jurnal genta mulia - ejournal.stkipbbm.ac.id
Post on 04-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
126
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN KIMIA MELALUIMODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DI MAS DARUL
AITAMI PAISE RAJA ACEH SELATAN
Jamalludin 1)
1 Guru MAS Darul Aitami Pasie Raja
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia materi sifat
koligatif larutan di kelas XII MAS Darul Aitami Aceh Selatan. Waktu yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus 2015
sampai Oktober 2015 dengan perhitungan waktu kurang lebih 12 minggu. Tempat
Penelitian di kelas XII MAS Darul Aitami Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan Tahun
Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII MAS
Darul Aitami Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan
jumlah siswa sebanyak 25 siswa terdiri dari siswa laki-laki 9 siswa dan perempuan 16
siswa. Pengumpulan data yaitu dengan LKS, tes formatif dan observasi keaktifan belajar
siswa. Pengolahan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis data
secara kualitatif dan kuantitatif. Penerapan model pembelajaran PBI dapat
meningkatkan kualitas belajar siswa kelas XII MAS Darul Aitami Pasie Raja, dapat
dibuktikan dengan perolehan hasil observasi siswa persiklus. Penerapan model
pembelajaran PBI dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa kelas XII MAS Darul
Aitami Pasie Raja, dapat dibuktikan dengan perolehan hasil tes formatif individu siswa
persiklus.
1.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di indonesia
sejauh ini masih disominasi oleh
pandangan bahwa pengetahuan
sebagai perangkat fakta-fakta yang
harus dihapal. Pembelajaran di kelas,
masih berfokus pada guru sebagai
sumber utama pengetahuan,
kemudian ceramah menjadi pilihan
utama strategi belajar (Depdiknas,
2002a). Menurut Mulyasa (2002),
muatan pada proses pembelajaran
disekolah selama ini menjadi miskin
variasi, berbasis pada standar
nasional yang kaku, dan
diimplementasikan di sekolah atas
dasar petunjuk-petunjuk yang serba
detail. Disamping itu, peserta didik
dievaluasi atas dasar akumulasi
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
127
pengetahuan yang telah
diperolehnya, sehingga lulusan
hanya mampu menghapal atau
memahami.
Berdasarkan observasi awal
yang dilakukan pada proses belajar
mengajar kimia pada materi sifat
koligatif larutan, di kelas XII MAS
Darul Aitami Pasie Raja Aceh
Selatan, tampak bahwa keaktifan dan
kinerja siswa belum optimal. Di
kelas XII dari keseluruhan jumlah
siswa yaitu 25 siswa, yang terlibat
aktif dalam pembelajaran dan
mencapai ketuntasan hanya sekitar
28 %. Sebagaian besar siswa kurang
memberikan respons terhadap
pertanyaan yang disampaikan oleh
guru. Hanya siswa tertentu yang mau
menjawab pertanyaan dan
mengemukakan pendapat.
Pengetahuan siswa bergantung pada
guru, sehingga tidak ada keinginan
yang muncul dari diri siswa untuk
mencari sendiri pemecahan masalah
yang dipaparkan. Pembelajaran yang
berlangsung di kelas masih berpusat
pada guru sebagai sumber utama
pengetahuan. Pembelajaran aktif
yang berpusat pada siswa sangat
jarang dilakukan. Metode
pembelajaran yang dilakukan oleh
guru terbatas pada ceramah sehingga
kurang bervariasi. Guru jarang
mengaitkan materi pelajaran dengan
masalah nyata kehidupan sehari-hari
siswa. Pada umumnya guru
memberikan materi sesuai bahan
pelajaran yang diperoleh dari buku-
buku acuan dan motivasi siswa untuk
belajar masih rendah.
Upaya memandirikan siswa
untuk belajar, bekerjasama, dan
menilai diri sendiri sanagat perlu
diutamakan agar siswa mampu
membangun pemahaman dan
pengetahuan. Kegiatan belajar
mengajar perlu memberikan
pengalaman nyata dalam kehidupan
sehari-hari dan di dunia kerja yang
terkait dengan penerapan konsep,
kaidah dan prinsip disiplin ilmu yang
dipelajari.
Pembelajaran konvensional
dimana proses belajar mengajar
terfokus pada guru perlu diubah dari
sekedar mememahami konsep dan
prinsip keilmuan, siswa juga harus
memiliki kemampuan untuk berbuat
sesuatu dengan menggunakan konsep
dan prinsip keilmuan yang telah
dikuasai. Bagi siswa, untuk benar-
benar mengerti dan dapat
menerapkan ilmu pengetahuan,
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
128
mereka harus bekerja untuk
memecahkan masalah, menemukan
sesuatu bagi diri nya sendiri dan
bergulat dengan ide-ide (Nur, 2000).
Tugas seorang guru dalam
hal ini adalah membuat agar proses
pembelajaran pada siswa
berlangsung secara efektif dan
bermakna. Untuk itu diperlukan
sebuah strategi belajar yang lebih
memberdayakan siswa. Strategi
belajar itu harus dapat membantu
peserta didik memahami teori secara
mendalam melalui pengalaman
belajar praktik empirik serta
menerapkan pengetahuannya itu
dalam kehidupannya.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan guru untuk meningkatkan
pembelajaran agar efektif dan
berkualitas adalah melalui model
pembelajaran Problem Based
intruction (PBI). Kualitas adalah
ukuran baik buruknya sesuatu, kadar,
mutu, derajad/ taraf
(kependidikan/kecakapan dan
sebagainya).
Pembelajaran adalah suatu
upaya untuk mengubah tingkah laku
siswa ke arah yang lebih baik.
Kualitas proses pembelajaran dapat
dilihat dari aktivitas belajar dan
pemahaman siswa berdasarkan
kopetensi dasar dan indikator yang
harus dicapai, serta kinerja guru yang
mendukung proses pembelajaran.
Penerapan PBI ini penting
karena tujuan pembelajaran ini
adalah memecahkan masalah
keseharian (authentik) sehingga anak
sudah dibiasakan dengan situasi
nyata sehari-hari. Dengan PBI guru
dapat melatih siswa untuk menjadi
orang yang mandiri dan terbiasa
memandang suatu masalah dari
berbagai sudut pandang disiplin ilmu
yang berbeda.
Proses belajar yang
berorientasi PBI adalah membantu
siswa untuk menjadi mandiri. Siswa
yang mandiri (otonom) yang percaya
pada ketrampilan intelektual mereka
sendiri, memerlukan keterlibatan
aktif dalam lingkungan yang
berorientasi pada inkuiri. Peran
utama guru pada PBI adalah
membimbing dan memfasilitasi
sehingga siswa dapat belajar berpikir
dan memecahkan masalah oleh
mereka sendiri (Ibrahim, 2002). PBI
dilandasi oleh teori pembelajaran
konstruktivisme, kelas demokratis,
dan pembelajaran penemuan
(Ibrahim, 2000).
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
129
Model Pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI)
Model pembelajaran PBI
adalah berpusat pada siswa dan
mendorong inkuiri terbuka dan
berfikir bebas. Seluruh proses belajar
mengajar yang berorientasi PBI
adalah membantu siswa untuk
menjadi mandiri. Ibrahim (2000)
menyebutkan bahwa PBI dilandasi
oleh teori pembelajaran
konstruktivisme, kelas demokratis
dan pembelajaran penemuan.
Menurut Arend (2008:57), model
pembelajaran PBI terdiri dari 5 tahap
utama yaitu:
Orientasi siswa kepada masalah,
mengkoordinasi siswa untuk belajar,
membantu penyelidikan mandiri
ataupun kelompok, menyajikan hasil,
menganalisis, dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
Berdasarkan penjelasan
diatas, dapat disimpulkan model
pembelajaran PBI didasarkan pada
teori psikologi kognitif. Fokus
pengajaran pada model PBI pada
kognitif siswa, yaitu dapat berupa
pengaitan informasi yang dilakukan
oleh siswa dengan informasi yang
telah diperoleh siswa dengan
informasi baru dan terdapat dalam
struktur kognitif seseorang.
Keunggulan Dan Kelemahan
Problem Based Instruction (PBI)
Menurut Santoso (2011)
bebrapa kelemahan model Problem
Based Instruction adalah sebagai
berikut:
a. Membutuhkan waktu yang
banyak.
b. Membutuhkan fasilitas yang
memadai seperti
laboratorium, tempat duduk
siswa yang terkondisi untuk
belajar kelompok, perangkat
pembelajaran dll.
c. Menuntut guru membuat
perencanaan pembelajaran
yang lebih matang.
d. Kurang efektif jika jumlah
siswa terlalu banyak.
Sedangkan kelebihan PBI dalam
Arends (2008:45) sebagai suatu
model pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Pembelajaran berbasis
masalah mendorong
kolaborasi dan penyelesaian
bersama berbagai tugas.
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
130
b. Pembelajaran berbasis
masalah Memiliki elemen-
elemen yang mendorong
observasi dan dialog dengan
pihak lain agar seorang siswa
mampu melaksanakan
observasi.
c. PBI dapat melibatkan siswa
dalam penelitian yang
memungkinkan mereka untuk
menjelaskan berbagai
permasalahan nyata dan
mengkonstruksi pemahaman
mereka sendiri.
d. Membantu siswa menjadi
pembelajar yang independen
dan belajar mandiri.
Langkah-Langkah Penerapan
Problem Based Instruction (PBI)
Model pembelajaran PBI
dilaksanakan mengacu pada langkah-
langkah berikut:
a. Orientasi siswa pada
masalah yaitu mengajukan
permasalah melalui
pertanyaan serta
menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
memotivasi siswa untuk
mengikuti pembelajaran.
b. Mengorganisasi siswa untu
belajar, membentuk
kelompok kecil untuk
mengidentifikasi masalah.
c. Membimbing penyelidikan
individu atau kelompok yaitu
membimbing serta
memfasilitasi siswa dalam
melaksanakan percobaan
sesuai dengan pemecahan
masalah yang telah
direncanakan.
d. Mengembangkan dan
menyajikan karya yaitu
membimbing siswa
mengerjakan lembar kerja
siswa dan menyajikan hasil
karya lain
e. Mengeanalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah yaitu
membimbing siswa
mempresentasikan
pemecahan masalah yang
dilakukan dan menganalisis
serta mengevaluasi proses
pemecahan masalah yang
dilakukan.
Salah satu pokok bahasan pada
pembelajaran kimia adalah sifat
koligatif larutan. Sifat-sifat larutan
seperti rasa, warna, dan kekentalan
(viskositas) merupakan sifat-sifat
yang bergantung pada jenis zat
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
131
terlarut. Sebagai contoh, larutan
NaCl (garam dapur) terasa asin,
namun larutan CH3COOH (asam
cuka) terasa asam. Adapun sifat-sifat
larutan yang tidak bergantung pada
jenis zat terlarut, yang disebut sifat
koligatif. Sifat koligatif larutan
adalah sifat-sifat yang hanya
bergantung pada jumlah (kuantitas)
partikel zat terlarut dalam larutan dan
tidak bergantung pada jenis atau
identitas partikel zat terlarut-tidak
peduli dalam bentuk atom, ion,
ataupun molekul. Sifat koligatif
merupakan sifat yang hanya
memandang “kuantitas”, bukan
“kualitas”. Sifat-sifat koligatif
larutan antara lain: penurunan
tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan tekanan
osmosis.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi permasalahan
berdasarkan uraian latar
belakang masalah diatas
sebagai berikut:
a. Pembelajaran kimia
masih berpusat pada
guru dan keaktifan
siswa kurang optimal
b. Model pembelajaran
menggunakan PBI
belum pernah
diterapkan di Mas
Darul Aitami Pasie
Raja Aceh Selatan.
C. Rumusan Penelitian
Perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah
dengan menerapkan model
pembelajaran PBI dapat
meningkatkan kualitas
pembelajaran kimia pada
materi sifat koligatif larutan
di kelas XII MAS Darul
Aitami Pasie Raja Aceh
selatan.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas
pembelajaran kimia materi
sifat koligatif larutan di kelas
XII MAS Darul Aitami Aceh
Selatan.
E. Kerangka Berfikir
Rendahnya hasil
pembelajaran Kimia tentang sifat
koligatif larutan menjadi rujukan
awal penelitian ini dilakukan. Usaha
untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan aktivitas belajar
siswa memerlukan metode yang
efektif dan efisien. Penerapan model
PBI dengan dalam pembelajaran
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
132
Kimia tentang sifat koligatif larutan
diharapkan membangun rasa ingin
tahu dan minat siswa serta motivasi
untuk belajar, juga dapat
mempermudah siswa dalam
memahami materi dan informasi
yang disampaikan. Dengan
demikian, penerapan metode PBI
diharapkan dapat meningkatkan
kualitas dan aktivitas belajar siswa
kelas XII MAS Darul Aitami Pasie
Raja Aceh Selatan.
Dalam bentuk bagan
kerangka pikir penelitian tindakan
kelas dengan menerapkan model PBI
sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
2.METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan kegiatan
penelitian ini adalah 3 bulan,
yaitu dari bulan Agustus 2015
sampai Oktober 2015 dengan
perhitungan waktu kurang
lebih 12 minggu.
2. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini
penulis mengambil lokasi di
kelas XII MAS Darul Aitami
Pasie Raja Kabupaten Aceh
Selatan Tahun Pelajaran
2015/2016. Penulis
mengambil lokasi atau tempat
ini dengan pertimbangan
bekerja pada sekolah
tersebut, sehingga
memudahkan dalam mencari
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Pembelajaran tidak menerapkan model PBI
Pembelajaran menerapkan model PBI
Kualitas dan aktivitas belajar siswarendah
Kualitas dan aktivitas belajar siswameningkat
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
133
data, peluang waktu yang
luas dan subjek penelitian
yang sangat sesuai dengan
profesi penulis.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam
penelitian ini adalah siswa kelas
XII MAS Darul Aitami Pasie
Raja Kabupaten Aceh Selatan
Tahun Pelajaran 2015/2016
dengan jumlah siswa sebanyak
25 siswa terdiri dari siswa laki-
laki 9 siswa dan perempuan 16
siswa.
C. Data dan Sumber Data
Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber
data primer adalah siswa kelas
XII MAS Darul Aitami Pasie
Raja Kabupaten Aceh Selatan
Tahun Pelajaran 2015/2016.
Adapun sumber data sekunder
berasal dari sumber data yang
berasal dan pihak yang masih
ada kaitannya dengan siswa,
akan tetapi tidak secara
langsung mengetahui
keberadaan siswa atau
berhubungan langsung dengan
siswa, misalnya obsever dan
kepala sekolah. Dalam
penelitian ini, data primer yang
digunakan adalah nilai hasil
belajar. Ada tiga macam nilai
yang diambil dari subjek
penelitian yaitu kondisi awal,
pretes dan nilai akhir siklus.
Dari data-data tersebut akan
dipergunakan untuk menentukan
terjadinya peningkatan hasil
belajar adalah nilai kondisi awal
dan nilai akhir siklus.
D. Teknis dan Alat Pengumpulan
Data
Untuk mendapatkan data
dalam pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini diperlukan
teknik dan alat pengumpulan
data. Dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yang
tepat. Sedangkan alat
pengumpulan data yang tepat
dan benar akan mempeoleh data
yang akurat yang sangat
dibutuhkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
1. Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan
data dalam pelaksanaan
penelitian ini menggunakan
:
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
134
a. Pedoman observasi
Lembar observasi
yang digunakan yaitu
mengamati tentang
aktivitas siswa serta
sejauhmana tingkat
pemahaman siswa
tentang sifat koligatif
larutan dan sejauhmana
keberhasilan penerapan
model pembelajaran.
b. Lembar Kegiatan Siswa
(LKS).
Data atau hasil
kerja dari LKS ini
akan digunakan sebagai
patokan untuk
melakukan refleksi dan
rancangan pelaksanaan
pembelajaran
selanjutnya.
c. Alat Evaluasi
Untuk mengetahui
atau mengukur tingkat
pemahaman siswa
terhadap materi atau
konsep yang telah
dipelajari maka diadakan
post test (tes akhir).
Selain itu post test
juga bertujuan untuk
menemukan apakah
pembelajaran akan
dilanjutkan pada
tindakan berikutnya
atau dilakukan dilakukan
pengulangan untuk
perbaikan.
2. Alat Pengumpul Data
Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini dilakukan
dalam dua siklus, maka tes
perbuatan juga dilakukan dua
kali, yaitu pada akhir siklus I
dan akhir siklus II. Perangkat
tes terdiri dari butir soal,
kunci jawaban, kriteria dan
hasil tes terlampir.
E. Validitas Data
Validitas suatu instrumen
selalu bergantung pada situasi
dan tujuan penggunaan instrumen
tersebut. Suatu tes yang valid
untuk satu situasi mungkin tidak
valid untuk situasi yang lain.
Tujuan penggunaan tes
merupakan faktor utama penentu
validitas, perbedaan tujuan tes
memerlukan validitas yang
berbeda pula.
F. Analisa Data
Pengolahan data dalam
penelitian ini adalah dengan
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
135
100% xMaksimalSkor
SkorPerolehanNilai
% xc
ba 100
n
YX
menggunakan analisis data secara
kualitatif dan kuantitatif.
Data yang diperoleh
diambil dari LKS, panduan
observasi atau pengamatan, hasil
evaluasi individu. Data hasil
pengolahan LKS, panduan
observasi atau pengamatan, hasil
evaluasi individu, ditulis dalam
bentuk deskripsi. Evaluasi siswa
secara kelompok dan individu
ditulis dalam bentuk tabel
sehingga nilai yang diperoleh
siswa dapat dilihat dengan
jelas. Setelah dimasukkan ke
dalam tabel, kemudian nilainya
diolah untuk dicari rata-
ratanya.
Selain itu pula akan
ditentukan nilai minimum dan
maksimum yang diperoleh siswa
pada setiap siklus. Siswa yang
menguasai materi pelajaran 70%
ke atas memperoleh skor 78 ke
atas dari hasil belajarnya maka
siswa tersebut dianggap
kompeten. Sedangkan perolehan
hasil belajar di bawah 78
dianggap belum kompeten.
Perolehan nilai setiap siswa
melalui tes hasil belajar secara
tertulis diolah dengan rumus :
1) Ketuntasan Belajar Klasikal
Keterangan :
A = Ketuntasan
B = Jumlah Siswa Tuntas
(siswa mendapat nilai di
atas 68)
C = Jumlah Seluruh Siswa
2) Nilai rata-rata
Keterangan :
X = Nilai Rata-rata
∑Y= Jumlah Nilai Seluruh
Siswa
n = Jumlah Seluruh Siswa
G. Prosedur Penelitian
PTK merupakan kegiatan
perbaikan pembelajaran yang
terdiri dari beberapa rangkaian
kegiatan yang saling berkaitan
dan berdaur atau siklus dengan
empat langkah utama yaitu
perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi
dan refleksi. Tahapan PTK di
sini sebenarnya merupakan
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
136
reflektif guru pada permasalahan
yang dihadapi dalam kelasnya.
Dari sinilah penelitian tindakan
kelas akan dilakukan.
Penjelasan secara rinci
mengenai daur siklus PTK
sebagaimana gambar 3.1 di
bawah ini
Gambar 3.1 Daur PTK (dimodifikasi dari Rusna Ristasa, 2006 : 46)
Prosedur sebagaimana
dijelaskan pada daur PTK di
atas, selanjutkan ditindaklanjuti
dengan kegiatan-kegiatan :
1. Perencanaan
Perencanaan selalu
mengacu kepada tindakan
apa yang dilakukan, dengan
mempertimbangkan
keadaan dan suasana
obyektif dan subyektif.
2. Pelaksanaan Tindakan
Proses tindakan
semata-mata merupakan
pelaksanaan perencanaan
itu. pelaksanaan tindakan
boleh jadi berubah atau
dimodifikasi sesuai dengan
keperluan di lapangan.
3. Pengamatan
Hal yang tidak bisa
dilupakan, bahwa sambil
melakukan tindakan
hendaknya juga dilakukan
pemantauan secara cermat
tentang apa yang terjadi.
Dalam pemantauan itu,
lakukan pencatatan-
pencatatan sesuai dengan
form yang telah disiapkan.
Catat pula gagasan-gagasan
dan kesan-kesan yang
muncul, dan segala sesuatu
yang benar-benar terjadi
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
137
dalam proses pembelajaran.
Secara teknis operasional,
kegiatan pemantauan dapat
dilakukan oleh Guru lain.
4. Refleksi
Refleksi adalah
suatu upaya untuk mengkaji
apa yang telah terjadi, yang
telah dihasilkan, atau apa
yang belum dihasilkan, atau
apa yang belum tuntas dari
langkah atau upaya yang
telah dilakukan. Dengan
perkataan lain, refleksi
merupakan pengkajian
terhadap keberhasilan atau
kegagalan pencapaian
tujuan.
Penelitian Tindakan Kelas ini
akan dilaksanakan selama dua
siklus. Setiap siklus terdiri
perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Secara
terperinci kegiatan per-siklus
sebagaimana dijelaskan di bawah
ini :
1. Siklus I
a. Perencanaan
1) Menelaah materi
pembelajaran kelas
XII.
2) Menyusun perangkat
pembelajaran berupa
silabus, RPP, materi
pembelajarn, media
pembelajaran, lembar
kerja siswa, soal
evaluasi, kunci
jawaban, dan
pedoman penilaian
berdasarkan indikator
yang ditetapkan.
3) Menetapkan sumber
belajar yang sesuai
materi pembelajaran
tentang sifat koligatif
larutan
4) Memilih dan
menetapkan media
atau alat peraga yang
sesuai dengan
pembelajaran kimia.
5) Membuat lembar
observasi pengamatan
aktivitas ssiswa dalam
pembelajaran kimia
melalui model PBI..
b. Pelaksanaan
1) Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran
2) Guru mengajukan
permasalahan melalui
pertanyaan
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
138
3) Guru memotivasi
siswa untuk mengikuti
pembelajaran
4) Guru membentuk
kelompok kecil untuk
menidentifikasi
masalah dalam
pembelajaran
5) Guru membimbing
kelompok dan
memfasilitasi dalam
melaksanakan
percobaaan sesuai
dengan pemecahan
masalah yang
direcnanakan
6) Membimbing siswa
mengerjakan LKS
7) Guru dan siswa
Menganalisis dan
mengevaluasi prose
pemecahan
permasalahan yaitu
membimbing siswa
mempresentasikan
pemecahana masalah
yang ditemukan.
8) Guru melakukan
evaluasi pembelajaran
c. Observasi
Pengamatan oleh
teman sejawat selama
kegiatan pembelajaran
berlangsung. Pengamatan
meliputi aktivitas siswa
.Sumber data dalam
penelitian ini adalah
siswa, observer. Jenis
data yang diperoleh
adalah proses belajar
mengajar..
d. Refleksi
Menganalis dan
menginterpretasikan data
hasil pekerjaan siswa dan
hasil tersebut akan
digunakan untuk
menentukan penyusunan
langkah-langkah pada
siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
1) Melakukan perbaikan
model pembelajaran.
2) Menyusun perangkat
pembelajaran berupa
silabus, RPP, materi
pembelajarn, media
pembelajaran, lembar
kerja siswa, soal
evaluasi, kunci
jawaban, dan
pedoman penilaian
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
139
berdasarkan indikator
yang ditetapkan.
3) Menetapkan sumber
belajar yang sesuai
materi pembelajaran
tentang sifat koligatif
larutan
4) Memilih dan
menetapkan media
atau alat peraga yang
sesuai dengan
pembelajaran kimia.
5) Membuat lembar
observasi pengamatan
aktivitas ssiswa dalam
pembelajaran kimia
melalui model PBI..
b. Pelaksanaan
1) Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran
2) Guru mengajukan
permasalahan melalui
pertanyaan
3) Guru memotivasi
siswa untuk mengikuti
percobaan
4) Guru membentuk
siswa dalam
kelompok kecil untuk
melakukan percobaan
dan mengdentifikasi
masalah
5) Guru membimbing
kelompok dan
memfasilitasi dalam
melaksanakan
percobaaan sesuai
dengan pemecahan
masalah yang
direcnanakan
6) Guru menegaskan
akan adanya penyajian
hasil dari masing
kelompok setelah
menemukan hasil
percobaan dan konsep
yang ditemukan
7) Guru Membimbing
siswa mengerjakan
LKS
8) Guru mendampingi
siswa dalam
mempresentasikan
hasil temuan
9) Guru dan siswa
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan
permasalahan ,
10) Guru
melakukan evaluasi
pembelajaran
b. Observasi
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
140
Penulis dan teman
sejawat mengamati
dampak pelaksanaan
perbaikan pembelajaran.
c. Refleksi
Dengan menganalisis
dan menginterprestasikan
data selanjutnya,
mengetahui tindakan
yang dilakukan pada
siklus II telah mencapai
tujuan atau tidak.
H. Indikator Kinerja
Siswa dinyatakan tuntas
dengan kriteria mencapai
penguasaan materi di atas KKM
atau mendapat nilai minimal 78.
Adapun indikator yang
digunakan untuk mengukur
peningkatan keaktifan belajar
jika siswa memberikan respon
aktif terhadap penjelasan dan
pertanyaan yang diajukan guru,
aktif dalam melaksanakan tugas
guru, aktif belajar dan bekerja
kelompok, serta aktif
mengkomunikasi hasil proses
pembelajaran.
Kriteria untuk mengukur
tingkat keberhasilan upaya
perbaikan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1. Kriteria siswa tuntas belajar
apabila telah mencapai
tingkat penguasaan materi
pembelajaran sebesar 78% ke
atas atau mendapat nilai 78.
2. Proses perbaikan
pembelajaran dinyatakan
berhasil apabila 85% dari
jumlah siswa tuntas belajar.
3. Proses perbaikan
pembelajaran (peningkatan
keaktifan siswa) dinyatakan
berhasil jika 85% dari jumlah
siswa terlibat aktif dalam
proses pembelajaran.
3.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Pra Siklus
Hasil tes awal sebelum
pelaksanaan siklus digunakan
untuk pedoman pelaksanaan
perbaikan pembelajaran. Hasil
tes tersebut menggambarkan
kualitas belajar siswa yang
masih rendah dalam proses
pembelajaran khususnya pada
pembelajaran kimia.
Rekapitulasi perolehan nilai
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
141
siswa dapat diamati pada lampiran.
Tabel 4.1 Perolehan Nilai pra siklus
Nilai ∑ Siswa Capaian Tuntas
Ya % Tidak %
50-59 0 0
60-69 12 750 √ 72
70-79 13 987 √ 28
80-89 0 0
90-99 0 0
100 0 0
Jumlah 25 1737 - 28 - 72
Nilai ≥ KKM 78
Nilai Rata-rata 69,48
Dari tabel di atas
menunjukan bahwa dari 25
orang siswa, yang
dikategorikan lulus adalah
sebanyak 7 siswa yaitu yang
memperoleh nilai 78-79, bila
dipersentasekan maka
diperoleh sebesar 28% tingkat
ketuntasan siswa pada pra
siklus. Sementara sebanyak 18
siswa atau setara dengan 72%
siswa dinyatakan tidak
mencapai ketuntasan.
Pencapaian ketuntasan
berpedoman pada nilai KKM
yaitu sebesar 78. Pada pra
siklus ini diperoleh nilai rata-
rata siswa yaitu 69,48.
Adapun penjelasan
mengenai hasil observasi siswa
pada kegiatan pembelajaran
sebagaimana tabel di bawah
ini.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Pra siklus
No Rentang Kriteria Jumlah Persentase Ket
1 00-24
Sangat
Kurang 0 0.00 Belum Tuntas
2 25-49 Kurang 0 0.00 Belum Tuntas
3 50-74 Cukup 14 56.00 Belum Tuntas
4 75-100 Baik 11 44.00 Tuntas
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
142
Indikator aktivitas siswa yang
diamati yaitu:
a. Memperhatikan
penjelasan guru.
b. Keinginginan
melakukan percobaan
dan diskusi.
c. Minat keikutsertaan
melakukan percobaan
dalam pemecahan
masalah.
d. Menganalisis dan
membuat konsep hasil
pemecahan masalah.
Data hasil pengamatan
observasi aktivitas siswa pada
pra siklus dapat diamati pada
lampiran 13.
Berdasarkan tabel di atas,
dari 4 indikator yang diamati
menunjukkan bahwa siswa
yang memiliki keaktivan
belajar yang baik sebanyak 11
siswa atau dalam persentase
sebesar 44%, sementara siswa
yang tidak atau belum
memiliki keinginan yang serius
untuk melakukan pembelajaran
adalah sebanyak 14 siswa atau
sebesara 56%.
2. Siklus I
a. Perencanaan
a) Menelaah materi
pembelajaran kelas XII.
b) Menyusun perangkat
pembelajaran berupa
silabus, RPP, materi
pembelajarn, media
pembelajaran, lembar
kerja siswa, soal
evaluasi, kunci jawaban,
dan pedoman penilaian
berdasarkan indikator
yang ditetapkan.
c) Menetapkan sumber
belajar yang sesuai
materi pembelajaran
tentang sifat koligatif
larutan
d) Memilih dan menetapkan
media atau alat peraga
yang sesuai dengan
pembelajaran kimia.
e) Membuat lembar
observasi pengamatan
aktivitas ssiswa dalam
pembelajaran kimia
melalui model PBI
b. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan ini
adalah proses pengambilan
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
143
data
di lapangan di mana peneliti
mengajarkan materi
pelajaran dengan
menggunakan strategi yang
digunakan untuk perbaikan.
Dalam proses
pelaksanaan ini peneliti
dibantu oleh pengamat
untuk mengamati dan
mengumpulkan data yang
tidak dapat dilakukan oleh
peneliti sendiri,
seperti data aktivitas guru
dan siswa.
Adapun aktivitas guru
dan siswa dalam
pelaksanaan penelitian pada
siklus I sebagai berikut:
Pada awal kegiatan
guru memberikan salam.
Selanjutnya Guru
menyampaikan tujuan
pembelajaran. Kemudian
Guru mengajukan
permasalahan melalui
pertanyaan tentang sifat
koligatif larutan. Guru
menjelaskan adanya
percobaan untuk menjawab
permasalahan yang
ditanyakan. Guru
membentuk kelompok kecil
untuk dapat melakukan
percobaan. Dan
menjelaskan jalan atau
sistematika proses
pembelajaran. Guru
memotivasi siswa untuk
mengikuti pembelajaran.
Tiap kelompok kecil
diberikan permasalahan
yang berbeda untuk
dipecahkan. Guru
membimbing kelompok dan
memfasilitasi dalam
melaksanakan percobaaan
sesuai dengan pemecahan
masalah yang direncanakan.
Guru Membimbing siswa
mengerjakan LKS yang
disediakan. Selajutnya siswa
diberi kesempatan untuk
masing-masing kelompok
membacakan hasil temuan
atau mempresentasikan
konsep yang ditemukan.
Setelah dirasa cukup, guru
membagikan soal tes
formatif akhir siklus, dan
siswa diminta mengerjakan
secara individual. Setelah
selesai siswa diminta
mengumpulkan hasil
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
144
pekerjaannya untuk
diberikan penilaian. Guru
melakukan evaluasi
pembelajaran. Guru
memberikan konsep materi
berdasarkan hasil pada
pemecahan masalah.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif pada Siklus Pertama
Nilai ∑
Siswa
Capaian Tuntas
Ya % Tidak %
50-59 0 0
60-69 12 750 √ 48,00
70-79 4 298 √ 4,00 √ 12,00
80-89 9 728 √ 36,00
90-99 0 0
100 0 0
Jumlah 25 1776 - 40,00 - 60,00
Nilai ≥ KKM 78
Nilai Rata-rata 71,04
Dari tabel di atas
menunjukan bahwa dari 25
orang siswa, yang
dikategorikan lulus adalah
sebanyak 10 siswa yaitu yang
memperoleh nilai 78-89, bila
dipersentasekan maka
diperoleh sebesar 40% tingkat
ketuntasan pada siklus I.
Sementara sebanyak 15 siswa
atau setara dengan 60% siswa
dinyatakan tidak mencapai
ketuntasan. Pada siklus I ini
diperoleh nilai rata-rata siswa
yaitu 71,04. Dengan perolehan
skor nilai tertinggi mencapai
82. Dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran dengan
penerapan PBI diperoleh
kenaikan jumlah siswa yang
tuntas, selain itu juga
meningkatnya nilai rata-rata
kelas. artinya model
pembelajaran PBI berpengaruh
pada proses dan kualitas
pembelajaran kimia pada siswa
kelas XII MAS Darul Aitami
Pasie Raja. Dalam hal ini
mengamati dari hasil
ketuntasan pembelajaran
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
145
diperlukan adanya perbaikan
pada siklus ke II.
c. Pengumpulan data observasi
Proses pengamatan
aktivitas siswa dilakukan
oleh observer, yaitu salah
satu guru di MAS Darul
Aitami Pasie Raja. Indikator
yang diamati adalah sikap
perhatian siswa terhadap
penjelasan guru, keinginan
siswa untuk melakukan
percobaan dan diskusi,
minat siswa dalam
keterlibatan melakukan
percobaan pemecahana
masalah dan kemampuan
menganalisis dan membuat
konsep dari hasil temuan
percobaan dari proses
pemecahan masalah.
Adapun penjelasan
mengenai hasil observasi
siswa pada kegiatan
pembelajaran pada siklus ke
I, dijabarkan sebagai
berikut.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Pada Siklus Pertama
No Rentang Kriteria Jumlah Persentase Ket
1 00-24
Sangat
Kurang 0 0.00
Belum
Tuntas
2 25-49 Kurang 0 0.00
Belum
Tuntas
3 50-74 Cukup 10 40.00
Belum
Tuntas
4 75-100 Baik 15 60.00 Tuntas
Berdasarkan tabel di
atas, dari 4 aspek aktivitas
siswa yang diamati
menunjukkan bahwa siswa
yang berada pada kriteria
baik mencapai 16 siswa
yaitu sebesar 64%.
Selanjutnya jika diamati
siswa yang aktivitasnya
cukup dalam proses
pembelajaran sebanyak 9
siswa tau 36%. Diamati
dalam hal keaktivan siswa
yang menjadi kendala
adalah membuat suatu
konsep temuan dari
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
146
percobaan pemecahan
masalah.
d. Refleksi
Setelah proses
pembelajaran dilakukan
dengan penerapan model
pembelajaran PBI,
kemudian berdasarkan hasil
yang diperoleh dilakuakn
evaluasi dan refleksi
terhadap proses
pembelajaran. Hasil refleksi
pelaksanaan siklus pertama
dijelaskan sebagai berikut.
1) Guru tidak
memberitahukan inti dari
percobaan yang
dilakukan.
2) Guru kekurangan waktu
untuk mendampingi
kelompok dalam
pelaksanaan percobaan.
Sehingga ada anak yang
kebingungan dalam
proses percobaan.
3) Keterbatasan waktu yang
diberikan kepada siswa
dalam pengambilan
kesimpulan atau
merumuskan konsep
yang ditemukan.
4) Beberapa siswa masih
belum mengerti dengan
proses pembelajaran
yang sedang dilakukan
sehingga hanya
mengamati tanpa
memahami.
5) Siswa belum terbiasa
menganalis suatu
masalah sehingga sulit
menemukan maksud dari
percobaan.
Upaya yang dilakukan
untuk mengatasi
permasalahan pada siklus
pertama adalah
1) Guru harus menjelaskan
dengan rinci proses
pelaksanaan PBI.
2) Guru harus menjelaskan
tema inti pada setiap
pecobaan yang
dilakukan.
3) Hendaknya guru
mendampingi kelompok
secara bergantian.
4) Hendaknya guru
memberikan waktu yang
lebih banyak pada siswa
dalam merumuskan
konsep yang ditemukan
dari percobaan.
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
147
Dengan berpedoman pada
perbaikan tersebut maka
dilakukan perbaikan pada
siklus ke II.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan yang
dilakukan pada siklus II
dilakukan berdasarkan data
dan hasil yang diperoleh
pada refleksi pada siklus I.
Langkah yang harus
dipersiapkan sebagai
berikut.
1) Melakukan perbaikan
pada langkah model
pembelajaran PBI.
2) Menyusun perangkat
pembelajaran berupa
silabus, RPP, materi
pembelajarn, media
pembelajaran, lembar
kerja siswa, soal
evaluasi, kunci
jawaban, dan
pedoman penilaian
berdasarkan indikator
yang ditetapkan.
3) Menetapkan sumber
belajar yang sesuai
materi pembelajaran
tentang sifat koligatif
larutan
4) Memilih percobaan
yang tepat untuk
menemukan konsep
yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
5) Membuat lembar
observasi pengamatan
aktivitas siswa dalam
pembelajaran kimia
melalui model PBI.
b. Pelaksanaan
Sistematika pembelajaran
yang dilakukan sama
dengan siklus I. dengan
beberapa perbaikan. Tiap
kelompok kecil diberikan
permasalahan yang berbeda
untuk dipecahkan. Guru
membimbing kelompok dan
memfasilitasi dalam
melaksanakan percobaaan
sesuai dengan pemecahan
masalah yang direncanakan.
Guru Membimbing siswa
mengerjakan LKS yang
disediakan. Guru
mendampingi dari satu
kelompok ke kelompok lain
secara bergantian.
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
148
Selajutnya siswa diberi
kesempatan untuk masing-
masing kelompok
membacakan hasil temuan
atau mempresentasikan
konsep yang ditemukan.
Kemudian, guru
membagikan soal tes
formatif akhir siklus. siswa
diminta mengerjakan secara
individual. Setelah selesai
siswa diminta
mengumpulkan hasil
pekerjaannya untuk
diberikan penilaian. Guru
melakukan evaluasi
pembelajaran. Guru
memberikan konsep materi
berdasarkan hasil
padapercobaan pemecahan
masalah.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif pada Siklus Kedua
Nilai ∑
Siswa
Capaian Tuntas
Ya % Tidak %
50-59 0 0
60-69 0 0
70-79 13 982,5 √ 28,00 √ 16,00
80-89 13 1092 √ 52,00
90-99 1 90 √ 4,00
100 0 0
Jumlah 25 2008,5 - 84,00 16,00
Nilai ≥ KKM 78
Nilai Rata-rata 80.54
Dari tabel di atas
menunjukan bahwa dari 25
orang siswa, yang
dikategorikan lulus adalah
sebanyak 21 siswa yaitu yang
memperoleh nilai 78-99, bila
dipersentasekan maka
diperoleh sebesar 84% tingkat
ketuntasan pada siklus II.
Sementara sebanyak 4 siswa
atau setara dengan 16% siswa
dinyatakan tidak mencapai
ketuntasan. Pada siklus II ini
diperoleh nilai rata-rata siswa
meningkat mencapai 80,54.
Dengan perolehan skor nilai
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
149
tertinggi mencapai 90.
Sementara skor nilai terendah
yang dicapai siswa adalah 70.
Artinya dengan penerapan dan
perbaikan proses pembelajaran
dengan menggunakan model
PBI dapat meningkatkan
kualitas belajar siswa yaitu
diamati dari ketuntasan
pencapaian yang mencapai
KKM dan aktivitas siswa yang
mandiri dalam pengambilan
konsep inti dari hasil
pemecahan masalah. Untuk
hasil yang diperoleh dirasa
cukup untuk melakukan
penelitian, sesuai indikator dan
kriteria pencapaian
keberhasilan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
c. Pengumpulan data
Observasi
Adapun penjelasan mengenai
hasil observasi siswa pada
kegiatan pembelajaran pada
siklus ke II, dijabarkan
sebagai berikut.
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa Pada Siklus Kedua
No Rentang Kriteria Jumlah Persentase Ket
1 00-24
Sangat
Kurang 0 0.00
Belum
Tuntas
2 25-49 Kurang 0 0.00
Belum
Tuntas
3 50-74 Cukup 3 12.00
Belum
Tuntas
4 75-100 Baik 22 88.00 Tuntas
Berdasarkan tabel di
atas, dari empat aspek
aktivitas siswa yang diamati
menunjukkan bahwa siswa
yang berada pada kriteria
baik mencapai 22 siswa
yaitu sebesar 88%.
Selanjutnya jika diamati
siswa yang aktivitasnya
cukup dalam proses
pembelajaran sebanyak 3
siswa tau 12%.
d. Refleksi
Dari perolehan hasil
pada siklus II, maka
evaluasi yang dilakukan
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
150
adalah penetapan langkah
PBI yang dimodifikasi
untuk penerapan
selanjutnya, sesuai dengan
perbaikan pelaksaan pada
siklus ke II. Hasil dari siklus
II menunjukkan
peningkatan kualitas belajar
siswa yang baik, baik dari
kriteria prestasi maupun
keaktivan dalam proses
pembelajaran. .
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Penerapan model
pembelajaran Problem Based
Learning (PBI) dikategorikan
berhasil meningkatkan kualitas
belajar siswa kelas XII MAS Darul
Aitami Pasie Raja, kabupaten Aceh
Selatan. Dari perolehan hasil Siklus I
dan ke II dapat diamati aktifitas
belajar siswa mengarah pada
kemandirian dapat diterapkan.
Berdasarkan empat aspek yang
diobservasi yaitu memperhatikan
penjelasan guru, keinginan siswa
melakukan percobaan dan diskusi,
minat siswa dalam keikutsertaan
melakukan percobaan dalam
pemecahana masalah dan
kemampuan siswa menganalisis dan
membuat konsep hasil pemecahan
masalah berdasarkan temuan. Aspek
yang prioritas menjadi kendala pada
siswa adalah mengeanalisis dan
membuat konsep hasil pemecahan
masalah. Karna pada aspek ini siswa
dituntut merangkum kesimpulan
singkat tentang konsep dari inti
percobaan. Pada aspek lainnya siswa
cenderung memiliki keinginan dan
minat yang kuat untuk ikut serta.
Hasil dari penelitian dan
penjabarannya setiap siklus dapat
diamati sebagai berikut:
1. Hasil Observasi Siswa
Perolehan data mengenai
terhadap aktivitas siswa selama
proses pembelajaran dari keadaan
awal, siklus I dan siklus II dapat
dirangkum sebagaimana tabel di
bawah ini.
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa
pada Pra siklus, Siklus I dan Siklus II
No Kriteria Aspek Pra Siklus Siklus I Siklus II Ket
∑ % ∑ % ∑ %
1 Sangat Baik 0 0,00 0 0,00 0 0,00 T
2 Baik 0 0,00 0 0,00 0 0,00 T
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
151
3 Cukup 14 56,00 9 36,00 3 12,00 BT
4 Kurang 11 44,00 16 64,00 22 88,00 BT
Jumlah 25 100 25 100 25 100
Dari tabel di atas dapat
dijelaskan bahwa hasil observasi
terhadap aktifitas belajar siswa
selama proses pembelajaran
mengalami pengembangan kearah
lebih baik dibuktikan dengan
meningkatnya jumlah siswa yang
ingin dan mau belajar secara
mandiri. Pada siklus I jumlah siswa
yang aktif sebanyak 16 siswa atau
64%. Selanjutnya pada siklus ke II
keterlibatan siswa dalam percobaan
pemecahan masalah dan penguasaan
konsep meningkat menjadi 22 siswa
yaitu mencapai 88%.
Hasil ini didukung oleh hasil
Penelitian yang dilakukan oleh
Purwaningsih, I, tahun 2012 tentang
model pembelajaran problem based
Instruction (PBI) untuk
meningkatkan keaktifan belajar dan
kemampuan berfikir kritis siswa
diperoleh hasil bahwa penerapan
model pembelajaran PBI dapat
meningkatkan keaktifan belajar dan
kemampuan berfikir kritis siswa
kelas XI IPS SMA Negeri 1
Ngadirojo Kabupaten Pacitan.
2. Tes Hasil Belajar
Analisis data tes hasil belajar
didasarkan pada hasil tes formatif
yang dilaksanakan pada setiap
siklusnya. Data-data tersebut
dianalisis sehingga dapat dirangkum
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Tes Belajar pada Pra siklus, Siklus I
dan Siklus II
SiklusNilai
Rata-rataTuntas %
Belum
Tuntas%
Awal 69,48 7 28 18 72
Siklus I 71,04 10 40 15 60
Siklus II 80,54 21 84 4 16
Dari tabel di atas dapat
dijelaskan bahwa pada pra siklus
nilai rata-rata 69,48 dan hanya ada 7
siswa atau 28% siswa yang
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
152
dinyatakan tuntas karena
memperoleh nilai minimal ≥78
sesuai dengan KKM. Pada siklus
pertama setelah pembelajaran
dilakukan dengan menerapkan model
PBI, hasil belajar meningkat menjadi
10 siswa atau 40% dengan nilai
rata-rata sebesar 71,04. Pada siklus
kedua diperoleh nilai rata-rata 80,54
dengan tingkat ketuntasan belajar
siswa sebesar 84%. Hasil persentase
tersebut didukung dengan hasil
observasi yang telah dipaparkan
sebelumnya. Siswa yang memiliki
keaktifan dan keinginan yang tinggi
memiliki kecendrungan
peningakatan pada perolehan hasil
belajar.
. Artinya penerapan model
pembelajaran Problem Based
Instructions (PBI) dapat
meningkatkan kualitas belajar siswa.
Hal ini didukung oleh hasil
penelitian Rakhmawati,F, tahun 2013
tentang peningkatan kemampuan
pemecahan masalah kimia dengan
strategi PBI melalui penggunaan alat
peraga electric cube diperoleh hasil
dalam kemampuan siswa terhadap
penyelesaian dari perencanaan
pemecahan masalah mengalami
peningkatan. Yaitu dalam persentase
diperoleh 35,3% pada siklus I,
selanjutnya mengalami peningkatan
yaitu 73,52% pada Siklus ke II dan
selanjutnya kemampuan siswa
mencapai 82,35% di akhir siklus
yaitu siklus ke III. Selain itu juga
PBI dapat meningkatkan kemampuan
menafsirkan hasil yang ditemukan.
Dengan perolehan persentase 29,4%
pada siklus I, berikutnya diperoleh
52,9% pada siklus II dan
peningkatan mencapai 88,2% pada
siklus ke III. Dapat disimpulkan PBI
dapat meningkatkan kemampuan
dalam penyelesaian masalah dan
kemampuan menafsirkan masalah.
Hasil penelitian Nurfitria, L,
tahun 2006 yaitu dengan menerapkan
pendekatan SETS dan model PBI
diperoleh hasil ketuntasan siswa
dalam persentase yaitu 37% pada
siklus I, kemudian mengelami
perubahan yaitu 60% pada siklus II
dan peningkatan ketuntasan
mencapai 86% pada proses
pembelajaran siklus ke III. Artinya
dari penerapan model pembelajaran
PBI yang di variasikan dapat
disimpulkan terjadinya peningkatan
hasil kualitas pembelajaran pada
materi konsep lingkungan di kelas X
E SMA Masehi 1 PSAK Semarang.
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
153
4.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dengan penerappan model
pembelajaran Problem based
Instruction (PBI) pada siswa kelas
XII MAS Darul Aitami Pasie
Raja, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penerapan model
pembelajaran PBI dapat
meningkatkan kualitas
belajar siswa kelas XII
MAS Darul Aitami Pasie
Raja, dapat dibuktikan
dengan perolehan hasil
observasi siswa
persiklus.
2. Penerapan model
pembelajaran PBI dapat
meningkatkan kualitas
hasil belajar siswa kelas
XII MAS Darul Aitami
Pasie Raja, dapat
dibuktikan dengan
perolehan hasil tes
formatif individu siswa
persiklus.
5.DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri.,.2008. Strategi
Pembelajaran di SD,
Jakarta: Universitas
Terbuka.
Arend, I. Richard..2008. Prosedur
penelitian suatu pendekatan
praktik. PT. Rineka Cipta:
Jakarta.
Argiani, A.R. 2013. Peningkatan
Kualitas pembelajaran IPA
melalui model problem
Based instruction (PBI)
dengan media kartu pintar
pada siswa kelas IV SDN
Patemon 01. Skripsi.
Pendidikan guru sekolah
dasar. Fakultas ilmu
pendidikan Universitas
Negeri Semarang.
Depdiknas.2004. Kualitas.
Pembelajaran. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Fathurrohman ,Pupuh, Sobry S.
2001. Strategi belajar
mengajar melalui penerapan
konsep umum dan konsep
islami. CV. Maulana.
Bandung.
Ibrahim, M.dan M.Nur. 2000.
Pembelajaran berdasarkan
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
154
masalah. University
Press,UNESA. Surabaya
Ibrahim,M 2002. Pengajaran
berdasarkan masalah:
uraian, contoh pelaksanaan,
dan lembar observasi
keterlaksanaannya. Makalah
pembelajaran KBK kepada
para guru MIPA SMUN
Kabupaten Sidoarjo.
Program Pascasarjana
UNESA. Surabaya.
Karso., dkk. 2008. Pendidikan
Kimia, Universitas Terbuka:
Jakarta.
Khafid, M., Suyati., 2004. Pelajaran
Kimia Untuk SD. Erlangga:
Jakarta.
Makmun, Abin Syamsuddin. 1995.
Psikologi Kependidikan.
Bandung: Rosda
Menurut Rusman.2012:238
Muhsetyo, Gatot..2009.
Pembelajaran Kimia SD,
Jakarta: Universitas
Terbuka.
Mulyasa. 2002.Kurikulum
Cooperative learning di
ruang-ruang Kelas.
Grasindo. Jakarta.
Nur,M.dan Prima ,R.W.. 2000
pengajaran berpusat kepada
siswa dan pendekatan
konstruktivis dalam
pengajaran. UNESA-
University Press. Surabaya..
Nurfitria, L. 2006. Meningkatkan
kualitas pembelajaran pada
konsep lingkungan melalui
pendekatan sets dengan
model PBI di SMA masehi
1 PSAK semarang.Skripsi.
Pendidikan Biologi
Universitas Negeri
Semarang.
Nurhasan. 1994. konvensi nasional
pendidikan indonesia II
kurikulum untuk abad ke-
21. PT.Grasindo:Jakarta.
Santoso , Eko, Budi.2011.kelamahan
model pembelajaran
problem based Instruction.
http://ras-
eko.blogspot.com/favvicon.i
co. diakses pada Agustus
2015.
Sumantri, Mulyani., Syaodih,
Nana.2009. Perkembangan
Peserta Didik. Universitas
Terbuka: Jakarta
Supardi, D. 2014. Sifat Koligatif
Larutan. Alamat web.
https://dsupardi.wordpress.c
om/kimia-xii-2/sifat-
Jurnal Genta MuliaVolume VII. Nomor 2. Juli-Desember.hlm 126-155
155
koligatif-larutan/. Diakses
Agustus 2015.
Suprijono.2009. cooperative
learning. Pustaka
pelajar.Yogyakarta.
Tim Bina Karya Guru., 2005.
Terampil Berhitung Kimia:
Erlangga: Jakarta:
Wahyudin, Dinn.2009. Pengantar
Pendidikan: Universitas
Terbuka: Jakarta.
top related