ipm lombok barat_2013
Post on 06-Jan-2016
41 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 1/55
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 2/55
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, saya menyambut gembira atas
diterbitkannya publikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2012.
Pencapaian IPM Kabupaten Lombok Barat dapat digunakan sebagai
evaluasi pencapaian pembangunan sumber daya manusia di Kabupaten
Lombok Barat dan keterbandingannya dengan kabupaten/kota lain di Provinsi
NTB pada khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya. Selain itu, angka
IPM ini kiranya dapat dijadikan sebagai acuan untuk perencanaan
pembangunan sumber daya manusia Kabupaten Lombok Barat di masa
mendatang.
Untuk mengejar ketertinggalan dengan daerah lain, diharapkan
kebijakan - kebijakan pembangunan manusia khususnya di bidang kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi masyarakat dapat terus ditingkatkan baik dari sisi
kuantitas maupun kualitasnya. Mengingat pentingnya data IPM ini bagi
pemerintah daerah, diharapkan penyusunan IPM dilakukan secara
berkesinambungan setiap tahun.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
publikasi ini saya sampaikan ucapan terima kasih.
Gerung, September 2013
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN LOMBOK BARATK e p a l a,
DR. H. BAEHAQI, S Si, M. Pd, MM
NIP. 19621231 198703 1 302
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 3/55
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Bappeda Kabupaten Lombok Barat bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Lombok Barat telah selesai menyusun publikasi “Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012” yang
merupakan kelanjutan dari kegiatan yang sama tahun sebelumnya.
Penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2012 disusun dengan tujuan untuk melihat kinerja
pembangunan manusia di Kabupaten Lombok Barat serta membandingkan
hasil perhitungan IPM dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Metode penghitungan IPM yang digunakan dalam publikasi ini
mengacu kepada metode yang digunakan oleh The United Nation
Development Programs (UNDP) tahun 1994 dan Indeks Pembangunan
Manusia Indonesia (IPM) yang disusun oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Tentunya dalam penyusunan publikasi ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu saran dan masukan yang sifatnya konstruktif sangat
diharapkan untuk lebih menyempurnakan publikasi ini dimasa mendatang,
dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan publikasi
ini disampaikan ucapan terima kasih.
Gerung, September 2013
BADAN PUSAT STATISTIKKABUPATEN LOMBOK BARAT
K e p a l a,
Ir. AGUS ALWI
NIP. 19641231 199103 1 022
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 4/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 i
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iv
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
2. 1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
2. 2. Tujuan Penghitungan IPM. ................................................................... 5
BAB II KONSEP PEMBANGUNAN MANUSIA ..................................................... 6
3. 1. Perkembangan Pengukuran Pembangunan Manusia. ......................... 6
3. 2. Konsep IPM. ......................................................................................... 83. 3. Penghitungan IPM di Indonesia. ........................................................ 10
3. 4. Keterbatasan IPM. ............................................................................. 12
BAB III METODOLOGI DAN TEKNIK PENGHITUNGAN IPM ............................. 14
3. 1. Indikator IPM. .................................................................................... 14
3. 2. Formulasi Umum Penghitungan IPM. ................................................ 22
3. 3. Kecepatan perubahan IPM (“ shortfall”). ........................................... 24
BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN LOMBOK BARAT ... 264. 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Nusa Tenggara Barat. ............. 26
4. 2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota. .................... 28
4. 3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lombok Barat. ..... 30
4. 4. Pencapaian IPM Kabupaten Lombok Barat. ....................................... 43
4. 5. Kecepatan Perkembangan IPM. ......................................................... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN ...................................................... 46
5. 1. Kesimpulan......................................................................................... 46
5. 2. Saran-saran. ....................................................................................... 47
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 5/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 i
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Disparitas Angka IPM Prop. NTB Menurut Kabupaten/Kota dan
Peringkat IPM Tahun 2011 – 2012 .................................................. 29
Tabel 2. Indeks Masing-Masing Komponen IPM Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2007 – 2012 .......................................................................... 43
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 6/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 v
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2007 – 2012 ................................................................ 27
Grafik 2. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Kabupaten Lombok
Barat dan Provinsi NTB Tahun 2007 – 2012.................................... 32
Grafik 3. Perkembangan Kemampuan Baca Tulis di Kabupaten Lombok
Barat dan Provinsi NTB Tahun 2007 – 2012 .................................... 33
Grafik 4. Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2007 – 2012 ................................................................. 35
Grafik 5. Angka Partisipasi Sekolah Usia 7-12 Tahun Menurut Jenis
Kelamin di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012.......................... 37
Grafik 6. Angka Partisipasi Sekolah Usia 13 - 15 Tahun Menurut Jenis
Kelamin di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012.......................... 38
Grafik 7. Angka Partisipasi Sekolah Usia 16 - 18 Tahun Menurut Jenis
Kelamin di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012.......................... 39
Grafik 8. Perkembangan Kemampuan Daya Beli Masyarakat di
Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB
Tahun 2007 – 2012 (Ribuan Rupiah) ............................................... 41
Grafik 9. Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2007 – 2012 .......................................................................... 42
Grafik 10. Perkembangan Nilai IPM Kabupaten Lombok BaratTahun 2007 – 2012 .......................................................................... 45
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 7/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 1
BAB I
PENDAHULUAN
2. 1.
Latar Belakang
Laporan tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pertama kali
dirintis oleh Mahbub ul Haq, melalui bukunya tentang Tirai Kemiskinan yang
mengkritisi kecenderungan para ahli ekonomi dan politik yang mengukur
keberhasilan kinerja ekonomi dan sosial suatu negara berdasarkan indikator
rata-rata GNP (pendapatan nasional bruto) saja. Menurut Mahbub ul Haq,
ukuran "rata-rata" menegasikan fakta tidak adanya pembagian akses
kehidupan dan pendapatan yang merata. "Rata-rata" juga mengandaikan
bahwa semua orang sama. Padahal faktanya sebagaimana dikatakan oleh
Amartya Sen dalam bukunya “ Inequality Reexamined ” yaitu banyak unsur
ketidaksamaan atau ketidakmerataan diantara warga manusia, kendati ada
faktor-faktor yang sama. Oleh karena itu, indikator kesejahteraan
(pembangunan manusia) lainnya yang bersifat kualitatif dicoba dikuanti-
fikasikan sebagai daftar indeks kesejahteraan (pembangunan manusia) dari
negara-negara anggota PBB.
Sejak pemikiran tersebut, paradigma pembangunan telah mengalami
pergeseran dari pemikiran tentang pembangunan yang berorientasi pada
produksi, ke aspek distribusi, kemudian ke arah kebutuhan dasar dan
akhirnya ke arah pembangunan yang terpusat pada manusia (people centered
development). Pembangunan manusia didefinisikan oleh UNDP sebagai suatu
proses memperluas pilihan-pilhan bagi penduduk (enlarging people’s
choices). Dalam pengertian ini, tercakup sejumlah aspek yaitu memperluas
pilihan-pilihan dalam kesempatan di bidang pendidikan, kesehatan,
pendapatan, pekerjaan, serta pilihan-pilihan yang luas mulai dari persoalan
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 8/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 2
keadaan lingkungan fisik yang nyaman hingga kebebasan ekonomi dan politik.
Pembangunan tertuju pada pemberdayaan masyarakat sehingga
pembangunan yang mengitari masyarakat, bukan sebaliknya, masyarakat
berputar-putar di sekitar pembangunan.
Pembangunan manusia merupakan pembangunan yang
mengintegrasikan potensi lapisan masyarakat umumnya. Pembangunan
cenderung difokuskan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Sehingga pembangunan akan dikatakan berhasil apabila pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dapat tercapai. Namun, fokus pembangunan tersebut
kemudian bergeser ke arah pembangunan manusia. Karena terbukti,
pertumbuhan ekonomi semata tidak dapat meningkatkan kualitas hidup
secara merata. Sehingga Bangsa Indonesia mulai menaruh perhatian secara
lebih mendalam terhadap aspek pembangunan manusia.
Pembangunan harus ditujukan untuk memperluas pilihan bagi
penduduk melalui upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan
peningkatan kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya
berpartisipasi dalam bidang ekonomi, politik dan sosial budaya. Peluang
untuk dapat hidup layak akan menjadi lebih luas dan terjamin jika
kemampuan dasar yang mencakup hidup sehat, berpengetahuan dan berdaya
beli tinggi dimiliki oleh penduduk. Untuk mencapai pemberdayaan tersebut,
diperlukan pembangunan yang menempatkan manusia bukan saja sebagai
subyek pembangunan melainkan juga sebagai obyek pembangunan.
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai "suatu proses untuk
perluasan pilihan yang lebih banyak kepada penduduk" melalui upaya-upaya
pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan kemampuan dasar manusia
agar dapat sepenuhnya berpartisipasi di segala bidang pembangunan.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 9/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 3
Elemen-elemen pembangunan manusia secara tegas menggaris bawahi
sasaran yang ingin dicapai, yaitu hidup sehat dan panjang umur,
berpendidikan serta dapat menikmati hidup layak. Hal ini menandakan bahwa
pembangunan manusia merupakan manifestasi dari aspirasi dan tujuan suatubangsa yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan secara struktural
melalui upaya yang sistematis. Pada akhirnya, sasaran dasar pembangunan
adalah penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk hidup layak),
peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan
meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis dan ketrampilan) untuk
dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
UNDP (United Nations Development Programme) dalam model
pembangunannya, menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam semua
proses dan kegiatan pembangunan. Sejak tahun 1990, UNDP mengeluarkan
laporan tahunan perkembangan pembangunan manusia untuk negara-negara
di dunia. Salah satu alat ukur untuk melihat aspek-aspek yang relevan dengan
pembangunan manusia adalah melaui Human Development Index (HDI) yangdikenal dengan istilah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Indikator
tersebut dapat digunakan oleh UNDP untuk mengamati dampak dari era
globalisasi terhadap perkembangan penduduk di setiap negara.
Munculnya IPM merupakan bentuk reaksi terhadap ketidakpuasan
akan sebuah indikator tunggal pendapatan yang merupakan sisi permintaan
saja. Indeks ini ingin mengukur suatu keberhasilan dengan melihat sisi
penawaran melalui variabel kesehatan dan pendidikan. Menurut IPM, negara
yang baik adalah negara yang penduduknya sehat, pandai, dan berdaya beli.
Namun, IPM bukanlah ukuran menyeluruh mengenai pembangunan manusia,
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 10/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 4
sehingga perlu dilengkapi dengan indikator lain yang jumlahnya masih
banyak.
IPM merupakan indeks komposit yang diintegrasikan menjadi satu
indikator secara proporsional. Pada saat ini, IPM lebih sebagai indeks
pembangunan secara total, dibandingkan PNP (Pendapatan Nasional Per-
kapita) yang semata-mata terfokus pada hasil-hasil pembangunan ekonomi.
IPM merangking semua negara dengan skala 0 sampai 1 atau 0 sampai 100
persen. Angka nol menyatakan tingkat pembangunan manusia yang paling
rendah dan angka 1 atau 100 persen menyatakan tingkat pembangunan
manusia yang paling tinggi.
Ada tiga indikator yang dijadikan tolok ukur untuk menyusun IPM.
Pertama, usia panjang yang diukur dengan rata-rata lama hidup penduduk
atau AHH (angka harapan hidup) di suatu negara. Kedua, pengetahuan yang
diukur dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang bisa
membaca (diberi bobot dua pertiga) dan rata-rata lama sekolah (di beri bobot
sepertiga). Ketiga, penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapita riil
yang telah disesuaikan daya belinya untuk tiap-tiap negara.
Berdasarkan ketiga indikator tersebut, ditetapkan tiga kelompok
negara. Pertama, negara dengan tingkat pembangunan manusia yang rendah,
apabila sama sekali atau kurang memperhatikan pembangunan manusia.
Kedua, negara dengan tingkat pembangunan manusia sedang, jika mulai
memperhatikan pembangunan sumber daya manusianya. Ketiga, negara
dengan tingkat pembangunan manusia tinggi, jika sangat memperhatikan
pembangunan sumber daya manusianya.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 11/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 5
2. 2.
Tujuan Penghitungan IPM.
Pembangunan manusia merupakan sebuah proses yang
berkelanjutan, sehingga memerlukan perbaikan dan penyempurnaan dari
waktu ke waktu. Perbaikan didasarkan atas kinerja yang telah dicapai dalam
kurun waktu tertentu, dan disesuaikan dengan berbagai program yang telah
dijalankan selama periode tersebut.
Besaran IPM yang telah dicapai oleh suatu daerah, menunjukkan
kinerja hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai suatu daerah pada titik
waktu tertentu secara kuantitatif. Daerah yang menunjukkan IPM rendah
memerlukan suatu penanganan yang lebih dibandingkan dengan daerah yang
memiliki IPM lebih bagus. Kondisi tersebut menyebabkan besaran IPM suatu
daerah digunakan sebagai salah satu dasar besaran DAU (Dana Alokasi
Umum) yang dialokasikan ke suatu daerah di samping indikator-indikator
lainnya seperti luas wilayah, jumlah penduduk, PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto) per kapita serta IKK (Indeks Kemahalan Konstruksi).
Besaran DAU tentu akan sangat menentukan arah pembangunan
bagi suatu daerah, khususnya Kabupaten Lombok Barat. Nilai IPM diharapkan
dapat menjadi dasar evaluasi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok
Barat terhadap program pembangunan yang telah dilaksanakan. Hasil
evaluasi yang terangkum dalam nilai IPM tersebut, diharapkan dapat menjadi
dasar perencanaan pembangunan pada tahap selanjutnya yang bertujuan
mencapai kualitas manusia yang ideal sebagai modal dasar pembangunan di
Kabupaten Lombok Barat. Prioritas pembangunan yang dibuat, diharapkan
dapat lebih terarah dan terfokus pada percepatan pencapaian tujuan-tujuan
pembangunan di Kabupaten Lombok Barat.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 12/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 6
BAB II
KONSEP PEMBANGUNAN MANUSIA
3. 1.
Perkembangan Pengukuran Pembangunan Manusia.
Pembangunan pada suatu negara mempunyai tujuan menciptakan
lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur
panjang, sehat dan dapat menjalankan kehidupan yang produktif. Oleh
karena itu dalam setiap laporan pembangunan baik di tingkat global, nasional
maupun daerah selalu menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari
pembangunan bukan hanya sebagai alat bagi pembangunan.
Agar konsep pembangunan manusia dapat dengan mudah
diterjemahkan ke dalam pembuatan kebijakan, maka pembangunan manusia
harus dapat di ukur dan di pantau dengan mudah. Selama bertahun-tahun,
UNDP melalui HDR (Human Development Report) global telah
mengembangkan dan menyempurnakan pengukuran statistik dari
pembangunan manusia. Meskipun demikian, masih terdapat berbagaikesulitan dalam penyederhanaan konsep pembangunan manusia menjadi
satu angka. Oleh karenanya, penting untuk disadari bahwa konsep
pembangunan manusia lebih mendalam dan lebih kompleks dari ukurannya.
Sangatlah tidak mungkin untuk menghasilkan suatu ukuran komprehensif
karena banyak dimensi penting dari pembangunan manusia yang tidak
terukur. Walaupun demikian, suatu ukuran komposit dari pembangunan
manusia dapat secara efektif menarik perhatian terhadap suatu isu, tentunya
dengan tetap dilengkapi dengan analisa untuk menangkap dimensi penting
lainnya yang tidak dapat diukur dengan mudah.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 13/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 7
Pada HDR yang pertama (1990), IPM disusun dari pendapatan
nasional (sebagai pendekatan dari standar hidup) dan dua indikator sosial,
yaitu AHH (angka harapan hidup) sebagai ukuran dari lamanya hidup, dan
AMH (angka melek huruf) usia dewasa sebagai ukuran dari pengetahuan.Indeks ini merupakan pendekatan yang mencakup berbagai dimensi dari
pilihan-pilihan yang dimiliki manusia. Tetapi indeks ini masih memiliki
kelemahan yang sama dengan pengukuran pendapatan, yaitu bahwa angka
rata-rata nasionalnya menyembunyikan ketimpangan regional dan
ketimpangan lokal.
Setelah dilakukan berbagai penyempurnaan selama bertahun-tahun,
akhirnya IPM di susun dengan tetap mempertahankan tiga komponen intinya,
yaitu lama hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. HDR kedua pada
tahun 1991 menambahkan satu indikator baru MYS (rata-rata lama
bersekolah-Mean Years School) ke dalam komponen pengetahuan. Variabel
ini diberi bobot sepertiga, sedangkan angka melek huruf diberi bobot dua
pertiga. Hal ini merupakan pengakuan akan pentingnya pembentukanketerampilan tingkat tinggi serta membantu pembedaan negara-negara yang
mengelompokan pada peringkat atas. Dalam HDR 1995, variabel rata-rata
lama sekolah diganti dengan rasio partisipasi gabungan antara sekolah dasar,
sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, karena angka ini
lebih mudah diperoleh dan tidak memerlukan penghitungan yang kompleks.
Dalam penetapan indikator yang mewakili standar hidup layak, HDR
pertama menggunakan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) riil per kapita yang
disesuaikan. Data ini tersedia di seluruh dunia dan paling mendekati
kemampuan relatif untuk membeli berbagai komoditi dan untuk
mengendalikan berbagai sumberdaya untuk memberi standar kehidupan
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 14/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 8
yang layak. Pada tahun 1991, pemikiran tentang penurunan laju peningkatan
pemanfaatan (diminishing returns) dari pendapatan mulai dimasukkan
dengan memberi bobot lebih rendah secara progresif untuk pendapatan yang
berada diatas suatu batas tertentu. Pada metode terdahulu tidak diberikanpembobotan. Sampai dengan tahun 1993, garis batas kemiskinan diambil dari
garis kemiskinan berdasarkan pendapatan, dengan nilai yang diperbaharui
dan diubah menjadi paritas daya beli (Purchasing Power Parity-PPP) dalam
dolar. Penyusunan IPM mulai tahun 1994 keatas, nilai ambang batas yang
digunakan diambil dari rata-rata dunia dari nilai PDB riil per kapita dalam PPP
pada tahun yang bersangkutan.
3. 2.
Konsep IPM.
Penyusunan indeks senantiasa menempatkan suatu daerah pada
peringkat tertentu. Peringkat tersebut mencerminkan evaluasi relatif dalam
sebuah himpunan. Adanya evaluasi relatif menandakan munculnya kategori
“lebih baik/lebih tinggi” dan “kurang baik/lebih rendah”. Kelompok yang
masuk dalam kategori lebih baik biasanya akan merasa puas sementara yang
masuk dalam kategori kurang baik akan sebaliknya. Apalagi jika peringkat ini
dijadikan dasar sebuah evaluasi untuk pemberian penghargaan atau
kecaman. Demikian pula halnya dengan IPM, ukuran yang dibandingkan
sesungguhnya merupakan ukuran dalam skala makro sehingga belum mampu
mencerminkan keadaan manusia yang sesungguhnya.
Berdasarkan IPM, wilayah yang baik adalah wilayah yang
penduduknya sehat, pandai, dan berdaya beli. Walaupun terkait dengan
kualitas hidup, IPM sesungguhnya dimaksudkan untuk mengukur kinerja
pembangunan terhadap pemberdayaan manusia. Laporan Pembangunan
Manusia UNDP menegaskan bahwa IPM tidak dimaksudkan untuk mengukur
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 15/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 9
kesejahteraan (wellbeing) dan bukan pula untuk mengukur kebahagiaan, akan
tetapi untuk mengukur pemberdayaan (empowerment ).
IPM merupakan indeks komposit yang dikembangkan UNDP untuk
mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan manusia dari berbagai
dimensi. Terdapat 3 dimensi yang dijadikan dasar dalam pembangunan
manusia yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan dan keterampilan serta
kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut, harus tercakup secara
kuantitatif dalam proses pembangunan yang telah berlangsung. Sehingga
ditetapkan indikator-indikor yang diharapkan mampu memberikan gambaran
mengenai dimensi pembangunan manusia, seperti yang ditampilkan pada
bagan berikut:
Konseptual Indeks Pembangunan Manusia
DIMENSIUmur panjang
dan sehatPengetahuan dan
ketrampilanKehidupan yang
layak
INDIKATOR
Angka harapan
hidup pada saatlahir (AHH)
Angka
melek huruf(AMH)
Rata-rata
lama sekolah(MYS)
Pengeluaran per
kapita riil yangdisesuaikan (PPP)
INDEKSIndeks Harapan
HidupIndeks Pendidikan Indeks
Pendapatan
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
Dimensi umur panjang dan sehat diukur dengan indikator AHH,
dimensi pengetahuan dan keterampilan masing-masing diukur oleh AMH dan
MYS, serta dimensi kehidupan yang layak diukur melalui indikator PPP. Setiap
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 16/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 1
indikator tersebut diintegrasikan ke dalam 3 indeks untuk memperoleh indeks
komposit dari IPM.
3. 3.
Penghitungan IPM di Indonesia.
Pada tahun 1996, untuk pertama kalinya BPS dan UNDP Indonesia
mempublikasikan perbandingan IPM antara provinsi di Indonesia untuk tahun
1990 dan 1993. Susenas (survei sosial ekonomi nasional) sebagai sumber data
utama baru tersedia mulai tahun 1990, indeks sebelum tahun 1990 tidak
dapat dihitung. Karena ketersediaan data yang terbatas, publikasi pertama ini
hanya terfokus pada IPM dan belum menyajikan indeks-indeks lainnya. Pada
dasarnya metode yang digunakan pada publikasi pertama tersebut mengikuti
metode yang digunakan oleh UNDP untuk menghitung IPM pada tahun 1994.
Sedapat mungkin perhitungan statistik dalam laporan ini mengikuti
metode yang digunakan oleh UNDP. Meskipun demikian, karena faktor
ketersediaan data dan alasan-alasan substantif lainnya, dilakukan beberapa
modifikasi dari metode yang digunakan dalam HDR global.
Salah satu perbedaannya adalah dalam penghitungan pencapaian
pendidikan yang merupakan salah satu komponen IPM. Sebagaimana
dikemukakan sebelumnya, HDR global pada tahun 1995 mulai mengganti MYS
dengan angka partisipasi gabungan dari sekolah dasar, sekolah menengah
pertama dan menengah atas. Namun, untuk penghitungan di Indonesia tetap
menggunakan MYS karena 2 alasan berikut yaitu: untuk keterbandingan antar
waktu, karena angka partisipasi gabungan untuk tahun- tahun terdahulu tidak
tersedia, serta alasan kedua adalah karena MYS merupakan indikator dampak
yang lebih baik dari pada angka partisipasi yang biasa di anggap sebagai
indikator proses. Oleh karenanya MYS cenderung untuk lebih stabil dari pada
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 17/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 1
angka partisipasi yang cenderung lebih berfluktuasi. Meskipun demikian MYS
tidak cukup sensitif untuk menangkap dampak jangka pendek dari krisis
terhadap kehadiran di sekolah.
Meskipun demikian, dilakukan beberapa perubahan khususnya
dalam penghitungan standar kehidupan di tingkat provinsi. UNDP
menggunakan PDB riil per kapita yang disesuaikan sebagai proksi dari
pendapatan untuk menghitung IPM global. Namun dalam publikasi IPM yang
pertama di Indonesia digunakan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan
(rata-rata provinsi) yang diperoleh dari Susenas dan diukur berdasarkan tahun
dasar 1988/1989. Nilai maksimum yang digunakan adalah target yang ingin
dicapai pada akhir pembangunan jangka panjang (PJP) kedua (tahun 2018).
Adapun nilai ambang batas tingkat pendapatan ditetapkan dari suatu tingkat
pendapatan tertentu yang telah disesuaikan untuk kondisi wilayah.
Perbedaan lainnya adalah dalam pemilihan variabel yang digunakan
sebagai proksi dari pendapatan. Laporan HDR global menggunakan PDB per
kapita, sedangkan laporan ini menggunakan pengeluaran rumah tangga per
kapita. Perubahan ini dilakukan karena nilai PDRB per kapita, sebagai ukuran
yang sebanding dengan PDB per kapita untuk tingkat daerah, tidak
menggambarkan daya beli riil dari masyarakat. Meskipun PDRB mengukur
produksi yang dihasilkan suatu daerah, namun tingginya integrasi ekonomi
antar wilayah di Indonesia menyebabkan tidak ada jaminan bahwa sebagian
besar produksi di suatu daerah akan distribusikan hanya di antara masyarakat
setempat. Oleh karenanya pengeluaran per kapita yang di himpun dalam
Susenas merupakan pendekatan dari daya beli masyarakat lokal yang lebih
baik. Untuk menjamin keterbandingan antar daerah dan antar waktu, data ini
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 18/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 1
disempurnakan dengan menerapkan prosedur standar sebagaimana disajikan
secara rinci dalam tulisan ini.
3. 4.
Keterbatasan IPM.
IPM berfungsi sebagai sarana untuk menarik perhatian masyarakat
terhadap masalah pembangunan manusia. SIAP (Statistical Institute For Asia
and the pacific) merekomendasikan negara anggotanya untuk menghitung
IPM “yang sesuai” untuk perbandingan antar wilayah dalam suatu negara.
Rekomendasi SIAP tersebut cukup realistis karena konsep/definisi sistem
perstatistikan dalam suatu negara pada umumnya relatif seragam sehingga
kualitas data yang dihasilkannya tidak berbeda. Oleh karena itu penghitungan
IPM ini ini dilakukan antara lain untuk menanggapi rekomendasi SIAP
tersebut.
Namun demikian perlu disadari bahwa IPM menurut Michael Todaro
(1995), mempunyai beberapa kelemahan sebagai indikator pembangunan,
yaitu:
Pertama, IPM bersifat relatif dan bukannya absolut. Artinya, jika
semua negara/wilayah mengalami peningkatan pada tingkat tertimbang yang
sama, maka negara/wilayah miskin atau sedang berkembang tidak naik
peringkatnya, sehingga tidak memperoleh penghargaan atas usahanya
memperbaiki kualitas sumber daya manusianya.
Kedua, IPM bukan merupakan indikator keberhasilan pembangunan
yang komprehensif. Sehingga IPM sebenarnya hanya mencakup satu aspek
saja dari tujuan pembangunan. Banyak aspek lain yang tidak masuk ke dalam
kalkulasi, misalnya kelestarian lingkungan hidup, pemerataan pendapatan,
perhatian pada mereka yang cacat, dan lain-lain.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 19/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 1
Ketiga, IPM sebagai indikator pembangunan yang mengutamakan
SDM (sumber daya manusia) ternyata tidak mencakup seluruh indikator
tentang SDM. Kendala yang dihadapi biasanya adalah karena tidak
tersedianya data sebagai dasar perhitungan. Sebagai contoh, UNDP pernahingin memasukkan status nutrisi balita, tetapi ternyata tidak tersedia datanya.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 20/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 1
BAB III
METODOLOGI DAN TEKNIK
PENGHITUNGAN IPM
3. 1.
Indikator IPM.
Berdasarkan atas 3 (tiga) dimensi yang dijadikan dasar pengukuran
pembangunan manusia, pada akhirnya diperlukan 4 indikator yaitu Angka
Harapan Hhidup (AHH), Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama
Sekolah (MYS), serta Kemampuan Daya Beli (PPP).
3. 1. 1.
Angka Harapan Hidup.
Memperbesar peluang untuk hidup lebih panjang merupakan bagian
dari konsep pembangunan manusia, yang secara operasional dapat dicapai
melalui upaya di bidang kesehatan masyarakat. Karena itu penggunaan
indikator AHH waktu lahir (e0) sebagai salah satu komponen IPM untuk
merefleksikan usia hidup selain berkaitan dengan konsep pembangunan
manusia yang memperluas peluang untuk hidup secara lebih layak juga
indikator ini diakui secara luas sebagai ukuran status kesehatan secara umum.
Sebagai indikator dampak, indikator ini dapat memberikan gambaran tentang
keberhasilan keseluruhan kegiatan pembangunan dalam meningkatkan status
sosial ekonomi penduduk.
Usia harapan hidup secara rata-rata sangat ditentukan oleh tingkat
kelangsungan hidup penduduk sejak umur muda, yaitu sejak masa bayi dan
dibawah usia lima tahun (balita). Adalah penting untuk melihat dan mengkaji
perkembangan dari tingkat kelangsungan hidup tersebut. Sejauh ini ada tiga
macam sumber data yang dapat digunakan untuk memperoleh data tersebut
yaitu SP (Sensus Penduduk), Supas (Survei Penduduk Antar Sensus) dan
Susenas.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 21/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 1
Indikator AHH (e0), sangat sulit diperoleh. Oleh sebab itu, dilakukan
penghitungan dengan metode tidak langsung melalui paket program
mortpack. Data yang digunakan dalam penghitungan adalah rata-rata jumlah
anak lahir hidup (ALH) dan rata-rata jumlah anak masih hidup (AMH: anakyang meninggal dalam kandungan/sebelum dilahirkan, atau lahir tanpa
menunjukan tanda-tanda kehidupan seperti menangis, denyut nadi, refleksi,
gerakan, dan warna kulit pucat dan apabila usia janin 22 minggu ke atas)
menurut kelompok umur ibu 15-49 tahun. Penghitungan didasarkan pada
tabel kematian yang memiliki pola yang hampir sama dengan kematian
penduduk di Indonesia (Model West). AHH (e0) digunakan atas dasar asumsi
bahwa tidak terjadi perubahan pola kematian penduduk.
3. 1. 2.
Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah.
Kedua indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan tingkat
pengetahuan dan keterampilan penduduk. Indikator AMH digunakan untuk
mengukur kemampuan membaca dan menulis penduduk. Seseorang
dikatakan dapat membaca dan menulis, jika ia dapat membaca dan menulis
surat/kalimat sederhana dengan suatu huruf dalam aksara tertentu. Terdapat
beberapa ketentuan dalam pengukuran AMH ini yaitu:
a. Orang buta yang dapat membaca dan menulis Braille digolongkan dapat
membaca dan menulis huruf latin.
b. Orang cacat yang sebelumnya dapat membaca dan menulis, kemudian
karena cacatnya tidak dapat membaca dan menulis digolongkan dapat
membaca dan menulis.
c.
Orang yang hanya dapat membaca saja tetapi tidak dapat menulis, di
anggap tidak dapat membaca dan menulis.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 22/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 1
AMH diukur sebagai bentuk persentase penduduk usia 15 tahun ke
atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya,
terhadap total penduduk pada kelompok usia yang sama.
Pentingnya AMH sebagai komponen IPM sudah dianggap sesuai.
Permasalahannya adalah AMH yang digunakan UNDP bervariasi antar negara
dalam hal konsep operasional dan kualitas data. Sebagai ilustrasi, konsep
AMH yang didefinisikan sebagai “mampu membaca dan menulis”
diperkirakan akan menghasilkan angka yang berbeda jika misalnya,
didefinisikan sebagai “mampu membaca pesan tertulis yang sederhana”.
Datanya diperkirakan juga berbeda jika pengumpulan datanya menggunakan
atau tidak menggunakan alat peraga (penguji). Dalam studi ini masalah
tersebut dapat dihindari karena konsep mampu membaca adalah
seragam(tidak ada perbedaan antar Provinsi).
Indikator kedua adalah MYS. Populasi yang digunakan UNDP untuk
penghitungan MYS dibatasi pada penduduk berumur 15 tahun keatas.
Batasan itu diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi
sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih
dalam proses sekolah sehingga tidak ditanyakan MYS-nya.
Dalam penyusunan IPM ini, populasi yang digunakan dalam
penghitungan MYS dilakukan dengan cara perhitungan tidak langsung.
Langkah pertama adalah memberikan bobot variabel “penduduk yang
sedang/pernah bersekolah” setiap jenjang pendidikan. Langkah selanjutnya
menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai bobotnya.
Secara sederhana prosedur penghitungan tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut :
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 23/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 1
i
i
i
ii
F
S F
MYS
dimana,
MYS : Rata-rata lama sekolah (dalam tahun)
Fi : Frekuensi penduduk yang berumur 15 tahun keatas untuk jenjang
pendidikan i
Si : Skor masing-masing jenjang pendidikan i
i : Jenjang pendidikan ( i = 1,2,….,30).
Jenjang Pendidikan dan Skor Yang Digunakan
Untuk Menghitung Rata-Rata Lama Sekolah (MYS)
Jenjang Pendidikan Skor Jenjang Pendidikan Skor
1.
Tidak/belum pernah sekolah 0 16. Tamat SMA/MA 12
2.
SD/MI Kelas 1 0 17. Diploma I/II Tingat I 12
3.
SD/MI Kelas 2 1 18. Diploma I/II Tingat II 13
4.
SD/MI Kelas 3 2 19. Tamat Diploma I/II 13,55. SD/MI Kelas 4 3 20. Diploma III Tingkat I 12
6.
SD/MI Kelas 5 4 21. Diploma III Tingkat II 13
7.
1SD/MI Kelas 6 5 22. Diploma III Tingkat III 14
8.
Tamat SD/MI 6 23. Tamat Diploma III 15
9. SMP/Mts Kelas 1 6 24. S1/DIV Tingat I 12
10. SMP/Mts Kelas 2 7 25. S1/DIV Tingat II 13
11.
SMP/Mts Kelas 3 8 26. S1/DIV Tingat III 14
12.
Tamat SMP/MTs 9 27. S1/DIV Tingat IV 1513. SMA/MA Kelas 1 9 28. S1/DIV Tingat V 16
14.
SMA/MA Kelas 2 10 29. S1/DIV Tingat VI 17
15.
SMA/MA Kelas 3 11 30. Tamat S1/DIV 17
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 24/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 1
Penggabungan indikator AMH dan MYS menjadi satu komponen
pendidikan dan ketrampilan, yang selanjutnya menjadi Indeks Pendidikan (IP)
yang dihitung dengan persamaan :
IP = 2/3 Indeks AMH+ 1/3 Indeks MYS
3. 1. 3.
Kemampuan Daya Beli.
Standar hidup layak merupakan dimensi ketiga yang diakui secara
luas sebagai unsur dasar pembangunan manusia. Dasar penghitungan PPP
yang digunakan UNDP adalah GNP (Gross National Product ). Karena GNP
tidak dapat dibandingkan secara langsung maka dibentuk ICP (International
Comparison Project) proyek yang berskala internasional dengan tugas utama
“menyesuaikan” angka riil GNP sehingga dapat dibandingkan. Untuk maksud
ini ditentukan sejumlah komoditi sebagai paket untuk dasar perbandingan
secara internasional. Angka yang dihasilkan, untuk mencerminkan daya
manfaat yang standar masih “ disesuaikan” lagi dengan formula Atkinson.
Untuk mengukur “daya beli” penduduk antar wilayah (provinsi,
kabupaten/kota) sebenarnya tersedia berbagai alternatif seperti PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto); rata-rata konsumsi rumah tangga yang
dihitung dari PDRB menurut penggunaan; rata-rata konsumsi dari Susenas
ditimbang dengan IHK (Indeks Harga konsumen); dan rata-rata konsumsi dari
Susenas yang disesuaikan dengan indeks PPP. Hasil evaluasi secara cermat
menunjukan bahwa indikator terakhir dianggap paling baik sebagai ukuran
daya beli antar daerah. PDRB tidak digunakan karena dalam sistem
perekonomian di Indonesia, penduduk suatu provinsi tidak langsung
menikmati hasil produksi di masing-masing provinsi, tetapi sebaliknya terjadi
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 25/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 1
mobilisasi pendapatan dan keuntungan antar provinsi. Rata-rata konsumsi
yang dikoreksi dengan IHK tidak dipilih sebagai indikator PPP karena IHK
hanya mencerminkan perbedaan daya beli daerah perkotaan. Disamping itu
paket komoditi yang digunakan dalam perhitungan IHK kurang mencerminkankondisi pada saat terbentuk karena hanya di tentukan dalam lima atau
sepuluh tahun sekali (out of date). Angka PPP yang dihitung menggunakan
teknis yang dikembangkan ICP sudah dapat dibandingkan antar provinsi
(multiple comparison).
Prosedur penghitungan indikator konsumsi riil per kapita yang telah
disesuaikan, dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita dari Susenas Modul ( = A)
Mendeflasikan nilai A dengan IHK ibukota Provinsi yang sesuai ( = B )
Menghitung daya beli per unit (PPP/unit). Metode penghitungan sama
dengan metode yang digunakan International Comparison Project (ICP)
dalam menstandarkan nilai PDB. Data dasar yang digunakan adalah data
harga dan kuantum paket komoditi yang terdiri dari 27 komoditi yang
diperoleh dari Susenas Modul.
Membagi nilai B dengan PPP/unit ( = C )
Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk
memperkirakan nilai marginal utility dari C.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 26/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 2
Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus :
27
1
27
1
.
/
j
ij j
j
ij
Q P
E
unit PPP
dimana,
E (ij) : Pengeluaran untuk komoditi j di Kabupaten/Kota ke -i
P (j) : Harga komoditi j di ibukota Kabupaten/Kota
Q (ij) : Jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Kabupaten/ Kota ke-i
Hasil perhitungan PPP tersebut tidak langsung disesuaikan, masih
diperlukan penyesuaian dengan formula Atkinson sehingga diperoleh PPP
yang telah disesuaikan (PPP untuk penghitungan indeks komposit).
Penyesuaian ini dianggap perlu, karena kenaikan $ US 500 bagi negara yang
sudah memiliki GNP $ US 5000 akan memiliki manfaat yang berbeda dengan
kenaikan yang sama bagi negara yang baru mempunyai GNP $US 1000.
Penyesuaian dengan Formula Atkinson pada dasarnya menggunakan prinsipdiminishing marginal utility yang secara matematis dapat dinyatakan sebagai
berikut:
C (I) = C (I) Jika C (i) < Z
= Z + 2 (C(i) – Z) ½ Jika Z < C(i) < 2Z
= Z + 2 (Z) ½ + 3 (C(i)– 2Z) 1/3 Jika 2Z < C(i) < 3Z
dimana,
C (i) : PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita
Z : “thereshold “ atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan
sebagai batas kecukupan. Batas tingkat pengeluaran ditetapkan
secara arbiter sebesar Rp. 549.500 per kapita per tahun atau Rp.
1.500 per kapita per hari.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 27/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 2
Daftar Paket Komoditi
Yang Digunakan Dalam Penghitungan Pengeluaran Per Kapita
No. Komoditi UnitProporsi dari total
konsumsi
(1) (2) (3) (4)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.22.
23.
24.
25.
26.
27.
Beras Lokal
Tepung Terigu
Singkong
Tuna/Cakalang
Teri
Daging Sapi
Ayam
Telur
Susu Kental Manis
BayamKacang Panjang
Kacang Tanah
Tempe
Jeruk
Pepaya
Kelapa
Gula
Kopi
Garam
Merica
Mie InstanRokok Kretek
Listrik
Air Minum
Bensin
Minyak Tanah
Sewa Rumah
Kg
Kg
Kg
Kg
Ons
Kg
Kg
Butir
397 gram
KgKg
Kg
Kg
Kg
Kg
Butir
Ons
Ons
Ons
Ons
80 gram10 Batang
Kwh
M3
Liter
Liter
Unit
7,25
0,10
0,22
0,50
0,32
0,78
0,65
1,48
0,48
0,300,32
0,22
0,79
0,39
0,18
0,56
1,61
0,60
0,15
0,13
0,792,86
2,06
0,46
1,02
1,74
11,56
Total 37,52
Variabel PPP sebagai ukuran “paritas daya beli”, secara konseptual
lebih lengkap dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia dibanding
IMH (Indeks Mutu Hidup). Karena IMH yang tinggi hanya merefleksikan
kondisi suatu masyarakat yang memiliki peluang hidup panjang (dan sehat)
serta tingkat pendidikan (dan keterampilan) yang memadai. Menurut UNDP
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 28/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 2
kondisi tersebut belum memberikan gambaran yang ideal karena belum
memasukan aspek peluang kerja/berusaha yang memadai sehingga
memperoleh sejumlah “uang” yang memiliki daya beli (purchasing power).
Pemenuhan kebutuhan seperti itulah yang coba diukur dengan PPP.
3. 2.
Formulasi Umum Penghitungan IPM.
Seluruh indikator yang diukur dari berbagai sumber data, tidak dapat
langsung dijadikan komponen dalam penghitungan IPM. Oleh karena itu,
seluruh indikator tersebut haruslah diintegrasikan ke dalam bentuk angka
indeks yang bernilai antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 atau 100 (keadaan
terbaik). Masing-masing indeks tersebut merupakan perbandingan antara
selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai
maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan, seperti yang
diformulasikan berikut ini :
min)()(
min)()(
)(
imaksi
ii
i
X X
X X I
dimana :
I(i) : Indeks Indikator ke-i
X(i) : Indikator ke – i ( i = 1,2,3,4)
X(i) maks : Nilai maksimum X(i)
X(i) min : Nilai minimum X(i)
Batas maksimum dan minimum, ditentukan secara global oleh UNDP
sehingga dapat dibandingkan secara nasional.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 29/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 2
Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Indikator IPM
Indikator IPMNilai
Maksimum
Nilai
MinimumKeterangan
(1) (2) (3) (4)
Angka Harapan Hidup
(AHH) 85 25 Standar UNDP
Angka Melek Huruf
(AMH)100 0 Standar UNDP
Rata-rata Lama Sekolah
(MYS)15 0
UNDP menggunakan
combined gros enrollment
ratio
Daya Beli (PPP) 732.720 a)
300.000
(1996)
360.000 b)
(1999)
UNDP menggunakan
PDB Riil per kapita yang
telah disesuaikan
Ket:: a) Perkiraan maksimum pada PJP II tahun 2018b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru
Dari 4 (empat) indikator yang telah diintegrasikan dalam angka
indeks tersebut, nilai IPM dapat dihitung melalui rata-rata sederhana seperti
yang dirumuskan berikut ini :
3
321 Y Y Y IPM
dimana,
Y1 : Indeks Harapan Hidup ( = I1 )
Y2 : Indeks Pendidikan, yang merupakan gabungan dari 2/3 Indeks
AMH dengan 1/3 Indeks Lama Sekolah (MYS) = ( 2/3 x I2 ) + ( 1/3 x
I3 )
Y3 : Indeks Pendapatan (I4).
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 30/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 2
Dengan menggunakan IPM, UNDP membagi status pembangunan
manusia di setiap daerah ke dalam empat kategori dengan kriteria sebagai
berikut:
Tingkatan Status Kriteria
(1) (2)
Rendah IPM < 50
Menengah Bawah 50 =< IPM < 66
Menengah Atas 66 =< IPM < 80
Tinggi IPM => 80
3. 3.
Kecepatan perubahan IPM (“ shortfall”).
Perbedaan perubahan kecepatan IPM dalam suatu periode untuk
suatu kabupaten/kota dapat dilihat dari angka “shortfall” . Angka tersebut
mengukur rasio pencapaian kesenjangan antara jarak yang “sudah ditempuh”
dengan yang” harus ditempuh” untuk mencapai kondisi yang ideal (IPM=100).
Reduksi shortfall dapat disebut sebagai suatu kepekaan terhadap
perlakuan yang diberikan berkaitan dengan pembangunan manusia. Semakin
tinggi angka shortfall , semakin cepat kenaikan IPM. Cara penghitungan
shortfall dinyatakan dengan rumus:
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 31/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 2
n
t ref
t t
IPM IPM
IPM IPM r
1
)()(
)()(100
0
01
dimana :
)( 0t IPM : IPM tahun dasar
)( 1t IPM : IPM tahun terakhir
)(ref IPM : IPM acuan atau ideal yang dalam hal ini sama dengan 100
(biasanya IPM ideal).
n : Selang Waktu (tahun) antara )( 0t IPM dan )( 1t
IPM
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 32/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 2
BAB IV
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
KABUPATEN LOMBOK BARAT
Sebelum membahas Indeks Pembangunan Manusia (IPM) KabupatenLombok Barat terlebih dahulu melihat perkembangan IPM Daerah Nusa
Tenggara Barat secara umum, yang selanjutnya juga sedikit mengulas IPM
kabupaten/kota se Nusa Tenggara Barat. Dari pembahasan tersebut nantinya
dapat menjadi evaluasi dan patokan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten
Lombok Barat dalam melaksanakan program pembangunan dan kebijakan
program-program pembangunan selanjutnya.
4. 1.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Nusa Tenggara Barat.
IPM Nusa Tenggara Barat dalam enam tahun terakhir (2007 – 2012)
secara grafis terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 IPM Nusa Tenggara
Barat mencapai 63,71 dan terus meningkat dari tahun ke tahun secara
bertahap menjadi 64,12 pada tahun 2008, kemudian 64,66 pada tahun 2009,
65,20 pada tahun 2010 dan 66,23 pada tahun 2011 serta mengalami kenaikan
lagi menjadi 66,89 pada tahun 2012. Peningkatan nilai IPM NTB tersebut
menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam pembangunan manusia di
daerah. Namun demikian perhatian pembangunan manusia harus terus
mendapatkan perhatian yang lebih serius dan berkelanjutan dalam rangka
pencapaian kualitas manuasia yang ideal sebagai modal dasar pembangunan
di Nusa Tenggara Barat.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 33/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 2
Grafik 1.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2007 – 2012
Dengan naiknya nilai IPM setiap tahun di Nusa Tenggara Barat
tersebut ini berarti menunjukkan terjadinya kemajuan pembangunan
manusia atau kualitas sumber daya manusia NTB meningkat. Namun
demikian, peringkat pencapaian IPM Nusa Tenggara Barat secara nasional
belum mengalami pergeseran yang berarti. Peringkat IPM Nusa Tenggara
Barat berada pada posisi 32 dari 33 propinsi yang ada di seluruh Indonesia.
Ini berarti kemajuan yang dicapai Propinsi Nusa Tenggara Barat dalam bidang
peningkatan sumber daya manusia masih tertinggal dibanding daerah-daerah
lain di Indonesia.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 34/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 2
Untuk menuju pembangunan manusia yang ideal sangat dibutuhkan
keseriusan daerah dalam melanjutkan program-program pembangunan yang
berkesinambungan, efektif, efisien dan tepat tujuan.
4. 2.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota.
Seiring dengan peningkatan IPM Provinsi NTB, pada tahun 2012 IPM
kabupaten/kota pada umumnya mengalami peningkatan. Peningkatan yang
terjadi berkisar antara 0,54 persen hingga 1,04 persen. Kota Mataram yang
merupakan ibukota Provinsi NTB, mengalami peningkatan dari 72,83 pada
tahun 2011 menjadi 73,70. IPM Kota Mataram merupakan satu-satunya yang
berada di atas angka 70 dan sekaligus menjadikanya peringkat pertama se
NTB.
Sementara itu, Kabupaten Lombok Barat yang berbatasan dengan
Kota Mataram mempunyai nilai IPM sebesar 62,50 pada tahun 2011 dan
63,19 pada tahun 2012 atau meningkat sebesar 1,10 persen. Peningkatan
yang cukup besar ini, ternyata belum mampu menggeser kedudukannyadalam peringkat IPM kabupaten/kota, dimana Kabupaten Lombok Barat
berada pada peringkat 8 (delapan) dari sepuluh kabupaten/kota yang ada di
Nusa Tenggara Barat.
Guna mengejar pencapaian pembangunan manusia dari
ketertinggalannya sangat perlu dilakukan langkah-langkah program
pembangunan yang konkrit dan berkelanjutan. Program yang tepat adalah
program pembangunan daerah yang dapat memberdayakan masyarakat
dalam pembangunan. Fasilitas sosial ekonomi yang mendukung dalam
pembangunan manusia segera dilengkapi dan membangun infrastruktur yang
sangat diperlukan oleh daerah dan masyarakat. Selain itu, kesadaran
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 35/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 2
masyarakat untuk budaya hidup sehat dan berpendidikan perlu ditingkatkan.
Kebiasaan-kebiasaan yang memicu tingginya tingkat kematian ibu hamil dan
bayi harus dihilangkan, seperti kerja kasar bagi ibu hamil, pemberian
makanan tambahan bagi bayi yang tidak memenuhi syarat kesehatan, dansebagainya.
Tabel 1.
Disparitas Angka IPM Prop. NTB Menurut Kabupaten/Kota
dan Peringkat IPM Tahun 2011 – 2012
Kabupaten/KotaIPM Peringkat IPM
2011 2012 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5)
Lombok Barat 62,50 63,19 8 8
Lombok Tengah 61,66 62,57 9 9
Lombok Timur 63,93 64,91 7 7
Sumbawa 66,67 67,23 5 5
Dompu 66,70 67,58 4 4
Bima 65,74 66,52 6 6
Sumbawa Barat 67,08 67,85 3 3
Lombok Utara 60,93 61,37 10 10
Kota Mataram 72,83 73,70 1 1
Kota Bima 69,10 69,83 2 2
NTB 66,23 66,89 32 32
Status pembangunan manusia kabupaten/kota dapat digolongkan
dalam 4 (empat) golongan, yaitu “tinggi” (IPM = 80 – 100), “menengah atas”
(IPM = 66 – 80), “menengah bawah” (IPM = 50 – 65) dan “rendah” (IPM < 50).
Berdasarkan penggolongan tersebut hingga tahun 2012 yang masuk pada
golongan “menengah atas” yaitu Kota Mataram, Kota Bima, Kabupaten
Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Barat dan Kabupaten Dompu serta
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 36/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 3
Kabupaten Bima. Sedangkan Kabupaten Lombok Barat tergolong pada
tingkatan “menengah bawah”.
Untuk menuju pencapaian pembangunan manusia pada tingkatan
menengah atas masih memerlukan waktu yang cukup lama. Namun demikian,
pencapaian pembangunan dapat melaju dengan cepat apabila adanya sinergis
antara Pemerintah Daerah, masyarakat dan swasta dalam melakukan
pelaksanaan pembangunan. Dengan keseriusan ketiga komponen tersebut
sekiranya pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Lombok Barat
dapat dipercepat.
4. 3.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lombok Barat.
Dalam perspektif kewilayahan tampak pembangunan manusia di NTB
masih terdapat kesenjangan pembangunan manusia antar wilayah. Ini
dibuktikan dari capaian pembangunan manusia antar kabupaten/kota yang
berbeda-beda, bahkan perbedaannya cukup jauh. Kesenjangan pembangunan
manusia antar wilayah pengembangan pada umumnya disebabkan olehkesenjangan capaian di bidang kesehatan, pendidikan terutama rata-rata
lama sekolah serta capaian dalam standar hidup layak yang dapat
dicerminkan oleh rata-rata pengeluaran per kapita. Untuk menelusuri
pengaruh komponen kesehatan, pendidikan dan pendapatan terhadap IPM di
bawah ini akan diuraikan hasil perhitungan komponen IPM sektor kesehatan,
pendidikan dan paritas daya beli Kabupaten Lombok Barat.
4. 3. 1. Komponen IPM Sektor Kesehatan.
Pembangunan dalam bidang kesehatan harus berupaya agar
penduduk dapat mencapai usia hidup yang lebih panjang dan sehat.
Indikasinya dapat dilihat dari Angka Harapan Hidup (AHH).
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 37/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 3
Penggunaan indikator angka harapan hidup waktu lahir (eo) dijadikan
salah satu komponen indikator kesehatan dalam IPM. Sebagai indikator
dampak, indikator ini dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan
keseluruhan kegiatan pembangunan dalam meningkatkan derajat kesehatanpenduduk.
Keberhasilan Pemerintah dalam meningkatkan kualitas hidup
penduduk mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari AHH penduduk
Kabupaten Lombok Barat yang setiap tahun mengalami kenaikan. Pada tahun
2007 AHH penduduk Kabupaten Lombok Barat hanya mencapai 59,54 tahun,
kemudian meningkat menjadi 59,97 tahun pada tahun 2008. Selanjutnya dari
tahun 2009 secara berturut-turut setiap tahun AHH penduduk Kabupaten
Lombok Barat sebesar 60,40 tahun meningkat menjadi 60,84 tahun,
kemudian 61,28 tahun dan terakhir mencapai 61,71 tahun pada tahun 2012.
Dari grafik 2 terlihat bahwa angka harapan hidup Kabupaten Lombok
Barat masih lebih rendah dibandingkan rata-rata angka harapan hidup di NTB.
Hal ini bukan berarti kinerja pembangunan manusia khususnya di sektor
kesehatan tidak berjalan. Peningkatan AHH Kabupaten Lombok Barat setiap
tahun mengindikasikan bahwa kinerja pembangunan khususnya di sektor
kesehatan dapat berjalan dengan baik, akan tetapi belum bisa menghasilkan
AHH yang sama atau melebihi rata-rata AHH NTB. Oleh karena itu, guna
mempercepat pencapaian AHH yang ideal maka program pembangunan
manusia khususnya sektor kesehatan harus terus mendapatkan perhatian
yang serius. Program-program pembangunan harus terus dilanjutkan dan
ditingkatkan.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 38/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 3
Grafik 2.
Perkembangan Angka Harapan Hidup
di Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB
Tahun 2007 – 2012
4. 3. 2.
Komponen IPM Sektor Pendidikan.
Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan
manusia karena dengan memiliki pendidikan yang cukup maka masyarakat
akan mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri dan selanjutnya
masyarakat akanmemperoleh kehidupan yang layak. Apabila hal ini terwujud
maka jumlah penduduk yang besar tidak lagi menjadi beban tetapi akan
menjadi potensi yang besar bagi pembangunan. karena setiap warga negara
memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan agar menjadi manusia yang
berkualitas.
Komponen pendidikan diukur oleh dua indikator, yaitu Angka Melak
Huruf (AMH) dan Rata-Rata Lama Sekolah (MYS). Dua indikator ini
dipandang sebagai pengukur tingkat pengetahuan masyarakat. Sedangkan
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 39/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 3
tingkat pengetahuan dan ketrampilan secara umum yang dimiliki oleh
penduduk secara agregat dapat digambarkan melalui rata-rata lama sekolah.
Dengan demikian, dua indikator tersebut dapat menggambarkan tentang
kualitas penduduk secara umum.
A. Angka Melek Huruf (AMH).
Angka melek huruf merupakan indikator yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kemampuan membaca dan menulis penduduk suatu
daerah. Kemampuan baca tulis dipandang sebagai modal dasar minimal yang
harus dimiliki setiap penduduk. Penduduk yang mampu baca tulis, minimal
mempunyai kemampuan menambah wawasan dalam diri, sehingga
berpeluang untuk dapat terlibat dan berpartisipasi dalam pembangunan.
Grafik 3.
Perkembangan Kemampuan Baca Tulis
di Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB
Tahun 2007 – 2012
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 40/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 3
Pada tahun 2007 penduduk berumur 15 tahun ke atas yang dapat
membaca dan menulis (melek huruf) di Kabupaten Lombok Barat hanya
sebesar 73,77 persen. Ini berarti penduduk berumur 15 tahun ke atas yang
buta huruf masih relatif banyak yaitu 26,23 persen. Satu tahun kemudian,yaitu keadaan tahun 2008 penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek
huruf mengalami peningkatan yang cukup tajam menjadi 76,40 persen atau
meningkat 2,63 persen. Kenaikan persentase tersebut menunjukkan bahwa
kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Lombok Barat meningkat. Pada
tahun 2009 angka melek huruf sebesar 76,41 persen, mengalami sedikit
peningkatan dibandingkan dengan angka melek huruf tahun 2008. Sedangkan
pada tahun 2010 meningkat tipis menjadi 76,42 persen. Pada tahun 2011
angka melek huruf di Kabupaten Lombok Barat telah mencapai 77,62 persen.
Sedangkan tahun 2012 mencapai 78,59 persen.
Peningkatan angka melek huruf yang terjadi tahun 2012 ini
menunjukkan hasil dari kerja keras pemerintah daerah dalam usahanya
mengentaskan buta aksara melalui program-program pembangunan di bidangpendidikan. Walaupun demikian Pemerintah Daerah tetap harus lebih
memperhatikan program-program pembangunan sektor pendidikan
khususnya program Keaksaraan Fungsional (KF), yang merupakan salah satu
program nasional yang bertujuan untuk mengentaskan penduduk dari buta
huruf. Jalannya program ini di setiap kecamatan perlu dievaluasi lebih lanjut.
Selain program KF, pemerintah daerah harus menyusun program
pembangunan dalam rangka pengentasan buta aksara di Kabupaten Lombok
Barat.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 41/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 3
B. Rata-Rata Lama Sekolah (Mean Years School /MYS).
Salah satu indikator tunggal lainnya untuk menggambarkan tingkat
pendidikan masyarakat adalah rata-rata lama sekolah (Mean Years
Scholl/MYS) penduduk usia 15 tahun ke atas. Rata-rata lama sekolahpenduduk 15 tahun keatas merupakan cerminan tingkat pendidikan
penduduk secara keseluruhan. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk
maka akan semakin tinggi pula rata-rata lama menikmati pendidikan. Kualitas
penduduk suatu daerah dapat dilihat dari tingginya rata-rata lama sekolah.
Semakin tinggi rata-rata lama sekolah penduduk maka daerah tersebut akan
mempunyai kualitas penduduk yang lebih baik.
Grafik 4.
Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah
di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007 – 2012
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 42/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 3
Dilihat dari rata-rata lama sekolah penduduk berumur 15 tahun ke
atas di Kabupaten Lombok Barat menunjukkan kualitas sumber daya manusia
masih cukup rendah. Sejak tahun 2007, rata-rata lama sekolah penduduk 15
tahun ke atas relatif stagnan. Rata-rata lama sekolah penduduk 6 tahun ataukelas 6 sekolah dasar. Keadaan tahun 2008, 2009 dan tahun 2010, kondisi
rata-rata lama sekolah masih tetap seperti tahun 2007. Sedangkan tahun
2011 dan 2012 rata – rata lama sekolah telah lebih dari 6 tahun yang berarti
telah lulus sekolah dasar. Dari angka tersebut dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa pembangunan manusia khususnya sektor pendidikan menunjukkan
arah positif dan masih perlu ditingkatkan.
Uraian di atas dapat menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah untuk
lebih memperhatikan proses pendidikan masyarakat. Sistim Pendidikan Wajib
Belajar 9 tahun harus terus menjadi perhatian yang diikuti dengan kebijakan
pembangunan daerah yang mendukung program tersebut. Sosialisasi wajib
belajar 9 tahun harus lebih diintensifkan, sehingga kesadaran akan
mengenyam pendidikan hingga tamat SMP/sederajat semakin meningkat danbudaya menikah dini secara berangsur akan berkurang yang akhirnya
menghilang.
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan
melalui jalur pendidikan, baik pendidikan formal maupun in formal. Proses
pendidikan masyarakat dapat dilihat dari partisipasi sekolah. Berdasarkan
hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dapat diketahui kondisi
partisipasi sekolah di Kabupaten Lombok Barat. Grafik 5 menunjukkan angka
partisipasi sekolah usia 7 – 12 tahun (usia sekolah dasar) di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2012. Angka partisipasi sekolah usia sekolah dasar (SD)
di Kabupaten Lombok Barat mencapai 96,80 persen. Apabila dilihat menurut
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 43/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 3
jenis kelamin, angka partisipasi sekolah laki-laki sedikit lebih tinggi
dibandingkan perempuan.
Angka partipasi sekolah SD ini dirasa cukup menggembirakan dalam
rangka melaksanakan program wajib belajar 9 tahun. Hampir seluruh anak
usia 7-12 tahun di Kabupaten Lombok Barat pada Tahun 2011 aktif
bersekolah, hanya sekitar 3,20 persen yang belum sekolah/putus sekolah.
Demi suksesnya program wajib belajar 9 tahun, anak-anak tersebut harus
masuk dan aktif kembali ke bangku sekolah.
Grafik 5.
Angka Partisipasi Sekolah Usia 7-12 Tahun Menurut Jenis Kelamindi Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012
Selanjutnya untuk angka partisipasi sekolah usia 13-15 tahun lebih
rendah dibandingkan dengan angka partisipasi sekolah usia 7-12 tahun. Angka
partipasi sekolah usia 13-15 tahun hanya sebesar 86,16 persen. Angka
partipasi sekolah usia 13-15 tahun laki-laki sebesar 88,38 persen, sedangkan
untuk angka partisipasi sekolah usia 13-15 tahun perempuan mencapai
84,42persen.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 44/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 3
Grafik 6.
Angka Partisipasi Sekolah Usia 13 - 15 Tahun Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012
Memperhatikan angka partisipasi sekolah usia 13-15 tahun tersebut,
tersirat bahwasanya pada tahun 2012 masih banyak anak usia 13-15 tahun
yang tidak aktif sekolah. Ada sekitar 13,84 persen anak usia 13 – 15 tahun
yang belum pernah dan atau putus sekolah. Hal ini disinyalir masih kurangnya
kesadaran penduduk, khususnya anak-anak usia tersebut untuk aktif di
bangku sekolah. Lebih tingginya angka partisipasi sekolah untuk kelompok
umur ini menunjukkan adanya pergeseran pola pikir yang selama ini
berkembang di masyarakat bahwa anak perempuan cukup sekolah sampai
tingkat Sekolah Dasar.
Untuk mewujudkan pembangunan manusia yang ideal maka
Pemerintah Daerah harus berupaya mengembalikan anak-anak tersebut ke
bangku sekolah. Tanpa program tersebut sulit rasanya pembangunan
manusia di Kabupaten Lombok Barat akan berjalan dengan baik.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 45/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 3
Grafik 7 memperlihatkan angka partisipasi sekolah usia 16-18 tahun.
Angka partisipasi sekolah usia 16 – 18 tahun lebih rendah dibandingkan
dengan angka partisipasi sekolah anak usia 7 – 12 dan 13 – 15 tahun.
Besarnya angka partisipasi sekolah anak usia 16 – 18 tahun di KabupatenLombok Barat hanya sebesar 37,06 persen, dengan rincian laki-laki sebesar
28,68 persen dan perempuan sebesar 46,41 persen.
Grafik 7.
Angka Partisipasi Sekolah Usia 16 - 18 Tahun Menurut Jenis Kelamin
di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2012
Semakin mengecilnya angka partisipasi sekolah pada usia 16 – 18
tahun menunjukkan bahwa ada permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat. Permasalahan tersebut pada umumnya karena faktor ekonomi
rumahtangga. Biaya untuk melanjutkan ke tingkat SMU/SMK dirasa
masyarakat cukup membebani ekonomi rumahtangga dan anak tersebut
tidak dapat sekolah karena membantu mencari nafkah. Dengan masih
rendahnya angka partisipasi sekolah pada usia 16 – 18 tahun maka
Pemerintah Daerah Lombok Barat harus memperhatikan anak-anak tersebut.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 46/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 4
4. 3. 3.
Komponen IPM Sektor Ekonomi.
Selain dari sektor kesehatan dan pendidikan, sektor ekonomi
masyarakat juga merupakan komponen dalam pembangunan manusia.
Komponen IPM sektor ekonomi yang cukup dikenal secara luas adalah Paritas
Daya Bali (Purchasing Power Parity/ PPP ) masyarakat, karena komponen ini
mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan beberapa
variabel input, seperti keterampilan, kesempatan kerja dan pendapatan.
Paritas Daya Beli masyarakat di suatu daerah diukur dari rata-rata
pengeluaran konsumsi per kapita setahun. Dengan komponen ini dapat
diketahui taraf ekonomi dan akses untuk hidup layak masyarakat. Karena
dengan nilai konsumsi akan dapat diketahui kebutuhan hidup yang sudah
maupun belum terpenuhi. Jika nilai konsumsi penduduk rendah maka akan
mengindikasikan rendahnya taraf ekonomi penduduk yang selanjutnya dapat
dikatakan hidupnya belum layak.
Paritas daya beli masyarakat Kabupaten Lombok Barat terus
mengalami kenaikan. Pada tahun 2007, paritas daya beli masyarakat Lombok
Barat masih sekitar Rp. 614.030 per kapita per bulan, dimana pada tahun
2008 mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp. 618.090 per kapita per bulan
atau naik sekitar Rp. 4.060. Untuk tahun selanjutnya perkembangan paritas
daya beli masyarakat Lombok Barat masih pada tren positif, dimana pada
tahun 2009 menjadi Rp. 623.210 kemudian pada tahun 2010 menjadi Rp.
625.470 dan pada tahun 2011 naik menjadi Rp. 627.240 serta tahun 2012
menjadi 630.130.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 47/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 4
Grafik 8.
Perkembangan Kemampuan Daya Beli Masyarakat
di Kabupaten Lombok Barat dan Provinsi NTB Tahun 2007 – 2012
(Ribuan Rupiah)
Meskipun mengalami perkembangan paritas daya beli masyarakat,
nilai paritas daya beli masyarakat Lombok Barat masih di bawah rata-rata nilai
paritas daya beli masyarakat Provinsi NTB. Untuk dapat menaikkan paritas
daya beli masyarakat langkah yang perlu diambil adalah menggerakkan
sektor-sektor riil yang ada dengan memperdayakan masyarakat. Selain itu,
pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Kabupaten Lombok Barat harus
dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat yang ada di Kabupaten
Lombok Barat.
Untuk melihat kinerja pembangunan ekonomi daerah dapat dilihat
juga dari jumlah penduduk miskin yang ada.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 48/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 4
Grafik 9.
Persentase Penduduk Miskin
di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007 – 2012
Pada tahun 2007, persentase penduduk miskin di Kabupaten Lombok
Barat mencapai 28,97. Pada tahun 2008, persentase penduduk miskin
menjadi 25,97 persen. Pada tahun berikutnya tren positif penurunan
persentase penduduk miskin terus berlanjut, dimana pada tahun 2009
persentase penduduk miskin menjadi 24,02 persen kemudian pada tahun
2010 mencapai 21,59 persen dan persentase penduduk miskin tahun 2011
menjadi 19,70. Pada tahun 2012 persentase penduduk miskin menjadi 17,91
persen. Pencapaian Kabupaten Lombok Barat dalam menurunkan persentase
penduduk miskin terhitung sangat pesat, sehingga Kabupaten Lombok barat
memperoleh penghargaan dari Presiden Republik Indonesia sebagai salah
satu Kabupaten yang tercepat dalam mengurangi penduduk miskinnya.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 49/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 4
4. 4.
Pencapaian IPM Kabupaten Lombok Barat.
Dari gambaran angka-angka komponen pembangunan manusia
Kabupaten Lombok Barat di atas maka selanjutnya dapat dihitung Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lombok Barat. Dari IPM tersebut
dapat diketahui hasil pembangunan manusia di Kabupaten Lombok Barat dan
sekaligus mengevaluasi kinerja pembangunan manusia yang dicapai oleh
Kabupaten Lombok Barat.
Tabel 2.
Indeks Masing-Masing Komponen IPM Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2007 – 2012
Komponen IPM 2007 2008 2009 2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Indeks Harapan Hidup 57,57 58,28 59,00 59,73 60,47 61,18
Indeks Pendidikan 61,76 63,67 63,98 64,04 65,27 65,95
Indeks Pendapatan 58,71 59,64 60,83 61,35 61,87 62,43
IPM 59,34 60,53 61,27 61,71 62,54 63,19
Pada tabel 2 terlihat bahwa dalam kurun waktu tahun 2007 – 2012
indeks harapan hidup setiap tahun terus mengalami kenaikan. Ini
menunjukkan adanya kinerja pembangunan manusia yang baik di sektor
kesehatan. Pada tahun 2012, indeks kesehatan (indeks harapan hidup)
Kabupaten Lombok Barat telah mencapai sebesar 61,18. Tetapi indeks yang
dicapai masih jauh dari target indeks ideal, yaitu 100, masih mengejar sekitar
38,82 point. Untuk mengejar point tersebut masih memerlukan waktu yang
cukup panjang. Namun rentang waktu yang panjang tersebut dapat ditempuh
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 50/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 4
dengan cepat apabila perhatian pemerintah daerah dan masyarakat dalam
meningkatkan kualitas kesehatan cukup serius.
Untuk indeks pendidikan Kabupaten Lombok Barat juga masih jauh
dari indeks pendidikan ideal. Indeks pendidikan Kabupaten Lombok Barat
pada tahun 2012 telah mencapai sebesar 65,93. Ini berarti masih sekitar
34,07 point menuju indeks pendidikan yang ideal. Guna menuju indeks
pendidikan yang ideal sangat diperlukan langkah-langkah yang tepat.
Pemerintah Daerah harus mendukung baik dana maupun sarana prasarana
pendidikan yang memadai bagi masyarakat. Masyarakat juga harus
meningkatkan kesadaran untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Indeks ekonomi juga masih jauh menuju ideal, yaitu pada tahun 2012
indeks ekonomi Kabupaten Lombok Barat baru mencapai sebesar 62,43.
Untuk menuju indeks ekonomi yang ideal masih memerlukan 37,57 point.
Dengan rentang point tersebut sekiranya masih memerlukan program-
program pembangunan yang lebih fokus. Memang dalam pelaksanaannya
sangat membutuhkan program yang tepat dan berkelanjutan, ini
membutuhkan dana, waktu dan tenaga yang cukup besar. Dalam
meningkatkan indeks ekonomi sangat diperlukan pergerakan ekonomi di
daerah dan masyarakat yang cukup baik. Kekokohan sektor-sektor ekonomi
sangat menentukan perekonomian suatu wilayah.
Berdasarkan ketiga komponen tersebut, selanjutnya dapat dihitung
indeks komposit sebagai ukuran IPM. Grafik 10 memperlihatkan kondisi nilai
IPM yang cenderung naik, meskipun masih dalam golongan menengah
bawah. Hal ini dapat juga diartikan bahwa kinerja pembangunan manusia di
Kabupaten Lombok Barat berjalan dengan cukup baik, tetapi masih lamban.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 51/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 4
Grafik 10.
Perkembangan Nilai IPM Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2007 – 2012
4. 5.
Kecepatan Perkembangan IPM.
Kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun waktu tertentu
dapat diukur dengan menggunakan “Reduksi/Shortfall”. Ukuran ini secara
sederhana menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh
dengan capaian yang masih harus ditempuh agar mencapai IPM ideal
(IPM=100). Semakin tinggi reduksi shortfall yang dihasilkan maka semakin
cepat pula pencapaian indeks ideal, dengan asumsi indeks yang dicapai
mengalami peningkatan setiap tahun dengan reduksi/shortfall konstan.
Kecepatan peningkatan IPM Kabupaten Lombok Barat pada tahun
2012 sebesar 1,84 persen, lebih rendah 0,12 point dibandingkan kecepatan
peningkatan IPM Provinsi NTB yang mencapai 1,96 persen.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 52/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 4
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
Dari uraian bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan
dan selanjutnya ada beberapa masukan kepada Pemerintah Daerah dalam
rangka meningkatkan pembangunan manusia diukur dengan nilai Indeks
Pembangunan Manusia.
5. 1.
Kesimpulan.
a.
Angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, melek huruf dan
kemampuan daya beli masyarakat merupakan indikator dampak yang
menjadi indikator komposit IPM sebagai ukuran kinerja pembangunan
manusia. Keterkaitan antara nilai IPM dengan kebijakan dan
pelaksanaan pembangunan manusia sangat kuat. Untuk itu, sangat tepat
dan mutlak IPM sebagai bahan evaluasi pembangunan manusia di
daerah.
b.
Setiap tahun angka harapan hidup di Kabupaten Lombok Barat
mengalami kenaikan. Pada tahun 2012, angka harapan hidup telah
mencapai 61,71 tahun. Namun nilai angka harapan hidup tersebut masih
tergolong rendah. Angka harapan hidup Propinsi NTB mencapai 62,71
tahun.
c.
Walaupun masih cukup jauh di bawah angka ideal, angka indeks
pendidikan tahun 2012 mengalami sedikit kenaikan dibandingkan tahun
sebelumnya menjadi 65,93 persen. Hal ini didorong oleh meningkatnya
jumlah penduduk 15 tahun ke atas yang melek huruf menjadi 78,59
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 53/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 4
persen, meskipun untuk rata-rata lama sekolah mengalami stagnan di
angka 6,09.
d. Kemampuan daya beli masyarakat Lombok Barat masih di bawah rata-
rata kemampuan daya beli masyarakat NTB.e. Nilai IPM Kabupaten Lombok Barat tahun 2012 mencapai 63,19, masih
cukup jauh menuju pembangunan manusia yang ideal, yaitu 100.
f. Nilai IPM tersebut yang menjadikan pembangunan manusia di
Kabupaten Lombok Barat berada pada peringkat 8 (delapan) dari 10
(sepuluh) kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
5. 2.
Saran-saran.
a. Untuk meningkatkan angka harapan hidup masyarakat Lombok Barat
sangat diperlukan sarana dan prasarana kesehatan yang lengkap, akan
tetapi hal tersebut tidak cukup. Yang mendasar yang perlu menjadi
program kebijakan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran hidup sehat bagi masyarakat.
b.
Guna meningkatkan pendidikan masyarakat Lombok Barat memerlukan
kebijakan pembangunan pendidikan yang jelas, terarah dan efisien.
Program wajib belajar 9 tahun harus terus dijalankan dengan biaya
gratis/tidak ada pungutan-pungutan dari sekolah bagi masyarakat yang
bersekolah. Selain itu, bagi anak usia sekolah yang putus sekolah
diusahakan wajib kembali ke bangku sekolah tanpa ada biaya. Untuk
memberantas buta aksara, program Keaksaraan Fungsional terus
dipantau perkembangannya dan terus dilanjutkan.
c.
Daya beli masyarakat akan meningkat jika pendapatannya meningkat.
Beberapa langkah dapat ditempuh untuk meningkatkan pendapatan
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 54/55
IPM Kabupaten Lombok Barat 2012 4
masyarakat antara lain : memberikan kemudahan bagi usaha-usaha
rakyat produktif untuk mendapatkan kredit usaha rakyat (KUR),
meningkatkan perhatian pada sektor pertanian, karena sebagian besar
perekonomian masyarakat bertumpu pada sektor tersebut. Selain itu,perhatian untuk sektor industri dan pariwisata juga perlu lebih
ditingkatkan terutama pengelolaan lokasi wisata dan pemasarannya.
d. Bagi para penyusun kebijakan pembangunan seyogyanya menyusun dan
memutuskan program yang lebih terarah guna mengejar ketertinggalan
pembangunan manusia di Kabupaten Lombok Barat.
7/17/2019 IPM Lombok Barat_2013
http://slidepdf.com/reader/full/ipm-lombok-barat2013 55/55
top related