fungsi kepemimpinan.docx
Post on 01-Dec-2015
56 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KEPEMIMPINAN 2
Oleh: Kelompok IV
Gede Bagus (1106305010)
Ni Wayan Ratna Dewi (1206305088)
I Wayan Adi Wiguna (1206305099)
I Gusti Ngurah Hendra SD (1206305101)
Ni Kadek Karmilayani (1206305114)
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya. Sesuai
dengan tugas mata kuliah Manajemen, paper ini berjudul “Pengambilan Keputusan II”. Paper
ini dibuat demi memenuhi penilaian mata kuliah tersebut.
Kami sangat berharap masukan dan saran yang bersifat membangun dan semua pihak
yang telah membaca paper ini sehingga dapat memberikan kebaikan demi peningkatan
kualitas paper ini. Oleh karena keterbatasan waktu pembuatan, tentunya paper ini masih
belum sempurna dalam penyajiannya.
Terima kasih atas pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian paper
ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kami minta maaf apabila terdapat
kesalahan kata dalam paper ini.
Denpasar, 3 Mei 2013
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
I. KEPEMIMPINAN...............................................................................................................1
A. FUNGSI KEPEMIMPINAN...........................................................................................1
B. GAYA KEPEMIMPINAN..............................................................................................3
C. PENDEKATAN SIFAT-SIFAT KEPEMIMPINAN......................................................8
II. KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI DALAM ORGANISASI...........................................9
A. PENTINGNYA KOMUNIKASI EFEKTIF....................................................................9
B. PROSES KOMUNIKASI................................................................................................9
C. HAMBATAN TERHADAP KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM ORGANISASI....11
D. MELAKUKAN NEGOSIASI UNTUK MENGATASI KONFLIK..............................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15
ii
I. KEPEMIMPINAN
A. FUNGSI KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan yang efektif akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan
fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam
kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap
pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar
menjadi bagian di dalam situasi sosial kelompok/oreganisasinya.
Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial
kelompok organisasinya, akan dirasakn sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung
jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi
pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial
yang dikembangkannya.
Fungsi kepemimpinan memiliki dua dimensi sebagai berikut :
1. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction)
dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang
dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan
orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok/organisasi,
yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan
pemimpin.
Berdasarkan kedua dimensi itu, selanjutnya secara operasional dapat dibedakan
lima fungsi pokok kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah :
1. Fungsi Instruktif
Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai
pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaanya pada orang-orang yang
dipimpinnya.
Fungsi ini berarti juga keputusan yang ditetapkan tidak akan ada artinya tanpa
kemampuan mewujudkan atau menterjemahkannyamenjadi instruksi/perintah. Selanjutnya
perintah tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan. Oleh karena itu sejalan dengan
pengertian kepemimpinan, intinya adalah kemampuan pimpinan menggerakkan orang lain
agar melaksanakan perintah, yang bersumber dari keputusan yang telah ditetapkan.
1
2. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini berlansung dan bersifat komunikasi dua arah , meliputi pelaksanaannya
sangat tergantung pada pihak pimpinan. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan
keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya
berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Konsultasi itu dapat dilakukan secara
terbatas hanya dengan orang-orang tertentu saja, yang dinilainya mempunyai berbagai
bahan informasi yang diperlukannya dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat
dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu
dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa impan balik (feed Back) yang dapat
dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah
ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan pimpinan,
akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan
berlansung efektif. Fungsi konsultatif ini mengharuskan pimpinan belajar menjadi
pendengar yang baik, yang biasanya tidak mudah melaksanakannya, mengingat pemimpin
lebih banyak menjalankan peranan sebagai pihak yang didengarkan. Untuk itu pemimpin
harus meyakinkan dirinya bahwa dari siapa pun juga selalu mungkin diperoleh gagasan,
aspirasi, saran yang konstruktif bagi pengembangan kepemimpinanya.
3. Fungsi Partisipasi
Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dan bersifat dua arah, tetapi juga berwujud
pelaksanaan hubungan manusia yang efektif, antara pemimpin dengan sesama orang yang
dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannya.
Fungsi partisipasi hanya akan terwujud jika pemimpin mengembangkan
komunikasi yang memungkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan
dalam memecahkan masalah-masalah, yang bagi pimpinan akan dapat dimanfaatkan untuk
mengambil keputusan-keputusan.sehubungan dengan itu musyawarah menjadi penting,
baik yang dilakukan melalui rapat-rapat mapun saling mengunjungi pada setiap
kesempatan yang ada.musyawarah sebagai kesempatan berpartisipasi, harus dilanjutkan
berupa partisipasi dalam berbagai kegiatan melaksanakan program organisasi.
2
4. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan limpahan wewenang
membuat/menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari
pimpinan. Fungsi ini mengharuskan pemimpin memilah-milah tugas pokok organisasi dan
mengevaluasi yang dapat dan tidak dapat dilimpahkan pada orang-orang yang
dipercayainya. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan, pemimpin harus
bersedia dapat mempercayai orang-orang lain, sesuai dengan posisi/jabatannya, apabila
diberi pelimpahan wewenang. Sedang penerima delegasi harus mampu memelihara
kepercayaan itu, dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab.
Fungsi pendelegasian harus diwujudkan seorang pemimpin karena kemajuan dan
perkembangan kelompoknya tidak mungkin diwujudkannya sendiri. Pemimpin seorang
diri tidak akan dapat berbuat banyak dan bahkan mungkin tidak ada artinya sama sekali.
Oleh karena itu sebagian wewenangnya perlu didelegasikan pada para pembantunya, agar
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
5. Fungsi Pengedalian
Fungsi pengendalian merupakan fungsi kontrol. Fungsi ini cenderung bersifat
satu arah, meskipun tidak mustahil untuk dilakukan dengan cara komunikasi secara dua
arah. Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau
efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang
efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Sehubungan dengan itu berarti fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pemimpin
harus aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota
kelompok/organisasinya.
B. GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan, mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan
tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam
memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu.
Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang
disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola
tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh
bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Beberapa Gaya Kepemimpinan
3
1. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor utama dan
terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis
diwujudkan dengan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat dan perilaku
yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi/kelompok. Di samping
itu diwujudkan juga melalui perilaku kepemimpinan sebagai pelaksana (eksekutif).
Dengan didominasi oleh ketiga perilaku kepemimpinan tersebut, berarti gaya
ini diwarnai dengan usaha mewujudkan dan mengembangkan hubungan manusiawi
(human relationship) yang efektif, berdasarkan prinsip saling menghormati dan
menghargai antara yang satu dengan yang lain. Pemimpin memandang dan
menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek, yang memiliki
kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak,
kemampuan, buah pikiran, pendapat, minat/perhatian, kreativitas, inisiatif, dan lain-
lain yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain selalu dihargai dan
disalurkan secara wajar.
Berdasarkan prinsip tersebut di atas, dalam gaya kepemimpinan ini selalu
terlihat usaha untuk memanfaatkan setiap orang yang dipimpin. Proses kepemimpinan
diwujudkan dengan cara memberikan kesempatan yang luas bagi anggota
kelompok/organisasi untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Partisipasi itu
disesuaikan dengan posisi/jabatan masing-masing, di samping memperhatikan pula
tingkat dan jenis kemampuan setiap anggota kelompok/organisasi. Para pemimpin
pelaksana sebagai pembantu pucuk pimpinan, memperoleh pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab, yang sama atau seimbang pentingnya bagi pencapaian tujuan
bersama. Sedang bagi para anggota kesempatan berpartisipasi dilaksanakan dan
dikembangkan dalam berbagai kegiatan di lingkungan unit masing-masing, dengan
mendorong terwujudnya kerja sama, baik antara anggota dalam satu maupun unit yang
berbeda. Dengan demikian berarti setiap anggota tidak saja diberi kesempatan untuk
aktif, tetapi juga dibantu dalam mengembangkan sikap dan kemampuannya
memimpin. Kondisi itu memungkinkan setiap orang siap untuk dipromosikan
menduduki posisi/jabatan pemimpin secara berjenjang, bilamana terjadi kekosongan
karena pensiun, pindah, meninggal dunia, atau sebab-sebab lain.
4
Kepemimpinan dengan gaya demokratis dalam mengambil keputusan sangat
mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit
masing-masing. Dengan demikian dalam pelaksanaan setiap keputusan tidak dirasakan
sebagai kegiatan yang dipaksakan, justru sebaliknya semua merasa terdorong
mensukseskannya sebagai tanggung jawab bersama. Setiap anggota
kelompok/organisasi merasa perlu aktif bukan untuk kepentingan sendiri atau
beberapa orang tertentu, tetapi untuk kepentingan bersama.
Aktivitas dirasakan sebagai kebutuhan dalam mewujudkan partisipasi, yang
berdampak pada perkembangan dan kemajuan kelompok/organisasi secara
keseluruhan. Tidak ada perasaan tertekan dan takut, namun pemimpin selalu dihormati
dan disegani secara wajar
2. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter merupakan gaya kepemimpinan yang paling tua
dikenal manusia. Oleh karena itu gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di
tangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang di antara mereka tetap ada
seorang yang paling berkuasa. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Orang-
orang yang dipimpin yang jumlahnya lebih banyak, merupakan pihak yang dikuasai,
yang disebut bawahan atau anak buah. Kedudukan bawahan semata-mata sebagai
pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pemimpin
memandang dirinya lebih, dalam segala hal dibandingkan dengan bawahannya.
Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah, sehingga dianggap tidak mampu
berbuat sesuatu tanpa perintah. Perintah pemimpin sebagai atasan tidak boleh
dibantah, karena dipandang sebagai satu-satunya yang paling benar. Pemimpin sebagai
penguasa merupakan penentu nasib bawahannya. Oleh karena itu tidak ada pilihan
lain, selain harus tunduk dan patuh di bawah kekuasaan sang pemimpin. Kekuasaan
pimpinan digunakan untuk menekan bawahan, dengan mempergunakan sanksi atau
hukuman sebagai alat utama. Pemimpin menilai kesuksesannya dari segi timbulnya
rasa takut dan kepatuhan yang bersifat kaku.
Kepemimpinan dengan gaya otoriter banyak ditemui dalam pemerintahan
Kerajaan Absolut, sehingga ucapan raja berlaku sebagai undang-undang atau
ketentuan hukum yang mengikat. Di samping itu sering pula terlihat gaya dalam
kepemimpinan pemerintahan diktator sebagaimana terjadi di masa Nazi Jerman
dengan Hitler sebagai pemimpin yang otoriter.
5
3. Gaya Kepemimpinan Bebas dan Gaya Kepemimpinan Pelengkap
Kepemimpinan Bebas merupakan kebalikan dari tipe atau gaya kepemimpinan
otoriter. Dilihat dari segi perilaku ternyata gaya kepemimpinan ini cenderung
didominasi oleh perilaku kepemimpinan kompromi (compromiser) dan perilaku
kepemimpinan pembelot (deserter). Dalam prosesnya ternyata sebenarnya tidak
dilaksanakan kepemimpinan dalam arti sebagai rangkaian kegiatan menggerakkan dan
memotivasi anggota kelompok/organisasinya dengan cara apa pun juga. Pemimpin
berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinannya dijalankan dengan memberikan
kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan
melakukan kegiatan (berbuat) menurut kehendak dan kepentingan masing-masing,
baik secara perseorangan maupun berupa kelompok-kelompok kecil.
Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat, yang dilakukan
dengan memberi kesempatan untuk berkompromi atau bertanya bagi anggota
kelompok yang memerlukannya. Kesempatan itu diberikan baik sebelum maupun
sesudah anggota yang bersangkutan menetapkan keputusan atau melaksanakan suatu
kegiatan.
Kepemimpinan dijalankan tanpa berbuat sesuatu, karena untuk bertanya atau
tidak (kompromi) tentang sesuatu rencana keputusan atau kegiatan, tergantung
sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin. Dalam keadaan seperti itu setiap terjadi
kekeliruan atau kesalahan, maka pemimpin selalu berlepas tangan karena merasa tidak
ikut serta menetapkannya menjadi keputusan atau kegiatan yang dilaksanakan
kelompok/organisasinya. Pemimpin melepaskan diri dari tanggung jawab (deserter),
dengan menuding bahwa yang salah adalah anggota kelompok/organisasinya yang
menetapkan atau melaksanakan keputusan dan kegiatan tersebut. Oleh karena itu
bukan dirinya yang harus dan perlu diminta pertanggungjawaban telah berbuat
kekeliruan atau kesalahan.
Sehubungan dengan itu apabila tidak seorang pun orang-orang yang dipimpin
atau bawahan yang mengambil inisiatif untuk menetapkan suatu keputusan dan tidak
pula melakukan sesuatu kegiatan, maka kepemimpinan dan keseluruhan
kelompok/organisasi menjadi tidak berfungsi. Kebebasan dalam menetapkan suatu
keputusan atau melakukan suatu kegiatan dalam tipe kepemimpinan ini diserahkan
sepenuhnya pada orang-orang yang dipimpin.
Oleh karena setiap manusia mempunyai kemauan dan kehendak sendiri, maka
akan berakibat suasana kebersamaan tidak tercipta, kegiatan menjadi tidak terarah dan
6
simpang siur. Wewenang tidak jelas dan tanggung jawab menjadi kacau, setiap
anggota saling menunggu dan bahkan saling salah menyalahkan apabila diminta
pertanggungjawaban.
Gaya atau perilaku kepemimpinan yang termasuk dalam tipe kepemimpinan bebas ini antara
lain
1. Kepemimpinan Agitator
Tipe kepemimpinan ini diwarnai dengan kegiatan pemimpin dalam bentuk tekanan,
adu domba, memperuncing perselisihan, menimbulkan dan memperbesar
perpecahan/pertentangan dan lain-lain dengan maksud untuk memperoleh keuntungan
bagi dirinya sendiri. Agitasi yang dilakukan terhadap orang luar atau organisasi lain,
adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi organisasinya dan bahkan untuk
kepentingan pemimpin sendiri
2. Kepemimpinan Simbol
Tipe kepemimpinan ini menempatkan seorang pemimpin sekedar sebagai lambang
atau simbol, tanpa menjalankan kegiatan kepemimpinan yang sebenarnya.
Di samping gaya kepemimpinan demokratis, otokrasi maupun bebas maka pada kenyataannya
sulit untuk dibantah bila dikatakan terdapat beberapa gaya atau perilaku kepemimpinan yang
tidak dapat dikategorikan ke dalam salah satu tipe kepemimpinan tersebut. Kartini Kartono
menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan itu terbagi atas:
1. Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga mereka mempunyai
pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan pengikutnya timbul dari
kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin dianggap mempunyai kemampuan yang
diperoleh dari kekuatan
Yang Maha Kuasa.
2. Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;
a. Menganggap bawahannya belum dewasa
b. bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan
d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
7
3. Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Pemimipin organisasi sebagai miliknnya
b. Pemimpin bertindak sebagai dictator
c. Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman.
4. Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai siafat sifat:
a. menuntut kedisiplinan yang keras dan kaku
b. lebih banyak menggunakan system perintah
c. menghendaki keputusan mutlak dari bawahan
d. Formalitas yang berlebih-lebihan
e. Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan
f. Sifat komunikasi hanya sepihak
5. Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan masalah kerja sama sehingga terdapat koordinasi pekerjaan
dari semua bawahan. Kepemimpinan demokrasi menghadapi potensi sikap individu, mau
mendengarkan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitik beratkan
pada aktifitas setiap anggota kelompok, sehingga semua unsure organisasi dilibatkan dalam
akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan,, pembuatan rencana keputusan, disiplin.
C. PENDEKATAN SIFAT-SIFAT KEPEMIMPINAN.
Kelompok pertama yang bermaksud menjelaskan tentang aspek kepemimpinan
yaitu para teoritis kesifatan. Bahwa pemimpin mempunyai sifat dan ciri tertentu.
Untuk mengenali karakteristik atau ciri-ciri pribadi dari para pemimpin, para psikolog
mengadakan penelitian. Mereka berpandangan bahwa pemimpin ini dilahirkan bukan
dibuat. Secara alamiah bahwa orang yang mempunyai sifat kepemimpinan adalah orang
yang lebih agresip, lebih tegas, dan lebih pandai berbicara dengan orang lain serta lebih
mampu dan cepat mengambil keputusan yang akurat. Pandangan ini mempunyai
implikasi bahwa jika ciri kepemimpinan dapat dikenali, maka organisasi akan jauh lebih
canggih dalam memilih pemimpin. Hanya orang-orang yang memiliki ciri-ciri
kepemimpinan sajalah yang akan menjadi manajer, pejabat dan kedudukan lainnya yang
tinggi. Ukuran dalam pencarian ciri kepemimpian menggunakan dua pendekatan:
8
1. membandingkan bawahan dengan pemimpin,
2. membandingkan ciri pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif
Dari berbagai studi perbandingan dalam mengungkap suatu ciri secara jelas dan
konsisten antara pemimpin dengan bawahan. Disini diungkap bahwa seorang pemimpin
lebih cemerlang, lebih agresif, lebih terbuka, dan lebih percaya diri dari pada yang lain.
Namun banyak orang bahkan sampai jutaan jumlahnya memiliki sifat-sifat tersebut tapi
tidak pemah mencapai posisi kepemimpinan. Sehingga para peneliti beranggapan bahwa
seorang pemimpin dilahirkan, bukan dibuat artinya seseorang yang dilahirkan
membawa atau tidak membawa sifat-sifat yang diperlukan seorang pemimpin.
Untuk selanjutnya membandingkan pemimpin yang efektif dengan pemimpin
yang tidak efektif. Pemimpin yang efektif bukan tergantung pada ciri tertentu, tapi pada
seberapa baik ciri pemimpin cocok dengan kebutuhan situasi yang sedang dihadapinya.
Kecerdasan, inisiatifdan keyakinan diri merupakan tingkat dan prestasi manajerial yang
tinggi di samping terletak pada kemampuan pengawasan manajerial dan penggunaan
metode supervisi yang tepat untuk situasi tertentu.
II. KOMUNIKASI DAN NEGOSIASI DALAM ORGANISASI
A. PENTINGNYA KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi yang efektif penting bagi manajer karena tiga alasan utama, yaitu :
1. Komunikasi menyediakan saluran umum untuk proses manajemen, yaitu
merencanakan, mengorganisasikan, memimpinkan, dan mengendalikan.
Manajer mengembangkan rencana awal komunikasi dengan orang lain dalam
organisasi dan mengorganisasikan untuk melaksanakan rancana tadi dengan berbicara
dengan orang mengenai cara terbaik untuk mendistribusikan wewenang dan desain
pekarjaan. Manajer mengetahui bahwa kebijakan yang menimbulkan motivasi,
kepemimpinan, dan mengelompokkan serta membentuk tim diaktifkan lewat
pertukaran informasi secara teratur.
2. Keterampilan komunikasi yang efektif dapat membuat manajer menggunakan
berbagai bakat yang tersedia dalam dunia multibudaya dari organisasi. Globalisasi
bisnis pasti menempatkan tantangan bagi kemampuan berkomunikasi manajer.
Komunikasi, seperti aktivitas intelektual yang lain, dapat diasah dengan menghadapi
keadaan yang baru dan menantang. Organisasi dapat merupakan tempat yang baik
untuk mempelajari hal tersebut. 9
3. Manajer menghabiskan waktu untuk berkomunikasi.
Pada kenyataannya waktu manajerial banyak dihabiskan dalam komunikasi bertatap
muka, elektronik, atau lewat telepon dengan karyawan, supervisor, pemasok, atau
pelanggan.
B. PROSES KOMUNIKASI
Komunikasi terjadi dalam hubungan antara pengirim dan penerima. Komunikasi
dapat mengalir dalam satu arah dan berakhir di sana. Atau sebuah pesan dapat
menimbulkan respons – secara formal dikenal dengan nama umpan balik – dari penerima.
Terdapat beberapa esensi dalam proses komunikasi, yaitu :
a. Message (pesan)
Informasi yang sudah disandikan dikirimkan oleh pengirim kepada penerima.
b. Sender (pengirim)
Pemrakarsa suatu komunikasi.
c. Receiver (penerima)
Individu yang menanggapi pesan dari pengirim.
Bila pesan tidak sampai pada penerima, komunikasi belum terjadi. Terdapat tiga faktor
yang dapat mempengaruhi suatu komunikasi efektif atau tidak efektif, yaitu :
1. Penyandian
Encoding (penyandian) adalah penerjemahan informasi menjadi serangkaian simbol
untuk komunikasi. Penyandian itu perlu karena informasi hanya dapat dikirimkan dari
seseorang kepada orang lain lewat perwakilan atau simbol.
2. Pengartian
Decoding (pengartian) adalalh interpretasi dan menerjemahkan suatu pesan menjadi
informasi yang berarti. Ini merupakan proses dimana penerima harus menerima pesan itu,
kemudian mengartikannya. Pengertian dipengaruhi oleh pengalaman penerima, penilaian
pribadi mengenai simbol dan gerakan tubuh yang dipakai, harapan (orang cenderung
mendengar apa yang ingin mereka dengar), dan kesamaan arti dengan pengirimnya.
10
3. Gangguan
Noise (gangguan) adalah segala sesuatu yang membingungkan, menggangu, mengurangi,
atau mencampuri komunikasi. Gangguan dapat timbul dalam saluran komunikasi
(channel – saluran adalah medium komunikasi formal antara seorang pengirim dan
seorang penerima), atau metode pengiriman. Gangguan dapat terjadi internal atau
eksternal. Gangguan dapat terjadi dalam tahap manapun dalam komunikasi. Gangguan
terutama dapat mengganggu dalam tahap penyandian dan pengartian.
C. HAMBATAN TERHADAP KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM ORGANISASI
Hambatan pada komunikasi terdapat beberapa faktor. Banyak diantara hambatan
ini dapat diatasi dengan menggunakan bahasa yang sederhana, langsung, berusaha untuk
berempati dengan penerima, menghindari gangguan, mewaspadai emosi seseorang dan
tingkah laku nonverbal, serta bersikap jujur dan dapat dipercaya. Mendorong umpan balik
dan mengulang pesan seseorang dapat juga bermanfaat.
Perbedaan Persepsi
Ini adalah salah satu hambatan komunikasi yang umum dijumpai. Perbedaan persepsi
dapat muncul dari perbedaan bahasa, perbedaan jenis kelamin. Untuk mengatasi
perbedaan persepsi dan bahasa, pesan harus dijelaskan sehingga dapat dipahamioleh
penerima yang mempunyai pandangan dan pengalaman yang berbeda. Kalau mungkin,
kita harus mempelajari mengenai latar belakang mereka yang akan berkomunikasi
dengan kita. Untuk mengatasi perbedaan bahasa, kita perlu meminta penerima untuk
memberikan konfirmasi dan menyatakan ulang pokok pembicaraan.
Reaksi Emosional
Reaksi emosional mempengeruhi cara kita memahami pesan orang lain dan cara kita
mempengaruhi orang lain dengan pesan kita sendiri. Pendekatan terbaik untuk
berhubungan dengan emosi adalah menerimanya sebagai bagian dari proses komunikasi
dan mencoba untuk memahaminya ketika emosi menimbulkan masalah.
Ketidakkonsistenan Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Kunci untuk menghilangkan ketidakkonsistenan dalam komunikasi adalah
mewaspadainya dan berjaga-jaga agar tidak mengirimkan pesan palsu. Gerakan anggota
tubuh, pakaian, postur, ekspresi wajah, dan komunikasi nonverbal dengan pengaruh besar
11
yang lain harus “selaras” dengan pesan verbal. Menganalisis komunikasi nonverbal dari
orang lain dan menerapkan apa yang kita pelajari kepada diri sendiri serta ketika
berhubungan dengan orang lain adalah amat bermanfaat.
Kecurigaan
Seorang penerima mempercayai atau mencurigai suatu pesan pada umumnya merupakan
fungsi kredibilitas dari pengirim dalam pikiran penerima. Kredibilitas merupakan hasil
dari proses jangka panjang yang mana kejujuran seseorang, keadilan, dan maksud baik
dikenal oleh orang lain. Ada beberapa cara terobosan untuk menciptakan suasana
mempercayai. Hubungan yang baik dengan orang yang berkomunikasi dengan seseorang
hanya dapat dikembangkan lewat tindakan konsisten.
D. MELAKUKAN NEGOSIASI UNTUK MENGATASI KONFLIK
Conflict (konflik) adalah ketidaksepakatan mengenai alokasi sumber daya yang
langka atau pertentangan menyangkut sasaran, nilai, dan sebagainya; dapat terjadi pada
tingkat antar pribadi atau organisasi. Negosiasi dapat membantu kita menangani konflik
dari tipe apapun lebih efektif dan member hasil yang memuaskan kedua belah pihak.
Negotiation (negosiasi) adalah penggunaan keterampilan komunikasi dan tawar-menawar
untuk mengatasi konflik dan mencapai hasil yang memuaskan bersama. Negosiasi adalah
proses komunikasi yang amat penting.
Menurut Lewicki dan Litterer situasi negosiasi dibagi oleh tiga karekteristik :
1. Ada konflik kepentingan antara dua pihak atau lebih; artinya, apa yang diingini oleh
satu pihak tidak selalu merupakan apa yang dikehendaki oleh pihak lain.
2. Mungkin tidak ada peraturan yang pasti atau mantap atau prosedur untuk
menyelesaikan konflik, atau pihak-pihak tersebut memilih bertindak di luar peraturan dan
prosedur untuk menemukan penyelesaiannya sendiri terhadap konflik.
3. Semua pihak, sekurang-kurangnya pada suatu saat, lebih suka mencari persetujuan
daripada bertentangan secara terbuka, menyerah kepada satu pihak, memutuskan
hubungan secara permanen, atau membawa perselisihan mereka kepada pemegang
wewenang yang lebih tinggi untuk mendapatkan pemecahan.
12
Negosiasi adalah proses komunikasi kompleks, semuanya semakin jelas kalau satu ronde
negosiasi hanya merupakan episode hubungan dalam jangka yang lebih panjang.
Stabilitas Hasil Negosiasi
Jelas bahwa kalau dua pihak berinteraksi, lewat negosiasi, untuk menyelesaikan konflik,
kedua pihak mempunyai ide mengenai apa yang ingin mereka peroleh dari konflik
tersebut. Sama jelasnya, negosiator yang mampu tertarik pada stabilitas hasil yang
mereka bentuk bersama.
Linda Putman membedakan dua jenis negosiasi :
1. Integrative Process (proses terpadu)
Proses negosiasi yang mendorong prospek keuntungan bagi kedua belah pihak; juga
dikenal sebagai situasi menang – menang.
2. Distributive Process (proses distributive)
Proses negosiasi dengan setiap pihak yang terlibat mencari keuntungan maksimum dan
ingin membebankan kerugian maksimum kepada pihak yang lain; juga dikenal sebagai
situasi menang – kalah atau berjumlah nol.
Stabilitas dalam proses negosiasi merupakan perhatian utama dari pemimpin serikat
pekerja dan pihak manajemen yang menjadi mitranya karena hubungan mereka adalah
salah satu yang biasanya mereka antisipasi akan terus berlangsung ke masa depan tanpa
batas.
Pedoman untuk melakukan negosiasi :
Mempunyai tujuan yang sudah ditentukan dan jelas mengenai setiap hal yang akan
disetujui lewat tawar-menawar dan memahami konteks tujuan tadi ditetapkan.
Jangan tergesa-gesa
Kalau ragu-ragu, adakan pertemuan tertutup dengan anggota sendiri.
Buat persiapan yang baik dengan data pendukung yang kuat untuk tujuan yang jelas
ditentukan.
Pertahankan fleksibilitas dalam posisi Anda.
13
Cari motivator yang diinginkan oleh pihak lain.
Jangan sampai macet. Bila tidak ada kemajuan mengenai hal tertentu, lanjutkan
dengan hal yang lain dan kembali ke hal yang tadi kemudian. Bangun momentum untuk
mencapai persetujuan.
Hargai pentingnya menyelamatkan muka pihak lain.
Jadilah pendengar baik.
Ciptakan reputasi menjadi orang yang adil tetapi tegas.
Kendalikan emosi Anda.
Pastikan ketika Anda melanjutkan setiap langkah tawar-menawar bahwa Anda
mengetahui hubungannya dengan semua langkah yang lain.
Bandingkan setiap langkah terhadap tujuan Anda.
Perhatikan baik-baik penggunaan dari setiap bagian yang dinegosiasikan.
Ingat bahwa negosiasi secara wajar merupakan proses kompromi.
Belajar untuk memahami orang – mungkin aka nada gunanya selama negosiasi.
Pertimbangkan dampak negosiasi saat ini pada masa depan.
14
DAFTAR PUSTAKA
T.Hani Handoko,Manajemen,BPFE-Yogyakarta,2011
http://blog.uin-malang.ac.id/fityanku/kepemimpinan/
http://daqoiqul.blogspot.com/2012/05/tugas-dan-fungsi-kepemimpinan.html
http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.com/2009/03/fungsi-kepemimpinan.html
http://megasuryonop.blogspot.com/2012/04/pendekatan-sifat-sifat-kepemimpinan.html
15
top related