman (Baron dalam
dalam rangka membalas maupun Riyanti & Prabowo, 1998), suara
mempertahankan diri dari
yang kuat (Donnerstein & Wilson serangan tersebut.
dalam Riyanti & Prabowo, 1998), d. Deindividuasi atau hilanganya
dan dibawah kondisi-kondisi seperti suatu nilai
pribadi, crowding atau ramai (Freedman, akan
agresi tidak terjadi sama sekali
jika p e n g h a l a n g d a r i m ot i f dipertimbangkan benar oleh
individu yang f r us t as i ( Zi ll m
ann d al a m Riyanti & Prabowo,
1998).
sudah marah pada suatu hal.
A d a p u n m e n u r u t D
e a u x (1993), sebab-sebab
munculnya agresi :
a. Adanya frustasi yang dialami
oleh seseorang sehinggamenimbulkan adanya tegangan
a t a u d o r o n g a n y a n g h
a r u s disalurkan melalui
perilaku
penghargaan moral
secara pribadi.
e. Secara biologi, beberapa jenis
obat-obatan mampu menstimuli
seseorang sehingga ambangkemarahannya menurun dan
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 15/63
cepat bereaksi secara agresif
terhadap stimuli yang sederhana
sekalipun.
f. Adanya kondisi masyarakat yang
secara langsung membenarkan
atau mendukung dilakukannya
tindakan agresif.
Dapat disimpulkan bahwa
sebab- sebab agresi adalah
pengalaman y a n g t i d a k m e ny e n a n g k a n , p e n g h i n a a n v
e r v a l , d a n f a k t or kerelaan,
selain itu kejadian-kejadian yang
membuat frustasi menimbulkan
dorongan agresi yang
menyebabkan individu meyerang
atau menyakiti orang lain, dimana
penyebabnya adalah adanya
dorongan agresi sejak lahir,
frustasi, tingkah laku agresi
merupakan hal yang dipelajari,
dorongan- dor ongan umum juga
dapat membuat seseorang
bertindak agresif, timbulnya suatu
peyerangan fisik maupun verbal,deindividuasi, secara biologi, dan
adanya kondisi masyarakat yang
secara langsung m a u p u n t i d a
k l a n g s u n g membenarkan
atau mendukung tindakan agresif.
B.
Anak
1. Definisi Anak
Gagne (dalam Gunarsa,1990)
mengatakan bahwa batasan usia
seorang anak adalah individu
yang mengalami pertumbuhan
dan perkembangan verbal sebagai
hasil proses mempelajari sesuatu
yang diperoleh dari luar.
Lugo dan Hershey (dalam
Damayanti, 1999) anak adalah
anggota keluarga yang ikut dalamtanggung jawab sehari-hari orang
dewasa, ikut dalam aktivitas
orang dewasa.
Havinghurst (dalam Gunarsa,
1999) menyebutkan bahwa
seorang anak mengalami tugas-
tugas dalam perkembangan
( Developmental task ) yaitu tugas-
tugas yang timbul pada atau
kira-kira pada masa p er ke mb
an g an t er t e nt u y an g b i l a
m a n a b e r h a s i l a k a n
menimbulkan kebahagiaan dan
akan diharapkan berhasil pada
tugas perkembangan berikutnya.
Hurlock (1993)
memberikan b a t a s a n u s i a a
n a k y a n g memisahkan antara
anak laki-laki dan anak
perempuan, anak laki- laki
berkis ar antara usia 0-12
tahun, sedangkan anak wanita
berusia 0-11 tahun.
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 16/63
Jadi menurut peneliti anak c. Masa Bayi ( Baby
adalah individu yang tumbuh dan
berkembang sesuai tugas-tugas
perkembangan dengan rentang
usia
2 sampai 12
tahun.
2. Batasan Usia Perkembangan
Anak
Hurlock (1993)memberikan b a t a s a n u s i a
a n a k y a n g memisahkan
antara anak laki-laki dan anak
perempuan, anak laki- laki
berkisar antara usia 0-12 tahun,
sedangkan anak wanita berusia 0-
11 tahun. Lebih rinci l a g i H
u r l o c k m e m b a g i u s i a
perkembangan anak menjadi :
a. Masa sebelum
lahir ( Pranatal ) selama 9
bulan sebelum lahir
perkembangan terjadi sangat
cepat yang terutama
terjadi secara fisiologis
dan terjadi dari
pertumbuhan seluruh tubuh.
b. Masa bayi baru lahir ( New
Born) 0-14 hari, masa ini
adalah periode bayi yang
baru lahir, atau neonate,
selama waktu ini bayi harus
menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang seluruhnya
baru di luar rahim ibu.
Hood ) dari 2 minggu
sampai 2 tahun. Pertama-
pertama bayi sama sekali
tidak berdaya, secara
bertahap belajar
mengendalikan ototnya
sehingga secara berangsur-
angsur dapat bergantung pada
dirinya sendiri, perubahan
disertai timbulnya perasaan
tidak suka dianggap seperti
bayi dan keinginan mandiri.
d. Masa kanak-kanak
awal ( Early Children) dari
2-6 tahun adalah usia pra
sekolah atau pra
kelompok. Anak berusaha
mengendalikan
lingkungan dan mulai
belajar menyesuaikan diri
secara social.
e. Masa kanak-kanak
akhir ( Late Chilhood ) 6-12
tahun untuk perempuan dan
6-13 tahun untuk anak laki-
laki, terjadi kematangan
seksual dan masa remaja
dimulai, perkembangan
utama ialah sosialisasi,
merupakan usia sekolah
atau usia kelompok. Dalam
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 17/63
penelitian ini
menggunakan masa kanak-
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 18/63
kanak akhir ( Late Chilhood )
usia 6-12 tahun untuk anak
perempuan dan 6-13 tahun
untuk anak laki-laki.
3 . H i b u r an P ad a A k h i r
M as a
Kanak-Kanak
Menurut Hurlock (1980),
pada masa akhir kanak-kanak,
beberapa hiburan yang digemariyaitu :
a. Membaca
Anak yang lebih besar lebih
meyukai buku dan majalah
anak-anak yang menekankan
kisah-kisah petualangan dan
dimana anak dapat membaca
t e n t a n g t o k o h p a h l a
w a n sebagai tokoh
indentifikasi diri.
A n a k l e b i h m e n y u
k a i l i n g k u n g a n y a n
g menyenangkan dan interaksi
kelompok yang positif dari
orang-orang kelas menengah
daripada lingkungan yang
kaku dan interaksi kelompok
yang negatif dari orang-orang
kota. Yang penting, ia ingin
akhir cerita yang bahagia.
b. Buku Komik
Terlepas dari tingkat
kecerdasan, hampir semua
anak menyenangi buku
komik, baik yang bersifat
lelucon atau petualangan.
Buku komik m e n a r i k
k a r e n a menyenangkan,
menggairahkan, mudah
dibaca dan merangsang
imajinasi anak.
c. Film
Menonton film merupakan
salah satu kegiatan kelompok
yang digemari, meskipun
beberapa anak pergi sendiri
ke bioskop atau dengan
anggota keluarga. Anak
gemar film kartun-kartun,
kisah-kisah petualangan dan
film-film tentang binatang.
d. Radio dan Televisi
Televisi l e bi h p opu l
er
daripada radio, meskipun anak
senang mendengarkan musik
atau berita-berita olah raga
yang tidak disiarkan televisi.
Menonton televisi
merupakan s a l a h s a t u h
i b u r a n y a n g disukai
oleh sebagian anak- a n a k .
M e r e k a s e n a n g
pertunjukan kartun dan acara-
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 19/63
acara lain yang
diperuntukkan b a g i t i n g k a t u s i a n y a d i samping
acara-acara untuk orang
dewasa. Seperti telah
dipertunjukkan oleh Leifer
( d a l a m H u r l o c k , 1 9 8
0 ) .
“ t e l e v i s i b u k a n h a n
y a merupakan hiburan bagi
anak- a n a k , t e t a p i j u g
a s a r a n a sosialisasi yang
penting”.
e. Melamun atau Berkhayal
A nak y an g kes e pi an
di rumah dan mempunyai
sedikit t e m a n b e r m a i n
s e r i n g menghibur diri
sendiri dengan melamun.
Yang khas, anak
membayangkan diri sendiri
s e b a g a i “ p a h l a w a n
y a n g m e n a n g ” d a l a m
d u n i a impiannya, dan
kemudian m e n g i m b a n g ik u r a ng n y a teman dan
perhatian yang ia peroleh
dalam hidup sehari- hari.
4. Bahaya Psikologis yang
Mempengaruhi Perilaku
Anak
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku anak,
d i m a n a p a d a u m u m n y
a dikaitkan dengan
perkembangan sikap moral, dan
perilaku anak-
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 20/63
anak, yang diantaranya
berpengaruh pada bahaya
p s i k o l o g i s a n a k , m e n u
r u t H u r l o c k ( 1 9 8 0 ) , a dae n a m bahaya psikologis yaitu :
a. Perkembangan kode moral
berdasarkan konsep teman- t
em an at a u be r d as ar ka n
konsep-kensep media massa
tentang benar dan salah yang
tidak serupa dengan kode orang
dewasa;
b. Tidak berhasil
mengembangkan suara hati
sebagai pengawas dalam
terhadap perilaku;
c. Disiplin yang tidak konsisten
membuat anak tidak yakin akan
apa yang sebaiknya dilakukan;
d. Hukuman fisik merupakan
contoh agresifitas anak;
e. Menganggap dukungan
teman-teman terhadap perilaku
yang salah begitu
memuaskan sehingga
perilaku itu menjadi
kebiasaan; dan
f. Tidak sabar terhadap
perbuatan orang lain yang
salah.
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 21/63
5. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Agresi Pada
Anak
Setiawan (2000),
menyebutkan faktor-
faktor
penyebab perilaku agresi pada
anak adalah :
a. Meniru orang tua
Anak cenderung
meniru p e r i l a k u o r a n
g t u a n y a , mereka akan
melakukan hal y a n g s a m
a d a n h a n y a mengulangi
apa yang sama dan hanya
mengulangi apa yang pernah
dilakukan orang tuanya.
b. Orang tua membiarkan
Cara hidup yang tidak
beraturan atau terlalu
dimanja
orang tua dapat membuat
mengizinkan dia bertindak
lagi.
c. Akibat acara-acaratelevisi
O r a n g t u a p e r l u
mendampingi anak dalam
memilih acara TV, bila anak
dibiarkan menonton adegan-
adegan kekerasan dalam
film, maka dikhawatirkanakan m e m p e n g a r u h i
a n a k . Menurut Mahayoni
& Lim (2007), akibat acara-
acara televisi yaitu anak
menjadi peniru dan televisi
membuat anak kurang bisa
berinteraksi dengan teman
sebaya dan lingkungannya.
d. Memendam
perasaan marah
a n a k s u k a m e n y e r a
n g , misalnya : orang tua
menegur anak ketika anak
memukul or ang. Anak
segera tahu bahwa orang
tuanya merasa tidak apa-apa
dan memberi k e s e m p a t a
n b a g i d i a mengulangi
perbuatannya, bahkan lebih
menjadi-jadi. Bagi anak,
bila orang tua tidak
menghukum, itu berarti
Mencegah atau melarang
a n a k m e l a m p i a s k a n
a m a r a h n y a h a n y a a
k a n m e n g a k i b a t k a n
a n a k memendam perasaan
marah i t u . M u l a - m u l a
t i d a k diketahui, sebab
kelihatannya s e ca r a l a hi
r i a h b ai k da n sopan,
tetapi karena tidak dapat
melampiaskan emosi
amarahnya dan juga karena
tertimbun lama di dalam
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 22/63
hatinya, maka pada waktunya
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 23/63
perasaan itu meledak dan
terlampiaskan melalui tindak
penyerangan.
e. Dengan kejam
menghadapi kekejaman
Menghukum kekerasan
anak itu dapat dibenarkan,
t e t a p i b u k a n d e n g a
n memukul secara kasar.
Hal i t u a k a n b e r a k i b a t kebalikannya, yaitu
anak m e n i r u k e l a k u a
n o r a n g dewasa. Apabila
orang tua m e n g h u k u m
d e n g a n menganiaya, maka
anak akan belajar untuk
menganiaya orang lain
sebagai balasan
pelampiasannya.
C. Tayangan Kekerasan Di Televisi
1. Pengertian Tayangan
Kekerasan Di Televisi
Arti tayangan televisi
dalam kamus bahasa Indonesia
a d a l a h s e s u a t u y a n g
dipertunjukkan. Sedangkan arti
kekerasan yang dimaksud disini
memang bukan hanya dalam
bentuk fisik, tetapi juga dalam
b e n t u k v e r b a l , e m o s i
o n a l , maupun s eksual. K
eker asan
verbal termasuk bentuk
kekerasan yang kerap ditemui
dan biasanya orangtua tidak
menyadari telah melakukan hal
tersebut. Sedangkan pengertian
kekerasan merupakan tindakan
a g r e s i d a n p e l a n g g a r a
n
( p e n y i k s a a n , p e m u k u
l a n , pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau
dimaksudkan untuk
menyebabkan penderitaan atau
menyakiti orang lain, dan hingga
batas tertentu tindakan m e n y
a k i t i b i n a t a n g d a p a t
dianggap sebagai kekerasan,
tergantung pada situasi dan
nilai- nilai sosial yang terkait
dengan kekejaman terhadap
binatang. I s t i l a h “ k e k e r a
s a n ” j u g a
mengandung kecenderungan
agresif untuk melakukan perilaku
yang merusak. Kerusakan harta b e n d a b i a s a n y a d i a n g
g a p masalah kecil
dibandingkan dengan kekerasan
terhadap orang (Gunawan
Wibisono, 2009).
Sedangkan dalam
bahasa I n g g r i s p e n g e r t i
a n t e l e v i s i disebut dengan
television, istilah television
berasal dari perkataan Yunani ;
tele artinya : far, off,
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 24/63
jauh. Ditambah dengan vision,
yang artinya to see, melihat.Jadi artinya secara harfiah,
melihat j a u h . D a p a t j u g a
d i a r t i k a n sebagai media
komunikasi jarak jauh dengan
penayangan gambar dan
pendengaran suara, baik melalui
kawat maupun secara
elektromagnetik tanpa kawat
(ber asal dari bahasa Yunani
“tele” yang artinya jauh dan
“ v i s i o n ” y a n g a r t i n y
a penglihatan).
Televisi adalah sistem
elektronik yang mengirimkan
gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel
(Arsyad, 2002: 50). Sistem ini
menggunakan peralatan yang
mengubah cahaya dan suara ke
dalam gelombang elektrik dan
mengkonversikannya kembali ke
dalam cahaya yang dapat
dilihat dan suara yang dapat
didengar.
Jadi tayangan kekerasan
di televisi menurut penulis
adalah sesuatu yang
dipertunjukkan b u k a n h a n
y a m e n a m p i l k a n
kekerasan dalam bentuk fisik,
tetapi juga bisa dalam bentuk
v er ba l , e mos i on al , m au
pun
seksual yang menyebabkan
atau dimaksudkan menyakitiorang lain, atau binatang dalam
sebuah media televisi.
2. Daftar Acara Tayangan
Televisi Untuk Anak-anak
D a r i Y a y a s a n
Pengembangan Media Anak
(YPMA), telah membuat daftar acara yang masuk dalam
kategori Aman, Hati-hati, dan
Bahaya untuk anak, antara lain
sebagai berikut :
a. Aman
Tayangan televisi yang
Aman bagi anak bukan
hanya t a y a n g a n y
a n g menghibur, melainkan
juga memberikan manfaat
lebih.
Manfaat tersebut,
misalnya pendidikan,
memberikan motivasi,
mengembangkan sikap
percaya
diri anak, dan penanaman
n i l a i - n i l a i p os i t i f
da l a m kehidupan. Acaranya
adalah: Varia Anak (TVRI),
Bocah Petualang, Laptop Si
Unyil, Jalan
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 25/63
Sesama, Cita-citaku,
Si
Bolang ke Kota, Buku
Harian s i U n y i l ( T R A
N S 7 ) , Surat Sahabat,
Cerita Anak, Main Yuk!
(TRANS TV), D o r a T h
e E x p l o r e r , Go! Diego
Go!, Chalkzone,
Backyardians (TV G), dan
M a s a K a l a h S a m a
Anak-anak (TV One).
b. Hati-hati
Tayangan yang
masuk dalam kategori
Hati -hati adalah tayangan
anak yang dinilai relatif
seimbang antara muatan
positif dan negatif.
Kategori ini memberikan
nilai hiburan serta
pendidikan dan nilai positif,
namun juga dinilai
mengandung muatan negatif
seperti kekerasan, mistis,
seks, dan bahasa kasar y a n
g t i d a k m e n c o l o k .
Acaranya antara lain :Idola
Cilik Seleb, Rapor Idola
Cilik Seleb, Doraemon, P
entas Idola Cilik, Rapor
Pentas Idola Cilik (RCTI),
Casper, H a r v e y t o o n( T P I ) , T r a n s f or m e r s
( A N T V ) , Pokemon
Series, Bakugan
B a t t l e B r a w l e r s , K
on s e r E l i m i n a s i 6 A F
I J u n i o r (IVM), New
Scooby DooMovie
(TRANS7), SpongeBob
Squarepants,
Avatar: The Legend of
Aang, Carita De Angel
(TVG).
c. Berbahaya
Tayangan yang
masuk d a l a m k a t e g o r i
B a h a y a merupakan
tayangan yang mengandung
lebih banyak m u a t a n n e
g a t i f , s e p e r t i
k e k e r a s a n , m i s t i s ,
s e k s , d a n b a h a s a k a
s a r . Kekerasan dan mistis
dalam t a y a n g a n y a n g
m a s u k dalam kategori
ini dinilai cukup intens
sehingga bukan l a g i
m e n j a d i bentuk
pengembangan cerita, tapi
sudah menjadi inti cerita.
Tayangan
dalam kategori ini
disarankan untuk tidak
disaksikan anak. Contoh
acaranya yaitu : Tom
& Jerry, Crayon Sinchan
(RCTI), Si Entong, Tom &J e r r y , S i
E n t o n g 2 ( T P I ) , P o p
e y e
O r i g i n a l , O g g y & T h
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 26/63
e
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 27/63
C o c k r o a c h e s ( A N T
V ) , Detective Conan,Dragon Ball, Naruto 4
(INDOSIAR), T o m &
J e r r y
( T R A N S 7 ) , O n e P i
e c e , Naruto (TVG)
3. Pedoman Larangan Program
P e n y i a r a n T a y a n g a n
Kekerasan Di Televisi
Berdasarkan Keputusan
Komisi Penyiaran Indonesia
No.
009 / SK / 8 / 2004 tentang
Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program siaran pasal
32-3 8 , k h u s u s n y a m e n g e
n a i larangan program dan
tayangan terkait kekerasan,
diantaranya:
a. Mengandung muatan
kekerasan secara dominan,
atau mengandung adegan
kekerasan eksplisit
dan vulgar.
b. Jam penayangan diluar
pukul
22.00-
03.00.
c. Mengandung adegan yang
dianggap diluar perikemanusiaan
atau sadistis.
d. Yang dapat dipersepsikan
sebagai
mengagung- agungkan
kekerasan atau
menjustifikasi
kekerasan
s ebagai hal ya ng lum rah
dalam kehidupan sehari-
hari.
e. Lagu-lagu atau klip
video musik yang
mengandung muatan pesan
menggelorakan atau
mendorong kekerasan.
f. Disajikan secara
eksplisit.
g. Menyorot gambar luka-
luka yangdiderita
korban kekerasan,
kecelakaan, dan bencana
secara close up.
h. Menyorot penggunaansenjata tajam dan senjata api
secara close up.
i. Gambar korban
kekerasan tingkat berat,
serta potongan organ
tubuh
korban dan genangan
darah yang
diakibatkan tindak
kekerasan, kecelakaan,
dan bencana tidak
disamarkan.
j. Saat-saat kematian
tidak boleh disiarkan.
k. Adegan eksekusi
hukuman mati.
l. Rekonstruksi kejahatan
disiarkan secara terperinci.
m. Rekonstruksi kejahatan
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 28/63
seksual dan pemerkosaan
tidak boleh disiarkan.
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 29/63
n. Rekonstruksi kejahatan
tanpa izin dari korban
kejahatan atau pihak-pihak
yang dapat dipandang
sebagai wakil korban.
o. Rekonstruksi yang
memperlihatkan modus
kejahatan secara terperinci.
p. Rekonstruksi yang
memperlihatkan cara
pembuatan alat-alat
kejahatan.
q. Memberikan gambaran
e k s p l i s i t d a n t e r p e
r i n c i tentang cara membuat
bahan peledak.
r. Mendorong atau
mengajarkan tindakan
kekerasan atau penyiksaan
terhadap binatang.
s. Penggambaran secara
eksplisit dan terperinci adegan
bunuh diri.
t. Terkandung pesan bahwa
bunuh diri adalah sebuah
jalan keluar yang
dibenarkan untuk mengakhiri
hidup ( Koran Tempo, 19
Desember
2004).
4. Daya Tarik Bagi An ak yan g
Gemar Menonton Tayangan
Kekerasan
Bagi anak unsur film yang
menegangkan merupakan daya
tarik yang utama. Bagaimanapun
caranya ketegangan itu
dihasilkan mereka ingin melihat
sesuatu yang mer angs ang dan
mengandung u n s u r t e r o r ,
k e k e r a s a n d a n k e t e g a n g
a n . A p a s a j a y a n g
menawarkan adegan ketegangan,
p e t u a l a n g a n , a t a u m i s t
e r i merupakan daya tarik bagi
anak- anak ini karena merupakan
sesuatu yang berbeda dari
kenyataan hidup sehari-hari
(Hurlock, 1995). Selain
menghibur, yang terutama bikin
kecand uan ia l ah uns ur th rill
, suasana tegang saat
menunggu adegan apa yang
bakal terjadi k e m u d i a n . T a
n p a i t u , f i l m c e n d e r u ng d a t a r d a n membosankan,
karena itulah anak- anak senang
menonton tayangan kekerasan
(Triwardani, 2008).
D. Perilaku Agresi Pada Anak
Yang Gemar Menonton
Tayangan Kekerasaan Di
Televisi
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 30/63
Aronson (dalam Koeswara,
1998) mendefinisikan agresisebagai tingkah laku yang dijalankan
oleh individu dengan maksud
melukai atau mencelakakan
individu lain d e n g a n a t a u p u
n t a n p a t u j u a n tertentu.
Moore dan Fine (dalam Koeswara,
1998) memandang agresi sebagai
tingkah laku kekerasan secara fisik
ataupun secara verbal terhadap
individu lain atau terhadap obyek-
obyek.
Pada uraian di atas
dikemukakan bahwa agresi adalah
s e t i a p b e n t u k p e r i l a k u
y a n g diarahkan merusak ataumelukai orang lain (Baron dan
Byrne, 2004). Melukai orang lain
atau berperilaku agresif bisa dalam
bentuk fisik atau verbal, pasif atau
aktif, langsung atau tidak langsung
(Buss dalam Morgan dkk. 1986)
Adanya tayangan televisi
yang menampilkan adegan
kekerasan d a p a t m e m b e r i k a
n p e n g a r u h khususnya kepada
anak-anak yang gemar menonton
acara televis i tersebut. Sears
(1991), menyatakan ba hw a m e n
i ngk at n y a pr opo r s i a d e g a n
k e k e r a s a n d a l a m f i l m m a
u p u n t e l e v i s i m e l a h i r k a
n
kekhawatiran akan timbulnya
pengaruh negatif bagi penonton.Dimana perilaku kekerasan sebagai
pengaruh negatif dalam istilah
psikologi disebut agresi.
Saat ini frekuensi dan durasi
tayangan televisi berbau kekerasan
s ud ah b er ad a pa da t ah ap y
an g mengkhawatirkan. Adanya
tayangan televisi yang berbau
kekerasan dapat m e m b u a t a n a
k b e r k a t a y a n g m em bu at
ki t a ka g et , mi s a l nya oarngtua
menyebalkan, kurang ajar, bangs at ,
atau segudang makian lainnya.
Bahkan kadang bukan hanya
perkataan saja yang diikuti, tetapi juga disertai aksi yang tidak kalah
mengagetkan, misalnya dengan
membanting piring, gelas, atau
barang yang terdekat yang bisa
d i r a i h n y a , b e r b i c a r a d e
n g a n berteriak-teriak,
mengancam, dan lain sebagainya
(Mahayoni & Lim,
2007).
Kekerasan merupakan salah
satu yang sering ditayangkan di layar
televisi. Adegan kekerasan ini
menyebar dalam berbagai jenis
program acara. Apakah itu berita,
animasi anak, drama dewasa, drama
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 31/63
sinetron, olah raga, reality show
(Gumilar, 2005).
Para ahli menyakini bahwa
p e m b e n t u k a n p e r i l a k u
a n a k didasarkan pada stimulus
yang diterima melalui pancaindera
yang kemudian diberi arti dan
makna b e r d a s a r k a n p e n g e
t a h u a n , pengalaman, dan
keyakinan yang dimiliki. Jika
anak belum memiliki sebuah
pemahaman tentang benar at a u
s a l a h, k e mu di a n m e r e k a
melihat acara televisi yang penuh
dengan adegan umpatan,
kekerasan, hal itu akan mereka
anggap sebuah kebenaran baru.
Bahayanya adalah, jika kebenaran
baru tersebut, yang s e b e n a r n y
a b u k a n l a h s u a t u
kebenaran yang sesungguhnya,
disampaikan secara berulang-
ulang, akan menjadi semacam
indoktrinasi dogma (Mahayoni &
Lim, 2007).
Televisi le bih menga jar
i anak-anak pola pikir yang salah.
Katakanlah jalan pintas dalam
menghadapi masalah,
uang
m e n y e l e s a i k a n m a s a l a
h , kekerasan untuk
menyelesaikan masalah, dan
lain-lain. Pola pikir a n a k d i p
e n g a r u h i o l e h
imajinasinya sendiri. Semakin
banyak mereka
menonton
kekerasan di TV semakin besar
kemungkinan anak berfikir
bahwa kekerasan merupakan
bagian yang normal dalam
kehidupan sehari- hari (Mahayoni
& Lim, 2007).
Berbagai teori psikologi
s o s i a l m en yat a ka n b ahwa d i televisi atau dalam film
dapat m e n i n g k a t k a n a g r
e s i
p e n o n t o n n y a . T e o r i i
m i t a s i Bandura misalnya,
menyatakan b a h w a k e k e r a
s a n i t u a k a n menyebabkan
para penonton melakukan agresi
imitatif. Teori belajar yang lain
menyatakan b a h w a k e k e r a
s a n m e d i a memberikan isyarat
yang memicu timbulnya
kebiasaan respons agr e s i f p
en ont o nny a ( S e ar s ,
1985).
BAB IIIPENDEKATANPENELITIAN
1. Definisi Studi Kasus
Dalam penelitian ini,
pendekatan yang digunakan adalah
metode kualitatif dengan pendekatan
penelitian studi kasus. Menurut
Moleong (2004), studi kasus adalah
studi yang berusaha memahami isu-
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 32/63
isu yang rumit atau objek dan
dapat m e m p e r l u a s p e n g a l am a n a t a u menambah kekuatan
terhadap apa yang telah dikenal
melalui hasil penelitian yang lalu
lebih lanjut d i k a t a k a n b a h w
a s t u d i k a s u s menekankan
pada rincian analisis kontekstual
tentang sejumlah kecil kejadian atau
kondisi dan hubungan- h u b u n g a
n y a n g a d a p a d a n y a .
Sedangkan American Psychology
Asociation (APA) mendefinisikan
studi kasus atau case study sebagai
“ p a p e r s i n w h i c h t h e a u
t h o r describes case material while
with an individual or organization”.Yang intinya bahwa studi kasus
adalah sebuah laporan penelitian
yang d i b u a t o l e h p e n e l i t i
u n t u k memberikan gambaran
mengenai suatu kasus baik itu
individu atau organisasi.
S tudi kas us adalah s
uatu bentuk penelitian (inquiry)
atau studi tentang suatu masalah
yang memiliki sifat kekhususan
( particularity ), d a p a t d i l a k u k
a n b a i k d e n g a n pendekatan
kualitatif maupun kuantitatif,
dengan sasaran perorangan
(individual) maupun
kelompok, bahkan masyarakat luas
(Basuki, 2006).
Studi kasus ditujukan untuk
meneliti satu kasus atau lebih
secara m e n d e t a i l , m e n d a l a
m , g u n a memahami
kompleksitasnya dalam konteks
alamiah. Studi kasus dapat d i l a k
u k a n s e c a r a k u a l i t a t i f ,
kuantitatif, atau gabungan keduanya.
Dari uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa studi kasus
ialah suatu penelitian mendalam
yang d i l a k u k a n u n t u k m e
m b e r i k a n gambaran mendalam
mengenai suatu kasus yang
mempunyai karakteristik tertentu.B. Subjek Penelitian
Suatu penelitian studi kasus
dapat menggunakan satu subjek
penelitian saja asalkan data yang
di dapat sudah cukup (Bonister dkk
dalam Poerwandari, 1998).
Karakteristik subjek adalah
anak laki-laki atau perempuan yang
berusia antara 6 sampai 12 tahun
untuk anak perempuan, 6-13 tahun
untuk anak laki-laki yang gemar
menonton tayangan kekerasan di
televisi.
C. Tahap-tahap Penelitian
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 33/63
Pada penelitian ini ada tiga
tahap persiapan dan pelaksanaan
diantaranya:
1. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap persiapan sebelum
di a d ak a n p en el i t i a n a d
al a h melakukan perumusan
masalah penelitian yang akan
dijadikan t o p i k p e n e l i t i a
n , s e t e l a h me r u mu s k an
m a ka l an gka h b e r i k u t n
y a a d a l a h d e n g a n
pengumpulan konsep dan teori
yang selanjutnya dapat
dijadikan p e r b a n d i n g a n a
n t a r a h a s i l penelitian
dengan teori yang ada.
2. Menyusun pedoman wawancara
Peneliti menyusun pertanyaan
yang berhubungan dengan apa
yang ingin ditanyakan pada
subjek, khususnya hal-hal yang
menyangkut dalam penelitian
berdasarkan teori-teori yang
relevan dengan masalah yang
diteliti.
3. Pelaksanaan wawancara dan
observasi
Peneliti melakukan
proses
wawancara dibantu alat
perekam berupa tape recorder.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sifat
penelitian kualitatif yang
terbuka dan lu wes , met odedan tip e pengumpulan data
dalam
p e n e l i t a n k u a l i t a t i f s
a n g a t beragam disesuaikan
dengan masalah, tujuan, serta
sifat objek yang akan diteliti
(Poerwandari,
1998). Dalam penelitian ini,
metode pengumpulan data yang
d i g u n a k a n a d a l a h m e
t o d e wawancara dan observasi.
1. Wawancara
M e n u r u t B a n i s t er
dk k . ( d a l a m B a s u k i , 2
0 0 6 ) , wawancara adalah
percakapan dan tanya jawab
yang diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu. Wawancara
kualitatif dilakukan bila peneliti
bermaksud untuk memperoleh
pengetahuan tentang makna-
makna subjektif yang dipahami
indivi du ber kes an dengan
topik yang diteliti dan bermaksud
melakukan eksplorasi terhadap
isu tersebut. Hal ini tidak dapat
dilakukan dengan pendekatan
lain.
Selain itu menurut Narbuko
dan Achmadi (2005),
wawancara adalah proses tanya
jawab dalam
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 34/63
peneli tian yang berlangsung
secara lisan di mana dua oranga t a u l e b i h b e r t a t a p m
u k a mendengarkan secara
langsung i n f o r m a s i – i n f o
r m a s i a t a u keterangan–
keterangan. Hal ini dijelaskan
pula oleh Moleong (2002), yang
mendefinisikan wawancara
sebagai percakapan dengan
maksud tertentu, yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer ) yang
mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancar ai (
interview ee ) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.
K a r t o n o ( d a l a m Ba s
u ki ,
2006) menjelaskan bahwa
interview a t a u w a w a n c a r a a
d a l a h s u a t u percakapan yang
diarahkan pada s u a t u m a s a l a
h t e r t e n t u , i n i merupakan
proses tanya jawab lisan, d i m a n ad u a o r a n g a t a u l e b i h
berhadap-hadapan secara fisik.
M e n u r u t P a t t o n ( d a
l a m Poerwandari, 1998) secara
umum k i t a d a p a t m e m b e d
a k a n t i g a pendekatan dasar
dalam memperoleh data kualitatif
melalui wawancara, yaitu :
a. Wawancara Informal
Proses wawancara didasarkan
sepenuhnya pada berkembangnya p e r t a n y a a n - p e r t a n y aa n
s e c a r a spontan dalam interaksi
alamiah. Tipe wawancara demikian
umumnya dilakukan peneliti yang
melakukan observasi partisipasif.
Dalam situasi demikian, orang-orang
yang diajak berbicara mungkin tidak
menyadari bahwa ia s edang
diwawancarai secara sistematis
untuk menggali data.
b. Wawancara dengan Pedoman
Umum
Dalam proses wawancara
ini, p e n e l i t i d i l e n g k a p i p
e d o m a n wawancara yang sangat
umum, yang mencatumkan isu–isu
yang harus diliput tanpa menentukan
urutan pertanyaan, bahkan mungkin
tanpa b e n t u k p e r t a n y a a n
e k s p l i s i t . Wawancara dengan
pedoman sangat u m u m i n i d a
p a t b e r b e n t u k w a w a n c a r a
t e r f o k u s , y a k n i wawancara
yang mengarahkan pembicaraan
pada hal–hal atau aspek–aspek
tertentu dari kehidupan atau
pengalaman subjek. Tetapi
wawancara juga dapat berbentuk
wa wa ncar a me ndal a m,
dimana penel it i mengajukan pertanyaan
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 35/63
mengenai berbagai segi kehidupan
subjek, secara utuh dan mendalam.
c. Wawancara dengan Pedoman
Terstandar yang
Terbuka
Dalam bentuk wawancara ini,
pedoman wawancara ditulis secara
rinci, lengkap dengan set
pertanyaan dan penjabarannya dalam
kalimat. Bentuk ini akan efektif dilakukan bila penelitian melibatkan
banyak pewawancara, sehingga
peneliti perlu mengadministrasikan
upaya– upaya untuk meminimalkan
variasi, s ekaligus meng ambi l l
ang kah – langkah menyeragamkan
pendekatan terhadap responden.
Dalam penulisan ini, peneliti
menggunakan metode wawancara
dengan pedoman umum, dimana
pedoman wawancara digunakan
untuk mengingat peneliti mengenai
aspek yang akan dibahas dan dapat
mengajukan pertanyaan secara
mendalam mengenai kehidupansubjek.
2. Observasi
Istilah observasi diturunkan
d a r i b a h a s a l a t i n y a n g b
e r a r t i “melihat” dan
“memperhatikan”. Istilah observasi
diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara
akurat, mencatat fenomena yang
muncul, dan mempertimbangkanh u b u n g a n a n t a r a s p e k d
a l a m fenomena tersebut
(Poerwandari,
1998).
Bogdan dan Biklen (dalam
Moleong, 2002) mengatakan bahwa
observasi adalah catatan tertulis
tentang apa yang didengar, dilihat,
dialami dan dipikirkan dalam
rangka pengumpulan data dan
refleksi terhadap data dalam
penelitian kualitatif . S eda ngk an
menur ut Banister dkk. (dalam
Basuki, 2006) observasi selalu
menjadi bagian dalam penelitian
psikologis, dapat b e r l a n g s u n g
d a l a m k o n t e k s
l a b o r a t o r i u m ( e k s p e r i m
e n t a l )
maupun konteks alamiah.
Lain halnya dengan
Kartono (dalam Basuki, 2006),
pengertian observasi diberi
batasan sebagai berikut: “studi
yang disengaja dan sistematis
tentang fenomena sosial dan
gejala-gejala psikis dengan jalan p
e n g a m a t a n d a n p e n c a t a t
a n ” . Sedangkan Patton
(dalam Poerwandari, 1998),
observasi
merupakan metode pengumpulan
data es ensial dalam penelit ian,
apalagi peneliti
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 36/63
dengan
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 37/63
menggunakan pendekatan kualitatif.
Agar memberikan data yang akuratdan bermanfaat, observasi sebagai
metode ilmiah harus dilakukan oleh
peneliti yang sudah melewati
latihan- latihan yang memadai.
Tujuan observasi adalah
m e n de s k r i p s i k a n s e t ti n g
y a ng dipelajari, aktivitas-aktivitas
yang berlangsung, orang-orang
yang terlibat dalam aktivitas, dan
makna kejadian yang diamati.
Beberapa jenis observasi yang
dikemukakan oleh Poerwandari
(1998) adalah sebagai berikut:
a. Observasi Partisipan
Observasi partisipan adalaho b s e r v a s i d i m a n a o r a n
g melakukan pengamatan berperan
serta ikut ambil bagian dalam
k e h i d u p a n o r a n g y a n g
diobservasi.
b. Observasi Non Partisipan
O bs e r va s i di ka t ak an
non partisipan apabila observer
tidak berperan serta ikut ambil
bagian kehidupan observee.
c. Observasi Sistematik
Apabila pengamatan
menggunakan pedoman sebagai
instrument pengamatan, yang
menjadi c i r r i u t a m a j e n
i s
pengamatan ini adalah
mempunyai kerangka ataustruktur yang jelas.
d. Observasi Tidak Sistematik
Observasi dikatakan oleh
pengamatan dengan
tidak
menggunakan instrument
pengamatan
e. Observasi Eksperimental
P e n g a m a t a n d i l a k
u k a n dengan cara observee
dimasukkan kedalam suatu
kondisi atau situasi tertentu.
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik observasi
non partisipan, dimana penelititidak berperan serta ikut ambil
bagian dalam kehidupan subjek.
E. Alat Bantu Pengumpul Data
P o e r w a n d a r i ( 1 9
9 8 ) , penulis sangat berperan
dalam seluruh proses penelitian,
mulai dari memilih topik,
mendekati topik tersebut,
mengumpulkan d a t a , h i n g g
a m e n g a n a l i s i s ,
m e n g i n t e r p r e t a s i k a n
d a n menyimpulkan hasil
penelitian ( i n s t r u m e n p o k
o k ) . D a l a m mengumpulkan
data-data penulis
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 38/63
membutuhkan alat
bantu
(instrumen tambahan), yaitu:
1. Pedoman Wawancara
Menurut Poerwandari
(1998), p e d o m a n w a w a n c
a r a y a n g digunakan peneliti
berisi daftar per tanyaa n- pert
any aa n ya ng disusun
berdasarkan tujuan
p e n e l i t i a n d a n t e o r i y
a n g berkaitan. Pedoman
wawancara digunakan agar
wawancara yang dilakukan tidak
menyimpang dari tujuan
penelitian, tetapi juga berdasarkan
teori yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti, y a i t u
s e l f - e f f i c a c y s e o r a n g
pengusaha kecil
2. Pedoman Observasi
Patton (dalam Poerwandari,
1 9 9 8 ) , m e n j e l a s k a n b
a h w a pedoman observasi
merupakan m e t o d e p e n g u
m p u l a n d a t a esensial dalam
penelitian. Agar memberikan data
yang akurat dan bermanfaat,
observasi sebagai metode ilmiah
harus dilakukan o l e h p e n e l
i t i . S e l a i n i t u Poerwandari
(1998), menjelaskan p e d o m a
n o b s e r v a s i d a l a m
penelitian kualitatif digunakan
untuk mendeskripsikan setting
yang dipelajari, aktivitas-
aktivitas
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 39/63
yang berlangsung, orang-orang
yang terlibat dalam aktivitas, dan
makna kejadian yang dilihat dari
perspektif mereka terlibat dalam
kejadian yang dialami tersebut.
3. Alat P er ek
am
Alat p e r e k a m b e r g u
n a
s e b a g a i a l a t b a n t u p a d a
s a a t wawancara, agar penulis
dapat benar-benar berkonsentrasi
pada proses pengambilan data
tanpa harus berhenti untuk
mencatat jawaban-jawaban dari
responden. Dalam mengumpulkan
data, alat perekam baru dapat
dipergunakan setelah penulis
memperoleh izin dari subjek untuk
menggunakan alat tersebut pada
saat proses wawancara
berlangsung.
4. Kamera
K a m e r a d a p a t b e r g
u n a s e b a g a i a l a t b a n t u p
a d a s a a t observasi. Dengan
alat ini peneliti dapat melengkapi
catatan observasi yang dilakukan.
Alat ini baru dapat dipergunakan
setelah penulis memperoleh izin
dari subjek.
5. Alat Tulis
Alat tulis yang digunakan
adalah buku tulis, pensil, pulpen,
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 40/63
dan penghapus. Dengan tujuan
penggunaan alat tulis ini adalah
untuk mencatat semua data atau
informasi dalam suatu penelitian,
baik wawancara maupun
observasi.
F. Keakuratan dalam Penelitian
Triangulasi menurut
Moleong (2000), adalah teknik
pemeriksaan keakuratan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.
Denzin (dalam Moleong, 2000)
membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan, yaitu :
1. Triangulasi dengan sumber
berarti membandingkan dan
m e n g e c e k b a l i k d e r
a j a t kepercayaan suatu
informasi m e l a l u i w a k
t u d a n a l a t b e r b e d a
d a l a m m e t o d e ku al i t
a t i f ( P at t on da l am
Moleong,2000). Hal itu dapat
dicapai dengan :
a. Membandingkan data
hasil pengamatan dengan
data hasil wawancara.
b. Membandingkan apayang dikatakan orang
didepan umum dengan
apa yang dikatakan secara
pribadi.
c. Membandingkan
apa
yang dikatakan orang-
orang tentang situasi
penelitian dengan apa
yang dikatakannya
sepanjang waktu.
d. Membandingkan
keadaan dan
perspektif seseorang
dengan berbagai
pendapat dan
pandangan orang.
2. Triangulasi dengan metode,
m e n u r u t P a t t o n ( d a
l a m Moleong, 2000) terdapat
dua strategi, yaitu :
a. Pengecekan derajat
kepercayaan penemuan
hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data.
b. Pengecekan derajat
kepercayaan beberapa
s u m b e r d a t a d e n g
a n
metode yangsama.
3. Triangulasi dengan
penyelidikan, menurut
Patton ( d a l a m M o l e o ng , 2 0 0 0 ) menggunakan
pemanfaatan p e n e l i t i a t
a u p e n g a m a t
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 41/63
l ai n n y a u nt u k k e pe r l u a n
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 42/63
pengecekan kembali derajat
kepercayaan data.
4. Tr i ang ul as i denga n t
oer i, menurut Lincoln dan
Guba ( d a l a m M o l e o n
g , 2 0 0 0 ) berdasarkan
anggapan bahwa fakta tertentu
tidak dapat diperiksa derajat
kepercayaan dengan satu atau
lebih teori. Dipihak lain,
Patton (dalam Moleong, 2000)
berpendapat lain yaitu bahwa
hal itu dapat dilaksanakan
dan hal itu d i n a m a k a n
p e n j e l a s a n banding
(rival explanation). H a l i t
u d a p a t d i l a k u k a n
secara induktif atau secara
logika, sebagai berikut:
a. Secara induktif,
dilakukan dengan
menyertakan
usaha
pencarian cara lainnya
untuk mengorganisasikan
d a t a y a n g b a r a n g
k a l i mengarahkan pada
upaya penemuan
penelitaian lainnya.
b. Secara logika, dilakukan
dengan jalan memikirkan
kemungkinan logis
lainnya dan kemudian
melihat apakah
kemungkinan-
kemungkinan itu dapatditunjang oleh data.
S e d a n g k a n t r i a n g u
l a s i menurut Marshall dan
Rossman (dalam Poerwandari,
2001) adalah mengacu pada upaya
mangambil sumber-sumber data
yang berbeda untuk menjelaskan
suatu dal tertentu.
Patton (dalam Poerwandari,
2 0 0 1 ) m e n y a t a k a n b a h
w a triangulasi dapat dibedakan
dalam
:
1. Triangulasi Data, yaitu
digunakan variasisumber
– s u m b e r d a t a y a
n g berbeda
seperti dokumen, arsip,
hasil wawancara,
hasil observasi.
2. Triangulasi Peneliti yaitu
digunakannya beberapa
peneliti atau evaluator
yang berbeda seperti:
dosen pembimbing.
3. Triangulasi Teori, yaitu
digunakannya beberapa
perspektif yang berbeda
untuk
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 43/63
menginterpretasikan
data yang sama.
4. Triangulasi Metodologis,
yaitu dipakainya
beberapa m e t o d e y a n
g b e r b ed a untuk
meneliti suatu hal y a n g
s a m a . D a l a m
penelitian ini
menggunakanmetode
wawancara danobservasi.
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan triangulasi data,
triangulasi penelitian, triangulasi
teori, triangulasi metodologis
y a n g d i k a t a k a n o l e h P
a t t o n (dalam Moleong, 2000)
karena dari kesemuanya sangat
penting dalam suatu penelitian
untuk menjelaskan suatu hal
tertentu serta untuk keperluan
pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap suatu data.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan (dalam
Sugiyono, 2005) analisis data
adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi (catatan
lapangan) dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada oranglain.
Dalam
menganalisis penelitian
kualitatif terdapat
beberapa tahapan yang perlu
dilakukan. Menurut Marshall
dan Rosman (1989) tahapan-tahapan tersebut, yaitu :
1. Mengorganisasikan Data
D a t a y a n g t e l a h d i d
a p a t dibac a berulang- ula ng,
agar penulis mengerti benar data
atau hasil yang telah didapat.
2. Pengelompokkan Berdasarkan
K a t e g o r i , T e m a d a n
P o l a Jawaban
S e c a r a u m u m t a h a p
i n i merupakan tahap yang
paling sukar, kompleks, tersamar,
tetapi juga merupakan tahap
yang m e n y e n a n g k a n y a
n g membutuhkan aktivitas dayakreativitas kita. Tiga hal yang
sangat dibutuhkandalam tahap
ini, yaitu :
a. Pengertian yang
mendalam terhadap data.
b. Perhatian dan konsentrasi
penuh.
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 44/63
c. Terbuka terhadap
kemungkinan munculnya
hal- hal lain di luar hal-hal
yang ingin digali.
3. Menguji Asumsi atau
P e r m a s a l a h a n y a n g A
d a
Terhadap Data
Kategori dan pola data
yang sudah tergambar jelas,
kemudian diuji terhadap asumsi
yang telah dikembangkan dalam
penelitian ini.
4. Mencari Alternatif Penjelasan
Bagi Data
Setelah kaitan antara kategori
dan pola data dengan asumsi
ter wujud, penulis m as uk ke d a l a m t a h a p p e n j e l
a s a n . Berdasarkan
kesimpulan yang t el ah d i pe
r ol e h d ar i ka i t a n tersebut,
penulis perlu mencari suatu
alternatif penjelasan lain tentang
kesimpulan yang telah d i p e r
o l e h . S e b a b d a l a m
penelitian kualitatif memang
selalu ada alternatif penjelasan
lain.
5. Menuliskan Hasil Penelitian
Penulisan data yang telah
berhasil dikumpulkan
merupakan s u a t u h a l p e n
t i n g d a l a m
melakukananalisis, sebab
membantu penulis
untuk
m e m e r i k s a k e m b a l i a
p a k a h kesimpulan yang
dibuat sudah s e l e s a i , d e n
g a n k a t a l a i n keabsahan
internal sudah dicapai.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
a . S e b a b - s e b a b a n a k g
e m a r menonton tayangan
kekerasan di televisi
Dari hasil analisa penulis
dapat mengambil kesimpulan
bahwa terdapat kesesuaian antara
subjek dan SO dimana sebab-
sebab anak gemar menonton
tayangan kekerasan ditelevisi
yaitu karena merupakan hobi
yang digemari subjek, selain itu
merupakan hiburan yang juga
paling digemari oleh subjek,
kegiatan rutin yang dilakukan
setelah pulang sekolah, karena
jarang dilarang oleh orang
tuanya u n t u k m e n o n t o n
t a y a n g a n kekerasan dan
karena ada efek seru dan
menegangkan sehingga subjek
betah menontonnya setiap hari.
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 45/63
Hal di atas juga didapat
pada hasil observasi danwawancara dimana subjek
sangat serius apabila sedang
menonton acara favoritnya
seperti kera sakti dan n a r u t o
. S u b j e k y a n g b a r u
berumur 9 tahun dan baru
duduk di bangku sekolah dasar
tersebut setelah pulang sekolah
dan ganti b a j u , l a n g s u n g
m e n g a m b i l remote tv untuk
menonton film kesukaannya.
Terkadang sambil makan siang
subjek menonton tv. Subjek
menontonnya setiap hari karena
merupakan hobi yang tidak bisadi tinggalkan dan juga
merupakan hiburan utama setelah
pulang sekolah. Subjek merasa
t e r h i b u r s e k a l i j i k a s
u d a h menonton acara
kesukaannya t e r s e b ut . S u
bj e k m e n y u k a i karena
seru dan menegangkan s e h i n
g g a m e m b u a t s u b j e k
p e n a s a r a n u n t u k t e r u
s menontonnya setiap hari
tanpa r a s a b os an . A deg an
s ep er t i ber kelahi, dan
pembunuhan subjek
menyukainya. Berita- beritayang isinya pembunuhan pun
subjek suka menontonnya. Selain
itu orang tua subjek jarang
melarangnya jika
subjek
menonton acara dan tayangan
yang berbau kekerasan di
televisi sehingga dapat
menyebabkan anak gemar
menonton tayangan kekerasan di
televisi.
b. Gambaran perilaku agresi
p a d a a n a k y a n g g e m a
r menonton tayangan
kekerasan
Dari hasil analisa penulis
dapat mengambil kesimpulan
bahwa terdapat kesesuaian antara
subjek dan SO dimana
gambaran perilaku agresi secarafisik pada anak yang gemar
menonton tayangan kekerasan di
televisi yaitu subjek sering
berkelahi seperti; mencubit,
menendang, m e m u k u l , m e
n g g a n g g u temannya yang
sedang bermain dan tidak
mengerjakan PR dari
sekolahnya.
Hal di atas didapat juga dari
hasil observasi dan wawancara
p a d a s u b j e k d i m a n a s a
a t observasi subjek terlihat
sedang memukul temannya pada
saat asik bermain gambaransubjek t e r l i h at m u l a i m e
n gg a n g g u temannya dengan
iseng mencubit
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 46/63
lengan temannya sebanyak dua
kali, sehingga temannya pun
membalas tetapi dengan
ejekan. Tidak terima diejek,
subjek pun membalas ejekan
temannya, yang akhirnya
mereka berkelahi. Ibu s u b j e k
p u n d a t a n g u n t u k m e l
e r a i n y a , d a n m en y u r u
h subjek meminta maaf, tapi
subjek malah ber ter iak dan
mar ah- marah. Kemudian
tidak lama mereka asik
bermain gundu, dan subjek
berbuat iseng melempar g u n d
u t e m e n n y a , ak h i r n y a
mereka berkelahi lagi dengan
saling pukul-pukulan. Suasana
menjadi sepi kembali setelah
ibu s u b j e k d a t a n g u n t
u k menghentikan anaknya
yang sedang berkelahi,
kemudian tidak lama teman
yang tadi berkelahi dengan
subjek mengajak ngobrol s u b j
e k , t e t a p i s u b j e k t i d a
k menjawabnya akibat kesal
dari perkelahian tadi. Subjek
jga s e r i n g u n t u k t i d a k
m a u mengerjakan PR yang
diberikan dari sekolahnya.
Dari hasil analisa penulis
dapat mengambil kesimpulan
bahwa terdapat kesesuaian
antara
subjek dan SO dimana
gambaran per ilaku agresi secara
verbal pada anak yang gemar
menonton tayangan kekerasan di
televisi yaitu subjek sering
menghina teman dengan
meyebutkan nama binatang,
menolak berbicara d e n g a n
o r a n g y a n g t e l a h
membuatnya kesal, marah-marah d e n g a n t e r i a k - t e r
i a k d a n megucapkan kata-kata
kasar, dan mendesak orang tua
karena hal sepele
Hal di atas didapat juga dari
hasil observasi dan wawancara
p a d a s u bj e k d i m a n a s u
bj e k berkata kasar saat ada
temannya mengejek subjek dan
subjek membalas dengan ejekan.
Subjek b e r k a t a k a s a r s e
p e r t i menyebutkan nama orang
tua temannya dan berkata
monyet, dan anjing. Tidak lama
teman yang mengejek subjek
mengajak ngobrol, tetapi subjek
tidak menjawabnya akibat kesal
karena s ud a h m en g ej e k n y
a. S el a i n kepada temannya,
subjek juga menolak berbicara
kepada kakak d a n i b u n y a k
a r e n a t e l a h m e m a r a h i n
y a s a a t s u b j e k
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 47/63
ber kelahi dengan temannya.
S u bj e k s er i n g m ar ah -
ma r a h d e n g a n b e r t e r i a
k d a n menyebutkan kata-kata
kasar saat ibunya atau kakaknya
menyuruh u n t u k m e m b e l i
s e s u a t u k e warung. Subjek
juga sering mendesak ibunya
untuk menuruti semua keinginan
subjek, seperti ter lihat padasaat obser vasi, s u b j e k m e
r e n g e k m e m i n t a dibelikan
es krim saat temannya membeli
es krim. Selain itu, subjek pun
meminta mainan seperti
pedang-pedangan atau hal-hal
yang diinginkan saat subjek
melihat acara di televisi d a n
m e m i n t a u n t u k s e g e r a
dibelikan saat itu juga.
c. Faktor-faktor
yang menyebabkan perilaku
agresi
pada anak
Dari hasi l anal isa penulis
dapat mengambil kesimpulan
bahwa terdapat kesesuaian antara
subjek dan SO dimana faktor-
f a k t o r y a n g m e n y e b a
b k a n perilaku agresi pada anak
yaitu meniru orang tua dalam
hal ini adalah perilaku marah-
marah ibu
subjek, akibat acara-acara televisi
yang juga merupakan faktor
utama subjek dimana subjek
meniru apa yang dilihatnya di
t a y a n g a n k e k e r a s a n d
a n mempraktekannya di
kehidupan sejari-hari, selain itu
televisi juga dapat
mempengaruhi perilaku subjek
sehingga subjek berkata kasar,
sering marah-marah, berteriak
dan berkelahi seperti yang
subjek tonton dalam sebuah f i l
m a c t i o n . A k i b a t s e r i
n g menonton tayangan
kekerasan di tv subjek jarang
berinteraksi d e n g a n t e m a n
s e b a y a d a n lingkungannya
karena subjek menghabiskan
waktunya hanya untuk menonton
tv saja. Faktor la inny a y an g
m en yeb ab kan perilaku agresi
yakni subjek memendam
perasaan marah, orang tua
membiarkan subjek berbuat
salah dan dengan kejam
menghadapi kekejaman, selain
itu subjek sudah di cap sebagai
a n a k y a n g n a k a l s e h i
n g g a membuat subjek semakin
nakal.
Hal di atas didapat juga darihasil observasi dan wawancara
pada subjek dimana subjek
sering
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 48/63
meniru adegan berkelahi yang
ditontonnya dari acara
kekerasan di tv. Dari hasil
wawan car a s u b j e k i n g i n
m e n i r u c a r a berkelahi
gokong sang kera sakti yang
merupakan salah satu acara yang
digemari subjek. Subjek
mengikuti dan mempraktekannya
kepada temannya dengan tidak
mengetahui bahwa hal tersebut
kurang baik. Subjek juga sering
meniru kata-kata kasar yang ada
d i d a l a m t a y a n g a n y a n
g ditontonnya, sehingga
membuat subjek mengikutinya
sambil marah-marah dan berteriak. Oleh k a r e n a i t u ,
s u b j e k s e r i n g dimarahi
kedua orangtuanya dan juga
kakaknya. Tetapi subjek tidak
terima dimarahi, maka subjek
melampiaskannya dengan m a r
a h - m a r a h j u g a d e n g a
n kakaknya dan orang tuanya,
sambil berteriak dan berkata-kata
kasar. Subjek juga menangis
akibat kesal sering dimarahi,
b a h k a n s u b j e k m e r u s a
k k a n mainannya sebagai
pelampiasan marahnya. Hal itu
juga terjadi di sekolahnya,
subjek dimarahi oleh g u r u n y
a a k i b a t p e r b u a t a n
nakalnya yang memukul
t e m a n n y a . S u b j e k d i be r i hukuman dengan berdiri di
depan tiang bendera, hal ini
membuat subjek kesal dan
memendam perasaan marahnya
dalam hati, terkadang teriak-
teriak sendiri d a n b e r b u a t
i s e n g d e n g a n temannya.
Faktor lainnya yang
menyebabkan anak berperilaku
agresi juga dikarenakan orang
tua membiarkan anak
berperilaku salah, dalam hal
ini orang tua s u b j e k p e r n
a h m e n e g u r kesalahan
subjek, tetapi karena s u b j e k t i d a k p e r n a h
mendengarnya dan menuruti
perintah ibunya untuk tidak
melakukan perbuatan agresi
tersebut, maka anak segera
tahu bahwa orang tuanya merasa
tidak a p a - a p a d a n m e m
b e r i kesempatan bagi anak
untuk mengulangi perbuatannya
lagi.
B. Pembahasan
1. Sebab-Sebab Anak Gemar
Menonton TayanganKekerasan di Televisi
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 49/63
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan penulis menyimpulkan
bahwa sebab-sebab anak gemar
menonton tayangan kekerasan di
televisi adalah :
Merupakan hobi yang
d i g e m a r i s u b j e k , s e l a i
n i t u merupakan hiburan yang
juga paling di gemari oleh subjek,
kegiatan rutin yang dilakukan
setelah pulang sekolah, jarang di
larang oleh orang tuanya untuk
menonton tayangan kekerasan
dan k a r e n a a d a e f e k s e r
u d a n menegangkan sehingga
subjek betah menontonnya setiap
hari. Dikatakan gemar karena
subjek menonton setiap hari
selama 4 jam, semua ini di dapat
dari hasil wawancara.
Hobi yang paling digemari
oleh subjek adalah menonton
televisi, dimana menurut
Hurlock ( 1 9 95 ) , a n ak l a ki
- l a ki l eb i h banyak
menghabiskan waktunya u n t u k
m e n o n t o n t e l e v i s i keti m
ba ng ana k per e mpuan.
Subjek berjenis kelamin laki-
laki d a n s e r i n g m e n g h a
b i s k a n waktunya untuk
menonton tv daripada bermain
atau jalan-jalan ke ragunan,
ancol, bahkan ke
dufan subjek tidak pernah mau
ikut. Selain itu kegiatan rutinyang dilakukan subjek setelah
pulang sekolah adalah menonton
televisi, hal tersebut di dukung
oleh teori dari Mahayoni &
Lim (2007), ya ng me nga t ak
an m e non t on televisi adalah
kegiatan nomor satu bagi anak-
anak selama jam- jam antara
pulang sekolah dan makan malam.
Berdasarkan hasil wawancara,
subjek menonton televisi setelah
pulang sekolah sampai malam
hari, itu dilakukan setiap hari
maupun jika hari libur subjek
menonton hingga larut malam.
Di samping itu, orang tua
subjek tidak pernah melarang
untuk menonton tayangan yang
berbau kekerasan, ini menjadi
peny eba b l ai n s ubj e k ma
ki n g e m a r m e n o n t o n t a
y a n g a n kekerasan di televisi,
dimana hal ini juga di dukung
oleh teori yang mengatakan
bahwa anak-anak yang kurang
mendapat didikan dari orang tua
yang sibuk bekerja mencari
nafkah, biasanya justru banyak
menghabiskan waktunya
u n t u k m e n o n t o n t e l e vi s i d i
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 50/63
ban di ng j a m be l a j ar me r
eka (Mahayoni & Lim, 2007).Hasil w a w a n c a r a p a d a s
u b j e k m e n y e b u t k a n b a
h w a k e p a l a keluarga yakni
sang ayah sibuk bekerja, walau
pun hanya ada ibu subjek di
rumah, tetapi ibu subjek j a r a n
g u n t u k m e n d i d i k d a n
melarang anaknya menonton
tayangan kekerasan di televisi,
oleh karena itu subjek semakin
gemar menontonnya. Subjek
mengakui bahwa subjek gemar
menonton tayangan kekerasan
penyebabnya adalah acara-acara
kekerasan seru danmenegangkan untuk ditonton
setiap harinya. Hal tersebut di
dukung oleh teori yang m e n y e
b u t k a n a p a s a j a y a n g
menawarkan adegan
ketegangan, p e t u a l a n g a n ,
a t a u m i s t e r i merupakan
daya tarik bagi anak- an a k , i
ni k ar e n a me r up a k a n
sesuatu yang beda dari
kenyataan hidup sehari-hari
(Hurlock, 1995). Seperti yang
didapat dari hasil w a w a n c a r
a b a h w a s u b j e k me nyu k
ai ade ga n k ek er as a n
karena efeknya menegangkan
yang membuat subjek ingin terus
menontonnya saat ada adegan
ber kelahi s ang jagoan
dalam sebuah film action.Subjek pun m e n y u k a i a d e
g a n t e m b a k - tembakan
dengan suara yang m e m b u a
t s u b j e k t a m b a h
menegangkan untuk
menontonnya setiap kali ada
adegan tersebut. Selain itu subjek
juga menyukai adegan
pembunuhan dan berita y a n g
i s i n y a m e n a m p i l k a n
pembunuhan seseorang yang
matinya ditembak atau dibunuh.
Subjek hampir tiap menonton
acara atau berita tersebut.
S e l a i n m e n g h i b u r ,
y a n g terutama bikin
‘kecanduan’ ialah unsur thrill ,
suasana tegang saat menunggu
adegan apa yang bakal terjadi
kemudian. Tanpa itu, film c e n
d e r u n g d a t a r d a n
membos ankan, kar ena itulah
anak-anak senang menonton
t a y a n g a n k e k e r a s a n (
R e n i Triwardani, 2006). Oleh
sebab itulah subjek gemar
menonton tayangan kekerasan
di televisi daripada menonton
sinetron yang jalan ceritanya
cenderung datar dan biasa saja,sehingga subjek lebih memilih
tayangan yang
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 51/63
adegannya kekerasan seperti
be r k e l a h i , p e mb u nu h a nda n adegan kekerasan lainnya.
Hal di atas juga didapat pada hasil
observasi dan wawancara
dimana su bj ek s an ga t s er i
us ap abil a sedang menonton
acara favoritnya seperti kera sakti
dan naruto. Subjek yang baru
berumur 9 tahun dan baru duduk
di bangku sekolah dasar tersebut
setelah pulang sekolah dan ganti
baju, langsung me n ga m bi l r
e m o t e t v u nt u k menonton
film kesukaannya. Subjek
merasa terhibur sekali jika s u d a
h m e n o n t o n a c a r akesukaannya tersebut. Subjek
m e n y u k a i k a r e n a s e r u
d a n menegangkan sehingga
membuat subjek penasaran untuk
terus menontonnya setiap hari
tanpa rasa bosan, dimana acara
televisi yang sering ditonton oleh
subjek yaitu Naruto, Avatar,
Dragon Ball, Kera Sakti, Power
Ranges, Crayon Shincan, Tom
& Jerry, b e r i t a p e m b u n u
h a n s e p e r t i : Sergap, dan
Patroli, sampai film b i o s k o p
T r a n s T v y a n g
menampilkan film-film kekerasan
seperti Die Hard, Spiderman,
Superman, Batman, Cat Women,
Who I am, Terminator, Kungfu Hatsel , dan berbagai macam
film kungfu Jacki Chan lainnya.
Di sisi l a i n t a y a n g
a n
kekerasan di televisi biasanya
berasal dari dunia riil atau nyata
dan dari dunia fiksi. Dunia riil
misalnya adalah tayangan
tentang p e m b u n u h a n , p e
r k e l a h i a n , a t aup un kon f l
i k s os i al ya ng kesemuanya
bisa mengundang reaksi
emosional yang dalam di dalam
diri pemirsa. Kekerasan semacam
ini bisa menimbulkan efek-efek
yang saling bertolak b e l a k a n
g , y a k n i b i s a
mengakibatkan perasaan sedih,
menjijikan, ataupun perasaan
tertarik simpati, bahkan
terhibur. K a r e n a h a l t er e b
u t m e n u r u t Haryatmoko
(2007), kekerasan riil j u g a b i
s a d i s e b u t s e b a g a i
kekerasan dokumen. Kekerasan
ini mengambil bentuk gambar
yang dialami oleh pemirsa
sebagai fakta kekerasan,
sehingga subjek g e m a r m e n
o n t o n t a y a n g a n kekerasan
yang berasal dari dunia nyata
dan di buat dalam sebuah film
atau di siarkan dalam sebuah
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 52/63
berita pembunuhan, perkelahian
atau konflik sosial masyarakat.
Sedangkan dari dunia fiksi
ini justru menawarkan ide-ide
baru yang sebelumnya tidak
terpikirkan di dalam r ealitas
dan dengan m u d a h d i t e m
u k a n d i d a l a m tayangan-
tayangan televisi seperti f i l m
a c t i o n a t a u k a r t u n . H a l
semacam ini bisa menimbulkan
trauma dan perilaku agresif bagi
orang-orang yang menontonnya,
sehingga anak menjadi suka dan
gemar menontonnya. Hal
tersebut didukung oleh pendapat
dari Haryatmoko (2007).Kekerasan semacam ini bisa
dengan mudah ditemukan di
dalam tayangan- tayangan
televisi. Film action, misalnya
Rambo IV, sungguh- sungguh
mirip dengan konflik riil. Subjek
gemar dan hanya mau menonton
tayangan kekerasan ini
dikarenakan unsur fiksi yang
dipadu dengan rekayasa teknologi
membuat suasana film tersebut
semakin menarik dan membuat
a n a k b e t a h u n t u k t e r u
s menontonnya bahkan hampir
setiap hari.
2. Gamb aran Perilak u Agresi
P a d a A n a k Y a n g G e m ar Menonton Tayangan
Kekerasan di Televisi
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan penulis menyimpulkan
bahwa gambaran perilaku agresi
pada anak yang gemar menonton
tayangan kekerasan di televisi
yaitu :
Ada perilaku agresi secara
fis ik dan ad a per ilaku agr
es i secara verbal. Yang
merupakan perilaku agresi secara
fisik yaitu subjek sering
berkelahi, mencubit, m e n e n d a
n g , m e m u k u l , me ngg a nggu t em an n ya ya n g s e d a n
g b e r m a i n d a n t i d a k
mengerjakan PR dari
sekolahnya. Sedangkan perilaku
agresi secara v e r b a l y a i t u
s u b j e k s e r i n g m e n g h i n a
t e m a n d e n g a n menyebutkan
nama binatang, menolak
berbicara dengan orang yang
telah membuatnya kesal, m a r
a h - m a r a h d e n g a n
menyebutkan kata-kata kasar,
dan mendesak orang tua karena
hal sepele. Hal tersebut di dapat
pada hasil wawancara kepadasubjek, kakak subjek dan ibu
subjek.
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 53/63
Gambaran perilaku agresi
tersebut di dukung oleh teoriyang menyebutkan melukai
orang lain atau ber per ilaku
agr esif bisa dalam bentuk
fisik atau verbal, pasif atau
aktif, langsung atau t i d ak l
an gs ung ( B us s da l am M o
r g a n d k k. 1 9 8 6) . S u b j e
k m e l a k u k a n p e r i l a k u
a g r e s i tersebut untuk melukai
orang lain yang di sebutkan
sebagai perilaku agresi secara
fisik yakni berkelahi, mencubit,
menendang, memukul, men
gganggu t em annya yan g s e
d a n g b e r m a i n d a n t i d ak mengerjakan PR. Subjek
juga melakukan tindakan
perilaku a g r e s i s e c a r a v e
r b a l y a k n i m e n g h i n a t e
m a n d e n g a n menyebutkan
nama binatang, menolak
berbicara dengan orang yang
telah membuatnya kesal, m a r
a h - m a r a h d e n g a n
menyebutkan kata-kata kasar,
dan mendesak orang tua karena
hal sepele. Dan hal tersebut
juga didukung oleh teori Moore
dan Fine (dalam Koeswara,
1998) yang memandang agresi
sebagai tingkah laku kekerasan
secara f i s i k a t a u p u n s e c a
r a v e r b a l
t e r h a d a p i n d i v i d u l a i n
a t a u terhadap obyek-obyek.
Hal di atas didapat juga dari
hasil observasi dan wawancara
pada subjek dimana saat
observasi subjek terlihat sedang
memukul temannya pada saat asik
bermain gambaran subjek terlihat
mulai mengganggu temannya
dengan iseng mencubit lengan
temannya sebanyak dua kali,
sehingga temannya pun
membalas tetapi d en gan ej ek
an . Ti d ak t er i m a diejek, s
ubjek pun membalas ejekan
temannya, yang akhirnya mereka
berkelahi. Ibu subjek pun datang
untuk melerainya, dan menyuruh
subjek meminta maaf, tapi subjek
malah berteriak dan marah-
marah. Kemudian tidak lama
mereka asik bermain gundu, d a n
s u b j e k b e r b u a t i s e n g m
e l e m p a r g u n d u t e m e n n
y a , akhirnya mereka berkelahi
lagi dengan saling pukul-pukulan.
Suasana menjadi sepi kembali
setelah ibu subjek datang untuk
m enghe nti k an an akn ya ya
ng sedang berkelahi, kemudian
tidak lama teman yang tadi
berkelahi dengan subjek mengajak
ngobrol
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 54/63
s u b j e k , t e t a p i s u b j e k
t i d a k menjawabnya akibatkesal dari perkelahian tadi.
Subjek juga s e r i n g u n t u k
t i d a k m a u mengerjakan PR
yang diberikan dari sekolahnya.
Selain itu hasil observasi
dan wawancara pada subjek
juga m e n unj u kk a n b a hw a
s u b j e k berkata kasar saat ada
temannya mengejek subjek dan
subjek membalas dengan ejekan.
Subjek berkata kasar seperti
menyebutkan nama orang tua
temannya dan berkata monyet,
dan anjing. Tidak lama teman
yang mengejek subjek mengajak ngobrol, tetapi subjek tidak
menjawabnya akibat kesal karena
sudah mengejeknya. Selain
kepada temannya, subjek juga
menolak berbicara kepada
kakak d a n i b u n y a k a r e n a
t e l a h
m e m a r a h i n y a s a a t s u b
j e k b er ke l ah i de ng an t em
annya. S u b j e k s er i n g m a
r ah - m a r a h d e n g a n b e r t
e r i a k d a n menyebutkan kata-
kata kasar saat ibunya atau
kakaknya menyuruh u n t u k m
e m b e l i s e s u a t u k e w a r u n g . S u b j e k j u ga s e r i n
g mendesak ibunya untuk
menuruti
semua keinginan subjek, seperti
t e r l i ha t pa da s aa t o b s e r va s i , s u b j e k m e r e n g e k
m e m i n t a dibelikan es krim
saat temannya m embe li es k ri
m. S el ai n it u, s ub j e k pu n
m e m i nt a m ai n a n seperti
pedang-pedangan atau hal- hal
yang diinginkan saat subjek m
elih at acar a di t e l evis i da n
meminta untuk segera dibelikan
saat itu juga.
3.Faktor-Faktor
Yang
Menyebabkan Perilaku Agresi
Pada Anak
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan penulis
menyimpulkan b a h w a f a k t o
r - f a k t o r y a n g menyebabkan
perilaku agresi pada anak adalah :
Meniru orang tua, akibat
acara-acara televisi, memendam
p e r a s a a n m a r a h , o r a n g
t u a membiarkan subjek berbuat
salah dan dengan kejam
menghadapi kekejaman.
Berdasarkan hasil w a w a n c a r
a s u b j e k m e n i r u perilaku
orang tuanya yang suka marah-
marah, selain itu akibat a c a r
a - a c a r a di t e l e vi s i y a n
g menampilkan adegan kekerasan
pun menjadi faktor utama subjek
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 55/63
berperilaku agresi. Subjek sering
dan suka meniru adegan berkelahi sang jagoan yang
dilihatnya di televisi, dan
mempr aktekkan adegan tersebut
kepada temannya saat mereka
berkelahi dan juga terlebih
karena subjek di cap sebagai
anak yang nakal oleh orang
tuanya dan teman-temannya m
ak a s u bj e k me r a s a ban
gga dengan julukan anak nakal
dan subjek pun merasa bebas
berbuat apa pun kepada temannya
dengan m e n j ai l i , m en ge j e
k, ba k ha n berkelahi.
Hal tersebut di dukung oleh para ahli yang menyakini bahwa
p e m be n t uk a n p e r i l a k u
a n ak didasarkan pada stimulus
yang diterima melalui pancaindera
yang kemudian diberi arti dan
makna b e r d a s a r k a n p e n
g e t a h u a n , pengalaman, dan
keyakinan yang d i m i l i k i . J i
k a a n a k b e l u m memiliki
sebuah pemahaman t e n t a n g
b e n a r a t a u s a l a h ,
kemudian mereka melihat acara
t e l e v i s i y a n g p e n u h d e
n g a n adegan umpatan,
kekerasan, hal itu akan merekaanggap sebuah
k e b e n a r a n b a r u . B a h a
y a n y a a d a l a h , j i k a k e b e n a r a n b a r u t e r s e b u t ,
y a n g s e b e n a r n y a
bukanlah suatu kebenaran yang
sesungguhnya,
disampaikan secara berulang-
ulang, akan
menjadi semacam indoktrinasi
dogma (Mahayoni & Lim, 2007).
Seperti hasil wawancara bahwa
subjek meniru adegan berkelahi
d al a m s eb u a h f i l m a c t i
o n d i t e l e v i s i d a n i n g i n
l a n g s u n g mempraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu subjek
menyelesaikan masalahnya saat
a k a n d i h u k u m o l e h g u r
u n y a dengan melarikan diri
atau kabur bahkan mengigit
tangan gurunya seperti yang
dilihatnya dalam t a y a n g a n
k e k e r a s a n d i t v , sehingga
faktor kepribadian anak juga
mempengaruhi minat anak pada
televisi, dimana hal tersebut d i
d u k u n g o l e h t e o r i y a n
g menyebutkan bahwa televisi
lebih m e n a r i k a n a k y
a n g penyesuaiannya buruk
secara pr ibadi dan s osial
ketimbang mereka yang baik
penyesuaiannya (Hurlock, 1995).
Selain itu di dukung juga
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 56/63
o l e h t e o r i b e l a j a r y a n
g menyatakan bahwa kekerasanmedia memberikan isyarat yang
memicu timbulnya kebiasaan
respons agresif penontonnya
(Sears, 1985). Akibat acara-acara
televisi yang menampilkan
adegan keker asan m er upakan
f aktor utama subjek yang
diantaranya dapat mempengaruhi
perilaku subjek sehingga subjek
berkata k a s a r , s e r i n g m a
r a h - m a r a h , berteriak dan
berkelahi seperti yang subjek
tonton dalam sebuah film, dan
menirunya di kehidupan sehari-
hari. Subjek mengikuti dan m em p r a k t e k a n n y a k e p a d a
t e m a n n y a d e n g a n t i d a
k mengetahui bahwa hal tersebut
kurang baik. Subjek juga sering
meniru kata-kata kasar yang ada
d i d a l a m t a y a n g a n y a n
g ditontonnya, sehingga
membuat s ubj ek meng ikuti
nya sa mb i l marah-marah dan
berteriak. Hal tersebut juga di
dukung oleh teori yang
mengatakan bahwa anak suka
meniru dan mereka merasa
bahwa apa saja yang disajikan
dalam acara televisi tentunya
dapat merupakan cara yang
dapat diterima baginya dalamkehidupan sehari-hari, karena para
pahlawan yang patuh kepada
hukum kurang menonjol
ketimbang mereka yang
memenangkan perhatian dengan
kekerasan dan tindakan sosial
lainnya, sehingga anak-anak
cenderung menggunakan cara
y a n g t e r a k h i r u n t u k
m e n g i d e n t i f i k a s i d i r i
d a n menirunya (Hurlock, 1995).
Pada hasil wawancara subjek
meniru adegan kabur dan
mengigit tangan saat sang jagoan
belum siap untuk bertandingdengan musuhnya dan itu subjek
lakukan saat mau di hukum oleh
salah seorang guru di sekolahnya
karena subjek menjaili dan sering
tidak mengerjakan PR.
Hal lain yang menyebabkan
anak berperilaku agresi juga
d i k a r e n a k a n o r a n g t u a
membiarkan anak berperilaku
salah, dalam hal ini orang tua
subjek pernah menegur kesalahan
subjek, tetapi karena subjek tidak
p e r n a h m e n d e n g a r n y a
d a n menuruti perintah ibunya
untuk tidak melakukan perbuatanagresi tersebut, hal tersebut di
dukung
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 57/63
ol e h t e or i y a n g m e ng at
a k a n bahwa anak segera tahu bahwa orang tuanya merasa
tidak apa- apa dan memberi
kesempatan bagi dia mengulangi
perbuatannya, bahkan lebih
menjadi-jadi, bagi a n a k , b i l
a o r a n g t u a t i d a k m e n g
h u k u m , i t u b e r a r t i
mengizinkan dia bertindak lagi
(Setiawan, 2000).
Faktor lainnya yaitu subjek
jarang berinteraksi dengan teman
sebaya dan lingkungannya karena
hanya menghabiskan waktunya
d e n g a n m e n o n t o n t v s a
j a d i rumah. Subjek tidak pernah mau di ajak jalan-jalan ke
dufan, ancol atau ragunan, tetapi
subjek malah hanya memilih
menonton tv saja di rumah, s
ehingga membuat subjek
menjadi lebih sensitif untuk
melakukan tindakan agresi k e p
a d a o r a n g y a n g a d a d i
sekitarnya. Hal tersebut di
dukung oleh teori yang
menyebutkan menonton televisi
mengurangi waktu yang tersedia
bagi kegitan b e r m a i n l a i n n
y a , t e r u t a m a bermain di
luar dengan anak lain, d a n j ug a s e r i n g m e m b a t a s i
interaksi sosial (Hurlock, 1995).
BAB V
PENUTUPA. Kesimpulan
1. Sebab-Sebab Anak Gemar
Menonton
Tayangan Kekerasan di
Televisi
Berdasarkan
hasil analisa dapat
diketahui
b ahw a s eba b- s ebab
anak gemar menonton
tayangan kekerasan di
televisi adalah m e r u p a k a
n h o b i y a n g digemari
subjek, selain itu t a y a n g
a n k e k e r a s a n d i t e l
ev i s i m e m b u at s u b j e
k merasa terhibur,
kegiatan
rutin yang dilakukan setelah
pulang sekolah, jarang di
lar ang oleh orang tuanya
untuk menonton tayangankekerasan dan karena ada
efek seru dan menegangkan
s e h i n g g a s u b j e k b e
t a h menontonnya setiap hari.
2. Gambaran Perilaku Agresi
Pada Anak Yang Gemar
MenontonTayangan Kekerasan di
Televisi
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 58/63
Berdasarkan hasil
a n a l i s a d a p a t d i k e t
a h u i bahwa gambaran
perilaku a g r e s i p a d a a
n a k g e m a r m e n o n t o n
t a y a n g a n kekerasan di
televisi yaitu terdiri dari
perilaku agresi secar a f isik
d an pe r ilaku a g r e s i s e
c a r a v e r b a l . Merupakan
perilaku agresi s e ca r a f i
s i k ya i t u s ubj e k sering
berkelahi s eperti :
mencubit,
menendang, memukul,
mengganggu t e m a n n y a
y a n g s e d a n g bermaindan tidak
mengerjakan PR dari
s e k o l a h n y a . S e d a n
g k a n perilaku agresi secara
verbal yaitu subjek sering
menghina teman dengan
menyebutkan nama binatang,
menolak berbicara dengan
orang yang telah
membuatnya kesal, m a r a
h - m a r a h d e n g a n
menyebutkan kata-kata
kasar, d a n m e n d e s a k o
r a n g t u a karena hal
sepele.
3. Faktor-Faktor
Yang
MenyebabkanPerilaku A g r e
s i
P a d a A n a k Y a n
g Gemar
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 59/63
Menonton Tayangan
Kekerasan di Televisi
Berdasarkan hasil
a n a l i s a d a p a t d i k e t a h u i bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan perilaku agresi pada
anak gemar menonton t a y a n g a n
k e k e r a s a n d i televisi adalah
meniru orang t u a , a k i b a t a c
a r a - a c a r a televisi, memendam
perasaan marah, orang tua
membiarkan subjek berbuat salah,
dengan k e j a m m e n g h a d a p i
kekejaman dan anak di cap
sebagai anak nakal. Faktor utama
yang menyebabkan a n a k b e r p
e r i l a k u a g r e s i adalah akibat
acara-acara di televisi yang
menampilkan adegan kekerasan
dan subjek di cap s ebagai anak
yang nakal.
B. Saran
Saran yang diberikan oleh
penulis yaitu :
1. Kepada subjek
Subjek diharapkanmengurangi jadwal untuk
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 60/63
menonton tayangan
kekerasan di televisi dengan
m e n g i k u t i b e r b a g a i
ekstrakurikuler yang ada di
sekolahnya dan mengikuti
kegiatan lainnya dengan les
bahasa atau pelajaran yang
ada di sekolahnya.
2. Kepada orang tua
Peran orang tua di rumahadalah anak tidak dibiarkan
menonton tayangan televisi
s e n d i r i d a n o r a n g t
u a m e n d a m p i n g i d
a n memberitahu pada anak
saat m e n o n t o n t a y a n
g a n kekerasan di televisi
mana yang boleh ditiru dan
mana yang tidak boleh
ditiru dan jangan memberi
cap kepada a n a k s e b a g
a i a n a k y a n g nakal.
3. Kepada pihak penyelenggara
stasiun acara televisi
Diharapkan kepada pihak penyelenggara stasiun acara
televisi untuk membatasi
program acara televisi yang
beradegan kekerasan dan
menggantinya
dengan program yang lebih
mendidik
dan bermanfaat bagi anak-
anak khususnya.
4. Kepada penelitian
selanjutnya
Diharapkan pada penelitian
selanjutnya, peneliti bisa
mengambil kriteria subjek
dengan latar belakang yang
lebih beragam lagi seperti
anak tunggal, anak bungsu
anak yang kehilangan orang
tuanya akibat perceraian, atau
dengan menggunakan metode
penelitian lainnya seperti
penelitian kuantitatif. Dengan
menggunakan karakteristik
s u b j e k y a n g b e r b e d a
diharapkan hasil yang
diperoleh akan lebih
mendalam serta dapat
digeneralisasikan dalam
lingkup yang lebih luas lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Baron, M. (1977). The different of
aggression in human and
animals. Journal of social
psychology. Volume 50. No, 6,
Desember. Chicago. American
Psychological Association.
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 61/63
B a r o n , R . & B y r n e , D . ( 2 0
0 4 ) .
P s i k o l o g i S o s i a l . J a k a
r t a : Erlangga.
Basuki, H, Dr. A. M. (2006).
Penelitian k u a l i t a t i f u n t u
k i l m u - i l m u kemanusiaan
dan budaya . Jakarta
: Gunadarma
Berkowitz, M. (1993). Anatomy of
human desrtuctivenes . New
York
: McGraw Hill Company.
Berkowitz, L. (1995). Agresi : Sebab
dan akibatnya. Jakarta : Pustaka
Binaman Pressindo.
Chen, M, Ph.D. (1996). Anak-anak &
televisi : Buku panduan
orangtua m e n d a m p i n g i a n
a k - a n a k m e n o n t o n t v . J
a k a r t a : P T Gramedia
Pustaka Utama.
Damayanti, A. (2000). Hubungan
sikap dan ketertiban ibu pada
pekerjaan rumah anak dengan
sikap dan kebiasaan belajar anak .
Skripsi (tidak untuk diterbitkan).
Fak. Psi. UI.
Deaux, K, Dane, F.C. & Wrightsman,
L.S. (1993). Social psychology
in the 90’s. Pasific Grove,
California : Brooks/Cole
Publishing.
Gu m gu m , G. ( 2 00 5) . M en y i
ka p i tayangan televisi di
Indonesia. ( H t t p : / / w w w .
k o m p a s . c o m
/kompascetak/
0510/01 /Bentara/200 13
69.htm) Diakses 04 Januari
2010.
Gunarsa, D. S. (1990). Dasar dan
teori perkembangan anak .
Jakarta Indonesia: BPK Gunung
Mulia
Gunarsa, D. S. (1999). Psikologi
perkembangan. Jakarta : BPK
Gunung Mulia
Haryatmoko. (2007).
Definisikekerasan.
(H ttp ://w w w .m e ng ai s ilm u .b lo g s
p o t.c o m). Diakses 04 Januari
2010.
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi
p e r k e m b a n g a n : S u a t
u pendekatan sepanjang rentang
kehidupan edisi kelima. Jakarta :
Erlangga.
Hurlock, E. B. (1993). Psikologi
perkembangan : Edisi kelima .
Jakarta : Erlangga.
H u r l o c k , E . B . ( 1 9 9 5 ) . J i l
i d 1 : Perkembangan an ak .
Jakarta : Erlangga.
Koeswara, E. (1988). Agresi manusia.
Bandung : PT. Eresco.
Mahayoni & Lim, H. (2007). Anak vs
m e d i a : K u a s a i l a h m e
d i a sebelum anak anda
dikuasainya . J a k a r t a : P T .
E l e x M e d i a Komputindo.
Moleong, L. J. (2000). Metodologi
penelitian. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Moleong, L. J. (2001). Metodologi penelitian kualitatif (Cetakan
k e e m p a t b e l a s ) . B a n d u
n g : Remaja Rosdakarya.
Morgan, C. T., King, R. A., Weisz, J. R.
& S c h o p l e r , J . ( 1 9 8 6 ) .
Introduction to psychology :
International edition. Singapore :
McGraw Hill.
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 62/63
Moyer, K. E. (1976). The psychology
of aggression. New York :
Hampar
& Raw.
Poerwandari, K. (1998). Pendekatam
kualitatif untuk penelitan perilaku
manusia. Jakarta : Lembaga
P e n g e m b a n g a n S a r a n a
P en g uk ur an da n p e ndi d i
ka n P s i k ol og i ( L P S P 3)
F aku l t as Psikologi Universitas
Indonesia.
Poerwandari, K. (2001). Pendekatam
kualitatif untuk penelitan perilaku
manusia. Jakarta : Lembaga
P e n g e m b a n g a n S a r a n a
P en g uk ur an da n p e ndi d i
ka n Psikologi Fakultas Psikologi.
Riyanti, B. P. D & Prabowo, H.
(1988).
Seri diktat kuliah : Psikologi
umum 2. Jakarta : Gunadarma.
Sears, D. O., Freedman. J. I., Peplau,L.
A. (1985 ). Psikologi sosial 2
edisi kelima. Jakarta : Erlangga.
Sears, D. O., Freedman. J. I., Peplau,
L.
A. ( 1 9 9 1) . P s i ko l o g i so
si a l . Jakarta : Erlangga.
Setiawan, M. G. (2000). Menerobos
dunia anak . Bandung : Kalam
Hidup.
Sholihin. (2009). Awas acara televisi.
(H ttp ://s ho lih in .s ta ff .u n s .a c. id /2
0
09/04/27/awas-acara-tv/)
Diakses
30 Maret 2010.
Sugiono. (2005). Metode penelitian
kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung : IKAPI.Triwardani, R. (2006). Kajian kritis
praktik anak menonton film
kartun di televisi. (Http : //
r a d m a r s s y . w o r d p e r s .
c o m ) Diakses 04 Januari
2010.
7/27/2019 Jurnal televisi
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-televisi 63/63
Wahidin. (2008). Makalah
psikologi t e n t a n g p e n g a r
u h t e l e v i s i terhadap
akhlak anak. (Http : //
ma k a la hku m a k a la h m u .w o r d p r e s
s
.c o m ) Diakses 30 Februari 2010.
Widodo, S. (2008). Pengaruh
tayangan televisi terhadap
perilaku agresi pada anak. (Http
: // L e ar n ing- o f . S lam e tw id odo .
Co m / 2008/ 02 /
01 / Smack-down/) Diakses 10
Juni 2008.
Yusanto, Y. (2007). Pengertian
televisi. (Http : // d o s e n y o k i.
B lon g s p o t. C o m / 2 0 0 7 / 0
9 / Y o k i – Yusanto-s-sos.
Html) Diakses 10Juni 2008.
www. Dharma wanita persatuan. Or.
Id.
Diakses 15 Agustus 2008.
top related