hakikat teori-teori belajar dan gagasan pembaharuan pembelajaran ips sd
Post on 12-Jul-2015
1.076 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HAKIKAT TEORI-TEORI BELAJAR DAN
GAGASAN PEMBAHARUAN PEMBELAJARAN IPS SD
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan IPS SD
Dosen Pengampu:
Drs. H. Siradjuddin, S.Pd, M.Pd
Oleh:
Kelompok Astronot
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
HAKIKAT TEORI-TEORI BELAJAR DAN
GAGASAN PEMBAHARUAN PEMBELAJARAN IPS SD
Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan IPS SD
Dosen Pengampu:
Drs. H. Siradjuddin, S.Pd, M.Pd
Oleh:
Kelompok Astronot
Anggota:
Luluk Kustiana 12010644049 (02)
Elga Nita Hidayanti 12010644050 (03)
Fikahati Rachmawati 12010644051 (04)
Nisrina Wian Candra 12010644117 (21)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan pertolongan-Nya sehingga dapat diselesaikannya makalah
yang berjudul “Hakikat Teori-Teori Belajar dan Gagasan Pembaharuan
Pembelajaran IPS SD” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan IPS SD.
Dalam penulisan makalah ini disampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah, khususnya kepada:
1. Drs. H. Siradjuddin, S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan IPS SD yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, serta dorongan dalam rangka
penyelesaian penyusunan makalah ini.
2. Rekan-rekan PGSD angkatan 2012, khususnya di kelas E PGSD 2012,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya.
3. Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan, doa dan bantuan yang besar kepada
kami.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang hakikat teori-teori belajar, makna dari
proses dan hasil pembelajaran, hakikat konsep pembaharuan dalam pembelajaran
di SD, dan ciri-ciri gagasan pembaharuan dalam pembelajaran di SD. Teori
belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah perilaku mereka.
Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh perubahan.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Seperti
pepatah “Tiada gading yang tak retak”, kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, sesuai dengan prinsip ilmiah,
kami menerima koreksi, saran, dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah ini.
Surabaya, 15 April 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .............................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Hakikat Teori-teori Belajar ............................................................... 3
2.2 Makna Dari Proses dan Hasil Pembelajaran ..................................... 11
2.3 Konsep Pembaharuan Dalam Pembelajaran di SD ........................... 16
2.4 Ciri-Ciri Gagasan Pembaharuan Pembelajaran IPS SD ................... 22
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 27
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 27
3.2 Saran ................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Harus disadari, seiring dengan makin bertambahnya usia planet bumi
dan segala makhluk hidup yang menghuninya, banyak pula perubahan-
perubahan yang mengiringinya. Manusia sebagai makhluk yang paling cerdas
di planet bumi ini bersifat sangat dinamis, sehingga dengan kemampuannya
tersebut banyak hal-hal yang baru muncul setiap saatnya. Dalam bidang
pendidikan dan khususnya pembelajaran di sekolah, pembaruan dari waktu
ke waktu selalu terjadi, sehingga penting bagi kita untuk mengikuti
pembaruan tersebut agar kita tidak kehilangan jejak dalam mengikuti
perubahan dan pergeseran yang terjadi di planet bumi ini. Istilah pembaruan
dalam pendidikan dan pembelajaran dapat digunakan dalam berbagai aspek
yang melingkupi pendidikan dan pembelajaran. Contohnya, Undang-Undang
Guru dan Dosen adalah produk pembaruan di bidang peraturan dan
perundangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Demikian pula
dengan banyaknya penerapan berbagai metode pembelajaran yang saat ini
dikenal dengan metode pembelajaran yang menyenangkan juga merupakan
pembaruan di bidang pembelajaran. Tidak selalu pembaruan itu merupakan
sesuatu hal yang baru sama sekali, dapat saja pembaruan merupakan sesuatu
yang disempurnakan dan dikemas ulang dengan atribut baru dari yang lama
dan diperkenalkan dengan label atau nama yang baru.
Sebagai mahasiswa sebagai calon guru, penting untuk mengikuti jejak
guru dan praktisi pendidikan yang telah berproses menghasilkan pembaruan-
pembaruan yang mungkin tanpa kita sadari ataupun dirancang. Dengan
begitu, dapat selalu diidentifikasi berbagai masalah yang mungkin timbul
karena penerapan perubahan tersebut dan segera dapat memperbaiki dan
menyempurnakan sehingga dapat saja akan muncul sebuah pembaruan yang
lain lagi. Jadi, teori belajar dan pembaharuan dalam pendidikan penting untuk
dikaji lebih mendalam.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat diperoleh rumusan masalah.
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apakah hakikat teori-teori belajar?
2. Apa saja makna dari proses dan hasil pembelajaran?
3. Apa yang dimaksud dengan konsep pembaharuan dalam pembelajaran
di SD?
4. Apa ciri-ciri gagasan pembaharuan pembelajaran IPS SD?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk memahami hakikat teori-teori belajar.
2. Untuk memahami makna dari proses dan hasil pembelajaran.
3. Untuk memahami yang dimaksud dengan konsep pembaharuan dalam
pembelajaran di SD.
4. Untuk memahami ciri-ciri gagasan pembaharuan pembelajaran IPS
SD.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dalam makalah ini adalah:
1. Mahasiswa memahami hakikat teori-teori belajar.
2. Mahasiswa memahami makna dari proses dan hasil pembelajaran.
3. Mahasiswa memahami apa yang dimaksud dengan konsep
pembaharuan dalam pembelajaran di SD.
4. Mahasiswa memahami apa ciri-ciri gagasan pembaharuan
pembelajaran IPS SD.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Teori-Teori Belajar
Sebelum mengetahui hakikat teori belajar, berikut ini dibahas
mengenai hakikat teori. Secara umum teori diartikan sebagai
pendapat. Sedangkan dalam pengertian khusus, teori hanya digunakan dalam
lingkungan ilmu atau biasa disebut teori ilmiah. Dalam pengertian khusus ini,
Kerlinger (1973:9) menyatakan bahwa :“ A theory is a set of interrelated
constructs (concepts), definitions, and propositions that present a systematic
view of phenomena by specifying relations among variables, with the purpose
of explaning and predicting the phenomena.” Di dalam definisi ini
terkandung tiga konsep penting. Pertama, suatu teori adalah satu set
proposisi yang terdiri atas konsep-konsep yang berhubungan. Kedua, teori
memperlihatkan hubungan antar variabel atau antar konsep yang menyajikan
suatu pandangan yang sistematik tentang fenomena. Ketiga, teori haruslah
menjelaskan variabelnya dan bagaimana variabel itu berhubungan.
Dengan demikian, teori dianggap sebagai sarana pokok untuk
menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun natura yang
ingin diteliti dan juga merupakan alat dari ilmu (tool of science). Di lain
pihak, teori juga merupakan alat penolong teori. Sebagai alat dari ilmu, teori
mempunyai peranan sebagai: (a) teori sebagai orientasi utama dari ilmu, (b)
teori sebagai konseptualisasi dan klasifikasi, (c) teori meringkas fakta, (d)
teori memprediksi fakta-fakta, dan (e) teori memperjelas celah kosong.
Teori mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian dan juga
dapat meningkatkan arti dari penemuan penelitian. Tanpa teori, penemuan
tersebut akan merupakan keterangan-keterangan empiris yang berpencar.
Makin banyak penelitian yang dituntun oleh teori, maka makin banyak pula
kontribusi penelitian yang secara langsung dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan (disarikan dari Moh. Nazir, 1983:22-25).
Sementara itu, Ismaun (2001:32) mengemukakan bahwa teori adalah
pernyataan yang berisi kesimpulan tentang adanya keteraturan
subtantif. Menemukan keteraturan itulah tugas ilmuwan, dan dengan
kemampuan kreatif rekayasanya, ilmuwan dapat membangun keteraturan
rekayasa. Keteraturan rekayasa ini dapat dibedakan dalam tiga keteraturan,
yaitu : (1) keteraturan alam, (2) keteraturan kehidupan sosial manusia dan (3)
keteraturan rekayasa teknologi.
1. Keteraturan Alam
Alam semesta ini memiliki keteraturan yang determinate.
Ilmu-ilmu kealaman biasa disebut hardscience, karena segala proses
alam yang berupa anorganik sampai organik dan hubungan satu
dengan lainnya sehingga dapat dideskripsikan,
dikontrol, dan diprediksikan relatif tepat.
Memang, hingga sejauh ini kemampuan manusia dalam
membangun berbagai teori tentang kealaman (natura), baik yang
organik maupun anorganik, sudah begitu maju dan canggih. Dengan
kemajuan teori ini, manusia mampu memperlakukan alam sedemikian
rupa, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan kemajuan
peradaban manusia itu sendiri. Namun di sisi lain, kadang kala
manusia menjadi kebabalasan dalam memperlakukan alam serta
mengekploitasinya diluar batas kendali. Tak heran, akibatnya alam
pun menjadi marah dan tidak ramah lagi. Contoh, kasus penebangan
pohon dan penggundulan hutan secara membabi-buta, serta
menghilangkan daerah-daerah resapan air yang berubah menjadi
“hutan beton” telah menimbulkan terjadinya banjir di mana-mana.
Begitu juga, kasus pemanasan global dan rusaknya lapisan ozon
merupakan cerminan dari ketidakarifan manusia dengan ilmu dan teori
yang dimilikinya dalam memperlakukan alam.
Dengan demikian, kiranya dibutuhkan kesadaran moral dan
kearifan yang tinggi manakala manusia hendak mengembangkan dan
memanfaatkan teori-teori tentang kealaman. Sehingga pada akhirnya
segala teori yang ditemukan benar-benar dapat menjadikan berkah
bagi kehidupan manusia dan tidak sebaliknya.
2. Keteraturan Kehidupan Sosial Manusia
Hidup manusia memiliki keragaman yang sangat luas. Faktor
dan variabel yang berperan dalam kehidupan manusia pun sangat
banyak dan kita tidak selalu dapat memprediksikannya selalu linier.
Oleh karena itu, ilmu tentang kehidupan manusia ini termasuk soft
science yang bersifat indeterminate. Meski kemajuannya tidak sehebat
ilmu dan teori dalam bidang keteraturan alam (hard science), ternyata
ilmu dan teori tentang kehidupan manusia pun atau soft
sciencemengalami perkembangan yang signifikan. Perubahan dan
kemajuan ilmu tentang kehidupan manusia atau soft science ini
sebetulnya tidak bisa dilepaskan dari akibat kemajuan kedua hukum
keteraturan lainnya.
Sebagai contoh, ketika manusia mampu menciptakan teknologi
komputer atau transportasi, maka secara langsung atau tidak langsung
akan berpengaruh terhadap pola hidup manusia itu sendiri, baik dalam
hal ekonomi, sosial, politik, atau pun dalam perilaku sehari-hari. Pada
gilirannya hal ini mendorong pula untuk berkembangnya ilmu dan
teori tentang kehidupan manusia, seperti teori ekonomi, pendidikan,
sosial dan sebagainya.
Yang menjadi persoalan ketika perkembangan ilmu dan teori
tentang kehidupan manusia atau soft science ini tidak disertai dengan
etik dan moral, maka yang terjadi justru kemunduran dan proses
dehumanisasi yang menghilangkan fitrah kemanusiaan.
3. Keteraturan Rekayasa Teknologi
Keteraturan alam yang determinate, dapat dibedakan menjadi
dua; yakni keteraturan substantif dan keteraturan esensial. Pohon
mangga Arumanis akan berbuah mangga Arumanis. Ketika ilmuwan
berupaya menemukan esensi pohon mangga yang tahan hama
penyakit, ilmuwan berupaya membuat rekayasa agar dapat diciptakan
pohon mangga baru Manalagi yang enak buahnya, banyak buahnya,
dan pohonnya tahan hama penyakit, di sini tampak bahwa ilmuwan
mencoba menemukan keteraturan esensial pada benda organik.
Produk teknologi merupakan produk kombinasi antara pemahaman
ilmuwan tentang keteraturan esensial yang determinate dengan upaya
rekayasa kreatif manusia mengikuti hukum keteraturan alam.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian
tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari
satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat
diatas, teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya
memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat
tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di
luar kelas.
Sedangkan pengertian belajar adalah suatu kegiatan sengaja organisme
mengubah perilaku. Semua kegiatan belajar, pasti diikuti perubahan, meliputi
kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian
diri dan sebagainya. Menurut Bloom, ranah atau matra yang berubah itu meliputi
ranah kognitif, afektif dan psikomotor, masing-masing dirinci ke dalam jangkauan
kemampuan sebagai berikut: Pertama, Cognitif Domain, meliputi: a) Knowledge;
b) Coprehension; c) Application; d) Analysis; e) synthesis; f) evaluation. Kedua,
Affective Domain, meliputi a) Receiving, b) responding, c) valuing, d)
organization, e) characterization’. Ketiga, Psychomotor Domain, meliputi a)
iniatory level; b) preroutine level; c) routinized level;
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu
untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang
disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau
pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang
bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang
membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan
lingkungan.
Dari penjelasan mengenai hakekat teori dan hakekat belajar tersebut dapat
dirumuskan bahwa hakekat teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang
untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh
perubahan yang meliputi kecakapan, keterampilan dan sikap, pengertian dan harga
diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya. Perubahan tersebut
meliputi perubahan kognitif, perubahan psikomotor, dan perubahan afektif.
Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori
belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,
sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
Untuk menambah informasi mengenai hakekat teori-teori belajar, berikut
ini dipaparkan hakekat teori belajar menurut para ahli:
1. B.F. Skiner
Skinner menyatakan bahwa belajar merupakan “Tingkah laku
sebagai hubungan antara perangsang (S) dan respon (R)” yang terkenal
dengan teorinya yaitu Operant Conditioning Theory. Ada dua macam
respon dalam kegiatan belajar Respondent response reflexive respons,
bersifat spontan atau dilakukan secara reflek, diluar kemampuan
seseorang. Dalam situasi yang demikiasn seseorang cukup belajar dengan
stimulus yang diberikan dan ia akan memberikan respons yang sepadan
dengan stimuli yang datang. Operant Response (Instrumental Response),
respon yang timbul dan berkembangnya dikuti oleh perangsan-perangsang
tertentu. Perangsang yang demikian disebut dengan reinforcing stimuli
atau reinforcer, karena perangsang ini memperkuan respons yang telah
dilakukan oleh organisme. Prosedur pembentukan tingkah laku dalam
operant response secara sederhana adalah sebagai berikut:
Mengidentifikasi hal-hal apa yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku
yang akan dibentuk. Menganalisa, dan selanjutnya mengidentifikasi
komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk
menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud. Berdasarkan
urutan komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer untuk masing-masing komponen-komponen
itu. Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan mengunakan urutan
yang telah disusun. Kalau komponen pertama telah dilakukan, maka
hadiahnya (reinforcer) diberikan. Kemudian komponen kedua, jika yang
pertama sudah terbentuk, yang kemudian diberi hadiah pula (komponen
pertama tidak memerlukan hadiah lagi).
2. Pavlov
Dalam teorinya Pavlov menyatakan bahwa gerakan refleks itu
dapat dipelajari dan dapat berubah dengan melakukan latihan. Refleks
dibagi menjadi dua bagian, yaitu refleks wajar (unconditioned reflex) dan
refleks bersyarat (conditioned reflex). Refleks wajar, refleks yang terjadi
dengan sendirinya saat diberikan rangsang, sedangkan refleks bersyarat
adalah refleks yang harus dipelajari. Menurut teori conditioning, belajar
adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
(conditions), dapat berupa latihan yang dilakukan secara terus menerus
sehingga menimbulkan reasksi (response). Kelemahannya adalah
menganggap bahwa belajar adalah hanyalah terjadi secara otomatis dan
lebih menonjolkan peranan latihan-latihan, dimana keaktifan dan pribadi
seseorang tidak dihiraukan.
3. Guthrie
Teori yang dikemukakan oleh Guthrie adalah teori conditioning
yang menitikberatkan pada cara-cara atau upaya tertentu untuk mengubah
kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan yang baik. Menurut
Guthrie tingkah laku manusia itu adalah merupakan deretan-deretan
tingkah laku yang terdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini
merupakan respons atas rangsangan ang terjadi sebelumnya dan menjadi
rangsang berikutnya. Beberapa metode yang disarankan Guthrie untuk
mengubah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan adalah :
a) Metode Reaksi Berlawanan (Incompatible Response Method)
Dasar pemikiran metode reaksi berlawanan adalah bahwa manusia
adalah merupakan organisme yang selalu bereaksi terhadap
rangsang-rangsang.
b) Metode Membosankan (Exhaustion Method). Hubungan asosiasi
antara rangsang dengan reaksi pada tingkah laku yang buruk
dibiarkan sampai kemudian menjadi bosan atas keburukannya.
c) Metode Mengubah Lingkungan (Change of Enviromental Method)
Adalah cara yang digunakan dengan memutuskan hubungan
rangsang antara rangsang dengan respons yang buruk yang akan
dihilangkan.
4. E.L. Thorndike
Thorndike menyatakan ada 2 prinsip belajar, yaitu law of effect dan
law of exercise, yang terangkum dalam teorinya yaitu The Connectionism
Theory. Law of Effect adalah prinsip yang menyatakan bahwa seseorang
dapat dengan cepat menguasai perilaku baru, apabila ia merasa
memperoleh susuatu yang menyenangkan, memuaskan ketika melakukan
perbuatan (response) yang berkenaan dengan perilaku tersebut di atas.
Law of Exercise adalah prinsip yang menyatakan bahwa makin sering
perilaku baru itu dipraktekkan atau dilatih penerapannya makin kuat dan
makin cepat berintegrasi dengan keseluruhan perilaku kebiasaannya.
5. Clark C. Hul
Dalam teorinya ia mengatakan bahwa suatu kebutuhan harus ada
pada diri seseorang yang sedang belajar, kebutuhan itu dapat berupa motif,
maksud, ambisi, atau aspirasi. Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung
pada besarnya tingkat pengurangan dan kepuasan motif yang
menyebabkan timbulnya usaha belajar individu. Prinsip penguat
(reinforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari
dorongan biologis yang merupakan kebutuhan utama seseorang sampai
pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi seseorang. Jadi pada diri
seseorang harus ada motif sebelum belajar terjadi atau dilakukan.
6. Piaget
Piaget mengemukakan aspek-aspek perkembangan intelektual anak
sebagai berikut: Aspek struktur Ada hubungan fungsional antara tindakan
fisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak-anak.
Tindakan-tindakan menuju perkembangan operasi-operasi dan selanjutnya
menuju pada perkembangan struktur-struktur. Struktur yang juga disebut
skemata atau juga biasa disebut dengan konsep, merupakan organisasi
mental tingkat tinggi yaitu aspek isi dan aspek fungsi. Aspek isi
Isi maksudnya adalah pola perilaku anak khas yang tercermin pada
respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya. Aspek fungsi yaitu cara yang digunakan organisme untuk
membuat kemajuan intelektual. Perkembangan intelektual didasarkan pada
dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.
7. Jerome S. Bruner
Bruner menyatakan bahwa inti belajar adalah bagaimana orang
memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara
aktif. Menurut Bruner selama kegiatan belajar berlangsung hendakanya
siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri (discovery learning) makna
segala sesuatu yang dipelajari. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan masalah. Dengan cara
tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep dalam
bahasa mereka sendiri.
8. Robert M. Gagne
Gagne mengemukakan ada lima kemampuan hasil belajar yaitu
tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu bersifat psikomotorik.
9. David Ausubel
Ia mengemukakan teori belajar yaitu teori belajar bermakna.
Belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi, yaitu: Dimensi yang
berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan kepada
siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi yang menyangkut cara
bagaimana siswa dapat mengabaikan informasi pada struktur kognitif yang
ada. Struktur kognitif adalah fakta, konsep, dan generalisasinya yang telah
dipelajari dan diingat siswa. Dalam implementasinya, teori ini terdiri dari
dua fase, itu mula-mula ia menyangkut pemberian “the organizer” atau
materi pendahuluan diberikan sebelum kegiatan berlangsung dan dalam
tingkat abstraksi. Fase berikutnya dimana organisasinya lebih spesifik dan
terarah.
10. Teori Psikologi Gestalt
Teori ini disebut juga field theory atau insight full lerning.
Menurutnya manusia bukan hanya sekadar makhluk reaksi yang hanya
berbuat atau bereaksi jika ada rangsang yang mempengaruhinya. Manusia
adalah individu yang mempunyai kebulatan antara jasmani dan rohani.
Secara pribadi manusia tidak secara langsung bereaksi kepada rangsang,
dan tidak pula reaksi itu dilakukan secara tidak terarah, tidak pula
dilakukan dengan cara trial and error.
Ada tiga golongan besar teori belajar yaitu teori belajar menurut ilmu jiwa
daya, teori belajar ilmu jiwa Gestalt dan teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi.
Pengertian teori belajar menurut ilmu jiwa daya adalah bermacam-macam daya
yang ada pada manusia bisa dilatih untuk memenuhi fungsinya. Sebagai contoh
adalah melatih daya ingat dengan menghafal istilah asing atau angka.
Sedangkan pengertian teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt adalah
belajar secara keseluruhan lebih penting dan pada belajar bagian atau unsur.
Berdasarkan aliran ini belajar dimulai pada saat diperoleh insight dengan melihat
hubungan tertentu berbagai unsur dalam situasi tertentu. Insight ini tergantung
pada pengalaman, kesanggupan, kompleksitas suatu situasi, latihan dan kesalahan.
Jadi, hakekat teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk
mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh perubahan
yang meliputi kecakapan, pengetahuan, keterampilan dan sikap, pengertian, harga
diri, watak, minat, penyesuaian diri, dan lain sebagainya. Perubahan tersebut
meliputi perubahan kognitif, perubahan psikomotor, dan perubahan afektif. Teori
belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,
sehingga membantu manusia memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
2.2 Makna Dari Proses dan Hasil Pembelajaran
Pengertian proses pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru
mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga
mencapai sesuatu obyektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek
psikomotor) seseorang peserta didik.
Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara
guru dengan peserta didik. Adapun menurut Oemar Hamalik, Pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran
terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, materi meliputi; buku-buku, papan
tulis dan lain-lainnya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas dan
audiovisual. prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi,
praktek belajar, ujian dan sebagainya.
Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja
diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada peserta
didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai. Melalui
pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana
pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan demikian, unsur kesengajaan
melalui perencanaan oleh pihak guru merupakan ciri utama pembelajaran. Upaya
pembelajaran yang berakar pada pihak guru dilaksanakan secara sistematis yaitu
dilakukan dengan langkah-langkah teratur dan terarah secara sistematik. yaitu
secara utuh dengan memperhatikan berbagai aspek. Maka konsep belajar dan
pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses dalam suatu sistem.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran secara umum adalah
merangsang dan menyukseskan proses belajar dan untuk mencapai tujuan,
Sedangkan fungsi belajar adalah dapat memanfaatkan semaksimal mungkin
sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya perubahan dalam
diri peserta didik. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai konsep
belajar dan mengajar (pembelajaran), berikut dipaparkan kedua konsep itu.
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan
menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar
sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam
rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh
kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap
peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil
belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil
belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses
belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Tipe hasil belajar terdiri dari: ranah kognitif, afektif dan psikomotor
(Bloom dalam Dimyati 2002:26). Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan membentuk
hubungan hierarki. Dalam penelitian ini hanya ranah kognitif saja, meliputi: a)
tipe hasil belajar pengetahuan hafalan, b) pemahaman, c) penerapan, d) analisis, e)
sintesis dan f) evaluasi. (Sularyo 2004:9).
Proses belajar merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan yang relative konstan dan berbekas. Perubahan perilaku ini merupakan
hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik.(Suprayekti,2003:4).
Hasil belajar adalah angka yang diperoleh siswa yang telah berhasil
menuntaskan konsep-konsep mata pelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Begitu
juga hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang tetap
sebagai hasil proses pembelajaran. Hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Prinsip yang mendasari penilaian hasil belajar yaitu untuk memberi
harapan bagi siswa dan guru untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kualitas dalam arti siswa menjadi pembelajar yang efektif dan guru menjadi
motivator yang baik. Dalam kaitan dengan itu, guru dan pembelajar dapat
menjadikan informasi hasil penilaian sebagai dasar dalam menentukan langkah-
langkah pemecahan masalah, sehingga mereka dapat memperbaiki dan
meningkatkan belajarnya (Rasyid, 2008 : 67).
Faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (hasil belajar) yaitu :
1) Faktor bahan atau hal yang dipelajari
Bahan atau hal yang dipelajari ikut menentukan bagaimana
proses pembelajaran dapat berlangsung, dan bagaimana hasilnya
agar dapat sesuai dengan yang diharapkan.
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan terdiri dari :
a) Lingkungan alami
Yang dimaksud dengan lingkungan alami adalah
keadaan lingkungan disekitar siswa yang dapat
mempengaruhi hasil belajar, seperti temperatur udara dan
kelembaban. Belajar dengan udara yang segar akan lebih baik
hasilnya daripada belajar dalam kondisi pengab dan udara
panas.
b) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang baik yang berwujud manusia
maupun hal hal lain akan berpengaruh langsung dalam proses
dan hasil belajar siswa. Siswa yang sedang belajar
memecahkan persoalan dan dibutuhkan ketenangan, dengan
kehadiran orang lain yang selalu mondar mandir didekatnya
maka siswa tersebut akan terganggu.
3) Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang ada dan
pemanfaatannya telah dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor ini dapat berfungsi sebagai sarana untuk
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirancang , faktor ini
dapat berupa :
a) Hardware (perangkat keras) seperti gedung, perlengkapan
belajar, alat praktikum.
b) Software (perangkat lunak), perangkat ini berupa
kurikulum, program, peraturan dan pedoman pembelajaran.
4) Faktor kondisi individu siswa
Faktor kondisi individu siswa mencakup dua hal yaitu :
a) Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap
kegiatan pembelajaran seorang siswa. Seorang siswa yang
dalam kondisi bugar jasmaninya akan berlainan dengan
belajarnya siswa yang dalam keadaan kelelahan. Disamping
kondisi fisiologis umum, hal yang tidak kalah penting
adalah kondisi panca indra, terutama penglihatan dan
pendengaran.
b) Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar antara lain minat, bakat, kecerdasan, motivasi
dan kemampuan kognitif (Suryasubrata, 1989 : 113)
Berikut ini pengertian hasil belajar menurut para ahli. Menurut Hamalik
(2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan
prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku
siswa. Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi
tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan
guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah
hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran
yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai
memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
2.3 Konsep Pembaharuan Dalam Pembelajaran di SD
Pembaharuan merupakan suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara,
barang-barang buatan manusia yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Menurut Peter M.
Drucker yang dikutip oleh Tilaar mengemukakan lima prinsip pembaharuan,
yaitu:
1. Pembaharuan memerlukan analisis berbagai kesempatan dan
kemungkinan yang terbuka artinya suatu pembaharuan hanya dapat
terjadi jika kita memiliki kemampuan analisis.
2. Pembaharuan sifatnya konseptual dan perseptual yang bermula dari
suatu keinginan untuk menciptakan suatu yang baru dan dapat
dimengerti oleh masyarakat.
3. Pembaharuan haruslah bersifat ringkas dan terfokus, artinya harus
sederhana dan terarah.
4. Pembaharuan harus dimulai dari yang kecil, artinya tidak semua
pembaharuan dimulai dari ide-ide yang sangat besar yang tidak
terjangkau oleh kehidupan nyata manusia, keinginan yang kecil untuk
memperbaiki suatu kondisi atau suatu kebutuhan hidup ternyata kelak
mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap kehidupan manusia
selanjutnya.
5. Pembaharuan diarahkan kepada kepemimpinan atau kepeloporan,
pembaharuan selalu diarahkan bahwa hasilnya akan menjadi suatu
pelopor dari suatu perubahan.
Pembaharuan pembelajaran merupakan upaya dasar dalam memperbaiki
aspek-aspek pembelajaran dalam praktiknya di SD. Menurut Hamijoyo,
pembaharuan pembelajaran adalah suatu perubahan yang baru dan kualitatif
berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk
meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran.
Sedangkan menurut Ibrahim, pembaharuan pembelajaran adalah pembaharuan
dalam bidang pembelajaran atau pembaharuan yang dilakukan untuk memecahkan
masalah-masalah pembelajaran. Pembaharuan pembelajaran merupakan suatu ide,
barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang
atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil inversi atau discoversi
yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran atau memecahkan masalah-
masalah pembelajaran.
Pembaharuan pembelajaran di Indonesia dapat dilihat dari 4 aspek yaitu:
1. Tujuan pembelajaran.
2. Struktur pembelajaran dan pengajaran.
3. Metode kurikulum dan pengajaran.
4. Perubahan terhadap aspek-aspek pembelajaran dan proses.
Pembaharuan dalam bidang pembelajaran mempunyai latar belakang. Latar
belakang kehadiran pembaharuan dalam bidang pembelajaran adalah:
1. Latar belakang kehadiran pembaharuan diawali dengan adanya
perkembangan masyarakat atau perubahan sosial. Perubahan sosial ini
menimbulkan dampak, yaitu adanya perubahan paradigma pembelajaran.
2. Perubahan sosial menimbulkan adanya perkembangan pembaharuan
pembelajaran ditandai dengan adanya 4 revolusi.
Perkembangan pembelajaran menurut Eric Ashby (1972) mengalami empat
revolusi antara lain:
1. Revolusi pertama, masyarakat memberikan wewenang pembelajaran
terhadap orang tertentu sehingga timbul profesi guru.
2. Revolusi kedua, dipakai bahasa tulisan disamping bahasa lisan dalam
menyajikan pelajaran di sekolah .
3. Revolusi ketiga, ditemukannya mesin cetak yang pada gilirannya
menyebabkan banyaknya buku yang tersedia di sekolah.
4. Revolusi keempat, teknologi modern dalam bidang komunikasi dengan
produk yang berupa peralatan elektronik dan bahan (software) yang
disajikan telah mempengaruhi sektor kehidupan termasuk pembelajaran.
Pada revolusi ini telah dimanfaatkan teknologi modern software dan
hardware dalam bidang pembelajaran.
Abad 21 merupakan abad kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
karena teknologi merupakan suatu keharusan dalam menghadapi era globalisasi.
Kemajuan teknologi salah satunya adalah teknologi komunikasi yang menunjang
proses belajar tanpa batas, seperti pembelajaran mandiri melalui internet.
Pembelajaran mandiri merupakan inti dan proses pembelajaran di masa depan
yang cepat, intensif, dan serba terkini (up to date). Belajar mandiri ini pada abad
ke-21 ini disebut Cyber learning. Cyber Learning adalah suatu metode belajar
mandiri melalui jaringan komunikasi (komputer/internet) yang berkembang di
abad ke-21.
Perubahan sosial berdampak pada sistem pembelajaran yaitu, adanya
perubahan paradigma dalam pembelajaran antara lain:
1. Paradigma pengajaran (teaching)
2. Paradigma pembelajaran (instruction)
3. Paradigma proses belajar (learning)
Berikut ini adalah tabel perbedaan paradigma lama dan paradigma baru
pembelajaran.
Dimensi Paradigma lama Paradigma baru
Ruang lingkup
pembelajaran
Disajikan secara terpisah,
bagian perbaikan engan
penekanan pada
pencapaian keterampilan
dasar.
Disajikan secara utuh
dengan penjelasan tentang
keterkaitan antar bagian,
dengan penekanan pada
konsep-konsep utama.
Kurikulum
Harus diikuti sampai
habis.
Pertanyaan dan konstruksi
jawaban siswa adalah
penting.
Kegiatan
pembelajaran
Berdasarkan buku teks
yang sudah ditentukan.
Berdasarkan beragam
sumber informasi primer
dan materi-materi yang
dapat dimanipulasi
langsung oleh siswa.
Kedudukan siswa
Dilihat sebagai sumber
kosong tempat
ditumpahkannya semua
pengetahuan dari guru.
Siswa dilihat sebagai
pemikir yang mampu
menghasilkan teori-teori
tentang dunia dan
kehidupan.
Sistem guru
Guru mengajar dan
menyebarkan informasi
keilmuan kepada siswa.
Guru bersikap interaktif
dalam pembelajaran,
menjadi fasilitator dan
mediator bagi siswa.
Penyelesaian masalah
pembelajaran
Selalu mencari jawaban
yang benar untuk
memvalidasi proses
belajar siswa.
Guru mencoba mengert
persepsi siswa agar dapat
melihat pola pikir siswa
dan apa yang diperoleh
siswa untuk pembelajaran
selanjutnya.
Penilaian proses
pembelajaran
Merupakan bagian
terpisah dari
pembelajarandan
dilakukan hampir selalu
dalam bentuk tes atau
ujian.
Merupakan bagian
internal dalam
pembelajaran, dilakukan
melalui observasi guru
terhadap hasil kerja
melalui pameran kerja
siswa dan portofolio.
Aktivitas belajar
siswa
Siswa lebih banyak
belajar sendiri.
Lebih banyak belajar
dalam kelompok.
Pembaharuan adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru
oleh seseorang. Pembaharuan harus disebarluaskan. Salah satu bekal yang
berguna bagi usaha memasyarakatkan pembaharuan adalah memahami
karakteristik pembaharuan dan faktor-faktor apa yang berpengaruh dalam proses
penyebaran pembaharuan ke dalam satu sistem sosial.
Karakteristik pembaharuan menurut Rogers yang dapat mempengaruhi
cepat atau lambatnya penerimaan pembaharuan adalah:
1. Keuntungan relatif.
2. Kompatibel.
3. Kompleksitas.
4. Triabilitas.
5. Observabilitas (dapat diamati).
Menurut Zaltman, seperti yang dikutip Ibrahim mengemukakan bahwa
cepat atau lambatnya suatu pembaharuan diterima oleh masyarakat, akan
dipengaruhi oleh atribut pembaharuan itu sendiri. Pembaharuan merupakan
kombinasi dari berbagai atribut. Atribut pembaharuan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pembiayaan.
2. Balik modal.
3. Efisiensi.
4. Resiko & ketidak pastian.
5. Mudah dikomunikasikan.
6. Kompatibilitas.
7. Kompleksitas.
8. Status ilmiah.
9. Kadar keaslian.
10. Dapat dilihat kemanfaatannya.
11. Dapat dilihat batas sebelumnya.
12. Keterlibatan.
13. Hubungan interpersonal.
14. Kepentingan umum atau pribadi.
15. Penyuluh pembaharuan.
Pembelajaran adalah suatu sistem maka pembaharuan pembelajaran
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pembelajaran.
Sasaran program pembaharuan menurut B.Miles adalah pembinaan Personalia,
banyaknya personal dan wilayah kerja, fasilitas fisik, penggunaan waktu,
perumusan tujuan, prosedur, peran yang diperlukan, wawasan dan perasaan,
bentuk hubungan antar bagian, hubungan dengan sistem yang lain, dan strategi.
Sasaran program pembaharuan menurut Udin S.Winotoputro adalah
pembaharuan dalam program pembelajaran dan kurikulum, pembaharuan dalam
bahan belajar, pembaharuan dalam proses pembelajaran, pembaharuan dalam
komponen ujian, pembaharuan dalam sistem pengelolaan, dan pembaharuan
dalam pengembangan program lanjut.
Contoh sasaran program pembaharuan yang lain misalnya model
pembelajaran yang dinamakan Quantum Teaching, pembelajaran dengan
menggunakan internet, seperti WEB-CT, SafeKids.com, Letsfindout.com.
Faktor yang mempengaruhi pembaharuan dalam bidang Pembelajaran
menurut Ibrahim:
1. Estimasi tidak tepat terhadap pembaharuan.
2. Konflik dan motivasi.
3. Pembaharuan tidak berkembang.
4. Masalah keuangan.
5. Penolakan pembaharuan dari kelompok tertentu.
6. Kurang adanya hubungan sosial.
Faktor-faktor lain yang menghambat pembaharuan dalam bidang
pembelajaran, adalah:
1. Faktor kegiatan belajar mengajar.
2. Faktor internal dan eksternal.
3. Sistem pembelajaran.
Faktor yang mempengaruhi pembaharuan menurut Fullan:
1. Karakteristik perubahan.
2. Karakteristik lokal.
3. Faktor eksternal.
Faktor yang mempengaruhi pembaharuan menurut Rogers adalah
kecepatan adopsi. Sedangkan kecepatan adopsi dipengaruhi oleh:
1. Atribut/karakteristik pembaharuan.
2. Tipe keputusan pembaharuan.
3. Sifat saluran komunikasi yang digunakan.
4. Ciri-ciri sistem sosial.
5. Agen pembaharuan.
2.4 Ciri-Ciri Gagasan Pembaharuan Pembelajaran IPS SD
Sebelum membahas ciri-ciri gagasan pembaharuan pembelajaran IPS
SD maka akan dibahas terlebih dahulu mengenai karakteristik mata pelajaran
ilmu pengetahuan sosial. Karakteristik mata pelajaran IPS antara lain sebagai
berikut:
1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur
Geografi, Sejarah, Ekonomi, Hukum dan Politik, Kewarganegaraan,
Sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur
keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas
sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)
tertentu.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut
berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan
interdisipliner dan multidisipliner.
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut
peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab
akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur,
proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar
survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan
jaminan keamanan.
5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga
dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta
kehidupan manusia secara keseluruhan. Ketiga dimensi tersebut
terlihat pada tabel berikut.
Tabel Dimensi IPS Dalam Kehidupan Manusia
Dimensi dalam
kehidupan
manusia
Ruang Waktu Norma/Nilai
Area dan substansi
pembelajaran
Alam
sebagai
tempat dan
Alam dan
kehidupan
yang selalu
Kaidah atau
aturan yang
menjadi perekat
penyedia
potensi
sumber daya
berproses,
masa lalu, saat
ini, dan yang
akan datang
dan penjamin
keharmonisan
kehidupan
manusia dan
alam
Contoh
Kompetensi Dasar
yang dikembang-
kan
Adaptasi
spasial dan
eksploratif
Berpikir
kronologis,
prospektif,
antisipatif
Konsisten
dengan aturan
yang disepakati
dan kaidah
alamiah
masing-masing
disiplin ilmu
Alternatif
penyajian dalam
mata pelajaran
Geografi Sejarah Ekonomi,
Sosiologi/Antro
pologi
Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial
yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri
maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai
manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan
secara baik. Menurut Awan Mutakin (1998), berdasarkan rumusan tujuan
umum tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu
menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang
kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial,
serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu
mengambil tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung
jawab membangun masyarakat.
Adapun nilai-nilai yang dikembangkan dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Nilai Ketuhanan
Materi pembelajaran apapun dalam pendidikan IPS wajib
berlandaskan kepada nilai ketuhanan. Nilai ketuhanan merupakan
nilai transendental yang menjadi core value dari sistem nilai yang
ada.
b. Nilai Edukatif
Salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS
adalah adanya perubahan tingkah laku sosial peserta didik kearah
yang lebih baik. Proses pembelajaran IPS tiidak hanya terbatas di
kelas dan sekolah pada umumnya melainkan lebih jauh dari itu
dilaksanakan dalam kekhidupan sehari-hari
c. Nilai Praktis
Pembelajaran tidak memiliki makna yang dalam jika tidak memiliki
nilai praktis. Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka,
melainkan digali dari kehidupan sehari-hari yang bersifat
kontekstual.
d. Nilai Teoritis
Pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan fakta dan data yang
terlepas dari kerangka teoritis, melainkan dibina dan dikembangkan
kemampuan nalar kearah sense of rality, sense of discovery, sense of
inquiry, serta kemampuan mengajukan hipotesis terhadap suatu
masalah.
e. Nilai Filsafat
Menumbuhkan kemampuan merenung tentang eksistensi dan
pernannya di tengah masyarakat, sehingga tumbuh kesadaran mereka
selaku anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial
f. Nilai Kemanusiaan.
Nilai-nilai kemanusiaan seperti kasih sayang, tanggung jawab,
kejujuran, kedamaian, tanpa kekerasan, dan sebagainya perlu
disaampaikan secara terpadu dalam pembelajaran IPS, sehingga
dihasilkan kualitas lulusan yang unggul (human excellence) atau
manusia utuh/kaffah sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional.
Sebenarnya sangat sukar untuk mencirikan suatu gagasan atau pelaksanaan
pendidikan itu sebuah pembaharuan (inovasi). Misalnya pendekatan inkuiri dalam
Pendidikan IPS sudah dilaksanakan sejak zaman Aristoteles, yaitu pada saat
Aristoteles menerapkan metode induktif, eksperimen, dan hipotesisnya.
Nu’man Somantri, yang dikutip oleh Daldjoeni (1981) menyatakan bahwa
pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi
berbagai eksperimen. Adapun ciri-ciri Gagasan Pembaharuan Pembelajaran IPS
SD sebagai berikut.
1. Bahwa pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para
siswa, masalah-masalah sosial dekat, keterampilan berpikir
(khususnya tentang menyelidiki sesuatu), serta pemeliharaan dan
pemanfaatan lingkungan alam.
2. Program studi IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari
manusia.
3. Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang
integreted (terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang
separated (terpisah).
4. Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan
kewargaan negara, fungsional, humanitis sampai yang struktural.
5. Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi.
6. Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif,
dan psikomor saja, tetapi juga mencobakan mengembangkan apa
yang disebut democratic quotient dan citizenship quotient.
7. Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan
melengkapi program pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur
science, teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya
bahan pembelajarannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai teori belajar dan konsep
pembaharuan dalam pembelajaran IPS Sekolah Dasar dapat dirumuskan
kesimpulan sebagai berikut:
Hakekat teori belajar yaitu suatu kegiatan seseorang untuk
mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu
diikuti oleh perubahan yang meliputi kecakapan, keterampilan
dan sikap, pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian
diri dan lain sebagainya. Perubahan tersebut meliputi perubahan
kognitif, perubahan psikomotor, dan perubahan afektif.
Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori
belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan
bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita
memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah
terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai
tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi
pelajaran pada satu pokok bahasan.
Pembaharuan pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan
kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya) serta sengaja
diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai
tujuan tertentu dalam pendidikan.
Ciri-ciri gagasan pembaharuan pembelajaran IPS SD adalah:
o Bahwa pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan
minat para siswa, masalah-masalah sosial dekat,
keterampilan berpikir (khususnya tentang menyelidiki
sesuatu), serta pemeliharaan dan pemanfaatan
lingkungan alam.
o Program studi IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan
dasar dari manusia.
o Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan
yang integreted (terpadu), correlated (berhubungan)
sampai yang separated (terpisah).
o Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari
pendekatan kewargaan negara, fungsional, humanitis
sampai yang struktural.
o Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium
demokrasi.
o Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek
kognitif, afektif, dan psikomor saja, tetapi juga
mencobakan mengembangkan apa yang disebut
democratic quotient dan citizenship quotient.
o Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya
akan melengkapi program pembelajaran IPS, demikian
pula unsur-unsur science, teknologi, matematika, dan
agama akan ikut memperkaya bahan pembelajarannya.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa sebagai calon guru, penting untuk mengikuti
jejak guru dan praktisi pendidikan yang telah berproses menghasilkan
pembaruan-pembaruan yang mungkin tanpa kita sadari ataupun
dirancang. Dengan begitu, dapat selalu diidentifikasi berbagai masalah
yang mungkin timbul karena penerapan perubahan tersebut dan segera
dapat memperbaiki dan menyempurnakan sehingga dapat saja akan
muncul sebuah pembaruan yang lain lagi. Jadi, teori belajar dan
pembaharuan dalam pendidikan penting untuk dikaji lebih mendalam
dengan membaca buku-buku dan referensi yang relevan mengenai teori
belajar dan pembaharuan dalam pendidikan, khususnya pembaharuan
dalam pembelajaran IPS SD.
DAFTAR PUSTAKA
Baharrudin. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Blog Edukasi. 2013. “Macam-macam Teori Belajar”. (online).
(http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/, diakses pada
14 April 2014)
Blog Edukasi. 2013. “Macam-macam Teori Belajar”. (online). (http://www.ras-
eko.com/2012/11/pengertian-teori-belajan-dan-teori.html, diakses pada
14 April 2014)
Blog Edukasi. 2013. “Pengertian Teori Belajar”. (online).
(http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/07/pengertian-teori-
belajar.html, diakses pada 14 April 2014)
Dahar, Wills Ratna. 2010. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga.
Eveline Siregar dan Hartini Nara. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: Ghalia Indonesia.
Rasyidin, Al. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing.
Ridwansyah. 2013. “Pembaharuan Dalam Pembelajaran”. (online).
(http://readwansyah.wordpress.com/2012/03/25/pembaharuan-
pendidikan/, diakses pada 13 April 2014)
Sudrajad, Akhmad. 2008. “Teori Belajar”. (online).
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/07/hakikat-teori/, diakses
pada 14 April 2014)
Suprayekti dan Dicky Syamsudin. 2010. Pembaharuan dalam Pembelajaran di
SD. Jakarta: Universitas Terbuka Publishing.
Susanto, Ahmad. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenada Media Group.
Wahib, Arulma. 2013. “Pembaharuan Dalam Pembelajaran”. (online).
(http://arulmawahib.blogspot.com/, diakses pada 14 April 2014)
top related