identifikasi ibu bersalin dengan serotinus di rumah … susi... · 2018. 8. 29. · susi aminuddin1...
Post on 27-Jan-2021
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
i
IDENTIFIKASI IBU BERSALIN DENGAN SEROTINUSDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI
PROVINSI SULAWESI TENGGARATAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikanPendidikan Diploma III Jurusan Kebidanan
Politeknik Kemenkes Kendari
OLEH :
SUSI AMINUDINP00324014034
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KEMENKES KENDARI
JURUSANKEBIDANANPROGRAM STUDI D III
2017
-
ii
-
iii
-
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
1. Nama : Susi Aminuddin
2. Tempat/Tanggal Lahir : Waya, 15 Mei 1995
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Buton/Indonesia
6. Alamat kendari : Andonohu
7. Alamat MALUT : Desa Waya Kab. Halmahera Selatan
B. Pendidikan
1. SD Negeri 3 Usuku : Tamat Tahun 2008
2. SMP Negeri 1 Tomia : Tamat Tahun 2011
3. SMA Negeri 1 HALTENG : Tamat Tahun 2014
4. Tedaftar sebagai Mahasiswa Kemenkes Kesehatan Republik
Indonesia Politekkes Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan Tahun
2014-Sekarang.
-
v
ABSTRAK
IDENTIFIKASI IBU BERSALIN DENGAN SEROTINUSDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI
PROVINSI SULAWESI TENGGARATAHUN 2017
Susi Aminuddin1 Aswita2 Heyrani3
Latar Belakang : Serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42minggu (294 hari) dengan segala kemungkinan komplikasi.Tujuan penelitian : Untuk mengetahui identifikasi penyebab persalinanserotinus di ruang kebidanan RSUD Kota Kendari Tahun 2016.Metode Penelitian : Jenis penilitian ini menggunakan metode diskriptif. Populasiyaitu semua ibu yang bersalin dengan derotinus, jumlah total sampel 64 orangibu melahirkan menggunakan teknik total sampling.Hasil Penelitian : Kejadian serotinus 64 sampel graviditas ≥ 4 yaitu 25 orang(39,06%) dibandingkan dengan graviditas < 4 yaitu 39 orang (60,93%), paritas ≥4 yaitu 18 orang (28,12%) dibandingkan dengan paritas < 4 yaitu 46 orang(71,88%) dan umur ibu < 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 8 orang (12,5%)dibandingkan dengan umur ibu antara 20-35 tahun yaitu 56 orang (87,5%).Kesimpulan : Hasil penelitian bedasarkan jumlah kejadian serotinus dari 64sampel yang paling banyak berisiko pada graviditas sebanyak 25 (39,06%) orangsedangkan yang paling sedikit berisiko sebanyak 8 (12,5%) orang pada umur ibuSaran : Agar ibu hamil sering memeriksakan kehamilannya minimal 4 kaliselama kehamilan sedangkan petugas kesehatan khususnya bidan untukmeningkatkan mutu pelayanan antenatal care.
Pustaka : 16 (1995-2008)
Kata Kunci : Persalinan Serotinus, Umur, Graviditas, Paritas
1. Mahasiswa DIII Kebidanan Politeknik Kemenkes Kendari2. Dosen Jurusan kebidanan Politeknik Kemenkes Kendari
-
vi
KATA PENGANTAR
Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Identifikasi
Ibu Bersalin dengan serotinus di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari Tahun 2016 ”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini masih banyak terdapat kekeliruan, kesalahan, dan
kekurangan disebabkan oleh keterbatasan waktu, pengetahuan dan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, saran, pendapat dan kritikan sangat
penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Dalam penyelesaian penulisan Laporan Karya Tulis Ilmiah ini,
penulis banyak mendapat bantuan dan arahan, dari berbagai pihak.
terutama kepada Ibu Aswita, S.Si.T. MPH. Selaku pembimbing I, dan ibu
Heyrani, S.SiT, M.Kes, selaku pembimbing II, dengan tulus mengarahkan
dan membimbing penulis dari awal hingga akhir penyusunan Karya Tulis
Ilmiah. kepada beliau penulis mengucapkan terima kasih.
-
vii
Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada :
1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekes Depkes Kendari.
2. Ibu Halijah S.KM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan.
3. Ibu dr. Hj. Asrida Mukkadim, M. Kes selaku direktur RSUD Kotaa
kendari.
4. Ibu Hj Siti Zaenab, SST, SKM, M.Keb, Ibu Arsulfa, S.Si.T, M.Keb, Ibu
Yustiari, SST, M. Kes, sebagai penguji dalam ujian karya tulis ilmiah.
5. Seluruh dosen polteknik kemenkes kendari jurusan kebidanan yang
telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama
mengikuti pendidikan dan staf dan tata usaha yang telah memberikan
pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
6. Bidan Irmawati, SKM, SST. Selaku Kepala RuanganTeratai RSUD
Kota Kendari.
7. Teristimewa kedua orang tuaku, yang telah memberikan doa,
dukungan, pengorbanan dan kasih sayang yang begitu besar kepada
penulis.
8. Kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2014 khususnya tingkat
III A terima kasih atas kebersamaan, kerja sama dan kekompakannya
selama pendidikan.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta
-
viii
sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah
selanjutnya.
Kendari, Juli 2017
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................. iHALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iiiRIWAYAT HIDUP................................................................................... ivABSTRAK................................................................................................ vKATA PENGANTAR ........................................................................... viDAFTAR ISI......................................................................................... ixDAFTAR TABEL..................................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xiiBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Telaah Pustaka.................................................................... 5
B. Landasan Teori .................................................................... 24
C. Kerangka Konsep ................................................................ 27
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian.................................................................... 28
B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................. 28
C. Populasi dan Sampel ........................................................... 28
D. Variabel Penelitian .............................................................. 29
E. Definisi Operasional............................................................. 29
F. Jenis dan Sumber Data Penelitian ...................................... 30
G. Pengolahan Data dan Analisis Data .................................... 30
H. Penyajian Data .................................................................... 31
-
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................... 32
B. Hasil Penelitian.................................................................... 35
C. Pembahasan ....................................................................... . 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan........................................................................... 41
B. Saran.................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
-
xi
DAFTAR TABEL
1. Distribusi identifikasi penyebab persalinan serotinus berdasarkan umur di
ruang kebidanan RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
2. Disrtribusi identifikasi penyebab persalinan serotinus berdasarkan
kelompok umur diruang kebidanan RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2016.
3. Distribusi identifikasi penyebab persalinan serotinus berdasarkan graviditas
diruang kebidanan RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
4. Distribusi identifikasi penyebab persalinan serotinus berdasarkan
graviditas berisiko dan tidak berisiko di ruang kebidanan RSUD Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
5. Distribusi identifikasi penyebab persalinan serotinus berdasarkan paritas di
ruang kebidanan RSUD Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
6. Distribusi identifikasi penyebab persalinan serotinus berdasarkan kelompok
paritas berisiko dan tidak berisiko di ruang kebidanan RSUD Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Master Tabel Hasil Penelitian.
Lampiran 2. Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Politeknik KesehatanKendari.
Lampiran 3. Surat Pengantar Pengambilan Data Awal Dari SIRS RSUDKota Kendari.
Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian dari polteknik kesehatankendari.
Lampilan 5. Surat Izin Penelitian Dari Balitbang
Lampiran 6. Surat Pengantar Penelitian Dari SIRS ke RuangTeratai/Bersalin RSUD Kota Kendari.
Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari RuangTeratai/Bersalin RSUD Kota Kendari.
Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari RSUDKota Kendari.
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi
waktu 42 minggu atau lebih belum terjadi persalinan. Kejadian
kehamilan lewat waktu berkisar antara 10% dengan variasi 4% sampai
15%. Perlu diperhatikan bahwa sebagian besar ibu di daerah
pedesaan tidak mengetahui dengan pasti tanggal haid terakhir,
sehingga sulit melakukan evaluasi.Data statistik menunjukkan angka
kematian ibu dalam kehamilan cukup bulan hanya 1-2%, sedangkan
yang dalam kehamilan lewat waktu mencapai 5-7% (Manuaba,
2010).Di indonesia pada tahun 2011 tercatat 85 orang (0,20%)
meninggal dari 31.855 ibu hamil yang mengalami kehamilan
serotinus,sedangkan pada tahun 2012 tercatat 91 orang (0,26%)
meninggal dari 31.891 ibu hamil yang mengalami kehamilan serotinus
(Saifuddin, 2008).
Serotinus dapat berdampak negatif terhadap kehamilan terutama
pada janin. Dampak negatifnya yaitu penuaan plasenta, cairan
ketuban berubah warna dan kekentalan, cairan ketuban berkurang
bahkan bisa mengering habis, pada Ibu dapat mengakibatkan distosia
(kesulitan melahirkan) karena aksi uterus tidak terkoordinir dan
perdarahan setelah melahirkan bahkan dapat menimbulkan kematian
bayi. Kematian janin akibat kehamilan lewat waktu terjadi pada 30%
-
2
sebelum persalinan, 55% dalam persalinan,dan 5% postnatal.
Penyebab utama kematian adalah hipoksia, dan aspirasi mikonium.
Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir ialah suhu yang
tidak stabil, Hipoglikemia, polisitemia dan kelainan neurologic.
Penyebab pasti partus serotinus sampai saat ini belum diketahui.
Namun faktor yang mempengaruhi terjadinya serotinus adalah
hormonal, dimana kadar progesteron tidak cepat turun walaupun
kehamilan cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin
berkurang. Faktor predisposisi terjadinya persalinan serotinus adalah
graviditas, umur,paritas, sosial ekonomi dan penyakit ibu
(Wiknjosastro, 2011).
Kejadian kehamilan serotinus di Indonesia pada tahun 2013
sebesar 11.830 kasus yang tersebar diseluruh daerah yang ada di
Indonesia. Jumlah kejadian kehamilan serotinus di Sulawesi Tenggara
pada tahun 2013 sebesar 2980 kasus.
Kejadian kehamilan serotinus di RSUD Kota Kendari tahun 2014
penyulit kehamilan dalam persalinan yaitu IUFD, serotinus,
preeklamsia, KPD dan intra uterin dari 1251 persalinan, tahun 2015
kejadian serotinus sebanyak 31 orang (3,26%) dari 950 persalinan,
sedangkan tahun 2016 dari 867 persalinan tercatat 33 kasus (6,13%)
kejadian serotinus.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
suatu penelitian dengan judul “Identifikasi Ibu Bersalin dengan
-
3
Serotinus di RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah identifikasi ibu bersalin dengan
serotinus di RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi kejadian ibu bersalin dengan serotinus di
RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi kejadian ibu bersalin dengan serotinus
berdasarkan graviditas ibu di RSUD Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2016.
b. Untuk mengidentifikasi kejadian ibu bersalin dengan serotinus
berdasarkan paritas ibu bersalin di RSUD Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016
c. Untuk mengidentifikasi kejadian ibu bersalin dengan serotinus
berdasarkan umur ibu di RSUD Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2016.
-
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah pengetahuan tentang serotinus sehingga
faktor risiko terjadinya serotinus dapat diminimalkan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi
RSUD Kota Kendari dalam menentukan program pelayanan
kesehatan selanjutnya.
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Khusus Serotinus
a. Definisi Serotinus
Serotinus adalah kehamilan yang melampaui umur 294
hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasi
(Manuaba, 2008). Menurut Depkes RI (2003) serotinus adalah
kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu (294 hari)
atau melebihi 2 minggu dari perkiraan persalinan yang dihitung
mulai dari hari pertama haid terakhir (HPHT).Sedangkan partus
serotinus adalah berakhirnya suatu kehamilan dengan umur
kehamilan lebih dari 42 minggu (Wiknjosastro, 2011).
b. Insiden
Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%,
bervariasi antara 3,5-14%. Data statistik menunjukkan, angka
kematian dalam kehamilan lewat waktu lebih tinggi ketimbang
dalam kehamilan cukup bulan, di mana angka kematian
kehamilan lewat waktu mencapai 5-7% (Wiknjosastro, 2007).
5
-
6
c. Etiologi
Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan
kadar esterogen pada kehamilan normal umumnya tinggi.
Faktor hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun
walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan
uterus terhadap oksitosin berkurang. Factor lain adalah
hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu
keluarga tertentu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42
minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari
menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi
juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi
gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh
kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang
sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai
terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang
tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi
postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum, 55% intrapartum,
dan 15% postpartum. Diduga faktor yang mempengaruhi
adalah
1) Faktor potensial yaitu adanya defisiensi hormone
adenocorticotropik (ACTH) pada fetus atau defisiensi
sulfate plasenta, dan kelainan system saraf pusat pada
-
7
janin yang sangat berperan misalnya pada keadaan
anensefal.
2) Selain faktor yang mengganggu mulainya persalinan baik
faktor ibu, plasenta maupun anak.
3) Sebagai keadaan langka yang berkaitan dengan kehamilan
yang lama mencakup anensefalus hipoplasio adrenal janin,
tidak adanya kelenjar hipofise pada janin, defisiensi
sulfatase plasenta dan kehamilan ekstrauteri. Meskipun
etiologi kehamilan yang lama tidak dipahami sepenuhnya,
keadaan klinis ini memberikan suatu gambaran yang umum
yaitu penurunan kadar estrogen pada kehamilan normal
yang umumnya tinggi.
4) Faktor lain yang mempengaruhi dari berbagai faktor
demografik ibu seperti paritas, graviditas, umur, riwayat
post term sebelumnya dan status social ekonomi.
d. Pathofisiologi
Perubahan plasenta menunjukkan penurunan diameter
dan panjang vilikorialis nekrosis fibrionid dan terjadi arterosis
pembuluh darah desidua dan korion. Perubahan ini disertai
dengan terjadinya gambaran infark hemoragik yang merupakan
tempat penimbunan kalsium dan pembentukan infark pada
kehamilan lewat waktu infark ditemukan 60-80% pada plasenta.
Apabila kehamilan berlangsung melampaui masa fungsi
plasenta, maka janin mungkin kekurangan nutrisi oksigen
-
8
akibat dari penurunan fungsi plasenta. Sindroma postmaturus
dapat terjadi hanya 10-20% dari bayi persalinan kehamilan
lewat waktu.
Gawat janin dapat terjadi akibat penekanan tali pusat
yang dihubungkan dengan oligohidramnion. Walaupun dapat
bertumbuh menjadi postmaturitas, sebagian (25-30%) janin
juga dapat terus tumbuh dan melebihi 4000 gram.
e. Manifestasi klinik
Keadaan klinis yang dapat ditemukan adalah gerakan
janin yang jarang yaitu secara subyektif 7 kali/20 menit atau
secara subyektif kurang 10 kali/20 menit. Pada bayi akan
ditemukan tanda-tanda lewat waktu yaitu:
1) Stadium I : kulit kehilangan vernix kaseosa dan terjadi
laserasi sehingga kulit kering, rapuh dan mudah
mengelupas.
2) Stadium II : seperti pada stadium I disertai pewarnaan
meconium (kehijauan) dikulit.
3) Stadium III : seperti stadium I disertai pewarnaan
kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat (Manuaba,
2008).
-
9
f. Pemeriksaan penunjang
1) USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidromnion, derajat
maturitas plasenta.
2) CTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin.
3) Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau
amniostomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah reaktif atau
tidak dengan tes tekanan dinilai apakah reaktif atau tidak
dengan tes tekanan oksitosin.
4) Pemeriksaan sitology vagina dengan indeks koriopiknotik >
20% (Mansjoer, 2003).
g. Diagnosis
Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam
menentukan diagnosis kehamilan postterm karena diagnosis ini
ditegakkan berdasarkan umur kehamilan, bukan terhadap
kondisi kehamilan. Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai
kehamilan postterm merupakan kesalahan dalam menentukan
umur kehamilan. Kasus kehamilan postterm yang tidak dapat
ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%.
Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari
perhitungan rumus Naegele setelah mempertimbangkan siklus
haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka pengukuran
tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan
informasi mengenai usia gestasi lebih tepat. Keadaan klinis
yang mungkin ditemukan ialah air ketuban yang berkurang dan
-
10
gerakan janin yang jarang. Dalam menentukan diagnosis
kehamilan postterm di samping dari riwayat haid, sebaiknya
dilihat pula hasil pemeriksaan antenatal.
h. Komplikasi kehamilan serotinus
a) Komplikasi pada ibu
1). Morbiditas/mortalitas ibu: dapat meningkat sebagai
akibat dari makrosomia janin dan tulang tengkorak
menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadinya
distosia persalinan,partus lama, dan meningkatkan
persalinan traumatis/pendarahan post partum akibat
bayi besar.
2). Aspek emosi: ibu dan keluarga menjadi cemas bilamana
kehamilan terus berlangsung melewati taksiran
persalinan. Komentar tetangga atau teman seperti
“belum lahir juga” akan menambah frustasi ibu.
b) Komplikasi pada janin
1). Oligohidramnion: air ketuban normal pada kehamilan
34-37 minggu adalah 1000 cc. Aterm 800 cc, dan lebih
dari 42 minggu 400 cc. Akibat oligohidramnion adalah
amnion menjadi kental karena mekonium (diaspirasi
oleh janin), asfiksia intrauterina (gawat janin), pada in
partu (aspirasi air ketuban, nilai apgar rendah, sindrom
-
11
gawat paru, bronkus paru tersumbat sehingga
menimbulkan atelektasis).
2). Warna mekonium: mekonium keluar karena refleks
vagus terhadap usus. Peristaltik usus dan terbentuknya
sfingter ani membuat mekonium keluar. Aspirasi air
ketuban yang disertai mekonium dapat menimbulkan
gangguan pernapasan bayi/janin, gangguan sirkulasi
bayi setelah lahir dan hipoksia intrauterine sampai
kematian janin.
3). Makrosomia: dengan plasenta yang masih baik, terjadi
tumbuh kembang janin dengan berat 4500 gram yang
disebut makrosomia. Akibatnya terhadap persalinan
adalah perlu dilakukan tindakan operatif seksio sesaria,
dapat terjadi trauma persalinan karena operasi vaginal,
distosia bahu yang menimbulkan kematian bayi atau
trauma jalan lahir bayi.
4). Dismaturitas bayi: pada usia kehamilan 37 minggu, luas
plasenta 11m2 selanjutnya terjadi penurunan fungsi
sehingga plasenta tidak berkembang atau terjadi
klasifikasi dan aterosklerosis pembuluh darah.
Penurunan kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan
perubahan metabolisme menuju anaerob sehingga
-
12
terjadi dismaturitas dengan gejala Clifford yang ditandai
dengan :
a) Kulit: subkutan berkurang dan diwarnai mekonium
b) Otot makin lemah
c) Kuku tampak panjang
d) Tampak keriput
e) Tali pusat lembek, mudah tertekan dan disertai
oligohidramnion (Manuaba, 2010).
c) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama
kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu),
1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28
minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila
keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1
bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada
kehamilan 7-8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir.
Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan
benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan
serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu
seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan
perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan
tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu.
-
13
Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir
hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu).
Misalnya, hari pertama haid terakhir Bu A jatuh pada 2 Januari
1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari
pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7
diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.
d) Penanganan Kehamilan Serotinus
1. Setelah usia kehamilan > 40 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya
2. Apabila tidak ada tanda-tanda insufiensi plasenta,
persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan
ketat
3. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan
serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi
persalinan dengan atau tanpa amniotomi
Tindakan Operasi Sectio Cesarea dapat dipertimbangkan
pada:
1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum
matang
2) Pembukaan yang belum lengkap
3) Persalinan lama
4) Terjadi tanda gawat janin
5) Primigravida tua
6) Kematian janin dalam kandungan
-
14
7) Preeklamsia
8) Hipertensi menahun
9) Infertilitas
10) Kesalahan letak janin
2. Tinjauan Umum Persalinan
a. Definisi
Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung
dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat
terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya
sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan, dan
pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 2010).
Beberapa istilah yang berhubungan dengan umur kehamilan
dan berat janin yang dilahirkan sebagai berikut :
1) Abortus yaitu terhentinya kehamilan sebelum janin dapat
hidup pada umur kehamilan kurang dari 22 minggu dengan
berat badan kurang dari 500 gram.
2) Partus immaturus adalah pengeluaran buah kehamilan
yang dapat hidup dengan umur kehamilan antara 22
minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat badan
antara 500 gram dan 999 gram.
3) Partus premature adalah pengeluaran buah kehamilan
yang dapat hidup dengan umur kehamilan antara 28
minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan
antara 1000 gram dan 2499 gram.
-
15
4) Partus maturus (aterm) adalah pengeluaran buah
kehamilan yang dapat hidup dengan umur kehamilan
antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan berat
badan 2500 gram atau lebih.
5) Partus posmaturus adalah pengeluaran buah kehamilan
yang dapat hidup setelah umur kehamilan 42 minggu
(Sastrawinata, 2004).
b. Macam-macam persalinan
1) Persalinan biasa (normal/spontan): bila persalinan
seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2) Persalinan buatan: bila persalinan dengan rangsangan
sehingga terdapat kekuatan untuk melahirkan.
3) Persalinan anjuran: persalinan yang memerlukan bantuan
dan mempunyai trauma persalinan sehingga kualitas
persalinan tidak terjamin (Manuaba, 2010).
c. Gejala persalinan
Gejala-gejala persalinan antara lain kekuatan his makin sering
terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin
pendek, dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu
pengeluaran lendir dan bercampur darah, dapat disertai
ketuban pecah, pada pemeriksaan dalam di jumpai perubahan
serviks (perlunakan serviks, perdarahan serviks, terjadi
pembukaan serviks).
d. Proses persalinan
-
16
1. Kala I
Waktu untuk pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan
lengkap
2. Kala II
Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his
ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar
hingga lahir.
3. Kala III
Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
4. Kala IV
Waktu mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam (Manuaba,
2008).
e. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan adalah rentetan gerakan pasif dari janin
melalui jalan lahir. Mekanisme persalinan mengacu kepada
bagaiman janin menyesuaikan dan meloloskan diri dari panggul
ibu. Gerakan utama:
1) Turunnya kepala : masuknya kepala dalam PAP/ majunya
kepala. Faktor-faktor penyebab/majunya kepala adalah
tekanan cairan amnion, tekanan langsung fundus pada
bokong, kontraksi otot-otot abdomen, ekstensi atau
pelurusan badan janin.
2) Fleksi
-
17
Dagu dibawah lebih dekat ke arah dada janin dan diameter
sub occipito brekmatika (9,5) menggantikan diameter
occipito frontal (11 cm)
3) Putaran paksi dalam
Merukapakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala terhadap jalan lahir khususnya untuk bidang tengah
PBP.
4) Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di
dasar panggul terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.
5) Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala akan kembali ke arah
punggung untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi
karena putaran paksi dalam.
6) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah
simpisis dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu
belakang.Kemudian menyusul bahu depan dan selanjutnya
seluruh badan anak lahir searah dengan paksi janin lahir.
f. Teori sebab persalinan
Sebab terjadinya suatu persalinan jingga saat ini masih
berupa suatu teori yang kompleks, banyak faktor yang
mengakibatkan persalinan itu terjadi antara lain : faktor humoral,
pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh
-
18
saraf dan nutrisi. Semua factor tersebut belum dapat dipastikan
oleh karena itu masih diperlukan penilitian terlebih lanjut. Teori
yang mendukng terjadinya suatu persalinan yaitu:
1). Teori oksitosin
Peranan oksitosin pada persalinan yaitu dikeluarkannya
oksitosin oleh neurohipofise wanita hamil pada saat wanita
tersebut mulai masuk perasalinan. peranan utamanya pada fase
ekspulsi dan postpartum, pada postpartum setelah fetus dan
plasenta lahir menimbulkan kontraksi dan retraksi uterus
sehingga jumlah perdarahan yang terjadi berkurang (pada saat
ini pembuatan prostaglandin oleh amnion sudah tidak ada lagi)
bahwa oksitosin adalah obat yang dapat menimbulkan kontraksi
uterus pada kehamilan lanjut sudah diketahui secara luas kadar
reseptor untuk oksitosin pada beberapa kehamilan cukup bulan
dan selama persalinan, juga didapat kenaikan kadar oksitosin
dalam cairan amnion selama persalinan. Dapat disimpulkan
bahwa oksitosin berperan penting pada akhir persalinan
termasuk lahirnya plasenta, mempertahankan kontraksi uterus
setelah persalinan (mengurangi jumlah darah yang hilang, dan
pada saat ibu menyusui bayinya karena pada waktu bayi
menghisap puting susu ibu terjadi hipersekresi dari oksitosin dan
air susu mengalir keluar).
-
19
2). Teori panarikan (withdrawal progesteron)
Penarikan progesteron merupakan keadaan endokrin
penting yang mendasari proses biomolekuler untuk bermulanya
persalinan. Dari semua penalitian pada manusia kadar
progesteron sekurang-kurangnya pada darah ibu tidak
menurunpada waktu sebelum persalinan mulai berlangsung.
3). Hipotesa sistem komunikasi organ
Suatu hal yang mungkin sulit untuk dipercayai bahwa janin
dapat mengirimkan sarat kepada ibu untuk memmulai proses
persalinan bila dari jaringan dan organ-organ janin telah
sempurna. Apabila keadaan ini benar terjadi sebagai syarat fetus
kepada ibu melalui sistem komunikasi organ. Apabila memang
demikian keadaanya adalah sangat penting untuk menentukan
komponen dari sistem komunikasi organ mekanisme timbulnya
dan bagaimana isyarat janin dikirimkan ke ibu juga penting untuk
menentukan komponen jawaban yang terjadi akibat isyarat
tersebut. Menurut Manuaba (2010) dikemukakan teori yang
menyatakan kemungkinan terjadinya persalinan yaitu
a) Teori keregangan; otot rahim mempunyai kemampuan
meregang dalam batas-batas tertentu, setelah melewati batas
tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.
-
20
Contohnya pada hamil ganda sering terjadi setelah
keregangan tertentu sehingga menimbulkan persalinan.
b) Teori penurunan progesteron: proses penuaan plasenta
terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah menaglami
penyempitan dan buntu, produksi progesteron mengalami
penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap
oksitosin, akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah
tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
c) Teori oksitosin internal: oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar
hipofisis posterior, perubahan keseimbangan estrogen dan
progesteron dapat mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga
sering terjadi kontraksi Braxton Hiks, menurunya konsentrasi
progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dapat dimulai.
d) Teori prostaglandin: konsentrasi prostaglandin meningkat
sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh
desisua, pemberian prostaglandin dapat menimbulkan
kontaksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan,
prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
-
21
e) Teori hipotalamus pituitari dan galndula suprarenalis: teori ini
menunjukkan pada kehamilan dengan anensepalus sering
terjadi perlambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus, pemberian kortokosteroid yang menyebabkan
prematuritas janin, induksi (mulai persalinan), galndula
suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
3. Tinjauan Umum Tentang Faktor Predisposisi Serotinus
a. Graviditas
Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang
telah dialami oleh ibu tanpa memandang hasil akhir
kehamilan. Graviditas I dan graviditas ≥ IV mempunyai
angka kematian maternal yang lebih tinggi. Ibu yang baru
pertama kali hamil merupakan suatu hal yang baru dalam
hidupnya sehingga secara psikologis mentalnya belum siap
dan ini akan memperbesar terjadinya komplikasi. Selain itu
juga serotinus sering terjadi pada graviditas tinggi hal ini
disebabkan karena fungsi alat-alat vital dan organ reproduksi
mulai mengalami kemunduran yang diakibatkan semakin
rendahnya hormon-hormon yang berfungsi dalam proses
kematangan reproduksi sehat dan hormon tersebut sangat
berpengaruh dalam proses kehamilan.
Kehamilan lebih dari 3 kali, maka Rahim ibu teregang
adanya janin dalam kandungan. Bila terlalu sering
-
22
mengalami kehamilan, Rahim akan semakin lemah dan
kemungkinan bayinya akan mengalami komplikasi
(Wiknjosastro, 2011).
b. Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami oleh
ibu.Paritas pertama atau lebih dari 3 kali mempunyai resiko
yang lebih besar terhadap janin dan ibunya.Ibu yang baru
pertama kali melahirkan merupakan suatu hal yang baru
dalam hidupnya sehingga secara psikologis mentalnya
belum siap, hal ini memperbesar kemungkinan terjadinya
komplikasi.Semakin tinggi paritas, semakin tinggi resiko ibu
dan bayinya.Hal ini pada paritas tinggi atau ibu yang telah
melahirkan lebih dari 3 kali fungsi alat-alat vital dalam organ
reproduksi telah mengalami kemunduran yang diakibatkan
semakin rendahnya fungsi hormon-hormon yang ada dalam
tubuh (Wiknjosastro, 2011).
c. Umur
Umur adalah lamanya seorang hidup yang dihitung
berdasarkan ulang tahun terakhirnya. Pada umur kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun dapat membahayakan ibu
saat kehamilan dan persalinan dan meningkatkan resiko
terhadap janinnya karena pada umur kurang dari 20 tahun
rahim dan panggul seringkali belum tumbuh mencapai
-
23
ukuran dewasa. Akibatnya ibu hamil pada usia itu mungkin
mengalami persalinan macet atau gangguan lain.
Selain itu juga pada umur kehamilan kurang dari 20
tahun ibi bersalin belum siap menerima tanggung jawab
sebagai orang tau dan belum sepenuhnya menghadapi
kehamilan dan pada umur kurang dari 20 tahun ini fungsi
organ reproduksi belum matang sedangkan pada umur lebih
dari 35 tahun, kesehatan ibu sudah menurun akibatnya ibu
hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan
perdarahan karena pada usia tersebut fungsi organ
reproduksinya sudah mengalami kemunduran dan hormone
yang berada dalam tubuh menurun fungsinya karena
hormone tersebut berpengaruh pada kehamilan, persalinan
dan nifas (Wiknjosastro, 2011).
d. Sosial Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan dasar yang paling banyak
dikemukakan oleh ibu jika terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan pada periode kehamilan, persalinan dan
nifas.Keadaan pendapat yang tidak memadai menjadikan
ibu enggan memeriksa kehamilannya pada petugas
kesehatan.Hal ini menyebabkan ibu tidak memperoleh
pelayanan obstetric yang memadai dan hanya
-
24
mengandalkan untuk memeriksakan kehamilannya
(Manuaba, 2008).
d. Penyakit Ibu
Penyakit ibu yang menyertai kehamilan antara lain:
1) Anemia
2) Diabetes mellitus
3) Penyakit jantung
4) Hepatitis
5) Penyakit ginjal dan saluran kencing.
B. Landasan Teori
Serotinus adalah kehamilan yang melampaui umur kehamilan
294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasi
(Manuaba, 2010). Menurut Depkes RI (2003) serotinus adalah
kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu (294 hari) atau
melebihi 2 minggu dari perkiraan persalinan yang dihitung mulai dari
hari pertama haid terakhir (HPHT). Demikian pula menurut
Wiknjosastro (2011) bahwa partus serotinus adalah berakhirnya suatu
kehamilan dengan umur kehamilan lebih dari 42 minggu.
Penyebab pasti partus serotinus sampai saat ini belum diketahui.
Namun faktor yang mempengaruhi terjadinya serotinus adalah
hormonal, dimana kadar progesteron tidak cepat turun walaupun
kehamilan cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin
berkurang (Wiknjosastro, 2011). Serotinus dapat berdampak negatif
terhadap kehamilan terutama pada janin. Dampak negatifnya yaitu
-
25
penuaan plasenta, cairan ketuban berubah warna dan kekentalan,
cairan ketuban berkurang bahkan bisa mengering habis, pada Ibu
dapat mengakibatkan distosia (kesulitan melahirkan) karena aksi
uterus tidak terkoordinir dan perdarahan setelah melahirkan bahkan
dapat menimbulkan kematian bayi.
Faktor predisposisi terjadinya persalinan serotinus adalah
graviditas, umur, paritas, sosial ekonomi dan penyakit ibu
(Wiknjosastro, 2011). Graviditas adalah jumlah kehamilan selurunya
yang telah dialami oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilan.
Graviditas ibu merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
serotinus karena jumlah graviditas dapat mempengaruhi keadaan
kesehatan ibu dalam kehamilan (Nurdiana, 2008). Graviditas ≥ IV
merupakan faktor risiko terjadinya serotinus. Paritas juga merupakan
faktor risiko terjadinya serotinus. Semakin sering seorang wanita
mengalami kehamilan dan persalinan (paritas lebih dari 3) maka
uterus akan semakin lemah dan fungsi alat-alat vital dalam organ
reproduksi telah mengalami kemunduran yang diakibatkan semakin
rendahnya fungsi hormon-hormon yang ada dalam tubuh
(Wiknjosastro, 2011).
Usia ibu juga merupakan faktor predisposisi terjadinya serotinus
yaitu usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Pada usia
-
26
kurangnya perhatian terhadap kehamilannya sedangkan pada usia
>35 tahun terjadi penurunan fungsi reproduksi, penurunan daya tahan
tubuh dan berbagai penyakit kronis sehingga usia tersebut sangat
berisiko untuk terjadinya komplikasi pada kehamilan dan
persalinannya.
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
Variabel terikat (dependent) : serotinus
Variabel bebas (independent) : graviditas, paritas, umur.
Graviditas
SerotinusParitas
Umur
-
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang
dimaksudkan untuk mendeskriptifkan mengenai suatu keadaan secara
obyektif (Notoatmodjo, 2004).
B. Waktudan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d April tahun 2017.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Kendari.
C. PopulasidanSampelPenelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang bersalin
dengan Serotinus di RSUD Kota Kendaritahun 2016 yang
berjumlah 64 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin dengan
serotinus dan tercatat dalam medical record sebanyak 64 orang.
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah secara total
sampling yaitu semua ibu bersalin dengan serotinus di RSUD Kota
Kendaritahun 2016.
27
-
28
D. Variabel Penelitian
1. Variable bebas (Independen) yaitu graviditas, paritas dan umur.
2. Variabel terikat (Dependen) yaitu serotinus.
E. DefinisiOperasional
a. Serotinus
Serotinus adalah kehamilan dengan umur kehamilannya lebih dari
42 minggu (Manuaba, 2008).
b. Graviditas
Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah dialami
oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilan.
Kriteria obyektif:
a. Berisiko : graviditas ≥ IV
b. Tidak berisiko : bila graviditas I sampai III ( Wiknjosastro,
2011)
3. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu
Kriteria obyektif :
a. Berisiko : paritas ≥ IV
b. Tidak berisiko : bila paritas I sampai III
4. Umur
Umur adalah lamanya hidup seseorang ibu yang dihitung
berdasarkan ulang tahun terakhirnya.
Kriteria obyektif :
a. Berisiko : bila umur < 20 tahun dan > 35 tahun
-
29
e. Tidak berisiko : bila umur 20-35 tahun
F. JenisdanSumber Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder
yang diperoleh dari buku register (medical record) RSUD Kota Kendari
yang meliputi data ibu bersalin normal dan serotinus berdasarkan
graviditas, paritas dan umur.
G. Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Data yang diperoleh diolah secara manual dengan menggunakan
kalkulator.
2. Analisis data
Analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif yaitu
perhitungan presentase dengan rumus :
Keterangan :
X = nilai persentase yang diperoleh
F = jumlah variabel yang diteliti
n = jumlah sampel penelitian
K = konstanta (100%)(Natsir, 2009).
ᵡ= × k
-
30
H. Penyajian Data
Data yang sudah diolah disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dinarasikan secara deskriptif dan di persentasikan.
-
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
RSUD Kota Kendari terdapat dikelurahan kambu kecamatan
kambu atau terletak di jalan brigjen Z. A Sugianto No. 30 kendari
dengan luas lahan ± 13.000 m2.
RSUD Kota Kendari memiliki batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mandonga
b. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Poasia
c. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Mokoau
d. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan wua-wua
2. Status Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari pertama kali
didirikan pada tahun 1972 yang merupakan bangunan peninggalan
pemerintah Hindia Belanda yang telah mengalami beberapa kali
perubahan status antara lain :
a. Rumah Sakit Tentara/Militer tahun 1945-1960
b. Rumah Sakit Kabupaten Kendari tahun 1960-1989
c. Rumah Sakit Plus Gunung Jati 1989-2003
d. Berdasarkan Perda Kota No. 17 tahun 2001 kembali berstatus
rumah sakit dengan nama RSUD Kota Kendari.
31
-
32
e. Diresmikan penggunaanya sebagai RSUD Kota Kendari oleh
bapak Walikota Kendari Pada tanggal 23 Januari 2003
f. Pada Tahun 2008, oleh pemerintah Kota Kendari telah
membebaskan lahan seluas 13.000 M2 untuk relokasi Rumah
Sakit,yang dibangun secara bertahap dengan menggunakan
dana APBD, TP, DAK dan DPPIPD.
g. Pada tanggal 4 Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari resmi menempati Gedung baru yang terletak di
Jl.Brigjen Z.A Sugianto No : 39 Kel. Kambu Kec.Kambu Kota
Kendari.
h. Pada tanggal 12-14 Desember 2012 tekah divisitasi oleh TIM
Komite Akreditasi Rumah Sakit ( KARS ), dan berhasil
terakreditasi penuh sebanyak 5 pelayanan ( Administrasi &
Manajemen, Rekam Medik, Pelayanan Keperawatan,
Pelayanan Medik dan IGD ).
3. Sarana Gedung
Dilokasi baru RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung
sebagai berikut :
a. Gedung Anthurium ( Kantor )
b. Gedung Bougenville ( Poliklinik )
c. Gedung ( IGD )
d. Gedung Matahari ( Radiologi )
e. Gedung Crysant ( Kamar Operasi )
f. Gedung Asoka ( ICU )
-
33
g. Gedung Teratai ( Obgyn – Poned )
h. Gedung Lavender ( Rawat inap penyakit dalam )
i. Gedung Mawar ( Rawat Inap Anak )
j. Gedung Melati ( Rawat Inap Bedah )
k. Gedung Tulip ( Rawat Inap Saraf & THT )
l. Gedung Anggrek ( Rawat Inap VIP, Kls I, Kls II )
m. Gedung Instalasi Gizi
n. Gedung Loundry
o. Gedung Laboratorium
p. Gedung Kamar Jenazah
Dalam Menunjang pelaksanaan kegiatan RSUD Kota Kendari
dilengkapi dengan 4 unit mobil ambulance, 1 buah mobil direktur, 9
buah mobil operasional dokter spesialis dan 10 buah sepeda motor.
4. Ketenagaan
Jumlah tenaga kerja yang ada di RSUD.Abunawas Kota
Kendari pada tahun 2014 sebanyak 386 ( 175 PNS dan 211 Non
PNS ), yang terdiri dari :
a. Tenaga Medis
b. Tenaga Paramedis Perawatan
c. Tenaga Paramedis non Perawatan
d. Tenaga administrasi
-
34
B. Hasil Penelitian
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan di Rumah Sakit
Umum Kota Kendari mulai tanggal Juni s/d Juli 2017, maka diperoleh
data sebanyak 64 orang ibu yang melahirkan serotinus.
Dari data sekunder yang diperoleh di ruang Kebidanan Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari kemudian data di olah dengan cara
manual dengan menggunakan kalkulator yang disajikan dalam bentuk
tabel selanjutnya akan dinarasikan adapun peroleh tersebut diuraikan
sebagai berikut :
1. Graviditas
Tabel 1. Distribusi Penyebab persalinan serotinusBerdasarkan Graviditas Diruang KebidananRumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun2016.
S
u
m
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah ibu
yang melahirkan dengan serotinus yang tidak beresiko berdasarkan
graviditas yang paling banyak yaitu 39 (60,93%) orang sedangkan
yang beresiko pada graviditas sebanyak 25 (39,06%) orang.
2. Paritas
Graviditas Jumlah (n) Persen (%)Beresiko (≥ IV) 25 39,06
Tidak beresiko (I - III) 39 60,93
Total 64 100
-
35
Tabel 2. Distribusi Penyebab persalinan serotinusBerdasarkan Paritas Diruang Kebidanan RumahSakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2016.
Paritas Jumlah (n) Persen (%)Beresiko (≥ IV) 18 28,12
Tidak beresiko (I - III) 46 71,88
Total 64 100
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah ibu
yang melahirkan dengan serotinus yang tidak beresiko berdasarkan
paritas yang paling banyak yaitu 46 (71,88%) orang sedangkan
yang beresiko sebanyak 18 (28,12%) orang.
3. Umur Ibu
Tabel 3. Distribusi Penyebab persalinan serotinusBerdasarkan Umur Diruang Kebidanan RumahSakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2016.
Umur Jumlah (n) Persen (%)Beresiko (35) 8 12,5
Tidak beresiko (20-35) 56 87,5
Total 64 100
Sumber : Data Sekunder
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah ibu
yang melahirkan dengan serotinus yang tidak beresiko berdasarkan
-
36
umur yang paling banyak yaitu 56 (87,5%) orang sedangkan yang
beresiko sebanyak 8 (12,5%) orang.
C. Pembahasan
1. Graviditas
Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya telah dialami
oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilan. Graviditas 1 dan
graviditas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan suatu hal yang
baru dalam hidupnya sehingga secara psikologis mentalnya belum
siap, dan ini akan memperbesar kemungkinan terjadinya komplikasi
kehamilan. Serotinus sering terjadi pada graviditas tinggi sebab
pada graviditas tinggi rahim ibu terasa adanya janin dalam, bila
terlalu sering mengalami kehamilan rahim akan semakin lemah dan
kemungkinan akan mengalami komplikasi.
Hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
bahwa sebagian besar ibu bersalin dengan serotinus pada
graviditas < 4 yaitu 39 orang (60,93%) sedangkan pada kelompok
berisiko ≥ 4 sebanyak 25 orang (39,06).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
Sastrawinata bahwa serotinus lebih sering terjadi pada primigravida
muda, primigravida tua, dan grandimulti paritas sebab semakin
tinggi graviditas semakin tinggi resiko dalam kehamilan, persalinan
dan nifas.
2. Paritas
-
37
Paritas merupakan jumlah persalinan yang telah dialami oleh
ibu. Paritas pertama atau lebih dari tiga kali mempunyai risiko yang
lebih besar terhadap janin dan ibunya. Ibu yang pertaman kali
melahirkan merupakan suatu hal yang baru dalam hidupnya
sehingga secara psikologi mentalnya belum siap. Hal ini akan
memperbesar kemungkinan komplikasi. Sedangkan ibu yang terlalu
sering melahirkan fungsi alat-alat vitalnya dalam organ reproduksi
telah mengalami kemunduran dan kemungkinan mengalami
komplikasi yaitu pendarahan, persalinan lama dan bayinya berisiko.
Hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
diperoleh ibu bersalin pada paritas ≥ 4 yaitu 18 orang (28,12,%)
sedangkan pada kelompok paritas < 4 merupakan ada kelompok
paritas tidak berisiko sebanyak 46 orang (71,88%).
Hasil ini sejalan dengan yang dikemukakan Winkjosastro
bahwa paritas II – III merupakan paritas yang paling aman ditinjau
dari sudut kematian maternal, sedangkan ≥ 4 atau < 4 mempunyai
resiko yang lebih besar untuk terjadinya serotinus. Hal ini juga
sesuai dengan kemaknaan berbagai faktor, demografi ibu seperti
paritas dimana paritas 1 atau ≥ 4 mempunyai resiko yang lebih
besar untuk terjadinya serotinus.
3. Umur Ibu
Umur adalah lamanya seseorang hidup yang dihitung
berdasarkan ulang tahun terakhirnya (Sardianaya, 2006). Dalam
kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan
-
38
dan persalinan adalah 20-35 tahun. Pada umur < 20 tahun fungsi
organ reproduksi belum matang dan belum siap untuk menghadapi
kehamilan akibatnya ibu akan mengalami persalinan macet dan
meningkatkan resiko terhadap janin. Sedangkan pada umur > 35
tahun terikat dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh
serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.
Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari menunjukan bahwa sebagian besar ibu bersalin
dengan serotinus pada umur 20-35 tahun yaitu 56 orang (87,5%),
pada umur > 35 tahun yaitu 2 orang (3,12%).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang
dikemukakan Manuaba bahwa serotinus sering terjadi pada usia <
20 tahun atau > 35 tahun. Hal ini erat kaitannya dengan
kematangan sel-sel reproduksi serta tingkat kerja organ reproduksi
sehingga usia tersebut dapat membahayakan ibu saat kehamilan
dan persalinan serta meningkatkan resiko terhadap janinnya.
Menurut pernyataan Mochtar (1998). Umur ibu merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan ibu.
Pada masa kehamilan ibu hamil dengan umur masih relatif
muda atau sebaliknya terlalu tua, cenderung lebih muda mengalami
komplikasi kehamilan dibandingkan dengan kurun reproduksi sehat
yakni umur 20-35 tahun.
Berdasarkan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
sebagian besar ibu bersalin dengan serotinus pada umur 20-35
-
39
tahun. Hal ini di karenakan faktor yang mempengaruhi status
kesehatan ibu dan janinnya, jadi tidak menutup kemungkinan ibu
yang berumur 20-35 tahun akan mengalami persalinan serotinus.
-
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari penelitian terdapat
64 sampel di Rumah Sakit Umum Kota Kendari, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Hasil penelitian bedasarkan jumlah kejadian serotinus dari 64
sampel yang paling banyak berisiko pada graviditas sebanyak
25 (39,06%) orang sedangkan yang paling sedikit berisiko
sebanyak 8 (12,5%) orang pada umur ibu.
2. Hasil penelitian berdasarkan jumlah kejadian serotinus dari 64
sampel yang tidak berisiko sebanyak 56 (87,5%) pada umur ibu
sedangkan yang paling sedikit tidak berisiko sebanyak 39
(60,93%) pada graviditas.
B. Saran
Dengan melihat hasil penelitian ini, agar terwujut derajat kesehatan
ibu dan anak dapat tercapai guna memperbaiki kualitas hidup
bangsa Indonesia dimasa yang akan datang :
1. Untuk ibu hamil dianjurkan untuk rajin memeriksakan
kehamilanya minimal 4 kali selama kehamilannya dan
merencanakan persalinannya pada bidan atau tenaga kesehatan
terlatih.
40
-
41
2. Disarankan pada petugas kesehatan khususnya bidan untuk
meningkatkan mutu pelayanan antenatal care dalam upaya
angka kejadian ibu bersalin dengan serotinus.
3. Bagi pihak Rumah Sakit khususnya pada bagian kebidanan dan
KIA diharapkan untuk memberikan penyuluhan kepada ibu hamil
untuk menghindari berbagai resiko kehamilan terutama
serotinus.
-
42
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI., 2003. Profil Kesehatan RI.http://www.profil kesehatan.net.(diakses 20 Desember2016).
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2008.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungandan Keluarga Rerencana Untuk PendIdikan Bidan, Jakarta :EGC
2008. Gawat – Darurat Obstetri – Ginekologi & Obstetri – GinekologiSosial untuk Profesi Bidan,Jakarta : EGC
Manuaba, IBG., 2010. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin ObstetriGinekologi Dan Kb. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A., 2003. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: MediaAesculapsius.
Najah, SN., 2004. Beberapa Karakteristik Ibu Yang BerpengaruhTerhadap Kejadian Persalinan Prematur (Studi Kasus Pada BulanJanuari-September2003 di RSUD dr. H. Soewondo Kendal.Skripsi.http:// persalinan prematur. Diakses tanggal 21 Januari2017.
Natsir, J.E., 2008. Kinerja Perawat dalam Melaksanakan AsuhanKeperawatan di Rumah Sakit dan Faktor yang Mempengaruhinya.http://www.blogjoeharno.blogspot.com, diakses 20 Desember2016.
Notoatmodjo,S., 2004. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta
Nurdiana, A, 2008. Profil Kelahiran Bayi Prematur di RSUD dr. SoebandiJember Periode 1 Januari 2003 – 31 Desember 2005.http://digilib.unej.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-grey-2008-astutinurd1469&idth=150&PHPSES. Diakses 21Januari 2017.
Rustam, M, 2008. SinopsisObstetri :ObstetriOperatifObstetrisosial.Jakarta: EGC.
Saifuddin, A.B., 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawiroharjdo.
-
43
Sastrawinata, S., 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.Jakarta: EGC.
Sujiyatini, 2009. PanduanLengkapPelayanan KB Terkini. Jogjakarta:NuhaMedika.
Wiknjosastro, H. 2007. PelayananKesehatan Maternal danNeonatal.Jakarta: PenerbitYayasanBinaPustaka.
Wiknjosastro, gulardi, 2008 Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal,Jakarta : YBP-SP
_____________, 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan BinaPustakaSarwono Prawiroharjdo.
-
44
MASTER TABEL
IDENTIFIKASI IBU BERSALIN DENGAN SEROTINUSDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI
PROVINSI SULAWESI TENGGARATAHUN 2016
NO NAMA UMUR IBUGRAVIDITAS PARITAS
KETERANGAN
-
45
32. Ny. S 21 th I I33. Ny. K 26 th V III34. Ny. O 26 th IV III35. Ny. B 23 th II II36. Ny. M 31 th IV IV37. Ny. O 22 th I I38. Ny. K 24 th III II39. Ny. M 29 th V IV40. Ny. A 20 th I I41. Ny. F 31 th VI V1 2 3 4 5 6 8
42. Ny. R 24 th III II43. Ny. N 25 th IV II44. Ny. O 19 th I I45. Ny. B 27 th III II46. Ny. C 20 th I I47. Ny. L 37 th V IV48. Ny. T 31 th VI IV49. Ny. S 19 th I I50. Ny. U 24 th II I51. Ny. L 20 th I I52. Ny. U 26 th V II53. Ny. B 25 th III II54. Ny. D 22 th II II55. Ny. E 23 th II II56. Ny. S 38 th VII V57. Ny. A 20 th I I58. Ny. M 20 th II I59. Ny. L 29 th IV IV60. Ny. K 28 th V IV61. Ny. S 22 th II II62. Ny. U 22 th I I63. Ny. J 21 th I I64. Ny. O 28 th V IV
-
46
-
47
-
48
-
49
-
50
top related