tugas farmasi klinik

61
TUGAS FARMASI KLINIK PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO) DAN EVALUASI LITERATUR DISUSUN OLEH : ANDI RIDHAYANTI ADILLAH (PO.71.3.251.11.1.004) DEWI YULIANINGSIH (PO.71.3.251.11.1.014) IRNAYANTI (PO.71.3.251.11.1.024) REZKY AMALIA (PO.71.3.251.11.1.039) SUCI FEBRIANI (PO.71.3.251.11.1.044) POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

Upload: st-hajar

Post on 23-Oct-2015

545 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS FARMASI KLINIK

TUGAS FARMASI KLINIK

PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO) DAN EVALUASI

LITERATUR

DISUSUN OLEH :

ANDI RIDHAYANTI ADILLAH (PO.71.3.251.11.1.004)

DEWI YULIANINGSIH (PO.71.3.251.11.1.014)

IRNAYANTI (PO.71.3.251.11.1.024)

REZKY AMALIA (PO.71.3.251.11.1.039)

SUCI FEBRIANI (PO.71.3.251.11.1.044)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN FARMASI

2013

Page 2: TUGAS FARMASI KLINIK

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirobbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit

sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam

atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,

sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul

“PELAYANAN INFORMASI OBAT DAN EVALUASI LITERATUR”.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai

pihak, karena itu kelompok kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya

kepada semua pihak yang telah memberi dukungannya. Meskipun penulis berharap

isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang

kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Makassar, 29 November 2013

Penulis

Page 3: TUGAS FARMASI KLINIK

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………..

DAFTAR ISI …………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………..

A. Latar Belakang ………………………………………..

B. Rumusan Masalah …………………………………….

C. Tujuan ………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………

BAB III PENUTUP ………………………………………………..

A. Kesimpulan …………………………………………...

B. Saran ………………………………………………….

Page 4: TUGAS FARMASI KLINIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan obat di masyarakat semakin meluas semakin meluas

bersamaan dengan semakin besarnya jumlah obat yang diproduksi oleh industry

farmasi (therapeutics exploisions). Dengan memproduksi obat baru, industry

farmasi selalu mengklaim bahwa produk mereka lebih baik daripada yang

lain/sebelumnya.

Hal ini dapat membingungkan para tenaga kesehatan dalam memilihkan

terapi yang tepat bagi pasiennya. Selain itu, perlu diingat juga bahwa sepeetiga

dari anggota masyarakat melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi (self-

medication)

Obat-obat baru tersebut sering diformulasikan secara lebih kompleks dan

mengandung bahan-bahan yang diklaim lebih manjur, sehingga sering

meningkatkan kejadian iatrogenic diseas, penyakit yang muncul karena

pemakaian obat.

Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan

secara ilmiah dan terdokumentasi mencakup farmakologi, toksikologi, dan

penggunaan terapi obat.

Pelayanan informasi obat didefenisikan sebagai kegiatan penyediaan dan

pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, komperhensif,

terkini oleh apoteker kepada pasien, masyarakat, professional kesehatan yang lai,

dan pihak-pihak lain yang memerlukan.

Pelayanan informasi obat meliputi penyediaan, pengolahan, penyajian, dan

pengawasan mutu data/informasi obat dan keputusanprofesional.

Page 5: TUGAS FARMASI KLINIK

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan informasi obat?

2. Apa yang dimaksud dengan evaluasi literature?

C. Tujuan

1. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional, berorientasi

kepada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain

2. Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga

kesehatan, dan pihak lain

3. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat terutama bagi PFT/KFT di rumah sakit

4. Mengetahui jurnal atau artikel yang digunakan dalam evaluasi literature

Page 6: TUGAS FARMASI KLINIK

BAB II

PEMBAHASAN

I. PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)

A. Pengertian

Menurut keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 PIO

merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberi

informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat,

profesi kesehatan lainnya dan pasien.

UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 51 thn 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, yang

dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi; pengamanan; pengadaan; penyimpanan;

distribusi obat; pengelolaan obat atas resep dokter; pelayanan informasi obat;

pengembangan obat; bahan obat; dan obat tradisional.

Menurut Standar pelayanan di RS tentang KEBIJAKAN DAN

PROSEDUR PIO adalah merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh

Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak biasa dan terkini

kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.

B. Tujuan dilakukannya PIO

Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di

lingkungan rumah sakit.

Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi.

Meningkatkan profesionalisme apoteker

Menunjang terapi obat yang rasional (Anonim, 2004)

Page 7: TUGAS FARMASI KLINIK

PIO pertama kali didirikan di University of Kentucky Medical Center tahun

1962 yang diberi wewenang untuk menyediakan informasi, mengevaluasi, dan

membandingkan obat dari berbagai sumber.

Untuk mendapatkan kerasionalan dan ketepatan penggunaan suatu obat

bagi penderita tertentu, diperlukan informasi pengobatan yang tepat dan

menyeluruh.

Bagi, professional kesehatan, kebanyakan informasi tentang obat

disebarkan oleh industry farmasi melalui perwakilannya (medical presentative)

dalam rangka mempromosikan produknya, atau melalui iklan yang dikirim oleh

industry tersebut atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) kepada dokter di Rumah

Sakit. Dalam banyk hal, sulit memperoleh informasi yang cukup objektif dari

industry tersebut.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut, terdapat berbagai alasan mengapa PIO

perlu didirikan yaitu:

1. Dokter sering menghadapi situasi klinik yang memerlukan informasi untuk

mengambil kesimpulan tentang pengobatan tertentu. Suatu PIO dapat melayani

informasi ini dengan segera atau agak lama, tergantung pada kerumitan

pertanyaanya. Karena ketiadaan suatu PIO, dokter harus mencari dan meneliti,

atau meminta pustakawan melakukan pencarian bagi dokter tersebut. Hal ini

kurang menguntungkan, karena akan menghabiskan waktu dokter dan kurang

optimal, kecuali dokter mengetahui secara tepat artikel yang akan ditelusuri

kembali.

2. Pengadaan suatu PIO berkaitan dengan pelaksanaan system formularium

rumah sakit yang efisien. Staf PIO menyiapkan monografi evaluasi obat untuk

obat-obatan yang dipertimbangkan untuk ditambahkan atau dihapuskan dari

formularium rumah sakit.

Page 8: TUGAS FARMASI KLINIK

3. PIO selalu membantu memutakhirkan dan memelihara formularium rumah

sakit.

4. Pelayanan PIO penting utnuk mendukung apoteker farmasi klinik di unit

pasien (bangsal) rumah sakit. Apoteker farmasi klinik menerima pertanyaan

dari professional kesehatan lain dan apoteker tersebut dapat berkonsultasi

dengan PIO. Jika apoteker farmasi klinik belum ada, keberadaan suatu PIO

dapat memperluas pelayanannya secara aktif, dengan mengunjungi daerah

perawatan penderita setiap hari, membantu staf professional kesehatan dengan

informasi obat.

5. Suatu PIO adalah sumber materi edukasi dan konseling bagi professional

kesehatan dan penderita. PIO dapat menpublikasikan bulletin yang secara

berkala meringkas informasi tentang obat yang diterima masuk kedalam

formularium, mendiskusikan teknik baru pemberian obat, dan mengumumkan

program farmasi yang baru di rumah sakit. Staf PIO dapat berfungsi sebagai

sumber edukasi yang signifikan bagi staf medic, perawatm, dan staf lain

dengan memberikan kuliah, penyaji dalam seminar dan berpartisipasi dalam

dalam kunjungan ke dareah perawatan penderita (bangsal). Staf PIO dapat

mengkoordinasikan pelaporan reaksi obat merugikan yang meliputi rumah

sakit secara keseluruhan bekerja sama dengan perawat, apoteker klinik dan staf

medic.

6. PIO juga berfungsi sebagai sumber informasi ilmiah yang dapat membantu

kegiatan penelitian di rumah sakit. PIO dapat melayani informasi yang

diperlukan untuk penelitian obat secara klinis, investigasi obat baru, dan

penelitian farmasetik.

7. Jumlah dan jenis obat semakin banyak.

8. Pustaka yang semakin banyak sehingga memerlukan pengalaman dalam

memilih pustaka yang baik

Page 9: TUGAS FARMASI KLINIK

C. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO

1. Sumber informasi obat : dalam mencari informasi obat maka diharuskan

seorang farmasis mencari sumber informasi obat yang akurat dan dapat

dipercaya

2. Tempat : tempat untuk pelayanan informasi obat haruslah dibuat senyaman

mungkin, agar semua orang yang terlibat di dalamnya merasa nyaman sehingga

komunikasi dapat terjalin dengan baik dan menimbulkan good feedback

(umpan balik yang baik)

3. Tenaga farmasis : tenaga farmasis yang berada di pelayanan informasi obat

haruslah yang berkompeten di bidangnya, yang dapat menguasai ilmu

komunikasi dan berkompeten dalam mencari literature.

4. Perlengkapan : di dalam PIO haruslah memiliki perlengkapan yang menunjang

seperti computer yang berisi data base, text book, rak buku, alat pendingin

ruangan dan ruang pelayanan yang nyaman

D. Kegiatan PIO

Kegiatan PIO terbagi atas 2 yaitu:

a. PIO aktif : farmasis pelayanan informasi obat memberikan informasi obat

dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan

informasi obat, misalnya brosure, leflet, seminar, dan sebagainya.

b. PIO pasif : farmasis memberikan informasi obat sebagai jawaban atas

pertanyaan yang diterima.

Page 10: TUGAS FARMASI KLINIK

Pertanyaan yang masuk di unit PIO tahun 2009 di RS Wahidin Sudiro

Husodo Makassar

E. Sasaran Informasi Obat

1. Pasien atau keluarga pasien

2. Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan,

asistenapoteker, dan lain-lain

3. Pihak lain : manajemen, tim/kepanitiaan klinik, dan lain-lain (Anonim,2006)

Informasi obat untuk penderita :

Informasi obat untuk penderita diberikan apoteker sewaktu mendampingi tim

medik melakukan kunjungan ke ruang penderita. Penderita banyak yang tidak

mengerti perlunya suatu jangka waktu terapi apabila tidak diberikan informasi.

Informasi obat untuk dokter :

Tujuan informasi obat untuk dokter yaitu:

1. Menetapkan sasaran terapi dan titik akhir terapi obat

2. Pemilihan zat aktif terapi yg paling tepat untuk terapi obat yg bergantung

pd variabel pederita dan zat aktif.

3. Penulisan resep obat yang paling tepat.

4. Pemilihan metode untuk pemberian obat.

Informasi obat untuk perawat :

Pada umumnya perawat adalah orang pertama yang mengamati reaksi obat

merugikan atau mendengar keluhan penderita. Situasi seperti ini dapat

memunculkan banyak pertanyaan informasi obat disinilah apoteker yang paling

Page 11: TUGAS FARMASI KLINIK

kompeten pada bidang obat harus siap mensuplai informasi kepada perawat.

Informasi yang dibutuhkan perawat adalah ringkas dan sifatnya segera.

Meliputi: dosis obat, frekuensi pemakaian obat, kontra indikasi, lama

pengobatan, cara pemakaian, cara pemakaian obat, dan efek samping.

Informasi obat untuk farmasis

Tujuan informasi obat untuk farmasis :

1. Supaya farmasis mampu menjawab pertanyaan sendiri dan bertindak

sebagai sumber utama informasi obat bagi profesional kesehatan lain.

2. Farmasis harus memiliki akses ke pustaka acuan yang memadai dan

mempunyai pengetahuan yang baik tentang sumber alternatif informasi

obat.

Farmasis juga harus secara aktif memberikan Informasi obat kepada kelompok

atau tim atau kepanitiaan, seperti :

Kelompok peneliti klinik

Tim investigasi obat

Panitia farmasi dan terapi (PFT)

Panitia evaluasi penggunaan obat

Panitia pengendalian infeksi

Tim edukasi dan konseling

Panitia sistem pemantauan kesalahan obat

Panitia sistem pemantauan dan pelaporan reaksi obat merugikan (ROM)

Tim pengkajian penggunaan obat retrospektif

Tim program pedidikan “in-service”

Kelompok, tim, atau panitia tersebut memerlukan pelayanan informasi obat

paling mutahir

F. Farmasis sebagai tokoh utama Pelayanan Informasi Obat

Page 12: TUGAS FARMASI KLINIK

GPP (Good

Pharmacy Practise)

Sebagai hasil kesepakatan WHO dengan Federasi Farmasi Internasional di

Vancouver pada tahun 1997, disepakati bahwa format baru pelayanan

kefarmasian adalah berbasis pasien dengan prosedur yang dikenal sebagai

pharmaceutical care. Format baru ini berdampak pada rangkaian cara pelayanan

yang baru yang akan mengubah format lama menjadi lebih disempurnakan,

khususnya peranan apoteker kepada pelayanan pasien yang merupakan cerminan

praktik kefarmasian yang baik, Good Pharmacy Practise (GPP).

G. Peran farmasis dalam Pelayanan Informasi Obat

1. Persiapan sarana dan prasarana di PIO

Memberikan referensi

Menyediakan spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi informasi obat

Tempat dan alat untuk mendisplay informasi obat

Tempat pelayanan PIO yang memadai

2. Membuat prosedur tetap (protap) pelayanan PIO

Memasang spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi info obat yg mudah

dilihat oleh pasien

Menjawab pertanyaan scara lisan, tertulis, langsung atau tidak langsung,

dengan jelas dan mudah dimengerti

Dokumentasi kegiatan PIO

3. Monitoring dan evaluasi secara berkala

H. Persyaratan Farmasis sebagai Tenaga Spesialis Informasi Obat

Kesepakatan WHO dan Federasi Farmasi Internasional

Pharmaceutical Care

Patient Oriented

Page 13: TUGAS FARMASI KLINIK

1. Mempunyai kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

dengan mengikuti pendidikan pelatihan yang berkelanjutan.

2. Menunjukkan kompetensi professional dalam penelusuran, penyeleksian, dan

evaluasi sumber informasi

3. Mempunyai pengetahuan yang baik tentang fasilitas perpustakaan di dalam

dan di luar rumah sakit, dan memiliki keterampilan dalam metodologi

penggunaan data elektronik

4. Memiliki pengetahuan yang baik tentang terapi obat

5. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang mampu, baik secara lisan maupun

tulisan

I. Komunikasi dalam menjawab pertanyaan pasien

1. Komunikasi Secara Primer

2. Komunikasi Verbal

3. Komunikasi Secara Sirkular

4. Komunikasi Secara Sekunder

J. Komunikasi Farmasis

Apabila komunikasi antara pasien dan professional kesehatan (apoteker)

tidak baik, akan menyebabkan kekecewaan keduan belah pihak dan mengurangi

kepatuhan pasien. Namun, jika terdapat hubungan yang efektif, kemungkinan

pasien akan kembali untuk mencari nasihat selanjutnya tentang pengoobatan

sendiri, swamedikasi dan untuk obat-obat resep.

Suatu hubungan apoteker dan pasien yang efektif akan terbentuk, jika

apoteker merupakan seorang sumber informasi yang baik dan memilki empati.

Sikap dasar apoteker terhadap pasien akan mempengaruhi mutu komunikasi.

Apoteker yang baik, wajib menghilangkan hambatan dengan meniadakan

prasangka (bias) terhadap tingkat pendidikan, sosioekonomi, l;atar belakang

Page 14: TUGAS FARMASI KLINIK

budaya, minat atau sikap seorang pasien. Selain itu, pasien harus dibuat yakin

bahwa setiap informasi yang didiskusikan dengan pasien akan sangat dirahasiakan

Apabila pasien sudah membuat keputusan secara benar, apoteker harus

memperkuat keputusan itu. Apoteker harus berkomunikasi dengan hangat,

berperasaan, dan penuh perhatian dalam urusan pasien.

1. Komunikasi verbal apoteker

Dalam berkomunikasi dengan pasien, apoteker harus mencoba menciptakan

atmosfer yang tenang dan santai, serta harus mendorong pasien supaya dapat

berpartisipasi aktif dalam diskusi. Apoteker harus memahami teknik bertanya,

mendengarkan, menggunakan keheningan, interpretasi, menyimpulkan, dan

harus memahami metode menangani pertanyaan yang berkaitan dengan obat

yang ,mungkin ditanyakan oleh pasien.

2. Komunikasi nonverbal

Banyak studi membuktikan bahwa komunikasi nonverbal sama pentingnya

dengan komunikasi verbal. Terdapat bebrapa kaidah yang mudah diingat jika

berkomunikasi dengan pasien dan diharapkan akan mengahsilkan komunikasi

yang lebih baik, yaitu:

Pandangan wajah pasien

Hindari membaca pertanyaan atau mencatat selama komunikasi

Duduklah dengan santai agar mengurangi rasa cemas pasien

Dengarkan pasien dengan penuh empati

Perubahan nada suara harus selalu menenangkan

Komunikasi dilakukan di tempat yang bersifat leluasa

Berpakaian secara profesional

Buruknya hubungan apoteker dengan pasien sering merupakan hasil dari

komunikasi nonverbal yang buruk.

Page 15: TUGAS FARMASI KLINIK

K. Farmasis pemberi Edukasi dan Konseling

Apoteker merupakan professional kesehatan terakhir yang menemui pasien.

Apoteker memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pasien mengerti maksud

dari terapi obat dan cara penggunaannya yang tepat. Untuk mencapai tujuan ini,

apoteker wajib mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk

mengkomunikasikan informasi ini dan untuk memotivasi pasien supaya taat pada

regimen terapinya.

Edukasi pasien bukan saja suatu tanggung jawab etika, melainkan juga

suatu tanggung jawab hokum medis (medical-legal). Apoteker yang gagal

mendiskusikan kontraindikasi dan rekasi merugikan obat tertentu dapat dituntut

secara hukum jika suatu rekasi yang signifikan terjadi.

L. Perbedaan Pelayanan Informasi Obat dan Konseling

PIO KONSELING

Lokasi tempat tidak masalah Lokasi harus dapat dengan mudah

dijumpai dan dekat dengan outlate

Komunikasi Apoteker

Nonverbal Verbal

Apoteker

Edukasi

Konseling

Page 16: TUGAS FARMASI KLINIK

apotek

Tidak perlu tatap muka Perlu tatap muka

Orientasi kepada tenaga kesehatan Orientasi kepada pasien/keluarga

Literatur yang dibutuhkan lebih

kompleks

Literatur yang dibutuhkan relatif

sederhana/standar

Banyak cara untuk mengajukan

pertanyaan (lisan, tertulis, telp, fax,

email)

Pelayanan secara lisan

Fakta:

Terdapat data yang menyatakan bahwa ketidakpatuhan terjadi pada 30%

sampai 50% dari pasien yang menerima obat. Penyebab kegagalan pengobatan

demikian adalah multifokus dan dapat berkisar dari kurnagnya edukasi, terkait

dengan terapi sampai pada hambatan financial yang menghalangi pengadaan obat.

Studi tambahan sudah menunjukkan bahwa intervensi oleh apoteker,

menggunakan konseling lisan dan tertulis pada permulaan terapi obat,

menghasilkan perbaikan yang signifikan dalam kepatuhan pasien. Studi ini juga

menunjukkan betapa pentingnya konseling dan edukasi terhadap pasien yang

berkesinambungan di luar pertemuan awal.

M. Pengetahuan Ketermapilan Sikap ideal seorang apoteker informasi Obat

Ilmu sosial dan Perilaku

Apoteker sebagai sumber informasi obat

Pengetahuan medik

Pengetahuan farmasetik

Kesehatan Masyarakat

Page 17: TUGAS FARMASI KLINIK

Pengetahuan-keterampilan-sikap ideal yang harus dimiliki oleh seorang apoteker

informasi obat terbagi dalam beberapa bagian, yaitu:

- Ilmu social dan perilaku

- Apoteker sebagai sumber informasi

- Pengetahuan medic

- Pengetahuan farmasetik

- Kesehatan masyarakat

Tabel 1. Ilmu social dan perilaku ideal seorang apoteker informasi

Pengetahuan Keterampilan Sikap

Psikologi Sosial Wawancara pasien Ingin tahu

Berbagai faktor

psikologi sosial dan

terapi

Keterampilan

mkomunikasi

Peduli

Edukasi Keterampilan analitik Objektif

Solusi masalah Kritis

Keterampilan memberi

edukasi

Investigative

Ketegasan(assertiveness) Kerja sama

Empati

Tabel 2. Apoteker sebagai sumber informasi obat

Pengetahuan Keterampilan Sikap

Obat alternative Penulusuran informasi Penyebaran

Distribusi obat dan

system dispensing

Evaluasi informasi Ingin tahu

Analisis unjuk kerja Penyimpanan Peduli

Pemasaran Objektif

Kritis

Page 18: TUGAS FARMASI KLINIK

Investigative

Kerja sama

Simpati

Tabel 3. Pengetahuan medis seorang apoteker informasi obat

Pengetahuan Keterampilan Sikap

Terminology medis Membaca dan

menginterpretasikan

rekaman medic

Ingin tahu

Clinical medicine Keterampilan

komunikasi

Peduli

Patologi Solusi masalah Objektif

Etiologi Keterampilan analitik Kritis

Patofisiologi Investigative

Hygiene Kerja sama

Nutrisi Empati

Terapi

Uji biomedik

Tabel 4. Pengetahuan farmasetik seorang apoteker

Pengetahuan Keterampilan Sikap

Farmakolgi Analisis kimia Ingin tahu

Farmakodinamik Perhitungan(kalkulasi) Peduli

Farmakokinetik Membuat keputusan Objektif

Toksikologi Keterampilan analitik Kritis

Teknologi farmasi Solusi masalah Investigative

Biofarmasetik Formulasi obat Kerja sama

Kimia farmasi Teknik aseptik Empati

Mikrobiologi farmasi

Page 19: TUGAS FARMASI KLINIK

Tabel 5. Apoteker sebagai bagian kesehatan masyarakat

Pengetahuan Keterampilan Sikap

System pelayanan

kesehatan

Keterampilan analitik Ingin tahu

Asek social pelayan

kesehatan

Keterampilan

komunikasi

Peduli

Epidemiologi Objektif

Biostatic Kritis

Farmakoekonomi Investigasi

System pemantauan

ROM (Reaksi Obat

Merugikan)

Kerja sama

Empati

N. Permasalahan Legalitas dan Etika

Seorang apoteker informasi obat harus mematuhi prinsip-prinsip etika dan

legalitas profesi farmasi. Belum ada aturan khusus yang mengatur tentang layanan

informasi obat, meskipun demikian panduan yang telah dibuat oleh komite dan

profesi spesialis layanan informasi obat harus diikuti.

Berikut ini hal-hal yang secara umum direkomendasikan sebagai panduan

layanan informasi obat.

1. Sumber daya informasi

- Sumber yang digunakan harus terkini

- Informasi harus sesuai dengan jenis dan tingkat pelayanan yang disediakan

- Sumber informasi yang digunakan harus didokumentasikan dalam system

data in-house

2. Staf Informasi Obat

- Apoteker harus dibekali pelatihan dan kemampuan

Page 20: TUGAS FARMASI KLINIK

- Staf yang kurang berpengalaman harus disupervisi

- Apoteker mempunyai sebuah tanggung jawab untuk memelihara kesadaran

terkini terkait profesi farmasi dengan spesialisasi informasi obat.

3. Cara Pengguna Layanan

- Apoteker harus memenuhi harapan penanya bahwa mereka terpercaya.

- Identitas penanya dan alasan untuk permintaan harus dipastikan sebelum

menetapkan PIO

- Kerahasiaan penanya harus dihormati dan identitas mereka tidak boleh

diberitahukan kepada pihak ke 3 tanpa persetujuan

O. Kegiatan Pelayanan Informasi Obat

Secara umum, kegiatan pelayanana informasi obat terdiri dari kegiatan

yang bersifat pelayanan, pendidikan, penenlitian, dan kegiatan-kegiatan lain yang

terkait.

Page 21: TUGAS FARMASI KLINIK

1. Pelayanan

Kegiatan pelayanan informasi obat berupa penyediaan dan pemberian

informasi yang bersifat aktif dan pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila

apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak

menunggu pertanyaan, tetapi secara aktif memberikan informasi obat,

misalnya penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar, dan sebagainya.

Menjawab Pertanyaan :

No Kategori Pertanyaan Contoh Pertanyaan

1. Reaksi merugikan Dapatkah ranitidin menyebabkan keracunan

hati?

Apa saja efek samping rifampisin?

2. Dosis Bagaimana dosis fenitoin untuk status epilepsy?

Bagaimana dosis gentamisin untuk penderita

gagal ginjal?

KegiatanPelayananInformasiObat

Pelayanan

Pendidikan

Pelatihan

Penelitian

Kegiatan Lain

Page 22: TUGAS FARMASI KLINIK

Bagaimana dosis parasetamol untuk bayi umur

6 bulan?

3 Pemberian obat Dapatkah karbamazepin diberikan secara rectal?

Seberapa cepat simetidin dapat diberikan secara

i.v?

Bolehkah penisilin diberikan per oral?

4 Identifikasi obat Apa nama obat baru untuk tukak peptic

produksi industry farmasi “X”?

Apa saja nama dagang obat generic ampisilin

yang tersedia secara komersial?

Apa nama obat baru yang disetujui untuk

endometriosis?

5 Interaksi obat Akankah asetosal dan warfarin diberikan

bersamaan?

Dapatkah tetrasiklin diberikan bersamaan susu?

Akankah sefaleksin mempengaruhi penetapan

glukosa serum?

6 Indikasi Seberapa efektif mesalamin untuk pengobatan

ulseratif colitis

Untuk apa digunakan vibramisin?

2. Pendidikan

Kegiatan pendidikan oleh suatu layanan informasi obat dapat bervariasi

tergantung rumah sakit tersebut tergolong rumah sakit pendidikan atau tidak.

Untuk rumah sakit pendidikan, kegiatan PIO dapat merupakan kegiatan

formal dengan ikut berpartisipasi dalam program pendidikan kepada

mahasiswa farmasi yang sedang praktik kerja lapangan atau mahasiswa lain

yang berkaitan dengan obat. Program pendidikan ini dapat dilakukan di dalam

atau di luar rumah sakit dengan memberikan kuliah atau mempublikasikan

topik-topik yang relevan dengan pelayanan informasi obat.

Page 23: TUGAS FARMASI KLINIK

3. Pelatihan

Pelatihan dalam pengelolaan suatu PIO sangat diperlukan bagi personil kunci,

seperti pelatihan penelusuran informasi obat, evaluasi pustaka, pengembangan

publikasi, perencanaan dan pendanaan berkelanjutan.

4. Penelitian

Kegiatan penelitian dapat berupa pemberian dukungan informasi terhadap

evaluasi penggunaan obat dan studi penggunaan obat.

5. Kegiatan lain

P. Sumber Informasi PIO

Sumber informasi obat meliputi: dokumen, fasilitas, lembaga, dan manusia.

Dokumen mencakup pustaka farmasi dan kedokteran, yang terdiri dari majalah

ilmiah, buku teks, laporan penelitian, dan farmakope. Fasilitas mencakup fasilitas

informasi obat terkomputerisasi, internet, perpustakaan, dan lain-lain. Lembaga

mencakup industry farmasi, Badan POM, Pusat Informasi Obat, Pendidikan

Tinggi Farmasi, Organisasi profesi dokter/apoteker. Manusia mencakup dokter,

dokter gigi, perawat, apoteker, dan professional kesehatan yang lain.

Apoteker yang mengadakan pelayanan informasi obat juga harus

mempelajari cara terbaik menggunakan berbagai sumber tersebut.

Klasifikasi Sumber Informasi Obat

A. Sumber Informasi Primer

Studi Evakuatif

- Eksperimental

Uji coba klinik

Penelitian Farmasetik

Pengkajian pendidikan

- Pengamatan (observasional)

Studi pengendalian kasus

Studi kelompok (cohort study)

Page 24: TUGAS FARMASI KLINIK

Studi tindak lanjut

Studi contoh yang representatif (Cross-sectional studies)

Laporan Deskriptif

- Laporan kasus atau rangkaian kasus

- Praktik farmasi

- Rangkaian klinik

- Program

- Populasi

B. Sumber informasi sekunder

- Sistem penelusuran manual

- Sistem penelusuran terkomputerisasi

C. Sumber informasi tersier

- Buku teks atau data base

- Kajian artikel

- Kompendia

- Pedoman praktis

D. Sumber-sumber lain

- Komunikasi tenaga ahli

- Brosur investigator

- Industri farmasi

Sumber Pelayanan Informasi Obat

1. Farmakope Indonesia

2. Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO) atau MIMS

3. Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI)

4. Farmakologi dan terapi dll

5. Info dari kemasan obat, maupun brosur obat

Page 25: TUGAS FARMASI KLINIK

Buku yang sering digunakan sebagai pustaka rujukan dalam pelayanan informasi

obat :

1. AHFS Drug Information

a. Publikasi di US setiap tahun oleh American

b. Society of Health-System Pharmacist.

c. Berisi monografi obat secara lengkap

d. Penjelasan tentang efek yang tidak diinginkan dan farmakokinetiknya

lengkap.

e. Dapat dilihat di www.edscape.com di mana kita bisa mendaftar secara gratis

2. Merck manual 17e

a. Diterbitkan US.

b. Berguna sebagai panduan untuk penyakit

c. Dapat dilihat di www.merck.com

3. Medicines for children 2e

a. Diterbitkan di UK.

b. Isinya sangat detail

c. Merupakan sumber utama untuk kasus pengaduan pada anak.

4. Drug Interaction (Stockley) 6e

a. Dipublikasi di UK

b. Berisi gambar tentang ulasan – ulasan khusus interaksi obat

c. mekanisme interaksi

d. manajemen pasien pada obat – obatan yang berinteraksi

e. Mudah digunakan

5. Therapeutics in pragnancy & Lactation (Lee)

a. Dipublikasi di UK

b. Berisi gambaran manajemen penyakit pada kehamilan dan menyusui.

c. praktis dan mudah dipahami

d. tapi tidak memuat semua obat

Page 26: TUGAS FARMASI KLINIK

6. Renal handbook 2e (Bunn & Ashley)

a. Tiap halaman memuat monograf dari masing – masing obat.

b. Termasuk di dalamnya hemodialisis

c. Mudah digunakan.

Referensi yang sebaiknya tersedia di PIO

1. BNF

2. Martindale : The Extra Pharmacpoeia

3. Trissel’s : Handbook on Injectable Drugs

4. Drug Facts and Comparisons

5. Drug Interactions

6. Medical Toxicology

7. Harrison’s : Principles of Internal Medicine

8. Pharmacotherapy

9. Meyler’s : side effects of drugs

10. Herbal Medicine

11. Pediatric Drug Handbook

12. Geriatric Dosage Handbook

13. Drug in Pregnancy and Lactation

14. Drug Information Handbook

15. Drug Information Handbook for Oncology

Page 27: TUGAS FARMASI KLINIK

16. Infectious Diseases Handbook

17. USP DI : Volume I. Drug Information for Health Care Profesional, Volume II.

Advice for the Patient, Volume III. Approved Drug Products and Legal

requirements.

18. Therapeutic Guidelines, Antibiotic Guidelines, Drug Formulary, ect

19. Medication Teaching Manuals (ASHP Patient Information)

20. ISO dan MIMS dll

Beberapa situs di internet yang sangat penting untuk PIO

1. Conchrane library

a.www.nelt.nhs.uk/conchrane.asp

b. Berisi keterangan – keterangan yang mendasar tentang obat – obatan

c. Sangat berguna u/ kasus pengaduan tentang keefektifan terapi. Berisi

penelaahan sistem, abstrak dari penelaahan tentang keefektifan, data base

tentang penyembuhan secara klinik

2. Bukti – bukti klinis

a.www.nelth.nhs.uk/clinical_effidance.asp

b. Berguna utntuk pengobatan pada kondisi-kondisi yg umum

c. Adanya ringkasan tentang keterangan – keterangan untuk pengobatan

3. UK Medicine information

a.www.ukmi.nhs.uk

b. Bermanfaat untuk penelitian produk – produk baru

c. Pertanyaan – pertanyaan yang sering diajukan tentang obat – obat pada ibu

yang menyusui

4. Drug info zone

a. www.druginfozone.nhs.uk

b. Berguna untuk: penelitian produk – produk baru

Page 28: TUGAS FARMASI KLINIK

c. Berita tentang obat – obatan, contoh : publikasi tentang percobaan yang

baru

d. Diperbarui setiap harinya.

5. National Elektronic library for health

a.www.nehl.nbs.uk

b. Berisi link beberapa sumber informasi medis

c. Dibuat untuk pelayanan kesehatan di UK

Q. Menjawab Pertanyaan

Tahap-tahap dalam menjawab pertanyaan :

Pustaka primer yang sering digunakan

CatatPertanyaan

CatatSumber Yang Digunakan

CatatJawaban

Tahap 2

Tahap 3

Menggalilatarbelakangpertanyaan : Identifikasipenanya

identifikasimasalah (danurgensinya)

Memeriksasumber – sumberinformasiygtersediadngmen

ggunakanstrategipeelusuran

Mengevaluasiinformasi yang didapatkan

Merumuskanjawaban

Tahap 1

Page 29: TUGAS FARMASI KLINIK

No Pertanyaan No Pertanyaan

1 Reaksi obat merugikan 11 Identifikasi

2 Ketersediaan obat 12 Metode penggunaan

3 Kompatibilitas/stabilitas 13 Farmakokinetik

4 Pembuatan/formulasi 14 Farmakologi

5 Dosis/jadwal pemberian 15 Teratogenitas

6 Interaksi obat-obat 16 Terapi/indikasi

7 Interaksi obat-uji laboratorium 17 Toksikologi/keracunan

8 Interaksi obat-penyakit 18 Perhitungan farmasetik

9 Interaksi obat-makanan 19 Farmakoekonomik

10 Obat pilihan

Pustaka tersier dikelompokkan berdasarkan kategori pertanyaan

No Kategori pertanyaan Pilihan pustaka acuan

1 Reaksi obat merugikan - AHFS DI/Drug Dex/USPDI

- Martindale’s : The Extra

Pharmacopoeia

- Textbook of Adverse Drug

Reactions

Goodman and Gilman’s The

Pharmacologic Basic of

Therapeutics

Meyler’s Side Effects of Drug: An

Encyclopedia of Adverse

Reactions and Interaction

2 Ketersediaan obat - American Drugs Index

Page 30: TUGAS FARMASI KLINIK

- Drugdex

- Drug facts and Comparisons

- European Drug Index

Hand book of Nonprescription

drug

- Identidex

- Martindale’s : The Extra

Pharmacopoeia

- Merck Index

- ISO

3 Kompatibilitas/stabilitas - AHFS DI

- Drug Index

- Drug Information Fulltext

- Handbook of injectable Drug

- King’s Guide to Parenteral

Admixtures

- Martindale’s : The Extra

Pharmacopoeia

- Merck Index

- Physician’s Desk Reference

4 Pembuatan/formulasi - American Drug Index

- Drugdex

Martindale’s : The Extra

Pharmacopoeia

- Merck Index

- Physician’s Desk Reference

5 Dosis/jadwal pemberian - Drug Facts and Comparisons

- AHFS DI/DrugDex/USPDI

Page 31: TUGAS FARMASI KLINIK

- Physician’s Desk References

- Martindale’s : The Extra

Pharmacopoeia

- AMA Drug Evaluation

- Applied Therapeutics: the Clinical

Use of Drugs

- Pediatric Drug Handbook

- Current Pediatric Diagnosis and

Treatment

- Clinical Pharmacokinetics Pocket

References

- Drug Information Fulltext

- Handbook of Clinical Drug Data

- Handbook of Nonpresccription

Drug

- Poisindex

6 Interaksi obat-obat - Drug Interaction & Updates

- Evaluation of Drug Interactions

- AHFS DI/DrugDex/USPDI

7 Interaksi obat uji laboratorium -Drug interaction Facts

- Evaluation of Drug Interactions

8 Interaksi obat-penyakit - AHFS DI/DrugDex/USPDI

9 Interaksi obat-makanan - Applied Therapeutics : the clinical

use of drugs

- Basic skills in interpreting

laboratory data

- AMA Drug Evaluation

- Hadbook of Clinical Drug Data

Page 32: TUGAS FARMASI KLINIK

10 Obat pilihan - AHFS DI/DrugDex/USPDI

- Applied Theraupeutics : The

Clinical Use od Drugs

Yang harus dilakukan farmasis di PIO :

1. Mencatat data peminta informasi (Nama, status, SMF/Ruangan, tlp)

2. Mencatat pertanyaan

3. Menanyakan & mencatat latar belakang permohonan dan kondisi klinik pasien

(tergantung Pertanyaan)

4. Menanyakan apakah sudah diusahakan mencari informasi sebelumnya

5. Menanyakan apakah cito atau tidak

6. Melakukan kategorisasi permasalahan :

- Aspek farmasetik ?

- Farmakokinetik ?

- Dosis regimen ?

7. Melakukan penelusuran sumber informasi

8. Memformulasi jawaban sesuai permintaan

9. Monitoring dan tindak lanjut

Form = Formulir pertanyaan PIO

Jawaban pertanyaan

Formulasi jawaban dan saran/rekomendasi diisi di form pertanyaan

Catat sumber referensi yang digunakan

Diumpan – balikkan/dikomunikasikan ke penanya secara lisan atau tulisan.

Didokumentasikan

R. Keadaan PIO pada masa sekarang dan masa mendatang

Page 33: TUGAS FARMASI KLINIK

Kebanyakan professional kesehatan di RS dan dokter praktik memperoleh

informasi obat yang disebarkan industry farmasi melalui perwakilan perusahaan

farmasi (PPF) atau medical representative (medrep), karena instalasi farmasi

rumah sakit (IFRS) belum mengembangkan pelayanan informasi obat dengan

baik sehingga informasi yang diperoleh sering kurang objektif

Pusat Informasi Obat yang Sudah Ada di Indonesia

Jakarta RS dr. Cipto Mangunkusumo

RS Fatmawati

Unit Pelayanan dan Pengaduan Konsumen, Badan POM dengan

ULPK Balai Besar dan Balai POM di Indonesia

Bandung RS Hasan Sadikin

Jogjakarta PIOGAMA, Universitas Gadjah Mada, PIO UII, Universitas

Islam Indonesia, PIO RS Bethesda

Surabaya RS dr. Soetomo

Pusat Informasi Obat dan Layanan Kefarmasian, Universitas

Surabaya (PIOLK Ubaya)

RS Angkatan Laut dr. Ramelan.

S. Pendirian Pusat Informasi Obat (PIO)

Dalam mendirikan suatu PIO perlu diperhatikan hal – hal berikut :

- Pelayanan yg akan diberikan oleh PIO

- Justifikasi kebutuhan terhadap suatu PIO

- Anggaran yang dibutuhkan untuk menyediakan pelayanan yang memadai

- Sumber daya, fasilitas dan pemeliharaan (ketika berjalan) suatu PIO

Beberapa keuntungan apabila lokasi PIO dekat dengan pusat Departemen Farmasi

dari suatu institusi :

- Menyediakan tenaga apoteker yang selalu siap diakses

Page 34: TUGAS FARMASI KLINIK

- Mudah diakses oleh semua pengguna

- Dapat dihubungi secara langsung melalui telepon

- Lokasinya menyenangkan

Kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis informasi obat :

No Informasi Yang perlu diperhatikan

1 Textbook dan Hand

book

Kelebihan : seberapa sering buku tersebut

direvisi. Makin sering direvisi, makin baik

sebagai bahan informasi mutakhir.

Kekurangan : memerlukan waktu yang lama

2 Buletin Kelebihan : sangat dihargai keberadaannya

karena objektivitas informasi tersebut.

3 Majalah kedokteran Kelebihan : mudah diperoleh

Kekurangan : sering terdapat kontroversi

antara satu peneliti dan peneliti lain

4 Bentuk verbal dll

contoh : Medline,

Popline, E-mail,

Cosy

Kelebihan : melayani informasi secara cepat

Kekurangan : biaya masih relatif mahal

sehingga tidak begitu populer di kalangan

praktisi medis

5 Iklan Keuntungan : mudah dijumpai di media masa

Kekurangan : mengabaikan komponen-

komponen informasi yg telah digariskan oleh

WHO (WHO, 1988),

6 Lembar informasi

produk

Keuntungan : relatif paling layak dipercaya,

karena untuk saat ini merupakan satu-satunya

jenis informasi dari industri farmasi yang

penyiapannya dikontrol oleh Departemen

Page 35: TUGAS FARMASI KLINIK

Kesehatan RI.

Kekurangan : tidak sampai ke tangan pasien

karena kesalahan teknis penyerahan obat ke

pasien

II. EVALUASI LITERATUR

A. Istilah-Istilah dalam Evaluasi Literatur

1. Evaluasi Literatur : dirancang untuk membantu para profesional medis untuk

berkomunikasi secara efektif dalam mengevaluasi literatur ilmiah.

2. Critical appraisal :cara atau metode untuk mengkritisi secara ilmiah terhadap

penelitian ilmiah. Telaah kritis menjadi suatu keharusan bagi seorang klinisi,

seperti dokter maupun farmasis untuk menerapkan pengetahuan baru dalam

praktek sehari-hari. Telaah kritis digunakan untuk menilai validitas

(kebenaran) dan kegunaan dari suatu artikel atau jurnal ilmiah. Telaah kritis

merupakan bagian dari Evidence based medicine.

3. Desain penelitian klinik :perumusan percobaan dan eksperimen dalam

penelitian medis dan epidemiologi. Studi cohort :bentuk longitudinal (sejenis

Page 36: TUGAS FARMASI KLINIK

penelitian pengamatan) yang digunakan dalam kedokteran, farmasi, ilmu

sosial, analisis bisnis, dan ekologi.

4. RCT :jenis tertentu dari eksperimen ilmiah dan standar emas untuk uji jenis

klinis

5. Hierarchy of Evidence :mencerminkan otoritas relatif dari berbagai jenis

penelitian biomedis.

6. The cochrane library :kumpulan dari database dalam bidang kedokteran dan

kesehatan spesialisasi lainnya yang disediakan oleh cochrane collaboration

dan organisasi lainnya. Pada intinya adalah koleksi ulasan cochrane, database

tinjauan sistematis, dan meta-analisis yang meringkas dan

menginterpretasikan hasil penelitian medis.

B. Filter Pengetahuan (The Knowledge Filter)

Page 37: TUGAS FARMASI KLINIK

Sumber pustaka yang tersedia banyak yang tidak valid, masih bersifat

subjektif, dan tak terpercaya (unreliable) maka kita perlu menggunakan the

knowledge filter untuk menyaring beberapa sumber pustaka yang bersangkutan

melalui beberapa tahapan yang tersedia di dalam the knowledge filter itu, agar

didapatkan sumber pustaka atau jurnal penelitian yang betul-betul valid, objektif,

dan terpercaya (reliable).

C. Telaah kritis untuk pemilihan suatu jurnal (Choosing a paper for a critical

appraisal)

Page 38: TUGAS FARMASI KLINIK

Memilih Jurnal Untuk Telaah Kritis

Setiap tahunnya, ratusan jurnal biomedik menerbitkan ribuan artikel

penelitian yang berfokus pada terapi obat. Namun hanya sedikit dari hasil-hasil

penelitian melakukan perubahan dalam praktek peresepan. Dari semua itu dari

beberapa artikel memiliki banyak masalah metodologi sehingga memberikan hasil

yang tidak valid.

Jadi bagaimana seorang farmasis klinik itu dapat menyimpulkan tentang

artikel penelitian mana penting untuk dibaca. Kebanyakan dari farmasis ini

melakukan “filter” terhadap jurnal-jurnal penelitian untuk memlih mana yang

memberikan relevansi klinik yang lebih banyak.

Agar kita dapat mengambil suatu keputusan yang tepat dari suatu jurnal,

maka perlu dilakukan beberapa pertimbangan (5 pertanyaan yang lebih dahulu

diajukan) :

1. Apakah jurnal penelitian ini menangani masalah terapi yang bernilai

kontroversial atau penting yang relevan dengan pasien saya?

2. Apakah hasil jurnal penelitian ini memilki bukti ilmiah pertama untuk efikasi

dari suatu kelompok baru atau treatment?

3. Apakah penelitian ini melibatkan lebih banyak pasien atau penelitian lanjutan

daripada penelitian sebelumnya?

4. Apakah populasi dari penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya?

5. Apakah masalah metodologi diidentifikasi pada penelitian sebelumnya dari

obat ini?

Jika jawaban dari kelima pertanyaan itu adalah “Ya”, maka kita melangkah

ke telaah kritis (critical appraisal). Disamping itu, bagian-bagian daripada tulisan

jurnal tersebut juga penting untuk dibaca karena untuk mengetahui bagaimana

Page 39: TUGAS FARMASI KLINIK

penelitian ini dilaksanakan atau untuk mengetahui desain studinya yang mana

memberikan bukti ilmiah yang lebih kuat dari tipe desain studi lainnya.

D. Hierarchy of Evidence

Bobot kualitas dari suatu penelitian ditunjukkan oleh piramida berikut:

Berdasarkan gambar piramida di atas, sistematik review dan meta-analisis

memiliki bukti ilmiah yang lebih kuat daripada RCT, yang mana RCT itu lebih

kuat daripada bukti-bukti tipe desain studi lainnya.

E. Critical Appraisal

Telaah kritis (critical appraisal) adalah kemampuan untuk mengambil

keputusan yang memungkinkan kita berdasarkan nilai ilmiah dan

mempertimbangkan bagaimana penelitian diaplikasikan dalam praktek.

Keterampilan dalam menelaah kritis itu sangat esensial untuk melakukan praktik

farmasi klinik sehingga memungkinkan kita untuk dapat mengevaluasi apakah

suatu hasil penelitian itu bisa digunakan atau diaplikasikan untuk pasien kita.

Tanpa kemampuan ini, maka kita akan lebih mudah terpengaruh oleh iklan dan

Page 40: TUGAS FARMASI KLINIK

promosi yang dibuat oleh industri farmasi, yang mana mereka ini secara selektif

hanya mengambil kesimpulan-kesimpulan atau bagian dari peneltitian yang

menguntungkan saja bagi mereka.

Tujuan sebenarnya dari telaah kritis dapat dipertimbangkan apakah hasil ini

dapat digunakan dalam praktek klinik. Maka untuk melakukan itu, kita harus

memiliki kemampuan atau pengetahuan untuk menelaah jurnal.

Pengevaluasian Bagian Metode

Bagian dari jurnal yang perlu dibaca adalah bagian metodologi yang dapat

memberitahukan desain studi yang dipilih yang paling memungkin untuk

menjawab penelitian. Jika Anda mencoba memutuskan apakah jurnal patut untuk

dibaca, maka Anda seharusnya melakukan evaluasi pada desain penelitiannya.

Hal ini lebih baik daripada langsung membaca apakah hasil ini signifikan secara

statistik atau bukan, juga langsung berpikir apakah hasil penelitian ini sesuai

dengan apa yang saya inginkan.

Critical Appraisal Untuk Menilai Suatu Jurnal Penelitian Primer

Jurnal penelitian yang dimuat dalam literatur biomedik biasanya sesuai

dengan format standar yang dikenal dengan Imrad:

1. Introduction(menguraikan tentang latar belakang secara detal dan pertanyaan

penelitian).

2. Methods (bagaimana studi itu dilaksanakan dan secara detail analisis statistik

yang juga digunakan).

3. Resultsdan Discussion(bagaimana si peneliti menginterpretasi hasil

penelitiannya untuk menilai dan implikasi yang mungkin untuk bisa

diaplikasikan di dalam praktek klinik saat ini.

F. Desain Penelitian (Study Design)

Page 41: TUGAS FARMASI KLINIK

Berikut ini adalah gambar bagan study design

G. Buku Rekomendasi

“How to read a paper” (fourth edition) adalah buku yang

memberikan gambaran bagaimana cara membaca jurnal

yang memiliki dasar dari evidence-based medicine.

Beberapa Uji Statistik Yang Sering Digunakan :

Page 42: TUGAS FARMASI KLINIK

BAB III

Page 43: TUGAS FARMASI KLINIK

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 PIO

merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberi

informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat,

profesi kesehatan lainnya dan pasien.Kegiatan pelayanan informasi obat meliputi

penyediaan, pengolahan, penyajian, dan pengawasan mutu data/informasi obat

dan keputusan profesional.

Oleh karena itu, sebagai seorang farmasis kita dituntut untuk dapat

berperan aktif dalam melakukan pelayanan informasi obat. Untuk itu, farmasis

harus dibekali dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang baik sehingga dapat

memberikan informasi obat yang tepat dan sesuai. Dalam pencarian berbagai

informasi mengenai obat-obat dan ruang lingkupnya, perlu dilakukan adanya

evaluasi literatur yang didalamnya terdapat the knowledge filter untuk menyaring

sumber-sumber informasi tersebut yang masih diragukan. Jadi pada akhirnya kita

bisa mendapatkan informasi yang benar-benar valid dan terpercaya.

B. Saran

Untuk itu, sebagai farmasis diharapkan agar lebih giat untuk membaca literatur-

literatur maupun jurnal agar dapat memberikan informasi obat yang valid dan bisa

update informasi terbaru.

DAFTAR PUSTAKA

Page 44: TUGAS FARMASI KLINIK

Wahyu Dadang, dkk. 2010. Pelayanan Informasi Obat Teori dan Praktik.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Greenhalgh, Trisha. 2010. How To Read A Paper: the basics of evidence-based

medicine. _______: BMJI Books.

Parthasarathi, G. dkk. 2005. A Textbook of Clinilcal Pharmacy Practise. Chennai:

Sekar Offset Printers.

Baurer, Henry H. 1995. Ethics in Science.

http://www.files.chem.vt.edu/chem-ed/ethics/hbauer/hbauer-filter.html.

Diakses pada tanggal 26 November 2013.

_____. _____. _____. http://ebp.lib.uic.edu/nursing/node/12. Diakses pada tanggal 27

November 2013.

Centre for Evidence Based Medicine. 2013. Study Designs. http://www.cebm.net/?

o=1039. Diakses pada tanggal 27 November 2013.