faal cardio
Post on 10-Aug-2015
62 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Tekanan darah merupakan besaran penting dalam dinamika peredaran darah (hemodinamika).
Tinggi tekanan darah di setiap pembuluh tidak sama, tekanan darah arteri lebih tinggi dari pada tekanan
darah vena. Saat ini dikenal dua macam cara pengukuran tekanan darah arteri, yaitu pengukuran
tekanan darah arteri secara langsung ( direct method ) dan pengukuran tekanan darah arteri secara tidak
langsung ( indirect method ). Pengukuran darah secara langsung dilakukan dengan cara menembus
arteri ( secara invasif ) dan kemudian memasukan salah satu ujung pipa ( tube catheter ) ke dalam arteri
tersebut sedangkan ujung pipa yang lain dihubungkan dengan manometer. Dengan demikian, tinggi
tekanan darah di dalam arteri tersebut dapat diukur. Tetapi pengukuran ini jarang sekali dilakukan.
Pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung dilakukan dengan teknik sederhana, tanpa
menembus arteri ( non invasif ) dan dapat dilakukan dimana saja jika diperlukan. Pengukuran darah arteri
secara tidak langsung maupun secara langsung bertujuan untuk mengetahui tinggi tekanan darah arteri
pada waktu sistole ventrikel ( tekanan sistolik ) dan pada waktu diastole ventrikel ( tekanan diastolik ).
Terkadang perlu pula diketahui tinggi tekanan darah arteri rata– rata. Tinggi tekanan darah ini adalah :
TR = TD + 1/3 (TS – TD) mmHg
TR = Tinggi tekanan darah arteri rata – rata
TS = Tinggi tekanan sistolik
TD = Tinggi tekanan diastolik
Pada pengukuran tekanan darah arteri secara tidak langsung ini, dikenal pula pengukuran secara
palpatoar dan pengukuran secara auskultatoar. Cara palpatoar dilakukan dengan jalan meraba ( palpasi )
denyut nadi dengan jari telunjuk dan jari tengah. Dengan cara ini, hanya dapat diketahui tinggi tekanan
sistolik saja. Cara auskultatoar dilakukan dengan jalan mendengar ( auskultasi ) bunyi detak dan desir
aliran darah didalam arteri dengan perantara stetoskop. Dengan cara ini baik tinggi tekanan sistolik
maupun tinggi tekanan diastolik dapat diketahui. Cara auskultatoar ditemukan oleh Korotkoft tahun 1905.
Tinggi tekanan darah pada orang dewasa yang normal dalam keadaan istirahat dan posisi berbaring
adalah 120 mmHg untuk tekanan sistolik serta 70 mmHg untuk tekanan diastolik ( ditulis 120/ 70 mmHg ).
Berikut adalah faktor-faktor fisiologis utama yang dapat mempengaruhi tekanan darah :
1. Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung
Secara umum, apabila frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung meningkat, tekanan darah
ikut meningkat. Inilah yang terjadi saat exercise. Akan tetapi, apabila jantung berdetak terlalu
kencang, ventrikel tidak akan terisi sepenuhnya diantara detakan, sehingga curah jantung
dan tekanan darah akan menurun.
1
2. Resistensi perifer
Yaitu resisitensi dari pembuluh darah bagi aliran darah. Arteri dan vena biasanya sedikit
terkonstriksi, sehingga tekanan darah diastol normal.
3. Elastisitas arteri besar
Saat ventrikel kanan berkontraksi, darah yang memasuki arteri besar akan membuat dinding
arteri berdistensi. Dinding arteri bersifat elastis dan dapat menyerap sebagain gaya yang
dihasilkan aliran darah. Elastisitas ini menyebabkan tekanan diastol yang meningkat dan
sistol yang menurun. Saat ventrikel kiri berelaksasi, dinding arteri juga akan kembali ke
ukuran awal, sehingga tekanan diastol tetap berada di batas normal.
4. Viskositas darah
Viskositas darah normal bergantung pada keberadaan sel darah merah dan protein plasma,
terutama albumin. Kadar sel darah merah yang terlalu tinggi pada seseorang, sehingga
menyebabkan peningkatan viskositas darah dan tekanan darah, sangatlah jarang, akan
tetapi masih dapat terjadi pada kondisi polisitemia vena dan perokok berat. Kekurangan sel
darah merah, seperti pada kondisi anemia, akan menyebabkan kondisi berbalik dari
sebelumnya. Pada saat kekurangan, mekanisme penjaga tekanan darah seperti
vasokonstriksi akan terjadi untuk mempertahankan tekanan darah normal.
5. Kehilangan darah
Kehilangan darah dalam jumlah kecil, seperti saat donor darah, akan menyebabkan
penurunan tekanan darah sementara, yang akan langsung dikompensasi dengan
peningkatan tekanan darah dan peningkatan vasokonstriksi. Akan tetapi, setelah perdarahan
berat, mekanisme kompensasi ini takkan cukup untuk mempertahankan tekanan darah
normal dan aliran darah ke otak. Walaupun seseorang dapat selamat dari kehilangan 50%
dari total darah tubuh, kemungkinan terjadinya cedera otak meningkat karena banyaknya
darah yang hilang dan tidak dapat diganti segera.
6. Hormon
Beberapa hormon memiliki efek terhadap tekanan darah. Contohnya, pada saat stress,
medula kelenjar adrenal akan menyekresikan norepinefrin dan epinefrin, yang keduanya
akan menyebabkan vasokonstriksi sehingga meningkatkan tekanan darah. Selain dari
vasokonstriksi, epinefrin juga berfungsi meningkatkan heart rate dan gaya kontraksi. Hormon
lain yang berperan adalah ADH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis posterior saat tubuh
mengalami kekurangan cairan. ADH akan meningkatkan reabsorpsi cairan pada ginjal
sehingga tekanan darah tidak akan semakin turun. Hormon lain, aldosteron, memiliki efek
serupa pada ginjal, dimana aldosteron akan mempromosikan reabsorpsi Na+, lalu air akan
mengikuti ion Na+ ke darah.
2
Pemeriksaan tekanan darah yang akurat merupakan hal yang penting untuk
pengklasifikasikan individual, memastikan resiko yang berkolerasi dengan tekanan darah, dan petunjuk
penatalaksanaan.
Pemeriksaan dengan teknik auskultai dengan pemeriksaan yang terlatih dan dengan
sphygmomanometer merkuri, merupakan metode pengukuran yang dipilih menggunakan pengukuran
suara korotkof yang pertama sampai ke-lima.
Pelatihan pemeriksaan yang sesuai, posisi pasien, dan ukuran dari cuff sphygmomanometer
merupakan hal-hal yang utama dan perlu diperhatikan. Bukti yang menyatakan bahwa faktor resiko yang
ada berkolerasi dengan turunnya tekanan darah pada malam hari. Pada penggukuran cuff yang tidak
tepat terutama pada enderita obesitas dan anak-anak dapat menjadikan hal yang sangat penting.
3
METODE
Alat yang diperlukan:
1. Sfigmomanometer
2. Stetoskop
Prosedur:
I. Pengukuran tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring, duduk, dan berdiri
Berbaring telentang :
1. Suruhlah orang percobaan berbaring telentang dengan tenang selama 10 menit
2. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan op
3. Carilah dengan cara palpasi denyut arteri brachialis pada fossa cubiti dan denyut arteri radialis
pada pergelangan tangan kanan op
4. Setelah op berbaring 10 menit, tetapkanlah keliam fase Korotkoff dalam pengukuran tekanan
darah op tersebut.
5. Ulangi pengukuran sub.4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah
hasilnya.
Duduk :
6. Tanpa melepaskan manset op disuruh duduk. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan
darah arteri brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali untuk
mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.
Berdiri:
7. Tanpa melepaskan manset op disuruh berdiri. Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan
darah arteri brachialisnya dengan cara yang sama. Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali untuk
mendapatkan hasil rata-rata dan catatlah hasilnya.
8. Bandingkanlah hasil pengukuran tekanan darah op pada ketiga sikap yang berbeda di atas.
II. Pengukuran tekanan darah sesudah kerja otot
1. Ukurlah tekanan darah a.bracialis o.p dengan penilaian menurut metode baru pada sikap duduk
2. Tanpa melepaskan manset suruhlah o.p berlari ditempat dengan frekuensi 120 loncatan/menit
selama 2 menit.Segera setelah selesai o.p disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya.
3. Ulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali seperti
semula.Catatlah hasil pengukuran tersebut.
III. Pengukuran tekanan darah a.brachialis dengan cara palpasi
1. Ukurlah tekanan darah a.brachialis o.p pada sikap duduk dengan cara auskultasi
2. Ukurlah tekanan darah a.brachialis o.p pada sikap yang sama dengan cara palpasi
4
HASIL
NAMA : Muhammad Hanafi Q
USIA : 20 thn
JENIS KELAMIN : Laki-Laki
a. Pengukuran tekanan darah arteri brachialis pada sikap berbaring, duduk, dan berdiri
NO Berbaring Terlentang (A) Duduk (B) Berdiri ( C )
PP MAP FN
JV
R PP MAP FN PP MAP FN
1 30 90 mmHg 60 /menit 40 83,3 mmHg 80 /menit 40 83,3 mmHg 85 /menit
2 30 90 mmHg 60 /menit 30 80 mmHg 87 /menit 40 83,3 mmHg 89 /menit
3 30 90 mmHg 60 /menit 40 83,3 mmHg 89 /menit 30 80 mmHg 90 /menit
X 30 90 mmHg 60 /menit
33,
8 82,2 mmHg 85,3 /menit
33,
3 82 mmHg 88 /menit
b. Sesudah Kerja otot
Kesimpulan
1. Tekanan darah pada masing-masing orang berbeda, yang dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana
akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
2. Tekanan darah dan denyut nadi seseorang juga dipengaruhi oleh posisi tubuh seseorang,
misalnya denyut nadi dan tekanan darah seseorang pada saat berbaring berbeda dengan denyut
nadi dan tekanan darah seseorang pada saat duduk maupun berdiri.
3. Denyut nadi akan meningkat bila melakukan suatu pekerjaan, dan akan stabil/kembali normal
setelah beristirahat selama beberapa menit.
4. Op sering berolahraga jadi aktivitas yang ringan tidak terlalu mempengaruhi tekanan darahnya
5
Parameter PP MAP FN
Menit ke-1 40 83,3 mmHg 80
Menit ke-2 40 83,3 mmHg 80
Menit ke-3 40 83,3 mmHg 80
Menit ke-4 40 83,3 mmHg 80
Menit ke-5 40 83,3 mmHg 80
Menit ke-6 40 83,3 mmHg 80
Menit ke-7 40 83,3 mmHg 80
Menit ke-8 40 83,3 mmHg 80
DISKUSI
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah & aliran balik vena?
Faktor-faktor yang memepengaruhi tekanan darah:
Curah jantung
Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung (ditentukan berdasarkan isi sekuncup
dan frekuensi jantungnya).
Tahanan perifer terhadap aliran darah
Tekanan darah berbanding terbalik dengan tahanan dalam pembuluh. Tahanan perifer memiliki
beberapa faktor penentu yaitu:
Viskositas darah
Semakin banyak kandungan protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar tahanan
terhadapa aliran darah. Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas;
pada anemia, kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.
Panjang pembuluh
Semakin panjang pembuluh semakin besar tahanan terhadap aliran darah.
Radius pembuluh
Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat ke empatnya.
Jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada vasodilatasi, maka aliran darah
akan meningkat 16 kali lipat dan tekanan darah akan turun. Jika radius pembuluh dibagi 2,
seperti yang terjadi pada vasokonstriksi, maka tahanan terhadap aliran akan meningkat 16
kali lipat dan teanan darah akan naik. Karena panjang pembuluh dan viskositas darah
secara normal konstan, maka perubahan dalam tekanan darah didapat dari perubahann
radius pembuluh darah.
6
Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran balik vena :
Vasokontriksi vena yang diinduksi oleh saraf simpatis
Hal ini akan meningkatkan tekanan vena dan meningkatkan gradien tekanan untuk mendorong
lebih banyak darah dari vena ke atrium kanan
Aktivitas otot rangka
Banyak vena besar yang terletak antara otot-otot rangka, sehinnga ketika otot berkontraksi vena
tertekan dan meningkatkan aliran darah menuju jantung.
Efek katup vena
Katup ini berperan dalam menjada aliran darah agar tidak kembali ke jaringan dan juga berperan
dalam melawan efek gravitasi.
Aktivitas pernafasan
Akibat aktivitaspernafasan, tekanan di dada menjadi 5mmHg lebih rendah dari tekanan atmosfer.
Hal ini menyebabkan aliran balik ke jantung menjadi meningkat.
Efek penghisapan oleh jantung
Terjadi karena adanya pengisian ventrikel yang menyebabkan tekanan atrium 0 mmHg, sehingga
darah masuk ke jantung.
Tekanan arus balik darah terjadi akibat dua hal. Pertama, adanya sumbatan/penekanan yang
menghalangi arus balik darah (misalnya pada ibu-ibu hamil besarnya kandungan menekan
pembuluh darah balik utama di daerah perut), dan kedua adalah apabila arus balik darah menuju
7
jantung lebih banyak daripada normal pada pembuluh darah yang bebas sumbatan/penekanan
(misalnya pada tungkai yang beraktivitas lebih berat daripada orang normal).
8
Fungsi baroreseptor dalam kontrol tekanan darah
Tekanan arteri rata-rata secara konstan dipantau oleh beroreseptor (sensor tekanan) di dalam
sistem sirkulasi. Apabila reseptor mendeteksi adanya penyimpangan dari normal, akan dimulai
serangkaian respons refleks untuk memulihkan tekanan arteri ke nilai normalnya. Penyesuaian
jangka pendek (dalam beberapa detik) dilakukan dengan mengubah curah jantung dan resistensi
perifer total, yang diperantarai oleh pengaruh sistem saraf otonom pada jantung, vena dan arteriol.
Penyesuaian jangka panjang (memerlukan beberapa menit – hari) melibatkan penyesuaian volume
darah total dengan memulihkan keseimbangan garam dan air melalui mekanisme yang mengatur
pengeluaran urin dan rasa haus. Besarnya volume darah total, pada gilirannya, meimbulkan efek
nyata pada curah jantung dan tekanan arteri rata-rata.
Setiap perubahan pada tekanan darah rata-rata akan mencetuskan refleks baroreseptor yang
diperantarai secara otonom dan mempengaruhi jantung serta pembuluh darah untuk menyesuaikan
curah jantung dan resistensi perifer total sebagai usaha untuk memulihkan tekanan darah ke normal.
Seperti refleks lainnya, refleks baroreseptor mencakup reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur
eferen dan organ efektor.
Reseptor terpenting yang berperan dalam pengaturan terus menerus tekanan darah, yaitu sinus
karotikus dan baroreseptor lengkung aorta, adalah mekanoreseptor yang peka terhadap
perubahan tekanan arteri rata-rata dan tekanan nadi. Ketanggapan reseptor-reseptor tersebut
terhadap fluktuasi tekanan nadi meningkatkan kepekaan mereka sebagai sensor tekanan, karena
perubahan kecil pada tekanan sistolik atau diastolik dapat mengubah tekanan rata-rata. Baroreseptor
tersebut terletak di tempat strategis untuk menyediakan informasi penting mengenai tekanan darah
arteri di pembuluh-pembuluh yang mengalir ke otak (baroreseptor sinus karotikus) dan di arteri utama
sebelum bercabang-bercabang untuk memperdarahi bagian tubuh lain (baroreseptor lengkung aorta).
9
Baroreseptor secara terus menerus memberikan informasi mengenai tekanan darah, dengan
kata lain mereka secara kontinyu menghasilkan potensial aksi sebagai respons terhadap tekanan di
dalam arteri. Jika tekanan arteri (tekanan rata-rata atau nadi) meningkat, potensial reseptor di kedua
baroreseptor itu meningkat, sehingga kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen yang
bersangkutan juga meningkat. Sebaliknya, apabila tekanan darah menurun, kecepatan pembentukan
potensial aksi di neuron aferen oleh baroreseptor juga berkurang.
Pusat integrasi yang menerima impuls aferen mengenai status tekanan arteri adalah pusat
kontrol kardiovaskuler, yang terletak di medula di dalam batang otak. Sebagai jalur aferen adalah
sistem saraf otonom. Pusat kontrol kardiovaskuler menguah rasio antara aktivitas simpatis dan
parasimpatis ke organ-organ efektor (jantung dan pembuluh darah). Untuk memperlihatkan bagaimana
perubahan otonom mengubah tekanan darah.
Jika karena suatu hal tekanan arteri meningkat di atas normal, baroreseptor sinus karotikus dan
lengkung aorta meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen masing-masing.
Setelah mendapat informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan pembentukan potensial
aksi tersbut, pusat kontrol kardiovaskuler berespons dengan mengurangi aktivitas simpatis dan
meningkatkan aktivitas parasimpatis ke sistem kardiovaskuler. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan
kecepatan denyut jantung, menurunkan volume sekuncup dan menimbulkan vasodilatasi arteriol dan
vena, yang pada gilirannya menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan
darah kembali ke tingkat normal.
Sebaliknya, jika tekanan darah turun di bawah normal, aktivitas baroreseptor menurun yang
menginduksi pusat kardiovaskuler untuk meningkatkan aktivitas jantung dan vasokonstriktor simpatis
sementara menurunkan keluaran parasimpatis. Pola aktivitas eferen ini menyebabkan peningkatan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup disertai oleh vasokonstriksi arteriol dan vena.
Perubahan-perubahan ini menyebabkan peningkatan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga
tekanan darah naik kembali ke normal
10
Refleks Baroreseptor untuk memulihkan Tekanan Darah ke Normal :
a. Refleks baroreseptor sebagai respon terhadap peningkatan tekanan darah
11
Tekanan darah naik Potensial reseptor sinus karotikus dan lengkung aorta
Kecepatan pembentukan potensial aksi di saraf aferen
Kecepatan denyut jantung
Volume sekuncup
Vasodilatasi arteriol dan vena
Aktivitas saraf jantung simpatis
Aktivitas saraf vasokonstriktor simpatis
Aktivitas saraf parasimpatis
Tekanan darah menurun ke arah normal
Curah jantung
Resistensi perifer total
Pusat kardiovaskuler
b. Refleks baroreseptor sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah
12
Tekanan darah turun Potensial reseptor sinus karotikus dan lengkung aorta
Kecepatan pembentukan potensial aksi di saraf aferen
Kecepatan denyut jantung
Volume sekuncup
Vasokonstriksi arteriol dan vena
Aktivitas saraf jantung simpatis
Aktivitas saraf vasokonstriktor simpatis
Aktivitas saraf parasimpatis
Tekanan darah meningkat ke arah normal
Curah jantung
Resistensi perifer total
Pusat kardiovaskuler
REFERENSI
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sherwood lauralee. 2001. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
13
14
top related