efektivitas teknik relaksasi nafas dalam dan metode
Post on 01-Nov-2021
37 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DAN METODE PEMBERIAN COKELAT TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS DISMENORE PADA REMAJA PUTRI
DI SMK SWAGAYA 2 PURWOKERTO
Retno Wida Hapsari 1), Tri Anasari 2)
Abstrak : Angka kejadian dismenore di Indonesia sebesar 64,25 % yang
terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36 % dismenore sekunder.
Penanganan dismenore bisa dilakukan secara farmakologi, nonfarmokologi dan
zat gizi dismenore. Nonfarmakologi yaitu dengan teknik relaksasi nafas dalam
sedangkan zat gizi dismenore terkandung dalam cokelat.
Mengetahui efektivitas teknik relaksasi nafas dalam dan metode pemberian
cokelat terhadap penurunan intensitas dismenore pada remaja putri di SMK
Swagaya 2 Purwokerto.
Jenis penelitian ini adalah Quasi-Eksperimental Design (eksperimen semu),
rancangan penelitian adalah two group comparrison pretest-posttest design
dengan pendekatan cross sectional. Populasi siswi SMK Swagaya 2 Purwokerto
dengan sampel 30 orang menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini
menggunakan uji paired t-test.
Penurunan nilai rata-rata nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam sebesar 2,400 sedangkan metode pemberian cokelat sebesar
1,733. Hasil uji paired t-test p = 0,000 < α (0,05). Nilai korelasi teknik relaksasi
nafas dalam > nilai korelasi metode pemberian cokelat.
Teknik relaksasi nafas dalam lebih efektif terhadap penurunan skala
intensitas dismenore dibandingkan dengan metode pemberian cokelat.
Bagi siswi yang mengalami dismenore teknik relaksasi nafas dalam dan
metode pemberian cokelat merupakan cara alternatif yang bisa dipakai untuk
mengurangi dismenore, akan tetapi terjadinya pengurangan nyeri atau tidak itu
semua tergantung presepsi nyeri dari masing-masing individu.
Kata Kunci : Dismenore, Teknik relaksasi nafas dalam, Cokel
THE EFFECTIVENESS DEEP BREATH RELAXATION TECHNIQUE AND THE METHOD OF CHOCOLATE GIVEN TO DECREASE
DYSMENORRHEA INTENSITY TO THE YOUNG FEMALE AT SMK SWAGAYA 2 PURWOKERTO
Retno Wida Hapsari 1), Tri Anasari 2)
Abstract : The incidence of dysmenorrhea in Indonesia is about 64,25%
wich consist of 54,89% primary dysmenorrhea and 9,36% secondary
dysmenorrheal. Dysmenorrhea could be handeled by pharmacology, non
pharmacology and dysmenorrhea nutrients. Non pharmacology is deep breath
relaxation technique at the time that dysmenorrhea nutrients is contained inside of
chocolate.
This research aims to know effectiveness deep breath relaxation technique
and the method of chocolate given to decrease dysmenorrhea intensity to the
young female at SMK Swagaya 2 Purwokerto.
The kind of this research is Quasi-Experimental Design (quasi-
experimental), the design study are two comparrison group pretest-posttest
design with cross sectional approach. The students population in SMK Swagaya
2 Purwokerto with 30 samples by purposive sampling technique. The analysis
method in this research used is paired t-test.
The decrease of painess before and after doing deep breath relaxation
technique is 2,400 at the time that the method of chocolate given is 1,733. Test
results of paired t-test p = 0.000 < α (0,05). Correlation value deep breath
relaxation technique >correlation value method of chocolate given.
Deep breath relaxation technique is more effective to decrease dysmenorrhea
intensity scale compared with the method of chocolates given. For students who
experience dysmenorrhea deep breath relaxation technique and the method of
chocolate given is an alternative way that can be used to reduce dysmenorrhea,
but to decrease the painess or not it all depends on the perception of the pain of
individual.
Keywords : Dysmenorrhea, Deep breath relaxation technique, Chocol
Retno Wida Hapsari, Tri Anasari, Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam… 27
PENDAHULUAN
Dismenore adalah rasa sakit yang
menyertai menstruasi sehingga dapat
menimbulkan gangguan pekerjaan
sehari-hari (Manuaba dkk, 2008). Rasa
sakit yang menyerupai kejang ini
terasa di perut bagian bawah. Biasanya
dimulai 24 jam sebelum haid datang,
dan berlangsung sampai 12 jam
pertama dari masa haid. Sesudah itu
semua rasa tidak enak tadi hilang
(Jones, 2005). Dismenore
diklasifikasikan berdasarkan ada
tidaknya kelainan atau sebab yang
dapat diamati yaitu dismenore primer,
dismenore sekunder, dan dismenore
membranous (Colin & Shushan 2007).
Ciri khas dismenore primer
adalah bahwa penyakit ini mulai
timbul sejak menstruasi pertama kali
datang dan keluhan sakitnya agak
berkurang setelah wanita yang
bersangkutan menikah dan hamil
(Devi, 2012). Dismenore sekunder
terjadi akibat berbagai kondisi
patologis seperti endometriosis,
salfingitis, adenomiosis uteri, dan lain-
lain (Schwart, 2005). Dismenore
membranosus disebabkan adanya
bagian endometrium yang melewati
serviks yang tidak berdilatasi (cast of
endometrium through an undilated
cervix) (Colin dan Shushan, 2007).
Dismenore dapat dialami lebih
dari setengah wanita yang sedang
menstruasi, dan prevalensinya sangat
bervariasi. Berdasarkan data dari
berbagai negara, angka kejadian
dismenore di dunia cukup tinggi.
Diperkirakan 50% dari seluruh wanita
di dunia menderita dismenore dalam
sebuah siklus menstruasi. Pasien
melaporkan nyeri saat haid, dimana
sebanyak 12% nyeri haid sudah parah,
37% nyeri haid sedang, dan 49% nyeri
haid masih ringan (Calis, 2011).
Menurut Cakir M et al (2007)
dalam penelitiannya menemukan
bahwa dismenore merupakan
gangguan menstruasi dengan
prevalensi terbesar (89,5%). Pada
pengkajian terhadap penelitian-
penelitian lain didapatkan prevalensi
dismenore bervariasi antara 15,8-
89,5%, dengan prevalensi tertinggi
pada remaja ( Calis dkk, 2009).
Prevalensi dismenore tertinggi
pada remaja, dengan perkiraaan antara
20 sampai 90 %. Studi prevalensi di
Thailand melaporkan kejadian
dismenore adalah 84,2% pada remaja
perempuan pubertas. Jumlah
28 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 26-38
ketidakhadiran di sekolah sebesar
21,1% yang dihubungkan dengan
beratnya gejala (Tangchai et al, 2004).
Dismenore yang paling sering terjadi
adalah dismenore primer,
kemungkinan lebih dari 50% wanita
mengalaminya dan 10-15%
diantaranya mengalami nyeri yang
hebat sampai menggangu aktivitas dan
kegiatan sehari-hari. Biasanya
dismenore primer timbul pada masa
remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah
haid pertama dan terjadi pada umur
kurang dari 20 tahun (Melissa, 2011).
Di Indonesia angka kejadian dismenore
sebesar 64,25 % yang terdiri dari
54,89% dismenore primer dan 9,36 %
dismenore sekunder (Harunriyanto,
2008).
Penanganan dismenore bisa
dilakukan secara farmakologi yaitu
dengan pemberian obat-obatan
analgesik (Wilmana & Gan, 2007).
Sedangkan secara non farmakologi
melalui distraksi, relaksasi, imajinasi
terbimbing, kompres hangat atau
dingin (Potter & Perry, 2005).
Beberapa penelitian juga menyebutkan
hubungan beberapa zat gizi dengan
penurunan tingkat dismenore. Sebuah
buku yang ditulis oleh Devi (2012) zat
gizi yang dapat membantu
meringankan dismenore adalah
kalsium, magnesium serta vitamin A,
E, B6, dan C.
Dark Chocolate atau cokelat
hitam kaya akan kalsium, kalium,
natrium, magnesium serta vitamin A,
B1, C, D, dan E (Pangkalan Ide, 2008).
Magnesium berguna untuk
merelaksasikan otot dan dapat
memberikan rasa rileks yang dapat
mengendalikan suasana hati yang
murung (Hill, 2002). Selain itu,
magnesium juga berfungsi
memperbesar pembuluh darah
sehingga mencegah kekejangan otot
dan dinding pembuluh darah. Oleh
sebab itu, magnesium berfungsi untuk
meringankan dismenore atau rasa nyeri
saat haid (Devi, 2012).
Teknik relaksasi nafas dalam
adalah teknik melakukan nafas dalam,
nafas lambat dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan
(Smeltzer & Bare, 2002). Selain
melakukan nafas dalam, klien
diarahkan untuk berkonsentrasi pada
daerah yang mengalami ketegangan
otot (Potter & Pery, 2005). Relaksasi
secara umum sebagai metode yang
paling efektif terutama pada pasien
Retno Wida Hapsari, Tri Anasari, Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam… 29
yang mengalami nyeri (National Safety
Council, 2003 dalam Ernawati dkk,
2010) sehingga perlu dilakukan
penelitian pengaruh terapi relaksasi
terhadap dismenore.
Hasil survey pendahuluan yang
peneliti lakukan pada 149 siswi di
SMK Swagaya 2 Purwokerto
didapatkan hasil bahwa 130 siswi
(87,25%) mengatakan mengalami
dismenore dan 19 siswi (12,75%)
mengatakan tidak pernah mengalami
dismenore. Upaya siswi mengatasi
dismenore adalah ada yang
mengatakan dibiarkan saja, tiduran,
mengolesi dengan minyak kayu putih,
menempelkan perut ke lantai, posisi
tengkurap, makan buah dan minum air
putih, minum obat penghilang rasa
nyeri, minum jamu dan minum air
kelapa. Rata-rata siswi mengalami
menstruasi selama 5-7 hari, dan
mengalami dismenore selama 1-2 hari.
Pemilihan tempat di SMK Swagaya 2
Purwokerto karena sebagian besar
pelajar di SMK tersebut adalah
perempuan dan angka kejadian
dismenore yang dialami oleh siswi
cukup tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah
1) Mendeskripsikan skala intensitas
dismenore sebelum dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam pada remaja putri
di SMK Swagaya 2 Purwokerto.
2) Mendeskripsikan skala intensitas
dismenore sesudah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam pada remaja putri
di SMK Swagaya 2 Purwokerto.
3) Mendeskripsikan skala intensitas
dismenore sebelum dilakukan metode
pemberian cokelat pada remaja putri di
SMK Swagaya 2 Purwokerto.
4) Mendeskripsikan skala intensitas
dismenore sesudah dilakukan metode
pemberian cokelat pada remaja putri di
SMK Swagaya 2 Purwokerto.
5) Menganalisis perbedaan skala
intensitas dismenore sebelum dan
sesudah dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam pada remaja putri di SMK
Swagaya 2 Purwokerto.
6) Menganalisis perbedaan skala
intensitas dismenore sebelum
dansesudah dilakukan metode
pemberian cokelat pada remaja putri di
SMK Swagaya 2 Purwokerto.
7) Menganalisis efektivitas teknik
relaksasi nafas dalam dan metode
pemberian cokelat terhadap penurunan
30 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 26-38
skala intensitas dismenore pada remaja
putri di SMK Swagaya 2 Purwokerto.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Quasi-
Eksperimental (eksperimen semu)
dengan rancangan penelitian two group
comparrison pretest-posttest design.
Pendekatan yang digunakan pada
penelitian ini adalah pendekatan cross
sectional. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah teknik relaksasi
nafas dalam dan metode pemberian
cokelat, sedangkan variabel terikatnya
adalah penurunan skala intensitas
dismenore.Pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi partisipatif
(pengamatan terlibat). Jenis data yang
diperoleh berasal dari data primer yaitu
data yang didapatkan langsung dari
responden.
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswi SMK Swagaya 2
Purwokerto sebanyak 149 siswi.
Pengambilan sampel dalam penelitian
ini dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu pengambilan
sampel yang dilakukan didasarkan
pada suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui
sebelumnya berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah
1) Siswi kelas X dan XI SMK 2
Swagaya Purwokerto yang mengalami
dismenore.
2) Siswi SMK Swagaya 2
Purwokerto yang bersedia menjadi
responden.
3) Umur responden antara 15-18
tahun.
4) Siswi SMK Swagaya 2
Purwokerto yang mengatasi dismenore
tidak menggunakan cara apapun.
5) Siswi SMK Swagaya 2
Purwokerto yang mendapat menstruasi
di awal atau akhir bulan.
Sedangkan kriteria eksklusi
dalam penelitian ini adalah
1) Siswi SMK Swagaya 2
Purwokerto yang tidak masuk sekolah.
2) Siswi SMK Swagaya 2
Purwokerto yang mengatasi dismenore
dengan minum jamu, obat-obatan atau
cara-cara lain.
3) Siswi SMK Swagaya 2
Purwokerto yang tidak suka/alergi
cokelat.
Besar sampel yang diambil 10%
dari jumlah populasi masing-masing
Retno Wida Hapsari, Tri Anasari, Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam… 31
kelompok sebanyak 15 orang (15
orang dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam dan 15 orang dilakukan metode
pemberian cokelat). Data yang sudah
terolah akan dianalisis dalam berbagai
bentuk analisis, yaitu: analisis univariat
dan analisis bivariat. Analisis bivariat
menggunakan uji paired t-test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi skala intensitas
dismenore sebelum dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam di SMK
Swagaya 2 Purwokerto tahun 2013.
Skala intensitas dismenore
sebelum dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam di SMK Swagaya 2
Purwokerto tahun 2013 adalah hasil
pada kelompok relaksasi nafas dalam
diperoleh skala intensitas dismenore
sebelum diberi perlakuan adalah M =
4,87, SD =1,187, nilai minimum = 4
dan nilai maksimum = 7.Skala tersebut
menunjukkan bahwa nyeri yang
dirasakan responden pada saat
mengalami dismenore adalah nyeri
sedang sampai nyeri berat.
Gejala yang dialami responden
pada saat menstruasi, sesuai dengan
pendapat Devi (2012) gejala yang
dirasakan pada saat dismenore adalah
rasa nyeri di perut bagian bawah
seperti dicengkram atau di remas-
remas, sakit kepala yang berdenyut,
mual, muntah, nyeri di punggung
bagian bawah, diare, pingsan.
2. Deskripsi skala intensitas
dismenore sesudah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam di SMK
Swagaya 2 Purwokerto tahun 2013.
Skala intensitas dismenore
sesudah dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam di SMK Swagaya 2
Purwokerto tahun 2013
memperlihatkan hasil pada kelompok
relaksasi nafas dalam diperoleh skala
intensitas dismenore sesudah diberi
perlakuan adalah M = 2,47, SD =1,246,
nilai minimum = 1 dan nilai
maksimum = 5. Skala tersebut
menunjukkan nyeri yang dirasakan
responden sesudah dilakukan relaksasi
nafas dalam adalah nyeri ringan
sampai nyeri sedang.
Responden yang mengalami
dismenore dituntut pada saat
melakukan teknik relaksasi nafas
dalam harus dalam keadaan rileks
posisi yang nyaman, tenang dan jangan
terdapat beban di dalam pikiran.
Ulangi sampai 15 kali nafas dengan
diselingi istirahat singkat setiap 5 kali.
Teknik relaksasi nafas dalam
32 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 26-38
merupakan teknik bagaimana cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal)
dan bagaimana menghembuskan nafas
secara perlahan yang tujuannya adalah
mengurangi stress baik fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas
nyeri dan menurunkan kecemasan
(Smeltzer & Bare, 2002).
3. Deskripsi skala intensitas
dismenore sebelum dilakukan metode
pemberian cokelat di SMK Swagaya 2
Purwokerto tahun 2013.
Skala intensitas dismenore
sebelum dilakukan metode pemberian
cokelat di SMK Swagaya 2
Purwokerto memperlihatkan hasil pada
kelompok pemberian cokelat diperoleh
skala intensitas dismenore sebelum
diberi perlakuan adalah M = 5,73, SD
=1,387, nilai minimum = 4 dan nilai
maksimum = 8. Skala tersebut
menunjukkan bahwa nyeri yang
dirasakan responden pada saat
mengalami dismenore adalah nyeri
sedang sampai nyeri berat.
Gejala yang dialami responden
pada saat menstruasi, sesuai dengan
pendapat Devi (2012) gejala yang
dirasakan pada saat dismenore adalah
rasa nyeri di perut bagian bawah
seperti dicengkram atau di remas-
remas diare dan lain-lain. Dismenore
paling sering dialami dan sangat
menganggu aktivitas wanita, terlebih
lagi harus dialami oleh wanita secara
rutin setiap bulan.
4. Deskripsi skala intensitas
dismenore sesudah dilakukan metode
pemberian cokelat di SMK Swagaya 2
Purwokerto tahun 2013.
Skala intensitas dismenore
sesudah dilakukan metode pemberian
cokelat di SMK Swagaya 2
Purwokerto memperlihatkan hasil pada
kelompok pemberian cokelat diperoleh
skala intensitas dismenore sesudah
diberi perlakuan adalah M = 4,00, SD
=1,414, nilai minimum = 2 dan nilai
maksimum = 7. Skala tersebut
menunjukkan nyeri yang dirasakan
responden setelah dilakukan metode
pemberian cokelat adalah nyeri ringan
sampai nyeri berat.
Metode pemberian cokelat
memberikan rasa yang nyaman dan
mengubah perasaan dan mood sesorang
menjadi lebih baik sehingga rasa sakit
yang dialami responden berkurang.
Cokelat berupaya mencetuskan reaksi
positif terhadap kimia otak dan
diketahui dapat memperbaiki mood
Retno Wida Hapsari, Tri Anasari, Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam… 33
seseorang. Apabila makan cokelat kita
bisa mengeluarkan kimia yang dapat
mengurangi rasa sakit dan
meningkatkan mood serta perasaan
happy (Pangkalan ide, 2008).
5. Analisis perbedaan skala
intensitas dismenore sebelum dan
sesudah dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam di SMK Swagaya 2
Purwokerto tahun 2013.
Tabel 1. Perbedaan skala intensitas dismenore sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam di SMK Swagaya 2 Purwokerto tahun 2013.
Nilai perbedaan rata-rata (M) 2,400
Nilai perbedaan standar
deviasi (SD)
0,632
Nilai t 14,697
Nilai derajat kebebasan (df) 14
Nilai p 0,000
Hasil analisis dengan uji paired
t-test menunjukkan skala intensitas
dismenore pada kelompok relaksasi
nafas dalam sebelum dan sesudah
diberi perlakuan diperoleh t(df) =
14,697(14), perbedaan M = 2,400,
perbedaan SD = 0,632 dan nilai p =
0,000. Nilai p < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima yang berarti ada perbedaan
yang signifikan antara skala intensitas
dismenore sebelum dan sesudah
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam.
Dismenore yang dialami
responden sesaat sebelum dilakukan
teknik relaksasi nafas dalam, keadaan
responden tidak rileks dan pikiran
responden hanya tertuju pada nyeri
tanpa melakukan relaksasi terhadap
nyeri yang dirasakan. Teknik relaksasi
nafas dalam yang dilakukan oleh
responden hanya berfokus pada daerah
yang mengalami nyeri atau ketegangan
otot pada perut bagian bawah dan
merelaksasi perut bagian bawah yang
mengalami nyeri atau ketegangan otot
sampai responden mencapai relaksasi
penuh.
Kegiatan relaksasi nafas dalam
menciptakan sensasi melepaskan
ketidaknyamanan dan stres. Secara
bertahap, klien dapat merelaksasi otot
tanpa harus terlebih dahulu
menegangkan otot-otot tersebut. Saat
klien mencapai relaksasi penuh, maka
persepsi nyeri berkurang dan rasa
cemas terhadap pengalaman nyeri
menjadi minimal (Potter & Perry,
2005).
34 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 26-38
6. Analasis perbedaan skala
intensitas dismenore sebelum dan
sesudah dilakukan metode pemberian
cokelat di SMK Swagaya 2
Purwokerto tahun 2013.
Tabel 2. Perbedaan skala intensitas dismenore sebelum dan sesudah dilakukan metode pemberian cokelat di SMK Swagaya 2 Purwokerto tahun 2013.
Nilai perbedaan rata-rata (M) 1,733
Nilai perbedaan standar
deviasi (SD)
1,387
Nilai t 4,840
Nilai derajat kebebasan (df) 14
Nilai p 0,000
Hasil analisis dengan uji paired
t-test menunjukkan skala intensitas
dimenore pada kelompok pemberian
cokelat sebelum dan sesudah diberi
perlakuan diperoleh t(df) = 4,840(14),
perbedaan M = 1,733, perbedaan SD =
1,387 dan nilai p = 0,000. Nilai p <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti
ada perbedaan yang signifikan antara
skala intensitas dismenore sebelum dan
sesudah dilakukan metode pemberian
cokelat.
Responden mengatakan pada saat
menstruasi mood mereka berubah-
ubah, kesal dan lebih cepat marah serta
mengganggu aktivitas karena
merasakan sakit pada saat menstruasi.
Cokelat melepas neurotransmitter yaitu
molekul yang menyalurkan sinyal ke
neuron, salah satunya neurotransmitter
pembuat bahagia, misalnya Endorphin.
Endorphin inilah yang bisa
mengurangi stress dan memperbaiki
mood (Chan, 2012).
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terhadap 15
responden terdapat 5 responden yang
tidak mengalami penurunan nyeri atau
nyeri responden tetap sesudah
dilakukan metode pemberian cokelat.
Ternyata makan cokelat tidak terlalu
efektif untuk menurunkan intensitas
dismenore seseorang dikarenakan
setiap individu mempunyai perasaan
yang tidak nyaman dan pengalaman
yang berbeda tentang nyeri.
7. Analisis efektivitas teknik
relaksasi nafas dalam dan metode
pemberian cokelat terhadap penurunan
intensitas dismenore di SMK Swagaya
2 Purwokerto tahun 2013.
Retno Wida Hapsari, Tri Anasari, Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam… 35
Tabel 3. Efektivitas teknik relaksasi nafas dalam dan metode pemberian cokelat terhadap penurunan skala intensitas dismenore di SMK Swagaya 2 Purwokerto tahun 2013. Penilaian Tenik relaksasi nafas
dalam
Metode pemberian
cokelat
Nilai t hitung 14,697 4,840
Nilai derajat kebebasan (df) 14 14
Nilai t tabel 1,761 1,761
Nilai korelasi 0,866 0,510
Nilai p 0,000 0,000
Berdasarkan tabel 11 diperoleh
nilai t hitung teknik relaksasi nafas
dalam = 14,697 dan nilai p = 0,000
sedangkan nilai t hitung metode
pemberian cokelat = 4,840 dan nilai p
= 0,000. Nilai t hitung dari masing-
masing perlakuan > nilai t tabel =
1,761 begitu pula nilai p< nilai α =
0,05, yang berarti ada perbedaan yang
signifikan antara skala intensitas
dismenore sebelum dan sesudah diberi
perlakuan pada kedua kelompok yaitu
teknik relaksasi nafas dalam dan
metode pemberian cokelat.
Nilai t hitung teknik relaksasi
nafas dalam lebih besar dibandingkan
dengan nilai t hitung metode
pemberian cokelat dan nilai
korelasiteknik relaksasi nafas dalam =
0,866 lebih besar dibandingkan
dengan nilai korelasimetode pemberian
cokelat = 0,510, yang berarti teknik
relaksasi nafas dalam lebih efektif
terhadap penurunan skala intensitas
dismenore dibandingkan dengan
metode pemberian cokelat.
Nilai korelasiteknik relaksasi
nafas dalam adalah 0,866
menunjukkan bahwa korelasi teknik
relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan skala intensitas dismenore
sangat kuat. Teknik relaksasi nafas
dalam berupaya agar responden fokus
pada daerah yang mengalami nyeri
atau ketegangan otot pada perut bagian
bawah sehingga daerah yang
mengalami nyeri akan berkurang
sementara nilai korelasimetode
pemberian cokelat adalah 0,510
menunjukkan bahwa korelasi metode
pemberian cokelat terhadap penurunan
skala intensitas dismenore sedang.
36 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 26-38
Cokelat hanya mempengaruhi mood
seseorang tanpa berfokus pada daerah
yang mengalami nyeri.
Efek yang ditimbulkan dari
kedua perlakuan sebenarnya
tergantung dari sifat nyeri,
kenyamanan dan lingkungan
responden saat melakukan kedua
teknik untuk menurunkan nyeri. Nyeri
yang dialami responden sangat
subjektif, tidak bisa dirasakan oleh
orang lain dan hanya responden yang
dapat menjelaskan bagaimana keadaan
nyeri yang dialaminya. Hal ini sesuai
pendapat Uliyah (2006) dalam Hastami
(2011) sifat nyeri sangat subjektif
karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialami.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan terhadap 30
responden, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Rata-rata skala intensitas
dismenore sebelum dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam adalah M= 4,87,
SD = 1,187, nilai minimum = 4 dan
nilai maksimum = 7.
2. Rata-rata skala intensitas
dismenore sesudah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam adalah M= 2,47,
SD = 1,246, nilai minimum = 1 dan
nilai maksimum = 5.
3. Rata-rata skala intensitas
dismenore sebelum dilakukan metode
pemberian cokelat adalah M= 5,73, SD
= 1,387, nilai minimum = 4 dan nilai
maksimum = 8.
4. Rata-rata skala intensitas
dismenore sesudah dilakukan metode
pemberian cokelat adalah M= 4,00,
SD = 1,414, nilai minimum = 2 dan
nilai maksimal = 7.
5. Ada perbedaan yang signifikan
antara skala intensitas dismenore
sebelum dan sesudah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam dengan nilai p =
0,000.
6. Ada perbedaan yang signifikan
antara skala intensitas dismenore
sebelum dan sesudah dilakukan metode
pemberian cokelat dengan nilai p =
0,000.
7. Teknik relaksasi nafas dalam
lebih efektif terhadap penurunan skala
intensitas dismenore dibandingkan
dengan metode pemberian cokelat.
Retno Wida Hapsari, Tri Anasari, Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam… 37
DAFTAR PUSTAKA
Chan, Meta. (2012). The miracle of
chocolate. Surabaya: Tibbun
Media
Devi, N. (2012). Gizi saat sindrom
menstruasi. Jakarta : PT Bhuana
Ilmu Populer Kelompok
Gramedia.
Hastami, R.S. (2011). Efektivitas teknik
kneading dan counterpressure
terhadap penurunan intensitas
nyeri kala I Fase aktif persalinan
normal. KTI: Akbid YLPP
Purwokerto.
Joshep, H.K. (2011). Catatan kuliah
ginekologi dan obstetri
(obsgyn).Yogyakarta: Nuha
Medika.
Manuaba, I.A.C., I.B.G.F., & I.B.G .
(2008). Gawat-darurat obstetri-
ginekologi &obstetri-ginekologi
sosial untuk profesi bidan.
Jakarta: EGC.
Pangkalan, Ide. (2008). Dark chocolate
healing. Jakarta. PT Elex Media
Komputindo.
Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Buku
ajar fundamental keperawatan,
konsep, proses, dan praktik.
Edisi 4. Volume 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G., (2002).
Buku ajar keperawatan medikal
Bedah. Edisi 8. Volume 2. Alih
Bahasa: Agung, W., dkk.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. Terdapat pada:
http://www.library.upnvj.ac.id/pd
f/2s1keperawatan/206312001/ba
b2.pdf.
Wilmana, F.K., & Gan, S. (2007).
Analgesik-antipiretik analgesik
anti-inflamasi nonsteroid dan
obat gangguan sendi lainnya.
Terdapat pada:
http://repository.usu.ac.id/bitstrea
m/123456789/31671/4/Chapter%
20II.pdf.
38 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 3, No. 5, Januari 2013, 26-38
top related