bab ii landasan teoritis 2.1 kepemimpinan 2.1.1...

24
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Seseorang dapat dikatakan pemimpin apabila dia mempunyai pengikut atau bawahan. Sedangkan kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dalam mewujudkan tujuan organisasi.Di bawah ini diuraikan pengertian kepemimpinan sebagaimana dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut: Winardi (2000:47) mengemukakan bahwa “Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang memimpin yang tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor-faktor intern maupun faktor- faktor ekstern”.Dharma (2004:136) mengemukakan bahwa “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatanseseorang atau sekolompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.Kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Setiap orang mempunyai pengaruh atas pihak lain, dengan latihan dan pengetahuan oleh pihak maka pengaruh tersebut akan bertambah dan berkembang. Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu (dikutip dalam: http://www.google.co.id/gwt/m?q=kepemimpinan).Menurut Kartono (2005:49), bahwa “kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.

Upload: doantruc

Post on 18-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Seseorang dapat dikatakan pemimpin apabila dia mempunyai pengikut atau

bawahan. Sedangkan kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan

secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dalam mewujudkan tujuan

organisasi.Di bawah ini diuraikan pengertian kepemimpinan sebagaimana

dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

Winardi (2000:47) mengemukakan bahwa “Kepemimpinan merupakan

suatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang memimpin yang

tergantung dari macam-macam faktor, baik faktor-faktor intern maupun faktor-

faktor ekstern”.Dharma (2004:136) mengemukakan bahwa “Kepemimpinan

adalah proses mempengaruhi kegiatanseseorang atau sekolompok orang untuk

mencapai tujuan dalam situasi tertentu”.Kepemimpinan adalah bakat dan atau

sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Setiap orang mempunyai pengaruh

atas pihak lain, dengan latihan dan pengetahuan oleh pihak maka pengaruh

tersebut akan bertambah dan berkembang.

Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik

dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu (dikutip dalam:

http://www.google.co.id/gwt/m?q=kepemimpinan).Menurut Kartono (2005:49),

bahwa “kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka

mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.

Menurut Winardi (2000:56) “Leadership is the relationship in which one

person, or the leader, influences others to work together willingly on related task

to attain that which the leader desires”,(kepemimpinan adalah hubungan yang

ada dalam diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain

untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan

yang diinginkan).

Menurut Handoko (2001:294), bahwa “kepemimpinan merupakan

kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar

bekerja untuk mencapai tujuan dan sasaran”.Menurut Fuad (2003: 98) bahwa

“kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, memotivasi

dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan dan sasaran”.Dari beberapa

definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli maka dapat disimpulkan

kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain

atau sekolompok orang untuk dapat melaksanakan segala pekerjaan sesuai dengan

apa yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.2 Gaya Dalam Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan yang dimaksud disini adalahkecenderungan seseorang

pemimpin dalam interaksinya dengan bawahan, yang agak khas dan konsisten

sifatnya.Sikap tersebut adalah sebuah ketrampilan yang perlu dilakukan oleh

pimpinan baik muncul dalam diri sendiri maupun karena melihat metode

pemimpin pada lembaga-lembaga lain dalam rangka untuk melaksanakan

tugasdalam pencapaian tujuan.Menurut Kartini (1994: 37) bahwa gaya

kepemimpinan terdiri dari dua, yaitu:

1. Employee Centred/Job Centered

Gaya kepemimpinan ini adalah suatu gaya kepemimpinan yang berorientasi

pada karyawan/berorientasi pada tugas. Gaya kepemimpinan ini cenderung

mengembangkan minat kerja serta memberikan sanksi, serta berusaha

memberikan latihan kepada karyawan agar bisa menjalankan tugas mereka

dengan baik.

2. Consideration/Initiating Structure

Gaya kepemimpinan ini adalah gaya kepemimpinan yang penuh

pertimbangan/gaya kepemimpinan yang terikat struktur. Gaya kepemimpinan

cenderung mengabaikan minat kerja para karyawan, sering memberikan

sanksi, serta banyak mencampuri pekerjaan bawahan.

Sementara itu ada beberapa tipegaya kepemimpinan yang dibahas menurut

Kartini (1994: 18) sebagai berikut:

1. Gaya kepemimpinan autokratis

Gaya kepemimpinan autokratis memiliki wewenang (authority), dari suatu

sumber (misalnya, karena posisinya), pengetahuan, kekuatan atau kekuasaan

untuk memberikan penghargaan ataupun menghukum.Penggunaan authority

ini sebagai pegangan atau hanya sebagai alat/metode agar sesuatunya dapat

dijalankan.

2. Gaya kepemimpinan birokratis

Gaya kepemimpinan birokratis ini hampir sama dengan autokratis, yaitu

dengan sistem transparansi dengan karyawan (bawahan) apa dan bagaimana

sesuatu itu dijalankan atau dilaksanakan. Namun dasar dari perintahnya itu

hampir sepenuhnya menyangkut kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur dan

aturan-aturan oranisasinya.

3. Gaya kepemimpinan diplomatis

Gaya kepemimpinan ini adalah wewenang atau kekuasaan yang jelas tetapi

kurang suka mempergunakan kekuasaannya itu, pada prakteknya ia lebih

suka memotivasi bawahannya secara persuasif. Artinya bahwa alat utamanya

untuk menggerakkan orang lain adalah melalui persuasif dan motivasi akan

terpaksa memakai gaya autokratis walaupun sebenarnya ingin dihindari.

4. Gaya kepemimpinan partisipatif

Gaya ini (participative leader) selalu mengajak, secara terbuka, para anggota

atau bawahannya untuk berpartisipasi atau ambil bagian, baik secara luas

ataupun dalam batas-batas tertentu, dalam pengambilan keputusan,

perumusan kebijakan, dan metode-metode operasionalnya.

5. Gaya free rein leader

Gaya kepemimpinan ini adalah gaya seorang pemimpin yang memberikan

kebebasan pada bawahan, bertindak tanpa pengarahan ataupun kontrol lebih

lanjut, kecuali bila mereka sendiri memintanya.

Menurut Thoha (2003: 25) mengemukakan bahwa secararelatifada tiga

macam gaya kepemimpinan yaitu otokratis (autocratic/authoritarian), demokratis

(democratic) atau partisipatif (participative) dan bebas (laissez faire).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka gaya kepemimpinan tersebut

merupakan bentuk tingkat ketrampilan bagi setiap pemimpin dalam menjalankan

roda organisasi dengan harapan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam

sebuah lembaga atau instansi tersebut. Namun pada dasarnya, untuk lebih

kompletnya dan bisa terterima oleh bawahan, seorang pemimpin harus mampu

mengkolaborasikan gaya tersebut untuk diterapkan dalam organisasi yang

dipimpinnya.

2.1.3 Tipe-tipe Kepemimpinan

Ada beberapa tipe-tipe kepemimpinan yang dikemukakan oleh Buchari

(2003:134) mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan sebagai berikut:

1) Tipe kharismatik

Merupakan kekuatan energi, daya tarik yang luar biasa yang akan diikuti oleh

para pengikutnya. Pimpinan ini mempunyai kekuatan gaib, manusia super,

berani dan sebagainya.

2) Tipe laissez faire

Tipe ini membiarkan bawahan berbuat semaunya sendiri, semua pekerjaan

dan tanggung jawab.

3) Tipe demokratis

Tipe ini berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan kepada

pengikutnya.Tipe ini menekankan pada rasa tanggung jawab dan kerja

samaantara karyawan.Kekuatan organisasi tipe ini pada partisipasi aktif dari

para karyawan.

4) Tipe populistis

Yaitu mampu menjadi pemimpin rakyat.Dia berpegang pada nilai-nilai

masyarakat.

5) Tipe administrasi

Yaitu pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi

secara efektif.Dengan kepemimpinan administratif diharapkan muncul

perkembangan teknis, manajemen modern dan perkembangan sosial.

6) Tipe peternalistis

Yaitu bersikap melindungi bawahan sebagai seorang bapak atau seorang ibu

yang penuh kasih sayang.Pemimpin tipe ini kurang memberikan kesempatan

kepada karyawan untuk berinisiatif dalam mengambil keputusan.

7) Tipe otokratis

Yakni berdasarkan kekuatan dan paksaan yang mutlak harus

dipatuhi.Pemimpin berperan sebagai pemain tunggal, dia menjadi raja.Setiap

perintah ditetapkan tanpa konsultasi, kekuasaan sangat absolut.

8) Tipe militeristis

Banyak menggunakan sistem perintah, sistem komandodari atasan ke

bawahan, sifatnya keras sangat otoriter, menghendaki bawahan agar selalu

patuh, penuh secara formalitas.

Tipe kepemimpinan yang dikemukakan merupakan karakter dari pimpinan

dalam menjalankan kepemimpinannya. Seorang pemimpin harus dapat

menilai dan menganalisis apa yang dibutuhkan oleh para karyawan sehingga

ia dapat mengkombinasikan tipe-tipe kepemimpinan dalam pelaksanaan

kepemimpinannya dalam mencapai totalitas kepemimpinan.

2.1.4 Sifat-sifat Kepemimpinan

Adapun sepuluh sifat kepemimpinan dikemukakan oleh Buchari (2003:132)

yang dimilki oleh seorang pemimpin yaitu sebagai berikut:

1. Energi jasmani dan mental(phisical and nervous energy)

Seorang pemimpin memiliki daya tahan keuletan, kekuatan yang luar biasa

seperti tidak akan pernah habis. Demikian juga semangat, motivasi kerja,

disiplin, kesabaran, daya tahan bathin, kemauan yang luar biasa untuk

mengatasi semua masalah yang dihadapi.

2. Kesadaran akan tujuan dan arah (asence of purpose and direction)

Ia memiliki keyakinan teguh akan kesabaran dan kegunaan dalam mencapai

tujuan yang terarah.

3. Antusiasme (semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar)

Dia yakin bahwa tujuan yang hendak dicapai akan memberikan harapan

sukses dan membangkitkan semangat optimisme dan bekerja.

4. Keramahan dan kecintaan (friendlines and affection)

Sifat ramah mempunyai kebaikan dalam mempengaruhi orang lain sehingga

menimbulkan kasih saying, simpati yang tulus, diikuti dengan kesediaan

berkorban untuk mencapai kesuksesan perusahaan.

5. Integritas (keutuhan, kejujuran, dan ketulusan hati)

Seorang pemimpin mempunyai perasaan sejiwa dan senasib dan

sepenanggungan dengan para karyawannya.

6. Penguasaan teknis (teknical mastery)

Agar pemimpin mempunyai wibawa terhadap bawahan maka dia harus

menguasai sesuatu pengetahuan atau ketrampilan teknis.

7. Ketegasan dalam mengambil keputusan

Dia harus memilki kecerdasan dalam mengambil keputusan sehingga dia

mampu meyakini bawahan, dan mendukung kebijakan yang telah diambil

dalam pelaksanaanya.

8. Kecerdasan (intelligence)

Seorang pemimpin harus mampu melihat dan memahami sebab akibat dari

suatu gejala, cepat menemukan jalan keluar dan mengatasi kesulitan dengan

cara yang efektif.

9. Ketrampilan mengajar (teaching skill)

Seorang pemimpin atau wirausaha adalah seorang guru yang mampu

mendidik, mengarahkan, memotivasi karyawannya untuk berbuat sesuatu

yang menguntungkan perusahaan.

10. Kepercayaan (faith)

Jika seorang pemimpin disenangi oleh bawahan maka akan muncul

kepercayaan dari bawahan terhadap pemimpin. Kepercayaan bawahan ini

akan memunculkan sikap rela berjuang, melaksanakan semua perintah,

disiplin dalam bekerja untuk menjalankan kegiatan perusahaan.

Dengan demikian maka jelas pemimpin mempunyai kelebihan-kelebihan

baik pribadi maupun kemampuan sosial yang mencerminkan nilai-nilai

positif.Sehingga orang yang berpredikat sebagai pemimpin adalah orang-orang

yang memenuhi syarat-syarat atau sifat-sifat kepemimpinan yang dapat

dikategorikan pada aspek kelebihan fisik, kelebihan rohani, dan kelebihan resiko.

2.1.5 Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai

dengan fungsinya. Menurut Rivai (2003:96) fungsi kepemimpinan dapat

dibedakan menjadi lima, yaitu:

1) Fungsi instruktif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah.Pemimpin sebagai

pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya pada orang-

orang yang dipimpin.

2) Fungsi konsultasi

Fungsi ini berlangsung bersifat komunikasi dua arah meskipun

pelaksanaannya sangat bergantung pada pihak pemimpin.

3) Fungsi partisipasi

Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga

berwujud pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin

dengan sesama orang yang dipimpin.

4) Fungsi delegasi

Fungsi ini dijelaskan dengan memberikanpelimpahan wewenang membuat

atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa

persetujuan dari pimpinan.

5) Fungsi pengendalian

Fungsi ini cenderung bersifat berkomunikasi satu arah, meskipun tidak

mustahil untuk dilakukan dengan cara berkomunikasi dua arah.

2.1.6 Ciri-ciri kepemimpinan

Menurut Sukanto dan Handoko (2001:286) ada empat ciri utama yang

mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi atau

perusahaan yaitu:

1) Kecerdasan (intellegence)

Ketelitian pada umumnya menunjukkan bahwa seorang pemimpin

mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dari pada pengikutnya, tetapi

tidak sangat berbeda.

2) Kecerdasan sosial dan lingkungan yang luas (social maturity and breath)

Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang,

serta mempunyai kegiatan-kegiatan dan perhatian luas.

3) Motivasi diri dan dorongan berprestasi

Pemimpin secara kreatif mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang

tinggi, sacara relatifmereka bekerja keras untuk dinilai intrinsik dari pada

ekstrinsik.

4) Sikap-sikap hubungan manusiawi

Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat

pengikut-pengikutnya.

Dari permasalahan yang dikemukakan pada pembahasan sebelumnya dan

dihubungkan dengan tipe, fungsi, sifat dan cirri-ciri kepemimpinan maka dapat

dikatakan bahwa sifat-sifat kepemimpinan yang baik dapat dipelajari dan

diterapkan oleh seorang pemimpin, tetapi bakat dan sifat kepemimpinan yang ada

dalam dirinya amat membantu (bersifat kondusif) terhadap kepemimpinannya.

2.2 Motivasi Kerja

2.2.1 Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi adalah suatu tindakan atau perilaku terhadap suatu pekerjaan

dengan tujuan ingin mendapatkan hasil kerja yang memuaskan.Motivasi terbentuk

atau timbul dari seorang pegawai didalam menggerakkan seluruh tenaga dan

pikiran untuk mencapai tujuan oranisasi.Menurut Mangkunegara (2007:61) bahwa

“motivasi terbentuk dari sikap atau (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi

kerja diperusahaan (situation).Motivasi merupakan kondisi atau energi yang

menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan

organisasi perusahaan.Sikap pro dan positif terhadap situasi kerja.

Motivasi, kadang-kadang istilah ini dipakai silih berganti dengan istilah-

istilah lainnya, seperti misalnya kebutuhan (need), keinginan (want), dorongan

(drive).Orang yang satu berbeda dengan lainnya, selain terletak pada

kemampuannya untuk bekerja juga tergantung pada kekuatan dari motivasi itu

sendiri.Sinungan (2005:135) mengemukakan motivasi dapat diartikan sebagai

bahan integral dari hubungan industrial dalam rangka proses pembinaan,

pengembangan, dan pengarahan SDM dalam suatu perusahaan.Hal ini diperjelas

oleh Winardi (2001:3) bahwa motivasi merupakan sebuah determinan penting

bagi kinerja individual. Jelas kiranya, bahwa ia bukan satu-satunya determinan

karena masih ada variabel-variabel lain yang turut mempengaruhinya seperti:

- Upaya (kerja) yang dikerahkan

- Kemampuan orang yang bersangkutan

- Pengalaman (kerja) sebelumnya

Motivasi kerja yang dimiliki seorang pekerja berbeda-beda dan juga

berubah-ubah.Ada pekerja yang selalu terlihat bekerja karena menginginkan

kenaikan gaji, atau promosi jabatan. Hal ini dijelaskan oleh Dharma (1997:45)

bahwa motivasi merupakan hal yang sederhana karena orang-orang pada dasarnya

termotivasi atau terdorong untuk berperilaku dalam cara yang dirasakan mengarah

kepada perolehan ganjaran.

Dalam (http://www.anneahira.com/motivasi/motivasi-kerja.htm) motivasi

kerja adalah suatu dorongan jiwa yang membuat seseorang bergerak untuk

melakukan tindakan yang produktif, baik yang berorientasi kerja untuk

menghasilkan maupun tidak.Motivasi kerja dapat memberi energi yang

menggerakkan segala potensi yang ada, menciptakan keinginan tinggi dan luhur,

serta meningkatkan kegairahan bersama. Masing-masing pihak bekerja menurut

aturan atau ukuran yang ditetapkan dengan saling menghormati, saling

membutuhkan, saling menghargai hak dan kewajiban masing-masing dalam

keseluruhan proses kerja operasional.

2.2.2 Prinsip-prinsip Dalam Motivasi

Mangkunegara (2007:61-62) mengemukakan beberapa prinsip dalam

memotivasi kerja pegawai, yaitu:

1) Prinsip partisipasi

Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut

berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.

2) Prinsip komunikasi

Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan

usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih

mudah dimotivasi kerjanya.

3) Prinsip mengakui andil bawahan

Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil didalam

usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih

dimotivasi kerjanya.

4) Prinsip pendelegasian wewenang

Pemimpin yang otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk

sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang

dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan termotivasi untuk

mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.

5) Prinsip memberi perhatian

Pemimpin memberi perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai

bawahan, akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh

pemimpin.

2.2.3 Elemen Penggerak Motivasi

Motivasi seseorang akan ditentukan oleh stimulusnya. Stimulus yang

dimaksud merupakan mesin penggerak motivasi seseorang sehingga

menimbulkan pengaruh perilaku orang yang bersangkutan. Motivasi seseorang

menurut Sagir (1985:97) biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Kinerja (achievement)

Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan

(needs) dapat mendorong mencapai sasaran.

2) Penghargaan (recognition)

Penghargaan, pengakuan (Recognition) atas suatu kinerja yang telah dicapai

oleh seseorang merupakan stimulus yang kuat. Pengakuan atas suatu kinerja

akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi dari pada penghargaan

dalam bentuk materi atau hadiah.

3) Tantangan (challenge)

Adanya tantangan yang dihadapi merupakan stimulus kuat bagi manusia

untuk mengatasinya.Sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat

dicapai biasanya tidak mampu menjadi stimulus, bahkan cenderung menjadi

kegiatan rutin.

4) Tanggung jawab

Adanya rasa ikut memiliki (Sense Of Belonging) atau rumoso handarbeni

akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa tanggung jawab.

5) Pengembangan (development)

Pengembangan kemampuan seseorang, baik dalam pengalaman kerja atau

kesempatan untuk maju dapat menjadikan stimulus kuat bagi karyawan untuk

bekerja lebih giat atau lebih bergairah.

6) Keterlibatan

Rasa ikut terlibat atau involved dalam suatu proses pengambilan keputusan

atau dengan bentuk kotak saran dari karyawan, yang dijadikan masukan untuk

manajemen perusahaan merupakan stimulus yang cukup kuat bagi karyawan.

7) Kesempatan

Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karier yang terbuka, dari

tingkat bawah sampai tingkat manajemen puncak merupakan stimulus untuk

berprestasi atau bekerja produktif.

2.2.4 Faktor-faktor Motivasi Kerja

Menurut Mangkunegara (2007:74) ada tiga aspek utama yang

mempengaruhi motivasi kerja pegawai yaitu:

1) Perbedaan karekteristik individu meliputi kebutuhan, minat, sikap dan nilai.

2) Perbedaan karakteristik pekerjaan. Hal ini berhubungan dengan persyaratan

untuk setiap pekerjaan yang menuntut penempatan pekerjaan sesuai dengan

bidang keahliannya.

3) Perbedaan karakteristik organisasi (lingkungan kerja) yang meliputi peraturan

kerja, iklim kerja, dan budaya kerja yang disepakati.

2.2.5 Teknik Memotivasi Kerja Karyawan

Menurut Mangkunegara (2007:76-77) ada beberapa teknik motivasi kerja

karyawan, antara lain:

a) Teknik pemenuhan kebutuhan pegawai

b) Pemenuhan kebutuhan pegawai merupakan fundamental yang mendasari

perilaku kerja, kita tidak mungkin dapat memotivasi kerja pegawai tanpa

memperhatikan apa yang dibutuhkan.

c) Teknik komunikasi persuasif

Teknik persuasif merupakan salah satu teknik memotivasi kerja pegawai yang

dilakukan dengan cara mempengaruhi pegawai secara ekstralogis. Teknik ini

dirumuskan dalam “AIDDAS”.

A = Attention (Perhatian)

I =Interst (Minat)

D = Desire (Hasrat)

D = Decision (Keputusan)

A = Action (Aksi/Tindakan)

S = Saticfaction (Kepuasan)

Dalam penggunaannya, pertama kali pemimpin harus memberikan perhatian

kepada pegawai tentang pentingnya tujuan dari suatu pekerjaan agar timbul minat

pegawai terhadap pelaksanaan kerja.Jika telah timbul minatnya, maka tindakan

kerja dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. Dengan demikian,

pegawai akan bekerja dengan motivasi tinggi dan merasa puas terhadap hasil

kerjanya.

2.3 Ketrampilan Pemimpin dan Motivasi Kerja

Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang

berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-

pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dan mengidentifikasikan

perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif, akan dicapai pengembangan

efektifitas personalia dalam organisasi. Kepemimpinan membutuhkan penggunaan

kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam mewujudkan

tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Ketrampilan-ketrampilan yang pada umumnya dibutuhkan untuk seorang

pemimpin yang efektif menurut Handoko (2000:35-37) adalah: 1) ketrampilan

konseptual (conceptual skills), yaitu kemampuan mental untuk

mengkoordinasikan dan mengintegrasikan seluruh kepentingan dan kegiatan

organisasi, 2) ketrampilan kemanusiaan (human skills), yaitu kemampuan untuk

bekerja dengan memahami dan memotivasi orang lain, baik sebagai individu

ataupun kelompok, 3) ketrampilan administrasi (administrative skills), yaitu

seluruh ketrampilan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian,

penyusunan pegawai dan pengawasan, dan 4) ketrampilan teknik (technical

skills), yaitu kemampuan untuk menggunakan peralatan-peralatan, prosedur-

prosedur atau teknikal-teknikal dari suatu bidang tertentu. Sebagai pemimpin yang

membawahi pegawainya dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya yang

efektif harus mampu menerapkan fungsi-fungsi pokok manajemen dan memiliki

ketrampilan-ketrampilan manajerial tersebut.Oleh karena itu, seorang pemimpin

haruslah mempunyai baik ketrampilan manajemen (managerial skill) maupun

ketrampilan tekhnis (technical skill).Semakin rendah kedudukan seorang tekhnis

pemimpin dalam organisasi maka ketrampilan lebih menonjol dibandingkan

dengan ketrampilan manajemen dan aktivitas yang dijalankan adalah aktivitas

bersifat konseptual. Dengan perkataan lain semakin tinggi kedudukan seorang

pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut dari padanya kemampuan

berpikir secara konsepsional strategis dan makro.Hal ini juga dikatakan oleh

Siagian (2004:156) bahwa kemampuan seorang pemimpin tidak lagi diukur

dengan menggunakan kriteria kemampuan operasional, melainkan dari

kemampuan dan ketrampilannya menggerakkan orang lain sedemikian rupa

sehingga orang lain yaitu bawahan menunjukkan prestasi kerja yang optimal,

bahkan kalau mungkin yang maksimal.

Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan

atau pegawai yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi.Terry

(2004:306) menyatakan pendapatnya bahwa keyakinan dalam feasilinilitas

prestasi dan mencapai prestasi menimbulkan motivasi, jadi bukanlah sebaliknya

yaitu bahwa motivasi menyebabkan timbulnya motivasi.Menurut Winardi

(2000:449) faktor-faktor yang memotivasikan orang banyak adalah faktor yang

berkaitan dengan kerja itu sendiri berlainan dengan lingkungan kerja. Menurut

Winardi bahwa faktor motivasional meliputi: prestasi, pengakuan/penghargaan,

lingkungan kerja, tanggung jawab, kemajuan dan pertumbuhan pribadi.

2.4 Penelitian Terdahulu

Maisardana (2006:56-57) melakukan penelitian dengan judul meneliti

pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan pada PT. Bank

Sumut Cabang Stabat. Hasil penelitian menunjukkan secara serempak

disimpulkan bahwa variabel gaya kepemimpinan demokratis (X1) dan gaya

otoriter (X2) berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pada PT. Bank

Sumut Cabang Stabat, variabel gaya kepemimpinan Laissez Faire (X3) tidak

berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pada PT. Bank Sumut Cabang

Stabat. Secara parsial diantara variabel bebas yang diteliti ternyata variabel gaya

kepemimpinan otoriter (X2) merupakan paling dominan. Hal itu dapat dilihat dari

nilai thitung pada variabel X2 lebih besar dari nilai thitung X1 dan X3.

Iis Yasiroh (2010:54) melakukan penelitian dengan judul meneliti pengaruh

gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Karawang Selatan. Hasil penelitian menunjukkan secara

serempak disimpulkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur maka

memberikan informasi bahwa besarnya pengaruh gaya kepemimpinan (X1) yang

secara langsung mempengaruhi kinerja karyawan (Y)

Pengaruh motivasi terhadap kinaerja kantor pelayanan pajak pratama

karawang, berdasarkan hasil analisis maka memberikan informasi bahwa besarnya

pengaruh motivasi (X2) yang langsung mempengaruhi kinerja karyawan (Y)

Indah Sugiarti (2010:61-62) melakukan penelitian dengan judul meneliti

pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja karyawan pada PT. Future

Computer. Hasil penelitian menunjukkan secara serempak disimpulkan bahwa

berdasarkan analisa gaya kepemimpinan manager PT. Future computer adalah

gaya “Partisipatif” setelah dilakukan perhitungan atas jawaban dari kusioner

sebanyak 30 responden didapat persamaan regresi Y= 13,21 + 0,81X yang artinya

semakin baik gaya kepemimpinan (X) maka akan semakin besar motivasi kerja

karyawan (Y)

No Peneliti Tahun Kesimpulan

1

Maisardana

2006

melakukan penelitian dengan judul

meneliti pengaruh gaya kepemimpinan terhadap

motivasi kerja karyawan pada PT. Bank Sumut

Cabang Stabat. Hasil penelitian menunjukkan

secara serempak disimpulkan bahwa variabel

gaya kepemimpinan demokratis (X1) dan gaya

otoriter (X2) berpengaruh signifikan terhadap

motivasi kerja pada PT. Bank Sumut Cabang

Stabat, variabel gaya kepemimpinan Laissez

Faire (X3) tidak berpengaruh signifikan

terhadap motivasi kerja pada PT. Bank Sumut

Cabang Stabat. Secara parsial diantara variabel

bebas yang diteliti ternyata variabel gaya

kepemimpinan otoriter (X2) merupakan paling

dominan. Hal itu dapat dilihat dari nilai thitung

pada variabel X2 lebih besar dari nilai thitung

X1 dan X3.

2

3

Iis Yasiroh

Indah Sugiarti

2010 melakukan penelitian dengan judul

meneliti pengaruh gaya kepemimpinan dan

motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karawang

Selatan. Hasil penelitian menunjukkan secara

serempak disimpulkan bahwa berdasarkan hasil

perhitungan analisis jalur maka memberikan

informasi bahwa besarnya pengaruh gaya

kepemimpinan (X1) yang secara langsung

mempengaruhi kinerja karyawan (Y). Pengaruh

motivasi terhadap kinaerja kantor pelayanan

pajak pratama karawang, berdasarkan hasil

analisis maka memberikan informasi bahwa

besarnya pengaruh motivasi (X2) yang langsung

mempengaruhi kinerja karyawan (Y)

Melakukan penelitian dengan judul

meneliti pengaruh gaya kepemimpinan dan

motivasi kerja karyawan pada PT. Future

Computer. Hasil penelitian menunjukkan secara

serempak disimpulkan bahwa berdasarkan

analisa gaya kepemimpinan manager PT. Future

computer adalah gaya “Partisipatif” setelah

dilakukan perhitungan atas jawaban dari

kusioner sebanyak 30 responden didapat

persamaan regresi Y= 13,21 + 0,81X yang

artinya semakin baik gaya kepemimpinan (X)

maka akan semakin besar motivasi kerja

karyawan (Y)

Berdasarkan hasil yang diteliti oleh penulis sebelumnya maka penulis

sependapat dengan hasil penelitian oleh Iis Yasiroh (2006) yang melakukan

penelitian dengan judul meneliti pengaruh gaya kepemimpinan dan motivasi kerja

terhadap kinerja karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karawang

Selatan. Dengan hasil penelitian menunjukkan secara serempak disimpulkan

bahwa berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur maka memberikan informasi

bahwa besarnya pengaruh gaya kepemimpinan (X1) yang secara langsung

mempengaruhi kinerja karyawan (Y). Dengan demikain sangat singkron dengan

apa yang diteliti dalam penelitian ini yaknihasil analisa korelasi menunjukan

bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara variabel gaya

kepemimpinan dengan variabel motivasi kerja karyawan pada UD. InterGorontalo

yang ditunjukan oleh nilai koefisien

2.5 Kerangka Berpikir

Sugiono (2004:65), mengatakan bahwa “kerangka berfikir merupakan

model konseptual tentang bagaimana teori berpengaruh dengan berbagai faktor

yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting”.Ketrampilan-ketrampilan

yang pada umumnya dibutuhkan untuk seorang pemimpin yang efektif menurut

Handoko (2000:35-37) adalah: 1) ketrampilan konseptual (conceptual skills), 2)

ketrampilan kemanusiaan (human skills), 3) ketrampilan administrasi

(administrative skills), dan 4) ketrampilan teknik (technicalskills).Apabila seorang

pemimpin mempunyai ketrampilan-ketrampilan seperti diatas maka para pegawai

akan termotivasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam instansi tersebut.

Motivasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan agar dapat

melaksanakan tugas yang ada sebaik mungkin.

Menurut Siagian (2004:156) bahwa “kemampuan seorang pemimpin tidak

lagi diukur dengan menggunakan kriteria kemampuan operasional, melainkan dari

kemampuan dan ketrampilannya menggerakkan orang lain sedemikian rupa

sehingga orang lain yaitu bawahan menunjukkan prestasi kerja yang optimal,

bahkan kalau mungkin yang maksimal”.Menurut Winardi (2000:449) bahwa

faktor motivasional meliputi: prestasi, pengakuan/penghargaan, lingkungan kerja,

tanggung jawab, kemajuan, dan pertumbuhan pribadi. Menurut Wahjosumidjo

(1984), kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, sebab

keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sangat bergantung kepada kewibawaan, dan juga

pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi di dalam diri setiap orang bawahan,

kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka rumusan konseptual antara teori

dengan berbagai faktor yang diidentifikasikan sebagai masalah penting. Maka

dalam kaitannya dengan hal tersebut peneliti membatasi masalah yang diteliti

yakni pengaruhgaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja karyawan yang dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir

2.6 Pengajuan Hipotesis

Menurut Sugiono (2011:159) “hipotesis adalah sebagai jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, yang dibuat untuk menjelaskan penelitian

itu dan juga dapat menuntun atau mengarahkan penelitian selanjutnya”.Hipotesis

yang diuji dalam penelitian ini yaitu diduga terdapat pengaruhgaya kepemimpinan

terhadap motivasi kerja karyawan pada UD. Inter Gorontalo.

Gaya Kepemimpinan (X):

Employee Centred/Job

centered

Consideration/Initiating

Structure

(Kartini, 1994: 37)

Motivasi Kerja (Y):

Kinerja (achievement)

Penghargaan (recognition)

Tantangan (challenge)

Tanggung Jawab

Pengembangan (development)

Keterlibatan

Kesempatan

(Sagir,1985:97)