integritas sektor publik
Post on 15-Jun-2015
356 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IntegritasSektor Publik2007
Komisi Pemberantasan KorupsiDirektorat Penelitian dan Pengembangan
2007
Integritas Sektor PublikIndonesia 2007
Fakta Korupsi dalam Layanan Publik
Pengukuran tingkat integritas dilakukan untuk mengubah perspektif layanan dari orientasi pada lembaga penyedia layanan publik atau petugas penyedia layanan publik (supply) ke perspektif kustomer (demand).
Survei IntegritasSektor Publik Indonesia 2007
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSIJl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta Selatan-IndonesiaTelp. (021) 255 783 00Fax. (021) 528 924 48www.kpk.go.id
April 2008
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 iii
Kata Pengantar
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa survei “Integritas Sektor Publik Indonesia Tahun 2007, Tentang fakta Korupsi dalam Pelayanan Publik” telah berhasil diselesaikan dengan baik oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan, Deputi Bidang Pencegahan, Komisi Pemberantasan Korupsi.
Survei dilakukan terhadap 30 instansi pusat yang memberikan layanan kepada publik (masyarakat, perusahaan maupun layanan antar lembaga). Responden dalam survei ini adalah pengguna layanan langsung (bukan calo atau biro jasa) dari layanan yang disediakan oleh instansi tersebut. Survei dilaksanakan dalam waktu 3 bulan pada Agustus - Oktober 2007. Seluruh data yang diperoleh dalam laporan survei ini adalah data primer yang bersumber dari hasil wawancara secara langsung dengan responden dilapangan.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan maupun kontribusi dalam penyusunan hasil studi ini. Kami menyadari bahwa hasil survei ini masih jauh dari sempurna oleh karenanya saran dan kritik sangat diharapkan, guna perbaikan survei lanjutan dengan topik yang sama dimasa mendatang.
Jakarta, April 2008
PimpinanKomisi Pemberantasan Korupsi
Kat
a Pe
ngan
tar
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 vSurvei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Daf
tar
isi
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................... iiiDaftar Isi ............................................................................................ v
Pendahuluan Latar Belakang ................................................................................. 2 Rumusan Permasalahan ..................................................................... 3 Tujuan ............................................................................................ 3
Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Fakta Korupsi Dalam Layanan Publik Skor Integritas Publik ........................................................................ 6 I. Pengalaman Integritas ................................................................... 12
I.1. Cara Pandang Masyarakat terhadap korupsi di pelayanan Publik .... 14 I.2. Pengalaman Masyarakat terhadap korupsi di pelayanan Publik ..... 18
II. Potensi Integritas .......................................................................... 28 II.1. Sistem Administrasi ................................................................ 30 II.2. Lingkungan Kerja .................................................................... 34 II.3. Prilaku Petugas Layanan ......................................................... 40
III. Kesimpulan ................................................................................. 52
Lampiran ............................................................................................ 56Metodologi Penelitian ........................................................................... 62 Ruang Lingkup ................................................................................. 62 Metodologi Pengumpulan Data ............................................................ 65 Metodologi Pengolahan Data .............................................................. 67 Metodologi Survei ............................................................................. 67
Pendahuluan
2 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Latar Belakang
Tindak pidana korupsi dalam berbagai bentuk mencakup pemerasan, penyuapan dan gratifikasi pada dasarnya telah terjadi sejak lama dengan pelaku mulai dari pejabat negara sampai pegawai yang paling rendah. Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, terutama yang dilakukan oleh aparatur pemerintah sudah mulai dilakukan secara sistematis baik oleh perorangan maupun berkelompok (berjamaah), serta semakin meluas dan semakin canggih dalam proses pelaksanaannya. Korupsi ini semakin memprihatinkan bila terjadi dalam aspek pelayanan yang berkaitan dengan sektor publik, mengingat tugas dan kewajiban utama dari aparat pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada publik/masyarakat.
Korupsi pada hakekatnya berawal dari suatu kebiasaan (habit) yang tidak disadari oleh setiap aparat, mulai dari kebiasaan menerima upeti, hadiah, suap, pemberian fasilitas tertentu ataupun yang lain dan pada akhirnya kebiasaan tersebut lama-lama akan menjadi bibit korupsi yang nyata dan dapat merugikan keuangan negara. Untuk mencabut akar permasalahan sumber terjadinya korupsi di sektor publik, perlu didefinisikan sifat dari korupsi dan dilakukan pengukuran secara komprehensif dan berkesinambungan. Untuk dapat mendefinisikan sifat korupsi, dimulai dengan melakukan pengukuran secara obyektif dan komprehensif dalam mengidentifikasi jenis korupsi, tingkat korupsi dan perkembangan korupsi dan menganalisa bagaimana korupsi bisa terjadi dan bagaimana kondisi korupsi saat ini.
Untuk dapat mencegah secara efektif terjadinya korupsi, hendaknya dihindari pengukuran korupsi yang semata-mata bertujuan untuk mendeteksi pelaku korupsi dan menghukumnya. Penting untuk mulai menempatkan strategi pencegahan korupsi dengan tujuan untuk mengeliminasi faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi sejak dini. Dalam menetapkan strategi pencegahan korupsi, perlu diidentifikasi dan dianalisa faktor-faktor yang menjadi akar penyebab yang berkontribusi menimbulkan korupsi pada lembaga publik dan layanan publiknya.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penting untuk menilai tingkat integritas lembaga publik yang secara sistematis dapat menggambarkan sifat- sifat korupsi di lembaga publik tersebut. Pengukuran tingkat integritas dilakukan untuk mengubah perspektif layanan dari orientasi pada lembaga penyedia layanan publik atau petugas penyedia layanan publik (supply) ke perspektif kustomer (demand). Diukur pula tingkat korupsi yang dialami dan dipersepsikan oleh kustomer langsung pengguna layanan publik dan faktor-faktor penyebab timbulnya korupsi.
Melalui diseminasi secara aktif hasil penilaian survei integritas kepada publik dan media, diharapkan akan mendorong lembaga publik secara volunter melakukan upaya-upaya pencegahan korupsi, terutama di unit layanan publiknya. Upaya tersebut bila dilakukan secara komprehensif pada akhirnya akan menaikkan integritas lembaga publik yang bersangkutan. Hal ini merupakan peluang untuk menciptakan dan menyebarkan konsensus akan pentingnya pemberantasan korupsi terutama pada lembaga pelayanan publik.
Lata
r B
elak
ang
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 3Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Rumusan Permasalahan
Produk akhir kinerja instansi publik pada dasarnya berupa pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, secara ideal berbagai bentuk penilaian instansi publik seharusnya dilihat dari perspektif penerima layanan (masyarakat). Namun demikian, selama ini yang lebih menonjol penilaian terhadap instansi publik dilakukan oleh penyedia layanan sendiri, baik secara internal organisasional melalui berbagai bentuk pengawasan manajerial, maupun secara eksternal sesuai dengan hierarki kewenangan yang ada. Model penilaian seperti ini cenderung mendorong terjadinya self services serta berbagai ekses birokratisasi termasuk korupsi dan berbagai bentuk gratifikasi di dalamnya. Padahal, seharusnya berbagai bentuk layanan dari instansi tersebut bersifat public services yang mengutamakan hak-hak penerima layanan. Dalam konteks ini, survei integritas menjadi salah satu instrumen penting di dalam menilai pelayanan publik dilihat dari penilaian penerima layanan (masyarakat)
Tujuan
1. Menetapkan tingkat integritas sektor publik melalui kegiatan survei.2. Memberikan peringkat integritas sektor pelayanan publik pada lembaga publik di Indonesia.3. Memberikan informasi tingkat pelaksanaan unsur-unsur integritas di sektor pelayanan
publik .4. Memberikan informasi mengenai kinerja sektor publik di Indonesia.
Rum
usan
Per
mas
alah
an &
Tuju
an
Integritas SektorPublik Indonesia
Fakta Korupsi dalam Layanan Publik
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 20076
Inte
grita
s Se
ktor
Pub
lik I
ndon
esia
Fakt
a K
orup
si D
alam
Lay
anan
Pub
lik
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Skor Integritas Publik
Skor Integritas Publik merupakan skor yang didapat berdasarkan nilai rata-rata dari dua unsur yakni nilai Pengalaman Integritas (Experienced Integrity) dan nilai Potensi Integritas (Potential Integrity) dengan bobot yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil kompilasi pendapat dari 21 pakar, diperoleh angka 0,705 untuk Bobot Pengalaman Integritas dan 0,295 untuk Bobot Potensi Integritas.
Untuk skala 1-10, skor rata-rata Integritas Sektor Publik Indonesia Tahun 2007 adalah 5,53. Skor rata-rata tersebut dianggap masih cukup rendah. Sebagai acuan, rata-rata nilai integritas di Korea untuk tahun 2006 adalah 8,77. Rincian Skor integritas sektor publik per instansi dan per unit layanan adalah sebagai berikut :
Nilai 5,53 tersebut diperoleh dari hasil survei yang dilakukan di 30 instansi publik dengan sampel 65 unit layanan. Skor integritas dari suatu instansi, merupakan hasil dari kompilasi skor integritas dari setiap unit layanan yang disurvei di instansi tersebut. Rincian peringkat Unit
Departemen/instansi
Badan Kepegawaian Negara
Departemen Dalam Negeri
PT. PERTANI
Departemen Perdagangan
TASPENDepartemen Koperasi UKMBadan Pengawasan Obat dan MakananDepartemen Pendidikan Nasional
PT. ASKES Jasa Raharja Badan Kordinasi Penanaman ModalDepartemen Sosial
Departemen Perindustrian
TELKOM
Departemen Keuangan
PERTAMINA
Bank Rakyat IndonesiaRumah Sakit Cipto Mangunkusumo
PT.JAMSOSTEK
Departemen Kelautan dan Perikanan
Mahkamah Agung
Departemen Kesehatan
PT. Perusahaan Listrik Negara
Departemen Agama
Departemen Tenaga Kerja danTransmigrasiKepolisian Republik Indonesia
PT. Pelabuhan Indonesia II
Departemen Perhubungan
Badan Pertanahan Nasional
Departemen Hukum dan HAM
Unit layanan di Departemen/Instansi Bersangkutan
Pengangkatan PNS Kenaikan PangkatMutasi PensiunPengurusan DAU, DAK dan Dana Perimbangan Daerah Persetujuan Eselon I dan IIPengurusan Program Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kota Program PPMK Pengurusan Program Sarana Prasarana Daerah Distribusi dan Produksi pupuk, beras, benih padi dan palawija, pestisida dan bahan kimia, alat mesin pertanian Jasa perdangangan hasil bumi Pelayanan Perdagangan Dalam Negeri Pendaftaran keagenan/DistributorPelayanan Perdagangan Luar Negeri : Layanan Perizinan Ekspor Tabungan PensiunPenjamin ModalPengawasan Trapetik ,Napza ,TradisionalIzin/Akre ditasi TK, SD, SLTP, SLTA, Umum dan Khusus, PTS /Sertifikasi Guru Izin Pendidikan Luar Sekolah Pengurusan Penggunaan Askes Klaim Kecelakaan Izin PMA /PMDNPanti Rehabilitasi Sosial /Panti Asuhan dan Jompo/Penyantunan Veteran dan CacatPemberdayaan Masyarakat (KUBE)SIUP dan TDPMetrologi/TeraPemasangan Baru Pemutusan Penyambungan Kembali PajakCukai/Bea masuk Distribusi dan Jaringan dan Jaringan Pelayanan Domestik /Distribusi dan Pemasaran BBMDistribusi dan Pemasaran Non BBMPeminjaman Modal Pelayanan ASKESKIN Pelayanan Rawat Inap Pelayanan Rawat Jalan Jaminan Hari Tua dan Tabungan Perumahan Asuransi Kecelakaan Kerja Asuransi Kesehatan Tenaga KerjaBongkar Muat ,Cold Storage,dllIzin Pengembangan Usaha Perikanan/Izin Pelayanan usaha Penangkapan/ Izin Kapal PerikananBanding Peninjauan Kembali PK (Putusan Pengandilan)Penetapan hukum Tetap Kasasi Izin Pendirian Rumah Sakit,Izin praktek Dokter/ Izin Penempatan DokterIndustri farmasi/Izin Pendirian Apotik/Rumah Obat, Izin Penyarluran alat Kesehatan dan Obat/Izin Edar Alat Kesehatan dan Obat.Izin Penyambungan Dan Pemasangan Listrik Pelayanan Gangguan Penambahan DayaPelayanan HajiAdministrasi PernikahanPengurusan PJTKI Pelayanan TKI di Terminal 3Tindak Pidana Umum, Tindak Pidana Khusus, Narkoba dan LakalantasRetribusi STNK dan BPKB/SIM/STNK/BPKBJasa Kepelabuhan Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan Izin Usaha Angkutan Darat/Laut (Pelayaran), Udara (Penerbangan)Izin Trayek Angkutan Darat Antar Provinsi Izin Pengujian Kelayakan Kendaraan Angkatan Umum Darat (KIR)Setifikat Tanah/Penggabungan Sertifikat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama Kali Kenotariatan Keimigrasian/PasporLembaga Pemasyarakatan
SkorIntegritas
6,31
6,25
6,17
6,17
6,12 6,09 6,096,02
5,975,945,87 5,86
5,84
5,75
5,73
5,69
5,63 5,62
5,62
5,41
5,28
5,25
5,16
5,15
4,85
4,81
4,76
4,24
4,16
4,15
Skor Integritas Unit Layanan
6,186,376,236,476,28 6,346,196,176,28
6,12 6,08 6,44 6,12 6,09 6,095,856,215,975,94 5,87 5,83 5,87 5,60 6,315,60 6,026,12 5,965,50 5,45
5,955,63 5,60 5,575,695,63 5,655,584,90 5,59
4,965,235,645,29 5,44 4,98
4,52 5,475,42 5,504,856,253,455,084,624,884,724,224,903,994,094,234,134,214,33
Peringkat Unit Layanan
1239174
11136
16192
15171827102124262825355
362014224043
23323439293330385237
504731464449
57424541548
65485653556051646359626158
Peringkat
1
2
3
4
5678
9101112
13
14
15
16
1718
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 7
Inte
grita
s Se
ktor
Pub
lik I
ndon
esia
Fakt
a K
orup
si D
alam
Lay
anan
Pub
lik
Layanan berurut dari 65 unit layanan yang disurvei adalah sebagai berikut :
• Datamenunjukkanbahwadalamsatuinstansi,terdapatunitlayananyangberadapadaperingkat yang baik dan unit layanan yang berada di peringkat buruk (misalnya, Unit Layanan di Departemen Tenaga Kerja). Di samping itu ada instansi yang seluruh unit layanannya berada di peringkat baik (misalnya, Unit Layanan di Badan Kepegawaian Negara). Namun yang lebih memprihatinkan adalah apabila seluruh unit layanan yang menjadi sampel di suatu instansi berada pada peringkat yang buruk (misalnya Unit Layanan di Departemen Hukum dan HAM).
• Dari tabel terlihatbahwaUnit PelayananTKIdiTerminal III (Skor Integritas: 3,46)olehDepartemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Unit Pelayanan Izin Pengujian Kelayakan Kendaraan Angkutan Umum Darat (KIR) (Skor Integritas: 3,99) oleh Departemen Perhubungan adalah Unit Layanan yang memiliki skor integritas paling rendah dengan nilai dibawah 4,00. Unit-Unit Layanan yang nilai skor integritasnya dibawah nilai rata-rata jumlahnya ternyata masih sangat banyak yaitu 26 Unit Layanan dari 65 unit layanan yang disurvei.
• Disampingnilaiskorintegritasyangrendaholehsebagianunitlayanan,sekitar30,7%dariunit layanan yang disurvei mampu mencapai nilai 6 (diatas nilai rata-rata 5,53). Namun demikian, nilai integritas tersebut belum cukup menunjukkan bahwa pelayanan publik di unit layanan tersebut telah berjalan dengan baik.
Beberapa catatan yang bisa dijadikan bahan pertimbangan mengapa skor integritas di unit layanan-unit layanan tertentu lebih tinggi, terutama untuk skor integritas yang nilainya lebih dari 6,00 adalah sebagai berikut:
1. Pengguna layanan pada Unit Layanan yang dinilai adalah sama-sama aparat pemerintah (PNS), dimana komunikasi lebih mudah, rutin dan telah dengan baik terjalin, sehingga pengguna lebih biasa mendapatkan pelayanan sesuai dengan prosedur;
2. Pengguna layanan yang berasal dari PNS memiliki “toleransi” dalam menjawab pertanyaan yang bertujuan menilai integritas suatu unit layanan dengan petugas yang berasal dari sesama PNS;
3. Pengguna layanan terbiasa mendapatkan pelayanan yang periodik (misal tiap tahun) dari unit layanan yang dinilai sehingga proses pelayanan berjalan sesuai dengan prosedur yang sama setiap tahunnya;
4. Pengguna layanan adalah sebuah lembaga/organisasi/unit kerja sehingga pelayanan yang diberikan oleh unit layanan akan sesuai dengan prosedur;
5. Pengguna layanan yang merupakan lembaga/organisasi/unit kerja memiliki orang-orang yang bertugas secara tetap/rutin berhubungan dengan unit layanan, sehingga network/jaringan yang terjalin menjadi solid/kuat, akibatnya penerima layanan merasa tidak menemui kesulitan dalam pengurusan layanannya.
Dengan keterangan tersebut, ada kemungkinan bahwa apabila unit layanan melayani orang yang belum terbiasa mendapatkan pelayanan di sana, bukan mendapatkan layanan secara periodik, atau bukan melayani sesama organisasi/lembaga pemerintah, dimungkinkan terdapat “perbedaan” dalam perlakuan pemberian layanan. Berdasarkan uraian mengenai skor integritas tersebut, tabel berikut menjelaskan mengenai kondisi unit layanan di masing-masing instansi. Beberapa instansi diharapkan memberikan perhatian lebih kepada unit layanannya karena keseluruhan unit layanan yang dijadikan sam-
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 20078
Inte
grita
s Se
ktor
Pub
lik I
ndon
esia
Fakt
a K
orup
si D
alam
Lay
anan
Pub
lik
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
pel nilainya di bawah rata-rata. Sedangkan instansi dengan unit layanan sampelnya yang memiliki skor integritas di atas rata-rata sebaiknya terus meningkatkan kualitas layanan yang diberikan, mengingat skor integritas maksimal adalah 10. Artinya skor integritas yang dimiliki saat ini walaupun nilainya di atas rata-rata sampel, namun dari sisi kualitas masih jauh dari sempurna.
Nilai integritas yang diperoleh di tiap departemen, merupakan akumulasi dari nilai Potensi integritas dan pengalaman integritas dari tiap-tiap unit layanan yang dijadikan sampel. Nilai rata-rata Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 sebesar 5,53 tersebut diperoleh dengan memperhitungkan nilai rata-rata pengalaman integritas yang berjumlah 5,34 dan nilai rata-rata potensi integritas yang berjumlah 6,00. Terlihat bahwa nilai rata-rata potensi integritas lebih tinggi dari pengalaman integritas. Kondisi ini sedikit berbeda dengan yang dihasilkan oleh survei sejenis di Korea (sejak tahun 2002 hingga 2006,
Skor Integritas Total
Skor Intergritas Departemen/Instansi di atas rata-rata
Skor Intergritas Departemen/Instansi di bawah rata-rata
Skor Intergritas Unit Layanan Sampel yang berada diDepartemen/Instansibersangkutan seluruhnya di atas rata-rata
Skor Intergritas Unit Layanan Sampel yang berada diDepartemen/Instansibersangkutan sebagian di atas rata-rata sebagian di bawah rata-rata
Skor Intergritas Unit Layanan Sampel yang berada diDepartemen/Instansibersangkutan seluruhnya di bawah rata-rata
Jumlah Departemen/
Instansi
19
11
17
5
8
Nama Departemen/Instansi
Badan Kepegawaian Negara, Departemen Dalam Negeri, PT. PERTANI, Depatemen Perdagangan, TASPEN, Departemen Koperasi & UKM, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Pedidikan Nasional, PT. ASKES, JASA RAHARJA, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Departemen Sosial, Departemen Perindustrian, PT. TELKOM, Departemen Keuangan, PERTAMINA, Bank Rakyat Indonesia, RSCM, PT. JAMSOSTEK.
Depatemen Kelautan dan Perikanan, Mahkamah Agung, Departemen Kesehatan, PT. PLN,Departemen Agama, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, POLRI, PT. Pelabuhan Indonesia II, Departemen Perhubungan, Badan Pertanahan Nasional, Departemen Hukum dan HAM
Badan Kepegawaian Negara, Departemen Dalam Negeri, PT. PERTANI, Depatemen Perdagangan, TASPEN, Departemen Koperasi & UKM, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Pendidikan Nasional , PT. ASKES, JASA RAHARJA, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Departemen Sosial, Departemen Perindustrian, PT TELKOM, Bank Rakyat Indonesia, RSCM, PT. JAMSOSTEK.
Departemen Keuangan, PERTAMINA, Departemen Kelautan dan Perikanan, Mahkamah Agung,Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Departemen Kesehatan, PT. PLN, Departemen Agama, POLRI, PT. Pelabuhan Indonesia II,Departemen Perhubungan, Badan Pertanahan Nasional, Departemen Hukum dan HAM.
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 9
Inte
grita
s Se
ktor
Pub
lik I
ndon
esia
Fakt
a K
orup
si D
alam
Lay
anan
Pub
lik
nilai rata-rata potensi integritas di Korea lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata pengalaman integritasnya). Hal ini dapat diartikan bahwa :
1. Meskipun nilai rata-rata potensi integritas Indonesia masih rendah yakni hanya 6,00 namun setidaknya menunjukkan bahwa secara umum telah tersedia sistem dan lingkungan yang berpotensi mendukung terselenggaranya transparansi dan profesionalitas petugas dalam melayani masyarakat. Namun demikian, tersedianya sistem ini belum cukup untuk membendung terjadinya suap dalam pemberian layanan (ditunjukkan dengan lebih rendahnya nilai Pengalaman Integritas dibandingkan dengan Nilai Potensi Integritas);
2. Masyarakat menilai bahwa meskipun sistem dan fasilitas telah telah tersedia namun tetap tidak memadai untuk mendukung terselenggaranya pelayanan yang diharapkan oleh pengguna;
3. Perlu adanya mekanisme yang benar-benar mendorong agar sistem yang sudah tersedia dapat bekerja sesuai peruntukannya, sehingga fasilitas dan atau standar baku operasional yang sudah disusun tidak menjadi hiasan belaka.
Instansi dengan nilai potensi integritas tertinggi adalah Badan Kepegawaian Negara (BKN) dengan nilai 7,34. Sayangnya nilai potensi yang telah relatif baik ini tidak diikuti oleh nilai pengalaman integritas yang hanya berada di peringkat ke enam dengan nilai 5,89. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun responden menilai Badan Kepegawaian Negara (BKN) telah memiliki sistem administrasi, lingkungan kerja dan berbagai perangkat yang berpotensi mendukung terciptanya integritas dalam layanan, namun ternyata seluruh kelengkapan tersebut diangap penggunanya kurang mampu menghasilkan pelayanan yang adil, transparan dan terukur (accountable). Untuk nilai pengalaman integritas dan potensi integritas di tiap-tiap instansi yang disurvey dapat terlihat dalam tabel berikut :
Dalam tabel tersebut juga terlihat bahwa Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) memiliki skor integritas yang sama dengan Departemen Koperasi dan UKM. Nilai potensi integritas BPOM cukup baik 6,81 dan berada di peringkat dua namun karena karena nilai pengalaman integritasnya yang rendah membuat secara keseluruhan integritas pelayanan BPOM hanya berada di peringkat tujuh.
Departemen/Lembaga
Badan Kepegawaian Negara Departemen Dalam NegeriPT. PERTANI Departemen Perdagangan TASPEN Departemen Koperasi & UKMBadan Pegawasan Obat dan Makanan Departemen Pendidikan Nasional PT. ASKES Jasa Raharja Badan Koordinasi Penanaman Modal Departemen Sosial Departemen Perindustrian TELKOM Departemen Keuangan PERTAMINA Bank Rakyat Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo PT. JAMSOSTEK Departemen Kelautan dan Perikanan Mahkamah Agung Departemen Kesehatan PT. Perusahaan Listrik Negara Departemen Agama Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kepolisian Republik Indonesia PT. Pelabuhan Indonesia Departemen Perhubungan Badan Pertanahan NasionalDepartemen Hukum dan HAM
Skor ExperiencedIntegrity
Departemen
5,89 6,14 6,02 5,99 6,02 5,91 5,79 5,82 5,80 5,82 5,73 5,65 5,52 5,49 5,60 5,44 5,40 5,55 5,52 5,28 5,30 4,85 4,95 4,92 4,40 4,80 4,50 4,18 3,88 3,92
Rank Potensial Integrity Departemen
1863
10527
1114161249
18131721202226152423192725302829
Skor IntegritasDepartemen
6,316,256,176,176,126,096,096,025,975,945,875,865,845,755,735,695,635,625,625,415,285,255,165,154,854,814,764,244,164,15
Rank Departemen
123456789
101112131415161718192021222324252627282930
Rank untukExperienced Integrity
Departemen
612435
10897
1112151713181914162120242223272526283029
Skor Potensial
Integrity Departemen
7,346,496,526,596,376,526,816,496,376,226,206,356,596,386,056,296,195,805,845,725,246,215,645,715,934,845,394,384,844,70
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200710
Inte
grita
s Se
ktor
Pub
lik I
ndon
esia
Fakt
a K
orup
si D
alam
Lay
anan
Pub
lik
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terlihat ketika membandingkan nilai pengalaman integritas dan potensi integritas di tiap unit layanan. Seperti yang terlihat dalam tabel pada halaman berikut.
Layanan-layanan seperti layanan pensiun dan layanan perijinan ekspor mempunyai nilai potensi yang lebih baik dibandingkan dengan nilai pengalamannya. Hal yang berbeda dialami oleh unit layanan di Mahkamah Agung (MA), 3 dari 4 unit layanan di Mahkamah Agung memiliki nilai potensi integritas yang lebih kecil dari nilai pengalaman. Secara substantif hal ini menjelaskan bahwa buruknya potensi integritas pada 3 unit layanan di MA tersebut dapat disebabkan karena lemahnya dukungan sistem dan lingkungan kerja yang tidak mendukung tercegahnya perilaku koruptif. Sebagaimana diketahui, sistem administrasi, lingkungan kerja, perilaku petugas dan adanya upaya pencegahan korupsi merupakan indikator-indikator yang menentukan nilai dari potensi integritas.
Unit Layanan di Departemen/Instansi bersangkutan
Pensiun Pelayanan Perdagangan Luar Negeri : Layanan Perizinan EksporKenaikan Pangkat Persetujuan Eselon I dan II Metrologi/Tera Distribusi dan Produksi pupuk, beras, benih padi dan palawija, pestisida dan bahan kimia, alat mesin pertanianPengurus DAU, DAK dan Dana Perimbangan Daerah Pengurusan PJTKI Mutasi Izin Pendidikan Luar Sekolah Pengurusan Program Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kota Program PPMK Pengangkatan PNS Pengurusan Program Sarana Prasarana Daerah Penyambungan Kembali Tabungan Pensiun Jasa Perdagangan Hasil Bumi Penjamin Modal Pengawasan Trapetik, Napza, Tradisional Pelayanan Perdagangan Dalam Negeri : Pendaftaran Keagenan/Distributor Pemutusan Pengurusan Penggunaan Askes Pajak Distribusi dan Pemasaran Non BBM Klaim Kecelakaan Pemberdayaan Masyarakat (KUBE) Izin PMA/PMDN Izin/Akreditas TK, SD, SLTP, SLTA Umum dan Khusus, PTS/Sertifikat Guru Panti Rehabilitasi Sosial/Panti Asuhan dan Jompo/Penyantunan Veteran dan Cacat Pelayanan Rawat Jalan Asuransi Kecelakaan Kerja Penetapan Hukum Tetap Peminjaman Modal Jaminan Hari Tua dan Tabungan Perumahan Pelayanan ASKESKIN SIUP dan TDP Pemasangan Baru Izin Pengembangan Usaha Perikanan/Izin Pelayanan UsahaPenangkapan/Izin Kapal Perikanan Asuransi Kesehatan Tenaga Kerja Pelayanan Rawat Inap Cukai/Bea Masuk Pelayanan Haji Pelayanan Gangguan Distribusi dan Jaringan Pelayanan Domestik/Distribusi danPemasaran BBM Izin Pendirian Rumah Sakit, Izin Praktek Dokter/Izin Penempatan Dokter Penambahan Daya Kasasi Peninjauan Kembali PK (Putusan Pengadilan)Tindak Pidana Umum, Tindak Pidana Khusus, Narkoba danLakalantas Industri Farmasi/Izin Pendirian Apotik/Rumah Obat, IzinPenyaluran Alat Kesehatan dan Obat/Izin Edar Alat Kesehatan dan Obat Banding Izin Trayek Angkutan Darat antar Provinsi Bongkar Muat, Cold Storage, dllJasa Kepelabuhan Administrasi Pernikahan Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan Retribusi STNK dan BPKB/SIM/STNK/BPKBIzin Penyambungan dan Pemasangan Listrik Lembaga Pemasyarakatan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama Kali Izin Usaha Angkutan Darat/Laut (Pelayaran)/Udara (Penerbangan) Keimigrasi/Paspor Kenotariatan Sertifikat Tanah/Penggabungan Sertifikat Izin Pengujian Kelayakan Kendaraan Angkutan Umum Darat (KIR)Pelayanan TKI di Terminal 3
Departemen/Instansi
Badan Kepegawaian Negara Departemen Perdagangan Badan Kepegawaian Negara Departemen Dalam NegeriDepartemen Perindustrian PT. PERTANI
Departemen Dalam NegeriDepartemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Badan Kepegawaian Negara Departemen Pendidikan Nasional Departemen Dalam Negeri
Badan Kepegawaian Negara Departemen Dalam NegeriTELKOM TASPEN PT. PERTANI Departemen Koperasi & UKMBadan Pegawasan Obat dan Makanan Departemen Perdagangan
TELKOMPT. ASKES Departemen Keuangan PERTAMINA Jasa Raharja Departemen Sosial Badan Koordinasi Penanaman Modal Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Sosial
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo PT. JAMSOSTEK Mahkamah AgungBank Rakyat Indonesia PT. JAMSOSTEK Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Departemen Perindustrian TELKOM Departemen Kelautan dan Perikanan
PT. JAMSOSTEK Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Departemen Keuangan Departemen Agama PT. Perusahaan Listrik Negara PERTAMINA
Departemen Kesehatan
PT. Perusahaan Listrik Negara Mahkamah Agung Mahkamah Agung Kepolisian Republik Indonesia
Departemen Kesehatan
Mahkamah Agung Departemen Perhubungan Departemen Kelautan dan Perikanan PT. Pelabuhan Indonesia II Departemen Agama PT. Pelabuhan Indonesia II Kepolisian Republik Indonesia PT. Perusahaan Listrik Negara Departemen Hukum dan HAMBadan Pertanahan Nasional Departemen Perhubungan Departemen Hukum dan HAMDepartemen Hukum dan HAMBadan Pertanahan Nasional Departemen Perhubungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
SkorExperience Integrity
6,086,065,956,205,976,11
6,215,825,806,016,10
5,716,085,906,025,995,915,795,97
5,895,805,905,825,825,715,735,65
5,54
5,605,605,665,405,565,525,305,295,46
5,445,525,295,335,125,09
4,99
5,305,315,385,05
4,65
4,844,944,774,534,564,494,624,372,964,024,335,433,823,743,822,99
SkorPotential Integrity
7,407,357,386,677,136,71
6,457,297,276,686,42
7,306,406,656,376,436,526,816,34
6,336,376,106,276,226,266,206,33
6,52
5,925,765,606,195,805,796,326,335,91
5,925,686,005,916,306,30
6,53
5,725,244,885,15
5,77
5,244,835,205,715,555,274,624,883,664,733,976,144,874,944,414,56
SkorIntegritas Unit
Layanan
6,476,446,376,346,316,28
6,286,256,236,216,19
6,186,176,126,126,126,096,096,08
6,025,975,965,955,945,875,875,85
5,83
5,695,655,645,635,635,605,605,605,59
5,585,575,505,505,475,45
5,44
5,425,295,235,08
4,98
4,964,904,904,884,854,724,624,524,334,234,224,214,134,093,993,45
PeringkatIntegritas Unit
Layanan
123456
789
1011
1213141516171819
2021222324252627
28
293031323334353637
383940414243
44
45464748
49
50515253545556575859606162636465
(* Tabel diatas merupakan penjabaran dari Layanan berurut dari 65 unit layanan yang terdapat pada halaman 7)
Pengalaman Integritas(Experienced Integrity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200712
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
I. Pengalaman Integritas (Experienced Integrity)
Pengalaman Integritas (Experienced Integrity) merupakan salah satu unsur penyusun skor integritas publik. Experienced Integrity disusun dari indikator Pengalaman Korupsi (Experienced Corruption) dengan bobot 0,748 dan Cara Pandang terhadap Korupsi (Perceived Corruption) dengan bobot 0,252.
Nilai rata-rata experienced integrity dari 65 unit layanan dan 30 instansi yang disurvei adalah 5,34. Nilai rata-rata tersebut masih sangat rendah, terutama bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga melakukan survei integritas sektor publik di negaranya, misalnya Korea yang nilainya sudah hampir mendekati sempurna yakni 9,14.
Sebagai gambaran, akan ditunjukkan 5 instansi dan 5 unit layanan yang memiliki skor experienced integrity terbaik dan terburuk dalam pelayanan publik tahun 2007. Nilai yang cukup tinggi dengan skor experienced integrity di atas 6,00 (rata-rata 5.34) hanya dapat dicapai oleh 3 instansi, dan nilai yang buruk dengan skor experienced integrity di bawah 4,00 masih diduduki oleh 2 instansi.
DEPDAGRI (dengan 4 unit layanan sampel), PT. PERTANI (dengan 2 unit layanan sampel) dan PT. TASPEN (dengan 1 unit layanan sampel) adalah instansi dengan skor experienced integrity di atas 6,00. Sedangkan Badan Pertanahan Nasional (dengan 2 unit layanan sampel) dan Departemen Hukum dan HAM (dengan 3 unit layanan sampel) merupakan instansi dengan nilai skor experienced integrity terendah yaitu di bawah 4,00.
Experienced Integrity berdasarkan Departemen/Instansi (5 tertinggi dan 5 terendah)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 13
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Dalam rangka memperdalam analisa, 5 unit layanan dengan skor experienced integrity tertinggi dan terendah akan ditunjukkan dalam gambar berikut.
Gambar ini menjelaskan bahwa terdapat 2 unit layanan DEPKUMHAM (dari 3 unit layanan sampel) yang berada pada peringkat experienced integrity lima terendah. Kondisi ini harus mendapat perhatian serius dari DEPKUMHAM dan segera diupayakan untuk dilakukan perbaikan-perbaikan.
Kondisi sebaliknya terjadi di seluruh unit layanan sampel DEPDAGRI (4 unit layanan) yang mendapatkan skor experience integrity tertinggi. Kondisi ini seharusnya tidak membuat DEPDAGRI menjadi cepat berpuas diri, akan lebih baik jika DEPDAGRI melakukan evaluasi terhadap penilaian ini untuk kemudian mengidentifikasi aspek mana yang menyebabkan penilaian menjadi lebih tinggi, dan adakah hal lain yang jika dibiarkan akan mengurangi penilaian skor experience integrity ini di masa yang akan datang. Evaluasi tersebut tentunya juga menilai apakah memang pelayanan yang diberikan sudah cukup baik, ataukah pengguna layanan memiliki “hubungan yang baik dan menguntungkan” dengan unit-unit layanan yang diberikan oleh DEPDAGRI sehingga berpengaruh terhadap penilaian mereka terhadap layanan yang diberikan oleh DEPDAGRI.
Bagian selanjutnya akan membahas 2 indikator experienced integrity yang terdiri dari cara pandang masyarakat terhadap korupsi dan pengalaman masyarakat terhadap korupsi dengan lebih detail.
Experienced Integrity berdasarkan Unit Layanan(5 tertinggi dan 5 terendah)
Angkutan
5.50
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200714
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
I. 1. Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Pelayanan Publik
Yang dimaksud dalam cara pandang disini adalah bagaimana masyarakat memandang korupsi di lembaga pelayanan publik, termasuk tingkat toleransinya dan menilai pemahaman masyarakat mengenai apakah imbalan yang mereka berikan diluar tarif resmi kepada petugas layanan mereka anggap suap atau bukan.
Masyarakat Indonesia ternyata memiliki toleransi yang cukup tinggi dalam memandang korupsi di lembaga pelayanan publik. Penilaian dilakukan berdasarkan bagaimana masyarakat memandang pemberian imbalan dalam pengurusan layanan, maksud pemberian imbalan, dan mengenai tingkat keseriusan korupsi di unit layanan yang mereka datangi.
Sebanyak 45 persen masyarakat pengguna layanan publik memandang bahwa pemberian imbalan atau lainnya pada suatu instansi merupakan hal yang wajar dalam proses pengurusan pelayanan. Artinya, pemberian imbalan dalam pengurusan layanan dianggap oleh 45 persen pengguna layanan sebagai hal yang biasa dilakukan dan bisa diterima apabila yang bersangkutan sedang mengurus layanan. Pendapat tersebut tentunya dipengaruhi oleh kondisi dan pengalaman selama bertahun-tahun yang terjadi dalam pelayanan publik di Indonesia. Secara lebih spesifik, tingginya toleransi masyarakat dalam memandang korupsi di pelayanan publik berbeda terhadap setiap unit layanan. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa unit layanan tertentu memang sudah sangat terbiasa dan wajar menerima imbalan dari pengguna layanan publik. Lihat gambar berikut.
Apakah pemberian imbalan atau lainnya pada unit layanan merupakan hal yang wajar dalam proses pengurusan layanan ?
Ya
Bongkar Muat, Cold Storage, dll(Dept. Kelautan & Perikanan)
Izin usaha angkutan darat/pelayaran/penerbangan (Dept. Perhubungan)
Jasa Kepelabuhan (PT. Pelindo II)
Pemberdayaan Masyarakat/Kube(Dept. Sosial)
Izin pengembangan usaha perikanan/Pelayanan usaha penangkapan /Kapal
Jasa gudang/ Usaha penumpukan(PT. Pelindo II)
Pemasangan baru telpon (TELKOM)
Dist. & Jaringan layanan domestik/Dist. & Pemasaran BBM (Pertamina)
Peminjaman modal (BRI)
0%
Tidak
100%50%
100
97
97
3
3
88 12
94 6
80 20
79 21
75 25
77 23
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 15
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Ternyata unit layanan Bongkar muat, cold storage, dll yang berada di Departemen Kelautan merupakan unit layanan di mana masyarakat pengguna layanannya merasa sangat wajar memberikan imbalan dalam proses pengurusan layanan. Bahkan di unit layanan ini seluruh responden (100 persen) selalu memberi imbalan atau lainnya di luar biaya resmi yang harus mereka bayarkan. Kondisi yang tidak jauh berbeda juga dirasakan oleh pengguna layanan di Izin usaha angkutan darat / pelayaran / penerbangan (Dephub), Jasa Kepelabuhanan (dari PT. Pelindo II), dan Pemberdayaan Masyarakat/Kube (Depsos) di mana hampir seluruh (lebih dari 90 persen) masyarakat pengguna layanannya menganggap memberikan imbalan adalah suatu yang wajar mereka lakukan jika mengurus layanan di unit-unit layanan tersebut. Lima jenis layanan lain dalam gambar merupakan layanan-layanan di mana lebih dari 75 persen masyarakat pengguna layanannya merasa biasa memberikan imbalan atau lainnya pada saat melakukan pengurusan layanan di unit-unit layanan tersebut. Pada unit-unit layanan sampel yang lain (56 unit layanan) jawaban dari masyarakat yang menyatakan bahwa pemberian imbalan dalam proses pengurusan layanan adalah wajar berkisar antara 3 s/d71 persen.
Di luar jawabanwajardaripengguna layanan,mayoritaspengguna layanan (97%)diUnit layanan perdagangan dalam negeri merasa bahwa pemberian imbalan merupakan hal yang tidak wajar. Artinya, masyarakat pengguna layanan di unit ini sudah memberikan sinyal yang nyata bahwa unit layanan yang mereka manfaatkan harus transparan dalam mengenakan tarif.
Bila unit layanan yang dimaksud telah terbiasa dalam sistem pemberian imbalan ini, maka keberatan pengguna layanan dalam memberikan imbalan terhadap proses pengurusan layanan sejatinya dapat langsung ditindaklanjuti dengan melakukan berbagai perubahan dan segera melakukan survei kepuasan pelanggan untuk mengevaluasi sejauh mana kelemahan unit layanan tersebut. Namun bila unit layanan ini tidak juga mencanangkan perubahan, akan sangat jelas bahwa tidak ada komitmen dari pimpinan unit layanan tersebut untuk berubah dan membenahi diri, dan sudah selayaknya bagi KPK untuk mencermati fenomena tersebut.
Apakah pemberian imbalan atau lainnya pada instansi merupakan hal yang wajar dalam proses pengurusan layanan ?
Dept. Kelautan dan Perikanan
PT. Pelindo II
Departemen Sosial
BRI
Departemen Perhubungan
0% 100%50%
91 9
84 16
82 18
71 29
75 25
TidakYa
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200716
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Lembaga Pemasyarakatan (Dept. Hukum & HAM)
Peninjauan Kembali PK (MA)
Retribusi STNK/BPKB/SIM (POLRI)
Tindak pidana umum, khusus, narkoba, lakalantas (POLRI)
KIR (Dept. Perhubungan)
Izin usaha angkutan darat/pelayanan/penerbangan (Dept. Perhubungan)
0% 100%50%
56 44
58
77
42
23
55 45
53 47
55 45
Bila dilihat berdasarkan instansi, terlihat bahwa masyarakat pengguna layanan memandang sangat wajar pemberian imbalan dalam proses pengurusan layanan terutama untuk unit-unit layanan yang berada di Departemen Kelautan dan Perikanan, PT. Pelindo II, Departemen Sosial, BRI dan Departemen Perhubungan. Kondisi ini hanya menggambarkan bahwa lebih dari 70 persen masyarakat pengguna layanan di instansi-instansi tersebut merasa wajar memberikan imbalan dalam proses pengurusan layanan di luar biaya resmi yang mereka bayarkan. Untuk 25 instansi sampel yang lain, persentase masyarakat pengguna layanan yang menganggap bahwa pemberian imbalan pada suatu instansi merupakan hal wajar dalam pengurusan layanan berada pada tingkat 13-70 persen.
Sebagianbesar(66%)penggunalayananmenganggapberbagaibentukimbalanyangdiberikan dalam proses pengurusan layanan sebagai tanda terimakasih atas pelayanan yang diberikan. Sisanya menganggap sebagai tambahan upah kerja, pelicin proses pelayanan atau sebagai kompensasi kekurangan persyaratan administratif. Kondisi semacam ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sudah sangat terbiasa memberikan imbalan sebagai kompensasi dari layanan yang mereka terima. Artinya, mereka kurang memahami bahwa layanan yang mereka terima tersebut merupakan hak yang memang seharusnya mereka terima. Sementara pihak pemberi layanan pun tidak memahami bahwa mereka memang memiliki kewajiban dan tugas untuk memberi layanan. Kekurangpahaman masyarakat terhadap tugas dan kewajiban pemberi layanan membuat mereka merasa berhutang budi sehinga mereka membalas layanan yang telah mereka terima dengan memberikan imbalan kepada pemberi layanan tersebut. Kebiasaan ini terjadi, kemungkinan disebabkan oleh paradigma lama di mana birokrat biasa dihormati masyarakat, sehingga cara pandang masyarakat mengenai peran birokrat yang seharusnya sebagai pelayan masyarakat susah untuk diubah. Akan sangat memudahkan jika di dalam lingkungan birokrasi sendiri ditumbuhkan paradigma baru bahwa mereka adalah pengabdi dan pengayom masyarakat, dan tidak menganggap bahwa masyarakat yang datang untuk meminta layanan adalah beban yang mengganggu atau dijadikan sebagai “sumber mata pencaharian” baru.
Berdasarkan data dari tiap unit layanan, 26 unit layanan menyatakan bahwa lebih dari 70 persen masyarakat pengguna layanannya memandang bahwa memberikan imbalan sebagai wujud ucapan terimakasih. Namun ternyata masyarakat ada yang memandang bahwa memberikan imbalan kepada petugas layanan merupakan tambahan upah kerja. Namun yang lebih memprihatinkan adalah masyarakat pengguna layanan di unit layanan tertentu memandang bahwa imbalan diberikan secara sengaja kepada petugas layanan adalah sebagai pelicin dari proses layanan.
Bentuk imbalan yang diberikan sebagai “Pelicin Proses Pelayanan”
TidakYa
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 17
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Data menunjukkan bahwa unit layanan dimana lebih dari 50 persen penggunanya berpendapat bahwa pemberian imbalan ditujukan sebagai pelicin proses pelayanan, umumnya adalah unit layanan di bidang penegak hukum. Empat besar dari 6 unit layanan yang oleh sebagian besar penggunanya harus diberi imbalan lebih supaya proses pelayanan lancar adalah Lembaga Pemasyarakatan (DepkumHam); Peninjauan Kembali PK (MA); Retribusi STNK/BPKB/SIM (POLRI); dan Layanan Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkoba dan Lakalantas (POLRI). Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan mengingat harusnya lembaga penegak hukum adalah yang memimpin di depan upaya-upaya penindakan dan pencegahan korupsi.
Untuk memperkuat data mengenai besarnya toleransi masyarakat terhadap korupsi di pelayanan publik Indonesia, masyarakat pengguna layanan diminta berpendapat mengenai tingkat keseriusan korupsi dalam pelayanan publik yang mereka terima. Ternyata memang terbukti bahwa 77 persen pengguna layanan publik menganggap bahwa tingkat korupsi di pelayanan publik belum serius dan hanya 27 persen yang menganggap tingkat korupsi di layanan publik mencapai tahap serius.
Pandangan masyarakat terhadap serius tidaknya korupsi di pelayanan publik secara lebih detail berbeda untuk setiap unit layanan. Dari 65 unit layanan yang disurvei, 80 persen (52) unit layanan publik oleh masyarakat penggunanya dinilai tidak memiliki tingkat korupsi yang serius. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan, dengan rata-rata integritas yang rendah yakni 5,53, ternyata mayoritas masyarakat pengguna layanan tidak menganggap serius korupsi yang terjadi di tempat mereka mendapatkan layanan.
Hanya 20 persen (13) unit layanan yang mereka anggap memiliki tingkat korupsi yang serius. Dari 13 unit layanan tersebut, 5 unit layanan dinilai masyarakat penggunanya berada pada tingkat korupsi yang paling serius, karena lebih dari 70 persen masyarakat penggunanya menilai bahwa unit layanan yang bersangkutan memiliki tingkat korupsi yang serius. Lima unit layanan tersebut adalah Layanan TKI di Terminal III oleh Depnakertrans (93%), Lembaga Pemasyarakatan olehDepkumham (82%), Retribusi STNK/BPKB/ SIMolehPOLRI(79%),PengukurandanPemetaanKadastral/PendaftaranpertamakaliolehBPN(72%),sertaIzinTrayekAngkutanDaratantarProvinsiolehDephub(72%).
Bagaimana Tingkat Korupsipada Unit Layanan ini ?
TKI di Terminal III (Dept. Tenaga kerja & Transmigrasi)
Lembaga Pemasyarakatan (Dept. Hukum & HAM)
Retribusi STNK/BPKB/SIM (POLRI)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama kali (BPN)
Izin Trayek Angkutan Darat antar Provinsi (Dept. Perhubungan)
0% 100%50%
79 21
82 18
93 7
72 28
72 28
Tidak SeriusSerius
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200718
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
I. 2. Pengalaman Masyarakat terhadap Korupsi di Pelayanan Publik
Pengalaman korupsi yang langsung dirasakan masyarakat dalam mengurus layanan bisa ditunjukkan dalam bentuk biaya-biaya lebih yang harus dibayarkan oleh masyarakat pengguna layanan di luar biaya resmi yang ditetapkan. Dari 3611 masyarakat yang mengurus layanan, 33 persen pernah mengeluarkan biaya/imbalan tambahan di luar biaya yang berlaku. Bila diperhatikan, unit layanan yang paling sering memungut biaya lebih menurut penilaian pengguna layanan adalah Unit Layanan Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham); Bongkar Muat, Cold Storage, dll (DKP); TKI di Terminal III (Depnakertrans); serta Sertifikasi Tanah/ Penggabungan Sertifikat (BPN).
Empat belas unit layanan berikut adalah unit layanan yang lebih dari 60 persen pengguna layanannya merasakan secara langsung harus mengeluarkan biaya/ imbalan tambahan di luar biaya resmi yang harus dikeluarkan.
Lembaga Pemasyarakatan di bawah tanggung jawab Departemen Hukum dan HAM merupakan unit layanan di mana hampir seluruh pengguna layanannya harus mengeluarkan biaya/ imbalan tambahan pada saat menerima layanan. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat pengguna layanan dari Lembaga Pemasyarakatan adalah para narapidana yang dalam jangka waktu yang relatif panjang ‘diharuskan menikmati’ layanan yang diberikan oleh Unit Layanan ini. Pengeluaran biaya/imbalan tambahan yang ‘harus’ mereka rasakan tentu saja sangat memberatkan dan membebani pengguna layanan ini. Pengeluaran biaya/imbalan tambahan juga hampir dirasakan oleh seluruh pengguna layanan bongkar muat dan cold storage dari Departemen Kelautan dan Perikanan, TKI di Terminal III dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Sertifikasi Tanah dan Penggabungan Sertifikat dari BPN.
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Bongkar Muat, Cold Storage (DKP)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Sertifikat Tanah, Penggabungan Sertifikat (BPN)
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Izin KIR (Dephub)
Jasa Kepelabuhan (Pelindo II)
Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan (Pelindo II)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama (BPN)
Banding (MA)
Distribusi dan Jaringan Pelayanan Domestik/Distribusi danPemasaran BBM (Pertamina)
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkoba, Lakalantas (POLRI)
Pelayanan Gangguan (PLN)
Izin Penyambungan dan Pemasangan Listrik (PLN)
Selama menerima pelayanan di Unit Layanan ini, selain mengeluarkan biaya resmi, apakah Anda mengeluarkan biaya/imbalan tambahan ?
Tidak PernahPernah
0% 100%50%
95 5
88 12
87 13
87 13
84 16
83 17
81 19
76 24
72 28
67 33
66 34
63 37
62 38
61 39
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 19
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
5.8
47.5 2.5
Departemen Perhubungan
PELINDO II
Departemen Hukum dan HAM
Badan Pertanahan Nasional
POLRI
Perusahaan Listrik Negara
Mahkamah Agung
Departemen Agama
Departemen Tenagakerja dan Transmigrasi
0% 100%50%
76.9 5 5.84.1
76.7
2.5
2.53.2 3.8
69.2 5.81
1
79.2
50.4 5.85.4 3.7
59.5 .52.48
50.4
45.9 3.3.8
Bila diperhatikan, Departemen Perhubungan, Badan Pertanahan Nasional, PELINDO II, Departemen Hukum dan HAM dan PLN memiliki unit layanan-unit layanan sampel yang pengguna layanannya paling sering harus mengeluarkan biaya/imbalan tambahan di luar biaya resmi yang wajib mereka bayarkan dalam memperoleh layanan. Fakta ini diharapkan menjadikan instansi-instansi yang bersangkutan tergerak untuk segera mengkoreksi dan memperbaiki kualitas layanan yang mereka berikan kepada masyarakat.
Dari masyarakat yang pernah mengeluarkan biaya di luar biaya resmi yang ditentukan, umumnya berdasarkan pengalaman bentuk imbalan yang diberikan kepada petugas layanan adalah dalam bentuk uang tunai atau cek. Dari 1327 orang yang mengaku mengeluarkanbiayadiluarbiayaresmi,87,9%menyatakanbahwamerekamemberikanimbalan kepada petugas layanan dalam bentuk uang tunai/cek, dan hanya sebagian kecil yang berbentuk barang/souvenir (5,0 persen atau 62 orang), entertaint (3,5 persen atau 46 orang) atau fasilitas dan berbagai kemudahan tertentu lainnya (3,9 persen atau 52 orang).
Selama menerima layanan dari instansi ini, Selain mengeluarkan biaya resmi apakah Anda mengeluarkan biaya/imbalan tambahan ?
Menurut pengalaman Anda, imbalan dalam bentuk apakah yang diberikan kepada petugas layanan pada instansi ini ?
Departemen Perhubungan
Badan Pertanahan Nasional
PELINDO II
Departemen Hukum dan HAM
Perusahaan Listrik Negara
0% 100%50%
78 22
79 21
80 20
60 40
69 31
Tidak PernahPernah
Uang tunai/ cekBarang/ souvenirEntertaintmentFasilitas dan kemudahan lain
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200720
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Berdasarkan data menurut instansi, terlihat bahwa Departemen Perhubungan merupakan instansi yang pengguna layanannya paling banyak mengeluarkan biaya/ imbalan tambahan di luar biaya resmi baik dari sisi jenis dan jumlah.
Dari seluruh pengguna layanan di Departemen Perhubungan, 77 persen reponden mengaku memberikan imbalan atau tambahan biaya dalam bentuk uang tunai/cek, 5 persen dalam bentuk barang/souvenir, 4 persen dalam bentuk entertaint dan 6 persen dalam bentuk fasilitas dan kemudahan lainnya. Selain pengguna layanan di Departemen Perhubungan, pengguna layanan di instansi lain yang juga mengalami memberikan biaya/imbalan tambahan di luar biaya resmi dalam bentuk uang tunai/cek, barang/souvenir, entertaintment serta fasilitas dan kemudahan lain adalah PELINDO II, Departemen Hukum dan HAM, POLRI dan Mahkamah Agung. Pengguna layanan di unit layanan PLN umumnya mengeluarkan biaya tambahan atau imbalan dalam bentuk uang tunai/cek, barang/souvenir dan entertaintment. Sedangkan di Departemen Agama dalam bentuk uang tunai/cek, barang/souvenir dan entertaintment, di Departemen Tenagakerja dan Transmigrasi dalam bentuk uang tunai/cek dan entertaintment. Sedangkan pengguna layanan di unit-unit layanan pada Badan Pertanahan Nasional (BPN) 79 persen berdasarkan pengalaman mengeluarkan biaya tambahan/imbalan hanya dalam bentuk uang tunai/cek.
Menurut pengalaman Anda, apakah anda memberikan imbalan dalam bentuk uang tunai/cek kepada petugas layanan pada
unit layanan ini ? (jawaban ‘Ya’)
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Bongkar Muat, Cold Storage (DKP)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Sertifikasi Tanah, Penggabungan Sertifikat (BPN)
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Jasa Kepelabuhan (Pelindo II)
Kenotariatan (Depkumham)
Izin KIR (Dephub)
Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan (Pelindo II)
Jasa Kepelabuhan (Pelindo II)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama (BPN)
Izin Trayek Angkutan Darat antar Provinsi (Dephub)
Banding (MA)
Distribusi dan Jaringan Pelayanan Domestik/Distribusi dan Pemasaran BBM (Pertamina)
Pelayanan Gangguan (PLN)
Izin Penyambungan dan Pemasangan Listrik (PLN)
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkoba, Lakalantas (POLRI)
Penambahan Daya (PLN)
Peninjauan Kembali PK (MA)
Administrasi Pernikahan (Depag)
Industri Farmasi/Izin Pendirian Apotik (Rumah Obat) /Penyaluran Alat Kesehatan dan Obat (Depkes)
0% 100%50%
95
88
87
87
84
81
80
77
76
75
72
68
67
66
62
61
59
57
55
53
50
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 21
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Biaya/imbalan yang paling sering diberikan oleh pengguna layanan adalah dalam bentuk uang tunai/ cek. Bila dilihat distribusinya berdasarkan unit layanan terlihat bahwa pengguna layanan di unit layanan Lembaga Pemasyarakatan dari Depkumham; Bongkar muat, cold storage dari DKP; TKI di Terminal III dari Depnakertrans; Sertifikasi tanah, penggabungan sertifikat dari BPN; Izin usaha angkutan darat/Pelayaran/Penerbangan dari Dephub; Jasa kepelabuhanan dari PELINDO II; serta Kenotariatan dari Depkumham merupakan unit-unit layanan yang lebih dari 80 persen pengguna layanannya mengaku pernah mengeluarkan biaya/imbalan tambahan dalam bentuk uang tunai/cek di luar biaya resmi yang harus mereka bayarkan. Empat belas unit layanan lain merupakan unit layanan yang 50 persen ke atas pengguna layananannya mengaku pernah mengeluarkan uang tunai/cek sebagai biaya/imbalan tambahan di luar biaya resmi. Bila diperhatikan terlihat bahwa seluruh unit-unit layanan sampel yang berada di PLN, Departemen Perhubungan dan PELINDO II merupakan unit layanan yang terdaftar sebagai unit layanan di mana pengguna layananannya pernah mengeluarkan uang tunai/cek sebagai biaya/imbalan tambahan di luar biaya resmi yang mereka bayarkan.
Bila dianalisa berdasarkan instansi, pemberian imbalan/biaya tambahan dalam bentuk uang tunai/cek paling banyak dirasakan oleh pengguna layanan di Badan Pertanahan Nasional (BPN), disusul kemudian oleh Departemen Perhubungan dan PELINDO II. Di unit-unit layanan sampel pada tiga instansi tersebut, lebih dari 70 persen pengguna layanannya mengaku pernah mengeluarkan uang tunai/cek sebagai biaya tambahan diluar biaya resmi yang mereka keluarkan.
Bila mengeluarkan biaya tambahan dalam bentuk uang tunai/cek pada unit layanan tempat mereka mengurus layanan, uang tunai umumnya dikeluarkan dan diberikan kepada petugas pelayanan langsung. Namun ada juga masyarakat yang membayar biaya tambahan di setiap jenjang pengurusan atau setiap pengambil keputusan.
Data yang diperoleh dari pengguna layanan yang menjawab secara multiple di setiap unit layanan menggambarkan, bahwa paling tidak pada 7 unit layanan (7 teratas dalam gambar) pengguna layanannya harus mengeluarkan biaya/imbalan tambahan di luar biaya resmi yang dibayarkan lebih dari satu kali (tingkat). Pengguna layanan yang bersangkutan berkemungkinan selain membayar biaya tambahan kepada petugas
Menurut pengalaman Anda, apakah Anda memberikan imbalan dalam bentuk uang tunai/cek kepada layanan pada instansi ini ? (Jawaban ‘Ya’)
Badan Pertanahan Nasional
Departemen Perhubungan
PELINDO II
Departemen Hukum dan HAM
Perusahaan Listrik Negara
Mahkamah Agung
POLRI 50
0% 100%50%
79
77
77
69
60
50
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200722
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Setiap pengambil keputusan
layanan secara langsung juga membayar di setiap jenjang pengurusan atau di setiap pengambil keputusan. Bahkan ada kemungkinan pengguna layanan membayar biaya/imbalan tambahan di tiga tingkat, yaitu petugas langsung, setiap jenjang pengurusan dan setiap pengambil keputusan.
Pada gambar terlihat bahwa unit layanan Lembaga Pemasyarakatan dari Depkumham berdasarkan pengalaman responden merupakan unit layanan di mana pengguna layanan harus mengeluarkan biaya/imbalan tambahan lebih dari satu kali (tingkat). Di Lembaga Pemasyarakatan, 72 persen pengguna layanannya mengaku harus mengeluarkan biaya tambahan di setiap pengambil keputusan. Selain itu 46 persennya mengaku mengeluarkan biaya tambahan yang diberikan kepada petugas secara langsung dan 23 persen menyatakan bahwa mereka juga harus mengeluarkan biaya tambahan di setiap jenjang pengurusan.
Unit-unit layanan lain, terutama Unit Layanan Tindak pidana umum, khusus, narkoba, lakalantas dari POLRI; Banding dan Peninjauan Kembali dari MA; Izin KIR dan Izin Usaha Angkutan Darat, Pelayaran dan Penerbangan dari Dephub; serta Jasa Kepelabuhan dari PELINDO II, kondisinya tidak jauh berbeda dengan Lembaga Pemasyarakatan.
Di tingkat mana Anda mengeluarkanbiaya/imbalan tambahan ?
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkoba,Lakalantas (POLRI)
Banding (MA)
Peninjauan Kembali PK (MA)
Izin KIR (Dephub)
Jasa Kepelabuhan (Pelindo II)
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Kenotariatan (Depkumham)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Sertifikasi Tanah, Penggabungan Sertifikat (BPN)
Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan (Pelindo II)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama (BPN)
Penambahan Daya (PLN)
Retribusi STNK/ BPKB/ SIM (POLRI)
Izin Trayek Angkutan Darat antar Provinsi (Dephub)
Penetapan Hukum Tetap (MA)
Pelayanan Gangguan (PLN)
Bongkar Muat, Cold Storage (DKP)
Administrasi Pernikahan (Depag)
Izin Penyambungan dan Pemasangan Listrik (PLN)
Industri Farmasi/Izin Pendirian Apotik (Rumah Obat) / Penyaluran Alat Kesehatan dan Obat (Depkes)
Kasasi (MA)
Distribusi dan Jaringan Pelayanan Domestik/Distribusi dan Pemasaran BBM (Pertamina)
Setiap jenjang pengurusanPetugas langsung
0% 100% 150%50%
45.6
55.1
36.7
45.2
67.2
77.4
81.3
80
75
63.3
58.4
46.7
40.9
45.8
64
23.3
61.5
12.5
48.5
60.5
44
33.3
40.3
22.8
22.5
23.3
25.8
14.1
25.8
12.5
8
5
18.3
2.1
6.7
6.8
9.7
20 23
5
46.9
7.5
12
10
9.7
71.9
34.7
46.7
35.5
23.4
9.4
12
18.3
6.7
22.5
21.7
22.7
13.9
4
2.6
3.1
4.6
4
13.3
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 23
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Setiap pengambil keputusan
Bila diintisarikan berdasarkan instansi diperoleh data bahwa Departemen Perhubungan dan PELINDO II merupakan instansi di mana pengguna layanannya lebih banyak membayar biaya tambahan langsung kepada petugas layanan. Pemberian biaya tambahan yang dilakukan di setiap jenjang pengurusan paling banyak dilakukan oleh Mahkamah Agung, sementara pembayaran biaya tambahan di setiap pengambil keputusan banyak terjadi di Departemen Hukum dan HAM. Secara umum pembayaran biaya tambahan yang paling merata diberikan di semua (tiga) tingkat yaitu kepada petugas langsung, setiap jenjang pengurusan dan setiap pengambil keputusan berada di Mahkamah Agung dan Departemen Hukum dan HAM.
Berdasarkan pengalaman responden dalam survei ini terlihat bahwa pertemuan antara petugas layanan dan pengguna layanan, merupakan titik rawan terjadinya perilaku koruptif. Terutama bagi instansi yang unit layanannya memerlukan proses dimana terjadi banyak pertemuan langsung antara petugas dan pengguna, perlu ditingkatkan pengawasan, transparansi dan perbaikan mekanisme kerja.
Mengenai nilai biaya tambahan yang harus diberikan oleh pengguna layanan, jumlahnya cukup bervariasi, mulai kurang dari 2.5 persen sampai lebih dari 20 persen dari biaya resmi. Sayangnya tidak banyak responden yang terbuka untuk menyebutkan nominal imbalan yang telah mereka berikan di luar biaya resmi. Dari 1207 orang yang mengaku memberikantambahanimbalandiluarbiayaresmi,hanya691orang(57,25%)yangmenyebutkan nominal imbalan yang diberikan. Dari responden yang terbuka tersebut, ternyata37%nyamembayarimbalan/biayatambahanlebihdari20%daribiayaresmi.Secaranominal range biaya tambahan tersebut bervariasi dari Rp. 1000,- sampai Rp. 150 juta
Di tingkat mana Anda mengeluarkanbiaya/imbalan tambahan?
Setiap jenjang pengurusanPetugas langsung
Departemen Perhubungan
Departemen Hukum dan HAM
PELINDO II
Mahkamah Agung
Badan Pertanahan Nasional
Perusahaan Listrik Negara
Departemen Agama
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
POLRI
0% 100%50%
41
43.3
32.8
70.3
45.8
63.3
34.7
55
53.7
15.7
36.7
16.7
29.8
9
4.2
7.5
10.7
12.5
8.3
19.8
12.5
3.3
4.9
11.7
12
14.2
9.1
Persen Biaya Tambahan Responden %<2,5%2,5%-5%5%-10%10%-15%15%-20%>20%
28,658,399,77,098,6837,48
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200724
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Untuk gambaran lebih detail mengenai besaran relatif biaya tambahan terhadap biaya resmi untuk tiap unit layanan disajikan dalam gambar berikut.
Unit layanan Lembaga Pemasyarakatan dari Depkumham, TKI di Terminal III dari Depnakertrans, Izin KIR dari Dephub serta Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/ Pendaftaran pertamakali dari BPN merupakan unit-unit layanan di mana sebagian besar pengguna layanannya harus membayar biaya tambahan lebih dari 20 persen dari biaya resmi yang ditetapkan oleh unit layanan yang bersangkutan. Sementara untuk unit layanan Jasa Kepelabuhanan dan Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan dari PELINDO II sebagian besar pengguna layanannya membayar biaya tambahan di luar biaya resmi kurang dari 2,5 persen. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh nilai biaya resmi yang harus dibayarkan sudah cukup besar, sehingga walaupun secara nominal biaya tambahan yang harus dibayarkan besar, namun secara persentase terlihat kecil.
Berapa persen besarnya biaya tambahan dari biaya resmi yang Anda keluarkan di Unit Layanan ini ?
Berapa persen besarnya biaya tambahan dari biaya resmi yang Anda keluarkan di Unit Layanan ini ?
0% 100%50%
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Jasa Kepelabuhan (Pelindo II)
Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan (Pelindo II)
Kenotariatan (Depkumham)
Sertifikasi Tanah, Penggabungan Sertifikat (BPN)
Izin Penyambungan dan Pemasangan Listrik (PLN)
Izin KIR (Dephub)Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran
Pertama (BPN)Industri Farmasi/Izin Pendirian Apotik (Rumah Obat) /
Penyaluran Alat Kesehatan dan Obat (Depkes)
Retribusi STNK/BPKB/SIM (POLRI)Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkoba,
Lakalantas (POLRI)Izin Pendirian Rumah Sakit, Izin Praktek Dokter/
Izin Penempatan Dokter (Depkes)
Administrasi Pernikahan (Depag)
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
14
3.3
71
66.3
10
5.3
6.3
1.7
14
4.2
10.2
2.9
1.11.1
1.1
3.3
5
2.6
1.11.1
1.1
6.9
6.1
4.3
1.1
9.4
6.7
6.5
5.6 5.6
40
11.7
5.3
8.3 8.3
6
4.2
6.1
7.6
5.3
6.7
4
8.3
13.2
6.1
6
4.1
3
6.3
1.8
24
15
21.1
3.3
4
4.2
2
14.3
1.5
68.4
61.7
3.2
8
15
13.2
46.9
35
18
19.4
8.2
12.9
19.7
15.6
>20 % 15 % - 20 % 10 % - 15 % 5 % - 10 % 2,5 % - 5 % < 2,5 %
0% 100%50%
PELINDO II
Departemen Hukum dan HAM
Badan Pertanahan Nasional
Departemen Tenagakerja dan Transmigrasi
Departemen Perhubungan
Departemen Kesehatan
Perusahaan Listrik Negara
>20 % 15 % - 20 % 10 % - 15 % 5 % - 10 % 2,5 % - 5 % < 2,5 %
67.5 4.2
6.7
5.8 3.3
1.72.5
4.13.2 29.8.8
7.5 15102.1
6.6 9.97.45.5
9.2 37.56.75
7.5 259.2
4.2 30.83.3
3.1.3
2.2
2.5
5.8 0.3
8.3
2.5
.5
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 25
Peng
alam
an I
nteg
rita
s(E
xper
ienc
ed I
nteg
rity)
Berdasarkan instansi terlihat bahwa di PELINDO II sebagian besar pengguna layanannya harus membayar biaya tambahan di luar biaya resmi kurang dari 2,5 persen. Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya hal tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh nilai biaya resmi yang harus dibayarkan sudah cukup besar sehingga walaupun secara nominal nilai yang harus dibayarkan oleh pengguna layanan di PELINDO II besar, namun secara persentase nilainya bisa dianggap kecil, atau dapat juga disebabkan karena frekuensi layanan tinggi. Sementara 6 instansi lain rata-rata harus membayar biaya tambahan lebih dari 20 persen dari biaya resmi yang juga harus mereka bayarkan.
Fakta-fakta yang dijumpai dalam Pengalaman Integritas ini mencerminkan kondisi nyata dari unit layanan dan instansi berdasarkan pengalaman yang langsung dirasakan oleh pengguna layanan. Penilaian pengalaman integritas yang buruk mencerminkan kondisi pelayanan aktual yang buruk menurut penilaian pengguna layanan yang selama satu tahun terakhir melakukan pengurusan layanan di unit layanan atau instansi bersangkutan.
Potensi Integritas(Potential Integrity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200728
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
II. Potensi Integritas (Potential Integrity)
Potensi Integritas (Potential Integrity) merupakan salah satu unsur penyusun skor integritas publik. Terdapat empat indikator yang digunakan untuk menyusun Potential Integrity yakni indikator Sistem Administrasi (Administrative System) dengan bobot 0.265, Lingkungan Kerja (Working Environment) dengan bobot 0.265, Perilaku Petugas Pelayanan (Personal Attitude) dengan bobot 0,261 dan Pencegahan Korupsi (Corruption Control Measures) dengan bobot 0,171.
Nilai rata-rata potential integrity dari 65 unit layanan dan 30 instansi yang disurvei adalah 6,00. Nilai rata-rata tersebut bila dibandingkan dengan nilai rata-rata experienced integrity 5,34 memang lebih tinggi. Namun seperti halnya nilai rata-rata experience, nilai rata-rata potential integrity ini masih jauh lebih rendah dibandingkan negara lain yang melakukan survei serupa seperti Korea yang sudah mencapai nilai rata-rata potential integrity sebesar 8,42 (2006)Sebagai gambaran, akan ditunjukkan 5 instansi dan 5 unit layanan yang memiliki skor potential integrity terbaik dan terburuk dalam pelayanan publik tahun 2007. Sebagai gambaran, berbeda dengan skor experienced integrity, perbedaan skor potential integrity antar satu instansi dengan instansi lain tidak terlalu mencolok. Sebagian besar skor terdistribusi di dekat skor rata-rata (6,00).
Badan Kepegawaian Negara (dengan 4 unit layanan sampel) merupakan satu-satunya instansi dengan skor potential integrity lebih dari 7. Sementara 5 instansi lain di bawahnya memiliki nilai potential integrity yang tidak jauh berbeda. Sedangkan Departemen Perhubungan (dengan 3 unit layanan sampel), Departemen Hukum dan HAM (dengan 3 unit layanan sampel), Badan Pertanahan Nasional (dengan 2 unit layanan sampel) dan POLRI (dengan 2 unit layanan sampel) merupakan instansi dengan nilai skor potential integrity terendah yaitu di bawah 5,00.
Dalam rangka mempertajam analisa, 5 unit layanan dengan skor potential integrity tertinggi dan terendah akan ditunjukkan dalam gambar berikut.
Potential Integrity berdasarkan Departemen/Instansi (5 Tertinggi dan 5 Terendah)
Skor Potential Integrity
Badan Kepegawaian Negara(4 unit layanan)
Badan Pengawasan Obat dan Makanan(1 unit layanan)
Departemen Perdagangan(2 unit layanan)
Departemen Perindustrian(2 unit layanan)
Departemen Koperasi dan UKM(1 unit layanan)
PT. PERTANI
Departemen Perhubungan(3 unit layanan)
Departemen Hukum dan HAM(3 unit layanan)
Badan Pertanahan Nasional(2 unit layanan)
Kepolisian Republik Indonesia(2 unit layanan)
Mahkamah Agung(4 unit layanan)
4.00 4.50 5.00 6.00 7.005.50 6.50 7.50
4.38
4.70
4.84
4.84
5.24
7.34
6.81
6.59
6.59
6.52
6.52
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 29
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Skor Potential Integrity
Pensiunan (BKN)
Kenaikan Pangkat (BKN)
Pelayanan Perdagangan Luar Negeri(Dept. Perdagangan)
Pengangkatan PNS (BKN)
Pengurusan PJTKI (DEPNAKER)
Lembaga Pemasyarakatan (DEPKUMHAM)
Izin Usaha Angkutan Darat/Laut/Udara (DEPHUB)
Izin pengujian kelayakan kendaraan angkutan umum darat (KIR)(DEPHUB)
Pelayanan TKI di Terminal III (DEPNAKER)
Retribusi STNK dan BPKB/SIM (POLRI)
3.00 3.50 4.00 5.00 6.00 7.004.50 5.50 6.50 7.50
3.66
3.97
4.41
4.56
4.62
7.40
7.38
7.35
7.30
7.29
Gambar menjelaskan bahwa terdapat 2 unit layanan Departemen Perhubungan (dari 3 unit layanan sampel) yang berada pada peringkat potential integrity lima terendah. Kondisi ini harus mendapat perhatian serius dari Departemen Perhubungan untuk segera dilakukan perbaikan-perbaikan.
Kondisi sebaliknya terjadi bahwa 3 unit layanan sampel di Badan Kepegawaian Negara (dari 4 unit layanan) mendapatkan skor potential integrity tertinggi.Kondisi ini sebaiknya juga tidak membuat BKN mengurangi kualitas layanannya. Seperti halnya pada experience integrity, selain dari itu BKN juga harus mengevaluasi mengenai pencapaian nilai yang tinggi tersebut, apakah memang pelayanan yang diberikan sudah cukup baik, ataukah pengguna layanan memiliki “hubungan yang baik dan menguntungkan” dengan unit-unit layanan yang diberikan oleh BKN sehingga berpengaruh terhadap penilaian mereka terhadap layanan yang diberikan oleh BKN.
Bagian selanjutnya akan membahas 4 indikator potential integrity dengan lebih detail.
Potential Integrity berdasarkan Unit Layanan(5 Tertinggi dan 5 Terendah)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200730
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
II. 1. Sistem Administrasi
Berdasarkan survei, hampir seluruh masyarakat pengguna layanan tidak kesulitan mendapatkan informasi tentang layanan yang akan mereka urus. Data menunjukkan bahwa 96 persen masyarakat menyatakan bahwa unit layanan memiliki informasi terkait layanan yang mereka berikan, dan hanya 4 persen masyarakat yang menyatakan bahwa unit layanan yang mereka datangi tidak memiliki informasi layanan.
Secara umum masyarakat memang tidak kesulitan untuk mendapatkan informasi di unit layanan. Hal ini terbukti dari data bahwa masyarakat pengguna layanan yang menyatakan bahwa unit layanan yang bersangkutan tidak memiliki informasi maksimal hanya 29 persen dari pengguna layanan dan itu berada di unit layanan Peninjauan Kembali PK dari Mahkamah Agung. Detailnya, terdapat 8 unit layanan yang lebih dari 10 persen masyarakat pengguna layanannya menyatakan unit layanan yang bersangkutan tidak memiliki informasi layanan, seperti ditunjukkan dalam gambar.
Namun bila ditelusuri lebih lanjut, dari mana informasi layanan tersebut diperoleh
Unit Layanan yang menurut pengguna layanannya (persen)tidak memiliki informasi tentang layanan
Dari mana masyarakatmendapatkan informasi layanan ?
Peninjauan Kembali PK (MA)
Pelayanan Perdagangan Dalam Negeri (Dept. Perdagangan)
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Retribusi STNK/BPKB/SIM (POLRI)
Administrasi Pernikahan (Depag)
TPU, TPK, Narkoba, Lakalantas (POLRI)
Pajak (Dept. Keuangan)
Kasasi (MA)
0 10 20 30
11.1
10.6
10.2
10
10
29
24.4
17.5
Petugas layanan langsung
Papan pengumuman
Media elektronik
Costumer service
Brosur/pamflet/selebaran
0% 100%50%
25 75
27 73
19 81
90 10
55 45
YaTidak
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 31
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
ternyata data menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat (90 persen) menyatakan bahwa mereka mendapatkan informasi dari petugas layanan secara langsung (pertemuan face-to-face). Artinya, mereka secara manual harus bertanya kepada petugas mengenai informasi layanan yang akan mereka urus. Cara ini tentu saja sangat konvensional dan kurang informatif, mengingat teknologi sudah berkembang dengan sangat pesat. Dari seluruh sumber informasi layanan hanya 25 persen masyarakat pengguna layanan yang menyatakan bahwa di unit layanan yang mereka datangi menyampaikan informasi layanan melalui media elektronik (touch screen, layar TV, web/komputer).
Informasi yang diterima langsung dari petugas memang tidak selamanya merugikan karena masyarakat dapat bertanya sesuai dengan kebutuhannya secara langsung. Interaksi konvensional seperti ini memudahkan bagi pengguna layanan dari kalangan kebanyakan yang tidak peka teknologi. Namun disatu sisi, semakin sering kontak langsung antara petugas dengan pengguna, semakin memperbesar peluang terjadinya perilaku korup. Proses “tawar-menawar” yang tidak prosedural antara petugas dan penerima layanan dapat muncul pertama kali ketika masyarakat menanyakan prosedur layanan, yang seharusnya akan dapat dihindarkan jika masyarakat mengetahui informasi melalui media lain.
Secara lebih spesifik, umumnya unit layanan menyampaikan informasi mengenai layanan melalui beberapa sumber. Selain dari petugas layanan langsung atau customer service, biasanya untuk unit layanan yang telah memiliki SOP, juga akan menyediakan informasi layanan melalui brosur/pamflet atau papan pengumuman bahkan melalui media elektronik (touch screen, layar TV, dll).
Persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh unit layanan secara umum cukup mudah diketahui oleh masyarakat pengguna layanan. Dari 3611 responden, 95 persen menyatakan bahwa mereka mengetahui persyaratan dan prosedur yang telah ditetapkan untuk mendapatkan layanan di unit layanan yang akan mereka urus. Dan sebagian besar dari mereka (90 persen) juga menyatakan bahwa mereka tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai syarat dan prosedur layanan di unit layanan tempat mereka mengurus layanan ini.
Secara lebih spesifik tabel berikut menunjukkan pengetahuan pengguna layanan mengenai persyaratan dan prosedur sekaligus kesulitan dalam memperoleh informasi mengenai persyaratan dan prosedur tersebut.
Memang secara umum masyarakat pengguna layanan umumnya mengetahui persyaratan dan prosedur dalam unit layanan tempat mereka mengurus layanan. Namun bila dilihat pada tabel terlihat bahwa kira-kira masih ada 7 unit layanan yang lebih dari 30 persen penggunanya menyatakan masih mendapatkan kesulitan dalam mendapatkan informasi persyaratan layanan yang dimaksud. Data tabel sekaligus juga
Unit Layanan
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkotika, Lakalantas (POLRI)Bongkar Muat, Cold Storage, dll (DKP)Banding (MA)TKI di Terminal III (Depnakertrans)Kasasi (MA)Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)Peninjauan Kembali PK (MA)
73,593,896,776,796,780,777,4
57,143,840,038,336,735,032,3
Tahu Persyaratan (Ya) Kesulitan mendapatkanInformasi persyaratan (Ya)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200732
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
menunjukkan bahwa unit-unit layanan dalam penegakan hukum justru merupakan unit layanan di mana masyarakat penggunanya paling kesulitan memperoleh informasi mengenai persyaratan dan prosedur layanan. Tercatat dari 7 unit layanan tersebut, 5 unit layanan adalah layanan di bidang penegak hukum yang berasal dari Mahkamah Agung, POLRI dan Dept. Hukum dan HAM.
Secara umum masyarakat pengguna layanan menyatakan bahwa menurut pandangan mereka prosedur pelayanan di unit layanan tempat mereka mengurus layanan adalah mudah (56 persen), biasa saja (36 persen) dan sulit (8 persen). Bila dikaji lebih lanjut dengan memperhatikan setiap unit layanan maka terlihat bahwa walaupun secara umum prosedur pelayanan di unit layanan adalah mudah, namun masih ada beberapa unit layanan yang menurut penilaian masyarakat penggunanya prosedur relatif lebih sulit.
Terlihat pada gambar bahwa di unit layanan Lembaga Pemasyarakatan dari Dep-kumham, pengguna layanan yang menyatakan prosedur pelayanannya sulit masih cukup dominan. Enam unit layanan lain adalah unit layanan yang dinilai lebih dari 20 persen pengguna layanannya memiliki prosedur pelayanan yang sulit. Secara kes-eluruhan, urutan instansi yang dianggap pengguna layanannya memiliki prosedur pe-layanan yang sulit adalah Dept. Hukum dan HAM, BPOM, POLRI, Mahkamah Agung, Badan Pertanahan Nasional dan PLN.
Mengenai waktu penyelesaian layanan, masih cukup besar masyarakat (42 persen) yang menilai bahwa layanan yang mereka terima tidak selalu selesai tepat waktu. Artinya, unit layanan masih harus terus memperbaiki diri dengan berusaha menepati batas waktu penyelesaian layanan seperti yang telah mereka tetapkan sendiri. Untuk lebih jelasnya, pada gambar berikut dijelaskan mengenai unit layanan apa saja yang kurang menepati waktu penyelesaian layanan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan.
Bagaimana prosedur pelayanan di unit layanan ini ?
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Penyidikan Obat dan Makanan (BPOM )
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkotika,Lakalantas (POLRI)
Peninjauan Kembali PK (MA)
Sertifikasi Tanah/Penggabungan Sertifikat (BPN)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama (BPN)
Izin Penyambungan dan Pemasangan Listrik (PLN)
Kasasi (MA)
Sulit
Biasa Saja
Mudah
0% 100%50%
21.7
21.1
20
42.1
31.7
30.1
29
38.321.7
15.8
25.8
32.7
51.6
34.2
40
42.1
42.5
36.7
42
26.7
44.7
40
29
40
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 33
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Terlihat bahwa unit layanan Bongkar Muat, Cold Storage,dll yang berada di Departemen Kelautan dan Perikanan merupakan unit layanan yang paling banyak mengecewakan pengguna layanannya. Hal tersebut dikarenakan 100 persen pengguna layanannya menyatakan bahwa unit layanan Bongkar Muat, Cold Storage tidak selalu tepat waktu dalam penyelesaian layanannya. Limabelas unit layanan lain yang ditampilkan dalam gambar adalah unit layanan yang dinilai oleh lebih dari 60 persen pengguna layanannya tidak selalu tepat waktu dalam penyelesaian layanan. Terlihat bahwa sebagian besar unit layanan yang tidak tepat waktu dalam penyelesaian layanan ini adalah jenis-jenis layanan perizinan dan jenis-jenis layanan yang terkait dengan penegakan hukum. Bila diranking berdasarkan instansi, terlihat bahwa instansi-instansi yang dinilai lebih dari 60 persen pengguna layanannya tidak tepat waktu dalam penyelesaian layanan adalah DKP, BPN, Depkumham, Dephub, Depnakertrans, BPOM, Jamsostek, MA, Depdagri, Depsos, POLRI dan PERTAMINA.
Selain waktu, biaya merupakan salah satu sistem administrasi layanan yang dijadikan perhatian utama oleh pengelola dan pengguna layanan. Sebagian besar masyarakat pengguna layanan (73 persen) menyatakan bahwa biaya yang mereka keluarkan dalam mengurus layanan telah sesuai dengan standar/tarif yang telah ditentukan. Kondisi ini tentu saja cukup baik. Namun yang harus menjadi perhatian selain masih terdapat 15 persen mayarakat yang menyatakan biaya yang dipungut tidak sesuai dengan standar/tarif yang ditentukan, ternyata masih sekitar 12 persen responden menyatakan bahwa mereka tidak tahu apakah biaya yang mereka keluarkan dalam mengurus layanan tersebut sesuai dengan standar/tarif yang ditetapkan atau tidak. Artinya, mereka tidak mengetahui standar/tarif yang ditetapkan sebenarnya berapa. Hal ini bisa terjadi karena
Apakah pelayanan yang Anda terima telah sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan ?
Bongkar Muat, Cold Storage, dll (DKP)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama (BPN)
Kenotariatan (Depkumham)
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Sertifikasi Tanah/Penggabungan Sertifikat (BPN)
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Izin Pengembangan Usaha Perikanan/Penangkapan/Izin Kapal (DKP)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Penyidikan Obat dan Makanan (BPOM)
Asuransi Kecelakaan Kerja (Jamsostek)
Banding (MA)
Persetujuan Eselon I dan II (Depdagri)
Panti Rehabilitas Sosial/Asuhan & Jompo/Penyantunan Veteran dan Cacat (Depsos)
Peninjauan Kembali PK (MA)
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkotika, Lakalantas (POLRI
Distribusi dan Jaringan Pelayanan Domestik/Distribusi dan Pemasaran BBM (Pertamina)
0% 100%50%
61.3
100
96.7
88
81.3
80
75.4
75.3
73.3
73.3
70.6
70
66.7
65.9
64.5
63.3
38.7
3
12
18.7
20
24.6
24.7
26.7
26.7
29.4
30
33.3
34.1
35.5
36.7
Selalu sesuai
Tidak selalu sesuai
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200734
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
unit layanan yang bersangkutan kemungkinan tidak menginformasikan besar biaya yang harus dikeluarkan untuk pengurusan layanan tertentu. Kondisi semacam ini lah yang biasanya memicu pungutan liar dan suap dalam pelayanan publik. Bila diperinci untuk tiap unit layanan, kondisi detail ditunjukkan oleh gambar berikut.
Terlihat pada gambar bahwa 8 unit layanan berikut menggambarkan adanya ketidakjelasan dalam penentuan biaya pelayanan. Pada Lembaga Pemasyarakatan dan TKI di Terminal III lebih dari 60 persen pengguna layanannya menyatakan bahwa biaya yang mereka bayarkan tidak sesuai dengan standar tarif yang ditetapkan oleh unit layanan itu sendiri. Sementara di Perdagangan Luar Negeri dan Pengurusan Program PPMK kondisi yang terjadi adalah sebagian besar dari pengguna layanan tersebut tidak mengetahui standar biaya yang ditetapkan oleh unit layanan yang bersangkutan.Pelaksanaan Sistem Administrasi yang baik dalam layanan publik ini mencerminkan tingkat transparansi unit layanan kepada masyarakat pengguna layanannya. Secara umum masih diperlukan banyak perbaikan dalam sistem administrasi di unit layanan dan instansi publik di Indonesia.
II. 2. Lingkungan Kerja (Working Environment)Faktor kebiasaan yang umum terjadi dalam lingkungan kerja merupakan salah satu pemicu dalam korupsi di sektor pelayanan publik. Kebiasaan-kebiasaan tersebut diantaranya adalah kebiasaan menawarkan jalur cepat untuk pelayanan, kebiasaan menerima dan menawarkan tips/hadiah/imbalan dalam pengurusan layanan, serta kebiasaan pertemuan dan komunikasi langsung dengan petugas layanan dalam mempercepat layanan.
Adanya tawaran dari petugas untuk mempercepat proses layanan dengan memberi imbalan tertentu ternyata dialami oleh 25 persen pengguna layanan di unit layanan yang mereka datangi. Artinya, karena sudah menjadi kebiasaan,walaupun sudah dilakukan perbaikan-perbaikan dalam sistem pelayanan, namun usaha untuk tetap mencari keuntungan dengan menawarkan jasa untuk mempercepat proses layanan dengan menarik imbalan tertentu tetap saja masih terjadi. Unit layanan yang secara mencolok masih melakukan hal tersebut adalah Lembaga Pemasyarakatan dari Depkumham; Izin
Apakah biaya yang Anda keluarkan sudah sesuaidengan standar/tarif yang telah ditentukan ?
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Tindak Pidana Umum, Tindak Pidana Khusus, Narkotika, Lakalantas (POLRI)
Asuransi Kecelakaan Kerja (Jamsostek)
Pelayanan Perdagangan Luar Negeri(Dept. Perdagangan)
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Izin KIR (Dept. Perhubungan)
Pengurusan Program PPMK
0% 100%50%
36.6
30
14
32.7
32.3
23.3
18.7
42.2
Tidak tahuTidakYa
16.7
68.3
66.7
38.8
35.3
26.7
56.3
35.9
46.7
1.7
19.3
28.6
32.4
50
25
21.9
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 35
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Usaha Angkutan Darat, Pelayaran dan Penerbangan dari Dephub; Retribusi STNK/SIM/BPKB dari POLRI; dan Bongkar Muat, Cold Storage dari DKP. Lihat gambar berikut.
Ada 16 unit layanan dari 9 instansi yang lebih dari 50 persen pengguna layanannya menyatakan bahwa petugas layanan di unit layanan yang bersangkutan memiliki inisiatif menawarkan jasa untuk mempercepat proses pelayanan dengan meminta imbalan tertentu. Kondisi yang terjadi karena kebiasaan yang sudah berlangsung lama ini dikhawatirkan akan semakin sulit diatasi bila tidak segera dilakukan perbaikan-perbaikan dan pembenahan.
Selama Anda menerima layanan di Unit Layanan ini, apakah ada/terdapat petugas yangmenawarkan jasa untuk mempercepat proses pelayanan
dengan imbalan tertentu ?
Selama Anda menerima layanan di Instansi ini, apakah ada/terdapatpetugas yang menawarkan jasa untuk mempercepat proses
pelayanan dengan imbalan tertentu ?
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Retribusi STNK/SIM/BPKB (POLRI)
Bongkar Muat, Cold Storage (DKP)
Izin KIR (Dephub)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Izin Pengembangan Usaha Perikanan/Penangkapan/Izin Kapal (DKP)
Izin Penyambungan dan PemasanganListrik (PLN)
Penambahan Daya (PLN)
Kasasi (MA)
Jasa Kepelabuhan (Pelindo II)
Panti Rehabilitasi Sosial/Asuhan & Jompo/Penyantunan Veteran dan Cacat (Depsos)
Banding (MA)
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkotika, Lakalantas (POLRI)
Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan (Pelindo II)
Peninjauan Kembali PK (MA)
0% 100%50%
51.6
84.2 15.8
81.3
72.2
71.9
68.8
66.7
65.2
63.2
56.8
56.7
54.8
53.7
53.3
53.1
51.7
48.4
18.7
27.8
28.1
31.3
33.3
34.8
36.8
43.2
43.3
45.2
46.3
46.7
46.9
48.3
Tidak ada
Ada
Departemen Perhubungan (Dephub)
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
Departemen Hukum dan HAM (Depkumham)
PT. Pelabuhan Indonesia II (PELINDO II)
0% 100%50%
68.6
66.9
52.5
Tidak adaAda 33.1
47.5
31.4
52.5 47.5
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200736
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Seperti telah disebutkan sebelumnya, 16 unit layanan yang dianggap lebih dari 50 persen pengguna layanannya petugasnya memiliki inisiatif untuk meminta imbalan dengan cara mempercepat proses layanan berasal dari 9 instansi.Bila disimpulkan dari 9 instansi tersebut, Departemen Perhubungan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Hukum dan HAM serta PELINDO II merupakan instansi yang dinilai oleh sebagian besar pengguna layanannya memiliki petugas layanan yang selalu berinisiatif menawarkan jasa mempercepat proses layanan dengan imbalan tertentu.
Kebiasaan petugas menerima tips dan pengguna layanan yang terbiasa memberikan tips juga masih terjadi. Sebesar 29 persen pengguna layanan mengalami dan menyatakan bahwa para petugas di unit layanan yang mereka datangi sudah terbiasa menerima tips, hadiah atau imbalan lain sebagai bagian dari pengurusan layanan. Kebiasaan tersebut ternyata juga mendapatkan dukungan dari masyarakat pengguna layanan sendiri, karena 20 persen diantara mereka pernah menawarkan tips, hadiah atau imbalan kepada petugas dalam rangka mempercepat layanan. Kondisi ini menunjukkan bahwa korupsi bisa dimulai dan dilakukan lewat kondisi yang saling mendukung antara kedua belah pihak, yaitu antara yang memberi dan antara yang diberi. Oleh karena itu sosialisasi yang terus menerus dan komprehensif sangat diperlukan untuk mengurangi atau menghindari kondisi tersebut.
Suasana untuk memberi dan diberi tersebut secara spesifik berbeda di antara unit layanan yang disurvei. Lihat gambar berikut.
Apakah petugas pada unit layanan ini biasa terima tips, imbalan sebagai bagian dari pengurusan layanan ? Apakah Anda menawarkan tips,
imbalan kepada petugas untuk mempercepat layanan ?
Retribusi STNK/SIM/BPKB (POLRI)
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkotika, Lakalantas (POLRI)
Kasasi (MA)
Izin KIR (Dephub)
Izin Penyambungan dan PemasanganListrik (PLN)
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Sertifikasi Tanah/Penggabungan Sertifikat (BPN)
Izin Trayek Angkutan Darat antar provinsi (Dephub)
Jasa Kepelabuhan (PELINDO II)
Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan (PELINDO II)
Penambahan Daya (PLN)
Distribusi dan Jaringan Pelayanan Domestik/Distribusi dan Pemasaran BBM (Pertamina)
Bongkar Muat, Cold Storage, dll (DKP)
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Kenotariatan (depkumham)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/ Pendaftaran pertama kali (BPN)
0% 100%50%
7526.4
73.1730.61
66.720
78.151.6
73.742.1
87.768.4
6548.3
6448
61.354.8
59.647.2
56.845.5
48.445.2
96.996.9
84.8484.4
4072
46.751.7
Petugas biasamenerima tips, imbalan (%)
Pengguna layanan menawarkantips, imbalan (%)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 37
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Pada gambar dijelaskan bahwa penerimaan dan pemberian tips dan imbalan menjadi bagian dari pengurusan layanan publik memiliki kasus spesifik di masing-masing unit layanan.
Pada unit layanan Retribusi STNK/SIM/BPKB dari POLRI terlihat bahwa yang lebih menonjol adalah kebiasaan petugas layanan untuk menerima tips dan imbalan sebagai bagian dari pengurusan layanan. Sementara pengguna layanan memiliki inisiatif yang rendah dalam menawarkan tips dan imbalan kepada petugas layanan. Artinya, karena kebiasaan tersebut, umumnya petugas layanan lalu berinisiatif untuk meminta imbalan kepada pengguna layanan.
Pada unit layanan Bongkar Muat, Cold Storage dari DKP dan Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan dari Departemen Perhubungan terlihat bahwa kebiasaan petugas layanan dalam menerima tips dan imbalan sebagai bagian dari pengurusan layanan diimbangi dengan inisiatif pengguna layanan dalam menawarkan tips dan imbalan dalam rangka mempercepat pelayanan. Dalam kondisi ini masing-masing pengguna dan petugas layanan memiliki andil dalam menyuburkan praktek suap, pungutan liar dan korupsi di pelayanan publik.
Pada unit layanan Kenotariatan dari Depkumham serta Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran pertama kali dari BPN terlihat bahwa inisiatif menawarkan tips dan imbalan dalam rangka upaya mempercepat layanan justru berada di pengguna layanan. Kondisi semacam ini kemungkinan tidak akan terjadi bila unit layanan yang bersangkutan secara aktif mensosialisasikan bahwa pengurusan pada unit layanan tersebut dilakukan berdasar SOP (Standart Operational Procedure) dan ditekankan bahwa petugas layanan tidak menerima suap atau tips.
Masih terkait dengan proses kecepatan layanan dan perilaku petugas layanan, ternyata masih banyak pengguna layanan (43 persen) yang harus menghadap petugas berulangkali untuk mendapatkan output layanan di unit layanan yang mereka datangi. Dan menurut 29 persen masyarakat pengguna layanan, intensitas pertemuan/komunikasi dengan petugas tersebut (walaupun sebenarnya tidak sesuai dengan prosedur) ternyata akan mempercepat proses pelayanan. Untuk lebih jelasnya, data tiap unit layanan dalam intensitas tatap muka dan komunikasi dengan petugas layanan yang dilakukan di luar prosedur dalam rangka mempercepat proses layanan ditunjukkan oleh gambar berikut.
Apakah petugas pada instansi ini biasa terima tips, imbalan sebagai bagian dari pengurusan layanan ? Apakah Anda menawarkan tips, imbalan kepada
petugas layanan untuk mempercepat layanan ?
Departemen Perhubungan (Dephub)
PT. Pelabuhan Indonesia II (PELINDO II)
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
Departemen Hukum dan HAM (Depkumham)
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
0% 100%50%
76.9
60
54.6
53.3
52.1
59.5
49.2
40.5
49.2
33.9
Petugas biasamenerima tips, imbalan (%)
Pengguna layanan menawarkantips, imbalan (%)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200738
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Pada gambar dijelaskan bahwa ada 3 kelompok berbeda terkait dengan petugas dan percepatan layanan ini. Kelompok pertama adalah kelompok dimana pengguna layanan menyatakan bahwa untuk mendapat layanan, diperlukan menghadap petugas layanan berkali-kali, namun intensitas pertemuan/komunikasi tersebut tidak berpengaruh terhadap kecepatan layanan yang mereka terima.Yang masuk dalam kelompok ini diantaranya adalah unit layanan Bongkar Muat,Cold Storage (DKP); Penyidikan obat dan makanan (BPOM), Kenotariatan (Depkumham); Panti rehabilitasi sosial/Asuhan dan Jompo/Penyantun veteran dan cacat (Depsos); Izin Usaha Perikanan/Penangkapan/Kapal Perikanan (DKP); dan masih banyak lagi. Kondisi semacam ini menunjukkan terjadinya birokrasi yang berbelit-belit dan menyulitkan pengguna layanan. Unit layanan semacam ini merupakan prioritas untuk segera direformasi.
Kelompok kedua adalah kelompok di mana pengguna layanan harus menghadap petugas berkali-kali dimana intensitas pertemuan/komunikasi dengan petugas layanan tersebut akan mempercepat proses layanan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah unit layanan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama kali (BPN); Tindak Pidana Umum,Khusus, Narkoba dan Lakalantas (POLRI); Cukai/Bea Masuk (Dept.Keuangan),dll. Kondisi ini menunjukkan telah terjadi kerjasama yang saling menguntungkan antara petugas layanan dan pengguna layanan. Kerjasama ini
Berdasar pengalaman, untuk mendapat layanan di unit layanan ini,apakah diperlukan menghadap petugas berulangkali ? Berdasar pengalaman, apakah intensitas pertemuan/komunikasi dengan petugas (di luar prosedur)
akan mempercepat proses layanan ?
Bongkar Muat, Cold Storage (DKP)
Sertifikasi Tanah, Penggabungan Sertifikat (BPN)
Kenotariatan (Depkumham)
Penyidikan obat dan makanan (BPOM)
Lembaga Pemasyaratan (Depkumhum)
Panti Rehabilitasi Sosial/Asuhan & Jompo/Penyantunan Veteran Veteran dan Cacat (Depsos)Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran
Pertama kali (BPN)
Banding (MA)
Peninjauan Kembali PK (MA) Izin Usaha Perikanan/Penangkapan/Kapal
Perikanan (DKP)
Izin Penyambungan dan Pemasangan Listrik (PLN)
Izin PMA/PMDN (BKPM)
Asuransi Kecelakaan Kerja (Jamsostek)
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkotika,Lakalantas (POLRI)
Penetapan Hukum Tetap (MA)
Kasasi (MA)
Cukai/Bea Masuk (Depkeu)
Penambahan Daya (PLN)
Izin Trayek Angkutan Darat antar Provinsi (Dephub)
Pelayanan Perdagangan Luar Negeri (Depdag)
Retribusi STNK/SIM/BPKB (POLRI)
Pajak (Depkeu)
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Pengangkatan PNS (BKN)
Mutasi (BKN)Pengurusan Penggunaan Askes
(PT. ASKES)
0% 100%50%
96.7
96.7
96
90.8
86
80.5
80
73.3
71
70.8
73.7
70
67.7
61.2
60
60
60
45.5
24
10
51.4
53.3
68.8
18.8
45
32
14.2
59.7
7.3
68.3
43.3
48.4
7.9
42.1
20.9
8.8
57.1
46.7
46.7
55
61.4
72
53.3
79.2
56.7
71.9
36.7
30
29.2
Menghadap petugas berkali-kali
Intensitas pertemuan/komunikasidengan petugas mempercepat layanan
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 39
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
biasanya selalu dibarengi dengan suap dan pungutan liar yang sebenarnya merugikan pengguna layanan dan negara. Unit layanan dengan kondisi semacam ini juga perlu dilakukan pembenahan dan pemantauan terutama dari penanggungjawab unit layanan. Kondisi yang berlarut-larut akan menciptakan budaya korupsi di area pelayanan publik.
Kelompok ketiga adalah kelompok di mana masyarakat pengguna layanan menilai bahwa intensitas pertemuan/komunikasi dengan petugas (di luar prosedur) di unit layanan akan mempercepat proses layanan, namun berdasar pengalaman, mereka dalam mengurus layanan di unit layanan tersebut tidak perlu menghadap berulang kali. Yang masuk dalam kelompok ini adalah unit layanan Pelayanan Perdagangan Luar Negeri (Dept.Perdagangan); Pengangkatan PNS dan Mutasi (BKN);Pengurusan Penggunaan Askes (PT.ASKES); dan lain-lain. Kondisi ini mencerminkan ketidaktransparanan unit layanan kepada pengguna layanan dalam proses pelayanan sehingga SOP unit layanan tersebut tidak dimengerti oleh pengguna layanan. Indikasi lain adalah petugas layanan sengaja melakukan hal tersebut supaya pengguna layanan melakukan kontak langsung dengan mereka dalam rangka mempercepat layanan sehingga peluang pungutan liar dapat dilakukan.
Unit-unit layanan yang ditampilkan dalam tabel di atas harus segera mendapat perhatian dari instansi yang membawahinya. Seperti terlihat pada tabel bahwa instansi tersebut sebaiknya segera memperbaiki unit-unit layanannya dalam rangka menciptakan transparansi pelayanan dan mencegah terjadinya korupsi di lingkungan instansi yang bersangkutan.
Lingkungan kerja (Working environment) memang sangat menentukan proses kerja dan perilaku petugas. Oleh karena itu, untuk memperkecil potensi korupsi di lembaga pelayanan publik, instansi serta unit-unit layanan sebaiknya memperhatikan lingkungan kerja unit layanannya sehingga profesionalitas petugas, unit layanan dan instansi menjadi lebih baik.
Berdasar pengalaman, untuk mendapat layanan di instansi ini, apakah diperlukan menghadap petugas berulang kali ? Berdasar pengalaman, apakah intensitas pertemuan/komunikasi dengan petugas (diluar prosedur)
akan mempercepat proses layanan ?
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Departemen Kelautan dan Perikanan(DKP)
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Mahkamah Agung (MA)
Departemen Hukum dan HAM (Depkumham)
Departemen Keuangan (Depkeu)
Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Departemen Perhubungan(Dephub)
0% 100%50%
90.914.17
77.710.7
7020.9
88.356.7
66.146.3
68.349.2
56.755.8
37.839.4
45.547.9
40.562
Menghadap petugas berkali-kali
Intensitas pertemuan/komunikasidengan petugas mempercepat layanan
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200740
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
II. 3. Perilaku Petugas Layanan (Personal Attitude)Personal attitude merupakan salah satu faktor pemicu korupsi dalam pelayanan publik. Perilaku-perilaku petugas layanan terutama dalam perbedaan perlakuan layanan sering terjadi dalam layanan publik.
Pada prakteknya di lapangan terkait dengan perilaku petugas layanan, ternyata masih terdapat 31 persen pengguna layanan yang merasa prosedur pelayanan yang diberlakukan tidak sama antara sesama pengguna layanan. Selain dari itu 29 persen dari pengguna layanan juga pernah merasakan langsung perbedaan perlakuan pelayanan tersebut. Kondisi semacam ini patut mendapat perhatian oleh penanggungjawab unit layanan karena bila dibiarkan berlarut-larut perilaku petugas layanan tersebut, akan menurunkan kredibilitas unit layanan yang bersangkutan.
Berdasarkan jenis layanan, gambar berikut menjelaskan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara pernyataan pengguna layanan mengenai prosedur pelayanan yang tidak selalu sama diberlakukan terhadap semua penerima layanan dengan pengalaman pribadi saat menerima perbedaan perlakuan dalam pengurusan layanan. Dijelaskan bahwa unit layanan Bongkar muat, cold storage, dll dari Departemen Kelautan dan Perikanan dinilai masyarakat pengguna layanannya sangat buruk dalam perbedaan perlakuan pelayanan. Unit-unit layanan lain yaitu Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan dari Dephub; Lembaga Pemasyarakatan dari Depkumham; Pengukuran
65.6
66.7
70
59.2
63.9
61.7
60.5
32.3
53.9
47.7
56.7
78.3
84.2
Bongkar muat, cold storage, dll (DKP)Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/
Penerbangan (Dephub)
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran pertama kali (BPN)
Izin Pengembangan Usaha Perikanan/UsahaPenangkapan/Kapal Perikanan (DKP)
Izin Trayek Angkutan Darat antar Provinsi (Dephub)
Peninjauan Kembali PK (MA)
Izin KIR (Dephub)
Kasasi (MA)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Tindak Pidana Umaum, Khusus, Narkotika,Lakalantas (POLRI)
Retribusi STNK/SIM/BPKB (POLRI)
Sertifikasi Tanah/Penggembangan Sertifikat (BPN)
Izin Penyambungan dan Pemasangan Listrik (PLN)
Asuransi Kecelakaan Kerja (PT. Jamsostek)
Jaminan Hari Tua dan Tabungan Perumahan(PT. Jamsostek)
Panti Rehabilitasi Sosial/Asuhan dan Jompo/Santunan Veteran&Cacat (Depsos)
Jasa Kepelabuhanan (PELINDO II)
Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan(PELINDO II)
Penambahan Daya (PLN)
Banding (MA)
0% 100%50%
96.9
84.4
91.2
79.8
72
61.3
55.9
54.1
53.7
57.8
53.3
53.3
69.4
54.2
58.3
50
61.3
59.6
52.3
46.7
96.9
84.4
81.7
79.8
7267.7
55.9
54.1
53.7
Tidak selalu sama (%)
Pernah (%)
Apakah prosedur pelayanan yang telah ditetapkan diberlakukan sama terhadapsemua penerima layanan ? Selama Anda menerima layanan, apakah pernah
menerima perbedaan perlakuan layanan ?
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 41
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama Kali dari BPN; Izin Pengembangan Usaha Perikanan/Usaha Penangkapan/Kapal Perikanan dari DKP; dan Izin Trayek Angkutan Darat antar Provinsi dari Dephub; serta 13 unit layanan lain juga harus segera melakukan perubahan dalam kualitas petugas layanannya.
Berdasarkan instansi sebagai penanggungjawab unit layanan tersebut, instansi yang ditunjukkan dalam gambar berikut sebaiknya harus segera memperbaiki kualitas petugas layanannya. Hal tersebut dikarenakan rata-rata lebih dari 50 persen pengguna layanannya merasakan perbedaan perlakuan para petugas layanan di unit-unit layanan yang berada pada instansi tersebut.
Dari 29 persen pengguna layanan yang merasa mengalami perbedaan pelayanan pada saat mengurus layanan, secara umum paling banyak dirasakan dan dialami adalah perbedaan layanan dalam waktu penyelesaian layanan. Perbedaan lain yang juga cukup banyak dialami adalah adanya perbedaan dalam biaya pengurusan, sikap/perilaku petugas dan alur pengurusan. Perbedaan lain yang walaupun tidak banyak namun masih juga dialami oleh sebagian kecil pengguna layanan adalah perbedaan dalam hal fasilitas layanan dan syarat pengurusan.
Apakah prosedur pelayanan yang telah ditetapkan diberlakukan sama terhadap semua penerima layanan ? Selama Anda menerima layanan, apakah pernah
menerima perbedaan perlakuan layanan ?
Dalam hal apakah perbedaan perilaku itu terjadi ?
Departemen Kelautan danPerikanan (DKP)
Departemen Perhubungan(Dephub)
Badan Pertanahan Nasional(BPN)
Mahkamah Agung (MA)
Departemen Hukum dan HAM(Depkumham)
Pelabuahan Indonesia II(PELINDO II)
0% 100%50%
84.384.3
71.967.8
71.768.359.5
51.257.5
63.348.3
60
Tidak selalu sama (%)
Pernah (%)
Waktu penyelesaian
Biaya pengurusan
Alur pengurusan
Fasilitas layanan
Sikap/perilaku petugas
Syarat pengurusan
0% 100%50%
37
54
82
42
TidakYa
58
63
46
18
20 80
23 77
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200742
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Secara lebih terperinci, perbedaan perlakuan tersebut akan berbeda dirasakan oleh pengguna layanan di unit layanan yang berbeda. Gambar berikut menampilkan contoh beberapa unit layanan yang menurut pengalaman sebagian pengguna layanannya melakukan perbedaan-perbedaan perlakuan pelayanan. Dari yang menjawab ‘pernah menerima perbedaan perlakuan pelayanan’ dengan menjawab secara multiple, rata-rata pengguna layanan mengalami perbedaan perlakuan dalam waktu penyelesaian layanan. Bahkan di beberapa unit layanan, beberapa responden mengalami perbedaan perlakuan tidak hanya dari satu jenis perlakuan, tetapi bisa dua, tiga bahkan semua jenis perbedaan perlakuan dialami. Pada gambar terlihat bahwa terutama pada 5 peringkat pertama yaitu unit layanan Penetapan Hukum Tetap (MA); Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkotika dan Lakalantas (POLRI); Banding (MA); Kenotariatan (Depkumham) dan Peninjauan Kembali PK (MA), perbedaan perlakuan pelayanan bisa dialami oleh pengguna layanan di waktu penyelesaian, biaya pengurusan, alur pengurusan,
Dalam hal apakah perbedaan perilaku pelayanan publik itu terjadi ? (Persen Penggunaan Layanan)
Penetapan Hukum Tetap (MA)
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkotika, Lakalantas (POLRI)
Banding (MA)
Kenotariatan (Depkumham)
Peninjauan Kembali PK (MA)
TDP dan SIUP untuk Pedagang Besar (Deperind)
Izin Pendidikan Luar Sekolah/Keterampilan/Kursus (Depdiknas)
Izin KIR (Dephub)
Retribusi STNK/SIM/BPKB (POLRI)
Pelayanan Haji (Depag
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Kasasi (MA)
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Keimigrasian/Paspor (Depkumham)
Administrasi Pernikahan (Depag)
Izin Pengembangan Usaha Perikanan/Usaha Penangkapan/Kapal Perikanan (DKP)
Pemasangan Baru Telpon (PT. TELKOM)
Pemberdayaan Masyarakat (KUBE)(Depsos)
Sertifikasi Tanah/Penggembangan Sertifikat (BPN)
Penambahan Daya (PLN)
Panti Rehabilitasi Sosial/Asuhan dan Jompo/SantunanVeteran&Cacat (Depsos)
Pajak (Depkeu)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/ Pendaftaran pertama kali (BPN)
Asuransi Kecelakaan Kerja (PT. Jamsostek)
Bongkar muat, cold storage, dll (DKP)
Industri farmasi/Izin Pendirian Apotik/Penyaluran alat kesehatan dan obat (Depkes)
Jasa Kepelabuhanan (PELINDO II)
Cukai Bea Masuk (Depkeu)
Pelayanan Gangguan (PLN)
Izin Akreditasi Sekolah Umum, Khusus, PTS/Akreditasi Guru (Depdiknas)
Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan (PELINDO II)
Izin Pendirian Rumah Sakit, Praktek Dokter/ Penempatan Dokter (Depkes)
0% 50% 100% 200% 300% 400%150% 250% 350%
100
65
69
83
68
50
75
75
90
100
100
100
100
56
86
100
65
94
100
83
86
75
83
42
81
100
100
80
89
100
50
95
100
100
88
100
64
50
50
59
62
23 3
50 33
25
21
50
46
11 19 64
13
11
53 11
13 11 49 2
85 20 133
75
71
79
85
33 67 17
33 33 50 17
13 50
56
25
26 21 5
29 29 42
16 25 59 22
43 86 14
52 22 57 22
34 17 34 17
33 33 8 67
40 30 55 15
50 25 75 58
40 56 87 44
38 31 81 13
22 15 33 41
25 38 25 56
62 44 59 44
54 41 60 43
50 67 67 33
75 75 75 50
63 42 90 26
58
36
44
31
42
33
63
68
25
19
37
66
14
86
39
69
100
83
92
90
25
50
69
100
94
59
65
33
25
47
67
1
Syarat
Sikap/ perlakuan
Fasilitas
Alur
Biaya
Waktu
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 43
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
fasilitas layanan, sikap/perlakuan petugas, dan atau syarat pengurusan. Hal yang lebih menarik lagi adalah bahwa 5 unit layanan yang dimaksud adalah unit layanan yang berada di Lembaga Penegak Hukum. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat upaya pemberantasan korupsi termasuk di dalamnya upaya pencegahan seharusnya dipelopori oleh lembaga penegak hukum.
Bila disimpulkan dalam ruang lingkup instansi, instansi-instansi berikut merupakan contoh di mana sebagian pengguna layanannya yang berada di unit layanan di bawah instansi tersebut pernah mengalami perbedaan pelayanan. Mahkamah Agung, POLRI, Departemen Perhubungan, Departemen Hukum dan HAM, Departemen Agama, dan Departemen Perindustrian adalah 6 dari 16 instansi yang sebagian pengguna layananannya menyatakan mengalami perbedaan perlakuan kemungkinan lebih dari 1 jenis perlakuan.
Terkait dengan hubungan antara tips dengan proses layanan, menurut pengalaman pengguna layanan, bila mereka tidak memberikan tips kepada petugas, 32 persen menyatakan bahwa proses pelayanan berjalan menjadi tidak sesuai dengan prosedur yang ditentukan. Artinya mereka menjadi mendapatkan hambatan-hambatan dalam proses layanan. Walaupun sebenarnya 68 persen menyatakan bahwa proses layanan tetap berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan walaupun mereka tidak memberikan tips, namun angka 32 persen dari yang mengalami penyimpangan prosedur merupakan nilai yang cukup besar dan harus segera mendapat perhatian dari unit layanan tersebut. Bila kondisi ini terus dibiarkan nantinya akan menjadi kebiasaan bahwa petugas menjadi hanya melayani mereka yang memberi tips saja.
Dalam hal apakah perbedaan perlakuan pelayanan publik itu terjadi ?(Presen Penggunaan Layanan)
Mahkamah Agung (MA)
Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)
Departemen Perhubungan (Dephub)
Departemen Hukum dan HAM (Depkumham)
Departemen Agama (Depag)
Departemen Perindustrian
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Depnakertrans)Departemen Sosial (Depsos)
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
PT. Jasa Raharja
PT. Telekomunikasi Indonesia (PT. Telkom)
Departemen Keuangan (Depkeu)
PT. Pelabuhan Indonesia II (PT. Pelindo II)
0% 50% 100% 200% 300% 400%150% 250% 350%
74
78
72
100
90
66
98
100
56
75
50
86
58
93
80
94
15
13
22
54
66
40
22
61
15
42
67
33
43
40
58
53
49
4
67
27
70
50
31
89
62
33
50
92
49
77
59
69
17
28
8
15
20
13
7
24
50
50
33
46
38
50
36
53
65
17
19
9
44
43
59
58
50
42
78
48
65
82
4
4
50
8
2
20
9
24
25
33
33
40
46
40
26
Syarat
Sikap/ perlakuan
Fasilitas
Alur
Biaya
Waktu
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200744
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Bila dilihat per unit layanan, gambar berikut menjelaskan bahwa terdapat 18 unit layanan yang menurut pengalaman lebih dari 50 persen pengguna layanannya biasanya akan melakukan proses pelayanan tidak sesuai dengan prosedur standar bila mereka tidak memberikan tips kepada petugas layanannya. Bentuk ketidaksesuaian tersebut diantaranya adalah waktu pelayanan dan penyelesaian layanan yang menjadi diperlambat, pelayanan yang tidak ramah, banyaknya informasi penting yang tidak disampaikan kepada pengguna layanan bila pengguna layanan tidak aktif bertanya, dan masih banyak hal lain.
Menurut Pengalaman Anda, bila tidak memberi tips kepada petugas, apakah proses pelayanan berjalan sesuai dengan prosedur
yang telah ditentukan ?
Menurut Pengalaman Anda, bila tidak memberi tips kepada petugas, apakah proses pelayanan berjalan sesuai dengan prosedur
yang telah ditentukan ?
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Kenotariatan (Depkumham)
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Izin KIR (Dephub)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Izin Trayek Angkutan Darat antar Provinsi (Dephub)
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkotika, Lakalantas (POLRI)
Sertifikasi Tanah/Penggembangan Sertifikat (BPN)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran pertama kali (BPN)
Izin Penyambungan dan Pemasangan Listrik (PLN)
Peninjauan Kembali PK (MA)
Retribusi STNK/SIM/BPKB (POLRI)
Pemutusan Telpon (PT. TELKOM)
Banding (MA)
Kasasi (MA)
Penambahan Daya (PLN)
Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan (PELINDO II)
Penyambungan Kembali Telpon (PT. TELKOM)
0% 100%50%
55.6
81.3 18.7
84 16
87.7 12.3
78.1
76.7
76
73.5
73.3
73.3
65.8
64.5
63.9
63.6
63.3
60
59.1
56.2
44.4
21.9
23.3
24
26.5
26.7
26.7
34.2
35.5
36.1
36.4
36.7
40
40.9
43.8
Selalu sesuai
Tidak selalu sesuai
Departemen Perhubungan (Dephub)
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Departemen Hukum dan HAM(Depkumham)
Mahkamah Agung (MA)
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Pelabuhan Indonesia (PELINDO)
0% 100%50%
78.5
50.8
52.9
59.5
69.2
73.3
49.2
21.5
26.7
30.8
40.5
47.1
Selalu sesuai
Tidak selalu sesuai
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 45
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Unit-unit layanan yang oleh lebih dari 50 persen pengguna layanannya dinilai petugasnya terbiasa menerima tips untuk menjamin pelayanan yang sesuai dengan prosedur ternyata berada di 9 instansi. Dari 9 instansi tersebut, yang rata-rata instansinya dinilai lebih dari 50 persen pengguna layanannya melakukan pelayanan diluar prosedur jika petugasnya tidak menerima tips adalah 6 instansi. Tiga diantara 6 instansi tersebut dianggap cukup prioritas untuk segera dilakukan perbaikan pada unit-unit layanannya (terutama unit layanan yang menjadi sampel dalam studi ini) karena 70 persen atau lebih pengguna layanannya memberikan nilai negatif terhadap petugas layananannya.
II. 4. Pencegahan Korupsi
Bentuk-bentuk aktivitas unit layanan publik dalam bentuk pencegahan korupsi yang ditanyakan kepada pengguna layanan publik dalam survei integritas sektor publik ini diantaranya adalah mengenai pengaduan masyarakat dan bentuk-bentuk kampanye anti korupsi.
Secara umum, upaya pencegahan korupsi yang dilakukan oleh lembaga pelayanan publik dalam bentuk penyediaan sarana pengaduan masyarakat sudah cukup baik. Delapanpuluhduapersen(82%)masyarakatpenggunalayananmenyatakanbahwaunit layanan yang mereka datangi telah memiliki layanan pengaduan masyarakat. Sarana yang digunakan untuk menampung pengaduan masyarakat paling banyak adalah dalam bentuk kotak saran. Ada juga yang sudah memiliki bagian khusus Pusat Pengaduan Layanan Masyarakat. Sebagian kecil dari unit layanan yang disurvei juga melayani pengaduan masyarakat dalam bentuk call center (telpon dan sms) dan website (email).
Sarana apa yang digunakan unit layanan ini untukmenampung pengaduan masyarakat
Sepengetahuan Anda, sarana apa yang digunakan unit layanan ini untuk menampung pengaduan masyarakat ?
Pusat Pengaduan Layanan Masyarakat
Kotak Saran
Call center (telpon atau sms)
Website (email)
0% 100%50%
18
31
76
57
82
43
24
69
Ya
Tidak
Pelayanan Perdagangan Luar Negeri (Depdag)Distribusi & Jaringan Pelayanan Domestik/Distribusi &
Pemasaran BBMIzin Pengembangan Usaha Perikanan/Usaha
Penangkapan/Kapal Perikanan (DKP)Pengangkatan PNS (BKN)
Panti Rehabilitasi Sosial/Asuhan & Jompo/Penyantun Veteran & Cacat (Depsos)
Penyidikan Obat dan Makanan (BPOM)
Keimigrasian / Paspor (Depkumham)
Pengurusan Penggunaan Askes (PT. ASKES)
Jasa Kepelabuhanan (PELINDO II)
Peminjaman Modal (BRI)
Pensiunan (BKN)
Kenaikan Pangkat (BKN)
Mutasi (BKN)
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Bongkar muat, cold storage, dll (DKP)
0% 50% 100% 200% 300% 400%
Website (internet)Call Center telepon dan sms)Kotak SaranPusat LayananPengaduan masyarakat
150% 250% 350%
100
67
100
100
100
77
96
100
44
56
80
100
88
89
96
66
90
100
100
83
53
88
96
100
90
78
100
82
89
96
17
20
40
63
25
32
48
49
83
57
67
89
90
3
37
25
8
44
50
13
27
64
46
86
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200746
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Beberapa unit layanan memiliki sarana penampung pengaduan masyarakat lebih dari satu jenis. Dengan menyediakan jawaban secara multiple berikut digambarkan jenis-jenis sarana penampung pengaduan masyarakat di tiap unit layanan berdasarkan jawaban dari pengguna layanan yang menyatakan bahwa unit layanan yang bersangkutan telah memiliki sarana pengaduan masyarakat.
Namun yang harus tetap menjadi perhatian adalah masih 18 persen pengguna layanan yang menyatakan bahwa unit layanan yang mereka datangi tidak memiliki layanan pengaduan masyarakat. Beberapa unit layanan yang sebagian besar pengguna layanannya menyatakan bahwa unit layanan yang mereka datangi tidak menyediakan sarana untuk menampung pengaduan layanan masyarakat adalah unit layanan Perdagangan Dalam Negeri dari Departemen Perdagangan; Lembaga Pemasyarakatan dari Departemen Hukum dan HAM; Izin Akreditasi Sekolah Umum, Khusus, PTS/Sertifikasi Guru dari Departemen Pendidikan Nasional; Administrasi Pernikahan dari Departemen Agama; SIUP untuk Pedagang Besar dan TDP dari Departemen Perindustrian; dan Pemberdayaan Masyarakat (KUBE) dari Departemen Sosial.
Ketersediaan sarana pengaduan masyarakat akan menjadi efektif apabila unit layanan menanggapi isi pengaduan tersebut. Mengenai bagaimana unit layanan menanggapi pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat pengguna layanan, ternyata data yang diperolehkurangbaik.Sebagianbesarmasyarakat(42%)tidaktahuunitlayanantersebutmenanggapi pengaduan mereka atau tidak. Sepuluh persen menyatakan dengan tegas bahwa pengaduan yang mereka ajukan tidak pernah ditanggapi oleh unit layanan dan hanya 27 persen yang menyatakan bahwa pengaduan yang mereka ajukan selalu ditanggapi oleh unit layanan tempat mereka mengurus layanan.
Sepengetahuan Anda, bila mengajukan pengaduan,apakah unit layanan ini memberikan tanggapan ?
Pajak (Depkeu)
Pemberdayaan Masyarakat (KUBE)(Depsos)
Izin Trayek Angkutan Darat antar Provinsi (Dephub)
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Administrasi Pernikahan (Depag)
Industri farmasi/Izin Pendirian Apotik/Penyaluran alat kesehatan dan obat (Depkes)
Keimigrasian/Paspor (Depkumham)
Izin PMA/PMDN (BKPM)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran pertama kali (BPN)
Izin KIR (Dephub)
Pegurusan DAU, DAK dan Dana Perimbangan Daerah (Depdagri)
Izin Akreditasi Sekolah Umum, Khusus, PTS/Akreditasi Guru (Depdiknas)
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Klaim Kecelakaan (PT. Jasa Raharja)
Pengurusan Program Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kota PPMK (Depdagri)
Pengurusan Program Sarana dan Prasarana Daerah (Depdagri)
Jasa Kepelabuhanan (PELINDO II)
0% 100%50%
13
72 8
77 10
78 2
72
68
68
66
63
62
66
63
61
40
50
28
47
37
9
2
2
5
5
10
11
13
6
33
28
28
23
23
23
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 47
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Untuk lebih memperjelas, dari 65 unit layanan yang disurvei di 30 instansi, terdapat 12 unit layanan di mana lebih dari 60 persen masyarakat pengguna layanannya menyatakan tidak tahu apakah unit layanan yang mereka datangi tersebut memberikan tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan oleh pengguna layanannya. Pada gambar juga dijelaskan bahwa ada 6 unit layanan yang menurut lebih dari 20 persen pengguna layanannya yang pernah mengajukan pengaduan ke unit layanan yang bersangkutan tidak pernah menanggapi pengaduan yang mereka ajukan. Artinya, unit-unit layanan tersebut kurang mampu menjalin komunikasi dengan pengguna layanannya. Selain itu unit layanan yang bersangkutan dianggap kurang memperhatikan bahkan cenderung mengabaikan kepuasan pelanggan.
Namun di luar unit layanan yang pengguna layananannya tidak mengetahui apakah pengaduan pengguna layanan ditanggapi atau bahkan sama sekali tidak pernah ditanggapi, beberapa unit layanan dianggap telah cukup baik memberikan respon terhadap pengaduan yang disampaikan, seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut. Diharapkan jumlah unit layanan yang memberikan respon terhadap pengaduan dari pengguna layanan terus meningkat dan yang lebih penting adalah kualitas dari respon pengaduan tersebut harus menjadi bagian penting dalam upaya pencegahan korupsi di unit layanan yang bersangkutan.
Upaya-upaya pencegahan korupsi yang dilakukan oleh unit layanan dalam bentuk kampanye anti korupsi ternyata belum dilakukan oleh semua unit layanan. Menurut 44 persen pengguna layanan, masih ada unit layanan yang tidak memiliki bentuk-bentuk kampanye anti korupsi di unit layanannya. Gambar berikut menunjukkan unit layanan yang oleh lebih dari 60 persen pengguna layanannya dinyatakan belum memiliki kampanye anti korupsi di lembaga pelayanannya.
Sepengetahuan Anda, bila mengajukan pengaduan,apakah unit layanan ini memberikan tanggapan ?
Pengusan PJTKI (Depnakertrans)
Metrologi (Tera) (Dept. Perindustrian)
Pensiunan (BKN)
Pelayanan Perdagangan Luar Negeri (Depdag)
Kenaikan Pangkat (BKN)
Pengurusan Penggunaan Askes (PT. ASKES)
Pengangkatan PNS (BKN)
Mutasi (BKN)
Bongkar Muat, Cold Storage, dll (DKP)
Izin Pengembangan Usaha Perikanan/Usaha Penangkapan/Kapal Ikan (DKP)
Asuransi Kecelakaan Kerja (PT. Jamsostek)
Jaminan Hari Tua dan Tabungan Perumahan(PT. Jamsostek)
Panti Rehabilitasi Sosial/Asuhan dan Jompo/Santunan Veteran&Cacat (Depsos)
0% 100%50%
39 61
78
75
73
73 17
70
69
67
67
3
5 74
3 71
14 70
3
2
3
91
Kadang-kadang
Selalu
12
3
1
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200748
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Masih ada 18 unit layanan yang menurut lebih dari 60 persen pengguna layanannya belum memiliki bentuk-bentuk kampanye anti korupsi. Bila dikategorikan berdasarkan instansi, terdapat 8 instansi yang masuk kategori belum memiliki bentuk-bentuk kampanye anti korupsi ini.
Dalam rangka upaya pencegahan korupsi, tidak adanya upaya unit layanan dan instansi dalam menciptakan slogan-slogan anti korupsi bisa mengindikasikan unit layanan/instansi yang bersangkutan masih berada dalam lingkungan yang rawan korupsi. Tidak ada peringatan dini bagi petugas layanan maupun pengguna layanan untuk menghindari upaya-upaya yang mencegah korupsi, misalnya anti penyuapan, anti pungutan liar, transparansi, tepat waktu dan sebagainya. Kurang adanya suasana yang kondusif terkait anti korupsi ini dikhawatirkan akan menyuburkan praktek-praktek korupsi dalam bentuk suap dan pungutan liar.
Pada Unit Pelayanan ini, Bentuk kampanye anti anti korupsi apa yang ada ? (Presen Pengguna Layanan yang menjawab “Belum Ada”)
Pada Institusi ini, bentuk kampanye anti korupsi apa yang ada ? (Persen Pengguna Layanan yang menjawab “ Belum Ada”)
Pelayanan Perdagangan Dalam Negeri (Depdag)
Pelayanan Perdagangan Luar Negeri (Depdag)
Administrasi Pernikahan (Depag)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran pertama kali (BPN)
SIUP untuk Pedangang Besar dan TDP(Dept. Perindustrian)
Penjamin Modal (Depkop dan UKM)
Peninjauan Kembali PK (MA)
Kasasi (MA)
Izin Akreditasi Sekolah Umum, Khusus, PTS/AkreditasiGuru (Depdiknas)
Pelayana Askeskin (RSCM)
Pemberdayaan Masyarakat (KUBE) (Depsos)
Pemutusan Telpon (TELKOM)
Pelayanan Rawat Inap (RSCM)
Pengurusan PJTKI (Depnakertrans)
Penetapan Hukum Tetap (MA)
Pelayanan Rawat Jalan (RSCM)
Pajak (Depkeu)
Banding (MA)
0 10050
60
82
83
97
80
76
75
74
73
70
69
68
68
68
67
67
66
63
Departemen Perdagangan
Departemen Koperasi dan UKM
Departemen Perindustrian
Mahkamah Agung
PT. ASKES
Depatemen Pendidikan Nasional
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
0 10050
60
93
75
73
69
66
63
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 49
Pote
nsi I
nteg
rita
s(P
oten
tial I
nteg
rity)
Di luar kondisi masih banyaknya unit layanan yang berada di lingkungan rawan korupsi, tercatat bahwa 54 persen masyarakat pengguna layanan menyatakan bahwa unit layanan yang mereka kunjungi memiliki bentuk kampanye anti korupsi. Bentuk-bentuk kampanye tersebut terdiri dari pengumuman langsung, pamflet/ poster/brosur, himbauan di papan pengumuman, stiker/spanduk dan iklan layanan masyarakat melalui media.
Upaya pencegahan korupsi dalam pelayanan publik menunjukkan keseriusan unit layanan dan instansi dalam memerangi korupsi secara komprehensif di luar upaya penindakan yang dilakukan. Semakin intensif usaha pencegahan korupsi yang dilakukan maka semakin efektif pula upaya pemberantasan korupsi bisa dilakukan di unit layanan dan instansi yang bersangkutan.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam perannya sebagai trigger mechanism sangat mendorong upaya-upaya pencegahan korupsi, terutama di lembaga pelayanan publik. Potret kondisi aktual pelayanan publik terkait dengan transparansi, suap, pungutan liar, dan upaya-upaya pencegahan korupsi ini dilakukan juga dalam upaya meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi di Indonesia, terutama di sektor layanan publik.
Bentuk kampanye anti koropsi apa yang ada pada unit layanan ini ?
Pengumuman langsung
Pamflet/poster/brosur
Himbauan di papan pengumuman
stiker/spanduk
Iklan layanan masyarakat melalui media
0% 100%50%
39 61
51 49
47 53
56 44
45 55
Tidak
Ya
Kesimpulan
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200752
Kes
impu
lan
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
III. Kesimpulan
Agar memudahkan maka kesimpulan dari fakta yang dijumpai di lapangan dirangkai dengan rekomendasi dalam bentuk matriks berikut ;
Integritas sektor publik di Indonesia masih rendah
Sistem dan mekanisme layanan telah mulai dibangun namun tidak sanggup/tidak cukup efektif mendukung terciptanya kondisi ideal yang seharusnya.
Cara pandang masyarakat/pengguna layanan masihpermisif/toleran terhadap perilaku korupsi.
Imbalan/tips/suap yang diberikan umumnya dalam bentuk uang tunai/cek
Survei akan dilakukan terus menerus dan KPK akan terus memonitor perkembangan/kemajuan yang dicapai.Bagi yang nilai integritasnya sangat rendah akan diberikan perhatian lebih. Dalam hal ini antara lain unit pelayanan TKI (Depnakertrans) di terminal 3 dan layanan di Lembaga pemasyarakatan (Depkumham) akan menjadi prioritas KPK. Perlu adanya mekanisme khusus yang dapat memastikan bahwa seluruh perangkat baik itu berupa SOP/sistem/aturan maupun fasilitas yang telah ada dijalankan sebagaimana mestinya.
Intensifikasi sosialisasi pada sisi pengguna layanan bahwalayanan yang diberikan oleh petugas merupakan tugas petugas yang bersangkutan yang harus dikerjakan sesuai dengan aturan yang ada.
Pemberian tips/imbalan lain/suap berupa uang tunai/cek menunjukkan bahwa praktek suap masih dilakukan dalam bentuk yang sederhana dan praktis. Praktis karena mudah proses transaksinya. Untuk itu kontak antara petugas dan pengguna semaksimal mungkin dihindari, jikalau harus ada, pertemuan antara petugas dan pengguna sebaiknyadilakukan di tempat yang terbuka dan dapat dimonitor oleh banyak orang, sehingga prosespemberian suap dapat segera terlihat.
1. Rata-rata nilai integritas dari 30 instansi dengan sampel 65 unit layanan adalah 5,53
2. Nilai experience integrity yang terendah untuk unit layanan adalah 2,96, sangat jauh dari standar suatu layanan.
Rata-rata nilai potensi integritas (6) lebih baik daripada pengalaman integritas (5,34),
1. Terhadap 10 unit layanan, yang mayoritas penggunanya
(75-100%)merasabahwa pemberian imbalan (tips)
merupakan hal yang wajar dalam pengurusan layanan.
2. Meskipun88%penggunadiunit layanan bongkar muat dan cold storage di DKP mengaku membayar imbalan di luar biaya resmi, namun semua
responden menganggap bahwa biaya tersebut adalah hal yang wajar.
Dari 1327 orang yang mengaku mengeluarkan biaya di luar biaya resmi,87,9%nyamemberikanimbalan kepada petugas layanan dalam bentuk uang tunai/cek
Kesimpulan Fakta dari Hasil Survei Rekomendasi
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 53
Kes
impu
lan
Nilai suap dibandingkan biaya resmi cukup besar.
Tingkat keterbukaan informasi layanan sangat rendah. Layanan masih dalam tataran konvensional serta kurang memanfaatkan teknologi.
Petugas masih berperilaku koruptif
Inisiatif pemberian suap juga berasal dari pengguna layanan
Kondisi ini cukup memprihatinkan, hal ini dapat terjadi karena memang ada interest namun tidak tertutup kemungkinan adanya upaya pemerasan yang dilakukan oleh petugas layanan. Bagi kondisi yang sudah kearah upaya pemerasan, perlu disosialisasikan mekanisme yang mampu melindungi pengguna layanan dari upaya pemerasan yang berasal dari oknum petugas pemberi layanan. dalam hal ini dibukanya aduan pelayanan menjadi amat penting.
Perlu adanya terobosan dalam perbaikan pemberian layanan. Pemberian informasi yang lengkap dan proaktif kepada masyarakat pengguna merupakan salah satu tolak ukur bagi KPK untuk menilai komitmen suatu unit layanan dalammemperbaiki kinerja unit layanannya tersebut.
1. Mekanisme reward and punishment terhadap petugas suatu unit layanan
perlu untuk ditegakkan.2. Perlu adanya mekanisme
check and balances, dalam memonitor kinerja petugas.3. KPK perlu sesekal melakukan “shock therapy”
secara random untuk memonitor perilaku petugas
di unit layanan yang nilai integritasnya rendah seperti di lembaga pemasyarakatan dan layanan TKI di Terminal 3
1. Perlu disosialisasikan ke masyarakat pengguna bahwa tawaran mereka termasuk perbuatan koruptif yang bahkan dapat dikenai sanksi pidana.
Tigapuluhtujuhpersen(37%)nyamembayar imbalan/biaya tambahanlebihdari20%daribiayaresmi. Secara nominal range biaya tambahan tersebut bervariasi, tercatat biaya tambahan terbesar adalah Rp. 150 juta. (layanan di Mahkamah Agung)
1. Skor tingkat Keterbukaan Informasi paling rendah = 2.272. Sebagian besar masyarakat (90 persen) mendapatkan
informasi dari petugas layanan secara langsung. Artinya, mereka secara manual harus bertanya kepada petugas mengenai informasi layanan yang akan mereka urus. (terjadi kontak langsung face-to-face)
3. Hanya25%penggunalayananyang melihat adanya
penggunaan teknologi (touch screen, layar TV, web/
computer) untuk menyampaikan informasi di
unit layanan yang mereka datangi.
1. Tigapuluhsatupersen(31%)pengguna layanan merasa prosedur pelayanannya tidak diberlakukan sama dengan pengguna layanan yang lain.
2. Dua puluh sembilan persen (29%)penggunalayananmenyatakan bahwa petugas di unit layanan yang mereka
datangi sudah terbiasa menerima tips, hadiah atau
imbalan lain sebagai bagian dari pengurusan pelayanan.
Duapuluhpersen(20%) pengguna layanan mengakui
bahwa mereka pernah menawarkan tips, hadiah atau
imbalan kepada petugas dalam rangka mempercepat layanan.
Kesimpulan Fakta dari Hasil Survei Rekomendasi
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200754
Kes
impu
lan
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Tidak ada Transparansi/ informasi yang jelas mengenai biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam penggurusan layanan
Pelayanan aduan yang ada tidak berjalan dengan efektif.
Tidak ada upaya pencegahan korupsi yang serius di unit layanan
2. Sosialisasi perlu dilakukan KPK terhadap pengguna layanan di tempat-tempat unit
pelayanan publik yang bersangkutan.”
Perlu ditegakkan kembali standarisasi dalam pemberian layanan publik termasuk standar untuk mencantumkan secara transparan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu layanan.
Hal ini menunjukkan kurangnya sosialisasi dan tidak digarapnya layanan pengaduan secara profesional. Layanan yang baik adalah layanan yang menanggapi aduan dengan profesional dan menindaklanjuti pengaduan tersebut dengan upaya yang konkrit. Untuk itu perlu dilakukan kajian dan monitoring terhadap unit pengaduan yang ada di suatu unit layanan untuk memastikan dampak/manfaat yang ditimbulkan dari unit pengaduan tersebut.
Belum ada upaya yang serius dari unit layanan terkait untuk men-ingkatkan upaya pencegahan korupsi di unit layanan tersebut. Perlu adanya penghargaan bagi unit layanan yang telah mengu-payakan adanya upaya pencega-han korupsi.
1. Duabelaspersen(12%)pengguna layanan tidak tahu apakah biaya yang mereka keluarkan sesuai/tidak dengan biaya yang ditetapkan.
2. Empatpuluhdua(42%) pengguna menilai bahwa
layanan yang mereka terima tidak selalu selesai tepat waktu.
1. Empatpuluhdua(42%) pengguna tidak tahu aduannya ditindaklanjuti atau tidak
bahkan27%penggunasecarategas menyatakan bahwa aduannya tidak dilayani.
2. Empat puluh empat persen (44%)penggunatidakmelihatadanya kampanye anti korupsi di unit layanan tersebut.
Kesimpulan Fakta dari Hasil Survei Rekomendasi
Lampiran
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200756
Lam
pira
n
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Responden berjumlah 3611, tersebar di 65 unit layanan yang berada di 30 instansi. Jumlah responden per-instansi rata-rata adalah 120 orang, dengan jumlah responden per unit layanan rata-rata 30 orang.
Responden terdiri dari 37,6 persen (1359 orang) wanita dan 62,4 persen (2252 orang) pria. Sebaran responden per instansi yang membawahi unit layanan sampel ditunjukkan oleh gambar berikut.
Sebagian besar responden yang tersebar berdasarkan instansi adalah pria. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar yang mengurus layanan di instansi tempat unit layanan tersebut berada adalah pria. Jumlah responden wanita lebih banyak di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi karena salah satu unit layanan di Depnakertrans tersebut adalah layanan yang melayani Tenaga Kerja Indonesia yang sebagian besar adalah wanita (TKW). Di PT. Taspen responden wanita sebagian besar adalah janda (isteri) dari pensiunan.
Jenis Kelamin Responden berdasarkan instansi
Jumlah Dan Jenis Kelamin Responden
Karakteristik Responden
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 57
Lam
pira
n
Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SLTA (41 persen) dan S-1 (29 persen) serta sebagian kecil tidak tamat SD+SD (5 persen),SLTP (7 persen) dan S2/S3 (2 persen).
Sebaran tingkat pendidikan responden berdasar instansi tempat unit layanan tersebut berada ditampilkan dalam gambar berikut. Terlihat bahwa pengguna layanan di unit layanan di bawah Mahkamah Agung dan Departemen Dalam Negeri 80 persennya adalah lulusan S-1. Responden dengan tingkat pendidikan Tidak tamat SD dan SD paling besar berada di unit layanan di bawah Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Sedangkan responden lulusan S2/S3 terbanyak adalah pengguna layanan di unit layanan yang berada di bawah Departemen Kesehatan. Secara umum, responden pengguna layanan dengan tingkat pendidikan SLTA tersebar merata di seluruh unit layanan pada instansi sampel.
Tingkat Pendidikan Responden berdasarkan Instansi
Tingkat Pendidikan Dan Pekerjaan Responden
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200758
Lam
pira
n
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Pekerjaan pengguna layanan yang menjadi responden dalam studi ini sebagian besar adalah pegawai/ karyawan (58 persen), dan sebagian kecil Profesional (8 persen), Pedagang/Petani/ Nelayan (7 persen), Wiraswasta (8 persen), Tenaga Kerja Indonesia (2 persen), mahasiswa (1 persen), pensiunan (4 persen) dan tidak bekerja (8 persen).
Dalam gambar terlihat bahwa seluruh responden pengguna layanan di unit layanan yang berada di Departemen Dalam Negeri adalah pegawai. Hal tersebut dikarenakan memang jenis layanan dari Departemen Dalam Negeri umumnya adalah melayani instansi atau pegawai (PNS) di instansi tersebut (layanan antar lembaga).
Jenis Pekerjaan Responden berdasarkan instansi
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 59
Lam
pira
n
Rata-rata usia pengguna layanan yang dijadikan responden dalam survei ini paling banyak adalah di sekitar 31-40 tahun (39,6 persen), kedua adalah 41-50 tahun (25,9 persen), kemudian 21-30 tahun (21,5 persen), lebih dari 50 tahun (12,55 persen) dan yang paling sedikit adalah kurang dari atau sama dengan 20 tahun (0,53 persen).
Usia Dan Tingkat Pengeluaran Responden
Usia Responden berdasarkan Instansi
Bila didistribusikan berdasarkan instansi tempat unit layanan di mana responden mengurus layanannya, terlihat bahwa responden dengan usia 31-40 tahun dan 41-50 tahun tersebar secara merata di seluruh instansi, sedangkan responden dengan usia kurang dari atau sama dengan 20 tahun hanya ada di unit layanan yang berada di Kepolisian Negara RI, PT. Telkom dan RSCM. Responden dengan usia lebih dari 50 tahun sangat banyak terdapat di unit layanan yang berada di PT. Taspen. Hal tersebut dikarenakan pengguna layanan di unit layanan dan instansi tersebut umumnya adalah pensiunan atau istri/janda pensiunan tersebut.
60
Lam
pira
n
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Tingkat pengeluaran rata-rata per bulan responden pengguna layanan yang menjadi sampel sebagian besar berada di sekitar Rp. 1 juta – Rp. 2 juta (37 persen), Rp. 2 juta – Rp. 3 juta (33,6 persen), Lebih dari Rp. 4 juta (13,5 persen), Rp. 3 juta – Rp. 4 juta (9,2 persen) dan di bawah Rp. 1 juta (6,7 persen).
Sebaran tingkat pengeluaran berdasarkan instansi ditunjukkan oleh gambar berikut. Terlihat bahwa pada pengguna layanan di unit layanan yang berada di bawah BKN tingkat pengeluarannya sebagian besar berada di sekitar Rp. 2 juta – Rp. 3 juta, dan sebagian kecil adalah Rp. 3 juta – Rp. 4 juta. Sebagai informasi tambahan, sebagian besar atau bahkan seluruh responden pengguna layanan di BKN adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Tingkat Pengeluaran Rata-rata per Bulan Responden berdasarkan instansi
Metodologi Penelitian
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200762
Met
odol
ogi P
enel
itian
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Metodologi Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Responden
Responden adalah pengguna layanan publik yang secara langsung menerima layanan yang diberikan oleh unit layanan yang disurvei. Responden dapat berupa individu yang mewakili dirinya sendiri ataupun individu yang mewakili suatu instansi yang membutuhkan layanan
Unit Layanan adalah unit yang berada di suatu instansi yang memberikan layanan kepada pengguna. Pengguna dapat berasal dari pihak internal maupun eksternal dari instansi tersebut.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian di lakukan terhadap 65 unit pemberi layanan dari 30 instansi pusat yang berlokasi di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi).
3. Jumlah dan sebaran responden
Total responden yang diwawancarai dalam survei ini berjumlah 3611 orang, yang merupakan pengguna langsung layanan dari 65 unit pemberi layanan dari 30 instansi
Departemen Hukum dan HAM
Departemen Keuangan
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Departemen Sosial
Lembaga Peradilan
Kepolisian Negara RI
253857
120
6060
120
6060
120
41
79
121
30313030
121
49
72
120
1 Kenotariatan2 Keimigrasian/paspor3 Lembaga Pemasyarakatan
3 Layanan
1 Pajak2 Cukai/ Bea Masuk
2 Layanan
1 Pengurusan PJTKI2 TKI di Terminal 3 Bandara
2 Layanan
1 Panti Rehabilitasi Sosial/Panti Asuhan dan Jompo/ Penyantunan Veteran & cacat2 Pemberdayaan masyarakat (Kube)
2 Layanan
1 Banding2 Peninjauan Kembali PK3 Penetapan Hukum Tetap4 Kasasi
4 Layanan
1 Tindak Pidana Umum,Tindak Pidana Khusus, Narkoba dan Lakalantas
2 Retribusi STNK dan BPKB/Surat Izin Mengemudi (SIM)/Surat Tanda Nomer Kendaraan (STNK)/Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB)
2 Layanan
NamaDepartemen/ Institusi
N0. Nama Unit Layanan Jumlah Responden
1
2
3
4
5
6
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 63
Met
odol
ogi P
enel
itian
PT. ASKES
Badan Kepegawaian Negara (BKN)
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
PT. Jamsostek
PT. PLN
Departemen Kelautan dan Perikanan
PT. JASA RAHARJA
Departemen Agama
Koperasi dan UKM
Departemen Perdagangan
Departemen Kesehatan
120
120
30303030
120
120
120
120
120
6060
120
373548
120
383944
121
3289
121
120
120
5666
122
120
120
90
30
120
70
50
120
1 Pengurusan Penggunaan Askes
1 Layanan
1 Pengangkatan PNS2 Kenaikan Pangkat3 Mutasi4 Pensiunan
4 Layanan
1 Izin PMA/PMDN
1 Layanan
1 Penyidikan obat dan makanan
1 Layanan
1 Sertifikasi Tanah/Penggabungan Sertifika2 Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama kali
2 Layanan
1 Jaminan hari tua dan tabungan perumahan2 Asuransi kecelakaan kerja3 Asuransi kesehatan tenaga kerja
3 Layanan
1 Izin penyambungan dan pemasangan listrik2 Pelayanan gangguan3 Penambahan daya
3 Layanan
1 Bongkar Muat, Cold Storage, dll2 Ijin Pengembangan Usaha Perikanan /Ijin Pelayanan Usaha Penangkapan/Ijin Kapal Perikanan
2 Layanan
1 Klaim Kecelakaan
1 Layanan
1 Pelayanan Haji2 Administrasi Pernikahan
2 Layanan
1 Penjamin Modal
1 Layanan
1 Pelayanan Perdagangan Dalam Negeri : Pendaftaran keagenan /distributor/ Ijin usaha perwakilan perusahaan perdagangan asing/ Izin usaha
penjualan langsung/ Pendaftaran usaha waralaba/ Pedagang gula antar pulau terdaftar/ Surat persetujuan
perdagangan gula r2 Pelayanan perdagangan Luar Negeri : Layanan perijinan ekspor dan impor
2 Layanan
1 Izin pendirian RS, Izin Praktek Dokter/Izin penempatan dokter
2 Industri Farmasi/Izin pendirian Apotik/Rumah Obat, Izin penyaluran alat kesehatan dan obat/Izin edar alat
kesehatan dan obat
2 Layanan
NamaDepartemen/ Institusi
N0. Nama Unit Layanan Jumlah Responden
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200764
Met
odol
ogi P
enel
itian
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Departemen Perhubungan
PT.TELKOM
Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Perindustrian
DEPDAGRI
PT. Bank Rakyat Indonesia
PT. Pelindo
PERTAMINA
PT. Taspen
RS. Cipto Mangunkusumo
PT. Pertani
32
2564
121
812218
121
66
57
123
80
40
120
30
3030
30
120
120
120
3189
120
62
58
120
120
120
423741
120
37
83
120
1 Izin Usaha Angkutan Darat/ Izin Usaha Angkutan Laut (Pelayaran)/Izin Usaha Angkutan Udara (Penerbangan)
2 Izin Trayek Angkutan Darat antar Propinsi3 Izin pengujian kelayakan kendaraan angkutan umum
darat (KIR)
3 Layanan
1 Pemasangan Baru2 Pemutusan3 Penyambungan Kembali
3 Layanan
1 Izin/Akreditasi TK, SD, SLP,SLA Umum, dan khusus, PTS /Sertifikasi Guru (SD/Menengah/SLTP/SLTA),
2 Izin pendidikan luar sekolah/Pendidikan Ketrampilan/Kursus-kursus
2 Layanan
1 SIUP untuk (Pedagang Besar) dan TDP (Tanda Daftar Perusahaan)2 Metrologi/Tera
2 Layanan
1 Pengurusan Dana Alokasi Umum, Dana alokasi khusus dan Dana perimbangan daerah
2 Persetujuan Eselon 1 dan 23 Pengurusan program pemberdayaan masyarakat desa
dan kota Program PPMK4 Pengurusan program sarana prasarana daerah
4 Layanan
1 Peminjaman Modal
1 Layanan
1 Jasa kepelabuhanan2 Jasa Gudang/lapangan penumpukan
2 Layanan
1 Distribusi dan Jaringan pelayanan domestik/Distribusi dan pemasaran BBM
2 Distribusi dan pemasaran non BBM
2 Layanan
1 Tabungan Pensiun
1 Layanan
1 Pelayanan Askeskin2 Pelayanan Rawat Inap3 Pelayanan Rawat Jalan
3 Layanan
1 Distribusi dan produksi pupuk, beras, benih padi dan palawija, pestisida dan bahan kimia, alat mesin pertanian2 Jasa perdagangan hasil bumi
2 Layanan
NamaDepartemen/ Institusi
N0. Nama Unit Layanan Jumlah Responden
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 65
Met
odol
ogi P
enel
itian
Metodologi Pengumpulan Data
1. Penentuan Bobot Indikator dan pertanyaan dalam Kuesioner
Terdapat dua indikator utama dalam menentukan tingkat integritas suatu unit layanan atau instansi, (1) Pengalaman Integritas dan (2) Potensi Integritas. Kedua indikator utama tersebut diturunkan ke dalam beberapa sub indikator, untuk kemudian di terjemahkan ke dalam 26 pertanyaan tertutup dan setengah terbuka yang terangkum dalam satu kue-sioner.
Untuk menghitung nilai integritas suatu unit layanan/instansi, tiap indikator dibobot ses-uai dengan definisi tiap indikator dan tujuan survei. Bobot tiap indikator tersebut ditentu-kan berdasarkan hasil kesepakatan 21 pakar/ahli yang diundang KPK untuk mendiskusikan hal tersebut. Hasil kesepakatan ke 21 pakar/ahli tersebut kemudian diolah dan dirangkum menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchial Process) dan Delphi.
Untuk nilai integrity sendiri merupakan hasil dari pengalaman integritas dengan bobot 0,705 dan potensi integritas dengan bobot 0,295.
Penetapan Indikator, pembobotan dan pertanyaan yang terkait dengan indikator tersebut dapat dilihat dalam matriks berikut;
Pengalaman Integritas (Experienced Integrity)(0.705)
Potensi Integritas(Potential Integrity)(0.295)
Pengalaman korupsi(Experienced Corruption)(0.748)
Cara Pandang terhadap Korupsi(Perceived Corruption)(0.252)
Lingkungan Kerja(Working Environment) (0.265)
Frekuensi Pemberian Gratifiksi(Frequency of gratuities/entertainment) (0.694)
(Nilai/Jumlahgratifikasi)(Amount of gratuities/entertainment offered (0.306)
Cara padang tingkat gratifikasi(The perceived level of seriousness of gratuities/entertainment)(1.000)
(Penawaran dan pem-berian gratifikasi) Offer and receipt of gratuities/entertainment as common practices(0.658)
Q20. Selama Anda menerima pelayanan pada instansi ini, selain mengeluarkan biaya sesuai ketentuan yang berlaku, apakah Anda mengeluarkan biaya/imbalan tambahan? Q21. Menurut pengalaman Anda, imbalan dalam bentuk apakah yang diberikan kepada petugas layanan pada instansi ini? Q22. Apabila mengeluarkan biaya tambahan pada instansi ini, pada jenjang apakah apakah biaya tersebut dikeluarkan?
Q23. Menurut pengalaman Anda, berapa persen besarnya biaya tambahan (hadiah/imbalan yang diberikan) dari standar biaya formal yang dikeluarkan pada setiap pelayanan di in-stansi ini: (besar biaya tambahan Rp.................................) dari biaya standar (Rp.....................................)
Q24. Menurut pandangan Anda, apakah pemberian imbalan atau lainnya pada suatu insitusi (insitusi ini) merupakan hal yang wajar dalam proses pengurusan layanan? Q25.Menurut pandangan Anda selama ini, bentuk imbalan yang diberikan dalam proses pengurusan layanan di instansi ini merupakan: .....Q26. Menurut penilaian Anda, bagaimana tingkat korupsi pada instansi ini?
Q8. Selama Anda menerima layanan pada instansi ini, apakah ada/terdapat petugas yang menawarkan jasa untuk memper-cepat proses pelayanan dengan imbalan tertentu?Q9. Menurut pengalaman Anda, apakah para petugas pada instansi ini sudah terbiasa menerima tips, hadiah atau im-balan lain sebagai bagian dari pengurusan pelayanan?Q12. Selama ini, apakah Anda pernah menawarkan tips, hadiah atau imbalan kepada petugas untuk mempercepat layanan?
Indikator Topik Kuesioner Pertanyaan dalam kuesionerVariabel
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200766
Met
odol
ogi P
enel
itian
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
2. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung (face to face) dengan responden. Responden dipilih secara acak. Responden ditemui on the spot ketika responden sedang mengurus layanan di lokasi. Untuk beberap jenis unit pemberi layanan yang tidak terbuka, dimana responden sulit ditemui di lokasi unit pemberi layanan maka responden tersebut dilacak/ditelusuri menurut asal responden tersebut.
Sistem AdminisitrasiAdministrative Systems (0.303)
Perilaku Petugas layananPersonal Attitude (0.261)
Upaya Pencegahan Korupsi)/ Corruption Control Measures (0.171)
Kebutuhan tatap muka berulang Need for additional counseling (0.342)
Kepraktisan SOPPracticality of standards and procedures (0.294)
Tingkat keterbukaan informasiLevel of information disclosure (0.706)
Keadilan dalam layananFairness in duty performance (0.727)
Harapan atas gratfikasi Expectation for gratuities/entertainment (0.273) Upaya Pencegahan KorupsiLevel of corruption prevention efforts (0.556)
Kemudahan dalammenyampaikanEasiness in raising objections (0.444)
Q10. Menurut pengalaman Anda selama ini, untuk mendapat pelayanan di instansi ini, apakah diperlukan menghadap petugas berulang kali?Q11.Menurut pengalaman Anda selama ini, Apakah intensitas pertemuan/komunikasi dengan petugas di luar prosedur akan mempercepat proses pelayanan?
Q1.Sepengetahuan Anda, apakah di instansi ini terdapat/memiliki informasi tentang layanan? Q3. Apakah Anda mengetahui persyaratan dan prosedur yang telah ditetapkan untuk memperoleh pelayanan di instansi ini?Q5. Apakah proses pelayanan yang Anda terima telah sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan ?Q6.Apakah biaya yang anda keluarkan telah sesuai dengan standar/tarif yang telah ditentukan?Q7. Menurut pandangan Anda, bagaimana prosedur pelayanan di instansi ini?
Q2. Darimana anda mendapatkan informasi layanan pada instansi ini ? Q4.Selama ini, apakah Anda mendapatkan kesulitan dalam memperoleh informasi tentang prasyarat dan prosedur pelayanan di instansi ini?
Q14. Apakah prosedur pelayanan yang telah ditetapkan diberlakukan sama terhadap semua penerima layanan? Q15. Selama anda menerima layanan, apakah pernah menerima perbedaan perlakuan pelayanan? Q16. Dalam hal apakah perbedaan perlakuan itu terjadi?
Q13. Menurut pengalaman Anda selama ini, bila tidak memberikan tips kepada petugas, apakah proses pelayanan berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan?
Q17.Sepengetahuan Anda, sarana apa yang digunakan instansi ini untuk menampung pengaduan layananmasyarakat? Q19. Pada layanan di Institusi ini, bentuk kampanye Anti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) apa yang ada pada instansi ini?
Q18. Sepengetahuan Anda, bila mengajukan pengaduan, apakah instansi ini memberikan tanggapan ?
Indikator Topik Kuesioner Pertanyaan dalam kuesionerVariabel
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 67
Met
odol
ogi P
enel
itian
Metodologi Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan memperhitungkan bobot yang ada di tiap kuesionernya, dengan menggunakan bantuan MS-Excell dan SPSS.Nilai integritas mempunyai skala 0-10, dimana semakin tinggi nilai integritas yang diperoleh menunjukan tingkat integritas yang semakin baik .
Metodologi Survei
Responden :• Pengguna langsung unit layanan publik disurvey dalam 1 tahun terakhir• Individu yang mewakili dirinya sendiri ataupun Individu yang mewakili suatu lembaga/
institusi (tidak termasuk calo)Lokasi
30 instansi pusat yang berlokasi di Jabodetabek(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)
Jumlah dan sebaran respondenMinimum 30 responden/unit layanan (120 responden/lembaga). Total responden yang diwawancarai berjumlah 3611 orang
Unit Layanan :• adalah unit yang berada di suatu instansi yang memberikan layanan kepada pengguna• 65 unit layanan di Instansi Pusat Jabodetabek
IntegritasTotal5.53
Pengalaman Integritas
(0.705) - 5.34
Pengalaman korupsi(0.748) - 5.52
Cara Pandang terhadap Korupsi (0.252) - 4.78
Lingkungan Kerja(0.265) - 7.90
Sistem Administrasi(0.303) - 4.02
Perilaku Petugas layanan (0.261) - 6.68
Upaya Pencegahan Korupsi) - 4.07(0.171)
Frekuensi Pemberian Gratifikasi (0.694) - 4.07
Nilai/Jumlah gratifikasi (0.306) - 8.82
Cara pandang tingkat gratifikasi(1.000)
Penawaran dan pemberian gratifikasi0.658) - 8.20
Kebutuhan tatap muka berulang (0.342) - 7.32
Kepraktisan SOP (0.294) - 8.22
Tingkat keterbukaan informasi(0.706) - 2.27
Keadilan dalam layanan (0.727) - 6.19
Harapan atas gratifikasi (0.273) - 7.98
Tingkat upaya pencegahan koryupsi (0.556) - 2.91
Kemudahan menyampaikan komplain (0.444) - 5.53
Potensi Integritas(0.295) - 6.00
IntegritasTotal
2 Variabel 6 Indikator 11 Sub-Indikator
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200768
Met
odol
ogi P
enel
itian
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Skor Integritas Lembaga Publik
Skor Integritas Rata-rata: 5,53: - Skor Pengalaman Integritas Rata-rata: 5,34 - Skor Potensi Integritas Rata-rata: 6,00 Pengalaman Integrita : Merefleksikan persepsi dan pengalaman responden terhadap tingkat korupsi yang
dialaminya (berdasarkan pengalaman personal responden)
Potensi Integritas: Merefleksikan faktor-faktor yang berpontensi penyebab terjadinya korupsi
dipersepsikan oleh responden (mengindikasikan keberadaan faktor2 yang memungkinkan berkorelasi dengan terjadi korupsi di masa mendatang)
Semakin tinggi skor integritas, semakin kecil kemungkinan pengguna layanan publik mengalami korupsi, mempersepsikan terjadinya korupsi dan faktor-faktor dalam sistem administrasinya yang berpotensi korupsi (Skor 1 -10)
INTEGRITAS TOTAL = (Pengalaman + Potensi) IntegritasPengalaman
Badan Kepegawaian Negara (BKN)Departemen Dalam Negeri
PT. Pertani
Departemen PerdaganganPT. Taspen
Koperasi dan UKMBadan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
Departemen Pendidikan NasionalPT. ASKES
PT. JASA RAHARJA
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Departemen SosialDepartemen Perindustrian
PT. TELKOM
Departemen Keuangan
PERTAMINABRI
RSCMPT.Jamsostek
Departemen Kelautan dan Perikanan
Mahkamah Agung
Departemen KesehatanPT. PLN
Departemen AgamaDepartemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kepolisian Negara RI
PT. PelindoDepartemen Perhubungan
Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Departemen Hukum dan HAM
Dep
arte
men
/ Lem
baga
Pengalaman Integritas = 5.34
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,000,50 1,50 2,50 3,50 4,50 5,50 6,50 7,50
Potensi Integritas = 6.0
Integritas Total = 5.53
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 69
Met
odol
ogi P
enel
itian
11 Lembaga dengan Skor Integritas Terendah
11 Unit Layanan dengan Skor Integritas Terendah
Lembaga/ Instansi
Unit Layanan Lembaga/Instansi
Departemen Kelautan dan Perikanan
Mahkamah Agung
Departemen Kesehatan
PT. Perusahaan Listrik Negara
Departemen Agama
Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Kepolisian Republik Indonesia
PT. Pelabuhan Indonesia
Departemen Perhubungan
Badan Pertahanan Nasional
Departemen Hukum dan HAM
PT. Pelabuhan Indonesia
Kepolisian Republik Indonesia
PT. Perusahaan Listrik Negara
Departemen Hukum dan HAM
Badan Pertahanan Nasional
Departemen Perhubungan
Departemen Hukum dan HAM
Departemen Hukum dan HAM
Badan Pertahanan Nasional
Departemen Perhubungan
Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi
Gudang/ Lapangan Penumpukan
Retribusi STNK dan BPKB/SIM/STNK/BPKB
Izin Penyambungan dan Pemasangan Listrik
Lembaga Pemasyarakatan
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/
Pendaftaran Peratama Kali
Izin Usaha Angkutan Darat/Laut
(Pelayaran)/Udara (Penerbangan)
Keimigrasian Paspor
Kenotariatan
Sertifikasi Tanah/ Penggabungan Sertifikat
Izin Pengujian Kelayakan Kendaraan
Angkutan Umum Darat (KIR)
Pelayanan TKI di Terminal 3
5,41
5,28
5,25
5,16
5,15
4,85
4,81
4,76
4,24
4,16
4,15
4,72
4,62
4,52
4,33
4,23
4,22
4,21
4,13
4,09
3,99
3,45
Skor Integritas
Skor Integritas
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200770
Met
odol
ogi P
enel
itian
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
Skor Indikatordibawah Rata-Rata 5.53
Apakah pemberian imbalan atau lainnya pada suatu instansi merupakan hal yang wajar dalam proses pengurusan layanan?
Apakah pemberian imbalan atau lainnya pada suatu instansi merupakan hal yang wajar dalam proses pengurusan layanan?
Pengalaman Korupsi
Cara pandangkorupsi
Sistem Administrasi
Upaya Pencegahan Korupsi
5.34
4.78
4.03
4.07
Tinggi pengalaman korupsi dalam setiap tahap suatu layanan
Masyarakat PERMISIF
SOP ada tetapi tidak diinformasikan dengan baik(layanan tidak transparan al. Waktu, biaya, persyaratan dll)
Mekanisme pengaduan masyarakat tidak tersedia dankampanye anti KKN rendah
Dept.Kelautan dan Perikanan
PT. PELINDO
Departemen Sosial
BRI
Departemen Perhubungan
0% 100%50%
71 29
91 9
84 16
82 18
75 25
Bongkar muat,cold storage,dll (Dept.Kelau-tan &Perikanan)
Izin usaha angkutan darat/pelayaran/penerbangan (Dept.Perhubungan)
Jasa Kepelabuhanan (PT. Pelindo)
Pemberdayaan Masyarakat/Kube (Dep-t.Sosial)
Izin pengembangan usaha perikanan/Pelayanan us-aha penangkapan/ Kapal
Jasa gudang/Usaha penumpukan (PT.Pelindo)
Pemasangan baru telpon (TELKOM)
Distribusi dan Jaringan pelayanan domestik/Distribusi dan Pemasaran BBM (Pertamina)
Peminjaman modal (BRI)
0% 100%50%
75 25
88 12
94 6
97 3
97 3
100
80 20
79 21
77 23
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 71
Met
odol
ogi P
enel
itian
45 persen pengguna layanan publik memandang pemberian imbalan atau lainnya pada suatu instansi merupakan hal yang wajar (Masyarakat PERMISIF)100%dari 88% responden yangmemberikan imbalan dalam layanan cold storageDKPmenganggap pemberian Imbalan hal yang wajar.Tingginya toleransi masyarakat dalam memandang korupsi di pelayanan publik berbeda terhadap setiap unit layanan. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa unit layanan tertentu memang sudah sangat terbiasa dan wajar menerima imbalan dari pengguna layanan publik.
Masyarakat Permisif
Cara Pandang Masyarakat terhadap Korupsi di Pelayanan Publik
Selama menerima pelayanan dari Instansi ini, selain mengeluarkanbiaya resmi, apakah Anda mengeluarkan biaya/imbalan tambahan?
Selama menerima pelayanan di Unit Layanan ini, selain mengeluarkan biaya resmi, apakah Anda mengeluarkan biaya/imbalan tambahan?
Departemen Perhubungan
Badan Pertanahan Nasional
PT. PELINDO
NegaraDepartemen Hukum dan HAM
PT. Perusahaan Listrik Negara
0% 100%50%
60 40
80 20
79 21
78 22
69 31
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Bongkar Muat,Cold Storage (DKP)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Sertifikasi Tanah, Penggabungan Sertifikat (BPN)
Izin Usaha Angk.Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Izin KIR (Dephub)
Jasa Kepelabuhanan (Pelindo)
Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan (Pelindo)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama (BPN)
Banding (MA)Distribusi dan Jaringan Pelayanan Domestik/Distribusi dan
Pemasaran BBM (Pertamina)Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkoba, Lakalantas (POLRI)
Pelayanan Gangguan (PLN)
Izin Penyambungan dan Pemasangan Listrik (PLN)
0% 100%50%
61 39
67 33
72 28
76 26
81 19
83 17
84 16
87 13
87 13
88 12
95 5
66 34
63 37
62 38
Tidak Pernah
Pernah
Tidak Pernah
Pernah
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200772
Met
odol
ogi P
enel
itian
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007
• Mengenainilaibiayatambahanbervariasi dari kurang 2.5 persen sampai lebih dari 20 persen.• Tidakbanyakrespondenyangterbukauntuk menyebutkan nominal imbalan yang telah mereka berikan di luar biaya resmi.• Dari1207orangyangmengakumemberikan tambahan imbalan di luar biaya resmi, hanya 691orang(57,25%)yangmenyebutkannominalimbalanyangdiberikan.• Dari responden yang terbuka tersebut, ternyata 37%nya membayar imbalan/biaya
tambahanlebihdari20%daribiayaresmi.Secaranominalrangebiayatambahantersebutbervariasi dari Rp. 1000,- sampai Rp. 150 juta
Biaya Tambahan
Berapa persen besarnya biaya tambahan dari biaya resmiyang Anda keluarkan di Unit Layanan ini?
Persen Biaya Tambahan Responden %<2,5%2,5%-5%5%-10%10%-15%15%-20%>20%
28,658,399,77,098,6837,48
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Jasa Kepelabuhanan (Pelindo)
Jasa Gudang/Lapangan Penumpukan(Pelindo)
Kenotariatan (Depkumham)
Sertifikasi Tanah, Penggabungan Sertifikat (BPN)
Izin Penyambungan dan Pemasangan Listrik (PLN)
Izin KIR (Dephub)
Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/Pendaftaran Pertama (BPN)
Industri Farmasi/Izin Pendirian Apotik (Rumah Obat)/Penyaluran Alat Kesehatan dan Obat (Depkes)
Retribusi STNK/BPKB/SIM (POLRI)
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkoba, Lakalantas (POLRI)
Izin pendirian RS, Izin Praktek Dok-ter/Izin penempatan dokter (Dep-kes)
Administrasi Pernikahan (Depag)
Izin Usaha Angk.Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 73
Met
odol
ogi P
enel
itian
Apakah pelayanan yang Anda terima telah sesuaidengan batas waktu yang ditetapkan?
Apakah biaya yang Anda keluarkan sudah sesuai dengan standar/tarif yang telah ditentukan?
Bongkar Muat, Cold Storage, dll (DKP)Pengukuran dan Pemetaan Kadastral/
Pendaftaran Pertama (BPN)
Kenotariatan (Depkumham)
Izin Usaha Angk.Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Sertifikasi Tanah, Penggabungan Sertifikat (BPN)
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
Izin Pengembangan Usaha Perikanan/Penangkapan/Izin Kapal (DKP)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Penyidikan Obat dan Makanan (BPOM)
Asuransi Kecelakaan Kerja (Jamsostek)
Banding (MA)
Persetujuan Eselon I dan II (Depdagri)
Panti Rehabilitasi Sosial/Asuhan&Jompo/Penyantunan Veteran dan Cacat (Depsos)
Peninjauan Kembali PK (MA)
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkoba, Lakalantas (POLRI)
Distribusi dan Jaringan Pelayanan Domestik/Distribusi dan Pemasaran BBM (Pertamina)
0% 100%50%
61,3 38,7
66,7 33,3
70 30
70,6 29,4
73,3 26,7
73,3 26,7
75,3 24,7
75,4 24,6
80 20
81,3 18,7
88 12
96,7 3,3
100
65,9 34,1
64,5 35,5
63,3 36,7
Lembaga Pemasyarakatan (Depkumham)
TKI di Terminal III (Depnakertrans)
Tindak Pidana Umum, Khusus, Narkoba, Lakalantas (POLRI)
Asuransi Kecelakaan Kerja (Jamsostek)
Pelayanan Perdagangan Luar Negeri (Dept.Perdagangan)
Izin Usaha Angkutan Darat/Pelayaran/Penerbangan (Dephub)
Izin KIR (Dept.Perhubungan)
Pengurusan Program PPMK
0% 100%50%
36,6 16,7 46,7
32,3 35,3 32,4
32,7 38,8 28,6
30 68,3 1,7
66,714 19,3
23,3 26,7 50
18,7 56,3 25
42,2 35,9 21,9
Selalu sesuai
Tidak selalu sesuai
Tidak tahu
Tidak
Ya
Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 2007 Survei Integritas Sektor Publik Indonesia 200774
Met
odol
ogi P
enel
itian
Departemen Perhubungan(Dephub)
PT. Pelabuhan Indonesia (PELINDO)
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
0% 100%50%
76,959,560
49,254,6
40,553,3
49,252,1
33,9
Petugas biasa terima tips,imbalan(%)
Pengguna layanan menawarkan tips,imbalan(%)
Apakah petugas pada instansi ini biasa terima tips,imbalan sebagai bagian dari pengurusan layanan?Apakah Anda menawarkan tips,
imbalan kepada petugas layanan untuk mempercepat layanan?
Pada Institusi ini, bentuk kampanye anti korupsi apa yang ada? (Persen Pengguna Layanan yang menjawab ‘Belum Ada’)
Departemen Perdagangan
Departemen Koperasi dan UKM
Departemen Perindustrian
Mahkamah Agung
PT. ASKES
Departemen Pendidikan Nasional
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
0% 100%50%
60
73
75
93
69
66
63
top related