farmasi klinik kasus
Post on 22-Jul-2015
325 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TUGAS FARMASI KLINIK
STUDI KASUS
( ASMA )
OLEH: KELOMPOK V
1. YOSEPHINA SONYA INGUL 1520293085
2. YULIANTI 1520293086
3. YULISTIANI DUMBI 1520293087
4. YUNI DWI ASTUTIK 1520293088
5. YUSRI A. NOE 1520293089
6. ZULFIAH IDRIS 1520293090
PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXIX
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. DEFENISI ASMA BRONKIAL
Asma merupakan gangguan inflamsi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel
inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat,
obstuksi jalan nafas, dan gejala pernafasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan nafas
umumnya bersifat reversible, namun dapat menjadi kurang reversible bahkan relatif
nonreversible tergantung berat dan lamanya penyakit.
2. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas
bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan maupun dengan
pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :
1. Bising Mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
2. Batuk produktif, sering malam hari
3. Nafas atau dada seperti tertekan
Gejalanya bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada
malam hari.
3. DIAGNOSIS
Diagnosis asma berdasarkan :
1. Anamnesis : riwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
asma, riwayat keluarga dan riwayat adanya alergi, serta gejala klinis.
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium : darah (terrutama eosinofil, IgE total, IgE spesifik),
sputum (eosinofil, spiral Curshman, Kristal Charcot-Leyden)
4. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk menentukan adanya
obstruksi jalan nafas.
4. KOMPLIKASI
Pneumotoraks, pneumomediastinum dan emfisema subkutis, atelektasis, aspergilosis
bronkopulmonar alergik, gagal nafas, bronchitis, dan fraktur iga
5. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi asma adalah :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi para senormal mungkin serta mempertahankannya
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal serta mempertahankannya
5. Menhindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
Yang termasuk obat antiasma adalah :
1. Bronkodilator
a. Agonis P2
Obat ini mempunyai efek bronkodilatasi, terbutalin, salbutamol dan feneterol
memiliki lama kerja 4-6 jam, sedangkan agonis P2 Long-acting bekerja lebih dari
12 jam, seperti salmeterol, formoterol, bambuterol dan lain-lain. Bentuk aerosol
dan inhalasi memberikan efek bronkodilatasi yang sama dengan dosis yang jauh
lebih kecil yaitu sepersepuluh dosis oral dan pemberiannya local.
b. Metal Xantin
Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan dengan
konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan
pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjang.
c. Antikolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsik dari saluran nafas
2. Antiinflamasi
Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi dan
profilaksis.
a. Kortokisteroid
b. Natrium kromolin yang merupakan antiinflamasi nonsteroid
6. TERAPI SERANGAN ASMA AKUT
Terapi awal, yaitu :
1. Oksigen 4-6 liter/menit
2. Agonis P2 (salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi
nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian
agonis P2 dapat secara subkutan atau iv dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau
terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5 % dan diberikan perlahan.
3. Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam
sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
4. Kortikosteroid uiuiokortison 100-200 mg iv jika tidak ada respon segera atau pasien
sedang menggunakan steroid oral dalam serangan sangat berat.
Respon terhadap terapi awal baik, jika didapatkan keadaan berikut :
1. Respons menetap selama 60 menit setelah pengobatan
2. Pemeriksaan fisik normal
3. Arus puncak ekspirasi (APE) > 70 %
Jika respons tidak ada atau tidak baik terhadap terapi awal maka pasien sebaiknya
dirawat di rumah sakit
Terapi asma kronik adalah sebagai berikut :
1. Asma ringan : agonis p2 inhalasi bila perlu atau agonis P2 oral sebelum exercise atau
terpapar allergen
2. Asma sedang : antiinflamasi setiap hari dan agonis P2 inhalasi bila perlu
3. Asma berat : steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow release atau agonis P2 long
acting, steroid oral selang sehari atau dosis tunggal harian dan agonis p2 inhalasi
sesuai kebutuhan.
BAB II
URAIAN KASUS
FORM DATA BASE PASIEN
UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Anak B No Rek Medik : - Tempt/tgl lahir : - Dokter yg merawat : - Alamat : Jl. Jambon No.56, Sarirejo, Sleman, Jogjakarta
Ras : - Pekerjaan : -
Sosial : -
II. Riwayat masuk RS
Demam dan batuk pilek selama dua hari dengan suhu sampai 410C
III. Riwayat penyakit terdahulu
Positif bronchitis dan asma
IV. Riwayat Sosial
Kegiatan
Pola makan/diet
- Vegetarian Merokok
Meminum Alkohol Meminum Obat herbal
Tidak Tidak Tidak
Tidak
V. Riwayat Alergi
Tidak ada
VI. Keluhan / Tanda Umum
Tanggal Subyektif Obyektif
1 Juni 2011
2 Juni 2011
Demam, Batuk, Sesak Nafas, Mengi, Ronchi, Pilek dan Kejang
Demam, Batuk, Sesak Nafas, Mengi, Ronchi dan Pilek
Suhu Tubuh 41 0C di atas normal Pemeriksaan Darah Lengkap :
Normal, kecuali : AL = 18.000 mg/dL
1. Pemeriksaan Kultur Kuman : Pasien mengalami kepekaan
Sensitif terhadap Amikasin,
3 Juni 2011
4 Juni 2011
5 Juni 2011
6 Juni 2011
7 Juni 2011
Demam, Batuk, Sesak Nafas dan Pilek.
Demam, Batuk, Sesak Nafas dan
Pilek.
Demam, Batuk dan Pilek
Batuk dan Pilek
Batuk dan Pilek
Ampicillin, Cefotaxim, dan Erythromycin. Serta Resisten terhadap Ceftazidim, Penisillin,
dan Streptomisin. 2. Suhu Tubuh Mengalami
Penurunan : Pagi : 39 Siang : 38
Sore : 38 Malam : 36
Suhu Tubuh Menurun :
Pagi : 38
Siang : 36 Sore : 36
Malam : 36 1. Pemeriksaan AL = 8.000 mg/dL
RO Thorax : Bronchitis Chronis 2. Suhu Tubuh Menurun :
Pagi : 40 Siang : 39
Sore : 38
Malam : 39
Suhu Tubuh Menurun : Pagi : 38 Siang : 38
Sore : 37 Malam : 37
Suhu Tubuh Menurun :
Pagi : 37
Siang : 37 Sore : 36
Malam : 36 Suhu Tubuh Normal
VII. RIWAYAT PENYAKIT DAN PENGOBATAN
NAMA PENYAKIT TANGGAL/TAHUN NAMA OBAT
Febris Convulsi
Suspect Bronkhtis
Suspect Asma Bronkhial
1-2 Juni 2011
1-7 Juni 2011
1-2 Juni 2011
Paracetamol syrup, Luminal, Stezolid, Dextrosa, Cefotaxim,
KAEN 3B, Meptin, Dexamhetasone
Ventolin Nebulisasi, O2
OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI
No Nama obat Indikasi Dosis Rute
pemberian Interaksi ESO Outcome terapi
1.
Stezolid rektal Pemakaian jangka pendek
pada ansietas atau insomnia,
tambahan pada putus alkohol
akut, status epileptikus,
kejang demam, spasme otot.
1. Menurut Literatur :
tube rektal anak 1-5
tahun; sehari 1 x 5
mg.
2. Dosis yang diberikan
: 10 mg
Rektal 1. Alkohol : Meningkatkan
efek sedatif
2. Anestetik : Meningkatkan
efek sedative
3. Analgetik : Analgetik
opioid meningkatkan
efek sedatif
4. Antibakteri : Isoniazid
menghambat
metabolisme diazepam;
rifampisin meningkatkan
metaolisme diazepam dan
mungkin benzodiazepin
lainnya
5. Antiepileptika : Kadar
plasma fenitoin dinaikkan
atau diturunkan oleh
diazepam dan mungkin
benzodiazepina lainnya.
6. Antihistamin :
Meningkatkan efek
sedatif.
Antihipertensi :
Meningkatkan efek
hipotensif; meningkatkan
efek sedatif dengan
1. Efek samping pada
susunan saraf pusat : rasa
lelah, ataksia, rasa malas,
vertigo, sakit kepala,
mimpi buruk dan efek
amnesia.
2. Efek lain : gangguan pada
saluran pencernaan,
konstipasi, nafsu makan
berubah, anoreksia,
penurunan atau kenaikan
berat badan, mulut kering,
salivasi, sekresi bronkial
atau rasa pahit pada
mulut.
alpha-blockers.
7. Antipsikotik :
Meningkatkan efek
sedatif.
8. Disulfiram : Metabolisme
benzodiazepin dihambat,
dengan peningkatan efek
sedatif
9. Dopaminergik : Kadang
benzodiazepin melawan
efeklevodopa
Lofeksidin :
Meningkatkan efek
sedatif
10. Relaksan otot : Baklofen
meningkatkan efek
sedatif
11. Nabilon : Meningkatkan
efek sedatif
Obat-obat
12. Antiulkus : Simetidin
menghambat
metabolisme
benzodiazepin
(menaikkan kadar
plasma); meprazol
menghambatmetabolisme
diazepam (menaikkan
kadar plasma).
2.
O2 Gagal nafas, gagal jantung,
kelumpuhan alat pernafasan,
perubahan pola nafas,
keadaan gawat (koma),
trauma paru, metabolisme
yang meningkat (luka bakar),
post operasi, dan keracunan
karbon monoksida.
1. Menurut Literatur :
mengalirkan oksigen
dengan aliran ringan
atau rendah, biasanya
hanya 2-3 L/menit.
2. Dosis yang diberikan:
2 liter / menit
Parenteral ------- 1. Oksigen sendiri tidak membakar tetapi adanya O2 berlebihan dalam udara
kamar bila ada sumber api akan meningkatkan resiko
kebakaran. 2. Hipoventilasi: Penderita
COPD (PPOM)
pengendalian pusat nafas sentral oleh hipoksia
(hypoxic drive) maka bila hipoksia dihilangkan tidak ada rangsangan pada pusat
nafas terjadi hipoventilasi sampai apnoe.
3. Hipoksia bisa terjadi kalau oksigen diberikan dengan tekanan tinggi secara
mendadak. 4. Atelektase terjadi oleh
karena pengusiran nitrogen dari alveoli akibat pemberian oksigen
konsentrasi tinggi hampir 100% dalamwaktu yang
lama.(>24 jam) Gas nitrogen biasanya meregang dinding alveoli
5. Keracunan oksigen
3.
Dextrose IV Rehidrasi, penambah kalori,
basic solution.
1. Menurut Literatur :
Bergantung
kebutuhan dan
Intravena Tidak boleh ditambahkan ke
dalam transfuse darah karena
dapat menyebabkan
Demam, iritasi atau infeksi
pada tempat injeksi,
thrombosis atau flebitis yang
kondisi pasien, tidak
lebih dari 0,5
mg/kgBB/jam
2. Dosis yang diberikan:
20 tetes / menit
koagulasi sel darah merah
dan hemolisis.
meluas dari tempat injeksi dan
ekstravasasi hiperglikemia
pada bayi baru lahir.
4.
Ventolin
nebulisasi
Pengobatan dan pencegahan
asma serta pencegahan
timbulnya asma akibat olah
tubuh
1. Menurut Literatur :
2-6 tahun 5-10 ml
2. Dosis yang diberikan:
tiap 5 menit.
Inhalasi 1. Peningkatan efek /
toksisitas : Peningkatan
durasi efek bronkodilasi
mungkin terjadi jika
salbutamol digunakan
bersama Ipratropium
inhalasi.
2. Peningkatan efek pada
kardiovaskular dengan
penggunaan MAO
Inhibitor, Antidepresan
Trisiklik, serta obat-obat
sympathomimetic
(misalnya: Amfetamin,
Dopamin, Dobutamin)
secara bersamaan.
3. Peningkatkan risiko
terjadinya malignant
arrhythmia jika
salbutamol digunakan
bersamaan dengan
inhaled anesthetic
(contohnya: enflurane,
halothane).
Efek samping yang sering
terjadi antara lain :
Kardiovaskular : Palpitasi,
Takiaritmia
Endocrine metabolik :
Hipokalemia
Neurologic : Tremor
Psychiatric : Nervousness
Sedangkan efek samping yang
cukup parah meliputi :
Dermatologic : Erythema
multiforme, Stevens-Johnson
syndrome
4. Penurunan efek:
Penggunaan bersama
dengan Beta-Adrenergic
Blocker (contohnya:
Propranolol) dapat
menurunkan efek
Salbutamol.
Level/efek Salbutamol
dapat turun bersama
dengan penggunaan:
Aminoglutethimide,
Carbamazepine,
Nafcillin, Nevirapine,
Phenobarbital, Phenytoin,
Rifamycins dan obat lain
yang dapat menginduksi
CYP3A4
Batasi penggunaan caffein
(dapat menyebabkan
stimulasi CNS).
5. Paracetamol Nyeri ringan sampai sedang
dan demam
1. Dosis dari Literatur :
1-5 tahun: 1 - 2 sdt
atau 120-250 mg tiap
4-6 jam
2. Dosis yang diberikan:
125 mg puyer
Oral Alkohol, antikonvulsan,
isoniazid : Meningkatkan
resiko hepatotoksis,
Antikoagulan oral : Dapat
meningkatkan efek warfarin,
Fenotiazin : Kemungkinan
terjadi hipotermia parah
Efek samping dalam dosis
terapi jarang; kecuali ruam
kulit, kelainan darah,
pankreatitis akut pernah
dilaporkan setelah
penggunaan jangka panjang
6. Luminal Kejang umum tonik-klonik;
kejang parsial; kejang pada
1. Menurut Literatur :
a. Kejang umum
Oral 1. Alkohol : Meningkatkan
efek sedatif.
Mengantuk, kelelahan,
depresi mental, ataksia dan
neonatus; kejang demam;
status epileptikus. Pengelolaan
insomnia jangka pendek.
Meredakan kecemasan dan
ketegangan. Meredakan gejala
epilepsi
tonik - klonik,
kejang parsial, per
oral, ANAK
sampai 8 mg/kg
sehari.
b. Kejang demam,
per oral, ANAK
sampai 8 mg/kg
sehari; Kejang
neonatal, injeksi
intravena
(larutkan 1:10
dengan air untuk
injeksi), neonatus
5-10 mg/kg tiap
20-30 menit
sampai
konsentrasi
plasma 40
mg/liter
c. Status epileptikus,
injeksi intravena
(larutkan 1: 10
dengan air untuk
injeksi), ANAK
5-10 mg/kg
dengan kecepatan
tidak lebih dari 30
mg/menit
2. Antiaritmia : Metabolisme
disopiramid dan kinidin
ditingkatkan (kadar
plasma diturunkan)
3. Antibakteri : Metabolisme
kloramfenikol,
doksisiklin, dan
metronidazol dipercepat
(efek berkurang).
4. Antikoagulan :
metabolisme nikumalon
dan warfarin dipercepat
(mengurangi efek
antikoagulan).
5. Antidepresan :
antagonisme efek
antikonvulsan (ambang
kejang menurun);
metabolisme mianserin
dan trisiklik dipercepat
(menurunkan kadar
plasma).
6. Antiepileptika : pemberian
bersama dengan
fenobarbital dapat
meningkatkan toksisitas
tanpa disertai peningkatan
efek antiepileptik;
disamping itu interaksi
alergi kulit, paradoxical
excitement restlessness,
bingung pada orang dewasa
dan hiperkinesia pada anak;
anemia megaloblastik (dapat
diterapi dengan asam folat)
2. Dosis yang diberikan:
10 mg.
dapat menyulitkan
pemantauan terhadap
pengobatan; ;interaksi
termasuk peningkatan
efek, peningkatan sedasi,
dan penurunan kadar
plasma.
7. Antijamur : fenobarbital
mempercepat metabolisme
griseofulvin (mengurangi
efek).
8. Antipsikotik :
antagonisme efek
antikonvulsan (ambang
kejang diturunkan).
9. Antagonis-Kalsium : efek
diltiazem, felodipin,
isradipin, verapamil,dan
mungkin nikardipin dan
nifedipin dikurangi.
10. Likosida jantung : hanya
metabolisme digitoksin
yang dipercepat
(mengurangi efek). ;
11. Kortikosteroida :
metabolisme
kortikosteroid dipercepat
(menurunkan efek). ;
12. Siklosporin : metabolism
siklosporin dipercepat
(mengurangi efek). ;
13. Antagonisme hormon :
metabolisme toremifen
mungkin dipercepat.
14. Estrogen dan
Progestogen :
metabolisme gestrinon,
tibolon, dan kontrasepsi
oral dipercepat
(menurunkan efek
kontraseptif).
15. Teofilin : metabolisme
teofilin dipercepat
(mengurangi efek).
16. Tiroksin : metabolisme
tiroksin dipercepat (dapat
meningkatkan kebutuhan
akan tiroksin pada
hipotiroidisme).
17. Vitamin : kebutuhan akan
vitamin D mungkin
meningkat
7. Meptin syrup Asma bronchial, bronchitis
kronik, bronchitis akut,
enfisema paru.
1. Menurut Literatur :
Bayi 5 tahun atau
kurang 1-1,25 mg /
kgBB/pemberian.
2. Dosis yang diberikan:
2 kali sehari ½ cth.
Oral Penggunaan bersama dengan
katekolamin misalnya
epinelrin atau isoproterenol
dapat menginduksi aritmia
dan henti jantung.
Palpitasi, muka kemerahan,
merasa demam, tremor, sakit
kepala, bingung, mual muntah
8. Imbost F syrup Memelihara daya tahan tubuh Menurut Literatur : 1- 6
tahun : 3 kali 1/2 - 1
sendok teh
Oral -------- ---------
9. Cefotaxim
injeksi
Infeksi saluran napas, kulit
dan struktur kulit, tulang dan
sendi, saluran urin, ginekologi
seperti, septisemiam dugaan
meningitis, aktif terhadap
basil Gram negative (kecuali
Pseudomonas), Gram positif
cocci (kecuali enterococcus).
Aktif terhadap beberapa
penicillin yang resisten
pneumococcus
1. Menurut Literatur :
Anak 1 bln-12 tahun;
50-100mg/kgBB/hari
dalam 4-6 dosis
terbagi.
2. Dosis yang diberikan:
500 mg iv.
Intravena 1. Probenecid dapat
menurunkan eliminasi
sefalosporin sehingga
meningkatkan
konsentrasi sefalosporin
dalam darah.
2. Kombinasi Furosemid,
Amonoglikosida dengan
Cefotaxim dapat
meningkatkan efek
nefrotoksik
• 1% - 10% :
Kulit : rash, pruritus
Saluran cerna : Saluran cerna
: kolitis, diare, mual dan
muntah
Lokal : sakit pada tempat
suntikan
• <1% :
Anafilaksis dan aritmia
(setelah pemberian injeksi I.V
kateter pusat), peningkatan
BUN, kanidiasis,kreatinin
meningkat, eusinophilila,
erythema multiforme, demam,
sakit kepala, interstitial
nephritis, neutropenia,
phlebitis,
pseudomembranous colitis,
sindrom Stevens-Johnson,
trombositopenia,
transaminases meningkat,
toxic epidermal necrolysis,
urtikaria, vaginitis.
• Dilaporkan juga adanya
reaksi ESO dari sefalosporin
lainnya :
Agranulositosis, anemia
hemolitik, pendarahan,
pancytopenia, disfungsi
ginjal, pusing, superinfeksi,
toxic nephropathy
10. Dexamethason
injeksi
Imunosupresan/Antialergi,
anti inflamasi, gangguan
kolagen, alergi dan inflamasi.
1. Menurut Literatur :
Sehari : awal 0,75-9
mg.
2. Dosis yang diberikan:
1 mg iv.
Intravena Aminoglutethimide : Dapat
menurunkan kadar/efek
deksametason, melalui
induksi enzim mikrosomal.
Antasida : Meningkatkan
absorpsi kortikosteroid,
selang waktu pemberian 2
jam.
Antikolinesterase :
Pemberian bersama akan
menimbulkan rasa lemah
pada penderita myasthenia
gravis.
Anti jamur Azole : Dapat
meningkatkan kadar
kortikosteroid.
Barbiturat : Akan
menurunkan kadar/efek
deksametason.
Penghambat saluran kalsium
(nondihidropiridin) :
Kemungkinan meningkatkan
kadar kortikosteroid.
Kardiovaskuler : Aritmia,
bradikardia, henti jantung,
kardiomiopati, CHF, kolaps
sirkulasi, edema, hipertens,
ruptur miokardial (post-MI),
syncope, tromboembolisme,
vasculitis.
Susunan saraf pusat : Depresi,
instabilitas emosional,
euforia, sakit kepala,
peningkatan tekanan
intracranial, insomnia,
malaise, neuritis,
pseudotumor cerebri,
perubahan psikis, kejang,
vertigo.
Dermatologis : Akne,
dermatitis alergi, alopecia,
angioedema, kulit kering,
erythema, kulit pecah-pecah,
hirsutism, hiper-
/hipopigmentasi,
hypertrichosis, perianal
Siklosporin : Kortikosteroid
dapat meningkatkan kadar
siklosporin dan sebaliknya,
siklosporin dapat
meningkatkan kadar
kortikosteroid.
Estrogen : Kemungkinan
meningkatkan kadar
kortikosteroid.
Fluorokuinolon :
Penggunaan bersamaan akan
meningkatkan risiko ruptur
tendon, terutama pada usia
lanjut.
Isoniazid : Konsentrasi
isoniazid akan turun.
Antibiotika makrolida :
Kemungkinan meningkatkan
kadar/efek deksametason.
Penghambat neuromuskuler :
Pemberian bersama akan
meningkatkan risiko miopati.
Antiinflamasi non steroid :
Hati-hati karena
meningkatkan efek samping
pada saluran pencernaan.
Rifampisin : Menurunkan
kadar/efek deksametason.
Vaksin (mati) :
pruritus (pemberian IV),
petechiae, rash, atrofi kulit,
striae, urticaria, luka lama
sembuh
Deksametason menurunkan
efek vaksin. Pada pasien
dengan terapi kortikosteroid
> 14 hari, tunggu setidaknya
1 bulan sebelum diberikan
imunisasi.
Vaksin hidup :
Deksametason meningkatkan
risiko infeksi. Penggunaan
vaksin hidup kontraindikasi
pada pasien dengan daya
tahan tubuh rendah
Deksametason akan
berinterferensi dengan
kalsium. Batasi minum kopi
11 KAEN 3 B
Sebagai cairan dasar
pemeliharaan/rumatan untuk
pasien usia > 3 tahun atau >
15 kgBB
1. Menurut Literatur :
Dewasa dan anak > 3
tahun atau BB > 15
kg 50 – 1000 ml pada
1 x pemberian secara
IV drip.
2. Dosis yang diberikan:
15 tetes/menit
Parenteral -------- -----------
12 Cefixime syrup ISK tanpa komplikasi, otitis
media, faringitis, tonsilitas,
bronchitis akut dan
kronik.media, infeksi saluran
nafas termasuk suspek dari S.
pneumonia dan S. Pyogenes,
1. Menurut Literatur :
Anak sehari 2 x 1,5-3
mg/kgBB
2. Dosis yang diberikan:
¼ Cth 2 x sehari
Oral Menigkatkan efek/toksisitas :
Amonoglikosida dan
furosemida kemungkinan
terjadi nefrotoksisitas
karena aditif
Probenesid dapat
10% : Saluran cerna : Diare
(16%)
2-10% : Abdominal pain,
mual, dispepsia, perut
kembung(flatulense),
2% : Gagal ginjal akut, reaksi
H. Influenza dan beberapa
Enterobacteriaceae; tidak
termasuk N. Gonorrhoeae
gonorrhea pada serviks dan
ureter
meningkatkan
konsentrasi sefiksim
Sefiksim meningkatkan
kadar karbamazepin
Sefiksim dapat
meningkatkan waktu
pembekuan darah jika
diberikan bersama
warfarin
Dapat diberikan
bersamaan atau tanpa
makanan, pemberian
bersamaan makanan akan
mengurangi rasa tertekan
pada perut.
anafilaktik, angioderma,
peningkatan BUN,
kandidiasis, peningkatan
kreatinin, pusing, demam,
sakit kepala, hepatitis,
hiperbilirubinemia, erythema
multiforme, facial edema,
demam, jaundice, leucopenia,
pruritus, colitis
pseudomembran, rash,
seizure, menyerupai serum
sickness, sindrome Stevens-
Johnson,trombositopenia,urtik
aria, vaginitis, muntah.
Dilaporkan reaksi dengan
sefalosporin lain termasuk
agranulositosis, kolitis,
nefritis intertisial,pendarahan,
anemia aplastik dan
hemolitik, pansitopenia,
disfungsi ginjal, superinfeksi,
nefrotoksik
PROBLEM MEDIK
1. Febris Convulsi (Demam Kejang)
2. Bronchitis Kronik
3. Asma
PROBLEM DRP
NO Jenis Problem (DRP) Analiasa / Telaah Literatur Pengamatan / Kondisi Klinik Pasien Tindakan / Rekomendasi
1. Interaksi obat Stezolid dengan Dexamhetasone
Dari literatur disebutkan bahwa Dexamethasone akan menurunkan
tingkat atau efek diazepam dengan mempengaruhi / usus metabolisme
enzim CYP3A4 hati. interaksi yang signifikan mungkin.
Pemberian stezolid dan dexamethasone pada pagi hari 4 Juni.
Memantau pemberian keduanya secara ketat dengan memberi tenggang waktu.
2. Penyakit yang tidak
diterapi
Batuk dan Pilek 1. Virus influenza sangat menular.
Virus ditularkan melalui orang lain melalui inhalasi droplet
yang berada di udara yang berasal dari batuk atau bersin penderita; atau kontak langsung.
2. Penyakit influenza yang parah dengan/tanpa komplikasi
ditandai dengan gejala infeksi bakteri sekunder berdasarkan gejala klinis (misalnya: suhu
tinggi dan gejala lain yang menetap lebh dari 3 hari) (ISO
Farmakoterapi 2)
Melihat catatan perkembangan penyakit
pasien ini mengalami batuk pilek pada 1-7 Juni.
Disarankan pemberian obat Hufagrip BP
(DMP-HBr 7,5 mg, Pseudoefedrin-HCl 15 mg, CTM 0,5 mg/5 ml) Indikasi :
Meringankan batuk tidak berdahak dan pilek. Aturan Pakai : 2-6 tahun = 3 x Sehari ½ Cth.
3. Pemilihan obat yang tidak tepat
1. Paracetamol 2. Luminal 3. Cefixime syr
Farmakologi dan Terapi menjelaskan bahwa pengobatan kejang demam secara rutin tidak
dianjurkan kecuali disertai gangguan sebagai berikut :
1. Gejala neurologik yang abnormal misalnya selebral palsi, mental retardasi,
mikrosefali 2. Bila kejang demam terakhir
berlangsung lebih dari 15 menit atau disertai gejala neurologik
3. Bila ada kejang pada orang
tuanya atau keluarga 4. Anak dengan gejala yang
rekuren 5. Bila anak dirawat untuk suatu
kegawatan.
Pada catatan perkembangan penyakit suhu badan pasien menurun pada 6 Juni dan pasien hanya mengalami kejang
pada 1 Juni.
Pemberian Paracetamol dan Luminal tidak perlu lagi pada 6 – 7 Juni dan pulang.
4. Pemberian obat tanpa indikasi
1. Dexamethasone 2. Ventolin
1. Penggunaan Kortikosteroid jangka panjang sering
menimbulkan berbagai efek samping seperti gangguan pertumbuhan anak
(Famakoterapi dan Terapi) 2. Dalam blog Zullies Ikawati
menjelaskan bahwa apabila obat beta-agonist digunakan dalam jangka panjang dan secara
berlebihan dapat menurunkan efektivitasnya. Hal ini
disebabkan karena terjadinya desensitisasi reseptor
Pada Pasien ini, penggunaan dexamethasone yang bertujuan untuk
menurunkan demam tidak diperlukan karena pada 3-7 tidak mengalaminya. Selain itu, ventolin yang berindikasikan
untuk asma juga tidak diperlukan lagi karena pasien tidak mengalami sesak
nafas pada 5-7 Juni.
Sebaiknya pemberian Dexamethasone dan Ventolin dihentikan.
obat, sehingga reseptor menjadi kurang peka. Karenanya perlu dosis yang lebih besar untuk
memperoleh efek yang sama.
5. Sub- dosis - - - -
6. Overdosis - - - -
7. Gagal menerima obat Antibiotik Didalam literatur dijelaskan bahwa
gejala demam merupakan salah satu gejala sistemik penyakit
infeksi
Pasien tidak mendapatkan antibiotik
pada awal masuk Rumah Sakit
Sebaiknya pasien diberikan terapi antibiotik
di awal masuk Rumah Sakit.
8. Reaksi obat yang tidak diinginkan
- - - -
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Adapun untuk terapi asma bronchial adalah sebagai berikut :
a. Asma ringan : agonis p2 inhalasi bila perlu atau agonis P2 oral sebelum exercise atau
terpapar allergen
b. Asma sedang : antiinflamasi setiap hari dan agonis P2 inhalasi bila perlu
c. Asma berat : steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow release atau agonis P2 long acting,
steroid oral selang sehari atau dosis tunggal harian dan agonis p2 inhalasi sesuai
kebutuhan.
2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Arief et al, 2008, Kapita Selekta Kedokteran Fakultas Kedokteran UI Jilid 2 Edisi 3, Media Aesculapius : Jakarta.
Elin Y.S et al, 2013, ISO Farmakoterapi Buku I, PT.ISFI Penerbitan : Jakarta
Ikawati Zullies, “Memilih Obat Asma : Oral atau Inhalasi?”, 22 Desember 2013, https://zulliesikawati.wordpress.com/tag/asma/
Setiabudy Rianto et al, 2009, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Balai Penerbit FKUI : Jakarta
top related