fome bab i-iva
Post on 16-Jan-2016
53 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional
diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang
sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa
ditolak meskipun kadang -kadang bisa dicegah atau dihindari.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena
ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama
faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang
satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain
bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep
sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit
merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan
manusia beradap -tasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun
sosio budaya1. UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan
sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun
(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari)
2
seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan
kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit2.
MASALAH SEHAT DAN SAKIT
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan
manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya.
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health
well being , merupakan resultante dari 4 faktor3yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku,
Antara yang pertama dan kedua d ihubungkan dengan
ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi,
distribusi penduduk, dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor
yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat
kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien
sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku bangsa
dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis),
bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang
berbeda di kalangan pasien.
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi
impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu
hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan
tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan
model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila
3
unsur- unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam keadaan
yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang humors,
ayurveda dosha, yin dan yang.
Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan baru berdasarkan
paradigma sehat4. Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat
Masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara
dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada
peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat
dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Pada intinya paradigma
sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan
dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk
menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera
sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk
mengutamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit.
Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi
biomedik dan sosio kultural5. Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan
illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan
penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua
pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi
dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan
illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit
atau perasaan kurang nyaman1.
Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami
illness yang dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan
organik maupun fungsional tubuh. Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat
dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula di alam kebudayaan lain.
4
Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian atau faktor yang erat
hubungannya dengan sistem nilai.
KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian
profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat
erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah
sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari
berbagai aspek6. Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical,
mental and social well -being, and not merely the absence of disease or infirmity.
WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik
jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang.
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang sebagai disiplin
biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya
dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya
sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit
merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran
normalnya secara wajar.
Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan
dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai
kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat
tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan
Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit
akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak
seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk
angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional
(Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang
berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta
5
gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal,
wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari –hari dengan gairah.
Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang
menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan
seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang
sehat7. Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit
(illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk
bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang
sihir, tukang tenung).
PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKIT
Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog
seperti perilaku sehat (health behavior), perilaku sakit (illness behavior)
perbedaan antara illness dan disease, model penjelasan penyakit (explanatory
model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat,
dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata
para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap
kebenaran absolut dalam proses penyembuhan8.
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tin dakan yang dilakukan oleh
individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku
sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan
kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi9.
Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun
secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi
tentang sakit dan penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehat pun subyektif
sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat -sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh
unsur pengalaman masa lalu di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas
6
kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kreter ia medis yang obyektif
berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu.
Familly Oriented Medical Education (FOME) merupakan salah satu bentuk
pendidikan mahasiswa kedokteran, sebagai upaya untuk melakukan proses
identifikasi, intervensi dan evaluasi dengan pendekatan pada keluarga. Hal ini
akan menunjang terbentuknya 6 STARS doctor yang oleh Organisasi Kesehatan
Sedunia atau World Health Organization (WHO) digambarkan sebagai profil
dokter masa depan yang mencakup dokter sebagai10 :
1. Pemberi Pelayanan (Care Provider),
2. Komunikator (Communicator),
3. Pengambil Keputusan (Decision Maker),
4. Pemimpin Masyarakat (Community Leader),
5. Manajer (Manager)
6. Peneliti (Researcher)
Melalui kegiatan FOME, mahasiswa akan dilatih untuk dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan yang terdapat dalam keluarga yang merupakan unit terkecil
dalam masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat memahami masalah kesehatan
secara luas dan tidak hanya dilihat dari individu, serta juga melihat pengaruh
penyakit terhadap keluarga dan pengaruh keluarga terhadap penyakit individu.
Selain itu mahasiswa akan mengenal institusi kesehatan seta sistem kesehatan
yang ada di masyarakat.
Pada keluarga binaan kami banyak sekali ditemukan masalah mulai dari masalah
pada karakteristik keluarga, keadaan rumah, fungsi keluarga, lingkungan hidup,
dan yang akan kami angkat untuk tema laporan ini yaitu masalah gaya hidup
kepala keluarga yang merupakan perokok berat. Terpilihnya tema tersebut terkait
dengan tabel prioritas masalah yang kemudian akan dibahas di bab selanjutnya.
7
Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi merokok di Indonesia naik dari
tahun ke tahun. Persentase pada penduduk berumur >15 tahun adalah 35,4 persen
aktif merokok (65,3 persen laki-laki dan 5,6 persen wanita), artinya 2 diantara 3
laki-laki adalah perokok aktif.
Menurut Menkes, kecenderungan peningkatan jumlah perokok tersebut membawa
konsekuensi jangka panjang, karena rokok berdampak terhadap kesehatan.
Dampak kesehatan dari konsumsi rokok telah diketahui sejak dahulu.
Ada ribuan artikel yang membuktikan adanya hubungan kausal antara penggunaan
rokok dengan terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit
sistem saluran pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. Hal ini
tidak mengherankan karena asap tembakau mengandung lebih dari 4000 bahan
kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik).
Saat ini semakin banyak generasi muda yang terpapar dengan asap rokok tanpa
disadari terus menumpuk menjadi zat toksik dan karsinogenik yang bersifat fatal.
Kondisi kesehatan yang buruk di usia dini akan menyebabkan kesehatan yang
buruk pula di saat dewasa. Lebih bahaya lagi 85,4 persen perokok aktif merokok
di dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam kesehatan
anggota keluarga lainnya tegas Menkes.
Menkes mengatakan, lebih dari 43 juta anak Indonesia hidup serumah dengan
perokok dan terpapar asap rokok atau sebagai perokok pasif. Menurut data The
Global Youth Tobacco Survey pada tahun 2006, 6 dari 10 pelajar di Indonesia
terpapar asap rokok selama mereka di rumah. Sebesar 37,3 persen pelajar
dilaporkan biasa merokok, dan 3 diantara 10 pelajar pertama kali merokok pada
usia dibawah 10 tahun. Hal ini dikarenakan, anak-anak dan kaum muda semakin
dijejali dengan ajakan merokok oleh iklan, promosi dan sponsor rokok yang
sangat gencar.
8
Berdasarkan data pada tahun 2005, sebanyak 17,5 juta penduduk dunia meninggal
karena penyakit kardiovaskuler. 7,6 juta karena serangan jantung, 5,7 juta karena
stroke, dan 30% penyumbang total kematian yang ada. Sekitar 80% kematian
terjadi di negara berkembang. Di Indonesia sendiri, penyakit kardiovaskuler telah
menduduki peringkat pertama sebagai penyebab utama kematian umum pada
tahun 2000 dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 sebesar
26,3% kematian.1 Penyakit Kardiovaskuler mempunyai banyak sebab, tapi
kebanyakan kasus Penyakit Kardiovakuler berasal dari komplikasi dari
aterosklerosis. Dan salah satu penyebab aterosklerosis yang paling dominan
adalah merokok.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Kegiatan FOME bertujuan agar mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dan
resiko kesehatan individu dan keluarga serta menerapkan tindakan promosi dan
pencegahan sesuai pengetahuan yang telah diperoleh untuk mengatasi masalah
tersebut secara professional.
1.2.2 Tujuan khusus
Pada akhir kegiatan FOME mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menunjukan sikap yamg sesuai dengan sosial budaya masyarakat seta
mengembangkan hubungan yang baik dengan keluarga binaan.
2. Menerapkan komunikasi interpersonal dalam usaha mendeteksi masalah serta
intervensi dalam bentuk promosi dan prevensi.
3. Mengidentifikasi masalah kesehatan dalam keluarga serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
4. Menjelaskan sistem pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat di wilayah
tersebut.
9
1.3 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
a. Bagi keluarga binaan:
1. Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang ada dalam keluarga.
2. Mendapat pengetahuan dan wawasan yang lebih luas serta masukan untuk
perencanaan kesehatan keluarga agar bisa hidup lebih sehat.
3. Mengetahui cara penanganan atau pencegahan suatu masalah kesehatan
yang ada dalam keluarga.
b. Bagi mahasiswa:
1. Mampu menerapkan promosi kesehatan individu dan keluarga dengan
mengunakan media penyuluhan yang dibuat sendiri.
2. Mampu menerapkan komunikasi interpersonal dalam usaha mendeteksi
masalah kesehatan keluarga , sikap dan perilaku kesehatan keluarga.
3. Dapat mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang ada serta
menerapkan tindakan promotif dan preventif sesuai dengan pengetahuan
yang telah diperoleh.
10
BAB II
HASIL KEGIATAN
2.1 Identitas Keluarga Binaan
a. Nama kepala keluarga : Bapak J
b. Alamat rumah : Kota Karang, Bandar Lampung
c. Daftar anggota keluarga yg tinggal dalam satu rumah:
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Satu Rumah
N
O
NAM
A
(Inisia
l)
KEDUDU
KAN
DALAM
KELUAR
GA
L/
P
UM
UR
PENDIDIK
AN
PEKERJA
AN
KETERANG
AN
1. Tn. J Kepala
Keluarga
L 45 th SD Nelayan
2. Ny. M Anggota
Keluarga
P 42 th SD Ibu
Rumah
Tangga
3. Tn. K Anggota
Keluarga
L 95 th SR -
4. Ny. S Anggota
Keluarga
P 90 th SR -
5. L Anggota
Keluarga
L 24 STM Staf
Gudang
6. F Anggota
Keluarga
L 19 SMA Staf Hotel
7. S Anggota P 18 SD -
11
Keluarga
8. A Anggota
Keluarga
L 16 SMA -
9. SR Anggota
Keluarga
L 11 SD -
10. SH Anggota
Keluarga
P 9 SD -
11. NR Anggota
Keluarga
L 5 Belum
Bersekolah
-
d. Bentuk keluarga : Extended family
e. Siklus kehidupan keluarga : Keluarga dengan anak usia pra sekolah,
keluarga dengan anak usia sekolah,
keluarga dengan anak usia remaja
f. Deskripsi mengenai identitas keluarga:
Berikut adalah gambaran silsilah keluarga Tn. T yang terangkum dalam sebuah
genogram.
Gambar 1 Genogram
= Hipertensi
= Obesitas
12
Nama kepala keluarga Tn J, laki-laki umur 45 tahun pendidikan terakhir SD
pekerjaan nelayan sedangkan istri berinisial M, umur 42 tahun pendidikan
terakhir SD pekerjaan ibu seorang rumah tangga kadang-kadang juga membantu
suami menjual ikan. Orang tua dari Tn J tinggal serumah, yaitu Tn K berumur 95
tahun pendidikan terakhir sekolah rakyat sedangkan istri Ny S berumur 90 tahun
pendidikan terakhir juga sekolah rakyat. Tn J mempunyai 7anak. Anak pertama
berinisial L, laki-laki berumur 24 tahun pendidikan terakhir STM, bekerja
sebagai staf gudang. Anak kedua inisial F berumur 19 tahun pendidikan terakhir
SMA, bekerja sebagai staf hotel. Anak ketiga perempuan inisial S umur 18 tahun
pendidikan terakhir SD tidak mau bersekolah karena tidak sanggup mengikuti
kegiatan di sekolah karena memiliki kekurangan mental akibat kejang demam
ketika berumur 2 tahun. Kemudian anak keempat inisial A, laki-laki berumur 16
tahun pendidikan SMA kelas 2. Anak kelima inisial SR laki-laki berumur 11
tahun pendidikan SD kelas 6. Anak keenam inisial SH perempuan umur 9 tahun
pendidikan SD kelas 4. Sedangkan anak terakhir atau anak ketujuh berumur 5
tahun laki-laki inisial NR pendidikan TK.
2.2 Keadaan Rumah
a. Gambar denah bangunan rumah:
Gambar 2 Denah Rumah
13
Keterangan:
1. Ruang Tamu
2. Ruang Keluarga
3. Dapur
4. Halaman Depan
5. MCK
: Pintu
: Jendela
: Kamar
: Kompor
b. Jenis lantai : Keramik
c. Jenis atap : Genteng
d Jenis dinding : Bata dengan aci dan cat tembok
e. Apakah dapat membaca tulisan/huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar
lampu pada siang hari? Ya, kecuali di bagian dapur
f. Perbandingan luas jendela/lantai di ruang tidur : < 20%
Perbandingan luas jendela/lantai di ruang keluarga : > 20%
g. Deskripsi mengenai keadaan rumah :
Rumah memiliki ukuran 12x7 meter, keadaan rumah sudah permanen dengan
tembok bata dilapisi cat. Lantai sudah dikeramik tetapi seluruh lantai kotor
terutama didapur dan kamar mandi. Kondisi rumah terang karena perbandingan
luas jendela dengan lantai cukup, tetapi di bagian belakang rumah (dapur dan
kamar mandi) gelap karena perbandingan lantai dengan jendela sangat kecil. Di
bagian belakang rumah sebenarnya terdapat jendela, namun sayangnya kaca
dilapisi cat minyak yang menghalangi cahaya matahari masuk.
Atap rumah berupa genteng tanpa dilapisi plafon. Kondisi rumah berantakan
banyak barang-barang yang tidak tertata dengan rapih terutama di dapur yang
terlihat seperti gudang. Kondisi kamar mandi sangat miris dengan penerangannya
14
sangat minim, lantai yang licin dan berkerak lumut, air yang kering serta tidak
adanya pintu yang membatasi kamar mandi dengan dapur.
Halaman depan rumah menyisakan sedikit ruang terbuka berukuran 7x1,5 meter
yang sayangnya dilapisi oleh semen. Tak ada ruang untuk menanam tanaman.
Samping kiri, depan dan belakang rumah hanya dibatasi oleh jalan dengan lebar 1
meter, sementara di bagian kanan rumah langsung bersinggungan dengan rumah
lain. Bagian belakang rumah biasa dijadikan tempat menjemur pakaian, sehingga
dengan adanya jemuran dan jarak antar rumah hanya 1 meter memberi kesan
kumuh.
2.3 Keadaan Keluarga
2.3.1 Perencanaan Keluarga
Tidak ada perencanaan dalam keluarga ini terlihat dari jumlah anak yang banyak
dan jarak antar anak satu dengan yang lain tidak teratur. Perencanaan ekonomi
juga tidak baik yakni hanya dari hasil bekerja sebagai nelayan yang tak menentu.
Kebutuhan hanya mencapai kebutuhan primer, akan tetapi di rumah terdapat
console game berupa playstation 2. Perencanaan pendidikanlah satu-satunya yang
di perhatikan. Semua anak Tn. J minimal harus menempuh pendidikan 9 tahun
dari hasil wawancara kami.
Pengambilan keputusan perencanaan keluarga didasari hasil keputusan bersama
antara anak dan orang tua. Kesimpulan ini didapatkan dari wawancara Tn. J yang
mengatakan sedemikian. Anak pertama waktu itu hendak melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi. Namun, dikarenakan adik-adiknya masih SMA, SD, bahkan
ada yang belum sekolah, akhirnya diputuskan secara bersama untuk melanjutkan
ke perguruan tinggi, si anak pertama harus bekerja terlebih dahulu.
Kurangnya pengetahuan akan kontrasepsi mempengaruhi perencanaan akan
jumlah anak. Kontrasepsi baru digunakan pada dua tahun belakangan ini.
Awalnya Ny. M menggunakan kontrasepsi pil. Namun berat badannya terus
bertambah sehingga memutuskan untuk menggantinya dengan kontrasepsi suntik.
15
Padahal sebenarnya efek samping serupa akan terjadi karena isi dari kedua
kontrasepsi tersebut kurang lebih sama.
2.3.2 Hubungan Anggota Keluarga
2.3.2a Family Map
Gambar 3 Family Map
Keterangan: a. Hubungan baik
b. Hubungan kurang baik
16
Setiap anggota keluarga bertemu dan bertegur sapa setiap hari. Semuanya
berhubungan baik satu sama lain. Pengambilan keputusan berdasarkan pendapat
antara Ibu-Ayah-Anak.
2.4 Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
2.4.1 Ekonomi
Kebutuhan ekonomi terpenuhi hanya sampai primer saja.
2.4.2 Pendidikan
Pendidikan terpenuhi hingga pendidikan menengah.
2.4.3 Kesehatan
Dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan, keluarga binaan ini hanya datang ke
pelayanan kesehatan atau dokter untuk kuratif saja.
2.4.4 Spiritual
Orang tua mengarahkan kegiatan ibadah keluarga seperti menyuruh anggota
keluarganya yang laki-laki untuk pergi ke masjid.
2.4.5 Deskripsi
Dalam keluarga ini untuk memenuhi kebutuhan keluarganya Tn. J bekerja sebagai
nelayan dan Ny. M ini kadang-kadang juga membantu mendapatkan uang
tambahan dengan memilah ikan teri di pulau pasaran. Selain itu anak pertama dan
anak kedua terkadang juga membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya
dengan bekerja sebagai staf gudang dan staf hotel.
Pendapatan Tn. J sedikitnya satu juta rupiah sedangkan pendapatan anak pertama
minimal 700rb dan juga pendapatan anak kedua minimal 800rb. Sementara upah
Ny. M tak menentu dari 20.000-40.000 rupiah. Dengan penghasilan keluarga yang
seperti ini hanya bisa memenuhi kebutuhan ekonomi sebatas kebutuhan primer.
17
Tidak ada yang bisa ditabung karena habis untuk biaya pendidikan anak yang
masih sekolah dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Kebutuhan akan pendidikan sudah terpenuhi dengan adanya perencanaan keluarga
akan pendidikan yang ditargetkan minimal menyentuh jenjang sekolah menengah
sesuai dengan program wajib belajar 9 tahun.
Kebutuhan spiritual terpenuhi dengan orang tua yang mengarahkan anaknya
mengikuti kegiatan ibadah di masjid. Kebutuhan kesehatan hanya sebatas kuratif
saja.
2.5 Gaya Hidup Keluarga
2.5.1 Makanan
Makanan sehari-hari disiapkan dan dihidangkan di rumah meskipun dengan lauk
yang seadanya seperti tahu, tempe, sayur kangkung, sayur tauge, dan terkadang
ikan, sudah memenuhi kriteria gizi seimbang. Kebutuhan kalori juga terpenuhi
dengan makan 3 kali sehari.
2.5.2 Olahraga
Kebiasaan olahraga belum diperhatikan dengan hanya satu anggota keluarga yang
rutin berolahraga yaitu anak kedua sekitar 1-2x dalam seminggu. Olahraga yang
dilakukan adalah bulu tangkis.
2.5.3 Alkohol
Tidak ada dalam keluarga yang memiliki kebiasaan meminum minuman
beralkohol
2.5.3 Merokok
Tn. J selaku kepala keluarga, satu-satunya perokok aktif di rumah. Beliau mulai
merokok sejak SD. Saat ini rokok yang dikomsumsi adalah rokok filter dengan
frekuensi 1-2 bungkus per hari.
18
2.6 Lingkungan Hidup Keluarga
2.6.1 Lingkungan Perumahan
Rumah Tn. J merupakan area tempat tinggal permanen yang padat penduduk.
Higiene lingkungan terlihat kumuh, khas lingkungan padat penduduk. Banyak
kandang hewan peliharaan di sekitar rumah Tn. J. Lokasi menjemur yang tepat di
depan jalan selebar 1 meter menambah kesan kumuh area tempat tinggal Tn. J.
Meskipun begitu, area tempat tinggal tersebut sangat aman meskipun tanpa
penjagaan. Resiko paparan zat yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah
debu sebab rumah Tn. J dekat dengan jalan utama. Ditambah lagi jalan utama
yang berdebu dan padat ketika sore hari.
2.6.2 Lingkungan Pekerjaan
Tn. J bekerja di lapangan yaitu sebagai nelayan harian. Sebagai nelayan, resiko
kecelakaan kerja yang mungkin terjadi adalah tenggelam saat melaut dan masalah
ergonomis. Tidak ada paparan zat berbahaya yang mungkin didapat. Paparan
bising didapati dari mesin perahu yang digunakan.
2.6.3 Lingkungan Sosial
Di lingkungan sosialnya Tn. J tidak menjadi anggota perkumpulan apapun.
Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosialnya, Tn. J dihormati sewajarnya.
Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial adalah tidak
tercukupinya kebutuhan hidup keluarga.
2.7 Identifikasi Masalah
1. Resiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan karakteristik
keluarga
(resiko-resiko kesehatan atau masalah kesehatan yang mungkin timbul
akibat jumlah anggota keluarga, bentuk keluarga, siklus kehidupan
19
keluarga,pendidikan rata-rataanggota keluarga, atau pendidikan KK dan
istri KK).
Resiko penularan penyakit lebih mudah karena jumlah keluarga
tidak sebanding dengan luas rumah
Resiko siklus kehidupan yaitu dengan kepala keluarga yang
bekerja sendiri, ketika usia mulai tua tidak sanggup bekerja lagi
sementara anaknya masih ada yang berusia 5 tahun, kebutuhan
keluarga tidak bisa tercukupi
Pendidikan kepala keluarga yang rendah bisa mempengaruhi
keputusan di dalam keluarga
Bentuk keluarga yang extended family dengan orang tua istri Ny.
M tinggal bersama, mempengaruhi pengambilan keputusan
2. Resiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan keadaan
rumah.
(resiko-resiko kesehatan atau masalah kesehatan yang mungkin timbul
akibat lay out ruangan, atau jenis lantai,atau jenis atap, atau jenis dinding,
atau pencahayaan ruangan, atau ventilasi ruangan)
Karena hygiene yang kurang yang akan menyebabkan mudahnya
terpapar mikroba sehingga meningkatkan resiko terkena penyakit
lebih sering.
Pencahayaan kurang juga bisa menyebabkan peningkatan resiko
penyakit menular seperti TB, jamur dan lain-lain.
Akibat sarana MCK yang kotor dan licin akan menyebabkan
peningkatan resiko penyakit diare, tifoid, dan kecelakaan dikamar
mandi.
Akibat barang-barangyang tidak tertata dengan rapid dan banyak
baju yang bergantungan akan menyababkan banyaknya
20
perkembangan vektor nyamuk yang juga bisa meningkatkan resiko
kejadian demam berdarah ataupun malaria.
3. Resiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan fungsi keluarga
(Resiko-resiko kesehatan atau masalah kesehatan yang mungkin timbul
akibat hubungan anggota keluarga, keadaan kesehatan dan psikologis
keluarga,dsb).
Perencanaan keluarga: tidak ada
Resiko stress pada kepala keluarga akibat akibat menanggung banyaknya
anggota keluarga, sehingga kebutuhan ekonomi tinggi.
4. Resiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan keluarga.
(Resiko-resiko kesehatan atau masalah kesehatan yang mungkin timbul
akibat tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga dalam bidang ekonomi,
pendidikan, spiritual atau kesehatan).
Resiko mudahnya menderita penyakit menular akibat kebutuhan
kesehatan yang hanya bersifat kuratif
Resiko pembiayaan kesehatan akibat kebutuhan kesehatan hanya
bersifat kuratif
5. Resiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan gaya hidup
keluarga.
(Resiko-resiko kesehatan atau masalah kesehatan yang mungkin timbul
akibat gaya hidup keluarga, diet, olah raga dan perilaku yang mengganggu
kesehatan seperti konsumsi alkohol dan merokok).
Resiko penyakit kardiovaskular akibat merokokok dan kurangnya
olah raga
21
Resiko kanker akibat perilaku merokok
Resiko masalah kesehatan lain akibat merokok
Resiko penyakit akibat jarang berolahraga
6. Resiko/masalah kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan
hidup keluarga.
Resiko kesehatan akibat paparan debu
Resiko penularan penyakit akibat lingkungan hidup yang kumuh
Resiko penularan penyakit akibat area perumahan yang padat
penduduk
Resiko gangguan pendengaran akibat bising dari tempat kerjaa
2.7 Prioritas Masalah
1. Perilaku Merokok
2. PHBS
3. Rumah Sehat
4. Bising Kerja
5. Kebutuhan Ekonomi
22
BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN
Tabel 2. Kriteria USG dalam Memrioritaskan Masalah
NO MASALAH NILAI
KRITERIA
NILAI AKHIR
U S G
1 Perilaku Merokok 5 5 4 100
2 PHBS 4 4 5 80
3 Rumah Sehat 3 4 2 24
4 Ekonomi 3 3 2 18
5 Bising Kerja 2 4 3 24
Keterangan : 1 = Tidak Urgen/Serius/Luas
2 = Kurang Urgen/Serius/Luas
3 = Cukup Urgen/Serius/Luas
4 = Urgen/Serius/Luas
5 = Sangat Urgen/Serius/Luas
Kami mengidentifikasi masalah berdasarkan hasil wawancara dan survey lokasi
area perumahan tempat Tn. J tinggal. Dengan menggunakan metode curah
pendapat, kami mengusung 5 akar resiko permasalahan yang terjadi dan yang
mungkin terjadi di kemudian hari. Masalah tersebut yaitu perilaku merokok,
masalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), rumah sehat, ekonomi, dan
bising kerja. Dari 5 masalah tersebut didapatkan prioritas tertinggi yaitu perilaku
merokok berdasarkan kriteria penilaian USG yang disajikan dalam bentuk tabel.
Perilaku merokok ini yang kemudian akan dibahas lebih lanjut.
23
Tabel 3. Prioritas Solusi berdasarkan Kriteria Matriks
NO ALTERNATIF EFEKTIFITAS EFISIEN
SI
PRIORITAS (P)=MIV/CM I V (Cost)
1 Diskusi 4 4 3 1 48
2 Media Intervensi 4 4 2 1 32
3 Kontrol Ketat 3 3 3 1 27
Keterangan : M = 1: kecil 2: sedang 3:cukup besar 4: besar 5: sangat besar
I = 1: Tidak penting 2:kurang penting 3: cukup penting 4:
penting 5: sangat penting
V= 1: tidak sensitif 2: kurang sensitif 3: cukup sensitif 4: sensitif
5: sangat sensitif
C= 1: sangat sedikit 2: sedikit 3: cukup banyak 4: banyak 5:
sangat banyak
Dari tabel kriteria matriks untuk prioritas solusi didapatkan urutan skor tertinggi
yaitu diskusi, media intervensi, dan kontrol ketat. Diskusi disini maksudnya
adalah diskusi alasan merokok, kesulitan-kesulitan dalam berhenti merokok, dan
cara-cara berhenti merokok. Media intervensi disini berisi tentang bahaya
merokok bagi pribadi dan orang sekitar, zat-zat dalam rokok, serta penyakit akibat
rokok. Kontrol ketat disini maksudnya adalah kontrol oleh orang terdekat dengan
mengawasi konsumsi rokok agar berkurang terlebih berhenti langsung. Cara ini
kami nilai kurang baik karena dapat menimbulkan kesan “diatur” terhadap Tn. J
dari mahasiswa. Dan cara kontrol ketat oleh orang terdekat misalnya, keluarga
kami nilai kurang efektif karena keluarga tidak berada bersama Tn. J 1x24 jam.
Perilaku merokok dapat dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama faktor internal dan
yang kedua faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor dalam diri sendiri
seperti kurangnya pengetahuan akan bahaya rokok, gaya hidup, kebiasaan buruk,
budaya, psikis dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar
24
diri, seperti lingkungan perokok, mudahnya mendapatkan rokok, iklan rokok,
pengetahuan yang kurang akan bahaya rokok di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Sebelum melakukan intervensi, pengetahuan Tn. J sangat minim
tentang bahaya merokok.
Dari faktor internal dan eksternal inilah akhirnya kami dalam intervensi yang
melalui diskusi dan media intervensi poster serta leaflet, berupaya merubah faktor
tersebut minimal faktor internal. Melalui diskusi dan media intervensi tersebut
diharapkan minimal adanya perubahan pengetahuan akan bahaya rokok, perokok
aktif dan pasif. Penilaian pengetahuan berdasarkan pertanyaan berikut:
1. Berapa batang sehari anda merokok?2. Dimana tempat biasa anda merokok? Apakah anda merokok dalam
ruangan?3. Apakah anda tahu istilah perokok pasif?4. Apakah anda tahu lebih berbahaya mana antara perokok pasif dengan
aktif?5. Apakah anda tahu kandungan rokok?6. Apakah anda tahu penyakit akibat merokok?7. Apakah anda tahu bahwa merokok itu suatu pemborosan?
Sebagai mahasiswa, kami menyadari, untuk membuat seseorang berhenti merokok
bukanlah hal mudah. Bahkan Program Pemerintah terbilang gagal dalam menekan
angka perokok aktif. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya perokok aktif bahkan
pada anak dibawah 17 tahun.
Dalam diskusi ini kami memberikan pengertian tentang rokok serta bahayanya
dan juga cara-cara untuk berhenti merokok. Ditambah dengan media intervensi
poster dan leaflet yang berisi bahaya merokok, gambar penyakit-penyakit akibat
merokok, serta zat-zat yang terkandung dalam rokok. Pada intinya, kami ingin
meyakinkan Tn. J bahwa merokok sangat berbahaya bukan hanya untuk pribadi
namun juga orang sekitar. Merokok juga termasuk pemborosan yang bisa
menambah beban ekonomi. Akhirnya, di akhir diskusi kami mencoba meyakinkan
Tn. J bahwa berhenti merokok harus didasari oleh keinginan yang kuat dari dalam
diri dan juga bantuan moral dari orang-orang terdekat.
25
Evaluasi hasil intervensi dilakukan 2 minggu setelah intervensi. Hasil intervensi
didapatkan pengurangan frekuensi merokok dari 1-2 bungkus perhari menjadi ½-1
bungkus perhari. Hasil intervensi juga menunjukkan peningkatan pengetahuan Tn.
J terhadap bahaya merokok. Hasil diperoleh dari diskusi yang diselingi
pertanyaan tentang bahaya merokok, bahaya perokok aktif dan pasif, dan zat-zat
yang terkandung dalam rokok.
26
BAB 1V
KESIMPULAN dan SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Masalah dari keluarga Tn. J adalah masalah perilaku merokok, PHBS,
Rumah sehat, dan Ekonomi.
2. Prioritas masalah yang dibahas dan diintervensi adalah perilaku
merokok.
3. Indikator keberhasilan dari intervensi yang digunakan untuk masalah
perilaku merokok adalah minimal pengetahuan bertambah akan bahaya
rokok baik pribadi dan orang sekitar dan maksimal berhenti merokok
4. Hasil intervensi terbilang cukup berhasil sebab adanya pertambahan
pengetahuan dan pengurangan frekuensi merokok
A. Saran
1. Diperlukan tindak lanjut dari masalah merokok ini seperti penyuluhan
besar bahaya merokok
2. Diperlukan peran pembuat kebijakan untuk membuat program baru
untuk menekan angka perokok pasif
3. Perlunya pemerintah setempat untuk turut membantu dalam masalah
perekonomian yang merupakan factor penting yang memperngaruhi
masalah kesehatan keluarga.
top related