fakultas ekonomi dan bisnis universitas islam negeri ... · menggunakan metode anuitas dibandingkan...
Post on 02-Jun-2020
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
ANALISIS METODE ANUITAS DAN PROPORSIONAL MURABAHAH
PADA BANK SYARIAH
SKRIPSI
Diajkukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh :
HASTIN OCTARIZA
NIM : 1111046100120
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1439 H/2018
ii
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Hastin Octariza
2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 24 Oktober 1993
3. Alamat : Jl. H. Mairin RT. 009/03 No. 77
Kel. Ulujami Kec. Pesanggrahan Jaksel
4. Telepon : 0896 2558 6589
5. E-mail : octarizahastin@gmail.com
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2018
2. SMK Negeri 43 Jakarta Tahun 2008-2011
3. SMP Negeri 267 Jakarta Tahun 2005-2008
4. SD Negeri Ulujami 04 Pagi Tahun 1999-2005
C. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Hasan Basri
2. Ibu : Siti Rukmini
3. Alamat : Jl. H. Mairin RT. 009/03 No. 77
Kel. Ulujami Kec. Pesanggrahan Jaksel
D. PENGALAMAN KERJA
1. Lembaga Survey Indonesia
Posisi : Surveyor
Periode : Januari 2012 – September 2012
2. Kelurahan Ulujami, Jakarta
Posisi : Administrasi
Periode : Januari 2017 – Sekarang
v
ABSTRAK
Hastin Octariza, 1111046100120, Analisis Metode Anuitas dan Proporsional
Murabahah Pada Bank Syariah. Program Studi Perbankan Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
1438H/2018M.
Penelitian ini bertujuan untuk menganilisis metode Anuitas dan Metode
Proporsional pada akad murabahah yang ada pada bank syariah di Indonesia.
Peneliti menggunakan data sekunder berdasarkah hasil penelitian terdahulu dan
studi litelatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank syariah lebih banyak
menggunakan metode anuitas dibandingkan dengan dengan metode proprsional.
Dengan hasil penelitian dimana bank syariah lebih memilih metode anuitas pada
akad murabahah dikarenakan kestabilan ER (Effective Rate) pada akad tersebut.
Meskipun berdasarkan penelitian bahwa metode proporsional lebih memiliki
dampak positif pada kesehatan bank syariah dibandingkan dengan metode anuitas
yang memiliki dampak negative pada kesehatan bank syariah.
Kata Kunci: Metode Anuitas, Metode Proporsional, Pembiayaan Murabahah
Pembimbing: Dr. H.M. Dawud Arif Khan, S.E, M.Si. Ak, CPA
Daftar Pustaka: 2001-2018
vi
ABSTRACT
Hastin Octariza, 1111046100120, Analysis of Murabahah Annuity and
Proportional Methods in Sharia Banks. Syariah Banking Studies Program, Faculty
of Economics and Business, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta,
1438H / 2018M.
This study aims to analyze the methods of Annuity and Proportional Method on
murabahah contracts that exist in Islamic banks in Indonesia. The researchers used
secondary data based on previous research and lithologic studies.
The results showed that Islamic banks use more annuity method compared with
the proprietary method. With the results of research where sharia banks prefer
annuity method on murabahah contract due to ER (Effective Rate) stability on the
contract. Although based on the research that proportional method has more
positive impact on the health of syariah banks compared with annuity methods
that have a negative impact on the health of Islamic banks.
Keywords: Annuity Method, Proportional Method, Murabahah Financing
Advisor: Dr. H.M. Dawud Arif Khan, S.E, M.Sc. Ak, CPA
References: 2001-2018
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Metode Anuitas dan Proporsional Murabahah pada Bank Syariah”.
Shalawat beriring salam penulis tujukan kepada Nabi besar hingga akhir zaman
Rasulullah Muhammad SAW yang telah berjuang membawa umat manusia dari
jaman kegelapan sampai ke jaman yang terang-benderang dan penuh dengan
segala ilmu pengetahuan saat ini.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang tulus kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak A.M. Hasan Ali M.A. selaku Ketua program Studi Muamalat dan Bapak
Abdurrauf, Lc. M.A selaku Sekertaris program Studi Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak sekali
membantu proses penyelesaian studi.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA, selaku Ketua Program Studi
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
5. Bapak Dr. H.M. Dawud Arif Khan, S.E, M.Si. Ak, CPA, selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang dengan kemurahan hatinya membantu penulis
hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan bapak.
6. Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A, selaku dosen penasihat akademik yang telah
memberikan bantuan dan masukan dalam berbagai hal.
7. Seluruh Dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
8. Kedua orang tuaku, Ibu Siti Rukmini dan Bapak Hasan Basri serta Adik-adikku
Shafira Rosa dan Dienizkan yang dengan sabar dan tulus mendo‟akan,
memberi motivasi dan selalu memperjuangkan segalanya tiada henti, sehingga
penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga selalu diberi kesehatan
dan berada dalam lindungan dan Ridho Allah SWT.
9. Sahabat terbaik, Shintiya Chairunnisa, Pratiwi, Hilda Suardi, Rofifah
Mau‟idzah Hasanah, terima kasih untuk kebaikan, bantuan tak terhingga dan
kasih sayang yang tulus. Semoga kalian bahagia dunia akhirat serta dalam
lindungan dan Ridho Allah SWT.
10. Untuk teman-teman seperjuangan, Amaliyah, Saskia, Sundari, Desi, Kemal dan
mahasiswa Passing Out lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih semangat dan motivasinya di penghujung masa studi.
11. Teman-teman Perbankan Syariah 2011, terima kasih atas kebersamaannya
sejak awal masuk kuliah.
12. Bapak Lurah Kelurahan Ulujami beserta staff dan Teman-teman Kantor
Kelurahan Ulujami, terima kasih atas pengertian dan dukungannya serta
motivasinya dalam membantu saya menyelesaikan studi.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, baik secara langsung
maupun tidak langsung atas doa dan bantuannya kepada penulis, saya ucapkan
terima banyak. Semoga doa yang baik di ijabah oleh Allah SWT dan kembali
kepada kalian. Amiin amiin yaa robal alamin.
Jakarta, 03 Juli 2018
Penulis
Hastin Octariza
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7
E. Sistematika Penulisan ................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN LITELATUR ......................................................... 9
1. MURABAHAH .................................................................... 9
a. Pengertian Bai„ Al-Murabahah ........................................ 9
b. Landasan Syariah .............................................................. 9
c. Syarat Bai„ Al-Murabahah ............................................... 10
d. Rukun dan Syarat Murabahah .......................................... 12
e. Metode Penentuan Harga Jual dalam Murabahah ............ 13
f. Metode Penentuan Angsuran Pokok dan Margin dalam
Murabahah ......................................................................... 15
2. Perlakuan Akuntansi Murabahah pada Perbankan Syariah ... 17
a. Pengakuan dan Pengukuran ............................................... 18
b. Penyajian ........................................................................... 25
c. Pengungkapan .................................................................. 26
x
d. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 55 ....... 26
e. Penyajian Transaksi Murabahah dalam Laporan
Keuangan .......................................................................... 28
B. Hasil – hasil Penelitian Terdahulu ............................................. 30
C. Kerangka Pemikiran .................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 35
B. Metode Penelitian ...................................................................... 35
1. Paradigma Penelitian ............................................................. 35
2. Jenis Penilitian ...................................................................... 36
3. Jenis Data/Sumber Data ........................................................ 36
4. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 36
5. Teknik Analisis Data ............................................................. 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaturan Metode Anuitas dan Proporsioal dalam
Pengakuan Keuntungan Murabahah .......................................... 39
B. Perbedaan Metode Anuitas dan Metode Proporsional
Dalam Pengakuan Keuntungan Murabahah ............................... 44
C. Metode Anuitas dan Proporsional Murabahah
pada Bank Syariah …………………………..………………… 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 65
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL DAN SKEMA
Skema 1.1 Murabahah Berdasarkan Pesanan ..................................................... 11
Skema 1.2 Murabahah Tanpa Pesanan ................................................................ 12
Skema 1.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 34
Skema 1.4 Teknik Analisis Data ........................................................................ 38
Tabel 1.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ........................................................ 30
Tabel 1.2 Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia ................................ 40
Tabel 1.3 Perbedaan Metode Anuitas dan Metode Proporsional
Murabahah ......................................................................................................... 40
Tabel 1.4 Maslahah dan Mafsadat dari Metode Anuitas dan Metode
Murabahah ......................................................................................................... 30
Ilustrasi 1.1 Perhitungan dengan Metode Proporsional ..................................... 47
Ilustrasi 1.2 Perhitungan dengan Metode Anuitas ............................................. 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan syariah saat ini memiliki prospek besar untuk
terus berkembang di tingkat global maupun domestik. Karakteristik
pembiayaannya yang mendorong usaha di sektor riil akan berdampak positif
pada pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Selain itu, sistem syariah juga
dinilai dapat membantu terciptanya stabilitas sistem keuangan.
Meski kondisi perekonomian Indonesia saat ini cenderung melambat,
namun pertumbuhan perbankan syariah masih tinggi. Menurut statistik
perbankan syariah akhir 2017, saat ini telah beroperasi 13 bank Umum
Syariah (BUS) dan 344 unit Usaha Syariah (UUS) dengan total aset yang
telah mencapai rata-rata 33,07% dalam lima tahun terakhir. Dengan rata-rata
pembiayaan tumbuh di 36%, dan dana pihak ketiga (DPK) di 35%. Oleh
karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai ’the fastest growing
industry’.1 Hal itu bila dibandingkan dengan pertumbuhan perbankan nasional
yang hanya sebesar 16,3% per tahun. Hal ini tentu sebagai wujud bahwa
perbankan syariah mampu menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Melesatnya bisnis perbankan syariah tak lepas dari makin tingginya
pemahaman dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan yang
pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam ini. Dengan keadaan ekonomi
Indonesia yang cukup kuat dan memiliki daya tahan mengatasi
ketidakmenentuan ekonomi global, penduduk Indonesia yang mayoritas
muslim dan semakin terbukanya penduduk nonmuslim terhadap produk
keuangan syariah juga merupakan faktor yang mendukung pertumbuhan
keuangan syariah.
Selain itu, potensi perbankan syariah untuk tumbuh terbuka lebar
karena ditunjang beberapa faktor lain, di antaranya: (i) jumlah penduduk
1 Dr. Halim Alamsyah, Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia:
Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015.
2
muslim yang besar menjadi potensi nasabah industri keuangan syariah; (ii)
prospek ekonomi yang cerah, tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang
relatif tinggi (kisaran 6,0%-6,5%) yang ditopang oleh fundamental ekonomi
yang solid; (iii) peningkatan sovereign credit rating Indonesia menjadi
investment grade yang akan meningkatkan minat investor untuk berinvestasi
di sektor keuangan domestik, termasuk industri keuangan syariah; dan (iv)
memiliki sumber daya alam yang melimpah yang dapat dijadikan sebagai
underlying transaksi industri keuangan syariah.2
Untuk meningkatkan pangsa pasar keuangan syariah yang
berkelanjutan, stabil dan dapat mendorong sektor ekonomi produktif, pelaku
industri harus memperbesar pembiayaan berbasis bagi hasil, yaitu
mudharabah dan musyarakah yang menjadi ciri khas dan produk utama bank
syariah. Namun, saat ini mayoritas pembiayaan perbankan syariah di
Indonesia menggunakan akad murabahah (jual beli). Komposisi pembiayaan
yang diberikan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (Financing
Composition of Islamic Business Unit) pada Data Statistik Perbankan Syariah
adalah 197.279, yang terdiri dari pembiayaan berdasarkan akad murabahah
tercatat 115.979, akad mudharabah tercatat 14.207, akad musyarakah tercatat
49.416, akad Istishna’ tercatat 630, dan selebihnya merupakan pembiayaan
lainnya.3
Beberapa pendapat mengklaim bahwa tingkat pembiayaan perbankan
syariah dengan akad mudharabah lebih rendah daripada murabahah,
meskipun jika dibandingkan dengan negara lain, nilai pembiayaan
murabahah di indonesia lebih tinggi. Pembiayaan murabahah tumbuh
sebesar 59,71%, sedangkan mudharabah sebesar 8,44%. Salah satu penyebab
fenomena ini dikarenakan nasabah cenderung konsumtif, sehingga
berdampak pada pemilihan produk murabahah yang sifatnya konsumtif.
2 Dr. Halim Alamsyah, Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia:
Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015 3 Bank Indonesia, “Statistik Perbankan Syariah (Islamic Banking Statistics) Desember
2014”, http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/syariah/Documents/ SPS%20Januari%
202015.pdf, diakses pada 9 April 2015
3
Selain itu jika ditinjau dari segi resiko, mudharabah memiliki resiko yang
lebih besar, sehingga pengajuan pembiayaan mudharabah cukup selektif.
Pada pembiayaan mudharabah, bank syariah wajib mencadangkan dana
sebesar 15% di Bank Indonesia (BI) dari pinjaman yang diberikan kepada
nasabah, sedangkan murobahah hanya 5%. Tantangan lain yang dihadapi
oleh perbankan adalah kurangnya laporan keuangan audited oleh nasabah,
sehingga menyulitkan penetuan bagi hasil.4
Melihat praktiknya di lapangan, dari itu Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan putusan Fatwa Dewan Syariah
Nasional No: 84/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Pengakuan
Keuntungan Al-Tamwil Bi Al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di
Lembaga Keuangan Syariah, yakni “Metode pengakuan keuntungan
murabahah dan pembiayaan murabahah boleh dilakukan secara proporsional
dan secara anuitas dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam fatwa ini.”5
Namun, penggunaan metode ini hanya digunakan oleh bank syariah dengan
tujuan untuk membantu pertumbuhan bank syariah serta diaplikasikan sesuai
dengan 'urf atau kebiasaan yang berlaku pada bank syariah. Perubahan sistem
pencatatan ini tentu mengundang reaksi dari Dewan Standar Akuntansi
Syariah Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), untuk mengeluarkan Buletin
Teknis No. 9 dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan
Akuntan Indonesia pada tanggal 16 Januari 2013. Dalam buletin teknis ini
dijelaskan bahwa fatwa mengenai metode anuitas yang dikeluarkan dalam
Fatwa DSN MUI disebabkan karena pembiayaan murabahah yang
keuntungannya diakui secara anuitas didasarkan pada fakta bahwa
pembiayaan murabahah adalah penyediaan dana oleh bank syariah yang
disalurkan kepada nasabah dengan mekanisme jual beli.
4http://forum-studi-ekonomi-Islam.blogspot.com/2014/01/hasil-diskusi-ekonomi-Islam-
via-whatsapp_2.html diakses pada 8 mei 2015. 5 Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 84/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode pengakuan
Keuntungan Al-Tamwil Bi Al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di Lembaga Keuangan
Syariah.
4
Dalam proses pencatatan akuntansi, pembiayaan yang keuntungannya
diakui secara anuitas didasarkan pada fakta bahwa murabahah adalah
penyediaan dana oleh lembaga keuangan syariah yang disalurkan kepada
nasabah dengan mekanisme jual-beli. Dalam akuntansi kegiatan seperti ini
secara susbstansi dikategorikan sebagai kegiatan pembiayaan (financing).6
Akuntansi untuk pembiayaan murabahah yang substansinya dikategorikan
sebagai kegiatan pembiayaan (financing) mengacu pada PSAK 55: Instrumen
keuangan: pengakuan dan pengukuran, PSAK 50: Instrumen Keunagan:
penyajian, PSAK 60: Instrumen Keuangan: pengungkapan dan PSAK lain
yang relevan. Oleh karena itu, lembaga keuangan syariah yang menerapkan
anuitas untuk pengakuan laba transaksi pembiayaan murabahah sesuai
dengan fatwa No. 84/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Pengakuan
Keuntungan Al-Tamwil Bi Al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di
Lembaga Keuangan Syariah harus melakukan pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan pembiayaan murabahah sesuai dengan
ketentuan dalam PSAK-PSAK tersebut, termasuk akuntansi untuk penurunan
nilai dari pembiayaan murabahah dan pengungkapan risiko secara kualitatif
dan kuantitatif yang timbul dari pembiayaan murabahah tersebut.7
Untuk mengoptimalkan perbankan syariah di Indonesia, pemerintah
telah melakukan sejumlah langkah strategis dengan penyediaan infrastruktur
hukum yang dibutuhkan bagi pengembangan industri keuangan syariah,
dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Kemudian prinsip syariah yang dimaksud dalam pasal 1 butir (12),
Undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang
merupakan prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan syariah
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah. Dengan prinsip
tersebut, perbankan syariah dapat menjalankan kegiatan usaha dengan
6 Buletin Teknis No 9 dikelurkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syaraiah Ikatan
Akuntan Indonesia Tanggal 16 Januari 2013. 7 Buletin Teknis No 9 dikelurkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syaraiah Ikatan
Akuntan Indonesia Tanggal 16 Januari 2013.
5
berpedoman pada fatwa yang telah di tetapkan oleh Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia yang juga sekaligus sebagai pengawas dalam
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perbankan syariah.
Selain itu, perbankan syariah juga perlu melakukan penyesuaian
dengan international best practices yang dirumuskan oleh lembaga-lembaga
keuangan syariah internasional, guna menyelaraskan dengan perkembangan
perekonomian dunia. Lembaga tersebut yakni, Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institusions (AAOIFI). Pada saat ini
AAOIFI telah mengeluarkan delapan belas pernyataan akuntansi dan audit
keuangan Islam. Lebih lanjut, AAOIFI mempunyai peran dalam
mengumumkan dan menafsirkan standar akuntansi, audit, dan tata kelola
yang dibut oleh The Islamic Financial Institutions (IFIs). Standar-standar
AAOIFI tersebut menjadi “the best practices” sehingga dapat digunakan oleh
berbagai macam organisasi mitranya.
Prinsip-prinsip dan aturan yang dikeluarkan oleh organisasi
internasional tersebut dapat menjadi standar atau acuan bagi industri
perbankan syariah di Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut antara lain adalah
prinsip yang menuntut industri perbankan untuk melakukan pembukuan
(akuntansi) yang akurat dan transparan dalam berbagai informasi secara
komprehensif. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dari Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), Bank Indonesia, dan lembaga Keuangan Islam telah
melakukan kerja sama untuk mngeluarkan berbagai macam Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bagi perbankan syariah.8
Transparansi dan publikasi laporan keuangan bank menjadi kebutuhan
untuk diterapkan di dalam industri perbankan syariah di Indonesia.
Transparansi dan publikasi tersebut berkembang seiring dengan
perkembangan laporan keuangan dengan menggunakan metode anuitas dan
proporsional dalam pengakuan keuntungan murabahah. Metode anuitas dan
proporsional murabahah adalah pengakuan keuntungan murabahah dengan
8 Tim Lindsey, “Between Piety and Prudence: State Syariah and Regulation of Islamic
Banking in inodesia”, Sydney Law Review, 34 Sydney L. Rev. 107, Maret 2012, hlm.119
6
cara penghitungan terhadap harga jual yang terdiri dari angsuran harga
pokok/harga beli dengan angsuran marjin keuntungan. Berdasarkan
pembukuan akuntansi, metode tersebut mempunyai cara penghitungannya
masing-masing. Metode proporsional merupakan metode yang sudah lama
(biasa) diterapkan di dalam praktik perbankan syariah di dalam melakukan
pengakuan keuntungan murabahah. Sedangkan metode anuitas merupakan
metode yang baru pada lembaga keuangan syariah di Indonesia.9
Melihat permasalahan di atas, penulis meneliti lebih lanjut mengenai
praktik proses pencatatan pada pembiayaan murabahah pada bank syariah.
Judul penelitian yang dipilih penulis adalah “Analisis Metode Anuitas dan
Proporsional Murabahah Pada Bank Syariah”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Standar pencatatan akuntansi bank syariah berdasarkan Fatwa yang
dikeluarkan DSN MUI dan Buletin Teknis No.9 tentang Penerapan
Metode Anuitas dalam Murabahah yang dikeluarkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia pada Tanggal 16
Januari 2013 jika akad murabahah sebagai kegiatan pembiayaan
mengacu pada PSAK No. 55, PSAK No. 50 dan PSAK No. 60.
Sedangkan akad murabahah sebagai jual-beli menggunakan PSAK 102.
2. Pengaturan metode anuitas dan proporsional dalam pengakuan
keuntungan murabahah pada bank syariah.
3. Metode mana yang sering digunakan oleh Bank syariah dan alasannya.
9 Faisal, “Metode Anuitas dan Proporsional Murabahah Sebagai Bentuk Transparansi dan
Publikasi Laporan Bank”, Mimbar Hukum Vol. 26 No. 3, Oktober 2014, hlm. 382-394.
7
C. Pembatasan dan Perumusan masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan efisien dalam
mencapai tujuan, penulis memberikan batasan-batasan sekitar sistem
pencatatan akuntansi pembiayaan murabahah serta pengakuan keuntungan
murabahah sebagai bentuk transparansi dan publikasi laporan bank syariah.
Untuk mengarahkan pembahasan pada pokok persoalan, maka penulis
merumusakan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pencatatan akuntasi murabahah pada bank syariah dan
pengakuan keuntungannya?
2. Apa perbedaan metode anuitas dan metode proporsional dalam
pengakuan keuntungan murabahah?
3. Apa metode yang paling banyak digunakan oleh Bank syariah dan
alasannya?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis metode anuitas dan proporsional murabahah beserta
perbandingannya
b. Memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai metode pengakuan
keuntungan murabahah baik secara anuitas maupun proporsional.
c. Menjelaskan konsep pembiayaan dengan menggunakan metode
anuitas, dan metode proporsional, sehingga diharapkan mendapat
perbedaan yang konkret mengenai kedua konsep tersebut.
d. Memberikan gambaran tentang metode mana yang sering digunakan
oleh bank syariah dengan penjelasannya.
8
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi akademis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan;
b. Bagi pihak bank, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
salah satu informasi untuk dapat membedakan metode anuitas pada
konvensional dengan bank syariah dalam praktiknya.
c. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana
informasi tentang bank syariah, sehingga masyarakat dapat
membedakan sistem pembiayaan pada bank syariah dengan sistem
kredit pada bank konvensional.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab dengan beberapa sub
judul yang memuat pokok-pokok pembahasan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, manfaat, review studi
terdahulu, kerangka teori dan konsep, serta metode penelitian.
BAB II Landasan teori, yang merupakan uraian secara teoritis mengenai
teori yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam
penelitian ini berdasarkan literature yang ada.
BAB III Metode penelitian, yang terdiri dari jenis dan pendekatan
penelitian, jenis data/sumber data, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data.
BAB IV Merupakan bagian inti dari penelitian ini, yang merupakan
pemaparan tentang bagaimana Analisis metode Anuitas dan
Proporsional Murabahah Pada Bank Syariah.
BAB V Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian
dan pembahasan serta saran yang diberikan oleh penulis
berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan dan kata penutup.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Litelatur
1. MURABAHAH
a. Pengertian Bai’ al-Murabahah
Bai‟ al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati.10
Dalam bai’
al-murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang dibeli
dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Misalnya, pedagang eceran membeli 9omputer dari grosir dengan
harga Rp. 10.000.000,00, kemudian ia menambahkan keuntungan
sebesar Rp. 750.000,00 dan ia menjual kepada si pembeli dengan
harga Rp. 10.750.000,00. Pada umumnya, si pedagang eceran
tidak akan memesan dari grosir sebelum ada pesanan dari calon
pembeli dan mereka menyepakato tentang lama pembiayaan, besar
keuntungan yang akan diambil pedagangan eceran, serta besarnya
angsuran kalau memang akan dibayar secara angsuran.
b. Landasan Syariah
1) Al-Qur‟an
نكن يا أيها الذين آهنىا ال تأكلىا أهىالكن بينكن بالباطل إال أن تكىن تجارة عن تزاض ه
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.”
(QS. An-Nisaa’ : 29)
با م الز البيع وحز وأحل للا
“..................Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.” (al- Baqarah: 275)
10
Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibn Rusyd, (Beirut: Bidayatul Mujtihad wa
Nihayatul Muqtashid Darul-Qalam, 1988) Vol. II, hlm. 216.
10
2) Al-Hadits
Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga
hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secar
atangguh, muqaradhah (murabahah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”
(HR Ibnu Majah)
c. Syarat Bai’ al-Murabahah
1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas dari riba.
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
Secara prinsip, jika syarat dalam (a), (d), atau (c) tidak dipenuhi,
pembeli memiliki pilihan:
1) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya,
2) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas
barang yang dijual,
3) Membatalkan kontrak.
Jual beli secara al-murabahah di atas hanya untuk barang atau
produk yang telah dikuasi atau dimiliki oleh penjual pada waktu
negosiasi dan berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual,
system yang digunakan adalah murabahah kepada pemesan
pembelian (murabahah KKP). Hal ini dinamakan demikian karena si
penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan
si pembeli yang memesannya. Secara lengkap, system jual beli ini
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Murabahah dengan Pesanan
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau
tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank
11
4. Beli barang
NASABAH
2. Terima barang
& dokumen
1. Akad jual beli
melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah,
dan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk
membeli barang yang dipesannya (bank dapat meminta uang muka
pembelian kepada nasabah).
Dalam murabahah melalui pesanan ini, penjual boleh
meminta pembayaran Hamish ghadiya, yakni uang tanda jadi
ketika ijab-kabul. Hal ini sekadar untuk menunjukkan bukti
keseriusan si pembeli. Bila kemudian si penjual membatalkan
pesanannya, Hamish ghadiya-nya untuk menutup kerugian yang
disebabkan dari pemesanan barang sebelumnya. Bila jumlah
Hamish ghadiya-nya lebih kecil dibandingkan jumlah kerusakan
yang harus ditanggung oleh si penjual, penjual dapat meminta
kekurangannya. Sebaliknya, bilah berlebih, si pembeli berhak atas
kelebihan itu.11
Dalam murabahah berdasarkan pesanan yang
bersifat mengikat, pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya.
Skema 1.1
Sumbe: Muhammad Syafi‟I Antonio, 2001. Bank Syariah: Dari Teori dan Praktik
11
AAOIFI
3. bayar
SUPPLIER
PENJUAL
5. Kirim
barang
Bank Syariah
1. Negosiasi dan Persyaratan
12
Cost + marjin
Pembeli
(Musytari)
Penjual
Barang (mabi‟)
2) Murabahah Tanpa Pesanan
Murabahah ini termasuk jenis murabahah yang bersifat
tidak mengikat. Murabahah ini dilakukan tidak melihat ada yang
memesan atau tidak sehingga penyediaan barang dilakukan sendiri
oleh penjual.
Skema 1.2
Sumber: Sumber: Riza, 2012, hlm 146
d. Rukun dan Syarat Murabahah
Menurut Widodo (2010:25) dalam bukunya Seluk Jual Beli
Murabahah Perspektif Aplikatif, rukun murabahah dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Penjual (Ba‟i)
Penjual dalam hal ini adalah Lembaga Keuangan Islam
(LKI), yaitu dapat berupa Bank Umum Syariah (BUS), Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), atau Baitul wa Tamwil
(BMT) yang disebut dengan istilah Koperasi Jasa Keuangan
Syariah (KJKS).
2) Pembeli (Musytari)
Pembeli dalam hal ini adalah nasabah, baik sebagai pembeli
akhir ataupun selaku pedagang. Para pihak yang berakad
dipersyaratkan harus cakap menurut hukum. Dalam pengertian
hukum syara‟ harus sudah baligh dan dalam kaitannya dengan
13
hukum perdata sebagai hukum positif, yang bersangkutan minimal
harus berusia 21 tahun.
3) Barang yang Menjadi Objek Jual-Beli (Mabi’)
Barang yang menjadi objek jual-beli dipersyaratkan harus
jelas dari segi sifat, jumlah, jenis yang akan diperjualbelikan
termasuk halalan thoyiban, dan tidak tergolong pada barang yang
haram atau yang mendatangkan mudharat. Selain itu, sifat barang
harus bernilai. Objek murabahah dipersyaratkan telah menjadi
milik dan dalam penguasaan penjual.
4) Harga Barang (Tsaman)
Harga barang dan keuntungan harus disebutkan secara jelas
jumlahnya dan satuan mata uangnya. Demikian juga cara
pembayarannya, yaitu secara tunai atau secara kredit (tangguh).
Jika dibayar secara kredit, waktu pembayaran dan jangka waktunya
harus jelas. Dalam konteks pembiayaan, harga jual barang adalah
batas maksimal pembiayaan yang disebut plafon atau limit.
5) Kontrak atau Akad (Sighat atau Ijab-Qabul)
Dalam praktiknya, kontrak dapat dibuat secara tertulis di
bawah tangan, namun juga dapat dibuat oleh notaris. Dibandingkan
dengan perjanjian di bawah tangan, perjanjian secara notarial
adalah lebih kuat.
e. Metode Penentuan Harga Jual dalam Murabahah
Dalam ba’i al- murabahah, syariah memperbolehkan bank
untuk mengambil keuntungan atau laba atas transaksi tersebut yang
disebut marjin.12
Marjin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara
biaya produksi dan harga jual di pasar.13
Dalam menentukan
keuntungan ada beberapa cara, yakni sebagai berikut:
1) Bank menentukan keuntungan dari jumlah dana yang dipinjam oleh
nasabah untuk membeli barang ke bank tersebut sebesar yang
12
Wiyono, Slamet dan Maulamin, Taufan. “Memahami Akuntansi Syariah di Indonesia",
(Mitra Wacana Media, Jakarta, 2012) hlm. 135. 13
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2008. hlm. 879
14
Harga jual = harga pokok aktiva murabahah
(jumlah pembiayaan) + (mark up laba x n tahun)
Harga jual = harga pokok aktiva murabahah
(jumlah pembiayaan) + (inflasi x n) tahun + mark up
Harga jual = harga pokok aktiva murabahah
(jumlah pembiayaan) + cost recovery + mark up
disepakati kedua belah pihak, misalnya 20% dari pokok pinjaman.
Apabila yang ditambahkan adalah dua kali keuntungan per tahun,
maka hasilnya sama dengan 40%. Cara seperti ini memiliki
kelemahan, jika dibayar lebih dari satu tahun maka keuntungannya
ditambah sebesar keuntungan satu tahun dikalikan dengan jumlah
tahun, hal ini seolah-olah sebagai tambahan karena meminjami
yang ditentukan di muka, sehingga mengarah kepada riba. Jika hal
ini dilakukan untuk menstabilkan daya beli uang yang dipinjamkan
bank, seharusnya persentase yang ditambahkan adalah sebesar
estimasi inflasi yang akan datang atau dikurangi sebesar estimasi
deflasi seandainya terjadi.
Rumus harga jual (cara pertama):
2) Atas dasar dana yang dipinjam oleh nasabah, bank syariah
menerapkan keuntungan transaksi misalnya 20%, jika dibayar
dalam jangka satu atau dua tahun, maka untuk menstabilkan daya
beli uang tersebut bank syariah dapat menambahkan sejumlah dua
kali inflasi dua tahun yang akan datang. Sebagai contoh,
diperkirakan inflasi 5% per tahun maka faktor stabilizer daya beli
untuk dua tahun adalah 2 x 5% = 10%. Jadi, selama dua tahun
nasabah mengangsur pokok pinjaman ditambah keuntungan dan
inflasi, yaitu 10% + 20% = 30%. Rumus harga jual (cara kedua):
3) Dalam penentuan harga jual bank, bank dapat menerapkan metode
penetapan harga jual berdasarkan cost plus mark up. Rumus harga
jual (cara ketiga):
15
Cost recovery = (harga pokok ativa murabahah atau
pembiayaan) x estimasi biaya operasi satu tahun
Marjin murabahah = (cost recovery + mark up) / harga pokok
aktiva murabahah (pembiayaan)
Cost recovery adalah bagian dari estimasi biaya operasi bank
syariah yang dibebankan kepada harga pokok aktiva murabahah
atau pembiayaan. Rumus perhitungan cost recovery:
Mark up atau laba ditentukan sekian persen dari harga pokok aktiva
murabahah atau pembiayaan, misalnya 10%. Untuk menghitung
marjin murabahah maka kita dapat menghitung dengan rumus:
Metode penetapan harga jual murabahah paling efisien adalah pada
metode penetapan harga jual ketiga, yaitu dengan menambahkan
cost recovery.
f. Metode Penentuan Angsuran Pokok dan Marjin dalam
Murabahah
Pengakuan angsuran dapat dihitung dengan menggunakan
empat metode, yaitu:
1) Metode Marjin Keuntungan Menurun (sliding)
Metode keuntungan menurun atau sliding rate merupakan
kebalikan dari metode flat rate, yaitu porsi marjin dihitung
berdasarkan pokok hutang tersisa. Sehingga porsi marjin dan pokok
dalam angsuran setiap bulan akan berbeda. Dalam metode ini, porsi
marjin di masa-masa awal akan sangat besar dalam angsuran
perbulannya, sehingga pokok hutang akan sangat sedikit
berkurang. Jika hendak melakukan pelunasan awal maka jumlah
pokok hutang akan masih sangat besar meski merasa telah
membayar angsuran yang jika ditotal jumlahnya cukup besar.
16
2) Metode keuntungan rata-rata
Marjin keuntungan rata-rata adalah marjin keuntungan
menurun yang perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran
(harga pokok dan marjin keuntungan) dibayar nasabah tetap setiap
bulan.
{( )
} (
)
Keterangan:
M = Marjin
N = Jangka waktu dalam tahun
3) Marjin keuntungan flat
Marjin keuntungan flat adalah perhitungan marjin
keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap
dari saru period ke periode lainnya, walaupun baki debetnya
menurun sebagai akibat dari adanya angsuran haga pokok.
* ( )+
Keterangan:
Pokok pembiayaan : Harga perolehan – uang muka
MK : Marjin keuntungan
N : jangka waktu dalam tahun
17
4) Marjin keuntungaan anuitas
Marjin keuntungan anuitas adalah marjin keuntungan yang
diperoleh dari perhitungan secara anuitas. Perhitungan anuitas
adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran
angsuran harga pokok dan marjin keuntungan secara tetap.
Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok
yang semakin membesar dan marjin yang semakin menurun.
( )
{(
)
( )
}
( )
{(
)
( )
} ( )
Keterangan:
M = Marjin
N = Jangka waktu dalam tahun
K = Bulan cicilan ke-…
2. Perlakuan Akuntansi Murabahah pada Perbankan Syariah
Standar akuntansi tentang jual beli murabahah mengacu pada
PSAK 102 tentang akuntansi murabahah yang mulai berlaku secara
efektif per 1 januari 2008. PSAK 102 menggantikan PSAK 59 yang
menyangkut tentang pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan murabahah.
Menurut PSAK 102, cakupan ketentuan akuntansi diatur dalam
akuntansi murabahah dapat diterapkan untuk lembaga keuangan syariah
dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik sebagai
penjual maupun pembeli. PSAK 102 dapat juga diterapkan oleh pihak-
pihak yang melakukan transaksi murabahah dengan lembaga keuangan
18
syariah atau koperasi syariah. Lembaga keyangan syariah yang dimaksud
dalam PSAK tersebut, meliputi: perbankan syariah, lembaga keuangan
syariah non bank (asuransi, lembaga pembiayaan dan dana pension), dan
lembaga keuangan yang diizinkkan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku untuk menjalankan transaksi murabahah. Standar ini
memuat berbagai definisi terkait transaksi murabahah dan memberikan
penjelaskan atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad
murabahah dikarenakan PSAK yang membahas tentang sukuk yaitu
PSAK 110. Praktik penerapan standar akan dibahas secara khusus pada
bagian beritkut tentang pengenalan akun-akun di laporan posisi keuangan
(neraca) dan akun-akun laporan laba rugi. Lebih mendetail lagi adalah
pada bagian pengakuan dan pengukuran. Adapun terkait dengan
penyajian dan pengungkapan rekening-rekening pada transaksi
murabahah dibahas pada bagian penyajian dan pengungkapan.14
a. Pengakuan dan Pengukuran
Pengakuan dan pengukuran murabahah telah diatur oleh
PSAK No. 102 (2007) sebagai berikut:
1) Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan
sebesar biaya perolehan. Dalam transaksi ini entitas syariah akan
mencatat, yakni sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Persediaan murabahah Rp xx
Kas Rp xx
2) Pengukuran persediaan murabahah setelah perolehan terbagi dua,
yaitu aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan
mengikat dan pesanan tidak mengikat. Adapun pengukuran untuk
aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat
adalah sebagai berikut:
14
Kautsar Riza Salman, ” Akuntansi Perbankan Syariah: Berbasis PSAK Syariah”,
Jakarta: Akademia Permata, 2012, hlm 149
19
a) Dinilai sebesar biaya perolehan, dan
b) Jika terjadi penurunan nilai aktiva karena usang, rusak, atau
kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban
dan mengurangi nilai aset. Dalam hal terjadi penurunan nilai,
maka akan dicatat yakni sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Beban penurunan nilai Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Kerugian penurunan dilaporkan di laporan laba rugi
sebagai beban lain-lain dan persediaan murabahah akan
berkurang sebesar nilai kerugian tersebut.
Apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau
murabahah pesanan tidak mengikat maka pengukurannya
adalah sebagai berikut:
a) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang
dapat direalisasikan, mana yang lebih rendah, dan
b) Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya
perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Dalam
hal ini entitas akan mencatat pengakuan kerugian, yakni
sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Kerugian penurunan nilai
persediaan murabahah Rp xx
Cadangan penurunan nilai
persediaan murabahah Rp xx
3) Diskon atau potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai:
a) Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum
akad murabahah;
b) kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah
dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak pembeli;
20
c) tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad
murabahah dan sesuai akad menjadi hak penjual;
d) pendapatan operasi lain, jika setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad.
4) Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar
biaya perolehan aset murabahah ditambah keuntungan yang
disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan piutang
murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu
saldo piutang dikurangi penyisihan piutang. Pada waktu akad, bank
syariah akan mencatat sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Kas / Piutang murabahah Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
5) Keuntungan murabahah diakui:
a) Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara
tunai atau secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau
b) selama periode akad sesuai dengan tingkat risiko dan upaya
untuk merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi
tangguh lebih dari satu tahun. Metode-metode berikut ini
digunakan dan dipilih sesuai dengan karakteristik risiko dan
upaya transaksi murabahah nya:
(1) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah.
Metode ini penerapan untuk murabahah tangguh
dimana risiko penagihan kas dari piutang murabahah dan
beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil.
Untuk itu, keuntungan akan dicatat dalam jurnal sebagai
berikut:
21
Nama Akun Debit Kredit
Piutang murabahah Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
(2) Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang
berhasil ditagih dari piutang murabahah. Metode ini terapan
untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang
tak tertagih relatif besar dan atau beban untuk mengelola
dan menagih piutang tersebut relatif besar juga. Untuk itu,
jurnal yang harus dibuat saat penyerahan aset murabahah
adalah sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Piutang murabahah Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Pada saat menerima pelunasan piutang murabahah dan
mengakui keuntungan murabahah secara proporsional
dengan kas yang diterimanya:
Nama Akun Debit Kredit
Kas Rp xx
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
(3) Keuntungan diakui saat seluruh piutang murabahah berhasil
ditagih. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah
tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih dan beban
pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar.
Dalam praktiknya metode ini jarang digunakan, karena
transaksi murabahah tangguh mungkin tidak terjadi bila
tidak ada kepastian yang memadai akan penagihan kasnya.
22
Untuk metode ini, jurnal yang harus dibuat pada saat
penyerahan aset adalah sebagai berikut:
Nama Akun Debit Kredit
Piutang murabahah Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Pada saat menerima pelunasan piutang murabahah secara
keseluruhan dan mengakui keuntungan murabahah:
Nama Akun Debit Kredit
Kas Rp xx
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
6) Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada
pembeli yang melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari
waktu yang disepakati diakui sebagai pengurang keuntungan
murabahah.
7) Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:
a) Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat
waktu, maka diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah.
Jurnal yang harus dibuat yakni:
(1) Pada saat pengakuan keuntungan murabahah:
Nama Akun Debit Kredit
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
23
(2) Pada saat menerima pelunasan dan mengakui potongan
angsuran sebagai pengurang keuntungan murabahah:
Nama Akun Debit Kredit
Kas Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
b) Jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran
pembeli, maka diakui sebagai beban.
Untuk potongan pelunasan dini, entitas akan mencatat
pengakuan pada saat penyelesaian dengan jurnal, yakni:
(1) Pada saat pengakuan keuntungan murabahah:
Nama Akun Debit Kredit
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Pendapatan marjin murabahah Rp xx
(b) Pada saat menerima pelunasan:
Nama Akun Debit Kredit
Kas / Rekening nasabah Rp xx
Beban lain-lain – potongan
angsuran murabahah
Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
8) Denda dikenakan apabila pembeli lalai dalam melakukan
kewajibannya sesuai dengan akad dan denda yang diterima diakui
sebagai bagian dana kebajikan (qardhul hasan). Pada saat diterima
denda diakui sebagai bagian dana sosial dan pada saat menerima
denda entitas akan mengakui adanya penambahan sumber dana
kebajikan. Jurnal yang dibuat untuk mencatat denda:
24
Nama Akun Debit Kredit
Kas / Rekening pembeli Rp xx
Rekening simpanan wadiah –
dana kebajikan (qardhul hasan)
Rp xx
9) Uang muka (urbun)
Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai
berikut:
a) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah
yang diterima;
b) jika barang dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang (merupakan bagian pokok);
c) jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka
dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan dengan
biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.
Atas uang muka tersebut di atas, penjual akan membuat
pencatatan, yakni:
a) Pada saat menerima uang muka, jurnal yang dibuat:
Nama Akun Debit Kredit
Kas / Rekening pembeli Rp xx
Kewajiban lain – uang muka
murabahah
Rp xx
b) Pada saat barang dibeli oleh pembeli, jurnal yang dibuat:
Nama Akun Debit Kredit
Piutang murabahah Rp xx
Marjin murabahah tangguhan Rp xx
Persediaan murabahah Rp xx
Kewajiban lain – uang muka
murabahah
Rp xx
Piutang murabahah Rp xx
25
c) Jika pembeli batal membeli barang maka penjual akan mencatat
pengembalian uang muka setelah dipotong biaya administrasi,
jurnal yang dibuat:
Nama Akun Debit Kredit
Kewajiban lain – uang muka
murabahah
Rp xx
Pendapatan lain-lain Rp xx
Kas / Rekening pembeli Rp xx
Uang muka murabahah diakui sebagai bagian dari kewajiban atau
utang di neraca, apabila sudah terjadi akad murabahah maka
utang tersebut akan menjadi nol dan piutang murabahah akan
dikurangi sebesar uang muka tersebut.
b. Penyajian
Penyajian transaksi murabahah di laporan keuangan
bergantung pada rekening yang terpengaruh oleh transaksi murbahah.
Berikut adalah penyajian rekening-rekening yang berkaitan dengan
transaksi murabahah:
1) Piutang Murabahah
Piutang murabahah disajikan di neraca pada bagian aset
dengan nama rekening piutang murabahah. Berdasarkan PSAK
No. 102, piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang
dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi
penyisihan kerugian piutang.
2) Keuntungan Murabahah Tangguhan
Keuntungan murabahah tangguhan disajikan di neraca
pada bagian aset dengan nama keuntungan murabahah tangguhan
sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah. Piutang
murabahah belum jatuh tempo terdiri atas piutang murabahah
lancer. Adapun piutang murabahah jatuh tempo terdiri atas
26
piutang murabahah dalam perlakuan khusus, piutang murabahah
kurang lancar, piutang murabahah diragukan, dan piutang
murabahah macet.
3) Aset Murabahah
Rekening ini disajikan di neraca pada bagian aset. Namun
demikian, dikarenakan setelah melakukan transaksi pembelian
pihak bank syariah melakukan penyerahan aset murabahah
kepada pembeli, maka rekening ini biasanya memiliki saldo nol.
Bank mendebit dan mengkredit rekening aset murabahah secara
bersamaan dengan jumlah yang sama.
4) Keuntungan Murabahah
Rekening ini disajikan di laporan laba rugi pada bagian
pendapatan dengan nama rekening keuntungan murabahah.
Rekening keuntungan murabahah merupakan gabungan total
saldo murabahah akrual dan total saldo murabahah kas. Bank
syariah pada umumnya menyampaikan laporan bagi hasil tahunan
maupun secara bulanan kepada nasabah.
c. Pengungkapan
Berdasarkan PSAK No. 102, bank syariah sebagai penjual
harus mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi
murabahah, tetapi tidak terbatas pada:
1) Harga perolehan aset murabahah;
2) janji pemesanan murabahah berdasarkan pesanan sebagai
kewajiban atau bukan;
3) pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang
Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
d. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 55
Buletin Teknis No. 9 tentang Penerapan Metode Anuitas dalam
Murabahah yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada
27
tanggal 16 Januari 2013 menyebutkan bahwa lembaga keuangan
syariah yang menerapkan anuitas untuk pengakuan laba transaksi
pembiayaan murabahah sesuai Fatwa DSN No. 84/DSN-
MUI/XII/2012 tentang Metode Pengakuan Keuntungan Al-Tamwil Bi
Al-Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah harus melakukan
pengakuan dan pengukuran sesuai dengan ketentuan pada PSAK No.
55, termasuk akuntansi untuk penurunan nilai dari pembiayaan
murabahah. Pengakuan dan pengukuran ini terdapat dalam paragraf
17 sampai paragraph 20 tentang Suku Bunga Efektif, yaitu:
1) Entitas harus memasukkan kerugian kredit yang terjadi dalam
estimasi arus kas ketika menghitung suku bunga efektif (Paragraf
17).
2) Apabila entitas menerapkan metode suku bunga efektif, maka
entitas tersebut mengamortisasi setiap fee, poin yang dibayarkan
atau diterima, biaya transaksi, dan premium atau diskonto lainnya
yang termasuk dalam perhitungan suku bunga efektif selama
perkiraan umur instrumen tersebut (Paragraf 18).
3) Untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan suku bunga
mengambang, estimasi ulang yang dilakukan secara berkala atas
arus kas guna mencerminkan pergerakan suku bunga pasar akan
memengaruhi suku bunga efektifnya (Paragraf 19).
4) Jika entitas merevisi estimasi pembayaran atau penerimaannya,
maka entitas menyesuaikan nilai tercatat aset keuangan atau
liabilitas keuangan (atau kelompok instrumen keuangan) untuk
mencerminkan arus kas aktual dan arus kas estimasi yang telah
direvisi. Entitas menghitung kembali nilai tercatat dengan
menghitung nilai kini dari estimasi arus kas masa depan
menggunakan suku bunga efektif awal dari instrumen keuangan
tersebut. Penyesuaian ini diakui sebagai pendapatan atau beban
dalam laba rugi (Paragraf 20).
Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008:170)
28
yang dikutip oleh Febriati (2013:210), Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai (CKPN) adalah cadangan yang wajib dibentuk bank jika terdapat
bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan atau
kelompok aset keuangan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa
yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang
merugikan) dan berdampak pada estimasi arus kas masa depan.
Jumlah cadangan kerugian diukur sebagai selisih antara nilai tercatat
aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan yang
didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan.
Ketentuan PSAK No. 55 mengenai pengakuan cadangan
kerugian penurunan nilai terdapat pada paragraf 102, yaitu proses
estimasi terhadap jumlah kerugian penurunan nilai dapat
menghasilkan satu nilai atau kisaran (range) nilai kerugian yang
mungkin terjadi. Dalam hal yang terakhir, entitas harus mengakui
kerugian akibat penurunan nilai sebesar estimasi terbaik dalam kisaran
tersebut dengan mempertimbangkan seluruh informasi relevan yang
tersedia sebelum laporan keuangan diterbitkan mengenai kondisi yang
terjadi pada tanggal neraca. Ketentuan PSAK No. 55 mengenai
pengukuran cadangan kerugian penurunan nilai terdapat pada paragraf
65 yang meingindikasikan bahwa kerugian penurunan nilai dapat
dikatakan telah terjadi jika terdapat bukti objektif penurunan nilai,
yaitu jumlah kerugian penurunan nilai untuk pinjaman yang diukur
pada biaya perolehan diamortisasi adalah selisih antara nilai tercatat
pinjaman dengan nilai kini pembayaran pokok pinjaman dan bunga di
masa datang yang didiskonto pada suku bunga efektif awal pinjaman
tersebut.
e. Penyajian Transaksi Murabahah dalam Laporan Keuangan
Penyajian transaksi murabahah di laporan keuangan
bergantung pada rekening yang terpengaruh oleh transaksi
murabahah. Berikut adalah rekening yang terpengaruh oleh transaksi
29
Piutang murabahah = Saldo piutang murabahah belum jatuh tempo + saldo
piutang murabahah jatuh tempo – saldo marjin
murabahah yang ditangguhkan
Murabahah.
1) Rekening Nasabah
Rekening ini disajikan dalam neraca di bagian pasiva.
Rekening ini terpengaruh karena dalam praktik perbankan,
penerimaan angsuran oleh bank dilakukan dengan mendebit
rekening nasabah. Dalam hal ini rekening yang didebit dapat
berupa rekening giro maupun rekening tabungan, sesuai dengan
yang dimiliki oleh nasabah dan disepakati untuk didebit secara
otomatis setiap bulan oleh bank.
2) Piutang Murabahah
Piutang murabahah jatuh tempo dan marjin yang
ditangguhkan ketiga rekening ini disajikan di neraca pada bagian
aset dengan nama rekening piutang murabahah. Piutang
murabahah yang disajikan di neraca dapat dihitung dengan rumus:
Berdasarkan PSAK 102 paragraf 38, marjin murabahah
tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang
murabahah. Piutang murabahah belum jatuh tempo terdiri atas
piutang murabahah lancar. Adapun piutang murabahah jatuh
tempo terdiri atas piutang murabaha dalam perlakuan khusus,
piutang murabahah kurang lancar, piutang murabahah diragukan,
dan piutang murabahah macet. Berdasarkan PSAK 102 paragraf
37, piutang murabahha disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan
kerugian piutang.
3) Persedian Aset Murabahah
Rekening ini hampir tidak pernah disajikan di neraca,
mengingat persediaan murabahah dalam praktik perbankan selalu
memiliki saldo karna setelah didebit, bank langsung mengkreditnya
30
dengan jumlah yang sama untuk pengakuan penyerahan aset
murabahah kepada nasabah pembeli.
4) Pendapatan Marjin Murbahah Akrual dan Pendapatan Marjin
Murabahah Kas
Rekening ini disajikan di laporan laba rugi pada bagian
pendapatan dengan nama rekening Pendapatan Marjin murabahah.
Rekening pendapatan marjin murabahah merupakan gabungan
total saldo murabahah akrual dan total saldo murabahah kas.
Adanya pemisah pendapatan murabahah akrual dengan pendapatan
murabahah kas adalah untuk memudahkan bank dalam
mengidentifikasi bagian pendapatan yang sudah berwujud kas. Hal
ini diperlukan karena pendapatan marjin murabahah kas akan
digunakan dalam perhitungan bagi hasil kepada penabung atau
deposan mudharabah. Walau tidak menjadi laporan keuangan yang
wajib dipublikasikan kepada publik, bank syariah umumnya
menyampaikan laporan bagi hasil, baik secara tahunan maupun
bulanan kepada nasabah.
B. Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian ini, telah ada penelitian terdahulu yang
membahas topik terkait metode anuitas dan proporsional murabahah pada
bank syariah, diantaranya :
Tabel 1.1
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Metodelogi Hasil penelitian
Faisal (2011) Perlakuan
Akuntansi
Terhadp
Pembiayaan
Murabahah Pada
Bank Syaraiah
Metode
analisis
deskriptif
kualitatif
Perlakuan akuntansi
pembiayaan murabaha
yang dilakukan peneliti
pada PT. BRI Syariah
Sidoarjo sudah sesuai
dengan ketentuan yang
31
Berdasarkan
PSAK No. 102
Tentang
Akuntansi
Murabahah
(Studi Kasus Pada
Bank BRI Syariah
Siduarjo)
ada, namun masil terjadi
ketidaksesuaian pada
prosedur pembiayaan
murabahahnya.
Peneliti memberikan
saran agar
ditiadakannya
pemberian suarat kuasa
kepada nasabah dalam
proses realisasi
pembiayaan murabahah
yang diidentifikasi
dapat terjadi kecurangan
sehingga merugikan
pihak PT. BRI Syariah
Sidoarjo.
Faisal (2014) Metode Anuitas
dan Proporsional
Murabahah
Sebagai Bentuk
Transparansi dan
Publikasi Laporan
bank
Metode
penelitian
desktiptif
analitis
- Perlu adanya
penyesuaian atau
revisi PSAK 102
tentang murabahah
dengan memasukkan
rambu-rambu yang
menggunakan
metode anuitas.
- Penyatuan metode
proporsional dan
anuitas dalam satu
panduan standar
akuntansi
murabahah dapat
mempermudah bank
32
syariah agar dapat
bersaing dengan
bank-bank lain
dengan memberikan
pembiayaan
murabahah dengan
harga yang
kompetitif.
Kiki Pricilia
Ramadhani
(2014)
Analisi
Kesyariahan
Penerapan
Pembiayaan
Murabahah
(Studi kasus PT
BPRS xxx di
Kota Mojokerto)
Metode
penelitian
kualitatif
- Adanya ketidak
sesuaian antara
penerapan
murabahah dengan
prinsip syariah yang
ada.
- Dalam
penerapannya, BPRS
melanggar beberapa
prinsip murabahah
yaitu informasi yang
diterima nasabah
tidak sempurna dan
melanggar prinsip
an-tarradin minkum.
- Produk al-amanah iB
yang ada BPRS
tidak sesuai dengan
murabahah KPP,
dan proses survey
terhadap calon
penerima
pembiayaan kurang
33
akurat sehingga
pihak bank pernah
mengalami kerugian.
Melina
Ernomo (2013)
Analisis Metode
Pengakuan
Keuntungan
Pembiayaan
Murabahah pada
PT Bank Syariah
Mandiri
Metode
analisis yang
digunakan
dalam
penelitian
adalah studi
litelatur dan
wawancara
PT Bank Syariah
Mandiri menggunakan
metode anuitas dalam
mengakui keuntungan
pembiayaan murabahah
dan menggunakan
kombinasi PSAK 102
dan PSAK 55.
Muhammad
Nadratuzzaman
Hosen, Fitrah
Kamaliyah dan
Fitriyani
Latifah (2017)
Recognation of
Marjin
Murabahah in
Islamic
Perspective:
Analysis of Risks,
Soundness of
Bank and
Maslahah
Metode
analisis yang
digunanakan
adalah
kuantitatif
dengan objek
penelitiaan
adalah
laporang
keuangan
tahunan bank
Muamalat
Indonesia
tahun 2001-
2014
Metode Anuitas dan
metode proporsional
memiliki kelemahan
dan kekuatan nya
masing-masing dalam
mengendalikan resiko
yang ada pada bank
syariah, namun
metode proporsional
memiliki pengaruh
positif terhadap
kesehatan bank
syariah dibandingkan
dengan metode
anuitas termasuk
dalam hal
kemaslahatan
meskipun kebanyakan
dari bank syariah
34
masih menggunakan
metode anuitas.
C. Kerangka Pemikiran
Pada penelitian ini , peneliti akan menganalisis metode anuitas dan
metode proporsional yang ada pada bank syariah serta memberikan
pembahasan metode mana yang banyak digunakan oleh bank syariah.
Skema 1.3
Kerangka Pemikiran
Metode Anuitas (PSAK No. 50, PSAK No. 55 dan
PSAK No. 60)
Perbandingan Metode Anuitas dan
Proporsional Murabahah pada Bank Syariah
Metode Proporsional (PSAK No. 102)
Pengaturan metode anuitas dan proporsional dalam
pengakuan keuntungan murabahah pada bank syariah
Hasil Penelitian dan Pembahasan
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ingin diteliti, maka metode yang
sesuai dengan penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang
terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Suatu penelitian kualitatif dirancang
agar hasil penelitiannya memiliki kontribusi terhadap teori. Ruang lingkup
penelitian ini hanya mencakup atas laporan bank syariah di Indonesia dan
Metode Pengakuan Keuntungan Murabahah secara Anuitas dan Proporsional.
B. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif yang
menggambarkan serta menjelaskan sistem pencataan akuntansi
berdasarkan PSAK dan Fatwa yang berkaitan. Penelitian kualitatif adalah
suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi social tertentu
dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata
berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang
diperoleh dari situasi yang alamiah. Penelitian kualitatif deskriptif
bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan, berbagai kondisi,
berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di
masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menafik realitas
itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau
gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.15
. dengan
demikian, penelitian kualitatif tidak hanya sebagai upaya
mendeskripsikan data tetapi deskripsi tersebut hasi dari pengumpulan
data yang sohih yang dipersyaratkan kualitatif yaitu wawancara
15
H,M, Burhan Bungin, penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan pulbik, dan
ilmu social lainnya., (Jakarta: kencana, 2011) ed 2, cet. 5, hlm. 163
36
mendalam, observasi partisipasi, studi dokumen dan dengan melakukan
tringulasi. Juga deskripsinya berdasarkan analisis data yang sohih juga
mulai dari display datanya, reduksi data, refleksi data, kajian emic dan
etik terhadap data dan sampai kepada pengambilan kesimpulan yang
harus memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi berdasarkan ukuran
dependability, credibility, transferability dan confirmability.16
2. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diungkapkan
sebelumnya, yaitu mengetahui bentuk transparansi dan publikasi laporan
bank dari metode anuitas dan metode proporsional murabahah, maka
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Content Analysis (analisis
isi).Content analysis merupakan teknik penelitian untuk membuat
inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan
memperhatikan konteksnya.17
3. Jenis Data/Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.data primer yakni, data yang diperoleh langsung dari
sumber hukum metode anuitas dan metode proporsional sebagai
pengakuan keuntungan murabahah. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari tinjauan pustaka, dengan tujuan mendapatkan behan
hukum berupa norma atau kaidah yang terdiri atas asas-asas hukum dan
nilai-nilai hukum.
4. Teknik pengumpulan data
Setelah penentuan sumber data dilakukan, maka selanjutnya
dilakukan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data dilakukang dengan cara sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan dimana peneliti melibatkan dirinya
secara langsung pada situasi yang diteliti dan secara sistematis
16
Prof Dr. Satori Djam‟an, M.A dan Dr. Aan Komariah, “Metodologi Penelitian
Kualitatif”. (Bandung: Alfabeta, 2013) hlm. 25 17
Ibid.,
37
mengamati berbagai dimesi yang ada termasuk interaksi, hubungan,
tindakan, kejadian, dsb (Mason 1996,60)18
.
b. Studi litelatur
Peneliti melakukan penelitian dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan aspek-aspek
hukum syariah yang berkaitan dengan pembiayaan murabahah dan
peraturan-peraturan yang berlaku dengan hal tersebut.
c. Dokumenter
Dokumen ini dapat meliputi laporan keuangn, laporan produksi
harian, nota/ faktur, dokumen-dokumen yang terlibat dalam sistem
akuntansi, akte pendirian badan usaha, job description, struktur
organisasi, peraturan-peraturan yang relevan, flowchart sistem dan
prosedur akuntansi, notulen rapat, memo, PSAK, arsip-arsip, dan
sebagainya19
.
d. Data online
Penelusuran data online yang dimaksud adalah cara melakukan
penelusuran data melalui media online seperti internet atau media
jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online yang berupa data
maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis. Data online yang dapat
digunakan seperti web site Bank Indonesia, Majelis Ulama Indonesia,
web Otoritas Jasa Keuangan, dan sumber lainnya yang terkait dengan
penelitian.
18
Sujoko Efferin, dkk. “Metode Penelitian Akuntansi: Mengungkapkan Fenomena
Dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cetakan pertama,
2008.Hlm 327. 19
Sujoko Efferin, dkk. “Metode Penelitian Akuntansi: Mengungkapkan Fenomena
Dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cetakan pertama, 2008.
Hlm 313
38
5. Teknik Analisis Data
Setelah jumlah data yang berhasil diperoleh oleh peneliti,
selanjutnya dapat diolah menjadi kumpulan data kemudian pengolahan
data inilah yang disebut sebagai penelitian induktif.Dengan pengumpulan
data terlebih dahulu, kemudian pemilihan data, pengkategorian,
pembanding, penyatuan dan penafsiran data.Setelah data yang
dibutuhkan terkumpul. Data-data tersebutdianalisa dengan cara
membandingkannya dengan teori yang ada kemudian mengambil
kesimpulan dari hasil perbandingan.
Skema.1.4 Sumber: Sujoko Efferin, Stevanus Hadi Darmaji, dan Yuliawati Tan
Kompilasi
dokumen
Analisis
mendalam
Pemilihan
dokumen
Pengambilan
keputusan
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengaturan Metode Anuitas dan Proporsional dalam Pengakuan
Keuntungan Murabahah
Bank Indonesia mempunyai peran di dalam mendorong perbankan
syariah di Indonesia 39ublic39 perkembangan perbankan yang sehat, kuat,
dan daya saing tinggi sesuai dengan perkembangan standar internasional.
Perkembangan standar internasional antara lain ialah mempunyai akuntansi
dan pelaporan bank yang baik dan professional. Oleh karena itu, diperlukan
peningkatan transaparansi kondisi keuangan dan kinerja bank melalui
publikasi pelaporan bank agar memudahkan 39ublic dan pelaku pasar.
Peningkatan transaparansi kondisi keuangan dan publikasi pelaporan
bank mengikuti perkembangan kemajuan akuntansi terkini. Salah satu bentuk
akuntansi tersebut adalah menggunakan metode anuitas dan proporsional
dalam pengakuan keuntungan murabahah. Hal tersebut disebabkan
murabahah merupakan salah satu bentuk pembiayaan berdasarkan transaksi
jual beli yang paling popular dengan bentuk yang sederhana, sehingga banyak
digunakan di dalam perbankan syariah di Indonesia dan bahkan di dunia
internasional.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Indonesia, pada tahun 2017
market share perbankan syariah terhadap perbankan nasional terlah mencapai
sekitar 5,44%. Masih dalam publikasi yang sama, disebutkan bahwa
pertumbuhan perbankan syariah di antaranya didukung dengan peningkatan
penyaluran dana masyarakat yang cukup tinggi yaitu sebagai berikut:20
20
Siaran Pers OJK, SP 102/DHMS/OJK/X/2017
40
Tabel 1.2
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Jenis
Industri
Aset
2015
Aset
2016
Aset
Agustus
2017
Aset
Sept
2017
Aset
Oktober
2017
Market Share
(per Agustus
2017)
Perbankan
Syariah 304,00 365,03 389,74 n.a n.a 5,44%
Asuransi
Syariah 26,52 33,24 38,66 n.a n.a 4,94%
Pembiayaan
Syariah 22,35 35,74 37,61 n.a n.a 8,11%
IKNB
Syariah
Lainnya
16,03 19,69 22,89 n.a n.a 2,77%
Sukuk
Korporasi 9,90 11,88 14,26 14,10 14,40 3,89%
Reksa Dana
Syariah 11,02 14,91 20,62 21,43 20,88 5,07%
Sukuk
Negara 296,07 411,37 524,71 536,56 540,27 16,99%
Pembiayaan murabahah telah mendominasi penyaluran dana kepada
masyarakat melebihi 80% dibandinngkan dengan pembiayaan lainnya. Begitu
juga, komposisi pembiayaan perbankan syariah adalah 157.927, yang terdiri
dari pembiayaan berdasarkan murabahah tercatat 150.312, mudharabah
tercatat 17.090, musyarakah tercatat 24, istishna’ tercatat 1.189, dan
selebihnya merupakan pembiyaan lainnya.21
Dominasi pembiayaan murabahah dapat dilihat juga pada beberapa
bank syariah, misalnya pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Rakyat
Indonesia Syariah (BRIS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) pada Bank
Nasional Indonesia (BNI). Kedua bank syariah tersebut, penyaluran dana
21 SPS Desember 2017
41
dalam bentuk pembiayaan murabahah lebih dominan dibandingkan dengan
pembiayaan lainnya. Dominasi pembiayaan murabahah karena memiliki
kemiripan dengan pola pembiayaan kredit, sehingga lebih mudah diterima
masyarakat.22
Pembiayaan tersebut pada dasarnya merupakan transaksi jual
beli yang diterapkan pada perbankan syariah.
Murabahah adalah perjanjian jual-beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan/margi yang disepakati.23
Dengan kata lain, nasabah
dapat membeli produk yang dibutuhkan tetapi tidak mampu membayar secara
sekaligus, sehingga dilakukan penangguhan pembayaran, meskipun nasabah
harus membayar lebih tinggi dari harga pembelian asli.
Dalam Islam, murabahah merupakan salah satu bentuk jual-beli yang
bersifat amanah. Jual beli bersifat amanah dapat diartikan sebagai jual beli
transparan, yaitu penjual mempunyai keharusan untuk memberitahukan harga
pokok dan keuntungan yang diambil dari barang yang dijual tersebut kepada
pembeli secara jujur. Ketidakjujuran dalam melakukan transaksi jual beli
bersifat amanah termasuk di dalamnya melakukan tindakan berupa diam
semata maka dapat diartikan sebagai salah satu penipuan.24
Di dalam sistem
hukum di AS, perbuatan berupa tidak memberitahukan atau merahasiakan
informasi sehubungan dengan pembelian atau penjualan barang dianggap
sebagai bentuk penipuan. Demikian juga di Inggris, tidak memberitahukan
informasi tersebut dianggap sama saja telah melakukan tindak pidana
penipuan. Oleh karena itu, di dalam transaksi jual beli harus dilakukan secara
amanah.
Di dalam praktik bank syariah, pemberian pembiayaan murabahah
dijadikan sebagai ukuran dalam menilai karakter nasabah. Hal tersebut karena
di dalamnya mengandung janji (wa’ad) yang harus ditepati oleh nasabah dan
janji tersebut secara hukum harus dipatuhi sebagai pengecualian dari aturan
22
Nur Sanita Nasution, “Pajak Berganda Menghambat Perbankan Syariah”, Jurnal
Ekonomi Syariah Muamalah, Vol 6, Mei 2009, hlm. 56. 23
Pengertian pada Penjelasan Fatwa No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah. 24
Syamsyul Anwar, 2007, Studi Hukum Islam Kontemporer, RM books, Jakarta,
hlm. 168.
42
umum. Nasabah melakukan pemesanan barang dan berjanji untuk membeli
pesanan tersebut secara murabahah. Janji yang dilakukan nasabah untuk
membeli barang pesanan bersifat mengikat nasabah tersebut. Al-Qaradhawi
berpendapat bahwa apapun yang mengikat secara agama mengikat pula
secara hukum.25
Oleh karena itu, Grameen Bank menggunakan pembiayaan
murabahah untuk mengukur karakter dan kesanggupan nasabah. Nasabah
kemudian diberikan pilihan untuk meneruskan pembiayaan murabahah atau
menggantikannya dengan pembiayaan musyarakah. Pemberian pilihan
tersebut apabila nasabah dinilai telah berhasil dengan penerapan pembiayaan
murabahah.
Dominasi pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah disikapi
dengan dikeluarkannya berbagai macam aturan sehingga murabahah yang
dilakukan oleh bank syariah sesuai dengan prinsip syariah dan pelapuran
akuntansi syariah. Metode anuitas merupakan langkah yang digunakan untuk
melakukan pelaporan keuangan melali akuntansi syariah selama ini, bahkan
metode anuitas dalam pengakuan keuntungan murabahah dianggap sebagai
perspektif baru dalam lembaga kauangan syariah.
Pengaturan penggunaan metode anuitas dan proporsional dalam
pengakuan keuntungan murabahah dapat ditelusuri melalui diperlukannya
kegiatan bank syariah melakukan pelaporan keuangan secara transparan dan
terpublikasi. Hal tersebut selaras dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank. Peraturan
tersebut menghendaki bank syariah dapat melakukan transparasi dan laporan
keuangan bank. Perwujudan transparasi dan laporan keuangan bank tersebut
dilakukan dengan pelaporan akuntansi secara bank melalui metode anuitas
dan proporsional.
Di dalam praktik perbankan syariah, metode akuntansi yang biasa
digunakan dalam pengakuan keuntungan murabahah adalah metode
proporsional. Sedangkan metode anuitas dianggap sebagai metode baru.
25
Faisal, “Metode Anuitas dan Proprsional Murabahah Sebagai Bentuk Transparansi dan
Publikasi Laporan”, hlm 387
43
Oleh karena itu diperlukan penguatan dari sudut syar‟inya (hukum Islam).
Berhubungan dengan hal tersebut, Dewan Syariah Nasional telah
mengeluarkan Fatwa Nomor 84/DSN-MUI/IX/2012 tentang Metode
Pengakuan Keuntungan Pembiayaan Murabahah di Lembaga Keuangan
Syariah (LKS). Fatwa tersebut menyatakan bahwa pengakuan keuntungan
murabahah secara proposional boleh dilakukan selama masih sesuai dengan
kebiasaan yang berlaku di kalangan Lembaga Keuangan Syariah. Fatwa
tersebut juga menyatakan bahwa pengakuan keuntungan pembiayaan
murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah
boleh dilakukan secara proporsional dan secara anuitas selama sesuai dengan
kebiasaan yang belaku di kalangan Lembaga Keuangan Syariah.
Fatwa Nomor 84/DSN-MUI/XI/2012 telah menunjukkan eksistensi
ketua metode tersebut dapat dibenarkan secara syar‟i. Bagi praktisi bank
syariah, metode proporsional dapat langsung diterapkan dengan
menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK Nomor 102)
tentang murabahah. Namun, penggunaan metode anuitas dalam pengakuan
keuntungan murabahah tidak diatur dalam PSAK 102 tersebut, sehingga
Ikatan Akuntansi Islam (IAI) mengeluarkan Bullletin Teknis (Bultek) 9.
Bultek 9 tersebut bertujuan untuk penyeragaman perlakuan akuntansi atas
pembiayaan murabahah yang keuntungannya diakui dengan menggunakan
metode anuitas.
Metode anuitas dalam pengakuan keuntungan pembiayaan murabahah
secara substansi dikategorikan sebagai pembiayaan (financing). Akuntansi
untuk pembiayaan murabahah dikategorikan sebagai kegiatan usaha
pembiayaan mengacu pada PSAK Nomor 50 (Revisi 2010) tentang Instrumen
Keuangan: Pengakuan Keuntungan: Penyajian, PSAK Nomor 55 (Revisi
2005) Intrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, dan PSAK Nomor 60
tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan. Termasuk di dalamnya adalah
PSAK Nomor 48 (Revisi 2009) tetang Penurunan Nilai Aset.
Sehubungan dengan diterbitkannya peraturan Bank Indonesia Nomor
14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank dan
44
penyeragaman pengaturan PSAK tersebut, maka diperlukan ketentuan
mengenai pelaksanaan pedoman akuntansi perbankan syariah di Indonesia.
Pada tanggal 10 Juli 2013 diterbitkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
15/26/DPbs/2013 tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan
Syariah Indonesia (PAPSI). Dengan diterbitkannya SEBI tersebut telah
dolakukan penyesuaian atas PAPSI 2003 menjadi PAPSI 2013.
PAPSI 2013 merupakan pedoman dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan Bank Syariah termasuk di dalamnya pengakuan terhadap
metode anuitas dan proporsional yang tercantum di dalam Fatwa Dewan
Syariah Nasional Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 tanggal 21 Desember 2012
tentang Metode pengakuan Pendapatan Murabahah di Lembaga Keuangan
Syariah. Dengan demikian, pengakuan pendapatan murabahah pada Bank
Syariah dapat dilakukan dengan menggunakan metode anuitas dan metode
proporsional. Selain itu, pengakuan pendapatan tersebut hanya dapat
digunakan untuk pengakuan pendapatan pembiayaan atas dasar transaksi jual
beli dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
B. Perbedaan metode anuitas dan metode proporsioanl dalam pengakuan
keuntungan murabahah
Metode proporsional merupakan pengakuan keuntungan yang
dilakukan secara proporsional atas jumlah piutang (harga jual, tsaman) yang
berhasil ditagih dengan mengalihkan persentase keuntungan terhadap jumlah
piutang yang berhasil ditagih (al-atsman al-muhashshalah) sedangkan
metode anuitas adalah pengakuan keuntungan yang dilakukan secara
proporsional atas jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih dengan
mengalikan persentase keuntungan terhadap jumlah sisa harga pokok yang
belum ditagih (al-atsman al-mutabaqqiyah).
Berdasarkan pengertian tersebut pada dasarnya metode pengakuan
keuntungan murabahah dan pembiayaan murabahah boleh dilakukan secara
proporsional dan secara anuitas dengan mengikuti ketentuan-ketentuan
berikut ini:
45
1. Pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para
pedagang (al-tujjar), yaitu secara proporsional boleh dilakukan selama
sesuai dengan „urf (kebiasan) yang berlaku di kalang para pedagang;
2. Pengakuan keuntuang al-Tamwil bi al-Murabahah dalam bisnis yang
dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh dilakukan
secara proporsional dan secara Anuitas selama sesuai dengan ‘urf
(kebiasaan) yang berlaku di kalangan LKS;
3. Pemilihan metode pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al-Murabahah
pada LKS harus memperhatikan mashlahah LKS bagi pertumbuhan LKS
yang sehat;
4. Metode pengakuan keuntungan al-Tamwil bi al-Murabahah yang ashlah
dalam masa pertumbuhan LKS adalah metode Anuitas;
5. Dalam hal LKS menggunakan metode pengakuan keuntungan al-Tamwil
bi al-Murabahah secara anuitas, porsi keuntungan harus ada selama
jangka waktu angsuran; keuntungan al-tamwil bi al-murabahah
(pembiayaan murabahah) tidak boleh diakui seluruhnya sebelum
pengembalian murabahah berakhir/lunas dibayar.
Tabel 1.3
Perbedaan Metode Anuitas dan Metode Proporsional Murabahah
No Jenis Anuitas Proporsional
1 Pengertian pengakuan keuntungan yang
dilakukan secara proporsional atas
jumlah sisa harga pokok yang
belum ditagih dengan mengalikan
persentase keuntungan terhadap
jumlah sisa harga pokok yang
belum ditagih (al-atsman al-
mutabaqqiyah).
Pengakuan keuntungan yang
dilakukan secara proporsional atas
jumlah piutang (harga jual, tsaman)
yang berhasil ditagih dengan
mengalikan persentase keuntungan
terhadap jumlah piutang yang
berhasil ditagih (al–atsma al-
muhashshalah).
46
2 Metode
Pengakuan
Keuntungan
Pengakuan keuntungan murabahah
dilakukan dengan mengalikan
tingkat imbal hasil efektif (effective
rate of return) dengan sisa pokok
murabahah.
Menggunakan rumus metode flat
dihitung dengan mengalikan pokok
pinjaman awal dengan persentase
marjin per bulan.
3 Landasan
Hukum
Fatwa Nomor 84/DSN-
MUI/IX/2012 tentang Metode
Pengakuan Pendapatan Murabahah
di Lembaga Keuangan Syariah.
Fatwa Nomor 84/DSN-MUI/IX/2012
tentang Metode Pengakuan
Pendapatan Murabahah di Lembaga
Keuangan Syariah
4 Akuntansi ED PSAK 102 (2013): Akuntansi
Murabahah.
PSAK Nomor 50 (Revisi 2010)
tentang Instrumen Keuangan:
Penyajian, ED PSAK 71 (Revisi dari
PSAK 55) tentang Instrumen
keuangan seperti klasifikasi dan
pengukuran, penurunan nilai, dan
akuntansi lindung nilai. , dan PSAK
Nomor 60 tentang Intrumen
Keuangan: Pengungkapan.
Contoh Transaksi:26
Bank Syariah menjual motor merk H kepada Nasabah A secara non-tunai
/ tangguh dengan rincian sebagai berikut :
Harga pokok : Rp 100
Marjin Keuntungan : Rp 50
Harga Jual : Rp 150
Jangka Waktu : 5 tahun
Angsuran pertahun : Rp 30
26
lampiran PSAK 102
47
Ilustrasi 1.1
Perhitungan dengan Metode Proporsional/ flat
Tahun Angsuran (Rp) Pokok (Rp) Keuntungan (Rp)
1 30 20 10
2 30 20 10
3 30 20 10
4 30 20 10
5 30 20 10
Jumlah 150 100 50
Jurnal transaksi :
1. Saat akad murabahah
Db Piutang Murabahah Rp 150
Cr Persediaan Rp 100
Cr Marjin Murabahah Tangguhan Rp 50
2. Saat pembayaran tahun ke-1
Db Kas Rp 30
Cr Piutang Murabahah Rp 30
Db Marjin Murabahah Tangguhan Rp 10
Cr Pendapatan Marjin Murabahah Rp 10
3. Saat pembayaran tahun ke-2
Db Kas Rp 30
Cr Piutang Murabahah Rp 30
Db Marjin Murabahah Tangguhan Rp 10
Cr Pendapatan Marjin Murabahah Rp 10
4. Saat pembayaran tahun ke-3
Db Kas Rp 30
Cr Piutang Murabahah Rp 30
Db Marjin Murabahah Tangguhan Rp 10
Cr Pendapatan Marjin Murabahah Rp 10
48
5. Saat pembayaran tahun ke-4
Db Kas Rp 30
Cr Piutang Murabahah Rp 30
Db Marjin Murabahah Tangguhan Rp 10
Cr Pendapatan Marjin Murabahah Rp 10
6. Saat pembayaran tahun ke-5
Db Kas Rp 30
Cr Piutang Murabahah Rp 30
Db Marjin Murabahah Tangguhan Rp 10
Cr Pendapatan Marjin Murabahah Rp 10
Perhitungan dengan Metode Anuitas
Berdasarkan perhitungan metode anuitas untuk nilai pokok Rp 100,
marjin Rp 50, dan jangka waktu 5 tahun diperoleh effective rate of return sebesar
15,24%. Maka perhitungan angsuran anuitas selama 5 tahun adalah sebagai
berikut:
Ilustrasi 1.2
Perhitungan dengan Metode Anuitas
Tahun Angsuran (Rp) Pokok (Rp) Keuntungan (Rp)
1 30 14,76 15,24
2 30 17,01 12,99
3 30 19,60 10,40
4 30 22,56 7,41
5 30 26,03 3,97
Jumlah 150 100 50
Jurnal transaksi :
1. Saat akad murabahah
49
Db Piutang Murabahah Rp 150
Cr Persediaan Rp 100
Cr Marjin Murabahah Tangguhan Rp 50
2. Saat pembayaran tahun ke-1
Db Kas Rp 30
Cr Piutang Murabahah Rp 30
Db Marjin Murabahah Tangguhan Rp 15,24
Cr Pendapatan Marjin Murabahah Rp 15,2
3. Saat pembayaran tahun ke-2
Db Kas Rp 30
Cr Piutang Murabahah Rp 30
Db Marjin Murabahah Tangguhan Rp 12,99
Cr Pendapatan Marjin Murabahah Rp 12,99
4. Saat pembayaran tahun ke-3
Db Kas Rp 30
Cr Piutang Murabahah Rp 30
Db Marjin Murabahah Tangguhan Rp 10,40
C. Metode Anuitas dan Proporsional Murabahah pada Bank Syariah
Sistem keuangan Islam yang berlandasakan pada nilai-nilai Al-quran
mempunyai keunggulan dalam penerapannya di era kompleksitas dan
kapitalisme. Beberapa keunggulan sistem tersebut, antara lain:27
1. Prinsip dan larangan dalam sistem keuangan Islam bersifat universal,
fleksibilitas, dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat;
2. Literatur tentang keuangan Islam cukup banyak tersedia;
3. Dukungan yang kuat dan koordinasi antara Negara-negara dan
kelembagaan yang memungkinkan sistem keuangan Islam muncul secara
sistematis dan kompetitif. Proses tersebut melahirkan berbagai macam
standarisasi untuk membangkitkan kepercayaan investor;
27
Mohd Yazid Bin Zul Kepli, “Islamic Finace in Hongkong”, Hongkong Law Journal,
Vol. 42, No. 3, 2012, hlm. 2
50
4. Keuangan Islam memberikan nilai-nilai etis dan keadilan.
Keunggulan sistem keuangan Islam secara perlahan-lahan mulai
diterapkan dalam lembaga keuangan syariah. Antara lain adalah penerapan
akuntansi yang berbasi syariah. Hal merespon dengan keluarnya Fatwa
Dewan Syariah Nasional Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 tanggal 21
Desember 2012 tentang Metode Pengakuan Pendapatan Murabahah di
Lembaga Keuangan Syariah. Di dalam fatwa tersebut dinyatakan bahwa
pengakuan pendapatan murabahah untuk bank syariah dapat dilakukan
dengan menggunakan metode anuitas dan proporsional.
Berdasarkan fatwa tersebut, yang dimaksud metode anuitas (thariqah
al-hisab al-tanazuliyyah/thariqah al-tanaqushiyyah) adalah pengakuan
keuntungan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah sisa harga pokok
yang belum ditagih dengan mengalikan persentase keuntungan terhadap
jumlah sisa harga pokok yang belum ditagih (al-atsman al-mutabaqqiyah).28
Lebih lanjut, metode anuitas adalah keuntungan yang diperoleh dari
perhitungan secara anuitas. Perhitungan anuitas adalah suatu cara
pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan
marjin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola
angsuran yang semakin membesar dan marjin keuntungan yang semakin
menurun.29
Dalam mengakui keuntungan murabahah, pernyataan standar
akuntansi keuangan (PSAK) No. 102 tentang Akuntansi Murabahah diakui
proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang
murabahah. Pengakuan dengan metode proporsional dapat dilakukan dengan
mengalikan persentase keuntungan dihitung dengan perbandingan anatar
marjin dan biaya perolehan asset murabahah. Penelitian yang dilakukan oleh
Melina Ernomo pada PT Bank Syariah mandiri tahun 2013 menyatakan
28
Ketentuan Umum Angka (1) Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 84/DSN-
MUI/XII/2012 tentang Metode Pengakuan Pendapatan Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) 29
Adiwarman A. Karim, 2011, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm. 282.
51
bahwa metode yang digunakan adalah metode anuitas dengan hasil simulasi
diketahui bahwa metode anuitas memiliki kestabilan pada persentase
Effevtive Rate (ER) setiap bulan, sehingga hal ini merupakan alas an PT
Bank Syariah Mandiri memilih untuk menggunakan metode anuitas dalam
transaksi pembiayaan murabahah.30
Adapun metode proporsional (Thariqah mubasyirah) adalah
pengakuan keunutngan yang dilakukan secara proporsional atas jumlah
piutang (harga jual, tsaman) yang berhasil ditagih dengan mengalihkan
persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih (al-
tsaman al-muhashshalah).31
Dengan kata lain, metode proporsional (flat)
adalah perhitungan keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan
secara tetap dari satu period ke periode lainnya, walaupun debetnya menurun
sebagai akibat adanya angsuran harga pokok.32
Kedua metode tersebut memiliki kelemahan dan kekuatan masing-
masing dalam pertumbuhan bank syariah. Metode proporsional memiliki
dampak yang positif terhadap kesehatan bank syariah, sedangkan metode
anuitas memiliki dampak negative terhadap kesehatan bank syariah namun
memiliki dampat postif terhadap kecukupan modal untuk menampung resiko
kerugian yang kemungkinan akan dihadapi oleh bank syariah sebagaimana
yang akan digambarkan pada table berikut ini:
30
Melina Ernomo, “ Analisis Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan
Murabahah pada PT Bank Syariah Mandiri” Skripsi Tahun 2013. Hlm 86-87. 31
Ketentuan Umum Angka (2) Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 84/DSN-
MUI/XII/2012 tentang Metode Pengakuan Pendapatan Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) 32
Adiwarman A. Karim, 2011, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm. 282.
52
Tabel 1.4
Maslahah dan Mafsadat dari Metode Anuitas dan Metode Murabahah33
No Kriteria Proporsional Anuitas
Maslahah Mafsadat Maslahah Mafsadat
1 Kebutuhan
Pemenuhan
Dharuriyah
Memenuhi Hifdzu diin,
Hifdzu maal, dan
Hifdzu nafs
- - Belum memenuhi Hifdzu diin,
Hifdzu maal, dan Hifdzu nafs
2 Moral
Ekonomi
Kepentingan Bank dan
Nasabah sama
- - - Lebih mementingkan
kepentingan bank
dibandingkan dengan
nasabah
- Mengeksploitasi nasabah
3 Keadilan - Porsi marjin dengan
angsuran pokok
nasabah seimbang
- Keuntungan ekuitas
untuk setiap dewan
direksi dan
management
- - - Porsi marjin dengan
angsuran pokok tidak
seimbang
- Ketidakseimbangan
pembagian keuntung antara
dewan direksi dengan
managemen bank
4 Realisasi
Kepentingan
Publik
Kepentingan nasabah
dengan bank sama
- - Lebih mementingkan
kepentingan bank
dibandingkan dengan nasabah
5 Perintah dan
pembatasan
dalam AL-
Qur‟an dan
Sunnah
Berdasarkan Al-
Qur‟an dan Sunnah
- - Tidak memenuhi syarat-syarat
keadilan yang ada di dalam
Al-Qur‟an dan Sunnah
6 Kepastian
(Qathiyah)
Perintah untuk
melakukan keadilan
berdasarkan Al-Qur‟an
akan menciptakan
maslahah
- - Tidak berdasarkan Al-Qur‟an
dan akan menimbulkan
kesenjangan
7 Resiko - Resiko kredit,
likuiditas dan
operasional masih
ada tetapi nilainya
lebih kecil
dibandingankan
dengan metode
anuitas
- Memiliki pengarus
positif terhadap
kesehatan bank
syariah
Rasio
CAR
pada
metode
proporsio
nal lebih
rendah
dari
metode
anuitas
Rasio
CAR lebih
besar dari
Metode
Proporsion
al
- Resiko kredit, likuiditas dan
operasional masih ada
tetapi nilainya lebih besar
dibandingankan dengan
metode anuitas
- Metode anuitas memiliki
pengaruh negative terhadap
kesehatan bank syariah
8 Kebijaksanaan bersikap adil dan - - hanya memenuhi nafsu dalam
33
Muhamad Nadratuzzaman Hosen, Fitrah Kamaliyah, dkk, “ Recognation of Marjin
Murabahah in Islamic Perspective: Analysis of Risk, Soundness of Bank and Maslahah” .
International Journal of Applied Business and Economic Research Vol 15 No. 17: 2017. Hlm 11-
12.
53
menerapkan prinsip
pembayaran utang
sesuai dengan hadits
nabi
mengumpulkan harta
9 Kebaikan - Bank dapat
menerapkan prinsip
syariah dengan baik
- memberikan
dampak yang baik
bagi bank dalam
memenuhi tingkat
kesehatan dan dapat
memenuhi
kewajiban jangka
pendek dan jangka
panjang
- memberikan
dampak yang baik
untuk nasabah karna
nasabah tidak perlu
merasa
tereksploitasi
- - - pembayaran terakhir dari
metode anuitas
memberatkan pelanggan
dalam menyelesaikan utang
- tingkat kesehatan bank
syariah menurun
10 Tujuan dari
Ilahiyah
- mematuhi apa yang
telah diperintahkan
dan menjauhi yang
dilarang oleh agama
- falah
- - prinsip syariah diabaikan dan
hanya memuaskan keinginan
duniawi
Berdasarkan dengan table diatas dapat di simpulkan bahwa metode
proporsional memiliki lebih banyak maslahan dibandingkan dengan metode
anuitas, hal ini karna metode proporsional diterapkan berdasarkan dengan
Al-Qur‟an dan Sunnah. Bank syariah yang menggunakan metode
proporsional pada akad murabahah ini memberikan keadilan bagi pihak
nasabah maupun pihak bank, sehingga nasabah tidak merasa dibebankan
terhadap pembiayaan tersebut.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tentang
Transparansi dan Publikasi Laporan Bank, menghendaki pelaporan kondisi
keuangan bank syariah dilakukan secara transaparan. Di dalam peraturan
tersebut dinyatakan bahwa bank wajib menyusun dan menyajikan laporan
keuangan bank. Laporan keuangan bank merupakan bentuk
54
pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan
dengan kinerja bank yang dicapai selama periode tertentu. Laporan tersebut
bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja bank, perubahan posisi keuangan, arus kas, serta informasi-informasi
lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan.34
Lebih lanjut, berdasarkan buku pedoman Akuntansi Perbankan
Indonesia, tujuan laporan keuangan bank adalah untuk memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas, dan informasi
lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam rangka
membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka.35
Laporan keuangan bank terdiri atas laporan tahunan, laporan
keuangan publikasi triwulan, dan laporan keuangan konsolidasi dan laporan
publikasi lain.36
Publikasi laporan bank syariah dilakukan dalam bentuk laporan
keuangan publikasi triwulan dalam mata uang rupiah, antara lain mencakup
laporan keuangan, komitmen dan kontinjensi, transaksi spot dan transaksi
derivative. Selain itu, laporan keuangan publikasi mencakup jumlah dan
kualitas asset produktif dan informasi lainnya, rasio keuangan bank,
perhitungan Kewajiban Penyedia Modal Minimum (KPMM), dan informasi
mengenai komposisi pemegang saham dan susunan pengurus.37
Kemudian,
laporan keuangan publikasi bank syariah lainnya yang secara khusus adalah
laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS).
34
Ismail, 2011, Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah, Kencana, Jakarta,
hlm. 14-15 35
Anonimus, 2008, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (Revisi 2008), Bank
Indonesia dan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), Jakarta, hlm. 5. 36
Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan
Publikasi Laporan Bank. 37
Pasal 7 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi
dan Publikasi Laporan Bank.
55
Selain itu, laporan sumber dan penggunaan dana qardh, dan laporan
perubahan dana investasi terikat.38
Di dalam pembiayaan murabahah, penyusunan dan penyajian laporan
keuangan tersebut dapat dilakukan secara anuitas dan proporsional.
Penggunaan metode anuitas dan proporsional memberikan peluang bagi bank
syariah untuk membuat laporan akuntansu lebih fleksibel. Pelaksanaan
penggunaan metode tersebut telah diatur melalui SEBI Nomor
15/26/DPbs/2013 tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan
Syariah Indonesia (PAPSI).
Di dalam PAPSI dinyatakan bahwa pengakuan pendapatan
murabahah secara non-tunai dapat menggunakan metode anuitas (efektif)
atau metode proporsional (flat). Penggunaan metode anuitas didasarkan pada
asumsi bahwa substansi pembiayaan murabahah dikategorikan sebagai
kegiatan pembiayaan (financing). Dengan demikian, pencatatan transaksi
tersebut menggunaka PSAK Nomor 55 Tahun 2011 tentang Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, PSAK Nomor 50 Tahun 2010
tentang Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK Nomor 60 tentang Instrumen
Keuangan: Pengungkapan dan PSAK lain yang relevan, sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.39
Kemudian Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) telah mengesahkan
Eksposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 71 tentang
Instrumen Keuangan yang merupakan adopsi dari IFRS (International
Financial Reporting Standards) 9 Financial Instrumen yang dikeluarkan oleh
International Accounting Standard Board (IASB) per 1 Januari 2016 yang
berlaku efektif 1 Januari 2018. ED PSAK 71 mengatur perubahan persyaratan
terkait keuangan seperti klasifikasi dan pengukuran, penurunan nilai, dan
akuntansi lindung nilai. Namun meskipun ED PSAK 71 ini direncanakan
akan menggantikan PSAK 55, ED PSAK 71 ini belum mengganti seluruh
38
Pasal 7 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi
dan Publikasi Laporan Bank. 39
Lihat bagian IV Akad Jual Beli, IV.1 Murabahah, angka 09, huruf (a) Pedoman
AKuntansi Perbankan Syariah 2013
56
ketentuan dan persyaratan yang ada di PSAK 55. Untuk sementara waktu, ED
PSAK 71 memperkenalkan entitas untuk memilih menerapkan model
akuntansi lindung nilai sesuai ED PSAK 71 atau PSAK 55 secara
keseluruhan.
Selain itu, bank syariah juga dapat memilih metode proporsional (flat)
dalam melakukan pengakuan pendapatan murabahah secara non-tunai.
Penggunaan metode proporsional dikategorikan secara substansi sebagai
yransaksi jual beli atau bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.
Dengan demikian, pencatatan transaksi murabahah wajib menggunakan
PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah.40
Metode anuitas dan proporsional dalam pengakuan pendapatan
murabahah mempunyai beberapa perbedaan perlakuannya, antara lain
adalah:41
1. Pada metode anuitas, pendapatan dan beban yang terkait langsung
dengan nilai pembiayaan murabahah dikapitalisasi dengan nilai
pembiayaan murabahah sehingga diperoleh nilai efektif yang berbeda
dengan nilai kontrak pembiayaan;
2. Perbedaan nilai efektif dengan nilai kontrak murabahah diamortisasi
sesuai jangka waktu akad dengan menggunakan metode effective rate;
3. Pendapatan marjin murabahah yang diakui tidak boleh melampaui
marjin murabahah yang telah disepakati pada akad.
4. Penggunaan metode proporsional, pendapatan dan beban yang terkai
langsung dengan pembiayaan murabahah tidak dikapitalisasi dengan
nilai pembiayaan murabahah.
5. Pendapatan dan beban yang terkait langsung dengan pembiayaan
murabahah diakui selama jangka waktu akad dengan menggunakan
metode yang sama dengan pengakuan pendapatan murabahah.
40
Lihat Bagian IV Akda Jual Beli, IV.1 Murabahah, angka 09, huruf (b) Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah 2013. 41
Lihat Bagian IV Akda Jual Beli, IV.1 Murabahah, angka 09, huruf (a) Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah 2013.
57
6. Bank mengakui pendapatan marjin murabahah sesuai dengan proporsi
atau perbandingan antara nilai pokok murabaha dan marjin murbahah
pada akad murabahah.
Penggunaan metode anuitas dan proporsional bertujuan untuk
menerapkan pelaporan keuangan bank syariah secara baik, akurat, terukur,
dan sesuai dengan prinsip syariah melalui akuntansi syariah. Akuntansi
syariah berawal dari adanya data besar yang berupa dokumen pembukuan
yang berisikan informasi transaksi syariah berlandaskan entitas syariah.
Transaksi syariah berlandaskan paradigm dasar bahwa alam semesta
diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan Ilahi) dan sarana
kebahagian hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan
hakiki secara material dan spiritual (falah). Paradigm dasar tersebut
menekankan pada setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas dan
nilai Ilahiyah yang menemoatkan perangkat syariah dan akhlaj sebagai
parameter baik dan buruk, benar dan salah aktivitas usaha. Paradigm tersebut
akan membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter tata kelola
yang baik (good governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang
baik.42
Selain itu, sumber utama hukum Islam adalah Al-qur‟an yang
menetapkan beberapa hukum dan aturan bahwa semua orang percaya dan
mengikutinya. Hamper 550 (lima ratus lima puluh) ayat di dalamnya
memiliki aplikasi hukum secara langsung (ini disebut ayat-ayat hukum), dan
sekitar 10 (sepuluh) mengenai masalah yang berkaitan dengan keuangan dan
ekonomi seperti penjualan dan laranagn bunga. Selanjutnya, sumber ke dua
adalah sunnah dan hadist. Sunnah terdiri kumpulan ajaran dan perbuatan
dikaitkan dengan (atau disetujui oleh) Nabi. Sunnah menambahkan
penjelasan yang terkandung di dalam (Al-Qur‟an) dan melengkapinya. Oleh
karena itu, keuangan Islam berasal dari perintah yang ditemukan di dalam Al-
qur‟an dan hadist Nabi Muhammad SAW.
42
Wiroso, 2011, Akuntansi Transaksi Syariah, Ikatan Akuntansi Indonesia, Jakarta,
hlm. 27
58
Penggunaan metode anuitas dan proporsional dalam pengakuan
pendapatan murabahah harus dilakukan secara transparan, akuntabel, dan
sesuai prinsip syariah. Adapun prinsip syariah dalam pembiayaan murabahah
adalah berdasarkan Fatwa DSN Nomor 4/DSN-MUI-IX-2000 tentang
murabahah, antara lain adalah bank dan nasabah harus melakukan akad
murabahah yang bebas riba, barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan
oleh syariat Islam, bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
yang telah disepakati kualifikasinya. Selain itu, bank membeli barang yang
diperlukan nasabah atas nama bank sendiri secara sah dan bebas riba, bank
harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelia, misalnya
pembelian dilakukan secara hutang, dan bank kemudian menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dalam kaitan ini, bank harus memberitahukan secara jujur
harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
Selanjutnya, prinsip syariah dalam murabahah adalah nasabah membayar
harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang
telah disepakati untuk mencegah terjadi penyalahgunaan atau kerusakan akad,
pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah, dan jika
bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara
prinsip menjadi milik bank.43
Lebih lanjut, metode anuitas dan proposional juga dilakukan menurut
kebiasaan yang berlaku di dalam lembaga keuangan Islam. Artinya, metode
tersebut merupakan metode yang sudah biasa diterapkan di dalam lembaga
keuangan Islam dan memberikan kemanfaatan (mashlahah) bagi pertumbuhan
bank syariah. Selain itu, metode tersebut juga tidak memberikan kerugian
(kedhaliman) bagi nasabah. Di dalam Fatwa Dewan Syariah Nasioanal
Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012 tentang metode pengakuan pendapatan
murabahah di Lembaga Keuangan Syariah dinyatakan bahwa pengakuan
keuntungan al-Tamwil bi al-Murabahah dala bisnis yang dilakukan oleh
43
Fatwa DSN No. 4/DSN-MUI/IX/2000 tentang murabahah.
59
Lembaga Keuangan Syariah boleh dilakukan secara proporsional dan secara
anuitas selama sesuai dengan ‘urf (kebiasaan) yang berkaju di kalangan
LKS.44
Berdasarkan ketentuan fatwa tersebut menunjukan bahwa prinsip
syariah harus memenuhi unsur-unsur meteriil dan formal. Unsur-unsur
materiil antara lain perjanjian murabahah harus riba, barang yang dijadikan
pbjek murabahah adalah halal sesuai syariat, dan harga barang telah
dilakukan kualifikasi sebelumnya. Di samping itu, unsur-unsur formal antara
lain pembelian barang dilakukan atas nama bank syariah, transparasi dalam
pembelian barang dan disampaikan kepada pembeli, bank syariah menjual
kembali barang setelah mengambil keuntungan, nasabah membayar harga jual
pada saat yang telah ditentukan, bank dapat membuat perjanjian khusus untuk
menghindari kerusakan perjanjian, dan bank dapat mewakilkan pembelian
barang murabahah kepada nasabah dan murabahah dapat dilaksanakan
setelah barang menjadi kepemilikan bank syariah. Dengan kebiasaan yang
berlaku di dalam akuntansi perbankan syariah.
Kepatuhan terhadap unsur-unsur materiil dan formal tersebut, serta
menjalankan akuntansi berdasarkan metode dan proporsional sebagaimana
telah diatur melalui SEBI Nomor 15/26/DPbs/2013 tentang pelaksanaan
pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI). Hal tersebut
menunjukan bahwa bank syariah telah melakukan transparansi dan publikasi
laporan bank syariah kepada masyarakat. Masyarakat juga berhak mengetahui
secara transparan keuangan karena mereka mempunyai andil dalam
mendukung pengembangan pebankan syariah.
Dalam kaitannya dengan transparansi dan publikasi laporan
menghendaki tersedianya informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Disamping itu laporan keuangan juga bertujuan sebagai berikut:
44
Ketentuan Khusus, Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 84/DSN-MUI/XII/2012
tentang Metode Pengakuan Pendapatan Murabahah Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
60
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syaiah dalam semua transaksi
dan kegiatan usaha;
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta
informasi asset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai
dengan prinsip syariah, bila ada, dan bagaimana perolehan dan
penggunaanya;
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak; dan
4. Infromasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh
penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi
mengenal pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi social entitas
syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan
wakaf.45
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang
tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau
yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak
dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian
dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat
bagi entitas syariah untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam
neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan
dari tuntutan tersebut.46
45
Ikatan Akuntansi Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah, 2007, Paragraf 30.
46 Ikatan Akuntansi Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah, 2007, Paragraf 50-53.
61
Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari risiko penyajian
yang dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal
tersebut bukan disebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi
lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi
serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau
menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi
dan peristiwa tersebut. Dalam kasus tertentu, pengukuran dampak keuangan
dari suatu pos sangat tidak pasti sehingga entitas syariah pada umumnya tidak
mengakuinya dalam laporan keuangan. Misalnya, meskipun dalam kegiatan
usahanya entitas syariah dapat menghasilkan goodwill, tetapi lazimnya sulit
untuk mengidentifikasi atau mengukur goodwill secara andal. Namun, dalam
kasus lain, pengakuan suatu pos tertentu tetap dianggap relevan dengan
mengungkapkan risiko kesalahan sehubungan dengan pengakuan dan
pengukurannya. Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa
tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau
peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk
hukum.47
47
Ikatan Akuntansi Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah, 2007, Paragraf 55.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan kajian pustaka di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa :
1. Metode anuitas dan proporsional sebagai bentuk komitmen lembaga
keuangan syariah dalam mewujudkan transparasi dan laporan keuangan
bank syariah. Metode anuitas secara substansi dikategorikan sebagai
kegiatan pembiayaan sehingga mengacu pada PSAK Nomor 50 (Revisi
2010) tentang Instrumen keuangan; penyajian. PSAK Nomor 55 (Revisi
2011) tentang instrument keuangan; pengakuan dan pengukuran. PSAK
Nomor 60 tentang Instrumen keuangan; pengungkapan. Yang dalam hal
ini akan diamandemen menjadi PSAK 71 oleh di Dewan Standar
Akuntan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI). Adapun
metode proposional, secara substansi dikategorikan sebagai kegiatan jual
beli sehingga mengacu pada PSAK Nomor 102 tentang Murabahah.
Metode ini menjembatani akuntasi perbankan syariah yang belum diatur
melalu PSAK Nomor 102 tentang Murabahah.
2. Perbedaan metode anuitas dengan metode proporsional terletak pada
dampak yang ditimbulkan oleh dari kedua metode tersebut, dimana
metode anuitas memiliki dampak negative terhadap kesehatan bank
syariah berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad
Nadratuzzaman Hosen, Fitrah Kamiliyah dan Fitriyani Latifah pada Bank
Muamalat Indonesia terhadap laporan tahunan Bank Muamalat Indonesia
tahun 2001-2014 menunjukan bahwa metode anuitas memiliki dapat
negative pada ROA sebesar -78%, ROE -29% dan NIM sebesar -72%
dan memiliki dampak positif pada CAR sebesar 45%. Sedangkan metode
proporsional memiliki dampak positif terhadap kesehatan bank sebesar
73% meskipun CAR yang ditimbulkan lebih sedikit dibandingkan
metode anuitas.
63
3. Metode yang digunakan bank syariah adalah metode anuitas dilihat dari
hasil penelitian skripsi oleh Melina Ernono pada PT. Bank Syariah
Mandiri pada tahun 2013 menunjukan PT Bank Syariah Mandiri
menggunakan metode anuitas berdasarkan hasil penghitungan bahwa
dengan menggunakan metode anuitas, EF (Effective Rate) setiap bulan
stabil, yaitu sebesar 12 %. Sehingga hal ini merupakan alas an PT Bank
Syariah Mandiri memilih untuk menggunakan metode anuitas dalam
transaksi pembiayaan murabahah. Berdasarkan penelitian tersebut
dengan menggunakan metode anuitas dapat dilihat bahwa jumlah
angsuran pokok yang harus dibayar oleh nasabah setiap bulan semakin
besar, sedangkan jumlah marjin yang harus dibayar oleh nasabah setiap
bulan semakin kecil, dengan menggunakan metode anuitas dapat dilihat
bahwa perhitungan marjin atau keuntungan bank diperhitungan dari
jumlah outstanding porsi pokok, tidak diperhitungan dari pokok
pembiayaan murabahah.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dengan ini peneliti
memberikan saran sebagai berikut:
1. Diperlukan penyesuaian atau revisi PSAK 102 tentang Murabahah
dengan memasukkan rambu-rambu yang menggunakan metode anuitas.
Penyatuan metode proporsional dan anuitas dalam satu paduan standar
akuntansi murabahah dapat memudahkan bagi bank syariah untuk
menyesuaikan dengan kondisi akuntansi masing-masing bank. Selain itu,
bank syariah dapat bersaing dengan bank-bank lain dengan memberikan
pembiayaan murabahah dengan harga yang kompetitif. Dengan demikian,
pengaturan yang terkait dengan PSAK 102 tentang Murabahah perlu
diatur secara lebih luas yang tidak hanya mengatur penjual dan pembeli
tetapi juga mengatur pihak pembiayaan.
2. Pihak bank syariah juga harus memberikan sosialisasi kepada nasabah
terkait akad murabahah termasuk mensosialisasikan metode anuitas dan
metode proporsional. Memberikan penjelasan dan perbedaan antara
64
metode anuittas dengan metode proporsional, serta menjelaskan
keuntungan dan kekurangan kedua metode tersebut. Sehingga nasabah
dapat menentukan dengan metode mana yang akan digunakan pada
transaksi murabahah tersebut.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ascarya dan Diana Yumanita. 2005. Bank Syariah: Gambaran Umum. Jakarta:
Bank Indonesia
Buletin Teknis No. 9 oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) tanggal 16 Januari
2013
Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Dr. Halim Alamsyah, Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia:
Tantangan Dalam Menyongsong MEA 2015
Faisal. 2004. Metode Anuitas dan Proporsional Murabahah Sebagai Bentuk
Transparansi dan Publikasi Laporan Bank.Jurnal. Mimbar Hukum Vol.
26, No. 3.
Faisal. 2011. Restrukturisasi Pembiayaan Murabahah dalam Mendukung
Manajemen Risiko Sebagai Implementasi Prudential Principle pada Bank
Syariah di Indonesia.Jurnal.Dinamika Hukum, Vol. 11 No. 3.
Fatwa DSN MUI No. 4/DSN-MUI/IIX/2000 tentang Murabahah
Fatwa DSN MUI No. 84/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Pengakuan
Keuntungan Al- Tamwil Bi Al-Murabahah (pembiayaan Murabahah) di
Lembaga Keuangan Syariah.
Halim Alamsyah. 2012. Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah
Indonesia: Tantangan dalam Menyongsong MEA 2015. Disampaikan
dalam Cerama Ilmiah Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Milad ke-8
IAEI.
Ikatan Akuntansi Indoseia, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah, 2007
Ismail. 2011. Akuntansi Bank : Teori dan Aplikasi dalam Rupiah. Jakarta:
Kencana
66
Karim, A. Adiwarman. 2007. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Mannan, M. Abdul. 1997. Teori dan Praktik: Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT
Dana Bhakti Yasa.
Melina Ernomo. 2013. Analisis Metode Pengakuan Keuntungan Pembiayaan
Murabahah Pada PT Bank Syariah Mandiri. Skripsi.Universitas Islam
Negeri Jakarta.
Mohd Yazid Bin Zul Kepli, “Islamic Finace in Hongkong”, Hongkong Law
Journal, Vol. 42, No. 3, 2012
Muhamad Nadratuzzaman Hosen, Fitrah Kamaliyah, dkk, “ Recognation of
Marjin Murabahah in Islamic Perspective: Analysis of Risk, Soundness of
Bank and Maslahah” . International Journal of Applied Business and
Economic Research Vol 15 No. 17: 2017
Muhammad Syafi‟I Antonio. 2001. Bank Syariah: Dari Teori dan Praktik.
Jakarta: Gema Insani.
Nur Sanita Nasution, “Pajak Berganda Menghambat Perbankan Syariah”, Jurnal
Ekonomi Syariah Muamalah, Vol 6, Mei 2009
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) 2013 Tentang
Murabahah
Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 102 tentang Murabahah
Prof Dr. Satori Djam‟an, M.A dan Dr. Aan Komariah, “Metodologi Penelitian
Kualitatif”. (Bandung: Alfabeta, 2013)
Siaran Pers OJK, SP 102/DHMS/OJK/X/2017
Sujoko Efferin, dkk. “Metode Penelitian Akuntansi: Mengungkapkan Fenomena
Dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Cetakan pertama, 2008
Surat Edaran Bank Indonesua No. 14/14/PBI/2012
Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/26/DpbS Jakarta, 10 Juli 2013
Syafei, Rahmat. 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia.
Syamsyul Anwar, 2007, Studi Hukum Islam Kontemporer, RM books, Jakarta
67
Yaya, Rizal, dkk. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik
Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Wirdiyaningsih, Karnaen Perwataatmadja, dkk. 2005. Bank dan Asuransi Islam di
Indonesia. Jakarta: Kencana.
Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah, Ikatan Akuntansi Indonesia. Jakarta
Wiyono, Slamet. 2012. Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah.
Jakarta: PT Grasindo.
www.bi.go.id
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Fatwa DSN MUI No. 84/DSN-MUI/XII/2012
Lampiran 2 : Buletin Teknis No. 5
top related