,g sastra dalam pria dominasi · daram pertumbuhan kesusastraan ilmu--iimu pasti-alam. ......

Post on 07-Mar-2019

228 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

, ,,:.i,G l\.,nti-x.t,. Jr.rr'rr', I /, Itt

l ' '-1"

Dominasi Pria dalam Sastra* Catatan Awal

TIMPANCNYA perimbangan dalamkesusastraanmenampilkankedudukan sosial di antara pria suatu peristiwa yang lebih mena-dan wanita Indonesia sudah rik. Lebih menarik, jika ditimbang(secara relati0 cukup banyak diba- setidak-tidaknya dua Sejala umumhas orang. Ketimpangan serupa berikut ini.dengan mudah juga dapat diamati Pertama, dalam tradisi.kesusas-oleh siapa pun, yang berkecim- traan kita ada sernacam pikiranpung dalam kesusastraan kita. umum, bahwa "sastra" lebihTetapi seberapa besar dorninasi banyak menuntut perasaan dari-pria dalam kesusasteraan kita, dan pada pikiran. Lgbih banyak beru-bagaimana terbentuknya dina- rusan dengan naluri daripadamika dominasi itu, masih belum logika. Lebih mengutamakan ke-banyak dibahas orang. halusan daripada ketegasan.

Catatan awal ini berusahe meng- kbih menghargai keindahan dankqli pokokyang disebut belakang- |reharuan daripada kebenaran fak-an. Dominasi pria dalam kesusas- tual. kbih. bAnyak menekankantraan kita akan ditinjau dalam subyektivitas daripada obyektivi-perbandingan angka (kuantitati0 tas. Pendeknya, dianggap lebihmaupun lang tak terukur oleh bersifat hal-hal yang dianggapangka (kualitatif). cocok dengan- "kodrat" wanita

Gainbar dalam angka $Hlfi9i 8fi:;Nfiillslria rebih

Untuk menengok selintas besar- Kedua. dalam wilayah kegiatannv"-aornii,iri pEi aalam t eJuiii- . sastra vang seluqsJuasnva,.partisi'traan kita, kita dapat membuka- pasl,wanrla nampaK-LloaK leolnlulta U"tii, Gtsilion Xi:sraqsrio- kecil daripada .pria. Hanya pada

ii Inaoesio l"lodern, disunting wilayah(vangdianggap)"puncak"otetr Famuiui<- fneiti figgii prestasi kesusastraan,. dominasioiii*- pii',J.uita"-uutil slil"li pria itu menvolok'ini, buku itu agaknya. muryI",!fl'l para penulis sajak dan cerpen}?ns pertama dan .hingsa kini ur1;ia;ai;-io.ln ain--*-iiiilivT9,ia!u;l3lY!I-",r_*;_,-, umum,tidai'didominasioleh"pria.

Ilagtan terbesar dan rsl blul(u lil Begitu'pula bangku-bangku sLko-I!".'up,+tn q3ryT::jllF!-?Tg ;ilff;Giiii mengfitamakanlndonesla' yang dtanfgap Fl*g pengharin kesusastraair daripadadaram pertumbuhan kesusastraan ilmu--iimu pasti-alam. Juga diftarkita, termasuk para penulis fik._,, ffi;.i;'i6frb8 ;dbtca,;n puiiiIg",r,.l.:ir gllunep-alan. igul-1 ffi; ;";rffi ;r ti u"iui ia i fr oii,orngan.Jumlan antara wanlta oan led*itnvd dalam sepulul tahun-pria dalam buku itu amst menyo- b.irdfi.. 5fr,,,;:'aitlr,iii.,ii_lok, yakni l:7. t"tif '6';'i;;"iiEhil,u

r,"r i"iMemang, seperti diakui editor- b"ffi;;Hftfiijirii,r al-iirii. tiii

nya sendiri, buku tersebut belum ;];;'ii,ilrI;tilI*;i, ;;;;4.i,.,i;mencatat secara lengkap pl1a ilr;fitfi--ilil riendalam te"n-tokoh kesusastraan kita. .{ff-Pf Lrii- ii, 'iril', meruiiisitkin

ffif]f 3i.'"r,!]'s$tll.',qit Ur# ,xula r:".:'i;C;fjt|Jeeuw, Modzrn lnd.ones-ian _Lite- i,i""ir.'--"'rature lyang. selama lru^ la:t_Im ' Meigapa ketimpangan tersebutdianggap buku paling lengkap ui'.i'ii-'Jiii''*.'tentang kesusastraan -_-[i!)f

--3ii"'"tia"t berpretensi sudah

IIETJ-.-I. -'"k )11. ?91- -pu'.q.41 lg r" [r?"'i[ ni" -- i,Iim u ; ii va b Ji-Indonesra. IJeroectaan .J*Illi hinai mer-enungkan sLUdaX-y.pggr.capa: Pamusuk danTeeuw iiii'jii.v""i,ii"[efirungtinin ier-tidatlah terlalu besar."ffift

'#" r;iii-lue". uer,,n B"fr'lifl olflt[1".$Hinil",fi i;memperhitungkan secara le,ngt<ap, iiaiilfineiiiil 6?i;biii ;;;a;:

para penulis Indonesigvans la.lqk iffi t:di;rs iir:olp€UlltungKannya. Iapt sekalr- pertaha,- rupanya banyakpun Teeuw atau Pamusuk sudah *i"tti'iiiic ,"i.,tst-liroarLtii 6"r-menambah. .iumlah . pgngalang ilitffi. " t i,iiti'lUerusia muda/ysng nendak- dlp€rtlmbangkan- remaia. Kemudian keeiatannya, saya.tidd< yakin. ketimp.ang: i"i,:ri-'t i itu tiii.,eiii ae"iif,'}?i:an. perbandingan . kuantitatif ii'niUl.[nvir.]a;;;k;.iiildr-gnta{a .p{ra dan wanita itu akan kfi;-fii"-,1|.}ena mereka men'i-berubah banyak. iitl-i, tiian"f.: ain ditimbuni ber-

Mengapa timpans? H&?:lt?f"1'5fi"ffj.,j:X#Hj. Ketimpangan perbandingan nutup "Sajak di Sembarang Kam-kuantitatif di atas menggelitik pung"-ny, dengan pertanyaanpertanyaan tentang sebab- tajam: "Adakah kau masih menu-musababnya. Dan pertanyaan se- lii puisi/pada saat seharusnya me-macam itu memang tak dapat nyusui?"dilepaskan. dari sejumlah besar Perlu diingat pula, tekananuraian orang tentang sebab- sosial pada wahita untuk menikahpusalab te{adinya ketimpangan jauh lebih besar daripada (kalaukedudukanpriadanwanitadalam dianggap ada tekanan serupa)kehidupan sosial secara umum. pada pria. Tekanan sosial padaPasti ada kaitannya, wanita untuk beranak jauh lebih- Tetapi adanya kaitan itu tidak besardaripadamerekayangtidak.

dengan sendirinya berarti, apa Sejak menikah, beban'mengurusyang terjadi dalam kesusastraan rumah tangga jauh lebih besarkita presis sarna atau hanya di- dilemparkan kepada wanita dari-sebabkan oleh apa yang terjadi pada dibagi seiara rata dengandalam kehidupan sosial pada pria yang mereka nikahi.umumnya. Ketimpangan dalam ?erkurungnya kehidupan wa.kesusastraan itu bukan sekadar nita dewasa pada lingkunganminiaturdari ketimpangan serupa . rumah tangga mungkin ikut men-dalam kehidupan sosial. pada jelaskan satu hal lain. Dari bukuulqumnya. {. "-! Pamusuk juga dapat diamati per.

Dibandingkan dengan apa yang bandingan antaralvanita dan priatedadj pada bidang.bi-dang lain yang menulis cerpen (l:9), sejak(misalnyaekonomi,politik,agama (1:8) dan novel (l:5), masih dekatatau teknologi), dominasi pria dengan Ferbandingan jumlah

Oleh Ariel Heryanto

antara penulis wanita dan pria(1:7). Tetapi untuk penulisandrama, perbandihgan wanita Canpria adalah 1:45. Dunia seni drama,yang terkait dengan pementasan-.nya, hdalah dunia "luar rumah''.Berbeda dari cerpen, sqjak ataunovel yang dapat dinikmati sen-dirjan di kamar atau dapur.

Kedua, mungkin tidak sedikitwanita yang tetap bersastra sete-lah usia dewasa, atau setelahmenikah. Tapi peran dan sum-bangan para wanita ini rupanyatelah ditampik secara besar-besaran oleh para kritikus, ahlisastra dan pengelola lembaga ke-senian serta penerbitan. Para pe-nentu jalannya sejarah kesusastra-an ini "kebetulan" sebagian besarterdiri dari kaum pria. Pendmpik-an itu dapat didasarkan padaalasan, bahwa karya-karya merekatidak memenuhi tuntutan nilaisastra atau estetika, yang telahmapan dikuasai kaum lelaki.Karya-karya tertampik itu diang-ga.p c.engeqg, pgp a-tau.dangkal.

Terbentuknyya dominasi priadalam kesusastraan kita, tidakperlu secara gegabah kita anggapsebagai suatu operasi kejaHatanyang dirancang dan dengan senga-ja dilancarkan oleh kaum lelakibelaka. Nampaknya dominasi itumerupakan buah dari suatu per-jalanan sejarah sosial yang pan-jang dan kompleks. Suatu per-jalanan sejarah yang dalam proses-nya mendapat dukungan di antarakaum wanita sendiri.

Terungkapnya dominasikualitatif

Dominasi pria dalam kesusag-traan secara kualitatif dapat dipelajari dengan berbagai 9a6.. Ad6dua pendekatan yang selama'ini

-umum dipakai orang. Pertama,ada yang mencoba menjelaskandominasi itu dengan mengulas,bagaimana tokoh-tokoh wanita di-tampilkan sebagai mahluk yangber-"kodrat" lemah dalam karya-karya sastra, baik oleh penulisIelaki maupun perempuan.Kedua, ada pula yang merfelaskandominasi itu dengan memban-dingkan "mutu" estetik (atausosial-psikologis-fi Iosofis) karya-karya pria dan wanita. Perban-dingan demikian seringkali tidakmeyakinkan. Sebab penilaian itucenderung bersifat "subyektil'(dan "seksis"), karena memangt.idak mungkin dapat (wdau sese-kali dikesankan seakan-akan)"obyektif'. Istilah "subyektif' se-'benarnya juga tidak tepat, sebabnilai selalu bersifat sosial-historisdan tidak individual belaka.

Tanpa mengurangi pengharcian pada dua macam usaha di atas,saya memilih pendekatan yangberbeda dalam kesempatan ini.Saya hendak mengkqji beberapaungkapan ("bahasa" yang bersifatsosial-historis) yang ikut menyata-kan dominasi pria dalam .sastrakita secara kualitatif.

Isti.lah seperti "pengarang, nove-lis atau penyair" sepintas lalutidak membedakan jenis kelaminorang yang bersangkutan. Tapidalam kenyataan sosialisasi berba-hasa kita, istilah-istilah itu didomi-nas.i acuan pada kaum pria (Ban-dingkan dengan istilah "pelacur"yang pada kenyataannya cende-rung diartikan wanita, walau tidaksecara langsung menunjuk jeniskelamin orang yang bersangkut-an). Jika yang dimaksud ituwanita, maka dirasa perlu adanyaembel-embel keterangan jenis ke-lam.in, sehingga muncul istilahseperti "pengarang wanita", "pe-nyair wanita" atau "noveliswanita" (Bandingkan dengan "pe-lacur lelaki'1.

(Bersambungtchal.Y' kol.S?)

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Dorninasi - -Antotogi s'hak Sesetpih PinangSepucuk Sirih. suntingan (seorangwanita! ) Toeti Heraty ( I 979), diberisubjudul Bungo rampai puisiwonito. Padahal sejumlah besarantologi sastra yang hanyamemuat karya pria, tidak pernahdiberi embel-embel keteranganjenis kelamin mereka. Tak adaistilah "majalah sastra lelaki",walau seluruh staf redaksinyahanya kaum pria. Bandingkandengan munculnya sejumlah "ma-jalah wanita". Diskriminasi sek-sual {yang tidak hanya dikefakanpria) seperti itu juga dapat diamatidari penamaan sqiumlah pertemu-an sastra,yang menampilkan pem-bicara hanya dari satu jenis ke-lamin.

Dengan kata lain, "sastra" yangdidom-inasi pria itu diairggap nunilversal" dalam ha.l jenis kdlamin.Dan karya "sastra" yang dihasil-kan pria dianggap sastra yangnormal atau standar. Sedangkankarya wanita dianggap sastra yangabnormal atau mempunyai kelain-

(Sambungan' darl halatuan IV)

an: sastra .yang plus sesuatu atauminus sesuatu. Hal ini tidak jauhberbeda dari apa yang terjadi diBarat sejak seratus tahun yanglalu, seperti telah dibahas banyakorang di sana. Tapi khusus untuklndonesia masa kini. ada beberapakasus lain yang tak kalah menarik.

Di Indonesia, seorang kritikussastra yang dianggap sangat terlhormat, berwibawa dan berwe-nang, disebut "Paus" sastra, suatugelarberjenis kelamin pria dan takbakal dicapai seorang wanita.'' Contoh lain, lebih mutakhir dansangat ekstrem, terungkap lewatkata-kata Sutardji C. Bachri: "Ber-bicara tentang pria tanpa (meno-lak) estetika samalah denganmenghadirkan wanita cantiktanpa kelamin" (Horisorr/4/1985).Yang tampil dari pernyataan seo-rang tokoh sastra mutakhir, ini,bukan sekadar sifaUsikap kejan:tanan, tetapi juga nafsu kelaminjantan dan sekaligus penghinaanpada kaum wanita. Wanita yangdihargai hanya sebagai obyek ke-puasan nafsu birahj_pfiar _1,1q!y,q_ainilai untuk kecantikan danvagi-nanya.

Studi konteks sastraBelakangan kita saksikan me-

ningkatnya kesadaran di kalanganmereka, yang berkecimpungdalam kesusastraan untuk menya-dari pentingnya kaitan sosialsetiap peristiwa kesusastraan. Inimenggembirakan sekali. JakobSumardjo misalnya, denxan rajinmempelajari daerah asal-usul,pendidikan, usia dan profesiformal sejumlah tokoh kesusastra-an kita. Arief Budiman mempela-jari kelas sosial tokoh-tokoh itudalam .rangka memahami wajahkesusastraan kita.

Namun tinjauan serupa ber-dasarkan jenis kelam.in orang-orang yang terlibat dalam kesusas-traan kita, tampaknya belumbanyak (kalaupun dianggap sudahpernah) mendapat perhatian.Semoga catatan awal ini segeradisusul'dengan berbagai studiyang lebih mendalam tentang itu,baik oleh pria maupun wanita.**** Ariel Heryanto, dosen padaUniuersitos Kristen SotgoWocono, Solotigo.

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

top related