etiologi meningitis
Post on 09-Feb-2016
8 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
A. Meningitis Viral
Meningitis viral yang benigne tidak melibatkan jaringan otak pada proses radangnya.
Gejala-gejalanya dapat sedemikian ringannya sehingga diagnosis meningitis luput dibuat.
Tetapi pada pungsi lumbal ditemukan pleiositosis limfositer. Jika gejala-gejalanya agak berat,
maka gejala yang paling mengganggu adalah sakit kepala dan nyeri kuduk.
Virus yang biasanya bertanggung jawab atas terjadinya infeksi di susunan saraf pusat
tergolong pada keluarga enterovirus. Anggota-anggotanya antara lain ialah virus
poliomielitis, virus Coxsackie dan virus-virus ECHO. Mereka semua melakukan invasi dan
penetrasi melalui usus. Mereka ditemukan di feses dan sekresi nasofaring. Penularannya
dapat terjadi melalui lintasan oral-fecal atau melalui “droplet spray”. Keluarga enterovirus
tersebut diatas ditemukan di seluruh dunia.
Coxsackie adalah jenis enterovirus yang terdiri atas kelompok A dan kelompok B.
Kelompok A hanya menimbulkan meningitis, adakalanya gejal meningitis sangat ringan
sekali, tetapi yang menonjol ialah eksantema yang bersifat rubeliform dengan herpangina di
tangan, kaki, dan mulut. Kelompok B dari virus Coxsackie, membangkitkan meningitis
dengan keletihan otot bahkan paralisis. Disamping itu terdapat rinitis, laringitis, dan
bronkhitis. Eksantema tidak dijumpai.
Virus ECHO yang merupakan singkatan dari “Enteric Cytophatic Human Orphan”
adalah virus yang dahulu dianggap sebagai virus yang tidak mempunyai hubungan apapun
dengan penyakit. Maka dari itu dinamakan “orphan” (yatim piatu). Tetapi kini virus golongan
orphan terbukti mempunyai hubungan dengan meningitis dan beberapa penyakit kulit
eksantema.
Virus ECHO ditemukan di seluruh dunia dan yang terkena infeksi virus tersebut ialah
terutama anak-anak. Bila meningitis virus ECHO bangkit, eksantema yang mengiringi gejala
meningitis sangat menonjol. Pada mula-timbulnya, manifestasi terdiri dari sakit kepala,
muntah, “suf”, nyeri otot-otot ekstremitas, dan sangat iritabel. Dalam 24 jam timbul
eksantema yang terdiri dari bercak-bercak merah atau makulo-papula merah pada muka dan
badan. Setelah itu timbul kaku dan nyeri kuduk. Tetapi adakalanya meningitis tidak sampai
berkembang.
B. Meningitis Bakterial Akut
Meningitis bakterial akut selalu bersifat purulenta. Bakteri yang dapat
membangkitkan meningitis akut banyak sekali. Tetapi pada umumnya dapat dipakai sebagai
pegangan klinis daftar etiologi dibawah ini.
Pada umumnya meningitis purulenta timbul sebagai komplikasi dari septikemia. Pada
meningitis meningokokus, prodromnya ialah infeksi nasofaring oleh karena invasi dan
multiplikasi meningokokus terjadi di nasofaring. Baik meningokokus, maupun Haemophilus
influenza dan pneumokokus dapat menjadi kausa dari otitis media. Meningitis purulenta
dapat menjadi komplikasi dari otitis media akibat infeksi kuman-kuman tersebut.
Etiologi
Neonatus Bayi dan Anak Dewasa
E. coli
Streptokokus
Stafilokokus
Pneumokokus
H. influenza
Meningokokus
Pneumokokus
E. coli
Streptokokus
Pneumokokus
Meningokokus
Streptokokus
Stafilokokus
H. influenza
Tabel 2.1 Etiologi Meningitis Purulenta Akuta Menurut Urutan Frekuensi
Tanda-tanda patognomonik yang memberikan pengarahan kepada jenis bakteri yang
bersangkutan dapat ditemukan dalam bentuk:
a. Peteki dan purpura adalah khas untuk infeksi meningokokus.
b. Eksantema adalah indikatif untuk pneumokokus dan H. influenza.
c. Artritis dan atralgia sering mengiringi infeksi meningokokus dan H. influenza.
d. Otitis media yang hilang timbul dengan banyak mengeluarkan eksudat menunjuk pada
infeksi pneumokokus.
e. Hemoragi pada kulit yang cepat timbul dan berkombinasi dengan keadaan “shock”
adalah indikatif untuk septikemia meningokokus.
Tanda lokalisatorik yang khas untuk meningitis purulenta ialah kaku kuduk dan liquor
cerebrospinal yang memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pleiositosis polinuklearis yang berjumlah lebih dari 1000 per mm kubik,
b. Kadar glukosa yang rendah,
c. Protein dalam liquor meninggi,
d. Preparat dan biakan liquor memperlihatkan bakteri.
C. Meningitis Spiroketal
Infeksi spiroketa yang mengganggu susunan saraf secara menyeluruh ialah infeksi
spiroketa jenis Treponema palidum (penyebab sifilis) dan Leptospira ikterohemoragika
(penyebab meningitis). Walaupun kedua kuman itu tergolong dalam satu keluarga, namun
cara invasi dan patogenitasnya berlainan. Persamaan hanya dalam bentuknya saja, yaitu
spiral. Maka dari itu pembahasannya akan dilakukan secara terpisah.
a. Leptospirosis
Penyakit yang disebabkan oleh berbagai serotipe dari leptospira dinamakan
leptospirosis. Leptospira ini sangat gesit bergerak dibandingkan Treponema palidum yang
lamban. Leptospira berada dalam inatang pengerat (tikus, kelinci, marmot, dsb) tanpa
menggangu kehidupan host nya. Manusia mendapat infeksi leptospira melalui pencemaran air
minum oleh urin host leptospira. Penularan antar manusia tidak terjadi karena leptospira tidak
dapat hidup di dalam urin manusia yang kadar asiditasnya rendah. Invasi ke dalam tubuh
manusia terjadi di traktus digestivus, kemudian masuk ke peredaran darah dan menyebar
secara hematogen ke berbagai organ dan menyebabkan peradangan. Terutama di hepar,
leptospira yang mati akan menyumbat saluran empedu yang menyebabkan ikterus obstruktif
dan di ginjal yang menyebabkan edema dan peradangan. Maka, gejala-gejala serius
leptospirosis terdiri dari “renal failure” dan “hepatic failure”. Gejala lainnya adalah mialgia,
konjungtivitis perikorneal, uveitis, hemoragi, dan meningitis. Pada leptospirosis yang berat
dapat timbul hemoragi serebri.
Meningitis leptospirosis merupakan komplikasi yang sering dijumpai (50% kasus).
Sifat meningitis ini serosa dan gambarannya seperti meningitis aseptik atau meningitis
limfositer nonbakterial.
b. Sifilis
Kuman penyebab sifilis adalah Treponema palidum yang tergolong dalam keluarga
spiroketa. Kuman ini tidak tahan panas, mudah terbunuh oleh sabun, antiseptika biasa dan
pengeringan. Ia dapat tahan terhadap pendinginan tanpa kehilangan virulensinya. Ia dapat
dibiak dalam berbagai bahan biakan, tetapi jenis yang tumbuh tidak mempunyai virulensi
lagi.
Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh, pada umumnya sewaktu kontak seksual.
Setelah penetrasi melalui epitelium yang terluka, kuman tiba di sistem limfatik lalu masuk ke
sistemik setelah masuk ke peredaran darah.
Spiroketemia ini terjadi beberapa hari sampai minggu sebelum lesi primer timbul di
tempat penetrasi kuman. Lesi primer itu timbul setelah 3 sampai 6 minggu setelah kuman
bermukim di port d’entree. Perhatian terhadap lesi primer biasanya tidak ada, karena tidak
sakit, tidak berupa koreng dan timbulnya beberapa minggu setelah kontak seksual. Perhatian
baru muncul jika timbul gangguan kulit (lesi sekunder) berupa papula, makulopapula, dan
papula folikular. Gangguan kulit tersebut timbul secara tersebar 6 minggu setelah lesi primer
terjadi. Namun, baik lesi primer maupun sekunder cepat lenyap tanpa menimbulkan banyak
keluhan, sedangkan penyebaran spiroketa tetap berjalan sehingga dapat timbul limfadenopati
yang menyeluruh, alopesia aerata, uveitis, nefrosis, artritis, periostitis, meningitis, dan stroke.
Apabila penyebab manifestasi klinis sifilis tahap kedua ini tidak dikenal, maka infeksi
terus berjalan sehingga susunan saraf pusat juga akan mengalami invasi kuman tersebut.
Dalam hal ini, Treponema palidum tersebar secara difus di korteks serebri dan bagian-bagian
lainnya. Gambaran penyakit sifilis pada tahap ini berupa “organic brain syndrome”.
Prodromnya bersifat umum seperti sakit kepala, insomnia, cepat lupa, daya konsentasi
berkurang, dan malaise. Tapi selanjutnya dapat timbul demensia dengan perubahan watak
bahkan psikosis.
Kasus sifilis tahap ketiga atau neurosifilis ini sudah jarang dijumpai. Namun
demikian, setiap kasus stroke dan meningitis pada orang dewasa muda harus dicurigai
sebagai salah satu kemungkinan dari manifestasi sifilis tahap kedua. Tahap kedua ini
merupakan tahap spiroketemia yang dapat menimbulkan lesi vaskular dan infeksi selaput
otak.
Maka dari itu tahap kedua sifilis dikenal dalam bidang neurologi klinis sebagai tahap
meningovaskular. Lesi vaskular di otak disebabkan oleh oklusi lumen arteri akibat reaksi
proliferatif terhadap kuman yang berada di dalam pembuluh darah atau karena arteri terjerat
oleh perlekatan meningen oleh akibat meningitis.
top related