faktor faktor yang mempengaruhi kebiasaan ...repository.utu.ac.id/656/1/bab i_v.pdfmenurut hendrik...
Post on 03-Nov-2020
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAANPEMBUANGAN TINJA MASYARAKAT GAMPONG
PERSIAPAN RUMOH PANYANG KECAMATANKUALA BATEE KABUPATEN
ACEH BARAT DAYATAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH :
NYAK CUTNIM : 09C10104199
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATUNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH2013
FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAANPEMBUANGAN TINJA MASYARAKAT GAMPONG
PERSIAPAN RUMOH PANYANG KECAMATANKUALA BATEE KABUPATEN
ACEH BARAT DAYATAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH :
NYAK CUTNIM : 09C10104199
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh GelarSarjana Kesehatan Masyarakat Di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar
PROGRAM ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH - ACEH BARAT
2013
iv
ABSTRAK
NYAK CUT FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAANPEMBUANGAN TINJA MASYSARAKAT GAMPONG PERSIAPAN RUMOHPANYANG KECAMATAN KUALA BATEE KABUPATEN ACEH BARATDAYA 2013. Dibawah Bimbingan Salman Rusly,SKM,M.Epid dan SusySriwahyuni S,SKM
Salah satu faktor yang berhubungan dengan lingkungan adalah pembuangantinja, karena jamban sebagai bagian dari kebutuhan setiap anggota keluarga . Jikapembuangan tinja tidak memenuhi syarat kesehatan dapat mengotori danmencemari lingkungan, menimbulkan bau dan menjadi sumber penularanpenyakit seperti diare, cholera, disentri, dan askariasis.Di Gampong PersiapanRumoeh Panyang Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya tahun2013 sebagian besar masyarakatnya masih membuang tinja di kebun, sungai,hutan, dan kolam hal ini disebabkan oleh pembuangan tinja disembarang tempat,oleh karena keterbatasan jumlah jamban yang tersedia. Hingga tahun 2012 jumlahjamban pribadi sebanyak 10 unit dan jamban umum. Situasi ini dapatmeningkatnya prevalensi penyakit berbasis lingkungan.Penelitian ini bertujuanuntuk menganalisis faktor-faktor yang menmpengaruhi kebiasaan pembuangantinja masyarakat yakni kepemilikan yakni tingkat ekonomi pendidikan,pengetahuan, kepemilikan, dan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat kebiasaanpembungan tinja masyarakat di Gampong Persiapan Rumoeh Panyang KualaBatee kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2013. Penelitian ini bersifat analitikdengan rancangan pendekatan cross sectional populasi dalam penelitian iniberjumlah 248 kepala keluarga pengambilan sampel mengacu pada rumusanArikunto (2002) yaitu 10 % dari total populasi berjumlah 71 kepala keluarga.Alisis stastistik menggunakan uji chi-square dimana p value< α (0,05)Kesimpulan dari penelitian ini adanya pengaruh tingkat ekonomi pendidikan,pengetahuan, kepemilikan jamban, dan pekerjaan terhadap kebiasaan pembungtinja masyarakat Gampong Persiapan Rumoh Panyang .Disarankan kepadaPuskesmas Alue Pisang dan Dinas Kesehatan Aceh Barat Daya untuk lebihmeningatkan penyuluhan tentang pembuangan tinja yang sehat agar peningkatanpengetahuan dan pendidikan terhadap pembuangan tinja menjadi lebih baiksupaya kesehatan masyarakat juga dapat dijaga dengan baik.
Kata kunci : Tingkat Ekonomi, Pendidikan, Pengetahuan, Kepemilikan, danPekerjaan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan
bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan” Pada
tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan
bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari,
bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya
sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik (WHO, 2000).
Lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia tidak
hanya melalui suhu, komposisi udara dan air, tetapi juga melalui interaksi dengan
jenis dan distribusi flora dan fauna (lingkungan biologis). Lingkungan biologis ini
merupakan pengaruh utama terhadap suplai makanan dan reservoir serta
mekanisme penularan banyak penyakit (Widianti, 2001).
Paradigma sehat adalah upaya pembangunan kesehatan yang berorientasi
kepada peningkatan, pemeliharaan, perlindungan penduduk sehat dan bukan
hanya penyembuhan pada penduduk sakit, sehingga kebijakan pembangunan akan
lebih ditekan pada upaya promotif dan preventif dan peningkatan pemeliharaan
dan perlu perlindungan orang sehat agar menjadi lebih sehat dan produktif serta
tidak jatuh sakit tidak pula segera sembuh agar menjadi sehat (DepKes RI, 2009).
Pengertian kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health
organization) adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
2
dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (DepKes RI,
2009).
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat
dan bahagia. Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul
Azwar, Slamet Riyadi, WHO dan Sumengen) Pengertian kesehatan lingkungan
adalah Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang
diarahkan menuju keseimbangan ekologi pd tingkat kesejahteraan manusia yang
semakin meningkat (Ghandi, 2010).
Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi: penyediaan air minum,
pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran, pembuangan sampah
padat, pengendalian vektor, pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh
ekskreta manusia, higiene makanan termasuk higiene susu, pengendalian
pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian
kebisingan, perumahan dan pemukiman, aspek kesehatan lingkungan dan
transportasi udara, perencanaaan daerah perkotaan, pencegahan kecelakaan,
rekreasi umum dan pariwisata, tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan
dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk,
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan (Ghandi,
2010).
Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang pada
dasarnya menyangkut dua aspek utama, salah satunya aspek fisik seperti
terjadinya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua
3
aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini
mempengaruhi status individu maupun masyarakat, persepsi merupakan perilaku
yang masih terbentuk dalam lingkup pembentukan perilaku dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu, faktor yang berasal dari dalam dan luar individu.
Disamping sistem susunan yang mengontrol reaksi individu terhadap rangsangan,
aspek-aspek didalam diri individu yang juga sangat berpengaruh dalam
pembentukan dan perubahan perilaku ialah persepsi, motivasi dan emosi
(Sarwono S. 2005).
Tentang sistem nasional (SKN) yaitu tercapainya kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Salah satu arah kebijakan kesehatan adalah meningkatkan kesehatan lingkungan
ditempat pemukiman. Tujuan program hygiene dan sanitasi lingkungan
pemukiman penduduk yaitu meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik
pada tempat tinggal penduduknya sehingga dapat melindungi dari penularan
penyakit, keracunan, kecelakaan dan gangguan pencernaan (DepKes RI, 2006).
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang terus
membenahi diri agar dapat setara dengan negara maju lainnya. Berbagai upaya
pemerintah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dilakukan secara serius dan sungguh-sungguh. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kesejahteraan umum adalah melalui pembangunan kesehatan yang
diarahkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sebagaimana tercantum
dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Upaya untuk
meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya mungkin dapat dicapai pada suatu
4
saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap
orang atau masyarakat. Upaya kesehatan harus selalu diusahakan peningkatannya
secara terus menerus agar masyarakat yang sehat sebagai investasi dalam
pembangunan dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis (DepKes RI,
2006).
Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia dewasa ini masih belum
mencapai kondisi yang diinginkan, karena belum terpenuhinya kebutuhan sanitasi
dasar yaitu sanitasi yang minimal diperlukan untuk menyehatkan lingkungan
pemukiman misalnya sarana pembuangan tinja. Menurut Hendrik L. Blum
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan yaitu faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Dari faktor-
faktor tersebut, faktor lingkungan mempunyai peranan yang sangat besar dengan
tanpa mengabaikan faktor-faktor yang lain. Lingkungan yang paling dekat dengan
kehidupan manusia adalah lingkungan tempat tinggal, karena lingkungan tempat
tinggal merupakan faktor yang paling erat kaitannya dengan manusia (DepKes RI,
2005).
Salah satu faktor yang berhubungan dengan lingkungan adalah dibidang
pembuangan tinja, karena apabila pembuangan tinja tidak dilakukan secara
saniter, maka kemungkinan besar akan menimbulkan gangguan pada manusia.
Masalah yang akan timbula apabila pembuangan tinja tidak memenuhi syarat
kesehatan antara lain dapat mengotori dan mencemari lingkungan, dapat
menimbulkan bau dan merupakan sumber penularan penyakit seperti penyakit
diare, cholera, disentri, polio myelitis, askariasis, tipus abdominalis, viral
hepatitis dan sebagainya (DepKes RI, 2007). Kondisi penyakit diare di kabupaten
5
Aceh Barat Daya (Abdya) di Gampong persiapan Rumoh Panyang Kemukiman
Krueng Batee saat ini masih sangat tinggi, hal ini disebabkan oleh perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) masih sangat rendah serta pegetahuan masyarakat yang
rendah tentang penyakit diare (DinKes Aceh Barat Daya, 2012).
Persoalan pembuangan tinja ini, semakin penting diperhatikan apabila
dikaitkan dengan jumlah penduduk indonesia yang sangat besar. Berdasarkan data
Biro Pusat Statistik (BPS) Tahun 2002 dari jumlah penduduk indonesia sebanyak
204.456.005 jiwa, jumlah kepala keluarga yang tidak memiliki jamban keluarga
sebanyak 44,66%. Dengan demikian hampir separuh keluarga di indonesia tidak
memiliki jamban keluarga. Kondisi ini apabila tidak ditangani dengan serius akan
menimbulkan permasalahan kesehatan terutama dibidang kesehatan lingkungan.
Persoalan yang dihadapi tingkat nasional tersebut juga dihadapi di provinsi
Aceh. Berdasarkan proyeksi BPS Tahun 2008 penduduk provinsi di Aceh
sebanyak 4.293.315 jiwa, terdiri atas 2.136.056 laki-laki dan 2.157.857
perempuan. Dari data jumlah penduduk tersebut, jumlah rumah tangga yang tidak
memiliki jamban keluarga sendiri 38.034 jiwa, jamban keluarga bersama dan
jamban umum serta lainnya pada masing-masing kabupaten/kota. Permasalahan
berkaitan dengan tempat pembuangan tinja juga dihadapi di provinsi Aceh.
Dimana dari keseluruhan keluarga hanya 56,06% yang telah memiliki jamban
keluarga.
Kabupaten Aceh Barat Daya, dari jumlah penduduk sebesar 203.023 jiwa
dengan jumlah KK 45.109 KK. Jumlah keluarga yang mempunyai fasilitas Buang
Air Besar (BAB) sendiri sebanyak 2.834 jiwa (13,95%). Yang memiliki jamban,
sedangkan 1.261 jiwa (62,11%) BAB ke jamban umum. Sebanyak 1.283 jiwa
6
(63,19%) BAB ke sungai, jumlah KK yang tidak memiliki jamban yaitu 10.579
jiwa (DinKes Aceh Barat Daya, 2012).
Agar penelitian ini lebih fokus, maka peneliti memilih salah satu Gampong
yang berada di Kabupaten Aceh Barat Daya, yaitu Gampong Persiapan Rumoh
Panyang Kemukiman Kreung Batee Kecamatan Kuala Batee. Berdasarkan data
Puskesmas Pembantu Krueng Batee Tahun 2009, jumlah KK Gampong Persiapan
Rumoh Panyang sebanyak 248 KK, dari jumlah tersebut yang memiliki jamban
dan tidak memiliki jamban keluarga sebanyak 89 KK.
Gampong Rumoh Panyang masih banyak masyarakat yang membuang tinja
di sembarangan seperti sungai, selokan dan kebun-kebun kosong di sekitar rumah
mereka. Hal ini diduga kuat disebabkan oleh pengetahuan masyarakat yang tidak
menunjang kesehatan. Disamping itu, tingkat ekonomi keluarga juga
mempengaruhi terhadap hal ini bagi masyarakat yang mempunyai ekonomi
rendah, kemampuan mereka untuk membangun jamban sehat keluarga juga sangat
terbatas. Selain faktor ekonomi, faktor pendidikan yang rendah rata-rata hanya
tamatan SLTP juga ikut mempengaruhi Masyarakat yang berpendidikan rendah
sulit mengerti tentang pentingnya kesehatan lingkungan.
Disamping itu informasi yang terima yang berkaitan dengan pembuangan
tinja yang dapat menjaga kesehatan serta tidak mencemari lingkungan sekitarnya
sulit dimengerti dan diterima dengan baik.
Dari paparan diatas penulisan tertarik untuk mengetahui bagaimana kondisi
aspek sosial budaya masyarakat di Gampong Persiapan Rumoh Panyang yang
mempengaruhi kebiasaan membuang tinja yang tidak sehat.
7
1.2. Rumusan Masalah
Dikarenakan masih banyak masyarakat yang tidak memiliki jamban
keluarga serta pembuangan tinja disembarangan tempat, maka permasalahan pada
penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kebiasaaan
pembuangan tinja masyarakat di Gampong Persiapan Rumoh Panyang
Kemukiman Krueng Batee Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya
Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
13.1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kebiasaan pembuangan tinja masyarakat di Gampong
Persiapan Rumoh Panyang Gampong Krueng Batee Kecamatan Kuala
Batee Kabupaten Aceh Barat Daya.
13.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Tingkat Hubungan kepemilikan jamban yang
mempengaruhi kebiasaan pembuangan tinja di Gampong Persiapan
Rumoh Panyang Gampong Krueng Batee Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya.
2. Untuk mengetahui tingkat Hubungan pengetahuan masyarakat yang
mempengaruhi kebiasaan pembuangan tinja di Gampong Persiapan
8
Rumoh Panyang Gampong Krueng Batee Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya.
3. Untuk mengetahui tingkat Hubungan ekonomi yang mempengaruhi
kebiasaan pembuangan tinja di Gampong Persiapan Rumoh Panyang
Gampong Krueng Batee Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh
Barat Daya.
4. Untuk mengetahui tingkat Hubungan pendidikan yang mempengaruhi
kebiasaan pembuangan tinja di Gampong Persiapan Rumoh Panyang
Gampong Krueng Batee Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh
Barat Daya.
5. Untuk mengetahui tingkat Hubungan pekerjaan masyarakat yang
mempengaruhi kebiasaan pembuangan tinja di Gampong Persiapan
Rumoh Panyang Gampong Krueng Batee Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya.
14. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Praktis
1. Dapat mengaplikasikan ilmu yangtelah dipelajari di bangku kuliah
serta dapat membandingkan teori-teori yang telah dipelajari dengan
kenyataan di lapangan
2. Memberikan masukan bagi dinas kesehatan serta instansi terkait
tentang pembuangan tinja masyarakat di wilayah tersebut
14.2. Manfaat Teoritis
9
1. Menambahkan wawasan ilmu pengetahuan penulis untuk dapat
mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat
2. Sebagai bahan pada perpustakaan yang akan dimanfaatkan oleh
mahasiswa khususnya program studi ilmu kesehatan masyarakat dan
referensi
10
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2008, Kesehatan lingkungan, Jakarta
Depkes RI, 2006 Profil Kesehatan. Jakarta
Gandhi,.Kesehatan Lingkungan Menurut WHO,HAKLI,2010
Sarwono, S., Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Erlangga. Jakarta,20
Warsito,2005, Pengantar Epidemiologi, Fakultas Masyarakat di Universitas
Diponogero Semarang.
Azwar,2007, Kesehatan lingkungan. Bandung Gajah mada University press
Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Erlangga (contoh penulisan D.P)
Handayani,2006, Kesehatan Lingkungan.U.I.FKM
Noor Nasry, 2008 ,Epidemiologi, Rineka Cipta, JakartaNotoadmodjo,2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta,
JakartaNotoadmodjo, 2010, Metodologi penelitian kesehatan, Rineka cipta. Jakarta.
http/www.HARIAN KOMPAS, diakses pada tanggal 20 Maret 2013.
10
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.Pengertian Tinja
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus
sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan
(tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang
dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan
sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar.Dalam
ilmu kesehatan lingkungan, dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih
dipentingkan adalah tinja (faeces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan
ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya
berbagai macam penyakit saluran pencernaan. Ekskreta manusia (human excreta)
yang berupa feses dan air seni (urine) merupakan hasil akhir dari proses yang
berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan
zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh (Chandra, 2007).
Namun tinja potensial mengandung mikroorganisme patogen, terutama apabila
manusia yang menghasilkannya menderita penyakit saluran pencernaan makanan
(enteric or intestinal disesases). Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri,
virus, protozoa, ataupun cacing-cacing parasit. Coliform bacteria yang dikenal
sebagai Echerichia coli dan Fecal stretococci (enterococci) yang sering terdapat di
saluran pencernaan manusia, dikeluarkan dari tubuh manusia dan hewan-hewan
berdarah panas lainnya dalam jumlah besar rata-rata sekitar 50 juta per gram
(Soeparman, 2002).
11
2.2. Pembuangan Tinja
Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang
harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap keluarga. Pembuangan kotoran yang baik
harus dibuang kedalam tempat pembuangan kotoran yang disebut jamban.Jamban
adalah suatu bangun yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran
tersebut, kotoran itu tersimpan dalam satu tempat tertentu dan tidak menjadi sarang
penyakit. Komposisi kotoran manusia(tinja) terdiri dari bermacam-macam benda
antaralain :1. Sisa makanan yang membusuk dan mengeluarkan bau 2. Bibit penyakit
yang berbahaya dan telur cacing terutama pada kotoran dari manusia yang sakit perut
maupun cacingan (Notoadmojo, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,seorang yang normal
diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 330 gram,dan menghasilkan air seni
970gram.jadi bangsa Indonesia dewasa ini setiap harinya tinja yang dikeluarkan
disekitar 194.000 juta gram atau 194.000 ton,maka bila pembuangan (pengelola)
tinja tidak baik akan mempermudah terserang penyakit(Notoadmojo,2007).
Sanitasi sesuai nomenklatur MDGs adalah pembuangan tinja. Termasuk dalam
pengertian ini meliputi jenis pemakaian atau penggunaan tempat buang air besar,
jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat pembuangan akhir tinja. Sedangkan
kriteria akses terhadap sanitasi layak jika penggunaan fasilitas tempat BAB milik
sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan jenis ‘latrine’ dan tempat
pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau sarana pembuangan air
limbah (SPAL). Sedangkan kriteria yang digunakan JMP WHO-UNICEF 2008,
sanitasi terbagi dalam empat kriteria, yaitu ‘improved’, ‘shared’, ‘unimproved’ dan
‘open defecation’(Depkes RI, 2010).
12
Penanganan buangan tinja tidak bisa dianggap sebagai masalah yang sepele.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) menyebutkan, seseorang
setiap tiap harinya membuang tinja seberat 125-250 gram. Jika saat ini seratus juta
orang Indonesia tinggal di kawasan perkotaan, maka setiap harinya kawasan
perkotaan tersebut bisa menghasilkan 25.000 ton tinja.
Sekretaris Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja
AMPL) Nasional Maraita Listyasari mengatakan, sudah banyak kesadaran untuk
buang air besar (BAB) di jamban, tetapi masih ada 70 juta masyarakat yang BAB di
sembarang tempat. Walaupun sudah banyak jamban sehat dibangun tetapi masih
banyak saja jamban yang tidak memenuhi syarat. Padahal ketika tidak memenuhi
syarat, sebenarnya kita hanya memindahkan polutan dari satu tempat ketempat yang
lain," ujarnya, saat acara Workshop Media dan Kunjungan Media Mewujudkan
STOP BABS 2015, di Sulawesi Selatan (Harian Kompas, 2012).
Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang
harus memenuhi saniasi dasar bagi setiap keluarga. Pembuangan kotoran yang baik
harus dibuang kedalam tempat pembuangan kotoran yang disebut jamban.
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut, kotoran itu tersimpan dalam suatu
tempat tertentu dan tidak terjadi sarang penyakit. Komposisi kotoran manusia(tinja)
terdiri dari bermacam-macam benda antara lain: 1.sisa makanan yang membusuk dan
mengeluarkan bau 2.bibit penyakit yang berbahaya dan telur cacing,terutama pada
kotoran dari manusia yang sakit perut maupun cacingan (Notoadmodjo,2007).
Kotoran Manusia (Tinja) adalah sisa ampas makanan yang tidak dapat dicerna
yang bisa saja berbentuk karbohidrat protein,enzim,lemak,sel-sel mati dan juga
13
microba dalam satu liter kotoran manusia terdapat materi organic yang setara dengan
200-300 mg BODS.Dalam tinja masih ada dalam nutrien yaitu senyawa Nitrogen dan
fosfor yang dibawa oleh sel-sel mati dan juga sisa-sisa protein.biasanya keluar dalam
bentuk ammonium, satu liter tinja bisa mengandung ammonium seberat 25gram juga
fosfat 30 mg.Jika zat ini masuk kedalam air hanya akan meningkat pertumbuhan
gangguan air yang menghabiskan oksigen sehingga ikan dan hewan air lainya akan
mati (Soeparman, 2002).
Dalam tinja manusia juga terdapat miliaran microba termasuk dalam bakteri
pathogen yaitu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia seperti
salmonella typhi(tifus),vibrio cholera (kolera) virus hepatitis, dan juga polio.Jika
seseorang cacingan dapat di pastikan jika dalam tinjanya terdapat telur-telur
cacing.Beragaman telur cacing yang dapat hidup dalam perut kita seperti cacing
gelang, cambuk, tambang, dan kremi,satu gram tinja dapat berisi ribuan telur yang
sikap berkembang dalam perut orang lain (Soeparman, 2002).
2.3.Dekomposisi Tinja
Menurut Soeparman (2002). Proses penguraian (decomposition) pada tinja
secara alamiah akan berlangsung, sehingga akan berubah menjadi bahan yang stabil,
tidak berbau, dan tidak mengganggu. Aktivitas utama dalam proses dekomposisi
tersebut adalah :
1. Pemecahan senyawa organik kompleks, seperti protein dan urea, menjadi
bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil.
2. Pengurangan volume dan massa (kadang-kadang sampai 80%) dari bahan
yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbon dioksida,
14
amonia, dan nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer, bahan-bahan yang
terlarut dalam keadaan tertentu meresap ke dalam tanah di bawahnya.
3. Penghancuran organisme patogen yang dalam beberapa hal tidak mampu
hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik di
dalam massa yang tengah mengalami dekomposisi.
Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi. Aktivitas bakteri dapat
berlangsung dalam suasana aerobik atau anaerobik. Proses anaerobik tersebut
misalnya terjadi pada kakus air (aqua privy), tangki pembusukan (septic tank), atau
pada dasar lubang yang dalam. Atau dapat pula terjadi secara aerobik, seperti pada
dekomposisi tertentu. Di samping itu, dekomposisi dapat terdiri lebih dari satu tahap,
sebagian aerobik dan sebagian lagi anaerobik, tergantung pada kondisi fisik yang
ada. Sebagai contoh, proses anaerobik berlangsung dalam septic tank, effuent cair
meresap ke dalam tanah melalui saluran peresapan dan meninggalkan banyak bahan
organik pada lapisan atas tanah. Bahan organik itu diuraikan secara aerobik oleh
bakteri saprofit yang mampu menembus tanah sampai kedalaman 60 cm.
2.4. Sarana Pembuangan Tinja (Jamban)
Jamban adalah suatu bangunan yang di gunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia(tinja) yang lazim disebut kakus atau wc,sehingga
kotoran atau najis tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi
penyebab atau penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman (DepKes, 2010).
2.4.1.Kontruksi jamban
Untuk menentukan kontruksi jamban yang bagaimana di gunakan sebenarnya
sangat di pengarhi oleh keadaan daerah masing-masing, misalnya bagaimana kadaan
15
tanahnya, tinggi permukaan air tanah sehari- hari sepanjang tahun,pengaruh banjir
diwaktu musim hujan, pengaruh pasang surutnya air laut bagi daerah-daerah ditepi
pantai, apakah mudah dan cukup memperoleh air untuk setiap harinya. Disamping
faktor-faktor tersebutkontruksi jamban keluarga dipengaruhi oleh factor yaitu
kebiasaan dan tatacara hidup keadaan social ekonomi masyarakat setempat serta
bahan-bahan yang terdapat di daerah tersebut (Warsito, 2006).
2.4.2. Persyaratan atau Jamban sehat
DepKes, RI tahun 2008 jamban yang sehat memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Persyaratan tidak mencemari air minum, untuk itu letak lubang
penampungan paling sedikit berjarak 10 meter dari sumber air minum,
tetapi kalau keadaan tanah liat yang retak- retak pada musim
kemarau,demikian juga bila letak jamban disebelah atas dari sumber air
minum pada tanah masing-masing, maka jarak tersebut hendaknya lebih
dari 15meter.
2. Tidak berbau dan tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. Untuk
itu tinja harus tertutup rapat misalnya dengan menggunakan leher angsa.
3. sekitarnya,untuk itu lantai jamban harus cukup luas paling sedikit
berukuran 1x1 meter, dan dibuat cukup landai atau miring kearah lubang
jongkok, lantai kedap air, tersedia dan alat pembersih
4. Mudah dibersihkan, aman digunakan utuk ini harus dibuat dari bahan-
bahan yang kuat dan tahan lama dan agar tidak terlalu mahal hendaknya
dipergunakan bahan-bahan yang ada setempat.
16
5. Dilengkapi dinding kedap air dan berwarna terang, luas ruangan cukup
atau tidak terlalu rendah dan ventilasi cukup baik.
Menurut Ehler dan steel tipe jamban atau sarana yang akan dibangun atau
diterapkan pada masyarakat, harus dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Tidak terjadi kontaminasi pada tanah prmukaan
2. Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin masuk ke air
tanah dan sumur tidak terjadi kontaminasi pada air permukaan
3. Tinja tidak terjangkau oleh lalat atau kuman
4. Tidak terjadi penangganan terhadap ekskreta segar. Apabila tidak
dapat dihindarkan, harus ditekan seminimal mungkin
5. Metode yang digunakan harus sederhana serta mudah dalam
pembuangan dan penyelenggaraanya
2.4.3. Tipe-tipe Jamban
Tipe-tipe jembatan dapat di bagi atas tipe sehat dan tidak sehat
2.4.3.1. Tipe-tipe jamban sehat
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangat tinjau yang efektif untuk
memutuskan mata rabtai penularan penyakit.Rumah tangga memiliki atau
menggunakan jamban leher angsa dengan tanki septik atau lubang penampung
kotoran sebagai pembuangan akhir.
1. Jamban Leher Angsa
Jamban leher angsa ini dapat menghindar atau mengurangi gangguan lalat atau
serangga dan binatang lain,mengurangi tinbul dan tersebarnya bau,dapat dipakai
dengan aman oleh anak-anak,kebersihan mudah dijaga,dapat dipasang di luar
maupun di dalam rumah,mudah dibuat dan hemat.
17
2. Septik tank
Latrin jenis septic tank ini merupakan cara yang memenuhi persyaratan,oleh
sebab itu,cara pembuangan tinja semacam ini yang dianjurkan.Septi tank terdiri dari
tangki sedimentasi yang kedap air,dimana tinja dan air buangan masuk dan
mengalami dekomposisi.
2.4.3.2. Tipe-tipe jamban tidak sehat
Jamban cemplung ini sering kita jumpai didaerah pedesaan di jawa. Tetapi
sering dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna,misalnya tanpa rumah
jamban dan tanpa tutup. Sehingga serangga mudah masuk, dan bau tidak bisa
dihindari. Disamping itu, karena tidak ada rumah jamban,bila musim hujan tiba maka
jamban itu akan penuh dengan air.
1. Jamban cemplung berventilasi
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung,bedanya lebih
lengkap,yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipaventilasi ini
dapat dibuat dengan bamboo.
2. Jambang empang (fishpond latrine)
Jamban empang ini dibangun diatas empang ikan. Dialam sistem jamban
empang ini terjadi dari ulang,yakni tinja dapat dimakan ikan,ikan dapat di makan
orang. Jamban ini mempunyai fungsi yaitu disamping mencegah tercemarnya
lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan
ikan)
2.4.4. Cara pemeliharaan jaga (Jamban keluarga)
Untuk menjaga agar jamban keluarga tetap bersih dan memenuhi maka dapat
dilakukan beberapa upaya antara lain : (Depkes RI, 2010)
18
1. Siramlah atau gelontorlah kotoran sampai bersih
2. Bersihkan selalu jaga sehingga selalu bersih dan tidak licin. Dan juga harus
selalu tersedia alat pembersih
3. Perbaiki bagian-bagian yang telah rusak
4. Apabila macet digelontorkan / rusak mintalah petunjuk dari kader kesehatan
lingkungan atau sanitarian puskesmas untuk mengatasinya
5. Untuk jenis jamban cemplung yang telah penuh, gali lubang baru dan timbun
yang lama.
Melalui beberapa kemungkinan diatas maka tinja mempunyai peranan yanag
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Untuk menagtasi hal tersebut perlu
diadakan pemutusan mata rantai penularan penyakit dari orang sakit atau carier ke
manusia sehat adalah melalui suatu mata rantai tersebut (Depkes RI,2005).
2.5. Mata Rantai Penularan Penyakit Oleh Tinja
Manusia merupakan sumber penting dari penyakit, penyakit infeksi yang
ditularkan oleh tinja merupakan salah satu penyebab kematian
(Sumber Depkes,2005)
1.Melalui Air
Air permukaan tanah dapat mengalir membawa kotoran yang dilalui menuju
sumber air, bagi masyarakat dan air ini digunakan langsung tanpa pengolahan
sempurna dapat terjadi penularan penyakit.
Tinja
AirTangan
SeranggaTanah
Makanandan
Minuman
Manusia
Mati
Sakit
19
2.Melalui tangan
Apabila seseorang mencuci kotoran dengan tangan,bila tidak dicuci bersih
dapat pindah kepada makanan yang dipegang. Demikian juga secara langsung cacing
tambang dapat memasuki tubuh manusia apabila terinjak kotoran tinja manusia yang
mengandung telur cacing tambang.
3. Melalui serangga dan tikus
Apabila seseorang membuang tinja disembarang tempat sampai kering tinja
tersebut oleh serangga dan tikus,seranggan dan tikus akan membawa penyakit
kemakanan yang dimakan sama manusia, akan menyebabkan penularan penyakit.
4. Melalui tanah
Apabila seseorang membuang tinja ditanah sampai mongering hingga tinja
tersebut diterbangkan kemakanan dan dimakan manusia bisa menyebabkan penyakit.
2.6. Peranan Tinja Dalam Kehidupan
Banyak diidentifikasikan oleh para ahli, bahwa tinja dapat mengandung bibit
penyakit sebagai berikut :
1. Mikroorganisme Patogen
Hubungan dengan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
tinja,organisme penyebab dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu virus,
bakteri, protozoa, dan cacing. Ddisamping itu bisa merupakan tempat
berkembang biaknya serangga terutama nyamuk,lalat dan kecoak yang
selalu memberikan dampak merugikan kaepada manusia
2. Virus
Lima kelompok dari virus pathogen yang penting adalah adone-
virus,antero-virus (termasuk poliovirus),hepatitis A virus dan virus
20
penyebab diare (terutama ratavirus). Kelompok virus lainnya juga dapat
ditemukan dalam tinja, seperti infeksi yang disebabkan oleh semua
kelompok virus tersebut tertama pada anak-anak seringkali tidak
menimbulkan gejala klinis.
3. Bakteri
Tinja dari orang sehat mengandung sejumlah besar bakeri kameusal dari
banyak spesies. Kelompok mikroorganisme yang selalu tetap ditemukan
dalam tinja manusia adalah bakteriodes,fragilus,fecal califarms,total
califarms,E coli,fecal asteprococci, lactocaccili clostridia, bacteriodes,
bifidobacteria dan eubacteria.
4. Protozoa
Berbagai macam spesies dari protozoa dapat menginfeksi manusia dan
menyebabkan penyakit. Hanya 3 spesies dari protozoa usus manusia yang
sering kali bersipat patogen yaitu giardia, lambia, balantdium, dan
entamoeba histolytica.
5. Cacing
No Penyakit transmisi Distribusi1. Ancylostomosis Manusia-Tanah-Manusia Terutamadiiklimtropis
danbasah2. Ascariasis Manusia-tanah-Manusia Diseluruh dunia
3. Trichiuasis Manusia-tanah-Manusia Diseluruh dunia
2.7.Faktor Yang Berhubungan Dengan Pembuangan Tinja
2.7.1.Kepemilikan
Kepemilikan adalah hak dan memegang Kontrol terhadap apa yang
dimilikinya, jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
21
mengumpulkan kotoran manusia (tinja) yang lazim disebut kakus atau WC
sehinggga kotoran atau najis tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak
menjadi penyebab penyakit. Menurut tipe kepemilikan jamban di bagi atas 2 macam
yaitu jamban pribadi dan jamban umum. Jamban pribadi adalah jamban yang
dimiliki oleh keluaraga tersendiri yang ada di dalam pekarangan rumah, sedangkan
jamban umum adalah jamban yang dimiliki oleh semua masyarakat
(Handayani,2006).
Berkaitan dengan kepemilikan jamban, untuk pembuangan tinja manusia
sebagian keluarga sudah mempunyai jamban keluarga. Umumnya jamban / kakus
tersebut terletak menyatu dengan penggunaaan kamar mandi dan tempat cuci
penduduk satu rumah. Bahkan bagi penduduk dengan bentuk fisik rumah yang
mapan, bentuk dan kebersahn rumah ter jaga (Sukarni,2005).
2.7.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap masalah suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni penglihatan, pendegaran, penciuman, rasa dan peraba.
Pengetahuan masyarakat dalam pembuangan tinja juga memerlukan suatu proses
dalam melakukan perubahan. Perubahan ini dapat muncul disebabkan dengan
kemajuan tehnologi.
Dari pengalamanya dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang dasar oleh
masyarakat tidak bisa meninggalkan kebiasaaan buang air besar pada tempatnya,
padahal mereka lebih tahu tentang bahaya yang akan ditimbulkan akibat buang air
besar disembarangan tempat. Salah satu diantaranya terjadi transisi penyakit melalui
22
kontak langsung dengan tanah, factor ini juga didukung dengan kurang pahamnya
masyarakat tentang pentingnya hidup sehat. ( Notoadmodjo, 2007 )
2.7.3 Tingkat Ekonomi
Ekonomi adalah tingkat penghasilan penduduk, semakin tinggi penghasilan
semakin tinggi pula persentase pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang
makanan, juga semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula status gizi
masyarakat (Notoadmodjo, 2007).
Mata pencaharian kepala kepala keluarga sangat berhubungan dengan factor –
factor kesehatan, hal ini disebabkan oleh mata pencaharian ada habungannya
dengan pendidikan dan tingkat pendapatan. Oleh sebab itu sangat penting
mengetahui penyebaran mata pencaharian penduduk menurut jenis kelamin, daerah
seperti penyebaran penduduk menurut jenis kelamin, daerah seperti penyebaran
penduduk berdasarkan pekerja aktif, pengangguran dan bekerja yang tidak aktif
(Sukarni, 2000)
Keadaan Ekonomi atau penghasilan memegang peranan sangat penting dalam
meningkatkan status kesehatan lingkungan. Jenis pekerjaan orang tua erat kaitannya
dengan tingkat penghasilan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan dan
lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemamfaatan pelayanan
kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkatkan, dibandinkan dengan
penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya pemampaatan pelayaan
kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya
transpormasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan (Notoamodjo, 2007).
23
2.7.4 Pendidikan
Pendidikan adalah perubahan sikap dan tingkah laku serta pembahan ilmu
pengatahuan. Pendidikan akan terjadi melalui proses pendidikan, pengalaman dan
wawasan bagi seseorang untuk perubahan tingkah laku dalam melaksanakan aktivitas
sehari-sehari. Tingkat pendidikan berkaiatan erat dengan pembuangan tinja yang
tidak memiliki jamban keluarga, bagi yang berpendidikan tingkat tinggi mempunyai
wawasan dan pengetahuan terhadap pembuanagan tinja baik, dan dapat menghindari
dari pencemaran lingkungan (Azwar,2007).
Pendidikan masyarakat tentang pembuangan tinja dengan menggunakan
jamban keluarga juga di peroleh melalui pendidikan, pengetahuan serta berbagai
informasi yang digunakan dan diterapkan oleh masayarakat terhadap kegiatan
pengelolaan dan penggunaan jamban keluarga. tampa adanya pendidikan masyarakat
untuk mengelola dan menggunakan jamban sesuai dengan syarat pendidikan
kesehatan tentang penggunaan jamban yang baik perlu dimiliki atau dididirikan oleh
seseorang sehingga dalam menjalankan jehidupan sehari-hari maupun memanfaatkan
jamban keluarga dengan baik (Handayani, 2006).
Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan pembuangan tinja yang tidak
memiliki jamban keluarga, bagi berpendidikan tinggi mempunyai wawasan dan
pengetahuan terhadap pembuangan tinja yang baik dan dapat menghindari terjadi
pencemaran lingkungan.
2.7.5.Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan atau pencaharian yang dijadikan
pokok penghidupan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan hasil (Depdikbut,
2010). Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan,status
24
sosial ekonomi, resiko cidera atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok
populasi, pekerjaan tertentu serta merupakan predictor status determinan resiko dan
determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta merupakan
predictor status kesehatandan kondisi tempat suatu populasi
bekerja(widyastuti,2006).
Faktor yang penting adalah pengeluaran yang tidak terduga untuk
pemeliharaan kesehatan serta penyediaan fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan
kesehatan seperti jamban keluarga, tempat sampah lainnya. Berhubungan dengan
tingkat pendapatan keluarga yang rendah akan dapat membawa dampak terhadap
pembuangan tinja dan penyediaan jamban keluarga sehat, sumber air bersih dan
sebagainya, sehingga akan dapat mempengaruhi terhadap derajad kesehatan anggota
keluarga (Sukarni, 2007).
2.7.6. Perilaku
Perilaku manusia merupakan salah satu factor yang banyak memegang peranan
dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Bahkan menurut bloom,factor
perilaku memberikan kontribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan
individu maupun masyarakat (Nur Nasri Noor, 2008).
Prilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan keshatan, makanan, dan
minuman, serta lingkungan. (Notoadmojo 2007).
Aspek kebiasaan pembuanagan tinja kesungai membuanag tinja kekebun
kosong,membuanag tinja kekali atau selokan-selokan. Kalau membuag tinja ke
sungai, factor yang mempengaruhinya seperti merasa aman, merasa enak, dan tidak
25
mempunyai jamban. Kalau membuang tinja ke kali factor yang mempengaruhi
seperti sudah biasa,merasa enak,tidak mempunyai jamban dan lain-lainnya.
2.8. Kerangka Teoritis
Dari uraian diatas dapat di susun suatu kerangka teoritis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan pembuangan tinja masyarakat di desa persiapan gampong
Rumoh panyang, kecamatan Kualabatee, Kabupaten Aceh barat daya tahun 2013
seperti bagian di bawah ini:
Gambar :2.1.Kerangka Teoritis
Sukarni,2005-Ekonomi-Pekerjaan-Kebiasaan
Kebiasaan pembuangantinja
Notoatmodjo, 2007-Pengetahuan-Sikap-Ekonomi-Pekerjaan
Handayani,2006-Pendidikan-Sikap-Pengetahuan-Kepemilikan
26
2.9. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori tersebut diatas, maka dapat disusun kerangka
konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tingkat Ekonomi
Pendidikan
Pengetahuan
Kepemilikan Jamban
Kebiasaan PembuanganTinja
Pekerjaan
27
DAFTAR PUSTAKA
DepKes, RI, 2008,Kesehatan Lingkungan, Jakarta.
DepKes, RI, 2010,Kesehatan Lingkungan, Jakarta.
Harian Kompas 2012
Warsito, 2005, Pengantar Epidemologi, fakultas kesehatan masyarakat di universitas
Dipenogoro Semarang.
Azwar, 2007, Kesehan Lingkungan, Bandung Gajah mada University press
Handayani, 2006, Kesehatan Lingkungan.jakarta, UI. FKM
Noor Nasry, 2008, Epidemologi, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoadmodjo,2007, Promoi Kesehatan dan Ilmu perilaku,Rineka cipta,Jakarta.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penilitian Analitik dengan desain cross
sectionaluntuk menganalisisfaktor-faktor yang mempengaruhi kebisaan
pembuangan tinja di gampong persiapan rumoh panyang Kecamatan Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Dayatahun 2013.
3.2. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau yang
diteliti(Notoadmojo,2005) populasi dalam penelitian ini total kepala keluarga
dari seluruh rumah yang berjumlah 248 yang memiliki jamban keluarga dii
Gampong Persiapan Rumah Panyang Krung BateeKecamatan Kuala
BateeKabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013.
3.3. Sampel
Adapun teknik yang di pakai dalam pengambilan sampel adalah dengan
menggunakan teknik sampling random yaitu pengambilan sampel secara acak
dan proposional sesuai dengan tujuan penelitian, sedang untuk menentukan
jumlah sampel digunkan Rumus slovin dikutip dari Arikunto (2006) sebagai
berikut :
28
n= ( )²Keterangan :
n : Besar sample
N: Besar populasi
d : penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketidak tepatan yang
diinginkan
Dimana:
n = ( , )n= ,n= ,n= 71,216
Maka sampel dalam penelitian ini adalah 71 orang
Untuk menentukan/pemilihan sampel pada setiap dusun di hitung dengan
rumus Proposional Random Sampling yaitu :∑KK (Dusun)∑ ℎ ( )Berdasarkan Rumus Proporsional tersebut maka jumlah sampel pada setiap
dusun jumlah KK yang di tentukan adalah sebagai berikut :
29
No. Dusun Jumlah KK Rumus JumblahSampel1 Suka Damai 90 90/248 x 71 262 Padang Harapan 71 71/248 x 71 203 Kuta Blang 87 87/248 x 71 25
Total 248 71
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data primer
Data yang di peroleh langsung melalui responden yaitu kepemilikan
jamban, pengetahuan, tingkat pendidikan, Ekonomi, dan Pekerjaan.
3.4.2. Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui Dinas kesehatan, puskesmas, kantor camat,
dan Kantor Keuchik.
3.5. Definisi operasional
No.Variabel dependen
1. Variabel : Kebiasaan pembuangan tinja masyarakatDefinisi : Kebiasaan dalam BAB sehari-hari oleh masyarakatCara ukur : WawancaraAlat ukur : KuesionerHasil ukur : 1. Jamban
2. Bukan jambanSkala ukur : Ordinal
Variabel Independen2. Variabel : Tingkat ekonomi
Definisi : Tingkat pendapatan lebih atau kurang yang dihitungberdasarkan penghasilannya dalam satu bulan (UMPPropinsi Aceh 2013)
Cara ukur : WawancaraAlat ukur : KuesionerHasil ukur : 1. Tinggi
30
2. RendahSkala ukur : Ordinal
3. Variabel : PendidikanDefinisi : Jejang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh
responden dan mendapat ijazahCara ukur : WawancaraAlat ukur : KuesionerHasil ukur : 1. Tinggi
2. Menengah3. Rendah
Skala ukur : Ordinal4. Variabel : Pengetahuan
Definisi
Hasil ukur
:
:
Kemampuan responden dalam pemahaman terhadappembuangan tinja, serta penyakit yang ditimbulkan olehtinja, arti tinja, manfaat jamban keluarga, serta jenisjamban keluarga yang baik.1. Baik2. Kurang
Cara ukur : WawancaraAlat ukur : KuesionerHasil ukur : Ordinal
5. Variabel : Kepemilikan jambanDefinisi : Status kepemilikan terhadap jambanCara ukur : WawancaraAlat ukur : KuesionerHasil ukur : 1. Jamban
2. Bukan JambanSkala ukur : Nominal
6. Variabel : PekerjaanDefinisi : Suatu kegiatan yang ditekuni individu untu
mendapatkan penghasilanCara ukur : WawancaraAlat ukur : KuesionerHasil ukur : 1. Bekerja
2. tidak bekerjaSkala ukur : Nominal
31
3.6. Aspek pengukuran
3.6.1. Kebiasaan pembuangan tinja
- Jamban : jika responden menyatakan membuang tinja di
jamban Keluarga atau jamban umum
- Bukan jamban : jika responden menyatakan membuang tinja di
sungai, di kali,dan selokan, disemak- semak /
Hutan
3.6.2. Kepemilikan jamban
- Memiliki Jamban : jika responden mempunyai jamban pribadi
- Tidak Jamban : jika responden tidak mempunyai jamban pribadi
3.6.3. Pengetahuan
- Baik :jika responden memilih jamban “ya” adalah> 50 %
- Kurang : jika responden memilih jawaban “Tidak” adalah ≤ 50 %
3.6.4. Ekonomi
Untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi maka pengukuran didasarkan pada
Peraturan Gubernur (pergub) nomor 95/ 2013, tentang UMP
- Tinggi : jika penghasilan keluarga perbulan > Rp. 1.550.000,-
- Rendah: jika penghasilan keluarga perbulan ≤ Rp.1.550.000,-
3.6.5. Pendidikan :
- Tinggi : ≥ S1
- Menengah: SMU s/d D4
- Rendah : SD s/d SMP
32
3.6.5. Pekerjaan :
- Bekerja: Jika responden mempunyai suatu pekerjaan tetap seseoran
Sumber pendapatan seperti Tani, Nelayan, dan lain- lainnya
- Tidak bekerja : Jika responden tidak mempunyai pekerjaan tetap, untuk
mendapatkan penghasilan seperti ibu rumah tangga, pelajar, dan lain-
lain.
3.7. Tehnik Anasis Data
3.7.1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi dan
persentasi tiap variabel yang diteliti .
3.7.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel dependen
dan sebuah variabel independen. Karena berbentuk katagori maka untuk
menetahui hubungan antara variabel-variabel independen dan variabel dependen
digunakan analisis statistik dengan uji Chi- square (x²) dengan memakai nilai α=
0,05. Jika ada sel yang memiliki harapan ≤ 5, maka digunakan fisher's exact test
(Notoadmojo, 2010). Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel
penelitian ini digunakan perangkat computer dalam menganalisis uji chiss-
squer.
Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan tingkat
sengnifitas(nilai p), yaitu :
33
a. (nilai p< 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak atau dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara faktor –faktor yang mempengaruhi
kebiasaan pembuangan tinja masyarakat gampong rumoh panyang
kecamatan kuala bate kabupaten aceh barat daya.
b. Jika nilai p> 0,05 maka hipotesis penelitian diterima atau dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara factor- factor yang
mempengaruhi kebiasaan pembuangan tinja masyarakat Gampong
Persiapan Rumoh Panyang Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh
Barat Daya.(Sopiyudin Dahlan 2012)
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Gampong persiapan rumoh panyang merupakan gampong yang terdapat
di kecamatan kuala bate kabupaten Aceh Barat Daya . Gampong peersiapan
rumoh panyang mempunyai luas wilayah 910 Km² Dengan luas pemukiman
penduduk 55 Ha dengan jumblah penduduk gampong persiapan Rumoh panyang
adalah sebanyak 846 jiwa dan 248 KK.
Adapun batas- batas Gampong Persiapan Rumoh panyang adalah sebagai
berikut :
a. Sebelah Utara : Gampong Krueng batee
b. Sebelah Timur : Gampong Alupisang
c. Sebelah selatan : Gampong Ie Mameh
d. Sebelah Barat : Gampong Lhok Gajah
Gampong persiapan rumoh panyang memiki 3 Dusun dengan jumlah Kepala
keluarga sebanyak248 KK. Pembagian berdasarkan Gampong Persiapan Rumoh
Panyang antara lain sebagai berikut :
a. Dusun Suka Jaya : 90 KK
b. Dusun padang Harapan: 71 KK
c. Dusun Kuta Blang : 87 KK
4.2 Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah kepala keluarga dari tiap rumah
yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 71 responden.
34
35
4.2.1 Umur
Dari keseluruhan kepala keluarga diperoleh data distribusi responden berdasarkan
umur, seperti yang tertera dalam tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi (n) (%)1 25 Tahun 2 2,82 25 -50 tahun 50 70,43 >50 Tahun 19 26,8
Total 71 100 %Sumber : Data Primer ( Diolah 2013 )
Berdasarkan tabel 4.1, dari 71 responden, yang diperoleh umur yang
terbanyak ada di antara 25 – 50 tahun yaitu sebanyak 50 responden . paling
sedikit umur responden lebih dari 25 tahun yaitu sebanyak 2 responden atau
senilai (2,8%)
4.3Hasil penelitian
4.3.1 Hasil analisis Univariat
Berdasarkan penelitian yang dilkukan pada tanggal 21 Mei 2013 mengenai
faktor – faktor yang mempengaruhi kebiasaan pembuangan tinja masyarakat
gampong persiapan rumoh panyang Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh
Barat Daya tahun 2013, Analisis ini Untuk melihat Variabel yang diteliti dalam
bentuk distribusi frekuensi dari setiap Variabel penelitian, maka diperoleh hasil
penelitian sebagai berikut :
4.2.1Tingkat Ekonomi
Dari keseluruhan kepala keluarga distribusi responden berdasarkan tingkat
ekonomi sebagai berikut :
36
Tabel 4.2.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Ekonomi
No Tingkat Ekonomi Frekuensi (N) (%)
1 Tinggi 32 45,12 Rendah 39 54,9
Total 71 100Sumber :Data primer (Diolah 2013)
Berdasarkan tabel 4.2.responden yang mempunyai tingkat ekonomi yang
tinggi 32 responden (45,1) dan responden dengan tingkat ekonomi yang rendah
bekisar 39 responden (54,9)
4.2.2 Pendidikan
Dari keseluruhan kepala keluarga diperoleh data distribusi responden
berdasarkan pendidikan , sepeerti yang tertera ,di table berikut
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Tinggi 0 02 Menengah 27 383 Rendah 24 62,0Total 71 100Sumber :Data primer (Diolah 2013)
Berdasarkan tabel dari 71 responden diketahui tingkat pendidikan
responden paling Rendah 24 responden (62,0). Dan responden yang pendidikan
nya Menengah terdapat 27 responden (62,0) Sedangkan yang berpendidikan
Tinggi tidak ada ( 0 ).
4.2.3 Pengetahuan
Dari Keseluruhan kepala Keluarga diperoleh data distribusi responden
berdasarkan pengetahuan sebagai berikut :
37
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan pengetahuan
No Pengetahuan Frekuensi (N) ( %)
1 Baik 32 45,12 Kurang baik 39 54,9
Total 71 100Sumber :Data primer (Diolah 2013 )
Berdasarkan tabel 4.4.di atas responden yang mempunyai Tingkat pengetahuan
responden yang baik 32 responden (45,1) dan rensponden yang memiliki
pengetahuan baik 39 responden (45,1)
4.2.4 Kepemilikan Jamban
Dari keseluruhan kepala keluarga diperoleh data distribusi responden
berdasarkan kepemilikan jamban yang digunakan seperti yang tertera di dalam
table berikut.
Tabel 4.5Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Jamban
NoKepemilikan jamban
Frekuensi (N) (%)
1 Jamban 33 46,52 Bukan Jamban 38 53,5Total 71 100Sumber : Data Primer (Diolah 2013)
Berdasarkan Tabel 4.5. dari 71 responden , diketahui 32 responden
memiliki jamban pribadi (45,1%) dan 38 memiliki responden yang memiliki
jamban umum39 atau bekisar (53,5%)
4.2.6 Pekerjaan
Dari keseluruhan kepala keluarga diperoleh data istribusi responden
berdasarkan pekerjaan, seperti yang tertera ditabel berikut :
38
4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
NoPekerjaan
Frekuensi(N) (%)
1 Bekerja 30 42,32 Tidak Bekerja 41 57,7Total 71 100Sumber :Data primer (Diolah 2013)
Berdasarkan tabel 4.6. bahwa dari 71 responden diketahui tingkat
pekerjaan responden paling tinggi 30 responden (42,3) dan yang paling rendah
adalah 41 responden (57,7 %).
4.3.2 Hasil analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan dua variabel
yaitu variabel independen dengan variabel dependen yang bertujuan untuk
mengetahui antara dua variabel tersebut. Analisis ini menggunakan uji Chi –
Squarejika p value > 0,050 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen (Dahlan, 2012)
1. Pengaruh tingkat ekonomi terhadap kebiasaan pembuangan tinja
Tabel 4.7.Tingkat Ekonomi Masyarakat Terhadap Kebiasaan PembuanganTinja di Gampong Persiapan Rumoh Panyang, KecamatanKualabatee kabupaten Aceh Barat Daya.
No.Kebiasaan
PembuanganTinja
Tingkat EkonomiMasyarakat
Total P NilaiTinggi Rendah
n % n % n % Value OR
1. Jamban 28 90,3 3 9,7 31 100 0,00 84.000
2. BukanJamban
4 10,0 36 90,0 40 100 (17.366-406.314)
Jumlah 32 45,1 39 54,9 71 100Sumber :Data primer ( Diolah2013)
Dari table di atas menunjukan Tingkat kebiasaan pembuangan tinja
masyarakat dengan tingkat Ekonomi dimana dari31 responden, responden yang
39
tingkat Ekonominya tinggi dengankebiasaan pembuangan tinja baik terdapat
sebanyak 28 responden (14,0% ) dan responden yang Ekonominya rendah dengan
Kebiasaan pembuangan tinja baik terdapat 4 responden (14,0 %). Sedangkan dari
40 responden, responden yang Tingkat ekonominya tingg dengan Kebiasaan
Pembuangan tinja sebanyak 6 Responden (15,4 %) dan Responden yang
Ekonominya Rendah dengan kebiasaan pembuangan tinja Terdapat 33
Responden (48,6% )
Dari Hasil Uji Chi- quare Menunjukan adanya hubungan antara tingkat
Ekonomi dengan Kebiasaan Pembuangan tinja karena hasil p value = 0,00
Menunjukan bahwa nilai ini lebih kecil dari level of significan α = 0,05 yaitu p
value (0,00) > dari α (0,050) dan OR 84.000
Maka HO diteima, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan antara Tingkat
Ekonomi dengan kebiasaan Pembuangan tinja Masyarakat.
2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Kebiasaan Pembuangan Tinja
Tabel 4.8. Pengaruh pendidikan TerhadapKebiasaan pembuangan tinjadiGampong persiapan Rumoh Panyang KecamatanKabupatenKuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya.
No.Kebiasaan
pembuangantinja
Tingkat PendidikanMasyarakat
Total p NilaiMenengah Rendah
n % n % n % Value OR
1. Jamban 20 64,5 11 35,5 31 100 0,001 8.571
2. Bukan Jamban 7 17,5 33 82,5 40 100 ( 2.858-25.709 )Jumlah 27 38,0 44 62,0 71 100
Sumber : Data Primer (Diolah 2013)
Dari Tabel diatas menunjukan proporsi kebiasaan pembuangan tinja
masyarakat Berdasarkan Pendidikan Responden yang memiliki yang pendidikan
Tinggi, kebiasaan pembuangan tinja lebih baik dari pada responden yang
40
memiliki pendidikan Rendah dari 71 responden, responden yang dengan
pendidikan yang Menegah dan kebiasaan pembuangan tinja yang baik terdapat
sebnyak 20 responden (68,5%) sedangkan responden dengan pendidikan yang
Rendah dan kebiasaan pembuangan tinjanya yang Rendah Respondah terdapat
sebanyak 11 responden (25,0%) dari total 30 responden yang memiliki pendidikan
baik terhadap kebiasaan pembuangan tinja. Sedangkan responden yang memiliki
pendidikan Rendah dan kebiasaan pembuangan tinja yang Rendah hanya 7
responden (25,9 %) serta yang kebiasaan pembuangan tinja yang Rendah
sebanyak 33 responden (75,0 %) dari total 44 responden yang memiliki
pendidikan Rendah (56,3%)
Dari hasil menggunakan uji Chi-square menunjukkan adanya pengaruh
antara pendidikan masyarakat karena hasil p value= 0,00 menunjukkan bahwa
nilai ini lebih kecil dari level of significan α=0,05 yaitu p value (0,00) < α (0,05)
Dan nilai OR8.571 maka HO diterima, sehingga dapat disimpulkan adanya
hubungan antara Tingkat pendidikan dengan kebiasaan pembuangan tinja
Masyarakat.
3. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kebiasa Pembuangan Tinja
Tabel 4.9. Pengaruh pengetahuan Masyrakat Terhadap KebiasaanPembuangan Tinja di Gampong Persiapan Rumoh PanyangKabupaten Aceh Barat Daya.
NoKebiasaan
PembuanganTinja
TingkatPengetahuanMasyarakat
Total p NilaiBaik Kurang
n % N % n % Value OR
1. Jamban 28 90,3 3 9,7 31 100 0,000 84.000
2. Bukan Jamban 4 10,0 36 90,0 40 100 (17.366-406314)Jumlah 32 45,1 39 54,9 71 100
Sumber :Data primer (Diolah 2013)
41
Dari Tabel diatas menunjukan proporsi Kebiasaan Pembuangan Tinja
Berdasarkan Pengetahuan yaitu Bahwa 71 responden. Responden dengan
pengetahuan yang baik dan kebiasaan pembuangan tinja dengan baik terdapat
sebanyak 27 responden (47,4%) sedangkan responden dengan pengetahuan yang
baik dan kebiasaan pembuangan tinja dengan baik terdapat sebanyak 3
responden (7,7 %) dari total 31 responden yang memiliki pengetahuan yang baik.
Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dan dan
Kebiasaan pembuangan tinja dengan baik hanya responden (15,6%) dari total 36
Responden(92,3%) yang berpengetahuan kurang baik.
Dari hasil menggunakan uji Chi-square menunjukkan adanya pengaruh
antara pendidikan masyarakat karena hasil p value= 0,001 menunjukkan bahwa
nilai ini lebih kecil dari level of significan α=0,05 yaitu p value (0,00) < α (0,050)
dan nilai OR 84.000 maka HO diterima,sehingga adanya hubungan antara Tingkat
pengetahuan dengan kebiasaan pembuangan Tinja Masyarakat.
4. Pengaruh kepemilikan jamban dengan Kebiasaan pembuangan Tinja
Tabel 4.9.Pengaruh Kepemilikan jamban masyarakat terhadap kebiasaanpembuangan tinja digampong persiapan Rumoh panyangkecamatan kuala Batee kabupaten Aceh Barat Daya.
No.Kebiasaan
PembuanganTinja
TingkatKepemilikan
JambanMasyarakat Total p Nilai
Baik Kurangn % n % n % Value OR
1. Jamban 22 71,0 9 29,0 31 100 0,000 84.000
2. Bukan Jamban 11 27,5 29 72,5 40 100 (17.366-406314)Jumlah 33 46,5 38 53,5 71 100
Sumber : Data primer (Diolah 2013)
42
Dari tabel diatas menunjukan proporsi kebiasaan pembuangan tinja
berdasarkan kepemilikan jamban yaitu responden yang memiliki jamban baik,
kebiasaan pembuangan tinja lebih baik dari pada responden yang memiliki
jamban kurang baik. Dari 71 responden , responden dengan memiliki jamban
dengan kebiasaan pembuangan tinja dengan jamban pribadi terdapat sebanyak
18 responden (56,2%) , sedangkan responden dengan memiliki jamban yang baik
dan kebiasaan pembuangan tinja di jamban umum terdapat sebanyak 12
responden (30,8%) dari total 33 responden yang memiliki jamban baik terhadap
kebiasaan pembuangan tinja . sedangkan responden yang memili jamban kurang
baik dan kebiasaan pembuangan tinja dengan baik hanya 14 responden (43,8%) ,
serta yang kebiasaan pembuanagn tinja kurang baik sebanyak 27 responden
(69,2%) dari total 38 responden yang memiliki jamban kurang baik.
Dari hasil menggunakan uji Chi-square menunjukkan adanya pengaruh
antara pendidikan masyarakat karena hasil p value= 0,00 menunjukkan bahwa
nilai ini lebih kecil dari level of significan α=0,050 yaitu p value (0,00) < α (0,05)
dan nilai OR 6.444 maka HO diterima, sehingga dapat disimpulkan adanya
hubungan antara tingkat kepemilikan jamban dengan kebiasaan pembuangan tinja
masyarakat.
43
5. Pengaruh Pekerjaan terhadap kebiasaan pembuangan tinja
Tabel 4.10. Pengaruh pekerjaan masyarakat terhadap kebiasaanpembuangan tinja di Gampong persiapan Rumoh PanyangKecamatan Kuala Batee kabupaten Aceh Barat Daya
No Kebiasaanpembuangantinja
Tingkat PekerjaanMasyarakat
Total p NilaiBekerja TidakBekerja
n % N % N % Value OR
1. Jamban 25 80,6 6 19,4 31 100 0,00 29.167
2. Bukan Jamban 5 12,5 35 87,5 41 100 (8.004- 106.279)Jumlah 30 42,3 41 57,7 71 100
Sumber : Data Primer (Diolah 2013)
Dari Tabel diatas menunjukan proporsi kebiasaan pembuangan tinja
berdasarkan pekerjaan masyarakat yaitu bahwa responden yang memiliki
pekerjaan baik, kebiasaan pembuangan tinja lebih baik dari pada responden yang
memiliki pekerjaan kurang baik. Dari 71 Responden, responden dengan
pekerjaan yang baik dan kebiasaan pembuangan tinja dengan baik terdapat
sebanyak 24 responden (80,0%) sedangkan responden dengan pekerjaan yang
bekerja dan kebisaan pembungan tinja tidak bekerja terdapat sebanyak 6
responden(14,6 %) dari total 31 responden yang memiliki pekerjaan bai terhadap
kebiasaan pembuangan tinja. Sedangkan responden yang memiliki pekerjaan
Tidak baekerja dan kebiasaan pembuangan tinja dengan bekerja hanya 6
responden (20,0%), serta kebiasaan pembuangan tinja kurang sebanyak 35
responden (85,4%) dari total 41responden yang memiliki pekerjaan kurang baik.
Dari hasil menggunakan uji Chi-square menunjukkan adanya pengaruh antara
pendidikan masyarakat karena hasil p value= 0,00 menunjukkan bahwa nilai ini
lebih kecil dari level of significan α=0,050 yaitu p value (0,00) < α (0,05) dan
44
nilai OR 29.167 maka HO diterima, sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan
antara Tingkat pekerjaan dengan kebiasaan pembuangan tinja masyarakat.
4.4. Pembahasan
4.4.1 Pengaruh ekonomi masyarakat terhadap Kebiasaan Pembuangan Tinja
Taraf Ekonomi Lemah sangat mempengaruhi kemampuan keluarga
untuk memiliki jamban pribadi, dibandingkan dengan yang memiliki taraf
Ekonomi yang tinggi.
Ekonomi adalah tingkat penghasilan penduduk , semakin tinggi
penghasilan semakin tinggi pula persentase pengeluaran yang dibelanjakan untuk
barang makanan , juga semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula
status masalah kesehatan masyarakat (Notoadmodjo 2008).
Berdasarkan analis diatas dapat dilihat bahwa tingkat persentase Ekonomi
masyarakat yang tidak memiliki jamban lebih besar dari pada yang memiliki
jamban, tingkat ekonomi adalah tingkat penghasilan penduduk, semakin tinggi
penghasilan semakin tinggi pula persentase pengeluaran yang dibelanjakan
untuk barang , makanan, juga semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik
pula, status gizi masyarakat status ekonomi mempengaruh positif terhadap
saniter pada keluarga kaya atau mapan secara ekonomi .
Menurut asumsi penelitian kurangnya tingkat ekonomi maka masyarakat
tidak sanggup membuat jamban dan dapat disebabkan oleh kurangnya tingkat
ekonomi atau dana pada masyarakat itu sendiri dalam mengenai kebiasan
responden pembuangan tinja, dengan tingkat ekonomi yang kurang
mengakibatkan penyakit.
45
4.4.2 Pengaruh Pendidikan Masyarakat Terhadap Kebiasaan Pembuangan
Tinja
Pendidikan sangat berhubungan erat dengan kebiasaan pembuangan tinja ,
jika tingkat pendidikan tinggi kebiasaan pembuangan tinjanya sering
menggunakan jamban dengan responden tahu tentang penyebab penyakit dengan
tingkat pendidikan lebih besar karena adanya factor pendukung ternyata tingkat
pendidikan rendah cenderung dengan kebiasaan pembuangan tinja yang tidak
menggunkan jamban dan bukan jamban.
Pendidikan adalah perubahan sikap dan tingkah laku seperti penambahan
ilmu pengetahuan , pengalaman, dan wawasan bagi seseorang penting untuk
perubahan tingkah laku dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari (Azwar, 2007 )
Pada tingkat pendidikan rendah lebih banyak masyarakat yang tidak
menggunakan jamban, hal ini jelas bahwa masyarakat yang berpendidikan rendah
kurang tau apa yang disebabkan oleh perilaku masyarakat yang tidak membuang
hajat dijamban.
Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan ada
pengaruh dalam pendidikan seseorang karena pendidikan tersebut dapat diperoleh
baik dari pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain.
44.3 PengaruhPengetahuan Masyarakat Terhadap Kebiasaan Pembuangan
Tinja
Tingkat pengetahuan responden dan pengaruhnya terhadap kebiasaan
pembungan tinja.Responden yang berpengetahuan baik dapat memelihara
46
jambannya dengan baik dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan
kurang baik hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang
dominan berpengaruh terhadap kebiasaan pembuangan tinja secara baik atau pun
kurang baik.
Pengtahuan adalah hasil tahu dan ini setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan erat hubungannya dengan
upaya memperbaiki perilaku dengan meningkatkan pengetahuan akan member
hasil yang cukup berarti untuk memperbaiki perilaku (Sari, 2006).
Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Tariga (2007) yang
menyatakan adanya pengaruh yang bermakna antara adanya pengetahuan dengan
pertisipasi keluarga dalam penggunaan dan kebiasaan pembuangan tinja, dimana
responden yang memiliki pengetahuan katagori baik dan partisipasi baik lebih
besar dibandingkan responden yang pengetahuannya dikatagorikan kurang baik.
44.4 Pengaruh Pekerjaan Masyarakat Terhadap Kebiasaan Pembuangan Tinja
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan atau pencaharian yang dijadikan
pokok bagi kehidupan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan hasil.
Pekerjaan merupakan predikor status kesehatan dan kondisi terhadap suatu
pekerjaan (Widyastuti,2006) jelas bahwa masyarakat yang bekerja diruang
terbuka terutama di pabrik lebih cendrung menggunakan jamban sebagai sarana
pembuangan tinja pada masyarakat itu sendiri.
47
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Hasil penelitian, Analisis data dan Pembahasan maka dapat
diambil kesimpulan yaitu :
1. Adanya hubungan antara Tingkat Ekonomi dengan Kebiasaan
Pembuangan Tinja Masyarakat Gampong Persiapan Rumoh Panyang,
Kec, Kuala Batee Kab Aceh Barat Daya 2013, Dimana nilai p value
0,00 < dari nilai α = 0,05
2. Adanya hubungan antara Tingkat Pendidikan Dengan Kebiasaan
Pembungan Tinja Masyarakat Gampong Persiapan Rumoh Panyang
kec Kuala Batee Kab Aceh Barat Daya 2013, Dimana nilai p value
0,00 < dari nilai α = 0,05
3. Adanya hubungan antara Tingkat Pengetahuan Dengan Pengetahuan
dengan Kebiasaan Pembuangan Tinja Masyarakat Gampong Persiapan
Rumoh Panyang Kec Kuala Batee Kab Aceh Barat Daya 2013,
Dimana nilai p value 0,00 < dari nilai α = 0,05
4. Adanya hubungan antara Tingkat Kepemilikan Jamban Dengan
Kebiasaan Pembuangan Tinja Masyarakat Gampong Persiapan
Rumoh Pannyang kec Kuala Batee Kab Aceh Barat Daya 2013.
Dimana nilai p value 0,00 < dari nilai α = 0,05
5. Adanya hubungan antara Tingkat Pekerjaan Dengan Kebiasaan
Pembungan Tinja Masyrakat Gampong Persiapan Rumoh Panyang
48
Kec Kuala Batee Kab Aceh Barat Daya 2013, Dimana nilai p value
0,00 < dari nilai α = 0,05
5.2 Saran
1. Diharapkan Kepada Tenaga Kesehatan khususnya Pengolaha Program
Kesling khususnya secara kontinyu dan Berkesinambungan.
2. Perlu dilakukan Penngkatan dalam Bentuk Imformasi yang dan mudah
difahami masyarakat dalam bentuk promosi akan pentingnya penerapan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
3. Disarankan kepada masyarakat untuk buang tinja di tempat yang layak
agar masyarakat terhindar dari masalah kesehatan akibat pembuanagan
tinja yang tidak baik
4. Disarankan kepada Dinas kesehatan kabupaten Aceh Barat Daya untuk
lebih meningkatkan Penyuluhan pembuangan Tinja yang baik, dan benar
supaya kesehatan Masyarakat juga terdapat dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, 2007.Kesehan Lingkungan. Bandung Gajah Mada University press.
Chandra, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan I. EGC : Jakarta.
DahlanMuhamadSopiyudin, 2012.StatistikKedokteran Dan Kesehatan.SalembaMedika. Jakarta.
DepKes, RI. 2008. Kesehatan Lingkungan. Jakarta.
DepKes, RI. 2010.Kesehatan Lingkungan. Jakarta.
Depkes, RI. 2010. PedomanPelaksanaanSPAL BagiSanitasiRumah. Jakarta.
Depdikbut, 2010.PendapatanpekerjakaitandenganLingkungan. Jakarta.
Handayani, 2006.Kesehatan Lingkungan.Jakarta, UI. FKM
Noor Nasry, 2008.Epidemologi. Rineka Cipta, Jakarta.
Notoadmodjo,2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. RinekaCipta,Jakarta.
Notoadmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka cipta, Jakarta.
Notoadmodjo, 2005.MetodologipeneltianKesehatan.Rinekacipta , Jakarta.
Ghandi, 2010, Pengertian Kesehatan Menurut Hakli,WHO. dkk. Jakarta.
Soeparman, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta; EGC.
Sukarni, 2005.MetodeologiKesehatan, LPES. Jakarta.
Sukarni, 2000.MetodeologiKesehatan. LPSE. Jakarta.
Suyono, 2011.IlmukesehatanMasyarakatDalamkontekskesehatanLingkungan.Jakarta. EGC.
Sudjudi, 2000.PenangananPengawasanKesehatanLingkunganPemukiman,DepartemenKesehatan, Jakarta.
Sari. S. 2006 .Hubunganfaktor- faktorpredisposisidenganPrilaku personalHigeenieanakJalananBimbinganRumahSinggah YMS Bandung. Skipsi.
UMP, 2013. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 65 tahun 2013.
Tariga.E. 2007. Faktor-faktor yangMempengaruhiPartisipasiKeluargaDalamPenggunaanJambanDIkotaKabanjaheTahun 2007,http://www.repository,usu.ac.id.Medan .Universitas Sumatra Utara diakses21juni2013.
WidyaAstuti, 2005. KesehtanLingkungan. Jakarta.
Warsito, 2005. Pengantar Epidemologi. Fakultas Kesehatan Masyarakat diUniversitas Dipenogoro Semarang.
WHO, 2000. Ilmu Kesehatan Anak. 1. edisi 4. Bagian Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
http/www.Harian KompasPHBS Masyarakat Mengenai Jamban. Diakses 20maret 2013
top related