i. pendahuluan - bptp lampungadvokasi inovasi pertanian, model kawasan rumah pangan lestari...
Post on 04-Feb-2018
259 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 1
I. PENDAHULUAN
BPTP Lampung dalam era desentralisasi dituntut harus selalu pro-
aktif, responsif dan antisipatif dalam mendukung pembangunan pertanian,
khususnya pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerah. Hal ini
berarti BPTP Lampung harus dapat menjadi institusi yang mampu memberi-
kan masukan dalam membantu mengarahkan pembangunan pertanian di
daerah. BPTP juga harus dapat dengan segera merespon permasalahan-
permasalahan di sektor pertanian yang muncul di daerah.
Selama keberadaannya, BPTP Lampung tetap aktif melaksanakan peng-
kajian, perakitan, pengembangan dan pendampingan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi di Provinsi Lampung. Kegiatan-kegiatan tersebut
antara lain Pendampingan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan,
Tanaman Perkebunan, Tanaman Hortikultura, Kawasan Peternakan,
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Katam, Analisis
Kebijakan, Sinkronisasi dan Koordinasi dalam Pendampingan Teknologi
Program Utama Kementerian Pertanian, Pengkajian Inhouse, Diseminasi dan
Advokasi Inovasi Pertanian, Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL),
yang berdampak langsung maupun tidak langsung bagi kesejahteraan
masyarakat petani di Lampung.
Laporan Tahunan ini merupakan laporan kegiatan BPTP Lampung
selama Tahun 2015 dalam mengisi dan mencapai misinya. Dokumentasi
capaian kinerja BPTP Lampung yang dituangkan dalam bentuk laporan tahun-
an ini, menggambarkan secara menyeluruh dari dua sudut pandang yaitu ke-
berhasilan dan kegagalan. Hal ini dilakukan sebagai wahana evaluasi dan
bahan pembelajaran ke depan, mulai dari perencanaan dan perumusan
program sampai dengan implementasi kegiatan. Materi pokok yang disajikan
dalam Laporan Tahunan ini meliputi sumberdaya manusia, sarana dan
prasarana, program, anggaran serta sinopsis kegiatan litkaji yang dilakukan
BPTP Lampung pada TA. 2014.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 2
II. ORGANISASI
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung adalah Unit
Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan
Litbang Pertanian) yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/3/
2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Lampung mempunyai tugas melaksanakan
pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
Dalam melaksanakan tugas tersebut BPTP Lampung menyelenggarakan
fungsi :
(1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi.
(2) Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi.
(3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian
serta perakitan materi penyuluhan.
(4) Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
(5) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
(6) Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Kepala Badan Litbang
Pertanian melalui keputusan No: OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003,
BPTP Lampung dilengkapi 4 kelompok pengkaji (Kelji) yaitu: Kelji Sumber-
daya, Kelji Budidaya, Kelji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP),
dan Kelji Sosial Ekonomi.
Susunan organisasi dan tata kerja BPTP Lampung terdiri dari :
a. Subbagian Tata Usaha
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 3
Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, per-
lengkapan, surat menyurat, dan kearsipan, serta rumah tangga.
b. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)
Seksi KSPP mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
rencana, program, anggaran, pemantauan, dan evaluasi serta laporan,
dan penyiapan bahan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penye-
barluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana pengkajian,
perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi.
c. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan fungsional Peneliti,
Penyuluh Pertanian dan sejumlah jabatan fungsional lainnya yang terbagi
dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang
masing-masing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Gambar 1. Struktur organisasi BPTP Lampung
KEPALA BPTP
Kasubbag Tata Usaha Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)
Koordinator Kepegawaian
Koordinator Keuangan
Koordinator Rumah Tangga Koordinator
Program Koordinator Kerjasama
dan Pelayanan Pengkajian
Koordinator Pendaya-gunaan
Hasil Pengkajian
Kepala KP. Natar
Kepala KP. Tegineneng
Kepala Lab Diseminasi
Masgar
Kelji Budidaya
Kelji Sumberdaya Kelji Sosial Ekonomi
Kelji MTHP
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 4
III. KELEMBAGAAN
A. PROGRAM PENELITIAN DAN EVALUASI
Visi
Setiap organisasi perlu memiliki visi agar mampu eksis dan unggul
dalam persaingan yang semakin ketat dan perubahan lingkungan yang cepat.
Visi BPTP Lampung adalah “Pada Tahun 2015 Menjadi lembaga penelitian
dan pengembangan pertanian terkemuka di dunia dalam mewujudkan sistem
pertanian bio-industri tropika berkelanjutanl.”
Misi
Dalam rangka untuk mewujudkan visinya, BPTP Lampung menetapkan
misinya yakni merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian
tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri dan
mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka
peningkatan scientific recognition dan impact recognition.
Tujuan
Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor
kunci keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan
akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan
dalam rangka merealisasikan misi, yang menunjukkan suatu kondisi yang
ingin dicapai dimasa mendatang. Sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin
dicapai melalui tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Sasaran akan mem-berikan fokus pada penyusunan kegiatan, bersifat
spesifik, terinci, dapat diukur, dan dapat dicapai.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 5
Dalam jangka menengah (2015-2019) visi dan misi BPTP Lampung
dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran perakitan, pengujian dan
pengembangan serta diseminasi teknologi pertanian tropika unggul berdaya
saing mendukung pertanian bio-industri. Untuk mencapai tujuan dan sasaran
tersebut, maka disusun strategi yang disusun atas dasar evaluasi mendalam
terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang telah diuraikan pada
perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BPTP
Lampung ke depan.
Tujuan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi di BPTP
Lampung dalam lima tahun ke depan (2015-2019) terdiri atas :
1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul
berdaya saing mendukung pertanian bio-industri berbasis advanced
technology dan bioscience, aplikasi IT, dan adaptif terhadap dinamika
iklim.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian tropika unggul untuk
mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional.
Sasaran
Sasaran 1: Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui
penyempurnaan sistem dan perbaikan fokus kegiatan pengkajian yang
didasarkan pada kebutuhan pengguna (petani dan pelaku usaha agribisnis
lainnya) dan potensi sumberdaya wilayah. Penyempurnaan sistem pengkajian
mencakup metode pelaksanaan pengkajian serta monitoring dan evaluasi.
Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: Pengkajian inovasi
pertanian spesifik lokasi.
Sasaran 2: Terdesiminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 6
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
kuantitas dan atau kualitas informasi, media dan lembaga diseminasi inovasi
pertanian. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu:
Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian.
Sasaran 3: Tersedianya model-model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
efektivitas kegiatan tematik di BPTP yang disinergikan dengan UK/UPT
lingkup Balitbangtan, terutama dalam menerapkan hasil-hasil litbang
pertanian dalam super impose model pertanian bio-industri berbasis
sumberdaya lokal.
Sasaran 4: Rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
kajian-kajian tematik terhadap berbagai isu dan permasalahan pembangunan
pertanian baik bersifat responsif terhadap dinamika kebijakan dan lingkungan
strategis maupun antisipatif terhadap pandangan futuristik kondisi pertanian
pada masa mendatang. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan
yaitu: analisis kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian.
Sasaran 5: Terbangunnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan
efektivitas manajemen institusi. Strategi ini diwujudkan ke dalam delapan
sub kegiatan yaitu:
1. Penguatan kegiatan pendampingan model diseminasi dan program
strategis kementan serta program strategis Badan Litbang Pertanian
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 7
2. Penguatanmanajemen mencakup perencanaan dan evaluasi
kegiatanserta administrasi institusi
3. Pengembangan kompetensi SDM
4. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui penerapan ISO 9001:2008
5. Peningkatan pengelolaan laboratorium
6. Peningkatan pengelolaan kebun percobaan
7. Peningkatan kapasitas instalasi UPBS
8. Jumlah publikasi nasional dan internasional
9. Peningkatan pengelolaan data base dan website.
Kegiatan Manajemen dan Pengkajian BPTP Lampung
Kegiatan BPTP Lampung tahun anggaran 2015 mencakup kegiatan
manajemen BPTP Lampung dan kegiatan pengkajian serta diseminasi hasil
pengkajian.
Kegiatan manajemen BPTP Lampung tahun 2015 terdiri atas:
1) Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program,
2) Dokumen Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan,
3) SPI dan WBK
4) Peningkatan Layanan Perkantoran,
5) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran,
6) Pengelolaan Administrasi Satuan Kerja,
7) Pengelolaan Sekretariat UAPPA/B-W,
8) Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia dan Mutu Manajemen
Satuan Kerja BPTP Lampung,
9) Kerjasama Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang
(Pendampingan),
10) Pengelolaan Instalasi Pengkajian,
11) Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan Kegiatan,
12) Pengelolaan website/database/kepustakaan.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 8
Kegiatan penelitian, diseminasi hasil litkaji dan Model Bioindustri BPTP
Lampung tahun 2015 tercakup dalam 10 RPTP dan 17 RDHP sebagai berikut:
(1) Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Provinsi Lampung,
(2) Kajian Pemanfaatan Pakan Berbasis Bahan Lokal yang Berwawasan
Lingkungan untuk Sapi Potong di Lampung,
(3) Budidaya Lada Spesifik Lokasi,
(4) Inovasi Pengelolaan Hara Spesifik LokasiLahan Suboptimal Mendukung
Swasembada Padi dan Kedelai Di Lampung
(5) Optimalisasi Pasca Panen Kedelai,
(6) Kajian Teknologi Budidaya Pisang Ambon di Lampung,
(7) Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG),
(8) Agro Ekologi Zone (AEZ) II,
(9) Budidaya Bawang Merah Spesifik Lokasi
(10) Kajian Teknologi Unggas Spesifik Lokasi,
(11) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman
Pangan,
(12) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman
Perkebunan,
(13) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman
Hortikultura,
(14) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan
Sapi,
(15) Kalender Tanam,
(16) Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi
UPSUS, PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan
(17) Pendampingan PUAP,
(18) Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi
Pangan di Provinsi Lampung
(19) Agro Sains Park Kebun Percobaan Natar
(20) Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi dan Penyuluh,
(21) Pameran, Display Visitor Plot,
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 9
(22) Majalah dan Pencetakan Buku,
(23) Taman Agro Inovasi,
(24) Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya
melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar Padi,
(25) Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya
melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar Kedelai
(26) Pengelolaan UPBS BPTP Lampung,
(27) Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan
Ternak Kambing,
(28) Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Ternak
Sapi
B. PENATAKELOLAAN PENELITIAN DAN PENGKAJIAN DI BPTP LAMPUNG
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung telah menerapkan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam rangka mengendalikan pelaksanaan
kegiatan penelitian dan pengkajian serta pelaksanaan kepemerintahan yang
baik (good governance) serta memberikan keyakinan atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Selain telah menerapkan sistem pengendalian intern, BPTP Lampung
juga menerapkan sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001:2008 dalam
rangka penerapan pelayanan prima kepada masyarakat. Sertifikat KAN telah
diperoleh pada tahun 2010 berdasarkan hasil penilaian lembaga sertifikasi
terhadap kepatuhan institusi dalam mengimplementasikan dokumen panduan
mutu yang telah disusun.
C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA
C.1. Anggaran Tahun 2015
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 10
Dalam melaksanakan tupoksinya, BPTP Lampung pada Tahun 2015 di-
dukung oleh sumber dana yang berasal dari dana APBN dalam bentuk Rupiah
Murni (RM) sebelum revisi anggaran adalah sebesar Rp. 16.473.967.000,-
(enam belas milyar empat ratus tujuh puluh tiga juta sembilan ratus enam
puluh tujuh ribu rupiah) setelah revisi I tertanggal 5 Januari 2015 pagu
anggaran berubah menjadi Rp. 17.394.817.000,- (Tujuh belas milyar tiga
ratus Sembilan puluh empat juta delapan ratus tujuh belas ribu rupiah),
kemudian setelah revisi II tertanggal 6 Maret 2015 dan revisi III tertanggal
29 Mei 2015 pagu anggaran berubah menjadi Rp. 34.277.161.000,- (Tiga
puluh empat milyar dua ratus tujuh puluh tujuh juta seratus enam puluh satu
ribu rupiah). dan terakhir revisi POK pagu anggaran tidak berubah, rincian
pagu anggaran setelah revisi III sebagai berikut:
- Belanja pegawai Rp. 7.697.172.000,-
- Belanja barang operasional Rp. 1.543.000.000,-
- Belanja barang non operasional Rp. 9.880.319.000,-
- Belanja modal Rp. 15.156.670.000,-
Realisasi anggaran per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp.
33.323.212.509,- (Tiga puluh tiga milyar tiga ratus dua puluh tiga juta dua
ratus dua belas ribu lima ratus sembilan rupiah) atau 97,22% dari pagu
anggaran, dengan rincian :
- Belanja pegawai Rp. 7.402.413.926,- (96,17%)
- Belanja barang operasional Rp. 1.415.704.426,- (91,75%)
- Belanja barang non operasional Rp. 9.836.657.316,- (99,56%)
- Belanja modal Rp. 14.668.436.805,- (96,78%)
Tabel 1. Realisasi anggaran per 31 Desember 2015
Uraian Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp) %
1. Realisasi Pendapatan Negara
- Penerimaan Pajak - - -
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 11
- Penerimaan Negara Bukan Pajak
- 293.936.438 -
- Penerimaan hibah - - -
2. Realisasi Belanja Negara 34.277.161.000 33.323.212.509 97,22
A. Rupiah Murni
- Belanja Pegawai 7.697.172.000 7.402.413.926 96,17
- Belanja Barang Operasional 1.543.000.000 1.415.704.462 91,75
- Belanja Barang Non Operasional 9.880.319.000 9.836.657.316 99,56
- Belanja Modal 15.156.670.000 14.668.436.805 96,78
C.2. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2015
Realisasi Pendapatan Negara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lampung per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp. 293.936.438,- atau
mencapai 403% dari perkiraan target penerimaan yang ditetapkan untuk
tahun 2015 yaitu sebesar Rp.73.000.000. Realisasi ini berasal dari
Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya yang berasal dari penjualan hasil
Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan; pendapatan, gedung dan bangunan
berupa sewa mess; sewa rumah dinas/rumah negara; penerimaan kembali
ganti rugi atas kerugian negara; penerimaan jasa giro dan penerimaan
kembali belanja lainnya TAYL. BPTP Lampung tidak memiliki pendapatan
hibah. Rincian perkiraan target penerimaan dan realisasi PNBP lainnya tahun
2015 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Perkiraan target penerimaan dan Realisasi PNBP Tahun 2015
URAIAN Perkiraan
Target
Penerimaan
Realisasi %
Penerimaan Fungsional
Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan
dan Perkebunan
53.000.000 246.138.000 464
Pendapatan Laboratorium 10.000.000 37.445.000 374
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 12
Pendapatan Sewa Mess 10.000.000 3.140.000 31
Jumlah Penerimaan
70.000.000 286.723.000 393
Penerimaan Umum
Sewa rumah dinas 0 3.311.000
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/
Jasa Giro
0 2.018
Penerimaan Kembali ganti rugi atas
kerugian negara
0 3.900.000
Penerimaan Kembali Belanja lainnya
TAYL
0 1.035.000
Jumlah Penerimaan
0 7.213.438
Total Pendapatan dan Hibah 70.000.000 293.936.438 403
C.3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan potensi dan kekuatan yang
tidak bisa diabaikan dalam suatu lembaga/instansi, termasuk bagi BPTP
Lampung. Ketersediaan SDM yang memadai dengan tingkat keahlian dan
kompetensi yang berimbang akan memberikan dampak yang cukup signifikan
bagi pencapaian misi dan visi lembaga. Untuk tahun 2015, PNS di BPTP
Lampung berjumlah 104 orang tidak termasukdan tenaga kontrak sebanyak
14 orang, yang tersebar pada 4 unit kerja (Tabel 3).
Tabel 3. Jumlah PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan kepangkatan dan unit kerja
No Unit kerja Golongan (orang)
Jumlah IV III II I
1.
2. 3.
4.
BPTP Lampung-Hajimena
KP Natar KP Tegineneng
Lab Diseminasi Masgar
23
- -
-
39
2 -
2
19
10 3
3
3
- -
-
84
12 3
5
PNS BPTP Lampung yang berpendidikan S3 berjumlah 4 orang, S2
berjumlah 19 orang, dan S1 berjumlah 28 orang (Tabel 4). Proporsi jumlah
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 13
tenaga berdasarkan kriteria pendidikan tersebut belum mencukupi
persyaratan critical mass. Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi
tenaga SDM perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang ilmu
yang dibutuhkan.
Tabel 4. Sebaran PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan dan pendidikan per Desember 2015
No Gol/ruang Tingkat Pendidikan
JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD
1. IV/e - 1 - - - - - - - - - 1
1. IV/d 1 1 - - - - - - - - 2
2. IV/c 2 2 1 - - - - - - - - 5
3. IV/b 1 5 1 - - - - - - - - 7
4. IV/a - 6 - - - - - - - - 6
5. III/d - 1 2 - - - - - - - - 3
6. III/c - 2 3 - - 2 - - - - - 7
7. III/b - 2 12 1 - 1 - - 6 - - 22
8. III/a - - 8 - - 3 1 - 1 - - 13
9. II/d - - - - - 1 - - 5 - - 6
10. II/c - - - - - 1 - - 12 - - 13
11. II/b - - - - - - - - 5 1 - 6
No Gol/ruang Tingkat Pendidikan
JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD
12. II/a - - - - - - - - 3 2 6 11
13. I/d - - - - - - - - - 1
- 1
14. I/c - - - - - - - - - - 1 1
JUMLAH 4 19 28 1 - 8 1 - 32 4 7 104
Sampai dengan tahun 2014 BPTP Lampung memiliki 51 orang tenaga
fungsional, terdiri dari 35 orang peneliti, 10 orang penyuluh, 4 orang
litkayasa, dan 2 orang arsiparis (Tabel 5).
Tabel 5. Sebaran tenaga fungsional berdsarkan jabatan fungsional per Desember 2015
No. Jabatan Fungsional Jumlah
1. Peneliti:
Peneliti Utama 4
Peneliti Madya 13
Peneliti Muda 5
Peneliti Pertama 13
Jumlah 35
2. Penyuluh:
Penyuluh Pertanian Madya 3
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 14
Penyuluh Pertanian Muda 2
Penyuluh Pertanian Pertama 5
Jumlah 10
No. Jabatan Fungsional Jumlah
3. Litkayasa:
Teknisi Litkayasa Penyelia 1
Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 2
Teknisi Litkayasa Pelaksana 1
Jumlah 4
4. Arsiparis:
Arsiparis Ahli Pertama 1
Arsiparis Terampil Pelaksana 1
Jumlah 2
TOTAL 51
C.4. Fasilitas
Seperti halnya dengan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana
merupakan salah satu sumber energi utama untuk menjalankan roda
organisasi. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai akan sangat
menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung. Barang-
barang tidak bergerak yang dimiliki oleh BPTP Lampung meliputi tanah dan
bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki oleh BPTP Lampung adalah seluas
738.217 m2, yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan III,
tanah bangunan kantor pemerintah, dan tanah kebun percobaan. Sedangkan
gedung dan bangunan yang dimiliki BPTP Lampung sebanyak 62 unit terdiri
atas 4 unit bangunan gedung kantor permanen, 7 unit bangunan gedung
tertutup permanen, 2 unit bangunan gedung laboratorium permanen, 2 unit
gedung garasi/pool, 1 unit bangunan lantai jemur permanen, 4 unit
bangunan gedung tempat kerja lainnya, 40 unit rumah negara golongan II,
dan 2 unit mess permanen.
C.4.1. Kebun Percobaan (KP)
BPTP Lampung memiliki dua buah Kebun Percobaan dan satu buah lab
diseminasi yang masing-masing berlokasi di Kecamatan Natar, Tegineneng,
dan Masgar. Keragaan kebun percobaan lingkup BPTP Lampung dapat
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 15
dijelaskan sebagai berikut. Kebun Percobaan Natar merupakan salah satu dari
3 kebun milik BPTP Lampung yang mempunyai areal paling luas yaitu 60 ha.
KP. Natar berada di Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lampung Selatan, berjarak sekitar 10 km dari kantor induk BPTP Lampung, di
Bandar Lampung. Kebun berada pada ketinggian 135 m dpl laut, mempunyai
jenis tanah latosol dan sebagian posolik merah kuning, bahan induk dari tuf
vulkan, mempunyai tingkat kesuburan sedang. Komoditas yang
dikembangkan pada jenis tanah ini antara lain untuk tanaman perkebunan
(karet, kakao, kopi robusta, lada, panili, dan jarak pagar), tanaman pangan
lahan kering (jagung, ubikayu, kedelai dan kacang tanah), tanaman
hortikultura (pisang, mangga dan cabai), serta tanaman obat-obatan (temu-
temuan, solanaceae dan jahe). Implasement dan penggunaan lahan di KP.
Natar dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas Implasement dan Penggunaan Lahan KP Natar.
No. Penggunaan Luas 1. Implasement kantor/perumahan 3,8 ha 2. Kantor kebun dan ruang staf 170 m2 3. Mess 2 unit 240 m2 4. Laboratorium (OPT dan Tanaman) 340 m2 5. Gudang 250 m2 6. Lantai Jemur 800 m2 7. Rumah Kaca 5 unit 450 m2 8. Bengkel Peralatan 75 m2 9. Musholla 75 m2 10. Rumah Mesin Pengupas Jarak 75 m2 11. Rumah Generator 24 m2 12. Stasiun Iklim 6 m2 13. Para-para persemaian 300 m2 14. Pos jaga satpam 12,5 m2 15. Bangunan tower air 15 m2 16. Tanah rawa 0,75 ha 17. Lahan kerjasama dengan koperasi 15,20 ha 18. Lahan kerjasama pihak ketiga 22,28 ha 19. Jalan kebun 12.540 m2
KP. Tegineneng berada di Kampung Banyuwangi, Desa Mandah,
Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas ± 11
ha terdiri dari 3 ha digunakan untuk implasement, visitor plot, dan kebun
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 16
koleksi dan sisanya seluas ± 8 ha digunakan untuk tanaman pangan
(singkong). Kebun berada pada ketinggian 69 m dpl, jenis tanah pod solik
merah kuning, dan pH 4,5-5,5. Kebun koleksi digunakan untuk menanam
tanam jambu mete varietas Thailand, sirsak manis, pisang, dan cempaka.
Visitor plot ditanami tanaman kakao dan pisang serta sayuran (bayam,
kacang panjang, terong, caisim, pare dsb) yang ditanam dipekarangan kantor
sebagai bagian dari visitor plot KRPL.
Lab Diseminasi Masgar berlokasi di Desa Masgar, Kecamatan
Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas 18.056 m2 yang
digunakan untuk tanah dan bangunan, bangunan kantor seluas 7.881 m2,
dan kebun visitor plot seluas 5.690 m2.
C.4.2. Laboratorium Teknis
Laboratorium teknis BPTP Lampung bertugas untuk melayani
permintaan analisis dari peneliti lingkup BPTP Lampung, instansi pemerintah
lainnya, perusahaan swasta, para peneliti, mahasiswa, masyarakat umum dan
petani. Analisa yang dilayani adalah analisis tanah, analisis pupuk organik,
analisis pupuk anorganik, analisis jaringan tanaman, dan analisis air.
Laboratorium teknis BPTP Lampung memiliki peralatan utama pengujian
antara lain: Atomic Absorption Spectofotometer (AAS) GBC 933 Plus,
Spectrophotometer Optima SP-300, PH Meter, Laboratory Mill Retsch,
Analytical Balance, serta beberapa alat penunjang lainnya seperti Alat
Destruksi, Destilasi, Oven, Sheker, centrifuge, Magnetic Stirrer, Hot Plate,
Autoclave, Mikroskop, Laminar Flow, Incubator, Glassware, dan lain-lain.
C.4.3. Perpustakaan
Perpustakaan BPTP Lampung merupakan salah satu unit pen-dukung
kegiatan Balai dalam mem-berikan layanan informasi hasil-hasil
penelitian/pengkajian yang dilakukan BPTP Lampung kepada masyarakat
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 17
pengguna. Layanan perpustakaan di-berikan kepada semua pengguna baik
karyawan di lingkup Balai mau-pun masyarakat luas.
Peningkatan kapasitas institusi BPTP melalui peningkatan pelayanan
jasa perpustakaan terhadap pengguna akhir, pengguna antara, dan penentu
kebijakan serta mendukung peningkatan adopsi dan difusi teknologi hasil
penelitian dan pengkajian secara digital melalui perpustakaan digital.
C.4.4. Website
Jumlah pengunjung web BPTP Lampung yang beralamatkan situs
www.lampung.litbang.deptan.go.id dari Januari sampai Desember 2015
sebanyak 50.926 pengunjung.
Gambar 2. Jumlah pengunjung website BPTP Lampung Tahun 2015
Jumlah pengunjung website BPTP Lampung paling sedikit di bulan
Juni sebanyak 2.146 pengunjung sedangkan jumlah pengunjung paling
banyak terjadi di bulan Juli sebanyak 16.427 pengunjung. Rataan pengunjung
perbulan yaitu 4.243. Berita yang telah dimuat pada tahun 2014 Dari Januari
sampai Desember sebanyak 94 berita.
C.4.5. Kendaraan dinas
Pada tahun 2015, kendaraan dinas yang dimiliki BPTP Lampung
sebanyak 9 unit kendaraan roda empat (minibus), 2 unit kendaraan bermotor
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 18
angkutan barang lainnya, dan 17 unit kendaraan roda dua, dengan kondisi
kendaraan masih berfungsi baik. Kendaraan roda dua dan roda empat ini di-
gunakan untuk mendukung aktivitas kegiatan penelitian maupun administrasi
di BPTP Lampung. Inventaris kendaraan dinas dan kondisinya disajikan pada
Tabel 7.
Tabel 7. Daftar kendaraan roda empat BPTP Lampung, Desember 2015
No. Nama Kendaraan Tahun Perolehan Kondisi (Baik/Rusak)
1. Pick UP Grandmax 2013 Baik
2. Toyota Hilux Pick Up 2013 Baik
3. Nissan X-Trail 2013 Baik
4. Toyota Kijang Inova 2011 Baik
5. Toyota Hilux Double Cabin 2010 Baik
6. Daihatsu Espass 2005 Baik
7. Toyota Kapsul LGX 1999 Baik
8. Toyota Kapsul LSX 1998 Baik
9. Toyota Kapsul LX 1997 Baik
10. Toyota Kijang Super 1993 Baik
11. Suzuki Carry Pick Up Baik
12. Suzuki APV 2015 Baik
C.5. Pengadaan Peralatan C.5.1. Pengadaan peralatan dari APBN
Pada Tahun 2015 BPTP Lampung mengadakan 3 unit PC, 3 buah
printer, 4 buah notebook, dan lain-lain. Pengadaan peralatan selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Daftar pengadaan peralatan BPTP Lampung Tahun 2015
No. Nama Peralatan Volume
1. Visitor Car 1 unit
2. Kendaraan Roda Tiga 3 unit
3. Laptop 8 unit
4. Printer 2 unit
5. Scaner scan jet 1 unit
6. Komputer PC 4 unit
7. Printer 4 unit
8. UPS 4 unit
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 19
9. Laptop 2 unit
10. CCTV 1 paket
11. TV LED layar besar 3 unit
12. Sound System 1 unit
13. LCD Proyektor 2 unit
14. Camera 1 unit
15. Jaringan intercom 1 paket
16. Jaringan Internet 1 paket
17. Kursi tamu 2 set
18. AC 3 unit
19. Wireless 1 unit
20. Kursi Tamu 5 set
21. Meja Rapat 5 set
22. Kursi 100 unit
23. Meja Kerja 20 unit
24. Lemari kantor 10 unit
25. Kasur Springbed 40 unit
26. Gordyn 1 paket
27. Meja Kamar 20 unit
28. Lemari Kamar 20 set
29. Perlengkapan Mess 1 paket
D. KERJASAMA HASIL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMANFAATAN HASIL LITBANG
Pada tahun 2015 telah dilakukan kerjasama penelitian antara BPTP
Lampung dengan instansi lain. Judul kegiatan kerjasama penelitian tahun
2015 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kerjasama penelitian dengan instansi lain, tahun 2015
No. Judul Kerjasama Mitra Kerjasama
1. Pupuk NPK Kebomas pada Tanaman Ubikayu
PT. Petrokimia Gresik
2. Pembinaan Pertanian dan Peternakan kepada peserta didik dan Guru
PT. ASTRA dan YP-Michael D Ruslim
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 20
IV. HASIL PENGKAJIAN
A. ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG
Kebijakan Peningkatan Daya Saing Lada
Masih tingginya permintaan pasar terhadap lada serta mengingat
bahwa Lampung merupakan produsen lada kedua terbesar di Indonesia,
potensi lada sebagai komoditas unggulan di Lampung cukup tinggi dan
memiliki peluang untuk terus meningkatkan pangsa pasar dan daya saingnya
dengan peningkatan kuantitas (produksi) dan kualitas produk serta
diversifikasi produk olahan.
Peningkatan kuantitas dapat dilakukan melalui inovasi teknologi
budidaya khususnya penggunaan varietas unggul dan atau hibrida serta
pengendalian gangguan hama dan penyakit. Penggunaan bibit dan varietas
unggul bermutu dan bersertifikat perlu didukung kebijakan pemerintah dalam
pembangunan sistem penangkaran/pembibitan lada di daerah sentra produksi
dan daerah pengembangan. Selain itu, kebijakan pemerintah yang berkaitan
pengembangan wilayah lada berdasarkan pewilayahan komoditas (AEZ) perlu
diambil sehingga luas areal pertanaman lada tidak terancam akibat program
pengembangan komoditas tanaman perkebunan lainnya.
Kebijakan peningkatan daya saing melalui peningkatan kualitas dan
diversifikasi produk olahan dapat dilakukan dengan dukungan inovasi
teknologi alat dan mesin pengolahan lada seperti alat pengupas, alat
perontok, alat pengering dan alat penyuling minyak yang didistribusikan di
daerah sentra produksi mulai dari skala usaha kecil dan menengah dengan
penerapan usaha agribisnis lada.
Usaha agribisnis lada memerlukan investasi yang besar. Hal ini menjadi
masalah karena sebagian besar petani lada merupakan petani dengan tingkat
permodalan yang rendah. Permasalahan ini dapat diantisipasi dengan adanya
kebijakan penyediaan modal secara kredit yang mudah, jangka panjang dan
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 21
bunga yang rendah. Selain itu, peningkatan peran kelompok sangat
diperlukan sebagai kelembagaan penyedia input, pemasaran hasil, penyedia
kredit dan media penyuluhan.
Lebih lanjut, peningkatan daya saing lada menjadi lebih mudah
dengan adanya dukungan kebijakan yang kondusif untuk mendorong
tumbuhnya agroindustri diversifikasi produk lada seperti program
pendampingan teknologi, pemberian bantuan dana untuk investasi dengan
bunga rendah, kemudahan investasi bagi swasta yang mengembangkan
diversifikasi lada dan fasilitasi promosi bagi pelaku usaha.
Fluktuasi harga juga merupakan permasalahan penting karena
mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan perencanaan kegiatan
produksi (budidaya yang akan dilakukan), konsumsi dan distribusi.
Rendahnya harga jual komoditas mengakibatkan petani cenderung tidak
memelihara tanaman sesuai dengan teknologi anjuran sehingga tanaman
tidak terawat dengan baik dan akhirnya menurunkan produktivitas. Untuk
mengantisipasi masalah ini dapat dilakukan dengan penerapan sistem resi
gudang (SRG). Sistem ini memungkinkan petani untuk mendapatkan modal
kerja dengan menggunakan produk-produk pertanian yang disimpan di
gudang sebagai jaminan.
Penerapan SRG pada komoditas tanaman perkebunan khususnya
lada banyak mengalami kendala. Penerapan sistem resi gudang terkendala
oleh kemampuan sumberdaya pengelola terutama dalam bidang manajemen.
Dalam hal ini, sumberdaya manusia pengelola harus memiliki kemampuan
untuk mengatasi permasalahan baik dalam hal teknis maupun non teknis
serta harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik agar dapat
berkoordinasi dengan instansi terkait. Selain itu, penerapan SRG harus
didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana. Hal ini sependapat dengan
Suryani dkk (2014) yang menyatakan bahwa permasalahan dalam penerapan
SRG adalah pemahaman tentang SRG yang masih terbatas, keterbatasan
sarana dan prasarana, koordinasi antar instansi.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 22
B. Kajian Pemanfaatan Pakan Berbasis Bahan Lokal yang Berwawasan Lingkungan untuk Sapi Potong di Lampung
Komposisi ransum berimbang untuk penggemukan sapi potong
diformulasikan dengan pembatas kandungan protein kasar ± 14 %, TDN ≥
72 % dan harga ≤ Rp. 2.250,- per Kg (harga konsentrat komersial).
Komposisi ransum murah untuk penggemukan sapi potong disajikan pada
Tabel 10.
Tabel 10. Komposisi ransum murah untuk penggemukan sapi potong1
B a h a n Jumlah (%)
- Dedak padi - Jagung giling - Onggok kering - Gaplek cikalan - Bungkil kelapa sawit - Tetes tebu/molases - Kulit buah kopi - Urea - Garam - Mineral-vitamin premix2
23,35 15,00 15,00 15,00 15,00 10,00 5,00 1,00 0,50 0,15
1Mengandung 89,3 % bahan kering (BK), 13,9 % protein kasar dan 73,2 % TDN.
2Dalam setiap kg bahan mengandung 6.800 mg Mg-sulfate, 5.000 mg Fe-sulfate, 10.000
mg Mn-sulfate, 1.000 mg Cu-sulfate, 2.000 mg Zn-sulfate dan 20 mg Na-iodine; dan 2.000.000 IU vit. A, 400.000 IU vit. D dan 600 mg vit. E.
Untuk pembiakan sapi potong, formula ransum berimbang disusun
dengan pembatas kandungan protein kasar ± 12 %, TDN ≥ 68 % dan harga
≤ Rp. 2.000,- per Kg. Komposisi ransum murah untuk pembiakan sapi potong
(betina) disajikan pada Tabel 11.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 23
Tabel 11. Komposisi ransum murah untuk pembiakan sapi potong (betina)1
B a h a n Jumlah (%)
- Bungkil kopra - Ampas tahu - Dedak padi - Onggok kering - Gaplek cikalan - Tetes tebu/molases - Kulit buah kopi - Urea - Garam - Mineral-vitamin premix2
19,74 15,64 15,63 14,89 14,41 10,82 7,38 0,90 0,45 0,13
1Mengandung 89,3 % bahan kering (BK), 11,8 % protein kasar dan 70,4 % TDN.
2Dalam setiap kg bahan mengandung 6.800 mg Mg-sulfate, 5.000 mg Fe-sulfate, 10.000 mg Mn-
sulfate, 1.000 mg Cu-sulfate, 2.000 mg Zn-sulfate dan 20 mg Na-iodine; dan 2.000.000 IU vit. A, 400.000 IU vit. D dan 600 mg vit. E.
Tabel 12. Penampilan sapi PO-silangan yang diberi ransum komersial dan ransum hasil formulasi selama 112 hari
Parameter Ransum Komersial
(Kontrol) Ransum Formulasi
Berat Badan Awal (kg) 384,7a 389,5a
Konsumsi BK - kg/ekor/hari
15,42a
15,62a
- g/kg BB0.75/hari 62,6a 64,8a
PBBH (kg) - Rata-rata - Sebaran
0,85a
0,66 - 1,03
0,83a
0,57 - 1,06
Feed Conversion Ratio (FCR) 6,40a 5,63a
Kecernaan (%) - Bahan Organik 72,6
a
73,2a
aSuperskrip yang sama pada satu baris menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,10). Tabel 13. Hasil pengamatan Rasio S/C dan PKb-3 di Kelompok tani-ternak Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur.
No. Kelompok Tani-
Ternak Perlakuan Pakan
(n)* Rasio S/C
Positif Bunting (ekor)
1. Dewi Ratih - I Kontrol (12) 1,6 4 (66,7 %)
+ Konsentrat (12) 1,2 6 (100,0 %)
2. Dewi Ratih - II Kontrol (12) 1,8 3 (50,0 %)
+ Konsentrat (12) 1,4 5 (83,3 %)
*n = Jumlah ternak (ekor).
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 24
Hasil pengamatan rasio S/C dan PKB-3 di dua kelompok tani-ternak,
Desa Braja Harjosari (Tabel 5), menunjukkan bahwa pemberian konsentrat
hasil formulasi memberikan pengaruh nyata terhadap rasio S/C yang
menurun dan peningkatan angka kebuntingan pada pemeriksaan pada bulan
ketiga kebuntingan (PKB-3). Rasio S/C < 1,5 dikategorikan baik dibanding
rataan rasio S/C pada ternak rakyat yang dilaporkan pada Hadi (2005).
Demikian juga, tingkat kebuntingan pada PKB-3 sebesar > 80 % adalah lebih
tinggi dibandingkan rataan tingkat kebuntingan di Lampung.
C. Budidaya lada spesifik lokasi
Lokasi pengkajian berdasarkan koordinasi ke Dinas Tanaman
Perkebunan Kabupaten Lampung Timur yaitu di Desa Putra Aji Dua,
Kecamatan Sukadana. Pengkajian ada tiga yaitu penanaman baru dan
tanaman muda yang belum berbuah, dan pada tanaman lada yang sudah
berproduksi yang berumur lebih dua tahun.
Teknologi yang di perbaiki.
Pengkajian I.
Pengkajian penanaman baru dilakukan dengan memulai dari
menanam lada dengan penerapan paket teknologi dengan pemanfaatan
bahan tanaman sulur panjat, sulur cacing, dan sulur gantung dimulai dengan
pembersihan lahan seluas 0,5 ha, penanaman gliricidia sebagai tiang panjat
lada, melakukan pembibitan tanaman. Penanaman baru dilakukan bertahap
semenjak mulai hujan pada awal Desember 2015.
Pengkajian II.
Pengkajian dimulai pada tanaman lada sudah berumur 9 bulan.
Kegiatan lebih menekankan pada pengkajian penerapan paket teknologi
usahatani lada yang berbasis pada teknologi budidaya ramah lingkungan.
Penerapan PTT lada yaitu paket teknologi budidaya ramah lingkungan
mencakup: aplikasi mikroba hayati, aplikasi kompos/ pupuk organik,
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 25
pemberian zeolit, pembuatan rorak dan penggunaan asap cair sebagai
pestisida. Setelah satu bulan aplikasi penerapan teknologi PTT lada, terlihat
pertumbuhan jumlah cabang lebih banyak dibanding teknologi cara petani
(Gambar 1).
Pengkajian III.
Pengkajian dimulai pada tanaman lada yang sudah berumur lebih 2
tahun. Kegiatan lebih menekankan pada pengkajian penerapan paket
teknologi usahatani lada yang berbasis pada teknologi budidaya ramah
lingkungan. Penerapan paket teknologi budidaya ramah lingkungan
mencakup: aplikasi mikroba hayati, aplikasi kompos/ pupuk organik,
pemberian zeolit, pembuatan rorak dan penggunaan asap cair sebagai
pestisida. Hasil pengamatan sebelum aplikasi, tanaman lada terserang
penggerek batang (Lophobaris piperis) mencapai 17,65 – 38,93%. Setelah
dua bulan kemudian, terlihat intensitas serangan penggerek batang lada rata-
rata 13,48% pada tanaman yang menerapkan teknologi PTT, sedangkan
pada tanaman lada dengan teknologi cara petani terserang penggerek batang
lada dengan intensitas 23,78% (Gambar 2).
D. Teknologi pengelolaan hara spesifik lokasi lahan suboptimal mendukung swasembada padi dan kedelai
1. Kajian Efisiensi Pengelolaan Hara dan Penggunaan VUB Terhadap Hasil Padi di Lahan Rawa Pasang Surut
Kegiatan menguji 2 (dua) paket teknologi, yaitu : (1) Introduksi
Varietas Unggul ( Inpara 2, Inpara 7, Inpari 10, dan varietas pembanding
yaitu varietas yang sudah berkembang di lokasi kegiatan (Ciherang); dan (2)
Perlakuan pembenah tanah.
Aplikasi pembenah tanah terlihat meningkatkan pH tanah, dimana
pemberian dolomit meningkatkan pH tanah lebih tinggi dibandingkan biochar.
Misalnya pada lahan yang ditanami varietas Inpara 4, pemberian dolomit
meningkatkan pH tanah 0,5 point (9,4 %) dibandingkan kontrol. Kadar C-
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 26
Organik tanah termasuk rendah, dimana pada tanah tanpa perlakuan berkisar
1,09 – 1,12. Dengan perlakuan pembenah tanah terutama biochar
meningkatkan kadar C-Organik tanah tetapi hanya sedikit (5,6 % pada Inpara
2 dan 11,9 % pada Inpari 10). Kapasitas tukar kation juga meningkat dengan
aplikasi pembenah tanah, misalnya pada lnpara 2 dengan aplikasi dolomit
meningkat dari 13,11 menjadi 16,09 (22,7 %) . Demikian juga kadar kation-
kation yang dapat ditukar (K-dd, Na-dd, Ca-dd, dan Mg-dd) juga meningkat
dengan perlakuan pembenah tanah tersebut. Pengaruh aplikasi pembenah
tanah (dolomit dan biochar) pada beberapa varietas unggul padi dapat dilihat
dalam Tabel berikut ini :
Tabel 14. Hasil analisis tanah setelah aplikasi pembenah tanah dolomit dan
biochar pada beberapa varietas unggul padi
No Jenis Analisis
Perlakuan/Hasil analisis
Inpara 2 Non
Inpara 2 Dolomit
Inpara 2 Biochar
Inpara 7 non
Inpari 10 Non
Inpari 10 Dolomit
Inpari 10 Biochar
1 pH H2O 5,34 5,84 5,71 5,24 5,45 5,82 5,68
KCl 4,52 4,75 4,59 4,46 4,41 4,53 4,53
2 % C-Organik 1,12 1,10 1,18 1,12 1,09 1,19 1,22
3 % Nitrogen 0,09 0,09 0,11 0,11 0,08 0,12 0,13
4 C/N 12,44 12,22 10,72 13,62 9,92 9,38
5
Kemasaman Dapat Ditukar (cmol/Kg)
Al –
dd 0,11 0,05
0,06 0,11 0,17 0,12 0,14
H-dd 0,09 0,06 0,11 0,08 0,06 0,11 0,08
6 KTK (cmol/Kg) 13,11 16,09 14,31 16,34 9,54 13,71 14,76
7 K -dd (cmol/Kg) 0,32 0,42 0,40 0,33 0,37 0,36 0,40
8 Na -dd (cmol/Kg) 0,40 0,56 0,59 0,43 0,42 0,50 0,47
9 Ca -dd (cmol/Kg) 5,13 8,46 6,93 5,76 5,80 8,12 6,23
10 Mg -dd (cmol/Kg) 0,94 2,10 1,12 1,04 0,86 1,86 1,38
Pemberian pembenah tanah baik dolomit maupun biochar berpengaruh
terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif pada ketiga varietas
unggul yang diuji. Pada varietas Inpara 2, pemberian dolomit meningkatkan
jumlah anakan produktif 26 % dibandingkan kontrol.
Pengaruh pemberian dolomit dan biochar terhadap hasil (produktivitas)
beberapa varietas padi dapat dilihat dalam Tabel 15. Perlakuan dolomit dan
biochar terlihat meningkatkan produktivitas padi dibandingkan kontrol,
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 27
dimana hasil tertinggi diperoleh pada varietas Inpara 2 dengan perlakuan
dolomit 1 t ha-1 yaitu 6.83 t ha-1, bila dibandingkan hasil pada kontrol
meningkat sekitar 20 %.
Tabel 15. Rata-rata produksi padi (ton/ha) pada perlakuan aplikasi pembenah tanah dolomit dan biochar pada beberapa varietas unggul padi
Perlakuan
I II III Rata-rata
Inpara 2 Non 6,0 5,8 5,4 5,73
Dolomit 7,2 6,9 6,4 6,83
Biochar 7,0 6,6 6,3 6,63
Inpara 7 Non 5,1 5,3 5,6 5,20
Dolomit 5,5 5,6 5,7 5,60
Biochar 6,5 6 6,1 6,20
Inpari 10 Non 6,4 5,3 6,2 5,96
Dolomit 6,8 5,7 6,8 6,43
Biochar 7,0 6,3 6,4 6,56
Ciherang Non 5,9 5,3 5,4 5,53
2. Peningkatan Produktivitas Kedelai pada Lahan Rawa melalui Pengelolaan Hara spesifik lokasi
Kadar N tanah petak perlakuan rata-rata rendah, status hara P sedang
dan status hara K tinggi di semua petak perlakuan. Tingginya K,
menunjukkan bahwa tanah memang berstatus K tinggi, karena pada petak
dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk K, status hara K juga tinggi.
Rendahnya kadar hara N tanah menunjukkan bahwa untuk tumbuh dan
menghasilkan dengan baik tanaman kedelai perlu tambahan pupuk N yang
tinggi, apabila bakteri penambat N tidak berperan aktif.
Tabel 16. Kadar Hara N, P dan K pada setiap petak perlakuan.
Perlakuan Jenis Analisis I II III IV Rata-rata
PK Nitrogen (%) 0.09 0.08 0.11 0.11 0.10
P Tersedia (ppm) 27.51 26.90 28.52 28.32 27.81
P Potensial (mg P2OO5/100g) 28.66 26.22 30.48 30.69 29.01
K Potensial (mg K2O/100g) 47.25 47.72 49.94 43.04 46.99
NK Nitrogen (%) 0.11 0.12 0.10 0.11 0.11
P Tersedia (ppm) 22.44 23.25 19.19 21.42 21.58
P Potensial (mg P2OO5/100g) 28.05 24.19 26.42 26.63 26.32
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 28
K Potensial (mg K2O/100g) 48.03 43.95 50.93 48.90 47.95
NP Nitrogen (%) 0.09 0.10 0.10 0.10 0.10
P Tersedia (ppm) 29.13 29.74 30.55 30.35 29.94
P Potensial (mg P2OO5/100g) 26.83 28.05 33.32 34.74 30.74
K Potensial (mg K2O/100g) 45.60 43.88 44.44 44.84 44.69
NPK Nitrogen (%) 0.11 0.12 0.13 0.10 0.12
P Tersedia (ppm) 32.17 29.74 32.17 31.37 31.36
P Potensial (mg P2OO5/100g) 34.74 29.87 30.07 36.37 32.76
K Potensial (mg K2O/100g) 52.26 47.87 53.74 46.05 49.98
Konv Nitrogen (%) 0.08 0.10 0.09 0.10 0.09
P Tersedia (ppm) 19.80 19.39 20.81 18.18 19.55
P Potensial (mg P2OO5/100g) 27.84 26.83 26.63 25.81 26.78
K Potensial (mg K2O/100g) 45.38 46.65 47.98 44.31 46.08
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan
dengan metode petak omisi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
hasil kedelai. Tanpa pemberian pupuk N pertumbuhan dan hasil kedelai
menurun drastis. Semua parameter yang diamat nyata lebih rendah
dibanding perlakuan tanpa P, K dan perlakuan pupuk lengkap NPK. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian N sangat penting untuk tanaman kedelai
pada lahan rawa pasang surut di Rawa Sragi. Selain itu peran bakteri
penambat N di dalam pupuk hayati yang diaplikasikan tidak efektif menambat
N. Perlakuan tanpa pemberian pupuk P, jumlah polong per tanaman, bobot
100 biji dan hasil pipilan kering kedelai tidak berbeda dengan perlakuan yang
dipupuk lengkap dengan NPK. Pemupukan NPK dengan dosis konvensional
atau rekomendasi umum, hasilnya lebih rendah dibanding dengan dosis NPK.
Hal ini menunjukkan bahwa dosis pupuk khususnya N masih perlu
ditingkatkan dari rekomendasi umum.Tampaknya bakteri penambat N di
dalam pupuk hayati yang digunakan tidak efektif untuk menambat N,
mungkin disebabkan salinitas tanah yang tinggi seperti yang ditunjukkan oleh
tingginya status Na tanah (Tabel 16).
Perlakuan tanpa pemberian pupuk K, pertumbuhan dan hasil kedelai
tidak berbeda nyata dengan yang dipupuk lengkap NPK. Hal ini disebabkan K
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 29
dalam tanah sudah tinggi (K). dengan demikian penambahan pupuk K
menjadi pertimbangan pada lahan rawa pasang surut Rawa Sragi.
Tabel 17. Pengaruh Petak Omisi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan suboptimal Rawa Sragi, Lampung Selatan.
Varietas Populasi Tinggi
Tan (cm)
Jum
Cabang
Jum Polong
dipanen
Bobot 100 biji (g) ka.
12%
Hasil (t/ha) k.a.
12%
PK 130,3 a 29,7 a 2,2 a 14,9 a 16,3 a 0,45 a
NK 141,1 a 36,4 b 2,4 b 20,2 b 17,8 b 0,70bc
NP 132,8 a 39,1 b 2,3 ab 20,5 b 17,6 ab 0,70 bc
NPK 138,9 a 42,7 c 2,7 c 21,8 b 18,1 b 0,80 c
Dosis Konv 130,2 a 37,3 b 2,3 ab 19,4 b 17,5 ab 0,54ab
Respons hasil terhadap suatu pupuk (hara) adalah selisih hasil antara
perlakuan yang dipupuk lengkap NPK dengan yang tidak dipupuk salah satu
dari pupuk NPK tersebut. Misalnya respons hasil pupuk kedelai terhadap
pupuk N adalah selisih hasil dari yang dipupuk NPK dengan yang hanya
dipupuk PK (tanpa N). Demikian juga untuk respons hasil terhadap P dan K.
Efisiensi Agronomi (EA) adalah besarnya peningkatan hasil per satu unit
pupuk yang diaplikasikan (Casmann, et al. 1989; Dobermann, et al. 2002 dan
Witt et al 2002).
Berdasarkan data hasil petak omisi, diperoleh respons hasil kedelai dan
efisiensi agronomi pupuk seperti pada table dibawah ini.
Tabel 18. Respons hasil dan Efisiensi Agronomi hara berdasarkan varietas kedelai
Varietas Respons Hasil (kg) Efisiensi Agronomi (kg/kg)
N P K N P K
Argomulyo 0.35 0.18 0.18 7.85 3.32 1.48
Anjasmoro 0.18 0.08 0.09 4.11 1.43 0.77
Grobogan 0.26 0.09 0.09 5.75 1.61 0.72
Hasil petak omisi menunjukkan bahwa respons hasil varietas kedelai
terhadap pupuk tertinggi ditunjukkan oleh varietas Argomulyo, disusul
Grobogan dan Anjasmoro. Sementara itu respons varietas terhadap pupuk N
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 30
lebih tinggi dibanding pupuk P dan K pada semua varietas. Efisiensi
agronomi pupuk mulai dari tertinggi adalah pupuk N disusul P dan K.
Secara rata-rata dari tiga varietas, respons hasil kedelai terhadap pupuk
mulai dari tertinggi adalah N, K dan P, sedangkan efisiensi agronomi adalah
N, P dan K. Berdasarkan respons hasil dan efisiensi agronomi pupuk, dosis
rekomendasi masing-masing pupuk ditentukan berdasarkan formula
Casmann, et al (1989). Hasil perhitungan diperoleh rekomendasi pupuk PHSL
seperti pada Tabel berikut ini.
Tabel 19. Rekomendasi Pupuk berdasarkan pengelolaan hara spesifik lokasi lahan suboptimal pasang surut Rawa Sragi, Lampung.
Pupuk (Hara) Respons hasil
(ΔY) kg Efisiensi Agronomi
(kg/kg) Dosis Pupuk
kg/ha*)
N 0.27 7 42.86
P 0.11 2 50.00
K 0.12 1 100.00
3. Kajian Efisiensi Pemupukan untuk Tanaman Kedelai pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Rawa Lampung.
Hasil analisis sifat kimia tanah sawah sebelum diperlakukan di lahan
rawa pasang disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Hasil analisis sifat kimia tanah sawah sebelum diperlakukan di lahan rawa pasang surut Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.
No Jenis Analisis
Hasil Analisis Rata-rata
Mungawin
0 – 20 cm
Suratno
0 – 20 cm
1 pH H2O 5,20 5.23 5,23
KCl 4,70 4.775 4,77
2 % C-Organik 1,22 1,01 1.11
3 % Nitrogen 0,09 0,14 0.11
4 P Potensial (mg P2O5/100gr)
29,48 18,17 23.82
5 K Potensial (mg
K2O/100gr) 10,46 13,78 12.12
6
Kemasaman
Dapat ditukar (cmol/Kg)
Al-dd 0,36 0.305 0,30
H-dd 0,78 0.61 0,61
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 31
7 K-dd (cmol/Kg) 0,52 0,42 0.47
8 Na-dd (cmol/Kg) 0,86 0,70 0.78
9 Ca-dd (cmol/Kg) 6,89 5,82 6.35
10 Mg-dd (cmol/Kg) 2,81 2,98 2.89
11 KTK (cmol/Kg) 18,48 14,90 16.69
12 % Kejenuhan Basa 59,96 66,58 63.27
Hasil analisis kimia tanah menunjukan reaksi tanah kategori masam
dengan kandungan kejenuhan basa (55-66%) relative tinggi, dan kation K-
dd, Na-dd, dan Ca-dd juga relative tinggi. Sayangnya kandungan Al-dd juga
menunjukan kadar yang cukup tinggi. Sepertinya kondisi ini dapat
membahayakan kedelai kalau tanah tidak diberi bahan pembenah seperti
kapur. Karenanya salah satu perlakuan yang diaplikasikan untuk tanah sawah
ini adalah penggunaan pembenah tanah yaitu kapur (dolomite).
Tiga VUB kedelai yang ditanam yaitu Anjasmoro, Argomulyo dan
Grobogan dipanen pada waktu yang berbeda. Varietas Grobogan dipanen
lebih awal yaitu saat umur 76 HST. Varietas Argomulyo umur 86 hari dan
Varietas Anjasmoro umur 90 HST. Hasil biji kedelai secara rata-rata terlihat
lebih tinggi di dalam kelompok 2. Khusus Anjasmoro dan Argomulyo pada
kelompok II di dalam petak utama budidaya jenuh air (B2), hasil biji bisa
mencapai masing-masing 2684 kg/ha dan 2251 kg/ha. Kondisi jenuh air yang
lebih terkontrol (hasil pemantauan lapang) karena kecepatan rembesan dan
kehilangan air ke lapisan tanah bawah di dalam kelompok ini lebih rendah
(petak berada dibagian tengah areal percobaan), membuat ketersediaan air
untuk kedelai di petak utama ini lebih terjamin yang berdampak terhadap
hasil biji yang lebih tinggi, khususnya Anjasmoro dan Argomulyo (bold texs)
masing-masing 2684 kg/ha dan 2251 kg/ha. Hasil ini mengindikasikan bahwa
ketersediaan air sangat penting artinya dalam budidaya kedelai.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 32
Tabel 21. Hasil biji kedelai (kg/ha) sebagai pengaruh dari varietas dan teknis budidaya dari masing-masing kelompok/ulangan penelitian
Managemen Varietas
Biji kedelai (kg/ha) pada
Kelompok
Rata-rata
I II III
Varietas Teknis
Bududaya
Cara petani (B1) Anjasmoro
799.5 897.25 1002.75 899.83 850.56
Argomulyo 549.25 1312.75 883.75 915.25
Grobogan 502.25 1075.5 632 736.58
Jenuh Air (B2) Anjasmoro
803.5 2684.5 1222.75 1570.25 1155.5
Argomulyo 557.5 2251.5 924.75 1244.58
Grobogan 558 479 918 651.67
Rata-rata 628.33 1,450.08 930.67
Interaksi antara teknis budidaya dan varietas kedelai yang ditanam
juga berpengaruh nyata terhadap hasil biji kering kedelai. Hasil biji kedelai
khususnya varietas Anjasmoro dan Argomulyo yang ditanam pada budidaya
jenuh air (B2) didapatkan lebih tinggi dibanding yang ditanam dengan cara
petani (B1).
Tabel 22. Hasil biji kedelai sebagai pengaruh dari interaksi factor perlakuan teknis budiaya dan varietas di lahan rawa pasang surut Lampung Selatan
Varietas Kedelai
Biji kedelai (kg/ha)
pada Teknis Budidaya
Cara Petani (B1) Budidaya Jenuh Air (B2)
Anjasmoro 899.83 a 1,570.25 a
Argomulyo 915.25 a 1,244.58 b
Grobogan 736.58 b 607.58
Pengaruh faktor perlakuan efisiensi pemupukan (P) terindikasi tidak
berbeda nyata terjadap hasil biji kedelai. Demikian juga interaksinya dengan
faktor varietas dan teknis budaya, juga tidak berbeda nyata. Hasil ini
mengindikasikan bahwa dosis pupuk NPK yang biasa diaplikasikan petani
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 33
dalam menanam kedelai di lahan rawa sesudah padi, masih dapat dikurangi
sehingga lebih efisien. Seperti disajikan di dalam Tabel 16, dengan aplikasi
pupuk 50% (P4) dari rekomendasi umum (100 kg Urea, 150 kg SP-36 dan 50
Kg KCl) dan diberi tambahan pupuk hayati (Rhiphosant), hasil biji kedelai
yang didapat secara rata-rata tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran
pupuk sesuai rekomendasi umum.
Tabel 23. Pengaruh perlakuan efisiensi pemupukan terhadap hasil biji kedelai (kg/ha) di lahan rawa Lampung Selatan
Cara Petani (B1) Budidaya Jenuh Air (B2)
V1 V2 V3 V1 V2 V3 Rata-rata
P1 1,080.33 1,002.33
661.3
3 1,668.67 1,090.33
574.6
7
1,012.9
4
P2 1,001.33 885.33
934.3
3 1,429.67 1,235.00
590.6
7
1,012.7
2
P3 745.67 982.67 713.3
3 1,517.67 1,185.67 613.3
3 959.72
P4 772.00 790.67
637.3
3 1,665.00 1,467.33
651.6
7 997.33
Keterangan: V1 = Anjasmoro, V2 = Argomulyo, V3 = Grobogan
P1 = Pemupukan cara petani
P2 = NPK 100% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant) P3 = NPK 75% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant)
P4 = NPK 50% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant)
Tinggi tanaman, jumlah polong dan bobot 100 butir (3) dari tiga (3)
varietas kedelai yang diperlakukan dengan teknis budidaya berbeda (cara
petani dan jenuh air) dan diberi 4 takaran pupuk berbeda, dapat diperhatikan
Gambar 2. Secara rata-rata tinggi tanaman (cm) sebagai pengaruh dari factor
perlakuan efisiensi pemupukan, untuk ketiga varietas cenderung menurun
dengan adanya pengurangan takaran pupuk 25% (P3) dan 50% (P4) baik
dibawah cara pengelolaan petani maupun jenuh air. Untuk jumlah polong,
efek dari takaran pemupukan terlihat tidak begitu berpengaruh demikian juga
dengan bobot 100 butir biji. Namun Jumlah polong pertanaman dan bobot
100 butir biji terlihat lebih tinggi untuk varietas Anjasmoro dan diikuti
Argomulyo. Bobot 100 butir biji juga terindikasi lebih tinggi di bawah
perlakuan budidaya jenuh air.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 34
E. Optimalisasi pasca panen kedelai
Lingkup kegiatan mencakup 3 sub kegiatan yaitu 1). Kajian Teknologi
Penyimpanan Benih Kedelai di Provinsi Lampung, 2). Kajian Optimalisasi
Diversifikasi Olahan Kedelai menjadi Beberapa Produk Olahan di Provinsi
Lampung dan 3). Kajian Pemanfaatan Limbah Pengolahan Biji Kedelai
Terhadap Performans Kambing di Provinsi Lampung.
1. Kajian Teknologi Penyimpanan Benih Kedelai yang Sesuai untuk Provinsi Lampung
Hasil pengamatan kadar air menunjukkan bahwa, kadar air benih
kedelai selama penyimpanan mengalami kenaikan dan penurunan yang
dipengaruhi suhu dan kelembaban di ruang penyimpanan. Hasil pengukuran
rata-rata suhu dan kelembaban ruang penyimpanan selama kegiatan
pengkajian dilaksanakan (6 bulan) menunjukkan kisaran suhu 25,5oC- 32,4oC
dan kisaran kelembaban relatif 52-84.
Tabel 24. Interval perubahan kadar air kedelai selama penyimpanan (%)
Jenis Kemasan Varietas Kedelai
Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo
Jerigen Hitam (A) 5,88 4,12 23,73 20,62
Jerigen Putih (B) 4,17 4,06 24,32 22,13
Plastik (C) 3,83 3,83 21,42 17,12
Karung (D) 20 21,95 25,98 24,20
Plastik + karung (E)
4,89 5,34 20,59 13,33
Dari data kadar air benih yang tertera dalam Tabel 2, menunjukkan
bahwa benih kedelai yang dikemas dengan karung plastik (D) mempunyai
interval perubahan kadar air yang paling tinggi, dan benih kedelai yang
dikemas dengan plastic (C) dan plastik +karung (E) mempunyai interval
perubahan kadar air yang paling rendah dibandingkan dengan perlakuan
lainnya, untuk semua varietas kedelai yang digunakan. Interval perubahan
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 35
kadar air kedelai varietas Anjasmoro dan Argomulyo jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan varietas Grobogan dan Burangrang. Diduga hal ini
disebabkan karena kedelai varietas Anjasmoro dan Argomulyo mempunyai biji
yang lebih kecil dibandingkan dengan kedelai varietas Grobogan dan
Burangrang; biji yang kecil menyebabkan luas permukaan yang lebih lebar,
sehingga penyerapan air dari lingkungan sekitarnya juga menjadi lebih tinggi.
Kadar air benih sangat dipengaruhi oleh jenis kemasan, kondisi suhu
dan kelembaban relatif ruang tempat penyimpanan benih, karena sifat benih
yang higroskopis dan selalu ingin mencapai keseimbangan dengan kondisi
lingkungan. Semakin tinggi kadar air benih semakin tinggi pula laju
deteriorasi benih (Kuswanto, 2003). Hal ini juga dilaporkan oleh Justice dan
Bass (2002), kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi
kemunduran benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan
meningkatnya kadar air.
Hasil pengamatan berat 100 butir kedelai selama penyimpanan
menunjukkan bahwa, berat 100 butir kedelai mengalami kenaikan dan
penurunan sesuai dengan perubahan kadar air benih dan suhu ruang
penyimpanan.
Tabel 25. Interval perubahan berat 100 butir kedelai selama penyimpanan (g)
Jenis Kemasan Varietas Kedelai
Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo
Jerigen Hitam (A) 11,80 10,28 6,18 5,65
Jerigen Putih (B) 7,48 9,82 5,28 5,47
Plastik (C) 6,42 5,76 4,98 5,59
Karung (D) 13,97 12,00 6,93 9,20
Plastik + karung (E)
5,13 5,59 4,18 5,39
Hasil pengamatan terhadap interval perubahan berat 100 butir kedelai
menunjukkan bahwa jenis kemasan karung (D), menghasilkan interval
perubahan berat 100 butir kedelai tertinggi dan jenis kemasan plastik
+karung (E), menghasilkan interval perubahan berat 100 butir kedelai
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 36
terendah untuk 4 varietas kedelai yang digunakan. Hal ini menunjukkan
bahwa kemasan plastik +karung dapat mempertahankan mutu benih kedelai
lebih baik dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya.
Hasil pengamatan daya hantar listri (DHL) menunjukkan bahwa, nilai
DHL benih kedelai cenderung meningkat selama penyimpanan. Hal ini
menunjukkan bahwa kebocoran benih kedelai semakin meningkat selama
penyimpanan, akibatnya vigor dan daya kecambah benih menurun.
Tabel 26. Interval perubahan daya hantar listrik (DHL) kedelai selama penyimpanan (µs)
Jenis Kemasan Varietas Kedelai
Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo
Jerigen Hitam (A) 22,93 22,63 20,97 23,67
Jerigen Putih (B) 23,28 18,12 17,83 19,57
Plastik (C) 20,53 17,01 15,21 11,81
Karung (D) 25,53 25,00 35,09 25,62
Plastik + karung (E) 23,99 22,44 25,64 27,05
Hasil pengamatan terhadap interval daya hantar listrik (DHL)
menunjukkan bahwa jenis kemasan plastik (C), menghasilkan interval
perubahan berat 100 butir kedelai terendah dan jenis kemasan karung (D),
menghasilkan interval perubahan DHL tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
kemasan plastik dapat menekan tingkat kebocoran benih kedelai yang lebih
baik dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya.
Hasil pengamatan daya kecambah menunjukkan bahwa, Daya kecambah
benih kedelai cenderung menurun selama penyimpanan.
Tabel 27. Interval perubahan daya kecambah kedelai selama penyimpanan (%)
Jenis Kemasan Varietas Kedelai
Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo
Jerigen Hitam (A) 29,56 23,37 20,28 6,49
Jerigen Putih (B) 24,05 16,20 21,10 16,15
Plastik (C) 8,23 15,52 15,19 10,07
Karung (D) 50,53 27,25 25,25 43,10
Plastik + karung (E) 16,16 15,41 24,82 10,21
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 37
Hasil pengamatan terhadap interval daya kecambah menunjukkan
bahwa jenis kemasan plastik (C), menghasilkan interval perubahan daya
kecambah kedelai terendah dan jenis kemasan karung (D), menghasilkan
interval perubahan daya kecambah tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
kemasan plastik dapat menekan laju penurunan daya kecambah benih
kedelai yang lebih baik dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya.
Hasil pengamatan berat kecambah kering menunjukkan bahwa,
kecambah kering cenderung menurun selama penyimpanan. Berat kering
kecambah mencerminkan vigor kecambah dan vigor benih. Dalam hal ini
dihubungkan dengan kekuatan kecambah, yakni kemampuan benih
menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak
menguntungkan. Sewaktu benih ditanam, bila vigor benih menurun maka
kecepatan berkecambah menjadi rendah dan berat kering benih saat
dikecambahkan menjadi rendah, yang nantinya akan menghasilkan biji yang
rendah (Justice dan Bass,2002).
Tabel 28. Interval perubahan berat kecambah kering selama penyimpanan (g)
Jenis Kemasan Varietas Kedelai
Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo
Jerigen Hitam (A) 39,08 28,88 33,12 27,99
Jerigen Putih (B) 29,89 30,33 37,70 32,52
Plastik (C) 25,66 23,61 32,65 30,97
Karung (D) 28,53 24,63 38,93 31,43
Plastik + karung (E) 27,11 26,57 37,74 28,11
Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum dan sesudah
penyimpanan disajikan dalam Tabel berikut.
Tabel 29. Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum penyimpanan (0 bulan)
No. Varietas
Air Abu Protein Lemak Serat kasar
Karbohidrat
(%)
1. Argomulyo 6,4476 5,3492 19,2130 6,7297 11,2272 51,0333
2. Anjasmoro 8,2931 4,7858 25,0297 8,6388 10,0124 43,2401
3. Burangrang 7,5706 5,1347 26,7729 7,4778 9,1955 43,8486
4. Grobogan 6,7844 5,0376 19,9692 8,2502 10,7234 49,2351
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 38
Tabel 30. Hasil analisis proksimat kedelai setelah penyimpanan (6 bulan)
No. Varietas
Air Abu Protein Lemak Serat kasar
Karbohidrat
(%)
1. Argomulyo 8,2768 5,0192 28,3550 6,8108 17,7596 33,7787
2. Anjasmoro 8,8280 4,6749 26,6787 7,2433 17,4710 35,1040
3. Burangrang 8,2541 5,0939 29,3407 7,5998 15,6098 34,1016
4. Grobogan 7,7289 5,0095 28,6111 9,1812 16,0053 33,4640
Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum dan sesudah
penyimpanan menunjukkan terjadi peningkatan kadar air, peningkatan kadar
protein, peningkatan kadar serat kasar, dan penurunan kadar karbohidrat.
Sementara kadar abu dan kadar lemak tidak mengalami perubahan yang
berarti.
2. Kajian Optimalisasi Diversifikasi Olahan Kedelai di Provinsi Lampung
Protein biji kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan susu
dari kelima varietas yang diuji berkisar antara 29,815 - 35,730 % tertinggi
pada varietas Gepak Kuning. Kandungan lemak berkisar antara 9,753 -
12,949 % dan tertinggi yaitu varietas Argomulyo. Sedangkan kandungan
karbohidrat berkisar antara 30,882 - 34,917%, tertinggi varietas Grobogan.
a. Pembuatan Tahu
Pembuatan tahu dilakukan oleh pengrajin tahu sebanyak 4 orang. Hal
yang 2 pengrajin melakukan pemasakan secara steam sedangkan 2
pengrajin lainnya dengan cara perebusan biasa.
Hasil analisis fisikokimia diketahui bahwa bagi pengrajin varietas
bukan masalah kunci dalam memproses kedelai menjadi tahu, tapi cara
mengolah yang membuat pengrajin mendapatkan karakter tertentu dari tahu
tersebut. Tekstur tahu yang dihasilkan pengrajin 1 dan 2 lebih baik
dibandingkan dengan pengrajin 3 dan 4. Dan elastisitas tahu yang dihasilkan
oleh pengrajin 1 dan 2 lebih elastis dan berbeda nyata dengan yang
dihasilkan pengrajin 3 dan 4. Dari hasil analisis rendemen, pengrajin 2
menghasilkan rendemen tertinggi dibanding dengan yang lain.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 39
Dari hasil analisis sidik ragam, varietas yang digunakan sebagai
bahan baku pembuatan tahu tidak menunjukkan perbedaan sifat fisikokimia
antar varietas, sedangkan antara pengrajin memperlihatkan perbedaan sifat
fisikokimianya. Dari hasil uji lanjut DMRT 5% , diketahui bahwa kadar
protein yang dihasilkan oleh pengrajin 1 dan 2 berbeda nyata dengan kadar
protein yang dihasilkan oleh pengrajin 3 dan 4 yaitu lebih tinggi.
Uji penentuan warna dilakukan dengan menggunakan alat
Chromameter Minolta. Hal yang diamati pada pengamatan warna adalah
tingkat kecerahan (L*), kecenderungan warna merah-hijau (a*), dan
kecenderungan warna kuning-biru (b*). Nilai L* yang semakin besar
menunjukkan tingkat yang semakin cerah atau menuju putih ,nilai a* (-)
semakin hijau, nilai a* (+) semakin merah, nilai b*(-) semakin biru, nilai b*
(+) semakin kuning.
Tabel 31. Analisis Warna Tahu berbahan Baku Beberapa Varietas Kedelai Pengrajin Varietas L* a* b*
1 Gepak Kuning 90,644 2,69 12,176
Import 89,748 2,351 11,39
Anjasmoro 91,707 0,98 13,808
Argomulyo 90,986 2,222 10,523
Grobogan 91,658 0,812 16,472
2 Gepak Kuning 92,922 -0,169 12,43
Import 90,439 1,444 13,621
Anjasmoro 91,74 0,273 14,113
Argomulyo 91,168 1,434 12,497
Grobogan 91,718 -0,17 17,531
3 Gepak Kuning 91,842 0,076 11,911
Import 90,26 1,419 12,506
Anjasmoro 89,87 0,674 13,509
Argomulyo 91,017 0,458 13,68
Grobogan 90,792 0,106 17,324
4 Gepak Kuning 87,77 1,378 14,972
Import 87,037 3,454 12,533
Anjasmoro 89,138 0,957 14,782
Argomulyo 89,556 1,06 14,464
Grobogan 90,074 1,101 16,422
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 40
Hasil analisis warna tahu ditampilkan pada Tabel 11. Pada Pengrajin
1 nilai L* tertinggi adalah tahu dari varietas Anjasmoro, Pengrajin 2 dan 3
tahu dari varietas Gepak Kuning dan Pengrajin 4 adalah tahu dari varietas
Grobogan. Hal ini menunjukkan tingkat kecerahan tahu dari beberapa
varietas tersebut. Nilai L* semakin besar maka tingkat kecerahan semakin
tinggi. Sedangkan nilai a* berkisar antara - 0, 169 (tahu dari varietas Gepak
Kuning pada P2) sampai 3,454 (tahu dari varietas Import pada P4). Nilai b*
yang dihasilkan berkisar antara 10, 523 (tahu dari varietas Argomulyo pada
P2) sampai 16, 472 (tahu dari varietas Grobogan pada P1).
Analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT 5%, untuk tahu mentah
terdapat interaksi perbedaan kesukaan antara warna,aroma dan penampilan.
Kesukaan panelis terhadap warna aroma dan penampilan disebabkan oleh
interaksi antara pengrajin dan varietas.
Dari hasil uji lanjut DMRT 5%, nilai organoleptik terhadap warna
terbaik ditunjukkan oleh P1V1, P1V3, P2V4 dan P4V4, terhadap aroma dan
penampilan adalah P1V3. P1V3 merupakan kombinasi antara Pengrajin 1
dengan Varietas Anjasmoro. Secara keseluruhan Varietas Anjasmoro
memberikan nilai terbaik terhadap rasa, warna dan penampilan tahu
mentah. Dan dari aspek organoleptik ditemukan bahwa Pengrajin 1 dan
Pengrajin 2 menghasilkan tahu mentah dengan tingkat kesukaan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan yang lain.
Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT 5%, untuk tahu matang
terdapat interaksi perbedaan kesukaan antara warna. Dari hasil analisis uji
lanjut DMRT 5%, dari aspek varietas, Anjasmoro menunjukkan nilai terbaik
terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan penampilan tahu matang diikuti
oleh varietas Gepak Kuning.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 41
b. Susu Kedelai
Kadar air susu kedelai tertinggi adalah dengan varietas Gepak Kuning
dan Anjasmoro, sedangkan terendah Argomulyo. Cara pengolahan
berpengaruh karena adanya proses perendaman pada proses pembuatan
tahu yang mengakibatkan meningkatnya kadar air susu kedelai. Kadar air
susu kedelai diperoleh berkisar anatara 94,303 - 94,314 %. Rata-rata kadar
air susu kedelai yang diolah dengan cara basah berkisar antara 91,1-94,0%,
sedangkan yang diolah dengan cara kering berkisar antara 88,7-91,2%
(Ginting dan Antarlina, 2002).
Nilai viskositas tertinggi ditunjukkan oleh susu kedelai dari varietas
Gepak Kuning, diikuti dengan susu kedelai dari varietas Grobogan,
Argomulyo, Anjasmoro dan Import yang diolah dengan cara yang sama,
namun Perbedaan nilai viskositas disebabkan oleh perbedaan TPT susu
kedelai yang dipengaruhi oleh kadar karbohidrat dan proteinnya yang
bervariasi antar varietas (Kusbiantoro 1993). Selain itu, hilangnya sebagian
padatan terlarut pada cara pengolahan basah menghasilkan susu kedelai
yang nilai viskositasnya lebih rendah dibandingkan dengan cara kering. Nilai
viskositas susu kedelai dari semua perlakuan relatif dapat diterima karena
kadar proteinnya hanya berkisar antara 2,788 - 3,259%. Nilai protein susu
kedelai yang dihasilkan dari varietas Anjasmoro tertinggi dibandingkan dari
varietas lainnya, disusul oleh Argomulyo, Grobogan, Gepak Kuning dan
Import. Kadar lemak berkisar antara 2,010 - 2,375%, karbohidrat 0,156 -
1,034 %dan abu 0,276 - 0,329%.
Terlihat bahwa nilai L* dari susu kedelai dari lima varietas berkisar
antara 73,283 – 74,943, nilai a* -2,447 sampai -2,820 dan nilai b* antara
6,723 – 10,210. Dari nilai L* disimpulkan bahwa semua varietas mempunyai
warna yang tidak berbeda sedangkan nilai b* tertinggi adalah susu kedelai
dari varietas Grobogan dan terendah varietas Gepak Kuning.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 42
Tabel 32. Analisis Warna Susu Kedelai
Varietas L* a* b*
Gepak Kuning 74,537 -2,820 6,723
Import 74,78 -2,447 8,557
Anjasmoro 74,773 -2,777 7,917
Argomulyo 73,283 -2,713 8,427
Grobogan 74,943 -2,720 10,210
Berdasarkan analisis lanjut dengan DMRT 5%, maka ternyata varietas
tidak memperlihatkan perbedaan terhadap kriteria aroma, rasa dan
penampilan, sedangkan untuk warna terdapat perbedaan dari susu yang
dihasilkan. Hal ini ditunjukkan pada nilai F pada tabel analisis sidik ragam.
Ini lebih menunjukkan bahwa susu kedelai berbahan baku beberapa varietas
tersebut dapat diterima oleh panelis, sedangkan kriteria warna
memperlihatkan berbedaan antara varietas, dan warna yang paling disukai
adalah susu kedelai dari varietas Anjasmoro.
3. Kajian Pemanfaatan Limbah Pengolahan Biji Kedelai Terhadap Performans Kambing di Provinsi Lampung
Kebiasaan Peternak di Kelompok Tani memberikan pakan berupa
hijauan, limbah kulit singkong, ditambah konsentrat. Pembuatan tempe
menghasilkan banyak limbah baik yang berupa llimbah cair ataupun limbah
padat.
Limbah padat berupa kulit ari kedelai dan kedelai busuk, yang dapat
dijadikan pakan sumber energi dan protein. Limbah cair berasal dari air bekas
cucian, perendaman dan perebusan masih dapat digunakan sebagai
campuran pakan ternak. Pembuatan kulit ari kedelai fermentasi akan
dilakukan di Kelompok Tani Tunas Jaya, Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera
Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung. Kulit ari kacang kedelai diperoleh dari
industri pembuatan tempe dan tahu di Gunung Sulah, Kecamatan Way
Halim, Bandar Lampung (dan sekitarnya). Limbah kulit ari biji kedelai yang
dikumpulkan berasal dari 10 pengrajin industri tempe.Terlihat bahwa protein
dari limbah kulit ari biji kedelai yang di fermentasi lebih besar (8,40 %)
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 43
dibandingkan dengan hasil analisa protein dari limbah kulit ari non fermentasi
(7,59 %).
Tabel 33. Kandungan nutrien pakan limbah kulit ari biji kedelaii non
fermentasi, fermentasi, konsentrat dan rumput lapang*
No Jenis
bahan
pakan
Air Abu Protein Lemak Serat
Kasar
Karbohidrat
(%)
1 FK 24.99 1.79 8.40 1.01 36.34 27.44
2. NF 21.06 1.78 7.59 0.81 38.60 30.13
3. Kt 8.60 10.00 9.39 5.17 28.00 38.81
4. RL 11.64 14.30 9.56 2.09 26.11 36.25
Analisa proksimat masing-masing perlakuan sudah dianalisa di
Laboratorium Politeknik Negeri Lampung. Data hasil penimbangan ternak
kambing dengan perlakuan pemberian limbah kulit ari biji kedelai non
fermentasi , dan pemberian limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi terlihat
pada Tabel berikut :
Tabel 34. Data pertambahan berat badan ternak ternak kambing yang diberi perlakuan Limbah kulit ari biji kedelai
Parameter Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
Berat badan awal (kg) 13,73 16,6 11,15 8,9 11,9
Berat badan akhir (kg) 16,73 17,45 14,00 10,75 14,55
Pertambahan berat badan (kg) 3,00 0,85 2,85 1,85 2,65
Pakan yang diberikan pada ternak kambing untuk masing2 perlakuan
adalah sama yaitu 6 kg/ekor/hari. Untuk Perlakuan (P0) pemberian pakan
pada pagi hari sebanyak 3 kg/ekor/hari, dan pada siang hari sebanyak 3
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 44
kg/ekor/hari sisa pakan 0,5 kg/ekor/hari, Perlakuan (P1) pakan yang
diberikan pagi 2 kg/ekor/hari, sedangkan siang hari pakan yang diberikan 4
kg/ekor/hari dengan sisa pakan o,5 kg, perlakuan (P2) pakan yang diberikan
pagi sebanyak 2 kg/ekor/hari dan siang hari 4 kg/ekor/hari, Perlakuan (P3)
untuk pag pakan yang diberikan sebanyak 2 kg dan siang hari 4 kg/ekor/hari,
dan perlakuan (P4) pakan yang diberikan pagi hari 2 kg/ekor/hari dan siang 4
kg/ekor/hari dengan sisa pakan terlihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 35. Jumlah pakan dan sisa pakan limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi, fermentasi, dan rumput/hijauan yang diberikan pada ternak kambing.
Jenis Pakan Jumlah Pakan (kg)
Pagi Siang Sisa
P0 = 100% rumput/hijauan (ransum basal/kontrol)
3 3 0,5
P1 = 70% rumput/hijauan + 30% kulit ari kedelai non fermentasi
2 4 0,5
P2 = 70% rumput/hijauan + 10% konsentrat + 20% kulit ari kedelai non fermentasi
2 4 1,5
P3 = 70% rumput/hijauan + 30% kulit ari kedelai fermentasi
2 4 0
P4 = 70% rumput/hijauan + 10% konsentrat + 20% kulit ari kedelai fermentasi
2 4 1,3
Dari perlakuan pemberian pakan limbah kulit ari biji kedelai non
fermetasi dan fermentasi terlihat bahwa perlakuan P0 = 100%
rumput/hijauan (ransum basal/kontrol) dengan berat awal 13,73 kg
meningkat menjadi 16,73 kg, dengan pertambahan berat badan 3,00 kg lebih
besar bila dibandingkan dengan perlakuan (P2 dan P4).
Hasil analisa proksimat yang dilakukan di Laboratorium Politeknik
Negeri Lampung terlihat limbah kulit ari biji kedelai yang di fermentasi
protein nya lebih tinggi yaitu : 8,40 dari limbah kulit ari biji kedelai yang non
fermentasi 7,59. Sedangkan hasil analisa terlihat karbohidrat limbah kulit ari
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 45
biji kedelai yang difermentasi lebih rendah (27,44 %) dibandingkan dengan
limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi ( 30,13 %), sedangkan serat kasar
kulit ari yang difermentasi lebih rendah (36,34) dibandingkan dengan serat
kasar limbah kulit ari non fermentasi (38,60). Hasil analisa proksimat masing-
masing perlakuan sudah dianalisa.
F. Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) Pelaksanaan kegiatan selama tahun 2015 lebih kepada pemeliharaan
tanaman koleksi yang secara rutin dilakukan di KP Percobaan BPTP di Natar.
Beberapa kegiatan secara kronologis diuraikan seperti di bawah ini.
1. Pertemuan Konsolidasi dan Sosialisasi Kegiatan SDG serta Rapat Kerja
Sinergi Program Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan SDG
Lingkup Balitbangtan TA 2015. di Blitkabi Malang (Kegiatan SDG),
kegiatan dilaksanakan di Malang 15-18 Februari 2015.
Secara keseluruhan hasil pertemuan seperti hasil rumusan berikut:
Poin-poin penting dari sidang kelompok Konsorsium SDG Lokal dan
Dokumentasi SDG adalah sebagai berikut:
a. Pembagian tugas pengelolaan SDG lokal harus dipertegas sesuai tusi
masing-masing unit kerja. .
b. Pada tahun 2015, kegiatan pengelolaan SDG oleh BPTP/LPTP akan
difokuskan pada kegiatan karakterisasi, evaluasi, koleksi, dan
dokumentasi SDG serta penguatan kelembagaan pengelolaan SDG.
c. Untuk dapat melaksanakan kegiatan karakterisasi tanaman tahunan
hasil eksplorasi, setiap BPTP pada tahun 2015 diwajibkan mengklon
SDG lokal sebanyak 10 klon per aksesi untuk ditanaman di Kebun
Percobaan lingkup Puslitbanghorti sebanyak 5 klon, disimpan di kebun
koleksi BPTP 2 klon dan di petani pemilik pohon induk 3 klon,
sehingga diharapkan tahun 2020, kegiatan karakterisasi SDG lokal
bisa dilakukan.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 46
d. Terkait peta inventori SDG lokal yang bersifat interaktif, Balitbangtan
perlu membuat rambu-rambu yang jelas untuk memastikan data-data
yang hanya bisa diakses terbatas dan yang bersifat umum bagi
melindungi SDG lokal dari kegiatan-kegiatan biopiracy.
e. Pada tahun 2016 BPTP/LPTP menargetkan pembuatan buku SDG lokal
komoditas durian, mangga, manggis, pisang, dan jeruk. Penulisan
buku ini diharapkan dapat melibatkan komunitas pengelola SDG yang
sudah ada.
f. Untuk SDG lokal biji-bijian, setiap BPTP harus menyediakan benih SDG
yang sebagian dapat disimpan sebagai stock collection di bank gen
Balitbangtan dan sebagai working collection di BPTP untuk kegiatan
karakterisasi dan evaluasi pada tahun 2016. Benih juga dapat
digunakan mendukung program KRPL sehingga ke depannya dapat
terbentuk KRPL dengan muatan SDG lokal spesifik masing-masing
wilayah.
2. Melaksanakan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan SDG BPTP
Lampung TA 2015 di KP. Natar.
Dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Pengelolaan SDG
TA 2015 yang dalam operasionalnya lebih diarahkan kepada karakterisasi dan
pengelolaan tanaman koleksi. Maka perlu penataan lebih lanjut semua koleksi
yang suda ada di KP. Natar terutama tanaman pangan lokal dalam hal ini
umbi-umbi serta tanaman buah. Diharapkan dalam perlaksaanaan TA 2015
ini koleksi yang sudah ada dapat terpelihara dengan baik serta tertata sesuai
dengan estetika kebun koleksi SDG.
3. Melaksanakan Survei dan Karakterisasi Padi spesifik Lokasi, Kegiatan
Pengelolaan SDG
Salah satu hasil yang daat dilaporkan pada kesempatan ini adalah hasi
ltinjauan lapang keberadaan padi lokal padi Ampai di Kabupaten Mesuji.
Peninjauan dilakukan di Desa Sungai Dadap, Kecamatan Mesuji, Kabupaten
Mesuji dengan komoditas tanaman Padi Ampai. Tanaman ini sudah ditanam
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 47
sejak Tahun 1920-an, dan masih dikembangkan sampai sekarang secara
turun temurun. Keunggulan padi Ampai adalah produksi tinggi, tahan
terhadap hama dan penyakit. Hanya saja umurnya panjang 5-6 bulan dan
ditanam dirawa air dalam. Dalam peninjauan lapang untuk musim ini akan
dipanen dalam minggu kedua atau ketiga bulan April.
4. Evaluasi pelaksanaan kebun koleksi SDG pangan dan buah, Kegiatan
Pengelolaan SDG.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan SDG adalah
membuat kebun koleksi sebagai plasma nutfah. Beberapa tanaman koleksi
yang sudah ditanam adalah tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian
seperti ganyong, beberapa jenis ubi jalar, singkong dan talas. Sehubungan
dengan adanya kegiatan Agro Since Park dilakukan pemindahan lokasi
penanaman menjadi sati blok dengan tanaman buah-buahan.
5. Evaluasi pelaksanaan kebun koleksi SDG pangan dan buah, Kegiatan
Pengelolaan SDG.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan SDG adalah
membuat kebun koleksi sebagai plasma nutfah. Beberapa tanaman koleksi
yang sudah ditanam adalah tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian
seperti ganyong, beberapa jenis ubi jalar, singkong dan talas. Sehubungan
dengan adanya kegiatan Agro Since Park dilakukan pemindahan lokasi
penanaman menjadi sati blok dengan tanaman buah-buahan.
G. AEZ-II
Agroekologi wilayah Kabupaten Tanggamus didominasi oleh lahan
bergelombang, berbukit sampai bergunung. Dari luasan 282.830 ha lahan
yang dapat direkomendasikan untuk pengembangan komoditas pangan
hanya sekitar 18%. Hamparan yang direkomendasikan untuk pertanian
system wanatani sekitar 12% dan yang lebih luas yaitu sekitar 34%
direkoemdasikan untuk pengembangan tanaman tahunan (industry).
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 48
Tanaman industry yang sesuai dengan agroekologi daerah Kabupaten
Tanggamus adalah kopi. Namun dari hasil identifikasi sifat agroekologi,
pengembangan tanaman pala sebagai sumber minyak atsiri perlu
dipertimbangkan. Hasil biji dan analisis mutu minyak atsiri dari pala produksi
wilayah Tanggamus memperlihat produksi dan mutu biji yang cukup, karena
berpotensi dikembangkan.
Sifat agroekologi sebagai faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang
perlu dicarikan teknologi solusinya untuk optimasi produksi tanaman adalah
reaksi tanah masam, kelembaban tinggi dan potensi bahaya erosi besar.
Wilayah Lampung Utara mempunyai landform yang relative seragam.
Sekitarsekitar 56% dari luasan lahan 337.900 ha direkomendasikan untuk
pengembangan tanaman pangan, sekitar 22% direkomendasikan untuk
system wanatani dan untuk tanaman tahunan hanya sekitar 7%.
Lahan relative datar yang lebih luas, sangat berpotensi untuk
pengembangan tanaman pangan terutama lahan kering. Namun lahan kering
di daerah ini sifat tanah sangat eksesif masam, C organic rendah, KTK rendah
dan kejenuhan Al tinggi. Untuk optimasi produksi tanaman pangan perlu
pembenah tanah yang dapat memperbaiki factor pembatas pertumbuhan
tanaman tersebut.
Luasan penanaman ubikayu yang terus bertambah tidak hanya
membahayakan eksistensi Kabupaten Lampung Utara sebagai sentra produksi
lada hitam tetapi juga mengancam terjadinya degradasi lahan yang semakin
luas. Dari hasil survey terindikasi cara budidaya ubikayu di daerah tersebut
kategori rendah input. Sementara ubikayu cenderung ke serapan hara tinggi.
Keberlanjutan usahatani lada hitam di Lampung juga semakin
memprihatinkan. Perbaikan produktivitas melalui penggunaan pupuk baik
anorganik maupun organic telah dicoba oleh sebagian petani lada. Namun
respon/efektivitas penggunaan pupuk tanaman lada masih rendah. pH tanah
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 49
zona perakaran yang eksesif masam (pH < 4,5) dan KTK sangat rendah
sangat mengurangi efektivitas pemupukan P dan juga K, Ca dan Mg. Apalagi
cara pemberian pupuk hanya disebar dipermukaan tanah. Untuk hal itu perlu
inovasi cara penggunaan bahan pembenah tanah seperti kapur dan bahan
organik yang lebih baik sehingga menyentuh area zona perakaran (0-20 cm).
Dampaknya diharapkan tidak hanya untuk perbaikan sifat kimia tetapi juga
sifat fisika tanah seperti porositas/aerasi tanah, struktur tanah, dan daya
jerap air tanah.
H. Teknologi budidaya bawang merah spesifik lokasi
Tabel 36. Rakitan Teknologi Budidaya Bawang Merah di Lampung
Komponen Teknologi
Teknologi
Cara Petani Perbaikan Rekomendasi
Varietas Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa
Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa
Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa
Jarak Tanam Jarak tanam di petani
20 x 15 cm 20 x 15 cm
Pemupukan: Pemupukan cara petani
100 kg/ha Urea+100 kg/ha SP-36 +100 kg/ha KCl+100
kg/ha NPK, 150 kg/ha ZA, 5 ton/ha pukan sapi/2 ton/ha pukan ayam
150 kg/ha Urea+150 kg/ha SP-36 +100
kg/ha NPK, 400 kg/ha ZA, 150 kg KCl/ha, 15 ton/ha pukan sapi/6 ton/ha pukan ayam, dolomit 500 kg/ha, pupuk hayati melalui bibit
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian cara petani
Pengendalian OPT dengan sistem PHT, perangkap kuning berperekat
Pengendalian OPT dengan sistem PHT, perlakuan pd benih, perangkap kuning berperekat, feromon-exi
Parameter yang diamati adalah, komponen pertumbuhan (tinggi
tanaman jumlah daun dan jumlah anakan). Komponen hasil (Jumlah
umbi/tanaman, bobot umbi basah, bobot umbi kering dan produksi total),
serangan hama penyakit.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 50
Sampel tanaman setiap perlakuan diambil 5 ulangan dan 15 tanaman
setiap ulangan untuk pengamatan pertumbuhan dan serangan hama dan
penyakit. Analisa data menggunakan sidik ragam dengan uji lanjut Duncan
pada taraf 5 %.
Pada pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah umur 43
hari didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 37. Data Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Anakan/rumpun dan Jumlah daun/rumpun Bawang Merah di Kabupaten tanggamus
Teknologi Tinggi Jumlah
Anakan/rumpun Jumlah Daun/rumpun
Cm
AV1 38,36 c 8,56 a 40,07 a
BV1 41,21 b c 10,42 a 42,32 a
CV1 46,28 a 11,98 a 41,03 a
AV2 42,73 a b c 10,62 a 34,28 a
BV2 43,86 a b 7,71 a 35,90 a
CV2 44,79 a b 8,65 a 36,79 a
Rerata 42,89 9,66 37,73
KK (%) 5,89 20,88 10,58
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan itdak berbeda nyata pada taraf 5% AV1 : Teknologi Petani Varietas Pikatan BV1 : Teknologi Perbaikan Varietas Pikatan CV1 : Teknologi Rekomendasi Varietas Pikatan AV2 : Teknologi Petani Varietas Super Philipine BV2 : Teknologi Perbaikan Varietas Super Philiphine CV2 : Teknologi Rekomendasi Varietas Super Philipine
Panen bawang merah di lokasi kegiatan dilakukan dengan cara panen
ubinan (5 m2) pada umur 57 hari setelah tanam untuk semua perlakuan.
Data hasil pengamatan produksi 2 varietas pada 3 paket teknologi budidaya
bawang merah di Kabupaten Tanggamus, tersaji pada tabel berikut ini.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 51
Tabel 38. Data Berat Panen (ton/ha), Berat Eskip (ton/ha) dan Susut Berat (%) Di Kabupaten Tanggamus
Teknologi
Berat Panen Berat Eskip Susut Berat
Ton/ha Ton/ha %
AV1 18,47 c 14,41 22,00
BV1 28,57 a b 22,86 19,90
CV1 31,67 a 24,86 21,51
AV2 18,87 c 14,42 23,58
BV2 25,27 b 19,38 23,30
CV2 27,93 a b 21,12 24,40
Rerata 25,13 19,51 22,45
KK (%) 14,51
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah di lokasi
kegiatan relatif rendah. Data serangan hama penyakit utama pada tanaman
bawang merah di lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 39. Data Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah di Kabupaten Tanggamus
Teknologi
Ulat Grayak Fusarium Busuk Akar
% % %
AV1 22,01 a 10,67 a 30,43 a
BV1 14,99 b 4,17 c 6,50 b
CV1 10,39 b 4,33 c 0,43 b
AV2 21,59 a 9.83 a b c 32,33 a
BV2 15,12 b 6,83 b c 28,33 a
CV2 12,71 b 4,43 c 2,31 b
Rerata 16,14 6,71 16,72
KK (%) 16,61 29,58 35,25
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan itdak berbeda nyata pada taraf 5%
Penerapan ketiga paket teknologi pada budidaya bawang merah di
Tanggamus relatif tidak memberikan pengaruh yang nyata pada
pertumbuhan tanaman. Berat panen tertinggi didapat pada perlakuan
teknologi rekomendasi Varietas Pikatan (31,67 ton/ha) dan terendah pada
perlakuan teknologi petani Varietas Pikatan (18,47 ton/ha). Teknologi
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 52
rekomendasi dan teknologi perbaikan untuk masing-masing varietas (Pikatan
dan Super Philipin) tidak memberikan pengaruh yang nyata pada produksi
bawang merah di Tanggamus.
I. Teknologi budidaya ayam KUB
Pertambahan Bobot Badan Ayam KUB
Perkembangan bobot badan ayam KUB di kedua lokasi pengkajian
ditampilkan pada tabel 1. Untuk menentukan keberhasilan usaha ternak ayam
dapat dilihat dari perkembangan bobot badan selama masa pemeliharaan.
Bobot badan merupakan indikator penilaian produktivitas dan keberhasilan
manajemen dari suatu usaha peternakan. Untuk mengetahui apakah ternak
ayam KUB tumbuh dengan baik salah satu cara yang dilakukan adalah
dengan melakukan penimbangan. Penimbangan dilakukan terhadap 10%
populasi ayam.
Tabel 40. Perkembangan Rataan Bobot Badan umur 0-18 Minggu
Umur Bobot Badan (gr)
Lampung Timur Lampung Selatan Bandar Lampung
Minggu ke-0 27,00 27,00 27,00
Minggu ke-2 112,74 112,41 121,23
Minggu ke-4 303,29 296,35 312,54
Minggu ke-8 754,80 680,85 798,21
Minggu ke-12 1126,20 1011,40 1.257,00
Minggu ke-16 1450,20 1.346,50 1.490,50
Minggu ke-18 1488,00 1.500,12 1.553,00
Perkembangan DOC umur 0 hingga 18 minggu yang terbaik itu
ditampilkan ayam KUB yang dipelihara peternak Bandar Lampung diikuti oleh
peternak Lampung Timur dan yang terendah oleh peternak Lampung Selatan.
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini.
Peningkatan bobot badan dari minggu ke-4 hingga minggu-12
masing-masing perlakuan cukup besar karena masa ini adalah masa
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 53
pertumbuhan sehingga apabila kuantitas dan kualitas pakan tidak tercukupi
akan mengganggu pertumbuhan ayam KUB. Pertumbuhan bobot badan ayam
KUB dari minggu ke 12 hingga ke minggu 18 tidak secepat minggu ke 4
hingga minggu ke 12, hal ini disebabkan ayam KUB sudah mulai belajar
bertelur. Berbeda halnya dengan Lampung Selatan pertumbuhan ayam KUB
hingga minggu ke 18 masih memperlihatkan tren pertambahan bobot badan
yang baik.
Aktivitas penimbangan bobot badan dilakukan setiap bulan kecuali
pada umur 1 minggu hingga umur 4 minggu dilakuan setiap 2 minggu, selain
melakukan penimbangan juga dilakukan penyuluhan/penjelasan mengenai
teknologi terkait dengan ayam KUB seperti bagaimana cara menyusun
ransum ayam berdasarkan sumber pakan yang tersedia di lokasi, standar
nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak ayam KUB, vaksinasi, cara pembibitan
ayam KUB dan pentingnya sanitasi kandang.
Konsumsi Pakan selama Pengkajian
Konumsi pakan ayam KUB hingga umur 18 minggu pengkajian
ditampilkan pada tabel 2. Konsumsi Pakan yang terbesar ditampilkam ayam
KUB yang dipelihara di Bandar Lampung diikuti ayam KUB yang dipelihara
peternak Lampung Timur dan terendah ditampilkan ayam KUB yang
dipelihara di Lampung Selatan.
Tabel 41. Konsumsi pakan harian selama Pengkajian
Umur Konsumsi pakan (gram)
Lampung Timur Lampung Selatan Bandar Lampung
Minggu ke-0 6 7 8
Minggu ke-2 15 14 19
Minggu ke-4 30 26 38
Minggu ke-8 55 50 63
Minggu ke-12 70 69 82
Minggu ke -16 90 89 97
> Minggu ke-16 100 95 112
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 54
Tingginya konsumsi ransum ini dikuti dengan pertambahan bobot
badan harian yang ditampilkan ayam KUB di Bandar Lampung dan
penyediaan pakan yang ad-libitum sedangkan untuk Lampung Timur dan
Lampung Selatan pemberian pakan dibatasi dan tidak konsistennya peternak
terhadap komposisi ransum yang dianjurkan hal ini disebabkan terbatasnya
dana yang dimiliki peternak seperti terlihat pada grafik 2. Pada grafik ini
terlihat bahwa ayam KUB yang dipelihara di Bandar Lampung mengkonsumsi
pakan yang tertinggi dari minggu pertama hingga minggu ke 16.
Pada minggu ke 4 hingga minggu ke 7 membutuhkan kualitas dan
kwantitas pakan yang besar karena pada masa inilah masa pertumbuhan
dan apabila ini tdk tercukupi maka akan terjadi kanibal seperti yang terjadi di
Lampung Timur dan Lampung Selatan. Bahkan satu diantara dua peternak di
Lampung Selatan terpaksa harus mengalami kerugian yang besar karena
tidak sanggup menyediakan dana untuk membeli pakan dan kebutuhan
keluarga sehingga sang suami sebagai kepala keluarga sering meninggalkan
keluarga bekerja di kebun kopi keluarga yang letaknya jauh dari kediaman
peternak. Sebanyak 150 ekor ayam yang telah diserahkan untuk tanggung
jawabnya sesuai dengan kesepakatan tidak berhasil dan dianggap gagal.
Umur Pertama bertelur
Untuk memaksimalkan jumlah produksi telur dan efisiensi penggunaan
pakan dilakukan seleksi terhadap ayam betina dan jantan yang tidak
produktif. Rataan umur pertama bertelur ayam KUB di ketiga wilayah
pengkajian ditampilkan pada Tabel berikut ini.
Tabel 42. Rataan Umur Pertama Bertelur
Lokasi Jumlah ayam bertelur (ekor)
Jumlah Betina dewasa (ekor)
Umur pertama bertelur (minggu)
Lampung Timur 226 245 20
Lampung Selatan
216 238 28
Bandar Lampung
40 50 18
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 55
Terlihat bahwa ayam KUB yang dipelihara di Bandar Lampung bertelur
pada umur 18 minggu dengan bobot telur 36 gr dan lebih cepat dibandingkan
dengan Rekomendasi Balitnak yang mulai bertelur umur 20-22 minggu,
Lampung Timur ayam KUB bertelur pertama pada umur 20 minggu sesuai
dengan rekomendasi Balitnak sedangkan Lampung selatan baru bertelur
sesudah umur 28 minggu. Cepatnya bertelur Ayam KUB yang dipeiihara ini
diduga karena sebelumnya sudah tersedianya ayam KUB yang sedang
bertelur dan adanya ayam pejantan yang sudah siap kawin.
Keterlambatan bertelur pada ayam KUB di Lampung Selatan tidak
terlepas akibat rendahnya kualitas dan kwantitas pakan yang diberikan.
Adanya perbedaan umur pertama bertelur ini mencerminkan pengaruh faktor
genetik dan status gizi pakan.
Mortalitas Ayam KUB
Angka kematian ayam KUB senama 16 minggu pengkajian terjadi
16.95 % kematian anak ayam dari seluruh populasi ayam KUB di ketiga
wilayah pengkajian. Akan tetapi persentase angka kematian dari populasi
yang dipelihara, persentase kematian tertinggi terjadi di Lampung Timur
(14.32 %), Lampung Selatan (9.68 %) dan angka terendah adalah Bandar
Lampung (1.82 %).
Tabel 43. Tingkat Mortalitas Ayam KUB Selama Pengkajian.
Umur
Tingkat Kematian (ekor)
Lampung Timur
Lampung Selatan
Bandar Lampung
Minggu ke-0 3 12 4
Minggu ke-2 - 8 2
Minggu ke-4 60 29 -
Mingggu ke-8 - 40 -
Minggu ke-12 - 3 -
Mingggu ke-16 - - -
>Minggu ke-16 - - -
Jumlah 63 92 6
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 56
Penyebab kematian yang tinggi pada minggu ke 4 pada Lampung
Timur dan Lampung Selatan antara lain disebabkan terjadinya kanibal.
Kanibal ini diduga dipicu oleh rendahnya kualitas dan kuantitas pakan yang
diberikan, sebagai solusi tim peneliti menyarankan pemberian hijauan berupa
bayan dan kangkung dan hasinya mulai membaik dengan pemberian hijauan
dan diberikannya bantuan pakan.
V. DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN
Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian di BPTP ditentukan
oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang digunakan
oleh masyarakat tani di wilayahnya. Agar hasil-hasil penelitian dan pengkajian
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tani dan pelaku agribisnis lainnya, maka
dilakukan upaya diseminasi inovasi teknologi hasil pengkajian. Dalam
pelaksanaannya di lapangan, kegiatan diseminasi tidak terpisah atau berdiri
sendiri, melainkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan penelitian dan pengkajian. Kegiatan ini mencakup berbagai
kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas institusi dari aspek
informasi dan komunikasi yang akan berdampak pada peningkatan adopsi
teknologi hasil litkaji dan dukungan dari pengguna terhadap institusi.
A. PENINGKATAN KOMUNIKASI INOVASI TEKNOLOGI
PENYULUHAN DALAM RANGKA PERCEPATAN INOVASI PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG
A.1. Peningkatan Kuantitas, Kualitas, Dan Efektivitas Interaksi Antara Penyuluh/ Peneliti Bptp Dengan Stake Holder
Pelaksanaan sosialisasi teknologi ke Kabupaten Pesisir Barat
dilaksanakan pada tanggal 14 April 2015, bertempat di Aula kantor BP3K
Kabupaten Pesisir Barat. Peserta berjumlah 75 orang terdiri dari: penyuluh
BP3K Kecamatan Way Krui 5 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Pesisir
Selatan 6 orang, penyuluh BP3K kecamatan Pesisir Tengah 6 orang,
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 57
penyuluh BP3K Kecamatan Pesisir Utara 6 orang, penyuluh BP3K Kecamatan
Karya Punggawa 6 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Ngambur 4 orang,
penyuluh BP3K Kecamatan Lemong 4 orang, penyuluh BP3K Kecamatan
Bengkunat 6 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Bengkunat Belimbing 4 orang,
penyuluh BP3K Kecamatan Krui Selatan 4 orang, penyuluh BP2KP Kabupaten
Pesisir Barat 24 orang,
Materi yang disampaikan berdasarkan kebutuhan yang telah disepakati
bersama antara tim BPTP dengan BP2KP Pesisir Barat. Adapun Materi dan
Nara Sumber pelatihan (Tabel 44).
Tabel 44. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi di Kabupaten Pesisir Barat
No Materi Nara Sumber
1 Teknologi Budidaya lada Dr. Jekvy Hendra, M.Si
2 Teknologi budidaya sapi (perkandangan) dan pakan lokal
Dr. Ahmad Prabowo
3 Teknologi budidaya padi dengan metode S.R.I
Ir. Bambang Wijayanto, MP
4 Katam Terpadu Ir. Andareas MM
8 Teknologi budidaya sayuran (cabai dan bawang merah )
Ir. Nasriati, MP dan Dede Rohayana, SP
Gambar 2. Sosialisasi teknologi di Kabupaten Pesisir Barat
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 58
Pelaksanaan sosialisasi teknologi ke Kabupaten Tulang Bawang Barat
dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2015, bertempat di Balai Desa Pulung
Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang
Barat. Peserta berjumlah 75 orang terdiri dari: penyuluh BP3K Kecamatan
Tulang Bawang Tengah 14 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Tulang
Bawang Udik 13 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Tumijajar 9 orang,
penyuluh BP3K Kecamatan Pagar Dewa 8 orang, penyuluh BP3K Kecamatan
L. Kibang 3 orang, penyuluh BP3K Gunung Agung 4 orang, dan penyuluh
BP4K 24 orang. Materi yang disampaikan berdasarkan kebutuhan yang telah
disepakati bersama antara tim BPTP dengan BP4K Kabupaten Tulang Bawang
Barat. Adapun Materi dan Nara Sumber pelatihan (Tabel 45).
Tabel 45. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi di Kabupaten Tulang Bawang Barat
No Materi Nara Sumber
1 Teknologi Budidaya karet (pemupukan dan pengendalian HPT)
Dr. Jekvy Hendra, M.Si
2 Manajemen tata laksana budidaya ternak sapi
Dr. Ahmad Prabowo
3 Teknologi budidaya padi dengan pola integrasi
Ir. Bambang Wijayanto, MP
Gambar 3. Sosialisasi teknologi di Kabupaten Tulang Bawang Barat
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 59
Pelaksanaan Sosialisasi teknologi spesifik lokasi di Kabupaten Tulang
Bawang dilaksanakan pada tanggal 08 Juni 2015, bertempat di Aula kantor
BP4K Kabupaten Tulang Bawang. Peserta berjumlah 75 orang terdiri dari:
penyuluh BP3K Kecamatan Gedung Meneng 4 orang, penyuluh BP3K
Kecamatan Banjar Agung 5 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Dente Teladas
3 orang, penyuluh BP3K Rawa Jitu Selatan 8 orang, penyuluh BP3K
Kecamatan Menggala 4 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Penawar Tama 3
orang, penyuluh BP3K Kecamatan Banjar Margo 5, penyuluh BP3K Kecamatan
Meraksa Aji 2 orang, penyuluh BP3K Gedung Aji 4 orang dan
petugas/penyuluh BP4K Kabupaten Tulang Bawang 35 orang. Materi yang
disampaikan berdasarkan kebutuhan yang telah disepakati bersama antara
tim BPTP dengan BP4K Kabupaten Tulang Bawang. Adapun Materi dan Nara
Sumber pelatihan (Tabel 46)
Tabel 46. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi spesifik lokasi di Kabupaten Tulang Bawang
No Materi Nara Sumber
1. Budidaya Tanaman Pangan (padi rawa, jagung dan kedelai)
Ir. Kiswanto, MP
2. Pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai)
Dr. Nila Wardani, M.Si
3. Pengendalian Penyakit Tanaman Karet
Ir. Firdausil Akhyar Ben, M.S
4. Budidaya Ternak Kambing Ir. Marsudin Silalahi, M.Si
Pelaksanaan sosialisasi teknologi di Kabupaten Lampung Utara
dilaksanakan pada tanggal 9 September 2015, bertempat di Aula kantor
BP4K Kabupaten Lampung Utara. Peserta berjumlah 120 orang terdiri dari:
90 orang penyuluh yang berasal dari BP3K Kotabumi, Abung Timur, Tanjung
Raja, Abung Utara, Abung Tengah, Kotabumi Utara, Kotabumi Tengah, Abung
Surakarta, Blambangan, Sungkai Selatan, Sungkai Barat, Sungkai Tengah,
Cahaya Negeri, Abung Barat dan Bukit Kemuning serta 30 orang
penyuluh/petugas BP4K Lampung Utara.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 60
Gambar 4. Sosialisasi teknologi di Kabupaten Lampung Utara
Tabel 47. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi spesifik lokasi di Kabupaten Lampung Utara
No Materi Nara Sumber
1 Inovasi pengendalian busuk pangkal batang pada tanaman lada dan Permasalahan lada di Lampung
Dr. Jekvy Hendra, M.Si
2 Pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai)
Dr. Ir. Nila Wardani, M.Si
3 Sistem Pengembangan Ayam KUB Rely Hervizon, SP
4 Pemanfaatan Pekarangan Ir. Nasriati, MP
Pelaksanaan sosialisasi teknologi dengan peserta penyuluh dari
kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung dilaksanakan pada
tanggal 16 November 2015, bertempat di aula kantor BPTP Lampung, dengan
jumlah peserta berjumlah 120 orang terdiri dari 60 orang penyuluh dari
Lampung Selatan yang wilayah kerjanya meliputi: kecamatan Tanjung
Bintang, Natar, Jati Agung, Ketibung dan Kalianda dan 50 orang penyuluh
dari Kota Bandar Lampung yang wilayah kerjanya meliputi: kecamatan
Kemiling, Sukabumi, Tanjung Karang Barat, Rajabasa dan Tanjung Karang
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 61
Timur serta 10 orang kelompok tani dan kelompok wanita tani dari Kota
Bandar Lampung.
Tabel 48. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi spesifik lokasi bagi
penyuluh Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung
No
Materi Nara Sumber
1 Teknologi budidaya padi jajar legowo Ir. Bambang Wijayanto, MP
2 Hama dan Penyakit Utama Tanaman Hortikultura (cabai, melon dan pisang)
Danarsi Diptaningsari, SP,M.Si
3 Teknologi penanganan pasca panen hortikultura (pembersihan,sortasi, pengemasan , penyimpanan) proses PIRT produk
Dra. Alvi Yani, M.Si
4 Budidaya bebek dan ayam KUB skala rumah tangga
Rely Hervizon, SP
5 Pemanfaatan kalender Tanam menghadapi perubahan iklim
Gohan Octora Manurung, SP
A.2. Diseminasi Melalui Media Tv Dan Koran (Teknologi Katam)
Pengambilan dokumentasi dilakukan pada saat sosialisasi kalender
tanam terpadu pada musim tanam ke-2 (Musim Kemarau/MK 2015) di
beberapa kabupaten, yaitu Kabupaten Way Kanan, Pringsewu, dan Lampung
Selatan. Dokumentasi terdiri dari foto dan juga video. Pada saat sosialisasi
kalender tanam ini melibatkan penyuluh pertanian, dinas pertanian, dan
petani pada masing-masing Kabupaten.
Gambar 5. Sosialiasasi Katam di Kab. Way Kanan
Gambar 6. Sosialiasasi Katam di Kab. Pringsewu
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 62
Pada Kabupaten Lampung Selatan dilakukan pengambilan
dokumentasi kegiatan sosialisasi kalender tanam terpadu yang melibatkan
media elektronik stasiun TVRI Lampung dan media cetak Radar Lampung.
Pada stasiun TVRI Lampung disiarkan pada acara Warta Lampung dengan
program Advitorial.
Gambar 7. Sosialisasi Katam di Kab. Lampung Selatan
Gambar 8. Berita Sosialisasi Katam di Kab. Lampung Selatan pada harian Radar Lampung
Selain melakukan liputan atau pengambilan gambar yang
dilaksanakan pada saat sosialisasi Kalender Tanam Terpadu di 3 Kabupaten,
yakni Kabupaten Way Kanan, Pringsewu dan Lampung Selatan, juga telah
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 63
dilaksanakan diskusi interaktif mengenai Kalendar Tanam Terpadu pada
tanggal 12 November 2015 dengan tema “Perkiraan Musim Hujan (MH)
2015/2016 Dan Pemanfaatan Kalender Tanam Terpadu” yang dilaksanakan di
Stasiun TVRI Tanjung Karang Provinsi Lampung. Pada kegiatan diskusi ini
melibatkan 2 orang nasrasumber, yaitu Kepala Stasiun Klimatologi Masgar
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Lampung Bapak
Rahmattulloh Adji dan Peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Lampung Ir. Andarias Makka Murni.
A.3. Adopsi Teknologi Hasil Litkaji
Tingkat adopsi petani terhadap komponen teknologi PTT padi sawah
irigasi secara keseluruhan dalam kategori sedang dengan skor 3.67. Jika
ditelusuri lebih lanjut dari masing-masing komponen teknologi PTT, tingkat
adopsi terendah adalah pada komponen teknologi pemupukan spesifik lokasi
sesuai dengan kebutuhan tanaman berada pada kategori rendah dengan
skor 2,15. Rendahnya tingkat adopsi pada kamponen teknologi tersebut
bukan disebabkan oleh rendahnya pengetahuan, sikap dan keterampilan
petani, tetapi disebabkan oleh ketersediaan pupuk di lapangan terbatas dan
langka pada saat dibutuhkan, sehingga jenis, dosis dan waktu pemupukan
tidak sesuai dengan rekomendasi spesifik lokasi/setempat. Selain itu
peralatan yang digunakan sebagai indikator untuk mengetahui dosis
pemupukan seperti bagan warna daun (BWD) untuk mengukur kebutuhan
unsur Nitrogen/Urea, perangkat uji tanah sawah (PUTS) untuk mengukur
status hara dalam tanah terhadap kebutuhan unsur hara Posfat/SP-36 dan
Kalium/KCl belum tersedia atau jarang dimiliki oleh petani. Kemudian tingkat
adopsi komponen teknologi terendah kedua adalah penggunaan pupuk
organik berada pada kategori sedang dengan skor 3,10. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa secara keseluruhan pateni sudah menggunakan pupuk
organik, akan tetapi dosis yang dianjurkan 2.000kg/ha belum diterapkan
secara penuh hanya berkisar 500 – 2000 kg/ha. Kondisi demikian ini
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 64
merupakan suatu peluang untuk dapat meningkatkan produktivitas padi
dengan cara meningkatkan adopsi komponen teknologi tersebut.
Tabel 49. Tingkat Adopsi Petani terhadap PTT Padi di Lampung
No Komponen Teknologi PTT Tingkat Adopsi
1 Persemaian 3.31
2 Penggunaan VUB 3.90
3 Benih bermutu dan berlabel 4.20
4 Pemberian bahan organik 3.10
5 Pengaturan populasi tanaman Jajar legowo (2:1, 4:1) 3.68
6 Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 2.15
7 Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT 3.85
8 Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 3.86
9 Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun 4.04
10 Pengairan secara efektif dan efisien (intermitten) 4.00
11 Penyiangan mekanis (bantuan alat gasrok, landak, dll) 3.77
12 Panen tepat waktu dan segera dirontok dan dikeringkan 4.23
Rata-rata 3.67
Sumber : Analisis data primer 2015
Keterangan: Tingkat adopsi rendah (1,00 – 2,33), sedang (2,34 – 3,67), tinggi (3,68 – 5,00)
Tiingkat adopsi komponen teknologi PTT padi yang tertinggi adalah
panen tepat waktu dan gabah segera dirontok berada dalam kategori tinggi
dengan skor 4,23, kemudian diikuti dengan penggunaan benih bermutu dan
berlabel dengan skor 4.20. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kedua komponen
teknologi tersebut sudah terbiasa dan mudah dilakukan petani dan mereka
sangat memahami bahwa jika tidak menggunakan benih bermutu
pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi kurang baik yang
berpengaruh terhadap produktivitas. Demikian juga teknologi panen tepat
waktu dan gabah segera dirontok, petani sangat memahami, apabila hal ini
tidak dilakukan dengan tepat maka akan berpengaruh terhadap kuantitas
dan kualitas gabah yang dihasilkan. Penggunaan VUB tingkat adopsinya
dalam kategori tinggi dengan skor 3,90. VUB yang digunakan dalam hal ini
yang terbanyak adalah Ciherang sekitar 65 %, kemudian Mekongga 20 %
dan Inpari 10, Inpari 13, Inpari 23, Inpari 26 dan Inpari 30 sekitar 15 %.
Rendahnya penggunaan VUB Inpari disebabkan ketersediaan benih di
lapangan sangat terbatas.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 65
Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut merupakan suatu
peluang bahwa dengan meningkatkan adopsi komponen teknologi PTT padi
yang masih rendah akan meningkatkan produktivitas dan kualitas padi. Oleh
karenanya pengawalan teknologi baik dari petugas pemerintah maupun
swasta disarankan utamanya pada komponen teknologi yang tingkat
adopsinya masih rendah secara sinergi dan berkelanjutan. Selain itu juga
ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk meningkatkan
adopsi komponen teknologi tersebut seperti pupuk, BWD, PUTS dan lain-laian
mudah didapat dengan harga yang terjangakau oleh petani. Faktor-faktor
yang berpengaruh adopsi PTT padi sawah irigasi adalah persepsi petani
terhadap PTT, pengetahuan petani terhadap PTT dan metode penyuluhan
yang digunakan untuk menyampaikan inovasi kepada petani.
A.4. Gelar Teknologi dan Temu Lapang
A.4.1. Gelar Teknologi
Gelar tekonologi di Kabupaten Lampung Timur dilaksanakan di lahan
petani di Desa Wonokarto, Kecamatan Sekampung. Gelar teknologi
bekerjasama dengan Kelompoktani Ngudi Makmur II. Teknologi yang digelar
adalah sistim tanam Jejer Legowo 2:1 dengan menggunakan jarwo
transplanter. Sebagai pembanding adalah sistim tanam yang biasa dilakukan
petani, yaitu jejer tegel. Adapun varietas yang digunakan adalah varietas
Inpari-19. Keragaan hasil Gelar teknologi Jarwo transplanter disajikan pada
Tabel 50. di bawah ini.
Tabel 50. Pertumbuhan dan Komponen Hasil Tanaman padi No Sistim tanam Tinggi
tanaman
(cm)
Jumlah anakan
produktif
Panjang malai
(cm)
Jumlah bulir/malai
Hasil (ton/
ha) Isi Hampa
1. Legowo 2:1 dengan
menggunakan
jarwo transplanter
107,40 12,20 27,50 162 50,20 5,80
2. Tegel manual 105,20 11,40 26,00 131 46,50 4,60
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 66
Pada tabel 50. Terlihat bahwa pertumbuhan tanaman dan komponen
hasil tanaman padi yang ditanam dengan alat jarwo transplanter lebih baik
dibandingkan dengan yang ditanam dengan jejer tegel manual. Hal ini dapat
dilihat dari pertumbuhan tinggi tanam. Tinggi tanaman yang ditanam dengan
alat jarwo transplanter 107,40 cm, sedang yang ditanam dengan jejer tegel
hanya 105,20 cm. Sistim tanam jejr legowo memberikan ruangan yang
berbeda dalam memperoleh cahaya matahri yang dipergunakan untuk proses
fotosintesis. Semakin banyak cahaya matahari yang dapat diserap tanam
semakin cepat proses fotosintesis berlangsunbg dan pada akhirnya
mempercepat pertumbuhan tanaman. Jarak tanam yang lebar pada sistim
tanam jejer legowo mengakibatkan tanaman dapat tumbuh lebih leluasa
sehingga ketersediaan unsur hara dapat diserap lebih optimal.
Demikian pula hasilnya, tanaman padi yang ditanam dengan alat
jarwo transplanter memberikan hasil yang lebih tinggi (5,80 ton/ha) GKP,
sedangkan yang ditanam dengan cara tegel manual lebih rendah (4,60
ton/ha) GKP. Hal ini diduga karena jumlah populasi tanaman padi yang
ditanam dengan jejer legowo lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman
padi yang ditanam dengan jejer tegel. Dengan semakin banyaknya jumlah
populasi tanaman per hektar pada tertentu, jumlah malainya juga lebih
banyak dan pada akhirnya akan memperbanyak hasil atau produksi.
Gelar tekonologi di Kabupaten Pringsewu dilaksanakan di lahan petani
di Desa Pujodadi, Kecamatan Sekampung. Gelar teknologi bekerjasama
dengan Kelompoktani Tunas Mekar. Teknologi yang digelar adalah sistim
tanam Jejer Legowo 2:1 dengan menggunakan jarwo transplanter. Adapun
varietas yang digunakan adalah varietas Inpari-19 yang akan dibandingkan
varietas Ciherang. Keragaan hasil Gelar teknologi Jarwo transplanter dengan
menggunakan dua varietas padi varietas Inpari-19 dan Ciherang disajikan
pada Tabel 51. di bawah ini.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 67
Tabel 51. Pertumbuhan dan Komponen Hasil Tanaman padi
No Sistim tanam Tinggi
tanaman
(cm)
Jumlah
anakan
produktif
Panjang
malai
(cm)
Jumlah
bulir/malai
Hasil
(ton/
ha) Isi Hampa
1. Inpari-19 110,40 13,20 27,50 7,45
2. Ciherang 107,20 12,80 26,00 7,10
Pada tabel 51. Terlihat bahwa pertumbuhan tanaman dan komponen
hasil varietas Inpari-19 lebih baik dibandingkan dengan varietas ciherang. Hal
ini dapat dilihat dari pertumbuhan tinggi tanam. Tinggi tanaman varietas
Inpari-19 110,40 cm, sedang varietas Ciherang hanya 107,20 cm. Demikian
pula untuk jumlah anakan produktif dan panjang malai varietas Inpari-19
lebih tinggi dibanding varietas ciherang. Jumlah anakan produktif ini
berkaitan erat dengan kemampuan tanaman menghasilkan anakan dan
kemampuan mempertahankan berbagai fungsi fisiologis tanaman.Hal ini
sejalan dengan pendapat Murayama (1995) yang menyatakan bahwa pada
saat tanaman mulai berbunga hampir seluruh hasil fotosintesis dialokasikan
ke bagian generatif tanaman (malai) dalam bentuk tepung. Selain itu, terjadi
juga mobilissi karbohidrat protein dan mineral yang ada di daun, batang dan
akar untuk dipindah ke malai.
Demikian pula hasil Varietas Inpari-19 lebih (7,45 ton /ha) tinggi
dibanding varietas ciherang (7,10 ton/ha). Hasil berhubungan erat dengan
komponen hasil seperti jumlah anakan produktif (jumlah malai), panjang
malaidan jumlah gabah isi. Tinggi hasil varietas Inpari-19 ditunjang oleh
jumlah anakan produktif, panjang malai dan gabah isi yang tinggi dibanding
varietas ciherang.
A.4.2. Temu Lapang
Pada saat menjelang panen dilaksanakan temu lapang. Temu Lapang
adalah kegiatan pertemuan antara peneliti, penyuluh dan para petani untuk
saling tukar menukar teknologi/informasi sehingga didapatkan teknologi yang
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 68
akan dikembangkan sesuai potensi wilayah. Dalam hal ini pertemuan antara
peneliti, penyuluh (dari BP4K, BP3K dan lapangan) dan para pertani baik
petani kooperartor maupun petani di sekitar lokasi Gelar teknologi
Temu Lapangan ini untuk saling tukar menukar informasi tentang
teknologi ubi kayu yang dihasilkan oleh peneliti dan umpan balik dari petani.
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan temu lapangan yaitu
:
1. Membuka kesempatan bagi petani untuk mendapatkan informasi
mengenai teknologi hasil penelitian
2. Membuka kesempatan bagi para peneliti untuk mendapatkan umpan
balik dari hasil – hasil penelitian.
3. Menyalurkan teknologi dikalangan petani secara cepat.
4. Menjalin hubungan yang akrab antara peneliti, penyuluh dan petani.
Temu lapang dilaksanakan baik di Kabupaten Lampung Timur maupun
Prinsewu. Di Kabupaten Lampung dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus
2015, sedangkan di Kabupaten Pringsewu pada tanggal 21 September 2015.
B. PAMERAN DAN DISPLAY VISITOR PLOT
B.1. Pameran
Salah satu tugas dan fungsi BPTP Lampung adalah merakit dan
mendiseminasikan hasil pengkajian teknologi spesifik lokasi. Saat ini telah
banya teknologi yang telah dihasilkan, namun demikian dari evaluasi
eksternal maupun internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat
pemanfaatan inovasi yang cenderung melambat, bahkan menurun. Salah
satu metoda dan media komunikasi yang menarik perhatian, mudah
dimengerti dan dipahami serta efisien adalah pameran. Pada 2015 BPTP
Lampung melaksanakan pameran sebanyak dua kali, yaitu :
a. Pameran Dalam Rangka Harteknas (Hari Teknologi Nasional)
ke-20
Pameran dalam rangka Harteknas ke-20 dilaksanakan di Lapangan
KORPRI Bandar Lampung pada tanggal 10 Agustus 2015. Pameran ini
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 69
merupakan rangkaian dari peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasioanal
Provinsi Lampung.
Pameran diikuti oleh beberapa Dinas/Instansi lingkup pertanian, LIPI,
Perguruan Tinggi, SMA. Selain itu juga diikuti oleh BUMN dan Swasta yang
ada di Provinsi Lampung. Dalam pameran kali ini, BPTP Lampung menyajikan
poster-poster, banner, leaflet, folder, majalah, brosure yang berisi inovasi
teknologi pertanian hasil kajian BPTP ataupun hasil kajian dari Badang
Litbang Pertanian., proseding. Selain itu juga menampilkan VUB (Varietas
Unggul Baru) Padi, seperti Inpari-29, Inpari-30, dan Inpari-18 serta Inpara-2.
Demikian pula benih Kedelai seperti Varietas Gepak Kuning, Anjasmoro dan
Burangrang . Selain itu ditampilkan pula produk pascapanen , misalnya
tepung kasava.
b. Pameran Lampung Fair Tahun 2015.
Pameran dilaksanakan selama 16 (enam belas) hari sejak tanggal 5
Sepotember s.d. 20 Septemberi 2015 di Lapangan PKOR Way Halaim Bandar
Lampung. Pameran diikuti oleh Dinas/Instansi dari masing-masing
kabupaten dan kota se Provinsi Lampung. Selain itu juga diikuti oleh BUMN
dan Swasta yang ada di Provinsi Lampung.
Setelah pembukaan, selanjutnya dilakukan dengan peninjauan stan
Lampung Fair. Stand pameran BPTP Lampung dikunjungi oleh asisten I. Pada
pameran kali ini BPTP Lampung berdiri sendiri tidak bergabung dengan
instansi lain. Materi yang disajikan antara lain produk pascapanen, misalnya
tepung kasava, kedelai dan olahannya., aneka rasa susu kedelai, lada, pala,
dan kopi. Selain itu benih padi VUB (Varietas Unggul Baru) seperti Inpari-13,
Inpari-29, Inpari-30, Inpara-5, dan Inpago-7.
Selain berbagai macam varietas benih unggul baru padi, juga
ditampilkan tanaman kakao, kopi, aneka sayuran dari kegitan MKRPL (Model
Kawasan Rumah Pangan Lestrari). Aneka olahan berbahan baku jagung,
pisang, sirup buah pala dan kedelai. Olahan kedelai yang menonjol adalah
susu kedelai aneka rasa dan tahu. Selain itu ditampilkan pula alat tanam
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 70
Jarwo Transplanter, yaitu alat tanam padi. Alat ini selain efisien dalam biaya,
juga efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan waktu. Dalam 1 hektar
cukup diperlukan waktu 5-6 jam tergantung pada ketrampilan operator.
Untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang
inovasi/teknologi pertanian kepada para pengunjung disajikan pula dalam
bentuk leaflet, brosure dan CD. Leaflet dan brosure dibagikan kepada
pengunjung.
B.2. Visitor Plot
B.2.1. Visitor Plot Ayam KUB
Visitor Plot Ayam KUB merupakan Visitor Plot Baru yang di buat pada
tahun 2014 dan pada Januari tahun 2015 populasi ayam KUB parenstok
berjumlah 127 ekor dan penambahan populasi sebanyak 345 ekor hasil dari
penetasan induk parent stok.
Tabel 52. Perkembangan Populasi Ayam KUB di KP Natar
No Kategori Tanggal menetas
Populasi awal tahun
2015 (ekor)
Jumlah kematian
( ekor)
Hilang Afkir
Hibah Sisa
1 KUB PARENSTOK
2013 127 127 0
2 KUB -2 2014 24 3 8 10 3
3 KUB-3 17 Januari 2015
78 25 7 20 26
4 KUB-4 31 Januari 2015
60 8 28 24
5 KUB-5 11 Februari 2015
110 27 30 53
6 KUB-6 10 Maret 2015
97 51 20 6
20
Jumlah 496 244 122 130
Jantan 28
Betina 102
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 71
Perkembangan populasi ayam KUB pada tahun 2015 mengalami
penurunan populasi yang drastis. hal ini disebabkan oleh kematian akibat
serangan flu burung pada bulan Februari 2015. Wabah flu burung diduga
berasal dari vektor burung gereja, dan operator kandang.
Kegiatan yang telah dilakukan oleh Visitor Plot Ayam KUB dan Itik PMP :
Pemeliharaan ternak dengan pola sistem intensif
Penetasan telur KUB III,IV, V, dan VI
Uji PCR sampel darah ayam di Balai Veteriner Lampung
Pemusnahan ayam terserang flu burung oleh tim veteriner dan Dinas
Kesehatan Dinas Provinsi Lampung
Kunjungan Balai Veteriner Lampung dalam rangka identifikasi virus flu
burung
Kunjungan Balai Veteriner Bogor dalam rangka verifikasi virus flu
burung
Vaksinasi flu burung dan ND
Sterilisasi kandang I
Kunjungan siswa peternakan Kabupaten Way kanan.
Kunjungan pejabat eselon 1 dan 2 lingkup Badan Litbang Pertanian
untuk rekomendasi pengembangan ayam KUB pada kegiatan Agro
Sains Park BPTP Lampung.
Mengikuti pameran bulan bakti pameran.
Gambar 9. DOC hasil penetasan Gambar 10. Kegiatan pengambilan
sampel darah untuk
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 72
B.2.2. Visitor Plot Itik PMP
Kegiatan Visitor Plot Itik PMP berawal dari kegiatan open house BPTP
Lampung pada bulan Oktober 2014, dengan mendatangkan 25 ekor itik PMP
dari Balai Peneltian Ternak Ciawi-Bogor. Untuk keberlanjutan Display Itik PMP
25 ekor itik tersebit dipelihara di Kebun Percobaan Natar untu selanjutnya
dianggarkan budiday di kegiatan Visitor Plot. Saat ini populasi itik PMP
berjumlah 22 ekor.
Budidaya Itik PMP masih di lakukan dengan pola semi intensif, hal ini
dilakukan karena terkendala pada sarana perkandangan. Kegiatan yang
sudah dilakukan di visitor Plot Itik PMP antara lain :
1. Pemeliharaan semi intensif
2. Penetasan (belum berhasil)
3. Pengambilan sampel darah untuk identifikasi virus flu burung)
4. Kunjungan tim perencanaan Agro Sains Park dari Bogor
B.2.3. Visitor Plot KP Masgar
Visitor Plot Kacang Tanah Tumpangsari Ubikayu merupakan bagian
kegiatatan Diseminasi Inovasi Teknologi, dengan menerapkan system tanam
tumpangsari yaitu kacang tanah dengan ubikayu denga luas 0,5 ha. Uraikan
kegiatan meliputi persiapan tanam, pengolahan tanah, penanaman dan
pemeliharaan. Penanaman kacang tanah dilakukan 3 bulan setelah
penanaman ubikayu yaitu tanggal 24 Desember 2015 dengan perlakuan jarak
tanam ubikayu 80 cm x 80 cm x 2 m dan kacang tanah 20 cm x 40 cm.
Varietas ubikayu yang digunakan adalah varietas barokah, untuk kacang
tanah digunakan varietas Kancil dari balitkabi dan varitas lokal. Kebutuhan
benih untuk 0,5 ha sekitar 40 kg setiap lubang 1-2 benih.
Pemupukan pada kacang tanah diberikan dua kali yaitu pemupukan
dasar pada umur 14 hari atau 2 minggu setelah tanam, Pupukan diberikan
dengan dosis Urea 50 kg, NPK 100 kg, dan Pupuk Kandang 1000 kg,
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 73
Pemeliharaan pada kacang tanah meliputi penyiangan dan pembumbunan,
penyiangan dilakukan pada saat umur 14 hari setelah tanam dengan
menggunakan cangkul..
Panen Kacang tanah dilakukan setelah umur 110-120 hari setelah
penanaman dengan cirri fisik tanaman kacang tanah a), batang mulai
mengeras b), daun mulai menguning dan sebagian mulai gugur c), polong
sudah terisi penuh dank eras d), warna polong sudah coklat kehitam-
hitaman.
B.2.4. Visitor Plot di KP. Tegineneng
Visitor Plot KP tegineneng di merupakan Visitor Plot Tumpang sari
antara tanaman karet umur 1 tahun varietas PB 260 dengan tanaman papaya
varietas merah delima yang telah berumur 7 bulan dari Badan Litbang
Pertanian. Luasan lahan yang ditanami karet dan papaya seluas 1, 25 Ha
dengan populasi karet tumpang sari sebanyak 139 batang dan papaya 534
batang. Untuk karet Monokultur berjumlah 410 Batang.
Kegiatan yang sudah dilakukan pada kegiatan ini meliputi penyiangan
tanaman, pemupukan dan pemeliharaan rutin lainnya. Kendala yang dihadapi
pada pelaksanaan kegiatan ini adalah kondisi air yang kurang memadai.
C. MAJALAH DAN PENCETAKAN BUKU
1. Leaflet
Enam judul leaflet yang dicetak sebanyak 5.200 eksemplar. Leaflet
yang dibuat dalam beberapa judul yaitu :
1. Pengendaian wereng Batang Coklat (Nilaparvata Lugens) pada Tanaman
Padi
2. Penyakit Flu Burung ( Avian Influenza)
3. Teknologi Budidaya Jagung Spesifik Lampung
4. Teknologi Produksi Kedelai Lahan Kering Masam di Lampung
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 74
5. Teknologi Produksi Kedelai Lahan Sawah di Lampung
6. Budidaya Ayam KUB
Gambar 11. hasil leaflet yang diproduksi pada tahun 2015.
2. Buku
Brosure/buku 2 judul sebanyak 500 eksemplar. Nomor ISBN buku
yang telah didapat yaitu 978-979-3263-45-8 untuk buku Petunjuk Teknis
Pengelolaan Tanman Terpadu Kedelai,dan ISBN 978-979-3263-46-5 untuk
buku Budidaya dan Penanganan Pascapanen Tanaman Ubi Kayu. Produksi
buku yang dihasilkanpada yahun 2015 yang terdiri dari :
1. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Kedelai sebanyak 200
ekslempar
2. Budidaya dan Penanganan Pasca Panen Tanaman Ubi Kayu sebanyak
300 ekslempar
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 75
Gambar 12. Buku yang Dihasilkan pada Tahun 2015
3. Penyediaan Majalah dan Distribusi
Majalah disediakan dengan berlangganan majalah Sains Indonesia.
Majalah disediakan setiap bulannya sebanyak 100 ekslempar. Majalah Sains
mengirimkan majalah mulai bulan Februari sehingga langganan yang
dilakukan dimulai edisi bulan februari sampai Desember 2015. Jumlah
majalah yang dibeli BPTP Lampung sebanyak 11 bulan x 100 eksplempar
sejumlah 1100 ekslempar.
Pembayaran dilakukan dengan mentransfer biaya ke rekening Majalah sains
Indonesia.
Majalah disebarkan ke dinas pertanian, perkebunan, peternakan di
Provinsi lampung, perpustakaan BPTP Lampung, dan stakeholder, dll.
Pendistribusiaan majalah untuk lokasi yang mudah dijangkau di sekitar kota
Bandar lampung dilakukan dengan mengantar langsung yaitu pada instansi
Dinas Pertanian TPH Prov. Lampung, Dinas Perkebunan Provinsi Lampung,
Dinas Peternakan dan Keswan Prov. Lampung, Bakorluh Prov. Lampung, BBI
Tanaman Pangan dan alsintan Prov. Lampung, BBI tanaman pangan dan
Pengembangan Lahan Kering Prov. Lampung, BPSB Prov. Lampung, BPTPH
Prov. Lampung, BPTPH Prov. Lampung, Badan Ketahan Pangan Prov.
Lampung, BPP Lampung, Balai Veteriner Lampung, Perpustakaan BPTP
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 76
lampung, BP4K Kota Bandar lampung, Dinas Pertanian dan Peternakan Kota
Bandar Lampung.
D. Taman Agro Inovasi
Kegiatan yang telah dilakukan pada Taman Agro Inovasi ini antara
lain pembuatan gapura Taman Agro Inovasi, penanaman buah naga jenis
merah dan putih sebanyak 200 setek yang ditanam pada 100 tiang cor
semen, penanaman sayuran pada rak vertikultur dengan sistim irigasi tetes
sebanyak 4 unit, penanaman berbagai macam sayuran pada hamparan dan di
polybag, penanaman buah dalam polibag, penanaman jeruk varietas Chokun,
BW dan Sankis, penanaman jambu batu jenis kristal dan jambu merah dan
pembuatan 1 unit rumah kompos.
Dari letak posisi Taman Agro Inovasi ini sangat strategis sekali, karena
terletak di pinggir jalan utama Trans Sumatra. Kegiatan Taman Agro Inovasi
ini baru dilaksanakan tahun 2015, pengunjung masyarakat dari luar dan di
sekitar kantor pertanian maupun pelajar atau mahasiswa sudah banyak yang
berkunjung. Dari hasil catatan kunjungan yang dilakukan, bahwa masyarakat
yang telah berkunjung ke Taman Agro Inovasi sebanyak kurang lebih 100
orang, mereka sangat antusias dan ingin mempraktekannya.
Tanaman sayuran yang ditanam secara vertikutur dengan irigasi tetes
memberikan contoh kepada masyarakat bahwa tanaman sayuran dapat
ditanam pada rumah yang mempunyai lahan pekarangan sempit, dan dapat
menghemat air secara efisien. Penanaman sistim ini cocok pada daerah
perkotaan yang mempunyai lahan pekarangan sempit dan dapat menghemat
biaya pengeluaran untuk membeli sayuran.
Untuk tanaman buah naga, jarak tanam yang digunakan 2,5 m x 2,5
m, sehingga bagian lorong diantara tanaman dapat dimanfaatkan untuk
menanam tanaman sela seperti sayuran, sehingga dapat mengoptimalkan
penggunaan lahan. Penanaman jeruk dan jambu batu dengan berbagai
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 77
macam varietas memberikan informasi kepada masyarakat, sehingga dapat
memilih varietas apa saja yang cocok disukai dan mempunyai nilai jual tinggi.
Untuk rumah kompos, memberikan contoh kepada masyarakat tani
bagaimana cara membuat pupuk organik dengan memanfaatkan sisa-sisa
daun atau serasah tanaman yang biasanya dulu dibakar, kini dapat dijadikan
pupuk organik atau kompos yang mempunyai nilai tambah untuk dijual atau
dipakai sendiri. Pupuk organik ini memberikan informasi kepada masyarakat
bahwa apabila diberikan ke dalam tanah, maka akan memperbaiki sifat fisik,
biologi dan kimia dari tanah itu sendiri.
Kegiatan Taman Agro Inovasi pada tahun pertama ini adalah pada
tahap penumbuhan, pada tahap ini telah tertata display teknologi di BPTP
yang terkait dengan agribisnis. Selain itu juga diharapkan terbentuk cikal
bakal entitas bisnis di BPTP dan lokasi sekitar calon pengguna inovasi. Pada
tahun kedua sebagai tahun pertumbuhan, dimana entitas akan semakin
dominan dan pada tahun ketiga entitas bisnis akan menjadi salah satu pola
diseminasi inovasi Balitbangtan.
E. Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon penangkar Kedelai
Hasil benih bersertifikat dari kegiatan ini telah tersalurkan seluruhnya.
Sebanyak 1500 kg benih kedelai bersertifikat dari kegiatan ini telah
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan benih di wilayahnya (Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Pringsewu) melalui program GP-PTT dari Dinas
Pertanian 2015. Sisa benih yang tidak digunakan di wilayahnya telah
tersalurkan ke wilayah lain di Kabupaten Lampung Timur, Lampung Selatan
dan Lampung Tengah. Rincian hasil benih bersertifikat yang dihasilkan dari
kegiatan ini disajikan pada Tabel 53.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 78
Tabel 53. Hasil produksi benih bersertifikat
No Varietas Kelas Benih Jumlah (kg)
1 Sinabung Benih Dasar (FS) 264
2 Tanggamus Benih Dasar (FS) 238
3 Grobogan Benih Pokok (SS) 141
4 Argomulyo Benih Pokok (SS) 212
5 Burangrang Benih Pokok (SS) 202
6 Dering 1 Benih Pokok (SS) 145
7 Wilis Benih Pokok (SS) 186
8 Gema Benih Pokok (SS) 119
9 Panderman Benih Pokok (SS) 159
10 Anjasmoro Benih Pokok (SS) 264
11 Grobogan Benih Pokok 1 (SS1/BP1) 2.059
12 Grobogan Benih Sebar (BR) 300
Total 4.287 kg
Rincian hasil produksi benih kedelai di lokasi Pringsewu disajikan pada
Tabel 54 dan Tabel 55.
Tabel 54. Hasil produksi 10 varietas kedelai di lokasi LL (1 ha)
Varietas Tanggal Luas
(m2)
Hasil biji
(kg) Tanam Panen
Anjasmoro 14 Mei 2015 14 Agustus 2015 1000 264
Grobogan 14 Mei 2015 8 Agustus 2015 1000 141
Argomulyo 14 Mei 2015 9 Agustus 2015 1000 212
Burangrang 14 Mei 2015 9 Agustus 2015 1000 202
Dering 1 14 Mei 2015 10 Agustus 2015 1000 145
Wilis 14 Mei 2015 13 Agustus 2015 1000 186
Gema 14 Mei 2015 7 Agustus 2015 1000 119
Panderman 14 Mei 2015 12 Agustus 2015 1000 157
Sinabung 14 Mei 2015 11 Agustus 2015 1000 264
Tanggamus 14 Mei 2015 14 Agustus 2015 1000 238
Total 1.928 kg Tabel 55. Hasil produksi kedelai varietas Grobogan di luar lokasi LL di Pringsewu No Nama petani Luas lahan (ha) Hasil biji (kg)
1 Kaderi Yusuf 1 483
2 Bowo 1 38
3 Karsono 0,25 28
4 Daldiri 0,25 255
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 79
5 Badriyah 1 186
6 Suryati 0,5 74
7 Sugiman 0,25 115
8 Supono 0,25 86
9 Purwanto 0,25 42
10 Toyib 0,5 40
11 Warno 0,5 28
12 Surahman 1 448
13 Wasiman 0,25 60
14 Setiyoko 0,25 127
15 Matori 0,5 30
16 Adil 0,25 19
Total luas tanam 8 ha
Total luas panen 8 ha 2.059 kg
Kabupaten Lampung Selatan Hasil produksi benih kedelai bersertifikat
mencapai 300 kg. Luas tanam 2,5 ha, varietas yang ditanam adalah
Grobogan. Luas panen hanya 1,5 ha, karena luasan 1 ha tidak lulus pada
Pemeriksaan Lapang II oleh BPSB.
Pengembangan Sistem Informasi Perbenihan Kedelai
Benih diproduksi pada berbagai jenis tanah pada setiap musim tanam.
Pada awal musim hujan dapat diproduksi di lahan kering, pada musim
kemarau I (MK I) diproduksi di lahan kering atau lahan sawah tadah hujan,
dan pada MK II diproduksi di lahan sawah yang memiliki sistem irigasi.
Dengan sistem produksi benih yang demikian maka perputaran benih antar
lapang dan antar lokasi menjadi dinamis. Produksi benih memerlukan
penataan sistem informasi perbenihan. Informasi perbenihan diperlukan
untuk keperluan perencanaan benih dan penyediaan benih dalam satu
kawasan maupun antar kawasan, bahkan antar kawasan dari provinsi yang
berbeda.
Produksi benih di lokasi Pringsewu ditujukan untuk pemenuhan benih
kedelai se-Kecamatan Ambarawa. Luas lahan di Kecamatan Ambarawa yang
akan ditanami kedelai pada bulan Agustus-September 2015 yaitu seluas 225
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 80
ha. Dari luasan tersebut diharapkan sebagian besar kebutuhan benihnya
dapat dipenuhi dari hasil penangkaran ini.
Distribusi Hasil Produksi Benih
Hasil produksi benih dari lokasi Pringsewu dan Lampung Selatan
seluruhnya telah tersalurkan. Berikut rincian penyaluran benih bersertifikat
hasil penangkaran dari dua lokasi:
1. Kelompok Tani Sri Makmur III, Desa Margodadi, Kecamatan Ambarawa,
Kabupaten Pringsewu. Untuk pemenuhan kebutuhan di wilayahnya pada
program GP-PTT Kedelai. Anggaran dari program GP-PTT Kedelai (500 kg
varietas Grobogan).
2. Dinas Pertanian Kabupetan Pringsewu. Untuk pemenuhan kebutuhan di
Kelompok Tani dan desa lain di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten
Pringsewu (1000 kg varietas Grobogan).
3. Kelompok Tani Baru Muncul, Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja
Selebah, Lampung Timur (1000 kg varietas Grobogan).
4. Disalurkan ke petani sekitar dan Kelompok Tani lain di Desa Margodadi
(1097 kg varietas Sinabung, Tanggamus, Anjasmoro dan Wilis).
5. Disalurkan untuk penelitian/display di Kabupaten Lampung Selatan (190 kg
varietas Anjasmoro, Argomulyo, Dering 1, Sinabung, Tanggamus)
6. Kelompok Tani di Kabupaten Lampung Tengah (500 kg varietas
Anjasmoro, Burangrang, Argomulyo, Wilis, Tanggamus, Panderman).
Kecenderungan Adopsi Varietas Unggul oleh Petani
Petani di lokasi Pringsewu telah terbiasa menanam kedelai lokal berbiji
kecil yang telah ditanam bertahun-tahun. Kedelai lokal ini mempunyai
karakter tanaman yang tinggi, lebat, kokoh dan berbiji kecil. Kedelai berbiji
kecil ini adalah untuk kedelai konsumsi sebagai kecambah.
Adanya pengenalan varietas unggul Badan Litbang, respon petani
berbeda-beda untuk masing-masing varietas. Varietas Grobogan kurang
disukai oleh petani karena posturnya yang kurang tinggi dan rentan
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 81
kekeringan. Varietas Sinabung dan Wilis lebih disukai petani karena
karakternya mendekati kedelai lokal yang biasa ditanam petani.
Minat Petani terhadap Suatu Varietas
Setelah dilakukan penanaman 10 varietas kedelai di satu hamparan
seluas 1 ha di lokasi LL, petani bisa mengamati dan membandingkan antar
varietas dari mulai tanam, pertumbuhan, pengisian polong, ketahanan
terhadap hama penyakit dan hasil produksinya. Berikut urutan varietas yang
disukai dan alasannya menurut petani (Tabel 56).
Tabel 56. Varietas yang paling disenangi oleh penangkar/petani
No Varietas Alasan pemilihan varietas (menurut petani)
1 Sinabung Postur tanaman mirip dengan kedelai lokal yang biasa
ditanam petani setempat, postur tinggi, ukuran biji
sedang dan hasil biji tinggi. Petani setempat biasa
menanam kedelai berbiji kecil untuk produksi
kecambah.
2 Anjasmoro Batang kokoh, biji lumayan/berat, hasil tinggi
3 Wilis Biji sedang, batang tinggi, mirip dengan kedelai lokal
yang biasa ditanam petani
4 Gema Umur genjah, daun kecil, buah lebat
5 Burangrang Postur tinggi, hasil tinggi, namun daun terlalu lebar
6 Argomulyo Biji besar/berat, hasil tinggi, batang tinggi, kokoh
7 Panderman Biji besar dan lebat, batang besar, namun buah hanya
di batang utama saja, tidak di cabang
8 Dering 1 Postur tanaman mirip dengan kedelai lokal yang biasa
ditanam petani setempat, postur tinggi, ukuran biji
sedang dan hasil biji tinggi
9 Tanggamus Hasil lumayan, namun umurnya panjang
10 Grobogan Terlalu pendek dan rentan kekeringan
Hasil penilaian petani terhadap suatu varietas lebih bersifat subjektif
sesuai dengan kebiasaan dan minat petani itu sendiri. Namun demikian,
kriteria varietas kedelai yang dipilih/diminati oleh petani belum tentu sama
dengan criteria yang diminati oleh pasar. Kedelai berbiji kecil yang diminati
oleh petani di Pringsewu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kedelai untuk
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 82
produksi kecambah/tauge. Pangsa pasar untuk kebutuhan kedelai berbiji kecil
ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan pangsa pasar kedelai berbiji
besar yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu/tempe. Karena
faktor inilah sehingga penjualan/penyaluran hasil benih kedelai yang berbiji
besar (varietas Grobogan) menjadi lebih mudah dan cepat dibandingkan
dengan penyaluran hasil benih kedelai yang berbiji kecil.
F. Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan
Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon penangkar Padi Pada kelompok tani yang terpilih sebagai pelaksana calon penangkar
dibuat Laboratorium Lapang (LL) sebagai kegiatan penangkaran dalam Model
Kawasan Mandiri Benih Padi, masing-masing kawasan seluas 2 ha (Tabel
57).
Tabel 57. Laboratorium Lapang (LL) Model Kawasan Mandiri Benih di Lampung
Uraian Lampung Selatan Tulang Bawang
Pok Tan: Marga Jaya Pok Tan:Karya Muda
Nama Ketua dan Luas Anggota Varietas
Agus Jamil (0,25 ha) Muslih (0,5 ha) Muhlis (0,25 ha) Sudarto (1 ha) Ciherang, Inpari 10, dan Inpari 23
Hendro (0,75 ha) Mista (0,75 ha) Sunarto (0,25 ha) Poniran (0,25 ha) Cilamaya Muncul, Inpara 2, Inpari 10, Inpari 13
Asal benih sumber: dari BB Padi Sukamandi: Cilamaya Muncul (FS),
Inpara 2(SS), dan Inpari 13 (SS),dari UPBS BPTP Lampung: Inpari 10 (FS)
dan Inpari 23 (SS), dan dari Unit Produksi Benih (UPB) Pringsewu-Lampung:
varietas Ciherang (SS).
Pelaksanan Tanaman: untuk Laboratorium Lapang (LL) seluas 2 ha di
Kabupaten Tulang Bawang sudah tanam pada tanggal 22 - 23 Mei 2015.
Sedangkan pelaksanaan tanam untuk model mandiri benih di wilayah
Kabupaten Lampung Selatan baru dilaksanakan pada 19-23 Juni 2015. Rata-
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 83
rata kondisi pertumbuhan tanaman baik yang di Tulang Bawang maupun di
Lampung Selatan menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik (Gambar 2),
namun yang di Tulang Bawang setelah berumur sekitar 30 HST
kemudian,yaitu pada saat Pemeriksaan Lapang (PL) satu oleh BPSB,
tanaman varietas Inpari 10 dan Inpari 13 banyak spot-spot terkena busuk
batang ,sudah dilakukan penyemprotan dengan Filia dan Virtaco tetapi
tanaman belum pulih, sehingga sekitar 1 ha LL di Tulang Bawang tidak lulus
uji lapang (Gambar 13).
Gambar 13. Pertumbuhan tanaman pada umur 30 HST di Tulang Bawang
Tabel 58. Hasil Calon Benih Bermutu produksi penangkaran calon penangkar Model Mandiri Benih Padi di Lampung Selatan dan Tulang Bawang pada MT Mei-September 2015.
Uraian Tulang
Bawang
Lampung Selatan Keterangan
Luas Lahan LL(ha) 2 2 Lulus Uji PL 1(BPSB)
Luas Lahan PL2(ha) 1 1,75 Yang Lulus Uji PL 2 (BPSB)
Luas Lahan Panen/PL
3(ha)
0,5 1,25 Yang Lulus Uji PL 3 (BPSB)
Hasil Panen: Varietas
(kg/GKP) Tanggal Panen:
C.Muncul
2450 25-8-2015
Ciherang :3164
Inpari23 :3838 Inpari 10: 2065 30-9-
2015
Produksi per 0,5ha
Produksi per 0,5 ha Produksi per 0,25ha
Hasil Calon Benih (kg) 1500 Ciherang :1005
Inpari23 :2680
Inpari 10: 1560
Untuk prosesing dan
pemisahan yang bernas
dan hampa(untuk uji lab)
Hasil Benih berlabel (kg) 1000 Ciherang :250
Inpari23 :1880 Inpari 10 : 1210
Yang lulus uji lab dan
berlabel
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 84
Pelatihan bagi calon penangkar untuk peningkatan pengetahuan
teknologi produksi benih bermutu bagi calon penangkar yang terlibat maupun
petani di sekitarnya berjumlah paling sedikit 80 orang dilaksanakan oleh
masing-masing unit kegiatan (Lampung Selatan dan Tulang Bawang), bersama
sama BPTP dengan petugas BPSB dan Penyuluh setempat dengan materi:
Sertifikasi benih padi oleh Petugas BPSB, Teknologi produksi benih
bermutu(teknik roguing) dan mengenal Varietas Unggul Baru Padi (BPTP
sebagai Nara Sumber), dan Penguatan Kelompok oleh Penyuluh dan Kepala
BP3K setempat.
G. Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan
1. Pendampingan Kawasan Padi
Pendampingan pengembangan kawasan padi dilaksanakan di 2
kabupaten lokasi pengembangan GP-PTT Padi, yaitu di Kabupaten Lampung
Timur (Kecamatan Jabung, Pasir Sakti, Gunung Pelindung, Melinting) dan
Tanggamus (Kecamatan Kota Agung Timur, Kota Agung, Kota Agung Barat,
Wonosobo, Bandar Negeri Semong). Adapun luas pengembangan GP-PTT
padi sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 59. Lokasi, Luas dan Jumlah Kelompok Tani Pelaksana GP-PTT Kawasan Padi di Lampung, Tahun 2015
No. Lokasi
Luas (Ha) Jumlah
Kelompok Kabupaten Kecamatan
1. Lampung Timur Pasir Sakti 850 34
Jabung 850 34
Gunung Pelindung 450 18
Melinting 350 14
Jumlah I 2.500 100
2. Tanggamus Kota Agung Timur 650 32
Kota Agung 350 18
Kota Agung Barat 690 32
Wonosobo 464 25
Bandar Negeri Semong
346 21
Jumlah II 2.500 128
Total 5.000 228
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 85
Komponen PTT Padi terdiri dari komponen teknologi dasar dan
komponen teknologi pilihan. Sementara ini dari hasil pengamatan, penerapan
komponen teknologi PTT, sebagaimana disajikan pada Tabel berikut :
Tabel 60. Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi MT II – MT III di
Lampung, 2015
No Komponen Teknologi
Jumlah poktan
yang
didampingi
(unit)
Jumlah poktan
yang menerapkan
teknologi (unit)
Persentasi yang
menerapkan
teknologi (%)
Komponen Dasar
1 Varietas unggul baru 228 46 20,18
2 Benih bermutu dan berlabel 228 228 100,00
3 Pemberian bahan organic 228 228 100,00
4 Pengaturan populasi tanaman
Jajar legowo (2:1, 4:1, lainnya)
228 228 100,00
5
Pemupukan berdasarkan
kebutuhan tanaman dan status
hara tanah
228 34 14,91
6 Pengendalian OPT dengan
pendekatan PHT
228 125 54,82
Rata-rata 64.985
Komponen Pilihan
7 Pengolahan lahan yang baik 228
228 100,00
8 Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 228 171 75,00
9 Tanam bibit 1 – 3 batang per
rumpun
228 228 100,00
10 Pengairan secara efektif dan
efisien (intermitten) 228 100
43,86
11 Penyiangan mekanis (bisa dgn
bantuan alat gasrok, landak, dll)
228
103 45,18
12 Panen tepat waktu dan segera
dirontok dan dikeringkan
228 228 100,00
Rata-rata 77.34
Keterangan:
Tingkat adopsi rendah (0 % – 33,33 %)
Tingkat Adopsi sedang ( 33,34 % – 66,67 %)
Tingkat adopsi tinggi (66,68 – 100 %)
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 86
Uji adaptasi VUB padi yang dilaksanakan Kabupaten Lampung Timur
ada 4 unit (titik) dan Tanggamus 5 unit, lebih jelasnya sebagaimana disajikan
pada table 3. Uji adaptasi VUB dilaksanakan dalam hamparan kelompok tani
GP-PTT atau di luar namun berhimpitan dengan hamparan GP-PTT. VUB yang
digunakan dalam uji adaptasi adalah Inpari 26, Inpari 29, Inpari 30 dan
Inpari 31 secara keseluruhan seluas 1 – 1,5 ha. Sedangkan varietas
pembandingnya sebagian besar adalah Ciherang dan Mekongga. Adapaun
produktivitas padi dalam uji adaptasi VUB, sebagaimana disajikan dalam
Tabel 61.
Tabel 61. Produktivitas Padi Uji Adaptasi VUB pada MT II–MT III di Lampung, Tahun 2015
No.
Kelompok Tani/Desa/ Kecamatan/Kabupaten.
Produktivitas VUB (kg/ha) Ciherang
*) Inpari
26
Inpari
29
Inpari 30 Inpari
31
Rata-
rata
1 Sido Rukun, Desa Mulyosari, Kec.
Pasir Sakti, Kab. Lampung Timur
55.14 64.19 77.89 81.43 65.74 52.71
2 Harapan II, Desa Adi Luhur, Kec.
Jabung, Kab. Lampung Timur
92.40
92.40 69.30
3 Marga Melinting Selatan, Desa
Negeri Agung, Kec. Gunung
Pelindung, Kab. Lampung Timur
84.00 48.00 66.00 68.00
4 Bunga Tanjung, Desa Tanjung
Aji, Kec. Melinting, Kab. Lampung
Timur
68.33 80.83 70.00 85.00 76.04 74.24
5 Khanggom Jejama II, Desa, kec.
Kota Agung Barat, Kab.
Tanggamus
48.50 51.50 42.50 37.50 45.00 46.00
6 Mak Ku Nyana, Desa Kota Agung,
kec. Kota Agung, Kab.
Tanggamus
83.33 76.10 88.40 94.00 85.46 64.96
7 Tunas Harapan, Desa Gn. Doh,
Kec. Bandar Negeri Semong,
Kab. Tanggamus
83.52 79.20 90.72 95.04 87.12
8 Panca Usaha, Desa Lakaran, Kec.
Wonosobo, Kab. Tanggamus
89.00 79.00 68.00 84.00 80.00 67.00
9 Kec. Kota Agung Timur, Kab.
Tanggamus
52.00 52.00 68.00 52.00 56.00 54.00
Rata-rata 68.55 70.85 74.74 72.12 72.64 62.03
Keterangan: - Adaptabilitas tinggi, jika produktivitas > 4,36
- Adaptabilitas sedang, jika produktivitas 2,19 – 4,36 - Adaptabilitas rendah, jika produktivitas < 2,19
*). Varietas pembanding
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 87
Lokasi display diletakkan di dalam hamparan GP-PTT atau di di luar
tetapi berhimpitan dengan hamparan GP-PTT. Display dilaksanakan di
hamparan kelompok tani masing-masing kabupaten 4 – 5 unit (titik) seluas 1
- 1,5 ha varietas yang diperkanalkan adalah Inpari 26 dan Inpari 30. Adapun
teknologi yang diintroduksikan dalam display adalah komponen PTT secara
lengkap spesifik lokasi seperti penggunaan VUB, pupuk organik 2 ton/ha, bibit
muda, jumlah bibit 1-3 batang per lubang, sistem tanam jejer legowo 2:1,
dan 4:1 secara manual dan atau dengan menggunakan mesin tanam Rice
Transplanter, pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan BWD,
PUTS/PUTR, pengendalian OPT secara terpadu, penyiangan dengan gasrok
dan kombinasi dengan herbisida, panen tepat waktu dan gabah segera
dirontok dengan power tresher atau combine havester.
Display PTT dalam pendampingan pengembangan kawasan padi
dilaksanakan pada MT II bulan Juni 2015, yaitu kegiatan semai dilaksanakan
minggu II Juni – Minggu IV Juni 2015, penanaman minggu I Juli – minggu
III Juli 2015. Sedangkan panen minggu IV September - minggu III November
2015. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman cukup sehat dan subur,
akan tetapi permasalahan yang dihadapi petani diantaranya serangan hama
kepinding tanah, penggerek batang dan penyakit hawar daun bakteri dan
blas atau kekeringan, dapat diatasi dengan baik dan tidak bepengaruh
terhadap penurunan produktivitas yang signifikan. Adapun produktivitas padi
dengan penerapan PTT lebih tinggi dibandingkan di luar PTT, sebagaimana
disajikan dalam Tabel 62.
Tabel 62. Pelaksanaan Display/Demplot PTT Padi MT II di Lampung, 2015
No.
Poktan pelaksana Demplot
Paket teknologi
yang diterapkan1)
Produktivitas di dalam Demplot PTT
Produktivitas di luar Demplot (petani sekitar
demplot)
Varietas (ku/ha) Varietas (ku/ha)
1 Tri Tunggal 3, Desa Adirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur
1, 3, 4, 5, 6, 7, 8
Inpari 26, Inpari 30
66,00 71,44
Ciherang 61,00
2 Karya Sari, Desa Dadi Sari, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus
1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Inpari 26 Inpari 30
78,0 75,8
Ciherang 76,0
Rata-rata 72,81 68,50
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 88
2. Pendampingan kawasan ubi kayu
Pendampingan kawasan ubikayu ini dilakukan dengan 2 (dua) metoda,
yaitu pelatihan dan temu lapang. Pelatihan petani dilaksanakan di 3 (tiga)
lokasi yaitu di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung tengah , dan Lampung
Timur. Secara rinci tempat, tanggal pelaksanaan , materi pelatihan yang
disampaikan dan jumlah peserta dapat dilihat pada tabel 63.
Tabel 63. Tempat, waktu, materi dan jumlah peserta pelatihan PTT ubi kayu
No Tempat Waktu Materi Jumlah Peserta (orang)
1. Kabupaten Tulang Bawang (Desa Lingai)
20 Novenber 2015
Program pengembangan ubi kayu di Tulang Bawang
PTT Ubikayu Dinamika
Kelompok
40
2. Kabupaten Lampung Tengah (Desa Bandar Sakti)
25 Novemver 2015
Program pengembangan ubi kayu di Lampung Tengah
PTT Ubikayu Dinamika
Kelompok
40
3. Kabupaten Lampung Timur (Kedaton II)
03 Desember 2015
PTT Ubikayu Pengendalian
OPT
Dinamika Kelompok
40
Temu lapang hanya dilaksanakan di Desa Lingai, Kecamatan
Menggala Timur, Kabupaten Tulang Bawang. Temu lapngan ini dilaksanakan
pada tanggal 19 Desember 2015. Jumlah peserta sebanyak 120 orang, antara
lain dihadiri oleh Koordinator penyuluh dar BP4K yang mewakili BP4K, Dinas
Pertanian, BP3K, Camat Kepala Wilayah Menggala Timur, Kepala Desa dan
para petani koperator dan petani di sekitar Desa Lingai.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 89
3. Pendampingan kawasan kedelai
Sosialisasi dan pelatihan petani telah dilakukan di Desa Kekatung,
Kecamatan DenteTeladas, Kabupaten Tulang Bawang. Penanaman kedelai
pada lokasi Display 1,5 ha, dan VUB 1,5 ha. Selanjutnya dilakukan
penambahan penanaman baru seluas 3 ha.
Pelaksanaan temu lapang dilakukan pada tanggal 28 September 2015.
Temu lapang dihadiri sekitar 200 petani, BP4K, Kodim, Polsek, dan penyuluh
swadaya setempat dengan pelaksanaan di areal milik petani. Nara sumber
disampaikan oleh Kepala BP4K, BPTP, dinas pertanian setempat. Acara
meliputi sambutan, pengarahan dan diakhiri dengan panen raya. Hasil ubinan
yang didapatkan di lahan milik Pak Aeb 4 kg, Pak warto 2,7 kg, Pak ayat
3,4kg untuk varietas Anjasmoro dan 1,5 kg untuk varietas Grobogan.
Pada MK I/2015 rata-rata lahan sawah petani mengalami kekeringan.
Hal ini menyebabkan masalah baik pada lahan sawah yang telah ditanamani
(Pertumbuhan tidak optimal) maupun berdampak pada penundaan waktu
tanam pada lahan yang belum diolah karena tidak mendapatkan jatah air.
Namun kalau hujan lahan akan terendam air. Kondisi areal juga dengan air
laut, sehingga salinitas tinggi. Jika kemarau air parit/got asin, sehingga sulit
untuk dilakukan pompanisasi. Pertanaman kedlai juga ada yang mengalami
serangan hama penyakit. Selain itu petani juga mengalami kendala
kelangkaan pupuk NPK Phonska.
Masalah kekeringan yang dihadapi petani diatasi dengan melakukan
pompanisasi selama konsidi air tidak tercampur dengan air laut. Sedangkan
umumnya lahan demplot hanya mengandalkan hujan karena air di selokan
tidak dapat digunakan. Pengendalian hama sudah dilakukan dengan
pengendalian PHT. Kondisi kelangkaan pupuk NPK Phonska telah diatasi
dengan menggunakan pupuk alternatif yang tersedia atau menggunakan
pupuk SP-36 dan KCl tetapi tidak sesuai dengan dosis rekomendasi.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 90
H. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura
Dari hasil koordinasi didapatkan lokasi-lokasi kawasan yang akan di
dampingi sebagai berikut :
Tabel 64. Lokasi kawasan pengembangan cabi merah, bawang merah dan
jeruk yang akan didampingi
No Komoditi Tempat Kel. Tani Luas (ha)
1. Cabai
merah
a. Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan
Kalirejo, Desa Watu Agung
Agung
Makmur III
10
b. Kabupaten
Tanggamus. Kecamatan
Sumberejo, Desa Simpang kanan
Tani Maju 1
c. Kabupaten Lampung
Selatan. Kecamatan Ketapang, Desa Tri
Dharmayoga
Karya Bakti II 1
d. Kabupaten Mesuji. Kecamatan Tanjung
Raya, Desa Tanjung Sari
Karya Sari 10
e. Kabupaten
Pesawaran. Kecamatan Padang
Cermin, Desa Gayau
Mulya Tani 5
f. Kabupaten Pringsewu.
Kecamatan Pardasuka, Desa
Sukorejo
Mangga 8
2 Bawang
Merah
g. Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan
Kalirejo, Desa Sri
Purnomo
Barokah 1
h. Kabupaten
Tanggamus. Kecamatan
Sumberejo, Desa
Margodadi
Kuntum
Mekar
5
i. Kabupaten Lampung
Selatan. Kecamatan
Ketapang, Desa Pematang Pasir
Tri Karya
Makmur
2
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 91
j. Kodya Metro,
Kecamatan Metro Utara, Desa Purwo
Asri
Sri Mentani 1
3. Jeruk k. Kabupaten Way kanan. Kecamatan
Negeri Agung, Desa Tanjung Rejo
Harapan
Mulya/ Sinar
Makmur
25
l. Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan
Tanjung Sari, Desa
Mulyo Sari
Suka Rukun 5
Demplot kegiatan cabai merah ditujukan untuk penanaman cabai
merah pada lahan kering. Kegiatan ini untuk mendampingi kegiatan Dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu gerakan tanam cabai di lahan kering
(GTCK) Luasan demplot 0,25 ha. Penanaman cabai merah dimulai pada
tanggal 21 November 2015. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan
adalah sebagai berikut :
Tabel 65. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan tanaman Cabai No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan
1. Varietas yang digunakan adalah varietas hibrida seperti Lado, Taro, TM, yang dibeli pada kios saprodi.
2. Pengolahan tanah sempurna yaitu pembajakan sampai gembur, kemudian pembuatan bedengan
3. Persemaian dilakukan dengan menyebar langsung bibit pada plastik kantong plastik kecil.
Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C) atau larutan Previcur N (1 cc/l) selama satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/plastik transparan kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 4-5 minggu.
4. Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 92
digunakan 50x50 cm, tanaman cabai ditanam secara tumpang sari dengan tanaman sayuran lain seperti sawi. Budidaya dilakukan di lahan kering dengan pola tanam cabai, jagung.
5. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 5 ton/ha, urea 400 kg/ha pada umur 3 MST, SP36 400 kg umur 3 MST, dan NPK diberikan dua kali umur 6 MST sebanyak 60 kg dan umur 9 MST sebanyak 60 kg/ha.
Pupuk kandang ayam 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15 sebanyak 700 kg/ha diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata dengan tanah. Pupuk susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK 15:15:15 yang dicairkan (1,5-2 g/l air), dengan volume semprot 4000 l larutan/ha. Pupuk tersebut diberikan
mulai umur 6 minggu sebelum tanam dan diulang tiap 10-15 hari sekali.
6. Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan Herbisida sebanyak 3 kali yaitu umur 20, 40, dan 70 MST dengan herbisida Roundap. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan penyemprotan dengan pestisida antara lain Pastak, regen, dimolis, deger, pegasus, dithan, victori. Belum menggunkan pestisida nabati.
Mulsa digunakan untuk menjaga kelembaban, kestabilan mikroba tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan dan mengurangi serangan hama. Mulsa dapat berupa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) pada musim kemarau, yang diberikan dua minggu setelah tanam atau berupa mulsa plastik hitam perak untuk musim kemarau dan musim hujan. Penyulaman dilakukan paling lambat 1–2 minggu setelah tanam untuk mengganti bibit yang mati atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara dileb (digenangi) atau dengan disiram
perlubang. Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian ajir dilakukan untuk menopang berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama sebaiknya dipangkas. Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kaidah PHT.
Penanaman bawang merah dimulai pada tanggal akhir Nopember
2015. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai berikut:
Tabel 66. Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonolgi yang perlu diperbaiki pada demplot bawang merah
No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan
1. Varietas yang digunakan adalah varietas Bima brebes dibeli pada petani di brebes, tidak bersertifikat.
Selain Bima juga di tanam varietas Pikatan dan mentes. Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang sudah sukup tua umurnya, yaitu sekitar 60-90 hari setelah tanam
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 93
(tergantung varietas). Umbi sebaiknya berukuran sedang (5-10 g). Penampilan umbi bibit harus segar dan sehat, bernas (padat, tidak keriput), dan warnanya cerah (tidak kusam). Umbi bibit sudah siap ditanam apabila telah disimpan selama 2–4 bulan sejak panen, dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Cara penyimpanan umbi bibit yang baik adalah menyimpannya dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau disimpan di gudang khusus dengan pengasapan.
2. Pengolahan tanah sempurna yaitu
pembajakan sampai gembur, kemudian pembuatan bedengan
3. Cara dan sistem tanam dengan menanam langsung bibit di bedengan. Jarak tanam yang digunakan 15x15 cm. Budidaya dilakukan di lahan sawah dengan pola tanam bawang, padi.
Bibit yang siap tanam dirompes, pemotongan ujung bibit hanya dilakukan apabila bibit bawang merah belum siap benar ditanam (pertumbuhan tunas dalam umbi 80%). Tujuan pemotongan umbi bibit adalah untuk memecahkan masa dormansi dan mempercepat pertumbuhan tunas tanaman.
4. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 5 ton/ha, SP36 100 kg/ha, dan NPK diberikan sebanyak 100 kg/ha.
Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar berupa pupuk buatan TSP (90 kg P
2O
5/ha) disebar serta diaduk rata
dengan tanah satu sampai tiga hari
sebelum tanam. Pupuk susulan berupa 180 kg N/ha (½ N Urea + ½ N ZA) dan K
2O (50-100 kg/ha). Pemupukan
susulan I dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan setelah tanam, masing-masing ½ dosis
5. Pemeliharaan penyiangan gulma dilekukan dengan menggunakan herbisida, penyiraman dilakukan dua kali sehari pagi dan sore, serta waktu setelah turun hujan.
Pertanaman di lahan bekas sawah memerlukan penyiraman yang cukup dalam keadaan terik matahari. Di musim kemarau, biasanya disiram satu kali sehari pada pagi atau sore hari sejak tanam sampai umur menjelang panen. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujanhanya ditujukan untuk membilas daun tanaman, dari
tanah yang menempel pada daun bawang merah. Pada bawang merah periode kritis karena kekurangan air terjadi saat pembentukan umbi, sehingga dapat menurunkan produksi. Untuk mengatasi masalah ini perlu pengaturan ketinggian muka air tanah (khusus pada lahan bekas sawah) dan frekuensi pemberian air pada tanaman
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 94
bawang merah. Pertumbuhan gulma pada pertanaman bawang merah yang masih muda sampai umur 2 minggu sangat cepat. Oleh karena itu penyiangan merupakan suatu keharusan dan sangat efektif untuk mengurangi kompetisi dengan gulma. Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kaidah PHT.
Untuk kegiatan pendampingn jeruk dilakukan super impose di lahan
petani dengan melakukan perbaikan khususnya dalam mengendalian penyakit
busuk diplodia.
Tabel 67. Pelatihan petani pada lokasi pengembangan kawasan hortikulktura Waktu Tempat Peserta Bentuk Kegiatan
(Nara sumber)
11Agustus 2015 Kantor BP3K, Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan petani Cabai Merah
Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)
13 Agustus 2015
Balai Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan petani Cabai Merah
Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 95
27Agustus 2015 Kantor BP3K, Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan cabai, sertapetani Calon penangkar bawang merah
Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah).
17September 2015
Rumah ketua kelompok tani Mulya Tani (Bapak Slamet). Desa Gayau, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah.
Pelatihan petaniCabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Danarsi Diptaningsari, SP, MSi dengan judul “Budidaya Cabai Merah”.
3. Jaelani dengan judul “PHT Cabai Merah”
28 September 2015
Rumah ketua kelompok tani Mangga 2, (Bapak Soitun). Desa Sukorejo, Kec. Pardasuka, Kab. Pringsewu.
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah
Pelatihan petaniCabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Danarsi Diptaningsari, SP, MSi dengan judul “Budidaya Cabai Merah”.
3. Ir. Jamhari HP, MP, dengan judul “Agribisnis Cabai Merah”
01 Oktober 2015
Kantor BP3K, Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah
Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “
2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “
3. Daliman SP “Praktek lapang Budidaya Bawang Merah).
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 96
08 Oktober 2015
Rumah ketua kelompok tani Suka Rukun, (Bapak Suwarto). Desa Mulyosari, Kec. Tanjung Sari, Kab. Lampung Selatan.
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembangan jeruk.
Pelatihan petaniJeruk. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT tanaman jeruk dan pengendaliannya “
2. Ir. Firdausil AB, MS “ Budiya Jeruk Sehat “
3. Ir. Jamhari HP, MS “Agribisnis Jeruk”.
22 Oktober 2015
Rumah ketua kelompok tani Harapan Mulya, (Bapak Mahpuddin). Desa Tanjung Rejo, Kec. Negeri Agung, Kab. Way Kanan
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembangan jeruk.
Pelatihan petaniJeruk. Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT tanaman jeruk dan pengendaliannya “
2. Ir. Firdausil AB, MS “ Budiya Jeruk Sehat “
11 November 2015
Kantor BP3K, Kecamatan Metro Utara Kodya Metro
Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembangan Bawang Merah
Pelatihan petani Bawang Merah Narasumber BPTP Lampung :
1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Bawang Merah “
2. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah).
I. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional
Tanaman Perkebunan Pendampingan kawasan tanaman perkebunan tebu dilaksanakan
dengan mengadakan pelatihan teknologi tebu terpadu dan pembuatan
demplot tebu rawat ratoon dengan budidaya intensif.
1. Pelatihan
Pelatihan petani dilaksanakan di laksanakan di 3 (tiga) lokasi yaitu:
desa Candi Rejo, desa Purnama Tunggal dan desa Tanjung Ratu Ilir
Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah yang merupakan
kawasan pengembangan tanaman tebu. Secara rinci kegiatan pelatihan
tersebut dapat dilihat pada tabel 68.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 97
Tabel 68. Kegiatan Pelatihan Tebu
No. Tempat Waktu Materi Jumlah Peserta
1. Desa Candi Rejo
4 September 2015 Praktek pembuatan KBI (Kebun Bibit Induk) tanaman tebu G2
15 orang
2. Desa Purnama Tunggal
19, 20, 23, 26 Nopember 2015
Persiapan/pengolahan tanah, pemilihan bibit tebu, penanaman tebu, pemupukan, pengairan, pemeliharaan taanaman pengendalian organisme pengganggu tanaman, panen, tebang muat angkut (TMA), kelembagaan petani dan praktek pembuatan kompos
35 orang
3. Tanjung Ratu Ilir
30 Nopember, 4, 7 dan 10 Desember 2015
Persiapan/pengolahan tanah, pemilihan bibit tebu, penanaman tebu, pemupukan, pengairan, pemeliharaan taanaman pengendalian organisme pengganggu tanaman, panen, tebang muat angkut (TMA), kelembagaan petani dan praktek pembuatan kompos
35 orang
2. Demplot tebu
Pendampingan teknologi melalui demplot PTT tebu dilakukan pada
areal seluas 1 ha di tengah hamparan perkebunan tebu rakyat. Demplot
dibuat untuk mempraktekkan teknologi tebu rawat ratoon dengan budidaya
tebu secara intensif. Lokasi demplot di desa Candi Rejo Kecamatan Way
Pengubuan, Lampung Tengah.
J. Pendampingan KRPL di Provinsi Lampung
Pelaksanaan Pendampingan dalam bentuk pelatihan teknologi telah
dilakukan di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus
serta Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran.
Peserta pelatihan berjumlah masing-masing 125 orang untuk Desa
Campang, Kecamatan Gisting dengan melibatkan anggota KWT KRPL P2KP
sebanyak 80 orang yang berasal dari Desa Sidorejo, Campang 2, Gunung
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 98
Alif, Tekad Pulpa, Sumber rejo, Gisting, Pulau panggung, Kalibening,
Margodadi. Sedangkan peserta pelatihan di Desa Sidodadi, Kecamatan Way
lima berjumlah 125 orang dengan melibatkan anggota KWT KRPL P2 KP
yang berada di Desa Tanjung Rejo , Kutoarjo, Karang Rejo, Kedondong,
Way Khilau, Kota Jawa, Kuripan, Sediyamaju, Bagelen, Purworwjo, Gerning
dan Desa Purworejo serta petugas /penyuluh pendamping masing-masing
Desa.
Materi pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan/permintaan
Kabupaten/Kota setempat meliputi: Penumbuhan koperasi, teknologi
budidaya ayam dan bebek; Teknologi pembuatan kompos dan Pembuatan
pestisida nabati, Motivasi kelompok, Pengendalian hama dan penyakit
sayuran, Mengenal manfaat buah manggis dan Teknologi pembuatan keripik
pisang dan ubijalar aneka rasa.
Untuk meningkatkan pengetahuan anggota KWT KRPL dan anggota
KWT binaan P2KP, saat pertemuan kelompok diberikan beberapa materi yang
dibutuhkan oleh anggota antara lain: Manajemen kelembagaan, Budidaya
ayam KUB, Teknologi pengolahan pangan berbahan dasar ubikayu dan ubi
jalar, Perbenihan bawang merah dan cabai, Teknik Pengemasan dan
pelabelan hasil pangan serta pembuatan mol.
Penyebaran teknologi juga dilakukan melalui media cetak leaflet,
brosur dan buku-buku ke BP3K, penyuluh pendamping dan anggota KWT.
Pelatihan teknologi mendapat respon positif dari BKP setempat dan
anggota KWT KRPL P2KP dan diharapkan pendampingan oleh BPTP tetap
berkelanjutan.
K. Kalender Tanam (KATAM)
Sosialisasi Katam dilakukan di Kabupaten Way Kanan, Pesisir Barat,
Pringsewu, Lampung Timur, Tanggamus, Lampung Selatan dan Bandar
Lampung. Peserta adalah penyuluh pertanian (BP4K dan BP3K), KUPT Dinas
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 99
Pertanian yang berasal dari setiap Kecamatan dan juga perwakilan petani
yang tergabung di dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Hasil
sosialisasi Katam di Kabupaten Way Kanan, Pesisir Barat, Pringsewu,
Lampung Timur, Tanggamus, Lampung Selatan dan Bandar Lampung. Materi
yang disampaikan dalam sosialisasi adalah teknologi yang terintegrasi dalam
Katam, yang meliputi waktu tanam potensial, rekomendasi varietas,
rekomendasi pemupukan, informasi kekeringan dan kebanjiran, Informasi
Organisasi Pengganggu Tanaman (OPT), informasi ketersediaan alsintan dan
informasi Standing crop. Sosialisasi dilakukan melalui presentasi, leaflet, dan
CD yang memuat informasi sistem kalender tanam terpadu. Sosialisasi juga
dilakukan melalui media televisi, yaitu TVRI Lampung.
Tabel 69. Kegiatan Sosialisasi Katam Terpadu Tahun 2015 di Lampung.
No.
Lokasi Pelaksanaan Sosialisasi Kehadiran (Jumlah Orang) Jumlah
BP3K Yang
Hadir Kabupaten
Jumlah
Kecamatan Penyuluh* Dinas Petani
Lembaga
Lain
1. Way Kanan 14 14 15 - Kodim (1) 14
2. Pesisir Barat 11 40 14 - BPTPH (1) 11
3. Pringsewu 9 33 2 - BPTPH (1) 9
4. Lampung Timur 24 12 2 60 BPTPH (1) 2
5 Tanggamus 3 30 6 60 BPTPH (1) 3
6 Lampung Selatan 17 17 19 - - 17
7 Bandar Lampung 20 83 - 37 - 20
Verifikasi dilakukan di 8 (delapan) kecamatan di Kabupaten Pringsewu
yaiu : kecamatan Pagelaran, Pringsewu, Gading Rejo, Pardasuka, Ambarawa,
Adiluwih, Banyumas dan Sukoharjo. Verifikasi dilakukan terhadap
rekomendasi pupuk N, P dan K dalam sistem informasi Katam dengan cara
mengamati status hara N, P dan K menggunakan perangkat uji tanah sawah
(PUTS). Hasil pengamatan status hara N, P dan K tersebut, digunakan untuk
menentukan dosis pupuk padi sawah di masing-masing kecamatan yang
diverifikasi. Dosis pupuk berdasarkan status hara digunakan untuk merevisi
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 100
atau melakukan perbaikan rekomendasi pupuk yang ada di Sistem Informasi
Katam. Data hasil pengamatan status hara menggunakan perangkat uji tanah
sawah (PUTS), serta rekomendasi pupuk sesuai status hara disajikan pada
Tabel berikut.
Tabel 70. Hasil Pengamatan Status Hara N, P dan K menggunakan Perangkat
Uji Tanah Sawah dan Rekomendasi Dosis Pupuk per Kecamatan di
Pringsewu.
Nama Lokasi
Status Hara dan Dosis pupuk (kg/ha)
Status N
Dosis
Urea
(kg/ha)
Status P
Dosis
SP36
(kg/ha)
Status K Dosis KCl
(kg/ha)
Kec. Pagelaran Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75
Kec. Pardasuka Rendah 300 Rendah 100 Sedang 75
Kec. Sukoharjo Rendah 300 Tinggi 50 Tinggi 50
Kec. Banyumas Rendah 300 Tinggi 50 Tinggi 50
Kec. Adiluwih Rendah 300 Tinggi 50 Rendah 100
Kec. Pringsewu Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75
Kec. Gading
Rejo Rendah 300 Tinggi 50 Sedang
75
Kec. Ambarawa Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75
Data status hara pada Tabel 70 tersebut di atas dijadikan dasar untuk
melakukan perbaikan rekomendasi dosis pupuk pada sistem informasi Katam
terpadu. Perbaikan rekomendasi dosis pupuk dalam sistem informasi Katam
disajikan pada Tabel 71.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 101
Tabel 71. Perbaikan rekomendasi pupuk pada sistem informasi Katam
berdasarkan hasil verifikasi status hara.
Kecamatan
Pupuk Urea
(kg/ha)
Pupuk SP36
(kg/ha) Pupuk KCl (kg/ha)
Lama Baru Lama Baru Lama Baru
Pagelaran 250 300 50 50 50 75
Pardasuka 250 300 50 100 50 75
Sukoharjo 250 300 100 50 50 50
Banyumas 250 300 100 50 50 50
Adiluwih 250 300 100 50 50 100
Pringsewu 250 300 50 50 50 75
Gading Rejo 250 300 50 50 50 75
Ambarawa 250 300 50 50 100 75
Keterangan :
a. ”Lama” adalah rekomendasi dosis pupuk yang sudah tersedia dalam
Sistem Informasi Katam.
b. ”Baru” adalah perbaikan rekomendasi dosis pupuk berdasarkan status
hara tanah.
L. Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS, PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan
Koordinasi tim pembina dan pendamping Upsus PJK dilaksanakan
terutama di 5 kabupaten yang menjadi tanggung jawab BPTP Lampung yaitu
di Way kanan, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Lampung Utara dan
Pringsewu. Tim pembina antara lain Dinas Pertanian kabupaten, BP4K,
Komandan Kodim, Kepala BP3K, Ka UPTD Pertanian, Dinas PU dan instansi
terkait lannya. Dalam koordinasi tersebut antara lain dibahas tentang target
luas tanam di masing-masing kabupaten, permasalahan dalam pelaksanaan
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 102
Upsus PJK dan pemecahannya. Selain dilakukan di tingkat kabupaten,
koordinasi juga dilakukan di tingkat provinsi.
Realiasi tanam padi di Provinsi lampung bulan April s.d. Minggu I
September 2015 mencapai luas 248.607 ha (75,01% dari target MT 2015
seluas 331.440 ha). Luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Provinsi
Lampung tahun 2015 menurut ARAM II 2015 BPS berturut-turut 680.217 ha,
52,57 ku/ha dan 3.641.767 ton. Pengembangan jaringan irigasi dengan
volume kegiatan seluas 22.900 ha secara fisik telah selesai 100%.
Total keringan tanaman padi di Provinsi Lampung berdasarkan laporan
BPTPH Provinsi lampungt tanggal 1 September 2015, terkena kekeringan
seluas 30.705 ha (puso 6.517 ha). Pertanaman yang mengalami kekeringan
terluas terjadi di Kabupaten : Mesuji (7.437 ha), lampung Selatan (5.505 ha),
Lampung Tengah (3.720 ha), Tualnag Bawang (2.832 ha), Pesawaran (2.232
ha), Tulang Bawang barat (1.855 ha), Pesisir barat (1.300 ha), Pringsewu
(1.288 ha, Way kanan (1.101 ha), dan lampung Barat (1.015 ha)
Langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan dalam menanggulangi
dampakm kekeringan antara lain: Pemanfaatan sumber air melalui
optimalisasi pompa air yang ada, mobiliasasi pompa air khususnya pada
derah-daerah yang masih memiliki sumber air, mengajukan usulan
pengadaan pompa air untuk mengoptimalkan sumber air yang ada, dan
diusulkan agar memanfaatkan dana corporate social responsibility (CSR) dan
dan APBD Provinsi Lampung.
M. Koordinasi Pendampingan PUAP
Hasil rekapitulasi RUB Gapoktan PUAP 2015 menunjukkan bahwa 86,09
% digunakan untuk mendukung usaha agribisnis budidaya tanaman dan
ternak, serta 13,91 % untuk mendukung usaha agribisnis non budidaya. Dari
total BLM-PUAP Provinsi Lampung 2015, alokasi dana untuk mendukung
usaha agribisnis budidaya tanaman pangan mencapai 57,80 %, budidaya
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 103
perkebunan 17,68 %, budidaya peternakan 6,66 %, dan budidaya
hortikultura 3,95 %. Alokasi dana BLM-PUAP untuk mendukung kegiatan
agribisnis non budidaya meliputi kegiatan usaha pemasaran hasil pertanian
skala rumah tangga sebesar 11,86 %, usaha industri rumah tangga skala
kecil 1,82 %, dan mendukung usaha lain berbasis pertanian sebesar 0,23 %
dari total dana BLM-PUAP 2014.
N. Agro Sains Park Kebun Percobaan Natar
Sasaran output utama TSP Natar ada 3 yaitu (a) Tersedianya
teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat di lokasi TSP, (b)
Tersedianya pelatihan/ magang bagi penyuluh/TOT, (c) Terpenuhinya
biaya operasional TSP secara mandiri.
Dari hasil diskusi (FGD) dan kajian-kajian inovasi teknologi terdahulu
berkaitan usahatani komoditas yang akan diusahakan maka berbagai jenis
komoditas yang direncanakan untuk diusahakan di TSP Natar berupa
komoditas tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan dan
industri, serta komoditas hasil peternakan. Komoditas potensial tersebut
dipilih yang memberikan prospek keuntungan dalam berbisnis. Komoditas
tersebut secara kajian harus sesuai dan berbasis pada lahan kering masam di
Lampung. Adapun komoditas yang potensial dan jenis produknya yang akan
diusahakan di TSP Natar, Lampung seperti disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 72. Komoditas Terpilih dan Potensial Untuk Diusahakan di TSP Natar, Lampung berbasis Lahan Kering Masam.
No Komoditi Output Komersial Sistem Pengelolaan
A. Tanaman Pangan
1. Padi Benih unggul Produksi/UPBS/Bisnis Display: varietas, amelioran, pupuk , pola tanam
2. Jagung Benih dan pipilan Produksi/UPBS/Bisnis varietas, amelioran, pupuk , pola tanam
3. Kedele Benih unggul Produksi/UPBS/Bisnis varietas
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 104
4. Ubikayu Bibit unggul Display: varietas, pola tanam
B. Tanaman Hortikultura
1. Cabai merah Benih dan buah segar
Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
2. Bawang merah Benih dan umbi Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
3. Sayuran hijau Daun segar Produksi/Display inovasi teknologi
4. Jeruk Buah segar Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
5. Buah Naga Buah segar Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
6. Pepaya dan Nanas Buah segar Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi tumpangsari
C. Tanaman Perkebunan
1. Kopi Bibit (entres), biji kering
Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi, varietas
2. Kakao Bibit (entres), biji kering
Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
3. Lada Bibit, biji kering Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
4. Panili Bibit, produk buah Display inovasi teknologi
D. Peternakan
1. Sapi Bibit,penggemukan, kompos
Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
2. Kambing Unggul Daerah
Susu Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
3. Ayam KUB Telur, daging Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi
4. Pakan Teknologi Produksi/Display inovasi teknologi
Kawasan Taman Sains Pertanian Natar dibangun dengan potensi
lahan kering masam pada areal seluas ±60 ha. Pada tahun 2015
dilaksanakan perencanaan dan pembangunan fisik bangunan sarana
prasarana TSP, serta implementasi teknologi melalui penanaman berbagai
komoditas. Bangunan sarana dan prasarana yang dibangun pada areal depan
kawasan TSP yaitu bangunan kantor, gedung sarana diseminasi/display dan
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 105
gedung Pusat Pelatihan Teknologi Pertanian. Kandang ternak sapi dan ayam
dibangun di areal tengah TSP. Pada areal belakang dibuat pencetakan
embung. Komoditas yang dikembangkan di TSP Natar di antaranya komoditas
tanaman pangan (padi, jagung, kedelai), tanaman hortikultura (cabai,
bawang merah, buah naga, jeruk, salak, nanas, papaya, dan sayuran
lainnya), komoditas tanaman perkebunan (lada, kakao, kopi, vanili, tebu),
tanaman biofarmaka (jahe), tanaman SDG (durian, manggis, alpukat), dan
peternakan (sapi, ayam).
Pembangunan sarana dan prasarana kegiatan TSP Natar saat ini telah
dilaksanakan 100% dengan kontrak yang berakhir per 31 Desember 2015.
Bangunan sarana prasarana dan renovasi yang dilaksanakan pada tahun
2015 yaitu:
- Pembangunan gedung diseminasi dan display
- Pembangunan gedung Pusat Pelatihan Teknologi Pertanian
- Pembangunan kandang ternak dan rumah pakan
- Pembangunan rumah kasa (screen house)
- Pembuatan instalasi biogas
- Pembangunan rumah kompos
- Pembangunan rumah jaga
- Pembangunan pintu gerbang, gardu pandang
- Pembangunan kandang ayam, pagar kandang, ruang pakan jaga dan
pengolahan
- Pembangunan bak penampungan air
- Pembuatan saung tani
- Renovasi gedung sarana ibadah
- Renovasi ruang kantor manager dan pegawai
- Renovasi bangunan pascapanen
- Renovasi gudang penyimpanan
- Renovasi lantai jemur
- Renovasi green house
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 106
- Pencetakan embung
- Pembuatan jaringan system irigasi dan drainase
- Rehabilitasi jalan lokasi TSP
Sosialisasi dan diseminasi TSP yang telah dilakukan sampai saat ini
antara lain:
- Acara FGD mengundang dinas dan seluruh karyawan BPTP Lampung.
Acara ini merupakan acara sosialisasi kegiatan TSP.
- Acara FGD Progres TSP dilaksanakan dengan mengundang dinas/instansi
terkait antara lain Dinas Pertanian Provinsi Lampung, Balitbangnovda
Provinsi Lampung, Bakorluh, Perguruan Tinggi dari Universitas Lampung
dan Politeknik Negeri Lampung. Respon dinas/instansi terkait sangat
positif menyambut dibangunnya TSP di Lampung. Beberapa masukan
terkait perkembangan TSP dan kerjasama antar instansi disampaikan
dalam pertemuan ini.
- Diseminasi melalui media elektronik yaitu liputan dari TVRI mengenai
seluk beluk dan progress TSP Natar, bangunan dan kegiatan teknis TS.
Dalam acara ini turut diwawancarai beberapa penanggung
jawab/koordinator lapangan kegiatan TSP, termasuk kegiatan hortikutura
dan peternakan. Acara ini telah ditayangkan selama 4 hari berturut-turut
di TVRI Lampung.
Kunjungan ke lokasi TSP Natar sampai saat ini adalah dari tamu pusat dan
daerah, berupa kunjungan dalam rangka sosialisasi TSP dan monitoring
kemajuan/perkembangan TSP. Kegiatan pelatihan sampai saat ini belum
dilaksanakan karena bangunan dan sarana diseminasi baru selesai
pembangunannya pada Desember 2015. Rencana untuk kegiatan pelatihan
dan diseminasi akan diintensifkan pada tahun 2016.
O. UPBS PADI
Untuk menghasilkan benih padi unggul sebesar 76 ton, telah
dilakukan penangkaran di empat Kabupaten seluas 80 ha, namun 2ha gagal
panen karena kebanjiran. Penanaman dimulai Januari-Juni 2015 dengan
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 107
rincian luasan penangkaran berdasarkan varietas dan kelas benih yang
diproduksi masing-masing lokasi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 73. Lokasi dan luas penangkaran varietas padi, kegiatan UPBS 2015 Varietas/Kelas Benih
Padi Bermutu Lokasi dan Luas Penangkaran (ha)
Lampung Tengah
Lampung Timur
Tanggamus KP Natar Lpg-Sel.
Kelas FS : Inpari 26 Inpari 29 Inpari 30 Inpari 31 Inpari 32 Inpari 33 Inpara 2
2 1 1 1 1 1 1
Kelas SS:Inpari 10 Inpari 22 Inpari 23 Inpago 8 Situ Bagendit
10 5 1 0
11 5 5 11
19 1
2* 0,5 1,5
Jumlah (ha) 24 32 20 4
*) Kebanjiran: Fuso Gagal panen
Kondisi Pertanaman.
Kegiatan produksi benih padi UPBS BPTP Lampung 2015 sudah
dilakukan penanaman pada ketiga kabupaten (Lampung Timur, Lampung
Tengah, dan Natar-Lampung Selatan) seluas 80 ha. Penanaman yang di
Tanggamus 20 ha dilakukan paling akhir yaitu baru tanam pada Juli 2015.
Pertumbuhan tanaman di Lampung Timur dan Lampung Tengah cukup baik,
namun yang di KP Natar- Lampung Selatan dua ha varietas Inpari 23
tergenang/kebanjiran (tidak dapat terselamatkan) sehingga fuso gagal
panen, sedangkan yang padi gogo (Inpago 8 dan Situ Bagendit) yang
ditanam di lahan kering pertumbuhan tanaman juga kurang baik
Produksi Benih Padi
Untuk pencapaian target prduksi 36 ton diproduksi pada 36 ha di
lahan petani Lampung Timur dan Lampung Tengah, dan tinggal 2 ha dari
Kebun Percobaan Natar, yang sudah panen menghasilkan calon benih dan
menjadi benih baru 37 ha, 12 ha pertanaman di Lampung Timur, 23 ha
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 108
pertanaman di Lampung Tengah, dan 2 ha dari KP Natar- Lampung Selatan
yang 2ha tidak panen (kebanjiran). Rata-rata hasil prosesing calon benih
yang dihasilkan di Lampung Timur dan Lampung Tengah, menghasilkan
benih sebanyak 70% yang siap disertifikasi, kecuali yang dihasilkan dari KP
Natar-Lampung Selatan masih dibawah 60% (Tabel 4). Berdasarkan produksi
benih yang ditargetkan pada tahap I (36 ton), hasil ini (36804kg atau 36,804
ton) sebenarnya sudah memenuhi target, terutama untuk benih kelas FS
sebesar 7403 kg dari 6000 kg yang ditargetkan, namun sesudah prosesing dan
hasil uji laboratorium oleh BPSB menjadi 23,347ton(Tabel 74).
Tabel 74. Hasil benih padi dari prosesing calon benih yang dihasilkan kegiatan UPBS untuk pencapaian target 36 ton benih per Juni 2015.
Penangkaran
VUB Padi
Hasil Prosesing Benih
Calon
Benih(kg)
benih yang disertifikasi(kg)
Persentase hasil benih
yang disertifikasi(%)
Di Lampung Tengah
Inpari 26 (2 ha) Inpari 29 (1 ha)
Inpari 30 (1 ha) Inpari 31 (1 ha)
Inpari 32 (1 ha)
Inpari 33 (1 ha) Inpari 10 (10 ha)
Inpari 22 (5 ha)
Inpari 23 (1 ha)
Inpara 2
2436 300
1791 518
1381
977 10 843
4437
558
677
1601 223
1001 353
955
769 9513
(yg lulus 5599) 2191(TL)
237
542
65,72 74,33
55,89 68,15
69,15
78,71 87,73
49,38
42,47
80,06
kDi Lampung Timur
Inpari 10 (1ha) Inpari 23 (1ha)
Inpago 8 (10 ha)
1004 1034
10375
720 710
7520
71,71 68,66
72,48
Rata-rata: 70,95%
Di KP Natar-
Lampung Selatan
Inpago (0,5ha) SituBagendit(1,5ha)
473 1012
231 700
48,83 69,17
Rata-rata: 59%
Total 36804 23.347 63,44
Peningkatan Produk Benih 40 ton
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 109
Penambahan target produksi 40 ton benih kelas SS dilakukan
penangkaran seluas 40 ha pada dua lokasi, yaitu 20 ha di Lampung Timur(Desa
Tanjung Intan Kecamatan Purbolinggo) dan 20 ha di Tanggamus (Desa
Penantian Kecamatan Pulo Panggung). Berdasarkan tambahan target produksi
benih yang ditargetkan (40 ton), hasil yang dicapai dan menjadi bagian untuk
UPBS BPTP sekitar 37 ton, sejumlah 3 ton tidak tercapai karena hampir tiga ha
tanaman varietas Inpari 10 fuso diserang hama tikus tidak lulus uji lapang
ketiga. Namun masih ada yang disimpan di petani kelompok penangkar sekitar
7 ton, yaitu 4 ton dari kelompok tani Ngudi Makmur satu, penangkar di
Lampung Timur dan 3 ton dari kelompok tani Mekar Mukti, penangkar di
Tanggamus. Dari 37 ton calon benih bagian BPTP, diprosesing menjadi benih
yang untuk disertifikasi hanya mencapai 30.266 kg yang di UPBS BPTP atau
sekitar 30 ton, dan 7000 kg atau 7 ton lulus ,dikelola petani, total menjadi
37.266 kg (Tabel 75).
Tabel 75. Hasil benih padi dari prosesing calon benih yang dihasilkan kegiatan UPBS untuk pencapaian penambahan target produksi sebesar 40 ton
benih per November 2015.
Penangkaran
VUB Padi
Hasil Prosesing Benih
Calon Benih(kg)
benih yang disertifikasi(kg)
Persentase hasil benih yang disertifikasi(%)
Di Lampung Timur (Tanjung Inten-Pur)
Inpari 10 (10 ha)
Inpari 22 (5 ha)
Inpari 23 (4 ha)
Inpago 8 (1 ha)
6.677
5.333
4.016
1.015
5.221
4.000 Di petani 2.000
3.450 Di petani 2.000
787
78,19
75,00
80,00
77,54
Rata-rata: 77,68%
17.041 13.231+4.000
Di Tanggamus
Inpari 22 (19 ha)
Inpari 23 (1ha)
19.030
1.010
16.175 Di petani 2.000
860 Di petani 1.000
85,00
85,15 Rata-rata: 85,08%
20.040 17.035+3.000
Total 37.081* 30.266*
7.000 di petani
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 110
*). Benih Bagian UPBS BPTP Lampung, masih ada 7 ton ada dan dikelola petani (peserta kerjasama penangkaran benih padi)
Distribusi Benih
Produk benih sumber yang dihasilkan didistribusikan dalam bentuk
komersiel (dijual untuk sumber PNBP), dan utamanya adalah didiseminasi/
disebar luaskan sebagai benih bantuan. Diseminasi menyebar luaskan
/mengenalkan varietas – varietas unggul baru padi hasil penelitian Badan
Litbang Pertanian, yaitu padi Inpar (padi irigasi)i, Inpara (padi rawa) ,dan
Inpago(padi gogo). Berdasarkan produk benih hasil kegiatan tahun 2015 telah
terdistribusi selain menyebar di lokasi penangkaran (Lampung Tengah,
Lampung Timur,Tanggamus), dan di luar penangkaran, juga sampai ke luar
Provinsi Lampung, yaitu Bangka Belitung, dan Jawa Timur (Tabel 76).
Tabel 76. Produksi dan Distribusi Benih Sumber Padi Produk UPBS 2015
Varietas Benih Sumber Padi
Produk Target 36t (kg)
Produk Target 40 t (kg)
Keterangan Distribusi Benih (kg)
Inpari 10 6314 3914 (TL)
5231 1100 Pemda Babel, 810PetaniTegineneng. 625Petani Tanggamus
Inpari 22 2191(TL) 4000+ 2000 di petani 16.175+2000dipetani
2000Petn. Tanggamus 2000Petani L.Timur 90Petani L. Tengah, 20 Petani L. Selatan
Inpari 23 947 3217+ 2000 di petani 860 +1000 di petani
640 Pemda Babel, 110PetaniL. Tengah. 1070Petn.Tanggamus,2000 Petani L. Timur
Inpari 26 1601 160PetaniL. Selatan
Inpari 29 223 150Petn.Tl. Bawang 70Petani Pesawaran
Inpari 30 1001 160 Petani L. Selatan 25Petani Pringsewu. 25Petani TL.Bawang, 365 Ptn. Tanggamus
Inpari 31 353 15 Ptn. Tanggamus 15 Petani L.Tengah, 30 Petani L. Selatan
Inpari 32 955 (TL) -
Inpari 33 769 60 PetaniTanggamus 15
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 111
Petani L. Tengah
Inpara 2 542 50 Mandiri Bnh TUBA,
Inpago 8 7751 787 7100 Pemda Babel, 600PetaniJawa Timur 540Petani L. Selatan, 288 Petani L. Timur
Situ Bagendit 700 300Petani Jawa Timur, 100PetaniL. Selatan. 15 Display di BPP
Keterangan: TL= Tidak Lulus
Distribusi Komersil
Benih yang didistribusikan secara komersil/dijual sebagai sumber PNBP
BPTP Lampung Tahun 2015, antara lain berupa sisa produk benih 2014 telah
habis dan termasuk didistribusi pada Tahun 2015 , sebagian untuk diseminasi
dan yang sebagian lainnya untuk komersil menjadi sumber PNBP sebesar Rp.
9.575.000,-, terdiri atas: 210kg Inpari 10(FS) , dari kelas SS: 20kg Inpari 22,
240kg Inpari 23, 230kg Inpari 10, 140kg Inpari 19,50 kg Inpari 22, untuk kelas
ES, adalah : 160kg Inpari 10, 5 kg Inpari 13, 25kg Inpari 15, dan 375 kg Inpari
30. Sedangkan produk benih UPBS 2015 yang sudah didistribusikan adalah
benih kelas SS hasil penangkaran yang di Kabupaten Lampung Timur, yaitu :
Inpari 10 sebesar 700 kg, Inpari 23 sebesar 600 kg, dan Inpago 8 sebesar 6700
kg, dengan total 8000 kg telah terdistribusi dan dibeli oleh petani di Bangka-
Belitung sebagai PNBP sejumlah Rp. 48.000.000,- (Empat Puluh Delapan Juta
Rupiah). Juga pada tanggal 21 Sepetember 2015, telah terjual 400kg Inpari
10(SS), 400kg Inpago 8 (SS), dan 325kg Inpago 8 (FS) sebagai PNBP sejumlah
Rp. 7.725.000,-. Sehingga total PNBP dari UPBS Padi Tahun 2015 sebesar Rp.
65.300.000,-.
P. UPBS KEDELAI
Semua produksi benih sumber kedelai lulus sertifikasi Benih Pokok
(Stock Seed) dari BPSB Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung.
Varietas Panderman tidak lulus sertifikasi lapang karena pertumbuhan
tanaman rentan hama dan penyakit kedelai.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 112
Dari luas tanam kedelai seluas 22,75 hektar pada musim tanam April -
September, setelah dipanen menghasilkan produksi benih sumber kelas Benih
Pokok sebanyak 22.375 kg. Rincian produksi benih sumber menurut varietas
dan lokasi seperti Tabel dibawah ini.
Tabel 77. Produksi benih sumber menurut varietas dan lokasi
Ha % Ha % Ha % Ha %
1 Grobogan 5,250.00 67.74 2,000.00 25.81 500.00 6.45 7,750.00 100.00
2 Anjasmoro 14,625.00 100.00 - - - - 14,625.00 100.00
19,875.00 88.83 2,000.00 8.94 500.00 2.23 22,375.00 100.00
88.83 8.94 2.23 100.00 %
TotalNo. Varietas
KP. Natar KP. Tegineneng Masgar
Jumlah
Dari luas tanam 22,75 hektar dihasilkan produksi benih sumber
sebesar 22.375 kg. Hal ini berarti tingkat produktivitas lahan untuk
menghasilkan benih sumber kedelai musim tanam kemarau I (April-Juni)
sebesar 983,52 kg/ha atau 98,35 % dari target produksi benih sumber
kedelai sebesar 1.000 kg/ha. Tidak tercapainya target produksi per satuan
luas ini karena selama masa pertumbuhan tanaman kedelai mengalami
cekaman kekeringan. Selain itu ada ada masih ada penanaman kedelai di
Bulan November-Desember 2015. Keterlambatan tanaman disebabkan kondisi
kekeringan yang panjang.
Q. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan Ternak Kambing
1. Peningkatan produktivitas ubikayu
Peningkatan produktivitas ubikayu dilakukan melalui pembuatan
demplot ubikayu yang telah dilakukan di lahan milik petani dengan dengan
luasan 0,5 ha. Inovasi teknologi yang diaplikasikan adalah sistem tanam
double row, penggunaan varietas unggul UJ-5, dan pemupukan per hektar
(200 kg Urea + 250 kg NPK Phonska + 5 ton pupuk kandang).
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 113
Tabel 78. Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi demplot ubikayu
Perlakuan Tinggi
Tanaman
(cm)
Berat
Brangkasan
(kg)
Jumlah
Umbi
(bh)
Panjang
Umbi
(cm)
Diemeter
Umbi
(cm)
Berat
Umbi/
Pohon (kg)
Produkti-
vitas
(kg/ha)
Pening-
katan
(%)
Cara
Petani
180,0 b 710,0 a 8,0 a 21,9 a 4,3 b 1.100 a 20.408 a -
Teknologi
Anjuran
212,0 a 2150 b 22,5 b 26,78 b 3,1 b 2.672 b 29.926 b 46,64
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf 5% dengan T-test.
Perbedaan nilai rata-rata terhadap komponen hasil ubikayu tersebut
diduga karena penerapan jarak tanam yang sangat rapat oleh petani,
sehingga tanaman kekurangan cahaya matahari dan menyebabkan tanaman
berkompetisi dalam mendapatkan cahaya, dan menyebabkan kurangnya
kemampuan tanaman untuk menyerap pupuk yang diberikan. Akibatnya
tanaman lebih banyak menghasilkan pertumbuhan vegetatif (daun dan
batang) dibandingkan dengan pertumbuhan generatif untuk menghasilkan
umbi.
2. Instalasi Biogas
Pembangunan instalasi biogas telah dilaksanakan dengan
memanfaatkan 3 kolam pembuangan limbah cair Ittara yang ada di lokasi
kegiatan dengan total luas ± 2.000 m2. Pembuatan mengunakan alat berat
(buldozer/bego), dan bahan terpal plastik tambak, paralon, semen, dan lain-
lain. Kondisi saat ini gas sudah bisa dimanfaatkan tetapi oven yang digunakan
untuk pengering tapioka akan dibuat oleh pemilik Ittara pada awal Agustus
2015.
Manfaat utama biogas adalah sebagai bahan bakar oven pengering
tapioka terutama saat musim hujan. Sebelumnya, pada saat musim hujan
(lebih kurang 3 bulan) pabrik Ittara tidak operasional karena tidak ada alat
pengering selain matahari. Jika ada matahari dan diselingi hujan maka akan
menghasilkan tapioka dengan mutu yang rendah (KW 3 atau KW 4). Jika
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 114
dalam sehari pabrik Ittara mengolah 50 ton ubikayu basah, maka dalam 3
bulan (90 hari) dapat mengolah ubikayu 4.500 ton yang berasal dari petani.
Sebelum adanya kegiatan bioindustri, pada saat musim hujan pabrik
Ittara hanya berproduksi maksimal 15 kali/bulan dengan kualitas hasil tapioka
KW-3 (harga Rp.5.800/kg), sedangkan setelah menggunakan oven biogas
dihasilkan tapioka dengan kualitas KW-1 (harga Rp.6.200/kg), sehingga
diperoleh nilai efisiensi ekonomi sebesar Rp. 36.000.000/bulan. Tenaga kerja
yang digunakan sbelumnya adaalah 20 orang, dan setelah digunakan oven
biogas menjadi lebih efisien yakni 8 orang, sehingga diperoleh nilai efisiensi
ekonomi sebesar Rp. 9.000.000. Sebelum adanya kegiatan bioindustri, pada
saat musim hujan yang ekstrim (diperhitungkan 5 hari/sebulan), pabrik Ittara
tidak beroperasi karena tidak ada matahari, tetapi setelah digunakan oven
biogas mampu menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp. 186.000.000.
Sehingga, total nilai ekonomi yang dihasilkan dari penggunaan oven
berbahan baku biogas limbah cair tapioka sebesar Rp. 231.000.000.
Tabel 79. Nilai Ekonomi pemanfaatan biogas disajikan pada tabel berikut : Uraian Frekwensi
Produksi (hari/bln)
Sebelum Bioindustri Setelah Bioindustri Efisiensi Biaya (Rp)
Spesifi-kasi
Satuan (Rp/kg)
Nilai (Rp/kg)
Spesifi- kasi
Satuan (Rp/kg)
Nilai (Rp/kg)
Produksi saat
hari hujan
(6000 kg/ hari)
15 KW-3 5.800 522.000.000 KW-1 6,200 558,000,000 36.000.000
Tenaga Kerja
(OH)
15 20 OH 50.000 15.000.000 8 OH 50.000 6.000.000 9.000.000
Produksi full
hari hujan
(6000 kg/ hari)
5 0 0 0 KW-1 6.200 36,000,000 186.000.000
Total (Rp) 231.000.000
Sumber : Hasil wawancara dengan pemilik Ittara, 2015.
3. Pemanfaatan biomassa ubikayu untuk pakan ternak silase
Pembuatan pakan silase menggunakan biomassa ubikayu dengan
memanfaatkan limbah daun ubikayu yang diberikan beberapa zat aditif
seperti limbah padat Ittara seperti onggok dan pecahan ubikayu dan dedak,
dan diberi garam, dan pembuatan kompos. Kegiatan diikuti oleh anggota
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 115
kelompoktani (3 keltan) yang langsung melakukan kegiatan tersebut. Pada
kegiatan ini juga dilakukan kegiatan super impose (penelitian) penambahan
beberapa zat additif pada daun ubikayu untuk pakan silase. Kegiatan
pembuatan kompos dilakukan untuk memanfaatkan limbah pertanian yang
banyak di desa Muara Jaya yang selama ini dibiarkan sehingga menimbulkan
polusi sampah dan bahaya kebakaran pada musim kering. Limbah daun
tanaman tersebut dibuat kompos dengan menambah dekomposer EM4 untuk
membantu proses penguaraian limbah daun menjadi kompos. Kegiatan ini
dapat membantu petani dalam efisiensi pemupukan dan kesulitan
mendapatkan pupuk kimia untuk pertumbuhan ubikayu dan tanaman lainnya.
Tabel 80. Pemanfaatan biomassa daun ubikayu untuk pakan ternak silase pada ternak kambing.
No. Uraian Jumlah
1 Berat pucuk ubikayu (kg/pohon) 0,116
2. Jarak tanam ubikayu (cm x cm) 70 x 60
3. Luas kepemilikan ubikayu (ha/KK) 0,5
4. Kepemilikan ternak kambing (ekor/KK) 5
5. Jumlah kebutuhan pakan silase (kg/ekor/hari) 3
6. Frekwensi pemberian pakan (hari/5 ekor) 92,06
Sumber : Data olahan, 2015
R. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Ternak Sapi di Lampung
1. Potensi Petanian Bioindustri Padi Dari Segi Teknis, Lingkungan, Ekonomi dan Sosial
Poncokresna adalah salah satu desa di Kecamatan Negerikaton.
Jumlah penduduk usia kerja (18-56 tahun) 2.682 orang. Dari jumlah tersebut
1.239 bermata pencaharian pokok sebagai petani dan 729 orang sebagai
buruh tani, sedangkan sisanya bekerja sebagai pedagang, pegawai swasta
dan pegawai negeri (PNS). Jumlah Kepala keluarga (KK) yang ada di Desa
Poncokresna 1610 KK. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat di Desa Poncokresna bekerja dibidang pertanian.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 116
Data profil Desa Poncokresna menunjukkan bahwa penguasaan lahan
sawah oleh petani di Desa Poncokresna rata-rata seluas 0,24 ha, sedangkan
rata-rata penguasaan lahan kering seluas 0,44 ha (Tabel 4). Berdasarkan
hasil survey, 96,67% petani responden memiliki lahan sawah tadah hujan
dengan rata-rata luas sawah 0,45 ha, sedang petani yang memiliki lahan
sawah dan lahan kering sebanyak 60% dengan rata-rata luas penguasaan
lahan kering adalah 0,66 ha. Petani yang tidak memiliki lahan, baik lahan
sawah maupun lahan kering sebanyak 3,33%. Petani ini menggarap lahan
sawah milik orang lain dengan sistem sakap (bagi hasil). Bila dibandingkan
data statistik dan data hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar lahan
sawah adalah milik petani.
Tabel 81. Potensi Desa Poncokresna, Kecamatan Negerikaton
Penguasaan lahan
(ha)
Luas lahan
(ha)
petani (orang)
Sawah
Lahan kering
0,24
0,44
379
708
Jumlah 0,68 10640 1239
Sebagian besar petani responden di Desa Poncokresna memelihara
ternak, dengan jenis ternak yang dipelihara meliputi ternak ruminansia
(ternak sapi, dan kambing), dan unggas (itik dan ayam). Populasi ternak di
Desa Poncokresna 1.034 ekor sapi, 1.656 ekor kambing, 5.216 ekor ayam
dan 120 ekor bebek.
Tabel 82. Populasi ternak di Desa Poncokresna
Jenis Ternak Populasi ternak (ekor)
Sapi
Kambing
Ayam
Bebek
1.034
1.656
5.216
120
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 117
Kelompok tani dan ternak yang terlibat pada kegiatan Bioindustri padi
di Desa Poncokresna Kecamatan Negerikaton, Kabupaten Pesawaran pada
tahun 2015 adalah Kelompok Harapan Jaya, Kelompok Tunas Harapan,
Kelompok Sedia Rukun dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati.
2. Pemanfaatan limbah tanaman dan ternak
Jerami padi belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani, dari 17
responden yang memiliki sapi, hanya 17,65% yang memanfaatkan jerami
kering untuk pakan. Selebihnya membiarkan jerami dilahan dan jerami
tersebut sebagian dimanfaatkan oleh petani lain untuk pakan atau mulsa
tanaman semangka. Hasil pengamatan lapang masih ada petani di desa
Poncokreno yang melakukan pembakaran jerami. Belum ada petani yang
memanfaatkan jerami untuk kompos.
Limbah ternak juga belum dimanfaatkan secara optimal. Kotoran
ternak bercampur sisa pakan banyak berserakan dekat kandang. Hanya
sebagian kecil saja yang sudah melakukan pembuatan pupuk organik.
Selain limbah jerami, ada limbah bekatul dan sekam yang belum
optimal pemanfaatannya. Untuk limbah bekatul sudah dimanfaatkan untuk
pakan ternak, tapi belum optimal dalam arti nilai gizi dari bekatul tersebut
masih dapat ditingkatkan dengan mencampur bahan-bahan lain sehingga
memenuhi nilai gizi yang dibutuhkan ternak. Sekam sebagian sudah
dimanfaatkan untuk alas kandang ternak, atau untuk bahan bakar dalam
industri genteng/bata, sehingga masih ada sekam yang belum
termaanfaatkan.
3. Peningkatan produksi padi dan pemanfaatan limbah tanaman dan ternak untuk kompos dan pakan ternak Peningkatan produksi padi.
Peningkatan produksi padi dilakukan dengan menerapkan pendekatan
PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu), dan teknologi yang diterapkan
diantaranya teknologi pupuk organik (pupuk kandang 2 ton/ha), pemupukan
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 118
berimbang (dosis berdasarkan PUTS, 175 kg urea/ha, 250 kg phonska/ha dan
15 KCl/ha) dan penggunaan varietas unggul baru (Inpari 10 dan Inpari 30).
Kegiatan ini melibatkan 40 orang petani pada lahan seluas 15 ha, dengan
perlakuan pupuk organik dan pupuk berimbang diterapkan oleh seluruh
petani dan yang berbeda hanya penggunaan varietas yaitu 26 petani
menanam varietas Inpari 10 dengan luas 7,5 ha dan 24 petani menanam
varietas Inpari 30 dengan luas 7,5 ha.
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas jerami dan gabah
26,42 kg per ubinan seluas 12,5 m2 atau setara dengan 21.133 kg/ha untuk
varietas Inpari 30 dan 24,68 kg/ubinan yang setara dengan 19.744 kg/ha
untuk varietas Inpari 10. Bila dibandingkan dengan varietas Ciherang
(varietas yang banyak ditanam petani) produktivitas kedua varietas Inpari
yang dikaji lebih tinggi. Produktivitas jerami dan gabah varietas Ciherang
hanya sebesar 19,15 kg/ubinan atau setara dengan 15.320 kg/ha. Produksi
gabah varietas Inpari 30 adalah 5.943,7 kg/ha, Inpari 10 sebesar 5.856,5
kg/ha dan varietas Ciherang 4.200 kg/ha. Produksi gabah dan jerami pada
musim kemarau disajikan pada Tabel 83.
Tabel 83. Produksi gabah dan jerami pada musim kemarau
No. Varietas Produktivitas (kg/ha)
Gabah dan jerami gabah jerami
1. Inpari 30 21.133,3 5.943,7 15.189,6
2. Inpari 10 19.740,9 5.856,5 13.884,4
3. Ciherang 15.320,0 4.200,0 11.120,0
4. Pemanfaatan limbah tanaman dan ternak untuk kompos dan pakan ternak. Limbah tanaman dan ternak sapi dimanfaatkan untuk kompos dan
pakan ternak. Kompos dibuat dari jerami yang didekomposisasikan dengan
bioaktivator Promi. Kompos dibuat dari bahan jerami, jerami + kotoran sapi
dengan perbandingan 1 : 1 dan kotoran sapi. Kompos jerami yang dibuat
petani kurang baik, karena kondisi bahan selama proses dekomposisi kurang
air dan tidak tersedia air (kekeringan) sehingga kompos jerami yang jadi
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 119
hanya di bagian tengah ke bawah saja sedangkan di bagian tengah ke atas
jerami kering dan tidak terjadi proses perombakan. Hasil analisis hara
menunjukan bahwa jerami mengandung C-organik yan tinggi dibandingkan
kotoran sapi dan jerami + kotoran sapi, demikian pula dengan N total. P-
total tertinggi ditunjukkan perlakuan jerami + kotoran sapi dan K-total
tertinggi terlihat pada perlakuan jerami. Kandungan hara pada kompos
disajikan pada tabel 84.
Tabel 84. Kandungan hara pada kompos
No. Hara
Nilai
Jerami Kotoran sapi Jerami + kotoran
sapi
1. C-Organik
(%)
29,80 25,50 20,77
2. Nitrogen (%) 1,06 0,82 0,89
3. C/N 28,11 31,10 23,34
4. P2O5 total (%) 0,52 0,55 0,62
5. K2O total (%) 1,45 1,43 1,40
Keterangan: Dianalisis di Laboratorium Tanah BPTP Lampung
Selain untuk kompos jerami padi dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Jerami padi terlebih dahulu difermentasikan dengan menggunakan probiotik
starbio. Hasil pengamatan ternak sapi rata-rata berat awal : Perlakuan (A)
195,75 kg, (Perlakuan B) 184,88 kg, (Perlakuan C) 259,5 kg, (Perlakuan D)
222,75 kg , (Perlakuan E) 185,83 kg, (Perlakuan F) 246,12 kg), dan
(Perlakuan G) 231,33 kg. Data pertambahan berat badan ternak ternak sapi
yang diberi perlakuan Pakan Jerami, hijauan pakan ternak, dan konsentrat
(selama 70 hari) disajikan pada table di bawah ini :
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 120
Tabel 85. pertambahan berat badan ternak ternak sapi yang diberi perlakuan Pakan Jerami, hijauan pakan ternak, dan konsentrat (selama 70 hari)
Parameter Perlakuan
A B C D E F G
Berat badan awal (kg)
Berat badan Akhir (kg)
PBBH/kg/ekor/hari
195,75
207
0,16
184,88
221,83
0,52
259,5
277
0,25
222,75
235
0,17
185,83
231
0,64
246,12
274,5
0,40
231,33
240,5
0,13
Pemeliharaan ternak sapi pada kegiatan Bioindustri mengalami
kendala kekurangan air karena musim kemarau dan lokasi tersebut termasuk
lokasi yang susah air, sehingga ternak yang dipelihara mengalami kesulitan
air sehingga berpengaruh terhadap pertambahan berat badan sapi.
Hasil analisa ekonomi dari pemeliharaan ternak sapi terlihat bahwa
perlakuan E yaitu : pemberian jerami/rumput dengan penambahan
konsentrat sebanyak 2 kg dapat memberikan keuntungan sebanyak Rp.
21.647/ekor/hari (perlakuan E) dengan RC/ratio 2,78, dan perlakuan
pemberian jerami fermentasi dengan penambahan 2 kg konsentrat
(perlakuan B) dengan keuntungan sebesar Rp. 16.322/ekor/hari dengan
RC/ratio 2,70 , dibandingkan dengan perlakuan pemberian hijauan (kontrol)
cara petani.
Tabel 86. Analisis ekonomi usaha ternak sapi – padi, Keg. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Berbasis Integrasi Tanaman Padi – Ternak Sapi di Lampung. No Uraian A B C D E F G
1. Pakan Hijauan (Rp/ekor/hari) 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500
2. Konsentrat (Rp/ekor/hari) 2584 5.168 7.752 2.584 5.168 7.752 -
3. Upah kerja(Rp/ekor/hari) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
Total Biaya (Rp/ekor/hari)
10.084 12.668 15.252 10.084 12.668 15.252 7.500
4. Hasil kenaikan BB (kg/ekor/hari)
8.000 26.000 12.500 8.750 32.000 20.000 6500
5. Penjualan kompos/kg 2.910 2.990 3.285 2.420 2.315 2.550 2.115
6. Keuntungan/(Rp/ekor) 826 16.322 3.285 1.086 21.647 2.550 1.115
7. R/C ratio 1,08 2,28 1,03 1,10 2,70 1,47 1,14
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 121
5. Pembuatan produk dari bahan baku limbah penggilingan padi
Bahan baku limbah penggilingan padi yang digunakan adalah sekam
dengan produknya “Briket arang sekam”. Kadar energi arang briket yang
dihasilkan sudah cukup baik, namun karena kadar air yang masih tinggi dan
kekerasan yang masih rendah, menyebabkan arang briket yang dihasilkan
masih agak sulit untuk dibakar. Sehingga ketika dilakukan aplikasi masih
menggunakan pengumpan tongkol jagung dan daun kelapa kering untuk
membakar arangnya. Selain itu pemanfaatan arang briket yang dihasilkan
juga belum efektif, karena arang mudah hancur menjadi abu, sehingga panas
yang dihasilkan tidak optimal.
Tabel 87. Kadar energi arang briket yang dihasilkan (kal/g)
Perlakuan Energi
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
Ma 3.653,77 2.945,56 3.096,84
Mb 3.882,43 3.228,11 3.343,20
Mc 3.995,32 3.175,86 3.107,36
Aa 3.303,70 1.735,84 3.005,79
Ab 4.012,83 3.479,29 2.908,77
Ac 3.320,29 3.432,47 3.308,34
Keterangan: M = Press secara manual A = Press menggunakan alat a = Penambahan tapioka 5% b = Penambahan tapioka 10% c = Penambahan tapioka 15% Aplikasi penggunaan arang briket dilakukan dengan merebus 1 liter
air. Dari hasil pengematan diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang
nyata untuk waktu perebusan dari arang briket yang dipress secara manual
dan menggunakan alat. Namun karena kekerasan arang yang rendah,
menyebabkan arang mudah hancur dan banyak yang terbuang menjadi abu.
Tabel 88. Pembuatan Briket Cara Manual
Perlakuan Berat Briket (kg)
Masuk (pk) Mendidih (pk)
Sisa arang (kg)
Abu (kg)
5% 0,500 10.12 10.23 0,170 0,075
10% 0,500 10.32 10.51 0,365 0,050
15% 0,500 11.06 11.25 0,320 0,050
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 122
Tabel 89. Pembuatan Briket Cara Alat
Perlakuan Berat Briket (g)
Masuk (pk) Mendidih (pk)
Sisa arang (kg)
Abu (kg)
5% 0,500 11.37 11.57 0,250 0,090
10% 0,500 12.46 12.56 0,280 0,040
15% 0,500 13.12 13.45 0,280 0,040
VI. MONITORING
Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) atau pengendalian merupa-
kan salah satu fungsi manajemen dalam bentuk kontrol yang pada dasarnya
dapat dilakukan melalui pendekatan secara langsung dan tidak langsung.
Pendekatan secara langsung dilakukan melalui pemeriksaan kegiatan ke
lokasi tempat kegiatan dilaksanakan dengan melakukan perbandingan antara
rencana yang tertulis dalam dokumen (proposal) dengan realita (seharusnya)
berdasarkan norma dan ketentuan yang berlaku. Pendekatan secara tidak
langsung dilakukan melalui evaluasi/verifikasi atas laporan yang disampaikan
oleh pelaksana baik secara reguler maupun temporer.
Dasar hukum pelaksanaan monitoring dan evaluasi BPTP Lampung
adalah Peraturan Menteri Pertanian No. 31 Tahun 2010 tentang Pedoman
Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian;
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern, Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/TU.200/3/2008
tentang Pedoman Penyusunan dan Evaluasi Proposal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Secara garis besar tujuan kegiatan monev adalah untuk melakukan
perbaikan-perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan litkaji
dan diseminasi hasil litkaji BPTP Lampung. Dengan demikian, kegiatan
evaluasi diperlukan dan dilaksanakan untuk mempertajam dan meningkatkan
kinerja BPTP. Hasil monev akan memfasilitasi keterbukaan dan penyediaan
informasi penting yang dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan
untuk perbaikan program litkaji di BPTP Lampung.
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 123
VII. KENDALA
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian dan
diseminasi tahun 2015 mencakup berbagai aspek sebagai berikut:
(1) Belum optimalnya fasilitas serta belum memadainya sarana dan
prasarana sehingga kualitas hasil beberapa pengkajian dan diseminasi
belum sesuai dengan yang diharapkan,
(2) Sebagian peneliti dan tenaga pendukung teknis belum memenuhi
persyaratan kompetensi. Oleh karenanya diperlukan pelatihan bidang
yang spesifik, khususnya bagi tenaga peneliti pemula,
(3) Iklim (terutama kekeringan/kemarau) dan serangan hama/penyakit
menyebabkan beberapa kegiatan tidak memberikan hasil yang optimal
seperti yang diharapkan.
VIII. PENUTUP
BPTP Lampung sebagai salah satu lembaga penelitian, telah
melakukan berbagai upaya dan kegiatan sebagaimana tugas dan fungsi
yang diemban berdasarkan aturan dan mekanisme kegiatan pada suatu
lembaga penelitian lingkup Kementerian Pertanian. Landasan pelaksanaan
kegiatan dan manajemen institusi dengan berbasis kinerja, senantiasa
menjadi dasar pengambilan keputusan dalam pelaksanaan tupoksi.
Dalam rangka meningkatkan kinerja BPTP Lampung, telah dilakukan
peningkatan kompetensi pegawai sesuai bidang tugas, penataan ke-
lembagaan internal, serta peningkatan sarana dan prasarana. Kerjasama
yang baik dengan berbagai institusi dan lembaga juga telah membuahkan
hasil berupa produk-produk nyata kegiatan pengkajian dan diseminasi yang
bermanfaat bagi pengguna. Penyelenggaraan program-program pertanian
strategis juga cukup mampu menyentuh aspek pemberdayaan petani dan
penumbuhan usaha-usaha produktif yang harapannya dapat meningkatkan
LAPORAN TAHUNAN 2015
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 124
kemandirian dan kesejahteraan petani. Namun demikian, pencapaian keber-
hasilan di berbagai aspek ke depan akan menghadapi tantangan yang lebih
besar. Kondisi ini seharusnya bermanfaat untuk memacu upaya lebih keras ke
depannya, dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada. Oleh
karenanya pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung di masa mendatang di-
harapkan dapat lebih kondusif dan memacu peningkatan kinerjanya.
Bandar Lampung, Januari 2016
top related