hasil penelitian dan pembahasan -...
Post on 15-Mar-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
Setelah 4 kali berpindah gedung kantor, dalam waktu dekat ini Dinas Kesehatan Provinsi
Gorontalo akan memiliki gedung kantor permanen. Sebelumnya Kantor Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo menggunakan gedung Ex Kantor Departemen Kesehatan Kota gorontalo
(Markas PMI Kota Gorontalo), kemudian pindah ke Ex Rumah Sakit Aloei Saboe yang
beralamatkan di Jln, Sultan Botutihe Kota Gorontalo, karena lahan yang digunakan sudah dijual
oleh pemerintah Kota Gorontalo maka Kantor Dinkes Provinsi Gorontalo pun berpindah lagi ke
Gedung bekas Asrama Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kota Gorontalo selama kurang lebih 4
bulan, yang kemudian pindah lagi ke gedung yang lebih representatif milik dari Dinas Pertanian
Provinsi Gorontalo yang belum ditempati yang berada di Jln, Tengah Desa Toto Kecamatan
Tilong Kabila Bone Bolango sampai dengan saat ini. Kekurangannya dari gedung ini yaitu tidak
memiliki jaringan Telpon.
Sejak awal berdirinya Provinsi Gorontalo tanggal 16 Februari 2001, Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo belum memiliki gedung kantor yang permanen. Dan akhirnya dalam waktu
dekat telah menempati gedung sendiri. Pembangunan gedung ini sudah rampung dan pada awal
tahun 2011 Gedung baru yang berlokasi di Jalan Dua susun Tanggi Daa Kota Gorontalo akan
ditempati oleh pegawai di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Gedung yang
53
memiliki 2 lantai ini menelan biaya hampir 3 Miliar yang dialokasikan dari Dana Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2010.
1.1.2 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Peran
Kedudukan Dinas Kesehatan adalah perangkat Pemerintah Provinsi yang dipimpin oleh
Kepala Dinas dan secara hirarki berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah Provinsi. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo merupakan unsur
pelaksana pemerintah daerah dan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan dekonsentrasi
dan desentralisasi dibidang kesehatan.
Adapun struktur organisasi dilingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo sebagai
berikut :
Gambar 3.
Stuktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
KEPALA DINAS
dr.Hi. Triyanto
S.Bialangi,M.Kes
Sekretaris
dr. Sukri Djakatara, Sp.A
Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing bidang dilingkungan Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
Kelompok Jabatan
fungsional
Bagian Keuangan
Misranda Nalole, SE
Subag anggaran
Rosnawaty
Karim,S.Pd,M.Kes
Subag
Bendahara
Djuharia Niuwa
Subag Akuntansi Ha,Rita Rahayu
Wantogia,
SE,M,EC,Dev
Subag Program
Rahmat Rahim,
SKM
Subag umum dan
kepegawaian
Rugaija Isa,BSc
Subdin Pelayanan Kesehatan
dr.Ha.Darmayanti Yahya, M.Kes
Subdin PPM-PL
dr.H.Irfandi Husa
Subdin Kesehatan dan KB
Dra. Zusiana
Muis,Apt,M.Kes
Seksi Kesehatan
Khusus
Nancy Pembengo,S.Si
Seksi Kesehatan
Keluarga
Dr. Sulianti Otto
Seksi Gizi Masyarakat
Syaflin Saridin
Napu,SKM,M.Kes
UPTD
BAPELKESMAS
Seksi
pemberantasan
dr.Hi. Triyogo
Suhadi
Seksi Survalians
dan Imunisasi
Sabri
Panigoro,SKM,M.
Kes
Seksi penyehatan
lingkungan Masfawaty
Adjuh,SKM.M.Ke
s
Seksi Yankes dan
Rujukan
Nisma
Abddurahman, SKM,M.Kes
Seksi Promkes dan
JPKM
Afriyani
Katili,SKM.MKes
Seksi Farmasi dan
Alkes
Fardi Adan,S.SI
Kepala Dinas Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian urusan rumah tangga
daerah dalam bidang kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur.
Untuk Melaksanakan tugasnya Kepala Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan yaitu Kesekretariatan Dinas,
Keuangan, Pelayanan Kesehatan, Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan serta Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana.
b. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas serta pelayanan administrasi dibidang
kesehatan antara Pusat dan Daerah.
c. Merumuskan penelitian dan pengembangan terapan serta pendidikan dan pelatihan tertentu
dalam rangka mendukung kebijakan dibidang kesehatan
d. Melaksanakan pengawasan fungsional
e. Pembinaan operasional sesuai kebijakan oleh Kepala Daerah
f. Pemantauan dan evaluasi program dibidang kesehatan
g. Pemberian perizinan yang berhubungan dengan bidang kesehatan sesuai batas kewenangan
Provinsi
2. Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis administrasi kepada semua
unit kerja dilingkungan dinas.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Sekretaris mempunyai fungsi :
1. Pengelolaan administrasi umum dan kepegawaian
2. Pengelolaan administrasi program / perencanaan
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi
Sekretariat terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian
tugas Sekretaris dibidang Kepegawaian, Diklat Tenaga Kesehatan, Akreditasi dan
perlengkapan.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
mempunyai fungsi :
1. Melaksanakan urusan surat menyurat, pengarsipan dan keprotokoleran;
2. Melaksanakan urusan perlengkapan dan rumah tangga dinas;
3. Melaksanakan inventarisasi, pemeliharaan, dan penata-usahaan aset milik negara/daerah;
4. Menyusun rencana kebutuhan dan penghapusan barang inventaris;
5. Pengelolaan administrasi kepegawaian meliputi pengembangan karir, kenaikan pangkat
berkala, mutasi intern dan kesejahteraan pegawai:
6. Membuat laporan kepegawaian secara periodik;
7. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi perlengkapan tingkat kabupaten/kota.
b. Sub Bagian Program
Sub Bagian Program mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas Sekretaris
dibidang perencanaan program pembangunan kesehatan.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Sub Bagian Program mempunyai fungsi :
1. Melaksanakan, menerapkan perumusan kebijakan, perencanaan program pembangunan
dibidang kesehatan;
2. Melakukan pengumpulan, pengelolaan dan analisis data;
3. Melaksanakan koordinasi dan penyusunan program di Kabupaten / Kota;
4. Memberikan informasi program kesehatan tingkat Provinsi;
5. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan maupun analisa-analisa dalam bidang
perencanaan program kesehatan.
3. Bagian Keuangan
Melaksanakan Program Bagian Keuangan mempunyai tugas di bidang Pengelolaan
Keuangan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Keuangan mempunyai fungsi :
1. Mengkoordinir penyusunan anggaran, mengawasi pelaksanaan anggaran
2. Mengkoordinir pengelolaan, penatausahaan dan pelaporan dana APBD dan APBN
3. Meneliti permintaan Surat Keputusan Otorisasi (SKO)
4. Meneliti kelengkapan bukti pembayaran dan pembebanannya
5. Meneliti dan menandatangani realisasi dan rincian belanja langsung dan tidak langsung
6. Meneliti Surat Perintah Membayar (SPM)
7. Memantau pemungutan, penyetoran dan pelaporan atas penerimaan bukan pajak
8. Meneliti laporan yang dibuat oleh Kasubag Anggaran Perbendaharaan dan Akuntansi.
Bagian Keuangan terdiri dari :
a. Sub Bagian Anggaran
Sub Bagian Anggaran mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas Kepala
Bagian Keuangan dibidang Anggaran
Untuk menyelenggarakan tugasnya Sub Bagian Anggaran mempunyai fungsi:
1. Menyusun anggaran dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) Satuan Kerja Perangkat
Dinas (SKPD) berdasarkan rencana kerja dan plafon anggaran.
2. Menyiapkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)- Satuan Kerja Perangkat Dinas
(SKPD) berdasarkan Perda dan SK Penjabaran Gubernur tentang APBD.
3. Menyusun rencana penggunaan anggaran berdasarkan rencana operasional kegiatan dari
masing-masing Sub Dinas.
4. Membuat konsep permintaan Surat Keputusan Surat Penyediaan Dana (SPD).
5. Meneliti kebenaran pembebanan anggaran.
6. Mengawasi per item pagu anggaran belanja langsung dan tidak langsung.
7. Menatausahaan permintaan Surat Keputusan Penyediaan Dana (SPD).
8. Menyiapkan data permintaan pergeseran anggaran.
9. Membuat laporan bulanan.
b. Sub Bagian Perbendaharaan
Sub Bagian Perbendaharaan mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas
Kepala Bagian Keuangan dibidang Perbendaharaan
Untuk menyelenggarakan tugasnya Sub Bagian Perbendaharaan mempunyai fungsi :
1. Menerima dokumen tagihan pembayaran dari pelaksana kegiatan-kegiatan atau pihak
ketiga
2. Memverifikasi kelengkapan tagihan pembayaran, perhitungan matematis, kebenaran
penulisan, dan kesesuaian dengan perjanjian kontrak
3. Membuat bukti pembayaran dan kelengkapannya
4. Menghitung pajak dan meneliti / menyiapkan dokumen pajak
5. Menetapkan besarnya beban pembayaran
6. Membuat surat pertanggung jawaban sebagai lampiran Surat Perintah Membayar (SPM)
beban tetap dan uang persediaan
7. Menyiapkan konsep Surat Perintah Membayar (SPM)
8. Melaksanakan penatausahaan Surat Perintah Membayar (SPM)
9. Membuat laporan bulanan
c. Sub Bagian Akuntansi
Sub Bagian Akuntansi mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas Kepala
Bagian Keuangan dibidang Akuntansi.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Sub Bagian Akuntansi mempunyai fungsi:
1. Memverifikasi bukti-bukti pembayaran
2. Membuat jurnal transaksi
3. Membuat laporan berkala
4. Melakukan konfirmasi data dengan Sub Bagian Anggaran dan Perbendaharaan
5. Melakukan penatausahaan utang piutang
6. Mencatat penerimaan-penerimaan bukan pajak
7. Membuat laporan tahunan yang terdiri dari :
- Neraca
- Laporan Realisasi Anggaran dan
- Catatan atas Laporan Keuangan
(disesuaikan dengan edaran dari Badan Keuangan)
4. Sub Dinas Pelayanan Kesehatan
Sub Dinas Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas di bidang pelayanan kesehatan Dasar
dan Rujukan, Promosi Kesehatan dan JPK serta Farmasi dan Alat Kesehatan, makanan dan
minuman, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Sub Dinas Pelayanan Kesehatan mempunyai fungsi :
1. Menyusun rencana kegiatan / Kegiatan Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan, Promosi
Kesehatan dan JPK serta kegiatan Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
2. Membina dan mengawasi seksi dibawahnya dalam melaksanakan program / kegiatan sesuai
dengan bidang tugasnya.
3. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Sub Dinas Bina Pelayanan Kesehatan terdiri dari :
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan mempunyai tugas menyelenggarakan
sebagian tugas Kepala Sub Dinas Pelayanan Kesehatan dibidang Pelayanan Kesehatan Dasar
dan Rujukan.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
mempunyai fungsi :
1. Merencanakan, merumuskan maupun mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan
kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan;
2. Melaksanakan pembinaan, pengendalian, pengembangan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, serta menganalisa laporan perkembangan
dan pelaksanaannya;
3. Melakukan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan kegiatan registrasi, akreditasi Rumah
Sakit dalam rangka peningkatan kelas rumah sakit;
4. Mengelola perizinan terhadap penyelenggaraan pelayanan dan sarana kesehatan (Rumah
Sakit dan klinik bersama spesialistik);
5. Membuat pencatatan dan pelaporan maupun analisa-analisa dalam bidang tugasnya.
b. Seksi Promosi Kesehatan dan JPKM
Seksi Promosi Kesehatan dan JPKM mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian
tugas Kepala Sub Dinas Pelayanan Kesehatan dibidang promosi kesehatan dan Jaminan
Pemeliharaan kesehatan.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Seksi Promosi Kesehatan dan JPKM mempunyai
fungsi :
1. Merencanakan, merumuskan maupun mengkoordinasikan pelaksanaan program promosi
kesehatan dan peran serta masyarakat secara lintas program dan lintas sektoral dengan
melibatkan langsung unsur masyarakat dalam upaya peningkatan status derajat kesehatan
masyarakat;
2. Menyusun dan merencanakan secara lebih cermat pengelolaan Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang merupakan wujud partisipasi masyarakat
dalam Penanggulangan masalah kesehatan yang mereka hadapi melalui posyandu, dana
sehat, pos obat desa, polindes, poskesdes dan lain-lain;
3. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan untuk memotivasi dan mendorong
pembentukan budaya masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);
4. Melakukan advokasi kepada pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan kebijakan publik
yang memberikan dampak positif pada pembangunan kesehatan;
5. Merencanakan, merumuskan maupun mengkoordinasikan pelaksanaan kelembagaan dan
kepesertaan JPK secara lintas program dan lintas sektor dengan tujuan dapat memotivasi
masyarakat dalam kepesertaan JPK;
6. Melaksanakan pembinaan pengembangan JPK sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh, efisien dan efektif serta membina peserta JPK dan
keluarganya dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat;
7. Membuat pencatatan dan pelaporan maupun analisa-analisa dalam bidang tugasnya.
c. Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan
Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian
tugas Kepala Sub Dinas Pelayanan Kesehatan dibidang Farmasi dan Alat Kesehatan.
Untuk menyelenggarakan tugas pada Pasal 31 Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan
mempunyai fungsi :
1. Merencanakan, merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pengawasan,
pendayagunaan obat, kosmetik, makanan minuman dan alat kesehatan dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
2. Melakukan kegiatan pengawasan, pembinaan, perizinan Sub Penyalur Alat Kesehatan
(PAK) dan pengembangan obat-obatan (tradisional/esensial), penyalahgunaan obat
berbahaya dan zat adiktif dan atau bahan tambahan makanan di masyarakat;
3. Melakukan pembinaan dalam meningkatkan mutu pelayanan farmasi komunitas dan
farmasi rumah sakit;
4. Membuat pencatatan dan pelaporan maupun analisa-analisa (evaluasi) dalam bidang
tugasnya.
5. Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan
Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan mempunyai
tugas di bidang pemberantasan penyakit menular, penyakit tidak menular, pencegahan dan
penanggulangan kejadian luar biasa, kesehatan matra serta penyehatan lingkungan yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan mempunyai fungsi :
1. Menyusun rencana dan melaksanakan kebijakan program pemberantasan penyakit dan
penyehatan lingkungan di tingkat Provinsi;
2. Menyusun rencana dan melaksanakan pembinaan dan pengawasan upaya pemberantasan
penyakit menular, penyakit tidak menular, imunisasi dan pengendalian vektor;
3. Menyusun rencana dan melaksanakan pembinaan dan pengawasan upaya penyehatan
Tempat-Tempat Umum (TTU), kualitas air, serta Bahan Buangan Berbahaya (B3);
4. Melaksanakan pembinaan, pengendalian dan pengembangan surveilans epidemiologi dan
kesehatan matra;
5. Mengadakan koordinasi secara lintas program dan lintas sektor yang berkaitan dengan
pelaksanaan program pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan di
Kabupaten / Kota;
6. Melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan program Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan;
7. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta untuk mempercepat
pengendalian dan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan melalui
pertukaran informasi, pelatihan dan pemanfaatan sumber daya lainnya.
Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan terdiri dari :
a. Seksi Pemberantasan Penyakit
Seksi Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas
Kepala Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan dibidang
pemberantasan penyakit menular dan tidak menular.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Seksi Pemberantasan Penyakit mempunyai fungsi :
1. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data penyakit dari Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota;
2. Menyusun dan melaksanakan program pemberantasan penyakit;
3. Menganalisis kebijakan dan masalah kesehatan;
4. Melaksanakan kemitraan dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan pemberantasan penyakit;
5. Memantau dan membantu penanggulangan kejadian luar biasa;
6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian vektor penyakit.
b. Seksi Surveilans dan Imunisasi
Seksi Surveilans dan Imunisasi mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas
Kepala Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan dibidang
surveilans epidemiologi, Kesehatan matra dan imunisasi dalam rangka pencegahan
timbulnya penyakit dan Kejadian Luar Biasa.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Seksi Surveilans dan Imunisasi mempunyai fungsi
:
1. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis hasil rekapan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota;
2. Melaksanakan evaluasi dan bimbingan teknis terhadap program surveilans, imunisasi
serta kesehatan matra;
3. Melaksanakan kegiatan kewaspadaan dini terhadap penyakit yang berpotensi Kejadian
Luar Biasa (KLB);
4. Melakukan pelacakan kasus terhadap semua penyakit berpotensi KLB dan KLB serta
penyebaran penyakit antar daerah;
5. Menyediakan data surveilans, imunisasi dan vaksinasi untuk kebutuhan perencanaan di
tingkat Provinsi maupun Pusat;
6. Memonitoring/ mengawasi kegiatan pendistribusian vaksin ke Kabupaten/ Kota
7. Melakukan kemitraan dengan lintas program dan lintas sektor serta tokoh masyarakat
dalam kegiatan surveilans dan imunisasi.
c. Seksi Penyehatan Lingkungan
Seksi Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas
Kepala Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan dibidang
penyehatan lingkungan dalam rangka pemberantasan penyakit berbasis lingkungan.
Untuk menyelenggarakan tugas pada Pasal 40 Seksi Penyehatan Lingkungan
mempunyai fungsi :
1. Mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data dari Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota;
2. Menyusun rencana kegiatan program penyehatan lingkungan;
3. Menyusun pedoman dan standar kesehatan bagi penyediaan air bersih, tempat-tempat
umum dan pembuangan limbah B3;
4. Melaksanakan kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta dalam program penyediaan
air bersih, penyehatan tempat-tempat umum, dan pembuangan limbah berbahaya;
5. Melaksanakan pemantauan dan pembinaan program Kabupaten dan Kota sehat;
6. Mengembangkan teknologi tepat guna yang berkaitan dengan penyehatan lingkungan;
7. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan program penyehatan lingkungan.
Sub Dinas Kesehatan Masyarakat dan KB
Sub Dinas Kesehatan Masyarakat dan KB mempunyai tugas di bidang Kesehatan
Masyarakat dalam penyelenggaraan program Kesehatan Khusus, program Kesehatan Keluarga
dan Gizi Masyarakat yang berada dibawahnya dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Sub Dinas Kesehatan Masyarakat dan KB
mempunyai fungsi :
1. Menyusun rencana kegiatan / program kerja seksi pelayanan kesehatan khusus, Seksi
Kesehatan Keluarga dan KB serta Seksi Gizi Masyarakat.
2. Memimpin pelaksanaan program / kegiatan dari Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus, Seksi
Kesehatan Keluarga dan KB serta Seksi Gizi Masyarakat.
3. Mengawasi, memantau dan membina seksi dibawahnya dalam melaksanakan program /
kegiatan sesuai dengan bidang tugasnya.
Sub Dinas Kesehatan Masyarakat dan KB terdiri dari :
a. Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus
Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian
tugas Kepala Sub Dinas Kesehatan Masyarakat dan KB dibidang pelayanan kesehatan
khusus.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus mempunyai fungsi :
1. Merencanakan, merumuskan maupun mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
kesehatan jiwa, kesehatan indera, olahraga dan lain-lain pada masyarakat secara terpadu
dengan lintas program dan lintas sektor dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan
status derajat kesehatan masyarakat.
2. Melaksanakan kegiatan-kegiatan upaya peningkatan kesehatan khusus Mata, Telinga,
Hidung, Jiwa, Olahraga, Tradisional dan Kesehatan Daerah Terpencil.
3. Melakukan advokasi dalam upaya memelihara, mempertahankan kesehatan khusus pada
kelompok tertentu.
4. Membuat pencatatan dan pelaporan serta analisis dalam bidang tugasnya.
b. Seksi Kesehatan Keluarga dan KB
Seksi Kesehatan Keluarga dan KB mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian
tugas Kepala Sub Dinas Kesehatan Masyarakat dan KB dibidang Kesehatan Keluarga.
Untuk menyelenggarakan tugasnya Seksi Kesehatan Keluarga dan KB mempunyai fungsi :
1. Merencanakan, merumuskan maupun mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan
kesehatan reproduksi pada masyarakat, kelompok potensial dan institusi secara terpadu
dengan lintas program dan sektor dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan status
derajat kesehatan masyarakat.
2. Melaksanakan kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pembinaan kelompok usia produktif
dan kelompok potensial sehingga dapat hidup layak tanpa mengganggu aktivitasnya
sehari-hari.
3. Melaksanakan kegiatan-kegiatan upaya pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan status
kesehatan ibu, bayi, balita, anak sekolah, remaja dan lanjut usia, sehingga dapat hidup
optimal.
4. Melakukan advokasi dalam upaya memelihara, mempertahankan kesehatan reproduksi
bagi yang sudah berkeluarga.
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program.
6. Membuat pencatatan dan pelaporan serta analisis dalam bidang tugasnya.
c. Seksi Gizi Masyarakat
Seksi Gizi Masyarakat mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas Kepala
Sub Dinas Kesehatan Masyarakat dan KB dibidang Gizi Masyarakat.
Untuk menyelenggarakan tugas pada Pasal 49 Seksi Gizi Masyarakat mempunyai
fungsi :
1. Merencanakan, merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan upaya
perbaikan gizi masyarakat dalam pemeliharaan, pemulihan dan peningkatan status gizi
masyarakat;
2. Merencanakan, merumuskan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan gizi
masyarakat dan gizi institusi dalam rangka peningkatan status derajat kesehatan
masyarakat;
3. Melaksanakan kegiatan-kegiatan pembinaan dasar, pengembangan motivasi tenaga
kesehatan dan masyarakat dalam upaya perbaikan gizi masyarakat;
4. Melakukan advokasi dengan berbagai unsur, program, sektoral, LSM, swasta yang terkait
dalam upaya perbaikan gizi masyarakat;
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program gizi;
6. Membuat pencatatan dan pelaporan serta analisis dalam bidang tugasnya.
4.2 Pengujian Instrumen
4.2.1 Uji Validitas Variabel X dan Y
a. Uji Validitas Variabel Tunjangan Kinerja Daerah (X)
Hasil uji validitas instrumen variabel tunjangan kinerja daerah (X) melalui program SPSS
for windows versi 15.0 diperoleh hasil berikut:
Tabel 2 Item-Total Statistics Variabel Tunjangan Kinerja Daerah (X)
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pertanyaan No. 1 34.1818 42.929 .697 .911
Pertanyaan No. 2 34.5818 43.100 .759 .908
Pertanyaan No. 3 34.4909 41.218 .692 .912
Pertanyaan No. 4 34.5273 43.735 .619 .915
Pertanyaan No. 5 34.5455 43.771 .645 .914
Pertanyaan No. 6 34.2909 41.914 .723 .909
Pertanyaan No. 7 34.8727 43.150 .626 .915
Pertanyaan No. 8 34.4545 44.327 .666 .913
Pertanyaan No. 9 34.5091 42.736 .734 .909
Pertanyaan No. 10 34.6545 39.378 .835 .902
Sumber Data: Hasil Olahan SPSS Tahun 2012
Dari 20 item pertanyaan perlu diperhatikan berapa jumlah item yang valid dan berapa
yang tidak valid. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada kolom corrected
item-total correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item jika nilai
r hitung lebih besar dari nilai rtabel (nilai rhitung > nilai r kritis ) maka item tersebut adalah valid. Dari
hasil analisa diketahui bahwa item nomor pertanyaan 1-21 memiliki nilai rhitung lebih besar dari
nilai rkritis.
Untuk lebih jelasnya keputusan validitas instrumen untuk variabel tunjangan kinerja
daerah (X) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3 Keputusan Validitas Instrumen Variabel Tunjangan Kinerja Daerah (X)
Item r hitung R tabel Keputusan
Pertanyaan 1 .697 0.3 Valid
Pertanyaan 2 .759 0.3 Valid
Pertanyaan 3 .692 0.3 Valid
Pertanyaan 4 .619 0.3 Valid
Pertanyaan 5 .645 0.3 Valid
Pertanyaan 6 .723 0.3 Valid
Pertanyaan 7 .626 0.3 Valid
Pertanyaan 8 .666 0.3 Valid
Pertanyaan 9 .734 0.3 Valid
Pertanyaan 10 .835 0.3 Valid
Sumber Data: Hasil Olahan SPSS Tahun 2012
Mencermati tabel 4.2, maka jelas terlihat semua nomor item valid dan tidak ada nomor
item yang tidak valid. Jadi dari 10 item pertanyaan pada variabel tunjangan kinerja daerah (X)
semuanya valid.
b. Uji Validitas Variabel Kinerja (Y)
Tabel 4. Item-Total Statistics Variabel Kinerja (Y)
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Pertanyaan No. 1 31.2182 72.803 .388 .926
Pertanyaan No. 2 30.7091 73.506 .541 .919
Pertanyaan No. 3 31.2364 60.739 .857 .900
Pertanyaan No. 4 31.2727 69.461 .586 .916
Pertanyaan No. 5 30.7455 66.675 .801 .906
Pertanyaan No. 6 31.5818 61.692 .756 .908
Pertanyaan No. 7 31.6909 65.292 .670 .913
Pertanyaan No. 8 30.7273 66.572 .740 .908
Pertanyaan No. 9 30.8182 66.559 .822 .905
Pertanyaan No. 10 31.2364 60.739 .857 .900
Sumber Data: Hasil Olahan SPSS Tahun 2012
Dari tabel 4.3 dapat diketahui tingkat validitas variabel kinerja (Y) pada kolom corrected
item-total correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item, jika nilai
r hitung lebih besar dari nilai r kritis (nilai r hitung > nilai r kritis) maka item tersebut adalah valid. Dari
hasil analisa diketahui bahwa item nomor 1-10 memiliki nilai rhitung lebih besar dari nilai rkritis.
Keputusan validitas instrumen untuk variabel kinerja (Y) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Keputusan Validitas Instrumen Variabel Kinerja (Y)
Item r hitung r kritis Keputusan
Pertanyaan 1 .388 0.3 Valid
Pertanyaan 2 .541 0.3 Valid
Pertanyaan 3 .857 0.3 Valid
Pertanyaan 4 .586 0.3 Valid
Pertanyaan 5 .801 0.3 Valid
Pertanyaan 6 .756 0.3 Valid
Pertanyaan 7 .670 0.3 Valid
Pertanyaan 8 .740 0.3 Valid
Pertanyaan 9 .822 0.3 Valid
Pertanyaan 10 .857 0.3 Valid
Sumber Data: Hasil Olahan SPSS Tahun 2012
Mencermati tabel 4.4, maka jelas terlihat semua nomor item valid dan tidak ada nomor
item yang tidak valid. Jadi dapat dikatakan bahwa dari 10 pertanyaan untuk variabel kinerja
(Y) valid.
4.2.2 Uji Reliabilitas Variabel X dan Y
Uji reliabilitas atau kehandalan bertujuan untuk mengukur kehandalan alat ukur dengan
cara memberikan skor yang relatif sama pada responden walaupun dikerjakan dalam waktu yang
berbeda. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan untuk menentukan tingkat reliabilitas
kuisioner adalah jika nilai koefisien cronbach-alpha lebih dari 0.6 maka hal tersebut menunjukan
bahwa kuisioner reliabel (Nunnaly, dalam Arikunto, 2002). Proses perhitungannya dilakukan
dengan bantuan program SPSS versi 15. Berikut ini adalah hasil pengujian reliabilitas instrumen
terhadap item-item pernyataan dari setiap variabel penelitian.
a. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tunjangan kinerja daerah (X)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.1 diketahui bahwa variabel tunjangan kinerja
daerah (X) menunjukan nilai cronbach-alpha item pertanyaan 1-10 > 0.60 yang dapat dilihat
pada kolom cronbach’s alpha if item deleted dengan demikian dinyatakan variabel tunjangan
kinerja daerah (X) reliabel.
b. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kinerja (Y)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.3 diketahui bahwa variabel kinerja pegawai (Y)
menunjukan nilai cronbach-alpha item pertanyaan 1-10 > 0.60 yang dapat dilihat pada kolom
cronbach’s alpha if item deleted dengan demikian dinyatakan variabel kinerja (Y) reliabel.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Uji Normalitas
Telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa sebelum data dianalisa dengan
menggunakan analisa regresi linear sederhana terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Uji
normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah nilai dari kedua variabel berdistribusi
normal. Salah satu cara mengecek kenormalitasan adalah dengan menggunakan analisa plot
probabilitas normal. Normalitas terpenuhi apabila titik-titik (data) terkumpul pada sekitar garis
lurus.
Berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan menggunakan program SPSS versi 15.
Grafik Uji Normalitas Data dengan Analisa Plot Probabilitas
Mencermati data normal plot diatas terlihat bahwa titik-titik terletak menyebar di
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tidak terpencar jauh dari garis diagonal.
4.3.2 Analisis Regresi Linear Sederhana
Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pemberian TKD terhadap kinerja pegawai pada kantor Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo. Untuk memudahkan perhitungan maka dilakukan perhitungan dengan
menggunakan bantuan program SPSS versi 15.
Dari hasil analisa regresi linear sederhana diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 6. Koefisien Regresi
Mod
el
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients t Sig.
B
Std.
Error Beta
Zero-
order Partial
1 (Constant) .584 .535 1.092 .000
Pemberian
TKD
.750 .137 .601 5.467 .000
a Dependent Variable: KInerja Daerah
Berdasarkan hasil analisa regresi linear berganda pada tabel 4.1 koefisien regresi diperoleh
persamaan garis regresi sebagai berikut.
Y = 0.584 + 0.750 X
Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan bahwa:
a. Konstanta sebesar 0.584 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel X maka nilai variabel
Y adalah sebesar 0.584.
b. Koefisien regresi sebesar 0.750 menyatakan bahwa setiap peningkatan satu satuan variabel
X akan meningkatkan variabel Y sebesar 0.750 dengan anggapan variabel bebas lain
besarnya konstan.
4.3.3 Uji Signifikan Koefisien Regresi
Dari hasil analisa data melalui program SPSS versi 15 diperoleh nilai anova data regresi
sebagai berikut.
Tabel 7. Uji Signifikan
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 15.822 1 15.822 29.893 .000a
Residual 28.052 53 .529
Total 43.874 54
a. Predictors: (Constant), TKD
b. Dependent Variable: Kinerja
Mencermati data pada tabel diatas nampak bahwa nilai Fhitung = 29.893. Sedangkan nilai
Ftabel = 4.08. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai Fhitung > Ftabel jadi H0 ditolak
dan Ha diterima artinya pemberian TKD berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Dinas
Kesehatan Provinsi Gorontalo.
4.3.4 Analisis Koefisien Korelasi
Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mencari hubungan antara variabel pemberian
TKD (X) dengan kinerja (Y) di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Dari hasil analisa SPSS
versi 15 diperoleh nilai koefisien korelasi (r) dan nilai koefisien determinan (r2). Dalam
penelitian ini analisis koefisien korelasi akan dilakukan melalui program SPSS versi 15.
Tabel 8. Koefisien Korelasi
Mode
l R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .601a .361 .349 .72752
a Predictors: (Constant), Pemberian TKD
Mencermati data pada tabel di atas diketahui bahwa hasil analisis regresi yang disajikan
pada tabel di atas menunjukan bahwa r = 0.601, ini dapat ditafsirkan bahwa kekuatan hubungan
antara variabel pemberian TKD dengan kinerja sebesar 0.601 atau tergolong cukup kuat.
Dari hasil analisa diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (r2) = 0.361. Hasil ini
mengindikasikan bahwa besarnya pengaruh variabel pemberian TKD terhadap kinerja pegawai
di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo sebesar 0.361 atau 36.1%. Nilai koefisien determinasi ini
semakin mendekati 1 (satu) yang artinya nilai ini dapat mengestimasi nilai Y.
4.3.5 Uji Signifikan Koefisien Korelasi
Setelah dilakukan analisa koefisien korelasi selanjutnya dilakukan uji keberartian
koefisien korelasi dengan menggunakan uji t. Uji t dilakukan dengan membandingkan antara
thitung dengan ttabel pada α = 0.05, berdasarkan uji dua sisi (two tailed test) dan derajat kebebasan
(n-k-1) dimana k adalah jumlah variabel independent dan n sebagai jumlah sampel yang diteliti
dengan kriteria sebagai berikut.
Ho = Tidak terdapat pengaruh antara variabel X (Tunjangan Kinerja Daerah) dengan variabel
Y (Kinerja Pegawai)
Ha = Terdapat pengaruh antara variabel X (Tunjangan Kinerja Daerah) dengan variabel Y
(Kinerja Pegawai)
Jika t hitung ≤ t tabel : Ho diterima atau Ha ditolak
Jika t hitung ≥ t tabel : Ho ditolak atau Ha diterima
Uji signifikan keberartian koefisien korelasi dalam penelitian ini menggunakan
program SPSS versi 15. Dari hasil analisa diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Uji Signifikan Koefisien Korelasi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .584 .535 1.092 .000
TKD .750 .137 .601 5.467 .000
Sumber Data Hasil Olahan SPSS 2012
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung = 5.467 sedangkan nilai t55 pada α = 0.05 =
2.000. Jadi nilai thitung > ttabel, artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi hipotesis yang mengatakan
bahwa tunjangan kinerja daerah (TKD) berpengaruh terhadap kinerja pegawai dapat diterima.
4.4 Pembahasan
Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) merupakan tambahan penghasilan atau imbalan atas
prestasi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan pemerintah Provinsi Gorontalo. Tunjangan yang
diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil di lingkungan pemerintah provinsi sebagai imbalan atas
prestasi kerja dan bertujuan untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa tunjangan kinerja daerah (TKD) berpengaruh
terhadap kinerja pegawai di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo yang dibuktikan dengan nilai
koefisien regresi Y = 0.584 + 0.750 X. Tunjangan kinerja daerah yang ditinjau dari prestasi aksi
dan prestasi hasil berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.
Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa pemberian tunjangan kinerja daerah kepada
pegawai di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo ternyata berdampak pada kinerja pegawai.
Apabila para pegawai diberikan tunjangan kinerja daerah maka kinerja pegawai mengalami
peningkatan. Pendapat ini sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Gorontalo Nomor 05
Tahun 2012 bahwa Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) adalah tunjangan yang diberikan kepada
PNS dan CPNS dikaitkan dengan penilaian kehadiran dan kinerja, dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan kesejahteraan dan tertib
administrasi pengelolaan keuangan daerah. Indikator penilaian Tunjangan Kinerja Daerah yang
diterapkan pada kantor Dinas Kesehatan provinsi Gorontalo yaitu mencakup prestasi aksi dan
prestasi hasil. Dimana prestasi aksi memiliki bobot 40%, sedangkan prestasi hasil memiliki
bobot 60%.
Tunjangan kinerja daerah juga memiliki hubungan dengan kinerja pegawai di Dinas
Kesehatan Provinsi Gorontalo yang dibuktikan oleh nilai koefisien korelasi r = 0.601. Kekuatan
hubungan antara variabel Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) dengan kinerja pegawai memiliki
hubungan yang positif dan cukup kuat. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa TKD yang
diberlakukan di provinsi Gorontalo khususnya di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo yang
berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan pegawai berdasarkan prestasi kerja, dan disiplin
kerja.
Dari hasil penelitian diketahui pula bahwa besarnya pengaruh Tunjangan Kinerja Daerah
(TKD) terhadap kinerja pegawai yang dibuktikan oleh nilai koefisien determinasi (r2) yakni
0.361. Pengaruh TKD terhadap kinerja pegawai di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
tergolong positif namun masih rendah. Rendahnya pengaruh Tunjangan Kinerja Daerah terhadap
kinerja pegawai diakibatkan pemberian TKD yang diberikan hanya memperhatikan kehadiran
pegawai dan kurang melakukan penilaian kinerja pegawai yang seharusnya sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi. Pemberian Tunjangan Kinerja Daerah di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
terkesan hanya lebih berdampak pada tingkat absensi dan kemangkiran pegawai padahal
indikator kinerja pegawai meliputi kepatuhan jam kerja 15%, ketaatan terhadap peraturan
kepegawaian 10%, tanggung jawab 10%, dan kerja sama 5%.
Pengaruh tunjangan kinerja daerah (TKD) terhadap kinerja pegawai di Dinas Kesehatan
Provinsi Gorontalo sebesar 0.361 atau 36.1% mengindikasikan bahwa masih terdapat faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja tapi tidak termasuk dalam penelitian ini sebesar
63.9% seperti motivasi, pengetahuan pegawai, keterampilan dan pendidikan pegawai serta
kondisi fisiknya.
Pendapat di atas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sutermeister (1999) bahwa
kinerja karyawan dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain motivasi, kemampuan,
top related