i(ompas - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/05/kompas-20110504... ·...

Post on 19-Mar-2019

223 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

I(OMPASo Senin o Selasa o Sabtu• Rabu 0 Kamis 0 Jumat2 3

17 18 194 520

6 7 8 9 10 1121 22 23 24 25 26

12 1327 28 29 30 31

OJan OPeb oMar OApr .Mei OJun OJul 0 Ags OSep OOkt ONov ODes

Johan Iskandar

Kerinduan kepadaBurung Citarum

Aliran Sungai Citarum yangmembelah wilayah delapankota dan kabupaten diJawa Barat sesungguhnyaanugerah. Citarum tidakhanya menjadi sumber airbagi irigasi, tapi juga bagipembangkit listrik, bahkansaluran pembuanganlimbah bagi perusahaannakal di sepanjang Citarum.

OLEH CORNELlUS HELMY

Sungai terpanjang di Jawa Baratbeserta anak sungai menjadirumah bagi 314 jenis burung,

Namun, seiring hancurnya lingkung-an Citarum mulai dari hulu hinggahilir, perlahan burung pun menjauhisungai itu. Mereka mencari lingkung-an yang mampu menopang hidupmereka.

"Citarurn yang pernah jadi 'surga'kini menjadi tempat menyeramkanbagi burung," ujar ornitolog alias pa-kar ilmu burung, Johan Iskandar (57).Dia merasakan benar rasa rindu itu.Dahaganya terpuaskan saat melihat

kembali kuntul kerbau dan blekok diKota Bandung. Kedua burung itu dulubanyak terlihat di Citarum dananak-anak sungainya Namun, terde-sak pembangunan, pencemaran air,dan aktivitas manusia lainnya, ke-beradaan kuntul kerbau dan blekokpun tak terlacak.

Hingga sekitar beberapa tahun lalu,Johan mendapat kabar bahwa blekok(;!rdeola speciosa) dan kuntul kerbau(Bubulcus ibis) berkembang biak de-ngan baik di empat rumpun bambubesar di Kampung Rancabayawak,Ke-lurahan Cisaranten Kulon,KecamatanGedebage,KotaBandung,Ratusan ble-kok dan kuntul kerbau hidup berbaurdengan masyarakat setempat yangtinggaldi antara dua aliran sungai anakCitarurn, Cinambo dan Cisaranten.

"Sore hari saat mereka pulang se-telah mencari makan, adalah saat ter-indah," katanya.

Selain daya jelajah yang bisa men-capai lebih dari seratusan kilometer,khusus keberadaan kuntul kerbau sa-ngat penting bagi ekosistem sawah.Mereka memakan hama serangga danulat yang rentan merusak tanamanpadi. Namun, yang lebih penting, ke-beradaan kuntul adalah bukti masihsehatnya lingkungan di sekitar.

"Kehadiran mereka bisa jadi mo-mentum warga Bandung melestarikan

KUplng Huma. Onpad 2011

Jingkungan ekosistem sungai yangkini ternoda oleh limbah berat dansampah rumah tangga," kata Johan.

PertemuanBagiJohan, Citarum dengan anak

sungainya adalah tempat yangmempertemukannya dengan duniaburung. Secara tidak sengaj ia di-minta profesornya di UniversitasPadjadjaran, Bandung, Prof Dr IrOtto Soemarwoto, mend npingimahasiswa dari Universitas Wagen-igen Belanda bernama Bastian vanHelvoort, yang hendak melakukanpenelitian burung di DAS Citarurntahun 1975. Bastian ingin mengisikekosongan penelitian burung diCitarum yang dilakukan Hooger-werf pada tahun 1948.

Awalnya, Johan hanya menjadipendamping Bastian untuk meme-nuhi keperluan sehari-hari, sepertimenyediakan tempat tinggal atauberinteraksi dengan masyarakat se-tempat. Namun, pengetahu masakecil tentang burung ternyata me-megang peranan penting bagi ke-pentingan penelitian Bastian.

Besar sebagai anak desa di Pur-wakarta memberikan pengetahuantentangberagamjenis buru 'hanyadari suara atau kekhasan tingkahlakunya la biasanya memberikan

'I

nama daerah, suara, dan kriteria fisikkemudian dicocokan dengan buku la-pangan mengenal jenis-jenis burungdi alam milik Bastian.Contohnya, burung gagak (Corvus

encdy, cipeuw (Aeqithina tiphidy, danperkutut (Geopelia striata). Ada Jugayang khas tingkah lakunya sepertimanuk jantung (Arachnotera longi--rostra)' dan manuk apung (Mirafrajavanicd).

ngan berbagai cara yang lebih ber-sahabat. Di antaranya, memasang ja-ring ditalikan di balon gas untuk me-nangkap burung kowak malam de-wasa, memindahkan anaknya ke tem-pat lain, dan mengusimya dengan bu-nyi riuh kaleng. Dana yang digunakanuntuk membiayainya kebanyakan ber-asal dari koceknya sendiri,"Cara itu cukup efektif karena ka-

wanan burung itu pindah ke daerahPindad Kiaracondong dan Cibeure-urn, Kota Bandung. Namun, kabarterakhir, keberadaan mereka tidakterlacak," katanya.

PelajaranHilangnya habitat burung kowak

malam, menurut Johan, seharusnyamemberikan pelajaran bagi peme-rintah untuk mencari cara melin-dungi keberadaan hewan langka.Salah satunya yang hingga kini ti-

dak pemah terwujud adalah usulanperlindungan jenis burung berdasar-kan familinya. Intinya, bila ada salahsatu spesies dari famili tertentu sudahdilindungi, maka spesies lainnya oto-matis dilindungi.

JOHAN ISKANDAR

Lahir: Purwakarta, 7 Agustus 1 3• Pekerjaan: Dosen Biologi Fakulta

Matematika dan IImuPengetahuan Alam, danPascasarjana UniversitasPadjadjaran, serta penelitiPPSDAljlnstitute of Ecology,Universitas Padjadjaran.

• Istri: Budiawati Supangkat (52)• Anak:

- Oktarian Iskandar (20)- Septabian Iskandar (17)- Oktabrian Iskandar (16)

"Belum terlaksananya aturan itujus-tru menyuburkan penyeludupan bu-rung. Di Papua, penyelundup kerapmengecat burung cenderawasih de-ngan warna hitam agar jenisnya tidakdiketahui petugas pengawasan," ka-tanyaPerlindungan lain adalah penataan

vegetasi tempat hidup burung. Salahsatu contohnya adalah pencemaran diCitarum. Fakta itu, menimbulkan an-caman dari berbagai lini. Banyak bu-rung terancam mati, cacat, dan sulitberkembang biak karena terpaparlimbah berbahaya"Bila terus dibiarkan, besar ke-

mungkinan kepunahan burung khasCitarum akan terjadi. Penyesalan ti-dak akan cukup ampuh membayarkerinduan pada kicauan burung liar,"katanya.

Belum akrabDi luar dugaan, Bastian terkesan

dengan kemampuan Johan. Bastianlantas merekomendasikan Johanmendapatkan program kursus tentangEkologi Burung (omitologi) selama de-lapan bulan di Belanda pada tahun1983/1984. Beragam jenis burung dariberbagai daerah, seperti di Wagenin-gen, Leiden, dan Utrecht laritas ia data\dan kenali aktivitasnya Johan begituterkesan dengan minat Belanda padaburung meski jumlahnya jauh lebihsedikit ketimbang IndonesiaPulang ke Indonesia tahun 1984, ia

menjadi satu dari sedikit omitolog diIndonesia Kiprahnya di Tanah Airdilanjutkan dengan mendata ratusan --------~----------~---jenis burung di Citarum, Cimanuk,Citanduy, dan Ciliwung. Johan meng-aku banyak belajar dari masyarakatsetempat tentang ciri atau jenis ke-lamin burung yang diamatinya. ."Masyarakat di beberapa daerah

sudah sadar benar dengan perlin-dungan burung. Mereka percaya, bu-rung bisa memberlkan banyak per-tanda dalam kehidupan," katanya.Akan tetapi, ia merasa terpukul saat

tak kuasa berbuat rnaksimal melin-dungi populasi burung kowalf(Nycticorax nycticorax) di Kodung. Keberadaan mereka tidak di-terima masyarakat yang tinggal disekitar Kebun Binatang Bandung danInstitut Teknologi Bandung, yang no-tabene dekat dengan Sungai Cika-pundung."Masyarakat terganggu dengan ko-

toran yang bau. Bahkan, sempat adayang mengusulkan agar burung ituditembak sehingga lekas pergi ke tern-pat lain," katanyaAgar niat buruk itu tidak terlaksana,

dibantu beberapa rekan, Johan ber-usaha memindahkan kawanan yangjumlahnya mencapai 1.073 ekor de-

I

top related