jurnal ilmiah ilmu-ilmu ekonomijurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/65/akuntabilitas...
Post on 07-Mar-2019
240 Views
Preview:
TRANSCRIPT
AKUNTABILITAS
Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi
Susunan Personalia:
Penasehat
Dekan Fakultas Ekonomi (UIB Blitar)
Penanggung Jawab
Whedy Prasetyo, SE., MSA., CPMA., Ak.
Tim Penyunting Ahli
Prof. Dr. Ir. H. Zaenal Fanani, MS. (UIB Blitar)
Prof. H. Armanu Thoyib, SE.,M.Sc.,Ph.D (UB Malang)
Prof. Drs. H. Thantawi AS., MS. (UB Malang)
Prof.Dr.Hj. Nurhayati, SE.,MM (Unisma Malang)
Dr. Setyawan, SE., MS. (Stie Malang Kuҫeҫwara)
Ketua Dewan Redaksi:
Suprianto, SE., MM.
Sekretaris Dewan Redaksi:
Nurul Farida, SE.
Bendahara:
Dra. Nur Laily, MM.
Alamat Redaksi
Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Balitar
Jl. Mojopahit No. 04 Telp/Fax. (0342) 813145 Blitar Jawa Timur
http:/www.uib.ac.id
Jurnal “AKUNTABILITAS” terbit 2 (dua) kali setahun pada bulan Agustus dan Februari
dimaksudkan sebagai sarana publikasi karya ilmiah bagi para pakar, peneliti dan pengamat
ahli dalam bidang yang terkait dengan masalah ilmu-ilmu ekonomi.
Redaksi berhak mengubah naskah mengurangi isi dan maksud tulisan.
Harga per eksemplar Rp. 50.000,00
Langganan per 2 tahun Rp. 180. 000,00 (4 volume)
PEDOMAN PENULISAN NASKAH
1. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Ekonomi Akuntabilitas Universitas Islam Balitar (UIB) Blitar ini
terbit satu kali setahun, yaitu pada setiap bulan Agustus.
2. Naskah yang diusulkan untuk diterbitkan dalam Jurnal Akuntabilitas Universitas Islam
Balitar (UIB) Blitar adalah naskah yang belum pernah diterbitkan dan atau tidak sedang
dipertimbangkan penerbitannya di jurnal lain;
3. Naskah ilmiah yang diterbitkan berupa hasil penelitian, artikel dan hasil tulisan ilmiah
lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan oleh penulisnya;
4. Naskah ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia, atau dalam Bahasa Inggris;
5. Secara garis besar, naskah disusun dengan sistematika sebagai berikut ini:
a. Judul: harus singkat dan jelas sehingga menggambarkan isi tulisan serta dilengkapi
dengan nama penulis (tanpa gelar akademik) dan nama institusi tempat kerja penulis;
b. Abstrak: dalam Bahasa Inggris untuk artikel dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa
Indonesia untuk artikel berbahasa Inggris, maksimal 200 kata yang secara singkat
menggambarkan aspek-aspek isi naskah secara keseluruhan; serta Kata-kata kunci
(keywords);
c. Pendahuluan: tanpa sub bab memuat latar belakang, permasalahan, tujuan, dan hasil
yang diharapkan;
d. Tinjauan pustaka, yang berisi hasil penelitian sebelumnya, kerangka teori dan hipotesis
yang diajukan;
e. Metode: berisi langkah penelitian yang dilakukan sesuai dengan permasalahan yang
disampaikan;
f. Hasil dan pembahasan: memuat analisis hasil temuan dalam bentuk diskriptif
kuantitatif maupun kualitatif yang dapat disertai gambar, tabel, grafik disertai dengan
uraian tentang interpretasi, generalisasi, dan implikasi dari hasil yang diperoleh, serta
relevansinya dengan hasil penelitian lain yang menjadi rujukan;
g. Kesimpulan dan rekomendasi;
h. Daftar pustaka disajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut, disusun secara
alfabetis dan kronologis;
Contoh:
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Peranan Akuntansi Islam Dalam Mendorong
Implementasi Ekonomi Syariah. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi Volume 3 No. 2
Agustus 2001, 403-418. Jakarta: STIE Trisakti.
Luth, Thohir. 2001. Antara Perut dan Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Penerbit
Gema Insani Press. Jakarta
Wheelen,T.L.,and J.D.Hunger.2004. Strategic Management and Business Policy,Ninth
Edition Education,Inc.
6. Naskah dikirim dalam bentuk print out pada kertas ukuran Letter (kwarto), dengan spasi
tunggal (satu spasi), menggunakan pengolah kata minimal Microsoft Word versi 6.0
dengan jumlah halaman maksimal 25 lembar, sebanyak 3 eksemplar, dan dalam disk
ukuran 3 ½”. Naskah diketik mengikuti kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
7. Naskah dikirim paling lambat 2 (dua) bulan sebelum penerbitan ke alamat:
8. Naskah akan disunting, dengan kriteria penilaian meliputi: orisinalitas, memenuhi kualitas
keilmuan, kebenaran isi, kejelasan uraian, dan manfaat bagi masyarakat akademik;
9. Dewan penyunting berhak mengirim kembali naskah ke penulis untuk direvisi sesuai
dengan saran penilai atau menolak suatu naskah;
10. Naskah yang sudah dikirim dan diputuskan untuk tidak dimuat akan dikembalikan kepada
penulis dengan disertai alasan penolakan, jika disertai dengan perangko balasan.
ADA APA DENGAN ILMU KEWIRAUSAHAAN?
(Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa
Menuju Soul Mate dan Worklife Balance)
Oleh:
Whedy Prasetyo
Abstract
This paper is growth mind set of efforts success entrepreneurship knowledge
by university student of skill and wish achieved for ability to create the new
and different thing, so thinking and doing new things or old thing in new
ways. Entrepreneurship knowledge as easy university student for acceptance
and applicated, main requires internal individual growth futhermore
entrepreneurship knowledge as support as for university student add to skill
for business. Internal individual consciousness for university student can
always given of spirit entrepreneurship growth it increase after sudy.
A growth internal individual for university student as motivation understand
internal potential understand entrepreneurship for important, by first
soulmate and worklife balance for entrepreneurship concept by university
student. The implementation of this paper is that process growth
entrepreneurship knowledge model.
Keywords: Entrepreneurship knowledge, soulmate, worklife balance, and
process growth entrepreneurship knowledge model.
Dosen Jurusan Akuntansi Universitas Jember
1. Latar Belakang
Ilmu kewirausahaan merupakan
suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan (ability) dan
perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup untuk memperoleh
peluang dengan berbagai risiko yang
mungkin dihadapinya. Peluang yang
diwujudkan dengan kemampuan untuk
selalu berpikir kreatif dan bertindak
inovatif. Sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, apabila kewirausahaan
tersebut diidentikan dengan apa yang
dimiliki baru dilakukan “usahawan” atau
“wiraswasta” tidaklah tepat, karena jiwa
dan sikap kewirausahaan
(entrepreneurship) tidak hanya dimiliki
oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki
oleh setiap orang yang dapat
menumbuhkan daya pikir kreatif dan
bertindak inovatif baik kalangan
usahawan maupun masyarakat umum
seperti petani, karyawan, pegawai
pemerintah, mahasiswa, dosen ataupun
guru, dan aktivitas kerja organisasi
lainnya (Suryana, 2006: 2).
Terminologi kewirausahaan
berasal dari terjemahan entrepreneurship,
yang dapat diartikan sebagai “the
backbone of economy”, yaitu syaraf pusat
perekonomian atau sebagai “tailbone of
economy”, yaitu pengendali
perekonomian suatu bangsa
(Prawirakusumo, 1997:1). Secara
epistimologi, kewirausahaan merupakan
nilai yang diperlukan untuk memulai
suatu usaha (start-up phase) atau proses
dalam mengerjakan suatu yang baru
(creative) dan sesuatu yang berbeda
(innovative). Menurut Zimmerer dan
Scarborough (1996:51), kewirausahaan
yaitu “applying creativity and innovation
to solve the problems and to exploit
opportunities that people face everyday”.
Kewirausahaan merupakan penerapan
kreativitas dan inovasi untuk
memecahkan masalah dan upaya untuk
memanfaatkan peluang yang dihadapi
setiap hari. Kewirausahaan merupakan
gabungan dari kreativitas, inovasi dan
keberanian menghadapi risiko yang
dilakukan dengan cara kerja keras untuk
membentuk dan memelihara usaha baru
ataupun yang sudah ada. Kreativitas,
menurut Zimmerer dan Scarborough
(1996:51) diartikan sebagai kemampuan
untuk mengembangkan ide-ide baru dan
untuk menemukan cara-cara baru dalam
memecahkan persoalan dan menghadapi
peluang (creativity is the ability to
develop new ideas and to discover new
ways of looking at problems and
opportunities). Sedangkan, inovasi
diartikan sebagai kemampuan untuk
menerapkan kreativitas dalam rangka
memecahkan persoalan-persoalan dan
peluang untuk dapat meningkatkan dan
memperkaya kehidupan (innovation is the
ability to apply creative solutions to those
problems and opportunities to enhance or
to enrich people’s live). Menurut Levitt
dalam Zimmerer dan Scarborough
(1996:51), kreativitas merupakan thinking
new things (berpikir sesuatu yang baru),
sedangkan inovasi yaitu doing new things
(melakukan sesuatu yang baru).
Keberhasilan ilmu kewirausahaan
bagi seluruh kalangan wirausaha apabila
tercapai kemampuan dan keinginan untuk
selalu berpikir dan melakukan sesuatu
yang baru atau sesuatu yang lama yang
dilakukan dengan cara yang baru (thinking
and doing new things or old thing in new
ways). Menurut Zimmerer dan
Scarborough (2004:64), ide kreatif akan
muncul apabila wirausaha melihat sesuatu
yang lama dan memikirkan sesuatu yang
baru atau berbeda (look at something old
and think something new or different).
Berdasarkan penjelasan tersebut,
ilmu kewirausahaan dapat diaplikasikan
oleh semua kalangan yang mampu untuk
menciptakan dan menumbuhkan
kemampuan (ability) dalam berpikir
kreatif dan berperilaku inovatif yang
dijadikan dasar, sumber daya, tenaga
penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses
dalam menghadapi tantangan hidup.
2.Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan
Melalui Pendidikan
Kewirausahaan sebagai upaya
dasar, kiat, dan sumber daya untuk dapat
menumbuhkan kreatif dan inovatif
mencari peluang menuju sukses, artinya
kewirausahaan mendorong munculnya
kemampuan untuk menciptakan sesuatu
yang baru dan berbeda (ability to create
the new and different thing) ataupun
berpikir dan melakukan sesuatu yang baru
atau sesuatu yang lama dengan cara-cara
baru (thing and doing new things or old
thing in new way) melalui berpikir kreatif
dan bertindak inovatif untuk dapat
menciptakan peluang. Banyak orang yang
berhasil dan sukses karena memiliki
kemampuan berpikir kreatif dan inovatif.
Karya dan karsa hanya terdapat pada
orang-orang yang berpikir kreatif. Tidak
sedikit orang dan perusahaan yang berhasil
meraih sukses karena memiliki
kemampuan kreatif dan inovatif.
Proses menumbuhkan kreatifitas
dan inovatif untuk menciptakan ide dan
peluang hanya dapat dilakukan dan
ditumbuhkan serta dikembangkan oleh
orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap
kewirausahaan, yaitu orang yang percaya
diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen),
berinisiatif (energik dan percaya diri),
memiliki motif berprestasi (berorientasi
hasil dan berwawasan ke depan), memiliki
jiwa kepemimpinan (berani tampil
berbeda) dan berani mengambil risiko
dengan penuh perhitungan (karena itu suka
tantangan).
Pengembangan kewirausahaan
(entrepreneurship) atas kreatifitas dan
inovatif memberikan kemampuan
seseorang untuk berani mengembangkan
usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses
kewirausahaan meliputi semua fungsi
aktivitas, dan tindakan yang berhubungan
dengan perolehan ide dan peluang serta
penciptaan organisasi usaha. Oleh sebab
itu, wirausaha (entrepreneur)yaitu orang
yang memperoleh ide dan peluang, dan
menciptakan suatu organisasi untuk
mengejar ide dan peluang itu (Bygrave,
1996: 23). Lebih lanjut menurut Meredith,
Nelson dan Neck (2000: 9), berwirausaha
berarti memadukan watak pribadi,
keuangan, dan sumber daya. Oleh karena
itu, berwirausaha merupakan suatu
pekerjaan atau karier yang harus bersifat
fleksibel dan imajinatif, mampu
merencanakan, mengambil risiko,
mengambil keputusan-keputusan dan
tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan.
Syarat berwirausaha harus memiliki
kemampuan untuk menemukan dan
mengevaluasi ide dan peluang,
mengumpulkan sumber-sumber daya yang
diperlukan dan bertindak untuk
memperoleh keuntungan dari ide dan
peluang-peluang itu.
Esensi dari kewirausahaan adalah
menciptakan nilai tambah di pasar melalui
proses kombinasi antara sumber daya
dengan cara-cara baru dan berbeda agar
dapat bersaing. Menurut Zimmerer dan
Scarborough (2004: 64-65), bahwa nilai
tambah tersebut diciptakan melalui cara-
cara sebagai berikut:
1. Pengembangan teknologi baru
(developing new technology)
2. Penemuan pengetahuan baru
(discovering new knowledge)
3. Perbaikan produk dan jasa yang sudah
ada (improving existing products or
services)
4. Penemuan cara-cara yang berbeda
untuk menghasilkan barang dan jasa
yang lebih banyak dengan sumber
daya yang lebih sedikit (finding
different ways of providing more goods
and services with fewer resources).
Meskipun di antara para ahli ada
yang lebih menekankan kewirausahaan
pada peran pengusaha kecil dan
menengah, akan tetapi sifat ini dimiliki
juga oleh bukan pengusaha. Jiwa
kewirausahaan ada pada dalam setiap
orang yang memiliki perilaku inovatif dan
kreatif dan pada setiap orang yang
menyukai perubahan, pembaharuan,
kemajuan, tantangan. Misalnya birokrat,
mahasiswa, dosen, dan masyarakat
lainnya. Konsep yang memberikan
semangat bahwa penumbuhan jiwa dan
watak kewirausahaan bukan hanya dapat
dilakukan melalui pengalaman langsung di
lapangan dan merupakan bakat yang
dibawa sejak lahir (entrepreneurship are
born not made), sehingga kewirausahaan
tidak dapat dipelajari dan diajarkan.
Sekarang, kewirausahaan bukan hanya
urusan lapangan, tetapi merupakan disiplin
ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan.
“Entrepreneurship are not only born but
also made”, artinya kewirausahaan tidak
hanya bakat bawaan sejak lahir atau
urusan pengalaman lapangan, tetapi juga
dapat dipelajari dan diajarkan.
Dalam hasil survei yang dilakukan
Lambing dan Kuehl (2000: 9-11) bahwa
kebanyakan responden yang menjadi
wirausaha berasal dari pengalaman
sehingga ia memiliki jiwa dan watak
kewirausahaan. Jadi, untuk menjadi
wirausaha yang berhasil, persyaratan
utama yang harus dimiliki adalah memiliki
jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan
watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi
oleh ketrampilan, kemampuan, atau
kompetensi. Kompetensi itu sendiri
ditentukan oleh pengetahuan dan
pengalaman usaha melalui pendidikan,
artinya seorang yang memiliki bakat
kewirausahaan dapat mengembangkan
bakatnya melalui pendidikan. Mereka
yang menjadi entrepreneur yaitu orang-
orang yang mengenal potensi (traits) dan
belajar mengembangkan potensi untuk
menangkap peluang serta mengorganisir
usaha dalam mewujudkan cita-citanya.
Menurut Setyawan (2004) bahwa
dijelaskan untuk menjadi wirausaha yang
sukses, memiliki bakat saja tidak cukup,
tetapi juga harus memiliki pengetahuan
mengenai aspek usaha yang akan
ditekuninya.
Dalam lingkungan usaha yang
semakin kompetitif, pendidikan atas
pengetahuan keahlian dalam bidang usaha
yang dilakukan mutlak diperlukan bagi
seorang wirausaha. Menurut Iwantono
(2006: 111) bahwa pengetahuan keahlian
dalam bidang usaha itu diantaranya
pengetahuan peraturan dan teknik
produksi, pengetahuan tentang pasar dan
strategi pemasarannya, pengetahuan
tentang konsumen (pelanggan),
pengetahuan tentang pesaing baik yang
baru masuk maupun yang sudah ada,
pengetahuan tentang pemasok,
pengetahuan tentang cara
mendistribusikan barang dan jasa yang
dihasilkan termasuk kemampuan
menganalisis dan mendiagnosis pelanggan,
mengidentifikasi segmentasi, dan
motivasi. Di samping itu, sangat penting
pengetahuan spesifik seperti pengetahuan
tentang prinsip-prinsip akuntansi dan
pembukuan, jadwal produksi, manajemen
personalia, manajemen keuangan,
pemasaran dan perencanaan.
Bekal pengetahuan saja tidaklah
cukup jika tidak dilengkapi dengan bekal
keterampilan. Beberapa hasil penelitian
terhadap usaha kecil dan menengah
menunjukkan bahwa sebagian besar
wirausaha yang berhasil cenderung
memiliki tingkat keterampilan khusus
yang cukup. Beberapa keterampilan yang
perlu dimiliki itu diantaranya adalah:
1. Keterampilan konseptual dalam
mengatur strategi dan
memperhitungkan risiko.
2. Keterampilan kreatif dalam
menciptakan nilai tambah.
3. Keterampilan dalam memimpin dan
mengelola.
4. Keterampilan berkomunikasi dan
berinteraksi.
5. Keterampilan teknik dalam bidang
usaha produksi yang dilakukan.
Kemampuan menguasai
persaingan, merupakan hal yang tidak
kalah pentingnya dalam usaha. Wirausaha
harus mengetahui kelemahan dan kekuatan
sendiri, dan kekuatan serta kelemahan
yang dimiliki pesaing. Seperti
dikemukakan Steinhoff dan Burgess
(1993: 42): “My best advice for competing
successfully is to find your own distinctive
niche in the marketplace”. Seorang
wirausaha harus memiliki keunggulan
yang merupakan kekuatan bagi dirinya dan
harus memperbaiki kelemahan agar
menghasilkan keunggulan. Kelemahan dan
kekuatan yang kita miliki merupakan
peluang yang harus digali dengan
mendasarkan pada dalam diri (internal)
wirausaha, menurut Iswardhani (2007)
bahwa perasaan internal dalam usaha
sebagai sumber inspirasi yang akurat di
dalam menentukan kelemahan dan
kekuatan tersebut, yang akan memberikan
rasa kebersamaan untuk saling
menyesuaikan dan atau mendukung,
mendorong tumbuhnya ide-ide
keberhasilan dan percaya diri untuk selalu
mengadakan perubahan secara terus-
menerus dengan perasaan untuk mencapai
kesesuaian, yaitu ilmu pengetahuan,
teknologi, pengalaman, dan semangat yag
positif untuk selalu mendukung
keberhasilan usaha yang dijalankan. Inilah
merupakan Soulmate (belahan jiwa) yang
dapat diaplikasikan pada tujuan usaha
(bisnis) untuk mencapai keberhasilan
usaha yang dijalankan atau dikembangkan
dengan mendasarkan kemampuan akan
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki.
Lebih lanjut keberhasilan usaha
dengan mendasarkan pada kelemahan dan
kekuatan internal mampu meningkatkan
keunggulan bersaing akan hasil usaha
untuk mampu dipertahankan dan
dikembangkan. Keberhasilan yang
memberikan dukungan kepada para
wirausaha untuk selalu menumbukan
soulmate usaha melalui bekal pengetahuan
kewirausahaan dan bekal keterampilan
kewirausahaan berdasarkan internal yang
dimiliki untuk mencapai usaha yang
berdaya saing (Prasetyo, 2007). Bekal
pendidikan yang menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan dengan
didasarkan pada kelemahan dan kekuatan
dalam diri (internal) wirausaha akan
menumbuhkan jiwa untuk menyukai usaha
yang dijalankan untuk dipertahankan dan
terus dikembangkan sebagai upaya untuk
menumbuhkan keseimbangan di dalam
pencapaian pekerjaan hidup yang
diaplikasikan dalam keberhasilan usaha
(bisnis), inilah sebagai wujud pencapaian
worklife balance.
Tumbuhnya rasa menyukai usaha
melalui dukungan soulmate dan worklife
balance sebagai upaya untuk
menumbuhkan dan membangun jiwa
kewirausahaan untuk mampu melakukan
usaha dengan cara yang beretika dan
bermanfaat di dalam mengembangkan
minat dan bakat usaha dengan dukungan
ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi
semua kalangan yang berminat. Dukungan
inilah yang dapat memberikan arahan dan
petunjuk untuk terus dan mampu
melakukan penyesuaian atas perubahan
lingkungan usaha (bisnis) yang tercipta
(Kompas, 28 April 2007).
3. Konsep Kewirausahaan Untuk
Mahasiswa
Ilmu pengetahuan dan ketrampilan
dari hasil pendidikan menumbuhkan
dorongan bagi semua pihak yang berminat
mengembangkan usaha melalui semangat
dan konsep kewirausahaan (Riyanti, 2003:
46). Konsep kewirausahaan tidak akan
pernah bisa dilepaskan dengan pengalian
potensi dari dalam diri (internal) untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan
usaha, yang akhirnya akan mampu
menumbuhkan perasaan menyukai atau
memiliki usaha tersebut (soulmate) dan
pencapaian pekerjaan hidup yang
diaplikasikan dalam keberhasilan usaha
dan atau bisnis (worklife balance).
Pengembangan soulmate dan worklife
balance di dalam konsep kewirausahaan
akan menghasilkan peran dan tanggung
jawab, kepribadian dan kemampuan diri di
dalam berkreasi dan berinovasi yang
dengan tumbuhnya semangat percaya diri
(yakin, optimis, dan penuh komitmen),
berinisiatif (energik dan percaya diri),
memiliki motif berprestasi (berorientasi
hasil dan berwawasan ke depan), memiliki
jiwa kepemimpinan (berani tampil
berbeda) dan berani mengambil risiko
dengan penuh perhitungan (karena itu suka
tantangan). Ia adalah seseorang yang
memiliki kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (ability to
create the new and different) atau
kemampuan kreatif dan inovatif.
Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut
secara riil tercermin dalam:
1. Kemampuan dan kemauan untuk
memulai usaha (start-up),
2. Kemampuan untuk mengerjakan
sesuatu yang baru (creative),
3. Kemauan dan kemampuan untuk
mencari peluang (opportunity),
4. Kemampuan dan keberanian untuk
menanggung resiko (risk bearing), dan
5. Kemampuan untuk mengembangkan
ide dan meramu sumber daya.
Kemauan dan kemampuan-
kemampuan tersebut diperlukan terutama
untuk:
(1). Menghasilkan produk atau jasa baru
(the new product or new service).
(2). Menghasilkan nilai tambah baru (the
new value added).
(3). Merintis usaha baru (new businesess).
(4). Melakukan proses atau teknik baru
(the new technic).
(5). Mengembangkan organisasi baru (the
new organization).
Lebih lanjut, ilmu kewirausahaan
akan memberikan manfaat bagi wirausaha
untuk dapat berfungsi sebagai perencana
(planner) sekaligus sebagai pelaksana
usaha (businessman). Sebagai perencana
(planner), wirausaha berperan:
(1). Merancang usaha (business plan).
(2). Mengatur strategi usaha (business
strategy).
(3). Pemrakarsa ide-ide usaha (business
image).
(4). Pemegang visi untuk memimpin
(visioner leader).
Sedangkan sebagai pelaksana
usaha (businessman), wirausaha berperan:
(1). Menemukan, menciptakan, dan
menerapkan ide baru yang berbeda
(create the new and different).
(2). Meniru dan menduplikasi (imitating
and duplicating).
(3). Meniru dan memodifikasi (imitating
and modification).
(4). Mengembangkan (develop) produk
baru, teknologi baru, citra baru, dan
organisasi baru.
Konsep kewirausahaan tersebut,
akan dapat memberikan manfaat yang
lebih untuk mendorong mahasiswa untuk
dapat lebih siap memasuki dunia kerja
setelah lulus kuliah, bahkan mampu untuk
membuat pekerjaan atau usaha sendiri,
melalui tumbuhnya sifat atas kemampuan
kreatif dan inovatif yang menjadikan
motivasi di dalam diri yang disesuaikan
dengan kekuatan individu untuk digunakan
sebagai dasar, kiat, dan sumber daya untuk
mencari peluang menuju kesuksesan.
Kemampuan yang dapat ditumbuhkan
melalui:
Kejujuran (honesty)
Integritas (integrity)
Memegang janji (promise keeping)
Kesetiaan (fidelity)
Kepedulian terhadap sesama (caring for
others)
Penghargaan kepada orang lain (respect
for others)
Pencapaian kesempurnaan (pursuit of
excellence)
Akuntabilitas (accountability)
(Prasetyo, 2004)
Pengenalan ilmu kewirausahaan
kepada mahasiswa tidak hanya ditujukan
kepada mahasiswa program studi
ekonomi, tetapi kepada semua mahasiswa.
Pengenalan kewirausahaan kepada
mahasiswa bukan merupakan upaya untuk
menuntut mahasiswa untuk menjadi
pebisnis, namun lebih mengarah kepada
pembentukan jiwa yang selalu kreatif, ulet,
dan bertindak dengan rencana matang
dalam berbagai situasi untuk pengambilan
keputusan yang tetap dengan selalu
memperhitungkan manfaat dan resiko baik
yang berasala dari dalam diri pribadi,
lingkungan maupun peraturan yang
berlaku (Prasetyo, 2008).
Menurut Seta sebagai Penasehat
Mahasiswa Universitas Ciputra (UC)
(Kompas, 9 Agustus 2007) bahwa dengan
pengenalan secara dini konsep
kewirausahaan kepada para mahasiswa
diharapkan setiap mahasiswa yang lulus
segera bisa membuat pekerjaan sendiri,
bukan menjadi pencari kerja, artinya
konsep dan semangat kewirausahaan
mampu dipahami setiap mahasiswa,
sehingga ketika lulus segera bisa membuat
pekerjaan sendiri. Lebih bagus lagi bila
bisa menyediakan lapangan kerja baru
bagi orang lain. “Kewirausahaan bukan
sekedar menjadi kaya sendiri saja, lebih
penting lagi berbuat sesuatu yang
bermanfaat bagi lingkungan”.
Lebih lanjut dukungan pengenalan
konsep kewirausahaan kepada mahasiswa
diungkapkan oleh Maya sebagai
Koordinator Pelayanan Konsumen UC
(Kompas, 9 Agustus 2007) bahwa
pengaplikasian konsep kewirausahaan
secara sederhana yaitu memberikan
pelatihan keseriusan di dalam menjalankan
usaha baik peran sebagai pencari modal,
pembuat rencana bisnis, dan pelaksana
rencana melalui contoh pengaplikasian
langsung kepada mahasiswa dengan
diterjukan setiap mahasiswa secara
berkelompok untuk memanfaatkan
sejunlah uang untuk membeli bahan baku
makanan yang dijual di Stasiun Gubeng.
“Mereka tidak boleh rugi, kalau rugi akan
dikenai sanksi berupa pengurangan poin
hingga dikeluarkan dari kelompok”. Hasil
penjualan dimanfaatkan dalam permainan
investasi yang berlangsung di kampus.
Pengenalan ilmu kewirausahaan akan lebih
dapat dengan mudah diterima dan
diaplikasikan oleh mahasiswa, apabila
telah tumbuh di dalam diri pribadi
mahasiswa akan perlunya ilmu
kewirausahaan sebagai bekal menambah
kemampuan dalam berusaha. Kesadaran
yang tumbuh dari dalam (internal) setiap
mahasiswa akan dapat memberikan
semangat dan tekad untuk selalu
menumbuhkan kewirausahaan sebagai
bekal untuk menambah kemampuan diri
setelah menyelesaikan perkuliahan.
Dengan semangat dan tekad dari
dalam diri pribadi inilah, yang dapat
mendorong mahasiswa untuk lebih
mengetahui potensi diri di dalam
memahami pentingnya kewirausahaan.
Perasaan yang tumbuh untuk memahami
pentingnya kewirausahaan, sebagai awal
untuk menumbuhkan soulmate mahasiswa
akan konsep kewirausahaan tersebut.
Asumsi yang didukung dengan hasil
penelitian Prasetyo (2007a) bahwa
soulmate atas ilmu kewirausahaan untuk
menumbuhkan kewirausahaan tersebut
dimulai dalam diri (internal) mahasiswa
memberikan dukungan sebanyak 95 dari
105 sampel mahasiswa universitas negeri
di wilayah Propinsi Jawa Timur
menyatakan untuk mencapai soulmate
dari dalam diri mahasiswa atas ilmu
kewirausahaan dimulai dari akan
pentingnya ilmu kewirausahaan untuk
diajarkan sebagai mata kuliah, selanjutnya
90 mahasiswa menyatakan pentingnya
ilmu kewirausahaan untuk diajarkan
dengan dosen yang relevan keilmuan
tentang kewirausahaan, dengan harapkan
memberikan kemudahan di dalam
memahami ilmu kewirausahaan yang
sebenarnya, untuk dapat mencapai
soulmate atas ilmu kewirausahaan
tersebut.
Tumbuhnya internal pribadi dari
dalam diri mahasiswa akan menumbuhkan
soulmate sebagai hasil penggalian potensi
diri, dengan kemampuan internal di dalam
menumbuhkan potensi diri akan dihasilkan
produktifitas usaha yang tidak bisa
dilepaskan dari keunggulan yang ingin
dicapai, kebersamaan untuk menjalankan
dengan tanggung jawab, serta yang tidak
bisa dipisahkan yaitu harus fokus. Fokus
memberikan sikap relaks, optimal dan
persoalan bisa terlihat lebih jernih,
keputusan lebih mudah dibuat tanpa
ketegangan atas beberapa aspek
kehidupan, adalah:
Social: kehidupan keluarga, hubungan
orang lain, lingkungan, alam dan
masyarakat
Physical: kebugaran, gizi, kesehatan,
dan santai
Intellectual: penguasaan stres dan
tekanan, pengembangan diri dan
profesional, proses belajar
Carrer: sukses bekerja, berkarier dan
kesejahteraan finansial
Emotional: “sense of humour”, “self
esteem”, kreativitas, bermain.
Spritual: tujuan hidup dan arti, intuisi,
ke-Tuhan-an.
Aspek-aspek kehidupan yang dapat
dicapai inilah sebagai wujud
pengembangan ilmu kewirausahaan
sebagai pencapaian keseimbangan
pekerjaan hidup yang dapat diaplikasikan
dalam kemampuan keberhasilan usaha
(bisnis), yaitu untuk selalu menjalankan
usaha dengan perasaan saling bekerja
sama atau saling mendukung, bertanggung
jawab untuk berkembang di dalam
menghasilkan produk ataupun jasa yang
mampu berhasil dan berkembang serta
bertahan secara efisien maupun efektif dan
sekaligus aman baik terhadap lingkungan
usaha, inilah hakikat dari worklife balance.
Pengembangan kemampuan untuk
keberhasilan lingkungan berusaha, akan
mampu menumbuhkan kerja sama mencari
dan menumbuhkan kapabilitas khusus dari
semua sumber daya yang mungkin belum
dimanfaatkan secara optimal dan dapat
diubah menjadi peluang produktif yang
unik, melalui pencarian ide-ide baru atau
wawasan manajemen yang lebih luas
secara terus-menerus dengan mengarahkan
pada perasaan saling memberikan
dukungan atau kesesuaian (soul mate)
untuk bersama-sama menjalankan usaha
dengan mengarah pada keahlian khusus
secara internal yang mampu menciptakan
produk unggul yang mempunyai
keunggulan daya saing (competitive
advantage) dan terus fokus sehingga
berkembang untuk memperbesar pangsa
produksi.
Dengan kemampuan untuk
menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang
didasarkan atas soulmate dan worklife
balance, akan menghasilkan mahasiswa
yang memiliki jiwa wirausaha yang selalu
menjalankan usaha dengan perasaan saling
bekerja sama atau saling mendukung,
bertanggung jawab untuk berkembang di
dalam menghasilkan produk ataupun jasa
yang mampu berhasil dan berkembang
serta bertahan secara efisien maupun
efektif dan sekaligus aman baik dalam
persaingan lokal, nasional maupun
internasional. Model proses
pengembangan ilmu kewirausahaan untuk
menumbuhkan jiwa kewirausahaan
mahasiswa sebagai upaya untuk
menciptakan dan menumbuhkan
kemampuan (ability) dalam berpikir
kreatif dan berperilaku inovatif yang
dijadikan dasar, sumber daya, tenaga
penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses
dalam menghadapi tantangan hidup
sebagai soulmate dan worklife balance,
adalah:
Pendidikan, Usia, Ambisi, Pertimbangan
Pengalaman, Filosofi Pribadi, Ekonomi, Pengemb.an diri Ketidakpuasan Sosial, Politik,
Komitmen Kepentingan dan Peraturan
Menumbuhkan:
Ide, Kemamuan dan Kemampuan
Keberhasilan Ilmu Kewirausahaan
Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa
Menuju Soul Mate dan Worklife Balance
Menumbuhkan:
Semangat, Kerja Keras, Loyalitas, dan Tanggung Jawab
Daya Tarik, Kehidupan, Spiritual, Perubahan, dan Kesejahteraan, Budaya, Nilai-
Kondisi Psikologi dan Etika Nilai yang Di-
Mahasiswa Mahasiswa percaya Bersama
Gambar 1:
Model Proses Pengembangan Ilmu Kewirausahaan
4. Simpulan
Hasil penjelasan dan penelitian yang
memberikan langkah-langkah di dalam
upaya untuk menumbuhkan jiwa mahasiswa
atas pentingnya untuk mempelajari ilmu
kewirausahaan, antara lain:
1. Menumbuhkan selalu sikap positif
percaya diri untuk selalu
mengidentifikasi usaha sebelum
memulai usaha walaupun kecil akan
dapat berhasil apabila adanya
kemauan dan kemampuan serta etos
dan “entos”.
2. Menumbuhkan sikap mental melalui
tekad untuk semangat, kerja keras,
loyalitas dan tanggung jawab untuk
selalu memanfaakan kesempatan dengan
menumbuhkan ide kreatif, inovatif dan
fleksibel.
3. Menumbuhkan kepribadian yang
mandiri untuk berkreasi menciptakan
nilai tambah dengan dukungan nilai-nilai
pribadi yang berani menghadapi risiko,
sikap positif dan optimis, dan kemauan
belajar memperbaiki diri dari
pengalaman.
4. Menumbuhkan pengendalian diri atas
dasar kemampuan untuk selalu
memanfaatkan potensi yang dimiliki
secara penuh untuk selalu menumbuhkan
peluang bagi kontribusinya kepada
masyarakat dan menghargai usaha-usaha
seseorang.
5. Menumbuhkan kemampuan diri untuk
dapat membuat perencanaan dan
perhitungan usaha, mengorganisasikan
dan menjalankannya dengan dukungan
ide yang selalu tumbuh didasarkan atas
kekuatan dan kelemahan akan kemauan
dan keberanian menghadapi risiko baik
uang, waktu, rugi, maupun kegagalan.
6. Tumbuhnya sikap perilaku untuk
menjadi atasan, untuk mencapai
sesuatu yang diinginkan, untuk
menghindari ketergantungan pada
orang lain, untuk menjadi lebih
produktif, dan untuk menggunakan
kemampuan pribadi.
7. Menumbuhkan perasaan semangat
dalam pribadi mahasiswa, bahwa
pendidikan di perkuliahan bukan
untuk memproduksi lulusan yang
semata-mata memburu kesempatan
kerja, melainkan lulusan yang
berorientasi pada penciptaan kerja.
8. Menumbuhkan motivasi untuk
mencari nafkah dalam dukungan
sosial, psikologi, intelektual,
emosional dan spiritual, di dalam
upaya mencapai keberhasilan
pendapatan sebagai jaminan stabilitas
keuangan dan status sosial baik bagi
diri pribadi, orang tua dan dapat
bertemu dengan orang banyak.
Daftar Pustaka
Anonim. 2007. Tajuk Rencana: Membangun Jiwa Wirausaha. Harian Pagi Kompas, 28 April
2007.
Bygrave, William D. 1996. The Portable MBA, Entrepreneurship. Diah Ratna Permatasari
(penterjemah). Jakarta: Binarupa Aksara.
Iswardhani, S. 2007. Talk Show: Menumbuhkan Kebersamaan Di dalam Mencapai Kesuksesan
Kehidupan. MetroTv.
Iwantono, Sutrisno. 2006. Kiat Sukses Berwirausaha: Strategi Baru Mengelola Usaha Kecil dan
Menengah, Cetakan Keempat. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo).
Jakarta.
Lambing, P., and C.R. Kuehl. 2000. Entrepreneurship, Second Edition. Prentice Hall, Inc.
Maya, Listia. 2007. Kenalkan Sejak Dini Konsep Kewirausahaan Untuk Mahasiswa. Harian
Pagi Kompas, 09 Agustus 2007.
Meredith, Geoffrey G; R.E. Nelson and P.A. Neck 2000. The Practice of Entrepreneurship.
Geneva: International Labour Organization. Andre Asparsayogi (penterjemah). 2000.
Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Lembaga Manajemen PPM dan PT. Pustaka
Binaman Pressindo.
Prasetyo, Whedy. 2004. Menumbuhkan Kewirausahaan Melalui Pengembangan dan Pemahaman
Keilmuan: Dari Sudut Pandang Akuntansi. Seminar dan Pelatihan: Analisis Keuangan
Perusahaan. 22-23 Desember. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat-LPM
Universitas Brawijaya Malang.
. 2007. KEWIRAUSAHAAN: Gagasan Besar Menumbuhkan Strategi Internal
Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing dan Mencapai “Soul Mate”.
Seminar Nasional Sehari Kewirausahaan: Ilmu Pengetahuan Dan Kemampuan
Kewirausahaan Sebagai Tantangan Dan Peluang. 14 Maret. Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Balitar-Blitar.
. 2007a. Analisis Pemahaman Keilmuan Kewirausahaan Sebagai Materi
Perkuliahaan Mahasiswa Strata Satu (S1) (Studi Pada Mahasiswa Universitas Negeri Di
Wilayah Propinsi Jawa Timur). Materi Perkuliahan Dosen Tamu Bagi Mahasiswa. 09-
10 Agustus. Inkubator Bisnis Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat-LPM
Universitas Brawijaya Malang.
. 2008. Menumbuhkan Entrepreneur Government Sebagai Upaya Mengurangi
Pengangguran dan Kemiskinan serta Peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Harian
Pagi Kompas: Forum, 22 Desember 2008.
Prawirakusumo, Soeharto. 1997. Peranan Perguruan Tinggi dalam Menciptakan Wirausaha-
Wirausaha Tangguh. Seminar Nasional Kewirausahaan. Jatinangor: PIBI-IKOPIN dan
FNSt.
Riyanti, Benedicta P.D. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian, Edisi
Pertama. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Jakarta.
Seta, Bagoes. 2007. Kenalkan Sejak Dini Konsep Kewirausahaan Untuk Mahasiswa. Harian
Pagi Kompas, 09 Agustus 2007.
Setyawan, A.A. 2004. Pengaruh Customer Orientation Terhadap Kinerja Usaha Kecil-
Menengah: Kasus Sentra Industri Mebel Serenan, Klaten, Jawa Tengah. Usahawan.
No. 04. TH. XXXIII. April: 12-19.
Steinhoff, Dun. and J.F. Burgess. 1993. Small Business Management Fundamentals, 6th
edition.
New York: Mc Grawhill, Inc.
Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Edisi 3.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Zimmerer, W. Thomas and Norman M. Scarborough. 1996. Entrepreneurship and The New
Venture Formation. New Jersey: Prentice Hall International, Inc.
. 2004. Essentials of Entrepreneurship and Small Business Management. Second
Edition. 1998. Prentice Hall, Inc. Yanto Sidik P. dan Edina T. Tarmidzi (penterjemah).
2004. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, PT INDEKS,
Kelompok Gramedia. Jakarta.
ANALISIS VARIABEL – VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
INDUSTRI KECIL GULA MERAH DI DESA SAMBIJAJAR KECAMATAN NGUNUT
KABUPATEN TULUNGAGUNG
Oleh:
Suprianto
Abstract
Target of this research is : 1). Analysing what is capital employed variables,
labour, office hours effusing and experience hace relation manifestly
(signifikan) to efficacy of small industry of demerara in Countryside of
Sambijajar, District Ngunut, Sub-Province Tulungagung, 2). Analysing what
is variables of is amount of capital, labour, office hours effusing and
experience by together have an effect on reality (signifikan) to efficacy of
small industry of demerara in Countryside of Sambijajar, District Ngunut,
Sub-Province Tulungagung.
Variable in this research is classified into independent variable and
dependent variable consist of capital employed (X1), labour (X2), experience
(X3), and office hours effusing (X4). Dependent variable is efficacy of small
industry of measured demerara with advantage storey;level per season mill
(Y).
Pursuant to test of statistika assess coefficient value and konstanta of
regresi capital employed variable (X1) have an effect on very real to
variable and of Y (assess Sig = , 000 smaller than 0,01), while coefficient
value regresilabour variable (X2), experience (X3), and office hours
effusing (X4) have an effect on reality to storey; level or efficacy advantage
of small industry of demerara (Y). Asses R square or coefficient of
determinasi = . 984 or 98,4% (enclosure 5) this means 98,4% storey;level
or efficacy advantage of demerara industry (Y) influenced by capital
employed variable (X1), labour (X2), experience (X3), and office hours
effusing (X4) while 1,6% influenced by other variable.
From result of data analysis and research, hence can be concluded : 1).
Variable capital employment (X1), Labour (X2), experience (X3), and office
hours effusing (X4) have very real strong [relation/link] with efficacy
variable or storey ; level advantage of small industry [of] demerara (Y)., 2).
Variable capital employed (X1), labour (X2), experience (X3), and office
hours effusing (X4) by together have an effect on.
Keywords: Advantage of small industry of demerara, capital employed,
labour, experience, and office hours effusing.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar
1. Latar Belakang
Memasuki abad 21 yang ditandai
dengan era globalisasi dan kemajuan
teknologi informasi yang sangat pesat,
merupakan dua hal yang mempengaruhi
lingkungan bisnis. Globalisasi
menyebabkan terjadinya liberalisasi
ekonomi/perdagangan, sedangkan
perkembangan teknologi informasi
menyebabkan seakan–akan dunia tanpa
batas dan jarak geografis menjadi susut
sehingga informasi dapat di akses secara
mudah, cepat dan serentak. Akibat kondisi
tersebut lingkungan bisnis dapat berubah
dengan cepat dan bersifat tubulen serta
persaingan bisnis akan terjadi sangat keras
dan kompetitif. Perusahaan yang tidak
merespon perubahan lingkungan bisnis
tersebut akan mengalami kerugian–
kerugian dan akan kalah bersaing dipasar
global yang pada akhirnya akan mengalami
kebangkrutan. Dengan kondisi seperti ini,
perusahaan harus memikirkan kembali
tujuan, sasaran dan perencanaan
strategiknya demi kelangsungan hidup
perusahaan dan menciptakan masa
depannya.
Munculnya kerjasama antar negara-
negara di dunia baik regional maupun
multilateral sebagai wujub proses
liberalisasi ekonomi/globalisasi
perdagangan, dimana Negara Indonesia
juga terlibat dalam perjanjian kerjasama
ekonomi tersebut misalnya untuk lingkup
Asia Tenggara yaitu ASEAN Free Trade
Area (AFTA) yang mulai dilaksanakan
pada tahun 2003 atau yang lain yaitu
ASEAN Economic Cooperation (AEC)
diharapkan dilaksanakan sepenuhnya pada
tahun 2020 seperti telah disepakati pada
KTT ASEAN pada tanggal 8 oktober
2003 di Bali, dan untuk lingkup Asia
Pasifik yaitu Asia-Pasific Economic
Cooperation (APEC) yang dilaksanakan
pada tahun 2010 serta Word Trade
Organition (WTO) yang akan terjadi
pada tahun 2020 untuk skala dunia,
merupakan implikasi dari kesepakatan
General Agreement of Tarrif and Trade
(GATT) atau Uruguay Round yang
berlangsung pada tahun 1992 . Didalam
skema ini diantaranya penurunan dan
penghapusan tariff dan non tariff yang
menghambat perdagangan (trade
distorsion) akan berlaku untuk setiap
Negara anggota sehingga tidak terjadi
diskriminasi.
Kerjasama ekonomi ini sangat
besar manfaatnya dan mempunyai nilai
positif dalam proses menuju pasar bebas,
karena kerjasama ekonomi bertujuan
untuk saling menumbuhkan dan
mempertahankan tingkat perkembangan
ekonomi yang stabil, kerjasama ini dapat
menciptakan regional self sufficiency
(swasembada regional) sehingga
masing-masing negara yang ikut
berpartisipasi dalam kerjasama ini dapat
mencapai suatu standar mutu kelas
dunia. Pencapaian standar mutu dunia ini
akan memacu negara-negara untuk
belajar meningkatkan kemampuan daya
saing di dalam kerjasama ekonomi
(Kotler dan Susanto, 1999).
Secara teoris hal ini merupakan
peluang sekaligus juga ancaman bagi
perdagangan/pasar produk industri-
industri dari Indonesia terutama industri
kecil, sehingga dituntut kewaspadaan
karena tidak menutup kemungkinan
kerjasama ini dapat berubah menjadi
boomerang bagi Indonesia.
Terjadi badai krisi ekonomi di
Indonesia sejak pertengahan tahun 1997,
dimana dampaknya masih terasakan sampai
saat ini yang mengakibatkan runtuhnya
beberapa industri berskala besar, namun
untuk industri kecil masih dapat bertahan
bahkan ditemui beberapa industri kecil
yang berkembang karena adanya
keuntungan dari nilai tukar mata uang dolar
terhadap mata uang rupiah yang naik
drastis.
Kenyataan juga menunjukkan
bahwa industri kecil dalam keadaan
tertentu (perekonomian yang kurang
menguntungkan) ternyata penuh vitalitas,
mampu untuk tumbuh dan berkembang
secara wajar serta tahan terhadap gejolak
karena mempunyai fleksibilitas dan
adaptabilitas dalam memperoleh sumber
bahan baku dan mesin/peralatan penunjang
(RIPPIK di Kabupaten Kediri, 2002).
Runtuhnya beberapa industri
berskala besar di Indonesia disebabkan
industri berskala beras yang umumnya
mempunyai ciri-ciri import content yang
tinggi dan berorentasi pada pasar dalam
negeri (inward looking) yang didukung
oleh fasilitas proteksi sehingga sangat
rentan terhadap gejolak nilai tukar dan
external shock. Dipihak lain, industri kecil
yang umumnya mempunyai ciri-ciri local
content yang tinggi dan proporsi produknya
yang dieksport lebih tahan terhadap gejolak
baik internal shock maupun external shock
(Sukiadi, 2001).
Walaupun memiliki kelebihan-
kelebihan demikian, industri kecil
menghadapi berbagai permasalahan
terutama persaingan yang sangat ketat
karena rendahnya barrier of entry and
exit, sehingga perusahaan yang mampu
bertahan hanyalah perusahaan yang
benar-benar memiliki tingkat efisiensi
tinggi. Beberapa permasalahan yang
dihadapi oleh industri kecil umumnya
adalah sebagai berikut (Sukiadi, 2001):
1. Industri kecil/pengusaha kecil tidak
memiliki sistem pembukuan yang
sederhana sekalipun. Hal ini
merupakan salah satu factor utama
mengapa industri kecil tidak
memiliki akses yang memadai
terhadap jasa perbankan.
2. Industri kecil/pengusaha kecil
menghadapi kesulitan dalam
meningkatkan kualitas produknya.
Karena sebagian besar industri kecil
masih mengandalkan
pengembangan teknologinya pada
upaya sendiri yang sudah tentu amat
terbatas.
3. Pengembangan industri kecil
kerapkali dihadang oleh
keterbatasan kemampuan dalam
memasarkan produk-produknya,
terutama pengembangan pasar
eksport.
4. Pengenalan sifat bahan baku
diperoleh dan tidak ekonomis jika
dibeli/dipesan dalam partai kecil.
Oleh karena itu, upaya untuk
membangun, mengembangkan dan
memberdayakan industri kecil
merupakan suatu hal yang sangat vital
untuk dilakukan, mengingat peranan
yang sangat penting dan strategis dari
industri kecil yang mampu memperluas
lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja,
mengurangi kemiskinan, pemerataan
distribusi pendapatan, pengembangan
ekonomi pedesaaan, dan pemanfaatan
sumber daya alam local serta kontribusi
yang cukup besar dalam menyumbang
devisa negara dalam kegiatan eksport.
Di Kabupaten Tulungagung
terdapat beraneka ragam industri kecil
yang tumbuh dan
berkembang. Menurut Data dari Dinas
Pemasaran Kabupaten Kediri di dalam
buku Kabupaten Kediri Membangun pada
tahun 2003 terdapat 1.715 unit industri
kecil dikelompokkan dalam tiga kategori,
yaitu :
1. Industri Mesin Logam dan Elektronika
(IMLE) sebanyak 174 unit industri
kecil.
2. Industri Aneka (IA) sebanyak 56 unit
industri kecil.
3. Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan
(IHPK) sebanyak 1.485 unit industri
kecil.
Kondisi industri kecil di Kabupaten Kediri
masih dihadapkan pada berbagai
permasalahan antara lain menyangkut
aspek pemasaran, teknologi, permodalan,
manajemen, dan lingkungan hidup. Dalam
rangka membangun industri kecil
diperlukan perencanaan yang tepat dan
matang dengan memprioritaskan potensi
lokal pertanian sebagai bahan baku industri
(RIPPIK Kabupaten Tulungagung, 2002).
Desa Sambijajar di Kecamatan Ngunut
Kabupaten Tulungagung merupakan salah
satu desa sentra industri kecil gula merah di
Kabupaten Tulungagung, di mana pada
tahun 2007 terdapat 32 pengusaha industri
kecil gula merah yang masih aktif
berproduksi (data dari Kepala Desa
Sambijajar dan lapangan).Berbagai
permasalahan, kendala dan tantangan telah
dihadapi oleh para pengusaha industri kecil
gula merah di Desa Sambijajar dalam
menjalankan usaha industri kecilnya,
namum kenyataan dilapangan sampai
saat ini industri kecil gula merah di Desa
Sambijajar Kecamatan Ngunut
Kabupaten Tulungagung masih tetap
hidup.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut
diatas, penulis sangat tertarik untuk
meneliti tentang “ Analisis Variabel-
variabel yang Mempengaruhi
Keberhasilan Industri Kecil Gula Merah
di Desa Sambijajar Kecamatan Ngunut
Kabupaten Tulungagung “.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan subtansi pada uraian
latar belakang diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apakah variabel-variabel modal
usaha, tenaga kerja, pengalaman dan
curahan jam kerja mempunyai
hubungan (korelasi) secara nyata
(signifikan) terhadap keberhasilan
industri kecil gula merah di Desa
Sambijajar Kecamatan Ngunut
Kabupaten Tulungagung.
2. Apakah variabel-variabel modal
usaha, tenaga kerja, pengalaman dan
curahan jam kerja secara bersama-sama
berpengaruh nyata (signifikan) terhadap
keberhasilan industri kecil gula merah di
Desa Sambijajar Kecamatan Ngunut
Kabupaten Tulungagung.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang
dikemukakan diatas, maka penelitian ini
bertujuan sebagai berikut :
1. Menganalisa apakah variabel-variabel
modal usaha, tenaga kerja, pengalaman
dan curahan jam kerja mempunya
hubungan (korelasi) secara nyata
(signifikan) terhadap keberhasilan
industri kecil gula merah di Desa
Sambijajar Kecamatan Ngunut
Kabupaten Tulungagung.
2. Menganalisa apakah variabel-variabel
jumlah modal, tenaga kerja,
pengalaman dan curahan jam kerja
secara bersama-sama berpengaruh
nyata (signifikan) terhadap keberhasilan
industri kecil gula merah di Desa
Sambijajar Kecamatan Ngunut
Kabupaten Tulungagung.
3. Kerangka Pikir
Berdasarkan landasan teori dan
tinjauan penelitian terdahulu, maka
kerangka pikir dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
4. Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data
(lampiran3), hepotesa pertama yang
menyatakan bahwa diduga ada
hubungan yang nyata (signifikan) antara
variable modal usaha(X1), tenaga kerja
(X2), pengalaman (X3), dan curahan
jam kerja (X4) dengan variable
keberhasilan atau tingkat keuntungan
industri kecil gula merah (y) dapat
diterima , hal ini dibukktikan dengan uji
statiska berdasarkan pengukuran
probalitas tingkat signifikan Sig. (1-
tailed) koefisien korelasi variabel X
dengan variable Y semuanya
mempunyai nilai mendekati 0, ini berarti
nilai sig. (1-tailed) lebih kecil dari 0,05
sehingga hepotesa h1 diterima.
Berdasarkan hasil analisis data uji f
(lampiran 6) , hepotesa kedua yang
menyatakan bahwa diduga variabel
modal usaha (X1), tenaga kerja (X2),
pengalaman (X3), dan curahan jam kerja
(X4) secara bersama – sama
berpengaruh nyata terhadap variable
keberhasilan atau tingkat keuntungan
industri kecil gula merah (Y) dapat
diterima , hal ini dibuktikan dengan uji
statiska berdasarkan pengukuran
probabilitas tingkat signifikansi Sig
(1-tailed) mempunyai nilai
mendekati 0, ini berarti nilai Sig. (1-
tailed) lebih kecil dari 0,05 sehingga
hepotesa h1 diterima yaitu: variable
modal usaha (X1), tenaga kerja (X2),
pengalaman (X3), dan curahan jam
kerja (X4) secara bersama sama
berpengaruh sangat nyata terhadap
variable keberhasilan atau tingkat
keuntungan industri kecil gula merah
(Y).
Berdasarkan analisis data table
variables entered/removed
(lampiran4), menunjukan bahwa
variable modal usaha (X1) , tenaga
kerja (X2), pengalaman (X3), dan
curahan jam kerja
(X4) tidak ada yang dikeluarkan
yang berarti keempat variable
tersebut bebas dimasukkan kedalam
perhitungan regresi, kemudian
berdasarkan analisis data (lampiran
7) dihasilkan model persamaan
regresi linier berganda sebagai
berikut :
Y = -26000000+1,389X1+
1303024X2+470511,5X3+41217,23
X4+
- MODAL USAHA
- TENAGA KERJA
- PENGALAMAN
- CURAHAN JAM
KERJA
VARIABEL BEBAS
INDIKATOR
TINGKAT KEUNTUNGAN
KEBERHASILAN
INDUSTRI KECIL GULA
MERAH
VARIABEL TERIKAT
Atas dasar uji statiska (lampiran 7),
nilai konstanta dan nilai koefisien
regresi variable modal usaha (X1)
berpengaruh sangat nyata terhadap
variable Y (nilai Sig. = ,000 lebih kecil
dari 0.001) ,sedangkan nilai koefisien
regresi variable tenaga kerja (X2),
pengalaman (X3) , dan curahan jam
kerja (X4) berpengaruh nyata terhadap
keberhasilan atau tingkat keuntungan
industri kecil gula merah (Y).
Nilai R Square atau koefisien
determinasi = . 984 atau 98,4 %
(lampiran 5) , ini berarti 98,4 %
keberhasilan atau tingkat keuntungan
industri gula merah (Y) dipengaruhi oleh
variable odal usaha (X1), tenaga kerja
(X2), pengalaman kerja (X3), dan
curahan jam kerja (X4) sedangkan 1,6 %
dipengaruhi oleh variable yang lain .
Nilai R Square atau koefisien
determinasi berkisar antara 0 sampai 1
atau 0 % sampai 100%, semakin kecil
angka R Square suatu persamaan berarti
semain lemah pengaruh variable
independent (X) terhadap variable
dependen (Y).
Nilai standard error estimate =
3343304,94 (lampiran 5) dengan
variable dependen (Y) keuntungan ,
sedangkan nilai standard devisi
keuntungan = 24653186,51 (lampiran
2). Nilai atandard error of estimate bila
dibandingkan dengan nilai standard
deviasi keuntungan jauh lebih kecil , ini
berarti variable keuntungan lebih bagus
bertindak sebagai predictor atau variable
dependen dari pada rata – rata
keuntungan itu sendiri.
Hubungan dan pengaruh masing –
masing variable independent (X)
tehadap variable dependent (Y)
adalah sebagai berikut :
1) Modal Usaha
Variabel modal usaha nilai koefisien
korelasi = 0,988 berarti mempunyai
hubungan yang kuat dengan variable
keuntungan dengan hubungan
tersebut sangat nyata karena nilai
Sig.(1tailed) = 0,000 yang lebih kecil
dari 0.01. Hubungan variable modal
usaha paling kuat dibandingkan
dengan variable independent yang
lainya karena nilai koefisien korelasi
yang paling besar (lampiran3).
Nilai koefisien regresi untuk
modal usaha (X1) = 1,389 yang berti
bahwa apabila modal usaha
mengalami perubahan sebesar 1
satuan akan menyebabkan perubahan
keuntungan sebesar 1,389 satuan
dengan asumsi variable lain tetap.
Hasil pengujian secara probabilitas
tingkat signifikan terhadap koefisien
regresi modal usaha ternyata nilai
Sig.(1tailed) = 0.000 lebih kecil dari
0,1 , hal ini dapat dikatakan bahwa
modal usaha mempunyai pengaruh
sangat nyata dan positif terhadap
tingkat keuntungan industri kecil
gula merah di Desa sumberjo
kecamatan Sanan kulon Kabupaten
Blitar.
Modal usaha dalam industri kecil
gula merah di Desa Sumberjo
Kecamatan Sanan kulon Kabupaten
Blitar sangat dibutuhkan sehingga
semakin besar modal usaha dimiliki
oleh pengusaha akan dapat
meningkatkan keuntungan yang
diperoleh dalam satu musim giling
(MG). Modal usaha akan sangat
berpengaruh terhadap proses produksi
baik dalam pemilihan bahan baku,
jumlah alat dan modekl alat produksi
serta pemasaran gula merah. Dengan
modal usaha yang semakin besar , bagi
pengusaha akan bias membeli bahan
baku terutama dengan kwalitas yang
baik sehingga akan menghasilkan gula
yang dengan jumlah dan mutu yang baik
pula dengan demikian akan menghargai
harga jual yang tinggi serta akan
meningkatkan keuntungan. Dengan
modal usaha yang semakin banyak
pengusaha akan bias membuat teknologi
proses yang lebih baik dari satu unit
sehingga jumlah gula yang dihasilkan
lebih banyak dan kwalitas yang lebih
bagus , hal ini akan dapat meningkatkan
keuntungan yang lebih banyak dalam
satu musim giling. Adanya modal
Usaha yang lebih banyak bagi
pengusaha akan bias menjual gula
langsung pada pedagang gula atau ke
konsumen tidak lagi tergantung pada
tengkulak yang biasanya akan
meminjami uanmg dulu untuk modal
usaha dan dikembalikan dengan gula
yang harganya lebih murah, hal ini akan
mengurangi keuntungan pengusaha gula.
2) Tenaga Kerja
Variabel tenaga kerja nilai koefisien
korelasi = 0, 93 berarti mempunyai
hubungan yang kuat dengan variable
keuntungan dengan hubungan tersebut
sangat nyata karena nilai Sig. (1-tailed)
= 0.000 yang lebih kecil dari 0,01.
(lampiran 3).
Koefisien regresi tenaga kerja
(X2) = 1303024. Keadaan ini
menunjukan bahwa apabila jumlah
tenaga kerja mengalami perubahan
sebesar 1 orang akan menyebabkan
perubahan keuntungan sebesar Rp
1.303.024,- dengan asumsi ceteris
paribus (variable lain tetap). Hasil
pengujian secara probabilitas tingkat
signifikan terhadap koefisien regresi
modal usaha ternyata nilasi Sig. (1-
tailed) = 0.036 lebih kecil dari 0,5;
hal ini dapat dikatakan bahwa
tenaga kerja mempnyai pengaruh
nyata positif terhadap tingkat
keuntungan industri kecil gula
merah,artinya bila jumlah tenaga
kerja meningkat maka keuntungan
juga akan meningkat , sebaliknya
bila jumlah tenaga kerja menurun
maka keuntungan juga akan
menurun.
Tenaga kerja dalam industri
kecil gula merah terutama dalam
proses produksi membuhtuhkan
keahlian dibidangnya karena
peralatan yang digunakan selama
ini belum ada alat standarisasinya,
sehingga untuk menghasilkan gula
yang baik perlu pengalaman tenaga
kerja yang ada. Selama ini tenaga
kerja dalam pembuatan gula merah
mengalami penurunan karena
berkurangnya minat generasi muda
untuk terjun sebagai tenaga kerja di
produksi gula merah , mereka lebih
suka bekerja di Kota. Tenaga kerja
yang berpengalaman dalam
pembuatan gula merah jumlahnya
semakin menurun akan mempengaruhi
dunia usaha gula merah, pengusaha
yang mempunyai jumlah tenaga kerja
yang semakin banyak dan
berpengalaman akan mempengaruhi
pada proses produksi dan akan
semakin banyak tenaga kerja yang ada
akan mempercepat proses produksi dan
akan semakin banyak serta baik gula
yang dihasilkan sehingga akan dapat
meningkatkan keuntungan dalam
muysim giling.
3) Pengalaman (X3)
Variabel pengalaman nilai
koefisien korelasi = 0,76 , berarti
mempunyai hubungan yang kuat
dengan variable keuntungan dan
hubungan tersebut akan sangat nyata
karena nilai Sig. (1-tailed) = 0,000 yang
lebih kecil dari 0,01. (lampiran 3).
Koefisien regresi pengalaman (X3)
= 470511,5 berarti bahwa apabila ada
penambahan pengalaman 1 tahun akan
menyebabkan perubahan keuntungan
sebesar Rp 470.511,- Hasil pengujian
secara probabilitas tingkat signifikan
terhadap koefisien regresi modal usaha
ternyata nilai Sig. (1-tailed) = 0,020
lebih kecil dari 0,5,; hal ini dapat
dikatakan bahwa pengalaman
mempunyai pengaruh nyata dan positif
terhadap tingkat keuntungan industri
kecil gula merah , artinya tanda
koefisien regresi positif mennunjukan
bahwa perubahan keuntungan , hal ini
berarti bahwa apabila pengalaman
bertambah maka keuntungan juga
bertambah.
Pengusaha gula merah yang
ada di Desa Sambijajar Kecamatan
Ngunut Kabupaten Tulungagung
merupakan usaha yang turun
temurun ini berarti usaha
pembuatan gula merah yang sudah
dikenal sejak muda sehinggga
apabila orang tua sudah tidak kuat
untuk mengelola akan diserahkan
kepada anaknya yang sudah
ditunjuk untuk meneruskan. Hal ini
menunjukan semakin lama
seseorang bekerja berarti semakin
banyak pengalaman akan
menambah pengetahuan,
kemampuan dan ketrampilan dalam
pembuatan maupun pengelola
industri kecil gula merah , oleh
kerena itu pengalaman kerja
mempunyai hubungan positif
dengan keberhasilan seseorang
dalam meningkatkan keuntungan
dalam satu musim giling.
4) Curahan Jam Kerja
Variabel curahan jam kerja (X4)
nilai koefisien korelasi = 0,947,
berarti mempunyai hubungan yang
kuat dengan variable keuntungan
dan hubungan tersebut sangat nyata
karena nilai Sig. (1-tailed) = 0,000
yang l;ebih kecil dari 0,01. (lampiran
3).
Koefisien regresi curahan jam
kerja (X4) = 41217,23 dapat
diartikan bahwa apabila curahan
jam kerja bertambah 1 jam maka
keuntungan akan meningkat sebesar
Rp 41.217,23,- ceteris paribus.
Hasil pengujian secara probabilitas
tingkat signifikan terhadap koefien
regresi modal usaha ternyata nilai
Sig.(1-tailed) = 0,042 lebih kecil dari
0,5; hal ini dapat dikatakan bahwa
curahan jam kerja mempunyai pengaruh
nyata dan positif terhadap tingkat
keuntungan industri kecil gula merah ,
Artinya tanda koefisien regresi positif
menunjukan bahwa apabila curahan jam
kerja bertambah maka keuntungan juga
akan bertambah.
Curahan jam kerja yang semakin
banyak berarti semakin banyaknya jam
kerja yang dipergunakan untuk kegiatan
pengelkolaan pembuatan gula merah
,hal ini berarti semakin banyak waktu
dalam kegiatan proses produksi gula
merah , sehingga dengan curahan jam
kerja bertambah maka keuntungan juga
akan bertambah.
Curahan jam kerja yang semakin
banyak berarti semakin banyaknya jam
kerja yang dipergunakan untuk kegiatan
pengelolaan pembuatan gula merah , hal
ini berarti semakin banyak waktu dalam
kegiatan proses produksi gula merah,
sehingga dengan curahan jam kerja yang
semakin lama bisa menghasilkan gula
yang lebih banyak dan mutu baik yang
bias dijual dengan harga yang lebih
tinggi sehingga keuntungan yang
didapat juga akan meningkat.
5.Simpulan
Dari hasil penelitian dan
analisis data variabel – variabel
yang mempengaruhi keberhasilan
industri kecil gula merah di Desa
Sumberjo Kecamatan Sanan kulon
Kabupaten Blitar maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Variable modal usaha (X1) ,
tenaga kerja (x2) , pengalaman
(x3), curahan jam kerja (X4)
mempunyai hubungan kuat yang
sangat nyata / signifikan dengan
variable keberhasilan atau
tingkat keuntungan industri kecil
gula merah (Y).
b. Variabel modal usaha (X1),
tenaga kerja (X2), pengalaman
(X3), curahan jam kerja (X4)
secara bersama – sama
berpengaruh sangat nyata /
signifikan terhadap variable
keberhasilan atau tingkat
keuntungan industri kecil gula
merah (Y).
DAFTAR PUSTAKA
Achsin M, 1999, Analisa Dimensi Kualitas Layanan yang mempengaruhi
Kepuasan berdasarkan Persepsi Pasien pada Rumah sakit Muhammadiyah
Jawa Timur, Universitas Airlangga, Surabaya
Adi Koesoemo,S. 1995 ; Manajemen Rumah Sakit, Cetakan Pertama, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta
Aditama Tjandra Yoga,2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Universitas
Brawijaya, Malang.
Alma Buchari, 1998. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Kedua,
Alfabeta. Bandung.
Anonymous, 1996. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Edisi Kedua, Cetakan
Kelima, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan
Anonim,1999. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Edisi Kedua, Cetakan Kelima,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan
Anonymous,1999. “Mass Hospital Survay may be Kept on Shelf ”, Journal
Modern Helat Care, Vol 30,155; 30 September, P17, Massachsetts.
Anonymous, 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta,
Jakarta.
Anonymous,1998. Pemasaran Strategi, Alih Bahasa Lima Salim, Jilid Satu
Erlangga. Surabaya.
Anonymous,1997. Manajemen Pemasaran, Alih Bahasa Wihelmus, Jilid I, CV
Intermedia, Jakarta.
Anonymous,1999. Pemasaran Strategi, Alih Bahasa Lima Salim, Jilid Satu
Erlangga. Surabaya.
Arikunto, Suharsimi, 1991. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktis ,
Rineka Cipta. Jakarta.
Assael H, 1987. Consumer Behavior and Marketing Action. Third Edition, Kent
Publishing, Company Boston
Atha Sopoulos, Antreas, 2000. Cunstomer Satification cues to Support Market
Segmentation and Explain Behavior.
Azwar Azrul, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Cetakan Pertama, Edisi
Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta.
Azwar, Saifuding. 1986. Reliablitas dan Validitas suatu intepratasi dan
Komputasi, Liberty Yogyakarta.
Barry, Leonard anda Parrassuraman, 1997. Listening to The Constumer the
Consept of Seervice Quality Information system, Sloan Management Review
Spring, pp 65-76.
Bower Courtland et-al,1995; Marketing. Edisi kedua, Mac Graw hil inc. New
York. USA.
Cronin J. Josep Taylor Stefen. 1993. Measuring Service Quality, Reexamination
and Exetion ,Journal – juli, pp 55 – 68.
Cravens, David W, 1996. Pemasaran Strategi, Alih Bahasa Lima Salim, Jilid Satu
Erlangga. Surabaya.
Dharma Agus 1991. Manajemen Prestasi Kerja. CV Rajawali. Jakarta.
Dharmesta, S. Banu dan Handoko. T, 1997; Manajemen Pemasaran. Analisa
Perilaku Konsumen, Edisi Pertama ,BPFE. Yogyakarta.
Djawarto dan Subagyo 1996. Statistik Induktif, Cetakan Ketiga, BPFE.
Yogyakarta.
Engel, James F, Blauwell, Roger D Minard,1994. Perilaku Konsumen
diterjemahkan oleh Budiyanto, edisi keenam. Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta.
Engel, James F, Blauwell, Roger D Minard,1995. Perilaku Konsumen
diterjemahkan oleh Budiyanto, edisi keenam. Jilid II, Binarupa Aksara, Jakarta.
Eny Endah Pudjiastuti, 2000. Faktor Faktor yang mempengaruhi Kualitas
Pelayaan dan Kepuasan Pelanggan. Universitas Brawijaya, Malang.
Ferdinand , 2000. Struktural Equation, Modeling dalam penelitian Manajemen.
BP UNDIP, Semarang
Gasper,Vincent, 1997. Kualitas Dalam Industri jasa. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Gatot Suprapto, 2003. Pengaruh Kualitas jasa terhadap Kepuasan Pelanggan
Universitas Brawijaya, Malang.
Gibson, Ivancevich, Donelly.1995. Organization. Terjemahan Agus Dharma dan
Savitri ; Organisasi Perilaku, Struktur dan Proses. Erlangga. Surabaya.
Gujarati, Damodar, 1997. ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zein.
Erlangga. Surabaya.
Kotler Philip, 1995. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi
dan pengendalian. Alih bahasa Hermawan. Salemba , Jakarta.
Kerlinger, Fred N dan Elazar J. Padahzur, 1987. Korelasi dan Analisis Regresi
berganda, Nurcahyo, Semarang.
Nazir Moh,1999. Metode Penelitian. Cetakan Ketiga, Ghalia Indonesia, Jakarta
ANALISIS STUDI KELAYAKAN BISNIS
PENENTUAN STRATEGI ATAS HUBUNGAN
FAKTOR LINGKUNGAN DAN RASIO-RASIO KEUANGAN
(Studi Analisis Penentuan Strategi PT. Selecta Kota Batu)
Oleh:
Nur Laily
Abstract
Research to attain is based strategy making for treatment PT.
Selecta with business feasibility study analysis as risk and benefit
indentification at opportunites and threats at environment but
financial ratio factor. Environment analysis support for financial
ratio such liquidation, activity, solvability, profitability ratios. This
research explain extendend effective and saved strategy making for
PT.Selecta vision and mision based environment strategy factors
analysis as make use of based strength and opportunity for threats
solving and weakness repair.
This research explain for analysis influence factor by PT.
Selecta strategy making such; inflation rate at east java, goverment
policy, competition of firm, subtition product. All factors with
combine as environment and financial ratio factor for strategy
decision making with business feasibility study analysis by PT.
Selecta. Results research with the approach of PT. Selecta explain
for three strategy plan as based as for budget and prosedurs agree
with PT. Selecta mision is market penetration, market growth and
product growth.
Keywords: Business feasibility study analysis, environment factor,
and financial ratio
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar
1. Latar Belakang
Suatu negara dapat
berkembang dengan baik apabila
berbagai sektor sumber daya yang
ada dalam negara tersebut dapat
dikelola secara benar sekaligus
professional, salah satu sektor yang
mempengaruhi perkembangan suatu
negara adalah sektor perekonomian.
Pendapatan negara dari sektor
perekonomian berasal dari dua
pendapatan pajak dalam negeri
yaitu migas dan non migas, di
mana pendapatan pajak dari non
migas salah satunya berasal dari
pariwisata.
Sesuai dengan APBN
(Anggaran Pendapatan Belanja
Negara) tahun 2005 dapat diketahui
bahwa pemasukan di industri
pariwisata ini ternyata cukup
memberikan sumbangan yang
berarti bagi pemasukan dari segi
non migas. Pada APBN tahun 2002
pendapatan negara yang diperoleh
dari sektor non migas sebesar Rp
87.200 miliyar APBN tahun 2003
pendapatan negara yang diperoleh
dari non migas meningkat Rp
19.949 miliyar yaitu sebesar Rp
106.149 miliyar, di mana
sumbangan dari pariwisata sebesar Rp
39.14 miliyar.
Propinsi Jawa Timur sebagai
salah satu daerah tujuan wisata di
Indonesia, mempunyai kedudukan
yang sangat strategis dengan letaknya
yang berada di antara Propinsi Jawa
Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Propinsi Bali
yang merupakan tiga daerah tujuan
utama wisata di Indonesia dengan
tingkat kunjungan kesempatan
tersendiri bagi perkembangan
pariwisata. Kunjungan wisatawan
mancanegara melalui pintu masuk
Juanda pada tiga bulan terakhir
tahun 2007yaitu bulan Oktober,
November, dan Desember
berturut- turut adalah 6.405, 6.898,
6.685 tamu asing sedangkan tiga awal
bulan pertama tahun 2008 yaitu
bulan Januari, Pebruari, dan
Maret berturut-turut adalah
6.177, 5.741, 6.474 tamu asing.
Propinsi Jawa Timur memiliki
banyak tempat tujuan wisata yang
tersebar di berbagai kota, seperti
Malang, Blitar, Surabaya, Madiun,
Batu, dan lain-lain. Dengan
demikian Kota Batu sebagai
salah satu kota pariwisata,
perlu mengembangkan potensi
tempat pariwisata. Tempat wisata yang
dimiliki kola Batu diantaranya
agrowisata, air terjun Cobanrondo,
pemandian air panas Cangar,
pemandian air panas Songgoriti,
wisata udara Gantole atau terbang
layang, wisata gunung atau tracking
di gunung Panderman, potensi
wisata dari pasar buah, pemandian
Selecta dan sebagainya.
Dengan adanya Undang-
undang No. 25 Tahun 1999 tentang
otonomi daerah, di mana Kota Batu
mendapat kesempatan yang lebih
untuk memprioritaskan
pembangunan-pembangunan
infrastruktur guna
mengembangkan potensi daerah,
termasuk potensi pariwisata yang
menjadi andalan utama kota Batu
dalam penerimaan Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Untuk
menambah ketertarikan atau daya
tarik wisatawan domestik atau
mancanegara sekaligus untuk
mengembangkan potensi
pariwisata, diperlukan
pengembangan infrastruktur dan
kemudahan pemberian layanan
birokrasi seperti memberikan
kemudahan izin pendirian usaha,
pembangunan jembatan, perbaikan
taman kota, pembangnan layanan
publik, dan lain-lain. Hal tersebut
dapat menjadi suatu bahan
pertimbangan pembuatan
kebijakan bagi pengusaha-
pengusaha dalam berinvestasi
guna mengembangkan usaha
pariwisata.
Selecta merupakan salah satu
tujuan wisata yang berada di
kawasan kota Batu tepatnya di
Tulungrejo-Bumiaji Kota Batu.
Tantangan utama yang harus
dihadapi PT. Selecta adalah bagaimana
perusahaan dapat survive ditengah
persaingan usaha yang semakin
ketat, mengingat Kota Batu
merupakan daerah yang
berpotensi sebagai daerah
pariwisata. Dengan demikian
memenangkan persaingan yang
sehat sangat di perlukan. Untuk
mengelola karakteristik tempat
wisata secara optimal dan
menghadapi lingkungan (situasi)
yang cenderung berubah, manajer
Selecta memerlukan perumusan
strategi yang secara efektif akan
dapat digunakan untuk mengatasi
masalah yang sedang dihadapi
perusahaan.
2. Perumusan Masalah
Telah diuraikan pada latar
belakang bahwa untuk mengelola
karakteristik tempat wisata seoptimal
mungkin, serta menghadapi
lingkungan yang cenderung berubah
maka diperlukan suatu strategi,
maka dalam penelitian ini
perumusan masalah yang akan dikaji
adalah faktor-faktor apakah yang
mempengaruhi strategi PT. Selecta
Batu atas faktor-faktor lingkungan
yang dianalisis meliputi lingkungan
eksternal dan internal perusahaan
3. LandasanTeori
Pengertian Strategi
lstilah strategi banyak
digunakan dalam bisnis. Dimana
strategi diawali dengan konsep
bagaimana menggunakan sumber-
sumber perusahaan secara efektif
didalam lingkungan yang selalu
berubahh. Strategi berasal dari
bahasa Yunani "Strattegos" yang
artinya jeneral. Kata ini mengacu
bahwa yang menjadi perhatian
utama adalah manajemen puncak.
Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah rencana
yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran khusus.
Pengertian strategi ada
beberapa macam sebagaimana
dikemukakan oleh para ahli
dalam buku karya masing-
masing. Menurut Mulyadi dan
Setyawan (2001:496) sasaran
strategik ini berupa pertanyaan
kualitatif yang melukiskan
kondisi yang akan diwujudkan di
masa depan. Menurut Jauch dan
Gleueck dalam Wheelen dan
Hunger (2004: 12), bahwa strategi
adalah rencana yang disatukan,
menyeluruh dan terpadu yang
mengkaitkan keunggulan strategi
perusahaan dengan tantangan
lingkungan dan yang dirancang
untuk memastikan bahwa tujuan
utama perusahaan dapat dicapai
melalui pelaksanaan yang tepat oleh
perusahaan. Menurut Griffin
(2002;226) strategi adalah rencana
yang komprehensif untuk mencapai
tujuan organisasi.
Berdasarkan pengertian
strategi tersebut di atas, maka
pengertian strategi dapat diartikan
sebagai serangkain keputusan dan
tindakan manajerial yang
berisikan satuan rencana yang
komprehensif dan terpadu untuk
mencapai sasaran dan tujuan
perusahaan.
Hirarki Strategi
Sebagian besar bisnis di
masa sekarang mengembangkan
strategi pada dua tingkat yang
berbeda. Menurut Griffin
(2002;227) ada dua tingkat jenis
alternatif strategi yang pertama
yaitu strategi tingkat bisnis
(business-level strategy) adalah
serangkaian strategi alternative
yang dipilih organisasi pada saat
organisasi tersebut berbisnis
dalam suatu industri atau pasar
tertentu. Strategi ini membentuk
organisasi untuk memfokuskan
usaha persaingannya dalam setiap
industri atau pasar pada suatu
target. Jenis alternative strategi
yang kedua adalah strategi
tingkat korporasi. (corporate-
level strategy) adalah serangkaian
alternative strategi yang dipilih
organisasi pada saat organisasi
mengelola operasinya secara
simultan dibeberapa industri atau
beberapa pasar.
Lebih lanjut Wheelen dan
Hunger (2004;16) menjelaskan
hirarki atau (jenjang)
pengambilan keputusan dalam
suatu perusahaan biasanya terdiri
dari 3 (tiga) jenjang hirarki: Pada
puncak hirarki terletak tingkat
korporasi (perusahaan) yaitu suatu
urusan yang merupakan sebuah
kumpulan bisnis yang secara
relatif independen, yang kadang-
kadang disebut Unit Bisnis Strategi
atau Strategi Business Unit (SBU).
Strategi korporasi pada dasarnya
berkaitan dengan logika atau
rasionalitas yang terdapat pada
korporasi. Yang termasuk dalam
tingkat korporasi ini adalah
dewan direksi (board of
directors) dan eksekutif kepala
(chief executive) serta pejabat
administrasi (administrative officer).
Pengertian Manajemen Strategi
Seiring dengan perkembangan
jaman dan kompleksnya permasalahan
yang dihadapi perusahaan-perusahaan,
para ahli dan manajer memberikan
berbagai definisi manajemen strategi
yang berbeda namun memiliki makna
atau maksud yang sama. Perbedaan
definisi manajemen strategi
disebabkan karena para ahli dan
manajer meninjau manajemen strategi
didasarkan pada latar belakang,
pengalaman, kondisi yang dihadapi
pada saat itu. Menurut Griffin
(2002;226) manajemen strategi adalah
proses manajemen yang
komprehensif dan berkelanjutan
yang ditujukan untuk
memformulasikan dan
mengimplementasikan stretegi
yang efektif, hal ini merupakan
sebuah cara untuk menanggapi
peluang dan tantangan bisnis.
Pernyataan tersebut serupa
dengan definisi manajemen strategi
yang diungkapkan oleh Suwarsono
(1996;6) bahwa manajemen strategi
adalah usaha manajerial menumbuh
kembangkan kekuatan perusahaan
untuk mengeksploitasi peluang
bisnis yang muncul guna mencapai
tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan sesuai dengan misi
yang telah ditentukan. Implikasi dari
pengertian tesebut adalah perusahaan
berusaha menimalisir kelemahan atau
berusaha mengurangi dampak
negative yang ditimbulkan oleh
ancaman bisnis.
Menurut Jatmiko (2004;5)
manajemen strategi adalah
sejumlah keputusan dan tindakan
yang mengarah pada penyusunan
suatu strategi atau sejumlah
strategi yang efektif untuk
membantu mencapai sasaran
perusahaan. Sedangkan Wahyudi
(1996;15) menyatakan manajemen
strategi adalah suatu seni dan ilmu dari
pembuatan (formulating), penerapan
(implementing), dan evaluasi
(evaluating) keputusan-keputusan
strategis antar fungsi-fungsi yang
memungkinkan sebuah organisasi
mencapai tujuan-tujuan masa datang.
Dan berbagai definisi
manajemen strategi yang
diungkapkan oleh beberapa ahli
penulis dapat menyimpulkan
bahwa manajemen strategi adalah
suatu teknik nanajerial
pengambilan keputusan strategis
dalam mengembangkan potensi
perusahaan untuk membantu mencapai
sasaran perusahaan.
Manfaat Manajemen
Strategi
Manajemen strategi sebagai
suatu kerangka kerja untuk
menyelesaikan setiap masalah strategis
di dalam perusahaan terutama yang
berkaitan dengan persaingan,
diharapkan dapat memberikan
kemajuan yang berarti bagi
perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Ada beberapa manfaat yang
diperoleh organisasi jika mereka
menerapkan manajemen strategi,
menurut Wahyudi (1996;19) manfaat
manajemen strategi yaitu:
1. Memberikan arah jangka panjang
yang akan dituju.
2. Membantu organisasi beradaptasi
pada perubahan-perubahan yang
terjadi.
3. Membuat suatu organisasi menjadi
efektif.
4. Mengidentifikasikan keunggulan
komparatif suatu organisasi dalam
lingkungan yang semakin
beresiko.
5. Aktivitas pembuatan strategi akan
mempertinggi kemampuan
perusahaan untuk mencegah
munculnya masalah dimasa
yang akan datang.
6. Keterlibatan karyawan dalam
pembuatan strategi akan lebih
memotivasi mereka pada tahap
pelaksanaannya.
7. Aktivitas yang tumpang tindih
dapat berkurang.
8. Keengganan untuk berubah dari
karyawan lama dapat berkurang.
Manfaat manajemen strategi
menurut Suwarsono (1996;17) adalah
sebagai sarana mengkomunikasikan
tujuan perusahaan dan jalan yang
hendak ditempuh untuk mencapai
tujuan tersebut kepada pemilik,
eksekutif, karyawan, dan pihak-pihak
lain yang berkepentingan. Dengan
demikian berbagai pihak tersebut,
khususnya yang memiliki kepentingan
langsung dapat lebih memahami
tantangan dan peluang bisnis yang
dihadapi.
Manfaat lain manajemen
strategi menurut Wheelen dan Hunger
(2004;18) ada dua yaitu keuangan
dan non keuangan. Manfaat
keuangan yang dicapai dengan
adanya manajemen strategi
adalah mendatangkan laba.
Perusahaan dengan sistem
manajemen strategi menunjukkan
prestasi keuangan jangka panjang
lebih baik daripada yang tidak
menggunakan, hal ini disebabkan
karena perusahaan dapat meramalkan
kemungkinan yang akan terjadi
dikemudian hari sehingga dapat
mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan buruk yang akan
terjadi sejak dini. Dengan demikian
perusahaan dapat terhindar dari
hancurnya keuangan. Manfaat
nonkeuangan dari manajemen strategi
adalah meningkatnya kesadaran
ancaman eksternal, pemahaman
yang baik mengenai strategi
pesaing, meningkatnya
produktivitas karyawan,
berkurangnya penolakan terhadap
perubahan, dan pemahaman yang
lebih jelas mengenai hubungan
prestasi-penghargaan.
Misi dan Visi
Para pendiri ataupun
pemimpin perusahaan mempunyai
suatu tujuan jangka panjang yang
akan dituju oleh perusahaannya.
Tujuan tersebut merupakan suatu
impian/keadaan dimasa akan
datang yang dicita-citakan oleh
seluruh personil organisasi (dari
jenjang Dewan Komisaris hingga
pesuruh) untuk dicapai dengan
melakukan aktivitas bisnis. Cita-
cita di masa depart yang ada
dipemikiran para pendiri inilah yang
disebut visi dari sebuah perusahaan,
Wahyudi (1996;38).
Berdasarkan hal tersebut visi
memiliki tujuan yang sifatnya
cenderung pada masa depan. Setiap
perusahaan memiliki visi yang
berbeda-beda. Visi yang sudah
ditetapkan akan menjadi identitas
sebuah perusahaan yang membedakan
perusahaan satu dengan lainnya.
Visi yang telah ada akan sulit
dimengerti oleh pihak-pihak yang ada
dalam perusahaan, karena sifatnya
yang terlalu tinggi seolah-olah tidak
mungkin tercapai. Agar visi yang
sudah ada dapat tercapai harus
diimplentasikan. Implementasi dari visi
biasa disebut dengan misi. Menurut
Jatmiko (2003;86) mengemukakan
bahwa misi merupakan kerangka dasar
dalam menentukan arah organisasi dan
pengambilan keputusan-keputusan
manajemen di masa mendatang.
Definisi tersebut serupa dengan
pernyataan yang dikemukakan David
(2002;9) pernyataan misi adalah
pernyataan jangka panjang mengenai
tujuan yang membedakan sebuah
bisnis dari perusahaan lain yang
serupa. Pernyataan misi menjawab
pertanyaan mendasar yang dihadapi
yaitu apa sebenarnya bisnis kita?.
Menurut Suwarsono
(1996;170) misi perusahaan memiliki
tiga komponen pokok yaitu:
1. Spesifikasi kebutuhan
konsumen yang hendak dipuaskan
oleh perusahaan yang dalam
bentuk riilnya berupa barang dan
atau jasa yang dihasilkan
perusahaan.
2. Spesifikasi segmen pasar yang
dituju sebagai kelompok sasaran
dan wilayah pemasaran yang
hendak dijangkau
3. Spesifikasi teknologi dan fungsi
manajerial yang dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen yang
telah dipilih.
Analisis Rasio
Menurut Rangkuti (2003;64)
menyatakan analisis rasio kcuangan
merupakan teknik untuk
mempengaruhi secara cepat
kinerja keuangan perusahaan.
Kinerja keuangan perusahaan
bersumber pada laporan keuangan.
Dengan menggabungkan laporan
keuangan yang terdiri dari neraca,
laba-rugi, perubahan modal, dan arus
kas rasiorasio sebagai sebagai alat
untuk mengukur kinerja perusahaan
secara finansial dapat dilakuakan. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan
yang diungkapkan Hanafi dan Halim
(2000;75) bahwa rasio-rasio keuangan
pada dasarnya disusun dengan
menggabung-gabungkan angka-
angka di dalam atau antara laporan
laba rugi dan neraca.
Tujuan melakukan analisis
rasio keungan menurut Rangkuti
(2003;69) ada dua tujuan:
a. Mengevaluasi situasi yang
terjadi sat ini.
b. Memprediksi keuangan masa
yang akan datang.
Rasio-rasio keuangan yang
digunakan untuk menilai kinerja
perusahaan dalam pelitian ini adalah
sebagai berikut:
Rasio Likuiditas
Menurut Hanafi dan Halim
(2000;77) rasio likuiditas mengukur
kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka
pendek perusahaan dengan melihat
aktiva lancer perusahaan relative
terhadap hutang lancarnya (hutang
dalam hal ini merupakan kewajiban
perusahaan). Dua rasio likuiditas
jangka pendek yang sering digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Rasio Lancar
Rasio lancar mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi hutang jangka
pendeknya dengan menggunakan
aktiva lancarnya.
Aktiva Lancar
Rasio Lancar =
Hutang Lancar
b. Rasio Quick
Rasio quick adalah rasio
antara harta lancar (current
assets) dikurang persediaan
(invenloiy) dibagi dengan hutang
lancar (current liability).
Aktiva Lancar – Persediaan
Rasio Quick =
Hutang Lancar
Rasio Aktivitas
Menurut Hanafi dan Halim
(2000;78) rasio ini melihat pada
beberapa asset kemudian
menentukan berapa tingkat aktivitas
aktiva-aktiva tersebut pada tingkat
kegiatan tertentu. Aktivitas yang
rendah pada tingkat penjualan tertentu
akan mengakibatkan semakin
besarnya dana kelebihan yang
tertanam pada aktiva- aktiva tersebut.
Rasio aktivitas yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Rata-rata Umur Piutang
Rata-rata umur piutang melihat
berapa lama yang diperlukan untuk
melunasi piutang (merubah piutang
menjadi kas). Semakin lama rata-
rata piutang berarti semakin besar
dana yang tertanam pada piutang.
Piutang
Rata-rata Umur Piutang =
Penjualan / 360
b. Perputaran Persediaan
Perputaran piutang yang tinggi
menandakan semakin tingginya
persediaan berputar dalam satu
tahun dan ini menandakan
efektivitas manajemen persediaan.
Harga Pokok Persediaan
Perputaran persediaan =
Persediaan
c. Perputaran Total Aktiva
Rasio ini menghitung
efektivitas penggunaan total aktiva.
Rasio yang tinggi biasanya
menunjukkan manajemen yang baik,
sebaliknya rasio yang rendah harus
mernbuat manajemen
mengevaluasi strategi,
pemasarannya, dan pengeluaran
modalnya (investasi).
Penjualan
Perputaran Total aktiva =
Total aktiva
4. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
PT. Selecta yang berlokasi di Desa
Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota
Batu. Jenis penelitian ini adalah studi
kasus dengan menggunakan metode
penelitian deskriptif. Azwar (2001;6)
menyatakan penelitian deskriptif.
melakukan analisis hanya sampai
pada taraf deskripsi, yaitu
menganalisis dan menyajikan fakta
secara sistematik sehingga dapat lebih
mudah untuk difahami dan
disimpulkan. Tujuan penelitian
deskriptif adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan
secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta
hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
Sehubungan dengan tujuan
penelitian yang ingin dicapai,
maka penulis berusaha menyajikan
data-data perusahaan yang
berkaitan dengan perumusan
strategi, Adapun langkah-langkah
perumusan strategi yaitu perusahaan
dapat menentukan strategi yang efektif
dan aman memanfaatkan kesempatan
yang berlandaskan kekuatan dan peluang
yang ada, mengatasi ancaman yang
datang dari luar, serta memperbaiki
kelemahan yang ada.
5. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Misi dan Visi Perusahaan
Misi adalah suatu pernyataan
umum dan pribadi tentang maksud
organisasi, misi suatu organisasi
adalah maksud khas (unik) dan
mendasar yang membedakan
organisasi dengan organisasi lainnya.
Misi ini merupakan pernyataan atau
rumusan umum mencakup filosofi
bisnis yang dijalankan, mensiratkan
citra yang ingin disampaikan dan
mengindentifikasikan bidang produk
yang akan dipenuhi oleh perusahaan
serta kebutuhan utama pelanggan yang
akan dipenuhi.
PT. Selecta berkecimpung
dalam bisnis jasa pariwisata
meliputi taman rekreasi, perhotelan,
restoran dan perkebunan. Sebagai
cikal bakal obyek wisata di Kota Batu,
PT Selecta memiliki misi yaitu
bertekad untuk terus meningkatkan
pembangunan sarana pelayanan yang
bermutu, ramah lingkungan serta
memberi manfaat bagi
perkembangan dunia pariwisata
khususnya di Kota Batu serta
jadikan sarana peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Analisis Data
Perubahan kondisi lingkungan
eksternal sangat berpengaruh terhadap
kinerja setiap perusahaan. PT.
Selecta yang bergerak dalam bidang
jasa pariwisata dituntut untuk
mampu beradaptasi dengan segala
perubahan lingkungan, karena hal
tersebut merupakan salah satu cara
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Atas dasar kebutuhan inilah
dibutuhkan suatu analisis lingkungan
untuk dapat mengidentifikasi berbagai
peluang dan ancaman yang ada di
lingkungan eksternal. Adapun faktor
yang berpengaruh untuk analisis
adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Inflasi Jawa Timur
Inflasi merupakan
kecenderungan harga-harga
barang dan jasa termasuk faktor-
faktor produksi, diukur dengan satuan
mata uang yang semakin menaik
secara umum dan terus menerus.
Berdasarkan evaluasi
perkembangan Inflasi Jawa Timur
(Bank Indonesia Surabaya 2006;19)
inflasi pada akhir triwulan-I 2008
tercatat sebesar 2,14% menurun
signifikan dibandingkan dengan
inflasi pada akhir triwulan IV-
2005 yang tercatat sebesar
8,41%. Kelompok komoditi yang
mengalami inflasi tertinggi yaitu
kelompok bahan makanan yang
tercatat sebesar 5,11% sedangkan
kelompok komoditi yang
mengalami inflasi terendah
yaitu kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa yang tercatat
sebesar 0,03%. Berdasarkan
sumbangnnya inflasi terbesar
yaitu sebesar 1.12% diikuti
kelompok makanan jadi,
minuman dan tcmbakau, dan
kelompok perumahan, air, listrik
dan gas masing-masing sebesar
0,43% dan 0,41%. Peningkatan
pada kelompok bahan makanan
terutama disumbangkan oleh
kenaikan harga cabe rawit, tomat
buah dan labu siam.
Dengan demikian sumber
inflasi di Jawa Timur berasal dari
bahan makanan,minuman, air, dan
listrik yang masih dimonopoli oleh
pemerintah. Jika kondisi ini masih
tetap berlangsung, dikhawatirkan
perusahaan tidak dapat memenuhi
kebutuhannya seperti pemenuhan
kebutuhan restoran (bahan
makanan dan minuman), listrik ,
air, dan telepon. Hal ini merupakan
ancaman bagi perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis
prospek ekonomi dan harga Jawa
Timur (Bank Indonesia Surabaya
2008;61), dari sisi sektoral dua
sektor dominan dalam
perkembangan Jawa Timur yaitu
sektor industri pengolahan dan
sektor perdagangan masih lambat.
Perlambatan pada sektor tersebut
sudah terjadi sejak triwulan III-
2007. Pertumbuhan yang relatif
baik berasal dari sektor pertanian
yang beberapa triwulan terakhir
menunjukkan kinerja yang
membaik. Hal ini juga didukung
oleh membaiknya sektor keuangan,
persewaan dan jasa seiring dengan
menurunnya suku bunga
sehingga akan meningkatkan
kinerja subsektor perbankan.
Dari sisi pengeluaran,
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur
pada triwulan II-2007 disorong
oleh konsumsi seiring dengan
mulai membaiknya daya beli
masyarakat. Investasi Jawa Timur
diperkirakan akan mengalami
peningkatkan sehubungan dengan
adanya ketentuan pemerintah yang
memudahkan para investor dalam
berinvestasi.
2. Kebijakan Pemerintah
Diluncurkannya UU No 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah, dimulailah suatu bentuk
baru pengadaan pelayanan publik.
Pemerintah Daerah mendapatkan
lebih banyak wewenang dalam
pengelolaan daerahnya, sehingga
diharapkan terjadi peningkatan
kualitas pelayanan publik. Dengan
bertambahnya kewenangan di
daerah dan kedekatan dengan
pemakai, maka diharapkan pula
adanya penyelarasan yang lebih
baik antara kebutuhan publik
dan pelayanannya. Untuk
mendukung pelaksanaan
Pemerintah Daerah tersebut maka
diterbitkanlah UU No. 25 Tahun
1999 mengenai Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah
Pusat Dan Daerah. Sirkulasi uang
yang tidak lagi terpusat akan
membuka peluang atau potensi
baru yang lebih luas bagi industri
manufaktur maupun jasa termasuk
pariwisata.
Penerapan Undang-undang
Tahun 2000 tentang pariwisata
sebagai revisi UU No. 9/1990.
Undang-undang tersebut
dimaksudkan untuk mengantisipasi
kebutuhan yang pesat dan dapat
menyesuaikan dengar kebutuhan
perspektif dari industri pariwisata.
UU No. 22 Tahun 1999
tentang Otonomi Daerah dan UU
No.9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan merupakan suatu
peluang bagi perusahaan.
Dengan adanya undang-undang
tersebut dapat mengantisipasi
kebutuhan yang berkembang pesat
dan menyesuaikan dengan
kebutuhan perspektif dari industri
pariwisata, serta keleluasaan untuk
mengembangkan potensi usaha
semakin luas mengingat Kota Batu
yang baru saja lepas dari Pemerintah
Malang.
Dengan adanya peluang
tersebut, diharapkan perusahaan
dapat memanfaatkan potensi yang
ada dan melakukan join venture
atau bekerja sama dengan pemerintah
dan pihak yang terkait.
3. Persaingan Antar Perusahaan
Persaingan di dalam industri
pariwisata ini sangat ketat. Pada
umumnya masing-masing
perusahaan mengandalkan
sepenuhnya pada differensiasi
produk melalui penekanan
penambahan fasilitas dan pelayanan.
Berikut adalah tabel yang
menyajikan perbandingan antar
perusahaan pariwisata yang ada
dikawasan Kota Batu. Kemungkinan
yang menjadi ancaman bagi PT.
Selecta adalah Jatim Park, Victory,
Agrowisata, Klub Bunga.
Pesaing yang menawarkan
berbagai fasilitas seperti Jawa
Timur Park, Purnama dan Victory,
merupakan ancaman bagi Selecta
karena semakin banyak tempat
wisata yang menawarkan berbagai
fasilitas yang berbeda. Keunggulan
mereka menjaring konsumen berada
pada pasar yang produktif dan
keunggulan dalam fasilitas yang
sedikit banyak akan membuat
pelanggan berpaling.
Mengingat pesaing PT.
Selecta yang banyak dan
memiliki keunggulan masing-
masing, PT. Selecta diharapkan dapat
lebih kreatif dan inovatif dalam
mengoptimalkan sumber daya yang
dimiliki.
4. Produk Subtitusi
Produk subtitusi pada usaha
dibidang tempat hiburan cukup
tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan
semakin maraknya usaha-usaha
hiburan seperti Ramayana, Mitra,
Matahari Time Zone, Plasa, dan
lain-1ain
Meningkatnya usaha
hiburan seperti Ramayana,
Mitra, Matahari Time zone,
Plasa, dan lain-lain membuat
minimnya keinginan masyarakat
akan tempat rekreasi yang
bernuansa alam. Apabila hal ini
terus menerus meningkat
dikwatirkan pendapatan perusahaan
akan menurun. Produk subtitusi
bagi Selecta merupakan salah satu
ancaman.
Untuk menghindari hal tersebut
di atas, diharapkan perusahaan dapat
menarik perhatian masyarakat akan
keindahan alam. Salah satu cara
untuk menarik masyarakat dengan
menurunkan harga atau memberi
diskon, serta menggencarkan promosi.
5. Faktor Keuangan
Perubahan rasio lancar (CR)
tahun 2007 sebesar -0,82% ini
menunjukkan bahwa rasio lancar
tahun 2006 ke tahun 2007
mengalami penurunan sebesar 0,82%.
Pada rasio lancar di atas dapat
diketahui bahwa pada tahun 2008
mengalami peningkatan dan tahun
2006 hingga 2007 rasio ini
mengalami penurunan kembali, hal
ini berarti bahwa kemampuan
perusahaan dalam memenuhi
kewajiban lancarnya masih belum
produkti.
Rasio tetap pada tahun 2007
sebesar 52 % berarti pada setiap Rp. l.
hutang lancar dijamin dengan 0,52
aktiva lancar di luar persediaan.
Perubahan rasio tetap (QR) tahun 2002
sebesar -0,52% ini menunjukkan
bahwa rasio tetap tahun 2006 ke tahun
2007 mengalami penurunan sebesar
0,52%. Pada tabel rasio tetap di
atas dapat diketahui bahwa pada
tahun 2008 mengalami peningkatan
dan tahun 2006 hingga 2007 rasio ini
mengalami penurunan kembali, hal ini
berarti bahwa kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban lancarnya
rnasih belum produktif.
Rasio total hutang terhadap
total aset tahun 2006 sampai 2008
terhadap total aset pada tahun 2006
sebesar 12% berarti pada setiap Rp. 1
aktiva dibiayai Rp. 0,12 hutang.
Perubahan rasio total hutang terhadap
total aset tahun 2008 sebesar -
0,12% ini menunjukkan bahwa
rasio tetap tahun 2007 ke tahun
2008 mengalami penurunan sebesar
0,12%. Pada tabel total hutang
terhadap total aset di atas dapat
diketahui bahwa tahun 2006 dan
2007 nilai rasio ini semakin
meningkat. Kondisi menunjukan
bahwa aktiva yang dibiayai dari
hutang semakin besar, atau dengan
kata lain perusahaan menanggung
hutang lebih banyak.
Perubahan rasio rata-rata umur
piutang tahun 2007 ke tahun 2008
mengalami penurunan sebesar 0,41.
Pada tabel rasio rata-rata umur
piutang, terlihat pada tahun terakhir
yaitu 2006mengalami penurunan
drastis, hal ini mungkin disebabkan
kebijakan piutang yang diterapkan
perusahaan terlalu ketat sehingga dapat
menurunkan penjualan.
Rasio Perputaran persediaan
pada tahun 2007 sebesar 12,6x ini
berarti rata-rata pembelian dan
penjualan barang atau jasa per tahun
adalah lebih dari 12,6 kali.
Perubahan rasio perputaran persediaan
tahun 2007 ke tahun 2008 mengalami
penurunan yang sangat rendah yaitu
sebesar 0,01 kali atau dengan kata
lain relative tetap atau stabil. Pada
tabel perputaran persediaan di atas
dapat diketahui bahwa pada tahun
2006 dan 2007 rasio ini juga masih
dalam keadaan yang stabil, namun
pada tahun 2008 mengalami
kenaikan. Hal ini berarti bahwa
perusahaan beroperasi (pembelian,
penerimaan, penyimpanan, penjualan)
secara efektif.
Rasio perputaran aktiva tetap
pada tahun 2008 sebesar 1,28x ini
berarti kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan berdasarkan
aktiva tetap sebesar 1,28 kali.
Perubahan rasio perputaran aktiva
tetap tahun 2007 ke tahun 2008
mengalami penurunan yaitu sebesar
0,12 kali. Pada tabel perputaran aktiva
tetap di atas dapat diketahui bahwa
pada tahun 2008 mengalami
peningkatan dan 2006 dan 2007
mengalami kenaikan. Hal ini berarti
bahwa perusahaan menggunakan
aktiva tetap dengan baik atau efektif.
Rasio perputaran total aktiva
pada tahun 2008 sebesar 1,16x ini
berarti kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan berdasarkan
total aktiva sebesar 1,16 kali.
Perubahan rasio perputaran total
aktiva tahun 2007 ke tahun 2008
mengalami penurunan yaitu
sebesar 0,16 kali. Pada tabel
perputaran total aktiva di atas dapat
diketahui bahwa pada tahun 2006 dan
2007 mengalami penurunan dan tahun
2008 mengalami kenaikan kembali.
Hal ini berarti bahwa perusahaan
menggunakan aktiva tetap dengan baik
atau efektif.
Profit Margin tahun 2008
sebesar 9 % ini berarti bahwa setiap
Rp. 1 penjualan yang dilakukan
memperoleh laba sebesar 0,9.
Perubahan profit margin tahun 2007
ke tahun 2008 sebesar 0% ini
menunjukkan profit margin tidak
ada peningkatan atau penurunan
dengan kata lain tetap. Pada tabel
profit margin di atas dapat diketahui
bahwa tahun 2006 rasio ini mengalami
penurunan, penurunan kembali tejadi
tahun 2007. Pada tahun 2007
sampai 2008 kondisi rasio ini tetap.
Hal ini berarti bahwa perusahaan
dalam mengendalikan biaya dan
pengeluaran yang berhubungan
dengan penjualan belum optimal
sehingga laba yang diperoleh relatif
kecil.
Berdasarkan kondisi
tersebut di atas, diharapkan
perusahaan merencanakan dengan
matang dalam setiap pengambilan
keputusan terutama keputusan yang
berhubungan dengan financial
perusahaan.
6. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan
dan menjawab dari rumusan masalah,
maka dapat disimpulkan yaitu bahwa
pengaruh lingkungan usaha PT.
Selecta yaitu dengan memiliki fasilitas
yang memadai (hotel, taman rekreasi,
restoran, dan kebun) dan harga yang
ditawarkan Selecta terjangkau dan
bersaing, kondisi geografis Selecta yang
startegis dan menguntungkan, serta
Selecta memiliki pengalaman kerja
yang cukup lama.
Dengan perumusan strategi
agresif tersebut, ada beberapa hal lain
yang perlu diperhatikan oleh PT.
Selecta yaitu memperluas kerjasama
dengan Perguruan Tinggi dan
instansi terkait (Dinas Pariwisata)
untuk memberikan pelatihan atau
basic mining kepada karyawan guna
memelihara kualitas dart pelayanan
terhadap pengunjung.
Selanjutnya konsistensi dalam
pengembangan penambahan fasilitas
yang berbeda dari pesaing dengan
memanfaatkan lahan yang masih
kosong, dan menanrbah fasilitas
mainan anak-anak mengingat
sebagian besar pengunjung taman
rekreasi adalah anak-anak. Lebih
lanjut lagi dengan menetapkan
strategi harga, artinya
memberikan harga khusus untuk
kolam renang air panas,
penyeweaan perahu kano,
penyewaan born bom car yang
merupakan mainan anak.
Untuk memantapkan strategi
PT. Selecta diharapkan akan lebih
berusaha memberikan pelayanan
yang memuaskan pengunjung atau
konsumen. Seperti menerapkan
motto "Dengan Senyum Kami
Menyambut Kedatangan Anda", dan
promosi melalui media masa,
diharapkan Selecta dapat
mengembangkan promosi dengan
cara dari mulut ke mulut Dengan
memberikan kepuasan bagi
pengunjung Selecta, diharapkan
pengunjung tersebut dapat menarik
pengunjung lain yang bukan
pengunjung Selecta untuk menjadi
pengunjung Selecta. Sehingga
jumlah pengunjung akan bertambah
semakin banyak.
Daftar Pustaka
Amirullah. Sri Budi. 2002. Manajemen Strategik. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
David, Fred R. 2002. Manajemen Strategis Konsep. Versi Bahasa Indonesia.
Jakarta. Prenhallindo.
Griffin, Ricky W. 2002. Manajemen. Houghthon Mifflin Company. Diterjemahkan
Oleh Gina Gania. 2004. Jakarta. Erlangga.
Hanafi, Mahmud. Abdul Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta.
UPP AMP YKPN.
Jauch, Lawrence. William Glueck. Manajemen Strategis Dan Kebijakan
Perusahaan. Alih Bahasa Drs. Murad. Henry Sitanggang. Jakarta.
Erlangga.
Mulyadi. Johny Setyawan. 2001. Sistem Perencanaan Dan Pengendalian
Manajemen. Jakarta. Salemba Empat.
Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum. Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.
Poerwanti, Endang. 2000. Dimensi-dimensi Riset Ilmiah. Malang. Umm
Press.
Rangkuty, Freddy. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasuc Bisnis. Jakarta.
Pustaka Utama.
Rofik. 2005. Strategi Pemasaran Pada Taman Belajar dan Rekreasi Jawa Timur
Park. Skripsi. Malang. Tidak Dipublikasikan.
Wheelen, T.L., and J.D. Hunger. 2004. Strategic Management and Business
Policy, Ninth Edition. Pearson Education, Inc.
ANALISIS PELAKSANAAN STABLE GROWTH STRATEGY
MELALUI STRATEGI SWOT DALAM PENGEMBANGAN
BANK SYARIAH DI INDONESIA
Oleh:
Whedy Prasetyo
Kais Sugiono
Abstract
This research is deskriptif non hipotesis with kualitatif deskriptif
analysis capability syariah banking for potensial changes good
performance with Stable Growth Strategy by SWOT strategy
(Strenghts, Weaknesses, Opportunities, and Threats). Strategy
for decision making but role growth and longer syariah
banking at Indonesia in activites with opportunity capability.
Decision making is policy based in growth strategy condition
and policy to with strategy as called Stable Growth Strategy.
This research is explain for Stable Growth Strategy with
SWOT for internal and eksternal analysis factor in efforts growth
syariah banking by Internal Factor Analysis Summary (IFAS) and
Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS).
Keywords: Syariah banking, Stable Growth Strategy , SWOT
strategy, Internal Factor Analysis Summary (IFAS),
and Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS).
Dosen Jurusan Akuntansi Universitas Jember Alumni Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UIB
1. Latar Belakang
Sejak paket deregulasi
perbankan Indonesia pada Oktober
1988 yang ditandai dengan
mempermudah pendirian bank dan
perluasan jaringan kantor bank,
masih dirasakan bahwa sebagian
masyarakat Indonesia belum
bersedia untuk penyimpan dana
atau berhubungan dengan
perbankan.
Berdasarkan hal tersebut di
atas, dalam perubahan Undang-
Undang perbankan No. 14 Tahun
1967 menjadi Undang-Undang No.
7 Tahun 1992, diperkenalkan
pendirian bank atas dasar bagi
hasil, maka berdirilah Bank
Muamalat Indonesia (BMI), namun
sampai dengan akhir tahun 1998
perkembangan bank atas dasar bagi
hasil tersebut belum
menggembirakan baik dari segi
penghimpunan dana maupun
pembiayaannya. Hal ini
disebabkan karena pengaturan
bank syariah yang tercantum dalam
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
dan Peraturan Pemerintah No. 72
Tahun 1992 terlihat kurang tegas,
sempit dan tidak rinci. Dalam
Undang-Undang Dan Peraturan
Pemerintah tersebut kata " bank
syariah " belum disebut secara tegas,
yang ada adalah " bank pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil " (pasal 6
butir m, pasal 13 butir c), maka pada
tahun 1998 Undang-Undang No. 7
Tahun 1992 disempurnakan dengan
memberikan kemudahan kepada
bank konvensional mempunyai unit
usaha atas dasar prinsip syariah
dalam bentuk pendirian baru,
pembukaan kantor cabang syariah
atau konversi kantor cabang
konvensional menjadi kantor
cabang syariah, sesuai Undang-
Undang No. 10 Tahun 1998.
Dengan dikeluarkannya Undang-
Undang No 10 Tahun 1998, pada
bulan Nopember 1998 yang
merupakan penyempurnaan terhadap
Undang- Undang No. 7 Tahun 1992
memberikan dukungan bagi
pengembangan perbankan syariah.
Perubahan Undang-Undang No.
10 Tahun 1998 tersebut didukung
dengan penyempurnaan Undang-
Undang No. 13 Tahun 1968 tentang
Bank Sentral menjadi Undang-Undang
No. 23 Tahun 1999,yang mewajibkan
Bank Indonesia untuk
mengembangkan instrument pasar
antarbank dengan menggunakan
prinsip syariah dalam bentuk Sertifikat
IMA dan Sertifikat Wadiah, dan
dukungan pelaksanaan Dual Banking
System memberikan peluang bagi
bank konvensional untuk
memberikan pelayanan jasa
perbankan dengan prinsip Syariah.
Sejak saat itu banyak bank
konvensional yang membuka Unit
Usaha Syariah dan membuka Kantor
Cabang Syariah dan Kantor Cabang
Pembantu Syariah, termasuk Bank
BRI sebagai bank BUMN dengan
jaringan terluas.
Dengan banyak munculnya
bank syariah dalam dunia perbankan
di Indonesia saat ini, perbankan
syariah sudah tidak lagi dianggap
sebagai tamu asing dan menjadi
sesuatu yang aneh. Hal ini
disebabkan oleh kinerja dan
kontribusi perbankan syariah
terhadap perkembangan industri
perbankan di Indonesia.
Kinerja ini semakin nyata
ketika mengutip laporan Bank
Indonesia (BI), sampai dengan Maret
2007, volume usaha bank syariah
mengalami peningkatan yang
signifikan, yaitu tumbuh sebesar
89,26 % atau sebesar Rp 26,12
triliun dibanding tahun sebelumnya.
Pangsanya dibandingkan dengan
perbankan nasional mencapai 5,27
%, meningkat dari tahun sebelumnya
yang hanya 3,83 % dari total aset
perbankan nasional. Di sisi
pembiayaan juga mengalami
peningkatan hingga Maret 2007
mencapai Rp 22 triliun atau naik
99,03 % dibandingkan dengan
posisi Maret 2006. Total Dana
Pihak Ketiga (DPK) juga
meningkat 73,51 % atau mencapai
Rp 18,61 triliun posisi Maret 2006.
Kondisi di atas juga mempengaruhi
laba bank syariah yang naik 2,1 %,
yaitu mencapai 83,29 %.
Ketiga indikator tersebut di
atas cukup memberikan
gambaranbahwa perbankan syariah
sudah mulai menunjukkan
peranannyadi sektor keuangan
Indonesia pada umumnya.
Perbankan syariah sudah mulai
menunjukkan kontribusi yang berarti
bagi perkembangan ekonomi
nasional. Ini tentu sesuai dengan
harapan pemerintah yang tengah
menggalakkan sektor Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM), di
mana sektor perbankan diharapkan
memberikan dorongan pembiayaan
agar bisa tumbuh dengan cepat.
Kondisi yang cukup
menggembirakan di atas
hendaknya tidak membuat bank
syariah berbesar kepala, sebab
banyak hal yang masih harus
dibenahi pada diri perbankan
syariah. Misalnya, soal
pemanfaatan tehnologi yang masih
terbilang minim, padahal kondisi
tersebut merupakan hal kritis dalam
hal pelayanan. Cukup kritis karena
pada posisi lain pesaing dari bank
konvensional sudah cukup lama
memenuhi kebutuhan tehnologi
perbankan untuk memanjakan
keinginan nasabahnya. Saat kondisi
teknologi masih minim diikuti pula
kualitas SDM yang belum bisa
setara dengan SDM bank
konvensional, padahal hal tersebut
juga merupakan hal penting dalam
industri perbankan nasional.
Tantangan pertama yang
berada di depan mata adalah
mampukah perbankan syariah
memerankan fungsi intermediasi
secara baik sehingga segera dapat
menggerakkan sektor riil.
Tantangan kedua yaitu mampukah
perbankan syariah berkembang di
lingkungan mayoritas muslim, serta
menjadi contoh sukses bagi
negara -negara a tau daerah la in
dalam mengembangkan perbankan
syariah. Tantangan ketiga, di masa
depan perbankan syariah harus
mampu menjadi rahmatan lil
alamin, artinya ia tidak hanya
bermanfaat bagi kaum muslim tetapi
juga bagi seluruh umat manusia.
Jumlah penduduk muslim sebagai
kekuatan utama belum menjamin
mereka berbondong-bondong
menggunakan jasa perbankan
syariah. Berbagai kekuatan
belum mampu dimaksimalkan
untuk memanfaatkan peluang yang
ada. Adanya tantangan belum dapat
dijawab dengan pasti, serta berbagai
ancaman yang belum bisa teratasi
membuat perkembangan perbankan
syariah perlu diupayakan terus
dengan mencoba dan menemukan
berbagai macam strategi yang sesuai.
Catatan dan fenomena
tersebut juga tergambar di
beberapa wilayah Indonesia yang
merupakan wilayah dengan penduduk
muslim yang banyak (mayoritas).
Peluang dan tantangan
pengembangan perbankan syariah
juga muncul dengan mulai
beroperasinya beberapa bank
syariah seperti Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri,
Bank BNI’46 Syariah Prima, Bank
Niaga Syariah, Bank Danamon
Syariah, Bank Permata Syariah, BII
Syariah, Bank BTN Syariah, Bank
Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, dan
Bank Bukopin Syariah, serta Bank
Syariah Mega Indonesia (BSMI).
Sejak tahun 2004 lalu gema bank
syariah mulai membahana di
Indonesia.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
dan data yang telah dikemukakan dan
dikumpulkan, maka dapat di tarik
suatu rumusan masalah dalam
penelitian ini, yaitu apakah faktor
internal dan eksternal dalam
pelaksanaan Stable Growth Strategy
melalui strategi SWOT (Strenghts,
Weaknesses, Opportunities, dan
Threats) atas pengembangan bank
syariah di Indonesia, dan apakah
pelaksanaan Stable Growth Strategy
melalui strategi SWOT yang dapat
dipakai untuk pengembangan bank
syariah di Indonesia.
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas perumusan
masalah penelitian, tujuan dari
penelitian yang akan ingin dicapai,
yaitu pengembangan ilmu
pengetahuan terutama bidang ekonomi
islam khususnya perbankan syariah di
Indonesia untuk mengetahui
faktor internal dan faktor
eksternal dalam pelaksanaan Stable
Growth Strategy melalui strategi
SWOT (Strenghts, Weaknesses,
Opportunities, dan Threats) untuk
pengembangan bank syariah di
Indonesia, dan selanjutnya
mengetahui pelaksanaan Stable
Growth Strategy melalui strategi
SWOT yang dapat dipakai untuk
pengembangan bank syariah di
Indonesia.
4. Landasan Teori
Pengertian Strategi dan Manajemen
Strategi
Chandler (1962) dalam Hunger
dan Wheelen (2003), strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan
tujuan jangka panjang, program tindak
lanjut, serta prioritas alokasi sumber
daya. Lebih lanjut Learned, Christensen,
Andrews, dan Guth (1965) dalam
Hunger dan Wheelen (2003) bahwa
strategi merupakan alat untuk
menciptakan keunggulan bersaing.
Dengan demikian salah satu fokus
strategi adalah memutuskan apakah
bisnis tersebut harus ada atau tidak ada.
Argyris (1985), Mintzberg
(1979), Steiner dan Miner (1977) dalam
Yusanto dan Widjajakusuma (2003),
strategi merupakan respon secara terus
menerus maupun adaptif terhadap
peluang dan ancaman eksternal serta
kekuatan dan kelemahan internal yang
dapat mempengaruhi organisasi.
Lebih lanjut Porter (1993),
strategi adalah alat yang sangat penting
untuk mencapai keunggulan bersaing.
Menurut Andrews (1980), Chaffe
(1985) dalam Hunger dan Wheelen
(2003) menjelaskan strategi sebagai
kekuatan motivasi untuk stakeholders,
seperti stakeholders, debtholders,
manajer, karyawan, konsumen,
komunitas, pemerintah, dan sebagainya,
yang baik secara langsung maupun tidak
langsung menerima keuntungan atau
biaya yang ditimbulkan oleh semua
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.
Menurut Tjiptono (2002) mengatakan
istilah strategi berasal dari kata
Yunani strategeia (stratos = militer,
dan ag = memimpin), yang artinya
seni atau ilmu untuk menjadi seorang
jendral. Konsep ini relevan dengan
situasi zaman dulu yang sering
diwarnai perang, di mana jendral
dibutuhkan untuk memimpin suatu
angkatan perang agar dapat selalu
memenangkan perang.
Dalam suatu perusahaan
terdapat tiga level strategi, yaitu
level korporasi, level unit bisnis atau
lini bisnis, dan level fungsional
(Hayes dan Wheelwright,1984
dalam Yusanto dan Widjajakusuma
(2003)). Strategi level korporasi
dirumuskan oleh manajemen puncak
yang mengatur kegiatan dan operasi
organisasi yang memiliki lini atau unit
bisnis lebih dari satu. Strategi level
unit bisnis lebih diarahkan pada
pengelolaan kegiatan dan operasi
suatu bisnis tertentu. Strategi level
fungsional merupakan strategi dalam
kerangka fungsi-fungsi manajemen
yang dapat mendukung strategi unit
bisnis.
Hunger dan Wheelen (2003)
menjelaskan bahwa sebelum
perusahaan dapat memulai
perumusan strategi, manajemen
harus mengamati l ingkungan
eksternal untuk mengidentifikasi
kesempatan dan ancaman yang
mungkin terjadi. Pengamatan
lingkungan adalah pemantauan,
pengevaluasian dan penyebaran
informasi dari lingkungan eksternal
kepada orang-orang kunci dalam
perusahaan. Pengamatan
lingkungan adalah alat
manajemen untuk menghindari
kejutan strategis dan memastikan
kesehatan manajemen dalam jangka
panjang. Penelitian menunjukkan
hubungan yang positif antara
pengamatan lingkungan dengan
laba. Dalam melakukan pengamatan
lingkungan, manajer strategis pertama-
tama harus mengetahui berbagai
variabel yang ada dalam lingkungan
sosial dan lingkungan kerja.
Menurut Pearce dan Robinson
(1997) manajemen strategik
didefinisikan sebagai sekumpulan
keputusan dan tindakan yang
menghasilkan perumusan (formulasi)
dan pelaksanaan (implementasi)
rencana-rencana yang dirancang untuk
mencapai sasaran-sasaran perusahaan.
Ini terdiri dari sembilan tugas penting :
a). Merumuskan misi perusahaan,
meliputi rumusan umum tentang
maksud keberadaan (purpose),
filosofi (philosophy) dan tujuan
(goal).
b). Mengembangkan profit
perusahaan yang mencerminkan
kondisi intern dan kapabilitasnya.
c). Menilai lingkungan ekstern
perusahaan, meliputi baik
pesaing maupun faktor-faktor
konstektual umum.
d). Menganalisis opsi perusahaan
dengan menyesuaikan sumber
dayanya dengan lingkungan
ekstern.
e) Mengidenti fkasi opsi yang
paling dikehendaki dengan
mengevaluasi setiap opsi yang ada
berdasarkan misi perusahaan.
f ) Memilih seperangkat sasaran
jangka panjang dan strategi utama
(grand strategy) yang akan
mencapai pilihan yang
paling dikehendaki.
g) Mengembangkan sasaran tahunan
dan strategi jangka pendek yang
sesuai dengan sasaran jangka
panjang dan strategi umum
yang dipilih.
h) Men gimplemen t as ikan
p i l i han s t r a t eg ik dengan
ca r a mengalokasikan sumber
daya anggaran yang menekankan
pada kesesuaian antara tugas,
SDM, struktur, teknologi, dan
sistem imbalan.
i ) Mengevaluasi keberhasilan proses
strategik sebagai masukan bagi
pengambilan keputusan yang akan
datang.
Pearce dan Robinson
(1997) menjelaskan juga bahwa
lingkungan ekstern perusahaan terdiri
dari tiga perangkat faktor yang saling
berkaitan yang memainkan peran
penting dalam menentukan peluang,
ancaman, dan kendala yang
dihadapi perusahaan. Lingkungan
jauh terdiri dari faktor-faktor yang
bersumber dari luar, dan biasanya
tidak berkaitan dengan situasi operasi
suatu perusahaan tertentu seperti
faktor ekonomi, sosial, politik,
tehnologi dan ekologi. Faktor-faktor
yang lebih langsung mempengaruhi
prospek perusahaan bersumber pada
lingkungan industrinya, meliputi
hambatan masuk, persaingan diantara
anggota industri, adanya produk
substitusi, serta daya tawar-menawar
pembeli dan pemasok. Lingkungan
operasional terdiri dari faktor-
faktor yang mempengaruhi situasi
persaingan perusahaan seperti
posisi bersaing, profil pelanggan,
pemasok, kreditor dan pasar tenaga
kerja.
Lebih lanjut Pearce dan
Robinson (1997) menambahkan
bahwa salah satu bagian dari proses
manajemen strategik adalah analisis
faktor intern perusahaan yang
menghasilkan profil perusahaan,
mengidentifikasikan kekuatan dan
kelemahan utama perusahaan.
Kekuatan dan kelemahan ini
dibandingkan dengan peluang dan
ancaman ekstern sebagai landasan
untuk menghasilkan alternatif-
alternatif strategi suatu proses yang
dinamakan analisis SWOT.
Pengertian Fungsi dan Peranan Bank
Syariah
Muhamad (2002) mengatakan
bahwa yang disebut dengan bank
syariah adalah bank yang beroperasi
dengan tidak mengandalkan pada
bunga. Bank Syariah adalah lembaga
keuangan / perbankan yang
operasional dan produknya
dikembangkan berdasarkan pada
Al Qur'an dan Hadist atau dengan
kata lain, bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa--
jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip syariat Islam.
Menurut Triyuwono (2000)
bahwa prinsip syariah atas
kandungan Al Quran merupakan
pendasaran untuk pengembangan
ekonomi syariah, sehingga
memerlukan konsekuensi untuk selalu
memperhatikan syariat-syariat islam
yang berlaku. Lebih lanjut
Triyuwono (2000) menjelaskan
prinsip syariah pada organisasi
bisnis akan dapat mengembangkan
kemakmuran semua umat apabila
manajemen bisnis selalu
mendasarkan pada prinsip-prinsip
dasar Al Quran dan Hadist. Bila
dikaitkan dengan pengertian bank
syariah dalam undang-undang bahwa
bank syariah adalah bank yang
operasionalnya menggunakan prinsip
syariah. Dalam Undang-Undang No.
10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan pasal 1 ayat 13
disebutkan prinsip syariah adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum
Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan/atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan syariah, antara
lain, pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang
modal berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (ijarah) atau dengan
adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak
lain (ijarah wa iqtina).
Menurut Tim Pengembangan
Perbankan Syariah Institut Bankir
Indonesia (2002), fungsi dan peran
bank syariah adalah :
a. Manajer Investasi, bank syariah
dapat mengelola investasi dana
nasabah.
b. Investor, bank syariah dapat
menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana nasabah
yang dipercayakan kepadanya.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu
lintas pembayaran, bank syariah
dapat melakukan kegiatan
jasa-jasa layanan perbankan
sebagaimana lazimnya
institusi perbankan sepanjang
tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.
d. Pelaksana kegiatan sosial,
sebagai suatu ciri yang melekat
pada identitas keuangan Islam,
bank syariah juga memiliki
kewajiban u n t u k
m e n g e l u a r k a n d a n
m e n g e l o l a ( m e n g h i m p u n ,
mengadministrasikan,
mengdistribusikan) zakat serta
dana-dana sosial lainnya.
Menurut Muhamad (2002),
peranan bank syariah secara nyata
dapat terwujud dalam aspek-aspek
berikut:
a. Menjadi perekat nasionalisme
baru, artinya bank syariah dapat
menjadi fasilitator aktif bagi
terbentuknya jaringan usaha
ekohomi kerakyatan.
b. Memberdayakan ekonomi umat dan
beroperasi secara transparan.
Artinya pengelolaan bank
syariah harus didasarkan pada
visi ekonomi kerakyatan, dan
upaya ini terwujud jika ada
mekanisme operasi yang
transparan.
c. Memberikan return yang Iebih
balk. Artinya investasi di bank
syariah tidak memberikan janji
yang pasti mengenai return
(keuntungan) yang diberikan
kepada investor. Oleh karena itu
bank syariah harus mampu
memberikan return yang Iebih baik
dibandingkan dengan bank
konvensional. Sebaliknya, nasabah
pembiayaan akan
memberikan bagi hasil sesuai
dengan keuntungan yang
diperolehnya. Oleh karena itu
pengusaha harus bersedia
memberikan keuntungan yang
tinggi kepada bank syariah.
d. Mendorong penurunan spekulasi di
pasar keuangan. Artinya, bank
syariah mendorong terjadinya
transaksi produktif dari dana
masyarakat. Dengan demikian,
spekulasi dapat ditekan.
e. Mendorong pemerataan
pendapatan. Artinya bank syariah
bukan hanya mengumpulkan
dana pihak ket iga , namun
dapat mengumpulkan dana Zakat,
Infaq dan Shadaqah (ZIS). Dana
ZIS dapat disalurkan melalui
pembiayaan Qardul Hasan,
sehingga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi. Pada
akhirnya terjadi pemerataan
ekonomi.
f. Peningkatan efisiensi mobilisasi
dana. Artinya, adanya produk al
mudharabah al-mugayyadah,
berarti terjadi kebebasan bank
untuk melakukan investasi atas
dana yang diserahkan oleh investor,
bank memperoleh komisi atau bagi
hasil, bukan karena spread bunga.
g. Uswah Hasanah, implementasi
moral dalam penyelenggaraan
usaha bank.
h. Meminimalisir adanya Kolusi,
Korupsi dan Nepotisme (KKN)
yang menyebabkan krisis ekonomi.
Visi dan Misi Bank Syariah
Visi yang harus
dikembangkan dalam
pengembangan perbankan syariah
adalah terwujudnya sistem perbankan
syariah yang kompetitif, efisien, dan
memenuhi prinsip kehati-hatian yang
mampu mendukung sektor riil secara
nyata melalui kegiatan pembiayaan
berbasis bagi hasil (share-based
financing) dan transaksi riil dalam
kerangka keadilan, tolong-menolong
dan menuju kebaikan guna mencapai
kemashlahatan masyarakat.
Misi pengembangan
perbankan syariah adalah
mewujudkan iklim yang kondusif
untuk pengembangan perbankan
syariah yang sehat dan konsisten
menjalankan prinsip syariah serta
mampu berperan dalam sektor riil,
yang meliputi: melakukan kajian
dan penelitian tentang kondisi, potensi
serta kebutuhan perbankan syariah
secara berkesinambungan;
mempersiapkan konsep dan
melaksanakan pengaturan dan
pengawasan berbasis risiko
guna menjamin kesinambungan
operasi perbankan syariah yang sesuai
dengan karakteristiknya;
mempersiapkan infrastruktur guna
peningkatan efisiensi operasional
perbankan syariah; mendesain
kerangka entry and exit perbankan
syariah yang dapat mendukung
stabilitas sistem perbankan.
Dasar Falsafah, Konsep Dan Sistem
Operasional Bank Syariah
Menurut Muhamad (2002),
setiap lembaga keuangan syariah
mempunyai falsafah mencari
keridhoan Allah untuk
memperoleh kebajikan di dunia dan
akhirat. Oleh karena itu setiap
kegiatan lembaga keuangan yang
dikawatirkan menyimpang dari
ajaran agama harus dihindari seperti
menjauhkan diri dari unsur riba (QS.
Luqman: 34), sebaliknya yang sesuai
dengan ajaran agama harus
dilaksanakan seperti penerapan bagi
hasil dan perdagangan (QS. Al
Baqarah: 275 dan QS. An-Nisa: 29).
Produk Dan Jasa Bank Syariah a
Seorang nasabah pemilik
dana yang akan menggunakan
produk bank syariah tidak dengan
motif mendapatkan bunga, akan
tetapi dengan motif mendapatkan bagi
hasil. Begitu juga bagi nasabah yang
melakukan kerjasama atau
membutuhkan barang dengan
perantaraan bank syariah, mereka
tidak akan dikenakan suatu bentuk
bunga akan tetapi mensepakati
adanya margin atau bagi hasil.
Sedangkan setiap pemakaian jasa
keuangan di bank syariah harus
membayar fee yang disepakati
bersama.
Secara garis besar produk-
produk bank syariah dapat di bagi
3 (tiga) kelompok, yaitu:
penghimpunan dana, penyaluran
dana, dan jasa keuangan. Lebih
jelasnya terlihat pada gambar 1:
Gambar 1 : Produk dan Jasa Bank Syariah
5. Kerangka Pikir
Gambar 2. Kerangka Pikir
6. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang di
lakukan adalah penelitian deskriptif
non hipotesis sehingga dalam
langkah penelitiannya tidak perlu
merumuskan hipotesis. Penelitian
ini akan menggambarkan atau
memaparkan tentang faktor
eksternal dan faktor internal serta
strategi pengembangan bank
syariah di Indonesia. Penelitian yang
didukung melalui pengumpulan data
melalui teknik wawancara (interview),
pengamatan (observasi), dan
dokumentasi.
Data yang diperoleh akan
dianalisa secara deskriptif
kualitatif, d i m an a s eb a g i a n
d a t a k u a l i t a t i f yan g a k a n
d i p e r o l e h ak an dikuantitatifkan
atau diangkakan untuk
mempermudah penggabungan dua
atau lebih data variabel kemudian
setelah didapat hasil akhir akan
dikualitatifkan kembali. Dalam
penelitian ini perangkat analisis data
yang akan digunakan adalah dengan
menggunakan analisis SWOT
(Strenghts, Weaknesses,
Opportunities, dan Threats),
terutama untuk mengetahui strategi
pengembangan bank syariah di
Indonesia.
Hunger dan Wheelen (2003)
menjelaskan suatu cara untuk
menyimpulkan faktor-faktor strategis
sebuah perusahaan adalah
mengkombinasikan faktor strategis
eksternal (EFAS) dengan faktor
strategis internal (IFAS) ke dalam
sebuah ringkasan analisis faktor-faktor
strategi (SFAS). SFAS mengharuskan
para manajer strategis memadatkan
faktor- faktor eksternal dan internal
menjadi kurang dari 10 faktor.
Penggunaan bentuk SFAS meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama, daftarkan item-item EFAS
dan IFAS yang paling penting dalam
kolom Faktor Strategis Kunci,
tunjukkan mana yang merupakan
kekuatan (S). kelemahan (W),
peluang (O), dan ancaman (T).
Kedua, tinjaulah bobot yang
diberikan untuk faktor-faktor dalam
tabel EFAS dan IFAS tersebut, dan
sesuaikan jika perlu sehingga jumlah
total pada kolom bobot EFAS dan
IFAS mencapai angka 1.00. Ketiga,
masukkan dalam kolom peringkat,
peringkat yang diberikan manajemen
perusahaan terhadap setiap faktor dari
tabel EFAS dan IFAS. Keempat,
kalikan bobot dengan peringkat untuk
menghasilkan jumlah pada kolom
Jumlah Skor Berbobot. Kelima,
berikan tanda (X) dalam kolom
Durasi untuk menunjukkan apakah
satu faktor memiliki horizon waktu
jangka pendek (< 1 tahun), jangka
menengah (1-3 tahun), jangka panjang
( > 3 tahun). Keenam, berikan
keterangan untuk masing-masing
faktor dari tabel EFAS dan IFAS.
Menurut Pearce dan
Robinson (1997), SWOT adalah
singkatan dari Kekuatan (Strengths)
dan Kelemahan (Weaknesses) intern
perusahaan serta Peluang
(Opportunities) dan Ancaman
(Threats) dalam lingkungan yang
dihadapi perusahaan. Analisis SWOT
merupakan cara sistematik untuk
mengidentifikasikan faktor-faktor ini
dan strategi yang menggambarkan
kecocokan paling baik diantara
mereka. Analisis ini didasarkan pada
asumsi bahwa suatu strategi yang
efektif akan memaksimalkan
kekuatan dan pcluang dan
meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Bila diterapkan secara
akurat, asumsi sederhana ini mempunyai
dampak yang sangat besar atas rancangan
suatu strategi yang berhasil.
Analisis lingkungan
industri menyajikan informasi
yang dibutuhkan untuk
mengidentifikasikan peluang dan
ancaman yang ada dalam
lingkungan perusahaan, fokus
mendasar pertama dalam analisis
SWOT. Ini dapat diuraikan sebagai
berikut :
Peluang.
Peluang adalah situasi penting yang
menguntungkan dalam lingkungan
perusahaan. Kecenderungan-
kecenderungan penting merupakan
salah satu sumber peluang.
Identifikasi segmen pasar yang
tadinya terabaikan, perubahan pada
situasi persaingan atau peraturan,
perubahan teknologi, serta
membaiknya hubungan dengan
pembeli atau pemasok dapat
memberikan peluang bagi perusahaan.
Ancaman.
Ancaman adalah situasi penting
yang tidak menguntungkan
dalam lingkungan organisasi.
Ancaman merupakan pengganggu
utama bagi posisi sekarang atau
yang diinginkan perusahaan.
Masuknya pesaing baru,
lambatnya pertumbuhan pasar,
meningkatnya kekuatan tawar-
menawar pembeli atau pemasok
penting, perubahan teknologi, serta
peraturan baru atau yang direvisi
dapat menjadi ancaman bagi
keberhasilan perusahaan.
Memahami peluang dan ancaman
utama yang dihadapi perusahaan
membantu para manajernya untuk
mengidentifikasi pilihan-pilihan
strategi yang realistik dan cocok
serta menentukan ceruk (niche)
yang paling efektif bagi
perusahaan.
Fokus mendasar kedua dalam
analisis SWOT yaitu identifikasi
kekuatan dan kelemahan intern.
Ini dapat diuraikan sebagai
berikut.
Kekuatan.
Kekuatan adalah sumber daya,
ketrampilan atau keunggulan lain
relatif terhadap pesaing dan
kebutuhan pasar yang dilayani
atau ingin dilayani oleh
perusahaan. Kekuatan adalah
kompetensi khusus (distinctive
competence) yang memberikan
keunggulan komparatif bagi
perusahaan di pasar. Kekuatan
dapat terkandung dalam sumber
daya keuangan, citra,
kepemimpinan pasar, hubungan
pembeli-pemasok, dan faktor-
faktor lain.
Kelemahan.
Kelemahan adalah faktor
keterbatasan atau kekurangan
dalam sumber daya, ketrampilan
dan kapabilitas yang secara
serius menghambat kinerja
efektif perusahaan. Fasilitas,
sumber daya keuangan, kapabilitas
manajemen, ketrampilan
pemasaran, dan citra merek
dapat merupakan sumber
kelemahan.
Rangkuti (2004) mengutip
tentang apa yang telah
dikemukakan oleh Sun Tzu (Sun
Tzu: 1992) bahwa apabila kita
telah mengenal kekuatan dan
kelemahan diri sendiri, dan
mengetahui kekuatan dan
kelemahan lawan, sudah dapat
dipastikan bahwa kita akan dapat
memenangkan pertempuran. Dalam
perkembangannya saat ini analisis
SWOT t idak hanya dipakai
untuk menyusun strategi di
medan pertempuran, melainkan
banyak dipakai dalam
penyusunan perencanaan strategi
bisnis yang bertujuan untuk
menyusun strategi-strategi jangka
panjang sehingga arah dan tujuan
perusahaan dapat dicapai dengan
jelas dan dapat segera diambil
keputusan, berikut semua
perubahannya dalam menghadapi
pesaing.
Lebih lanjut dijelaskan
analisis SWOT membandingkan
antara faktor eksternal peluang
(opportunities) dan ancaman
(threats) dengan faktor internal
kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses) yang
menghasilkan pilihan strategi.
Gambar 3. Pilihan Strategi Dalam Analisis SWOT
1. Posisi pada kuadran I: Faktor
eksternal dan internal positif, yang
berarti bahwa lingkungan yang
dihadapi secara relatif berpeluang
lebih besar dibanding ancamannya,
sedangkan kekuatannya relat i f
lebih unggul dibanding dengan
kelemahannya. Oleh karenanya
suatu lembaga atau institusi
memiliki kemampuan untuk
merubah potensi menjadi prestasi
kinerja yang lebih baik. Sehingga arah
kebijakan yang tepat untuk
dilaksanakan adalah dengan
meningkatkan dan memperbesar
peranan suatu lembaga atau
institusi dalam berbagai kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dim
iliki sekaligus untuk memperluas
peran serta memanfaatkan peluang
yang ada. Arah kebijakan tersebut
merupakan dasar dari kebijakan dalam
kondisi growth strategy dan arah
kebijakan itu sendiri dapat dibedakan
dengan melihat posisi sub kuadrannya.
Jika pada kuadran I A, berarti
pertumbuhan peran yang dilaksanakan
dapat dilakukan dengan cepat
(rapid growth ), dan j ika pada
kuadran I B maka pertumbuhan
peran perlu dilakukan secara
bertahap sesuai skala prioritas
(stable growth strategy).
2. Posisi pada kuadran II: Faktor
eksternal positif tetapi faktor internal
negatif, posisi ini menunjukkan bahwa
peluang yang dihadapi masih lebih
besar dibanding ancaman yang ada.
Sedangkan di sisi internal, kekuatan
atau keunggulan yang dimiliki
relatif lebih kecil dibanding
kelemahannya.Sehingga arah
kebijakan yang harus dipilih adalah
mempertahankan peran yang telah
ada dan berlangsung saat ini secara
agresif atau selektif di dalam
melaksanakan program kerja yang
memang memungkinkan. Pada
kondisi ini arah kebijakan dasar yang
harus dilaksanakan adalah menjaga
stabilitas terhadap kegiatan yang
telah ada dan telah berlangsung. Jika
pada kuadran II A, maka kebijakan
yang harus dipilih adalah
mempertahankan peran secara
agresif (aggresif maintenance), jika
pada kuadran II B maka
kebijakannya adalah
mempertahankan peran secara
selektif (selektif maintenance strategy).
3. Posisi pada kuadran III: Pada posisi
ini faktor eksternal dan
faktor internal negatif, hal ini
berarti bahwa posisi yang dihadapi
dalam kondisi lemah, dimana kekuatan
atau keunggulan internal cenderung
lebih kecil dibanding banyaknya
kelemahan dan ancaman dari luar
yang cenderung lebih besar. Oleh
karenanya, arah kebijakan yang perlu
ditempuh adalah bertahan untuk hidup
(survival strategy) dalam arti bahwa
pelaksanaan kegiatan tetap
dilaksanakan sesuai dengan aturan
yang ada dan berusaha menghindari
diri (turn around strategy) dari
kebijakan-kebijakan yang tidak
populer menurut masyarakat atau
customers (kuadran III A), sambil
melakukan pembenahan internal dan
mencari peluang (guerilla strategy)
yang memungkinkan untuk perbaikan
atas kelemahan-kelemahan internal
yang ada (kuadran III B).
4. Posisi pada kuadran IV: Faktor
eksternal negatif tetapi faktor internal
positif, kondisi ini memberikan arti
bahwa peluang yang ada relatif lebih
kecil dibanding besarnya ancaman.
Namun di sisi internal kekuatan atau
keunggulan yang dimiliki relatif masih
lebih besar dibanding kelemahan,
sehingga yang harus dipilih adalah
melaksanakan kebijakan diversifikasi.
Dalam hal ini arah
kebijakan tersebut diantaranya
dapat dilaksanakan dengan
diversifikasi yang terkonsentrasi
kepada kebijakan populis
(concetric diversification
strategy), populer dan merupakan
prioritas, sambil melaksanakan
perbaikan internal yang masih lemah
atau kuadran IV A. Arah kebijakan
ini perlu dilaksanakan untuk
persiapan melakukan diversifikasi
secara luas ke berbagai kegiatan yang
memberikan peluang perbaikan peran
suatu lembaga atau institusi
(conglomerate diversification strategy)
atau kuadran IV B.
Secara ringkas pilihan strategi
dapat disajikan seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Pilihan Strategi
Jenis Strategi Skor Kuadran Pilihan Strategi
Growth S > 0 I A Rapid Growth
S < O I B Stable Growth Survival W > T III A Turn Arround W < T III B Guerilla Diversification S > T IV BB Conglomerate S < T IV A Concentric Stability O > W II A Aggressive Maintenance
0 < W II B Selective Maintenance
7. Hasil Penelitian
Faktor Internal dan Eksternal
Dalam Pengembangan Bank
Syariah Di Indonesia
Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan mulai dari
mengetahui undang-undang
perbankan (UU No 10 tahun
1998) mengetahui visi dan misi
perusahaan sampai melihat dan
mengetahui kondisi perusahaan
terkini, strategi yang telah ditempuh
dan kinerja yang telah dicapai
dapat diketahui beberapa faktor
internal dan eksternal dalam
pengembangan bank syariah di bank
syariah tersebut. Beberapa faktor
internal penting yang meliputi
kekuatan dan kelemahan dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
a) Kekuatan
1. Citra dan nama baik perusahaan
sebagai faktor penentu dalam promosi
dan sosialisasi, serta memberikan
kepercayaan pemilihan kepada
setiap nasabah yang siap bermitra
dengan bank syariah.
2. Adanya dukungan dari SDM baik
intern maupun ekstern yang telah
memperoleh pengalaman kerja
atau mendapatkan pendidikan
teknis perbankan.
3. Iklim dan semangat kerja tinggi
yang melekat pada setiap pekerja
dimana mengilhami dalam setiap
langkah untuk memberikan
pelayanan dan menerapkan prinsip
syariah secara baik kepada setiap
nasabah, juga tergambar dari visi dan
misi dari perusahaan yang cukup baik.
4. Adanya produk yang cukup
banyak, kompetitif dan sesuai
dengan kebutuhan nasabah yang di
introdusir dan diberikan kepada
setiap nasabah yang ingin
bermitra dengan bank syariah.
5. Jangkauan wilayah yang cukup luas
memberikan kesempatan untuk
meraih s impat i set iap
masyarakat yang ingin
mendapatkan pelayanan sistem
perbankan syariah.
b). Kelemahan
1. Aspek teknologi yang kurang
kompetitif dibandingkan dengan
beberapa bank pesaing menjadikan
kendala tersendiri dalam hal
pelayanan kepada nasabah.
2. Kurangnya tenaga pemasar
dalam hal ini Account Officer (AO)
sebagai ujung tombak untuk
mendapatkan nasabah baik dana
maupun pembiayaan.
3. Sosialisasi dan promosi yang masih
kurang ditandai dengan adanya
beberapa tempat yang belum
dapat mengetahui keberadaan bank
syariah.
4. Kurangnya peraturan tentang
perbankan syariah yang
mendukung setiap kegiatan
operasional maupun pemasaran
produk dan jasa yang dimiliki.
5. Beberapa sarana penting yang
masih sering meningggalkan kesan
dan keluhan bagi setiap nasabah
yang bertransaksi seperti;
keberadaan halaman parkir yang
kurang luas dan memadai.
Beberapa faktor eksternal
penting yang meliputi peluang dan
ancaman dapat diidentifikasikan
sebagai berikut :
a). Peluang
1. Jumlah penduduk yang mayoritas
beragama Islam merupakan calon
nasabah emosional yang seharusnya
memberikan kontribusi yang cukup
pada kinerja bank syariah.
2. Potensi masyarakat yang cukup
tinggi baik dilihat dari tingkat
mobillitas ekonomi dan perdagangan.
3. Sektor pertanian yang belum
banyak disentuh oleh produk
perbankan syariah, padahal
merupakan mata pencaharian
pokok bagi sebagian masyarakat.
4. Adanya peluang pembukaan Kantor
Cabang (KC) atau minimal Kantor
Cabang Pembantu Syariah
(KCPS).
5. Adanya fatwa MUI tentang riba
yang secara tidak langsung
mempengaruhi pola pikir pelaku
perbankan yang emosional. Hal
tersebut juga berimbas pada
pengelolaan tabungan haji yang
kedepan akan diarahkan ke bank
syariah.
b). Ancaman
1. Adanya bank pesaing yang sudah
ada atau bank lain yang akan
membuka pelayanan sistem perbankan
syariah.
2. Kurang adanya pemahaman
masyarakat tentang produk, sistem
dan mekanisme perbankan syariah.
Hal ini akan mempengaruhi kecepatan
pengembangan bank syariah.
3. Kurang adanya dukungan dari
para tokoh agama Islam terutama
dari kalangan pondok pesantren,
mereka lebih rasional dalam
menentukan keputusan saat
berhubungan dengan bank.
4. Adanya kesan bahwa bank syariah
adalah lembaga sosial saja sehingga
aspek-aspek bisnis di nomor duakan.
5. Adanya anggapan bahwa
berhubungan dengan bank syariah
lebih rumit dibanding dengan bank
konvensional.
Secara lebih ringkas faktor
internal dan eksternal tersebut
disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Faktor Internal dan Eksternal
Faktor Internal Faktor Eksternal
Strengths ( Kekuatan ) Opportunities ( Peluang )
- Citra dan nama baik perusahaan - Mayoritas masyarakat muslim
- SDM yang berpengalaman - Potensi masyarakat yang tinggi
- Iklim dan semangat kerja tinggi - Sektor pertanian belum terlayani
- Produk banyak & kompetitif - Pembukaan KC dan KCPS
- Jangkauan wilayah yang luas - Fatwa MUI
Weaknesses ( Kelemahan ) Threats ( Ancaman )
- Teknologi yang terbatas - Bank pesaing - Tenaga pemasar yang kurang - Kurang pemahaman tentang syariah
- Kurangnya sosialisasi & promosi - Kurang dukungan dari tokoh agama
- Kurangnya aturan pendukung - Kesan sosial pada bank syariah
- Kurangnya sarana pendukung - Kesan sulit & rumit pada bank syariah
8. Strategi Pengembangan Bank
Syariah.
Setelah melihat strengths
(kekuatan), weaknesses
(kelemahan), opportunities (peluang)
dan threats (ancaman) dari
pengembangan bank syariah,
maka akan dianal isa dengan
menggunakan analisis SWOT yang
dapat menghasilkan kemungkinan
alternatif strategi dalam
pengembangan Bank syariah.
Selain memperhatikan
faktor-faktor di atas, dari kekuatan
dan kelemahan (faktor internal) dan
peluang serta ancaman (faktor
eksternal) dalam upaya pengembangan
bank syariah dapat disusun Internal
Factor Analysis Summary (IFAS) dan
Eksternal Factor Analysis Summary
(EFAS) untuk menentukan strategi
yang akan digunakan. IFAS tersebut
dengan cara :
1. Menentukan faktor strategis
yang menjadi kekuatan dan
kelemahan (diambil dari tabel 4).
2. Menentukan bobot masing-
masing faktor dengan skala dari 1,0
(paling penting) sampai 0,0
(tidak penting). Berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap
pengembangan bank syariah, nilai
tidak lebih dari 1,00.
3. Menentukan nilai rating
masing-masing faktor dengan nilai
4 (paling tinggi) dan nilai 1 (paling
rendah) berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap pengembangan
bank syariah. Variabel yang bersifat
positif yaitu kekuatan diberi nilai +1
(jelek) sampai dengan +4 (sangat
baik), variabel yang bersifat negatif
yaitu kelemahan diberi nilai
sebaliknya.
5. Menentukan nilai skor dengan
mengalikan bobot dengan rating.
6. Menjumlah nilai melalui total IFAS.
7. Memberikan atas komentar
tentang alasan pemberian
bobot dan kenapa faktor-faktor
tersebut dipilih.
Hasil dari perhitungan IFAS tercantum
pada tabel berikut ini, yaitu:
Tabel 3. Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
Faktor-faktor
Internal
Bobot Rating Nilai Skor Keterangan
Strengths (S)
1. Citra dan nama baik
perusahaan
0.10 3 0.30 1. Pengaruhi pemasaran
promosi
2. SDM yang
berpengalaman
0.10 4 0.40 2. Profesionalisme kerja
3. Iklim dan semangat
kerja tinggi
0.10 4 0.40 3. Penerapan prinsip syariah
4. Produk banyak &
kompetitif
0.10 4 0.40 4. Melayani kebutuhan
nasabah
5. Jangkauan wilayah
yang luas
0.10 3 0.30 5. Kemungkinan
pengembangan
Sub Total 0.50
1.80
Weaknesses ( W )
1. Teknologi yang terbatas 0.10 1 0.10 1. Kendala pelayanan
2. Tenaga pemasar yang
kurang
0.15 1 0.15 2. Ujung tombak pemasaran
3. Kurangnya sosialisasi,
promosi
0.15 1 0.15 3. Memperlambat
pengembangan
4. Kurangnya aturan
pendukung
0.05 2 0.10 4. Kejelasan hukum
5. Kurangnya sarana
pendukung
0.05 2 0.10 5. Membatasi pelayanan
Sub Total 0.50 0.60
Total 1.00 2.40
Sedangkan EFAS tersebut
disusun dengan cara yang sama seperti
cara menyusun IFAS akan tetapi
kekuatan diganti dengan peluang,
sedangkan kelemahan diganti dengan
ancaman. Hasil perhitungan EFAS
pada tabel 4.
Tabel 4. External Factor Analysis Summary (EFAS)
Faktor-faktor
Internal
Bobot Rating Nilai
Skor
Keterangan
Opportunities ( O )
1. Mayoritas masyarakat
muslim
0.10 4 0.40 1. Peluang besar belum
digarap
2. Potensi masyarakat
yang tinggi
0.10 4 0.40 2. Peluang besar belum
digarap
3. Sektor pertanian belum
terlayani
0.10 4 0.40 3. Peluang besar belum
digarap
4. Pembukaan KC dan
KCPS
0.10 4 0.40 4. Tantangan baru
dalam
5. Fatwa MUI 0.10 3 0.30 pengembangan
5. Peluang nasabah
emosional
Sub Total 0.50
1.90
Threats ( T )
1. Bank pesaing 0.30 1 0.30 1. Persaingan tapi sehat
2. Kurang pemahaman 0.05 2 0.10 2. Hambatan pemasaran
tentang syariah 0.05 2 0.10 3. Lebih rasional
3. Kurang dukungan dari
tokoh agama
4. Kesan sosial pada
0.05 2 0.10
4. Aspek bisnis
dilupakan
bank syariah
5. Kesan sulit & rumit pada
bank syariah
0.05 2 0.10 5. Kendala pelayanan
Sub Total 0.50 0.70
Total 1.00 2.60
Pada tabel 4 di atas faktor-
faktor kekuatan mempunyai nilai skor
1,80 sedangkan faktor-faktor
kelemahan mempunyai nilai skor 0,60.
Berarti Bank syariah mempunyai
kekuatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan faktor
kelemahan dalam upaya
pengembangan bank syariah.
Selanjutnya faktor-faktor peluang
mempunyai nilai skor 1,90 dan
faktor-faktor ancaman mempunyai
nilai skor 0,70 berarti dalam upaya
pengembangan bank syariah
mempunyai peluang yang cukup
besar dibanding ancaman yang akan
timbul.
Dengan hasil susunan IFAS dan
EFAS di atas, menghasilkan rangkaian
skor:
1. Kekuatan ( Strengths/S ) = 1,80
2. Kelemahan ( Weaknesses/W) = 0,60
3. Peluang ( Opportunities/0 ) = 1,90
4. Ancaman ( Threaths/T ) = 0,70
Dari rangkaian nilai skor
tersebut dapat disusun suatu tabel
Rekap Skor IFAS dan EFAS sebagai
berikut:
Tabel 5. Tabel Rekap Skor IFAS dan EFAS
Skor Internal Skor Eksternal Pilihan Strategi
S > W (+) 0>T(+) GROWTH
1,80 > 0,60 (+) 1,90 > 0,70 (+)
S < W (-) O < T (-) SURVIVAL
S > W (+) O < T (-) DIVERSIFICATION
S > W (-) O > T (+) STABILITY
Untuk menentukan pilihan
strategi yang lebih spesifik dari nilai
yang didapat dimasukkan kedalam
diagram pilihan strategi, karena hasil
pada tabel 5 nampak bahwa dari skor
yang ada mengarah pada pilihan
strategy growth selanjutnya tinggal
menentukan strategy growth yang
lebih spesifik. Berdasarkan skor
yang menunjukkan bahwa kekuatan
(Strengths/S) lebih kecil dari peluang
(Opportunities/O) sehingga hasilnya
nampak pada diagram dan tabel
berikut:
Gambar 4. Pilihan Strategi
Tabel 6. Pilihan Strategi
Teknis Strategi Skor Kuadran Pilihan Strategi
Growth S > 0 1 A Rapid Growth
S < O I B Stable Growth
Survival W >T III A Turn Arround
W < T III B Guerilla
Diversification S > T IV BB Conglomerate
S < T IV A Concentric
Stability O > W II A Aggressive Maintenance
0 < W II B Selective Maintenance
Dari diagram dan tabel 6 di
atas dihasilkan faktor eksternal dan
internal positif, yang berarti bahwa
lingkungan yang dihadapi secara
relatif berpeluang lebih besar
dibanding ancamannya, sedangkan
kekuatannya relatif lebih unggul
dibanding dengan kelemahannya.
Oleh karenanya bank syariah
memiliki kemampuan untuk merubah
potensi menjadi prestasi kinerja
yang lebih baik. Sehingga arah
kebijakan yang tepat untuk
dilaksanakan adalah dengan
meningkatkan dan memperbesar
peranan Bank syariah dalam berbagai
kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki sekaligus untuk
memperluas peran serta
memanfaatkan peluang yang ada.
Arah kebijakan tersebut merupakan
dasar dari kebijakan dalam kondisi
growth strategy dan arah
kebijakan itu sendiri setelah melihat
hasil pada tabel 6, pilihan strategi
berdasarkan pada stable growth
strategy, artinya dalam
pengembangannya bank syariah
dapat menggunakan strategi
pertumbuhan peran namun
dilakukan secara bertahap sesuai skala
prioritas.
6 . S i m p u l a n
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka kesimpulan yang
dapat diambil atas stable growth
strategy melalui strategi SWOT
dengan melakukan analisis faktor
internal dan eksternal dalam
pengembangan bank syariah di
Indonesia adalah :
1. Faktor internal dalam
pengembangan bank syariah yang
terdiri dari kekuatan
meliputi; citra dan nama baik
perusahaan, SDM yang
berpengalaman, iklim dan
semangat kerja tinggi, produk
banyak dan kompetitif dan
jangkauan wilayah yang luas.
2. Faktor internal dalam
pengembangan bank syariah yang
terdiri dari kelemahan meliputi;
teknologi yang terbatas, tenaga
pemasar yang kurang, kurangnya
sosialisasi dan promosi,
kurangnya aturan pendukung
dan kurangnya sarana
pendukung seperti tempat parkir.
3. Faktor eksternal dalam
pengembangan bank syariah
yang terdiri dari peluang meliputi;
mayoritas masyarakat muslim,
potensi masyarakat yang tinggi,
sektor pertanian yang belum
terlayani secara penuh,
pembukaan KC dan KCPS dan
adanya fatwa MUI tentang riba.
4. Faktor eksternal dalam
pengembangan bank syariah
yang terdiri dari ancaman
meliputi; adanya bank pesaing,
kurangnya pemahaman tentang
syariah, kurangnya dukungan dari
tokoh agama, adanya kesan sosial
dan adanya kesan sulit serta rumit
yang ada pada bank syariah.
5. Strategi yang dapat digunakan
salah satunya untuk
pengembangan bank syariah di
Indonesia yaitu s table growth
strategy , artinya dalam
pengembangannya bank
syariah dapat menggunakan
strategi pertumbuhan peran
namun dilakukan secara
bertahap sesuai skala prioritas.
Daftar Pustaka
Anonim. 2004. Perbankan Syariah dan Masalah Profesionalisme .
Suara Muhammadiyah. No 24 Th Ke-89 16-31 Desember 2004. h: 7-8.
Anonim. 2005. Kumpulan Tulisan Perbankan Syariah. BRI Syariah Kediri.
Kediri.
Anonim. 2005. Perbankan Syariah. Warta BRI. No 3 Edisi Juni 2005. h: 1.
Antonio, Muhammad Syafi'i. 2001. Bank Syari'ah Dari Teori Ke Praktek.
Gema Insani Press bekerjasama dengan Tazkia Cendekia. Jakarta.
Arifin, Zainul. 2002. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah .
Alvabeta bekerjasama dengan Tazkia Institut. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan
Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Fauzi, Yuslam. 2001. Dukungan Bank Indonesia Di Dalam Perkembangan
Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Pustaka). Skripsi (S1).
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang.
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Peran Akuntansi Islam Dalam Mendorong
Implementasi Ekonomi Syariah. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi.
Vol. 3. No. 2. Agustus. h: 403-418.
. 2004. Bunga Rampai Ekonomi, Bisnis dan Manajemen Islami .
Edisi 2004/2005. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Hidayat, A. Lukmanul. 2005. Perbankan Syariah: Peluang, Tantangan dan
Strategi Pengembangan. BRI Syariah Kediri. Kediri.
Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L. 2003. Strategic Manajemen.
Edition 5. 1996. Addision-Wesley Publishing Company Inc.
Julianto Agung (Peterjemah). Manajemen Strategis. Andi.
Yogyakarta.
Latifah, Nur Aini. 2002. Strategi Pengembangan Perbankan Syariah Di
Indonesia. Tesis Untuk S-2. Program Pascasarjana Universitas Islam
Kadiri. Kediri.
Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syariah. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi dan
Pengendalian. Binarupa Aksara. Jakarta.
Porter, Michael E. 1993. Competitive Advantage Creating and Sustaining
Superior Performance. 1985. Agus Dharma dkk (Peterjemah).
Keunggulan Bersaing Menciptakan Dan Mempertahankan Kinerja
Unggul. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis .
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Siregar, Mulya E dan Nasirwany. 2001. Analisis Faktor-Faktor Keberhasilan
Pengembangan Perbankan Syariah (Studi Pada Perbankan Syariah di
Wilayah Jawa Timur).
Tim Pengembangan Perbankan Syari'ah Institut Bankir Indonesia, 2002, Konsep,
Produk dan Implementasi Bank Syari'ah, Jambatan bekerjasama dengan
Institut Bankir Indonesia, Jakarta
Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran. Andi. Yogyakarta.
Triyuwono, Iwan. 2000. Akuntansi Syari’ah: Implementasi Nilai Keadilan
dalam Format Metafora Amanah . Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya Malang: Seminar Nasional Akuntansi Syari’ah.
. 2000. Organisasi Dan Akuntansi Syari’ah. Cetakan Pertama.
Penerbit LkiS. Yogyakarta.
Yusanto, M. Ismail dan Widjajakusuma, M.K. 2003. Manajemen Strategis
Perspektif Syariah. Cetakan I. Penerbit Khairul Bayaan. Jakarta.
KUALITAS PELAYANAN PARAMEDIS TERHADAP KEPUASAN
PASIEN PADA RUMAH SAKIT BERSALIN DI KOTA MALANG
Oleh:
Indria Guntarayana
Abstract
Quality of Service of paramedic [at] Hospital Copy [in] Worse luck
where the Quality of Service of Nurse at home the Pain influence
Medical Service to Society. As For Influence of[is Quality of such
Service [is] Direct Evidence, Mainstay, Energy Listen carefully,
Guarantee and Empathy, Quality of the Service represent measuring
rod Satisfaction Of Medical Patient Service which have been
[done/conducted] by Nurse in responsibility and duty which its
its[his]. Therefore service to society which ought to be accepted
primaly form cannot better or [oppositely;also] on the contrary
used Research type represent type research of Korelasional, this [is]
research type very precise because this research type explain
[relation/link] [among/between] peubah-peubah [pass/through]
examination of hypothesis and in line with this research that is to
know influence from Quality of Service of Nurse to Satisfaction Of
Medical Patient Service [at] Hospital Copy Worse luck.this Type
Research [is] selected [by] because collected data come from
responder by using kuisoner that is from sampel of population for
representing population.
Pursuant to result of descriptive analysis and inferensial which have
been [done/conducted]. Hence can be pulled [by] conclusion in
response to target and problems which have been specified [by] [is]
1. Proven [is] Quality of Service with Direct Variable Evidence ( X1),
Mainstay ( X2), Energy Listen Carefully ( X3), Guarantee ( X4) and
Empathy ( [is] same X5) collectively/together ( Simultan) influence
signifikan to Satisfaction ( Y 2. Proven [is] Quality of Service with
Direct Variable Evidence ( X1), Mainstay ( X2), Energy Listen
Carefully ( X3), Guarantee ( X4) and Empathy ( X5) by parsial
influence signifikan to Satisfaction ( Y 3. Variable Mainstay ( X2) [is]
dominant variable to Medical Satisfaction [of] Hospital Copy [in]
Worse luck.
Keywords: Quality of Service of paramedic, Hospital Copy Worse,
and Satisfaction Of Medical Patient Service
Dosen Fakultas Sosial dan Politik Universitas Islam Balitar
1. Latar Belakang Permasalahan
Faktor penting dalam
keberhasilan dan kelangsungan hidup
suatu organisasi Katolik Bersalin
adalah adanya sumber daya manusia
yang memikili disiplin, berpotensi,
terampil, dan memiliki semangat yang
tinggi sehingga organisasi dapat
memperoleh Kepuasan Pasien
Pelayanan Medis yang memuaskan.
Tetapi tidak semua pegawai
mempunyai kemampuan, ketrampilan,
disiplin, dan semangat yang sesuai
dengan tujuan organisasi.
Sebagai tenaga , manusia perlu
mendapatkan perhatian dan
pengelolaan sebagaimana mestinya.
Berbeda dengan peralatan yang
digunakan dalam aktivitas organisasi
di mana Kepuasan Pasiennya dapat
diatur sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Manusia makhluk yang
sangat komplek, di mana ia
mempunyai kebutuhan, keinginan dan
perasaan yang sesungguhnya sangat
berlawanan dengan tujuan dari
Organisasi. Di samping adanya
kebutuhan yang berbeda-beda dari
setiap pegawai yang ada mereka juga
mempunyai latar belakang yang
berbeda pula. Mereka memasuki
organisasi pemerintah dengan
membawa latar belakang pendidikan,
pengalaman, kemampuan dasar dan
lain sebagainya yang berbeda dalam
berbagai tingkatan. Perbedaan yang
ada ini merupakan sumber perbedaan
kinerja perawat yang meliputi
Kepuasan Pasien, disiplin , kualitas
kinerja dan lain sebagainya.
Demikian pula para perawat
dalam Rumah Sakit Bersalin,
Kepuasan Pasien seorang perawat
sangat penting bagi suatu organisasi di
mana mereka be. Dengan mengetahui
Kepuasan Pasien dalam meningkatkan
Kualitas pelayanan kepada masyarakat
maka pihak Manajemen Rumah Sakit
dapat memberikan petunjuk tentang
Kualitas Pelayanan mereka masing-
masing, demikian juga bagi Perawat
itu sendiri dapat mengukur
sejauhmana tingkat Kepuasan Pasien
mereka dan umpan balik dari itu
adanya respon yang interaktif dari
masyarakat yang dinamis.
Berdasarkan uraian di atas
maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang
Kualitas Pelayanan paramedis pada
Rumah Sakit Bersalin di Malang di
mana Kualitas Pelayanan Perawat di
Rumah Sakit tersebut mempengaruhi
Pelayanan Medis kepada Masyarakat.
Adapun Pengaruh Kualitas Pelayanan
yang dimaksud adalah Bukti
Langsung, Kehandalan, Daya
Tanggap, Jaminan dan Empati,
Kualitas Pelayanan tersebut
merupakan tolok ukur Kepuasan
Pasien Pelayanan Medis yang telah
dilakukan oleh Perawat dalam tugas
dan tanggung jawab yang diembannya.
Oleh karena itu pelayanan kepada
masyarakat yang seharusnya diterima
dengan prima tidak bisa terwujud
dengan baik atau malah sebaliknya.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran dalam
latar belakang maka dapat dirumuskan
berbagai permasalah sebagai berikut:
3. Apakah pengaruh Kualitas
Pelayanan Perawat (Bukti
Langsung, Kehandalan, Daya
Tanggap,Jaminan dan Empati)
secara bersama sama terhadap
Kepuasan Pasien Pelayanan
Medis pada Rumah Sakit
Bersalin di Malang.
4. Apakah pengaruh Kualitas
Pelayanan Perawat (Bukti
Langsung, Kehandalan, Daya
Tanggap,Jaminan dan Empati)
secara Parsial terhadap
Kepuasan Pasien Pelayanan
Medis pada Rumah Sakit
Bersalin di Malang.
5. Variabel apa yang dominan
dan mempengaruhi Kualitas
Pelayanan Perawat (Bukti
Langsung,Kehandalan, Daya
Tanggap,Jaminan dan Empati)
terhadap Kepuasan Pasien
Pelayanan Medis pada Rumah
Sakit Bersalin di Malang.
Hipotesis
Menurut Gambar 3.3 tersebut
dapat diambil Hipotesis sebagai
berikut:
1). Diduga Variabel Bukti Langsung
(X1), Kehandalan (X2), Daya
Tanggap (X3), Jaminan (X4) dan
Empati (X5) secara bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kepuasan Pasien pada
Rumah Sakit Bersalin Malang.
2). Diduga Variabel Bukti Langsung
(X1), Kehandalan (X2), Daya
Tanggap (X3), Jaminan (X4) dan
Empati (X5) secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kepuasan Pasien pada
Rumah Sakit Bersalin Malang.
3). Diduga Variabel Kehandalan (X2)
adalah variabel yang dominan
terhadap kepuasan Pasien pada
Rumah Sakit Bersalin Malang.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
merupakan jenis penelitian
Korelasional, jenis penelitian ini
sangat tepat karena jenis penelitian ini
menjelaskan hubungan antara peubah-
peubah melalui pengujian hipotesis
dan sesuai dengan tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui pengaruh dari
Kualitas Pelayanan Perawat terhadap
Kepuasan Pasien Pelayanan Medis
pada Rumah Sakit Bersalin Malang.
Jenis penelitian ini dipilih karena
data yang dikumpulkan berasal dari
responden dengan menggunakan
kuisoner yaitu dari sampel atas
populasi untuk mewakili populasi
tersebut. Dalam usaha mengumpulkan
data, penulis menggunakan metode-
metode penelitian antara lain:
a. Angket atau Kuesioner
Adalah susunan pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia
ketahui. Adapun kelebihan kuesioner
adalah dapat disebarluaskan sesuai
keperluan pada setiap responden
dalam waktu relatif singkat dengan
mengerahkan seluruh jajaran peneliti
untuk membagikannya secara
langsung atau dikirim lewat pos ke
alamat responden
(Subagyo,1991:56).
b. Wawancara
Teknik wawancara ini dilakukan
dengan maksud untuk mendapatkan
data tambahan yang tidak dapat
diperoleh dari kuesioner, hal ini
dikarenakan data kuesioner hanya
mencakup fenomena-fenomena yang
diteliti. Wawancara ini dilakukan
kepada para karyawan.
c. Dokumenter
Adalah cara pengumpulan data yang
berasal dari laporan-laporan yang
ada hubungannya dengan data
sekunder yang mendukung
penelitian tersebut dari pihak
Manajemen Rumah Sakit.
d. Observasi
Adalah penelitian yang dilakukan
dengan pengamatan langsung
terhadap fenomena-fenomena sosial
dan gejala psikis untuk membahas
permasalahan yang ada.
Setelah data terkumpul, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan
analisa terhadap data agar di
interpretasikan. Sesuai dengan
penelitian yaitu untuk mengetahui
pengaruh peubah bebas terhadap
peubah terikat yang dilakukan
bertujuan untuk mengkaji kebenaran
hipotesis-hipotesis adalah metode
statistik yang diharapkan dapat
menentukan menerima atau menolak
hipotesis adalah:
4. Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan
statistik diperoleh hasil bahwa Nilai
Kritis dalam distribusi Fhitung dengan
tingkat signifikasi 0.05 dan degre of
freedom (Df) F sebesar 2528.360 .
Hasil perhitungan diatas dapat
dibuktikan bahwa Variabel Bukti
Langsung (X1), Kehandalan ( X2 ),
Daya Tanggap (X3), Jaminan (X4) dan
Empati (X5) secara bersama sama
(Simultan) mempengaruhi signifikan
terhadap Kepuasan (Y)
Jika ditinjau nilai F hitung
2528.360 (Sig F = 0.000ª ) nilai ini
berarti Sig F < 5% sehingga Ho yang
berbunyi “Diduga Variabel Bukti
Langsung (X1), Kehandalan (X2),
Daya Tanggap (X3), Jaminan (X4)
dan Empati (X5) secara bersama-
sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kepuasan Pasien
pada Rumah Sakit Bersalin Malang.”
, Secara statistik dapat diterima.
Sedangkan diketahui R (Koefisien
Korelasi) akan mempunyai nilai 0.998ª
atau 99 % berarti menujukkan adanya
pengaruh yang kuat antara variabel
Kualitas pelayanan terhadap Kepuasan
pasien. Sedangkan hasil dari R Square
(R²) sebesar 0.997 berarti koefisien
determinasi antara variabel Kualitas
pelayanan yakni Bukti Langsung ( X1
), Kehandalan (X2), Daya Tanggap
(X3), Jaminan (X4) dan Empati (X5)
terhadap Kepuasan (Y) sebesar 99%
dan sisanya sebesar 1 % dipengaruhi
faktor lain. Sedangkan standard error
the estimate (SEE) adalah 0.139.
berarti tingkat kesalahan yang standar
hanya 0.139 hal ini menunjukkan
bahwa tingkat akurasinya dari hasil
penelitian cukup reseprentatif.
Hubungan Bukti Langsung ( X1 )
dengan Kepuasan Pasien (Y)
Dari pembahasan diatas dapat
diketahui Variabel Bukti Langsung
(X1) berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap Kepuasan (Y).
maksud daripada berpengaruh secara
positif dan signifikan adalah
peningkatan atau sebaliknya akan
berpengaruh terhadap Kepuasan
Pasien, oleh karena itu Bukti
Langsung perlu peningkatan yang
besar untuk menunjukkan efek
kepuasan pasien yang besar pula.
Sedangkan dilihat dari nilai
signifikan t sebesar 0.000 berarti lebih
besar dari pada 0.05. Artinya variabel
Kualitas Pelayanan secara parsial
berpengaruh secara Positif dan
signifikan terhadap Kepuasan (Y).
Dari hasil Persamaan Regresi linier
Berganda memiliki nilai Regresi
sebesar 0.216, artinya Variabel Bukti
Langsung (X1) mempengaruhi
Kepuasan Pasien sebesar 21 %.
Bangunan Gedung Rumah Sakit
Bersalin di Malang yakni bahwa perlu
dikembangkan pengadaan gedung
medis dan peningkatan kebersihan
supaya tidak terjadi pandangan pasien
yang negatif dimulai dengan
memperhatikan kondisi Cat Tembok,
Atap , Kaca Jendela dan lain
sebagainya. Bila dilihat dari rata rata
skor (Mean) item sebesar 2.86 berarti
mendekati 3, hal ini menunjukkan
bahwa penilaian secara umum
terhadap Bangungan Gedung Rumah
Sakit Bersalin di Malang cukup
Bersih.
Ruang rawat inap yang bersih
akan membantu proses rehabilitasi
daripada pasienBila dilihat dari rata
rata skor (Mean) item sebesar 3.12
berarti mendekati 4, hal ini
menunjukkan bahwa penilaian
Responden secara umum memberikan
jawaban positif terhadap Ruang Rawat
Inap yang bersih. Dengan didukungan
Alat Diagnosis yang canggih bahwa
dapat membuktikan secara psikologis
bahwa kepuasan daripada pasien akan
digenapi karena pendetkesian dini
untuk mengetahui penyakit yang
diderita oleh pasien Bila dilihat dari
rata rata skor (Mean) item sebesar 3.04
berarti mendekati 3, hal ini
menunjukkan penilaian yang positif
terhadap Alat diagnosa yang canggih.
Untuk item Alat Operasi yang
canggih perlu pengembangan lebih
lanjut sesuai kebutuhan daripada
bidang paramedis, bila dimungkin
dilakukannya suatu operasi terhadap
suatu penyakit atau yang lainnya maka
pihak rumah sakit dapat memberikan
pelayanan yang intensif. Bila dilihat
dari rata rata skor (Mean) item sebesar
3.22 berarti mendekati skala 3, hal ini
menunjukkan bahwa yakni bahwa Alat
operasi yang difungsikan oleh Rumah
Sakit Bersalin di Cukup canggih
Sterilisasi peralatan medis
merupakan hal yang utama dalam
keperawatan karena. alat yang
digunakan secara terus menerus untuk
kegiatan perawatan rentan dengan
virus penyakit maka perlu adanya
sterilisasi yang higienis terhadap
peralatan medis. Bila dilihat dari
rata rata skor (Mean) item sebesar 3.52
berarti mendekati 4, hal ini
menunjukkan bahwa penilaian
Responden secara umum memberikan
jawaban positif artinya Sterilisasi
Peralatan Medis yang digunakan di
Rumah Sakit Bersalin di adalah baik
dan perlu dikembangkan lebih lanjut.
Pakaian dinas daripada
paramedis yang seragam memberikan
penilaian yang positif untuk
memberikan penampilan dan
pelayanan yang baik karena hal ini
yang membedakan antara paramedis
dan pasien untuk menjalankan fungsi
keperawatan. Bila dilihat dari rata rata
skor (Mean) item sebesar 3.28 berarti
mendekati 3, hal ini menunjukkan
bahwa Keseragaman pakaian dinas
perawat pada Rumah Sakit Bersalin di
memiliki nilai cukup baik dan perlu
diperhatikan secara dinamis.
Kerapian dokter merupakan
performa utama yang dipelukan oleh
jajaran paramedis. Hal ini
berhubungan langsung dengan
kepuasan pasien secara langsung
dikarenakan kepribadian dan
kemampuan seorang dokter
dipengaruhi oleh penampilannya untuk
membuktikan keseriusannya dalam
menangani pasien. Bila dilihat dari
rata rata skor (Mean) item sebesar 3.48
berarti mendekati skala 3 , hal ini
menunjukkan Kerapian pakain dokter
pada Rumah Sakit Bersalin di cukup
baik dan perlu diperhatikan secara
dinamis
Diatas telah disinggung bahwa
kebersihan daripada rawat inap yang
bersih dapat membantu Rehabilitasi
medis demikian pula dengan kerapian
daripada rawat inap karena kondisi
rawat inap yang rapi memberikan
Bukti Langsung untuk proses
kesembuahn. Bila dilihat dari rata
rata skor (Mean) item sebesar 3.24
berarti mendekati skala 3, hal ini
menunjukkan Kerapian ruang rawat
inap (X1.8) pada Rumah Sakit
Bersalin di di Malang adalah cukup
baik.
Alat Panggil Perawat
memberikan fungsi sarana panggilan
darurat dari pasien bila ada sesuatu
yang dibutuhkan. Alat panggil tersebut
selalu ada pada setiap instalasi rawat
inap (IRNA) dengan kompisisi 1
tempat tidur terdapat 1 Alat Panggil
Perawat. Bila dilihat dari rata rata skor
(Mean) item sebesar 3.08 berarti
mendekati 3, hal ini Alat panggil
perawat pada Rumah Sakit Bersalin di
Malang adalah cukup baik, dan perlu
perbaikan lebih lanjut bila ada
peralatan yang tidak berfungsi sebagai
mestinya
Telpon umum pada setiap
bangsal diperlukan untuk sarana
komunikasi kepada pihak luar yang
terutama kepada pihak pasien dan
keluarganya. Bila dilihat dari rata rata
skor (Mean) item sebesar 1.88 berarti
mendekati skala 2, hal ini
menunjukkan bahwa penilaian
Responden secara umum memberikan
jawaban negatif terhadap Telpon
umum pada setiap bangsal yakni
bahwa pengadaan Telpon umum pada
setiap bangsal Rumah Sakit Bersalin
di Malang kurang baik karena
dilapangan memang tidak tersedianya
telpon umum pada setiap bangsal atau
Instalasi rawat inap.
Hubungan Kehandalan ( X2 )
dengan dengan Kepuasan Pasien
(Y).
Variabel Kehandalan (X2)
dengan Kepuasan (Y), dimana dari
hasil Persamaan Regresi linier
Berganda menyatakan Variabel
Kehandalan (X2) memiliki nilai
Regresi sebesar 0.598, artinya
Variabel Kehandalan (X2)
mempengaruhi Kepuasan (Y) sebesar
59 %. Sedangkan dilihat dari Nilai
signifikan t sebesar 0.002 berarti lebih
kecil dari pada 0.05. Artinya variabel
Kualitas Pelayanan secara Parsial
signifikan berpengaruh terhadap
Kepuasan (Y).
Penanganan tindakan medis
dalam keperawatan Rumah Sakit
Bersalin di Malang melibatkan
langsung dokter spesialis. Penanganan
dilakukan dokter spesialis memberikan
kontribusi yang baik kepada para
pasien dengan harapan jika dokter
spesialis yang menangani maka akan
lebih intensif pelayanan medis dan
efekfif. Bila dilihat dari rata rata skor
(Mean) item sebesar 3.96 berarti
mendekati 4, hal ini menunjukkan
bahwa Penanganan Dokter spesialis
pada Rumah Sakit tersebut adalah baik
Kemampuan perawat sesuai
bidangnya sangat diperlukan dalam
proses keperawatan karena
mendasarkan kepada kemampuan dan
dasar pendidikan individu perawat
untuk melakukan tindakan medis.
Supaya tidak terjadi kesalahan dalam
menjalankan fungsinya. Bila dilihat
dari rata rata skor (Mean) item sebesar
4.12 berarti mendekati skala 4, hal ini
menunjukkan bahwa Kemampuan
perawat sesuai bidangnya adalah baik
dan perlu ditingkatkan kualitas
personalia keperawatan untuk lebih
progresif dalam pelayanannya.
Nilai jual ekonomis artinya
adalah tarif yang dikenakan pada
setiap pengguna jasa rumah sakit,
ukuran ekonomis merupakan sudut
pandang yang beragam dari semua
pihak, ekonomis dipandang dari segi
materi dengan nilai rupiah yang
rendah atau sebaliknya ekonomis dari
segi perawatan medis yang cepat tetapi
mahal. Keseimbangan pandangan
tersebut perlu diperhatiakan mengingat
faktor yang lain secara ekonomi terus
meningkat. Bila dilihat dari rata rata
skor (Mean) item sebesar 2.96 berarti
mendekati 3, hal ini menunjukkan
adanya Nilai jual yang ekonomis yang
baik pada Rumah Sakit Bersalin di .
Pernyataan tersebut dinilai dari sudut
keseimbangan pelayanannya dan
rehabilitasi medis yang dilakukan.
Adanya Teknologi Rehabilitasi
yang canggih seperti halnya Rontgen,
Ultrasonik system dan elektromedik
lainnya adalah sangat membantu
dalam pelaksanaan rehabilitasi medis.
Bila dilihat dari rata rata skor ( Mean )
item sebesar 4.36 berarti mendekati 4,
hal ini menunjukkan penggunaan
Tekonologi dalam membantu
rehabilitasi medis dalam Rumah Sakit
tersebut adalah baik. Hal ini
merupakan suatu kehandalan bagi
rumah sakit untuk ditingkatkan
pengadaanya dan sumberdaya
manusianya ketingkat spesialisasi.
Kecepatan proses rehabilitas
yakni dalam penanganan pasien
khususnya di instalasi rawat darurat
oleh paramedis perlu diperhatikan. Hal
ini diperlukan melihat kondisi pasien
yang perlu penanganan yang intesif
dan seksama. Bila dilihat dari rata rata
skor (Mean) item sebesar 4.38 berarti
mendekati skala 4, hal ini
menunjukkan Kecapatan proses
Rehabilitasi medis dalam Rumah Sakit
Bersalin di tersebut adalah Baik
Rentang waktu setelah
penanganan rehabiltiasi diupayakan
dengan waktu yang cepat sesuai
ukuran medis. Hal ini untuk
menghindari masa kritis dan hal hal
yang tidak diinginkan dalam hasil
daripada rehabilitasi. Bila dilihat dari
rata rata skor (Mean) item sebesar 4.14
berarti mendekati skala 4, hal ini
menunjukkan bahwa penilaian
Responden secara umum memberikan
jawaban positif terhadap penanganan
rehabilitasi medis
Penanganan penyakit yang
kritis dalam arti lain yakni penyakit
yang menular merupakan hal khusus
ditangani oleh rumah Sakit tersebut.
Hal ini menentukan sistematika
tindakan medis untuk proses
rehabilitasnya. Bila dilihat dari rata
rata skor (Mean) item sebesar 4.24
berarti terdapat pada skala 4 , hal ini
menunjukkan bahwa Penanganan
penyakit kritis pada Rumah Sakit
Bersalin di Malang adalah baik dan
terus ditingkatkan secara dinamis.
Askes adalah salah satu bentuk
bantuan bagi para pengguna jasa
kesehatan dalam proses keperawatan.
Tetapi Penggunaan Askes pada rumah
sakit tersebut kurang begitu memiliki
peran yang positif dikarenakan rumah
Sakit tersebut adalah miliki swasta.
Hal ini Bila dilihat dari rata rata skor
(Mean) item sebesar 2.84 berarti
mendekati skala 3, hal ini
menunjukkan penggunaan daripada
Askes pada Rumah Sakit Bersalin di
Malang adalah Cukup Baik.
Diharapkan kemudian hari pelayanan
tersebut perlu diadakan guna
penjangkauan masyarakat ekonomi
lemah
Administrasi yang mudah
merupakan suatu alternatif bagi
mereka yang memiliki mereka yang
kurang mampu dalam sudut
administrasi keuangan. Bila
dilihat dari rata rata skor (Mean) item
(X2.9) sebesar 4.36 berarti mendekati
skala 4, hal ini menunjukkan bahwa
kemudahan proses administrasi pada
Rumah Sakit Bersalin di Malang
adalah baik . Hal ini didukung sistem
informasi manajemen yang baik dalam
operasional pada Rumah Sakit tersebut
Bantuan kesehatan diberikan
kepada mereka yang dibawah garis
kemiskinan untuk diberikan fasilitas
kesehatan yang khusus dalam
rehabiltasi medis.Bila dilihat dari rata
rata skor (Mean) item sebesar 3.02
berarti mendekati skala 3, hal ini
menunjukkan bahwa bantuan
kesehatan pada Rumah Sakit Bersalin
di Malang adalah cukup baik dalam
pelaksanaanya.
Hubungan Daya Tanggap (X3)
dengan Kepuasan Pasien (Y)
Adanya Pengaruh antara Variabel
Daya Tanggap (X3) dengan Kepuasan
(Y), dimana dari hasil Persamaan
Regresi linier Berganda menyatakan
Variabel Daya Tanggap (X3) memiliki
nilai Regresi sebesar 0.251, artinya
Variabel Daya Tanggap (X3)
mempengaruhi Kepuasan (Y) sebesar
25 %. Sedangkan dilihat dari Nilai
signifikan t, berarti lebih besar dari
pada 0.05.. Artinya variabel Kualitas
Pelayanan secara parsial signifikan
berpengaruh terhadap Kepuasan (Y).
Orientasi pelayanan merupakan
fokus pelayanan keperawatan kepada
pasien. Bila dilihat dari rata rata skor
(Mean) item sebesar 3.82 berarti
mendekati skala 4, hal ini
menunjukkan bahwa nilai Orientasi
pelayanan pada Rumah Sakit Bersalin
di Malang adalaha baik dan perlu
ditindaklanjuti secara progresif
Meskipun demikian orientasi
pelayanan tetap memperhatikan
keadilan dalam pelayanan tanpa
membedakan strata sosial dalam
tindakan keperawatan. Bila dilihat
dari rata rata skor (Mean) item sebesar
3.74 berarti mendekati skala 4, hal ini
menunjukkan bahwa Keadilan
Pelayanan pada Rumah Sakit
Bersalin di Malang adalah baik.
Sebelum melaksanakan tugas
perlu adanya kedisiplinan perencanaan
tindakan medis. Hal ini diterapkan
kepada paramedis yang mendapati jam
kerja (Shif) baru untuk
menindaklanjuti proses keperawatan
selanjutnya. Bila dilihat dari rata rata
skor (Mean) item sebesar 3.48 berarti
mendekati skala 3, hal ini
menunjukkan bahwa Kedisiplinan
terhadap rencana tugas perawat pada
Rumah Sakit Bersalin di Malang
memimiliki nilai cukup baik.
Kecepatan diagnosa dari para
medis merupakan upaya pertama
untuk tindakan medis berikutnya.Bila
dilihat dari rata rata skor (Mean) item
sebesar 3.54 berarti mendekati skala 4,
hal ini menunjukkan bahwa Kecepatan
Diagnosa pada Rumah Sakit Bersalin
di Malang memiliki nilai baik
Tidak hanya kecepatan tetapi
kepatan dalam diagnosa untuk
menentukan jenis penyakit atau kasus
medis yang dilakukan paramedis untuk
memberikan tindakan keperawatan.
Bila dilihat dari rata rata skor (Mean)
item sebesar 3.48 berarti mendekati
skala 3, hal ini menunjukkan bahwa
Ketepatan Diagnosa pada Rumah Sakit
Bersalin di Malang memiliki nilai
cukup baik
Kecepatan Penanganan Pasien
perlu ditingkatkan dengan baik, hal ini
tolok ukur dari pada daya tanggap
daripada paramedis. Bila dilihat dari
rata rata skor (Mean) item sebesar 3.82
berarti mendekati skala 4, hal ini
menunjukkan bahwa Kecepatan dalam
menangani pasien pada Rumah Sakit
Bersalin di Malang memiliki nilai
yang Baik
Kesiagaan dalam bekerja
merupakan kesiapan paramedis dalam
proses keperawatan, jika dalam waktu
yang tak terduga perlu diadakan
tindakan medis yang mendadak tidak
perlu diragukan lagi, tetapi hal ini
perlu tingkatkan secara struktural. Bila
dilihat dari rata rata skor (Mean) item
sebesar 3.60 berarti mendekati skala 4,
hal ini menunjukkan bahwa Kesiagaan
paramedis dalam bekerja pada Rumah
Sakit Bersalin di Malang memiliki
nilai baik. Khusus yang shif malam
pada IRNA anak perlu adanya
pengawasan yang progresif .
Pengawasan medis yang
reguler diperlukan baik secara instalasi
rawat inap maupun rawat jalan. Hal ini
menunjukan kinerja paramedis dalam
rangka mengawasi perkembangan
daripada pasien. Bila dilihat dari rata
rata skor (Mean) item sebesar 3.80
berarti mendekati skala 4 , hal ini
menunjukkan bahwa Pengawasan
Medis secara reguler pada Rumah
Sakit Bersalin di Malang memiliki
nilai baik.
Pengawasan Gizi berfungsi
untuk mendukung proses rehabilitasi.
hal ini diperlukan dan diawasi secara
serius baik secara medis dan
penggunaan bahan baku yang bersih.
Bila dilihat dari rata rata skor (Mean)
item sebesar 3.72 berarti mendekati
skala 4, hal ini menunjukkan bahwa
Pengawasan Gizi pada Rumah Sakit
Bersalin di Malang memiliki nilai baik
Paramedis dalam rumah sakit
apapun harus memiliki ketelitian
dalam pelayanan. Hal ini diperlukan
untuk proses rehabilitas waktu demi
waktu selama masa keperawatan di
rumah sakit melihat perkembangan
secara reguler daripada pasien. Bila
dilihat dari rata rata skor (Mean) item
sebesar 3.70 berarti mendekati skala 4,
hal ini menunjukkan bahwa Ketelitian
dalam pelayan pada Rumah Sakit
Bersalin di Malang memiliki nilai baik
Kehadiran paramedis dalam
menjalankan tugas adalah sangat vital
sekali karena pelayanan yang prima
merupakan eksistensi dan kesiapan
daripada paramedis. Keterlambatan
kehadiran paramedis berarti tidakm
memiliki daya tanggap terhadap
pelayanan. Bila dilihat dari rata rata
skor (Mean) item sebesar 3.56 berarti
mendekati 4, hal ini menunjukkan
bahwa penilaian Responden secara
umum memberikan jawaban positif
terhadap Kehadiran paramedis yakni
bahwa kehadiran paramedis pada
Rumah Sakit Bersalin di Malang
memiliki nilai baik. Hal ini perlu
diperhatikan bila terjadi keterlambatan
dalam memenuhi jam kerja artinya
belum memenuhi daya tanggap
pelayan yang diharapkan, maka
presentasi dan kehadiran paramedis
perlu diperketat dan ditingkatkan
secara progresif.
Hubungan Jaminan ( X4 ) dengan
Kepuasan Pasien (Y)
Adanya Pengaruh antara Variabel
Jaminan (X4) dengan Kepuasan (Y),
dimana dari hasil Persamaan Regresi
linier Berganda menyatakan Variabel
Jaminan ( X4 ) memiliki nilai Regresi
sebesar 0.243, artinya Variabel
Jaminan (X4) mempengaruh
Kepuasan (Y) sebesar 24 %.
Sedangkan dilihat dari Nilai signifikan
t sebesar 0.085 berarti lebih kecil dari
pada 0.05. Artinya variabel Kualitas
Pelayanan secara parsial signifikan
berpengaruh terhadap Kepuasan (Y).
Keamanan terhadap
pengobatan para pasien baik yang
rawat inap dan rawat jalan merupakan
kepercayaan yang diberikan oleh
pengguna jasa rumah sakit atas
keamanan obat dalam proses
rehabilitasi. Hal ini memberikan
kontribusi yang kuat sekali terhadap
jaminan untuk sembuh . Bila dilihat
dari rata rata skor (Mean) item sebesar
4.06 berarti mendekati skala 4, hal ini
menunjukkan jaminan keamanan
terhadap pengobatan pada Rumah
Sakit Bersalin di Malang memiliki
nilai baik dan perlu ditingkatkan
Keamanan pelayanan sangat
diutamakan dalam proses
keperawatan, kemungkinan terjadinya
mal praktek dan keselahan tindakan
medis tidak terjadi dalam proses
keperawatan. Jaminan ini dilakukan
untuk memberikan pelayanan yang
maksimal kepada pasien, Bila dilihat
dari rata rata skor (Mean) item sebesar
4.12 berarti mendekati skala 4, hal ini
menunjukkan Jaminan keamanan
terhadap Pelayanan pada Rumah Sakit
Bersalin di Malang memiliki nilai
baik.
Untuk item Keamanan
Lingkungan memberikan rasa
ketenanagan dan kenyamanan kepada
pasien dalam paska rehabilitasi medis.
Oleh karena itu untuk menciptakan
ketenangan adanya sistem keamanan
lingkungan yang representatif yakni
penjagaan satpam 24 jam, rumah sakit
yang dikelilingi oleh tembok dengan
kawat berduri dan anggota keluarga
pasien yang membantu untuk menjaga
,Bila dilihat dari rata rata skor (Mean)
item sebesar 3.78 berarti mendekati
nilai 4, hal ini menunjukkan bahwa
Jaminan Keamanan Lingkungan pada
Rumah Sakit Bersalin di Malang
memiliki nilai baik.
Keamanan administrasi
merupakan suatu proses non medis
yang membantu kelancaran dalam
proses keperawatan dengan cara
administrasi medis, administrasi
keuangan dan administrasi
pengobatan. Dengan keamanan
adminitrasi para pasien tidak perlu
ragu untuk melakukan proses tersebut
dan tidak perlu kuatir jika terjadi
tindakan kriminalitas terhadap proses
administrasi. Bila dilihat dari rata rata
skor (Mean) item sebesar 4.06 berarti
mendekati nilai 4, hal ini menunjukkan
bahwa keamanan administrasi pada
Rumah Sakit Bersalin di Malang
memiliki nilai baik disamping
profesionalisme para karyawan juga
dilengkapi dengan sistem informasi
manajemen yang representatif.
Ketepatan waktu sembuh
adalah suatu prediksi dari akhir
perawatan medis, hal ini adalah suatu
proses yang intensif atau reguler agar
pasien segera sembuh yang
mendasarkan daripada diagnosa
paramedis dan item item yang lainnya.
Sehingga dapat dipredisksikan kapan
suatu kondisi pasien dapat sembuh.
Bila dilihat dari rata rata skor (Mean)
item sebesar 3.52 berarti mendekati
nilai 4, hal ini menunjukkan bahwa
Ketepatan sembuh pasien pada Rumah
Sakit Bersalin di Malang memiliki
nilai baik.
Perawatan yang efektif dari
paramedis akan segera memberikan
jaminan kesembuhan yang diharapkan
oleh para pasien. Hal ini biasanya
dilakukan mendasarkan kepada
diagnosa dokter dan klasifikasi
tindakan medis secara profesional.
Efektifitas perawatan berhubungan
yang positif dengan item sebelumnya
yakni ketepatan waktu sembuh. Bila
dilihat dari rata rata skor (Mean) item
sebesar 3.56 berarti mendekati skala 4,
hal ini menunjukkan bahwa perawatan
terhadap pasien yang efektif pada
Rumah Sakit Bersalin di Malang
memiliki nilai baik.
Penangan tindakan medis
dalam keperawatan Rumah Sakit
Bersalin di Malang melibatkan
langsung dokter. Penanganan
dilakukan dokter memberikan
kontribusi yang baik kepada para
pasien dengan harapan jika dokter
yang menangani maka akan lebih
intensif pelayanan medis dan efekfi.
Bila dilihat dari rata rata skor (Mean)
item sebesar 4.04 berarti mendekati
skala 4, hal ini menunjukkan bahwa
penanganan dokter pada Rumah Sakit
Bersalin di Malang memiliki nilai
baik.
Penangan para pasien dengan
cepat mengalami kesembuhan bila
ditangai dengan intensif oleh
paramedis terlebih kepada pasien yang
memiliki penyakit menular dengan
penyediaan kamar isolasi. Dengan
penanganan yang intensif berarti fokus
pelayanan paramedis kepada pasien
untuk sembuh dapat disesuaikan
dengan harapan mereka. Bila dilihat
dari rata rata skor (Mean) item sebesar
3.58 berarti mendekati skala 4, hal ini
menunjukkan bahwa pada Rumah
Sakit Bersalin di Malang semua
pasien ditangani secara intesif dengan
nilai baik.
Hubungan Empati ( X5 ) dengan
Kepuasan Pasien (Y)
Adanya Pengaruh antara Variabel
Empati (X5) dengan Kepuasan (Y),
dimana dari hasil Persamaan Regresi
linier Berganda menyatakan Variabel
Empati (X5) memiliki nilai Regresi
sebesar 0.143, artinya Variabel Empati
(X5) mempengaruhi Kepuasan (Y)
sebesar 14 %.
Sedangkan dilihat dari Nilai
signifikan t, maka Variabel Empati
(X5), dengan Nilai signifikan t sebesar
0.935 berarti lebih besar dari pada
0.05. Artinya variabel Kualitas
Pelayanan secara parsial signifikan
berpengaruh terhadap Kepuasan (Y).
Perhatian dokter kepada pasien
yang tinggi mendorong pasien
memiliki kepercayaan untuk sembuh
Bila dilihat dari rata rata skor
(Mean) item sebesar 3.86 berarti
Perhatian dari para dokter pada Rumah
Sakit Bersalin di Malang dapat dinilai
baik.Hal yang tidak jauh berbeda
perhatian dan keramahan dari pada
perawat sehingga kepuasan empati
daripada psikis pasien dapat terpenuhi.
Dengan hal ini dapat menciptakan
harmonisasi antara pasien dengan
paramedis. Bila dilihat dari rata rata
skor (Mean) item sebesar 4.06 berarti
mendekati skala 4, hal ini berarti
Perhatian dan keramahan daripada
perawat pada Rumah Sakit Bersalin di
Malang dapat dinilai baik
Dalam pemberian informasi
yang jelas dapal proses keperawatan
tentang waktu minum obat, visitasi
paramedis dan jam berkunjung
diperlukan informasi yang jelas dari
perawat supaya pasien mengerti
tindakan tindakan medis yang
diperlukan. Hal ini juga disertai
dengan tutur kata yang sopan supaya
menciptakan buah pikiran yang positif
dan saling membangun antara
paramedis dan pasien. Bila dilihat dari
rata rata skor (Mean) item skala 4, hal
ini menunjukkan bahwa Pemberian
informasi dan tutur kata paramedis
yang sopan para dokter pada Rumah
Sakit Bersalin di Malang dapat dinilai
baik.
Penilaian terhadap senyuman
adalah berbeda beda, tetapi dalam
proses keperawatan senyuman
merupakan faktor yang memiliki
dampak yang besar terhadap pasien.
Pelayanan paramedis seberat apapun
akan memberikan kontribusi sendiri
dengan senyuman dari hati yang tulus
untuk melayani. Bila dilihat dari rata
rata skor (Mean) item sebesar 3.88
berarti mendekati skala 4, hal ini
menunjukkan bahwa yakni bahwa
senyum paramedis pada Rumah Sakit
Bersalin di Malang dinilai baik
Keindahan lingkungan pasti
memberikan kesan yang positif pagi
para pengguna jasa dirumah sakit.
Keindakah lingkungan dapat
menciptakan panorama yang segar
dalam kejiwaan pasien baik. Bila
dilihat dari rata rata skor (Mean) item
sebesar 4.04 berarti mendekati skala 4,
hal ini menunjukkan bahwa keindahan
lingungan pada Rumah Sakit Bersalin
di Malang dapat dinilai baik. Dan
perlu ditingkatkan secara inovatif dan
kreatif bukanlah suatu tindakan yang
statis.
Pelayanan Pastoral merupakan
program rohani untuk memberikan
pelayanan kerohanian terhadap pasien
untuk memberikan doa dan dukungan
moral agar kesembuhan dapat terjadi.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis
deskriptif dan inferensial yang telah
dilakukan. Maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai jawaban atas
permasalahan dan tujuan yang telah
ditetapkan adalah
1. Terbukti Kualitas Pelayanan
dengan Variabel Bukti Langsung
(X1), Kehandalan (X2), Daya
Tanggap (X3), Jaminan (X4) dan
Empati (X5) secara bersama sama
(Simultan) mempengaruhi
signifikan terhadap Kepuasan (Y).
2. Terbukti Kualitas Pelayanan
dengan Variabel Bukti Langsung
(X1), Kehandalan (X2), Daya
Tanggap (X3), Jaminan (X4) dan
Empati (X5) secara parsial
mempengaruhi signifikan terhadap
Kepuasan (Y).
3. Variabel Kehandalan (X2) adalah
variabel yang dominan terhadap
Kepuasan Medis Rumah Sakit
Bersalin di Malang
Daftar Pustaka
Achsin M, 1999. Analisa Dimensi Kualitas Layanan yang mempengaruhi
Kepuasan berdasarkan Persepsi Pasien pada Rumah sakit
Muhammadiya Jawa Timur. Universitas Airlangga, Surabaya.
Adi Koesoemo,S. 1995 ; Manajemen Rumah Sakit, Cetakan Pertama, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta
Aditama Tjandra Yoga,2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Universitas
Brawijaya, Malang
Alma Buchari, 1998. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi Kedua,
Alfabeta. Bandung
Anonymous, 1996. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Edisi Kedua, Cetakan
Kelima, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan
Anonymou,1999. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Edisi Kedua, Cetakan Kelima,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan
Anonymou,1999. “Mass Hospital Survay may be Kept on Shelf ”, Journal Modern
Helat Care, Vol 30,155; 30 September, P17, Massachsetts
Arikunto, Suharsimi, 1991. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktis ,
Rineka Cipta. Jakarta
Anonymous, 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta,
Jakarta.
Anonymous,1998. Pemasaran Strategi, Alih Bahasa Lima Salim, Jilid Satu
Erlangga. Surabaya.
Anonymous,1999. Pemasaran Strategi, Alih Bahasa Lima Salim, Jilid Satu
Erlangga. Surabaya.
Anonymous,1997. Manajemen Pemasaran, Alih Bahasa Wihelmus, Jilid I, CV
Intermedia, Jakarta.
Anonymous,2001. Manajemen Pemasaran, Alih Bahasa Suranto, Buku Dua,
Salemba. Jakarta.
Anonymous,1997. Strategi Pemasaran, edisi Kedua. Cetakan Kedua. Andi Offset,
Yogyakarta
Assael H, 1987. Consumer Behavior and Marketing Action. Third Edition, Kent
Publishing, Company Boston.
Atha Sopoulos, Antreas, 2000. Cunstomer Satification cues to Support Market
Segmentation and Explain Behavior.
Azwar Azrul, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Cetakan Pertama, Edisi
Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta.
Azwar, Saifuding. 1986. Reliablitas dan Validitas suatu intepratasi dan
Komputasi, Liberty Yogyakarta.
Barry, Leonard anda Parrassuraman, 1997. Listening to The Constumer the
Consept of Seervice Quality Information system, Sloan Management
Review Spring, pp 65-76.
Bower Courtland et-al,1995; Marketing. Edisi kedua, Mac Graw hil inc. New
York. USA.
Cronin J. Josep Taylor Stefen. 1993. Measuring Service Quality, Reexamination
and Exetion ,Journal – juli, pp 55 – 68.
Cravens, David W, 1996. Pemasaran Strategi, Alih Bahasa Lima Salim, Jilid Satu
Erlangga. Surabaya.
Dharma Agus 1991. Manajemen Prestasi Kerja. CV Rajawali. Jakarta.
Dharmesta, S. Banu dan Handoko. T, 1997; Manajemen Pemasaran. Analisa
Perilaku Konsumen, Edisi Pertama ,BPFE. Yogyakarta.
Djawarto dan Subagyo 1996. Statistik Induktif, Cetakan Ketiga, BPFE.
Yogyakarta.
Engel, James F, Blauwell, Roger D Minard,1994. Perilaku Konsumen
diterjemahkan oleh Budiyanto, edisi keenam. Jilid I, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Engel, James F, Blauwell, Roger D Minard,1995. Perilaku Konsumen
diterjemahkan oleh Budiyanto, edisi keenam. Jilid II, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Eny Endah Pudjiastuti, 2000. Faktor Faktor yang mempengaruhi Kualitas
Pelayaan dan Kepuasan Pelanggan. Universitas Brawijaya, Malang.
Ferdinand , 2000. Struktural Equation, Modeling dalam penelitian Manajemen.
BP UNDIP, Semarang.
Gasper,Vincent, 1997. Kualitas Dalam Industri jasa. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Gatot Suprapto, 2003. Pengaruh Kualitas jasa terhadap Kepuasan Pelanggan
Universitas Brawijaya, Malang.
Gibson, Ivancevich, Donelly.1995. Organization. Terjemahan Agus Dharma dan
Savitri ; Organisasi Perilaku, Struktur dan Proses. Erlangga. Surabaya.
Gujarati, Damodar, 1997. ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zein.
Erlangga. Surabaya.
Garry Amstrong, 1997. dasar dasar Pemasaran, Alih Bahasa Alexander sindoro.
Jilid I, Prehallindo, Jakarta.
Kotler Philip, 1995. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi
dan pengendalian. Alih bahasa Hermawan. Salemba , Jakarta.
Kerlinger, Fred N dan Elazar J. Padahzur, 1987. Korelasi dan Analisis Regresi
berganda, Nurcahyo, Semarang.
Nazir Moh,1999. Metode Penelitian. Cetakan Ketiga, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Parrasuraman, Zetihal, Valence, Berry, 1985. Servequal. Aconseptual Model of
Service Qulity and its Implication for Future Research Journal of
marketing. Vol 49. P 41-50.
Payne Andrian, 2000. The Essence Of Service Marketing. Pemasaran Jasa, Alih
Bahasa Fandi Tjiptono, Edisi Petama. Cetakan Pertama, Andi, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik dan Keputusan Rektorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman. 1996. Prasyarat Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Cetakan pertama. Jakarta.
Santoso, Singgih dan Fandy Tjiptono, 2001. Riset Pemasaran, Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Salehuddin,1999. Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan dan Loyalitas
Pelanggan, Universitas Brawijaya, Malang.
Tjiptono Fandi, 1996. Manajemen Jasa Edisi Pertama. Cetakan Pertama, Andi
Offset, Yogyakarta.
PENGARUH PELATIHAN GURU TERHADAP PENINGKATAN
PRESTASI BELAJAR SISWA
(Studi Pada SMP Negeri 10 Kota Blitar)
Oleh:
Nurul Farida
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pelatihan
guru terhadap prestasi siswa di SMP N 10 Kota Blitar.
Untuk mengetahui apakah pelatihan pendidikan guru memberikan efek atau
pengaruh terhadap prestasi siswa, maka digunakan Uji Peringkat Bertanda
Wilcoxon (Wilcoxon’s Sign Rank Tes), prestasi siswa ini dinyatakan dalam bentuk
hasil nilai siswa sebelum guru mengikuti program pelatihan dinyatakan dengan
Xsb dan hasil nilai siswa sesudah guru mengikuti program pelatihan dinyatakan
dengan Xss.
Berdasarkan hasil Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Sign Rank
Tes), bahwa antara sebelum guru mengikuti pelatihan dan sesudah guru mengikuti
pelatihan, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup positif yaitu 37.4.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pelatihan
pendidikan terhadap guru memberikan pengaruh yang sangat positi terhadap
prestasi belajar siswa di SMP N 10 Kota Blitar.
Kata Kunci: Pelatihan guru dan prestasi belajar siswa.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar
1. Latar Belakang
Kepedulian orang terhadap
pendidikan dewasa ini sudah
meningkat. Sekarang kita dapat
menemui ratusan artikel yang berbicara
tentang peningkatan kualitas
pendidikan melalui surat kabar,
majalah, seminar dan lewat cyber atau
internet
Menerapkan dan mengarahkan
corong konsep pentingnya pendidikan
kepada anak didik di sekolah dapat
dianggap sebagai langkah yang tepat.
Namun kebijakan ini tidak berimbang
kalau guru-gurunya sendiri belum
memiliki kesadaran akan pentingnya
pendidikan. Bagaimana guru bisa
menerapkan perannya yang cukup
banyak seperti sebagai educator,
motivator, counselor, dan lain- lain-
kalau mereka tidak memiliki
kepintaran.
Dalam peningkatan mutu
pendidikan, proses pembelajaran perlu
kita tekuni dengan sungguh-sungguh
untuk meningkatkan kwalitas
sumberdaya manusia, hal ini dapat
dilaksanakan apabila suatu masalah
yang dihadapi oleh tenaga pengajar
benar-benar mau mencari solusi
sehingga mutu proses belajar mengajar
secara terus menerus tetap
dipertahankan sekaligur
mengaplikasikan dalam sebuah
pratikum pada setiap mata pelajaran.
Untuk itu perlu mencari ide-ide
pembaharua serta kerelaan setiap
pendidik, dengan demikian guru
tumbuh dan berkembang sesuai dengan
kemampuan berdasarkan profesi dan
kompetensinya. Usaha yang dapat
mendorong para siswa dan
mahasiswa menciptakan iklim
pembelajaran dengan menyelesaikan
tugas-tugasnya sampai tuntas
(mastery learning), guru merupakan
sumber belajar dan dapat belajar
dimana saja baik itu di sekolah,
kampus maupun di dunia
Usaha/Industri, dan secara aktif
siswa atau mahasiswa dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya tanpa
harus menunggu instruksi dari guru
atau dosennya. Untuk mencapai
pembelajaran yang optimal
diperlukan bahan ajar yang di desain
dan dikemas sesuai pendekatan
pembelajaran individual yang
memungkinkan para siswa dan
mahasiswa dapat gelajar sesuai
dengan potensinya. Garis-garis Besar
Program Pendidikan dan Pelatihan
yang menggambarkan pokok-pokok
materi pembelajaran (Pendidikan dan
Pelatihan) dan sebaiknya materi itu
dapat diorganisasikan seperti
membentuk Team Teching oleh para
guru atau dosen yang mempunyai
bidang keahliannya masing-masing.
Bahan ajar berupa paket-paket atau
modul yang berisi informasi yang
harus dikuasai dan dilaksanakan para
siswa untuk mencapai penguasaan
setiap materi yang diajarkan kepada
peserta didik dalam kebutuhan
kiranya alat mencukupi sesuai
praktek kompetensinya.
Dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan, maka diperlukan
berbagai terobosan, baik dalam
pengembangan kurikulum, inovasi
pembelajaran, dan pemenuhan sarana
dan prasarana pendidikan. Untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa
maka guru dituntut untuk membuat
pembelajaran menjadi lebih inovatif
yang mendorong siswa dapat belajar
secara optimal baik di dalam belajar
mandiri maupun didalam pempelajaran
di kelas. Inovasi model-model
pembelajaran sangat diperlukan dan
sangat mendesak terutama dalam
menghasilkan model pembelajaran baru
yang dapat memberikan hasil belajar
lebih baik, peningkatan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran menuju
pembaharuan. Agar pembelajaran lebih
optimal maka media pembelajaran
harus efektif dan selektif sesuai dengan
pokok bahasan yang diajarkan di dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dalam hal peningkatan mutu
pendidikan, guru juga ikut memegang
peranan penting dalam peningkatan
kualitas siswa dalam belajar, untuk itu
salah satu yang diupayakan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan
pengetahuan terhadap guru maka
dengan jalan mengikuti pelatihan-
pelatihan. Dimana guru yang
mempunyai pengetahuan dan
kemampuan akan diharapkan dapat
meningkatkan gairah belajar siswa yang
akan mempengaruhi kenaikan prestasi
siswa.
Berdasarkan kondisi tersebut maka
penulis tergerak untuk mengadakan
penelitian dengan judul ” PENGARUH
PELATIHAN GURU TERHADAP
PENINGKATAN PRESTASI
BELAJAR SISWA (Studi Pada
SMP Negeri 10 Kota Blitar)”.
2.Rumusan Masalah
Dari latarbelakang masalah
tersebut diatas, maka dapat
dirumuskan “Guru yang yang kurang
berpengetahuan, berpengalaman dan
kurang bisa menyampaikan maksud
dan tujuan materi pelajaran akan
berpengaruh terhadap menurunya
prestasi nilai siswa”.
Batasan Masalah
Agar diperoleh suatu arahan
dalam membahas permasalahan yang
ada di sekolahan, maka perlu adanya
batasan-batasan yang jelas
berdasarkan tujuan penelitian yang
penulis lakukan, yaitu pada :
1. Pengaruh pelatihan guru terhadap
prestasi nilai siswa
2. Prestasi disini adalah dalam
bentuk nilai ujian siswa sebelum
guru mengikuti pelatihan dan
sesudah guru ikut pelatihan.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa
pengaruh pelatihan terhadap
prestasi siswa
2. Untuk mengetahui seberapa
penting pelatihan itu bagi guru
itu sendiri
3. Perkembangan teknologi selalu
menuntut kemampuan dan
ketrampilan baru yang secara
kualitatif cenderung makin
meningkat.
3.Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) 10
yang beralamat di Jl. Widuri No. 213
Kota Blitar.
Penelitian yang dilakukan penulis
adalah deskriptif, yaitu penelitian
dengan sebuah obyek tertentu, suatu set
kondisi suatu sistem pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang.
Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan untuk
mendukung penelitian ini diperoleh
dari sumber di lapangan, yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang
diperoleh secara langsung dari
lokasi dengan cara wawancara
atau interview dan pengamatan
langsung di lokasi penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari pengumpulan
dokumen atau mencari informasi
yang dibutuhkan melalui data-
data yang telah tersusun dan
berkaitan erat dengan masalah
yang akan diteliti dari literatur.
Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Yaitu pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara tanya jawab
secara langsung dengan pihak-
pihak yang bersangkutan.
2. Studi pustaka
Yaitu dengan membaca dan
mempelajari buku-buku dan
tulisan-tulisan yang berhubungan
dengan masalah yang ada di
obyek yang diteliti.
3. Pengamatan/observasi
Yaitu dengan cara pengumpulan
data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung
terhadap guru-guru yang pernah
mengikuti pelatihan dan hasil
yang diperoleh terhadap prestasi
belajar siswa di Sekolah
Menengah Pertama (SMP)
Negeri 10 Kota Blitar.
4. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara pencatatan
data yang tersedia atau yang
diperoleh sendiri dari dokumen-
dokumen sekolahan atau kantor
yang dianggap perlu dan
menunjang kegiatan penelitian.
Teknik Analisa Data
Untuk mengetahui valid tidaknya
data yang kita teliti maka digunakan
metode Uji Peringkat Bertanda
Wilcoxon (wilcoxon’s sigm rank
test) dengan level siginifikan α = 5
% . Uji Peringkat Bertanda
Wilcoson ini berfungsi mengevaluasi
efek dari suatu perlakuan dan data
yang digunakan harus ordinal dan
keduanya harus berpasangan.
Langkah-langkah kerjanya sebagai
berikut :
1. Menentukan peringkat untuk tiap-
tiap beda dari pasangan data
sebelum pelatihan (Xsb) dan
sesudah pelatihan (Xss)sesuai
dengan besarnya dari yang terkecil
sampai yang terbesar tanpa
memperhatikan tanda dari beda itu.
2. Apabila ada dua atau lebih tanda
yang sama, maka peringkat untuk
tiap-tiap beda tersebut adalah
peringkat rata-rata.’Berikan tanda
positif (+) atau negatif (-) untuk
tiap-tiap beda sesuai dengan tanda
dari beda itu. bila nol abaikan saja.
3. Jumlahkan semua peringkat
bertanda positif dan semua
peringkat bertanda negatif.
4. Kemudian tanpa memperhatikan
tanda perhatikan nilai yang lebih
kecil diantara keduanya. Nilai
yang terkecil itulah sebagai T
hitung.
5. Data akan dinyatakan valid apabila
nilai Thitung lebih kecil dari Ttabel.
Untuk mengetahui signifikan tidaknya
variabel yang kita teliti yaitu sebelum
pelatihan dan sesudah adanya pelatihan
terhadap peningkatan presatsi belajar
siswa. untuk itu digunakan uji “t”.
dengan rumus :
1. Dengan melihat nilai terkecil dari
uji peringkat bertanda wilcoxon
diatas sebagi nilai t hitung.
2. Bandingkan thitung tadi dengan
nilai t dalam tabel untuk α = 5 %.
3. Saat melihat ttabel perhatikan
jumlah n
4. Kriteria uji t
Apabila thitung < ttabel maka Ho ditolak
dan H1 diterima ini berarti secara
parsial signifikan.
Apabila thitung > ttabel, maka Ho
diterima dan H1 ditolak ini berarti
secara parsial tidak signifikan.
Keputusan :
Ho : tidak ada perbedaan sebelum
pelatihan
dan sesudah pelatihan
H1 : ada perbedaan antara sebelum
pelatihan
dan sesudah pelatihan.
4.Hasil Dan Evaluasi Kegiatan
Hasil Kegiatan
Gambaran Umum
SMP Negeri 10 Kota Blitar yang
berlokasi di Jl. Widuri Nomor 213
Kelurahan Tlumpu Kecamatan
Sukorejo Kota Blitar ini berdiri pada
tahun 1989 dan beroperasi pada tahun
1990. Dan mempunyai luas tanah
7.619 m2 Status tanah Hak Pakai dan
status bangunan milik pemerintah.
SMP Negeri 10 sudah terakreditasi
dengan nilai B dan mempunyai
NSSN. 20.1.05.65.02.010. SMP
Negeri 10 Kota Blitar berada dalam
lingkungan pemukiman penduduk
yang asri, indah aman dan nyaman
untuk belajar.
Dalam melaksanakan tujuan dan
kegiatan dari SMP Negeri 10, tidak
lepas dari bantuan dan kerjasama dari
semua karyawan dan guru yang
dimiliki. Sedangkan guru yang
dimiliki oleh SMP Negeri 10 kota
Blitar adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Data Guru Mata Pelajaran
SMP Negeri 10 Kota Blitar
No Mata Pelajaran Jumlah
1 BP 2
2 Matematika 5
3 Olah Raga 2
4 Kesenian 2
5 Bahasa Inggris 4
6 PAI 4
7 Ketrampilan 2
8 BAD 1
9 Sains 2
10 PKn 4
11 Bahasa Indonesia 5
12 IPS 4
Sumber data : Bag. Tata Usaha SMP Negeri 10 Blitar
Kualifikasi Pendidikan Guru
Sedangkan kualifikasi
pendidikan guru yang dimiliki oleh
SMP Negeri 10 Kota Blitar adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.
Kualifikasi Pendidikan Guru
SMP Negeri 10 Kota Blitar
No Status Guru Tingkat Pendidikan
SLTA D1 D2 D3 S1 S2
1 Guru Tetap 1 1 36 1
2 Guru Tidak Tetap
3 Guru Bantu Sementara
Jumlah 1 1 36 1
Sumber data : Bag. Tata Usaha SMP Negeri 10 Blitar
Pelatiahan
Dalam upaya meningkatkan
pendidikan di SMP Negeri 10 Kota
Blitar ini yaitu dengan jalan menambah
kemampuan dan pengetahuan tenaga
pendidik yang dimilikinya. Salah satu
jalan yang pernah diikuti dan
dilaksanakan yaitu dengan mengirim
tenaga pengajarnya mengikuti program
pelatihan Karena dengan pelatihan
dimaksudkan dapat mengetahui
perkembangan pendidikan sesuai
dengan tuntutan teknologi yang semakin
berkembang. Tenaga pendidik yang
pernah mengkuti program pelatihan
yaitu salah satu diantaranya adalah
guru Matematika. Berikut ini adalah
data daftar nilai siswa sebelum guru
bidang studinya mengikuti pelatihan
dan setelah mengikuti pelatihan,
dengan mengambil sample 10 siswa
secara acak.
Tabel 3.
Daftar Nilai Siswa Mata Pelajaran Matematika
Sebelum Mengikuti Pelatihan
SMP Negeri 10 Kota Blitar
Siswa (n) Sebelum Pelatihan (Xsb)
1 6,20
2 6,00
3 5,00
4 7,00
5 7,00
6 6,50
7 6,80
8 6,50
9 6,00
10 5,00
Sumber data : Bag. Tata Usaha SMP Negeri 10 Kota Blitar
Tabel 4.
Daftar Nilai Siswa Mata Pelajaran Matematika
Sesudah Mengikuti Pelatihan
SMP Negeri 10 Kota Blitar
Siswa (n) Sesudah Pelatihan (Xss)
1 7.20
2 7,50
3 6,50
4 8.00
5 6,50
6 8,50
7 7,80
8 6,00
9 8,00
10 6,00
Perkembangan Sekolah
Perkembangan SMP Negeri 10
Kota Blitar selama empat (4) tahun
terakhir dapat kita lihat dalam tabel
dibawah ini :
Tabel 5.
Data Siswa
SMP Negeri 10 Kota Blitar Mata
Pelajaran
Tahun Pelajaran
2005/2006 2006/2007 2007/2008 2008/2009
Laki-laki 250 250 262 269
Perempuan 182 180 210 225
Jumlah 432 430 475 449
Sumber data : Bag. Tata Usaha SMP Negeri 10 Blitar
Pembahasan Hasil Penelitian
Untuk mengetahui seberapa
pengaruh pelatihan tehadapa
produktifitas kerja karyawan, maka
diadakan Uji Peringkat Bertanda
Wilcoxon yaitu dengan cara
mengevaluasi efek dari suatu perlakuan.
Uji Validitas
Penelitian ini yang akan
membuktikan bahwa data yang kita
teliti ini valid atau tidak. Rumus
yang digunakan adalah Uji
Peringkat Bertanda Wilcoxon
(wilcoxon’s sigm rank test) dengan level siginifikan α = 5 %.
Tabel 6.
Daftar Nilai Siswa Mata Pelajaran Matematika
SMP Negeri 10 Kota Blitar
Siswa
(n)
Sebelum
Pelatihan
(Xsb)
Sesudah
Pelatihan
(Xss)
Beda
Xss - Xsb
Peringkat Tanda Peringkat
(+) (-)
1 6,20 7.20 1 4,5 4,5
2 6,00 7,50 1,5 5 5
3 5,00 6,50 1,5 5 5
4 7,00 8.00 1 4,5 4,5
5 7,00 6,50 (-) 0,50 3 3
6 6,50 8,50 2 4,7 4,7
7 6,80 7,80 1 4,5 4,5
8 6,50 6,00 (-) 0,50 3 3
9 6,00 8,00 2 4,7 4,7
10 5,00 6,00 1 4,5 4,5
Jumlah 37,4 6
Sumber data : Data diolah
Urut Beda : 0,5 0,5 1 1 1 1 1,5 1,5 2 2
Peringkat : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rata-rata : 3 4,5 5 4,7
Thitung = 6
Berdasarkan hasil perhitungan,
Thitung = 6 dan nilai Ttabel= 8 untuk n =
10 pada α = 5% uji dua arah untuk n =
10 nilai Ttabel= 8. Jadi sejalan dengan
kaidah penerimaan dan penolakan Ho,
oleh karena Thitung = 6 lebih kecil dari
Ttabel = 8 (6 < 8), maka keputusan
menolak Ho. Kesimpulanya adalah
pelatihan guru memberikan efek yang
siginifikan terhadap peningkatan
prestasi siswa.
5.Simpulan
Dengan mengikuti program
pelatihan, para guru menjadi lebih
memahami maksud, tujuan serta tugas
pokoknya. dengan demikian mereka
akan lebih menaruh minat dan
perhatian pada bidang pekerjanya
masing-masing.
Dalam hal peningkatan mutu
pendidikan, guru juga ikut
memegang peranan penting dalam
peningkatan kualitas siswa dalam
belajar, untuk itu salah satu yang
diupayakan untuk meningkatkan
mutu pendidikan dan pengetahuan
terhadap guru maka dengan jalan
mengikuti pelatihan-pelatihan.
Dimana guru yang mempunyai
pengetahuan dan kemampuan akan
diharapkan dapat meningkatkan
gairah belajar siswa yang akan
mempengaruhi kenaikan prestasi siswa.
Khususnya mata pelajaran yang
sulit seperti matematika dan bahasa
inggris ini sangat penting sekali, karena
dengan mengikuti pelatihan diharapkan
dapat menemukan pengetahuan-
pengetahuan baru terobosan-trobosan
baru yang diharapkan siswa mempunyai
semangat dan rasa suka dan memahami
terhadap pelajaran yang disampaikan
oleh pengajarnya.
Berdasarkan hasil Uji Peringkat
Bertanda Wilcoxon (Wilcoxon’s Sign
Rank Tes), bahwa antara sebelum
guru mengikuti pelatihan dan sesudah
guru mengikuti pelatihan,
menunjukkan bahwa ada perbedaan
yang cukup positif yaitu 37.4
Berdasarkan hasil penelitian
diatas dapat disimpulkan bahwa
pelatihan pendidikan terhadap guru
sangat mempengaruhi terhadap
peningkatkan prestasi belajar siswa
di SMP N 10 Kota Blitar.
Daftar Pustaka
Arikunto S. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta, Bhineka Cipta.
Aroef, Mathias. Motivasi dan Produktifitas, Suatu Pembahasan, Naskah Tidak diterbitkan,
Dewan Produktifitas Nasional Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Amstrong, Michael, 1990, Manajemen Sumber Daya Manusia, Terjemehan PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Anwar Sanusi, SE.,M.Si, 2003, Metode Penelitian Praktis Untuk Ilmu Sosial dan Ekonomi,
Buntara Media, Malang.
Dharma Agus 1991. Manajemen Prestasi Kerja. CV Rajawali. Jakarta.
Djawarto dan Subagyo 1996. Statistik Induktif, Cetakan Ketiga, BPFE. Yogyakarta.
Dharma Agus 1991. Manajemen Prestasi Kerja. CV Rajawali. Jakarta.
Gibson, Ivancevich, Donelly.1995. Organization. Terjemahan Agus Dharma dan Savitri ;
Organisasi Perilaku, Struktur dan Proses. Erlangga. Surabaya.
Handoko T Hani, 1992, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua,
Yogyakarta , BPFE – Yogyakarta.
Hersey, Paul and Ken Blanchard, 1999, Manajemen Perilaku Organiasi : Pendayagunaan
Sumber Daya Manusia, edisi keempat Erlangga Jakarta.
Koontz, Harold, Cryll O’Donnell, and Heiz Weihrich, 1989, Manajemen, Terjemahan
Erlangga Jakarta.
M. Manullang dan Marihot Manullang, SE.,MM. 2001, Manajemen Sumber Daya
Manuasia, edisi perrtama , BPFE Yogyakarta.
Nazir Moh,1999. Metode Penelitian. Cetakan Ketiga, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Stepen P. Robbins, 2001, Perilaku Organisasi Edisi Kedelapan. (Versi Bahasa Indonesia)
PT Prenhallindo, Jakarta.
Tjiptono Fandi, 1996. Manajemen Jasa Edisi Pertama. Cetakan Pertama, Andi Offset,
Yogyakarta.
top related