iii. kerangka konseptual 3.1. kerangka pemikiranrepository.ub.ac.id/129850/6/6.pdf · 2018. 11....
Post on 06-Dec-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
37
III. KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka Pemikiran
Perkembangan pasar modern yang pesat pada saat ini memberikan dampak
yang baik bagi pemasaran produk sayuran kangkung. Hal ini dikarenakan pasar
modern seperti supermarket cenderung menjadi alternatif tempat berbelanja
masyarakat. Pasar modern menuntut petani untuk menyediakan sayuran kangkung
yang berkualitas tinggi secara berkelanjutan sesuai dengan permintaan konsumen.
Harga kangkung di pasar modern lebih tinggi apabila dibandingkan dengan harga
di pasar tradisional menjadi daya tarik tersendiri bagi petani di Desa Pandanajeng
untuk memasok produknya ke pasar modern. Menurut Ketua Gapoktan
Sumbersuko jumlah permintaan kangkung di pasar modern juga paling besar
dibandingkan dengan sayuran lainnya sehingga jenis sayuran ini memiliki potensi
yang baik untuk ditingkatkan produksi dan penjualannya.
Rendahnya mutu produk merupakan hambatan yang umumnya dihadapi
petani di Desa Pandanajeng ketika ingin memasok produknya ke pasar modern.
Selain mutu atau kualitas kangkung, untuk memasok produk sayuran ke pasar
modern tentunya harus disertai dengan pemenuhan kuantitas dan kontinuitas
sesuai permintaan pasar. Permasalahan yang dihadapi oleh petani kangkung di
Desa Pandanajeng antara lain luas lahan yang sempit (0,3-1 ha), kurangnya akses
dalam pemasaran, kerap terjadinya fluktuasi harga kangkung dan kesulitan dalam
memenuhi standar dari pasar modern. Berbagai permasalahan tersebut mendorong
petani untuk bergabung secara berkelompok dalam Gapoktan Sumbersuko agar
dapat memenuhi permintaan pasar khususnya pasar modern.
Seperti yang dipaparkan oleh Apriyantono (2007) Gabungan Kelompok
Tani (Gapoktan) adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan
usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai
peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani
lainnya. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa Gapoktan Sumbersuko
memiliki tujuan untuk peningkatan produksi dan pendapatan usahatani bagi
anggotanya. Begitu halnya dengan yang dijelaskan oleh Redono (2012) bahwa
kelompok tani yang berkembang bergabung dengan kelompok tani lain dalam satu
wilayah tertentu yaitu desa untuk mengembangkan fungsinya sehingga
38
mempunyai kemandirian yang kuat, lebih mudah menjalin kemitraan dan dapat
mengembangkan fungsi kelompok tani.
Gapoktan Sumbersuko sebagai suatu wadah atau lembaga bagi petani di
Desa Pandanajeng berupaya untuk menunjang pemenuhan mutu produk pertanian
khususnya kangkung bagi para anggotanya. Pengendalian mutu merupakan salah
satu tindakan yang dilakukan Gapoktan Sumbersuko untuk memenuhi permintaan
pasar terutama pasar modern. Keberhasilan pengendalian mutu kangkung
tergantung kepada bagaimana Gapoktan berperan dalam mewadahi para
anggotanya dan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Gapoktan. Keberhasilan
pengendalian mutu dapat dilihat dari proses peningkatan mutu, penyediaan
informasi, peningkatan pengetahuan, penerapan teknologi, dan sarana prasarana
penunjang pengendalian mutu.
Gapoktan Sumbersuko merupakan gabungan dari empat kelompok tani di
Desa Pandanajeng Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang. Keempat kelompok
tani tersebut adalah kelompok tani Sumber Tani I, Sumber Tani II, Sumber Tani
III dan Sumber Tani IV. Pengendalian mutu sayur khususnya kangkung
merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko
mengingat perlunya pemenuhan kualitas, kuantitas dan kontinuitas dalam
memasok sayuran kangkung ke pasar modern.
Pada tahun 2012 hingga 2013 Gapoktan Sumbersuko mendapatkan
bimbingan dalam penerapan Standard Operational Procedure (SOP) termasuk
penanganan grading dan packaging produk sayuran dari Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Malang. Gapoktan Sumbersuko juga memperoleh bantuan
dalam pembangunan rumah grading dan packaging produk sayuran untuk
meningkatkan kualitas sayur di Desa Pandanajeng yang akan dipasarkan ke
beberapa supermarket. Para petani kangkung di desa ini umumnya belum
menerapkan pertanian organik karena adanya permintaan dari pihak pasar modern
untuk menyuplai kangkung yang bentuknya baik tanpa cacat sedikit pun. Hal ini
menyebabkan penggunaan pestisida masih tinggi.
Gapoktan Sumbersuko telah memiliki kerjasama dengan salah satu
perusahaan yang berpengalaman dalam pemasaran produk sayur segar ke berbagai
supermarket dan pasar ekspor yaitu CV. Agri Fresh. Kemitraan antara Gapoktan
39
Sumbersuko dengan CV. Agri Fresh mulai terjalin pada tahun 2010 setelah
perwakilan dari Gapoktan Sumbersuko menghadiri undangan dari Dinas Pertanian
dan Perkebunan Provinsi Jawa Timur. Sebelumnya petani sayur di Desa
Pandanajeng yang tergabung dalam Gapoktan Sumbersuko melakukan suplai
produk sayuran ke Rodeo Supermarket di Lawang melalui rekan dari Ketua
Gapoktan Sumbersuko. Akan tetapi suplai sayuran tersebut dirasa kurang dapat
meningkatkan pendapatan petani sehingga para pengurus dan anggota Gapoktan
Sumbersuko menerima tawaran kerjasama dengan CV. Agri Fresh. Selain
memasok produk sayuran ke supermarket melalui CV. Agri Fresh, Gapoktan
Sumbersuko juga baru menjalin kerjasama dengan beberapa supermarket di Kota
Malang yaitu Hero dan Giant pada awal tahun 2014.
Peranan Gapoktan Sumbersuko dalam pemasaran kangkung ke pasar
modern dapat dikatakan baik apabila telah memenuhi aspek perencanaan,
penentuan harga, penciptaan peluang pasar, distribusi produk ke pasar modern.
Pengendalian mutu dan pemasaran ke pasar modern tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lainnya dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan petani sayur
melakukan pengendalian mutu untuk memenuhi standar dari pasar modern
sehingga pemasaran ke pasar modern dapat dilakukan.
Peranan Gapoktan dalam melaksanakan kegiatan pengendalian mutu dan
pemasaran sayuran kangkung ke pasar modern dapat dilihat dari pelaksanaan
kegiatan oleh pengurus dan anggota Gapoktan. Permasalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh anggota dan pengurus Gapoktan Sumbersuko dalam pemenuhan
mutu kangkung maupun pemasarannya ke pasar modern perlu untuk segera
ditemukan penyebabnya. Selanjutnya dari berbagai penyebab masalah tersebut
diharapkan dapat ditemukan solusi untuk dapat meningkatkan mutu dan jumlah
permintaan sayuran kangkung di pasar modern.
Berikut adalah kerangka konseptual penelitian mengenai peranan gabungan
kelompok tani Sumbersuko dalam pengendalian mutu dan pemasaran kangkung
ke pasar modern:
40
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Peranan Gabungan Kelompok Tani dalam Pengendalian Mutu dan Pemasaran Sayuran Kangkung ke Pasar Modern
Keterangan:
Alur pemikiran
Hubungan timbal balik
Pasar Modern (CV. Agri Fresh, Hero dan Giant
Gapoktan Sumbersuko
Petani kangkung Desa Pandanajeng
Peranan Gapoktan dalam Pengendalian Mutu
1. Peningkatan mutu 2. Pelayanan informasi 3. Peningkatan pengetahuan 4. Penerapan teknologi 5. Penyediaan sarana produksi
dan pengolahan hasil usahatani
Peranan Gapoktan dalam Pemasaran Sayuran
Kangkung ke Pasar Modern
1. Perencanaan 2. Penentuan harga 3. Penciptaan peluang
pasar 4. Distribusi produk ke
pasar modern
Masalah dalam Pemasaran Kangkung ke Pasar Modern,
disebabkan:
1. Teknis 2. Sosial 3. Ekonomi 4. Lingkungan 5. Budaya
Masalah dalam Pengendalian Mutu Sayuran Kangkung,
disebabkan:
1. Manusia 2. Metode 3. Peralatan 4. Bahan 5. Ukuran 6. Lingkungan
41
3.2. Batasan Masalah
1. Penelitian ini dibatasi pada 14 petani kangkung anggota Gapoktan Sumbersuko
Desa Pandanajeng Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang yang memasarkan
produknya ke pasar modern.
2. Penelitian ini dibatasi pada kegiatan pengendalian mutu dan pemasaran
kangkung ke pasar modern yang dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko di
Desa Pandanajeng pada tahun 2013-2014.
3. Pasar modern yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pihak CV. Agri
Fresh yang memasarkan produk kangkung dari petani Desa Pandanajeng ke
beberapa supermarket, serta supermarket Hero dan Giant.
4. Mutu sayuran kangkung dalam penelitian ini adalah karakteristik kangkung
yang sesuai dengan standar pasar modern (CV. Agri Fresh, Hero dan Giant)
yaitu mengutamakan mutu kangkung secara eksternal.
3.3. Penjelasan Konsep
Penelitian ini terdiri dari tiga konsep, yaitu peranan Gapoktan dalam
pengendalian mutu, peranan Gapoktan dalam pemasaran, dan masalah yang
dihadapi oleh Gapoktan. Penjelasan dari masing-masing konsep adalah sebagai
berikut.
1. Peranan Gapoktan dalam pengendalian mutu sayuran kangkung adalah perilaku
yang dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko untuk memfasilitasi anggotanya
dalam peningkatan mutu, pelayanan informasi, peningkatan pengetahuan,
penerapan teknologi, dan pengadaan sarana produksi dan pengolahan hasil
usahatani sayuran kangkung.
a. Peningkatan Mutu
Peningkatan mutu adalah upaya untuk meningkatkan mutu kangkung yang
dilakukan oleh Gapoktan Sumbersuko dalam lingkup perencanaan,
pelaksanaan, pemeriksaan dan evaluasi.
1) Perencanaan
Perencanaan adalah susunan sebagai pedoman pelaksanaan yang akan
dilaksanakan oleh Gapoktan Sumbersuko dalam pengendalian mutu
kangkung meliputi jumlah tanam, jadwal tanam dan standar kegiatan.
42
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah penerapan kegiatan yang telah disusun dalam
perencanaan Gapoktan Sumbersuko meliputi budidaya, panen dan pasca
panen sayuran kangkung.
3) Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah kegiatan pemantauan proses kegiatan dan kualitas
hasil produksi kangkung dengan standar yang ditetapkan. Apabila
diperoleh data kegagalan atau ketidaksesuaian antara hasil produksi
dengan standar yang ditetapkan, maka harus dicari penyebab kegagalan
tersebut.
4) Evaluasi
Evaluasi merupakan usaha Gapoktan Sumbersuko untuk memperbaiki
kegagalan dalam budidaya, panen, dan pasca panen kangkung sehingga
dapat merencanakan perbaikan mutu produk untuk produksi berikutnya.
b. Pelayanan Informasi
Pelayanan informasi adalah perilaku yang dilakukan Gapoktan
Sumbersuko dalam memberikan informasi yang diterima oleh Gapoktan
kepada anggotanya. Informasi yang dimaksud berupa informasi dari pasar
modern, perusahaan mitra, maupun dari Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Malang maupun informasi yang dibutuhkan oleh anggota
Gapoktan berkaitan dengan pengendalian mutu sayuran kangkung.
1) Penyebaran Informasi
Penyebaran informasi merupakan kegiatan Gapoktan Sumbersuko
dalam menyampaikan informasi yang telah didapat kepada para
anggotanya baik itu informasi dari perusahaan mitra, supermarket,
Dinas Pertanian dan Perkebunan, maupun dari pihak lain yang
berkaitan dengan pengendalian mutu sayuran kangkung.
2) Kebutuhan informasi
Kebutuhan informasi adalah berbagai jenis informasi yang dibutuhkan
oleh anggota Gapoktan Sumbersuko dalam pengendalian mutu
kangkung maupun untuk memasarkan produknya ke pasar modern.
43
c. Peningkatan pengetahuan
Peningkatan pengetahuan merupakan perilaku yang dilakukan Gapoktan
Sumbersuko dalam memberikan pembelajaran dan pengetahuan kepada
petani kangkung hingga petani memiliki peningkatan pengetahuan dalam
pengendalian mutu kangkung.
d. Penerapan teknologi
Penerapan teknologi merupakan perilaku yang dilakukan Gapoktan
Sumbersuko dalam mengajak petani kangkung untuk menerapkan teknologi
pendukung usahataninya sehingga dapat meningkatkan produksi dan mutu
sayuran kangkung.
e. Pengadaan sarana produksi dan pengolahan hasil usahatani
Pengadaan sarana produksi dan pengolahan hasil usahatani adalah kegiatan
Gapoktan Sumbersuko dalam menyediakan sarana yang menunjang
pengendalian mutu kangkung bagi anggota Gapoktan baik itu berupa benih,
pupuk, pestisida organik, mesin pembajak lahan, rumah packaging dan lain
sebagainya.
2. Peranan Gapoktan Sumbersuko dalam pemasaran sayuran kangkung ke pasar
modern adalah perilaku yang dilakukan Gapoktan untuk membantu para
anggota dalam memasarkan sayuran kangkung ke pasar modern. Dalam
penelitian ini pasar modern yang dimaksud adalah CV. Agri Fresh dan
supermarket-supermarket (Hero dan Giant) yang memiliki kemitraan dengan
Gapoktan Sumbersuko di Desa Pandanajeng. Peranan dalam hal ini meliputi
perencanaan, penentuan harga, penciptaan peluang pasar dan pendistribusian
produk kepada konsumen:
a. Perencanaan adalah perilaku yang dilakukan Gapoktan Sumbersuko dalam
merencanakan pemasaran sayuran kangkung ke pasar modern yang meliputi
jumlah produk yang dipasarkan dan target pasar yang akan dituju.
b. Penentuan harga adalah perilaku yang dilakukan Gapoktan Sumbersuko
dalam menentukan harga sayuran kangkung yang memberikan keuntungan
bagi petani dan Gapoktan untuk dijual melalui pasar modern.
44
c. Penciptaan peluang pasar adalah perilaku yang dilakukan Gapoktan
Sumbersuko dalam menjalin dan mengembangkan kerjasama dengan pasar
modern.
d. Distribusi produk ke pasar modern adalah perilaku yang dilakukan
Gapoktan Sumbersuko dalam pengiriman sayuran kangkung kepada pasar
modern yaitu supermarket Hero dan Giant maupun supermarket yang
bekerjasama dengan CV. Agri Fresh.
3. Masalah yang dihadapi Gapoktan Sumbersuko dalam pengendalian mutu
sayuran kangkung adalah perbedaan antara kondisi yang diharapkan dengan
kondisi yang ada di Desa Pandanajeng dalam pengendalian mutu sayuran
kangkung dan harus segera diselesaikan. Penyebab masalah yang dihadapi
Gapoktan Sumbersuko dalam pengendalian mutu kangkung terdiri atas faktor
manusia (man), metode (method), peralatan (machine), bahan
(material),ukuran (measurement), dan lingkungan (environment).
a. Faktor manusia (man) adalah penyebab masalah yang dihadapi oleh
Gapoktan Sumbersuko dalam pengendalian mutu sayuran kangkung yang
berasal dari kondisi petani kangkung Desa Pandanajeng sebagai pelaku
dalam proses pengendalian mutu kangkung untuk dipasarkan ke pasar
modern.
b. Faktor metode (method) adalah penyebab masalah yang dihadapi oleh
Gapoktan Sumbersuko dalam pengendalian mutu sayuran kangkung yang
disebabkan oleh cara-cara yang dilakukan oleh petani kangkung di Desa
Pandanajeng untuk melakukan pengendalian mutu kangkung.
c. Faktor peralatan (machine) adalah penyebab masalah yang dihadapi oleh
Gapoktan Sumbersuko dalam pengendalian mutu sayuran kangkung
dikarenakan peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan
pengendalian mutu kangkung.
d. Faktor bahan (material) adalah penyebab masalah yang dihadapi oleh
Gapoktan Sumbersuko dalam menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan
untuk melakukan pengendalian mutu kangkung sebelum dipasarkan ke
pasar modern.
45
e. Faktor ukuran (measurement) adalah penyebab masalah yang dihadapi oleh
Gapoktan Sumbersuko yang berkaitan dengan standar atau ukuran pada
sayuran kangkung yang ditetapkan oleh pihak pasar modern dan Gapoktan
Sumbersuko.
f. Faktor lingkungan (environment) adalah penyebab masalah yang dihadapi
oleh Gapoktan Sumbersuko dalam pengendalian mutu sayuran kangkung
yang berkaitan dengan kondisi lahan kangkung di Desa Pandanajeng.
4. Masalah yang dihadapi Gapoktan Sumbersuko dalam pemasaran kangkung ke
pasar modern adalah adanya perbedaan antara kondisi yang diharapkan dengan
kondisi yang terjadi di Desa Pandanajeng dalam memasarkan kangkung ke
pasar modern dan harus segera diselesaikan. Penyebab masalah yang dihadapi
Gapoktan Sumbersuko dalam pemasaran kangkung ke pasar modern terdiri
atas faktor teknis, sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan.
a. Faktor teknis adalah penyebab masalah yang dihadapi Gapoktan
Sumbersuko dalam pemasaran kangkung ke pasar modern berkaitan dengan
kinerja para pengurus Gapoktan Sumbersuko maupun para petani kangkung
anggota Gapoktan Sumbersuko.
b. Faktor sosial adalah penyebab masalah yang dihadapi Gapoktan
Sumbersuko dalam melakukan pemasaran ke pasar modern berkaitan
dengan interaksi yang dilakukan oleh petani kangkung Desa Pandanajeng
dan pengurus Gapoktan Sumbersuko untuk memasarkan produknya.
c. Faktor ekonomi adalah penyebab masalah yang dihadapi Gapoktan
Sumbersuko dalam melakukan pemasaran ke pasar modern berkaitan
dengan keadaan ekonomi di Desa Pandanajeng dan lingkup pasar modern.
d. Faktor lingkungan adalah penyebab masalah yang dihadapi Gapoktan
Sumbersuko dalam melakukan pemasaran ke pasar modern berkaitan
dengan keadaan alam ataupun lahan kangkung di Desa Pandanajeng.
e. Faktor budaya adalah penyebab masalah yang dihadapi Gapoktan
Sumbersuko dalam memasarkan kangkung ke pasar modern berkaitan
dengan budaya yang telah dimiliki oleh petani Desa Pandanajeng dalam
memasarkan produk sayuran kangkung.
top related