efektivitas model discovery learning pada materi larutan ...digilib.unila.ac.id/24057/3/skripsi...
Post on 07-Feb-2018
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN
PENYANGGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MEMPREDIKSI DAN MENYIMPULKAN
(Skripsi)
Oleh
EKA NOVITA SUWISNO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN
PENYANGGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MEMPREDIKSI DAN MENYIMPULKAN
Oleh
EKA NOVITA SUWISNO
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model Discovery
Learning untuk meningkatkan keterampilan memprediksi dan menyimpulkan
peserta didik pada materi larutan penyangga. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh peserta didik kelas XI MIPA1 sampai dengan XI MIPA4 SMA Negeri 1
Bandar Lampung semester genap Tahun 2015-2016 yang berjumlah 132 peserta
didik. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu kelas
XI MIPA4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA1 sebagai kelas kontrol.
Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalence Control
Group Design. Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model
Discovery Learning sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran konvensional. Efektivitas model discovery learning ditunjukkan
oleh adanya perbedaan rata-rata n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata n-Gain keterampilan
memprediksi peserta didik untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing
Eka Novita Suwisno
0,32 dan 0,46 dan rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi peserta didik untuk
kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,40 dan 0,59. Berdasarkan
pengujian hipotesis (uji-t), disimpulkan bahwa penggunaan model discovery
learning efektif dalam meningkatkan keterampilan memprediksi dan
menyimpulkan peserta didik pada materi larutan penyangga.
Kata kunci: keterampilan memprediksi dan menyimpulkan, larutan penyangga,
Discovery Learning.
EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI LARUTAN
PENYANGGA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MEMPREDIKSI DAN MENYIMPULKAN
Oleh
EKA NOVITA SUWISNO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Pogram Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahian Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi (Lampung Utara), pada
tanggal 16 November 1992 sebagai anak pertama dari 3
bersaudara dari kedua orang tua senantiasa dimuliakan oleh
Allah SWT yaitu Bapak Suwisno, S.Sos. dan Ibu Hamsanah.
Pendidikan formal diawali di TK Aisyiyah Bustanul Athfal diselesaikan tahun
1999, SDN 04 Tanjung Aman Kotabumi, Lampung Utara diselesaikan tahun
2005, SMP Negeri 7 Kotabumi, Lampung Utara diselesaikan tahun 2008, dan
SMA Negeri 3 Kotabumi, Lampung Utara diselesaikan tahun 2011.
Tahun 2011 terdaftar sebagai Mahasiswi Program Studi Pendidikan Kimia di
Jurusan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung
melalui jalur mandiri. Berbagai kegiatan organisasi kampus yang pernah diiukuti,
mulai dari Koperasi Mahasiswa (KOKMA). Di tingkat jurusan, aktif sebagai
anggota eksakta muda Penelitian dan Pengembangan (Litbang) 2011-2012.
Tahun 2015 penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP
Negeri 4 Pesisir Selatan dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan
Teritegrasi (KKNKT) di Desa Marang, Kec. Pesisir Selatan, Kab. Pesisir Barat.
PERSEMBAHAN
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Dengan baitan-baitan syukur kepada-Nya “Alhamdulillahirabbil „alamin” kupersembahkan
lembaran goresan tinta ini kepada Mamah dan Papah yang sangat ku muliakan
Mamah HAMSANAH dan Papah SUWISNO,S.SOS. yang senantiasa dimuliakan
oleh Allah SWT
Tak pernah sedikitpun beliau meminta balasan atas cucuran keringat yang
telah diteteskan untuk memenuhi kebutuhan pendidikanku
Mamah dan Papah, terima kasih atas segala ridho, do’a yang selalu mengiringi
langkah putri sulungmu untuk menggapai kesuksesan. Terimakasih telah
menjadi motivasi dan alasan terbesarku untuk tetap melangkah dalam
kesulitan sekalipun.
Semoga karyaku ini dapat membuat mu tersenyum bangga padaku, dan
semoga Allah SWT membalas setiap langkah, pengorbanan dan derai nafasmu
dengan Jannah-Nya. Aamiin Ya Robbalalamin.
Adik-adikku tercinta (Dewi Agustini dan Khaisar Soewisno) Barokallohu fiikum,
Terima kasih sudah selalu memberikan semangat, keceriaan, motivasi dan
dukungannya.
Keluarga dan semua sahabat-sahabatku, dan orang-orang
yang kusayangi yang tak dapat aku sebutkan satu persatu.
Almamaterku tercinta Universitas Lampung
MOTTO
Jangan kau kira kesuksesan seperti buah kurma yang kau makan, engkau tidak akan meraih
kesuksesan sebelum meneguk pahitnya kesabaran
(Sabda Nabi SAW)
“tak satupun dapat menggantikan ketekunan untuk
mencapai keberhasilan”
(Calvin Coolidge)
“Kamu sendiri yang dapat merubah dimasa depan dengan usaha mu dimasa
kini, bukan orang lain atau bahkan sahabatmu sendiri, mereka hanya menjadi
penonton dari usaha yang kamu kerjakan. Maka, berikanlah pertunjukan
yang membuat penonton itu kagum dan bangga kepadamu”
(Dr. Ary Ginanjar Agustian)
Manusia yang paling baik adalah yang bisa memberi manfaat
bagi manusia lainnya.
(HR Al-Thabarani)
SANWACANA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul “Efektivitas
model discovery learning pada Materi Larutan Penyangga dalam Meningkatkan
keterampilan memprediksi dan menyimpulkan ” sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Atas dasar kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Unila;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I terima kasih, yang telah
berkenan memberikan bimbingan, kesabaran dan motivasinya untuk
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Drs.Tasviri Efkar, M.Si. selaku selaku Pembimbing II dan
Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi,
kritik dan saran dengan segala kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya
selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku Pembahas, terima kasih atas kritik dan
saran untuk perbaikan skripsi ini agar lebih baik.
7. Seluruh Dosen Pendidikan Kimia yang telah mengajar dan membimbing
selama ini, juga staf administrasi P. MIPA Unila atas segala bantuannya.
8. Bapak Badruzamann,, S.Pd. M.Pd. selaku Kepala Sekolah, staf TU, siswa
kelas XI MIPA1 dan MIPA4 SMAN 1 Bandar Lampung dan Ibu Diah Eko
Erniwanti, S.Pd. sebagai Guru Mitra yang telah membantu selama penelitian.
9. Keluarga Tercinta ( Papah, Mamah, Batin Dewi, Kiyai Khaisar) yang tak
pernah berhenti memberiku doa dan dukungan.
10. Abang (Akhmad Ferdi Arianto) yang setia menjadi pendengar dan penasihat
terbaik serta selalu ada baik dalam kesenangan maupun kesulitan.
11. Sahabat P.Kimia 11 (Resti, Murni, Tika, Subainar, Dian .A. , Tami, Septi dan
Ika ). Rekan seperjuangan skripsi Dhaifina Trias Sukawati, Mahdalena .N
Purba, mbak Yesi Elmasari, semua rekan P.Kimia 2011 serta adik tingkat
P.Kimia, dan keluarga KKN-KT (Ayu, Nanda, Mella, Viska, Rifka, Utari,
Tari,Yoga).
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian,
dan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Bandar Lampung, 18 Agustus 2016
Penulis,
Eka Novita Suwisno
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
E. Ruang Lingkup .................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8
A. Pembelajaran Konstruktivisme ............................................................ 8
B. Model Discovery Learning .................................................................. 11
C. Efektivitas Pembelajaran ..................................................................... 15
D. Keterampilan Proses Sains ................................................................... 16
E. Analisis konsep .................................................................................... 21
F. Kerangka Pemikiran............................................................................. 24
G. Anggapan Dasar .................................................................................. 25
H. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 26
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 27
A. Populasi dan Sampel ............................................................................ 27
B. Data Penelitian ..................................................................................... 28
C. Metode dan Desain Penelitian ............................................................. 28
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 29
E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen ..................................... 29
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian.......................................................... 30
G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ................................................ 32
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 37
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ....................................................... 37
B. Pembahasan.......................................................................................... 43
C. Hambatan-Hambatan dalam Pembelajaran .......................................... 53
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 54
B. Saran .................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Analisis SKL-KI-KD .......................................................................... 59
2. Silabus .................................................................................................. 68
3. RPP ...................................................................................................... 80
4. Lembar Kerja Siswa 1 (LKS 1) ........................................................... 95
5. Lembar Kerja Siswa 2 (LKS 2) .......................................................... 101
6. Lembar Kerja Siswa 3 (LKS 3) .......................................................... 107
7. Lembar Kerja Siswa 4 (LKS 4) ........................................................... 115
8. Tabel Kisi-Kisi Soal Tes Uraian ......................................................... 120
9. Soal Pretes dan Postes .......................................................................... 122
10. Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Postes ............................................. 125
11. Lembar Observasi Guru Mengajar ...................................................... 136
12. Penilaian Sikap Siswa pada Kelas Eksperimen ................................... 147
13. Penilaian Sikap Siswa pada Kelas Kontrol .......................................... 154
14. Rubrik Penilaian Perilaku .................................................................... 157
15. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa Keterampilan Memprediksi .......... 168
16. Data Pemeriksaan Jawaban Siswa Keterampilan Menyimpulkan ....... 176
17. Daftar Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain ...................................... 184
18. Perhitungan dan Analisis Data ............................................................ 188
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Analisis konsep larutan penyangga ............................................................. 22
2. Desain penelitian ........... ............................................................................. 28
3. Data normalitas keterampilan memprediksi ................................................ 40
4. Data normalitas keterampilan menyimpulkan ............................................. 40
5. Data homogenitas n-Gain keterampilan memprediksi................................. 41
6. Data homogenitas n-Gain keterampilan menyimpulkan ............................ 41
7. Data perbedaan dua rata-rata n-Gain memprediksi ..................................... 42
8. Data perbedaan dua rata-rata n-Gain menyimpulkan ................................. 42
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Prosedur pelaksanaan penelitian ................................................. 32
Gambar 2 Rata-rata nilai pretes dan postes memprediksi ........................... 37
Gambar 3 Rata-rata nilai pretes dan postes menyimpulkan ........................ 38
Gambar 4 Rata-rata nilai n-Gain memprediksi dan menyimpulkan ............ 39
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi
struktur, komposisi, sifat, dinamika, kinetika, dan energetika yang melibatkan
keterampilan dan penalaran. Konten ilmu kimia yang berupa konsep, hukum, dan
teori, pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian proses menggunakan sikap
ilmiah (Fadiawati, 2011). Tiga aspek penting yang merupakan hakikat ilmu kimia
yaitu kimia sebagai produk, proses, dan sikap (Tim Penyusun,2006). Menurut
Tawil dan Liliasari (2014), ketiga aspek tersebut dalam kegiatan pembelajarannya
saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
Kimia sebagai proses meliputi kegiatan mengamati, mengidentifikasi, mengajukan
pertanyaan, meng-umpulkan data, meramalkan, menerapkan konsep, merencana-
kan percobaan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. Kimia sebagai pro-
duk dapat berupa hukum, konsep, dalil, dan teori. Kimia sebagai sikap meliputi
keterampilan berkomunikasi, bekerja sama, ulet, kritis, kreatif, tanggung jawab
dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ketika menjumpai suatu fenomena (Tim
Penyusun, 2013).
Pendekatan ilmiah (scientific approach) merupakan suatu pendekatan yang di-
amanatkan oleh kurikulum 2013 yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam
2
memecahkan suatu masalah. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pen-
dekatan ilmiah adalah mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba
(experimenting), menalar (associating), dan membentuk jejaring (networking)
(Tim Penyusun, 2013).
Pendekatan ilmiah dapat diakomodasikan dalam suatu model pembelajaran.
Model pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang
selanjutnya menentukan hasil belajar (Hudojo Purmiasa, 2002). Salah satu model
pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan ilmiah adalah discovery learning
(Permendikbud No. 65, 2013).
Model discovery learning merupakan suatu metode dimana dalam proses belajar
mengajar guru memperkenankan peserta didiknya menemukan sendiri beragam
informasi yang dibutuhkan ( Nasih dan Lilik, 2009). Discovery learning lebih
menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak di-
ketahui. Tahapan pada model discovery learning yaitu stimulation (pemberian
rangsangan), problem statement (identifikasi masalah), data collection (pengum-
pulan data), data processing (pengolahan data), verification (pembuktian), dan
generalization (pengambilan kesimpulan). Langkah-langkah tersebut akan men-
dorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat serta
mendorong dan menginspirasi peserta didik sehingga mampu berpikir hipotetik,
mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang
rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran sehingga hasil belajar
melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif (Tim
Penyusun, 2013c).
3
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA Negeri 1
Bandar Lampung dengan guru bidang studi kimia diperoleh bahwa pembelajaran
kimia cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Pembela-
jaran kimia di SMA Negeri 1 Bandar Lampung lebih dominan menggunakan
metode konvensional, meskipun terkadang guru sudah menggunakan cara mem-
bentuk kelompok diskusi. Peserta didik lebih sering mencatat apa yang guru
bacakan atau tuliskan dipapan tulis, sehingga peserta didik menjadi jenuh. Peserta
didik kurang diajak untuk menggunakan pengetahuan dan kemampuan berpikir-
nya untuk merumuskan sendiri apa yang harus dicapai dalam pembelajaran. Ke-
giatan praktikum hanya dilakukan pada materi tertentu saja untuk membuktikan
konsep kimia yang didapat. Akibatnya peserta didik kurang diajak untuk meng-
gunakan pengetahuannnya dan kemampuan berpikirnya untuk membangun
konsep yang harus dicapai dalam pembelajaran serta peserta didik menjadi pasif.
Hal ini dapat dilihat bahwa peserta didik kurang kreatif dalam memecahkan
masalah, partisispasi rendah, kerja sama dalam kelompok tidak optimal, kegiatan
belajar mengajar tidak efisien dan pada akhirnya hasil belajar menjadi rendah.
Berkaitan dengan hal di atas, perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang
mampu mengaktifkan peserta didik agar penyajian materi kimia menjadi lebih
menarik, sehingga dapat membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar dan
menghilangkan persepsi buruk peserta didik terhadap pelajaran kimia. Pembela-
jaran yang dimaksud adalah pembelajaran yang tidak hanya mampu memahami
materi saja tetapi juga mempunyai kemampuan yang dapat membuat siswa aktif
terlibat dalam proses belajar mengajar sehingga diharapkan mampu meningkatkan
prestasi belajar peserta didik.
4
Salah satu kompetensi dasar yang harus di kuasai peserta dikelas XI semester
genap adalah KD 3.13 Menganalisis peran larutan penyangga dalam tubuh
makhluk hidup dan KD 4.13 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta
menyajikan hasil percobaan untuk menentukan sifat larutan penyangga. Untuk
mencapai kompetensi tersebut peserta didik diajak aktif ikut serta dalam proses
pembelajaran untuk mendapatkan ide dan gagasan baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran kimia harus lebih diarah-
kan pada proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan memberikan
pengalaman belajar secara langsung yang dapat melatih berfikir siswa melalui
proses keterampilan proses sains.
KPS adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh mengem-
bangkan, dan menerapkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori IPA,
baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun keterampil-
an sosial (Rustaman, 2005). KPS terdiri atas keterampilan-keterampilan dasar
(basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills)
(Dimyati dan Mudjiono, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diatini (2015), yang berjudul “Efektivitas
Model Discovery Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Generating pada
Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”, hasil penelitiannya menyimpulkan
bahwa model discovery learning efektif dapat meningkatkan kemampuan
Generating pada materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit”, dan Sari (2014),
menyimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan
5
penguasaan konsep dan kemampuan menyimpulkan pada materi hukum-hukum
dasar kimia.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian ini dengan judul:
“Efektivitas Model Discovery Learning Pada Materi Larutan Penyangga
Dalam Meningkatkan Keterampilan Memprediksi dan Menyimpulkan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi pada pembelajaran larutan penyangga,
rumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimana efektivitas model pem-
belajaran discovery learning pada materi larutan penyangga dalam meningkatkan
keterampilan memprediksi dan menyimpulkan.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian
ini adalah mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran discovery learning
dalam meningkatkan keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada materi
larutan penyangga.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, yaitu:
1. Bagi siswa
Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan model discovery learning
dalam kegiatan belajar mengajar akan memberikan pengalaman baru bagi
6
siswa dalam memecahkan masalah kimia dan melatih keterampilan
memprediksi dan menyimpulkan.
2. Bagi guru
Pembelajaran menggunakan model discovery learning dapat menjadi salah
satu alternatif pembelajaran yang inovatif dan kreatif bagi guru.
3. Bagi Sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari penelitian yang berbeda-beda terhadap istilah yang digunakan,
maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik
keterampilan memprediksi dan menyimpulkan siswa menunjukkan perbedaan
n-Gain yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
2. Adapun tahap-tahap pembelajaran dalam model discovery learning adalah
pemberian rangsangan, identifikasi masalah dan merumuskan hipotesis,
pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan generalisasi (Priyatni,
2014).
3. Keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerap-
kan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu
pengetahuan (Dahar, 1989).
4. Keterampilan memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau mem-
buat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang,
7
berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan
antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
5. Keterampilan menyimpulkan yaitu kemampuan menarik kesimpulan dengan
menggunakan logika induktif dari data yang telah terkumpul melalui hasil
observasi/pengamatan (Dirdjosoemarto dkk, 2004).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Nur dalam Trianto (2010), teori pembelajaran berkembang dari kerja
Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif
yang lain, seperti teori Bruner. Pendekatan pembelajaran yang berfilosofi
konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan
siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan
ilmiah sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget,
dan teori Vygotsky.
Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Menurut Carin dan
Sund dalam Hosnan (2014), ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar
Bruner. Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila
ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif
dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual
yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar
seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia
memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan
penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah
9
bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran meng-
gunakan pendekatan ilmiah.
Bruner (Dahar, 1989) menganggap bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi
melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan
bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan
meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas dan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Gabel dalam Husamah dan Yanur (2013) menyatakan bahwa melalui kegiatan
laboratorium terutama praktikum memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir siswa.
Piaget menjelaskan teori belajar pada dasarnya siswa diharapkan membangun
sendiri perolehan yang ia dapatkan melalui pengalaman. Teori ini dikenal sebagai
teori belajar konstruktivisme. Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen,
Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) menyatakan bahwa konstruktivisme merupa-
kan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Slavin dalam Nurhadi dan Senduk (2002) mengemukakan teori-teori baru dalam
psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis
(constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa
siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan
dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah,
10
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan
ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemeroses-
an informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mem-
punyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan,
bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada
siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu
lewat pengalamannya (Trianto, 2007).
Menurut Nur dan Wikandari dalam Trianto (2007), proses belajar mengajar IPA
lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat me-
nemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori, dan sikap ilmiah
siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh postif terhadap kualitas proses
pendidikan maupun produk pendidikan.
Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu
(2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali peng-
alaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi
individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membanding-
kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari
pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya
untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan-
nya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang
lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben-
tukan pengetahuannya.
11
B. Model Discovery Learning
Menurut Dahar (1996), salah satu model instruksional kognitif yang berpengaruh
ialah model dari Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery
learning). Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya meberikan hasil
yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta
pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Belajar bermakna dengan arti seperti diatas, merupakan satu-satunya
macam belajar yang mendapat perhatian Bruner.
Discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang me-
libatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mereka dapat menemukan
sendiri pengetahuan sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan
perilaku (Hanafiah dan Suhana, 2009).
Ketika mengaplikasikan model discovery learning, guru berperan sebagai pem-
bimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,
dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Kegiatan belajar
seperti ini mengubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented (berorien-
tasi pada guru) menjadi student oriented (berorientasi pada siswa). Pada pembela-
jaran dengan model discovery learning, guru harus memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjadi problem solver, seorang saintis, historian/seorang
ahli. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, meng-
12
kategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan (Kurniasih dan Sani, 2014).
Ada beberapa fungsi metode discovery learning, yaitu sebagai berikut:
a. Membangun komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujud-
kan dengan keterlibatan, kesungguhan dan loyalitas terhadap mencari dan
menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran.
b. Membangun sikap, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam
rangka mencapai tujuan pengajaran.
c. Membangun sikap percaya diri (self confidance) dan terbuka (openess)
terhadap hasil temuannya (Hanafiah dan Suhana, 2009).
Berikut ini merupakan kelebihan dari model discovery learning :
a. Pengetahuan itu bertahan lama atau dapat diingat lebih lama.
b. Hasil belajar dengan model ini mempunyai efek transfer yang lebih baik dari-
pada hasil belajar lainnya.
c. Secara menyeluruh, belajar dengan model ini meningkatkan penalaran siswa
dan kemampuan untuk berfikir secara bebas (Dahar, 1996).
Adapun kekurangan dari model discovery learning yaitu :
a. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode discovery ini dapat hilang
bila berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara
belajar yang lama.
b. Pengajaran discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan
pemahaman, sedangkan pengembangan aspek konsep, keterampilan dan
emosi kurang diperhatikan.
13
c. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan siswa.
d. Tidak menyediakan kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh
siswa karena telah dipilih lebih dulu oleh guru (Kurniasih dan Sani, 2014).
Menurut Pemendikbud Nomor 59 Tahun 2014, dalam mengaplikasikan model
discovery learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan
dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pem-
belajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu siswa untuk melakukan eksplorasi.
Kegiatan memberikan stimulasi dapat menggunakan teknik bertanya yaitu dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi
internal yang mendorong eksplorasi, seorang guru harus menguasai teknik-teknik
dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk
mengeksplorasi dapat tercapai.
14
2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Identifikasi masalah merupakan tahapan setelah melakukan stimulasi, dalam hal
ini guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. Mem-
berikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan
yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun pema-
haman siswa agar terbiasa untuk menemukan masalah.
3. Data collection (pengumpulan data)
Pada tahap ini guru memberi kesempatan siswa mengumpulkan berbagai infor-
masi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini
adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan
dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja
siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4. Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu di-
tafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data
processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Berdasarkan generalisasi tersebut
siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban yang logis.
15
5. Verification (pembuktian)
Verifikasi bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan-
nya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, pernyataan atau identifikasi
masalah yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab
atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prin-
sip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi.
C. Efektivitas Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Nuraeni (2010) definisi efektivitas
adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur,
membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam
hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus
yang telah dicanangkan. Efektivitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran
yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.
Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila adanya perbedaan secara statistik
terhadap rata-rata nilai pretes postes siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol
(Soelemani dkk, 2012). Menurut Sudjana (1990) efektivitas dapat diartikan
sebagai tindakan keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
16
membawa hasil belajar secara maksimal. Keefektivan proses pembelajaran ber-
kenaan dengan jalan, upaya teknik dan strategi yang digunakan dalam mencapai
tujuan secara optimal, tepat dan cepat.
Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
tingkat keberhasilan dari suatu pelajaran. Kriteria keefektivan menurut
Wicaksono (2008) mengacu pada :
1. Ketuntasan belajar pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-
kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam
peningkatan hasil belajar.
2. Model pembelajaran dikatakn efektif meningkatkan hasil belajar siswa
apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pem-
belajaran.
3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan
motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi
untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.
D. Keterampilan Proses Sains
Menurut Gagne dalam Dahar (1996) keterampilan proses sains adalah kemam-
puan-kemampuan dasar tertentu yang dibutuhkan untuk menggunakan dan mema-
hami sains. Setiap keterampilan proses merupakan keterampilan yang khas yang
digunakan oleh semua ilmuwan, serta dapat digunakan untuk memahami feno-
mena apapun juga. Keterampilan proses sains mempunyai cakupan yang sangat
luas, sehingga aspek-aspek keterampilan proses sains dapat digunakan dalam
beberapa pendekatan dan model pembelajaran. Demikian halnya dalam model
pembelajaran yang dikembangkan yaitu discovery learning, keterampilan proses
sains menjadi bagian yang tidak terpisah dalam kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan.
17
Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses sains, seperti yang di-
kemukakan Funk dalam Nur (1996) keterampilan proses sains terdiri dari
keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan
terpadu (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam
keterampilan, yakni: mengamati (mengobservasi), mengklasifikasi, mengukur,
memprediksi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.
1. Mengamati
Melalui kegiatan mengamati, kita belajar tentang dunia sekitar kita yang fan-
tastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan pancain-
dra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa atau penge-
cap. Informasi yang kita peroleh, dapat menuntut keingintahuan, memper-
tanyakan, memikirkan, melakukan interpretasi tentang lingkungan kita, dan
meneliti lebih lanjut. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan keteram-
pilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta me-
rupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
proses yang lain. Mengamati memiliki dua sifat yang utama, yakni sifat
kualitatif dan sifat kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam
pelaksanaannya hanya menggunakan panca indra untuk memperoleh infor-
masi. Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selain
menggunakan panca indra, juga menggunakan peralatan lain yang mem-
berikan informasi khusus dan tepat.
18
2. Mengklasifikasikan (mengelompokkan)
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai
objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga di dapatkan
golongan/ kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contoh
kegiatan yang menampakkan keterampilan mengklasifikasikan antara lain:
mengklasifikasikan cat berdasarkan warna, mengklasifikasikan binatang
menjadi binatang beranak dan bertelur dan kegiatan lain yang sejenis.
3. Mengukur
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan
satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh-contoh
kegiatan yang menampakkan ketermpilan mengukur antara lain: mengukur
panjang garis, mengukur berat badan, mengukur temperatur, dan kegiatan
sejenis yang lain.
4. Memprediksi
Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan
tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan per-
kiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta,
konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
5. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh
fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan, gambar,
gerak, tindakan, atau penampilan misalnya dengan berdiskusi, mendekla-
masikan, mendramakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan,
tulisan, gerak, atau penampilan).
19
6. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutus-
kan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip
yang diketahui.
Adapun salah satu keterampilan proses sains yang ingin ditingkatkan pada
penelitian ini adalah keterampilan memprediksi dan menyimpulkan. Mempre-
diksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala
hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola
atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip
dalam ilmu pengetahuan. Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pe-
ngamatannya untuk mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang
belum diamatinya, maka siswa tersebut telah mempunyai kemampuan proses
memprediksi. Prediksi bisa berdasarkan metode ilmiah atau pun subjektif belaka.
Cartono (2007) menyusun indikator-indikator keterampilan memprediksi sebagai
berikut : menggunakan pola-pola hasil pengamatan dan mengemukakan apa yang
mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.
Salah satu indikator dari keterampilan proses sains yang selanjutnya yaitu kete-
rampilan menyimpulkan. Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keteram-
pilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta,
konsep dan prinsip yang diketahui. Kemampuan menyimpulkan merupakan aspek
penting dari keterampilan proses sains yang perlu dilatihkan dalam pembelajaran
kimia di sekolah, karena keterampilan ini menuju pada pembuatan kesimpulan
mengenai hasil observasi yang didasarkan atas pengetahuan awal siswa
20
(Indrawati, 1999). Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul
di sekitar obyek, kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang
dibuat berdasarkan pengamatan. Ketika siswa mampu membuat kesimpulan,
menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di sekitar mereka, siswa me-
miliki apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan di sekitar mereka. Para
ilmuwan mengemukakan hipotesis tentang mengapa suatu peristiwa dapat terjadi,
didasarkan pada kesimpulannya tentang hasil penyelidikan (investigasi). Siswa
perlu diajarkan bagaimana membedakan antara pengamatan dan kesimpulan.
Mereka harus mampu membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan
mengenai alam antara pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan peng-
amatan atau kesimpulan.
Guru dapat membantu siswa membuat perbedaan ini dengan terlebih dahulu men-
dorong mereka untuk mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci.
Kemudian, dengan memberi pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan
mereka guru dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang makna dari peng-
amatan. Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara ini mengingatkan
siswa untuk mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yang
sudah diketahui dari pengalaman sebelumnya.
Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat berdasarkan pengamatan yang
sama. Kesimpulan kita juga bias berubah seiring dengan hasil pengamatan tam-
bahan. Pada umumnya siswa lebih percaya diri tentang kesimpulan siswa ketika
pengamatan yang diperoleh cocok dengan pengalaman masa lalu. Siswa juga
lebih percaya diri tentang kesimpulan saat mengumpulkan lebih banyak bukti pen-
21
dukung. Ketika siswa mencoba untuk membuat kesimpulan, mereka sering harus
kembali dan membuat pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya diri
dalam mengambil kesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan tambahan
akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi tambahan akan
menyebabkan kita untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpulan
sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana segala
sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah, dan bahkan ditolak ber-
dasarkan pengamatan baru.
E. Analisis konsep
Herron et al dalam (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi
tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep
disamakan dengan ide. Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan
konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun
definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu
analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus
menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.
Lebih lanjut lagi, Herron et al (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis
konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru
dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur
ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk.
Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau
label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi
konsep, contoh, dan non contoh.
22
Tabel 1
KD 3.13 Menganalisis Peran Larutan Penyangga dalam Tubuh Makhluk Hidup
Analisis Konsep
No Label
Konsep
Defenisi Konsep Jenis
Konsep
Atribut Konsep Kedudukan Konsep Contoh Non
Contoh Atribut
Kritis
Atribut
Variabel
Sub
Ordinat
Koordinat Super
Koordinat
1 Larutan
penyangga
Larutan yang dapat
mempertahankan
PH bila diberikan
sedikit asam
ataupun basa, dan
memiliki peran
penting dalam
kehidupan terutama
di dalam tubuh
makhluk hidup,
Larutan penyangga
ada 2 macam yaitu
larutan penyangga
asam dan
penyangga basa
Prinsip Memperta
hankan
PH
Larutan
penyangga
asam
Larutan
penyangga
basa
Peran
larutan
penyangga
Fungsi
penyangga
dalam
tubuh
PH
Kompone
n larutan
penyangga
Penyangga
asam,
penyanga
basa, peran
larutan
penyangga
dalam
tubuh, pH
larutan
penyangga
Kesetimba
ngan
dalam
larutan
Air liur,
darah,
CH3COOH
+NaCH3CO
OH
NH3
+NH4Cl
Air, HCl,
NaOH
2 Penyangga
asam
Larutan yang
mengandung suatu
asam lemah, dan
basa konjugasinya
Prinsip Asam lemah
Basa
konjugasi
Jenis
asam dan
basa
Penyangga
asam
Kesetimba
ngan
dalam
larutan
CH3COOH
+NaCH3CO
OH
HCl
23
3 Penyangga
basa
Larutan yang
mengandung suatu
basa lemah, dan
asam konjugasiny
Prinsip
Basa lemah
Asam
konjugasi
Jenis
asam
basa
Penyangga
basa
Kesetimba
ngan
dalam
larutan
NH3 +
NH4Cl
NaCl
4. Fungsi
Larutan
Penyangga
Pada Tubuh
Larutan penyangga
sangat penting
dalam kehidupan,
seperti darah , air
liur untuk menjaga
kesetimbangan
dalam tubuh
Proses Darah , dan
air liur
Jenis
larutan
penyang
ga dalam
tubuh ,
Fungsi
larutan
penyangga
dalam
tubuh
Kesetimba
ngan
dalam
larutan
Penyangga
fosfat,
penyangga
hemoglobin
, penyangga
karbonat,
5. Perhitungan
pH larutan
penyangga
asam dan
basa
pH larutan
penyangga yang
cenderung konstan
memiliki
perumusan pH yang
berbeda dari rumus
pH sebelumnya,
konsep Rumus pH
larutan
penyangga
pH
larutan
penyang
ga
Perhitunga
n pH
larutan
penyangga
Kesetimba
ngan
dalam
larutan
pH larutan
(100 ml
CH3COOH
0,1 M + 180
ml
CH3COOK
0,1 M)
adalah 5
pH
larutan
HCl 0,1
M = 1
24
F. Kerangka Pemikiran
Tujuan pembelajaran kimia tidak sekedar mencapai pemahaman kimia tetapi juga
diharapkan dapat mengembangkan atau meningkatkan kemampuan soft skill
peserta didik. Discovery learning mengkombinasikan dua cara pengajaran yaitu
guru sebagai fasilitator juga aktif dalam membimbing siswa memperoleh penge-
tahuan dan menempatkan siswa bersikap aktif.
Materi yang dipakai untuk mengapilkasikan model discovery learning adalah
larutan penyangga. Tahap awal model discovery learning adalah pemberian
rangsangan (stimulasi).
Pemberian rangsangan dengan peserta didik yaitu dengan memahami suatu wa-
cana pendahuluan atau mengamati suatu visualisasi gambar mikroskopis, animasi
atau video yang relevan dengan menggunakan inderanya. Melalui pemberian
stimulasi ini, peserta didik akan terlatih untuk mengidentifikasi wacana, perma-
salahan atau fenomena-fenomena pada larutan penyangga. Tahap kedua adalah
identifikasi masalah dan merumuskan hipotesis. Setelah diberikan permasalahan,
peserta didik diminta untuk membuat pertanyaan tentang masalah apa saja yang
mereka temukan melalui pengamatan yang telah dilakukan. Pada tahap ini peserta
didik diminta untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Tahap
ket iga adalah pengumpulan data (data collection). Pada tahap ini, peserta didik
mengumpulkan data-data atau informasi tentang permasalahan atau fenomena
yang relevan guna menguji benar tidaknya hipotesis. Proses pengumpulan infor-
masi yang dilakukan dalam pembelajaran ini yaitu dengan mengidentifikasi gam-
25
bar submikroskopis, serta merancang percobaan dan melakukan percobaan larutan
penyangga.
Selanjutnya tahap keempat adalah pengolahan data (data processing). Pada tahap
ini, data yang telah dikumpulkan kemudian diolah untuk menemukan informasi
yang akan dijadikan pengetahuan baru untuk mendapatkan pembuktian secara
logis. Pada tahap ini guru membimbing siswa dalam mengolah data hasil pe-
ngumpulan yang telah dilakukan, peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Pada kegiatan
ini, diharapkan peserta didik dapat bersikap jujur dalam hal pengolahan data per-
cobaan. Tahap kelima adalah pembuktian (verification). Pada tahap ini peserta
didik dapat menentukan suatu kebenaran hipotesis yang dihubungkan dengan
hasil pengolahan data. Dengan kebebasan dalam mengolah semua informasi yang
mereka dapatkan, lalu mengaitkannya dengan pengetahuan awal yang dimiliki
peserta didik. Tahap terakhir adalah generalisasi (generalization). Pada tahap ini
siswa diminta untuk merumuskan kesimpulan, berdasarkan hasil menalar secara
lisan, tertulis, atau media lainnya. Pada tahap ini peserta didik dapat memberikan
alasan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai suatu keputusan.
Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembela-
jaran menggunakan discovery learning pada materi larutan penyangga.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Perbedaan n-Gain kemampuan membedakan siswa kelas XI semester genap
SMA Negeri 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2015/2016 yang menjadi
26
subjek penelitian semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam
proses belajar.
2. Faktor-faktor lain di luar perilaku pada kedua kelas diabaikan.
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Model discovery learning efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam
memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga.
27
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2015-2016 yang tersebar dalam empat kelas yaitu kelas
XI MIPA1 sampai dengan XI MIPA4 yang masing-masing berkisar antara 30-35
siswa. Selanjutnya, dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk di-
jadikan sampel penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertim-
bangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009). Berdasarkan pertim-
bangan dari peneliti dengan bantuan guru mitra maka diambil 2 kelas sampel yaitu
kelas XI MIPA1 dan XI MIPA4 karena kedua kelas tersebut memiliki kemampuan
awal yang tidak jauh berbeda atau dianggap sama. Pembagian siswa pada tiap
kelas dilakukan secara heterogen, sehingga proporsi jumlah siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang tinggi, sedang maupun kurang dalam tiap kelasnya
hampir sama antara satu kelas dengan kelas yang lainnya.Kelas XI IPA4 diten-
tukan sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan model discovery learning
28
(X), sedangkan kelas XI IPA1 sebagai kelas kontrol yang tidak diberikan per-
lakuan atau menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data hasil tes sebelum pembelajaran (pretes) mengenai materi larutan
penyangga yang bertujuan untuk mengelompokkan siswa sesuai kelompok
kognitifnya.
2. Data kinerja guru.
3. Data aktivitas siswa.
4. Data hasil tes setelah pembelajaran (postes) mengenai materi larutan
penyangga.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan design non
equivalent control group design (Creswell, 1997) yaitu desain kuasi eksperimen
dengan melihat perbedaan pretes maupun postes antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Tabel 2. Desain penelitian
Kelas Pretes Perlakuan Postes
Kelas eksperimen O1 X O2
Kelas kontrol O1 - O2
Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1) yang
terdiri dari 9 soal uraian. Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan
model discovery learning (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran
29
konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2) yang
terdiri dari 9 soal uraian.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai
variabel bebas adalah pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran meng-
gunakan model discovery learning (X) dan pembelajaran konvensional. Sebagai
variabel terikat adalah keterampilan proses sains dalam memprediksi dan
menyimpulkan pada materi larutan penyangga kelas XI SMA Negeri 1 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2015/2016.
E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen
Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu.
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul
data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada
penelitian ini, instrumen yang digunakan antara lain adalah silabus, rencana pelak-
sanaan pembelajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan model discovery
learning pada materi larutan penyangga sejumlah 4 LKS, soal pretes dan soal
postes yang berupa soal uraian yang mengukur keterampilan memprediksi dan
menyimpulkan, pada lembar observasi kinerja guru.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini
menggunakan kevalidan isi. Kevalidan isi adalah kesesuaian antara instrumen
30
dengan ranah yang diukur. Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan
cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, ter-
utama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan
butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka
dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengum-
pulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu,
dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka
peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra.
Ila Rosilawati, M.Si., dan bapak Drs. Tasviri Efkar, M. Si., sebagai dosen
pembimbing untuk memvalidasi.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pra penelitian
Tujuan pra penelitian, yaitu:
a. Meminta izin kepada Kepala SMAN 1 Bandar Lampung untuk melak-
sanakan penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-
prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana
pendukung pelaksanaan penelitian.
c. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
2. Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
31
a. Tahap persiapan
Pada tahap ini, peneliti menyusun analisis konsep, silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal pretes dan postes, soal
pretes dan postes,Lembar Kerja Siswa (LKS) materi larutan penyangga,
dan lembar kinerja guru terhadap pembelajaran materi larutan
penyangga.
b. Tahap pelaksanaan penelitian
Adapun prosedur pelaksanaan penelitian, yaitu:
(1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eks-
perimen dan kelas kontrol
(2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan penyangga
sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing
kelas, pembelajaran menggunakan model discovery learning diterap-
kan di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan
di kelas kontrol
(3) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
c. Analisis dan pelaporan hasil penelitian
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data untuk memperoleh
suatu kesimpulan.
32
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian
G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis data
Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan
untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Berikut teknik analisis data, antara
lain:
a. 1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah.
b. 2. Melakukan wawancara dengan guru kimia di sekolah.
Pra
pen
elit
ian
pen
elit
ian
1. Menentukan populasi dan sampel
penelitian
2. Menyusun instrumen penelitian
Pretes
Kelas kontrol
(Pembelajaran
konvensional)
Kelas eksperimen
(Pembelajaran
menggunakan
model Discovery
Learning) Postes
Analisis data
Pembahasan dan simpulan
Pen
elit
ian
Anal
isis
dan
pel
apora
n
has
il
pen
elit
ian
33
a. Mengubah skor menjadi nilai
Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan proses sains dalam
memprediksi dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga dirumuskan
sebagai berikut:
Nilai peserta didik = ...................................(1)
b. Menghitung n-Gain dari nilai peserta didik
Perhitungan n-Gain digunakan untuk melihat efektivitas model discovery learning
pada sampel. Perhitungan n-Gain dirumuskan sebagai berikut:
Pretes Nilai - Maksimum Nilai
Pretes Nilai - Postes Nilai Gain-n .............................................................(2)
2. Pengujian hipotesis
a. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan
uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005) uji normalitas sebagai berikut:
Hipotesis: H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Untuk uji normalitas, digunakan rumus sebagai berikut:
................................................................................................(3)
Keterangan:
Oi= frekuensi pengamatan
Ei= frekuensi yang diharapkan
34
Kriteria uji:
Terima H0 jika 2<
2(1-α)(k-3) atau
2 hitung <
2Tabel dengan taraf nyata 0,05.
b. Uji homogenitas dua varians
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi bahwa sampel penelitian
yang dibandingkan memiliki varians homogen atau tidak, yang selanjutnya untuk
menentukan statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Menurut
Sudjana (2005) untuk menguji homogenitas varians dapat menggunakan uji F.
Hipotesis
( Sampel penelitian memiliki varians yang homogen)
( Sampel penelitian memiliki varians yang tidak homogen)
Statistik Uji
Atau
......................(4)
Kriteria Uji
Terima H0 hanya jika atau dengan taraf nyata
0,05. Dalam hal lainnya tolak H0.
c. Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan seberapa efektif
perlakuan terhadap sampel dengan melihat n-Gain keterampilan memprediksi
dan menyimpulkan pada materi larutan penyangga yang lebih tinggi antara
pembelajaran discovery learning dengan pembelajaran konvensional dari
peserta didik SMA Negeri 1 Bandar Lampung.
35
Rumusan Hipotesis:
H0 : µ1x≤ µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpul
kan pada materi larutan penyangga pada kelas yang diterapkan
pembelajaran discovery learning lebih rendah atau sama
dengan rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan
menyimpulkan pada materi larutan penyangga yang pada kelas
diterapkan pembelajaran konvensional.
H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpul
kan pada materi larutan penyangga pada kelas yang diterapkan
pembelajaran discovery learning lebih tinggi dari pada rata-
rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan
pada materi larutan penyangga ada kelas yang diterapkan
pembelajaran konvensional.
Keterangan:
µ1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi pokok larutan penyangga pada kelas
yang diterapkan pembelajaran discovery learning.
µ2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi larutan penyangga pada kelas yang
diterapkan pembelajaran konvensional.
x : keterampilan memprediksi dan menyimpulkan.
Jika data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen ( = ), maka
pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t dengan
rumus sebagai berikut:
(Sudjana, 2005)
..............................(5)
36
Keterangan:
thitung = Perbedaan dua rata-rata.
= Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada
materi larutan penyangga yang diterapkan model pembelajaran discovery
learning.
= Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada
materi larutan penyangga yang diterapkan model pembelajaran konven-
sional.
= Simpangan baku gabungan.
= Jumlah peserta didik pada kelas yang diterapkan discovery learning.
= Jumlah speserta didik yang menggunakan pembelajaran konvensional.
= Simpangan baku peserta didik yang diterapkan discovery learning..
= Simpangan baku peserta didik yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika t < t1-α dengan derajat kebebasan d (k) =
n1 + n2 – 2 dan tolak H0 untuk harga t lainnya. Dengan menentukan taraf
signifikan α = 5% peluang (1 – α).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan menyimpulkan pada kelas
yang diterapkan discovery learning pada materi larutan penyangga lebih
tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan memprediksi dan
menyimpulkan pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional pada
materi larutan penyangga.
2. Model discovery learning pada materi larutan penyangga efektif dalam
meningkatkan keterampilan memprediksi dan menyimpulkan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Model discovery learning hendaknya diterapkan sebagai model pembelajaran
yang digunakan pada mata pelajaran kimia khususnya materi larutan
penyangga.
2. Bagi calon peneliti lain tertarik untuk menerapkan model discovery learning,
hendaknya lebih mengoptimalkan persiapan yang diperlukan terutama pada
persiapan perangkat pembelajaran.
55
3. Pada penerapan pembelajaran dengan model discovery learning hendaknya
memperhatikan alokasi waktu, karena dalam pelaksanaannya pembelajaran
membutuhkan waktu yang lebih lama disetiap tahap-tahap discovery
learning.
DAFTAR PUSTAKA
Cartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidi-
kan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The
International Seminar of Seminarof Science Education, 27 Oktober 2007.
Bandung.
Creswell, J. W. 1997. Re-search Design Qualitative and Quantitative Approach-
es. London: Sage Publications.
Dahar, R. W. 1989. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Diantini. 2015. “Efektivitas Model Discovery Learning dalam Meningkatkan
Kemampuan Generating pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-
Elektrolit”. Skripsi (tidak diterbitkan). Bandar Lampung: Universitas
Lampung.
Dimyanti dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dirdjosoemarto dkk. 2004. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung:
FPMIPA UPI dan JICA IMSTEP.
Esler, W.K dan Esler, M.K. 1996. Teaching Elementary Science. California
Wads Worth.
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pelajar Tentang Struktur Atom
Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs- UPI. Bandung.
Hanafiah dan Suhana, C. 2009. Konsep Strategi Pembeajaran. PT Refika
Aditama. Bandung
Hudojo. 2002. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. FMIPA
UM. Malang
Husamah, S., dan Yanur. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi
Kurikulum 2013. Presentasi Pustakaraya. Jakarta.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor.
Indrawati. 1999. Pembelajaran Inovatif Kreatif dan Inovatif untuk Siswa Sekolah
Dasar. FMIPA UNJ. Jakarta.
Kurniasih, I dan Sani, B. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013.
Kata Pena. Jakarta
Syaodih N.S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam
Pembelajaran. Dikti. Jakarta.
Priyatni, E. T. 2014. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum
2013. Bumi Aksara. Jakarta.
Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar: salah satu unsur pelaksanaan
strategi belajar mengajar: teknik penyajian. Rineka Cipta. Jakarta.
Rustaman, N.Y dan Widodo, A. 2005. Keterpaduan Kurikulum dan Pembel-
ajaran dalam Menyiapkan Guru IPA Sekolah Dasar Treand dan Alternatif.
Majalah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta.
Sani, I. K. 2014. Sukses Mengimplemenasikan Kurikulum 2013. Kata Pena.
Jakarta.
Sari, P.A.W. 2014. Efektivitas Discovery Learning Dalam Meningkatkan
Penguasan Konsep dan Kemampuan Menyimpulkan Pada Hukum-Hukum
Dasar Kimia. Skripsi (tidak diterbitkan). Bandar Lampung: Universitas
Lampung.
Slavin, R. E. 2002. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media.
Bandung
Soelemani, H dkk. 2012. The Effect of Instruction Based on Multiple
Intelligences of Theory on the Attitude and Learning of General English.
Journal English Language Teaching 5 (9).University of Istahan. Iran
Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.
Tawil, M. dan Liliasari. 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains dan
Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makasar: Badan Penerbit UNM.
Tim Penyusun. 2013a. Konsep Pendekatan Ilmiah. Kemdikbud. Jakarta.
__________. 2013c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69
Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kemendikbud. Jakarta.
__________. 2014. Permendikbud Nomor 59. 2014 Kurikuum 2013 Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Kemendikbud. Jakarta.
__________. 2013. Permendikbud Nomor 65. 2013. Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Kemendikbud. Jakarta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
ke-3. Balai Pustaka. Jakarta.
Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruk-
tivistik. Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Wicaksono, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). 3 April 2016,
Tersedia:http://www.Edukasi.kompas.com
top related