bab ii kajian teori -...

18
10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Batterson tahun 1995 (dalam Sobur, 2001), yang menyatakan bahwa, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisasikan pandangan politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori- kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas (Ardianto, 2010). Severin dan Tankard, Jr (2010) menjelaskan bagaimana proses framing bekerja dalam aktivitas kognisi manusia. Ada dua tempat proses itu beroperasi yakni interaksi sosial sehari-hari dam interaksi dengan media sehari-hari. Meski berbeda tempat, namun kegiatan tetap sama, yaitu mempelajari petunjuk-petunjuk (clues) dan menafsirkan petunjuk-petunjuk kemudian memberikan makna atas petunjuk tersebut kepada orang lain (Tamburaka, 2013:59). Ada beberapa model framing yang dikembangkan oleh peneliti. Gagasan Edelman mengenai framing dalam bukunya Contestable Categories and Public Opinion, menyebutkan apa yang kita ketahui tentang realitas atau dunia bergantung pada bagaimana kita membingkai dan mengonstruksi / menafsirkan realitas tersebut. Realitas yang sama bisa jadi akan menghasilkan realitas yang berbeda ketika realitas tersebut dibingkai atau dikonstruksi dengan cara yang berbeda. Konsep framing Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi - informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain (Ardianto, 2010). Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan

Upload: vodiep

Post on 06-Apr-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

10

BAB IIKAJIAN TEORI

2.1. Analisis Framing

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Batterson tahun

1995 (dalam Sobur, 2001), yang menyatakan bahwa, frame dimaknai sebagai

struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisasikan

pandangan politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori-

kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian

dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan

frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour) yang

membimbing individu dalam membaca realitas (Ardianto, 2010).

Severin dan Tankard, Jr (2010) menjelaskan bagaimana proses framing

bekerja dalam aktivitas kognisi manusia. Ada dua tempat proses itu beroperasi

yakni interaksi sosial sehari-hari dam interaksi dengan media sehari-hari. Meski

berbeda tempat, namun kegiatan tetap sama, yaitu mempelajari petunjuk-petunjuk

(clues) dan menafsirkan petunjuk-petunjuk kemudian memberikan makna atas

petunjuk tersebut kepada orang lain (Tamburaka, 2013:59).

Ada beberapa model framing yang dikembangkan oleh peneliti. Gagasan

Edelman mengenai framing dalam bukunya Contestable Categories and Public

Opinion, menyebutkan apa yang kita ketahui tentang realitas atau dunia

bergantung pada bagaimana kita membingkai dan mengonstruksi / menafsirkan

realitas tersebut. Realitas yang sama bisa jadi akan menghasilkan realitas yang

berbeda ketika realitas tersebut dibingkai atau dikonstruksi dengan cara yang

berbeda. Konsep framing Entman, digunakan untuk menggambarkan proses

seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat

dipandang sebagai penempatan informasi - informasi dalam konteks yang khas

sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain

(Ardianto, 2010).

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) melalui tulisan mereka

”Framing Analysis: An Approach to News Discourse” mengoperasionalisasikan

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

11

empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing: sintaksis, skrip,

tematik, dan retoris. Keempat dimensi struktural ini membentuk semacam tema

yang mempertautkan elemen - elemen semantik narasi berita dalam suatu

koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame

yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame merupakan suatu ide yang

dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (kutipan, sumber,

latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks secara

keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang

memaknai suatu peristiwa, dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan

dalam teks (Sobur, 2009).

Dalam pendekatan Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki ini, perangkat

framing dibagi menjadi empat struktur besar. Pertama, struktur sintaksis. Struktur

sintaksis bisa diamati dari bagan berita. Sintaksis berhubungan dengan bagaimana

wartawan menyusun peristiwa (peristiwa, opini, kutipan, pengamatan atas

peristiwa) ke dalam bentuk susunan kisah berita. Dengan demikian, struktur

sintaksis ini bisa diamati dari bagan berita (headline yang dipilih, lead yang

dipakai, latar informasi yang dijadikan sandaran, sumber yang dikutip, dan

sebagainya). Kedua, struktur skrip. Struktur skrip melihat bagaimana strategi

bercerita atau bertutur yang dipakai wartawan dalam mengemas peristiwa. Ketiga,

struktur tematik. Struktur tematik berhubungan dengan cara wartawan

mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau

hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan. Struktur ini

akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih

kecil. Keempat, struktur retoris. Struktur retoris berhubungan dengan cara

wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat

pemakaian pilihan kata, idiom, grafik, gambar, yang juga dipakai guna memberi

penekanan pada arti tertentu (Sobur, 2012).

Model framing yang peneliti gunakan adalah model framing dari

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Alasannya model framing Zhongdang

Pan dan Gerald M. Kosicki cenderung memiliki struktur, perangkat framing, dan

unit yang diamati lengkap, sehingga penelitian ini dapat dikaji dan dianalisis

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

12

secara komprehensif dan jelas. Model framing Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki membantu peneliti menganalisis pembingkaian yang terbentuk dalam

kasus yang diangkat dalam penelitian ini. Keempat struktur Pan dan Kosicki

merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu media.

Kecenderungan atau kecondongan wartawan dalam memahami suatu

peristiwa dapat diamati dari keempat struktur tersebut. Dengan kata lain, dapat

diamati dari bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk umum

berita, cara wartawan mengisahkan berita, kalimat yang dipakai, dan pilihan kata

atau idiom yang dipilih. Ketika menulis berita dan menekankan makna atas

peristiwa, wartawan akan memaknai semua strategi wacana itu untuk meyakinkan

khalayak pembaca bahwa semua berita yang ditulis adalah benar (Eriyanto, 2005).

Struktur besar framing model Pan dan Kosicki (Eriyanto, 2005):

1. Sintaksis

Dalam kaidah umum kebahasaan, sintaksis adalah susunan kata

atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita sintaksis menunjuk pada

pengertian susunan dari bagian berita. Headline, lead, latar informasi,

sumber, dan penutup merupakan satu kesatuan teks berita secara

keseluruhan. Bagian itu tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur

sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta

hendak disusun. Bentuk sintaksis yang paling populer adalah struktur

piramida terbalik. Sintaksis menunjukkan bagaimana wartawan memaknai

peristiwa dan hendak kemana berita tersebut akan dibawa.

Headline merupakan sintaksis dari wacana berita dengan tingkat

kemenonjolan yang tinggi dan menunjukkan kecenderungan berita.

Pembaca biasanya lebih mengingat headline daripada bagian berita

yang lain. Headline mempunyai fungsi framing yang kuat dengan

mempengaruhi bagaimana realitas dimengerti dengan menekankan

makna tertentu.

Lead Merupakan pengantar sebelum masuk ke dalam isi berita.

Lead bisa menjadi penjelas atau pemerinci headline dan bisa juga

menggambarkan latar berita. Fungsi lead dalam framing berita

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

13

adalah memberikan sudut pandang berita dan menunjukkan

perspektif tertentu dari peristiwa yang diberitakan.

Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna

yang ingin ditampilkan wartawan. Seorang wartawan ketika

menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas

peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana

pandangan khalayak hendak dibawa.

Kutipan dalam penelitian berita bertujuan untuk membangun

objektivitas. Kutipan merupakan bagian berita yang menekankan

bahwa apa yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan

semata, melainkan pendapat dari orang yang mempunyai otoritas

tertentu. Pengutipan sumber ini menjadi penanda framing atas tiga

hal. Pertama, mengklaim validitas atau kebenaran dari pernyataan

yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas

akademik. Wartawan bisa jadi mempunyai pendapat tersendiri atas

suatu peristiwa, pengutipan itu digunakan hanya untuk memberi

bobot atas pendapat yang dibuat, bahwa pendapat itu tidak omong

kosong, tetapi didukung oleh ahli yang berkompeten. Kedua,

menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat

yang berwenang. Ketiga, mengecilkan pendapat atau pandangan

tertentu yang dihubungkan dengan kutipan atau pandangan

mayoritas sehingga pandangan tersebut tampak menyimpang.

2. Skrip

Struktur ini berhubungan dengan bagaimana wartawan

mengisahkan fakta ke dalam berita. Laporan berita sering disusun sebagai

suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang

berusaha menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan

kelanjutan dari peristiwa yang sebelumnya. Kedua, berita umumnya

mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan

komunal pembaca. Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah 5W+1H

(who, what, when, where, why, dan how). Unsur kelengkapan berita ini

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

14

dapat menjadi penanda framing yang penting. Skrip memberi tekanan

mana yang didahulukan dan mana yang disembunyikan.

3. Tematik

Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis:

peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang

diungkapkan, semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan

yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Pengujian hipotesis ini bisa

disamakan dengan struktur tematik berita yakni bagaimana fakta itu ditulis

dan ditempatkan ke dalam teks berita secara keseluruhan sehingga

mendukung tema yang dipunyai wartawan.

Struktur tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan

mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat

atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.

Detail merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kontrol

informasi yang ingin ditampilkan. Komunikator akan menampilkan

secara berlebihan dengan detail, kalau perlu dirinci dengan data,

informasi yang menguntungkan atau menimbulkan citra yang

diinginkannya. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi-

informasi yang sedikit, bahkan kadang tidak disampaikan, apabila

hal itu merugikan atau tidak sesuai dengan makna yang ingin

dikonstruksinya. Elemen detail merupakan strategi penonjolan

makna yang dilakukan wartawan secara implisit. Wacana mana

yang dikembangkan wartawan kadangkala tidak perlu disampaikan

secara terbuka, tetapi dari detail bagian mana yang dikembangkan

dengan detail yang besar.

Koherensi adalah pertalian atau jalinan antar kata atau kalimat

dalam teks. Dua buah kalimat dengan fakta yang berbeda dapat

dihubungkan dengan proposisi sehingga tampak koheren. Di sini

proposisi atau kata hubung apa yang digunakan akan menentukan

bagaimana hubungan kedua fakta tersebut sehingga dapat

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

15

membantu menjelaskan makna apa yang ingin ditampilkan

komunikator. Ada beberapa macam koherensi yang ditentukan

oleh jenis hubungan antar proposisi, yaitu koherensi kondisional

yang menunjukkan hubungan kasusal dan penjelas, koherensi

fungsional yang memuat generalisasi spesifikasi, dan koherensi

pembeda yang berkaitan dengan bagaimana dua buah fakta hendak

dibedakan.

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan

cara berfikir logis yakni prinsip kausalitas. Logika kausalitas ini

berarti susunan Subjek (yang menerangkan) dan Predikat (yang

diterangkan). Bentuk kausalitas ini tidak sekedar persoalan teknis

kebahasaan tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan

kalimat. Dalam kalimat yang berpola aktif, seseorang menjadi

subyek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif

seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Pola kalimat memang

bisa dibuat aktif atau pasif, namun pada umumnya pokok yang

dianggap penting selalu diletakkan diawal kalimat. Bentuk kalimat

juga menentukan apakah seseorang diekpresikan secara eksplisit

(jelas) atau impilisit (di sembunyikan) dalam teks.

Kata ganti adalah wacana yang digunakan untuk memanipulasi

bahasa dengan menciptakan suatu imajinasi. Kata ganti merupakan

alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana

posisi seseorang dalam wacana. Dalam mengungkapkan sikapnya,

seseorang dapat menggunakan kata ganti ’saya’ atau ’kami’ yang

menggambarkan sikap tersebut sebagai sikap resmi komunikator

belaka. Tetapi ketika memakai kata ganti ’kita’ sikap tersebut

terlihat sebagai representasi sikap bersama dalam suatu komunitas.

Sedangkan penggunaan kata ganti ’mereka’ justru menciptakan

jarak dengan komunikator bahkan menjelaskan pihak yang berbeda

pendapat dengan komunikator.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

16

4. Retoris

Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya

atau kata yang dipilih wartawan untuk menekankan atau menonjolkan

makna, membuat citra, meningkatkan gambaran yang diinginkan dari

suatu berita, dan mendukung argumentasi atas kebenaran berita yang

disampaikan.

Leksikon merupakan elemen yang menandakan bagaimana

seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan

kata yang tersedia. Pilihan kata yang dipakai komunikator secara

ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaannya terhadap fakta

atau realitas.

Grafis merupakan elemen wacana yang dipakai untuk memeriksa

apa yang ditekankan atau ditonjolkan melalui bagian tulisan seperti

pemakaian tanda tanya, huruf tebal, miring, garis bawah, bahkan

termasuk grafik, tabel, dan foto. Bagian yang ditulis berbeda itu

adalah bagian yang dipandang penting oleh komunikator, supaya

khalayak menaruh perhatian pada bagian tersebut.

Metafora adalah kata atau kelompok kata yang mengandung arti

bukan sebenarnya, dapat berupa kiasan, kepercayaan masyarakat,

peribahasa, pepatah, kata-kata kuno, ayat ajaran agama, serta

ungkapan sehari-hari yang dipakai secara strategis sebagai

landasan berfikir, alasan pembenar atas pendapat atau gagasan

tertentu kepada publik. Pemakaian metafora tertentu dapat

memunculkan gambaran makna berdasarkan persamaan atau

perbandingannya dengan arti harfiah kata-kata yang digunakan.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

17

Tabel 2.1

Unit Analisis Framing Pan dan Kosicki

STRUKTURPERANGKAT

FRAMINGUNIT YANG DIAMATI

SINTAKSIS Cara

wartawan menyusun

fakta

1. Skema Berita

Headline, lead, latar informasi,

kutipan sumber, pernyataan,

penutup

SKRIP

Cara wartawan

mengisahkan fakta

2. Kelengkapan Berita 5W+1H

TEMATIK Cara

wartawan menulis fakta

3. Detail

4. Koherensi

5. Bentuk Kalimat 6.

Kata Ganti

Paragraf, proposisi, kalimat,

hubungan antar-kalimat

RETORIS Cara

wartawan menekankan

fakta

7. Leksikon 8. Grafis

9. MetaforaKata, idiom, gambar/foto, grafik

Sumber : Sobur Aleks, 2009, Analisis Teks Media. Hal 176.

2.1.1. Proses Framing

Eriyanto (2007) menjelaskan proses framing sebagai berikut:

Dengan analisis framing juga untuk mengetahui bagaimana

perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika

menyeleksi dan menulis berita. Proses pemberitaan dalam

organisasi media, akan sangat mempengaruhi suatu berita yang

akan diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi media

tidak lepas dari latar belakang pendidikan wartawan sampai

ideology institusi media tersebut. Tiga proses framing dalam

organisasi berita antara lain sebagai berikut:

Proses framing sebagai metode penyajian realitas. Dimana

kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total,

melainkan dibalik secara halus. Dengan memberikan sorotan aspek

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

18

- aspek tertentu saja, dengan menggunakan istilah - istilah yang

mempunyai konotasi tertentu dan dengan bantuan foto, karikatur

dan alat - alat ilustrasi lainnya.

Proses Framing merupakan bagian yang tidak terpisahkan

diproses penyutingan yang melibatkan semua pekerja di bagian

keredaksian media cetak redaktur dengan atau tanpa konsultasi

dengan redaktur pelaksana, dalam menetukan laporan reporter akan

dimuat atau tidak, serta menentukan judul yang akan diberikan.

Proses framing juga tidak hanya melibatkan para pekerja pers,

tetapi juga pihak-pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus

tertentu yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi

yang ingin ditonjolkan, sambil menyembunyikan sisi lain.

Dalam analisis yang akan dilakukan pertama kali adalah

melihat bagaimana media mengkonstruksi suatu realita. Peristiwa

dipahami bukan sesuatu yang taken for Grated, sebaliknya

wartawan dan medialah yang secara aktif membentuk realitas.

Realitas tercipta dalam konsepsi wartawan. Berbagai hal yang

terjadi, fakta, orang diabstrakan menjadi peristiwa yang kemudian

hadir dihadapan khalayak. Jadi, bagaimana media membingkai

peristiwa dalam konstruksi tertentu, sehinggan yang menjadi titik

perhatian bukan apakah media memberikan negatif atau positif,

melainkan bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media.

2.1.2. Efek Framing.

Efek dari sebuah pembingkaian atau framing (Eriyanto, 2007)

adalah sebagai berikut:

Framing berkaitan dengan bagaimana realitas di bingkai

dan disajikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa saja dibingkai

dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu

bisa saja akan sangat berbeda. Realitas begitu komplek dan penuh

dimensi, ketika dimuat dalam berita bisa jadi akan menjadi realitas

satu dimensi. Framing berhubungan dengan pendefinisian realitas.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

19

Bagaimana peristiwa dipahami sumber siapa yang diwawancarai.

Peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita dan pada akhirnya

realitas yang berbeda ketika peristiwa tersebut dibingkai dengan

cara yang berbeda.

Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah

realitas sosial yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan

disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan

dan memenuhi logika tertentu. Teori framing menunjukan

bagaimana jurnalis membuat simplikasi, prioritas dan struktur

tertentu dalam peristiwa. Karenanya framing menyediakan kunci

bagaimana peristiwa dipahamin oleh media dan ditafsirkan dalam

bentuk berita. Karena media melihat peristiwa dari kacamata

tertentu. Maka realitas setelah dilihatoleh khalayak adalah realitas

yang sudah terbentuk oleh bingkai media.

Framing pada umunya ditandai dengan menonjolkan aspek

tertentu dari realitas. Dalam penulisan sering disebut sebagai focus

berita secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu.

Akibatnya adalah aspek lainnya yang tidak mendapatkan perhatian

yang memadai. Disini, menampilkan aspek tertentu menyebabkan

aspek lain yang penting dalam memahami realitas tidak

mendapatkan liputan yang memadai dalam berita. Berita juga

sering kali memfokuskan pemberitaan aktor tertentu. Tetapi efek

yang akan segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak

aktor tertentu yang menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan

dan penting dalam pemberitaan menjadi tersembunyi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

efek dari framing media adalah sebagi berikut:

Menonjolkan Aspek Tertentu - Mengaburkan Aspek Lain.

Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu

dari realitas. Dalam penulisan sering disebut sebagai fokus. Berita

secara sadar atau tidak diarahkan pada aspek tertentu. Akibatnya,

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

20

ada aspek lainnya yang tidak mendapatkan perhatian yang

memadai.

Menampilkan Sisi Tertentu - Melupakan Sisi Lain.

Dengan menampilkan aspek tertentu dalam suatu berita

menyebabkan aspek lain yang penting dalam memahami realitas

tidak mendapatkan liputan yang memadai dalam berita.

Menampilkan Aktor Tertentu - Menyembunyikan Aktor.

Berita seringkali juga memfokuskan pemberitaan pada aktor

tertentu. Ini tentu saja tidak salah. Tetapi efek yang segera terlihat

adalah memfokuskan pada satu pihak atau aktor tertentu

menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting dalam

pemberitaan menjadi tersembunyi.

Mobilisasi Massa

Framing atau isu umumnya banyak dipakai dalam literatur gerakan

sosial. Dalam suatu gerakan sosial, ada strategi bagaimana supaya

khalayak mempunyai pandangan yang sama atas suatu isu. Itu

seringkali ditandai dengan menciptakan masalah bersama, musuh

bersama, dan pahlawan bersama. Hanya dengan itu, khalayak bisa

digerakkan dan dimobilisasi. Semua itu membutuhkan frame

bagaimana isu dikemas, bagaimana peristiwa dipahami, dan

bagaimana pula kejadian dimaknai dan didefinisikan.

Menggiring Khalayak Pada Ingatan Tertentu

Individu mengetahui peristiwa sosial dari pemberitaan media.

Karenanya, perhatian khalayak, bagaimana orang mengkonstruksi

realitas sebagian besar berasal dari apa yang diberitakan oleh

media. Media merupakan tempat dimana khalayak memperoleh

informasi mengenai realitas politik dan sosial terjadi di sekitar

mereka, Karena itu, bagaimana media membingkai realitas tertentu

berpengaruh pada bagaimana individu menafsirkan peristiwa

tersebut. Dengan kata lain, frame yang disajikan oleh media ketika

memaknai realitas mempengaruhi bagaimana khalayak

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

21

menafsirkan peristiwa. Membayangkan efek framing pada individu

semacam ini, bukan berarti mengandalkan individu adalah

makhluk yang menafsirkan realitas politik adalah makluk yang

pasif. Sebaliknya, ia adalah entitas yang aktif menafsirkan realitas

politik. Pemahaman mereka atas realitas politiik terbentuk dari apa

yang disajikan oleh media dengan pemahaman dan predisposisi

mereka atas suatu realitas. Hubungan transaksi antara teks dan

personal ini melahirkan pemahaman tertentu atas suatu realitas.

2.2. Konstruksi Dalam Media Massa

Objektifvikasi merupakan realitas objektif yang diserap oleh orang.

Internalisasi merupakan proses sosiali realita objektif dalam suatu masyarakat.

Eksternalisasi merupakan proses dimana semua manusia yang mengalami

sosialisasi yang tidak sempurna itu secara bersama – sama membentuk suatu

relitas baru. Seperti yang dikutip Eriyanto dari Berger, realitas tidak dibentuk

secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya,

dibentuk dan dikonstruksi. Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian

sendiri bagaimana media, wartawan dan berita dilihat. Bahwa fakta adalah hasil

kontruksi, jadi realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu ada karena dihadirkan

oleh subjektifitas wartawan. Realitas tercipta lewat sudut pandang tertentu.

Realita dapat dilihat berbeda oleh setiap orang yang berbeda. Hal ini

sangat bertolak belakang dengan pandangan positivistik, dimana realita bersifat

eksternal hadir sebelum wartawan meliputnya. Jadi bagi kaum positivis realita

bersifar objektif dan tinggal diliput oleh Dalam pembentukan konstruksi, media

merupakan agen dalam membentuk suatu realitas. Dalam pandangan posivistik

media dilihat sebagai saluran murni untuk menyalurkan suatu informasi tanpa ada

unsur subjektifitas. Hal ini sangat bertolak belakang dengan paradigm

konstruksionis, media bukanlah sekedar saluran murni yang bebas nilai. Media

merupakan subjek yang mengkonstruk realita, lengkap dengan pandangannya,

biasa dan keberpihakkannya. Media dianggap sebagai agen konstruksi sosial.

Berita bukanlah cermin dari realitas melainkan refleksi dari realitas. Berita

terbentuk karena adanya konstruksi realitas. Disini dapat dilihat bahwa berita

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

22

merupakan arena pertarungan bagi pihak - pihak yang berkaitan dan

berkepentingan dengan peristiwa tersebut (Eriyanto, 2007).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konstruksi Realitas

Dalam mengkonstruk sebuah realita banyak faktor yang mendukung

dalam mengkostruk realita. Diantaranya adalah faktor ekonomi, politik, idiologi,

yaitu sebagai berikut (Eriyanto, 2007):

Ekonomi

Isi media lebih ditentukan oleh kekuatan - kekuatan ekonomi.

Faktor pemilik media, modal dan pendapatan media sangat menentukan

bagaimana wujud isi media. Faktor - faktor inilah, yang menentukan

peristiwa apa saja yang bisa atau tidak bisa ditampilkan dalam

pemberitaannya, serta kearah mana kecenderungan pemberitaan sebuah

media hendak diarahkan.

Isi media juga dipengaruhi oleh kekuatan - kekuatan eksternal

diluar diri pengelola media. Pengelola media dipandang sebagai entitas

yang aktif, dan ruang lingkup pekerjaan mereka dibatasi berbagai strukur

yang mamaksanya untuk memberitakan fakta dengan cara tertentu.

Politik

Dalam sistem negara yang otoritan, selera penguasa menjadi acuan

dalam mengkonstruksi realita. Sebaliknya dalam iklim politik yang liberal,

media massa mempunyai kebebasan yang sangat luas dalam

mengkonstruksi realitas. namun, satu - satunya kebijakan yang dipakai

adalah kebijaksanaan redaksi media masing - masing yang boleh jadi

dipengaruhi oleh kepentingan idealis, ideology, politis dan ekonomis.

Tetapi apapun yang menjadi pertimbangan adalah adanya realitas yang

ditonjolkan bahkan dibesar - besarkan, disamakan atau bahkan tidak

diangkat sama sekali dalam setiap pengkonstruksian realitas.

Ideologi

Ketika media dikendalikan oleh berbagai kepentingan ideologi

yang ada dibaliknya, media sering dituduh sebagai perumus realitas, sesuai

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

23

dengan ideologi yang melandasinya, bukan menjadi cermin realitas.

ideologi tersebut menyusup dan menanamkan pengaruhnya lewat media

secara tersembunyi dan mengubah pandangan seseorang secara tidak

sadar.

2.3. Dampak Dari Konstruksi Media Massa

Sebuah realita bisa dikonstruksi dan dimaknai secara berbeda oleh media

lain. Hasil dari konstruksi dari media tersebut juga akan berdampak besar kepada

khalayak. Dampak tersebut diantaranya (Eriyanto, 2007):

Menggiring khalayak pada ingatan tertentu

Media adalah tempat dimana khalayak memperoleh informasi mengenai

realitas yang terjadi di sekitar mereka. Dengan demikian konstruksi yang

disajikan media ketika memaknai realitas mempengaruhi bagaimana. Seperti yang

dikutip Eriyanto dari W. Lance Bennet Regina G. Lawrence dalam bukunya

analisis framing menyebutkan bahwa peristiwa sebagai ikon berita. Apa yang

diketahui khalayak tentang suatu realita disekitarnya tergantung pada bagaimana

media ikon yang ditanamkan oleh media sebagai pencitraan dari sebuah realita

akan diingat kuat oleh khalayak.

Mobilisasi Massa

Media merupakan alat yang sangat ampuh dalam menarik dukungan

publik, dan berkaitan dengan opini publik. Bagaimana media mengkonstruk bisa

mengakibatkan pemahaman khalayak yang beda atas realita yang sama. Oleh

karena itu media harus dilihat sebagai tempat dimana setiap kelompok yang

berkepentingan terhadap suatu realitas saling bertarung merebutkan dukungan dari

publik, dan saling mengkonstruk realita sesuai dengan kepentingannya.

Konstruksi tersebut dapat digunakan untuk meyakinkan khalayak bahwa peristiwa

tertentu adalah peristiwa besar yang harus mendapatkan perhatian yang seksama

dari khalayak.

2.4. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang peneliti jadikan acuan memberikan

gambaran serta pemahaman konsep yang cukup jelas bagi peneliti mengenai hal–

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

24

hal yang berhubungan dengan pembingkaian sebuah peristiwa dalam pemberitaan

media massa, sehingga peneliti lebih mengenal dan memahami bagaimana

pembingkaian dilakukan, khususnya pada media cetak.

Dengan demikian penulis melampirkan beberapa penelitian sebelumnya

sebagai berikut:

“Analisis framing penembakan Solikin di harian Jawa Pos dan Duta

Masyarakat”. Penelitian ini dilakukan oleh Nonik Wahyu Ningsi,

mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya. Hal yang

menjadi fokus penelitian ini adalah bagaimana Jawa Pos dan Duta

masyarakat membingkai kasus penembakan terhadap Solikin yang

dilakukan oleh Polisi. Metode analisis framing yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis framing model Robet N. Etman, dimana

model analisis ini berfokus pada indentifikasi masalah, apa dan siapa yang

dianggap sebagai akar masalah, penilaian atas penyebab masalah, serta

penanggulangan masalah, sebagai indikator utama untuk melihat

bagaimana pembingkaian terhadap pemberitaan sebuah media. Hasil

framing dari penelitian menitikberatkan bahwa akar masalah serta pihak

yang sepenuhnya salah dalam kasus ini adalah pihak kepolisian dan juga

menggambarkan sikap arogansi pihak Polisi sebagai jalan utama

menyelesaikan masalah ketika berbenturan dengan masyarakat sipil.

Penelitian dengan judul “analisis framing konflik partai Nasional

Demokrat (Nasdem) di harian Media Indonesia dan Koran Sindo”, diteliti

oleh Leonarda Johanes, mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya.

Fokus dari penelitian ini yaitu melihat bagaimana kedua media tersebut

membingkai hal-hal yang menjadi akar masalah pengunduran diri oleh

Hary Tanoesoedibjo dari partai Nasdem. Model analisis framing yang

digunakan adalah model framing Pan dan Kosicki. Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa harian Media Indonesia dan Koran Sindo membingkai

berita konflik Partai Nasdem dengan mengedepankan unsur ketokohan

(who) sebagai akar masalah pengunduran diri yang dilakukan oleh Hary.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

25

Kontribusi dari hasil penelitian ini adalah memberikan gambaran

mengenai pembingkaian berita terkait kepemilikan media dalam

kepentingan politik.

“Analisis Pilgub Jateng pada harian Suara Merdeka. Penelitian ini

dilakuakan oleh Adi Nugroho, mahasiswa ilmu komunikasi Universitas

Atma Jaya Yogyakarta. Penelitian ini berfokus pada pembingkaian

mengenai tokoh - tokoh yang menjadi calon Gubernur Jawa Tengah serta

janji - janji setiap pasangan calon dalam pilgub 2008. Model analisis

framing yang digunakan adalah analisis framing Robet N. Etman. Hasil

analisis dari penelitian ini menunjukan bahwa harian Suara merdeka

sebagai Koran Jawa Tengah, memposisikan keberadaannya sebagai media

yang mampu memberikan edukasi serta informasi politik terkait pilgub

Jawa Tengah 2008 bagi masyarakat. Pembingkaian terkait hal ini

memberikan ruang yang besar bagi masyarakat Jawa Tengah agar

memperoleh gambaran yang jelas agar dapat memilih calon Gubernur dan

wakil Gubernur yang tepat.

Secara garis besar, penelitian terdahulu dan penelitian yang hendak penulis

lakukan memiliki kesamaan topik yakni analisis framing. Namun penulis melihat

bahwa adanya beberapa perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian

yang hendak penulis lakukan. Pertama, adanya perbedaan kasus, di mana dari tiga

penelitian terdahulu terdapat dua penelitian yang mengangkat kasus politik, dan

satu kasus yang konflik.

Kedua, dari sisi media yang diteliti, sebagian besar penelitian terdahulu

menggunakan media yang berskala nasional, sedangkan dalam penelitian yang

hendak peneliti lakukan membandingkan pembingkaian peristiwa yang sama,

namun menggunakan media berskala regional dan nasional. Dalam penelitian

terdahulu juga terdapat penelitian yang dikaji hanya pada satu media saja, yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Adi Nugroho.

Hal ketiga yang menjadi pembeda adalah model analisis framing yang

digunakan. Sebagian besar penelitian terdahulu di atas menggunakan model

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

26

analisis framing Robet N. Etman, sedangkan pada penelitian yang hendak peneliti

lakukan menggunakan model analisis framing Pan dan Kosicki. Dengan adanya

perbedaan model analisis ini tetunya terdapat pula perbedaan dalam hal-hal pokok

yang menjadi indikator, bahkan sudut pandang dalam melihat bagaimana framing

dari pemberitaan sebuah media terhadap suatu peristiwa.

Media semakin berkembang, hal-hal yang disajikan oleh media turut

mengalami perubahan. Sekalipun dengan tema yang sama, namun apabila diteliti

pada waktu, tempat, serta peristiwa peristiwa berbeda serta model dan perspektif

analisis yang berbeda, tentunya akan ditemukan pula hal–hal yang berbeda.

2.5. Kerangka Pikir

Pada penelitian ini peneliti mencoba menyajikan bagaimana cara media

cetak atau surat kabar membingkai sebuah berita. Dalam hal ini peneliti mencoba

meneliti isi berita dari surat kabar online Jateng.tribunnews.com, yang

memberitakan tentang dua kasus pembunuhan di Salatiga, di mana pelaku dari

kedua kasus tersebut adalah warga Maluku. Penulis akan menganalisis hal ini

dengan pendekatan analisis framing dari Pan dan Kosicki.

Pan dan Gerald M. Kosicki cenderung memiliki struktur, perangkat

framing, dan unit yang diamati lengkap, sehingga penelitian ini dapat dikaji dan

dianalisis secara komprehensif dan jelas. Struktur analisis framing milik Pan dan

Kosicki merupakan suatu rangkaian yang dapat menunjukkan framing dari suatu

media.

Berdasarkan pemaparan di atas maka kerangka pikir dari penelitian ini

digambarkan sebagai berikut:

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16569/2/T1_362012067_BAB II... · 10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Analisis Framing Gagasan mengenai framing,

27

Gambar 1.

Kerangka Pikir

Dua KasusPembunuhanDi Salatiga

Orang Maluku

PemberitaanPada Surat

Kabar OnlineJateng.Tribune

ws.com

Analisis FramingZhongdang Pan danGerald M. Kosicki

Hasil Analisis framing