intro
Post on 28-Nov-2015
4 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Kebutuhan Kantor Sewa Diyogyakarta
Di era sekarang ini, bekerja digedung perkantoran merupakan trend bekerja
yang ada sekarang. Ada saatnya sebuah perusahan menghendaki untuk menempati
sebuah bangunan yang baru dan perusahaan-perusahaan yang baru pun memerlukan
tempat untuk melaksanakan usahanya. Untuk itu ada dua pilihan dalam pemenuhan
akan tempat yang dapat dijadikan kantor, yaitu membangun sendiri tempat usaha atau
menyewa. Dengan banyaknya kendala yang dihadapi apabila ingin membangun
kantor sendiri, maka orang akan cenderung memilih untuk menyewa kantor saja
daripada membangun sendiri. Kendala yang didapat seperti:sulitnya mencari lokasi
yang strategis, harga tanah yang semakin tinggi, lamanya pembangunan, dan
ditambah lagi dengan harga bahan-bahan material yang juga semakin mahal.
Pertimbangan akan berbagai kemudahan yang didapatkan bila menyewa
kantor semakin menambah kecenderungan perusahaan untuk menyewa kantor.
Berbagai kemudahan seperti tempat yang strategis dan mudah dijangkau, sarana dan
prasarana juga sudah siap dapat ditemui pada kantor sewa. Keputusan untuk
menyewa muncul apabila ternyata dirasa lebih efisien dan menguntungkan.
Ada beberapa kenyataan yang terjadi di Yogyakarta sehubungan dengan
kebutuhan akan tempat yang dapat dijadikan kantor adalah :
• Seiring pulihnya perekonomian di Indonesia setelah krisis ekonomi tahun
1998, akan lebih banyak muncul perusahan-perusahaan baru di kota-kota
besar termasuk di Yogyakarta sehingga mengakibatkan demand (permintaan)
akan ruang-ruang perkantoran semakin meningkat, sedangkan suply ruang
perkantoran yang ada sekarang masih sangat kurang. Untuk memenuhi
kebutuhan akan tempat untuk kantor mereka, perusahaan-perusahaan baru
1
cenderung akan menyewa kantor dari pada membangun sendiri karena
keterbatasan modal yang dimiliki.
• Yogyakarta sebagai kota pelajar telah menghasilkan banyak sarjana-sarjana
baru. Tercatat dari 83 perguruan tinggi negeri dan swasta yang ada di
Yogyakarta pada tahun 1999/2000 terdapat 163.500 mahasiswa1. Jumlah ini
akan semakin bertambah setiap tahunnya. Sedangkan dari sekian banyak
sarjana baru, ada yang masih tinggal di Yogyakarta dan membuat usaha-usaha
baru sehingga juga membutuhkan tempat untuk kantor mereka.
• Perusahaan-perusahan yang berskala nasional maupun internasional memiliki
kantor cabang yang tersebar di Indonesia, terutama di kota-kota besar
termasuk di Yogyakarta. Kantor-kantor cabang itu biasanya akan menyewa
tempat untuk kantor mereka.
• Banyak perusahaan yang sudah ada ingin pindah ke tempat baru yang lebih
layak dan strategis. Untuk itu diperlukan kantor yang memiliki tempat yang
strategis. Dengan demikian diperlukan tempat strategis dan mudah dijangkau,
sarana dan prasarana yang juga tersedia dan sudah siap. Tempat seperti ini
dapat dipenuhi dengan membangun sendiri dengan biaya yang sangat tinggi
atau menyewa kantor.
• Prospek pasar makin terbuka dengan mulai banyaknya pelaku bisnis dari
generasi muda yang selain lebih berani dalam mendiversifikasikan usahanya,
juga menyakini bahwa suatu usaha perlu ditempatkan pada tempat yang
semestinya. Itu artinya tradisi berkantor di daerah perumahan akan mulai
terhapus.
1.1.2 Potensi Kawasan Jalan Solo
Kawasan jalan Solo yang kita kenal sebagai kawasan padat lalu lintas,
kawasan bisnis pertokoan, kawasan pendidikan (terdapat beberapa universitas dan
1 Disadur dari website http://www.pusdata.dprin.go.id pada tanggal 15/02/04
2
LPP) dan beberapa mall dalam tahap pembangunan seperti plaza ambarrukmo, saphir
square (akan selesai pada tahun 2008), jogja elektronik serta kawasan hunian dengan
tingkat kepadatan cukup tinggi. Juga terdapat hotel dengan skala internasional,
menjadikan kawasan ini sarat kegiatan dan fungsi.
Kawasan jalan Solo dengan tingkat kegiatan/mobilitas yang tinggi serta
kegiatan sekitar kawasan memungkinkan untuk disediakan sebuah bangunan yang
dapat difungsikan untuk berbagai macam kegiatan perkantoran dari berbagai macam
jenis pelayanan jasa yang lebih dikenal dengan kantor sewa atau rental office, yang
bisa disewakan untuk kebutuhan diatas.
Bisnis jasa transportasi, bisnis jasa pendidikan dan bisnis-bisnis jasa lainnya
yang berskala nasional maupun internasional, bisa menjadikan bangunan ini sebagai
kantor tetap mereka dalam menjalankan usaha, mengingat penawaran jasa-jasa seperti
yang disebutkan diatas memerlukan tempat yang strategis dan juga membutuhkan
ruang gerak yang efisien tanpa banyak memerlukan banyak biaya guna
mengoperasikan kegiatan mereka.
1.1.3 Pemakaian Energi Pada Kantor Sewa
Kantor-kantor yang ada sekarang ini kebanyakan sangat boros energi.
Bangunan kantor menghabiskan biaya operasional sama seperti banyaknya bangunan
kantor tersebut mengkonsumsi energi. Kenyataannya, biaya penyediaan energi pada
bangunan kantor adalah yang paling tinggi dari semua jenis bangunan komersial.
Sistem pemanas, ventilasi, dan sistem penghawaan buatan serta pencahayaan buatan
masih merupakan konsumsi energi terbesar, sedangkan konsumsi energi peralatan
kantor sekarang meliputi hampir 16% dari seluruh penggunaan energi bangunan
kantor.
Dalam setiap perancangan bangunan didaerah tropis lembab (iklim Indonesia)
haruslah memperhatikan kekayaan khasanah lingkungan alam termasuk iklim tropis
lembab yang bersahabat, yang slalu akan memberikan kenyamanan biologis tersendiri
3
juga akan lebih menghemat energi baik bahan bakar minyak (BBM) maupun listrik
yang sekarang sudah semakin mahal2.
Manfaat dari perancangan bangunan yang hemat energi adalah ekonomis
(hemat uang), sosial (mengurangi percepatan kekurangan bahan bakar) dan secara
ekologi (mengurangi eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan). Setiap
perancangan bangunan baru idealnya harus mempunyai suatu strategi yang eksplisit
mengenai penghematan energi, mengedepankan cara-cara bagaimana agar manfaat-
manfaat tersebut diatas dapat dicapai.
Berikut ini data-data yang mendukung perlunya upaya penghematan energi
pada bangunan kantor sewa:
Gambar 1.1 konsumsi energi pada bangunan kantor sewa
Sumber : http://www.Arch.hku.hk3
2 Budiharjo, Eko, Arsitek dan Arsitektur Indonesia. 1997 3 Disadur dari website:http://www.Arch.hku.hk pada tanggal 15/02/2004
4
Dari diagram diatas, konsumsi energi pada bangunan kantor sewa, terlihat
bahwa konsumsi energi terbesar terdapat pada sistem penghawaan buatan (air
conditioning) yaitu sebesar 47,2% diikuti sistem pencahayaan (lighting) 32,3% dan
sisanya transportasi, saniter dan lainnya 20,5%.
Pada bangunan kantor sewa, penghematan energi pada sistem pencahayaan
sangat sulit dilakukan. Begitu juga dengan penggunaan sistem penghawaan buatan
(air conditioning), yang telah mengkonsumsi hampir sebagian besar dari penggunaan
energi bangunan keseluruhan. Penggunaan sistem pengkondisian udara ini tidak
hanya mengakibatkan tingginya biaya pengoperasian bangunan tetapi juga secara
tidak langsung telah memberikan andil terhadap naiknya suhu lingkungan khususnya
di kawasan perkotaan.
Desain bangunan pencakar langit di Indonesia sedikit sekali yang
memperhatikan aspek-aspek lingkungan khususnya iklim, kepekaan para perencana
dan perancang kota terhadap orientasi matahari dan mata angin masih rendah.
Pencahayaan dan penghawaan alami cenderung diabaikan, kebanyakan lebih
menyukai yang artifisial(buatan), padahal sesungguhnya sangat merugikan, karena
jelas-jelas boros energi.
Sehubungan dengan sulitnya penghematan pada sistem pencahayaan dan
sistem penghawaan buatan pada bangunan kantor sewa, agar pencahayaan alami dan
aliran udara sekitar lokasi bisa dimanfaatkan dengan maksimal, maka akan diterapkan
konsep arsitektur bioklimatik (arsitektur yang merespon unsur-unsur iklim) agar
penghematan energi bisa tercapai. Pendekatan Bioklimatik ini sebenarnya sudah
banyak diterapkan pada bangunan low-rise dan mid-rise, demikian juga bangunan
tradisional asia tenggara umumnya. Namun, pendekatan bioklimatik ini jarang
diterapkan pada bangunan high-rise, padahal justru bangunan tinggilah yang paling
banyak menerima dampak dari aktivitas iklim/cuaca. Aktivitas iklim jika tidak
ditanggapi dengan baik dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi
5
bangunan, tetapi disisi lain iklim juga memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan
guna mendukung usaha-usaha konservasi energi khususnya pada bangunan kantor
sewa.
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Permasalahan Umum
Bagaimanakah konsep perancangan bangunan tinggi untuk fungsi kantor sewa
dikawasan pusat kota yang responsive terhadap lingkungan dengan
menerapkan prinsip-prinsip arsitektur bioklimatik
1.2.2 Permasalahan Khusus
• Bagaimanakah konsep perancangan bangunan yang berbasis pendekatan
arsitektur bioklimatik
• Bagaimanakah konsep massa dan tata layout ruang serta lanskap yang
mendukung penggunaan energi yang lebih hemat tanpa mengurangi
kenyamanan
• Bagaimanakah konsep dan penggunaan elemen-elemen bangunan hemat
energi yang terintegrasi sebagai bagian dari elemen arsitektur
1.3 Tujuan Dan Sasaran
• Tujuan
Mendapatkan alternatif rancangan bangunan tinggi untuk fungsi kantor sewa
yang menggunakan prinsip-prinsip arsitektur bioklimatik
• Sasaran
Sasaran pembahasan adalah untuk mendapatkan :
a. Konsep bangunan yang memiliki citra arsitektur bioklimatik
b. konsep massa dan tata layout ruang serta lanskap yang mendukung
penggunaan energi yang lebih hemat tanpa mengurangi kenyamanan
6
c. Konsep elemen-elemen bangunan hemat energi yang terintegrasi kedalam
arsitektur
1.4 Lingkup Dan Metode Pembahasan
1.4.1 Lingkup Bahasan
Pembahasan lebih ditekankan pada penerapan konsep-konsep bioklimatik
pada bangunan tinggi perkantoran, aspek-aspek ekonomi dan teknologi
disesuaikan dengan kaitannya dengan topik bahasan
1.4.2 Metode Pembahasan
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah dengan melakukan studi-studi
literature dan observasi lapangan serta pencarian data disumber lainnya
(internet), dari ketiga data dan informasi yang ada kemudian dilakukan proses
analisa-analisa untuk dijadikan landasan bagi konsep perencanaan dan
perancangan selanjutnya.
1.5 Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas terhadap topik bahasan,
maka sistematika pembahasan terbagi atas :
BAB 1 PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
Sasaran, lingkup dan metode serta sistematika pembahasan
BAB II TINJAUAN KANTOR SEWA
Membahas mengenai kantor sewa diyogyakarta yang meliputi tinjauan
fisik, potensi kota, perkembangan dan tuntutan dimasa mendatang
serta Pengertian kantor sewa, kebutuhan, macam penyewa dan nilai
ekonomis kantor sewa
BAB III TINJAUAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK
7
Membahas mengenai pengertian arsitektur bioklimatik, pentingnya
bioklimatik, aspek teknik, strategi arsitektur bioklimatik dan studi
kasus kantor sewa serta penerapan arsitektur bioklimatik pada
bangunan tinggi kantor sewa
BABIV PENDEKATAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisi tentang landasan dasar pemikiran awal perencanaan dan
perancangan. Pendekatan mencakup aspek lokasi perancangan
bangunan dan pendekatan sistem bioklimatik
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Melalui proses transformasi kedalam rancangan, bab ini menguraikan
tentang konsep perencanaan dan perancangan, konsep dasar kantor
sewa ini mengacu pada sistem bioklimatik dan pada akhirnya sebagai
rujukan untuk membuat final desain
8
top related