foto polos abdomen
Post on 18-Feb-2015
318 Views
Preview:
TRANSCRIPT
FOTO POLOS ABDOMEN
BAB I
PENDAHULUAN
Pemeriksaan diagnostik radiologi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari, terutama didalam penatalaksanaan klinis pasien di dalam pelayanan
kesehatan. Sejak ditemukannya sinar X oleh Roentgen pada tahun 1895 dan kemudian
diproduksinya peralatan radiografi pertama untuk penggunaan diagnostik klinis. Prinsip dasar
dari radiografi tidak mengalami perubahan sama sekali, yaitu memproduksi suatu gambar pada
film reseptor dengan sumber radiasi dari suatu berkas sinar-X yang mengalami absorbsi dan
attenuasi ketika melalui berbagai organ atau bagian pada tubuh.1
Perkembangan teknologi radiologi telah memberikan banyak sumbangan tidak hanya dalam
perluasan wawasan ilmu dan kemampuan diagnostik radiologi, akan tetapi juga dalam proteksi
radiasi pada pasien-pasien yang mengharuskan pemberian radiasi kepada pasen serendah
mungkin sesuai dengan kebutuhan klinis merupakan aspek penting dalam pelayanan diagnostik
radiologi yang perlu mendapat perhatian secara kontinu. Karena selama radiasi sinar-x
menembus bahan/materi terjadi tumbukan foton dengan atom-atom bahan yang akan
menimbulkan ionisasi didalam bahan tersebut, oleh karena sinar-x merupakan radiasi pengion,
kejadian inilah yang memungkinkan timbulnya efek radiasi terhadap tubuh, baik yang bersifat
non stokastik, stokastik maupun efek genetik.1
Dewasa ini penggunaan pemeriksaan radiologi semakin meningkat. Begitu juga dalam
penggunaannya sebagai alat bantu diagnosa sekaligus terapi pada kelainan–kelainan traktus
urinarius. Berbagai kelainan baik kongential maupun didapat dalam sistem ini dapat diperiksa
dengan bantuan radiologi melalui beberapa macam pemeriksaan yaitu, Foto Polos Abdomen
(FPA), Ultrasonografi (USG), IntraVenous Pyelography/Urografi IntraVena (IVP/UIV), Retrograde
Pyelography (RPG), Antegrade Pyelography (APG), urografi retrograde, CT Scan, sampai Nuclear
Magnetic Resonance. Dengan macam–macam pemeriksaan ini dapat diketahui adanya anomali
ginjal, massa pada traktus urinarius, peradangan, dilatasi traktus urinarius, sampai pada
penilaian fungsi ekskresi dan kerusakan struktur ginjal.2
Makalah ini akan mengkaji tentang Foto Polos Abdomen (FPA) terkait dengan penggunaannya
sebagai alat bantu diagnosis penyakit pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Abdomen
Abdomen atau lebih dikenal dengan perut berisi berbagai organ penting dalam sistem
pencernaan, endokrin dan imunitas pada tubuh manusia. Dari gambar dibawah ini kita
mengetahui bahwa ada 9 pembagian regio(daerah) di abdomen.3
Gambar 1. Abdomen
No Regio Organ yang Ada di Dalamnya
1 hypochondriaca kanan sebagian hati, kantung empedu dan bagian atas ginjal kanan
2 epigastrica ginjal kanan dan kiri, sebagian hati dan lambung serta sebagian kantung empedu
3 hypochondriaca kiri limpa, sebagian lambung, bagian atas ginjal kiri, sebagian usus besar
4 lateralis kanan sebagian hati dan usus besar serta bagian bawah ginjal kanan
5 umbilicalis sebagian besar usus halus, pankreas, ureter bagian atas, usus besar, serta bagian
bawah kantung empedu
6 lateralis kiri sebagian kecil usus besar dan bagian bawah ginjal kiri
7 inguinalis kanan sebagian kecil usus besar
8 pubica usus buntu, sebagian usus halus dan usus besar, ureter kanan dan kiri, serta sebagian
kantung kemih
9 inguinalis kiri sebagian kecil usus besar
No Regio Gangguan Khas di Abdomen
1 hypochondriaca kanan pembesaran hati, sirosis hati
2 epigastrica maag, pembesaran hati, batu empedu dan batu ginjal, pembesaran hati, serta
sirosis hati
3 hypochondriaca kiri pembesaran limpa
4 lateralis kanan batu empedu, batu ginjal
5 umbilicalis ulkus usus halus 12 jari, kerusakan usus halus, batu ureter
6 lateralis kiri batu ginjal
7 inguinalis kanan hernia, hamil di luar rahim, usus buntu
8 pubica usus buntu (agak kekanan), hernia, batu ureter
9 inguinalis kiri hernia, hamil di luar rahim
B. Foto Polos Abdomen
Foto Polos Abdomen menjadi salah satu alat bantu dalam mendiagnosis terjadinya gangguan
pada abdomen. Pemeriksaan radiologis merupakan pemeriksaan penunjang untuk pertimbangan
dalam memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Foto polos abdomen dapat dilakukan
dalam 3 posisi, yaitu :4
1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi anteroposterior (AP).
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar horizontal
proyeksi AP.
3. Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal, proyeksi AP.
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat mencakup seluruh
abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan film ukuran 35 x 43 cm.4
C. Penggunaan Foto Polos Abdomen
1. Kolelitiasis (Gallbladder Stones)
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena hanya sekitar 10-
15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Kadang kandung empedu yang
mengandung cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto polos. Pada
peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung empedu
kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran
udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.5
Gambar 2. Foto polos pada kolelitiasis 6
2. Appendisitis Akut
Foto polos jarang bermanfaat kecuali terlihatnya fekalith opaque (5% pasien) didapatkan pada
kuadran kanan bawah (terutama pada anak-anak). Sehingga, X-ray abdominal tidak rutin
dilakukan kecuali terdapat keadaan lain seperti kemungkinan adanya obstruksi usus atau adanya
batu ureter.7
3. Gagal Ginjal Akut
Foto polos abdomen, dengan tomography jika perlu, adalah teknik skrining awal pada pasien
yang dicurigai mempunyai batu saluran kemih.8
4. Obstruksi ileus
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada foto polos
abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai
tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi
kolon.9
Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran “step ladder dan air fluid level” terutama
pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan
nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas
dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan adanya perforasi usus.
Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan peritonitis akibat adanya
perforasi.10
5. Peritonitis
Pada peritonitis dilakukan foto polos abdomen 3 posisi. Sebelum terjadi peritonitis, jika
penyebabnya adanya gangguan pasase usus (ileus) obstruktif maka pada foto polos abdomen 3
posisi didapatkan gambaran radiologis antara lain:
a. Posisi tidur, untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat, ada tidaknya penjalaran.
Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal daerah obstruksi, penebalan dnding
usus, gambaran seperti duri ikan (Herring bone appearance).
b. Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid level
dapat diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi,
sedang jika panjang – panjang kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh
adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level.
c. Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis diperoleh adanya air fluid level dan
step ladder appearance.
Jadi gambaran radiologis pada ileus obstruktif yaitu adanya distensi usus partial, air fluid level,
dan herring bone appearance. Sedangkan pada ileus paralitik didapatkan gambaran radiologis
yaitu:
a. Distensi usus general, dimana pelebaran usus menyeluruh sehingga kadang – kadang susah
membedakan anatara intestinum tenue yang melebar atau intestinum crassum.
b. Air fluid level
c. Herring bone appearance
Bedanya dengan ileus obstruktif: pelebaran usus menyeluruh sehingga air fluid level ada yang
pendek – pendek (usus halus) dan panjang – panjang (kolon) karena diameter lumen kolon lebih
lebar daripada usus halus. Ileus obstruktif bila berlangsung lama dapat menjadi ileus paralitik.
Pada kasus peritonitis karena perdarahan, gambarannya tidak jelas pada foto polos abdomen.
Gambaran akan lebih jelas pada pemeriksaan USG (ultrasonografi).
Gambaran radiologis peritonitis karena perforasi dapat dilihat pada pemeriksaan foto polos
abdomen 3 posisi. Pada dugaan perforasi apakah karena ulkus peptikum, pecahnya usus buntu
atau karena sebab lain, tanda utama radiologi adalah :
a. Posisi tiduran, didapatkan preperitonial fat menghilang, psoas line menghilang, dan kekaburan
pada cavum abdomen.
b. Posisi duduk atau berdiri, didapatkan free air subdiafragma berbentuk bulan sabit (semilunair
shadow).
c. Posisi LLD, didapatkan free air intra peritonial pada daerah perut yang paling tinggi. Letaknya
antara hati dengan dinding abdomen atau antara pelvis dengan dinding abdomen.
Jadi gambaran radiologis pada peritonitis yaitu adanya kekaburan pada cavum abdomen,
preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas subdiafragma atau intra
peritoneal.
BAB III
KESIMPULAN
Foto Polos Abdomen menjadi salah satu pemeriksaan radiologis yang merupakan pemeriksaan
penunjang untuk pertimbangan dalam memperkirakan pasien dengan abdomen akut. Foto polos
abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu: Tiduran telentang (supine), Duduk atau setengah
duduk, Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD). Pemotretan dibuat dengan memakai
kaset film yang dapat mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Eddy Rumhadi Iskandar. 20087. Keselamatan Kerja Dalam Pelayanan Radiodiagnostik Di
Laboratorium Radiologi Jurusan Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi. Avaliable from:
http://eddyrumhadi.blogdetik.com.
2. Staf Pengajar Sub-Bagian Radio Diagnostik, Bagian Radiologi, FKUI. 2000. Radiologi Diagnostik.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
3. Sekilas Tentang Abdomen. Avaliable from: http://andramenulis.wordpress.com
4. Peritonitis. Avaliable from: http://3rr0rists.com/medical/peritonitis.html.
5. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2005. 570-579.
6. Yekeler E, Akyol Y. Cholelithiasis. Dalam: New England Journal of Medicine. Avaliable from:
http://content.nejm.org/cgi/content/full/351/22/2318#F1.
7. Acute Appendicitis" from Harrison's Principle of Internal Medicine 17th Ed, diterjemahkan oleh
Husnul Mubarak. Avaliable from: http://cetrione.blogspot.com.
8. Gagal Ginjal Akut (Acute Renal Failure – Alih Bahasa, Harrison Principle of Internal Medicine
16th Edition). Avaliable from: http://cetrione.blogspot.com
9. Yates K. Bowel obstruction. In: Cameron P, Jelinek G, Kelly AM, Murray L, Brown AFT, Heyworth
T, editors. Textbook of adult emergency medicine. 2nd ed. New York: Churchill Livingstone;2004.
p.306-9.
10. Price, S.A. 2000. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Editor: Price, S.A.,
McCarty, L., Wilson. Editor terjemahan: Wijaya, Caroline. Jakarta: EGC,.
top related