akuntabilitas jurnal ilmiah ilmu-ilmu ekonomi susunan...

80
1

Upload: hoangbao

Post on 02-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

1

Page 2: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

2

AKUNTABILITAS

Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi

Susunan Personalia:

Penasehat dan Penanggung Jawab

Dekan Fakultas Ekonomi (UIB Blitar)

Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi (UIB Blitar)

Tim Penyunting Ahli

Drs. Hadi Siswanto, MM (UIB Blitar)

Prof.Dr.Teguh Budiarso,M.Pd. ( Univ.Mulawarman )

Prof. H. Armanu Thoyib, SE.,M.Sc.,Ph.D (UB Malang)

Prof.Dr.Hj. Nurhayati, SE.,MM (Unisma Malang)

Whedy Prasetyo, SE.,MSA.CPMA.Ak (Unej Jember)

Ketua Dewan Redaksi

Suprianto, SE.,MM

Dr. Denok Wahyudi S. R., ST., MM.

Wakil Dewan Redaksi

Nurul Farida, SE., MM.

Evina Kusumawati, SE., MM.

Sekretaris Dewan Redaksi

Arif Wahyudi, SE., MM.

Endah Masrunik, SE., MM.

Henni Indarriyanti, SE.

Bendahara Redaksi

Hidayatur Rahman, SE.,MM

Alamat Redaksi

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar Blitar

Jl. Majapahit No. 04 Tlp/Fax. 0342 – 813145

http:/www.uib.ac.id

Jurnal “AKUNTABILITAS” terbit 1 (satu) kali setahun pada bulan Agustus

dimaksudkan sebagai sarana publikasi karya ilmiah bagi para pakar, peneliti dan

pengamat ahli dalam bidang yang terkait dengan masalah ilmu-ilmu ekonomi.

Redaksi berhak mengubah naskah mengurangi isi dan maksud tulisan.

Page 3: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

3

PEDOMAN PENULISAN NASKAH

1. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Ekonomi Akuntabilitas Universitas Islam Balitar (UIB) Blitar ini

terbit satu kali setahun, yaitu pada setiap bulan Agustus.

2. Naskah yang diusulkan untuk diterbitkan dalam Jurnal Akuntabilitas Universitas Islam

Balitar (UIB) Blitar adalah naskah yang belum pernah diterbitkan dan atau tidak sedang

dipertimbangkan penerbitannya di jurnal lain;

3. Naskah ilmiah yang diterbitkan berupa hasil penelitian, artikel dan hasil tulisan ilmiah

lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan oleh penulisnya;

4. Naskah ilmiah ditulis dalam Bahasa Indonesia, atau dalam Bahasa Inggris;

5. Secara garis besar, naskah disusun dengan sistematika sebagai berikut ini:

a. Judul: harus singkat dan jelas sehingga menggambarkan isi tulisan serta dilengkapi

dengan nama penulis (tanpa gelar akademik) dan nama institusi tempat kerja penulis;

b. Abstrak: dalam Bahasa Inggris untuk artikel dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa

Indonesia untuk artikel berbahasa Inggris, maksimal 200 kata yang secara singkat

menggambarkan aspek-aspek isi naskah secara keseluruhan; serta Kata-kata kunci

(keywords);

c. Pendahuluan: tanpa sub bab memuat latar belakang, permasalahan, tujuan, dan hasil

yang diharapkan;

d. Tinjauan pustaka, yang berisi hasil penelitian sebelumnya, kerangka teori dan

hipotesis yang diajukan;

e. Metode: berisi langkah penelitian yang dilakukan sesuai dengan permasalahan yang

disampaikan;

f. Hasil dan pembahasan: memuat analisis hasil temuan dalam bentuk diskriptif

kuantitatif maupun kualitatif yang dapat disertai gambar, tabel, grafik disertai dengan

uraian tentang interpretasi, generalisasi, dan implikasi dari hasil yang diperoleh, serta

relevansinya dengan hasil penelitian lain yang menjadi rujukan;

g. Kesimpulan dan rekomendasi;

h. Daftar pustaka disajikan mengikuti tata cara seperti contoh berikut, disusun secara

alfabetis dan kronologis;

Contoh:

Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Peranan Akuntansi Islam Dalam Mendorong Implementasi

Ekonomi Syariah. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi Volume 3 No. 2 Agustus 2001, 403-

418. Jakarta: STIE Trisakti.

Luth, Thohir. 2001. Antara Perut dan Etos Kerja Dalam Perspektif Islam. Penerbit Gema

Insani Press. Jakarta

Wheelen,T.L.,and J.D.Hunger.2004. Strategic Management and Business Policy,Ninth

Edition Education,Inc.

6. Naskah dikirim dalam bentuk print out pada kertas ukuran Letter (kwarto), dengan spasi

tunggal (satu spasi), menggunakan pengolah kata minimal Microsoft Word versi 6.0

dengan jumlah halaman maksimal 25 lembar, sebanyak 3 eksemplar, dan dalam disk

ukuran 3 ½”. Naskah diketik mengikuti kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

7. Naskah dikirim paling lambat 2 (dua) bulan sebelum penerbitan ke alamat:

8. Naskah akan disunting, dengan kriteria penilaian meliputi: orisinalitas, memenuhi kualitas

keilmuan, kebenaran isi, kejelasan uraian, dan manfaat bagi masyarakat akademik;

9. Dewan penyunting berhak mengirim kembali naskah ke penulis untuk direvisi sesuai

dengan saran penilai atau menolak suatu naskah;

Page 4: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

4

10. Naskah yang sudah dikirim dan diputuskan untuk tidak dimuat akan dikembalikan

kepada penulis dengan disertai alasan penolakan, jika disertai dengan perangko balasan.

Page 5: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

5

TELIKUNGAN KAPITALISME GLOBAL:

UPAYA MENATA KEMBALI EKONOMI INDONESIA

Oleh:

Whedy Prasetyo

Abstract

Global capitalism appear sign two big events. First event, politics

revolution at France strive for liberty, equality, and fraternity.

Second event, is new tecnology invention in the form of steam

machine by James Watt from England, an fast promotion of

industry revolution. Two events then be born new society trade

system. Systems is expand trade new values free market

intercountry, as political liberty, formal equality under of law,

personal property at production tools, and free competition. Trade

free markets require becomes in competition seized the market

intercountry for comparative advantages.

The article is aimed at describing presence democracy economics

based entrepreneurship in front global capitalism for efforts return

to organize Indonesia economic to three economic pillar, is BUMN,

private, koperasi. Indeed, some discussions have been made in this

article about the economic presence free markets, and trade

liberalism area. Furthermore discussions for efforts to organize

Indonesia economic with presence democracy economics based

entrepreneurship.

Keywords: Global capitalism, free markets, Indonesia economic,

and democracy economics based entrepreneurship.

Pendahuluan

Upaya yang Penulis lakukan atas tumbuhnya “keterusikan” hasil

penyampaian orasi ilmiah Hidajat (2011) dalam wisuda Sarjana Strata Satu (S1)

Angkatan VI Universitas Islam Balitar (UIB) Blitar pada tanggal 14 Mei 2011.

Keberadaan negara bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari konstelasi global

internasional. Bahkan bisa dikatakan, sejarah Indonesia merupakan perpanjangan

tangan dari pertarungan kepentingan sosial, politik, ekonomi dan wacana yang

sedang berperan di dunia internasional. Tanpa mengurangi rasa hormat dan

bangga Penulis kepada negara-bangsa tercinta Indonesia dan para pendirinya,

dapat dikatakan bahwa nama Indonesia sebagai temuan linguistik-filologis dari

Dosen Jurusan Akuntansi Universitas Jember Djarot Saiful Hidajat (Mantan Walikota Blitar) dengan Judul Ideologi Pancasila versus Ideologi

Globalisasi: Pertaruhan Kebangkitan atau Kebangkrutan Indonesia di masa depan (Kajian Kritis

Pemikiran Bung karno tentang Kapitalisme Global)

Page 6: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

6

seorang ilmuan Jerman yang bernama A. Bastian. Ini berarti, setiap upaya untuk

memberikan diagnosa dan terapi atas persoalan yang terjadi di Indonesia tanpa

melihat keterkaitan dengan konstelasi global, niscaya akan menemui kegagalan.

Keberadaan yang mengakibatkan keterkaitan secara langsung khususnya ekonomi

Indonesia dengan ekonomi global melalui ideologi developmentalisme-

modernisme sebagai perpanjangan tangan kapitalisme global internasional yang

diwujudkan dalam gaya hidup (life style), tampilan-tampilan formal yang serba

material dan bercorak kebarat-baratan (Wahid, 1999:28).

Upaya negara-negara Barat dengan ideologi kapitalismenya guna

mempertahankan kepentingan di negeri-negeri dunia ketiga melalui ideologi

developmentalisme (pembangunan) ditunjukkan dalam buku karya Vandana Shiva

dalam Wahid (1999:30) yang berjudul “Bebas dari Pembangunan”, penerbit

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Di sini dijelaskan bahwa:

“pembangunan tidak lain dari sebuah proyek besar pasca zaman

penjajahan oleh bangsa asing dari negeri-negeri Utara atas bangsa-

bangsa di negeri-negeri Selatan. Proyek ini ditawarkan sebagai sebuah

model yang berlaku universal; bahwa kemajuan gaya Barat dapat pula

dicapai di semua bidang oleh negara-negara berkembang, cukup dengan

mengembangkan kaidah-kaidah ekonomi yang dikembangkan di Barat”.

Dengan cara ini negara-negara kapitalis berhasil memperkokoh

pengaruhnya di Indonesia. Hal ini terus dipelihara oleh negara kapitalis di

samping sebagai upaya mencari keuntungan secara ekonomis, juga sebagai upaya

menangkal pengaruh kekuatan komunisme internasional.

Kemunculan kapitalisme jika dilihat dari sisi historis, ditandai oleh dua

peristiwa besar. Peristiwa pertama, revolusi politik yang terjadi di Perancis, yang

secara dramatis tampak dari tuntutan; liberty (kebebasan), equality (persamaan),

dan fraternity (persaudaraan). Peristiwa kedua, yaitu penemuan teknologi baru

berupa mesin uap oleh James Watt, di Inggris, yang secara cepat mempromosikan

revolusi industri. Kedua peristiwa ini, kemudian melahirkan sebuah sistem

masyarakat baru yang disebut sistem kapitalisme. Dalam sistem ini,

dikembangkan nilai-nilai baru seperti, kebebasan politik, kesamaan formal di

bawah hukum, kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi, dan persaingan bebas

di pasar. Di bawah sistem baru inilah, Adam Smith menerjemahkan nilai-nilai

yang dianggapnya merupakan dasar teori pasar bebas, yaitu (1) kebutuhan

manusia tidak terbatas; (2) sumber-sumber ekonomi yang relatif terbatas; dan (3)

pengejaran pemenuhan maksimal kebutuhan individu yang relatif tidak terbatas.

Dari pemahaman ini kemudian lahir konsepsi yang membenarkan tentang

persaingan individu, dimana kepentingan individu yang bebas akan memperkuat

kepentingan individu bebas yang lain.

Usaha untuk menuju kemapanan pasar bebas telah dilakukan secara

massif. Sebagai contoh dapat dilihat dari tumbuh kembangnya regionalisme

ekonomi seperti Uni Eropa, NAFTA, AFTA dan berbagai blok perdagangan

lainnya, meskipun ada yang menilai bahwa regionalisme ekonomi ini justru dapat

mengancam proses globalisasi ekonomi dunia. Pasar internasional sangat

menginginkan adanya keterkaitan yang erat ekonomi nasional suatu negara

dengan negara lainnya melalui perdagangan, aliran keuangan, dan investasi asing

secara langsung melalui perusahaan-perusahaan multinasional (Stegar, 2005: 38-

39).

Page 7: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

7

Pada dasarnya pasar merupakan faktor mendasar yang harus ada dalam

kegiatan perdagangan. Pasar merupakan sebuah mekanisme yang saling terkait

antara kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi, dimana penjual dan pembeli

saling bertemu dalam satu waktu dan tempat dalam melakukan aktivitas dagang.

Namun, dibandingkan dengan abad 18 pada era munculnya industrialisasi, kini

konsep pasar mengalami perubahan yang signifikan dimana tidak ada lagi ruang

maupun bangunan fisik tempat terjadinya tukar menukar dan jual beli. Hal

demikian dipicu oleh kebutuhan mendesak untuk segera menciptakan pasar yang

semakin meluas dan tidak terikat oleh ruang yang membatasi perputaran komoditi

dan modal. Pasar tidak lagi membutuhkan ruang nyata bagi perputaran barang dan

jasa karena pasar pada masa globalisasi ekonomi telah merubahnya menjadi

perputaran kapital (modal) yang signifikan, sehingga kapital dapat bergerak

dengan cepat tanpa harus terikat dengan ruang dan batas-batas tertentu.

Pada kondisi inilah pasar mencapai titiknya yang paling mutakhir, dan hal

ini pula yang menyebabkan munculnya semangat berbagai perusahaan dan bahkan

negara untuk segera membuka ruang paling bebas bagi pasar. Dominasi industri

ini pada akhirnya memaksa negara untuk memproduksi hukum, regulasi, maupun

infrastruktur bagi beroperasinya pasar. Doktrin ini yang menjadi landasan bagi

banyak pelaku pasar, bahwa pasar bebas adalah suatu keniscayaan sejarah yang

harus hadir, sebab pasar telah samapai pada titik puncaknya, dan jika pasar tidak

diberikan ruang yang seluas-luasnya, maka hal ini bertentangan dengan fakta yang

terjadi sebab, tidak akan pernah ada persaingan bebas tanpa pasar bebas.

Ekonomi Pasar Bebas

Paham ekonomi pasar bebas secara meyakinkan mampu memberikan

kepercayaan diri yang kuat, bahwa hanya kekuasaan pasar yang bisa

mengantarkan individu, masyarakat, dan negara pada kemakmuran yang

sesungguhnya. Namun, satu hal yang harus disadari bahwa pasar yang efisien

secara optimal hanya ada sebagai konstruksi teoritis semata. Belum pernah ada

ekonomi yang benar-benar memuaskan dalam segala asumsinya, dan mungkin

tidak akan pernah ada (Korten, 2002: 46).

Terciptanya kondisi pasar bebas sangat mempengaruhi kehidupan manusia

secara keseluruhan, dimana pola pikir, pola konsumsi, hingga pola kebijakan

suatu negara seharusnya akan mendasarkan pada konteks pasar yang sedang

berkembangan disekitarnya, sehingga perpaduan antara pasar (ekonomi) dengan

negara (politik) merupakan hal yang wajar yang tidak terhindarkan. Ketika semua

aspek dalam kehidupan telah mengacu pada pasar, maka segala yang ada dalam

kehidupan merupakan komoditi yang dapat diperdagangkan.

Lebih lanjut menurut Gelinas (2003: 28-30), menyatakan bahwa pasar

terbagi menjadi dua kategori yaitu pasar nasional dan pasar global. Pasar nasional

yaitu tipe pasar yang sangat kompetitif, transparan, dan bebas dari monopoli

karena pasar tersebut berjalan di atas regulasi dan aturan hukum. Aturan legal

tersebut sangat diperlukan untuk menghindari dominasi dan monopoli oleh pelaku

pasar yang lebih kuat. Sedangkan pasar global yaitu suatu konsep dimana secara

keseluruhan mekanisme pasar dikuasai penuh oleh perusahaan transnasional,

dimana tidak ada regulasi apapun yang dapat menghambat laju pergerakan pasar.

Dalam pasar global segala hal menjadi sesuatu yang berharga atau dapat menjadi

komoditi yang diperdagangkan termasuk pendidikan, budaya, informasi,

Page 8: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

8

kesehatan, dan sebagainya. Dengan demikian, hal tersebut menuntut adanya

integrasi pasar ke dalam satu model perdagangan yaitu pasar bebas.

Keberadaan berbagai lembaga maupun kesepakatan internasional tentang

perdagangan bebas semakin menambah percepatan efektifitas ekonomi pasar.

Sebagai contoh, NAFTA di Amerika Utara telah mempercepat proses globalisasi

ekonomi pasar dikarenakan pasar telah mendapatkan legitimasinya secara legal

untuk beroperasi melintasi batas geografi. Pada akhirnya, akan tercipta suatu

kondisi dimana seluruh ruang adalah pasar, dan negara tidak mampu berbuat

untuk mengatur melainkan hanya memberikan izin kepada pasar untuk terus

beroperasi.

Kondisi yang terbukti, pada tahun 2011 terjadinya gejolak ekonomi global

akibat krisis ekonomi negara Eropa (Inggris, Perancis, Italia, Yunani), krisis

hutang dan pengangguran di Amerika Serikat. Gejolak yang sempat membuat

bursa dunia terguncang tersebut setiap saat bisa muncul lagi. Memang, bank

sentral AS lebih waspada dengan kemungkinan terjadinya kembali krisis finansial.

Bulan Agustus 2011 terjadi krisis finansial neraca keuangan AS yang berdampak

pada defisit anggaran dan hutang. Perkembangan ekonomi yang akan memberikan

dampak pada ekonomi negara berkembang, seperti Indonesia, termasuk kelompok

yang paling riskan dengan gejolak finansial tersebut (Kompas, 4 Agustus 2011).

Di sisi lain, ancaman baru yang patut diwaspadai yaitu, harga minyak yang

terus melambung. Fluktuasi harga minyak yang selain dipengaruhi faktor-faktor

ekonomi, juga sering didorong oleh situasi politik Timur Tengah. Krisis nuklir

Iran, politik pergantian pimpinan negara di Mesir dan Libya, menjadi faktor

dominan yang mempengaruhi fluktuasi harga minyak dunia saat ini. Secara

teoritis, sebagai anggota OPEC (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak)

Indonesia akan diuntungkan dengan harga minyak yang terus menaik per barel-

nya. Kenyataannya, Indonesia yaitu negara net importer minyak. Karena itu,

harga minyak yang terus berfluktuasi bakal memberikan perhatian yang dapat

mempengaruhi bagi perekonomian Indonesia.

Dua kejadian yang terjadi pada perkembangan ekonomi global tersebut

patut terus diwaspadai, sehingga pertumbuhan dalam negeri tetap sustainable

(berkelanjutan). Namun, dengan memperhatikan angka-angka kinerja ekonomi

seperti posisi neraca perdagangan, kita patut mempersiapkan lebih baik atas

ekonomi Indonesia untuk menghadapi tantangan global tersebut. Dibutuhkan

kebijakan strategis, terencana, dan visioner untuk dapat membawa ekonomi dalam

negeri berjalan lebih cepat dan tetap di dalam koridor perencanaan dalam

menghadapi ekonomi global.

Jeratan Liberalisasi Perdagangan

Perdagangan bebas merupakan salah satu mekanisme dalam mazhab

ekonomi neoliberal untuk menciptakan kesejahteraan. Kepercayaan akan

perdagangan bebas dalam membawa kemakmuran selalu dirujukkan pada

keberhasilan ekonomi negara-negara industri yang melakukan perdagangan dalam

skala massif hingga menghasilkan keuntungan yang besar. Kaum kapitalis

percaya bahwa setiap negara harus melakukan perdagangan untuk mencapai

efisiensi daripada harus melakukan produksi sendiri terhadap segala jenis

kebutuhan yang diperlukan. Perdagangan semacam ini didasarkan pada teori

Page 9: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

9

keunggulan komparatif yang mempercayai bahwa setiap negara memiliki

keunggulan masing-masing yang tidak dimiliki oleh yang lain.

Kunggulan ini dianggap akan menciptakan efisiensi dan efektifitas, jika

setiap negara saling bertukar dalam suatu perdagangan atas keunggulan yang

mereka miliki. Negara yang memiliki produk pertanian yang berlimpah dianggap

tidak perlu melakukan industrialisasi untuk memenuhi kebutuhan lainnya, seperti

pakaian, alat-alat rumah tangga, sebab kebutuhan atas hal tersebut dapat dipenuhi

oleh negara lain yang memiliki keunggulan komparatif tersebut, dan begitu pula

sebaliknya. Akhir dari pemahaman ini, yaitu akan terbentuknya spesialisasi kerja

internasional yang kemudian akan menciptakan efisiensi kehidupan manusia

dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Asumsi ini memberikan

pemahaman bahwa perdagangan internasional pasti akan memberikan keuntungan

yang adil bagi semua pihak, meskipun ternyata dalam perkembangannya tidak

demikian.

Teori perdagangan ini menjadi dasar pembenaran atas proses perdagangan

bebas yang sedang berlangsung. Perdagangan bebas diyakini akan menciptakan

kesejahteraan yang merata bagi semua orang dan negara, sebab perdagangan itu

dilakukan atas dasar saling membutuhkan yang didasarkan pada spesialisasi kerja

dan produksi.

Asumsi perdagangan yang berdasarkan pada keunggulan komparatif

tersebut tidak sepenuhnya benar. Perdagangan seperti ini justru membuat negara-

negara agraris semakin tertinggal dengan sedikit atas keberadaan negara industri.

Pola saling menguntungkan dalam sebuah perdagangan tidak terjadi, sebab negara

agraris melakukan impor dengan nilai yang lebih besar daripada nilai ekspornya.

Teori ini pun mengalami inkonsistensi dari sebagian besar negara-negara maju

yang kini sedang melakukan industrialisasi dalam berbagi produk yang

sebelumnya bukan merupakan keunggulan komparatif negara tersebut. Sebagian

negara maju kini menguasai hampir keseluruhan perdagangan, sehingga

keuntungan hanya mengalir deras ke negara-negara tersebut.

Pola perdagangan seperti ini, menurut Penulis hanya akan membuat negara

dengan produktifitas rendah semakin tertekan dalam konstelasi perdagangan

dunia. Langkah yang seharusnya diambil oleh negara berkembang, yaitu bergerak

menuju tahap industrialisasi dengan prinsip kemandirian atau industri yang

didukung oleh kekuatan yang dimiliki sendiri. Langkah ini dapat diawali dengan

melakukan produksi atas barang-barang yang selama ini di dapat melalui impor.

Melakukan produksi substitusi impor sangat penting bagi negara berkembang,

setidaknya untuk dua asumsi utama yang dituju, yaitu untuk mengimbangi neraca

perdagangan yang biasanya cenderung negatif, dan dalam jangka panjang untuk

memantapkan struktur produksi yang lebih kokoh. Satu hal yang perlu

diperhatikan, yaitu bahwa meningkatkan industrialisasi di negara berkembang

terutama yang berbasiskan pada agraria, bukan berarti meninggalkan sektor

agraria dan beralih kepada industri sepenuhnya, melainkan produksi produk-

produk pertanian yang telah menjadi keunggulan komparatif tersebut tidak lagi

dijadikan sebagai satu-satunya produk andalan yang diperdagangkan. Produk

pertanian tersebut seharusnya cukup dijadikan sebagai penunjang utama

kebutuhan pokok masyarakat dalam negeri. Jika negara berkembang masih

melakukan perdagangan dengan ekspor bahan mentah dan kemudian melakukan

Page 10: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

10

impor barang-barang jadi, maka predikat negara ketertinggalan akan selamanya

melekat pada negara berkembang tersebut.

Dalam perdagangan bebas hambatan dan batas-batas negara tidak lagi

relevan. Apapun barang dan jasa yang diperdagangkan harus dilakukan secara

terbuka dengan mengikuti mekanisme pasar. Pada posisi inilah sejumlah masalah

timbul bagi negara berkembang. Upaya melakukan substitusi impor pasti akan

mengalami berbagai kendala. Perdagangan bebas menghendaki terjadinya

kompetisi dalam memperebutkan pasar. Industri substitusi di negara berkembang

secara normatif akan sulit melawan supremasi industri besar yang telah

melaksanakan terlebih dahulu. Dalam kondisi seperti ini, industri baru (infant

industry) harus mendapatkan proteksi dari persaingan bebas yang tanpa hambatan.

Dengan berpegang pada prinsip bahwa bersaing harus dilakukan oleh dua atau

lebih sektor yang seimbang, maka proteksi harus dilakukan melalui jalinan

kerjasama antar negara dengan membangun satu paket kebijakan industri yang

memungkinkan industri domestik untuk terus berkembang.

Konsep penjelasan atas liberalisasi perdagangan memberikan sebuah

kajian pencapaian pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, tetapi tidak untuk

pemerataan, sehingga rakyat miskin selamanya akan berperan sebagai konsumen

dan sekaligus korban dari mekanisme perdagangan seperti ini. Pertumbuhan

ekonomi tinggi tidak memiliki korelasi atau hubungan untuk dapat dapat

menciptakan kesejahteraan masyarakat, karena rakyat tidak dapat menikmati

pertumbuhan tersebut. Maka dari itulah, menurut Penulis perlu dilakukan

pemerataan oleh negara agar kesejahteraan dapat terdistribusikan ke seluruh

masyarakat di perkotaan maupun desa. Asumsi yang menyatakan, bahwa

perdagangan bebas yang sangat kompetitif akan menciptakan harga-harga barang

dan jasa yang relatif murah ternyata tidak terbukti, sebab harga tidak sepenuhnya

ditentukan oleh mekanisme pasar, tetapi juga dipengaruhi oleh pola produksi dan

distribusi yang dikendalikan oleh industri besar. Meskipun sebaliknya jika asumsi

itu disetujui bahwa harga akan menjadi relatif murah, masyarakat tetap akan

menjadi korban, sebab akan dipenuhi oleh tawaran berbagai produk yang akan

menciptakan budaya konsumtif di dalam masyarakat miskin. Dengan demikian,

skema perdagangan bebas tidak hanya menguntungkan para pemilik modal,

namun juga menghilangkan produktifitas rakyat miskin (Maulana, 2010: 35-36).

Lebih lanjut menurut Swasono (2006), menjelaskan bahwa kaidah

perdagangan bebas telah mengikis moral dan etika dalam pemikiran ekonomi,

serta mengabaikan keterbatasan pasar, mengabaikan kegagalan-kegagalan inheren

pasar. Makin tajam ketimpangan struktural (sebagaimana di negara-negara

berkembang) makin tidak mempan keampuhan mekanisme pasar. Pasar adalah

pelayan yang rajin bagi si kaya, namun tidak peduli terhadap si miskin, di sinilah

terletak kegagalan ekonomi dan sekaligus kegagalan moral. Pesan imperatif

konstitusi kita kini makin mengundang simpati baru dan pula makin memperoleh

justifikasi akademis dalam pemikiran ekonomi. Kita mencatat sudah empat kali

ditegaskan tentang berakhirnya ide pasar bebas (the end of laissez faire)

sebagaimana dikemukakan Keynes (1936); Polanyi (1944); Myrdal dkk (1960-

1970); dan Kuttner dkk (1990-2005). Kondisi perdagangan bebas telah membuat

ilmu ekonomi seolah-olah hanya merupakan ilmu yang menciptakan pertumbuhan

ekonomi. Memang demikian itulah ekonomi neo-klasikal liberalistik berdasarkan

paham fundamentalisme pasar.

Page 11: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

11

Ilmu ekonomi merupakan ilmu untuk meningkatkan kesejahteraan sosial

secara berkesinambungan untuk mengemban tugas humanisasi. Dalam konteks ini

pendekatan pembangunan haruslah partisipatori dan sekaligus emansipatori.

Artinya, rakyat miskin harus senantiasa terbawa-serta dalam setiap kemajuan,

pembangunan supermarket dan mal harus membawa serta para pedagang

informal. Pembangunan tak menggusur rakyat miskin, tetapi menggusur

kemiskinan.

Itulah sebabnya kaum strukturalis penentang fundamentalisme pasar

menegaskan definisi baru: pembangunan adalah perluasan kemampuan rakyat dan

peningkatan pemilikan (entitlements) rakyat (Sen, 1982); juga, pembangunan

yaitu perluasan kreativitas rakyat (Chakravarty, 1984). Pembangunan adalah

pemberdayaan rakyat, bukan pelumpuhan dan penggusuran, bukan pula

pemiskinan rakyat (dalam Swasono, 2006).

Menata Pilar Ekonomi Indonesia Indonesia memiliki tiga pilar ekonomi, yaitu BUMN, swasta, dan koperasi.

Ketiga pilar ekonomi ini merupakan infrastruktur perekonomian Indonesia, sesuai

Pasal 33 UUD 1945. Idealnya, ketiganya tertata sesuai cita-cita untuk apa negara

ini didirikan. Karena itu, ketiganya harus menjadi pilar sistem perekonomian

sebagai manifestasi usaha bersama atas asas kekeluargaan. Ketiganya harus

mampu mewujudkan cita-cita, bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi

negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara.

Ketiga pilar itu harus mampu mewujudkan bumi, air, dan kekayaan alam

yang terkandung didalamnya dikuasai negara dan digunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat. Semuanya diselenggarakan atas demokrasi ekonomi, dengan

prinsip kebersamaan, efisien, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

kemandirian, serta dengan menjaga kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Itulah pesan konstitusi Republik Indonesia, sehingga apabila ada salah satu pilar

ekonomi terjadi perbaikan dan pembenahan haruslah sesuai amanat tersebut dan

tidak terlepas dari perbaikan dan pembenahan dua pilar perekonomian Indonesia

lainnya.

Namun, kondisi tiga pilar perekonomian Indonesia dewasa tersebut sampai

saat ini, belum berjalan sesuai amanat kemerdekaan. Bahkan mungkin telah

menyimpang dari prinsip-prinsip perekonomian sebagaimana dikemukakan di

atas. Keberadaan BUMN yang ada sampai saat ini tidak mampu untuk

menyelenggarakan penguasaan bumi, air, dan kekayaan alam Indonesia, dari

sekedar penggelolaan air (minum) sampai minyak. Hajat hidup orang banyak

direbut atau dikuasai penyelenggaraannya oleh asing. Dunia usaha swasta kita

justru lebih berupaya untuk menuju kearah konglomerasi, kepemilikan perorangan

dan tidak mengindahkan prinsip kebersamaan, sementara koperasi kita sulit

berkembang.

Cita-cita kemandirian, dengan demokrasi ekonomi, terwujudnya keadilan

sosial menjadi kian jauh. Benar, kita telah menikmati pertumbuhan ekonomi,

tetapi kemiskinan justru bertambah. Inilah indikasi kian lebarnya kesenjangan

sosial. Pertumbuhan yang kita nikmati tidak terbagi dan merata dalam semua

tingkatan masyarakat Indonesia. Karena itu wajar, banyak kritik ditujukan kepada

Inspirasi Penulis atas kajian penulisan Sulastomo (Koordinator Gerakan Jalan Lurus) dengan

topik “Menata Kembali Pilar Ekonomi Indonesia” 12 Januari 2008

Page 12: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

12

keberadaan BUMN yang dimiliki. Selain dianggap keberadaan dan perannya

sebagai “sapi perah dan gerbong politik” departemen terkait dan penguasa, tidak

efisien, dan tidak profesional, sehingga peran BUMN tidak lagi sesuai dengan

Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Bidang usahanya juga amat luas,

dari farmasi, minyak, batubara sampai hotel dan supermarket, selain itu juga

sering tumpang tindih sehingga tidak ekonomis.

Pada sektor swasta, dengan berbagai fasilitas yang dinikmati,

konglomerasi tumbuh cepat, meskipun keberadaannya amat rawan. Saat Indonesia

diterpa krisis ekonomi (1998), sektor swasta justru punya andil besar terjadinya

krisis, dengan hutang-hutang luar negerinya. Program BLBI yang dimaksudkan

untuk mengatasi krsis, diselewengkan oleh para konglomerat pada sektor swasta

sehingga timbul korupsi dan kegagalan penyelenggaraan atas penggunaan bantuan

tersebut.

Keberadaan koperasi yang ada saat ini, lebih pada ketidakmampuan untuk

berkembang berkompetisi dengan perkembangan lingkungan ekonomi, bahkan

ada yang keberadaannya justru mengemban citra buruk, disebabkan tidak mampu

memegang amanah bantuan yang diberikan pemerintah. Selain itu juga terdapat

kritikan bahwa keberadaannya hanya sebagai lembaga sosial dan bisnis bukan

lembaga ekonomi yang mampu mewujudkan kesejahteraan anggotanya, sehingga

menjadi beban bagi masyarakat maupun negara.

Untuk dapat menata pilar ekonomi Indonesia, mungkin dapat diawali

dengan mempertanyakan fungsi dalam mewujudkan sistem perekonomian,

sehingga ketiga pilar ekonomi tersebut harus berjalan sesuai dengan prinsip yang

terkandung pada Pasal 33 UUD 1945. Keberadaan BUMN perlu ditata kembali

untuk tidak terlalu banyak (misalnya pada sektor farmasi ada tiga BUMN yang

bersaing di pasar). Selain itu, juga perlu dilakukan langkah revitalisasi ke arah

pengelolaan yang amanah dan profesional, sehingga pemilihan direktur BUMN

sesuai dengan kapasitas yang dimiliki bukan atas kepentingan. Fungsinya lebih

untuk diarahkan pada pengelolaan bumi, air, kekayaan alam, dan hajat hidup

orang banyak. Sebab, bumi, air dan sumber alam yang terkandung di tanah air

Indonesia merupakan kekayaan milik bangsa, sehingga harus dapat dimanfaatkan

bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat bukan perseorangan ataupun kelompok,

dan tidak boleh keuntungannya justru lebih dinikmati bangsa lain.

Memenuhi hajat hidup orang banyak yaitu merupakan amanat

kemerdekaan, cita-cita buat apa negara didirikan, sehingga harus menjadi

tanggung jawab negara. Jika hajat hidup orang banyak (misalnya kesehatan,

pendidikan, transportasi rakyat) diserahkan kepada mekanisme pasar, akan

menjadi beban berat bagi rakyat. Disinilah kehadiran Badan Layanan Umum

(BLU) diperlukan. Selebihnya diprivatisasi atau dijual, sebagian dilakukan

penggabungan (merger) misalnya untuk BUMN yang bergerak dalam bidang

usaha yang sama. Dengan fungsi seperti itu, jika diperlukan bisa mendapatkan

langkah subsidi misalnya yang terkait hajat hidup orang banyak. Konsekuensi atas

langkah subsidi tersebut, maka usaha yang terkait peran BUMN dan BLU, baik

swasta asing maupun domestik, seharusnya dibatasi, ditekan serendah mungkin,

atau bahkan tidak diizikan.

Peran swasta selayaknya diarahkan lebih pada kepemilikan bersama,

misalnya melalui koperasi karyawan perusahaan terkait. Kepemilikan perorangan,

selain membuka peluang tumbuhnya kesenjangan kaya-miskin, juga risiko

Page 13: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

13

penyalahgunaan kemudahan yang diberikan pemerintah, misalnya persoalan

BLBI, Bank Mutiara (Century). Sebaliknya, dengan kepemilikan karyawan tempat

kerja, akan tumbuh mekanisme kontrol internal terhadap kemungkinan

penyalahgunaan. Perusahaan juga kian meningkatkan daya kompetisinya, selain

akan menjamin tumbuhnya prinsip kebersamaan dan terwujudnya keadilan sosial.

Koperasi dikembangkan pada usaha sejenis dan disesuaikan dengan

lingkungan ekonomi masyarakat (cluster), termasuk di lingkungan usaha mikro,

kecil dan menengah (UMKM). Kredit mikro, yang selama ini diberikan pada

UMKM, selayaknya juga dapat diberikan pada kelompok usaha sejenis agar tetap

eksis dan berkembang. Model Muhammad Yunus di Banglades dengan Bank

Garment-nya pada dasarnya adalah merupakan upaya pembinaan kelompok usaha

mikro dengan pendekatan usaha sejenis (koperasi).

Dengan perkembangan ekonomi global yang semakin mempengaruhi

seluruh perekonomian Indonesia, sebab kita tidak mungkin keluar dari telikungan

kapitalisme global karena Indonesia telah ikut menjadi penandatangan APEC,

Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (CAFTA) dan telah pula terdaftar

sebagai anggota organisasi perdagangan dunia WTO maupun OPEC, terasa tidak

mudah menata kembali ketiga pilar ekonomi tersebut sesuai dengan amanat UUD

1945. Selain disebabkan penyimpangan, juga kepentingan asing yang selalu

menuntut kemudahan investasi, dari usaha supermarket sampai usaha yang terkait

dengan kekayaan bumi, air, dan sumber daya alam. Bahkan, yang terkait dengan

hajat hidup orang banyak, misalnya pendidikan dan kesehatan. Kondisi yang

menuntut kesabaran, ketahanan dan kemampuan daya saing, sehingga kita perlu

untuk menyepakati kembali the road map, peta jalan yang harus dilalui dalam

mewujudkan cita-cita untuk apa negara ini didirikan, merumuskan kepentingan

kolektif nasional dengan melihat potret besar konstelasi ekonomi internasional

sebagai acuan, dengan tetap menjadikan kepentingan dan cita-cita kemerdekaan

bangsa sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 sebagai titik pijak

bersama agar kita bisa mandiri untuk dapat mampu menerima keberadaan

kapitalisme global secara sadar, kritis dan cerdas.

Secara konseptual ada beberapa model ekonomi yang saat ini berkembang

di dunia, seperti bentuk welfare-state yang diterapkan Eropa Barat dataran, the

third-way yang diterapkan Inggris, sosialisme-pasar yang diterapkan Cina dengan

pola satu negara dua sistem, kapitalisme-retail yang diterapkan India dan lain

sebagainya (Wahid. 1999: 41). Semua konsep dan model yang bisa dipilih untuk

dapat menjawab tantangan berat yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Semua

terpulang kembali pada setiap elemen dari warga negara Indonesia untuk

menentukan pilihan, sudah tentu dengan memperhitungkan pula keberadaan

sumber daya alam dan manusia, keadaan geografi, demografi, kultur, sistem nilai,

kondisi sosial dan infrastruktur yang ada.

Akhirnya sebagai bahan perenungan, bukankah kita sudah memiliki

konsep motivasi luhur melalui ekonomi kerakyatan dengan dari, untuk dan oleh

rakyat. Dasar ekonomi kerakyatan yang lebih didasarkan pada kondisi dasar yang

dimiliki negara kita Indonesia yaitu usaha bersama yang dikerjakan berdasarkan

atas asas kekeluargaan, dengan kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan

kemakmuran orang-seorang, sebagaimana termaktub dalam Pasal 27 ayat 2, Pasal

33 dan Pasal 34 UUD 1945 (Arief, 2001: 53-54). Karakter utama ekonomi

Page 14: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

14

kerakyatan (demokrasi ekonomi) pada dasarnya terletak pada dihilangkannya

watak individualistis dan kapitalistis dari wajah perekonomian Indonesia.

Ekonomi kerakyatan sebagai prinsip penyelenggaraan ekonomi Indonesia

dengan prinsip kewirausahaan, prinsip kewirausahaan itu dengan sendirinya tidak

hanya memiliki kedudukan penting dalam menentukan corak sistem

perekonomian yang harus diselenggarakan oleh pemerintah pada tingkat makro.

namun juga memiliki kedudukan yang sangat penting dalam menentukan corak

perusahaan yang seharusnya dikembangkan pada tingkat mikro. Penegakan

kedaulatan ekonomi rakyat dan pengutamaan kemakmuran masyarakat di atas

kemakmuran orang-seorang, hanya dapat dilakukan dengan menerapkan dan

mengamalkan prinsip tersebut.

Hadirnya Ekonomi Kerakyatan Berprinsip Kewirausahaan

Untuk mempermudah pemahaman tentang ekonomi kerakyatan perlu

dijabarkan ke dalam ciri-ciri ekonomi kerakyatan, dan apa bedanya dengan

ekonomi neo-liberal atau neo-liberalisme. Juga apa keuntungan dengan ekonomi

kerakyatan, atau apa kerugiaan dengan ekonomi neo-liberalisme. Menurut

Mubyarto (2000: 239), menjelaskan bahwa ekonomi kerakyatan merupakan istilah

yang relatif baru, yang dipopulerkan untuk “menggantikan” istilah ekonomi

rakyat yang konotasinya dianggap negatif dan bersifat “diskriminatif”. Negatif

karena didikotomikan (dilawankan) dengan ekonomi konglomerat, dan

diskriminatif karena “didisain” untuk terang-terangan memihak pada salah satu

sektor atau strata ekonomi tertentu yaitu golongan ekonomi lemah, atau rakyat

kecil.

Lebih lanjut pengertian ekonomi kerakyatan tersebut menurut Syafei

(2009), menjelaskan bahwa ekonomi kerakyatan mungkin suatu faham yang

bertujuan untuk memenuhi kepentingan rakyat baik sebagai tenaga produktif yang

memerlukan lapangan pekerjaan, sebagai pengusaha, maupun sebagai konsumen.

Kalau pengertian ekonomi kerakyatan seperti itu, maka tidak terbatas pada usaha-

usaha rakyat seperti Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saja dengan

organisasi koperasi dan non-koperasi, tetapi termasuk perusahaan-perusahaan

swasta nasional dengan skala besar, termasuk perusahaan-perusahaan asing yang

berada di Indonesia, dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai negara untuk

melaksanakan tanggung jawab sosialnya, atau yang dikenal dengan Corporate

Social Responsibility (CSR) dalam bingkai kearifan Pedoman, Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (P4) atas kehadiran 36 butirnya (mewujudkan CSR P4).

Permasalahnya, bagaimana para penguasa negara, dapat membawa semua

perusahaan-perusahaan ini kepada kepentingan rakyat.

Pengertian seperti tersebut di atas sebenarnya sudah disebutkan dengan

jelas dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 1, 2, 3 dan 4. Dukungan dasar kekuatan

hukum yang tetap tersebut, selanjutnya upaya dalam penjelasannya atas ciri-ciri

atau indikator-indikatornya, yang mudah dimengerti oleh rakyat yang paling

awam sekalipun atas gagasan kehadiran konsep ekonomi kerakyatan. Apa yang

dinamakan ekonomi kerakyatan atau lebih tepat usaha-usaha masyarakat dalam

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dari

basis ekonomi nasional, yang dapat tumbuh apabila basis ekonomi keseluruhan

berhasil dibangun. Sebaliknya basis ekonomi nasional tidak mungkin berhasil

dibangun apabila tidak menyertakan pembanguan ekonomi masyarakat. Dalam

Page 15: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

15

membangun ekonomi masyarakat tidak mungkin dicapai kalau hanya dipakai

faktor-faktor ekonomi saja. Di sini justru faktor-faktor non-ekonomi seperti rasa

nasionalisme, terutama bagi para pemimpin, dan juga menghindari semangat

konsumerisme bagi rakyat banyak akan sangat menentukan.

Bagaimana mungkin gagasan gunakan produk hasil produksi dalam

negeri, atau hasil produksi dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

kalau rasa nasionalisme sudah luntur dan rakyat sudah terjebak pada semangat

konsumerisme terutama pada produk-produk impor. Itu bukan salahnya rakyat

sebagai konsumen kalau tidak memakai produk dalam negeri, karena kita sudah

terlalu jauh masuk dalam pasar bebas, dan selama ini tidak ada proteksi terhadap

industri dalam negeri. Produk-produk impor seperti; pakaian, sepatu, makanan,

buah-buahan bahkan sampai mainan anak-anak sudah biasa digunakan oleh

masyarakat kita.

Membangun UMKM, misalnya, sebagai sektor ekonomi yang langsung

dimiliki oleh rakyat, tidaklah sederhana, tidak cukup hanya dengan menjamin

kredit untuk usaha-usaha mereka. Masalah pemasaran, produksi dengan standar

kualitas ekspor, semangat kewirausahaan, organisasi koperasi atau non-koperasi,

manajemen, keterampilan, adalah masalah-masalah yang tidak mudah diatasi

dalam praktik usaha (bisnis). Semua ini tidak mungkin diatasi tanpa bantuan dan

fasilitas dari negara, baik dalam peraturan perundangan, keuangan (finansial), dan

sumber daya manusia yang berkualitas.

Kewirausahaan, yang harus dimilki oleh UMKM, bukanlah mendirikan

perusahaan kecil yang dikelola sendiri dengan modal sendiri. Kewirausahaan

adalah kemampuan untuk mneningkatkan sumber-sumber daya yang tidak

produktif menjadi produktif, dan ada peluang pasar yang besar, dilakukan dengan

kemampuan (ability) dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang

dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat, dan proses,

serta kepribadian tangguh menciptakan ide dan peluang dalam semangat jiwa dan

sikap kewirausahaan (Prasetyo, 2009: 3). Manajemen dalam UMKM dapat

dilakukan dengan mengorganisasi diri dalam bentuk organisasi koperasi atau non-

koperasi, yang merupakan suatu organisasi modern, dikelola secara modern.

UMKM dalam bentuk perusahaan perorangan tidak akan kuat dalam menghadapi

persaingan global.

Lebih lanjut menurut Mubyarto (2000: 245-255), menjelaskan bahwa

persaingan globalisasi yang makin kompetitif dituntut peningkatan daya saing

ekonomi nasional mutlak dibutuhkan dan tak mungkin ditawar-tawar lagi.

Diterapkannya sistem ekonomi kerakyatan, yaitu yang demokratis dan benar-

benar sesuai dengan sistem nilai bangsa Indonesia (sistem ekonomi atau aturan

main yang kita buat sendiri) tentunya memberikan peluang bahwa aturan main itu

lebih sesuai dan lebih tepat bagi bangsa Indonesia dalam upaya mewujudkan

keadilan sosial bagi rakyat Indonesia. “Mengapa dalam suasana globalisasi kita

justru harus bertumpu pada ekonomi rakyat yang sudah jelas tertinggal dan rendah

efisiensinya?”. Adalah pertanyaan yang sangat salah untuk menjadikan persaingan

bebas secara global sebagai tujuan. Yang lebih penting dalam pembangunan

nasional adalah mewujudkan ketahanan nasional yang kuat dan tangguh yang

sudah terbukti, dalam pemahaman bahwa tidak dapat diandalkan pada sejumlah

kecil pengusaha konglomerat, tetapi justru harus mengandalkan kekuatan dan

ketahanan ekonomi rakyat.

Page 16: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

16

Jika dalam krisis ekonomi yang pernah berlangsung, membuktikan bahwa

ekonomi rakyat terbukti tahan banting dan banyak yang justru dapat lebih

berkembang, maka jika kita berhasil memberdayakannya, ketahanan ekonomi

nasional akan lebih kuat dan lebih tangguh lagi di masa depan (Mubyarto, 2000:

255). Ketahanan ekonomi nasional dicapai dengan terus mampu untuk

menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif, tujuannya agar dapat

menyumbang pada penciptaan lapangan pekerjaan, pendapatan masyarakat, dan

pertumbuhan ekonomi. Kehadiran UMKM telah terbukti mampu menciptakan

lapangan pekerjaan di semua sektor ekonomi. Dengan demikian, apabila masih

diteruskannya pelaksanaan konsep ekonomi neo-liberal atau neo-liberalisme

terutama dalam era reformasi ini, pasti akan menimbulkan biaya sosial yang lebih

besar lagi, tidak saja opportunity cost of growth, tetapi biaya-biaya sosial lainnya

(Syafei, 2009a). Akhirnya apa yang termaktub dengan jelas dalam UUD 1945

Pasal 27 ayat 2, Pasal 33 dan Pasal 34 itulah yang seharusnya dijadikan dasar

ekonomi kerakyatan berprinsip kewirausahaan, jika mampu ditujukan pada

kepentingan rakyat banyak dengan perubahan yang memerlukan kepemimpinan

kuat dan berkarakter.

Simpulan

Karakter utama ekonomi kerakyatan (demokrasi ekonomi) pada dasarnya

terletak pada dihilangkannya watak individualistis dan kapitalistis dari wajah

perekonomian Indonesia. Proses yang dapat dicapai dan dituju melalui

pelaksanaan ekonomi kerakyatan berprinsip kewirausahaan di dalam

penyelenggaraan tiga pilar ekonomi Indonesia yaitu BUMN, swasta, dan koperasi.

Prinsip itu dengan sendirinya tidak hanya memiliki kedudukan penting

dalam menentukan corak sistem perekonomian yang harus diselenggarakan oleh

pemerintah dengan kepemimpinan kuat dan berkarakter pada tingkat makro.

Namun juga memiliki kedudukan yang sangat penting dalam menentukan corak

perusahaan yang seharusnya dikembangkan pada tingkat mikro sesuai dengan

Pasal 27 ayat 2, Pasal 33 dan Pasal 34 UUD 1945. Penegakan kedaulatan ekonomi

rakyat dan pengutamaan kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang

seorang, upaya yang dapat dilakukan dalam lingkungan kapitalisme global dengan

menerapkan dan mengamalkan prinsip tersebut dalam Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) dengan organisasi koperasi dan non-koperasi, perusahaan-

perusahaan swasta nasional dengan skala besar, perusahaan-perusahaan asing

yang berada di Indonesia, dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai negara untuk

melaksanakan tanggung jawab sosialnya atau yang dikenal dengan Corporate

Social Responsibility (CSR) dalam bingkai kearifan Pedoman, Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (P4) atas kehadiran 36 butirnya (mewujudkan CSR P4).

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Melanie Sritua. 2001. Ekonomi Kerakyatan: Politik Ekonomi. Cetakan

kedua. Penerbit Muhammadiyah University Press. Surakarta.

Gelinas, Jacques. B. 2003. Jaggernaut Politics; Understanding Predatory

Globalization. Zed Books. London.

Page 17: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

17

Korten, David. C. 2002. The Post Corporate World. Penerbit Yayasan Obor

Indonesia. Jakarta.

Maulana, Zain. 2010. Jerat Globalisasi Neoliberal Ancaman Bagi Negara Dunia

Ketiga. Cetakan Pertama. Penerbit RIAK. Yogyakarta.

Mubyarto. 2000. Membangun Sistem Ekonomi. Edisi Pertama. Penerbit BPFE-

Yogyakarta. Yogyakarta.

Prasetyo, Whedy. 2009. Ada Apa Dengan Ilmu Kewirausahaan? (Menumbuhkan

Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Menuju Soul Mate dan Worklife

Balance). Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Ekonomi AKUNTABILITAS. Tahun

02. Nomor 2. Agustus: 1-15. Blitar: Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Balitar (UIB).

Stegar, Manfred B. 2005. Globalisme: Bangkitnya Ideologi Pasar. Penerbit

Lafadl Pustaka. Yogyakarta.

Swasono, Sri Edi. 2006. Ekonomi dan Dehumanisasi. Harian Kompas. 2 Oktober.

Syafei, Buyung Achmad. 2009. Ekonomi Kerakyatan Dengan Bahasa Rakyat.

Paper.

Syafei, Buyung Achmad. 2009a. Opportunity Cost Pertumbuhan Ekonomi. Paper.

21 Mei.

Wahid, Hasyim. 1999. Telikungan Kapitalisme Global dalam Sejarah

Kebangsaan Indonesia. Penerbit LKiS. Yogyakarta.

Page 18: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

18

STUDI ANALISIS USAHA

PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN AYAM DI BLITAR

Oleh:

Suprianto

Abstract

This full age Blitar's region constitute poultry developer Region

broiler chicken that big as barometer of petelur's poultry National.

Developing and chicken breeding effort progress broiler chicken has

experienced this effort step-up is brought off as effort that gets

komersial's character and no longer one for hobby but if at evaluation

of write-up makings facet corporate finance stills a lot of firm that

haven't applied Accounting according to SAK. An benefit which

expecting to help firm in determine depreciation on breeding alive

asset chicken one corresponds to SAK aught. Observational character

gets diskriptif's character,mean while data that used by secondary

data, data analysis is comparative descriptive whereas steps which is

taken identification fixed asset and corporate asset,evaluating conduct

on breeding alive asset chicken and reporting on chicken breeding

asset conclusion a stop to study at firms financial statement collation

just makes one income statement simple one just compare income post

with effort chargeses,to it after as compared to SAK whatever

available firms arrange income statement that really so its following

can big know it firm profit truthfully.

Keywords: Accounting conduct, fixed Assets is broiler chicken, and

poultry firm at Blitar

Latar Belakang

Peternakan ayam petelur merupakan bidang usaha yang bisa menopang

perbaikan ekonomi Masyarakat di Blitar usaha ini sempat terpuruk di era krisis

Moneter di Tahun 1998, tetapi setelah krisis moneter berakhir perlahan-lahan di

sector ini mengalami pertumbuhan yang luar biasa sampai sekarang. Sehingga

bisa terwujud Blitar sebagai Daerah peternakan ayam yang bisa memproduksi

60% produksi ternak Ayam di jawa Timur inilah yang bisa menjadikan Blitar

sebagai barometer peternakan di Jawa Timur. Segmentasi berternak ayam petelur

lebih di minati para pelaku usaha karena segmen ayam petelur lebih kecil risiko

kerugianya di bandingkan dengan usaha ayam pedaging hal ini bisa terbukti dari

hasil panenya, dengan alas ankalau ayam pedaging risiko kerugian lebih

besar,karena apabila pada waktu panan harga turun di bawah titik impas akan

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar

Page 19: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

19

terjadi kerugian sebaliknya pada bisnis ayam petelur,risiko terjadinya kerugian

bisa diminimalkan,karena setiap hari ayam petelur menghasil atau berproduksi

telur dan ini akan cenderung diatas titik impas dalam usia produktif.

Saat ini perputaran usaha sangat cepat,hal ini ditunjukkan dengan pola

persaingan yang semakin ketat. Pesaingan ini menyebabkan adanya fihak yang

kalah dan ada fihal yang menang, yang menang biasanya ditandai dengan

perkembangan usaha dengan ciri perolahan laba semakin meningkat,modal

semakin bertambah, aktiva tetap dan lancar semakin bertambah,volume produksi

semakin banyak, pasar semakin melebar. Dalam usaha ini ayam petelur

merupakan bagian terbesar dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan,

sehingga diperlukan pengelolaan yang baik dan benar agar tercapai tujuan

perusahaan. Untuk pengelolaan yang baik diperlukan teknis produksi,pemasaran,

pemeliharaan, perawatan, pengawasan serta kondisi lingkungan yang

mendukung. Selain itu diperlukan alat-alat pengelolaan seperti manajemen dan

akuntansi yang diterapkan perusahaan.

Perusahaan peternakan ayam petelur harus memperlakukan ayam petelur

sebagai aktiva tetap dan apabila ayam petelurbelum berproduksi maka belum

bisa digolongkan sebagai aktiva,tetapi perusahaan mencatatnya sebagai investasi.

Seperti dalam pernyataan standar Akuntansi Keuangan ( SAK No.16:05:2002 )

Mendefinisikan bahwa : Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh

dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu yang digunakan

dalam operasional perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka

kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Dari definisi diatas,pengakuan aktiva tetap sebagai aktiva bila besar

kemungkinan ( propable ) bahwa manfaat keekonomisan di masa yang akan

datang yang berkaitan dengan aktiva tersebutakan mengalir kedalam perusahaan

dan juga biaya perolehan aktiva tetap diukur secara andal. Ayam petelur

mempunyai umur kegunaan yang terbatas,maka harus diadakan penyusutan

selama umurkegunaan,maksudnya untuk mengalokasikan harga perolehan aktiva

tetap tersebutpada periode akuntansi selama umur kegunaan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan rumusan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana perlakuan

akuntansi yang tepat dan sesuai dengan SAK terhadap aktiva bernyawa ternak

ayam petelur pada perusahaan peternakan ayam petelur di Blitar.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan atas perumusan masalah penelitian, tujuan dari penelitian

yang ingin dicapai, adalah Untuk mengetahui apakah pencatatan dan perhitungan

akiva bernyawa diperusahaan peternakan ayam petelur di Blitar sudah sesuai

dengan SAK

Landasan Teori

Pengertian Akuntansi

Menurut Yusuf (1994) menyatakan bahwa akuntansi adalah suatu proses

pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data

keuangan dari suatu organisasi.

Page 20: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

20

Definisi Aktiva tetap

Pernyataan SAK No.16 (05) 2002 adalah aktiva berwujud yang diperoleh

dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu,yang digunakan

dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka

kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Menurut Subroto ( 1991 ) menyatakan bahwa aktiva tetap adalah aktiva

berwujud yang dimiliki perusahaan dngan tujuan untuk dipakai dalam operasi

perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.,sedangkan menurut

Baridwan (1992) aktiva tetap adalah aktiva-aktiva berwujud yang sifatnya

relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal,istilah

relative permanen menunjukkan sifat aktiva yang bersangkutan dapat digunakan

dalam jangka waktu yang relatif sama.

Menurut Yusuf (1993) aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang

digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam

rangka kegiatan normal perusahaan.

Menurut Mulyadi (2001) aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang

memiliki wujud,mempunyai manfaat ekonomi lebih dari satu tahun dan

diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dan bukan untuk

dijual kembali.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap adalah barang

berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam

operasional perusahaan sehari-hari dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam

kegiatan perdagangan sehari-hari serta dianggap memiliki kegunaan yang

diharapkan lebih dari satu tahun.

Klasifikasi Aktiva tetap

SAK No.16.2002,Mengklasifikasikan aktiva tetap sebagai berikut :

1. Aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan (depreciable), seperti tanah untuk

letak perusahaan.

2. Aktiva tetap yang dapat disusutkan (depreciable), yang meliputi

mesin,bangunan,kendaraan dan lain-lain.

Untuk tujuan akuntansi, dari berbagai macam aktiva tetap berwujud

tersebut dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak

perusahaan, petanian, peternakan dan sebagainya.

2. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa

penggunaanya bisa diganti dengan aktiva tetap sejenis, misalnya, bangunan,

peralatan mebel, air dan lain-lain.

3. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa

penggunaanya, tidak bisa diganti dengan aktiva tetap yang sejenis. misalnya

sumber-sumber alam, tambang hutan dan lain-lain.

Hal tersebut diatas diklasifikasikan sesuai dengan penjelasan yang

dikemukakan dalam teori Baridwan (1992). Sedangkan berdasarkan wujudnya

aktiva tetap dikelompokkan menjadi :

1. Aktiva tetap berwujud, yang meliputi :

a) Aktiva tetap berwujud dapat di susutkan (Depreciable Assets) misalnya

bangunan, mesin peralatan,kendaraan danlain-lain.

Page 21: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

21

b) Aktiva tetap berwujud tidak dapat disusutkan (non Depreciable Assets )

misalnya tanah

2. Aktiva tetap tidak berwujud, meliputi :

a) Aktiva tetap tidak berwujud yang masa manfaatnya dibatasi oleh undang-

undang peraturan Pemerintah atau oleh sifat aktiva itu sendiri,misalnya

hak paten dan hak cipta.

b) Aktiva tetap tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas misalnya

goodwill dan trade mark.

Pengakuan aktiva tetap

Menurut Pernyataan SAK (2002;16.3.(06)), menyatakan bahwa : Suatu

benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai

aktiva tetap bila besar kemungkinan (probable)ahwa manfaat keekonomian

dimasa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tetap tersebut akan

mengalir kedalam perusahaan dan biaya perolehan aktiva dapat diukur secara

andal.

Penilaian aktiva tetap

Menurut SAK (2002,16.15),penilaian aktiva tetap dilakukan sebagai

berikut:‟aktiva tetap dinilai berdasarkan harga perolehan aktiva tersebut dikurangi

akumulasi penyusustan,sedangkan dalam SAK 2001,(16.60) „suatu benda

berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu kelompok aktiva

tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka aktiva yang dilaporkan dalam

neraca adalah sebagai berikut :

1. Aktivatetap yang tidak dapat disusutkan dilaporkan dalam neraca sebesar

harga perolehan.

2. Aktiva tetap yang dapat iwujudkan dan dapat diganti dengan sejenis

dilaporkan sebesar harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.

3. Aktiva tetap yang disusutkan tetapi tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis

dilaporkan sebesar harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan

Cara perolehan aktiva tetap

Menurut Baridwan (1992:274) bahwa aktiva tetap dapat diperolehdengan

berbagai cara,dimana masing-masing caraperolehanya akan mempengaruhi harga

perolehan,cara perolehan tersebut bisa melalui :

1. Pembelian tunai

Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam

buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan untuk memperoleh

aktiva tersebut termasuk harga faktur juga biaya-biaya seperti biaya

angkut,premi asuransi dalam perjalanan,biaya balik nama,biaya pemasangan

dan biaya percobaan.

2. Pembelian angsuran

Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran,maka dalam harga

perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga.bunga selama masa

angsuran akan debebankan sebagai biaya bunga.

Page 22: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

22

3. Ditukar dengan surat-surat berharga

Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi

perusahaan,dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang

digunakan sebagai penukar.

4. Ditukar dengan aktiva tetap yang lain

Aktiva tetap yang ditukar dengan aktiva tetap lain disebut “tukar tambah”

dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru,baik

seluruhnya atau sebagian dan kekuranganya dibayar tunai.Dalam keadaan

seperti ini,prinsip harga perolehan ttap harus diterapkan yaitu aktiva baru

dikapitalisasi dengan jumlah harga pasar.Aktiva lama ditambah uang yang

dibayar (jika ada) atau sebesar harga pasar aktiva baru diterima.

IAI (2002,16.6) menyatakan :Suatu aktiva dapat diperoleh dalam pertukaran

atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau

aktivalain.Biaya dari pos semacam itu di ukur pada nilai wajar aktiva yang

dilepaskan atau diperoleh,yang mana lebih andal,ekuivalen dengan nilai wajar

aktiva yang dilepaskan sesuai dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang

ditransfer.

5. Diperoleh dari hadiah atau donasi

Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi pencatatanya bisa

dilakukan menyimpang dari prinsip perolehan.Aktiva tetap yang diterima

sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya.Hal ini disesuaikan dengan

PSAK(2002;16.7(22) bahwa :”aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan

harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan

mengkreditkan akun modal donasi.

6. Diperoleh dengan membangun sendiri

Adakalanya dalam memenuhi kebutuhan aktiva tetapnya,perusahaan

membangun atau membuat sendiri aktiva tetap yang diinginkan.pada

prinsipnya semua biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan usaha untuk

membuat aktiva tetap tersebut yang akan digunakan untuk menetapkan harga

perolehan aktiva tetap itu.

7. Perolehan secara gabungan

Harga perolehan dari masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara

gabunag,ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut

berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aktiva yang

bersangkutan.

Penyusutan aktiva tetap

Menurut Weygandt (1995:2),penyusutan adalah proses akuntansi untuk

mengalokasikan harga pokok (cost),aktiva berwujud pada beban dengan

carayang sistematik dan rasional dalam periode – periode yang mengambil

manfaat dari pengguna aktiva.

Menurut SAK (2002,17.2)pengertian penyusutan adalah alokasi jumlah

suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang

diestimasi.Penyusutan untuk periode akuntansi yang dibebankan ke pendapatan

baik secara langsung maupun tidak langsung,jumlah yang dapat disusutkan

(depreciable a mount ) adalah biaya perolehan suatu aktiva,atau jumlah lain yang

disusubstitusikan untuk iaya dalam laporan keuangan dinilai sisanya.

Page 23: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

23

Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penyusutan

(depresiasi) merupakan proses alokasi harga perolehan aktiva tetap secara

rasioanl dan sistematis yang dibebankan pada penghasilan secara

periodic.Penyusutan bukan dimaksudkan untuk menunjukkan terjadinya

penurunan nilai aktiva tetap karena adanya penurnan tingkat harga umum atau

akibat kerusakan dari aktiva tersebut.

Sebab-sebab diadakan penyusutan :

1. Karena Faktor-faktor fisik misal aus karena dipakai (wear on tear),aus

karena umur (deterioration anddecay),dan kerusakan-kerusakan.

2. Faktor-faktor Fungsional Misal,karena ketidak mampuan aktiva untuk

memenuhi kebutuhan produksinya sehingga perlu diganti,perubahan

permintaan,dan adanya kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak

ekonomis lagi jika dipakai.

Faktor-faktor dalam menentukan biaya penyusustan.

Menurut Smith (1996) menyatakan ada empat factor yang mempengaruhi

beban penyusustan secara periodik,yaitu :

1. Biaya atau harga perolehan aktiva, meliputi semua pengeluaran atau

pengorbanan yang terjadi untuk mendapatkan aktiva tersebut sampai dengan

keadaan siap pakai.

2. Nilai sisa (residu) Adalah jumlah uang yang diharapkan akan diperoleh

melalui penjualan aktiva tersebut bila sudah tiba saatnya untuk dihentikan.

3. Masa manfaat (umur kegunaan) Mempunyai kemampuan untuk memberikan

jasa-jasa dalam periode trsebut.

4. Pola penggunaan

Merupakan beban penyusutan secara periodic harus mencerminkan

secara tepat pola penggunaan jika aktiva tersebut memberikan kontribusi jasa

yang bervariasi,maka beban penyusutan juga hars bervariasi dengan pola yang

sama.

Metode perhitungan penyusutan

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menghitung beban

penyusutan periodic.Dalam menentukan metode yang digunakan kiranya perlu

diperhatikan keadaan yang akan mempengaruhi aktiva yang bersangkutan.Dalam

pernyataan SAK No.17 tahun 2002, ada beberapa metode yang dapat digunakan

untuk menghitung beban depresiai yaitu :

1. Berdasarkan waktu

Metode yang paling lazim digunakan adalah yang dikaitkan dengan

berlalunya waktu,karena aktiva tetap digunakan sepanjang waktu,metode ini

terdiri dari:

a. Metode garis lurus

Beban depresiasi tiap periode jumlahnya sama.Perhitngan dalam metode ini

sangat sederhana sehingga banyak digunakan didalam praktek pemakaian.

b. Metode pembebanan yang menurun

Dalam metode ini beban depresiasitahun pertama akan lebih besar dari tahun-

tahun berikutnya,metode ini terdiri dari 3 metode yaitu :

a) Metode jumlah angka tahun

b) Metode saldo menurun

Page 24: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

24

c) Metode saldo menurun ganda

2. Berdasarkan Penggunaan,metode ini terdiri dari :

a. Metode jam jasa

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa berkurangnya manfaat

potensial aktiva tetap berwujud terutama disebabkan oleh pemakaian efetif

dari aktiva tetap dan bukan semata-mata disebabkan oleh berlalunya waktu

b. Metode jumlah unit produksi

Dalam metode umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil

produksi,beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil

produksi.Dasarteori yang digunakan bahwa suatu aktiva itu dimiliki untuk

menghasilkan produk,sehingga depesiasinya berdasarkan jumlah produk

yang dapat dihasilkan.

Penghentian aktiva tetap yaitu aktiva tetap yang sudah tidak bermanfaat

lagi dalam operasi maka ditarik dari pemakaian.

Cara-cara penghentian aktiva tetap :

1. Karena penjualan aktiva tetap itu sendiri

Aktiva yang sudah tidak bermanfaat dijual,laba-rugi atas penjualan dicatat

tersendiri dalam perkiraan laba-rugi.

2. Penghentian aktiva tetap karena rusak

Penghentian aktiva tetap dikarenakan rusak,ada beberapa ketentuan dalam

pencatatanya,yaitu :

a. Dicatat dalam penyesuaian aktiva yang rusak mulai awal tahun sampai

tidak berfungsinya aktiva tersebut.

b. Nilai buku yang dilaksanakan dengan cara penyesuaian atas kerugian

aktiva yang rusak atau dibuang.

c. Perkiraan aktiva tetap dan akumulasi harus memperhatikan saldo nihil.

3. Penghentian aktiva tetap karena tukar tambah

Penghentian aktiva tetap karena tukar tambah ada beberapa ketentuan dalam

pencatatanya,antar lain :

a. Diadakan penyesuaian atas penyusunan aktiva yang ditukar pada tahun

buku berjalan ( dihitung mulai awal periode akuntansi s/d saat

pertukaran)

b. Laba – rugi atas penukaran dapat dilakukan dengan dua cara :

Laba atau rugi tidak diakui

Apabila laba: besarnya laba mengurangi harga perolehan.

Apabila rugi: besarnya rugi menambah harga perolehan

Laba atau rugi diakui Apabila laba : dicatat keperkiraan laba pertukaran (K)

Apabila rugi: dicatat keperkiraan rugi pertukaran (D)

4. Penghentian aktiva tetap karena habis umurnya.

Aktiva tetap yang suah habis umurnya,namun masih digunakan ada

kemungkinan :

a. Salah dalam menafsirkan umur kerugian

b. Tidak mampu untuk mengganti aktiva yang baru

Pengertian lapoaran keuangan,laporan keuangan yaitu suatu laporan yang

berisi laporan pertanggungjawaban dan informasi keuangan perusahaan

yang terdiri dari atas neraca,laporan laba rugi,laporan perubahan modal dan

laporan perubahan posisi keuangan serta segala keterangan yang di muat

dalam lampiran.

Page 25: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

25

Asumsi dasar atau anggapan dalam penyusunan laporan keuangan antar

lain :

a. Kesatuan usaha ( unit entry)

Suatu usaha berdiri sendiri atau terpisah dari kekayaan pemilik contoh

prive,deviden

b. Kelangsungan hidup (going concern)

Suatu usaha akan terus berjalan sepanjang waktu

c. Unit moneter

Nilai uang yang dipakai untuk mengukur transaksi yang terjadi

d. Periodesasi

Laporan keuangan dibagi dalam periode-periode karena untuk pengambilan

keputusan segera Pedoman penyusunan laporan keuangan.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia ( IAI ) ada tujuh pedoman :

1. Relevan

Informasi akuntansi harus dapat dimengerti dan berhubungan dengan

penggunanya

2. Dapat dimengerti

Informasi akuntansi harus dapat dimengerti oleh pemakainya,namun

pemakai akuntansi harus pula meyesuaikan dengan perkembangan

akuntansi.

3. Memiliki daya uji (verifiability)

Informasi akuntansi harus dapat diuji kebenaranya dengan menggunakan

pengukuran yang sama.

4. Netral

Informasi akuntansi harus dapat diuji kebenaranya dengan menggunakan

pengukuran yang sama

5. Tepat waktu

Informasi harus disampaikan sedini mungkin agar dapat segera digunakan

sebagai bahan pengambilan keputusan.

6. Daya banding (Comparability)

Laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan

laporan keuangan periode sebelumnya.

7. Lengkap

Informasi akuntansi harus memenuhi dan memakai standart laporan

keuangan.

Tujuan laporan keuangan menurut GAAP (General Accepted Accounting

Principles) yang terdapat dalam SFAC No.1 bahwa, laporan keuangan harus

menyajikan informasi yang :

1. Berguna bagi investor,kreditur dan calon investor maupun kredituryang

potensial dan pemakai lainya untuk pengambilan keputusan investasi dan

pemberi kredit.

2. Menafsir jumlah, waktu ketidak pastian penerimaan uang dimasa yang akan

dating.

3. Menunjukkan sumber-sumber ekonomi atas sumber-sumber

tersebut,pengaruh dari suatu transaksi atau kejadian lain ( sumber dana

perusahaan )

Page 26: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

26

Pengunggkapan laporan keuangan

Menurut SAK (2002) menyatakan bahwa Laporan keuangan harus

mengungkapkan,dalam hubunganya dengan jenis aktiva tetap :

1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto

2. Metode penyusutan yang digunakan

3. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan

4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode

5. Suatu rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode

memperhatikan

a) Penambahan

b) Pelepasan

c) Akuisisi melalui penggabungan usaha

d) Revaluasi yang dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah.

e) Penurunan nilai tercatat sesuai dngan paragraph 66

f) Penyusutan

g) Perbedaan pertukaran netto yang timbul pada penjabaran laporan

keuangan suatu entitas asing.

h) Setiap pengklasifikasian kembali

Pengertian Neraca, neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi

harta,utang dan modal pada periode tertentu.Neraca harus disusun secara

sitematis,sehingga dapat member gambaran tentang posisi keuangan peusahaan

secara jelas dan mudah dipahami.Melalui nereca dapat diketahui :

1. Likuiditas perusahaan,artinya kemampuan perusahaan untuk membayar

utang-utang perusahaan jangka pendek pada waktu yang tepat.

2. Solvabilitas perusahaan artinya kemampuan perusahaan untuk membeyar

utang perusahaan.

Unsur-unsur yang terkandung dalam neraca meliputi :

a. Harta,harus disusun sesuai dengan klasifikasi dan tingkat kelancaran.

b. Utang,harus disusun berdasarkan jangka waktu pelunasanya.

c. Modal,harus disusun berdasarkan kekekalanya dengan menyebutkan

sumberpemiliknya.

d. Kepala neraca memuat,nama perusahaan,judul neraca,dan tanggal pembuatan

neraca.

Bentuk neraca,penyusunan neraca dapat disajikan dalam bentuk skontro (

bentuk T ) dan bentuk laporan ( report form ).

1. Bentuk skontro ( horizontal ) atau bentu T atau akun,yaitu neraca yang

disusun dalam bentuk sebelah menyebelah,sebelah kiri (Debit) untuk

mencatat harta,sedangkan sebelah kanan (kredit)untuk mencatat utang dan

modal.

2. Bentuk laporan (report form) atau bentuk stafel ( vertical),yaitu neraca yang

disusun dalam bentuk vertical dari atas ke bawah.harta dicantumkan pada

bagian atas kemudian utang dan modal pada baris berikutnya.

Pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.

Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang

berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi

menjadi dua, yaitu :

Page 27: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

27

1. Pengeluaran modal (capital Expenditures),adalah pengeluaran-pengeluaran

untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode

akuntansi.Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.

2. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures),adalah pengeluaran-

pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam

periode akuntansi yang bersangkutan.oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran

seperti ini dicatat dalam rekening biaya.

Dasar pertimbanngan pencatatan pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva

ttap adalah beberapa lama manfaat pengeluaram tersebut dimanfaatkan.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dengan pendekatan study kasus.Hal ini mengacu padapendapat Natsir

(1998) yang mengartikan bahwa metode deskriptifadalah suatu metodedalam

meneliti status kelompok manusia,suatu obyek, suatu kondisi,suatu system,

pemikiran pada masa sekarang.Sedangkan studi kasus pada obyek ini adalah

menilai perlakuan akuntansi aktiva tetap ayam peteluryang diterapkan

perusahaan,apakah telah sesuai dengan SAK atau belum.Jenis data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data Skunder yaitu data yang telah diolah

dan tersedia oleh perusahaan.Sedangkan Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang

meliputi :

1. Observasi,yaitu metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan

langsung serta melakukanpencatatan tertentu sesuai yang diperlukan dan

berhubungan dengan penelitian.

2. Wawancara,yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan

wawancaralangsung dengan pihak perusahaan untuk mendapatkan data yang

ada hubunganya dengan obyek yang diteliti.

3. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan kutipan

terhadap catatan atau data yang disediakan oleh administrasi perusahaan yang

berupa laporan keuangan.

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif komparatif artinya data yang ada akan dianalisa dengan cara

menguraikan dan memberikan gambaran berdasarkan obyek yang diamati,dalam

hal ini obyek yang diamati/dikaji adalah laporan keuangan versi perusahaan

kemudian akan dibandingkan dengan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK

terutama pada perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap ayam petelur pada

perusahaan tersebut.Untuk itu peneliti akan melakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi aktiva tetap perusahaan

2. Mengevaluasi perlakuan aktiva ternak ayam yang ditetapkan perusahaan.

3. Mengevaluasi pencatatan aktiva ternak ayam

4. Pelaporan ternak ayam

Untuk hal ini langkah-langkah yang diambil adalah :

1. Menganalisa pencatatan perusahaan atas aktiva ternak ayam.

2. Mengevaluasi penilaian atas aktiva ternak ayam

3. Mengidentifikasi aktiva tetap perusahaan

Page 28: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

28

4. Analisa laporan keuangan yang terkait dengan bentuk laporan keuangan

perusahaan.

Operasional variable yang di gunakan peneliti adalah sebagai berikut :

1. Aktiva tetap,yaitu aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai

atau dengan dibangun lebih dahulu,yang digunakan dalam operasi perusahaan

dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal

perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan harus

diadakan penyusutan terhadap aktiva tersebut aktiva tetap yang dimaksud

adalah ternak ayam yang dibeli,dipelihara serta dikebangbiakkan untuk

menghasilkan telur dan dan dari hasil prouksi tadi dijual.

2. Pengakuan aktiva tetap Menurut SAK No.16 (106) 2001 bahwa suatu benda

berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva

tetap bila besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian dimasa

yang akan dating yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke

dalam perusahaan dan biaya perolehan aktiva dapat diukur secara

andal.Dalam hal ini aktiva tetap yang dimaksud adalah ternak ayam petelur

dan aktiva tetap lainya.

3. Penilaian aktiva tetap,Aktiva tetap yang berupa ternak ayam dinilai sebesar

harga perolehan(cost).Sedangkan yang termasuk dalam harga perolehan

adalah semua pengeluaran-pengeluaran yang terjadi untuk memperoleh dan

menempatkan aktiva dalam kondisi atau posisi siap untuk berproduksi.

4. Penyajian dalam laporan keuangan,berkaitan dengan penyajian dalam laporan

keuangan,aktiva bernyawa khususnya ternak ayam dimiliki oleh perusahaan

dikelompokkan ke dalam aktiva tetap,dimana aktiva tetap merupakan bagian

dari aktiva lancar.

Hasil Penelitian

Analisa dan perlakuan akuntansi yang sesuai dengan SAK

1. Penentuan harga pokok perolehan

Untuk memperoleh bibit ayam petelur perusahaan membeli bibit ayam

pada perusahaan pembibitan ayam kemudian dipelihara hingga dewasa sampai

ayam petelur tersebut menghasilkan telut. Menurut SAK,aktiva tetap yang

diperoleh dari pembelian baik itu kredit atau tunai harus dinilai sebesar harga

pokok perolehan aktiva tersebut.Harga perolehan ini dimaksudkan biaya-biaya

yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dari pembelian sampai ayam tersebut

siap untuk produksi.Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva

tetap tersebut adalah :

1. Biaya pembelian bibit (DOC)

2. Biaya perawatan DOC

3. Biaya makanan dan vaksin sampai produksi

4. Biaya masa puncak

Dari perhitungan harga perolehan ternak-ternak ayam diatas mulai dari

pembelian bibit sampai ayam itu produksi dan menghasilkan telur hingga masa

puncaknya dan sampai ternak ayam digolongkan sebagai aktiva tetap

perusahaan,maka penjumlahan dari biaya-biaya di atas merupakan nilai

perolehan dari aktiva tetap ternak ayam.

Page 29: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

29

2. Penyusutan atas aktiva bernyawa ternak ayam

Disamping pengeluaran dalam masa penggunaan, masalah penyusutan

merupakan masalah yang penting selama masa penggunaan dari aktiva tetap

khususnya aktiva bernyawa ternak ayam.Penyusutan atas aktiva tetap hanya

dapat dilakukan apabila nilai aktiva tetap serta perkiraan dari umur aktiva

tersebut diketahui.Beban penyusutan biasanya dicatat pada setiap akhir periode

pembukuan yaitu padasaat akhir buku.Untuk menentukan besarnya beban

penyusutan atas aktiva ternak ayam,tidak hanya nilai dari aktiva ternak ayam itu

juga dibutuhkan.Apabila semua factor diatas sudah diketahui barulah dapat dicari

besarnya beban penyusutan untuk aktiva ternak ayam tersebut.Umur ekonomis

ternak ayam adalah 2 tahun,dimana dalam masa tersebut juga ada beberapa ayam

yang menghasilkan keturunan jika perusahaan melakukan pembibitan ayam

sendiri.Untuk ayam petelur yang tidak ekonomis lagi dalam menghasilkan

produksi telur yang disebabkan bertambahnya usia jenis ayam ini bisa

dikategorikan sebagai ayam afkir.Untuk mencari nilai sisa dalam penelitian ini

kami menggunakan rumusan sebagai berikut :

Nilai Sisa = ( Jumlah ayam broading - % kematian ) x harga afkir.Jika

nilai sisa dari aktiva tetap ternak ayam diketahui maka langkah selanjutnya dapat

ditentukan metode penyusutan ang akan diterapkan oleh perusahaan,dalam SAK

mengenai penyusutan tidak ditentukan metode penyusutan artinya setiap

perusahaan bebas memilih metode penyusutan yang akan digunakan dengan

syarat harus diterapkan secara kontinyu dan konsisten.Untuk menghitung jumlah

penyusutan penulis berasumsi bahwa ternak ayam dibebani dengan biaya

penyusutan yang sama dengan memperhatikan pada masa prouksi ternak serta

manfaat dari ternak ayam.

Dalam hal ini penulis menggunakan harga perolehan yang didapat dari

kapasitas biaya-biaya yang timbul sejak bibit hingga menghasilkan pendapatan

bagi perusahaan.Untuk menghitung penyusutan menggunakan rumus metode

garis lurus ( straight line method ) dengan rumus :

Depresiasi = HP-NS

Umur ekonomis

3. Penyajian dalam laporan keuangan

Dari hasil pencatatan yang telah di bahas ternyata perusahaan hanya

membuat satu jenis laporan keuangan yaitu laporan laba/rugi.Laporan laba/rugi

ini dibuat sangat sederhana sekali,hanya membandingkan pos-pos pendapatan

dan biaya-biaya.Untuk biaya penyusutan ternyata ternyata tidak dimasukkan

kedalam komponen biaya dalam laporan laba/rugi sehingga perolehan laba

terlihat besar.sebagai ilustrasi akan penulis sajikan contoh laporan laba rugi yang

disusun oleh peternakan sumber usaha di Blitar.

Page 30: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

30

Peternakan sumber usaha

Laporan Laba Rugi

Periode Bulan Juni-Agustus 2010

Pendapatan

Pendapatan penjualan

telur

Pendapatan penjualan

ayam afkir

Total Pendapatan

Beban biaya

Biaya perawatan bibit

Biaya DOC sampai

produksi

Biaya masa puncak

Biaya tenaga kerja

Biaya listrik

Biaya telpon

Total beban Biaya

Laba bersih

Rp.209.625.000,-

Rp. 8.050.000,-

Rp. 2.250.000,-

Rp. 49.480.000,-

Rp. 85.462.500,-

Rp. 7.500.000,-

Rp. 600.000,-

Rp. 750.000,-

Rp.217.675.000,-

(Rp.146.042.500,-)

Rp. 71.632.500,-

Sumber : Perusahaan sumber usaha ( data diolah )

Apabila diperhatikan dari bentuk laporan yang sangat sederhana ini

ternyata laba yang diperoleh cukup besar,hal ini disebabkan karena perusahaan

tidak memasukkan biaya penyusutan yang terjadi serta tidak adanya pengenaan

pajak dari laba yang di hasilkan.

Laporan laba/rugi yang sesuai dengan SAK

Laporan laba/rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-

pendapatan dan beban-beban biaya dari suatu unit usaha untuk periode

tertentu,selisih antara pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau

rugi yang diderita oleh perusahaan. Jika melihat dari bentuk laporan laba/rugi

yang telah disusun perusahaan belum sesuai dengan SAK yang berlaku karena

cara penyusunanya masih sangat sederhana dan belum ada pembagian atau

pengelompokkan atas biaya –biaya yang ada, serta tidak adanya perhitungan harga

pokok produksi. Untuk harga pokok produksi perhitunganya sebagai berikut:

Peternakan ayam sumber usaha

Harga pokok produksi Periode bulan Juni-agustus 2010

Persediaan awal barang dalam proses (ayam broading) Rp. 15.472.500,-

Bahan baku : Persediaan awal bahan baku (ayam broading) Rp. 5.000.000,-

Pembelian bersih ayam starter Rp. 11.250.000,-

Bahan baku siap digunakan Rp. 16.250.000,-

Persediaan akhir ayam layer Rp.(15.000.000,-)Rp. 1.250.000,-

Tenaga kerja langsung Rp. 2.500.000,-

Biaya overhead pabrik Rp.146.042.500,-

Rp.165.265.000,-

Persediaan akir BDP(ayam grower) Rp. (1.282.500,-)

Harga pokok produksi Rp.163.982.500,-

Jadi dari perhitungan di atas bisa diketahui harga pokok produksi untuk tiga bulan

sebesar Rp.163.982.500,-

Dari penelitian yang telah dilakukan penulis maka telah diperoleh data-

data keuangan yang bisa diproses menjadi laporan keuangan yang sesuai dengan

Page 31: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

31

SAK ,adapun laporan keuangan yang penulis bisa sajikan yang telah disesuaikan

penyusunanya dengan SAK adalah sebagai berikut :

Peternakan ayam sumber usaha

Laporan laba/rugi

Periode bulan Juni-Agustus 2010 Pendapatan penjualan telur Rp.209.625.000,-

Harga pokok penjualan

Persediaan awal barang jadi (ayam layer) Rp. 14.472.500,-

Harga pokok produksi Rp. 163.982.500,-

Persediaan akir barang jadi(ayam layer) Rp. (28.487.500,-)

Harga pokok penjualan Rp.(149.967.500,-)

Laba bruto Rp. 59.657.500,-

Biaya Penjualan :

Gaji bagian penjualan Rp.2.700.000,-

Upah pengangkutan Rp. 450.000,-

Biaya penyusutan ternak ayam Rp. 3.217.812,- Rp.6.367.812,-

Biaya administrasi dan umum

Gaji pegawai kantor Rp.2.700.000,-

Gaji bagian limbah Rp. 450.000,-

Gaji bagian perawatan Rp2.250.000,-

Gaji bagian pengadaan Rp. 600.000,-

Gaji bagian pemasaran Rp. 600.000,-

Gaji bagian produksi Rp. 600.000,-

Biaya listrik Rp. 450.000,-

Biaya perlengkapan Rp. 200.000,-

Biaya lain-lain Rp. 100.000,- Rp.7.950.000,-

Total biaya produksi Rp.(14.317.850)

Laba Operasi Rp.45 .339.650,-

Pendapatan lain-lain :

Penjualan ayam afkir Rp.8.050.000,-

Penjualan sak Rp. 100.000,-

Penjualan kotoran ternak Rp. 100.000,-

Total pendapatan Rp. 8.250.000,-

Laba bersih sebelum pajak Rp.53.589.650,-

Sumber : Data diolah

Dari perhitungan laba/rugi di atas dapat dilihat laba yang diperoleh oleh

perusahaan selama tiga bulan yaitu Rp.53.589.650,- Untuk laporan laba/rugi

menurut penyusunan perusahaan sebesar Rp.71.632.500,- Sedangkan laporan

laba/rugi menurut SAK diperoleh laba sebesar Rp.53.589.650,- Jadi selisihnya

sebesar Rp.18.042.850,-

Perbedaan dari besarnya laba tersebut disebabkan karena beberapa hal

diantaranya : Pencatatan di dalam perusahaan Pencatatan menurut SAK

1. Perusahaan tidak menggolongkan jenis

pendapatan yaitu pendapatan utama dan

pendapatan lain.

2. Perusahaan hanya membandingkan

pos-pos pendapatan dan pos-pos biaya.

3. Tidak ada pengenaan pajak dari laba

yang dihasilkan.

4. Perusahaan tidak mengelompokkan

biaya berdasarkan jenisnya.

5. Tidak ada perhitungan harga pokok

produksi.

1. Antara pendapatan utama dengan

pendapatan lain-lain dipisahkan.

2. Selain pos pendapatan dan pos biaya

juga memasukkan biaya penyusutan

ternak ayam dan menghitung harga

pokok penjualan.

3. Adanya pengenaan pajak dari laba

ayang dihasilkan.

4. Antara biaya operasi dan biaya

administrasi dikelompokkan sendiri-

sendiri.

5. Dilakukan perhitungan harga pokok

produksi.

Page 32: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

32

Jika perusahaan menerapkan prinsip SAK maka perhitungan laba yang

dihasilkan lebih kecil dari laba yang sebelumnya,seperti yang telah disebutkan

diatas.

Laporan Neraca yang sesuai dengan SAK

Dalam pernyataan SAK No.1 (53)2003,menyatakan bahwa perusahaan

harus mengungkapkan di neraca atas di catatan dalam laporan keuangan,sub

klasifikasi pos-pos yang disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang tepatsesuai

dengan operasi perusahaan.Menurut kieso(1995) menyatakan bahwa

neracamemberikan informasi mengenahi sifat dan jumlah investasi dalam sumber

dayaperusahaan,kewajiban kepada kreditur perusahaan,dan ekuitas pemilik dalam

sumberdaya bersih perusahaan.Sehubungan dengan hal tersebut penulis akan

menguraikan bentuk dan bagian-bagian dari neraca sehingga aktiva bernyawa

ternak ayam yang diakui oleh perusahaan sebagai aktiva tetap akan Nampak

dalam neraca.Untuk pelaporan dari ternak ayam ini akan dicatat ke dalam neraca

sebesar nilai buku dari aktiva bernyawa ternak ayam tersebut yaitu harga

perolehan ternak ayam dikurangi penyusutan atas aktiva bernyawa ternak

ayam.Untuk mencatatbesarnya nilai nominal dari ternak ayam diperoleh dari :

a. Nilai nominal ayam broading yang sudah berproduksi, semisal diperkirakan

harga jual dari ayam broadingyang sudah berproduksi diperkirakan harga jual dari

ayam broading ini Rp 10.000,- / ekor maka nilai nominal dari ayam broading ini :

Rp.10.000,- x 5.000 ekor = Rp.50.000.000,- b.Nilai nominal dari ayam grower

yang sudah berproduksi bisa diperkirakan harga jualnyaRp.18.000,- x 5.000,- ekor

= Rp.90.000.000,- c.Nilai nominal dari ayam layer yang memang sudah

berproduksi diperkirakan Rp.25.000,-x5.000 ekor = Rp.125.000.000,- Jadi total

dari nilai nominal ternak ayam yang dimiliki oleh perusahaan adalah :

Rp.50.000.000,- + Rp.90.000.000,- + Rp.125.000.000,- = Rp.265.000.000,-, nilai

nominal tersebut akan dicatat ke dalam neraca sebagai nilai keseluruhan dari

ternak ayam yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk penyusutan atas aktiva

bernyawa ternak ayam akan dilaporkan pada neraca sebagai pengurang dari nilai

buku aktiva bernyawa ternak ayam. Untuk periode pelaporan dari neraca ini

penulis akan melaporkan dalam satu tahun,agar lebih mudah dan efektif

perhitunganya.Bentuk dari laporan keuangan neraca tersebut sebagai berikut:

Page 33: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

33

Peternakan Ayam Sumber Usaha

Neraca

Per 31 Desember 2010

AKTIVA

PASIVA

Aktiva Lancar Hutang jangka pendek Kas Rp.xxx Hutang dagang Rp.xxx Piutang Rp.xxx Hutang gaji Rp.xxx Persediaan bahan baku ayam afkir Rp.xxx Jumlah hutang jangka pendek Rp.xxx Persediaan barang dalam proses Rp.xxx Persediaan barang jadi Rp.xxx Hutang Jangka Penjang Hutang Bank Rp.xxx Jumla aktiva lancar Rp.xxx Jumlah hutang jangka panjang Rp.xxx Aktiva Tetap Modal Peralatan Rp.xxx Modal Pemilik Rp.xxx Ternak ayam Rp.265.000.000,- Akm.Penyusutan (Rp. 13.746.250,-) Inventarisasi kantor Rp.xxx Ak.Peny.inventaris kantor (Rp.xxx) Kandang Rp.xxx Akm.Peny.kandang (Rp.xxx) Jumlah aktiva tetap Rp.xxx Jumlah Hutang dan modal Rp.xxx Aktiva lain-lain Ayam masa pertumbuhan Rp.xxx Total Aktiva Rp.xxxxx Total Pasiva Rp.xxx

Sumbe : Data diolah

Dari bentuk perhitungan di atas kita bisa mengetahui besarnya harta, hutang dan

modal yang dimiliki perusahaan.

Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pembukuan yang dilakukan perusahaan selama ini belum benar,karena

perusahaan hanya menyusun laporan Laba/rugi saja sehingga aktiva

bernyawa ternak ayam dan aktiva tetap lainya tidak tersaji dalam neraca.

2. Penilaian yang telah dilakukan oleh perusahaan selama ini belum

benar,karena selama ini perusahaan belum melakukan kapitalisasi biaya-biaya

yang telah dikeluarkan mulai ayam DOC sampai siap untuk berproduksi dan

menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.

3. Laporan Laba/rugi yang disusun oleh perusahaan sangat sederhana sekali

karena hanya membandingkan pos pendapatan dengan pos biaya sehingga

laba yang dihasilkan sangat besar dari laba yang sesungguhnya.

4. Penyajian dalam laporan keuangan belum benar karena perusahaan selam ini

tidak melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap ternak ayam.sehingga

biaya overhead menjadi terlalu kecil,selain itu perusahaan tidak menghitung

besarnya pokok produksi dari aktiva tetap ternak ayam yang menyebabkan

laba perusahaan menjadi besar dalam laporan Laba/rugi.

Page 34: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

34

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh.Yogyakarta:

BPFE.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standart Akuntansi Keuangan. Jakarta

:Salemba Empat.

Kieso,Weagandt. 1995. Akuntansi Intermediate. Jilid I. Edisi Tujuh Jakarta: Bina

Rupa Akasara.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta Salemba Empat.

Nazir, Moh.1998. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Smith, Jay.M. 1996. Akuntansi Intermediate. Edisi Kedua. Yogyakarta:BPFE.

Haryono, Yusuf. 1999. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid Dua. Edisi Lima.

Yogyakarta :YKPN.

Page 35: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

35

ANALISIS SWOT DALAM PENENTUAN STRATEGI BERSAING

(Studi Pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember)

Oleh:

Whedy Prasetyo

Amila Khusnita

Abstract

Developments in Islamic banking continues to progress, but should

not make heads encouraged Islamic banks, because many things

that must be addressed in the self-Islamic banking. PT Bank BNI

Syariah is a business unit of sharia (UUS) which has obtained the

operating license of Bank Indonesia. UUS BNI is a common bank

sharia (BUS) through a process of spin off. With the spin off of this

process, PT. Bank BNI Syariah Branch Office Jember remedy

requires a strategy to compete with other Islamic banks. So as to

determine the strategy used, investigators used a SWOT analysis is

to analyze the internal and external factors on PT. Bank BNI

Syariah Branch Office Jember.

This study aims to determine and analyze how a SWOT analysis in

the determination of competitive strategy. The research was

conducted at PT. Bank BNI Syariah Branch Office Jember. The

results of this study the internal and eksternal factors in

determining a strategy to compete in the PT. Bank BNI Syariah

Branch Office of Jember. Strategies you can use one of them to

determine strategies to compete in the PT. Bank BNI Syariah

Branch Office Jember growth strategy that is stable, meaning in

Islamic banking competition in the PT. Bank BNI Syariah Branch

Office in particular Jember.

Keywords: Competitive strategy, and SWOT analysis.

Pendahuluan

Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan,

mulai mengakomodir peraturan tentang bank syariah di dalamnya, dan diperkuat

oleh UU Bank Indonesia Nomor 23 tahun 1999, barulah lahir bank syariah lain

dan berkembang dengan pesat. Dimana telah diakuinya bank berdasarkan prinsip

syariah untuk beroperasi di Indonesia, hal ini menandai lahirnya dual banking

system di Indonesia yang berarti baik bank konvensional maupun bank syariah

keduanya diakui dalam sistem perbankan di Indonesia.

Pada Undang-Undang tesebut, ketentuan bank syariah baru diatur sebatas

mendefinisikan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan jenis-jenis prinsip

syariah yang digunakan pada perbankan. Dengan lahirnya UU No. 21 tahun 2008

Dosen Jurusan Akuntansi FE Unej Alumni Jurusan Akuntansi FE Unej

Page 36: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

36

tentang Perbankan Syariah, perkembangan bank syariah ke depan akan

mempunyai peluang usaha yang lebih besar di Indonesia. Sebagai gambaran

laporan pada triwulan I 2009 jumlah bank syariah di Indonesia mencapai 31 Bank,

terdiri dari 5 Bank Umum Syariah (BUS) dan 25 Unit Usaha Syariah (UUS) bank

umum dan 133 BPRS.

Perkembangan pada perbankan syariah terus mengalami kemajuan, namun

hendaknya tidak membuat bank syariah berbesar kepala, sebab banyak hal yang

harus dibenahi pada diri perbankan syariah. Misalnya, soal pemanfaatan teknologi

yang masih terbilang minim, padahal kondisi tersebut merupakan hal kritis dalam

hal pelayanan. Cukup kritis karena pada posisi lain pesaing dari bank

konvensional sudah cukup lama memenuhi kebutuhan teknologi perbankan untuk

memanjakan keinginan nasabahnya. Saat kondisi teknologi masih minim diikuti

pula SDM yang belum bisa setara dengan SDM bank konvensional, padahal hal

tersebut juga merupakan hal penting dalam industri perbankan nasional (Prasetyo

dan Sugiono, 2009).

Saat ini Bank Indonesia berencana akan melakukan penurunan pada

pendirian bank syariah dengan modal minimum melalui pelepasan (spin off) Unit

Usaha Syariah (UUS). Aturan yang berarti merevisi Peraturan Bank Indonesia

(PBI) No. 11/3/2009 tentang Bank Umum Syariah yang menyebutkan modal

minimum pendirian BUS sebesar Rp. 1 triliun. Ini berarti pendirian Bank Umum

Syariah dapat melalui spin off unit usaha syariah maupun Bank Umum Syariah

yang masih benar-benar baru. Namun Bank Umum Syariah yang masih benar-

benar baru ini akan mendapatkan modal minimum yang tidak berubah, yakni Rp.

1 triliun. Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan Bank Konvensional yang

memiliki Unit Usaha Syariah termotivasi untuk melakukan spin off. Dengan

menjadi BUS, manajemen menjadi lebih fokus sehingga pertumbuhan bisa lebih

cepat (Kompas, 9 Februari 2009).

Dengan dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008, pada 16 Juli 2008 yang

merupakan penyempurnaan terhadap UU No. 10 Tahun 1998 memberikan

dukungan bagi pengembangan perbankan syariah. Perubahan UU tersebut

didukung dengan penyempurnaan Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 Jo No. 23

Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004, yang mewajibkan

Bank Indonesia untuk mengembangkan instrumen pasar antarbank dengan

menggunakan prinsip syariah dalam bentuk Sertifikat IMA dan Sertifikat Wadiah,

dan dukungan pelaksanaan Dual Banking System memberikan peluang bagi bank

konvensional untuk memberikan pelayanan jasa perbankan dengan prinsip

syariah.

Dengan adanya dukungan tersebut, sejumlah bank syariah pun terpacu

untuk tumbuh, dengan mendasarkan pada PBI No. 11/3/2009 sebagai stimulus

untuk tumbuhnya kinerja bank syariah. Kinerja ini semakin nyata ketika

mendasarkan pada laporan Bank Indonesia (BI), sampai dengan Desember 2010,

aset perbankan syariah mencapai Rp. 97,52 triliun dibandingkan Desember 2009

sebesar Rp. 68,58 triliun dan Desember 2008 sebesar Rp. 51,33 triliun, jumlah

yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 47 % (persen) dan diperkirakan aset

tersebut pada tahun 2011 akan tumbuh 45 % (persen), perkiraaan yang

mendasarkan pada pangsa pasarnya dalam pengumpulan dan penyaluran dana

yang sampai awal Bulan Februari 2011 mencapai 3,28 % (persen). Selanjutnya

data sampai dengan Desember 2010 menunjukkan total Dana Pihak Ketiga (DPK)

Page 37: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

37

mencapai Rp 76,036 triliun dibandingkan Desember 2009 sebesar Rp. 53,60

triliun dan Desember 2008 sebesar Rp.37,82 triliun (Prasetyo dan Sugiono,2009).

Penunjukkan data laporan di atas memberikan bukti bahwa perbankan

syariah sudah mulai menunjukkan peranannya di sektor keuangan Indonesia pada

umumnya, dan perkembangan ekonomi nasional. Kondisi yang mampu

memberikan peran bagi perbankan syariah di dalam perkembangan perekonomian,

namun ada beberapa tantangan yang masih harus dibenahi pada diri perbankan

syariah. Tantangan pertama di dalam pengembangan adalah mampukah

perbankan syariah dengan adanya strategi spin off memerankan fungsi

intermediasi secara baik sehingga segera dapat menggerakkan sektor riil?

Tantangan kedua adalah mampukah perbankan syariah dengan strategi spin off

berkembang di lingkungan mayoritas muslim, serta menjadi contoh sukses bagi

negara la in dalam mengembangkan perbankan syariah? Tantangan ketiga, di

masa depan perbankan syariah harus mampu menjadi rahmatan lil alamin, artinya

ia tidak hanya bermanfaat bagi kaum muslim tetapi juga bagi seluruh umat

manusia. Jumlah penduduk muslim sebagai kekuatan utama belum menjamin

mereka menggunakan jasa perbankan syariah.

Catatan dan fenomena tersebut juga tergambar di beberapa wilayah

Indonesia yang merupakan wilayah dengan penduduk muslim yang banyak

(mayoritas). Peluang dan tantangan pengembangan perbankan syariah juga

muncul dengan mulai beroperasinya beberapa bank syariah seperti Bank

Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah, Bank Niaga

Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank Permata Syariah, BII Syariah, Bank BTN

Syariah, Bank Rakyat Indonsia (BRI) Syariah, Bank Bukopin Syariah, serta Bank

Syariah Mega Indonesia(BSMI). Memanfaatkan peluang yang ada, adanya

tantangan belum dapat dijawab dengan pasti, serta berbagai ancaman yang belum

bisa teratasi membuat perkembangan perbankan syariah perlu diupayakan terus

dengan mencoba dan menemukan berbagai macam strategi yang sesuai.

PT Bank BNI Syariah adalah salah satu unit usaha syariah (UUS) yang

telah memperoleh izin operasional dari Bank Indonesia. UUS BNI yang menjadi

bank umum syariah (BUS) melalui proses spin off dan melakukan lounching pada

tanggal 19 Juni 2010. Setelah menjadi BUS. BNI Syariah telah menargetkan aset

di akhir 2010 sebesar Rp 5,9 triliun, pembiayaan Rp 4,9 triliun, dan dana pihak

ketiga Rp 5,2 triliun. Selanjutnya untuk fokus bisnis pun BNI masih akan tetap ke

ritel dan konsumer.

Pada Februari 2010, PT. Bank BNI Syariah telah mendapat izin prinsip

dari BI dan persetujuan dari Kementerian Hukum dan HAM pada 25 Maret 2010.

BUS BNI akan memiliki modal Rp 1 triliun dengan porsi Rp 999 miliar atau 99,9

persen dari bank induknya, yaitu BNI.

Didasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka

penelitian ini memfokuskan pada “Analisis SWOT dalam Penentuan Strategi

Bersaing (Pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember)”.

Perumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan

pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis SWOT dalam penentuan

strategi bersaing pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember?

Page 38: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

38

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah

dijabarkan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

analisis SWOT dalam penentuan strategi bersaing pada PT. Bank BNI Syariah

Kantor Cabang Syariah Jember.

Pengertian Bank Syariah

Muhamad (2002), mengatakan bahwa yang disebut dengan bank syariah

adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank

Syariah adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasionalnya dan produknya

dikembangkan berdasarkan pada Al-Quran dan Hadist atau dengan kata lain, bank

syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan

dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan

yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Usaha pembentukan

sistemtersebut didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut

maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan

investasi untukusaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang

berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram, usaha media yang tidak

islami, dan sebagainya) dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan

konvensional.

Lebih lanjut menurut Ascarya (2005:1), bahwa bank syariah adalah bank

yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan

perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk

penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya

yang dinyatakan sesuai dengan syariah.

Prinsip Syariah

Menurut Triyuwono (2000a), bahwa prinsip syariah atas kandungan Al-

Quran merupakan pendasaran untuk pengembangan ekonomi syariah, sehingga

memerlukan konsekuensi untuk selalu memperhatikan syariatsyariat Islam yang

berlaku. Lebih lanjut Triyuwono (2000b) menjelaskan prinsip syariah pada

organisasi bisnis akan dapat mengembangkan kemakmuran semua umat apabila

manajemen bisnis selalu mendasarkan pada prinsip-prinsip dasar Al-Quran dan

Hadist.

Beberapa prinsip atau hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah

antara lain:

1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman

dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan. Pemberi dana harus

turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha institusi yang

meminjam dana.

2. Islam tidak memperbolehkan ”menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya

merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena memiliki nilai

intrinsik.

3. Unsur Gharar (ketidakpastian,spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah

pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari

sebuah transaksi.

Page 39: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

39

4. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam

Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan

syariah.

Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia Ascarya (2005:68) menjelaskan bahwa seecara kelembagaan, bank syariah

di Indonesia dapat dibagi ke dalam tiga kolompok, yaitu Bank Umum Syariah,

Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

1. Bank Umum Syariah

Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang melakukan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu

lintas pembayaran. BUS merupakan badan usaha yang setara dengan bank

umum konvensional dengan bentuk hukum Perseroan Terbatas, Perusahaan

Daerah, atau Koperasi. Seperti halnya bank umum konvensional, BUS dapat

berusaha sebagai bank devisa atau non devisa.

2. Unit Usaha Syariah

Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank umum

konvensional yang berfungsi sebagi kantor induk dari cabang syariah dan atau

pembantu syariah. UUS bukan merupakan badan hukum tersendiri, tetapi

merupakan unit dari suatu bank konvensional. Dalam struktuk organisasi, UUS

berada satu tingkat di bawah direksi bank umum konvensional yang

bersangkutan UUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau bank nonbank.

3. Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS merupakan badan usaha

yang setara dengan bank perkreditan rakyat konvensional dengan bentuk

hukum Perseroan Terbatas, Perusahaan Daerah atau Koperasi.

Produk Bank Syariah

Beberapa Produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara

lain:

1. Jasa untuk peminjam dana

Mudhorobah adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha.

Setiap keuntungan yangdiraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang

disepakati. Risiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali

kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan

penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan

penyalahgunaan.

Musyarokah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership

atau jointventure. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang

disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang

dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan dengan mudharabah ialah dalam

konsep ini ada campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan

mudharabah tidak ada campur tangan.

Murobahah yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan

membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya

kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin

Page 40: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

40

keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang

tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad awal dan besarnya angsuran sama

dengan harga pokok ditambah margin yang disepakati.

2. Jasa untuk penyimpanan dana

Wadi’ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat

mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadi‟ah bank tidak

berkewajiban, namun diperbolehkan untuk memberikan bonus kepada nasabah.

Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana dalam kurun waktu tertentu.

Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan bank akan

dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu

(Muhamad. 2008).

Dalam Undang-Undang Nomor 21 Pasal 1 ayat 12 disebutkan prinsip

syariah, adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan berdasarkan fatwa yang

dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di

bidang syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil

(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah),

prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau

pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah)

atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari

pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Tujuan Bank Syariah

Setelah di dalam perjalanan sejarah bank-bank yang telah ada (bank

konvensional) dirasakan mengalami kegagalan menjalankan fungsi utamanya

menjembatani antara pemilik modal atau kelebihan dana dengan pihak yang

membutuhkan dana, maka dibentuklah bank-bank islam dengan tujuan-tujuan

sebagai berikut (Muhamad. 2008):

1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara islam,

khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari

praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung

unsur gharar (tipuan), di mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam

Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi

umat.

2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi, dengan jalan meratakan

pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang

amat besar antara pemilik modal (orang kaya) dengan pihak yang

membutuhkan dana (orang miskin).

3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang

berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang diarahkan

kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian

berusaha (berwirausaha).

4. Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan) masalah kemiskinan, yang

pada umumnya merupakan prigram utama dari negara-negara yang

berkembang. Upaya bank Islam di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa

pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha

yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan

pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program pengembangan

modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.

Page 41: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

41

5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi/moneter pemerintah. Dengan aktivitas-

aktivitas Bank Islam yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat

penerapan sistem bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara

lembaga keuangan, khususnya bank dan menanggulangi kemandirian lembaga

keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter dari dalam maupun

luar negeri.

6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-Islam

(konvensional) yang menyebabkan umat Islam berada di bawah kekuasaan

bank, sehingga umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara

penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perkonomiannya.

Tahapan Penyusunan Matriks SWOT

Untuk mewujudkan matriks SWOT tersebut diperlukan pelaksanaan

tahapan berikut ini (David, 1995:200-2; Have dkk., 2003: 185-9; Weihrich, 1982:

60 1; Wheelen & Hunger, 2004: 173-6):

Pertama, manajemen sendiri maupun bersama konsultan melakukan identifikasi

dan inventori terhadap kekuatan dan kelemahan yang sekarang dimiliki oleh

perusahaan (unit usaha strategis), dengan menggunakan salah satu pendekatan

yang lazim digunakan dalam MS: manajemen fungsional, rantai nilai, kompetensi

inti, 7S atau yang lain. Di samping itu manajemen juga perlu melakukan

perbandingan dengan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh pesaing.

Dalam praktik, tidak terkecuali di Indonesia, terdapat kecenderungan

menghasilkan daftar yang begitu panjang.Sedapat mungkin kecenderungan ini

dihindari. Diusahakan hendaknya hanya berisi daftar yang cukup ringkas, antara 3

sampai dengan 10 indikator saja. Semakin banyak indikator yang ditemukan bisa

ditafsirkan sebagai tanda bahwa manajemen tidak mengerti dan sekalipun tidak

memiliki pengetahuan mendalam tentang perusahaan yang dipimpinnya.

Kedua, manajemen mendeteksi lingkungan bisnis makro dan mikro ( industri dan

pesaing ) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, kini

dan masa yang akan datang. Manajemen dipersilahkan menggunakan bantuan

salah satu atau kombinasi berbagai teknik yang biasa digunakan dalam MS, sejak

analisis PEST, lima kekuatan bersaing (five competitive forces) Poter, sampai pada

konstruksi skenario. Diharapkan manajemen mampu mengahasilkan daftar

peluang dan ancaman bisnis yang tersedia dan ancaman bisnis yang menghadang.

Tidak berbeda dengan langkah pertama, diharapkan manajemen tidak

menghasilkan daftar panjang, (long list) yang tidak fokus.

Ketiga, manajemen mencoba merumuskan pilihan strategi yang mungkin dapat

diimplementasikan dengan cara melakukan refleksi atas berbagai kemungkinan

kombinasi dari indicator kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O), dan ancaman

(T) yang telah ditemukan pada dua langkah sebelumnya. Tersedia empat macam

strategi, yakni: SO (maksi-maksi), WO (mini-maksi), ST (maksi-mini), dan WT

(mini-mini). Pada tahapan ini juga terdapat kecenderungan untuk sebanyak

mungkin menemukan rumusan strategi, yang jika dicermati lebih dalam biasanya

justru berisi strategi yang tidak memiliki kemungkinan untuk diterapkan.

Manajemen sedari mula hendaknya menyadari kecenderungan tersebut dan oleh

karena itu harus dihindari. Jika berhasil dirumuskan dengan pas, manajemen dapat

mengimplementasikan keempat jenis strategi tersebut secara simultan, tidak hanya

memilih salah satu. Dalam praktiknya, mungkin perlu penetuan skala prioritas.

Page 42: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

42

Strategi SO dirumuskan dengan pertimbangan bahwa manajemen hendak

memanfaatkan kekuatan perusahaan dan keunggulan bersaing yang dimiliki untuk

mengeksploitasi peluang bisnis yang tersedia. Strategi ini bersifat agresif, memacu

pertumbuhan perusahaan. Oleh karena itu strategi ini juga disebut maksi-maksi

karena manajemen mencoba menggunakan apa yang serba positif (maksimal)

yang kini dimiliki. Manajemen tentu saja menyukai jika memiliki kesempatan

untuk mengimplementasikan strategi ini karena perusahaan sedang sehat dan di

saat yang sama tersedia peluang bisnis yang menjanjikan.

Strategi WO diperoleh ketika manajemen mencoba memanfaatkan peluang

bisnis yang tersedia untuk mengurangi bahkan mengeliminasi kelemahan

perusahaan yang ada. Strategi ini disebut mini-maksi karena yang maksimal hanya

satu variabel, yakni peluang; sedangkan satu variable lainnya dinilai sebagai

sesuatu yang minimal karena hanya berupa kelemahan. Strategi ini tidak seagresif

yang disebut pertama, karena manajemen tidak sepenuhnya dapat memanfaatkan

peluang bisnis yang tersedia. Sehingga lebih berkonsentrasi untuk menyehatkan

perusahaan dengan cara mengeliminir kelemahan yang dimiliki atau outsourcing.

Jika terpaksa manajemen dapat membiarkan peluang bisnis yang tersedia untuk

diambil oleh perusahaan pesaingnya.

Strategi ST serupa dengan strategi WO karena variabel yang ada tidak

maksimal. Strategi ST lahir dari analisis manajemen yang hendak menggunakan

kekuatan dan keunggulan yang dimiliki untuk menghindari efek negatif dari

ancaman bisnis yang dihadapi. Strategi ini disebut maksi-mini karena hanya

memiliki satu variable maksimal, yakni kekuatan. Variabel yang lain bersifat

minimal, yakni ancaman bisnis. Perusahaan memiliki keunggulan akan tetapi

tidak dapat memanfaatkannya secara maksimal karena yang tersedia hanya

ancaman bisnis. Ancaman bisnis tersebut dapat menjadi sebab ketidaksehatan

perusahaan jika manajemen jika manajemen keliru dalam mengantisipasinya.

Strategi WT pada dasarnya lebih merupakan strategi bertahan yakni

strategi bisnis yang masih mungkin ditemukan dan dipilih dengan meminimalisasi

kelemahan dan menghindari ancaman bisnis. Karena sifatnya yang pasif dan tidak

kedua variabel yang ada bersifat minimal, strategi WT disebut juga strategi mini-

mini. Manajemen tentu saja tidak hendak meletakkan strategi ini pada pilihan

pertama. Strategi ini hanya amat sedikit memberikan ruang gerak bagi

manajemen. Perusahaan telah sampai pada soal mati atau hidup (survival), bahkan

mungkin harus memilih untuk melakukan likuidasi. Sekalipun demikian, masih

tersedia pilihan lain, misalnya merjer dengan perusahaan lain atau mengurangi

skala operasi secara besar-besaran (Muhammad, 2008a: 16-19).

Selanjutnya Muhammad (2008a: 25), menjelaskan bahwa SWOT tidak

berlebihan jika dikatakan sebagai alat analisis yang paling sering digunakan dalam

membantu mendesain rancang bangun strategi di Indonesia. Di belahan dunia

yang lain posisi terpopuler tersebut juga masih dimiliki, sekalipun di sisi lain

kritik keras terhadapnya juga sering dan masih terus dilontarkan. Dengan segala

variasi yang dimiliki, kesemua model analisis SWOT memiliki karakter sederhana,

tidak rumit dalam penerapannya.

Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisa secara deskriptif kualitatif, dimana

sebagian data kualitatif yang akan diperoleh akan diangkakan sekedar untuk

Page 43: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

43

mempermudah penggabungan dua atau lebih data variabel kemudian setelah

didapat hasil akhir akan dikualitatifkan kembali. Dalam penelitian ini perangkat

analisis data yang akan digunakan adalah dengan menggunakan analisis SWOT

(Strenghts, Weaknesses, Opportunities, dan Threats), terutama untuk mengetahui

strategi bersaing pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember.

Analisis SWOT mendasarkan pada landasan teori, penelitian ini untuk

penentuan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan pada PT. Bank BNI

Syariah Kantor Cabang Syariah Jember dirumuskan sebagai berikut:

Peluang, yaitu situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan

perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber

peluang. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada

situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi, serta membaiknya

hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi PT.

Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember.

Ancaman, yaitu situasi penting yang tidak menguntungkan dalam organisasi.

Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang

diinginkan PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember. Dengan adanya

persaingan, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar

menawar, perubahan teknologi, serta peraturan baru atau yang direvisi dapat

menjadi ancaman bagi keberhasilan PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang

Syariah Jember.

Kekuatan, yaitu sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap

pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani atau yang ingin dilayani oleh

perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus (distinctive competence) yang

memberikan keunggulan komparatif bagi PT. Bank BNI Syariah kantor Cabang

Syariah Jember. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra,

kepemimpinan pasar, dan faktor-faktor lain.

Kelemahan, yaitu faktor keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,

keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif

perusahaan. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen,

keterampilan pemasaran, dan citra merek dapat merupakan sumber kelemahan PT.

Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember.

Hasil Penelitian

Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mulai dari mengetahui

undangundang perbankan syariah (Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008),

melihat gambaran umum PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember,

serta melihat visi dan misi PT BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember sampai

melihat dan mengetahui kondisi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah

Jember terkini, strategi yang telah ditempuh dan kinerja yang telah dicapai dapat

diketahui beberapa faktor internal dan eksternal pada PT. Bank BNI Syariah

Kantor Cabang Syariah Jember. Beberapa faktor internal dan eksternal yang

penting (IFAS dan EFAS) dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1) Faktor Internal (IFAS)

a. Kekuatan (Strengths)

1. Tata Kelola dan perilaku atau budaya Bank Syariah yang baik, dimana

perbankan adalah bisnis di bidang jasa yaitu pelayanan jasa tersebut harus

Page 44: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

44

sesuai dengan apa yang diamanahkan dari nasabah pemilik dana maupun

nasabah yang membutuhkan dana yang di wujudkan dengan prinsip Good

Coorporate Governance dan Code of Conduct yakni perilaku atau budaya kerja

perusahaan yang baik.

2. Iklim Investasi Positif dan semangat kerja tinggi, Iklim Investasi yang

dihimpun oleh PT. Bank BNI Syariah Kantor Caban Syariah Jember

menunjukkan positif dilihat dari perkembangan dari tahun ke tahun, dimana

rata-rata tumbuh >50% per tahun jauh diatas rata-rata pertumbuhan Bank

Konvensional yang sekitar ± 12 s/d 15% per tahun, hal ini juga didukung

dengan semangat kerja yang tinggi sebagai wahana untuk berkarya dan

berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah 3. Fund Deposit Ratio (FDR) Normal, daya dukung investasi yang baik sehingga

dapat mencapai FDR di ambang normal yaitu 90% - 110%.

4. Kontribusi Positif terhadap masyarakat dan kelestarian Lingkungan, dimana

PT. Bank BNI Syariah memiliki dua program yaitu Go Green (Kelestarian

Lingkungan) dan Corporate Social Responsibility.

5. Membantu pengusaha-pengusaha di Wilayah Jember, yakni di dalam sektor riil

PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember membantu pengusaha-

pengusaha cukup sharenya terhadap pertumbuhan sektor riil untuk

meningkatkan dan pengembangan perekonomian di Wilayah Jember.

b. Kelemahan (Weaknesses)

1. Tenaga ahli yang terbatas, dimana SDM (Sumber Daya Manusia) atau tenaga

ahli di bidang perbankan syariah pada PT. BNI Syariah masih memerlukan

pelatihan tambahan dari internal BNI Syariah untuk mencetak tenaga yang

kompeten.

2. Kurangnya sarana pendukung, beberapa sarana penting yang masih sering

meninggalkan kesan dan keluhan bagi setiap nasabah yang bertransaksi seperti

keberadaan halaman parkir yang luas dan memadai.

3. Kurangnya aturan pendukung, kurangnya peraturan tentang perbankan syariah

yang mendukung setiap kegiatan operasional maupun pemasaran produk dan

jasa yang dimiliki.

4. Promosi atau pengenalan door to door, untuk meningkatkan sosialisasi

berkaitan dengan pengenalan pada produk dan jasa yang ditawarkan kepada

nasabah, PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Jember menggunakan solusi

dengan cara pengenalan produk dan jasa tersebut masih dengan cara door to

door. Dengan cara ini memungkinkan tenaga pemasaran yang dibutuhkan

banyak, sehingga cara ini masih kurang efisien dan efektif.

5. Teknologi yang masih terbatas, aspek teknologi yang kurang kompetitif

menjadikan kendala tersendiri dalam hal pelayanan kepada nasabah.

2). Faktor Eksternal (EFAS)

a. Peluang (Opportunities)

1. Mayoritas masyarakat muslim, yakni jumlah penduduk yang mayoritas

beragama Islam merupakan calon nasabah emosional yang seharusnya

memberikan kontribusi yang cukup pada kinerja PT. Bank BNI Syariah Kantor

Cabang Syariah Jember.

2. Melakukan kerjasama dalam menciptakan suatu peluang untuk mewujudkan

dukungan atas perkembangan investasi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang

Syariah Jember melakukan kerjasama dengan berbagai pihak.

Page 45: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

45

3. Potensi Masyarakat yang tinggi, potensi masyarakat Jember yang cukup tinggi

baik dilihat dari tingkat mobilitas ekonomi dan perdagangan.

4. Fatwa MUI, adanya fatwa MUI tentang riba yang secara tidak langsung

mempengaruhi pola pikir pelaku perbankan yang emosional yang tidak semua

orang memperhitungkan bunga dan sesungguhnya rata-rata bagi hasil lebih

tinggi daripada bunga Bank Konvensional. Sehingga pola pikir tersebut

mendorong calon nasabah nantinya mempercayakan pengelolaan dananya pada

Bank syariah, khususnya pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah

Jember.

5. Pembukaan KCPS, yaitu adanya peluang pembukaan KCPS (Kantor Cabang

Pembantu Syariah) memberikan peluang tersendiri terhadap pengembangan

PT. Bank BNI Syariah.

b. Ancaman ( Threats )

1. Total share perbankan, dimana bagi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang

Syariah Jember dengan perbankan syariah lainnya bukan merupakan pesaing

melainkan teman sejawat, sehingga berkiprah seiring sejalan untuk bekerja giat

menaikkan share yang hingga saat ini masih dibawah 5% dibanding total share

perbankan konvensional.

2. Kurang pemahaman tentang perbankan syariah, kurang adanya pemahaman

masyarakat Jember tentang produk, system dan mekanisme perbankan syariah,

Hal ini akan mempengaruhikecepatan pengembangan PT. Bank BNI Syariah

khususnya pada Kantor Cabang Syariah Jember.

3. Kesan sulit dan rumit pada bank syariah, adanya anggapan bahwa berhubungan

dengan bank syariah lebih rumit disbanding dengan bank konvensional.

4. Kesan Sosial pada bank syariah. Adanya kesan bahwa perbankan syariah adalah

lembaga sosial saja sehingga aspek-aspek bisnis di nomor duakan.

5. Kurang dukungan dari masyarakat, sebagian masyarakat Jember masih

menganggap perbankan syariah adalah perbankan kaum muslim.

Faktor-faktor kekuatan (strengths) mempunyai nilai skor 1,80 sedangkan

faktor faktor kelemahan (weaknesses) mempunyai nilai skor 0,60. Berarti PT.

Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember mempunyai kekuatan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan faktor kelemahan dalam menentukan strategi

bersaingnya. Selanjutnya untuk faktor-faktor peluang (opportunities) mempunyai

skor 1,90 dan faktor-faktor ancaman (Threats) mempunyai nilai skor 0,85, ini

berati dalam upaya menentukan strategi bersaingnya PT. Bank BNI Syariah

Kantor Cabang Syariah Jember mempunyai peluang yang cukup besar

dibandingkan ancaman yang akan timbul. Dari hasil susunan faktor-faktor internal

dan eksternal di atas, menghasilkan rangkaian skor sebagai berikut :

1. Kekuatan (Strenghts/S) = 1,80

2. Kelemahan (Weaknesses/W) = 0,60

3. Peluang (Opportunities/O) = 1,90

4. Ancaman (Threats/T) = 0,85

Dari rangkaian nilai skor tersebut, dapat disusun suatu tabel Rekap Skor

IFAS dan EFAS sebagai berikut:

Page 46: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

46

Tabel 1: Tabel Rekap Skor IFAS dan EFAS:

Skor Internal Skor Eksternal Pilihan Strategi

S > W (+)

1,80 > 0,60 (+)

O > T (+)

1,90 > 0,85 (+)

GROWTH

S < W (-) O < T (-) SURVIVAL

S > W (+) O < T (-) DIVERSIFICATION

S > W (-) O > T (+) STABILITY

Dari tabel di atas dihasilkan faktor internal dan eksternal yang positif,

berarti bahwa kekuatan PT. Bank BNI Syariah relatif lebih unggul dibandingkan

dengan kelemahannya, sedangkan lingkungan yang saat ini dihadapi lebih besar

daripada ancamannya. Oleh karena itu PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang

Syariah Jember memiliki kemampuan untuk merubah potensi menjadi suatu

prestasi dan kinerja yang lebih baik. Sehingga arah kebijakan yang tepat untuk

dilaksanakan adalah dengan meningkatkan dan memperbesar peranan PT. Bank

BNI Syariah khususnya pada Kantor Cabang Syariah Jember dalam berbagai

kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sekaligus untuk memperluas

peran serta memanfaatkan berbagai peluang. Arah kebijakan tersebut merupakan

dasar dari kebijakan dalam kondisi growth strategy dengan pelaksanaan melalui

stable growth strategy, artinya dalam pengembangannya PT. Bank BNI Syariah

khususnya Kantor Cabang Syariah Jember dapat menggunakan strategi

pertumbuhan peran namun dilakukan secara bertahap sesuai skala prioritas. Dan

strategi tersebut didukung dengan adanya alternatif dan peluang untuk menarik

nasabah yang lebih banyak dengan melakukan pengembangan produk dan layanan

syariah untuk memuaskan nasabahnya.

Aspek yang perlu dilakukan untuk pengembangan produk maupun layanan

tersebut PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember yaitu dengan bagi

hasil yang dijanjikan, menjaga reputasi yang baik, melayani jasa ATM, jaringan

kantor cabang, layanan pelanggan, kejelasan produk, dukungan IT (mbanking,

internet banking,dll), serta promosi yang dilakukan dan nilai rekomendasi.

Simpulan

Hasil penelitian atas penentuan strategi bersaing melalui analisis SWOT

dengan melakukan analisis faktor internal dan faktor eksternal pada PT. Bank BNI

Syariah Kantor Cabang Syariah Jember, yaitu Faktor internal dalam menentukan

strategi bersaing pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Syariah Jember

terdiri dari kekuatan; atas tata kelola dan perilaku atau budaya Bank Syariah yang

baik, iklim investasi positif dan semangat kerja tinggi, FDR normal, kontribusi

positif terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan, membantu pengusaha

pengusaha di Wilayah Jember. Selanjutnya kelemahan meliputi; tenaga ahli yang

terbatas, kurangnya sarana pendukung, kurangnya aturan pendukung, promosi

atau pengenalan door to door dan teknologi yang masih terbatas.

Page 47: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

47

Faktor ekternal dalam menentukan strategi bersaing pada PT.Bank BNI

Syariah Kantor Cabang Syariah Jember terdiri dari peluang atas mayoritas

masyarakat muslim, melakukan kerja sama, potensi masyarakat yang tinggi, fatwa

MUI dan pembukaan KCPS. Selanjutnya dalam penentuan strategi bersaing pada

PT. Bank BNI Syariah Cabang Syariah Jember terdiri dari ancaman meliputi :

Total share perbankan, kurang pemahaman tentang perbankan syariah, kesan sulit

dan rumit pada bank syariah, kesan sosial pada bank syariah dan kurang dukungan

dari masyarakat.

Strategi yang dapat digunakan salah satunya untuk menentukan strategi

bersaing pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Jember yaitu

stable growth strategy, artinya dalam persaingan di perbankan syariah PT. Bank

BNI Syariah khususnya Kantor Cabang Syariah Jember menggunakan strategi

pertumbuhan peran namun dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala

prioritas.

DAFTAR PUSTAKA

Ascarya, Yumanita Diana. 2005. Bank Syariah: Gambaran Umum Seri

Kebanksentralan. Jakarta: Gempitan Indonesia.

David, Fred R. 2009. Strategic Management (Manajemen Strategis Konsep).

Penerbit: Salemba Empat. Jakarta.

Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syariah. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Muhamad. 2008. Bank Syari’ah: Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan

Ancaman. Cetakan Kedua. Penerbit EKONISIA Fakultas Ekonomi UII.

Yogyakarta.

Muhammad, Suwarsono. 2008a. Matriks & Skenario dalam Strategi. Cetakan

Pertama. Penerbit Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu

Manajemen YKPN. Yogyakarta.

Prasetyo, Whedy dan K. Sugiono. 2009. Analisis Pelaksanaan Stable Growth

Strategy Melalui Strategi SWOT Dalam Pengembangan Bank Syariah

Di Indonesia. Jurnal Akuntabilitas. Tahun 02, Nomor 2, Agustus. hal.

44-68.

Triyuwono, Iwan. 2000a. Akuntansi Syari’ah: Implementasi Nilai Keadilan dalam

Format Metafora Amanah. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

Malang: Seminar Nasional Akuntansi Syari‟ah.

Triyuwono, Iwan. 2000b. Organisasi Dan Akuntansi Syari’ah. Cetakan Pertama.

Penerbit LkiS. Yogyakarta.

Wheelen, T.L and J.D. Hunger. 2004. Strategic Managenent and Business Policy.

Ninth Edition. Pearson Education, Inc. New Jersey

Page 48: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

44

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI

WANITA TANI DI SEKTOR PERTANIAN

(Studi Kasus di Desa Purwokerto Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar)

Oleh:

Tri Kurniastuti

Abstract

In society, because of economic demand a woman could be the

housewife and the laborer or breadwinner for herself or their family.

Therefor, the position of a woman in family and society was important

for increasing the participation. If the participation in farming sector

was developed as continuous it would increased the farmer income in

rural. Many factors could influences the women partisipation in farming,

e.g, age, total of family and eduction. The factors could be influence of

activity the farmer women participation in farming sector.

Keywords: Women farming, and time participation

Pendahuluan

Manusia merupakan sumberdaya yang tidak dapat diabaikan menyatakan

prikemanusiyaan yang berorientasi pada keahliaan belaka. Tindakan berupa

mengajak mendorong wanita di pedesaan untuk berpatisipasi dalam pembangunan

merupakan suatu tindakan yang efisien. Bahkan tanpa mengikut sertakan wanita

dalam, pembangunan akan memberikan pengaruh yang relatif besar terhadap

lajunya pertumbuhan perekonomian kita.

Menurut Priyo (1992), dalam skiprsi Budi Wibowo (2000) usaha

peningkatan kwalitas penduduk dilakukan dalam tiga jalan strategi yaitu: 1).

Usaha perbaikan gizi dan kesehatan keluarga, 2). Peningkatan pendidikan dalam

arti yang sangat luas, 3). Peningkatan partisipasi penduduk dalam pekerjaan

(labourparticipation ratio) dalam perhitungan ketergantungan penduduk non

produktif dengan penduduk yang produktif ( dependence ratio).

Dari ketiga faktor yang paling penting adalah usaha untuk peningkatan

partisipasi penduduk dalam pekerjaan dan penurunan tinggkat ketergantugan

dalam masyarakat pedesaan. Dengan demikian posisi wanita dalam berkeluarga

dan masyarakat sangat penting untuk peningkatan partisipasiya.

Di mana kita ketahui bahwa sebagai besar penduduk Indonesia bertempat

tinggal di daerah pedesaan dan bekerja dalam sektor primer, hal itu dapat di

tunjukan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada

sektor pertanian atau dari produk pertanian yang berasal dari pertanian. Sektor

petanian menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar apabila tenaga

kerja perempuan, dimana perempuan memiliki partisipasi yang vital dalam

perekonomian rumah tangga petani. Oleh karena itu diperlukan berbagai usaha

agar petani tetap mampu berusaha di bidang pertanian. Artinya tingkat

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Balitar

Page 49: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

45

kesejahteraan dalam produktivitas petani kesektor lain (industri) untuk

mendapatkan hidup yang layak ( R. Renata Simatupang, 2000 ).

Sektor pertanian di Indonesia mempuyai partisipasi yang sangat strategis

dalam perkembangan pembangunan yaitu sebagai sumber kehidupan dan

pendapatan pertanian dalam keluarga, penghasil pangan, bahan baku industri yang

juga sebagai peyedia lapangan kerja serta salah satu unsur pelestari hidup. Sektor

pertanian apabila dikembangkan secara terus menerus dipedesaan akan membawa

dampak yang luas terhadap persoalan-persoalan ketenagakerjaan terutama tenaga

kerja perempuan karena persoalan tenaga kerja merupakan masalah yang vital

dalam pembangunan. Untuk menunjang sumberdaya dan peningkatan kwalitas serta

produktivitas dalam sektor pertanian diperlukan suatu progam Intensifitas yang

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan-pendapatan petani. Sebab dengan

perluasan lahan maka tingkat kesempatan kerja dan perbaikan kwalitas tenaga kerja

dapat ditingkatkan dan gejala terjadinya penganguran tidak terlalu banyak.

Dengan masuknya teknologi pertanian baru selain sebagai upaya untuk

menginsentifikasikan hasil pertanian akan berakibat buruk bagi posisi perempuan

ke pingiran dalam memperebutkan kesempatan tenaga kerja. Dengan makin

luasnya kegiatan teknologi modern dengan segala nilai yang melekat berpengaruh

langsung terhadap perubahan struktur gender dalam masyarakat desa yang agraris

tradisional ( Abdullah, Malo,Clauss,1995).

Analisa perekonomian rumah tangga tani dalam konteks pemikiran yang

memfokuskan bagaimana memperkirakan dan membandingkan nilai pekerjaan

petani baik pada tingkat induvidu maupun pada tingkat petani adalah bagaimana

untuk menelaah masyarakat di pedesaan. Hal ini tentunya dapat membantu dapat

membantu untuk lebih mengerti kedudukan wanita di pedesaan dalam

perekonomian khususnya dengan menghitungkan membangdingkan pada

ketersediaan tenaga kerja pria dalam berbagai aktivitas serta pekerjaan untuk

mencari nafkah yang langsung menghasilkan (income).

Wanita dalam kehidupan bermasyarakat disamping sebagai ibu rumah

tangga juga sebagai tenaga kerja pencari nafkah baik untuk dirinya maupun juga

untuk keluarganya. Posisi ganda tersebut di sebabkan oleh banyaknya tuntutan

ekonomi dan upaya mandiri untuk meningkatkan sumberdaya manusia dan akhir-

akhir ini semakin dihargai oleh masyarakat. Perkembangan tersebut mendorong

wanita yang selama ini terkadang oleh suatu tradisi yang menyudutkan mereka ke

arah partisipasi pembangunan nasional.

Berdasarkan kenyataan, tinggkat pendapatan petani berlahan sempit

maupun buruh tani yang masih relatif rendah, menyebabkan para ibu rumah

tangga ikut mencari nafkah untuk tambahan penghasilan suami untuk mencapai

pemenuhan kebutuhan sehari – hari. Hal ini wanita ikut serta dalam kegiatan

perekonomian masyarakat pedesaan terutama dalam usaha peningkatan

pendapatan rumah tangga.

Partisipasi wanita untuk keperluan kehidupan rumah tangga di perinci:

1. Partisipasi wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pencari nafkah

2. Partisipasi wanita sebagai kedudukan pengambil keputusan

3. Partisipasi wanita pada kedudukan beragam lembaga atau organiasasi sosial

ekonomi kebudayaan dan politik yang ada disamping atau di desa.

Page 50: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

46

Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas maka dipandang perlu diadakan beberapa

pengajian yaitu:

1. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh wanita tani di sektor pertanian.

2. Faktor- faktor apa yang mempengaruhi partisipasi wanita tani disektor

pertanian.

Tujuan

Bertolak dari permasalahan yang ada maka tujuan yang ingin di capai

dalam penelitian ini dapat di formulasikan sebagai berikut:

1. Untuk mendiskripsikan kegiatan yang dilakukan oleh wanita tani disektor

pertanian.

2. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi wanita tani

disektor pertanian.

Batasan istilah:

Partisipasi wanita tani diartikan sebagai seberapa besar waktu (jam/hari) yang

dicurahkan wanita tani di sektor pertanian.

Metode Penelitian

Metode Penentuan Daerah

Penelitian dilakukan di Desa Purwokerto Kecamatan Srengat Kabupaten

Blitar. Penetuan daerah ini dilakukan secara sengaja (purposive). Berdasarkan

pertimbangan bahwa Desa Purwokerto masyarakatnya bekerja pada sektor

pertanian khususnya para kaum wanitanya.

Metode Pengambilan Sampel

Adapun sampel dalam penelitian ini diambil 10% dari jumlah populasi pekerja

wanita tani di Desa Purwokerto. Dalam penelitian ini pengambilan sempel

menggunakan cara acak (random sampling), dimana setiap pekerja wanita tani yang

melakukan pekerjaan dalam sektor pertanian diberi kesempatan yang sama untuk

menjadi sempel. Dan pengambilan sempel dilakukan pada pekerja wanita tani yang

berumur 20 – 63 tahun.

Metode Analisa Data

Metode yang pertama yang digunakan penulis adalah analisa deskriptif.

Analisa deskriptif digunakan untuk memperjelas bila terdapat data data yang

kualitatif, analisa ini bersifat presentase. Analisa statistik digunakan untuk

menguji hipotesa dari data yang terkumpul dengan maksud untuk mempermudah

dalam pengambilan keputusan.

Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi wanita

tani digunakan analisa regresi liniear berganda. Analisa statistik regresi liniear

berganda mengunakan model:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Keterangan :

Y = Partisipasi wanita tani

1X = Umur petani

2X = Jumlah anggota keluarga

3X = Pendidikan wanita tani

1b , 2b , 3b = Koefesien regresi dari X

a = Konstanta

Page 51: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

47

Metode yang kedua adalah pengujian statistik berupa uji hipotesis untuk

membuktikan apakah masing-masing variabel bebas ( 1X , 2X , 3X ) secara

serentak mememiliki pengaruh terhadap variabel terikat (Y) menggunakan metode

pengujian uji F dengan rumusan sebagai berikut:

)/()(

/2

2

IknRI

kRf

Dimana:

R2

: Koefesien kolerasi ganda

K : Jumlah variabel independen

N : Banyak sempel

Dengan kreteria:

- Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak

- Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima (Sugiono, 2003)

Sedangkan untuk menguji pengaruh nyata variabel-variabel bebas secara

parsial digunakan uji t mengunakan rumus:

t: 21

2

r

nr

Dimana :

r : Korelasi variabel

n :Jumlah anggota sempel

Dengan pendugasebagai berikut:

Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak

Jika thitung < ttabel maka Ho diterima ( Sudjana,1992)

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian diketahui kegiatan yang dilakukan oleh para

responden selain sebagai ibu rumah tangga mereka bekerja sebagai buruh tani

pada sektor pertanian. Rata–rata jam kerja yang mereka lakukan 6-7 jam/hari dan

umumnya bekerja pada usahatani sawah dan ladang.

a. Umur Responden

Responden dalam penelitian ini, berumur antara umur 20 tahun sampai 63

tahun. Adapun sebaran responden berdasarkan umur lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 5.

Page 52: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

48

Tabel 1. Umur Responden

Umur ( tahun) Jumlah responden (orang) Prosentase ( % )

20- 30 30 60

31- 41 14 28

42- 52 4 8

53- 63 2 4

Jumlah 50 100

Sumber: Data Primer di olah, 2011

Dari tabel 1, diketahui bahwa jumlah responden untuk umur 20 – 30 tahun

adalah 30 orang atau sebesar 60 %, kelompok umur 31 – 41 tahun 14 orang atau

sebesar 28 %, kelompok umur 42 – 52 tahun 4 orang atau sebesar 8 %, dan

kelompok umur 53 – 63 tahun 2 orang atau sebesar 4 %.

b. Jumlah Anggota Keluarga Responden

Jumlah anggota keluarga merupakan salah satu faktor yang meyebabkan

ibu rumah tangga melakukan pekerjaan sebagai buruh pada sektor pertanin. Selain

sebagai ibu rumah tangga mereka ikut serta untuk membantu ekonomi

keluarga, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 2. Jumlah Anggota Keluarga Responden

Jumlah anggota keluarga Jumlah responden (orang) Prosentase ( % )

2 15 30

3 24 48

4 11 22

Jumlah 50 100

Sumber: Data Primer di olah, 2011.

Pada perbedaan tingkat jumlah anggota keluarga wanita tani

mempengaruhi ibu rumah tangga dalam melakukan kegiatan pada sektor pertanian

karena kesibukan mengurus anak dan suami. Pekerja wanita tani juga dituntut

untuk memperbaiki taraf hidup keluarga masing – masing.

c. Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan salah satu faktor penghambat dalam proses

pengambilan suatu keputusan untuk mengadopsi inovasi teknologi sehingga pada

gilirannya tingkat pendidikan akan mempengaruhi produktivitas kerja wanita

tani, untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan responden dapat dilihat

pada tabel 7.

Page 53: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

49

Tabel 3. Pendidikan Responden.

Pendidikan Jumlah responden (orang) Prosentase %

SD 25 50

SMP 19 38

SMA 6 12

Jumlah 50 100

Sumber : Data Primer di olah,2011.

Perbedaan tingkat pendidikan akan mempengaruhi wanita tani dalam

pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang telah ada dimana pendidikan

memegang peran yang peting sebagai modal wanita tani dalam melakukan

perubahan kearah yang lebih baik.

Hasil Dan Pembahasan

Dari data yang penulis sajikan pada lampiran 1 , analisa regresi dilakukan

dengan pengolahan data melalui regresi linier berganda seperti yang telah

diuraikan pada bab III dengan rumusan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 +b2X2 +b3X3

Dimana:

a = Konstanta

Y = Partisipasi wanita tani

1X = Umur petani

2X = Jumlah anggota keluarga

3X = Pendidikan wanita tani

1b , 2b , 3b = Koefesien regresi dari X

Melalui pengolahan data analisa regresi berganda didapatkan suatu

persamaan regresi dengan variabel umur petani ( 1X ), jumlah anggota ( 2X ),

pendidikan wanita tani ( 3X ), dan partisipasi wanita tani (Y) sebagai berikut:

Y = 0,528 + 0,408 X1 +0,326 X2 + 0,015 X3

Dari hasil analisa didapatkan juga nilai thitung berturut-turut untuk X1

sebesar 3,378; X2 sebesar 2,664; X3 sebesar 0,125 sementar nilai F hitung sebesar

6,236 koefesien determinasi R2 sebesar 0,289 dan koefisien korelasi R sebesar

0,492 sebagaimana terdapat dalam lampiran 1.

Variabel (X1) umur petani berpengaruh nyata terhadap partisipasi tenaga

kerja wanita tani (Y) pada taraf kepercayaan 95% yang ditunjukan oleh t hitung.

3,378 lebih besar dari t tabel 2,015. Nilai koefesien regresi 0,408, tanda positif (+)

menunjukkan arah hubungan positif antara umur petani terhadap partisipasi

wanita tani yang artinya setiap pertambahan umur petani menyebabkan

bertambahnya partisipasi wanita tani (Y) sebesar 0,408 jam/hari dengan asumsi

bahwa jumlah anggota keluarga ( 2X ),pendidikan wanita tani ( 3X ), adalah tetap

atau konstan. Hal ini disebabkan oleh karena umur merupakan faktor yang

dominan dalam segala aspek kegiatan untuk melakukan suatu keputusan guna

menuju arah perbaikan diri/keluarga.

Page 54: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

50

Menurut Swasono, Sulistyaningsih, (1987). Tingkat partisipasi angkatan

kerja wanita pada kelompok umur kerja (25-54) tahun, tingkat partisipasi

angkatan kerja itu dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah umur dan

secara umum tingkat partisipasi angkatan kerja akan meningkat pada kelompok

umur 15-19 tahun; 20-24 tahun dan pada kelompok umur 50-56 tahun.

Variabel (X2) jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh nyata

terhadap partisipasi wanita tani (Y) pada taraf kepercayaan 95% yang ditunjukan

oleh t hitung. 2,664 lebih besar dari t tabel 2,015. Nilai koefesien regresi 0,326 tanda

positif menunjukkan arah hubungan positif antara jumlah angota keluarga wanita

tani terhadap partisipasi wanita tani, yang artinya setiap pertambahan jumlah

anggota keluarga menyebabkan bertambahnya partisipasi wanita tani (Y) sebesar

0,326 jam/hari dengan asumsi bahwa umur petani ( 1X ), pendidikan wanita tani

(X3) konstan. Hal itu disebabkan oleh banyaknya jumlah anggota keluarga yang

terdapat pada masing-masing responden sehingga berpengaruh nyata terhadap

partisipasi wanita tani karena bila jumlah anggota keluarga meningkat maka

ketersediaan tenaga kerja wanita tani juga dengan sendirinya akan menigkat

secara otomatis, hal ini karena mengingat pentingnya partisipasi dalam hal ini

curahan jam kerja yang dimiliki oleh setiap wanita tani disektor pertanian guna

kelangsungan hidup wanita tani atau keluarganya yang semakin meningkat.

Variabel (X3) pendidikan wanita tani berpengaruh nyata terhadap

ketersediaan tenaga kerja wanita tani (Y) pada taraf kepercayaan 95% yang

ditunjukan oleh t hitung. 0,125 lebih kecil dari t tabel - 2,015. Nilai koefesien regresi

0,015 tanda positiff menunjukkan arah hubungan positif antara pendidikan petani

terhadap ketersediaan tenaga kerja wanita tani, dengan mengunakan daerah

penerimaman (HI) dua arah maka untuk variabel (X3) berpengaruh tidak nyata

terhadap (Y), yang artinya setiap pertambahan tingkat pendidikan wanita tani

(X3) tidak menyebabkan partisipasi wanita tani (Y) betambahnya sebesar 0,015

jam/hari dengan asumsi bahwa umur petani ( 1X ), pendapatan pada sektor

pertanian ( 2X ), konstan. Hasil analisa tingkat pendidikan petani yang terdapat

pada responden sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap partisipasi wanita tani

karena bila tingkat pendidikan meningkat maka partisipasi wanita tani menurun

bisa jadi sebaliknya. Hal ini diduga karena wanita tani yang mempunyai

pendidikan yang relative lebih tinggi mempunyai lebih banyak kegiatan di luar

sector pertanian atau sebaliknya Walau sebenarnya yang diharapkan adalah

dengan meningkatnya pendidikan wanita tani diharapkan wanita tani mempunyai

lebih banyak waktu yang digunakankan untuk sector pertanian, sehingga sector

pertanian semakin maju.

Menurut Sawit dan Hartoyo (1993), kemajuan dalam tingkat pendidikan

itu tentunya akan membawa konsekuensi dalam penyediaan kesempatan kerja

yang sesuai dengan kualitas atau tingkat pendidikannya, pendidikan yang

dimaksud adalah untuk memperkecil jumlah usia sekolah yang masuk tenaga

kerja yang pada jangka waktu tertentu akan dapat meningkatkan mutu tenaga

kerja wanita tani.

Nilai koefisien determinasi R2 dari hasil analisa regresi tersebut sebesar

0,289 menunjukkan bahwa hanya sebesar 28,9 % dari variasi ketersediaan tenaga

kerja wanita tani (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang ada yaitu

umur petani ( 1X ), jumlah anggota keluarga ( 2X ), pendidikan wanita tani ( 3X ),

Page 55: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

51

sementara sisanya yaitu sebesar 75,7 % dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain

diluar penelitian penulis.

Koefisien korelasi r pada lampiran 2, menggambarkan kuatnya hubungan

antara variabel terikat (Y) terhadap masing-masing variabel bebasnya yaitu

berturut-turut 0,422 untuk 1X ; 0,336 untuk 2X dan 0,043 untuk 3X . Karena nilai

koefisien korelasi r lebih kecil dari 0,5 maka hubungan antara variabel terikat (Y)

terhadap masing-masing variabel bebas ( 1X , 2X dan 3X ) dapat dikatakan lemah

atau tidak signifikan.

Selanjutnya dilakukan pengujian statistik berupa uji hipotesis untuk

membuktikan apakah masing-masing variabel bebas ( 1X , 2X dan 3X ) secara

serentak mememiliki pengaruh terhadap variabel terikat (Y) dengan menggunakan

uji F dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 ; 1X = 2X = 3X = 0 : bahwa secara serentak variabel terikat (Y) tidak

dipengaruhi oleh variabel bebas ( 1X , 2X , 3X ).

Hi ; 1X ≠ 2X ≠ 3X = 0 : bahwa secara serentak variabel terikat (Y) dipengaruhi

oleh variabel bebas ( 1X , 2X , 3X ).

Nilai F tabel pada tingkat signifikansi 95% atau 0,05 dapat dituliskan dalam

tabel sebagai berikut:

Tabel 4. Uji F Persamaan regresi ketersediaan tenaga kerja wanita tani

Koefisien regresi F hitung F table Tingkat kepercayaan

X1 , 2X , 3X 6,236 2,81 95%

Dari tabel 4 didapatkan bahwa nilai F hitung sebesar 6,236 dan dengan

membandingkan antara F hitung dengan F tabel maka diperoleh kesimpulan bahwa

F hitung lebih besar dari F tabel yang berarti menolak H0 dan memerima Hi. Dengan

diterimanya hipotesa alternatif Hi maka dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel

bebas ( 1X ) umur petani, ( 2X ) jumlah anggota keluarga dan ( 3X ) pendidikan

wanita tani secara serentak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap

ketersediaan tenaga kerja wanita tani (Y).

.

Gambar 1. Uji F Persamaan regresi partisipasi wanita tani

Sedangkan untuk menguji pengaruh nyata variabel-variabel bebas secara

parsial digunakan uji t dengan α = 0,05 dan tingkat kepercayaan 95 % dengan

penduga hipotesisnya sebagai berikut :

Ho diterima

Hi ditolak Ho ditolak

Hi diterima

2.81 -2.81

Ho diterima

Hi ditolak

Page 56: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

52

H0 ; 1X = 2X = 3X = 0 : bahwa tidak ada pengaruh antara variabel bebas

( 1X , 2X dan 3X ) terhadap variabel terikat (Y)

Hi ; 1X ≠ 2X ≠ 3X = 0 : bahwa ada pengaruh antara variabel bebas

( 1X , 2X dan 3X ) terhadap variabel terikat (Y)

Tabel 5. Uji t Persamaan regresi ketersediaan tenaga kerja wanita tani

Koef regresi t hitung t table Tingkat kepercayaan

X1 3, 378 2,015 95%

2X 2,664 2,015 95%

3X 0,125 2,015 95%

Dari tabel 5 didapatkan bahwa pada tingkat kepercayaan sebesar 95%

untuk masing- masing koefisien regresi variabel bebas dapat dilihat pada grafik

dibawah ini.

.

Gambar 1. Uji t Persamaan regresi partisipasi wanita tani

Variabel bebas ( 1X ) umur petani memiliki nilai t hitung sebesar 3,378.

Dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel maka diperoleh kesimpulan

bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yang berarti menerima H1 dan menolak H0.

Dengan diterimanya H0 maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas 1X

mempunyai pengaruh nyata terhadap partisipasi wanita tani (Y).

Variabel bebas (X2) jumlah anggota keluarga memiliki nilai t hitung sebesar

2,664 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel yang berarti

menolak H0 dan menerima Hi. Dengan diterimanya H1 maka dapat disimpulkan

bahwa variabel bebas (X2) jumlah anggota keluarga mempunyai pengaruh nyata

terhadap ketersediaan tenaga kerja wanita tani (Y).

Sedangkan variabel bebas (X3) pendidikan wanita tani memiliki nilai

t hitung sebesar 0,125 dengan mengunakan daerah penerimaman (Hi) dua arah

maka ada pada daerah penerimaan H0, maka diperoleh kesimpulan bahwa t hitung

lebih kecil dari t tabel yang berarti menerima H0 dan menolak Hi. Dengan

diterimanya hipotesa 0,maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (X3)

pendidikan wanita tani mempunyai pengaruh yang tidak nyata terhadap partisipasi

wanita tani (Y).

H0 diterima

Hi ditolak

Hi diterima

H0 ditolak

Hi diterima

H0 ditolak

- 2,015 –1, 483

X1

+ 2,015 –2,506

X3

2,896

X2

Page 57: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

53

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Molo,Clauss,1995. Kesempatan Kerja dan Perdagangan di Pedesaaan.

Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yogyakarta.

Adwijono,Tukadji. 2000. Pengangtar Ilmu Usahatani. UMM Pres. MALANG.

Buhdi, Wibowo. 2000.Analisa Tenaga Kerja of-farm dan off fram Pada Rumah

Tangga Di Daerah Lahan Kering. UMM Pres MALANG.

Entang, Sastraamadja. 1985. Ekonomi pembangunan.ARMIKO. Bandung.

Faholi, hermanto. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar. Jakarta.

Faisol, Kasyono. 1985. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga di Pedesaan.

UMM Pres. Malang.

Kuncoro, Mudjrajab. 1997. Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah dan

Kebijakan, Akademi Manegemen Perusahaan.YKPN. Yogyakarta.

Taliziduhu, Ndaha. 1999. Pengantar Teori Pengembagan Sumber Daya Manusia.

RINEKA CIPTA.

Mubyarto.1983. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaaan. Pustaka Sinar

Harapan. Jakarta.

Mubyarto.1985. Peluang Kerja dan Berusaha di Pedesaan. BPFE.Yogyakarta.

Mubyarto.1989. Pengantar Ilmu Peranian. LP3ES. Jakarta.

Sudjana. 1992. Metoda Penelitian.TARSITO.Bandung.

Sajogyo dan P. Sajogyo. 1990. Sosiologi Pedesaan Jilid 2. Gajah Mada

University Pres.

Santoso, Singgih. 2002. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT

Gramedia. Jakarta.

Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian.CV ALFABETA Bandung.

Swasono, Endang Suslistyaningsih Yudo. Metode Perencanaan Tenaga Kerja.

BPFE.Yogyakarta.

Umar, Husein. 1997. Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan Organisasi.

Gramedia. Jakarta.

Page 58: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

54

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM

MELAKUKAN PEMBELIAN IMPULSIF DI AKHIR TAHUN 2010

(Studi Analisis Pada Toko-Toko Pakaian di Kota Blitar)

Oleh:

Denok Wahyudi Setyo Rahayu

Abstract

The purpose research is to examine the influence the product, price,

place, and promotion to impulsive buying. Marketing mix with partial

and simultaneous can be result different it. By using regression with

F-test, hypothesis are proved significant. At t-test, proved not

significant except promotion. Research study at departement store in

Blitar city to show if impulsive buying will be because mix from

product, price, place, and promotion. With combination all can be

selling good. So, owner must do it if will many much profit.

Keywords: Impulsive buying, product, price, place, promotion.

Pendahuluan

Latar Belakang

Berbelanja merupakan hal tidak asing lagi dilakukan oleh manusia.

Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Banyak macam

barang yang yang dikonsumsi oleh konsumen selaku end user. Barang-barang

tersebut bisa merupakan barang-barang kebutuhan pokok maupun barang-barang

konsumsi lain yang bukan termasuk kebutuhan pokok seperti mobil yang dirasa

perlu untuk dibeli oleh konsumen yang bersangkutan.

Seperti halnya dengan kebiasaan membeli (buying habits) yang dilakukan

oleh para konsumen. Hal tersebut dapat terjadi dalam kegiatan tertentu. Para

pegawai biasanya berbelanja setelah menerima gaji di awal bulan, pada saat

perayaan seperti hari raya biasanya toko-toko ramai dengan para pembeli yang

berjubal. Hal tersebut bisa menjadi contoh dalam hal kebiasaan membeli para

konsumen.

Demikian halnya dengan masyarakat kota Blitar. Seperti pada akhir tahun

ini, toko-toko mulai dipenuhi oleh para konsumen, baik itu toko penyedia barang

kebutuhan sehari-hari, toko tekstil atau baju, maupun toko-toko lain. Banyak hal

yang diinginkan oleh konsumen sehingga toko-toko harus menyediakan apa yang

dibutuhkan oleh konsumen tersebut.

Terdapat 3 macam motif yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan

pembelian (Alma, 2005 : 97). Primary buying motive yaitu motif pembelian yang

sebenarnya (contoh : orang lapar membeli nasi); selective buying motive yaitu

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar

Page 59: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

55

pembelian barang yang berdasarkan rasio, waktu, maupun emosi (rational buying

motive); patronage buying motive merupakan selective buying motive berdasarkan

tempat (timbul karena layanan, lokasi dekat dan nyaman).

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah toko-toko penyedia

pakaian jadi pada akhir tahun. Toko ini biasanya banyak dipenuhi oleh para

kawula muda, anak-anak, maupun dewasa. Mereka melakukan pembelian produk

pakaian dalam rangka menyambut hari raya natal bagi kaum nasrani maupun

untuk menyambut libur panjang serta tahun baru.

Dalam melakukan pembelian terdapat hal-hal yang mendorong konsumen

untuk membeli, seperti halnya gambar 1 di bawah ini :

Product

Price

Place

Promotion

Economic

Technological

Political

Cultural

Gambar 1 : Model of Buyer Behavior

Sumber dimodifikasi (Kotler & Amstrong, 1999:135)

Gambar 1 menunjukkan bahwa dorongan datang dari jenis produk, harga,

tempat, serta promosi yang didorong pula oleh faktor-faktor seperti ekonomi

(keuangan konsumen), teknologi, politik, serta budaya menjadi suatu informasi

penting bagi konsumen kemudian masuk ke dalam black box konsumen.

Informasi tersebut kemudian diolah oleh konsumen dan akhirnya didapatkan hasil

kesimpulan dari informasi tersebut berupa tanggapan yang muncul mengenai

produk apa yang akan dibeli, merek produk, pemilihan toko, waktu pembelian,

serta banyaknya produk yang akan dibeli oleh konsumen.

Dengan demikian perlu dikaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

konsumen dalam melakukan pembelian di akhir tahun. Penelitian ini bisa menjadi

media bagi para pemilik toko untuk mengantisipasi pembelian yang dilakukan

oleh para konsumen untuk memenuhi kebutuhannya yang dalam penelitian ini

pembelian pakaian.

Rumusan masalah

a. Apakah faktor produk berpengaruh terhadap pembelian impulsif di akhir tahun

2010 ?

b. Apakah faktor harga berpengaruh terhadap pembelian impulsif di akhir tahun

2010 ?

c. Apakah faktor tempat berpengaruh terhadap pembelian impulsif di akhir tahun

2010 ?

d. Apakah faktor promosi berpengaruh terhadap pembelian impulsif di akhir

tahun 2010 ?

Product choice

Brand choice

Dealer choice

Purchase timing

Purchase

amount

Buyer

characteristics

Buying

decision

process

Marketing and

other stimuli

Buyer’s black box Buyer’s responses

Page 60: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

56

e. Apakah faktor produk, harga, tempat, dan promosi secara bersama berpengaruh

terhadap pembelian impulsif di akhir tahun 2010 ?

Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh faktor produk terhadap pembelian impulsif di

akhir tahun 2010.

b. Untuk mengetahui pengaruh faktor harga terhadap pembelian impulsif di akhir

tahun 2010.

c. Untuk mengetahui pengaruh faktor tempat terhadap pembelian impulsif di

akhir tahun 2010.

d. Untuk mengetahui pengaruh faktor promosi terhadap pembelian impulsif di

akhir tahun 2010.

e. Untuk mengetahui pengaruh faktor produk, harga, tempat, dan promosi secara

bersama terhadap pembelian impulsif di akhir tahun 2010.

Kepustakaan

a. Pembelian Impulsif

Beberapa peneliti tidak membedakan antara pemahaman konsep

pembelian impulsif (impulsive buying) dan pembelian tidak direncanakan

(unplanned buying). Philipps dan Bradshow (1993), dalam Bayley dan Nancarrow

(1998) tidak membedakan antara unplanned buying dengan impulsive buying,

tetapi mereka memberikan perhatian penting kepada peneliti bahwa harus

mengfokuskan pada interaksi antara point-of-sale dengan pembeli yang sering

diabaikan. Unplanned buying adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa

direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada

didalam toko (Engel dan Blacwell, 1982). Selanjutnya, Cobb dan Hayer (1986)

mengklasifikasikan suatu pembelian impulsif terjadi apabila tidak terdapat tujuan

pembelian merek tertentu atau kategori produk tertentu pada saat masuk kedalam

toko.

b. Produk

Produk merupakan seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak

berwujud, termasuk didalamnya warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko

yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang

diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya (Stanton, 1981:192),

sedangkan Kotler (2000:394) mengartikan produk sebagai segala sesuatu yang

dapat ditawarkan di pasar, untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen,

yang terdiri atas barang, jasa, pengalaman, event, orang, tempat, kepemilikan,

organisasi, informasi, dan ide. Sehingga produk merupakan sesuatu yang

ditawarkan oleh penjual baik berwujud maupun tidak berwujud dalam rangka

memenuhi kebutuhan konsumen. Sehingga produk dapat diartikan sebagai sesuatu

dengan segala hal yang melekat yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan

konsumen.

Terdapat 3 klasifikasi produk (Tjiptono, 1997:98), yaitu : (1) berdasarkan

wujudnya (barang dan jasa). Barang yang dimaksud adalah sesuatu yang dapat

disentuh, diraba, dipegang, dsb, sedangkan jasa merupakan aktifitas atau manfaat

yang ditawarkan untuk dikonsumsi oleh konsumen; (2) berdasarkan barang

konsumen : convinience goods (memiliki frekuensi tinggi dalam pembelian,

dibutuhkan dengan sesegera mungkin dengan usaha yang minimum, contoh :

Page 61: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

57

sabun, surat kabar), shopping goods (konsumen dalam membeli masih

membandingkan dengan alternatif yang lain yang tersedia, contoh :

pakaian,sepatu,dll), specialty goods (barang-barang yang memiliki karakteristik

tertentu sehingga konsumen bersedia melakukan usaha untuk mendapatkan

barang-barang tersebut, contoh : mobil mewah, pakaian rancangan disainer

terkenal), unsought goods (barang-barang yang sudah ataupun belum diketahui

konsumen dan konsumen masih belum ingin membelinya, contoh : ensiklopedia,

asuransi jiwa); (3) barang industri : Materials and parts (barang-barang yang

sepenuhnya masuk daam produk jadi, contoh : benang, semen), capital items

(barang-barang tahan lama yang memberi kemudahan dalam mengembangkan

produk jadi, contoh : mesin bor, mesin diesel), supplies and services (barang-

barang tidak tahan lama dan jasa yang memberi kemudahan dalam

mengembnagkan/mengelola keseluruhan produk jadi, contoh : supplies, cat,

minyak pelumas; services, konsultasi manajemen).

c. Harga

Selain produk, kesepakatan antara penjual dan pembeli juga menjadi

pendorong seseorang dalam melakukan pembelian. Kesepakatan ini disebut

dengan harga. Atau dengan kata lain harga bisa diartikan sebagai nilai suatu

barang yang dinyatakan dengan uang (Alma, 2005:169). Harga merupakan jumlah

uang (ditambah beberapa produk, kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk

mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanan (Swastha,1999:241).

Dalam harga biasanya dibelakukan suatu kebijakan harga, hal ini dilakukan untuk

menghindari persaingan dan juga untuk memasuki pasar-pasar baru.

Kebijaksanaan harga ang biasa dilakukan retailer untuk mengenakan hati

konsumen antara lain dapat dipaparkan sebagai berikut (Alma, 2005:173): (1)

margin pricing, penentuan harga yang berdasarkan biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk memproduksi produk tsb; (2) price lining, penggolongan barang-barang,

untuk memudahkan pemilihan barang bagi konsumen yang dananya terbatas,

contoh : penggolangan barang dengan bandrol harga Rp. 35.000,00 , Rp.

50.000,00 , sehingga bagi konsumen yang dananya terbatas dapat membeli barang

yang lebih murah; (3) competitors price, penetapan harga murah bagi barang-

barang yang dikenal oleh umum; (4) discount house, potongan harga bagi barang-

barang yang dijual; (5) judgement pricing, harga barang berdasarka perkiraan

penjual yang didasarkan pada keunukan barang; (6) customary price, kestabilan

harga barang dalam jangka panjang; (7) odd price, menurunkan harga dengan

nilai, contoh : barang yang seharusnya Rp. 5.000,00 dibandrol menjadi Rp.

4.800,00 sehingga secara psikologis konsumen akan merasa diuntungkan bila

membeli barang tersebut karena lebih murah; (8) combinations offers,

mengkombinasi barang yang dijual, conto : shampo dengan sabun.

d. Tempat

Tempat diartikan sebagai dimana barang tersebut dijual. Berbagai macam

lingkungan dapat digunakan sebagai tempat untuk memajang barang. Pertokoan

bahkan dipinggir jalan. Tempat sangat berpengaruh bagi konsumen dalam

memutuskan untuk melakukan pembelian. Pada pertokoan konsumen

menganggap barang yang dijual lebih prestisius apalagi bila didukung dengan

suasana toko yang menunjang. Tempat disini dapat pula diartikan sebagai sarana

distribusi atau perantara, yaitu orang atau perusahaan yang menghubungkan aliran

Page 62: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

58

barang drai produsen ke konsumen akhir dan konsumen industrial (Stanton, et al.,

dalam Tjiptono,1997 :185).

Dengan adanya perantara maka knsumen akan lebih mudah untuk

memperoleh barang yang dinginkan. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam

hal ini, karena seorang distributor harus kreatif dalam menyajikan produk yang

ditawarkan sehinga dapat menarik konsumen untuk mengkonsumsi produk

tersebut. Contohnya, sebual mall atau toko pakaian dalam display pakaian di

manikin harus bisa terlihat serasi sehingga konsumen tertarik untuk membelinya.

Ini adalah salah satu cara yang dapat dilakukan oleh mall atau toko pakaian.

e. Promosi

Shoell (Alma, 2005:179) menyatakan promotion is marketers’ effort to

communicate with target audience. Communication is the process of influencing

others’ behavior by sharing ideas, information or feeling with them. Promosi

harus dilakukan oleh produsen atau penjual agar barang yang dihasilka atau dijual

dapat laku di pasaran. Berbagai cara dapat dilakukan dalam mempromosikan

suatu barang, antara lain (Alma, 2005: 189): (1) display (menonjolkan tampilan

yang bisa dipajang di etalase toko, melaui tampilan interior maupun eksterior),

tujuannya untuk memperkenalkan produk secara cepat dan ekonomis dalam hal

ini juga menguntungkan produsen, sebagai advertising dan mecchandising, serta

membina hubungan baik dengan konsumen; (2) show, pertunjukan misal fashion

show; (3) exposition, seperti promosi tingkat internasional; (4) demonstration,

peragaan produk, misal peragaan sabun pencuci piring; (5) tradding stamps, cap

dagang, misal bila konsmen memiliki jumlah cap tertentu maka akan

mendapatkan potongan harga; (6) packaging, tampilan kemasan barang; (7)

labelling, keterangan ciri barang.

Penelitian Terdahulu

Semuel (2006) dalam risetnya yang berjudul Dampak Respon Emosi

Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif Konsumen On Line

Dengan Sumberdaya yang Dikeluarkan dan Orientasi Belanja Sebagai Variabel

Mediasi menyatakan bahwa media iklan merupakan pendorong konsumen untuk

melakukan pembelian impulsif. Selanjutnya, dalam penelitian Pengaruh Stimulus

Media Iklan, uang Saku, Usia, dan Gender terhadap Kecenderungan Perilaku

Pembelian Impulsif (Studi Kasus Produk Pariwisata yang dilakuka oleh Semuel

(2007), menyatakan bahwa terdapat perbedaan pegaruh stimulus antara bentuk

format media iklan oline terhadap kecenderungan pembelia impulsif, dan media

yang mempunyai pengaruh paling besar adalah terletak pada media audio-visual

dan teks gambar. Karena calon konsumen memerlukan informasi yang lebih

lengkap, baik melalui teks, gambar, maupun berita secara audio tentang produk

yang diinginkan.

Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, maka

dalam penelitian yang akan dilakukan ini, faktor pendorong pembelian impulsive

tidak hanya berkutat pada iklan atau promosi saja, melainkan diperluas dengan

penambahan variabel produk, harga, serta tempat.

Hipotesis

a. Produk berpengaruh secara signifikan terhadap pembelian impulsif di akhir

tahun 2010.

Page 63: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

59

b. Harga berpengaruh secara signifikan terhadap pembelian impulsif di akhir

tahun 2010.

c. Tempat berpengaruh secara signifikan terhadap pembelian impulsif di akhir

tahun 2010.

d. Promosi berpengaruh secara signifikan terhadap pembelian impulsif di akhir

tahun 2010.

e. Produk, harga, tempat, dan promosi berpengaruh secara signifikan terhadap

pembelian impulsif di akhir tahun 2010.

Metodologi Penelitian dan Analisis Data

Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang melakukan pembelian

di beberapa toko-toko pakaian di Kota Blitar dengan sampel sebanyak 100

responden (jumlah pernyataan ada 10 pertanyaan, yakni pada variabel produk 2

indikator, harga 2 indikator, tempat 3 indikator, promosi 2 indikator, dan

pembelian impulsif 1 indikator, sehingga 10 x 10=100 responden; sesuai dengan

pernyataan Roscoe dalam Sugiyono,2007:74). Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik acidental sampling,yaitu siapa saja yang ditemui dapat

digunakan sebagai sampel (pembeli pakaian).

Sesuai dengan model perilaku pembelian (Kotler & Amstrong), penelitian

ini akan memfokuskan pada produk (X1), harga (X2), tempat (X3), dan promosi

(X4)sebagai variabel bebas yang mengarahkan pada pembelian impulsif bagi

konsumen terhadap suatu produk sebagai variabel terikat dimana pembelian

impulsif (Y) dilakukan berdasarkan buying habbits dari konsumen tersebut.

Untuk definisi konseptual dan operasional dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Definisi konseptual

a) Pembelian impulsif merupakan suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa

direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat

berada didalam toko (Engel dan Blacwell, 1982).

b) Produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan di pasar, untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, yang terdiri atas barang,

jasa, pengalaman, event, orang, tempat, kepemilikan, organisasi, informasi,

dan ide (Kotler, 2000:394).

c) Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk, kalau mungkin) yang

dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan

pelayanan (Swastha,1999:241).

d) Tempat (distributor) adalah orang atau perusahaan yang menghubungkan

aliran barang drai produsen ke konsumen akhir dan konsumen industrial

(Stanton, et al., dalam Tjiptono,1997 :185))

e) Promosi menyatakan promotion is marketers’ effort to communicate with

target audience. Communication is the process of influencing others’

behavior by sharing ideas, information or feeling with them (Shoell dalam

Alma, 2005:179).

b. Definisi operasional

a) Pembelian impulsif adalah keputusan pembelian tanpa direncanakan

sebelumnya.

Page 64: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

60

b) Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan oleh penjual baik berwujud

maupun tidak berwujud dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen.

c) Harga merupakan nilai tukar dari suatu barang yang dinyatakan dengan satuan

nilai uang.

d) Tempat merupakan toko pakaian.

e) Promosi merupakan suatu media dalam rangka mempengaruhi pembeli untuk

membeli produk yang ditawarkan.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala likert dengan ketentuan

sangat setuju (5), setuju (4), netral (3), kurang setuju (2), dan sangat tidak setuju

(1). Sedangkan analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan

menggunakan program SPSS versi 12.0.

Hasil dan Pembahasan

Hasil uji validitas berdasarkan kuisioner variabel produk (X1), harga (X2),

tempat (X3), promosi (X4), serta pembelian impulsif (Y) menunjukkan semua

variabel memiliki r-hitung lebih besar dari r-tabel sehingga dinyatakan valid.

Sedangkan untuk uji reliabilitas berdasarkan kuisiner menunjukkan semua

variabel memiliki r-aplha lebih besar dari r-tabel sehingga kuisioner yang disusun

dinyatakan reliabel.

Uji hipotesis menunjukkan jika (0,05 ≤ sig) berarti H0 diterima dan Ha

ditolak artinya tidak signifikan, sedang jika (0,05 ≥ sig) berarti H0 ditolak dan Ha

diterima artinya signifikan. Dalam penelitian pada uji hipotesis diperoleh hasil sbb

: hipotesis 1 (0,05 ≤ 0,085), hipotesis 2 (0,05 ≤ 0,007), hipotesis 3 (0,05 ≤ 0,06),

hipotesis 4 (0,05 ≥ 0,001), hipotesis 5 (0,05 ≥ 0,006) sehingga hipotesis

1,hipotesis 2, dan hipotesis 3 tidak signifikan, sedangkan hipotesis 4 dan

hipotesis 5 signifikan.

Produk, harga, dan tempat secara parsial ternyata tidak berpengaruh

signifikan terhadap pembelian impulsif, sedangkan promosi secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap pembelian simultan. Jika dilihat secara simultan,

produk, harga, tempat, dan promosi berpengaruh secara signifikan terhadap

pembelian impulsif.

Dari uji hipotesis tersebut, dapat dinyatakan bahwa untuk memberikan

pengaruh impilsif terhadap pembelian pakaian oleh para konsumen, maka penjual

atau pemilik toko hendaknya melakukan penawaran yang terbaik, yaitu

penawaran dari pakaian yang dijual, harga yang menggiurkan, tempat atau lokasi

yang mendukung seperti suasana toko, lahan parkir yang luas, serta promosi yang

menarik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan, dengan berdiri

sendiri maka variabel-variabel tersebut tidak bisa mendorong pembeli untuk

berbelanja, berbeda halnya jika variabel tersebut saling mendukung.

Produk dalam hal ini adalah pakaian dapat menjadi prioritas utama pemilik

toko untuk menarik para pembeli. Penyedian model dan stok pakaian yang banyak

akan memberikan kesan bahwa pakaian tersebut bukan pakaian lama, selain itu

konsumen juga bisa memilih pakaian mana yang akan dipilih(pembanding).

Pembanding ini dapat berupa corak dan warna yang beragam. Dengan berbagai

alternatif pakaian yang disediakan dapat mendorong konsumen untuk berbelanja.

Harga murah bisa menjadi penarik pembeli, karena dengan harga

terjangkau, pembeli sydah bisa mendapatkan baju yang diinginkan. Namun, perlu

diingat, tidak semua pembeli menyukai baju dengan harga murah, karena mereka

Page 65: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

61

menyukai hal-hal yang bersifat prestisius. Untuk itu, pemilik toko harus bisa

memilah-milah jenis pakaian yang layak untk dibandrol dengan harga murah dan

harga mahal.

Tempat atau lokasi toko bisa menjadi pemicu dalam pembelian impulsif.

Suasana toko yang nyaman, luas, aman, serta parkir yang luas bisa menjadi

alternatif pembeli untuk sekedar menengok atau bahkan membeli pakaian yang

dijual di toko tersebut. Promosi yang menggiurkan dapat menjadi agenda wajib

bagi pembeli untuk berbelanja. Dengan adanya promosi seperti diskon dan hadiah

tambahan sering menjadi acuan pembeli dalam berbelanja. Diskon ini biasanya

diadakan pada sat hari raya, akhir tahun, peringatan hari-hari tertentu, dan lain-

lain. Hadiah biasanya diberikan berupa produk sponsor atau beli 2 dapat 3. Hal-

hal tersebut sering dilakukan toko pakaian, dan hasilnya banyak peminat.

Dengan demkian hendaknya pemilik toko bisa mengkombinasikan antara

produk, harga, tempat, dan promosi untuk memancing pembeli untuk melakukan

pembelian pakaian di toko pakaian tersebut. Hal ini diketahu berdasarakan riset

yang telah dilakukan, jika produk, harga, tempat, dan promosi saling berdiri sen

diri, maka kemungkinan untuk memberikan pengaruh pembelian impulsif sangat

kecil.

Simpulan dan Saran

Banyak hal kompleks yang bisa menjadi faktor dalam pembelian impulsif.

Kepekaan pemilik toko dalam menawarkan barang yang dijual harus diperhatikan.

Karena hal ini tidak bisa berdiri sendiri, yaitu perlu adanya faktor saling

mendukung antara produk, harga, tempat, dan promosi. Dengan adanya saling

membaur, maka pembelian impulsif akan tercipta.

Untuk saran, hendakanya pemilik toko bisa memperhatikan produk, jangan

sampai ketinggalan jaman, karena produk pakaian selalu berubah secara dinamis

seiiring perkembangan waktu, serta upayakan untuk menyediakan tempat parkir

gratis yang aman, karena dengan hal itu konsumen akan lebih tertarik untuk walau

hanya sekedar mampir saja, karena dari sekedar mampir bisa mendorong

seseorang untuk berbelanja.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, 2005. Manajemen Pemasaran Dan Pemasaran Jasa. Bandung :

Alfabeto.

Bayley, Geoff, and Clive Nancarrow. 1998. Impulse Purchasing: A Qualitative

Explanation of The Phenomenon. MCB UP Limited.

Cobb, C. J. and Hoyer W. D. 1986. A Planned Versus Impulse Purchase Behavior,

Journal of Retailing, Vol. 62, Winter, pp. 67-81.

Page 66: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

62

Engel, J., and Blackwell, R. 1982. Consumer Behaviour. Dryden Press, Chicago,

IL.

Kotler, Philip. 2000. Marketing Management. Prentice Hall Inc.

Kotler, Philip, dan Gary Amstrong. 1999. Principles of Marketing. Prentice Hall

International, Inc.

Semuel, Hatane. 2006. Dampak Respon Emosi Terhadap Kecenderungan Perilaku

Pembelian Impulsif Konsumen On Line Dengan Sumberdaya yang

Dikeluarkan dan Orientasi Belanja Sebagai Variabel Mediasi. Jurnal

Manajemen dan Kewirausahan, Vol. 8, No. 2, September. Fakultas

Ekonomi, Universitas Kristen Petra Surabaya. Hal. 101-115.

Semuel, Hatane. 2007. Pengaruh Stimulus Media Iklan, uang Saku, Usia, dan

Gender terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif. Jurnal

Manajemen Pemasaran, Vol. 2, No. 1, April. Fakultas Ekonomi,

Universitas Kristen Petra Surabaya. Hal. 31-42.

Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian (Edisi Revisi Terbaru). Alfabeta :

Bandung.

Swastha, Basu, 2001. Manajemen Pemasaran. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga.

Yogyakarta : BPFE.

Tjiptono, Fandy, 1997. Strategi Pemasaran (Edisi II). Yogyakarta : Andi.

Page 67: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

63

ANALISIS KEUANGAN LAPORAN SISA HASIL USAHA

TERHADAP PELAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN

(Studi Pada Koperasi Serba Usaha Bintang Buana

Kabupaten Blitar Tahun 2008)

Oleh: Arif Wahyudi

Abstract

This study aimed to determine the general condition of the financial

statements at KSU. Bintang Buana Blitar district specifically to

determine the possibility of co-operatives went bankrupt due to the

financial statements are useful for evaluating the financial position

and operations of cooperatives good beginning of the period January

1 to December 31 of 2008, when analyzed by the ratio of Liquidity,

Solvency, and Profitability Rehabilitation,. In this study, data obtained

from the KSU. Bintang Buana namely: the annual balance of the

period from January 1 to 31 December 2008. and the calculation

results of operations from January 1 to 31 December 2008. Data

analysis techniques used by the analysis of financial ratios: Liquidity,

Solvency, and Profitability Rehabilitation.

Based on the results of the analysis of the level of liquidity, KSU.

Bintang Buana has a current ratio in 2008 of 1383.5%. Views Dagi

Dept. Solvency Ratio to Total Assets in 2008 showed that of 157%. In

terms of Rehabilitation shows that the year 2008 of 37.7. Seen from

the point of Profitability, KSU. Bintang Buana has the highest return

on assets in 2008 of 13.5%.

And the results of data analysis mentioned above that the financial

condition Rumble Cooperative Enterprises "KSU" Star Buana

Kabuaten Blitar seen from the ratio of Liquidity, Solvency,

Rehabilitation and Profitability, in good condition, proven true.

Keywords: Financial performance, and financial ratio

Pendahuluan :

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau

badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya dan berdasarkan prinsip

koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan serta bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian

nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur

berdasarkan pada Pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945 (UU No. 25 tahun

1992).

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar

Page 68: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

64

Sebagaimana lazimnya pada perusahaan dagang pada koperasi pun berlaku

pekerjaan yang sama pada tiap akhir periode akuntansi, yaitu membuat laporan

pertanggungjawaban berupa laporan keuangan berisikan neraca saldo, neraca

lajur, kemudian dari sini dibuat laporan keuangan, seperti perhitungan rugi laba

yang pada koperasi disebut perhitungan hasil usaha “SHU“ , Neraca dan Laporan

Perubahan Modal yang disebut “Ikhtisar Perubahan Posisi Keuangan“.

Usaha koperasi yang utama diarahkan pada bidang usaha yang berkaitan

langsung dengan kepentingan anggota baik untuk menunjang usaha maupun

kesejahteraan anggotanya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pengelolaan usaha

koperasi harus dilakukan dengan produktif, efektif, dan efisien. Dalam arti

koperasi harus mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha yang dapat

meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya terhadap anggota

dan masyarakat pada umumnya dengan tetap mempertimbangkan untuk

memperoleh SHU yang wajar

Dalam suatu badan usaha koperasi laporan intern dibuat untuk kepentingan

manajemen dalam rangka mengevaluasi kerja. Laporan pertanggungjawaban

adalah salah satu laporan intern untuk mengukur prestasi seseorang dalam

melaksanakan tanggungjawab pada suatu pusat pertanggungjawaban selama satu

periode tertentu. Aspek keuangan merupakan salah satu dari aspek yang

tercangkup dalam tata kehidupan koperasi dan laporan keuangan koperasi

merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus tetang tata

kehidupan koperasi. Laporan keuangan koperasi juga merupakan bagian dari

sistem pelaporan keuangan koperasi yang lebih ditujukan kepada pihak diluar

pengurus koperasi dan dimaksudkan untuk pengendalian usaha dan pemakai

utama dari laporan keuangan koperasi adalah anggota koperasi itu sendiri beserta

pejabat koperasi. Pemakai lainya yang mempunyai kepentingan terhadap koperasi

diantaranya adalah calon anggota koperasi, bank, kreditor, dan kantor pajak.

Sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban diperlukan suatu analisi

keuangan mengenai laporan sisa hasil usaha “SHU“ Koperasi Serba Usaha

“Bintang Buana“ tahun 2008 yang tujuannya untuk mengetahui kondisi keuangan

lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang

tepat sebagai bentuk Laporan Pertanggungjawaban.

Metode Penelitian

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Koperasi Serba Usaha (KSU) Bintang

Buana Desa Sumberjo Kecamatan Sanan kulon Kabupaten Blitar

Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah obyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti

(Arikunto, 2001:122). Adapun obyek dari penelitian dalam tugas akhir ini, penulis

melakukan Analisis Laporan Sisa Hasil Usaha “SHU“ terhadap pelaporan

Pertanggungjawaban.

Metode Pengumpulan Data

Dalam menyusun tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa cara

pengumpulan data sebagai berikut :

a) Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, peraturan-

Page 69: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

65

peraturan, agenda dsb (Arikunto, 2002 :206). Dokumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data-data laporan keuangan koperasi yaitu neraca, laporan

sisa hasil usaha.

b) Wawancara

Metode wawancara adalah proses mempeloleh keterangan untuk tujuan

penlisan penelitian dengan cara tanya jawab sambil betatap muka atara si

penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden (Nazir, 1999 :

234). Metode wawancara ini dilakukan untuk mengetahui informasi yang

berkaitan dengan gambaran umum koperasi meliputi : sejarah berdirinya,

struktur organisasi, dan bidang usaha.

c) Studi Pustaka

Yaitu dilakukan dengan menelusuri literatur yang relevan dengan penelitian

yang dilakukan.

Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data penelitian menggunakan metode analisis

diskriptif dengan analisis rasio likuditas, rasio solvabilitas, rasio rehabilitas dan

rasio rentabilitas yaitu:

a) Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas yang digunakan adalah :

1. Rasio lancar (Current Ratio) (Riyanto, 2001 : 332)

Rasio lancar = Utang lancar x 100%

Aktiva lancar

b) Rasio Solvabilitas

Rasio Solvabiitas yang digunakan adalah :

1. Rasio Total Aktiva dengan Total Kewajiban (Total Debt To Total Assets

Ratio)

Rasio Total Aktiva dengan Total Kewajiban = Total Aktiva x 100

Total Kewajiban

c) Rasio Rehabilitas

Rasio Rehabilitas yang digunakan adalah :

1. Rasio SHU dengan Total Pendapatan = Sisa Hasil Usaha x 100%

Total Pendapatan

d) Rasio Rentabilitas (Rate Of ROA “Return On Assets”)

Rate Of ROA “Return On Assets” yang digunakan adalah :

1. Rasio SHU sebelum pajak dengan Total Aktiva (Rate Of ROA)

= Sisa Hasil Usaha x 100%

Total Aktiva

Penilaian Pengaruh Laporan Sisa Hasil Usaha “SHU” pada pelaporan

Pertanggungjawaban

Untuk mengukur pengaruh dari Laporan Sisa Hasil Usaha terhadap

pelaporan pertanggungjawaban suatu koperasi dapat diukur dengan menggunakan

analisis rasio yaitu rasio likuditas, rasio solvabilitas, rasio rehabilitas dan rasio

rentabilitas. Hasil dari perhitungan rasio tersebut dapat memberikan gambaran

tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu koperasi apabila

dibandingkan dengan angka rasio standar. Standar pengukuran pengaruh Sisa

Page 70: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

66

Hasil Usaha suatu koperasi biasanya telah ditetapkan oleh Departemen Koperasi

dan PPKM, dimana standar tersebut mengalamai pembaharuan sesuai dengan

perkembangan koperasi di Indonesia.

Hasil Pembahasan

Pada dasarnya Koperasi Bintang Buana mulai beroperasi pada awal Tahun

2004, tepatnya pada awal bulan Januari. Walaupun usianya masih sangat muda,

namun eksistensi dari Koperasi Bintang Buana ini sudah mulai nampak

berkembang. Hal ini dapat dibuktikan dengan mampunya KSU. Bintang Buana

untuk berkompetisi dengan sesama koperasi lain, terutama di Lingkungan

Kabupaten Blitar salah satunya dengan mulai beroperasinya Unit Simpan Pinjam

(USP) pada awal tahun 2004 sampai sekarang.

Disadari atau tidak, kehadiran dan keberadaan KSU. Bintang Buana ini dapat

diterima dengan baik dan direson positif oleh berbagai kalangan, diantaranya

anggota, calon anggota, dan masyarakat pada umumnya. Lebih lanjut mereka

yang memiliki usaha produktif di bidang industri gula kelapa.

Gambaran umum kinerja KSU Bintang Buana dapat dinyatakan sebagai

berikut:

a) Terdapat penambahan jumlah keanggotaan (nasabah) KSU. Bintang Buana

b) Meminimalisir kasus-kasus lama (nasabah nakal dalam mengangsur)

c) Sudah mengangsur hutang Modal MAP sejumlah Rp. 100.000.000 sampai

akhir tahun 2007 ( jadi semula hutang dari MAP Rp. 250.000.000 tahun 2003

awal tahun tinggal Rp. 150.000.000)

d) Untuk tambah modal kerja pengurus mengajukan penambahan modal ke

program APBD Jatim dan mendapat kucuran dana sejumlah Rp. 200.000.000.

pada awal tahun 2007 dan akhir tahun 2007 sudah mengembalikan pinjaman ke

APBD sejumlah Rp. 100.000.000

Page 71: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

67

Laporan Neraca KSU Bintang Buana Tahun 2008 KSU. BINTANG BUANA

Neraca

Per 31 Desember 2008 AKTIVA PASIVA

Aktiva Lancar :

Kas

Rekening pada bank

Piutang pinjaman

anggota

Total Aktiva Lancar

Aktiva Tetap :

Tanah

Gedung

Peralatan kantor

Akumulasi penyusutan

Rupa-rupa aktiva

Total Aktiva Tetap

Rp. 216.903.650

Rp. 173.522.920

Rp. 477.188.030

Rp. 867.614.600

Rp. 3.903.000

Rp. 2.000.000

Rp. 3.000.000

(Rp. 1.900.000)

Rp. 10.864.000

Rp. 7.003.000

Kewajiban Lancar :

Simpanan anggota :

Simpanan pokok

Simpanan wajib

Simpanan sukarela

Jumlah Kewajiban Lancar

Kewajiban Jangka Panjang :

Simpanan sukarela

Kredit investasi

Jumlah Kewajiban Jangka

Panjang

Modal :

Simpanan pokok

Simpanan wajib

Cadangan Koperasi

SHU yang belum dibagi

Jumlah Modal

Rp. 113.500.000

Rp. 86.200.000

Rp. 114.300.000

Rp. 314.000.000

Rp. 114.300.000

Rp. 135.700.000

Rp. 250.000.000

Rp. 113.500.000

Rp. 86.200.000

Rp. 36.381.000

Rp. 85.400.200

Rp. 321.481.200

Jumlah Keseluruan Aktiva Rp. 885.481.600 Jumlah Keseluruhan Pasiva Rp 885.481.600

Page 72: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

68

Laporan Hasil Usaha KSU Bintang Buana Tahun 2008

LAPORAN HASIL USAHA

KOPERASI BINTANG BUANA

PERIODE JANUARI 01-31-DESENBER-2008

A Pendapatan

1 Pendapatan

a. Pendapatan jasa pinjaman

b. Pendapatan administrasi pinjaman

c. Pendapatan denda keterlambatan

Rp

Rp

Rp

259.275.400

41.971.450

15.917.100

Jumlah pendapatan Operasional Rp 317.163.950

2 Pendapatan lain-lain

a. pendapatan bunga Bank

Rp

-

Jumlah pendapatan lain-lain Rp -

Total pendapatan Rp 317.163.950

B Beban-beban

a. Biaya tenaga kerja

b. Biaya utilitas

c. Biaya ATK

d. Biaya bunga Bank

e. Perjalanan dinas

f. Biaya penyusutan Aktiva tetap

g. Biaya RAT 2008 dan Pra

h. Biaya cadangan kerugian piutang

i. Biaya organisasi

j. Biaya non operasional lainnya

Total biaya

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

Rp

59.991.450

4.200.000

3.218.600

86.000.000

3.000.000

10.864.000

6.400.000

12.000.000

5.000.000

6.633.600

Rp

197.307.850

SHU

SHU dibagi

SHU Di tahan

Rp

Rp

Rp

119.856.100

18.000.000

101.856.100

Page 73: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

69

Penjelasan Laporan Neraca PENJELASAN NERACA

KSU. BINTANG BUANA

PER 31 DESEMBER 2008

Aktiva Lancar :

Kas

Saldo kas : Rp. 16.902.850

Rekening Giro Bank : Rp. 200.000.000

Total Kas : Rp. 216.903.650

Rekening pada bank : Rp. 173.522.920

Piutang pinjaman anggota : Rp. 477.188.030

Total Aktiva Lancar : Rp. 867.614.600

Aktiva Tetap :

Tanah ( kontrak 3 tahun) : Rp. 3.903.000

Gedung ( kontrak 3 tahun) : Rp. 2.000.000

Peralatan kantor

Meja dan kursi : Rp. 500.000

Komputer dan printer : Rp. 2.500.000

Total Peralatan Kantor : Rp. 3.000.000

Akumulasi penyusutan : (Rp. 1.900.000)

Rupa-rupa aktiva : Rp. 10.864.000

Total Aktiva Tetap : Rp. 7.003.000

Jumlah Keseluruan Aktiva : Rp. 885.481.600

Kewajiban Lancar :

Simpanan anggota :

Simpanan pokok

a. Terdiri 40 orang @ Rp. 2.837.500 : Rp. 113.500.000

Simpanan wajib

a. Terdiri dari 40 orang @ Rp. 2.155.000 : Rp. 86.200.000

Simpanan sukarela

a. Terdiri dari 40 orang yang besarnya

tidak sama @ : Rp. 114.300.000

Jumlah Kewajiban Lancar : Rp. 314.000.000

Kewajiban Jangka Panjang :

Simpanan sukarela

a. Terdiri dari 40 orang yang besarnya

tidak sama @ : Rp. 114.300.000

Kredit investasi : Rp. 135.700.000

Jumlah Kewajiban Jangka Panjang : Rp. 250.000.000

Modal :

Simpanan pokok

a. Terdiri 40 orang @ Rp. 2.837.500 : Rp. 113.500.000

Simpanan wajib

a. Terdiri dari 40 orang @ Rp. 2.155.000 : Rp. 86.200.000

Cadangan Koperasi : Rp. 36.381.000

SHU yang belum dibagi : Rp. 85.400.200

Jumlah Modal : Rp. 321.481.200

Jumlah Keseluruhan Pasiva : Rp 885.481.600

Page 74: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

70

Penjelasan Laporan Hasil Usaha

PENJELASAN LAPORAN HASIL USAHA

KOPERASI BINTANG BUANA

PERIODE JANUARI 01-31-DESEMBER 2008

Pendapatan

Pendapatan jasa pinjaman

Pokok Rp. 200.675.400

Jasa Anggota Rp. 58.600.000

Total Pendapatan Jasa Pinjaman Rp. 259.275.400

Pendapatan Administrasi Pinjaman

Administrasi Rp. 20.500.000

SWP (Simpanan Wajib Pinjam) Rp. 12.471.450

Materai Rp. 9.000.000

Total Pendapatan Administrasi Pinjaman Rp. 41.971.450

Pendapatan Denda Keterlambatan

Denda Keterlambatan Rp. 15.917.100

Total Pendapatan Operasional Rp. 317.163.950

Pendapatan lain-lain

Pendapatan Bunga Bank Rp. -

Total Pendapatan Rp. 317.163.950

Biaya-Biaya

a. Biaya Tanaga Kerja

Honor Ketua (12 x 750.000) x 1 Orang Rp. 9.000.000

Honor Manajer (12 x 650.000) x 1 Orang Rp. 7.800.000

Honor Pengurus lainnya (12 x 500.000) x 7 Orang Rp. 42.000.000

Biaya Tenaga Bantu Tidak Tetap Rp. 191.450

Total Biaya Tenaga Kerja Rp. 59.991.450

b. Biaya Utilitas

biaya komunikasi dan voucer Rp. 2.000.000

rekening air Rp. 2.200.000

Total Biaya Utilitas Rp. 4.200.000

c. Biaya ATK

Kertas folio Rp. 2.500.000

Note book Rp. 718.600

Total Biaya ATK Rp. 3.218.600

d. Biaya Bunga Bank Rp. 86.000.000

e. Perjalanan Dinas

perjalanan dinas 3 Kali dalam satu tahun

(3 x 1.000.000) x I Orang Rp. 3.000.000

f. Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Rp. 10.864.000

g. Biaya RAT 2008 dan PRA

Biaya RAT 4 kali dalam satu tahun (4 x 500.000) Rp. 6.000.000

Biaya PRA Rp. 400.000

Page 75: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

71

Total Biaya RAT dan PRA Rp. 6.400.000

h. Biaya Cadangan Kerugian Piutang Rp. 12.000.000

i. Biaya Organisasi

Biaya RAT Pengurus, Pengawas dan Penasehat Rp. 3.000.000

Pengeluaran Lain-lain Rp. 2.000.000

Total Biaya Organisasi Rp. 5.000.000

j. Biaya Non Operasional

Foto Kopy Rp. 1.500.000

Print Rp. 2.000.000

Maping Rp. 1.000.000

Penjilidan Rp. 1.500.000

lain-lain Rp. 633.600

Total Biaya Non Operasional Rp. 6.633.600

Total Biaya-Biaya Rp. 197.307.850

Sisa Hasil Usaha

Total Pendapatan Rp. 317.163.950

Total Biaya-Biaya (Rp. 197.307.850)

Jumlah Sisa Hasil Usaha Rp. 119.856.100

Sisa Hsil Usaha dibagi Untuk Anggota (Rp. 18.000.000)

Jasa Modal x 20% Rp. 3.600.000

Jasa Anggota x 25% Rp. 4.500.000

Cadangan x 25% Rp. 4.500.000

Dana Pengurus x 10% Rp. 1.800.000

Dana Pegawai x 5% Rp. 900.000

Dana Kemajuan Daerah x 5% Rp. 900.000

Dana Pendidikan Koperasi x 5% Rp. 900.000

Dana Sosial x 5% Rp. 900.000

Rp.18.000.000

Sisa Hasil Usaha Ditahan Rp. 101.856.100

Analisis Rasio keuangan

Rasio Keuangan yang digunakan oleh Koperasi Serba Usaha “KSU“ Bintang

Buana Tahun 2008 adalah:

a. Rasio lancar (current ratio)

Rasio lancar Koperasi Serba Usaha „KSU‟ Bintang Buana Kabuten Blitar

Tahun 2008 dapat dilihat dalam perhitungan di bawah ini :

Rasio lancar = Utang lancar x 100%

Aktiva lancar

Rp. 885.481.600 x 100% = 1383.5%

Rp 64.000.000

Sumber : Data Laporan Keuangan KSU. Bintang Buana yang diolah perhitungan

diatas dapat diketahui rasio lancar yang dicapai tahun 2008 adalah 1383,5% yang

berarti setiap utang lancar Rp 1.00,- dijamin dengan aktiva lancar Rp 1383,5.

Page 76: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

72

b. Rasio Total Aktiva dengan Total Kewajiban (Total Debt To Total Assets

Ratio)

Rasio Total Aktiva dengan Total Kewajiban Koperasi Serba Usaha „KSU‟

Bintang Buana Kabuten Blitar Tahun 2008 dapat dilihat dalam perhitungan di

bawah ini :

Rasio Solvabilitas = Total Aktiva x 100%

Total Kewajiban

Rp. 885.481.600 x 100%

Rp. 564.000.000

= 157%

Sumber : Data Laporan Keuangan KSU. Bintang Buana yang diolah perhitungan

diatas dapat diketahui Rasio Total Aktiva dengan Total Kewajiban yang dicapai

tahun 2008 adalah 157% yang berarti setiap total kewajiban Rp 1.00,- dijamin

dengan total aktiva Rp 157.

c. Rasio SHU dengan Total Pendapatan (Rasio Rehabilitas)

Rasio SHU dengan Total Pendapatan Koperasi Serba Usaha „KSU‟

Bintang Buana Kabuten Blitar Tahun 2008 dapat dilihat dalam perhitungan di

bawah ini :

Rasio Rasio Rehabilitas = Sisa Hasil Usaha x 100%

Total Pendapatan

Rp. 119.856.100 x 100% = 37,7%

Rp. 317.163.950

Sumber : Data Laporan Keuangan KSU. Bintang Buana yang diolah perhitungan

diatas dapat diketahui Rasio Sisa Hasil Usaha dengan Total Pendapatan yang

dicapai tahun 2008 adalah 37,7% yang berarti setiap SHU Rp 1.00,- dijamin

dengan total Pendapatan Rp 157

d. Rasio Rentabilitas (Rate Of ROA “Return On Assets”)

Rate Of ROA “Return On Assets” dapat dihitung dengan membandingkan

antara Sisa Hasil Usaha dengan total aktiva Koperasi Serba Usaha „KSU‟ Bintang

Buana Kabuten Blitar Tahun 2008 dapat dilihat dalam perhitungan di bawah ini :

ROA = Sisa Hasil Usaha x 100%

Total Aktiva

Rp. 119.856.100 x 100% = 13,5%

Rp. 885.481.600

Sumber : Data Laporan Keuangan KSU. Bintang Buana yang diolah perhitungan

diatas dapat diketahui Rate Of ROA “Return On Assets” yang dicapai tahun 2008

adalah 13,5% yang berarti setiap Sisa hasil usaha Rp 1.00,- dijamin dengan total

aktiva Rp 13,5.

Pembahasan Hasil Penelitian Laporan Keuangan

Dari Laporan Neraca diatas data dikatakan bahwa Neraca adalah: laporan

yang berisi harta (asset), utang atau kewajiban-kewajiban pada pihak lain

Page 77: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

73

(liebilities) beserta modal (capital) dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Oleh

karena itu Neraca terdiri dari tiga kelompok, yaitu : aktiva, kewajiban, dan modal

Pada laporan Neraca KSU. Bintang Buana diatas datap dijelaskan bahwa

total aktiva diperoleh dari jumlah aktiva lancar Rp. 867.614.600 + aktiva tetap

Rp. 7.003.000 = Rp. 885.481.600 sedangan total pasiva yang diperoleh dari

Jumlah kewajiban lancar Rp. 314.000.000 + kewajiban jangka panjang Rp.

250.000.000 + modal Rp. 321.481.200 = Rp. 885.481.200.

Dari laporan Sisa Hasil Usaha diatas dapat diketahui bawa KSU. Bintang

Buana Untuk periode Januari 01- 31Desember 2008 adalah total Pendapatan –

total Biaya = Rp. 317.163.950– Rp. 197.307.850= Rp. 119.856.100

SHU di tahan = SHU- SHU di bagi

= RP. 119.856.100– Rp. 18.000.000

= Rp. 101.856.100

Pembahasan Analisis Rasio Keuangan

Dari Analisa rasio keuangan diatas dapat dibandingan antara

dua/kelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut

bisa antar data dari neraca dan data laporan hasil usaha. Tujuannya adalah

memberi gambaran kelemahan dan kemampuan finansial koperasi dari tahun

ketahun.

1. Pembahasan Analisis Rasio Likuiditas

a. Rasio lancar (current ratio)

Secara terperinci keadaan rasio lancar Koperasi Serba Usaha (KSU) Bintang

Buana Kabuaten Blitar Tahun 2008 sebagai berikut :

Pada tahun 2008 rasio lancar yang dicapai Koperasi Serba Usaha (KSU)

Bintang Buana adalah 1383.5%. Keadaan ini nampaknya menguntungkan bagi

para kreditur karena pinjaman jangka pendek yang mereka pinjamkan dijamin

1383,5 kali lipat aktiva lancar koperasi. Bila diamati lebih lanjut hal ini

disebabkan karena besarnya dana yang diinvestasikan dalam aktiva lancar

terutama pada piutang, sehingga koperasi masih memiliki banyak cadangan

yang dapat digunakan untuk melunasi utang jangka pendeknya bila sewaktu-

waktu ditagih.

2. Pembahasan Analisis Rasio Solvabilitas

a. Rasio Total Aktiva dengan Total Kewajiban (Total Debt To Total Assets Ratio)

Keadaan rasio total aktiva dengan total kewajiban KSU. Bintang Buana tahun

2008 adalah 157%, hal ini menunjuk kemampuan koperasi dalam memenuhi

seluruh kewajiban-kewajiban baik berupa hutang jangka pendek maupun

hutang jangka panjang sangatlah efisien hal ini disebabkan kewajiban yang

didikeluarkan dipenuhi oleh aktiva sehingga dapat seluruh kewajiban dapat

dipenuhi oleh koperasi.

3. Pembahasan Analisis Rehabilitas.

a. Rasio Rehabilitas

Rasio Sisa Hasil Usaha dengan Total Pendapatan pada Koperasi Serba Usaha

(KSU) Bintang Buana tahun 2008 adalah 37,7%. Hal ini sangat efisien,

dikarenakan total pendapatan yang diperoleh oleh koperasi menunjukakan

besarnya pendapatan operasional koperasi dapat memenuhi kewajiban-

kewajiban yang dikeluarkan oleh koperasi sehingga dapat menjamin sisa hasil

usaha koperasi

Page 78: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

74

4. Pembahasan Analisis Ratio Rentabilitas

a. Rasio Jumlah SHU sebelum pajak dengan total Pendapatan. (Rate Of ROA

“Return On Assets”)

Rasio laba bersih sebelum pajak dengan total pendapatan menunjukkan

kemampuan dari pendapatan operasional yang diinvestasikan dalam

keseluruhan total pendapatan untuk menghasilkan keuntungan. Jumlah Sisa

Hasil Usaha sebelum pajak dengan total Pendapatan yang dicapai Koperasi

Serba Usaha (KSU) Bintang Buana pada tahun 2008 adalah 37,7%

Dari rincian di atas dapat diketahui bahwa rasio Jumlah SHU sebelum

pajak dengan total Pendapatan yang dicapai oleh KSU. Bintang Buana Tahun

2008 adalah cukup efisien atau baik, hal ini disebabkan karena besarnya total

pendapatan operasional yang diperoleh oleh koperasi dan pentapatan operasional

tersebut dapat mengontrol pengeluaran atau biaya operasional sehingga

mendapatkan SHU yang baik atau maksimal sebelum pajak

Simpulan

Dari hasil analisa penulis lakukan terhadap Analisis Laporan Sisa Hasil

Usaha “SHU” Terhadap Pelaporan pertanggungjawaban Koperasi Serba Usaha

“KSU” Bintang Buana Kabupaten Blitar Tahun 2008, maka data ditarik

kesimpulan bahwa

1. Hasil Laporan Hasil Usaha KSU. Bintang Buana Periode Januari 01-31

Desember 2008, bahwa pendapatan yang diperoleh oleh KSU. Bintang Buana

berasal dari pendapatan operasional koperasi sebesar Rp. 317.163.950 yang

berasal dari jasa pinjaman yang diperoleh dari angsuran pokok dan jasa

pinjaman dari anggota maupun calon anggota, pendapatan administrasi yang

berasal dari biaya administrasi, SWP dan materai yang dikenakan kepada

anggota pada saat melakukan pinjaman dan denda keterlambatan

pengembalian pinjaman kepada koperasi dan tidak memperoleh pendapatan

yang diselenggarankan oleh pihak ketiga atau usaha lainnya.

Karena sisa hasil usaha yang diselenggarakan KSU. Bintang Buana hanya

berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk para anggotanya maka tidak

dikenakan Pajak pengahasilan, akan tetapi bila bila sisa hasil usaha itu berasal

dari usaha yang diselenggarakan untuk pihak ketiga (bukan anggota), maka

sisa hasil usaha tersebut dikenakan pajak penghasilan yang tarifnya sama

dengan pajak penghasilan persekutuan firma atau komanditer.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sisa hasil usaha KSU. Bintang Buana yang

dibagikan sebesar 18.000.000 hanya berasal dari usaha yang diselenggarakan

untuk anggota yang pembagiannya berdasarkan pada ketentuan yang

tercantum dalam Anggaran Dasar Koperasi yang diputuskan dalam Rapat

Anggota untuk jasa modal 20%, jasa anggota 25%, cadangan 25%, dana

pengurus 10%, dana pegawai 5%, dana kemajuan daerah 5%, dana

pendidikan 5% dan dana social 5% dan sebagian sisa hasil usaha koperasi

disisihkan untuk cadangan dengan tujuan untuk menutup kerugian koperasi

bila diperlukan.

2. Sebagai bentuk Pelaporan pertanggungjawaban, sisa hasil usaha “SHU”

Koperasi Serba Usaha “KSU” Bintang Buana Kabupatan Blitar tahun 2008

dilakukan suatu Analisis Rasio Keuangan yang digunakan untuk mengetahui

kondisi keuangan koperasi lebih dalam yang sangat penting dalam proses

Page 79: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

75

menghasilkan keputusan yang tepat maka Analisis Rasio Keuangan yang

digunakan Antara lain; Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Rehabilitas

dan Rasio Rentabilitas.

Dari hasil analisis Rasio Keuangan bahwa kondisi keuangan Koperasi

Serba Usaha “KSU” Bintang Buana Kabupaten Blitar Tahun 2008 :

1. Dilihat dari Rasio Lancar (currents ratio) yang dicapai Koperasi Serba Usaha

(KSU) Bintang Buana tahun 2008 adalah 1383.5%. Keadaan ini nampaknya

menguntungkan bagi para kreditur karena pinjaman jangka pendek yang

mereka pinjamkan dijamin 1383,5 kali lipat aktiva lancar koperasi. Karena

besarnya dana yang diinvestasikan dalam aktiva lancar terutama pada piutang

koperasi masih memiliki banyak cadangan yang dapat digunakan untuk

melunasi utang jangka pendeknya bila sewaktu-waktu ditagih.

2. Keadaan rasio total aktiva dengan total kewajiban (Total Debt To Total Assets

Ratio) KSU. Bintang Buana tahun 2008 adalah 157%, hal ini menunjuk

kemampuan koperasi dalam memenuhi seluruh kewajiban-kewajiban baik

berupa hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.

3. Rasio Sisa Hasil Usaha dengan Total Pendapatan pada Koperasi Serba Usaha

(KSU) Bintang Buana tahun 2008 adalah 37,7%. Total pendapatan yang

diperoleh oleh koperasi menunjukakan besarnya pendapatan operasional

koperasi dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang dikeluarkan oleh

koperasi sehingga dapat menjamin sisa hasil usaha koperasi

4. Rasio laba bersih sebelum pajak dengan total pendapatan (Rate Of ROA

“Return On Assets”) menunjukkan kemampuan dari pendapatan operasional

yang diinvestasikan dalam keseluruhan total pendapatan untuk menghasilkan

keuntungan. Jumlah Sisa Hasil Usaha sebelum pajak dengan total Pendapatan

yang dicapai Koperasi Serba Usaha (KSU) Bintang Buana pada tahun 2008

adalah 37,7%. Hal ini disebabkan karena besarnya total pendapatan

operasional yang diperoleh oleh koperasi dan pendapatan operasional tersebut

dapat mengontrol pengeluaran atau biaya operasional sehingga mendapatkan

SHU yang baik atau maksimal sebelum pajak

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Rineka Cipta. Jakarta.

Fudyanisa. 2009. in Uncategorized, www.Posted.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Indonesia, Penerbit

Salemba Empat. Jakarta.

Mulyadi. 2003. Activity-Based Cost System, - Ed. 6, Cet.1 Yogyakarta, UPP.

AMP YKPN. Yogyakarta.

Munawir, S. 2000. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kesebelas, Penerbit Liberti.

Yogyakarta.

Nazir, Muhammad.1999. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia. Jakarta.

Page 80: AKUNTABILITAS Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Ekonomi Susunan ...jurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/67/AKUNTABILITAS 2011.pdf · machine by James Watt from England, an ... revolusi industri

76

Suyanto, dan Nurhadi. 2003. IPS Ekonomi, Penerbit Erlangga. Yogyakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 2002. Akuntansi Untuk Koperasi, penerbit PT. Rineka

Cipta.