ekologi faktor

Post on 14-Apr-2018

217 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    1/14

    ekologi FAKTOR LINGKUNGAN

    Apr 5

    Posted byaatunhalu

    PRAKTIKUM I

    FAKTOR LINGKUNGAN

    OLEH :

    NAMA : aat

    NO. STAMBUK : aaaaa

    PROGRAM STUDI : BIOLOGI

    JURUSAN : BIOLOGI

    KELOMPOK : aaa

    ASISTEN PEMBIMBING : aatblanck

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS HALUOLEO

    KENDARI

    2002

    http://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/http://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/http://aatunhalu.wordpress.com/author/aatunhalu/http://aatunhalu.wordpress.com/author/aatunhalu/http://aatunhalu.wordpress.com/author/aatunhalu/http://aatunhalu.wordpress.com/author/aatunhalu/http://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/
  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    2/14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Lingkungan adalah suatu sistem yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

    perkembangan organisme. Artinya, tanpa adanya lingkungan, suatu organisme tidak akan

    dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam hal ini, faktor lingkungan memegang

    peranan penting dalam kelangsungan hidup organisme.

    Secara garis besar, faktor lingkungan terbagi atas dua, yaitu faktor biotik dan abiotik.

    Faktor biotik terdiri atas manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Sedangkan faktor-

    faktor abiotik contohnya adalah tanah, air, cahaya, udara, suhu, kelembaban, curah hujan, dan

    lain-lain.

    Baik faktor biotik maupun abiotik memberikan pengaruh yang sangat besar bagi suatu

    organisme. Sebagai contohnya adalah air yang merupakan faktor lingkungan yang sangat

    penting bagi makhluk hidup. Begitu juga dengan tanah, suhu, cahaya, udara, kelembaban, dan

    lain-lain. Semuanya merupakan faktor lingkungan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk

    hidup.

    Oleh karena itu, pengetahuan mengenai faktor lingkungan sangat diperlukan.

    Sehingga kita dapat mengetahui faktor-faktor lingkungan beserta peranannya bagi kehidupan.

    B. Tujuan dan Manfaat

    Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah :

    1. Untuk mengetahui hubungan antara beberapa parameter fisik dan kimia lingkungan yang

    berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan.

  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    3/14

    2. Untuk mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang

    berhubungan dengan parameter fisik dan kimia lingkungan.

    Manfaat yang ingin diperoleh dari praktikum ini adalah :

    1. Dapat mengetahui hubungan antara beberapa parameter fisik dan kimia lingkungan yang

    berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan.

    2. Dapat mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang

    berhubungan dengan parameter fisik dan kimia lingkungan.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Makhluk hidup dapat melangsungkan hidupnya jika makhluk hidup tersebut mampu

    beradaptasi dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan dapat

    berupa suhu, cahaya, temperatur dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini juga merupakan

    komponen abiotik dalam ekosistem (Kimball, 1983:53).

    Faktor lingkungan abiotik secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor

    kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah. Faktor

    kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah.

    Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat

    di suatu habitat (Suin, 1997:1).

    Suatu kondisi diberi takrif sebagai suatu faktor lingkungan abiotik yang berbeda

    dalam ruang dan waktu, dan terhadap kondisi ini makhluk memberi tanggapan secara

    berbeda-beda. Contohnya meliputi suhu, lengas nisbi, pH, salinitas, kecepatan arus air sungai,

    dan kadar pencemar. Suatu kondisi dapat dimodifikasi oleh hadirnya makhluk lain, misalnya

  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    4/14

    pH tanah dapat berubah oleh hadirnya tumbuhan, suhu dan lengas udara mungkin berubah di

    bawah tajuk pohon di hutan (Soetjipta, 1993:30).

    Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang

    tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Apabila pelapukan fisik batuan

    disebabkan oleh perubahan temperatur dan dekomposisi kimia hasilnya memberikan

    sumbangan yang cukup banyak dalam pembentukan tanah. Kegiatan biologis seperti

    pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur

    dan kesuburan tanah (Subba, 1994:225).

    Cahaya juga memainkan peranan penting dalam penyebaran, orientasi, dan

    pembungaan tumbuhan. Di dalam hutan tropika, cahaya merupakan faktor pembatas dan

    jumlah cahaya yang menembus melalui sudut hutan tampak menentukan lapisan atau

    tingkatan yang terbentuk oleh pepohonannya. Keadaan ini mencerminkan kebutuhan

    tumbuhan akan ketenggangan terhadap jumlah cahaya yang berbeda-beda di dalam hutan

    (Ewusie, 1990:94).

    Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan. Interaksi

    antara temperatur dan kelembaban, seperti pada khususnya interaksi kebanyakan faktor,

    tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Temperatur memberikan efek

    membatasi yang lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah

    ekstrim, yakni apabila keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah daripada apabila keadaan

    demikian itu adalah sedang-sedang saja (Odum, 1996:34).

    BAB III

    METODE PRAKTIKUM

    A. Waktu dan Tempat

  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    5/14

    Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 April 2008 pukul 08.0010.00 WITA

    dan bertempat di sekitar Fakultas MIPA Universitas Haluoleo.

    B. Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam praktikum faktor lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum faktor lingkungan

    No. Nama Alat Kegunaan

    1. Termometer air raksa/ alkohol Untuk mengukur suhu udara dan kelembaban

    udara

    2. Soil tester Untuk mengukur pH tanah dan kelembaban

    tanah

    Bahan yang digunakan dalam praktikum faktor lingkungan dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum faktor lingkungan

    No. Nama Bahan Kegunaan

    1. Aquadest Untuk membasahi ujung soil tester2. Tissue Untuk membersihkan ujung soil tester

    C. Prosedur Kerja

    Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum faktor lingkungan adalah sebagai berikut :

    1. Pengukuran Suhu Udara

    a. Melakukan pengukuran suhu dengan menggunakan termometer pada beberapa tempat

    berbeda (ruangan, tempat terbuka,di bawah pohon dan areal terbuka).

    b. Masing-masing hasil pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali pada selang waktu 5-10

    menit dan kemudian hasilnya dirata-ratakan.

    c. Membuat diagram batang hubungan antara tempat dengan suhu udara.

  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    6/14

    2. Pengukuran Kelembaban Udara

    a. Pengukuran kelembaban udara dilakukan dengan menggunakan 2 buah termometer

    (dikonversikan dari suhu ke kelembaban) dan dilakukan pada tempat yang berbeda

    (ruangan, tempat terbuka, di bawah pohon dan areal terbuka).

    b. Melakukan pengulangan pengukuran pada masing-masing tempat berbeda sebanyak 4

    kali, dan hasilnya dirata-ratakan.

    c. Membuat diagram batang hubungan antara tempat dengan kelembaban udara.

    3. Pengukuran pH tanah dan Kelembaban Tanah

    a. Pengukuran pH tanah menggunakan soil tester dan dilakukan pada beberapa tempat

    (tempat terbuka, di bawah pohon dan areal terbuka) dengan cara menancapkan bagian

    ujung dari soil tester sampai kira-kira 5-15 cm ke dalam tanah, kemudian menekan

    knopnya. Maka akan terbaca nilai skala pH dari tanah tersebut.

    b. Pengukuran kelembaban tanah dilakukan dengan menggunakan soil tester pada tanah

    yang diperkirakan mengandung air pada tempat tertentu (tempat terbuka, di bawah

    pohon dan areal terbuka).

    c. Melakukan pengulangan pengukuran (baik pH maupun kelembaban tanah) pada

    masing-masing tempat berbeda sebanyak 4 kali dan hasilnya dirata-ratakan.

    d. Membuat diagram batang hubungan antara tempat dengan pH dan kelembaban tanah.

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    7/14

    A. Hasil Pengamatan

    1. Pengamatan Suhu Udara

    No. Areal Pengamatan Suhu Udara (o

    C) Suhu Udara

    (C)1 2 3 4

    1. Ruangan 28 28 27 27 27,5

    2. Tempat terbuka 31 30 29 30 30

    3. Di bawah pohon 28 28 28 28 28

    4. Areal terbuka 34 35 36 36 35,25

    2. Pengamatan Kelembaban Udara

    No. Areal Pengamatan Kelembaban Udara (%)Kelembaban

    Udara (%)1 2 3 4

    1. Ruangan 0 % 1 % 1 % 2,5 % 1,125 %

    2. Tempat terbuka 2 % 1 % 1 % 2,5 % 1,625 %

    3. Di bawah pohon 1 % 2 % 1 % 1,5 % 1,375 %

    4. Areal terbuka 3 % 3 % 2 % 2 % 2,5 %

  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    8/14

    3. Pengamatan pH Tanah

    No. Areal Pengamatan pH TanahpH Tanah

    1 2 3 4

    1. Tempat Terbuka 5,5 5,4 6,2 5,6 5,7

    2. Di bawah pohon 6,2 6,2 6 6 6,1

    3. Areal terbuka 5,6 5,6 4,8 4 5

    4. Pengamatan Kelembaban Tanah

  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    9/14

    No. Areal Pengamatan Kelembaban Tanah (%)Kelembaban

    Tanah1 2 3 4

    1. Tempat Terbuka 25 % 40 % 70 % 70 % 51,25 %

    2. Di bawah pohon 25 % 25 % 25 % 25 % 23 %

    3. Areal terbuka 13 % 30 % 25 % 47 % 28,75 %

    B. Pembahasan

  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    10/14

    Dalam praktikum ini, kegiatan yang pertama dilakukan adalah mengukur suhu udara

    pada tempat yang berbeda-beda (dalam ruangan, tempat terbuka, di bawah pohon dan areal

    terbuka). Setelah diukur dengan 4 kali pengulangan dengan selang waktu 5-10 menit, ternyata

    suhu di ruangan dan di tempat terbuka cenderung menurun. Sedangkan di bawah pohon

    suhunya tidak berubah, yaitu tetap 28 C. Pada areal terbuka suhu cenderung meningkat.

    Setelah dirata-ratakan, ternyata suhu tertinggi berada pada areal terbuka, yaitu 35,25 C. Hal

    ini terjadi karena pada areal terbuka mendapatkan pancaran sinar matahari secara langsung,

    sehingga menyebabkan makin lama suhunya semakin meningkat. Hal yang sebaliknya terjadi

    di dalam ruangan yang tidak mendapatkan pancaran sinar matahari secara langsung, sehingga

    rata-rata suhunya paling rendah, yaitu 27,5 C. Sedangkan rata-rata suhu sedang terjadi di

    tempat terbuka dan di bawah pohon, karena ada beberapa tempat yang terlindungi dari cahaya

    matahari langsung, misalnya dengan adanya pohon-pohon ataupun atap bangunan, sehingga

    suhunya tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin.

    Kegiatan yang kedua adalah mengukur kelembaban udara pada tempat yang berbeda-

    beda (dalam ruangan, tempat terbuka, di bawah pohon dan areal terbuka). Setelah diukur

    dengan 4 kali pengulangan, ternyata di areal terbuka rata-rata kelembaban udaranya paling

    tinggi, yaitu 2,5 %. Sedangkan yang paling rendah adalah di dalam ruangan, yaitu 1,125 %.

    Hal ini terjadi karena pada areal terbuka suhu udara sangat panas sebagai akibat dari

    penyinaran cahaya matahari secara langsung. Udara panas umumnya banyak mengandung

    uap air daripada udara dingin.Tejadinya penguapan air dari permukaan tanah, air dan

    tumbuhan akibat meningkatnya suhu pada areal terbuka menyebabkan terjadinya peningkatan

    kandungan uap air di udara, sehingga kelembaban udaranya tinggi. Sebaliknya, di dalam

    ruangan suhu udara rendah dan hanya sedikit penguapan yang terjadi, sehingga kelembaban

    udaranya rendah.

  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    11/14

    Kegiatan yang ketiga adalah mengukur pH tanah pada tempat yang berbeda-beda

    (tempat terbuka, di bawah pohon dan areal terbuka). Setelah diukur dengan 4 kali

    pengulangan, ternyata rata-rata pH tertinggi terdapat pada tanah di bawah pohon, yaitu 6,1.

    Hal ini menunjukkan bahwa tanah di bawah pohon cenderung bersifat netral, yaitu mendekati

    pH 7. Tanah di bawah pohon banyak mengandung air dan garam-garam mineral lainnya yang

    diserap oleh akar pepohonan. Sehingga tanahnya agak basah karena kandungan air di

    dalamnya. Sedangkan pada tempat terbuka dan areal terbuka, rata-rata pH tanahnya lebih

    rendah, yaitu 5,7 dan 5. Hal ini menunjukkan bahwa tanahnya cenderung bersifat asam,

    karena pH-nya dibawah 7. Selain itu, karena pengaruh penyinaran matahari secara langsung,

    suhu udara menjadi panas. Hal ini menyebabkan tanah menjadi kering dan kekurangan air,

    sehingga tanah cenderung bersifat asam.

    Kegiatan yang keempat adalah mengukur kelembaban tanah pada tempat yang

    berbeda-beda (tempat terbuka, di bawah pohon dan areal terbuka). Setelah diukur dengan 4

    kali pengulangan, ternyata rata-rata kelembaban tertinggi terdapat pada tempat terbuka, yaitu

    51,25 % dan kelembaban terendah terdapat pada tanah di bawah pohon, yaitu 23 %. Namun,

    sebenarnya, menurut teori, hal yang demikian tidak semestinya terjadi. Seharusnya pada

    tanah di bawah pohon kelembaban tanah lebih tinggi dibandingkan di tempat terbuka.

    Mengapa ? Karena, tanah di bawah pohon banyak mengandung air dan garam-garam mineral.

    Karena kandungan airnya tinggi, berarti kelembabannya juga tinggi. Sedangkan pada tanah di

    tempat terbuka tanahnya kering karena mengandung sedikit air, jadi kelembabannya rendah.

    Kesalahan yang demikian terjadi karena pada waktu pengukuran di tempat terbuka dan areal

    terbuka, pengukuran kelembaban tanah tidak dilakukan pada satu tempat yang sama, tetapi

    pada tempat berbeda. Misalnya pada pengukuran pertama pada tanah yang kering di tempat

    terbuka, kelembaban tanahnya 25 %. Tetapi, pada pengukuran kedua, ketiga dan keempat

    kelembaban tanah meningkat menjadi 40 % sampai 70 %. Hal ini terjadi karena pada

  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    12/14

    pengukuran kedua, ketiga dan keempat dilakukan pada tempat yang tanahnya cukup banyak

    mengandung air. Begitu juga pada areal terbuka. Dengan demikian, pada kegiatan keempat

    ini terjadi kesalahan teknis. Tetapi, kita telah memahami bahwa pada tanah di bawah pohon

    kelembabannya cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di tempat terbuka dan areal

    terbuka.

    BAB V

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Dari hasil pengamatan pada praktikum ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

    1. Suhu udara suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pancaran sinar matahari. Daerah yang

    menerima pancaran sinar matahari secara langsung suhu udaranya lebih tinggi atau

    lebih panas dibandingkan dengan daerah yang terlindung atau tidak menerima

    pancaran sinar matahari secara langsung.

    1. Kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh kandungan uap air yang ada di udara.

    Dalam hal ini, suhu udara akan menentukan tinggi rendahnya kelembaban udara.

    Udara yang panas memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibanding udara dingin

    karena pada suhu panas penguapan lebih banyak terjadi.

    2. Kadar pH tanah dipengaruhi oleh kandungan air dan garam-garam mineral di

    dalamnya. Dalam hal ini, tanah yang basah dan mengandung banyak air pH-nya

    cenderung bersifat netral atau basa, sedangkan tanah yang kering dan mengandung

    sedikit air cenderung bersifat asam.3. Tinggi rendahnya kelembaban tanah dipengaruhi oleh kandungan air yang terdapat di

    dalam tanah. Tanah yang banyak mengandung air memiliki kelembaban yang lebih

    tinggi. Sedangkan tanah yang kering dan mengandung sedikit air memiliki

    kelembaban yang rendah.

    B. Saran

    Saran yang dapat kami ajukan dalam pelaksanaan praktikum faktor lingkungan adalah

    agar para asisten dapat menyediakan buku penuntun praktikum secara lengkap, tidak

  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    13/14

    terpisah-pisah. Sehingga para praktikan dapat mempelajari lebih awal materi yang akan

    dipraktekkan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ewusie, J. Y., 1990,Ekologi Tropika, ITB Bandung, Bandung.

    Kimball, J. W., 1983,Biologi Jilid 3, Erlangga, Jakarta.

    Odum, E. P., 1996,Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM Press, Yogyakarta.

    Soetjipta, 1993,Dasar-dasar Ekologi Hewan, Depdikbud Dirjen Dikti, Yogyakarta.

    Subba, N. S., 1994,Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman, Universitas

    Indonesia, Jakarta.

    Suin, N. M., 1997,Ekologi Hewan Tanah, Bumi Aksara, Jakarta.

    About these ads.

    Tentang aatunhalu

    Aku pengen melihat orang yang selalu optimis pada dirinya

    Lihat semua tulisan oleh aatunhalu

    Posted on April 5, 2009, in Uncategorized. Bookmark the permalink. Tinggalkan SebuahKomentar.

    PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

    Tulisan Berikutnya

    Tinggalkan Sebuah Komentar

    Komentar (1)

    Tinggalkan Balasan

    http://en.wordpress.com/about-these-ads/http://en.wordpress.com/about-these-ads/http://aatunhalu.wordpress.com/author/aatunhalu/http://aatunhalu.wordpress.com/category/uncategorized/http://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/http://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/#respondhttp://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/#respondhttp://aatunhalu.wordpress.com/2008/12/21/penulisan-daftar-pustaka/http://aatunhalu.wordpress.com/2008/12/21/penulisan-daftar-pustaka/http://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/09/55/http://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/09/55/http://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/09/55/http://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/#respondhttp://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/#commentshttp://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/#commentshttp://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/#respondhttp://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/09/55/http://aatunhalu.wordpress.com/2008/12/21/penulisan-daftar-pustaka/http://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/#respondhttp://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/#respondhttp://aatunhalu.wordpress.com/2009/04/05/ekologi-faktor-lingkungan/http://aatunhalu.wordpress.com/category/uncategorized/http://aatunhalu.wordpress.com/author/aatunhalu/http://en.wordpress.com/about-these-ads/
  • 7/30/2019 ekologi FAKTOR

    14/14

    Halamano About

    o PERBEDAAN ASI DAN SUSU SAPI

    Blog pada WordPress.com. Tema: Mystique oleh digitalnature.

    Ikuti

    Follow Aatunhalu's Blog

    Get every new post delivered to your Inbox.

    Powered by WordPress.com

    http://aatunhalu.wordpress.com/about/http://aatunhalu.wordpress.com/perbedaan-asi-dan-susu-sapi/http://id.wordpress.com/?ref=footerhttp://digitalnature.eu/http://void%280%29/http://wordpress.com/signup/?ref=lofhttp://wordpress.com/signup/?ref=lofhttp://void%280%29/http://digitalnature.eu/http://id.wordpress.com/?ref=footerhttp://aatunhalu.wordpress.com/perbedaan-asi-dan-susu-sapi/http://aatunhalu.wordpress.com/about/

top related